Anda di halaman 1dari 60

PENJERATAN, PENCEKIKAN

DAN GANTUNG DIRI


OLEH:
PRIMA SUCI ANGRAINI
ARDILLA RETDIANORA
FITRI DANIATY
ALKHAIRI SANTY
PEMBIMBING:
DR. DESSY D. HARIANJA,SP.F/ DR.
DOARIS

PENJERATAN
(strangulation)

PENCEKIKAN
(manual
strangulation)
GANTUNG
DIRI
(hanging)

ASFIKSIA
MEKANIK

Penjeratan ( strangulation) atau pencekikan (manual


strangulation)
jenis asfiksia yang berkaitan
dengan hambatan saluran nafas secara mekanik atau
disebut juga asfiksia mekanik.

Asfiksia mekanik adalah mati lemas yang terjadi


bila udara pernapasan terhalang memasuki saluran
nafas oleh berbagai kekerasan (yang bersifat
mekanik), misalnya: penutupan lubang saluran
pernapasan bagian atas atau penekanan dinding
saluran pernapasan, penekanan dinding dada luar
ataupun saluran pernapasan yang terisi air.

Asfiksia mekanik merupakan kematian


terbanyak yang ditemukan pada urutan ke
tiga setelah kecelakaan lalu lintas dan
trauma mekanik dalam kasus Kedokteran
Forensik.

Pemeriksaan terhadap korban penting


karena sering perbuatan pembunuhan
ditutupi seakan-akan bunuh diri

Penjeratan adalah penekanan


benda asing berupa tali, ikat
pinggang, rantai, kawat , kabel, kaos
kaki dan sebagainya, melingkari atau
mengikat leher yang makin lama
makin kuat, sehingga saluran
pernafasan tertutup.

PENJERATAN DENGAN ALAT


PENJERAT

Alat penjerat, bisa berasal dari : tali,


kawat, dasi, stocking, selendang atau
apapun yang dapat menjerat leher.
Bila jerat masih ditemukan melingkari
leher, maka jerat tersebut harus
disimpan dengan baik sebab merupakan
benda bukti dan dapat diserahkan
kepada penyidik bersama-sama dengan
Visum et Repertum nya.

CARA KEMATIAAN
Bunuh

diri (self strangulation)


jarang
ditemukan yaitu dengan melilitkan tali
beberapa kali sampai ia kehilangan kesadaran
dan akhirnya mati karena ia tidak bisa lagi
melepaskan ikatan.
Pembunuhan lebih sering ditemukan
Kecelakaan
Dapat terjadi pada orang yang sedang bekerja
dengan selendang di leher dan tertarik masuk
mesin.

MEKANISME KEMATIAN
Asfiksia
Reflex

vaso-vagal (perangsangan reseptor


pada carotid body), terjadi sebagai akibat
rangsangan pada reseptor nervus vagus pada
korpus
caroticus
atau
carotid
body
dipercabangan arteri carotis interna dan
eskterna. Refleks vagal ini jarang sekali terjadi.
Venous congestion, aliran arteri masih masuk
ke dalam otak sementara aliran vena tertutup.
Iskemik otak, darah arteri tidak mengalir lagi
ke otak.

PEMERIKSAAN
LUAR
Dengan

simpul mati
Alat
penjerat
berjalan
mendatar.
Luka lecet tekan umumnya
melingkari leher secara
keseluruhan (continous) di
bawah
atau
setentang
cartilago thyroid.
Bentuk alat penjerat sering
kali tampak tercetak pada
leher.
Muka terlihat bengkak dan
membiru, mata melotot,
lidah menjulur.
Bintik
perdarahan pada
kening, temporal, kelopak
dan bola mata lebih jelas.

Bila

jerat kasar seperti


tali,
maka
bila
tali
bergesekan pada saat
korban
melakukan
perlawan
akan
menyebabkan luka lecet di
sekitar jejas jerat yang
tampak jelas berupa kulit
yang
mencengkung
berwarna
merah
kecoklatan
dengan
perabaan kaku seperti
kertas perkamen (luka
lecet tekan).

