Anda di halaman 1dari 4

Metode Rock Mass Rating (RMR) dari Bieniawski (1989) sebagai sistem klasifikasi massa

batuan untuk keteknikan sebagai metode untuk perencanaan tambang bawah permukaan. Ada
enam parameter yang diperhitungkan dalam sistem pengkelasan RMR, yaitu kekuatan batuan,
Rock Quality Designation (RQD), spasi diskontinuitas, kondisi permukaan diskontinuitas,
kondisi keairan, dan koreksi kemiringan (dip) diskontinuitas. Keenam faktor tersebut memiliki
nilai yang dijumlahkan untuk mendapatkan total nilai (Rating). Kualitas massa batuan di daerah
penelitian menurut metode RMR dari Bieniawski (1992) dibagi menjadi empat kelas, yaitu baik,
cukup, buruk, dan sangat buruk. Di dalam geoteknik, klasifikasi massa batuan yang pertama
diperkenalkan sekitar 60 tahun yang lalu yang ditujukan untuk terowongan dengan
penyanggaan menggunakan penyangga baja. Kemudian klasifikasi dikembangkan untuk
penyangga non-baja untuk terowongan, lereng, dan pondasi. 3 pendekatan desain yang biasa
digunakan untuk penggalian pada batuan yaitu: analitik, observasi, dan empirik. Salah satu
yang paling banyak digunakan adalah pendekatan desain dengan menggunakan metode
empiric. Klasifikasi massa batuan dikembangkan untuk mengatasi permasalahan yang timbul di
lapangan secara cepat dan tidak ditujukan untuk mengganti studi analitik, observasi lapangan,
pengukuran, dan engineering judgement. Tujuan dari klasifikasi massa batuan adalah untuk:

Mengidentifikasi parameter-parameter yang mempengaruhi kelakuan/sifat massa batuan.


Membagi massa batuan ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan sifat

dan kualitas.
Menyediakan pengertian dasar mengenai sifat karakteristik setiap kelas massa batuan.
Menghubungkan berdasarkan pengalaman kondisi massa batuan di suatu tempat dengan

kondisi massa batuan di tempat lain.


Memperoleh data kuantitatif dan acuan untuk desain teknik.
Menyediakan dasar acuan untuk komuniukasi antara geologist dan engineer.Keuntungan

dari digunakannya klasifikasi massa batuan:


Meningkatkan kualitas penyelidikan lapangan berdasarkan data masukan sebagai

parameter klasifikasi.
Menyediakan informasi kuantitatif untuk tujuan desain.
Memungkinkan kebijakan teknik yang lebih baik dan komunikasi yang lebih efektif pada
suatu proyek.

Dikarenakan kompleknya suatu massa batuan, beberapa penelitian berusaha untuk mencari
hubungan antara desain galian batu dengan parameter massa batuan. Banyak dari metodemetode tersebut telah dimodifikasi oleh yang lainnya dan sekarang banyak digunakan untuk
penelitian awal atau bahkan untuk desain akhir. Beberapa klasifikasi massa batuan yang
dikenal saat ini adalah:
1. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)

2. Klasifikasi stand-up time


3. Rock Quality Designation (RQD)
4. Rock Structure Rating (RSR)
5. Rock Mass Rating (RMR)
6. Q-system
1. Metode klasifikasi beban batuan (rock load)
Metode ini diperkenalkan oleh Karl von Terzaghi pada tahun 1946. Merupakan metode pertama
yang cukup rasional yang mengevaluasi beban batuan untuk desain terowongan dengan
penyangga baja. Metode ini telah dipakai secara berhasil di Amerika selama kurun waktu 50
tahun. Akan tetapi pada saat ini metode ini sudah tidak cocok lagi dimana banyak sekali
terowongan saat ini yang dibangun dengan menggunakan penyangga beton dan rockbolts.
2. Klasifikasi Stand-up time
Metode ini diperkenalkan oleh Laufer pada 1958. Dasar dari metode ini adalah bahwa dengan
bertambahnya

