PENJERATAN
(strangulation)
PENCEKIKAN
(manual
strangulation)
GANTUNG
DIRI
(hanging)
ASFIKSIA
MEKANIK
CARA KEMATIAAN
Bunuh
MEKANISME KEMATIAN
Asfiksia
Reflex
PEMERIKSAAN
LUAR
Dengan
simpul mati
Alat
penjerat
berjalan
mendatar.
Luka lecet tekan umumnya
melingkari leher secara
keseluruhan (continous) di
bawah
atau
setentang
cartilago thyroid.
Bentuk alat penjerat sering
kali tampak tercetak pada
leher.
Muka terlihat bengkak dan
membiru, mata melotot,
lidah menjulur.
Bintik
perdarahan pada
kening, temporal, kelopak
dan bola mata lebih jelas.
Bila
PEMERIKSAAN
DALAM
Daerah
PENCEKIKAN (MANUAL
STRANGULATION)
PENCEKIKAN ( MANUAL
STRANGULATION)
Pencekikan
PEMERIKSAAN DALAM
Resapan
darah
Dapat ditemukan pada otot leher, kelenjar
tiroid, kelenjar ludah serta pada mukosa
faring dan laring.
Fraktur
Fraktur yang paling sering ditemukan yaitu
os hyoid. Fraktur lain bisa terjadi pada
kartilago tiroidea, krikoidea dan trakea.
Memar atau robekan pada membran
hipotiroidea.
Pada
ASPEK MEDIKOLEGAL
Kualifikasi Luka Pada Visum et Repertum Ada 3
kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu:
1. Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak
menimbulkan penyakit atau tidak menghalangi pekerjaan korban.
Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat 1.
(1)Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian,
diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.
(2)Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya,
atau menjadi bawahannya.
(3)Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak
dipidana.
SIMPUL
SIMPUL HIDUP
SIMPUL MATI
lingkar jerat
dapat diperbesar
atau diperkecil
lingkar jerat
tidak dapat di
ubah
ASFIKSIA
Gangguan
pertukaran udara
pernapasan
HIPOKSIA
hiperkapnia
KEMATIAN
ETIOLOGI
1.
2.
3.
BENTUK ANOKSIA
1. Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia)
Tidak ada atau tidak cukup O2
Bernafas dalam ruangan tertutup
Di pegunungan yang tinggi (asfiksia murni
atau sufokasi)
Hambatan mekanik dari luar / dalam jalan
nafas :
Pembekapan
gantung diri
Penjeratan
Pencekikan
Corpus alienum dalam tenggorokan
Ini di kenal dengan asfiksia mekanik
Sianida
perusakan pada enzim
sitokrom oksidase
kematian segera
Pada keracunan Barbiturat dan hipnotik
lainnya, sitokrom dihambat secara parsial
kematian berlangsung perlahan.
Intraselular
Oksigen
MEKANISME KEMATIAN
Fase kematian asfiksia :
1.Fase Dyspnea
2.Fase Konvulsi
3.Fase Apnea
4.Fase Terminal
PEMERIKSAAN JENAZAH
SIANOSIS
REFLEKS VAGAL
Jika mekanisme kematiaan adalah refleks vagal
tidak di dapatkan tanda-tanda asfiksia
Refleks
vagal menyebabkan kematian segera
(immediate death), hal ini dikaitkan dengan
terminoogi sudden cardiac arrest. Refleks vagal di
mungkinkan bila leher terkena trauma. Refleks vagal
terjadi sebagai akibat rangsangan pada nervus vagus
pada corpus caroticus di percabangan arteri karotis
interna dan eksterna yang akan menimbulkan
bradikardi dan hipotensi.
Pembeda
Motif
Strangulation
Manual strangulation
Hanging
Pembunuhan,
Pembunuhan
Pembunuhan,
Bunuh diri
Tali,ikat pinggang,
dasi
Jejas jeratan
horizontal,
Letak jeratan
Tanda
perlawanan
Bekas tali
kontinyu
Di bawah tiroid
Menggunakan tangan
Adanya bekas kuku jari
Jejas
jeratan
tidak
kontinyu
Antara dagu dan
laring
Terkadang ada
Keras, kering,
coklat tua
Umumnya ada
Sering ditemukan
Sering
Tidak dijumpai
Jarang
Jarang
Jarang
Tidak dijumpai
Tidak dijumpai
Sering
Ada pada juridicial
hanging
Perdarahan pada
saluran pernafasan
Sangat jarang
Sangat jarang
Tidak ada
Sering
Sianosis dan
kongesti
Jarang
Pucat
Mengalir dari
salah satu sudut
mulut
Jarang
Pucat
Air ludah
Tardieus spot
Muka
Sering ditemukan
Bunuh diri
Lunak dan
kemerahan
Jarang dijumpai
KESIMPULAN
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
Amir,Amri.Prof.Dr.Sp.F(K).DFM.SH,Sp.Ak.2010.
Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik Edisi
Kedua. Medan : FK USU
Gani, Husni. 2003. Ilmu Kedokteran Forensik.
Padang : FK Unand
NN. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta :
FK UI
Idris,
Abdul Munim. Dr. Pedoman Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta : Binarupa
Aksara