Anda di halaman 1dari 195

DAFTAR ISI

Halaman
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2
Maksud dan Tujuan
1.3
Landasan Hukum
1.4
Hubungan Antar Dokumen Perencanaan
1.5
Sistimatika Penulisan

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH


2.1
Aspek Geografi dan Demografi
2.2
Aspek Kesejahteraan Masyarakat
2.3
Aspek Pelayanan Umum
2.4
Aspek DayaSaing Daerah

8
8
23
32
38

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


SERTA KERANGKA PENDANAAN
3.1
Kinerja Keuangan Masa Lalu
3.2
Neraca Daerah
3.3
Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu
3.4
Rencana Kebijakan Pengelolaan Keuangan

43

BAB IV

ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS


4.1
Permasalahan Pokok Pembangunan
4.2
Isu-Isu Strategis

68
68
74

BAB V

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN


5.1
Arah RPJP Kota Padang
5.2
Visi dan Misi Jangka Menengah Propinsi Sumatera
Barat
5.3
Visi Jangka Menengah Kota Padang
5.4
Misi Jangka Menengah Kota Padang
5.5
Tujuan Umum Pembangunan Kota Padang
5.6
Sasaran Pembangunan Kota

80
80
82

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN


6.1
Misi 1 : MewujudkanPendidikan yang Berkualitas
untuk Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang
Beriman dan Berdaya Saing
6.2
Misi 2 : Menjadikan Kota Padang sebagai Pusat
Perdagangan Wilayah Barat Sumatera
6.3
Misi 3 : Menjadikan Kota Padang Sebagai Daerah
TujuanWisata yang Nyaman dan Berkesan
6.4
Misi 4 : Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

91
91

BAB VI

1
1
2
3
5
6

43
54
58
63

85
86
86
87

94
97
100

6.5

6.6

BAB VII

BAB
VIII

Misi 5 : Menciptakan Kota Padang yang Aman,


Bersih, Tertib, Bersahabat dan Menghargai
Kearifan Lokal
Misi 6 : Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan
yang Baik, Bersih dan Melayani

104

109

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN


DAERAH
7.1
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi
1
7.2
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi
2
7.3
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi
3
7.4
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi
4
7.5
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi
5
7.6
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi
6

116

INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG


DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN
8.1
Urusan Pendidikan
8.2
Urusan Kesehatan
8.3
Urusan Pekerjaan Umum
8.4
Urusan Perumahan Rakyat
8.5
Urusan Penataan Ruang
8.6
Urusan Perencanaan Pembangunan
8.7
Urusan Perhubungan
8.8.
Urusan Lingkungan Hidup
8.9.
Urusan Pertanahan
8.10 Urusan Kependudukan & Catatan Sipil
8.11 Urusan Pemberdayaan Perempuan &
Perlindungan Anak
8.12 Urusan Keluarga Berencana & Keluarga Sejahtera
8.13 Urusan Sosial
8.14 Urusan Tenaga Kerja
8.15 Urusan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
8.16 Urusan Penanaman Modal
8.17 Urusan Kebudayaan
8.18 Urusan Pemuda & Olah Raga
8.19 Urusan Kesatuan Bangsa & Politik Dalam Negeri

182

8.20

Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum,


Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian Dan Persandian

116
126
131
137
161
171

183
188
195
203
209
212
216
222
228
231
235
238
241
245
249
253
256
258
261

264

8.21
8.22
8.23
8.24
8.25
8.26
8.27
8.28
8.29
8.30
8.31
8.32
8.33

Urusan Ketahanan Pangan


Urusan Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
Urusan Statistik
Urusan Kearsipan
Urusan Komunikasi & Informatika
Urusan Perpustakaan
Urusan Pertanian
Urusan Kehutanan
Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral
Urusan Pariwisata
Urusan Kelautan dan Perikanan
Urusan Perdagangan
Urusan Industri

273
275
278
280
286
289
292
299
301
303
308
317
323

BAB IX

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN 326


DAERAH

BAB X

PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN


10.1 Pedoman Transisi RKPD Tahun 2019
10.2 Kaidah Pelaksanaan
10.3 Pengendalian dan Evaluasi

343
343
343
343

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7

Tabel 2.8
Tabel 2.9
Tabel 2.10
Tabel 2.11
Tabel 2.12

Tabel 2.13
Tabel 2.14
Tabel 2.15
Tabel 2.16
Tabel 2.17
Tabel 2.18

Tabel 2.19

Tabel 2.20
Tabel 2.21

Kecamatan di Kota Padang Menurut Luas Wilayah Darat,


Administrasi dan Ketinggian Daerah Tahun 2012
Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenis Penggunaannya
di Kota Padang
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Padang
Tahun 2010-2013
Komposisi Penduduk Kota Padang Menurut Kelompok
Umur Tahun 2013
PDRB Kota Padang Atas Harga Konstan Tahun 2000
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 2012
Distribusi PDRB Kota Padang Atas Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 2013
Perkembangan dan Perubahan Indeks Harga Konsumen,
Inflasi Bulanan dan Inflasi Tahunan di Kota Padang Tahun
2011 - 2013
Angka Melek Huruf Kota Padang dan Sumatera Barat
Tahun 2006 2013
Rata-Rata Lama Sekolah Berbagai Kota di Sumatera
Barat Tahun 2009 2013
Indikator Kesejahteraan Bidang Kesehatan Kota Padang
Tahun 2008 2013
Potensi Seni Budaya Kota Padang
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi
Murni (APM) per 1000 Penduduk Menurut Tingkat
PendidikanTahun 2009 - 2012
Jumlah Guru, Murid dan Rasio Menurut Jenjang
Pendidikan Tahun Ajaran 2007 2012
Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kota Padang Tahun 2011
Fasilitas Prasarana Kesehatan di Kota Padang Tahun
2008 2012
Fasilitas dan Rasio Sarana Kesehatan di Kota Padang
Tahun 2008 2012
Nilai Pembentukan Modal di Kota Padang Tahun 2008
2012
Persentase Pengeluaran Per Kapita Penduduk Per Bulan
Menurut Kelompok Pengeluaran Kota Padang Tahun 2011
2012
Panjang Jalan, Jumlah Kendaraan dan Rasio Panjang
Jalan Terhadap Kendaraan dan Jumlah Penduduk Tahun
2008 2012
Nilai Pembentukan Modal di Kota Padang Tahun 2008
2012
Nilai IPM Wilayah Perkotaan di Propinsi Sumatera Barat
Tahun 2009 2012

9
14
21
22
24
25
26

27
28
29
30
33

34
35
36
36
37
38

39

40
41

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 3.7
Tabel 3.8
Tabel 3.9
Tabel 3.10
Tabel 3.11
Tabel 3.12
Tabel 3.13
Tabel 3.14
Tabel 3.15
Tabel 3.16
Tabel 3.17
Tabel 4.1
Tabel 5.1
Tabel 6.1
Tabel 6.2
Tabel 6.3
Tabel 6.4
Tabel 6.5
Tabel 6.6
Tabel 7.1
Tabel 7.2
Tabel 7.3
Tabel 7.4

Dasar Hukum Pemungutan Pajak dan Retribusi Daerah di


Kota Padang
Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah & Tingkat
Pertumbuhan Rata-Rata Per Tahun
Perkembangan Proporsi Pendapatan Daerah & Tingkat
Pertumbuhan Rata-Rata Per Tahun
Perkembangan Realisasi Belanja Daerah dan Tingkat
Pertumbuhan Rata-Rata per Tahun
Perkembangan Realisasi Belanja Langsung dan Belanja
Tidak Langsung
Perkembangan Proporsi Belanja Pegawai , Belanja
Barang dan Jasa, Serta Belanja Modal Tahun 2009 2013
Perkembangan Realisasi Pembiayaandan Rata-Rata
Pertumbuhan Per Tahun
Perkembangan Pos-Pos Neraca dan Rata-Rata
Pertumbuhan per Tahun
Perkembangan Rasio Keuangan Pertumbuhan Rata-Rata
Per Tahun
Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Defisit Riil Anggaran
Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat Serta Prioritas
Utama
Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas
Utama
Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Untuk
Mendanai Pembangunan Daerah
Proyeksi Pendapatan Daerah Tahun 2014 2019
Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah
Untuk Mendanai Pembangunan Daerah
Hubungan Pembangunan Kota Padang Dengan Kota
Tetangga
Hubungan Hirarkis Antara Visi, Misi, Tujuan & Sasaran
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan pada Misi 1
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan pada Misi 2
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan pada Misi 3
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan pada Misi 4
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan pada Misi 5
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan pada Misi 6
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
Untuk Misi 1
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
Untuk Misi 2
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
Untuk Misi 3
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
Untuk Misi 4

44
46
48
50
52
53
54
56
58
58
59
60
60
62
62
64
67
74
88
93
96
99
102
106
113
118
127
133
139

Tabel 7.5
Tabel 7.6
Tabel 8.1
Tabel 8.2.
Tabel 8.3
Tabel 8.4
Tabel 8.5
Tabel 8.6

Tabel 8.7
Tabel 8.8
Tabel 8.9
Tabel 8.10

Tabel 8.11

Tabel 8.12

Tabel 8.13
Tabel 8.14
Tabel 8.15
Tabel 8.16
Tabel 8.17
Tabel 8.18
Tabel 8.19

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah


Untuk Misi 5
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
Untuk Misi 6
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Pendidikan dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Kesehatan dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Pekerjaan Umum dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Perumahan dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Penataan Ruang dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Perencanaan Pembangunan dan Pendanaan Tahun 2014
2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Perhubungan dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Lingkungan dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Pertanahan dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Kependudukan & Catatan Sipil dan Pendanaan Tahun
2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak dan
Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
KeluargaBerencana & Keluarga Sejahtera dan Pendanaan
Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Sosial dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
TenagaKerja dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Koperasi dan UKM dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Penanaman Modal dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Kebudayaan dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Pemuda & Olah Raga dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Kesatuan Bangsa & Politik Dalam Negeri dan Pendanaan
Tahun 2014 2019

163
172
185
189
198
205
210
214

217
223
229
232

236

239

242
246
250
254
257
259
262

Tabel 8.20

Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan


Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian Dan
Persandian dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Ketahanan Pangan dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Pendanaan Tahun
2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Statistik dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Kearsipan dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Komunikasi & Informatika dan Pendanaan Tahun 2014
2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Perpustakaan dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Pertanian dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Kehutanan dan Pendanaan Tahun 2014 2019

265

Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan


Energi dan Sumber Daya Mineral dan Pendanaan Tahun
2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Pariwisata dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Kelautan dan Perikanan dan Pendanaan Tahun 2014
2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Perdagangan dan Pendanaan Tahun 2014 2019
Program Prioritas Pembangunan Daerah Menurut Urusan
Industri dan Pendanaan Tahun 2014 2019

302

Tabel 8.34

Rekapitulasi Kerangka Pendanaan & Program Prioritas


Pembangunan Daerah MenurutUrusanTahun 2014 - 2019

325

Tabel 9.1.

Penetapan Indikator Kinerja Pembangunan Kota Padang


Tahun 2014 2019

327

Tabel 8.21
Tabel 8.22

Tabel 8.23
Tabel 8.24
Tabel 8.25

Tabel 8.26
Tabel 8.27
Tabel 8.28

Tabel 8.29

Tabel 8.30
Tabel 8.31

Tabel 8.32
Tabel 8.33

274
276

279
281
287

290
294
300

306
311

319
324

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pemerintah memerlukan perencanaan pembangunan dalam menjalankan
tugas dan fungsinya, mulai dari perencanaan jangka panjang hingga perencanaan
jangka pendek yang substansinya saling berkaitan. Perencanaan yang baik akan
menjadi arah bagi cita-cita pembangunan dan hakekat dari pembangunan adalah
proses perubahan masyarakat dari kondisi saat ini menjadi kondisi yang dicitacitakan. Agar perubahan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkan diperlukan
suatu perencanaan pembangunan yang terpadu (integrated), terukur (measurable),
dapat dilaksanakan (applicable) dan berkelanjutan (sustainable).
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) telah memberikan landasan bagi berbagai bentuk
perencanaan dari pusat hingga daerah. Terkait dengan Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (sebagaimana telah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah)
dalam perencanaan, diamanatkan juga bahwa Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten/Kota dalam rangka menyelenggarakan pemerintahannya harus
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk
periode 5 tahun sesuai dengan masa jabatan kepala daerah bersangkutan.
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, ada perobahan pendekatan perencanaan
pembangunan menjadi lebih komprehensif yaitu dengan menggunakan pendekatan
politis, teknokratik, partisipatif, top-down dan bottom-up. Sebagaimana
diamanatkan pada Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) merupakan jabaran lebih konkrit dari visi,misi dan
program Kepala Daerah terpilih yang penyusunannya berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan memperhatikan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), memuat arah kebijakan
keuangan daerah, isu-isu strategis, visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota
terpilih, strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah, kebijakan umum dan
program Satuan Kerja Perangkat Daerah disertai dengan kerangka pendanaan yang
bersifat indikatif, dan target indikator kinerja daerah.
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) ini
dilakukan dengan berpedoman pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka

Panjang (RPJP) Kota Padang periode 2004-2020 yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Nomor 18 Tahun 2004 tanggal 3 Agustus 2004, Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Barat untuk periode 2005-2025
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007,dan Rencana TataRuang Wilayah (RTRW) Kota Padang periode 2010-2030 yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 dan Permendagri Nomor 72 Tahun
2013. Selanjutnya, penyusunan RPJMD ini menampung aspirasi warga Kota Padang
baik yang berdomisili di Kota Padang maupun yang berada di perantauan secara
lebih rinci dan terfokus sebagaimana dihasilkan dalam Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Daerah (Musrenbang) yang telah dilaksanakan khusus untuk tujuan
ini.

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud disusunnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Padang periode 2014-2019 ini adalah untuk memberikan landasan,
arah dan pedoman bagi para penyelenggara pemerintahan dan pelaku
pembangunan (stakeholders) dalam menyusun rencana, program dan kegiatan
untuk mendorong pembangunan daerah dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Kota Padang dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan.
Adapun tujuan disusunya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Padang tahun 2014-2019 ini adalah untuk:
1.

Menyediakan satu acuan resmi bagi seluruh jajaran Pemerintah Kota


Padang dan DPRD Kota Padang dalam menentukan prioritas program dan
kegiatan tahunan dan lima tahunan yang akan dibiayai dari Anggaran
Pendapatan dan belanja Daerah.

2.

Menetapkan strategi dan kebijakan umum pembangunan daerah serta


merumuskan program pembangunan selama lima tahun kedepan agar
mekanisme perencanaan dan pembangunan daerah dapat berjalan lancar,
terpadu, sinkron dan bersinergi sesuai dengan kondisi dan karakteristik
daerah Kota Padang.

3.

Menyediakan satu tolak ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi


kinerja tahunan dan lima tahunan bagi setiap SKPD dan Pemerintah Kota
Padang.

4.

Memudahkan seluruh jajaran aparatur Pemerintah Kota Padang dan DPRD


Kota Padang dalam mencapai tujuan dengan cara menyusun Rencana
Strategis, arah kebijakan, program dan kegiatan secara terpadu, terarah
dan terukur.

5.

Mewujudkan visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota Padang terpilih yaitu
untuk meningkatkan kesejahteraan warga kota sehingga mampu
berkembang secara mandiri, memiliki keterampilan dan ilmu pengetahuan

untuk mampu bersaing dalam era teknologi informasi dan menghadapi


persaingan global.
6.

Merumuskan gambaran pengelolaan keuangan daerah sebagai dasar


penentuan kemampuan pendanaan 5 tahun ke depan, menterjemahkan visi
misi kota Padang ke dalam tujuan sasaran pembangunan daerah serta
menetapkan indikator kinerja satuan perangkat kerja daerah sebagai dasar
penilaian keberhasilan pembangunan.

1.3. LANDASAN HUKUM


Penyusunan RPJMD Kota Padang 2014-2019 dilakukan mengacu kepada
beberapa ketentuan perundangan berlaku sebagai landasan hukum, antara lain:
1.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

4.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4421);

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


sebagaimana telah beberapakali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008;

7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

8.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33);

9.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia 2008 Nomor 4725);

10. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara;


11. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1980 Tentang Perubahan Batas
Wilayah Kota Daerah Tingkat II Padang. (Lembaran Negara Tahun 1980
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3164);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah;
13. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 Tentang Tata Cara
Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 Tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4815);
17. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
18. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan
Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi);
19. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010-2014;
20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54, Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah;
21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan atau
Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah;
22. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
dan
Menteri
Keuangan
Nomor:
28
Tahun
2010;
Nomor:
0199/MPPN/04/2010; Nomor: PMK 95//PMK 07/2010 tentang Penyelarasan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014;
23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2013, Tentang Pedoman
Pembangunan Wilayah Terpadu;

24. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2007 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Barat
2005-2025;
25. Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kota Padang 2004-2020;
26. Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Perubahan
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 Revisi Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Kota Padang Tahun 2009-2014;
27. Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Padang 2010-2030.