PEMERIKSAAN
DALAM
Daerah

leher dimana terdapat lebam di


setentang dan sekitar penjeratan.
Dijumpai fraktur tulang krikoid dan tulang
rawan trachea lainnya.
Mukosa laring dan trakea menebal dan
berwarna merah.
Paru-paru
congested dengan tanda-tanda
perbendungan, Tardieus spot.

PENCEKIKAN (MANUAL
STRANGULATION)

PENCEKIKAN ( MANUAL
STRANGULATION)
Pencekikan

adalah penekanan leher dengan


tangan yang menyebabkan dinding saluran
napas bagian atas tertekan dan terjadi
penyempitan saluran nafas sehingga udara
pernafasan tidak dapat lewat.
Biasanya terjadi bila korban lebih lemah dari si
pelaku: anak-anak atau orang tua dan wanita
yang bertubuh gemuk; pembunuhan anak.
Mekanisme kematian pada pencekikan adalah :
Asfiksia (lebih sering)
Refleks vagal

Pada pemeriksaan jenazah ditemukan:


Pemeriksaan Luar
Perbendungan pada muka dan kepala karena turut
tertekan pembuluh darah vena dan arteri yang
superficial.
Ciri khas tanda kekerasan pada leher : luka lecet kecil,
dangkal, berbentuk bulan sabit akibat penekanan kuku
jari, dimana dari distribusi luka tersebut dapat
diketahui apakah korban dicekik dengan tangan kanan,
tangan kiri atau keduanya juga dapat diketahui apakah
pelaku menyerang dari depan atau belakang korban.
Luka-luka
memar pada kulit, bekas tekanan jari,
memar atau perdarahan pada otot-otot bagian dalam
leher, dapat terjadi akibat kekerasan langsung.
Tanda-tanda
kekerasan pada tempat lain dapat
ditemukan di bibir, lidah ataupun hidung.

PEMERIKSAAN DALAM
Resapan

darah
Dapat ditemukan pada otot leher, kelenjar
tiroid, kelenjar ludah serta pada mukosa
faring dan laring.
Fraktur
Fraktur yang paling sering ditemukan yaitu
os hyoid. Fraktur lain bisa terjadi pada
kartilago tiroidea, krikoidea dan trakea.
Memar atau robekan pada membran
hipotiroidea.

Pada

pemeriksaan jenazah, bila mekanisme


kematian adalah asfiksia, maka akan
ditemukan tanda-tanda asfiksia. Tetapi bila
mekanisme kematian adalah reflex vagal, yang
menyebabkan jantung tiba-tiba berhenti
berdenyut, sehingga tidak ada tekanan
intravascular untuk dapat menimbulkan
perbendungan, tidak ada perdarahan petekie,
tidak ada edema pulmoner dan pada otot-otot
leher bagian dalam hampir tidak ditemukan
perdarahan.

ASPEK MEDIKOLEGAL
Kualifikasi Luka Pada Visum et Repertum Ada 3
kualifikasi luka pada korban hidup, yaitu:
1. Luka ringan / luka derajat I/ luka golongan C
Luka derajat I adalah apabila luka tersebut tidak
menimbulkan penyakit atau tidak menghalangi pekerjaan korban.
Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP pasal 352 ayat 1.
(1)Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka
penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau pencaharian,
diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah.
(2)Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya,
atau menjadi bawahannya.
(3)Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak
dipidana.

2. Luka sedang / luka derajat II / luka golongan B


Luka derajat II adalah apabila luka tersebut menyebabkan
penyakit atau menghalangi pekerjaan korban untuk
sementara waktu. Hukuman bagi pelakunya menurut KUHP
pasal 351 ayat 1.
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling
lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang
bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak
kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak
dipidana.

3. Luka berat / luka derajat III / luka golongan A


Luka derajat III menurut KUHP pasal 90 ada 6,
yaitu:
Luka atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau
membawa bahaya maut
Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan
korban selamanya
Hilangnya salah satu panca indra korban
Cacat besar
Terganggunya daya ingat selama > 4 minggu
Gugur atau matinya janin dalam kandungan ibu

GANTUNG DIRI (HANGING)

SIMPUL
SIMPUL HIDUP

SIMPUL MATI

lingkar jerat
dapat diperbesar
atau diperkecil

lingkar jerat
tidak dapat di
ubah

Simpul harus diamankan dengan


melakukan pengikatan dengan benang
agar tidak berubah pada waktu
mengangkat jerat.

