Anda di halaman 1dari 9

Upacara Nyambutin/nigang sasihin

Upacara ini disebut pula upacara “Nelu-Bulanin”. Tujuannya adalah agar jiwa-atma si bayi
benar-benar kembali berada pada raganya. Disamping itu upacara ini juga merupakan
pembersihan serta penegasan nama si bayi. Serangkaian dengan upacara ini biasanya
dilakukan pula upacara turun tanah. Tujuannya adalah untuk mohon waranugraha kehadapan
Ibu Pertiwi bahwa si anak akan menginjak kakinya dan agar beliau melindungi /
mengasuhnya.

Upacara ini diadakan untuk bayi berusia 105 hari. Tapi, jika kondisi tidak memungkinkan
untuk mengadakan upacara, misalnya, jika keluarga tinggal di kota yang jauh dari kerabat
lain, dan ingin upacara diadakan dengan keluarga besar sementara bayinya terlalu muda
untuk diambil jauh, upacara dapat ditunda. Biasanya, mereka akan menyusun upacara dengan
upacara 6 bulan.

Upacara Nelu Bulanin ini dapat diadakan di lingkungan rumah

Upacara ini dipimpin oleh Pandita atau Pinandita. Makna Pandita atau Pinandita adalah orang
suci yang melakukan penyucian diri tahap lanjut.

BANTEN NYAMBUTIN

1. Banten Pengelepas Aon


Sebagai alasnya adalah daun telujungan, diatasnya diisi nasi muncuk kuskusan, buah-
buahan, jajan, lauk-lauk, sampian nagasari, canang buratwangi, pasucian/pebersihan
dan lis/bebuu. Pada nasi muncuk kuskusan itu disisipi 3 buah linting, dan masing-
masing tangkainya digantungi sebuah pipil yang berisi calon nama si bayi misalnya
kalau laki-laki I Wijana, I Sparsa, I Yudana, dsbnya. Sedagkan kalau perempuan Ni
Kumuda, Ni Menuh, Ni Rijata, dstnya. (nama tersebut adalah menurut petunjuk dalam
lontar tetapi kiranya nama-nama itu dapat disesuaikan menurut kehendak si ayah dan
si ibu). Pada waktu upacara linting itu dinyalakan, dan nama yang tercantum pada
linting yang terakhirnya mati, dipakai sebagai nama si bayi dan abunya ditaruh pada
dahinya.
2. Banten Penyambutan
Alasnya berbentuk bundar, diatasnya diisi beras, kelapa telur itik, dll seperti isi
daksina, masing-masing satu biji. Kemudian dilengkapi dengan 4 buah tumpeng yang
ditaruh pada setiap sudut, serta jajan, buah-buahan, lauk-pauk, ikannya ayam
dipanggang, canang buratwangi, sampian nagasari, peras,s esayut, sanggah urip
penyenang dan pesucian, masing-masing satu tanding.
3. Banten Mengelilingi Lesung
Tempat upacara dihalaman sanggah kemulan. Sebagai alat perlengkapan adalah
sebuah lesung (lumpung), paso yang diberi air ditaruh diatas lesung sedangkan di
dalam paso itu diisi jejahitan taman dari busung. Di dalam jejahitan taman padma
pada paso itu diisi beberapa jenis perhiasan seperti gelang, cincin, kalung, subeng,
dsbnya. Waktu mengelilingi lesung, bayi memakai tongkat bumbungan (bambu yang
tidak masih ruasnya). Upacara ini adalah sebagai simbul, bahwa si bayi pergi ketaman
untuk mandi dan memperoleh perhiasan, serta ditegaskan bahwa ia adalah anak
manusia. Upacara mengelilingi lesung hanyalah merupakan penyempurnaan dari pada
pengelepas aon, yang berfungsi sebagai pembersihan. Dalam hal ini adalah mandi
ketaman. Lesung beserta perlengkapannya adalah sebagai simbul tetamanan.
Bantennya adalah :
 peras,
 ajuman,

 daksina,

 suci,

 pengulapan,
 pengambean,

 penyambutan,
 jejanganan,

Lain dari itu terdapat pula anak-anak dari belego (ketimun), batu dan pusuh biyu
(jantung pisang).

4. Banten Turun Tanah


Tempatnya adalah didepan Sanggah Kemulan,serta tanah yang akan diinjak dirajah
berbentuk bedawang nala. Bantennya adalah
 peras,
 ajuman,

 daksina

 tipat kelanan.

Anda mungkin juga menyukai