1.4. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN PERENCANAAN


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Padang
disusun berdasarkan visi dan misi kepala daerah terpilih dalam PILKADA. Dalam
RPJMD ini visi dan misi tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi strategi, kebijakan
dan prioritas pembangunan untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan di atas.
Selanjutnya dari strategi dan kebijakan tersebut disusun program dan kegiatan yang
perlu dilaksanakan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan yang
ditetapkan dalam RPJMD Kota Padang. Namun demikian, penyusunan RPJMD ini
juga mempedomani arah dan pentahapan pembangunan yang ditetapkan dalam
RPJPD Kota Padang agar terdapat kesinambungan proses pembangunan kota dalam
jangka panjang. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, RPJMD ini
harus ditetapkan dalam bentuk Peraturan Daerah Kota Padang.
Dokumen RPJMD Kota Padang yang sudah ditetapkan dengan Peraturan
Daerah, selanjutnya dijadikan pedoman utama dalam penyusunan Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkan Daerah (Renstra SKPD) dilingkungan Kota
Padang. Konsistensi antara RPJMD dan Renstra SKPD ini perlu dijaga agar semua
kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Padang mendukung
terwujudnya visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota Padang terpilih. Dengan cara
demikian diharapkan dapat diciptakan proses pembangunan Kota Padang yang
terpadu dan saling mendukung lintas sektoral dan wilayah sehingga pencapaian
tujuan pembangunan kota menjadi lebih terarah.
Selanjutnya, dokumen RPJMD Kota Padang juga dijadikan acuan utama
dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan
rencana tahunan yang disusun oleh Bappeda Kota Padang. Dalam RKPD ini,
penyusunan rencana dilakukan secara lebih rinci sampai kepada rincian program
dan kegiatan serta pagu dana indikatif yang dibutuhkan. Disamping itu, program
dan kegiatan tersebut juga harus dilengkapi dengan indikator kinerja, baik masukan
(output) dan hasil (outcome) sehingga penyusunan rencana menjadi lebih terukur.
RKPD ini selanjutnya dijadikan sebagai dasar utama penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Padang pada setiap tahunnya.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN


Sistematika penulisan RPJMD Kota Padang 2014-2019 terdiri dari 9 bab yang
saling berkaitan satu sama lain dan secara umum berisikan hal-hal sebagai berikut:
Bab I

Pendahuluan
Memuat latar belakang penyusunan rencana, maksud dan tujuan,
landasan hukum, hubungan antar dokumen perencanaan pembangunan
dan sistematika penulisan rencana.

BAB II

Gambaran Umum Kondisi Daerah


Memuat gambaran umum yang mencakup tentang aspek geografis dan
demografis Kota Padang, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek
pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.

BAB III

Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Serta Kerangka


Pendanaan
Berisikan kinerja keuangan daerah masa lalu, kebijakan pengelolaan
keuangan masa lalu dan kerangka pendanaan pembangunan. Kinerja
keuangan masa lalu meliputi kinerja pelaksanaan APBD dan Neraca
Daerah. Kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu meliputi: proporsi
penggunaan anggaran dan analisa pembiayaan. Sedangkan kerangka
pembiayaan meliputi analisis pengeluaran dana dan kerangka
pendanaan masa datang.

BAB IV

Analisis Isu-Isu Strategis


Memuat permasalahan pokok pembangunan dan beberapa isu strategis
yang menentukan arah pembangunan Kota Padang 5 tahun mendatang.

BAB V

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran


Berisikan uraian visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota terpilih serta
tujuan dan sasaran pembangunan Kota Padang kedepan.

Bab VI

Strategi Dan Arah Kebijakan


Memuat rumusan strategi dan arah kebijakan pembangunan Kota
Padang untuk periode lima tahun kedepan.

BAB VII

Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Kota


Memuat arah kebijakan umum daerah menurut urusan wajib dan pilihan
serta program dan kegiatan Pembangunan terkait yang disusun dengan
memperhatikan kondisi dan permasalahan Kota Padang serta sasaran
dan target pembangunan yang akan dicapai.

Bab VIII Indikasi Program Prioritas yang Disertai Kebutuhan Pendanaan


Memuat program-program prioritas yang dirinci berdasarkan tahun
perencanaan dan pagu indikatif

BAB IX

Penetapan Indikator Kinerja Pembangunan Daerah


Berisikan penetapan indikator dan target kinerja pembangunan daerah
secara makro maupun menurut program pembangunan. Indikator dan
target kinerja mencakup keluaran (output) dan hasil (outcome).

BAB X

Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan


Memuat tentang pedoman transisi kepemimpinan kota dan kaidah
pelaksanaan RPJMD Kota Padang sesuai peraturan perundangan
berlaku.

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI


2.1.1. Letak dan Kondisi Geografi
Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat memiliki luas wilayah
administratif sekitar 1.414,96 km, terletak di pesisir pantai Barat Pulau Sumatera
pada posisi astronomis antara 1000505 BT 1003409 BT dan 004400 LS 010835 LS. Wilayah kota Padang terdiri dari 694,96 km daratan dan 720,00 km
perairan/laut yang merupakan hasil perluasan Kota Padang Tahun 1980, yaitu
penambahan 3 kecamatan dan 15 kelurahan menjadi 11 kecamatan dan 104
kelurahan. Dari seluruh Kecamatan tersebut sebanyak 6 kecamatan dan 22
Kelurahan berada di daerah pesisir. Kota Padang memiliki 19 pulau-pulau kecil yang
tersebar pada beberapa kecamatan, dan 21 sungai besar dan kecil dimana 5
diantaranya merupakan sungai besar, dengan sungai terpanjang adalah sungai
Batang Kandis yang panjangnya 20 Km.
Gambar 2.1 Peta Kota Padang

Sumber: RTRW Kota Padang 2010-2030

Pada tahun 1980 wilayah Kota Padang yang sebelumnya terdiri dari 3
Kecamatan dengan 15 Kampung dikembangkan menjadi 11 Kecamatan dan 193
Kelurahan, kemudian dengan ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2005
dilakukan penggabungan kelurahan menjadi 104 Kelurahan. Adapun batas-batas
wilayah administratif Kota Padang, adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.

Sebelah
Sebelah
Sebelah
Sebelah

Utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman.


Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok.
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.
Barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Wilayah kecamatan yang terluas di kota Padang adalah Kecamatan Koto


Tangah yaitu 232,25 Km2 atau 33,42% sedangkan wilayah kecamatan yang terkecil
luasnya adalah Kecamatan Padang Barat yaitu 7 Km 2 atau 1,01%. Luas dan
komposisi luas lahan serta ketinggian daerah menurut Kecamatan di kota Padang
dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Kecamatan di Kota Padang menurut Luas Wilayah Darat Administrasi
dan Ketinggian Daerah
No.

Kecamatan

1.

Bungus Teluk Kabung

2.

Luas (Km2)

Persentase (%)

Ketinggian
(m.dpl)

100,78

14,50

0 - 850

Lubuk Kilangan

85,99

12,37

25 - 1.853

3.

Lubuk Begalung

30,91

4,45

8 - 400

4.

Padang Selatan

10,03

1,44

0 - 322

5.

Padang Timur

8,15

1,17

4 - 10

6.

Padang Barat

7,00

1,01

0-8

7.

Padang Utara

8,08

1,16

0 - 25

8.

Nanggalo

8,07

1,16

3-8

9.

Kuranji

57,41

8,26

8 - 1.000

10.

Pauh

146,29

21,05

10 - 1.600

11.

Koto Tangah

232,25

33,42

9 - 1.600

Jumlah

694,96

100,00

Sumber: Padang Dalam Angka 2013

2.1.2. Topografi
Kota Padang memiliki garis pantai sepanjang 68,126 km, sebagai kota
pantai, Kota Padang terdiri atas dataran rendah yang terletak pada ketinggian 010
m di atas permukaan laut. Secara keseluruhan, Kota Padang terletak pada
ketinggian yang berkisar antara 0-1.853 m di atas permukaan laut. Daerah tertinggi
adalah Kecamatan Lubuk Kilangan, sedangkan daerah lainnya terletak pada dataran
tinggi, yaitu sebelah Selatan dan Timur. Secara topografi Kota Padang terbagi atas
empat kategori, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Dataran
Dataran
Dataran
Dataran

datar (lereng 0 - 2%) seluas 16.379,82 Ha (23,57%);


bergelombang (lereng 3 - 15%) seluas 5.510,93 Ha (7,93%);
curam (lereng 16 - 40%) seluas 13.219,48 Ha (19,02%);
sangat curam (lereng diatas 40%) seluas 34.385,77Ha (49,48%).

Berdasarkan penyebaran topografinya, lahan efektif Kota Padang berada


pada topografi yang berlereng 0 - 15% dengan luas 21.890,75 Ha atau 31,5% dari
luas wilayah. Daerah ini tersebar dari pinggiran pantai Barat hingga wilayah Timur
kota.

Selanjutnya, berdasarkan posisi wilayah, Kota Padang secara fisik


mempunyai ciri berbeda dengan kota-kota lainnya di Provinsi Sumatera Barat. Ada 3
(tiga) ciri yang menonjol:
1. Wilayah Pantai, yaitu seluruh wilayah pinggiran pantai berhadapan dengan
Samudera Hindia.
2. Wilayah Dataran Rendah, yaitu wilayah yang sebagian besar sudah
berkembang merupakan daerah pusat Kota Padang sebelum Pemekaran
Tahun 1980 dan sebagian wilayah kecamatan hasil Pemekaran.
3. Wilayah Dataran tinggi, yaitu wilayah yang berada pada lereng Bukit Barisan
yang melingkari Kota Padang.
Oleh karena itu, dilihat dari topografi daerah mempunyai karakteristik sangat
bervariasi, dimana dipengaruhi ketiga kondisi wilayah di atas. Secara umum
karakteristik Kota Padang perpaduan antara pantai, daratan dan perbukitan.
Ketinggian wilayah dari permukaan laut berada pada 0 meter sampai di atas 1.853
meter dari permukaan laut. Sebagian besar topografi wilayah Kota Padang memiliki
tingkat kelerangan lahan rata-rata 40%.
Kondisi Topografi Kota Padang dilihat dari aspek kemiringan lahan adalah
sebagai berikut:
1. Kawasan dengan kemiringan lahan antara 0 2% terdapat di Kecamatan
Padang Barat, Padang Timur, Padang Utara, Nanggalo, sebagian Kecamatan
Kuranji, Kecamatan Padang Selatan, Kecamatan Lubuk Begalung dan
Kecamatan Koto Tangah.
2. Kawasan dengan kemiringan lahan antara 3 15% tersebar di Kecamatan
Koto Tangah, Kecamatan Pauh dan Kecamatan Lubuk Kilangan yakni berada
pada bagian tengah Kota Padang.
3. Kawasan dengan kelerengan lahan 16 40% tersebar di Kecamatan Lubuk
Begalung, Lubuk Kilangan, Kuranji, Pauh dan Koto Tangah.
4. Kawasan dengan kelerengan lahan lebih dari 40% tersebar di bagian Timur
Kecamatan Koto Tangah, Kuranji, Pauh dan bagian Selatan Kecamatan
Lubuk Kilangan, Kecamatan Lubuk Begalung dan sebagian besar Kecamatan
Bungus Teluk Kabung. Kawasan ini merupakan kawasan yang telah
ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung.
2.1.3. Hidrologi dan Klimatologi
2.1.3.1. Hidrologi
Kondisi hidrologi Kota Padang terdiri dari: Daerah Aliran Sungai (DAS),
sungai, danau dan rawa dan debit air. Wilayah Kota Padang terbagi dalam 6 (enam)
Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu: DAS Air Dingin, DAS Air Timbalun, DAS Batang
Arau, DAS Batang Kandis, DAS Batang Kuranji dan DAS Sungai Pisang.

10

Pembagian DAS ini dikarenakan wilayah Kota Padang dilalui oleh banyak
sungai besar dan kecil. Terdapat 21 aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota
Padang dengan total panjang mencapai 133,9 Km (5 sungai besar dan 16 sungai
kecil). Umumnya sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang
ketingginnya tidak jauh berbeda dengan ketinggian permukaan laut. Kondisi ini
mengakibatkan cukup banyak wilayah Kota Padang yang rawan terhadap
banjir/genangan.
Selanjutnya, berdasarkan analisa geolistrik, jenis dan susunan batuan maka
kondisi hidrogeologi Kota Padang dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Karakteristik air bawah tanah


Pada umumnya dataran di Kota Padang ditutupi oleh endapan aluvium dan
terletak di dalam Cekungan Air Tanah (CAT) Padang Pariaman dan Cekungan
Air Tanah (CAT) Painan. Air dalam tanah tersebut berasal dari air yang datang
dari arah timur (perbukitan) dan pada bagian Timur ini merupakan hutan yang
sekaligus sebagai daerah tangkapan air ( catchments area). Siklus air hujan
yang turun di kawasan ini sebagian meresap ke dalam tanah dan kemudian
membentuk air tanah. Sebagian lain mengalir di permukaan tanah. Disamping
itu, ada yang menjadi uap air ke udara, dimana sangat tergantung pada suhu
udara dan vegetasi penutup permukaan tanah. Air yang meresap dan masuk ke
dalam tanah membentuk air bawah tanah mengalir ke permukaan sungai dan
terbentuklah sungai mulai dari sungai kecil sampai dengan sungai besar.
Semuanya bermuara ke laut pantai Barat. Secara umum hidrologi Kota Padang
mempunyai 21 aliran sungai yang mengaliri seluruh wilayah kota. Panjang
sungai yang ada di Kota Padang sepanjang 133,9 Km. Tingkat ketinggian
sungai-sungai tersebut pada umumnya tidak jauh berbeda dengan tinggi
permukaan laut.

2) Penyebaran air bawah tanah


Penyebaran air bawah tanah di Kota Padang dibedakan atas dua wilayah air
bawah tanah, yaitu:
a. Wilayah air tanah dataran pantai. Wilayah air tanah dataran pantai
tersimpan dalam batuan-batuan hasil endapan banjir sungai (alluvial
deposits), endapan rawa-rawa pantai (backswamp deposits) dan endapan
banjir pantai atau laut (marine or coastal floodplain deposits).
Semua endapan tersebut berbentuk pasir, lempung, lanau dan kerikil.
Batuan yang menjadi akuifer (pembawa air) berupa pasir halus dan kasar
serta kerikil. Sebaran air bawah tanah dataran pantai meliputi hampir
semua kawasan pantai Kota Padang. Wilayah dataran pantai ini
mempunyai keterusan air (permeability) dari sedang hingga tinggi.
Muka air tanah dangkal (water table) umumnya sangat dangkal yaitu
antara 1 s/d 2 meter dan pada musim penghujan bisa lebih tinggi lagi.
Debit sumur berkisar 2-5 liter/detik.

11

b. Wilayah Air Tanah Perbukitan, perbukitan menyangkut daerah imbuhan air


tanah dan cekungan air tanah yang tidak mengenal batas topografi dan
administrasi. Sebagian besar wilayah timur dan selatan merupakan daerah
perbukitan berasal dari endapan gunung api antara lain endapan lahar,
tufa andesit, tufa kristal dan lava, aggolomerat. Wilayah perbukitan ini
membawa air (akuifer) memiliki keterusan yang rendah dan debit sumur
dibawah 2 liter/detik. Beberapa mata air yang muncul di kawasan ini, pada
umumnya mempunyai debit kurang dari 2 liter/detik.
2.1.3.2. Klimatologi
Suhu udara Kota Padang sepanjang tahun 2013 berkisar antara 22,0C
sampai 31,7C dan kelembaban udara rata-rata berkisar antara 80% - 85% dengan
curah hujan rata-rata 347,5 mm/bulan dan rata-rata hari hujan 19 hari . Curah
hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember (615 mm) dan terendah pada bulan
Maret (81 mm). Angin didominasi oleh angin Barat, Barat Daya, Barat Laut dengan
kecepatan rata-rata 5 6 knot, dan kecepatan tertinggi mencapai 9 35 knot.
Dipengaruhi oleh angin musim maka arus permukaan di wilayah perairan Kota
Padang sepanjang tahun mengalir ke arah Tenggara hingga Barat Daya (musim
Barat) dengan kekuatan arus antara 1 45 cm/detik biasanya mencapai puncak
pada bulan Desember.
Arus musim Timur terjadi antara bulan April hingga Oktober, melemah
dengan kekuatan antara 1 cm/detik hingga 36 m/detik. Pada bulan Juli arus
mencapai kekuatan minimum antara 1 cm/detik hingga 5 cm/detik. Selain itu di
perairan Kota Padang juga terjadi arus pantai yang diakibatkan oleh gelombang.
Arus ini berpengaruh terhadap abrasi dan sedimentasi pantai. Tinggi gelombang
yang terjadi berkisar antara 0,5 2,0 meter.