Untuk melepaskan jerat dari leher, jerat


harus
digunting
serong
(jarang
melintang)
pada
tempat
yang
berlawanan dari letak simpul, sehingga
dapat direkonstruksikan kembali di
kemudian hari. Kedua ujung jerat harus
di ikat sehingga bentuknya tidak
berubah.

MEKANISME KEMATIAN AKIBAT


PENJERATAN, PENCEKIKAN, DAN
GANTUNG DIRI

ASFIKSIA

Gangguan
pertukaran udara
pernapasan

HIPOKSIA

hiperkapnia

KEMATIAN

ETIOLOGI
1.
2.
3.

Penyebab alamiah (difteri, fibrosis paru, dll)


Trauma mekanik
Keracunan bahan yang menimbulkan depresi
pusat pernapasan, misalnya barbiturat dan
narkotika

BENTUK ANOKSIA
1. Anoksia Anoksik (Anoxic anoxia)
Tidak ada atau tidak cukup O2
Bernafas dalam ruangan tertutup
Di pegunungan yang tinggi (asfiksia murni
atau sufokasi)
Hambatan mekanik dari luar / dalam jalan
nafas :
Pembekapan
gantung diri
Penjeratan
Pencekikan
Corpus alienum dalam tenggorokan
Ini di kenal dengan asfiksia mekanik

2. Anoksia Anemia (Anemia anoxia)


Hemoglobin
Anemia berat
Perdarahan masif
3. Anoksia Hambatan (Stagnant anoxia)
Tekanan oksigen tinggi namun sirkulasi darah
tidak lancar
Contoh: gagal jantung, syok, dll
4. Anoksia Jaringan (Hystotoxic anoxia)
Gangguan jaringan
Penggunaan oksigen di jaringan tidak efektif.

Tipe anoksia jaringan dibedakan atas:


Ekstraseluler
Keracunan

Sianida
perusakan pada enzim
sitokrom oksidase
kematian segera
Pada keracunan Barbiturat dan hipnotik
lainnya, sitokrom dihambat secara parsial
kematian berlangsung perlahan.

Intraselular

Oksigen

tidak dapat memasuki sel-sel tubuh


karena penurunan permeabilitas membran sel
Misalnya pada keracunan zat anastetik yang
larut dalam lemak seperti kloform, eter dan
sebagainya.

MEKANISME KEMATIAN
Fase kematian asfiksia :
1.Fase Dyspnea
2.Fase Konvulsi
3.Fase Apnea
4.Fase Terminal

TANDA KARDINAL ASFIKSIA


Tardieus

spot (Petechial hemorrages)


Kongesti dan Oedema
Sianosis
Tetap cairnya darah

PEMERIKSAAN JENAZAH

Pemeriksaan luar jenazah :

Sianosis pada bibir, ujung-ujung jari dan kuku.


Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung
kanan
Lebam mayat merah-kebiruan gelap dan terbentuk lebih cepat.
Distribusi lebam mayat lebih luas akibat kadar karbondioksida yang
tinggi dan aktivitas fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar
membeku dan mudah mengalir.
Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat
peningkatan aktivitas pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi
selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar masuknya udara
yang cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang
kadang-kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
Kapiler yang lebih mudah pecah adalah kapiler pada jaringan ikat
longgar, misalnya pada konjungtiva bulbi, palpebra dan subserosa
lain. Kadang-kadang dijumpai pula di kulit wajah.
Gambaran pembendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh
darah konjungtiva bulbi dan palpebra yang terjadi pada fase 2

Pada pemeriksaan dalam jenazah dapat ditemukan :


Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer, karena fibrinolisis darah
yang meningkat paska kematian.
Busa halus di dalam saluran pernapasan.
Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh sehingga
menjadi lebih berat, berwarna lebih gelap dan pada pengirisan banyak
mengeluarkan darah.
Petekie dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada
bagian belakang jantung belakang daerah aurikuloventrikular,
subpleura viseralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika
dan fisura interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah otot
temporal, mukosa piglottis dan daerah sub-glotis.
Edema paru sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan
hipoksia.
Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan kekerasan, seperti
fraktur laring langsung atau tidak langsung, perdarahan faring
terutama bagian belakang rawan krikoid (pleksus vena submukosa
dengan dinding tipis).