span

terowongan

akan

menyebabkan

berkurangnya

waktu

berdirinya

terowongan tersebut tanpa penyanggaan. Metode ini sangat berpengaruh terhadap


perkembangan klasifikasi massa batuan selanjutnya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
stand-up time adalah: arah sumbu terowongan, bentuk potonganmelintang, metode penggalian,
dan metode penyanggaan.
3. Rock Quality Designation (RQD)
RQD dikembangkan pada tahun 1964 oleh Deere. Metode ini didasarkan pada penghitungan
persentase inti terambil yang mempunyai panjang 10 cm atau lebih. Dalam hal ini, inti terambil
yang lunak atau tidak keras tidak perlu dihitung walaupun mempunyai panjang lebih dari 10cm.
Diameter inti optimal yaitu 47.5mm. Nilai RQD ini dapat pula dipakai untuk memperkirakan
penyanggaan terowongan. Saan ini RQD sebagai parameter standar dalam pemerian inti
pemboran dan merupakan salah satu parameter dalam penentuan klasifikasi massa batuan
RMR dan Q-system RQD didefinisikan sebagai:
Walaupun metode penghitungan dengan RQD ini sangat mudah dan cepat, akan tetapi metode
ini tidak memperhitung factor orientasi bidang diskontinu, material pengisi, dll, sehingga metode
ini kurang dapat menggambarkan keadaan massa batuan yang sebenarnya.
4. Rock Structure Rating (RSR)
RSR diperkenalkan pertama kali oleh Wickam, Tiedemann dan Skinner pada tahun 1972 di AS.
Konsep ini merupakan metode kuantitatif untuk menggambarkan kualitas suatu massa batuan
dan menentukan jenis penyanggaan di terowongan. Motode ini merupakan metode pertama
untuk menentukan klasifikasi massa batuan yang komplit setelah diperkenalkannyaklasifikasi

massa batuan oleh Terzaghi 1946. Konsep RSR ini selangkah lebih maju dibandingkan konsepkonsep yang ada sebelumnya. Pada konsep RSR terdapat klasifikasi kuantitatif dibandingkan
dengan Terzaghi yang hanya klasifikasi kulitatif saja. Pada RSR ini juga terdapat cukup banyak
parameter yang terlibat jika dibandingkan dengan RQD yang hanya melibatkan kualitas inti
terambil dari hasil pemboran saja. Pada RSR ini juga terdapat klasifikasi yang mempunyai data
masukan dan data keluaran yang lengkap tidak seperti Lauffer yang hanya menyajikan
datakeluaran yang berupa stand-up time dan span. RSR merupakan penjumlahan rating dari
parameter-parameter pembentuknya yang terdiri dari 2 katagori umum, yaitu:
Parameter geoteknik; jenis batuan, pola kekar, arah kekar, jenis bidang lemah, sesar, geseran,
dan lipatan, sifat material; pelapukan, dan alterasi.
Parameter konstruksi; ukuran terowongan, arah penggalian, metode penggalian RSR
merupakan metode yang cukup baik untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga baja
tetapi tidak direkomendasikan untuk menentukan penyanggaan dengan penyangga rock bolt
dan beton.
5. Rock Mass Rating (RMR)
Bieniawski (1976) mempublikasikan suatu klasifikasi massa batuan yang disebut Klasifikasi
Geomekanika atau lebih dikenal dengan Rock Mass Rating (RMR). Setelah bertahun-tahun,
klasifikasi massa batuan ini telah mengalami penyesuaian dikarenakan adanya penambahan
data masukan sehingga Bieniawski membuat perubahan nilai rating pada parameter yang
digunakan untuk penilaian klasifikasi massa batuan tersebut. Pada penelitian ini, klasifikasi
massa batuan yang digunakan adalah klasifikasi massa batuan versi tahun 1989 (Bieniawski,
1989). 6 Parameter yang digunakan dalam klasifikasi massa batuan menggunakan Sistim RMR
yaitu:
1. Kuat tekan uniaxial batuan utuh.
2. Rock Quality Designatian (RQD).
3. Spasi bidang dikontinyu.
4. Kondisi bidang diskontinyu.
5. Kondisi air tanah.
6. Orientasi/arah bidang diskontinyu.
Pada penggunaan sistim klasifikasi ini, massa batuan dibagi kedalam daerah struktural yang
memiliki kesamaan sifat berdasarkan 6 parameter di atas dan klasifikasi massa batuan untuk
setiap daerah tersebut dibuat terpisah. Batas dari daerah struktur tersebut biasanya
disesuaikan dengan kenampakan perubahan struktur geologi seperti patahan, perubahan

kerapatan kekar, dan perubahan jenis batuan. RMR ini dapat digunakan untuk terowongan.
lereng,dan pondasi.

Anda mungkin juga menyukai