2.1.4. Kondisi Geologi


Secara kondisi geologi Wilayah Kota Padang terbentuk oleh endapan
permukaan, batuan vulkanik dan intrusi serta batuan sedimen dan metamorf.
Secara garis besar jenis batuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Aliran yang tak teruraikan (Qtau) merupakan batuan hasil gunung api yang
tak teruraikan umumnya berupa lahar, konglomerat, breksi dan batu pasir
yang bercampur satu. Batuan ini tersebar pada daerah yang merupakan
daerah Bukit Barisan di wilayah Kota Padang dan sekitar Gunung Padang
dan Bukit Air Manis.
2. Alluvium (Qal) merupakan batuan yang umumnya terdiri dari lanau,
lempung, pasir, kerikil, pasir lempungan, lempung pasiran. Penyebaran dari
Utara ke Selatan di seluruh dataran rendah Kota Padang.

12

3. Kipas Alluvium (Qt) merupakan batuan terdiri dari rombakan batuan andesit
berupa bongkah-bongkah yang berasal dari gunung api strato, bewarna abuabu kehitaman, keras, komposisi mineral piroksen, homblende dan mineral
hitam lainnya. Batuan ini tersebar di bagian bawah lereng-lereng
pegunungan dan perbukitan sekitar Bukit Nago dan Limau Manis.
4. Tufa Kristal (QTt) merupakan tufa kristal yang mengeras yang terlihat pada
singkapan setempat-setempat di perbukitan di Bukit Air Manis, di Teluk
Nibung dan dan Lubuk Begalung hingga ke perbukitan di Kelurahan Labuhan
Tarok.
5. Andesit (Qta) dan Tufa (QTp) merupakan batuan gunung berapi yang masih
masif bewarna hitam keabu abuan hingga putih, andesit berselingan dengan
tufa, terlihat pada singkapan setempat-setempat di Pegambiran, Tarantang
dan perbukitan Air Dingin yang bersebelahan dengan batu gamping.
6. Batu Gamping (PTls) berwarna putih hingga ke abu-abuan, terlihat pada
singkapan di Indarung, sekitar Bukit Karang Putih.
7. Fillit, Batu Pasir, Batu Lanau Meta (PTps) fillit bewarna hitam hingga abu
kemerahan, batu pasir bewarna abu-abu kehijauan mengandung klorit keras
dan berbutir halus dan batu lanau bewarna hijau kehitaman. Batuan ini
terlihat pada singkapan Koto Lalang (jalan ke arah Solok). Umumnya
mendasari bukit-bukit dan pegunungan yang landai.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Pertambangan
dan Energi, potensi pertambangan dan mineral Kota Padang terdiri dari:
1. Batu Kapur yang terletak di Bukit karang putih, Bukit Batu Gadang, Ngalau
Baba, Karang Cermin, Lereng Barat Bukittinggi Karang Bagayuik, Karang
Rabana dan Lubuk Kilangan.
2. Emas terletak di Bukik Bulek, Batu Busuk.
3. Granit terletak di Lubuk Kilangan seluas 1375 Ha sebanyak 2.800.000.000
Ton.
4. Silika terletak di Bukik Ngalau dan Bagian Timur Bukit Karang Putih
Kecamatan Lubuk Kilangan seluas 154 Ha diperkirakan 150.000.000 Ton.
5. Tanah Liat terletak di Sungai Bangek dan Air Dingin Kecamatan Koto
Tangah.

13

2.1.5. Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan di Kota Padang dapat dibedakan atas 2 kelompok utama,
yaitu (a) lahan sawah sekitar 7,22% tahun 2012 dan tahun 2013 adalah sekitar
6,41%, (b) bukan lahan sawah sekitar 92,79% tahun 2012 dan tahun 2013 adalah
sekitar 92,80%. Diantara 92,80% tersebut sebagian besar masih merupakan hutan
lebat, yaitu sekitar 51,01%, sedangkan lebih kurang 10,96% digunakan sebagai
areal tanah perumahan dan industri. Selebihnya lahan digunakan untuk kegiatan
perdagangan dan jasa, pemerintahan, dan sebagainya seperti pada tabel 2.2:
Tabel 2.2
Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenis Penggunaannya
di Kota Padang
No.

Jenis penggunaan

A
1.
2.

Lahan Sawah
Sawah Irigasi Teknis
Sawah Irigasi Non Teknis

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.

Bukan Lahan Sawah


Perumahan
Perusahaan
Industri
Jasa
Ladang
Perkebunan Rakyat
Kebun Campuran
Kebun Sayuran
Peternakan
Kolam Ikan
Danau Buatan
Tanah kosong
Tanah Kota
Semak
Rawa
Jalan Arteri dan Kolektor
Hutan Lebat
Sungai dll
Jumlah

2013

2012
2

Luas (Km )

Luas (Km2)

5.014,25
4.934,00
80,25

7,22
7,10
0,12

4.456,95
4.394,00
62,95

6,41
7,10
0,09

64.482,57
6.907,62
261,06
702,25
715,32
942,23
2.147,50
13.711,02
1.343,00
26,83
100,80
2,25
15.26
16,00
1.508,98
120,00
135,00
35.448,00
379,45

92,79
9,94
0,38
1,02
1,03
1,36
3,09
19,73
1,93
0,04
0,15
0,00
0,02
0,02
2,17
0,17
0,19
51,01
0,55

64.495.24
6.938,5
261.06
702.25
715.32
940,38
2147.50
13.709,45
1.343,00
26.83
100.80
2.25
10.62
16.00
1.498,83
120.00
135.00
35.448,00
379.45

92,80
9,98
0,38
1,02
1,03
1,35
3,091
19,73
1,93
0,04
0,15
0,00
0,02
0,02
2,17
0,17
0,19
51,01
0,55

69.496,00

100,00

69.496,00

100,00

Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kota Padang, dalam PDA 2013.

2.1.6. Potensi Pengembangan Wilayah


Potensi pengembangan wilayah kota Padang dapat dilihat dari lima aktivitas
ekonomi di wilayah ini, yaitu:

14

1) Wilayah Potensi Perikanan


Wilayah Pelabuhan Bungus akan dikembangkan sebagai Pelabuhan Perikanan
Samudera (PPS) Bungus yang pengelolaannya dibawah pengawasan
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Pelabuhan Bungus akan dikembangkan
sebagai pelabuhan perikanan yang terintegrasi dengan rencana pengembangan
Kawasan Minapolitan Bungus. PPS Bungus akan dikembangkan sebagai
pelabuhan perikanan samudera dalam skala pelayanan regional dan bahkan
internasional, dengan jangkauan wilayah tangkapan ikan sampai zona batas
perairan internasional dan dengan jenis kapal ikan yang cukup besar serta
lengkap dengan sistem penyimpanan ikan dalam jangka waktu agak lama (ratarata 1 minggu).
Di kawasan PPS Bungus ini sudah ada dan dilengkapi dengan kegiatan
penunjang seperti: kantor administrasi pelabuhan, dermaga dan tempat parkir
kapal-kapal penangkap ikan, bengkel perbaikan kapal, depo BBM, kantor
administrasi pelabuhan, pabrik pengolahan ikan, pabrik pembuatan es,
pergudangan, cold storage, perumahan karyawan dan bangunan mess yang
disewakan bagi awak kapal yang sedang berlabuh. Armada kapal ikan dan
bongkar muat ikan di PPS Bungus ini, tidak hanya dari wilayah Kota Padang
saja tetapi juga berasal dari kota dan kabupaten lain yang berada di Sumatera
Barat bahkan juga berasal dari daerah-daerah lainnya.
Khusus untuk pelabuhan Muara Anai juga direncanakan untuk pengembangan
pelabuhan nelayan yang melakukan aktivitas penangkapan ikan di sekitar
kawasan perairan setempat dengan bobot kapal dibawah 30 DWT yang
membawa hasil pemanfaatan sumber daya laut lainnya.
2) Wilayah Potensi Pertanian
Ruang untuk pengembangan budi daya pertanian kota diarahkan pada lokasilokasi yang memiliki saluran-saluran irigasi teknis yang berada pada Kecamatan
Pauh, Kuranji, Bungus Teluk kabung, Koto Tangah atau lainnya. Upaya untuk
mempertahankan kawasan pertanian kota tidak hanya dalam rangka ketahanan
pangan namun juga sebagai bagian daripada penataan lanskap kota dalam
upaya menjaga keseimbangan yang bertujuan untuk membatasi terjadinya
urbanisasi penduduk atau tidak terjadinya perpindahan mata pencaharian
penduduk dari pertanian ke lainnya, sehingga pertanian tetap terjaga antara
lahan terbangun dan lahan tidak terbangun. Pertanian perkotaan yang terletak
pada hampir semua wilayah kecamatan kecuali kecamatan-kecamatan di
kawasan pusat kota seoptimal mungkin tetap dipertahankan dan sebagian
dikembangkan untuk pengembangan polder pengendali banjir yang dipadukan
dengan pengembangan kegiatan rekreasi keluarga.
Keberadaan Hutan Lindung dan Hutan Suaka di Kota Padang yang harus dijaga
kelestariannya memerlukan penyangga sebagai pembatas antara kawasan
lindung dengan kawasan budi daya lainnya. Dalam sejarahnya, beberapa
kawasan Kota Padang memiliki potensi sebagai penghasil gambir, pala, karet,

15

cokelat dan tanaman perkebunan lainnya. Dalam rangka pemberdayaan


ekonomi masyarakat yang tinggal di kawasan yang berbatasan dengan
kawasan lindung dan suaka perlu untuk melibatkan partisipasi masyarakat
dalam menjaga kelestariannya, Kawasan penyangga yang menjadi pembatas
kawasan lindung dan suaka tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai
kawasan perkebunan.
3) Wilayah Potensi Pariwisata
Potensi wisata yang ada meliputi wisata alam, budaya, bahari, belanja, kuliner,
sejarah dan wisata konvensi. Pengembangan wisata kuliner, belanja dan
konvensi direncanakan terintegrasi dengan kawasan perdagangan dan jasa.
Sedangkan wisata alam budaya dan sejarah direncanakan terintegrasi pada
wisata kuliner. Rincian kawasan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan kawasan pariwisata alam diarahkan pada kawasan Pantai
Padang, Gunung Padang dan Pantai Air Manis, Sungai Pisang, Pantai Pasir
Jambak serta pulau-pulau kecil yang memiliki potensi wisata di wilayah
perairan Kota Padang;
b) Pengembangan kawasan pariwisata budaya diarahkan pada kawasan kota
lama yaitu kawasan pondok dan kawasan muaro serta kawasan ruang
terbuka hijau di lapangan Imam Bonjol. Selain itu dikembangkan kawasan
permukiman tradisional/adat yang masih menjalankan adat dalam
kehidupan sehari-hari. Rencana pengembangan nagari adat di Kecamatan
Bungus Teluk Kabung dan Kecamatan Koto Tangah serta Kecamatan Pauh;
c) Pengembangan kawasan Agrowisata diarahkan pada kawasan kecamatan
Koto Tangah, kawasan ini juga dikembangkan untuk wisata keluarga
d) Pengembangan taman wisata alam Taman Hutan Raya Bung Hatta yang
diarahkan menjadi kawasan wisata ilmiah dan keluarga.
4) Wilayah Potensi Industri
Kawasan industri di kota Padang dikembangkan untuk menampung kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi
dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan
industri. Untuk mendukung aktifitas ekonomi juga dikembangkan kawasan
pergudangan yang difungsikan untuk semua aktivitas yang berhubungan
dengan penyimpanan peralatan besar atau produk-produk atau bahan-bahan
dalam jumlah besar di ruang terbuka atau di ruang tertutup dalam jangka
pendek maupun dalam jangka panjang.
Dengan pengembangan ekonomi kota yang bertumpu pada pengembangan
industri, maka pengembangan kawasan industri diarahkan kepada:
a) Kegiatan produksinya dibangun berdasarkan optimasi pemanfaatan sumber
daya lokal di sekitar Kota Padang dan keahlian masyarakat setempat.
b) Melibatkan tenaga kerja dari penduduk setempat.
c) Menghasilkan nilai tambah agregat yang besar.

16

d) Dapat memicu pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor terkait.


e) Mempunyai prospek pasar potensial dan berkelanjutan pada berbagai
sektor terkait.
f) Komponen kegiatan industri mempunyai prospek kelayakan finansial yang
menjanjikan sehingga hasil kegiatannya akan dapat diwujudkan kegiatan
industri yang secara komersial dapat berjalan dan tumbuh secara mandiri.
Pengembangan kawasan industri selalu berkaitan dengan kebutuhan areal
untuk pergudangan. Pertimbangan-pertimbangan dalam penetapan kawasan
pergudangan antara lain:
a) Memiliki sirkulasi yang baik dan terintegrasi dengan sistem transportasi
regional
b) Memiliki akses yang baik terhadap outlet (pelabuhan barang) dan kegiatan
perdagangan niaga atau industri
c) Kawasan pergudangan diarahkan terintegrasi dengan kawasan utama yang
didukungnya yaitu kegiatan industri, perdagangan dan transportasi.
d) Meningkatkan peran Kota Padang sebagai simpul koleksi dan distribusi
dalam sistem perwilayahan regional Provinsi Sumatera Barat.
e) Operasionalisasi kawasan industri yang akan berdampak pada peningkatan
aliran barang, baik bahan baku maupun barang produksi. Peningkatan ini
akan berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan kawasan
pergudangan yang berfungsi sebagai pos transisi dalam proses distribusi
barang.
f) Kecenderungan perkembangan kegiatan perdagangan dan niaga dalam
skala regional akan memberikan konsekuensi terhadap peningkatan arus
barang dalam jumlah besar.
g) Kawasan pergudangan serta kegiatan utama yang didukungnya terpisah
dari kawasan perumahan menggunakan buffeer zone berupa jalur hijau
dan jaringan jalan dengan lebar 25-50 meter.
Dengan mempertimbangkan kriteria tersebut, maka pengembangan kawasan
industri dan pergudangan di Kota Padang diarahkan secara terpadu dengan
Kawasan Pelabuhan Teluk Bayur dan Kawasan Industri di Kecamatan Bungus
Teluk Kabung dengan luas sekitar 183 Ha. Selain itu, juga dikembangkan
kawasan industri semen di Indarung yang terintegrasi dengan lokasi
penambangannya. Selain itu, juga telah dikembangkan kawasan industri semen
di Indarung yang terintegrasi dengan lokasi penambangannya, serta Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) di koridor Utara By Pass, Kawasan Industri Kecil di
Kecamatan Lubuk Kilangan dan Kecamatan Lubuk Begalung.
5) Wilayah Potensi Pertambangan
Kawasan pertambangan dikembangkan untuk menampung kegiatan
pertambangan bagi wilayah yang sudah maupun akan segera dilakukan
kegiatan pertambangan, baik yang terkait dengan pengembangan area
tambang untuk mendukung pengembangan pabrik Semen Padang maupun
pengembangan bahan tambang lainnya.