PECAHNYA PEMBULUH DARAH


KONJUNGTIVA

SIANOSIS

DARAH BERWARNA GELAP

REFLEKS VAGAL
Jika mekanisme kematiaan adalah refleks vagal
tidak di dapatkan tanda-tanda asfiksia
Refleks
vagal menyebabkan kematian segera
(immediate death), hal ini dikaitkan dengan
terminoogi sudden cardiac arrest. Refleks vagal di
mungkinkan bila leher terkena trauma. Refleks vagal
terjadi sebagai akibat rangsangan pada nervus vagus
pada corpus caroticus di percabangan arteri karotis
interna dan eksterna yang akan menimbulkan
bradikardi dan hipotensi.

Pembeda
Motif

Alat yang digunakan


Tanda jejas jeratan

Strangulation

Manual strangulation

Hanging

Pembunuhan,

Pembunuhan

Pembunuhan,

Bunuh diri
Tali,ikat pinggang,
dasi
Jejas jeratan
horizontal,

Letak jeratan
Tanda
perlawanan

Bekas tali

kontinyu
Di bawah tiroid

Menggunakan tangan
Adanya bekas kuku jari

Tali, kain, dasi

Jejas

jeratan

tangan pada banyak tempat miring,


di leher korban
Tidak ada

tidak

kontinyu
Antara dagu dan
laring
Terkadang ada

Keras, kering,
coklat tua

Lecet disekitar leher

Fraktur laring dan


trakea
Fraktur os hyoid
Dislokasi vertebrae

Umumnya ada

Sering ditemukan

Tidak ada,hanya terdapat


bekas kuku seperti bulan
sabit
Umumnya sering dijumpai

Sering

Tidak dijumpai

Jarang

Jarang
Jarang

Tidak dijumpai
Tidak dijumpai

Sering
Ada pada juridicial
hanging

Perdarahan pada
saluran pernafasan

Ada, bersama buih


dari mulut dan
hidung
Tidak ada

Sangat jarang

Sangat jarang

Tidak ada

Sering
Sianosis dan
kongesti

Jarang
Pucat

Mengalir dari
salah satu sudut
mulut
Jarang
Pucat

Air ludah
Tardieus spot
Muka

Sering ditemukan

Bunuh diri

Lunak dan
kemerahan

Jarang dijumpai

KESIMPULAN

Penjeratan (strangulation) atau pencekikan (manual


strangulation) merupakan salah satu keadaan atau
jenis asfiksia yang berkaitan dengan hambatan
saluran nafas secara mekanik atau disebut juga
asfiksia mekanik. Mekanisme kematian akibat
penjeratan dan pencekikan disebabkan oleh asfiksia
dan refleks vagal. Jika disebabkan asfiksia maka akan
di temukan tanda-tanda asfiksia.
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan
terjadinya gangguan pertukaran udara pernapasan,
mengakibatkan oksigen darah berkurang (hipoksia)
disertai
dengan
peningkatan
karbon
dioksida
(hiperkapnea). Refleks vagal, terjadi sebagai akibat
rangsangan pada reseptor nervus vagus pada corpus
caroticus (carotid body) di percabagan arteri karotis
interna dan eksterna. Reflex vagal ini jarang sekali
terjadi.

TERIMA KASIH

DAFTAR PUSTAKA
Amir,Amri.Prof.Dr.Sp.F(K).DFM.SH,Sp.Ak.2010.
Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik Edisi
Kedua. Medan : FK USU
Gani, Husni. 2003. Ilmu Kedokteran Forensik.
Padang : FK Unand
NN. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta :
FK UI
Idris,
Abdul Munim. Dr. Pedoman Ilmu
Kedokteran Forensik. Jakarta : Binarupa
Aksara

Anda mungkin juga menyukai