17

Tujuan pengembangan kawasan pertambangan adalah untuk:


1. Menyediakan ruang untuk kegiatan-kegiatan pertambangan dalam upaya
meningkatkan keseimbangan antara penggunaan lahan secara ekonomis,
lingkungan dan mendorong pertumbuhan lapangan kerja.
2. Menjamin kegiatan pertambangan yang berkualitas tinggi dan melindungi
penggunaan lahan untuk pertambangan serta membatasi penggunaan non
pertambangan.
Sedangkan untuk kegiatan penambangan rakyat (Galian non logam) dalam
skala kecil dilakukan pada lokasi-lokasi yang tergolong bukan daerah rawan
tambang sebagaimana yang telah ditetapkan oleh instansi terkait.
2.1.7. Wilayah Rawan Bencana
Kota Padang memiliki berbagai bentuk potensi bencana alam, seperti:
1) Gempa Bumi
Kota Padang terbentuk di sepanjang jalur gempa mengikuti zona subduksi
sepanjang 6.500 km di sebelah Barat Pulau Sumatera. Tumbukan Lempeng
Samudera Hindia dan Lempeng Australia yang menyusup di bawah Lempeng
Eurasia. Membentuk Zona Benioff, yang secara terus menerus aktif bergerak ke
arah Barat - Timur yang merupakan zona bergempa dengan seismisitas cukup
tinggi. Kondisi ini menyebabkan Kota Padang menjadi daerah tektonik giat dan
merupakan sumber gempa merusak.
Data kegempaan dari BKMG memperlihatkan lokasi pusat-pusat gempa di
perairan Kota Padang tersebar cukup merata. Pusat gempa terlihat lebih
banyak di perairan antara Pulau Enggano dan daratan Pulau Sumatera.
Frekuensi kejadian gempa dari tahun 1900 hingga 1963 relatif sedikit,
sedangkan dari tahun 1963 hingga 1995 terjadi peningkatan. Gempa terjadi 3
sampai 16 kali pertahun dalam kurun 1963-1975, frekuensi ini menurun hingga
2 kali kejadian dalam tahun 1984, dan kemudian meningkat lagi dengan 2 kali
kejadian pada tahun 1995. Kebanyakan sumber-sumber gempa tersebut berada
pada kedalaman 33 hingga 100 Km, dengan magnitudo lebih besar dari 5 Skala
Richter.
Zona tektonik aktif yang terbentuk dari penujaman lempeng di sebelah Barat
Pulau Sumatera juga dapat dilihat dari adanya gunung api aktif yang muncul di
sepanjang jalur patahan aktif di bagian sisi Barat Pulau Sumatera yang
bergerak geser kanan (dextral strike slip fault). Jalur patahan Sumatera yang
juga biasa disebut dengan Patahan Semangko sepanjang 1.650 Km,
menyebabkan blok sebelah Barat Sumatera bergerak ke Utara sedangkan yang
di sebelah Timur bergerak ke Selatan serta melahirkan kepulauan busur dalam
(inner island arc) seperti Pulau Nias, Mentawai dan Enggano. Gempa vulkanik
yang terjadi di Kota Padang disebabkan posisi kota berada di dekat 3 gunung
api aktif, yaitu Gunung Talang, Merapi dan Tandikek.

18

2) Gelombang Tsunami
Solusi mekanisme fokal dari beberapa pusat gempa, umumnya menunjukkan
tipe sesar naik. Sumber patahan seperti ini jika mempunyai magnitudo lebih
besar dari atau sama dengan 7 Skala Richter sangat berpotensi sebagai
pembangkit gelombang tsunami.
Letak Kota Padang yang berada di Pantai Barat Sumatera, yang berbatasan
langsung dengan laut terbuka (Samudera Hindia) dan zona tumbukan aktif dua
lempeng menjadikan Padang salah satu kota paling rawan bahaya gelombang
Tsunami. Gempa tektonik sepanjang daerah subduksi dan adanya seismik aktif,
dapat mengakibatkan gelombang yang luar biasa dahsyat. Dari catatan sejarah
bencana, gelombang tsunami pernah melanda Sumatera Barat pada tahun
1797, tahun 1833 dan terakhir pada tahun 2010 yang melanda kabupaten
Kepulauan Mentawai.
3) Longsoran Lahan
Hasil analisis tingkat bahaya longsoran lahan menunjukkan sebagian besar
daerah berada pada daerah yang memiliki tingkat bahaya longsoran lahan yang
tinggi. Tingkat bahaya longsoran lahan rendah umumnya terdapat pada daerah
dataran alluvial dan dataran alluvial pantai dengan lereng 0-8%, sedangkan
tingkat bahaya longsoran lahan sedang terdapat pada daerah lereng kaki
pegunungan dan kompleks perbukitan vulkanik.
Faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya longsoran lahan di Kota Padang
adalah karakteristik lahannya berupa kemiringan lereng berkisar 23 - 99%.
Bentuk lereng umumnya tidak beraturan (irreguler), dengan panjang lereng
yang bervariasi, mulai dari 12 hingga 150 meter. Ketinggian daerah yang
sebagian besar berupa kompleks perbukitan vulkanik, dan kompleks
pegunungan vulkanik dengan ketinggian relief berkisar antara 500 - 1.000
meter dari permukaan laut.
Tingkat bahaya longsoran lahan tinggi hampir terdapat pada setiap Kecamatan
di Kota Padang, kecuali Kecamatan Padang Utara dan Padang Timur. Hal ini
disebabkan daerah tersebut umumnya memiliki topografi daerah yang datar
dengan kemiringan berkisar 0 - 8%, Penggunaan lahan permukiman dan
prasarana publik pada daerah ini umumnya terkonsentrasi pada daerah yang
memiliki topografi datar. Tingkat risiko longsoran lahan tinggi yang memiliki
luasan terbesar terdapat pada Kecamatan Padang Selatan dengan luas 16 Ha,
sedangkan tingkat bahaya longsoran lahan yang rendah umumnya terdapat
pada setiap kecamatan.
4) Erosi Pantai
Erosi pantai/abrasi merupakan peristiwa alam yang mengakibatkan terjadinya
pengikisan pada pantai sehingga luas daerah pantai menjadi berkurang. Erosi

19

pantai/abrasi terjadi akibat pengaruh yang berasal dari laut yaitu berupa
gelombang, arus laut dan longshore current atau arus sejajar pantai.
Pada umumnya proses interaksi antara perairan pantai dengan laut lepas lebih
banyak ditemui pada pantai di Kota Padang karena pantai-pantai tersebut
banyak berhubungan dengan lautan, terkecuali Pantai Bungus, karena pantai ini
terletak pada daerah teluk, maka kecepatan arus sepanjang pantainya
cenderung menjadi rendah.
Salah satu faktor penyebab tingginya laju abrasi pantai, khususnya di daerah
Pasir Parupuk disebabkan oleh konstruksi yang dibangun (creep) kurang
memadai (pemecah gelombang Oleh karena konstruksi ini berfungsi
menghadang aliran litoral (litoral drift), Kondisi semacam ini akan memicu
proses abrasi yang terjadi di wilayah tersebut.
Umumnya pantai Padang kebanyakan pantai pasir yang terdiri dari kuarsa dan
feldspar, bagian yang paling banyak dan paling keras sisa-sisa pelapukan lahan
atas (upland). Untuk daerah pasir di sekitar Kampus Universitas Bung Hatta,
merupakan sisa-sisa terumbu karang yang dominan. Pantai ini dibatasi hanya di
daerah tempat gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang halus
dan ringan.
5) Banjir
Bahaya banjir di Kota Padang dapat dibedakan menjadi bahaya banjir tinggi,
sedang dan ringan. Kota Padang mempunyai potensi banjir tinggi dan sedang
bahkan terdapat potensi banjir bandang. Bahaya banjir sedang jarang terjadi
dan kalau terjadi hanya dalam jangka waktu relatif panjang, sedangkan yang
sering terjadi banjir ringan dalam bentuk genangan sementara pada musim
hujan.
Banjir sedang terjadi pada wilayah perpaduan antara bentuk lahan perbukitan
vulkanik bagian Timur, bentuk lahan aluvial bagian Tengah dan bentuk lahan
miring bagian Barat. Daerah bagian Timur merupakan perbukitan vulkanik
Daerah ini merupakan lahan aluvial dan miring yang dilalui oleh beberapa
sungai besar seperti Batang Bungus, Batang Arau, Batang Kuranji dan Batang
Air Dingin serta masih ada lagi 18 sungai kecil lainnya yang mempunyai aliran
permanen sepanjang tahun. Oleh karena, Kota Padang merupakan daerah
tropis mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dengan rata-rata curah hujan
348 mm per bulan dan rata-rata hari hujan 19 hari per bulan, sehingga terjadi
luapan sungai dan banjir bandang.
Tingkat bahaya banjir ringan bersifat genangan terbesar terdapat pada
Kecamatan Koto Tangah dengan luas daerah 790 ha umumnya disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi dan kejadian pasang surut air laut. Kejadian banjir di
Kota Padang sering bertepatan dengan kejadian pasang naik, sehingga air yang
akan mengalir ke laut terhambat karena bertemunya dua massa air, yaitu
massa air tawar dan massa air laut ini yang sering menyebabkan banjir ringan
yang bersifar genangan.

20

2.1.8. Kondisi Demografi


A. Jumlah Penduduk
Berdasarkan Sensus Penduduk (SP, 2010), jumlah penduduk Kota Padang
tercatat sebanyak 833.562 jiwa. Jumlah penduduk tersebut tersebar kedalam 11
wilayah kecamatan Kota Padang. Jumlah penduduk terbanyak terlihat pada
Kecamatan Koto Tangah, Kuranji dan Lubuk Begalung. Sedangkan kecamatan yang
terendah jumlah penduduknya adalah Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Lubuk
Kilangan dan Pauh.
Perkembangan penduduk Kota Padang dalam 5 tahun terakhir menunjukkan
kenaikan, tahun 2009 jumlah penduduk tercatat sebanyak 875.750 orang Kenaikan
tersebut disebabkan perkiraan dari tahun 2006 menggunakan pekiraan laju
pertumbuhan penduduk rata-rata 2,23% pertahun, yaitu perkiraan SP 1980 dan SP
1990 yang dikoreksi dengan SUPAS 1995, sehingga jumlah penduduk Kota Padang
terjadi penurunan yang tajam dengan hasil SP 2000, yaitu sebanyak 833.562 orang.
Apabila dibandingkan hasil Sensus Penduduk 2010, dengan SP. 2000, jumlah
penduduk sebanyak 713.242 orang, maka diperoleh laju pertumbuhan penduduk
sekitar 1,57% pertahun. Dari data pertumbuhan antar 2 sensus diatas dapat
diproyeksikan jumlah penduduk dalam beberapa tahun ke depan.
Berdasarkan hasil SP 2010, diperkirakan jumlah penduduk Kota Padang
diharapkan menggunakan laju pertumbuhan 1,57% pertahun, sehingga laju
pertumbuhan 2,23% tidak relevan lagi. Berdasarkan itu pula jumlah penduduk Kota
Padang pada tahun 2011 akan menjadi sebanyak 844.316 orang dan tahun 2012
sebanyak 854.336 orang, dan pada tahun 2013 diperkirakan naik menjadi 876.678
orang.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Padang
Pada Tahun 2010-2013 (orang)
Kecamatan

2010

2011

2012

2013

Kepadatan
Penduduk
Tahun 2013

1. Bungus Teluk Kabung

22.896

23.142

23.360

23.858

237

2. Lubuk Kilangan

48.850

49.751

50.249

51.847

603

3. Lubuk Begalung

106.432

108.018

109.584

113.217

3.663

4. Padang Selatan

57.718

57.386

58.320

58.780

5.860

5. Padang Timur

77.868

77.932

77.989

78.789

9.667

6. Padang Barat

45.380

46.060

46.411

45.781

6.540

7. Padang Utara

69.119

69.275

69.729

70.051

8.670

8. Nanggalo

57.275

57.731

58.232

59.137

7.328

126.729

128.835

130.916

135.787

2.365

9. Kuranji

21

10. P a u h
11. Koto Tangah
Jumlah

59.216

60.553

61.755

64.864

443

162.079

165.633

167.791

174.567

752

833.562

844.316

854.336

876.678

1.261

Sumber: BPS, Padang Dalam Angka 2013

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan yang paling kecil jumlah
penduduknya adalah kecamatan Teluk Kabung dengan tingkat kepadatan juga
paling rendah yakni 237 jiwa/km2 pada tahun 2013, sedangkan kecamatan yang
paling padat penduduknya adalah Kecamatan Padang Timur dengan tingkat
kepadatan 9.667 jiwa/km2, yang diikuti oleh kecamatan Padang Utara dan
Kecamatan Nanggalo dengan kepadatan penduduk masing-masingnya adalah 8.670
jiwa/km2 dan 7.328 jiwa/km2. Sedangkan untuk jumlah penduduk paling besar
berada di kecamatan Koto Tangah yang merupakan kecamatan terluas di kota
Padang. Data ini memperlihatkan bahwa penyebaran penduduk kota Padang tidak
merata dan masih cenderung terkonsentrasi di pusat kota, hal ini merupakan
fenomena kota pada umumnya.
B. Komposisi Penduduk Menurut Jenis dan Kelompok Umur
Pada tahun 2013 komposisi penduduk Kota Padang menunjukkan bahwa
jumlah penduduk laki-laki relatif lebih sedikit dari pada perempuan dengan sex ratio
99,46. Sementara itu komposisi penduduk menurut kelompok umur memperlihatkan
pola piramida tidak normal, dimana penduduk berusia muda relatif besar, yaitu
26,36% dari jumlah penduduk (15 tahun kebawah dan 15-24 tahun) sedangkan
secara piramida normal bergerak sesudah tingkat umur 24 tahun.
Sebagian besar komposisi penduduk penduduk produktif tahun 2013
tersebar pada kelompok umur usia muda, 15-34 tahun. Kondisi ini disebabkan
kenaikan jumlah penduduk alamiah dan non alamiah selama 10 tahun terakhir. Hal
ini disebabkan oleh faktor alamiah yaitu tingginya angka kelahiran yang terlihat
dengan masih besarnya porsi jumlah penduduk 0-4 tahun, sedangkan faktor nonalamiah adalah factor eksternal, yaitu tingginya angka migrasi dan urbanisasi ke
kota Padang. Penduduk yang bermigrasi dan urbanisasi pada umumnya pada
kelompok umur 19-29 dan 20-24 tahun, sedangkan titik threshold terjadi pada usia
kerja 25-29 tahun dan kemudian pada usia 25-29 tahun secara perlahan mulai
turun, mulai usia kerja usia 30 sampai 75 tahun ke atas.
Tabel 2.4
Komposisi Penduduk Kota Padang Menurut
Kelompok Umur Tahun 2013
Kelompok
Umur
(Tahun)

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Perempuan

JUMLAH

Laki-Laki

Jumlah

Ratio

04

41.608

40.123

81731

9,32

103,70

59

38.818

37.031

75849

8,65

104,83

22

Kelompok
Umur
(Tahun)

Jumlah Penduduk (Jiwa)


Perempuan

JUMLAH

Laki-Laki

Jumlah

Ratio

10 14

37.319

36.230

73549

8,39

103,01

15 19

45.757

47.371

93128

10,62

96,59

20 24

58.033

57.564

115597

13,19

100,81

25 29

39.023

36.541

75564

8,62

106,79

30 34

31.362

32.086

63448

7,24

97,74

35 39

30.267

30.960

61227

6,98

97,76

40 44

28.009

29.080

57089

6,51

96,32

45 49

24.328

25.014

49342

5,63

97,26

50 54

21.379

21.580

42959

4,90

99,07

55 59

17.247

17.106

34353

3,92

100,82

60 64

10.209

10.378

20587

2,35

98,37

65 69

6.183

6.848

13031

1,49

90,29

70 74

3.984

5.089

9073

1,03

78,29

75+

3.636

6.515

10151

1,16

55,81

437.162

439.516

876.678

100

99,46

JUMLAH

Sumber: BPS, Padang Dalam Angka 2013

Gambaran data kependudukan di atas menunjukan bahwa, penduduk


produktif, (15-64 tahun) tahun 2013 tercatat 613.294 orang, yaitu sekitar 69,96%.
Sedangkan penduduk non produktif sebanyak 231.129 orang (0-14 tahun) dan 65
tahun keatas sebanyak 32.255 orang atau sekitar 30,04%. Sebagian besar
komposisi penduduk penduduk produktif tahun 2013 tersebar pada kelompok umur
usia muda, 15-34 tahun. Kondisi ini disebabkan kenaikan jumlah penduduk alamiah
dan non alamiah selama 10 tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh faktor alamiah
yaitu tingginya angka kelahiran yang terlihat dengan besarnya porsi jumlah
penduduk 0-4 tahun, sedangkan faktor non-alamiah adalah factor eksternal, yaitu
tingginya angka migrasi dan urbanisasi ke kota. Penduduk yang bermigrasi dan
urbanisasi pada umumnya pada kelompok umur 19-29 dan 2024 tahun, sedangkan
titik threshold terjadi pada usia kerja 25-29 tahun dan kemudian pada usia 25-29
tahun secara perlahan mulai turun, mulai usia kerja usia 30 sampai 75 tahun ke
atas.
2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
A. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang cukup penting
dalam menentukan tingkat keberhasilan pembangunan kota. Dalam tahun 2013 laju
pertumbuhan ekonomi Kota Padang mencapai sekitar 6,45%, angka ini masih

23

merupakan angka sementara (BPS,2013). Pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi


Kota Padang adalah 6,61%, angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi tahun
2011 yaitu sebesar 6,41%. Kenaikan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi ini
dicapai dalam tiga tahun terakhir, oleh karena pada tahun sebelumnya
pertumbuhan ekonomi Kota Padang sempat mengalami penurunan akibat gempa
yang terjadi pada tahun 2009, dimana pada tahun 2009 pertumbuhan mengalami
penurunan drastis, yaitu sekitar 5,08% dan tahun 2010 Kota Padang dapat
bertumbuh kembali sebesar 5,95%.
Kenaikan yang cukup berarti dalam tiga tahun terakhir di kota Padang
disebabkan perkembangan beberapa sektor lapangan usaha yang dominan
mengalami pertumbuhan cukup baik diatas 6%, antara lain, sektor pengangkutan
dan komunikasi naik sekitar 7,07% dan sektor jasa-jasa sekitar 6,56%. Sedangkan
sektor dominan lainnya seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran yang naik
sekitar 6%. Ke-tiga sektor ini tercatat menjadi andalan dalam memberikan
konstribusi terhadap pembentukan PDRB Kota Padang, yaitu masing-masing sekitar
24,83%, 16,88% dan 21,60%. Data selengkapnya tentang PDRB kota Padang
selama periode tahun 2009-2013 menurut harga konstan diperlihatkan oleh tabel di
bawah ini.
Tabel 2.5
PDRB Kota Padang atas Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2009-2012 (dalam Rp. Milyar)
No Lapangan Usaha
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

2009

Pertanian peternakan
583,18
kehutanan Perikanan.
Pertambangan dan
173,46
penggalian
Industri pengolahan.
1.854,26
Listrik.gas.air bersih
203,48
Bangunan
481,03
Perdagangan hotel dan
2.432,01
restoran
Pengangkutan dan
2.805,27
komunikasi.
Keuangan persewaan
915,99
jasa perusahaan
Jasa-Jasa
1,896,97
PDRB Kota Padang 11.345,64

612,53

645,54

680,47

Pertumbuhan (%)
715,95
5,22

185,32

198,15

211,78

229,59

8,41

1.938,43
214,89
517,21
2.544,65

2.033,22
227,54
558,43
2.684,51

2.119,22
241,01
613,49
2.839,12

2.234,97
253,38
672,32
3.009,11

5,46
5,13
9,59
5,99

3.029,07

3.280,00

3.561,59

3.813,23

7,07

977,18

1.047,09

1.132,51

1.202,95

6,22

2.002,32
2.117,71
2.238,18
2.385,18
12.021,60 12.792,18 13.637,36 14.516,71

6,56
6,45

2010

2011

2012

2013*

Sumber: Padang Dalam Angka 2013


Catatan: * = angka sementara

B. Struktur Ekonomi Kota Padang


Struktur ekonomi dari suatu daerah dapat dilihat distribusi PDRB Atas Dasar
Harga Berlaku demikian juga halnya dengan Kota Padang. Dengan menggunakan
perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku dapat diketahui bentuk struktur
perekonomian Kota Padang, sekaligus peranan masing-masing lapangan usaha
seperti sektor pertanian, sektor pengangkutan & komunikasi, perdagangan, hotel

24

dan restoran serta jasa-jasa dan industri pengolahan terhadap perekonomian


daerah.
Dalam perekonomian kota Padang, sektor pengangkutan dan komunikasi
memberikan kontribusi terbesar dimana selama lima tahun terakhir (tahun 20092013) sector ini memberikan kontribusi rata-rata 24,35% dari PDRB Atas Dasar
Harga Berlaku. Sektor terbesar kedua yang menyumbangkan kontribusi pada
perekonomian kota Padang adalah lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran
yaitu dengan nila rata-rata untuk lima tahun terakhir ini sebesar 21,41%. Besarnya
kontribusi pengangkutan dan komunikasi serta perdagangan besar dan eceran lebih
disebabkan peran Kota Padang sebagai Ibu-Kota Provinsi serta sentral perdagangan
besar dan eceran di Sumatera Barat. Sektor berikutnya yang berkontribusi cukup
besar adalah sektor jasa, yaitu rata-rata sebesar 16,81%, dan sector yang juga
berpotensi besar adalah sector industri pengolahan yakni dengan rata-rata
kontribusi 14,84%.
Mengingat peranan ke-empat sektor ini dominan dalam perekonomian kota
Padang, maka dalam pembangunan pada umumnya dan pembangunan ekonomi
khususnya ke empat sektor ini perlu mendapat perhatian untuk mendorong
perkembangannya dimasa mendatang. Untuk jelasnya kontribusi lapangan usaha
dalam perekonomian kota Padang dapat dilihat dalam Tabel 2.6 berikut ini.
Tabel 2.6
Distribusi PDRB Kota Padang Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha 2009 2013 (dalam%)
No.

Lapangan Usaha

2009

2010

2011

2012

2013

Rata2

1.

Pertanian peternakan
kehutanan Perikanan

5,73

5,82

5,87

5,78

5,70

5.67

2.

Pertambangan dan penggalian

1,74

1,69

1,66

1,68

1,66

1.66

3.

Industri pengolahan.

14,97

14,89

14,66

14,29

13,81

14.84

4.

Listrik.gas.air bersih

2,09

2,00

1,92

1,88

1,81

1.92

5.

Bangunan

4,45

4,88

5,10

5,23

5,25

5.02

6.

Perdagangan hotel dan


restoran

20,85

21,15

21,37

21,50

21,60

21.41

7.

Pengangkutan dan komunikasi

24,31

24,18

24,18

24,34

24,83

24.35

8.

Keuangan persewaan jasa


perusahaan

8,76

8,62

8,51

8,66

8,47

8.49

16,88

16.81

9.
Jasa-Jasa
16,99
16,77
16,74 16,63
Sumber: Bappeda Kota Padang Dalam Angka 2013 Catatan: * = angka sementara

C. Laju Inflasi Kota


Perkembangan inflasi di Kota Padang pada pertengahan tahun 2013
mempunyai kecenderungan peningkatan dibandingan tahun 2012. Peningkatan
terjadi karena didorong kenaikan beberapa komoditi penting pada bulan Mei 2013
diperkirakan tingkat inflasi Kota Padang mempunyai kecenderungan mengalami
peningkatan, karena didorong kenaikan beberapa komoditi kebutuhan pokok cabe,
bawang, daging dan minyak tanah.

25

Hal ini ditandai dengan gejala kenaikan biaya hidup (IHK). Pada bulan April
2013 tingkat biaya hidup telah terjadi peningkatan, IHK sebesar 144,22 dan Maret
2013 sekitar 143,42. Kenaikan biaya hidup dalam 2 bulan terakhir mengalami
kenaikan dan mendorong kenaikan harga bahan pokok sekitar 1,14%. Februari
2013, tingkat inflasi tahunan (yoy) diperkirakan akan mencapai 6,59% lebih tinggi
dari pada inflasi akhir tahun 2012, yaitu sekitar 4,18%. Inflasi tahunan (yoy)
Februari 2012 adalah sekitar 5,36%. Tingginya tingkat inflasi tahun 2013
disebabkan oleh kenaikan IHK (Indeks Harga Konsumen) rata-rata sekitar 135,39,%
yang mendorong kenaikan inflasi bulanan (mtm) mencapai sekitar 0,63%, dimana
sebelumnya pada bulan Februari 2012 berada pada tingkat terendah, yaitu sekitar ,0,91% dan pada bulan Maret 2013 mengalami kenaikan sekitar 0,43% dan inflasi
tahunan berkisar rata-rata 2,95% dengan Indek Harga Konsumen sekitar 134,67.%.
Dibandingkan dengan gerakan inflasi tahun sebelumnya relatif
perkembangannya lebih stabil, dimana inflasi bulanan (mtm) tahun 2011 sedikit
jauh lebih tinggi, begitu juga dengan dibandingkan pergerakan inflasi tahun 2010,
Diperkirakan gerakan inflasi kedepan sampai Desember 2013 kondisinya tidak
banyak berbeda dengan tahun sebelumnya, walaupun dalam tahun 2013 terjadi
kenaikan beberapa komoditi kebutuhan pokok seperti cabe dan bawang, namun hal
ini terjadi insidentil karena masalah teknis distribusi saja. Perkembangan dan
perubahan tingkat inflasi tahunan ( yoy) dan bulanan (mtm) di Kota Padang tahun
2011-2013 dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut ini.
Tabel 2.7
Perkembangan dan perubahan Indek Harga Konsumen, Inflasi Bulanan
dan Inflasi Tahunan di Kota Padang Tahun 2011 -2013
Inflasi Bulanan
(mtm)

IHK

Tahun/Bln

Inflasi Tahunan
(yoy)

2011

2012

2013

2011

2012

2013

2011

2012

2013

Januari

132,42

130,31

142,03

3,70

0,56

1,34

10,08

2,18

4,97

Februari

133,00

134,09

142,93

0,44

0,90

0,63

10,37

0,82

6,59

Maret

129,55

134,87

143,42

-2,59

0,43

0,34

8,30

3,95

6,50

April

128,16

138.29

144,22

-1,07

0,46

0,56

6,35

5,56

6,60

Mei

134,71

134,71

145,14

1,59

-0,43

0,64

6,36

5,03

7,74

Juni

136,36

136,36

147,17

0,11

1,22

1,40

4,82

6,19

7,94

Juli

129,39

136,53

151,22

0,77

0,13

2,75

0,37

5,62

10,76

Agustus

138,01

138,01

152,59

0,37

1,08

0,91

5,63

5,47

10,56

September

132,47

138,75

152,67

2,24

0,54

0,05

7,34

4,34

10,03

Oktober

133,3

139,73

153,71

0,63

O,71

0,68

7,95

4,82

10,01

Nopember

133,91

138,85

154,31

0,46

-0,63

0,39

6,97

3,89

11,13

Desember

134,55

140,15

155,39

0,48

0,94

0,70

5,37

4,18

10,87

Sumber: BPS

26

Dari tabel di atas dapat dilihat selama tiga tahun terakhir menunjukkan
bahwa laju inflasi PDRB kota Padang menunjukkan kecenderungan meningkat, hal
ini menunjukkan bahwa perlu perhatian dan penanganan yang lebih untuk
mengendalikan laju inflasi kota agar perkembangan ekonomi dapat mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah ini.
D. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang
dan jasa, lokasi, kondisi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Permasalahan
kemiskinan yang cukup kompleks dan membutuhkan intervensi semua pihak secara
bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial
dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga
belum optimal. Kemiskinan sebagai masalah multidimensi, tidak dipahami hanya
sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi kegagalan pemenuhan hak dasar dan
perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang.
Penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui berbagai upaya untuk
menjamin kehormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat
miskin perwujudan keadilan dan kesetaraan gender, serta percepatan
pembangunan pedesaan, perkotaan, kawasan pesisir, serta kawasan tertinggal.
Di Kota Padang angka kemiskinan dari tahun ketahun mengalami fluktuasi
dimana pada tahun 2012 mencapai angka 5,30% (BPS, 2013), dan mengalami
penurunan pada tahun 2013 pada angka 5,02% (BPS, 2014 *angka sementara).
Dengan berbagai intervensi pemerintah baik pusat dan daerah angka kemiskinan
mengalami penurunan sebesar 0,28%.
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
A. Pendidikan
Untuk melihat kondisi pendidikan di kota Padang maka indikator pendidikan
yang digunakan dalam pembahasan ini adalah angka melek huruf dan angka ratarata lama sekolah.
a) Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang
dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Salah satu
indikator pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
menurut MDGs adalah angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun.
Kelompok penduduk ini adalah kelompok penduduk usia produktif, sebagai
sumber daya pembangunan yang seharusnya memiliki pendidikan yang
memadai dan keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Oleh

27

karena itu, dianggap penting untuk melihat perkembangan kemajuan indikator


yang terjadi.
Berdasarkan data BPS, Angka Melek Huruf di Kota Padang selama periode
2006-2012 selalu di atas rata-rata Angka Melek Huruf Provinsi Sumatera Barat,
dimana peningkatannya sudah sangat kecil, rata-rata angka melek huruf kota
padang mencapai nilai 99,49% sedangkan untuk Sumatera Barat nilainya
adalah 96,83%, secara rinci hal ini dapat dilihat pada tabel 2.8 berikut ini:
Tabel 2.8
Angka Melek Huruf Kota Padang dan Sumatera Barat
Tahun 2006-2013 (Dalam%)
Tahun

Kota Padang

Sumatera Barat

2006

99,48

96,35

2007

99,48

96,49

2008

99,48

96,66

2009

99,49

96,81

2010

99,49

96,98

2011

99,50

96,85

2012

99,51

97,23

2013*

99,52

97,29

Rata-rata

99,49

96,83

Sumber: BPS , kota Padang 2013


Catatan: * angka perkiraan

b) Angka Rata-Rata Lama Sekolah


Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan
oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan
formal yang pernah dijalani. Berdasarkan hasil perhitungan BPS yaitu kombinasi
antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang
diduduki dan pendidikan yang ditamatkan maka diperolehlah angka rata-rata
lama sekolah. Angka rata-rata lama sekolah Kota Padang dalam lima tahun
terakhir ini cenderung tidak mengalami peningkatan yang cukup berarti. Hingga
tahun 2013, angka rata-rata lama sekolah di Kota Padang relatif tinggi, yaitu
10,94 dan angka rata-rata lama sekolah di kota Padang adalah yang tertinggi
diantara kota-kota di wilayah Sumatera Barat. Gambaran selengkapnya dapat
dilihat pada table 2.9 berikut ini:

28

Tabel 2.9
Rata-rata Lama Sekolah Berbagai Kota di Sumatera Barat
Tahun 2009-2013 (dalam Tahun)
Kota

2009

2010

2011

2012

2013*

Padang

10,89

10,91

10,92

10,94

10.94

Solok

9,80

9,80

9,80

10,48

11.16

Sawahlunto

8,77

8,77

8,79

9,22

9.38

Padang Panjang

10,20

10,20

10,20

10,73

11.26

Bukittinggi

10,43

10,43

10,44

10,58

10.63

Payakumbuh

9,07

9,07

9,08

9,73

9.95

Pariaman

9,33

9,33

9,33

8,92

9,01

Sumber: BPS, Provinsi Sumatera Barat Dalam Angka ,2013


Catatan: *= angka perkiraan.

B. Kesehatan
Indikator kesejahteraan sosial merupakan komponen utama dalam
menentukan Indek Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan kategori UNDP, IPM
dapat diklasifikasikan atas:
a) Katagori rendah adalah capaian IPM < 50.
b) Kategori menengah kebawah capaian 50 < IPM < 66.
c) Kategori menengah keatas capaian 66 < IPM < 80.
d) Kategori tinggi capaian IPM > 80.
Dalam 5 tahun terakhir capaian IPM Kota Padang cukup bagus dan hampir
merata antar kecamatan. Capaian tertinggi terlihat pada Kecamatan Padang Utara
sekitar 80,70 dan terendah pada Kecamatan Bungus Teluk Kabung sekitar 74,27.
Tahun 2008, angka IPM Kota Padang adalah 77,20 dan pada tahun 2013 naik
menjadi 78,85.IPM Kota Padang jika dibandingkan dengan 19 Kabupaten dan Kota
di Provinsi Sumatera Barat berada pada rangking ke dua setelah Kota Bukittinggi
(79,29).
Tiga komponen utama sebagai indikator kesejahteraan sosial adalah: (1)
Angka Harapan Hidup (expectation of life), (2) angka kelangsungan hidup bayi per
1.000 kelahiran. Biasanya angka ini diukur dengan jumlah kematian bayi setiap
1000 ibu melahirkan (infant mortality rate), dan (3) Balita Gizi Buruk. Ketiga
indikator ini sekaligus memberikan gambaran capaian derajat kesehatan
masyarakat. Sejak 2008-2012 ketiga indikator ini perkembangan cukup
menggembirakan. Dimana jarak angka tertinggi dan terendah semakin kecil.
Perkembangan indikator kesejahteraan sosial dapat dilihat Tabel 2.10 berikut ini:

29

Tabel 2.10
Indikator Kesejahteraan Bidang Kesehatan Kota Padang
Tahun 2008-2013
NO.

URAIAN

1.

Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)

2.

2008

2009

2010

2011

2012

2013*

77,20

77,43

77,81

78,15

78.55

78,85

Usia Harapan Hidup

70,3

70,3

70,89

71,14

71,39

71,45

3.

Kelangsungan Hidup
Bayi (per-1.000)

71,4

74,0

77,0

77,0

77,0

79,3

4.

Balita Gizi Buruk (%)

0,11

0,7

0,130

0,080

0,070

0,056

Sumber: BPS , Padang Dalam Angka Tahun 2013


Catatan: * = angka perkiraan

Hal menarik yang dapat dilihat dari 3 indikator utama di atas adalah Angka
Harapan Hidup (Expectation of Life) yang setiap tahun terus meningkat. Angka
Harapan Hidup memberikan gambaran membaiknya derajat kesehatan penduduk
Kota Padang dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya untuk mewujudkan manusia
berkualitas mutlak diperlukan peningkatan derajad kesehatan masyarakat. Dalam
periode 2008-2013, Angka Harapan Hidup warga Kota Padang sudah 71,45 tahun.
Angka ini sudah berada diatas rata-rata Negara Sedang Berkembang (NSB), yaitu
55 s/d 60 tahun.
Indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan adalah Kelangsungan
Hidup Bayi, dimana terlihat pada tahun 2012 data dalam 1000 ibu melahirkan hanya
terdapat 20,7% angka kematian bayi waktu lahir (Infant Mortality rate), sedangkan
pada tahun 2008 angkanya masih 71,4%. Dalam hal yang sama terhadap indikator
ketiga, yaitu jumlah Balita Bergizi Buruk, terlihat derajat kesehatan bayi juga
meningkat.
C. Seni dan Budaya
Pembinaan seni tradisional yang bernuansa Islami dan seiring dengan
kebudayaan Minangkabau sepertinya lebih mudah untuk dibuatkan konsepnya
daripada diwujudkan dalam pelaksanaannya. Ada beberapa contohnya seperti seni
bela diri pencak silat, seni irama dalam MTQ (Musabaqah Tilawatil Al Quran), seni
rebana dan qasidah, seni salawat dulang dan berzanzi, proses pembuatan lemang
(malamang) dan sebagainya. Seni dan budaya tersebut hidup dan berkembang
dalam masyarakat, dan tersebar merata hampir di setiap kecamatan-kecamatan
yang ada di Kota Padang ini.
Namun demikian dari kondisi yang ada sekarang nampaknya memang masih
perlu lebih diperhatikan pola pembinaan dan pengembangannya dengan
menjadikan sebagai potensi daerah dan identitas sebuah kota. Sehingga
perkembangan fisik sebuah kota dengan berbagai permasalahan yang

30

melingkupinya tidak akan menghilangkan identitas budaya Minangkabau yang


menjadi etalase dari perkembangan Sumatera Barat. Dengan demikian Kota Padang
sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat memperoleh identitas yang
membedakannya dengan kota-kota lain di Provinsi Sumatera Barat dan Indonesia.
Selain mengembangkan potensi seni budaya Minangkabau yang selaras
dengan nilai-nilai Islami yang telah berkembang dalam masyarakat, juga perlu
untuk menghidupkan seni budaya lain yang berkembang dalam masyarakat seperti
budaya dari etnisitas lain yang juga terdapat di Kota Padang ini. Seni Barongsai, dan
Cap Go Meh umpamanya, yang hidup dan berkembang dalam masyarakat etnis
Tionghoa dapat juga menjadi seni dan budaya yang menjadi salah satu hal yang
memperkaya khasanah seni dan budaya yang ada di Kota Padang. Begitu juga
dengan upacara tabur gula, yang berkembang pada masyarakat Kota Padang yang
berasal dari keturunan India/Pakistan dan tata cara pada pesta pernikahan dan
kematian pada setiap suku bangsa yang ada. Beberapa potensi seni dan budaya
yang dimiliki kota Padang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.11
Potensi Seni Budaya Kota Padang
NO.

URAIAN

Contoh Potensi

1.

Even seni budaya


tahunan

Pekan budaya, Festifal Siti Nurbaya, Festival Kuliner


Rendang Padang, Pemilihan Uni dan Uda Padang

2.

Even Olah Raga

Dragon Boat, Porda, Tour de Singkarak

3.

Bangunan Bersejarah

Museum Adityawarman, Mesjid Raya Gantiang, kota


Tua

4.

Even tradisi masyarakat

Balimau, Randai, Barongsai, silek Pauah, musik dan


tari tradisional lainnya

Sumber: dirangkum dari berbagai sumber

Untuk menumbuh kembangkan potensi seni dan budaya yang ada tentunya
perlu dirancang adanya pertunjukan-pertunjukan secara berkala dengan
membuatkan jadwal dan lokasi yang tetap serta perlunya terkoordinasi secara baik
antar stakeholders. Pengembangan seni dan budaya tersebut juga dapat dijadikan
bahan ajar terutama dikenalkan kepada kelompok anak didik yang berasal dari
pendidikan dasar dan menengah. Sehingga prasangka-prasangka antar etnisitas
(prejudices) akan dapat dikurangi potensinya untuk berkembang. Walaupun dalam
sejarah perkembangan Kota Padang belum pernah ada konflik terbuka massal antar
etnisitas, namun fakta sejarah itu jangan sampai mengurangi kewaspadaan semua
pihak untuk mengantisipasinya secara lebih baik dan lebih awal.
Manfaat lain adalah dapat membendung budaya-budaya negatif dari luar
negeri yang tidak seluruhnya selalu selaras dengan budaya yang telah lama berakar
dalam masyarakat Kota Padang khususnya. Kecenderungan fenomenanya sekarang
adalah dominasi budaya luar yang dipraktikkan oleh sekelompok anak muda dan

31

seiring dengan itu mulai tercerabutnya budaya negeri sendiri, yang sebenarnya jauh
lebih harmonis dan sesuai dengan struktur sosial budaya masyarakat yang ada.
Menyangkut koordinasi dalam hal pelaksanaan (waktu, tempat dan
panitianya) jelas tidak dapat hanya diandalkan pada sumber keuangan pemerintah
Kota Padang saja. Fungsi pemerintah kota lebih sebagai fasilitator kegiatan,
sedangkan dalam hal pelaksanaannya tetap melibatkan banyak kelompok
masyarakat yang peduli dan berkemampuan untuk hal itu. Tidak masanya lagi
hanya membiarkan perkembangan dan pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya
kepada inisiatif beberapa kelompok masyarakat yang peduli saja. Sudah tiba
masanya bagi semua pihak di Kota Padang ini untuk lebih memberikan perhatian
yang lebih terhadap perkembangan seni dan budaya, umumnya seni budaya yang
bernuansa Islam dan yang selaras dengan nilai-nilai Minangkabau. Lebih khusus lagi
adalah seni budaya yang juga hidup di tengah kelompok-kelompok etnisitas Kota
Padang yang telah berkembang lama dan telah menjadi identitas budaya.
Langkah awal untuk menumbuhkan semangat untuk menghidupkan seni
budaya yang bernuansa Islam dan yang selaras itu, dan juga budaya etnisitas
lainnya, maka pemerintah kota dapat melakukan koordinasi antar etnisitas untuk
mengusulkan jenis-jenis pertunjukkan seni budaya yang menjadi tradisinya selama
ini. Untuk itu, pembahasan seni dan budaya dapat diperluas pemahamannya. Seni
dan budaya selayaknya tidak hanya dipahami sebagai pertunjukan dan atraksi seni
tari, lukis, drama dan lainnya, tetapi juga dapat berarti menyangkut kesenian dan
kebudayaan dalam lingkup yang lebih luas. Budaya tertib lalu lintas, disiplin dalam
aturan yang aturan yang telah ditetapkan, budaya malu kepada setiap pelanggaran
yang telah dilakukan, budaya untuk bekerja keras, budaya untuk membuang
sampah pada tempatnya (budaya K3) adalah beberapa contoh betapa luasnya fokus
yang menjadi perhatian dalam seni dan budaya ini.
Secara sederhana, dengan mengambil contoh pada budaya tertib
berlalulintas, semakin terasa bahwa ada banyak kejadian bahwa budaya tertib
berlalulintas semakin hari semakin memperlihatkan penurunan kepatuhannya. Ada
pribahasa yang hampir semua pihak mengetahuinya yaitu budaya lalu lintas adalah
cermin budaya bangsa. Ini berarti bahwa ketertiban pelaku pengendara dan
pengambil manfaat lainnya pada saat berlalulintas secara langsung mencerminkan
budaya suatu bangsa. Suatu kota akan dikatakan tertib dan teratur bila mana
pengendaranya juga tertib. Jadi seberapapun besarnya suatu kota, tidak akan
memberi kesan baik jika budaya pengendaranya tidak tertib. Sebaliknya kota akan
mendapatkan apresiasi yang baik dari semua pihak jika pengendaranya telah tertib.
Proses untuk dapat mewujudkan budaya tertib dalam berlalulintas tidak
hanya proses satu hari dan membutuhkan partisipasi semua pihak dan jelas tidak
hanya menjadi beban tugas SKPD terkait saja. Untuk mewujudkannya, dapat
dibuatkan tahapan yang dirancang sedemikian rupa yang dapat dilihat tingkat
keberhasilan programnya. Sehingga dari hari ke hari dapat dilihat budaya tertib lalu
lintas yang semakin baik. Kota-kota masa depan yang akan dikunjungi tidak hanya

32

karena pertunjukkan dan atraksi seni dan budaya saja, tetapi juga kota yang makin
menyenangkan lalu lintasnya sehingga setiap penduduk dan pengunjung kota itu
akan semakin betah.
2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM
2.3.1. Layanan Urusan Wajib
A. Pelayanan Pendidikan

a. Angka Partisipasi Sekolah (APS)


Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem
pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka partisipasi sangat berguna
untuk mengetahui dan menjelaskan seberapa banyak jumlah penduduk usia sekolah
yang memanfaatkan pelayanan fasilitas pendidikan. Indikator partisipasi sekolah
yang sering digunakan dalam adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Murni (APM).
Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama
usia sekolah berkaitan dengan jenjamh pendidikan tertentu. APK merupakan
indikator yang paling sederhana dalam mengukur daya serap penduduk usia
sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. Sedangkan APM adalah ratio jumlah
pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada kelompok umurnya.
Gambaran perkembangan indicator APK dan APM di Kota Padang tahun 2009 -2013
dapat dilihat pada Tabel 2.12 berikut ini.
Tabel 2.12
Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM)
Per-1000 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009-2012
(dalam%)
NO
1.

2.

URAIAN
Angka Partisipasi Kasar
SD
SLP
SLA
Angka Partisipasi Murni
SD
SLP
SLA

2009

2010

2011

2012

2013

116,48
83,73
79,49

109,2
84,93
88,52

98,91
96,22
74,85

98.94
94.32
74.62

108.31
90.87
68.22

97,05
58,37
63,64

95,68
73,28
64,70

90,54
72,20
60,27

90.71
71.94
60.21

95.50
83.73
60.17

Sumber: BPS kota Padang 2014

Dari data Tabel di atas dapat dilihat bahwa APK SD menunjukan peningkatan
dimana pada tahun 2009 menunjukkan angka 116,48%, dan pada tahun 2013
tercatat sekitar 108,31% artinya semua penduduk usia 7-12 tahun dapat
memanfaatkan fasilitas jenjang pendidikan. Akan tetapi angka APM SD pada tahun
2013 mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2009, yakni 97,05%

33

sedangkan pada tahun 2013 menjadi 95,50%. Selanjutnya, APK SMP/MTs sampai
dengan tahun 2013 adalah 90,87%, sedangkan APM SLP adalah sekitar 83,73%.
Pada tingkat pendidikan SLTA sederajad, pada tahun 2013 APK SLTA adalah sekitar
68,22% dan APM SLTA adalah sekitar 60,17%. Angka ini menunjukkan bahwa wajar
9 tahun masih belum bisa terpenuhi sementara tantangan wajar 12 tahun sudah
tiba. Untuk itu tentunya perlu langkah strategis untuk mewujudkan wajar 12 tahun
di kota Padang.
Secara umum dapat pula dijelaskan bahwa perbedaan antara APK dan APM,
kondisinya lebih baik dibandingkan jenjang pendidikan dasar dibandingkan jenjang
pendidikan lebih tinggi. Hal ini disebabkan jenjang pendidikan SD merupakan
pendidikan dasar dan sangat diperlukan. Masyarakat dan orang tua khususnya
sudah menyadari bahwa memasukan anak ke SD merupakan kewajiban orang tua.
Kesadaran seperti ini harus terus ditumbuh kembangkan agar anak-anak usia
sekolah di kota Padang dapat menyelesaikan pendidikan minimal SLTA.

b. Rasio Jumlah Guru dan Murid


Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru menurut tingkat pendidikan
per 1.000 jumlah murid. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar.
Per 1000 orang murid di kota Padang. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas
pendidikan melalui hasil pengolahan data Profil Pendidikan Kota Padang, diperoleh
hasil perhitungan bahwa hingga tahun 2011/2012 rasio guru/murid untuk tingkat
pendidikan SD/MI sampai dengan tingkat SMA/SMK/MA mengalami fluktuasi dan
menunjukkan peningkatan pada tahun 2011/2012. Gambaran selengkapnya jumlah
guru dan murid menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada table 2.13 berikut ini:
Tabel 2.13
Jumlah Guru, Murid & Rasio Menurut Jenjang Pendidikan
Tahun 2008-2012
NO
1.

JENJANG
PENDIDIKAN
SD/MI
Jumlah Guru

2010

2011

2012

4.741

5.644

5.647

5.577

100.475

96.813

102.016

98.238

99.680

48

49

55

57

56

Jumlah Guru

3.386

2.724

3.405

3.339

3.763

Jumlah Murid

39.127

39.545

38.866

38.903

43.143

87

69

88

86

87

Jumlah Guru

4.089

2.724

2.408

2.479

4.252

Jumlah Murid

39.127

39.545

25.740

37.398

42.548

105

69

94

66

100

Rasio Guru/Murid
SMP/MTs

Rasio Guru/Murid
3.

2009

4.805

Jumlah Murid
2.

2008

SM/MA

Rasio Guru/Murid

34

B. Pelayanan Kesehatan

a) Angka Kesakitan
Pelayanan Kesehatan merupakan unsur penting dalam menentukan kualitas
sumberdaya manusia. Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan merupakan
bagian penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia agar efektifitas
dan efisiensi kerja meningkat. Maksud dan tujuan pembangunan sarana dan
prasarana tersebut adalah agar terjadi peningkatan produktivitas kerja, sehingga
sasaran dan target pertumbuhan ekonomi tercapai.
Upaya pemerintah dalam peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat
terus dilakukan antara lain penyediaan fasilitas kesehatan, terutama pembangunan
dan pembenahan Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas, serta Fasilitas Air Bersih sesuai
standar yang telah ditentukan. Tujuan utama adalah agar derajat kesehatan
masyarakat terus meningkat seperti Angka Kematian bayi dan Balita Buruk diatas.
Kebijakan yang ditempuh adalah melalui program peningkatan kuantitas dan
kualitas sarana/ prasarana kesehatan yang ada. Keberhasilan kebijakan sudah
seharusnya dibarengi dengan program peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya hidup sehat, bersih dan teratur.
Berdasarkan hasil evaluasi derajat kesehatan ditentukan oleh pelayanan dan
sarana/prasarana kesehatan yang tersedia serta faktor internal dari masyarakat itu
sendiri. Angka kesakitan (morbiditas) penduduk Kota Padang dapat dilihat Tabel
2.14 berikut ini:
Tabel 2.14
Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kota Padang tahun 2011
No.

Jenis Penyakit

1.

ISPA

2.

Jumlah

Persentase

115.361

46,52

Tukak Lambung

21.606

8,71

3.

Jaringan Bawah Kulit

21.340

8,61

4.

Pulpadan Jaringan periapikal

15.238

6,15

5.

Alergi Kulit

15.808

5,97

6.

Rematik

14.353

5,79

7.

Demam tidak diketahui sebabnya

13.430

5,42

8.

Diare

11.832

4,77

9.

Infeksi pada saluran nafas

10.282

4,15

10

Prodental

9.721

3,92

247.971

100,00

Padang

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Padang, dalam RKPD kota Padang Tahun 2014

Dari data yang dikemukakan pada Tabel 2.14 diatas pada tahun 2011
terdapat laporan jumlah angka kesakitan sebanyak 247.971 kasus. Jumlah angka
kesakitan terbanyak dilaporkan adalah ISPA sebanyak 46,52% dan kemudian diikuti

35

oleh jenis penyakit Tukak Lambung sebanyak 8,1% dan Jaringan bawah kulit
sebanyak 8,61% serta jenis penyakit lainnya.
Berdasarkan hasil Suseda, 2012, tercatat data sampel masyarakat tentang
keluhan kesehatan mengenai jenis penyakit yang dialami sebanyak 8,21%, dari
jumlah penduduk Kota Padang, sedangkan 91,79% dari penduduk yang tidak
melaporkan, karena merasa tidak ada keluhan.

b) Prasarana dan Sarana Kesehatan


Jumlah fasilitas prasarana pelayanan kesehatan di Kota Padang secara
kuantitas sudah cukup memadai. Pada tahun 2013 jumlah rumah sakit tercatat
sebanyak 28 buah yang terdiri dari 5 Rumah Sakit Pemerintah, 15 Rumah Sakit
Swasta dan 9 Rumah Sakit Khusus. Namun yang jadi masalah adalah dari segi
kualitas dan kapasitas, yaitu kemampuan dari pada rumah sakit tersebut untuk
melayani jumlah penduduk Kota Padang. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota
Padang diperkirakan sebanyak 876.678 orang artinya setiap rumah sakit dalam satu
tahun melayani penduduk sebanyak 31.310 orang atau setiap bulan dapat melayani
penduduk sebanyak 2.609 orang.
Disamping itu, pelayananan kesehatan yang diberikan rumah sakit ini
mendapat dukungan dari unit-unit pelayanan kesehatan lainnya, seperti Puskesmas,
Puskesmas Keliling, Rumah Sakit Bersalin dan lain sebagainya. Berarti secara
kuantitas Kota Padang sudah mencukup, karena ratio umah sakit terhadap satuan
jumlah penduduk sudah ideal dengan Ratio Rumah Sakit terhadap penduduk
sebanyak 31.310 orang tersebut.
Jumlah fasilitas prasarana pelayanan kesehatan yang tersedia di Kota
Padang Tahun 2008-2012 dapat dilihat Tabel 2.15 berikut ini:
Tabel 2.15
Fasilitas Prasarana Kesehatan di Kota Padang Tahun 2008 2012
No.

Prasarana Kesehatan

2008

2009

2010

2011

2012

1.

Rumah Sakit

28

26

27

27

27

Rumah Sakit Pemerintah

Rumah Sakit Swasta

20

14

14

Rumah Sakit Khusus

15

15

2.

Puskesmas

20

20

20

20

20

Puskesmas Pembantu

58

61

62

62

62

Puskesmas Keliling

20

21

20

20

20

3.

Rumah Sakit Bersalin

11

10

11

11

4.

Rumah Bersalin

19

17

17

17

5.

Klinik/Balai Pengobatan

10

18

18

18

18

6.

Laboratorium

12

12

12

10

10

Sumber: Padang Dalam Angka Tahun 2013

36

Disamping masalah yang dihadapi adalah kualitas dan aksesibilitas fasilitas


sarana yang tersedia. Ketersediaan tenaga kesehatan juga menjadi tantanga bagi
peningkatan cakupan layanan kesehatan, diantaranya yang terpenting adalah
terkait dengan jumlah dokter, jumlah perawat/bidan, dan jumlah tempat tidur
dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Padang.
Tabel 2.16
Fasilitas dan Rasio Sarana Kesehatan di Kota Padang Tahun 2008-2012
No.

Sarana Kesehatan

Jumlah penduduk

Jumlah Dokter Umum


Rasio terhadap Penduduk

Jumlah Dokter Gigi


Rasio terhadap penduduk

Bidan/Perawat
Rasio Terhadap penduduk

Jumlah Tempat Tidur RS


Rasio terhadap penduduk

2008

2009

2010

2011

2012

856.815

875.750

833.562

844.316

854.336

12.415

13.364

11.114

11.925

11.974

69

66

75

71

71

19.926

18.245

15.727

16.282

18.267

43

48

53

52

47

1.707

2.060

1.898

1.697

1.728

502

425

439

498

494

2.600

1.948

1.948

2.254

2.254

330

450

428

375

379

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Padang, dalam RKPD kota Padang Tahun 2014

2.3.2. Pelayanan Urusan Pilihan

A. Investasi PMDN/PMA
Investasi merupakan kegiatan pembentukan modal yang dilakukan dalam
suatu periode tertentu. Secara praktis nilai semua penggunaan barang modal baru
untuk menghasilkan hasil produksi yang umur lebih satu tahun, tetapi terhadap
barang modal yang habis dipakai atau umur kurang 1 tahun tidak dianggap
investasi. Cakupan dari barang modal yang disebut investasi adalah: berupa barang
modal baru dan barang modal bekas (stock).
Perkembangan nilai investasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang
sangat menentukan arah pembangunan ekonomi suatu daerah/negara. Semakin
tinggi nilai investasi yang masuk dan dilaksanakan, jelas membawa pengaruh yang
signifikan terhadap perkembangan di bidang ekonomi. Kota Padang sebagai kota
besar yang terus membangun membutuhkan pembentukan modal yang besar guna
menggerakkan perekonomiannya dan untuk mencapai pertumbuhan yang
berkesinambungan.
Nilai pembentukan modal dapat diperkirakan dengan menggunakan jumlah
PDRB yang digunakan untuk pembentukan modal, yang dikenal dengan ICOR. ICOR
merupakan ratio pertambahan investasi dan pertambahan pendapatan. Dari
perkembangan PDRB Kota Padan dalam beberapa tahun berjalan dapat diperkirakan
kebutuhan Investasi Tabel 2.17 berikut ini:

37

Tabel 2.17
Nilai Pembentukan Modal di kota Padang Tahun 2008-2012
(dalam Rp. Juta)
Tahun

Nilai Investasi
Menurut Harga Berlaku

Nilai Investasi
Menurut Harga konstan

2006

3.510.400

2.088.690

2007

3.889.940

2.186.820

2008

4.656.760

2.295.200

2009

5.156.560

2.421.090

2010

5.999.880

2.630.680

2011

6.843.200

2.987.140

2012*

7.686.520

3.124.430

2013*

8.529.840

3.261.720

Pertumbuhan
rata-rata (%)

13,52

6,57

Sumber: Diolah dari data PDRB Kota Padang, BPS Tahun 2012
* Tahun 2012 dan 2013 angka perkiraan berdasar perkiraan ICOR Tahun 2011

Selama periode tahun 2006-2013 tampak pertumbuhan rata-rata investasi di


kota Padang adalah 13,52% menurut harga berlaku dan 6,57% menurut harga
konstan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kota Padang memiliki daya tarik investasi
yang cukup memadai, namun untuk terus mendorong peningkatan investasi guna
mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan penciptaan lapangan pekerjaan
maka penciptaan iklim investasi yang lebih kondusif dan profitable perlu terus
dilakukan oleh pemerintah kota bersama pihak terkait lainnya.
2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH

Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat Departemen Perdagangan


dan Industri Inggeris (UK-DTI) adalah kemampuan suatu daerah dalam
menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka
terhadap persaingan domestik maupun internasional. Sementara itu Centre for
Urban and Regional Studies (CURDS) mendefinisikan daya saing daerah sebagai
kemampuan sektor bisnis atau perusahaan pada suatu daerah dalam menghasilkan
pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk
penduduknya

A. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah


a) Angka Konsumsi Rumah Tangga per Kapita
Dari hasil data Suseda Kota Padang diperoleh besaran pengeluaran per
kapita penduduk Kota Padang cukup bervariasi. Kenyataan menunjukkan bahwa
tidak sedikit dari penduduk Kota Padang yang hanya dapat memenuhi kebutuhan
pokok yang paling dasar, sehingga rata-rata pengeluarannya relatif cukup rendah.

38

Namun, di lain pihak terdapat pula masyarakat yang mampu mengeluarkan dananya
untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sekunder dengan nilai yang
cukup besar. Besaran rata-rata pengeluaran penduduk Kota Padang mengalami
pertumbuhan sebesar 22,07 persen pertahun.
Tabel 2.18
Persentase Pengeluaran per Kapita Penduduk per Bulan
Menurut Kelompok Pengeluaran Kota Padang Tahun 2012 (dalam%)

(1)
1.

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Golongan
Pengeluaran
(2)
< 200.000
200.000 299.999
300.000 399.999
400.999 499.999
500.999 599.999
600.999 699.999
700.999 799.999
> 800.000
Padang

Jenis Pengeluaran
Makanan
Bukan Makanan
(3)
(4)
0,93
3,61
4,24
6,13
7,88
5,32
6,35
4,81
7,99
3,77
5,43
3,13
4,07
2,28
11,20
20,90
50,10
49,90

Total
(5)
4,54

10,38
13,20
13,71
11,71
8,57
6,35
32,09
100,00

Sumber: RKPD kota Padang 2014

b) Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Daerah

Salah satu fasilitas penting dalam aktivits ekonomi adalah ketersediaan


infrastruktur jalan. Kualitas jalan yang dirasakan sebagai kebutuhan mendasar bagi
masyarakat. Jalan yang baik akan mengurangi dampak biaya ekonomi tinggi. Jalan
yang baik selain meningkatkan laju pertumbuhan lintas barang, jasa dan orang juga
sebagai merupakan sebagai indikator keberhasilan pembangunan Pemerintah Kota
Padang dalam memajukan infrastruktur di daerahnya.
Berdasarkan data BPS, panjang jalan di Kota Padang mengalami
penambahan yang signifikan pada tahun 2011, dimana panjang jalan bertambah
sebesar 40,82%, terutama jalan lokal sekunder, sedangkan jalan primer, jalan
sekunder serta lokal primer dan sekunder tidak terjadi penambahan. Peningkatan
yang cukup dirasakan adalah meningkatnya panjang status jalan nasional dan jalan
kota. Seiring dengan kondisi tersebut, jumlah kendaraan juga mengalami
peningkatan dari semula di tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor 314.460 buah h
meningkat menjadi 966.965 buah di tahun 2011. Peningkatan yang sangat tinggi
terutama terjadi pada kendaraan roda dua (sepeda motor) dan mini bus, hal ini
diantaranya dipicu oleh sangat mudahnya fasilitas pembiayaan kendaraan bermotor
pada tahun ini.
Pertumbuhan panjang jalan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan
jumlah kendaraan tentunya akan menjadi masalah dalam transportasi kota
khususnya dan mobilitas penduduk pada umumnya. Walaupun ada peningkatan dan

39

penambahan panjang jalan pada tahun 2011 namun sampai dengan tahun 2013
belum ada penambahan panjang jalan akibatnya dengan jumlah kendaraan yang
cenderung meningkat menyebabkan ternyadinya semakin banyaknya simpul
kemacetan kendaraan di kota Padang. Untuk itu diperlukan kebijakan pengendalian
laju jumlah kendaraan dan kesadaran berlalu lintas masyarakat kota Padang.
Adapun perkembangan panjang jalan dan jumlah kendaraan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.19
Panjang Jalan, Jumlah Kendaraan dan Rasio Panjang Jalan Terhadap
Kendaraan dan Jumlah penduduk Tahun 2009-2013
No.
1.
2.

Uraian

2009

2010

2011

1.642,42

1.642,42

2.312,80

2.312,80

2.312,80

Pertumbuhan (%)

55,84

0,00

40,82

0,00

0,00

Jumlah Kendaraan

359.457

314.460

966.965

412.196

407.086

Pertumbuhan (%)

23,87

-12,52

207,50

-57,37

-1,24

219

192

418

178

176

0,41

0,38

1,15

0,48

0,46

Panjang Jalan (Km)

3.

Rasio kendaran terhadap


panjang jalan

4.

Rasio kendaraan
terhadap penduduk

2012

2013

Sumber: BPS, 2013, data diolah

c) Iklim Investasi
Investasi merupakan kegiatan pembentukan modal yang dilakukan dalam
suatu periode tertentu. Secara praktis nilai semua penggunaan barang modal baru
untuk menghasilkan hasil produksi yang umur lebih satu tahun, tetapi terhadap
barang modal yang habis dipakai atau umur kurang 1 tahun tidak dianggap
investasi. Cakupan dari barang modal yang disebut investasi adalah: berupa barang
modal baru dan barang modal bekas (stock).
Nilai investasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang sangat
menentukan arah pembangunan ekonomi suatu daerah/negara. Semakin tinggi nilai
investasi yang masuk dan dilaksanakan, jelas membawa pengaruh yang signifikan
terhadap perkembangan di bidang ekonomi. Kota Padang sebagai kota besar yang
terus membangun membutuhkan pembentukan modal yang besar guna
menggerakkan perekonomiannya dan untuk mencapai pertumbuhan yang
berkesinambungan.
Nilai pembentukan modal dapat diperkirakan dengan menggunakan jumlah
PDRB yang digunakan untuk pembentukan modal, yang dikenal dengan ICOR. ICOR
merupakan ratio pertambahan investasi dan pertambahan pendapatan. Dari
perkembangan PDRB Kota Padang dalam beberapa tahun berjalan dapat
diperkirakan kebutuhan Investasi Tabel 2.20 berikut ini:

40

Tabel 2.20
Kebutuhan Investasi kota Padang Tahun 2014-2019
(dalam Juta Rupiah)
Tahun

Nilai Investasi
Menurut Harga Berlaku

Nilai Investasi
Menurut Harga konstan

2014

9.373,160

3.399,010

2015

10.216,480

3.536,300

2016

11.059,800

3.673,590

2017

11.903,120

3.810,880

2018

12.746,440

3.948,170

2019

13.589,760

4.085,460

Catatan: angka perkiraan berdasar perkiraan ICOR Tahun 2011.

d) Sumber Daya Manusia

Analisis kinerja atas sumber daya manusia biasanya terkait dengan indikator
kualitas tenaga kerja (persentase pendidikan yang ditamatkan) dan rasio
ketergantungan. Meskipun pada kenyataannya ijazah yang dimiliki tidak menjamin
kualitas seseorang dapat bekerja sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki akan
tetapi setidaknya mencerminkan pendidikan apa yang dimiliki rata-rata oleh
penduduk di Kota Padang. Data yang dapat disajikan adalah angka persentase
pendidikan yang ditamatkan berdasarkan hasil pengolahan data susenas yang
dilakukan oleh BPS. Kondisi ini disebabkan sensus penduduk hanya dapat dilakukan
satu kali dalam sepuluh tahun.
Berbagai program dan kegiatan yang mengarah pada perbaikan kualitas
sumber daya manusia, jumlah penduduk berusia produktif dapat semakin membaik
dengan kualitas pendidikan yang juga semakin membaik. Dengan demikian, sumber
daya manusia di Kota Padang dapat bersaing di pasar tenaga kerja dan menjadi
motor penggerak roda perekonomian. Selain itu, dengan berbagai program
keterampilan dan kemandirian pemuda terutama untuk berwirausaha dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di kota Padang dan Sumatera Barat
umumnya.
Salah satu indicator yang dapat digunkan untuk mengukur kualitas
sumberdaya manusia adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia), berikut ini dapat
dilihat nilai IPM kota Padag dibandingkan dengan kota-kota lainnya di wilayah
Sumatera Barat. Dari data ini tampak bahwa kota Padang mengalami peningkatan
nilai IPM dari tahun 2009-2012, dimana pada tahun 2012 kota Padang berada pada
urutan kedua untuk daerah perkotaan denga nilai 78,55 sedanhgkan posisi tertinggi
ditempati oleh kota Bukittinggi dengan nilai IPM 79,07.

41

Tabel 2.21
Nilai IPM Wilayah Perkotaan di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2009-2012
Kota
Padang
Solok
Sawahlunto
Padang Panjang
Bukittinggi
Payakumbuh
Pariaman

2009

2010

2011

2012

Pertum-buhan
rata-rata (%)

77,43
75,23
74,71
77,16
77,86
75,37
74,05

77,81
75,65
74,96
77,45
78,26
75,81
74,46

78,15
76,04
95,41
78,12
78,73
76,29
74,89

78,55
76,54
75,87
78,51
79,07
76,76
75,23

0,48
0,58
0,52
0,58
0,52
0,61
0,53

Sumber: BPS, Padang Dalam Angka ,2014

Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan nilai IPM selama periode tahun 20092012 tampak bahwa kota Payakumbuh memiliki angka pertumbuhan tertinggi,
diikuti oleh kota Solok dan Padang Panjang, sedangkan kota Padang sebagai ibu
kota Provinsi Sumatera Barat menunjukkan pertumbuhan yang paling rendah.
Kondisi ini jelas merupakan tantangan besar bagi kota Padang untuk terus
meningkatkan pembangunan sumberdaya manusia dengan tiga aspek utama yang
terkait dengan IPM khususnya yakni, pendidikan, kesehatan dan perekonomian.
Untuk itu, tiga aspek ini harus tetap menjadi priorotas dalam pembangunan kotaa
Padang ke depan, agar kualitas sumberdaya manusia kota Padang dapat terus
ditingkatkan dan memiliki daya saing tidak hanya di wilayah Sumatera Barat, tetapi
juga secara nasional dan internasional.

42

BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SERTA KERANGKA PENDANAAN

Pengelolaan keuangan di Kota Padang mengacu kepada peraturan-peraturan


pengelolaan keuangan daerah terkait, meliputi Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tetang Keuangan Negara; Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah; Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pusat dan Daerah; Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Negara; Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang direvisi dengan Permendagri
Nomor 59 Tahun 2007, dan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011.
3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU
Untuk dapat mengetahui potensi sumber daya keuangan Kota Padang, maka
perlu dilakukan analisis terhadap kinerja keuangan Kota Padang selama lima tahun
terakhir beserta kebijakan umum yang menjadi acuannya. Analisis kinerja keuangan
Kota Padang dimulai dengan analisis kinerja pendapatan daerah, kinerja belanja
daerah, kinerja pembiayaan daerah, serta neraca daerah.
3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD
A. Kinerja Pendapatan Daerah
Sesuai dengan Permendagri Nomor 13 tahun 2006, komponen pendapatan
daerah Kota Padang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibagi
menurut jenisnya yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Pendapatan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan dibagi menurut beberapa
jenis meliputi bagi hasil pajak dan bukan pajak, dana alokasi umum dan dana
alokasi khusus. Pendapatan daerah yang berasal dari Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah terdiri dari pendapatan hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari
provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus
serta bantuan keuangan dari pemerintah provinsi atau daerah lainnya.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan memberikan klasifikasi pendapatan daerah yang sedikit berbeda,
khususnya tentang pendapatan dana transfer. Karena, disamping dana
perimbangan yang ditransfer dari pusat, pemerintah daerah juga menerima transfer
dari provinsi. Berdasarkan PP Nomor 71 tahun 2010, pendapatan daerah
diklasifikasikan sebagai Pendapatan Dana Transfer yang meliputi Transfer dari Pusat

43

berupa Dana Perimbangan dan Dana Transfer dari Pusat Lainnya, serta Dana
Transfer dari Provinsi bagi Kota/Kabupaten. Oleh sebab itu, analisis kinerja
pengelolaan keuangan Kota Padang dilakukan dengan mempertimbangkan kedua
metode klasifikasi pendapatan daerah ini.
Karena dalam periode analisis, yaitu antara tahun 2009 tahun 2013 telah
terjadi perubahan peraturan yang terkait dengan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, yaitu dari UU Nomor 34 Tahun 2000 menjadi UU Nomor 28 tahun 2009,
maka dalam analisis kinerja PAD, perlu mempertimbangkan dampak dari perubahan
peraturan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah tersebut. Pemberlakuan
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
ini juga telah ditindaklanjuti oleh Kota Padang dengan menyusun ulang dasar
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Pada tahun 2011 telah dihasilkan
11 Peraturan Daerah (Perda) terkait dengan pemungutan pajak daerah dan retribusi
daerah, yaitu:
Tabel 3.1
Dasar Hukum Pemungutan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kota Padang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Jenis Pajak
Pajak Penerangan Jalan;
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Pajak Air Tanah;
Pajak Restoran;
Pajak Hiburan;
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pajak Hotel;
Pajak Reklame;
Pajak Parkir;
Pajak Sarang Burung Walet;
Retribusi Jasa Umum
Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Perizinan Tertentu

Dasar Hukum
Perda No. 1 Tahun 2011
Perda No. 1 Tahun 2011
Perda No. 2 Tahun 2011
Perda No. 3 Tahun 2011
Perda No. 4 Tahun 2011
Perda No. 7 Tahun 2011
Perda No. 7 Tahun 2011
Perda No. 8 Tahun 2011
Perda No. 8 Tahun 2011
Perda No. 8 Tahun 2011
Perda No. 8 Tahun 2011
Perda No. 11 Tahun 2011
Perda No. 12 Tahun 2011
Perda No. 13 Tahun 2011

Sumber: DPPKAD Kota Padang

Analisis pertumbuhan pendapatan daerah Kota Padang selama 5 tahun


terakhir menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan. Pertumbuhan rata-rata
pertahun pendapatan daerah Kota Padang tahun 2009 hingga tahun 2013 mencapai
14,41%, atau meningkat dari Rp.951.799,04 juta pada tahun 2009 menjadi
Rp.1.630.882,53 juta pada tahun 2013. Walaupun pertumbuhan rata-rata pertahun
sebesar ini tidak dapat dikatakan sangat baik, namun pertumbuhan rata-rata
tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata pertahun
untuk sumber pendapatan perimbangan; terutama pendapatan dana alokasi umum,
yang mengalami pertumbuhan rata-rata pertahun hanya sebesar 8,69%.

44

Apabila dilihat dari pertumbuhan rata-rata setiap tahun dari masing-masing


komponen pendapatan daerah Kota Padang, maka dapat terlihat bahwa PAD
memberikan kontribusi pertumbuhan rata-rata paling tinggi dibandingkan dengan
kelompok pendapatan daerah Kota Padang lainnya, kecuali sumber dana
penyesuaian. Selama kurun waktu tahun 2009-2013, PAD Kota Padang mengalami
pertumbuhan sebesar 20,51% pertahun, sedangkan dana perimbangan hanya
mengalami pertumbuhan sebesar 9,84% pertahun, dana transfer dari pemerintah
provinsi mengalami pertumbuhan sebesar 12,36% pertahun, dan lain-lain
pendapatan yang sah mengalami pertumbuhan minus rata-rata pertahun sebesar
40,40%, sehingga pendapatan daerah Kota Padang selama kurun waktu tersebut
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 14,41% pertahun.

45

Tabel 3.2
PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH DAN TINGKAT PERTUMBUHAN RATA-RATA PER TAHUN
T a h u n (Rp'Juta)
PertumNo. Uraian
2009
2010
2011
2012
2013 buhan
(%)
I
PENDAPATAN
A PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
71.666,75
77.639,34
102.412,44
128.595,10
165.460,99
23,27
Pendapatan Retribusi Daerah
21.834,60
21.985,78
23.457,00
30.325,98
39.409,96
15,91
4.741,73
5.293,73
8.996,69
8.403,53
8.415,72
15,42
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
15.011,62
11.772,43
15.008,67
22.126,22
25.585,22
14,26
Jumlah Pendapatan Asli Daerah
113.254,71
116.691,28
149.874,80
189.450,84
238.871,89
20,51
B

PENDAPATAN TRANSFER
1. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT- DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Sub Jumlah

58.870,43
624.642,09
43.829,00
727.341,52

58.882,84
628.472,62
45.463,00
732.818,46

65.411,50
632.117,46
43.515,50
741.044,46

63.302,31
711.416,06
53.431,10
828.149,46

122.817,88
871.875,67
64.122,76
1.058.816,31

20,18
8,69
9,98
9,84

2. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT- LAINNYA


Dana Penyesuaian
Sub Jumlah

21.493,52
21.493,52

79.093,69
79.093,69

165.688,05
165.688,05

174.082,66
174.082,66

264.220,98
264.220,98

87,25
87,25

3.TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI


Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Sub Jumlah

39.288,46
0,00
39.288,46

46.004,50
0,00
46.004,50

63.056,20
0,00
63.056,20

52.740,12
0,00
52.740,12

62.612,51
0,00
62.612,51

12,36

788.123,49

857.916,64

969.788,71

1.054.972,24

1.385.649,80

10,21

14.550,44
33.471,11
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
2.399,28
50.420,84

7.761,15
2.225,25
22.368,69
0,00
22.190,12
1.740,60
900,00
0,00
57.185,81

3.500,00
0,00
15.159,20
10.644,51
0,00
0,00
0,00
0,00
29.303,71

498,19
0,00
400,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
898,19

802,52
0,00
5.558,32
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
6.360,84

951.799,04

1.031.793,73

1.148.967,22

1.245.321,28

1.630.882,53

Jumlah Pendapatan Transfer


C

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Bantuan Keuangan dari Provinsi
DPPID
DPDF dan PPD
DPPIP
DPIPD
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN

12,36

(51,54)
(100,00)
(37,13)

(100,00)
(40,40)
14,41

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)

46

Analisis berdasarkan proporsi terhadap total pendapatan menunjukkan


bahwa perkembangan pendapatan Kota Padang sebagaimana yang terjadi selama 5
tahun terakhir merupakan capaian yang relatif baik. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan pertumbuhan proporsi masing-masing sumber pendapatan daerah Kota
Padang. Proporsi semua jenis pendapatan daerah dari sumber PAD dalam 5 tahun
terakhir menunjukkan pertumbuhan positif kecuali lain-lain PAD yang sah. Secara
total proporsi PAD terhadap pendapatan daerah tumbuh sebesar 5,33% pertahun.
Sedangkan proporsi semua jenis pendapatan dari dana perimbangan mengalami
pertumbuhan negatif kecuali dana bagi hasil pajak dan bukan pajak, dengan tingkat
pertumbuhan rata-rata minus secara total sebesar 3,99% pertahun. Namun
penurunan proporsi dana perimbangan ini telah diimbangi dengan sumber
pendapatan lain dari pemerintah pusat lainnya yaitu melalui peningkatan dana
penyesuaian. Dalam 5 tahun terakhir, pertumbuhan rata-rata pertahun proporsi
dana penyesuaian sangat tinggi yaitu sebesar 83,61% sehingga proporsinya pun
meningkat tajam.
Proporsi PAD terhadap APBD baik secara total maupun berdasarkan jenis
PAD mengalami peningkatan yang cukup baik. Proporsi pendapatan PAD meningkat
dari 11,90% pada tahun 2009 meningkat menjadi 14,65 pada tahun 2013.
Sebaliknya, pada kurun waktu yang sama proporsi dana perimbangan turun dari
76,42% pada tahun 2009 menjadi 64,92% pada tahun 2013. Penurunan proporsi
dana perimbangan ini terutama disebabkan turunnya proporsi DAU yaitu dari
65,63% menjadi 53,46%. Hal ini terjadi, sejalan dengan konsep fungsi dana
perimbangan sebagai penutup celah fiskal, dimana proporsi belanja bagi hasil pajak
dan bukan pajak mengalami kenaikan dari 6,19% menjadi 7,53% pada tahun 2013.
Akibat pertumbuhan dana penyesuaian yang lebih tinggi, maka jumlah proporsi
pendapatan DAU dengan proporsi Dana Penyesuaian dari tahun 2009 sampai tahun
2013 menjadi seimbang.
Walaupun dampaknya relatif kecil, namun naiknya proporsi PAD ini
merupakan hal yang positif, karena mengambarkan kemajuan kemandirian Kota
Padang dalam membiayai kebutuhan pembangunannya. Disisi lain, penurunan
proporsi dana perimbangan, telah diimbangi dengan peningkatan yang sangat
signifikan dari sumber dana penyesuaian. Proporsi dana penyesuaian meningkat
dari 2,26% pada tahun 2009 menjadi 16,20% pada tahun 2013. Berdasarkan
peraturan terkait bahwa dana penyesuaian adalah dana yang dialokasikan oleh
pusat untuk membantu daerah dalam rangka melaksanakan kebijakan tertentu.
Sekalipun demikian, karena jumlah yang diperoleh Kota Padang sangat signifikan,
maka upaya peningkatan dana penyesuaian pada masa datang perlu menjadi
perhatian Pemda Kota Padang.
Tabel 3.3 berikut menunjukkan perkembangan proporsi setiap komponen
pendapatan terhadap total pendapatan daerah Kota Padang.

47

Tabel 3.3
PERKEMBANGAN PROPORSI PENDAPATAN DAERAH DAN TINGKAT PERTUMBUHAN RATA-RATA PER TAHUN
T a h u n (%)
PertumNo. Uraian
2009
2010
2011
2012
2013 buhan (%)
I
PENDAPATAN
A
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
7,53
7,52
8,91
10,33
10,15
7,74
Pendapatan Retribusi Daerah
2,29
2,13
2,04
2,44
2,42
1,31
0,50
0,51
0,78
0,67
0,52
0,88
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
1,58
1,14
1,31
1,78
1,57
(0,13)
Jumlah Pendapatan Asli Daerah
11,90
11,31
13,04
15,21
14,65
5,33
B

PENDAPATAN TRANSFER
1. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT- DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Sub Jumlah

6,19
65,63
4,60
76,42

5,71
60,91
4,41
71,02

5,69
55,02
3,79
64,50

5,08
57,13
4,29
66,50

7,53
53,46
3,93
64,92

5,04
(5,00)
(3,87)
(3,99)

2. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT- LAINNYA


Dana Penyesuaian
Sub Jumlah

2,26
2,26

7,67
7,67

14,42
14,42

13,98
13,98

16,20
16,20

63,66
63,66

3. TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI


Pendapatan Bagi Hasil Pajak
Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
Sub Jumlah

4,13
0,00
4,13

4,46
0,00
4,46

5,49
0,00
5,49

4,24
0,00
4,24

3,84
0,00
3,84

82,80

83,15

84,41

84,71

84,96

1,53
3,52
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,25
5,30

0,75
0,22
2,17
0,00
2,15
0,17
0,09
0,00
5,54

0,30
0,00
1,32
0,93
0,00
0,00
0,00
0,00
2,55

0,04
0,00
0,03
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,07

0,05
0,00
0,34
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,39

100,00

100,00

100,00

100,00

100,00

Jumlah Pendapatan Transfer


C

LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH


Pendapatan Hibah
Pendapatan Dana Darurat
Bantuan Keuangan dari Provinsi
DPPID
DPDF dan PPD
DPPIP
DPIPD
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN

(1,80)
(1,80)
0,65

(57,64)
(100,00)

(100,00)
(47,91)
-

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)

48

B. Kinerja Belanja Daerah


Pengklasifikasian belanja daerah dapat dilakukan berdasarkan berbagai
metode, antara berdasarkan Permendagri 13 tahun 2006 atau berdasarkan PP
Nomor 71 tahun 2010. Berdasarkan Permendagri 13 tahun 2006, belanja daerah
dapat diklasifikasikan menjadi belanja langsung dan belanja tidak langsung. Belanja
tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan. Sedangkan belanja langsung merupakan belanja yang terkait
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Oleh sebab itu, pelaksanaan
belanja langsung bertujuan untuk meningkatkan kinerja. Komponen belanja tidak
langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Sedangkan
belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta
belanja modal.
Berdasarkan PP Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, belanja daerah diklasifikasikan atas belanja operasi, belanja modal,
belanja tak terduga, dan transfer bagi hasil ke desa. Dalam belanja operasi
mencakup belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, dan belanja bantuan keuangan. Sedangkan belanja modal akan
diklasifikasikan sesuai dengan bidang aset, yaitu belanja modal tanah, peralatan,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, serta aset
lainnya. Pembahasan dalam bab ini akan dilakukan pengklasifikasian belanja daerah
berdasarkan Permendagri 13 tahun 2006 dan PP Nomor 71 tahun 2010.
Sesuai dengan kebutuhan pembangunan, belanja Kota Padang pada kurun
waktu tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Belanja Kota Padang selama kurun waktu tersebut mengalami
pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 12,92%, yaitu dari Rp 996.418,37 juta
pada tahun 2009 menjadi Rp 1.620.303,74 juta pada tahun 2013.
Jika dirangking berdasarkan jumlahnya, tiga kelompok belanja daerah yang
terbesar adalah belanja pegawai, belanja modal, dan belanja barang dan jasa.
Belanja pegawai, baik langsung maupun tidak langsung, mengalami peningkatan
dari Rp.641.585,68 juta pada tahun 2009 menjadi Rp.1.026.104,83 juta pada tahun
2013, atau mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 12,46% pertahun. Belanja
modal mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 30,34% pertahun, yaitu dari
Rp.100.352,19 juta pada tahun 2009 menjadi Rp.289.610,36 juta pada tahun 2013.
Sedangkan belanja barang dan jasa mengalami peningkatan dari Rp.145.915,50
juta pada tahun 2009 menjadi Rp.248.203,71 juta pada tahun 2013, atau secara
rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 14,20% pertahun.

49

Tabel 3.4

No
A

PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA DAERAH DAN TINGKAT PERTUMBUHAN RATA-RATA PER TAHUN
Tahun (Rp'juta)
PertumUraian
2009
2010
2011
2012
2013
buhan (%)
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
641.585,68
753.001,46
806.590,21
942.725,51 1.026.104,83
12,46
Belanja Barang
145.915,50
130.670,69
176.954,16
190.533,08
248.203,71
14,20
Bunga
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Subsidi
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Hibah
32.740,45
24.862,17
38.953,53
40.067,89
40.346,93
5,36
Bantuan Sosial
13.343,26
13.168,40
15.769,25
5.197,88
13.147,97
(0,37)
Bantuan Keuangan
33.925,18
39.188,41
746,97
815,76
746,97
(61,48)
J uml a h
867.510,06
960.891,13 1.039.014,11 1.179.340,13 1.328.550,41
11,24
BELANJA MODAL
Belanja Tanah
16.432,66
23.581,51
12.403,77
6.514,05
17.643,48
1,79
Belanja Peralatan dan Mesin
23.425,58
14.349,14
32.716,80
36.010,75
53.044,97
22,67
Belanja Gedung dan Bangunan
25.983,16
46.950,78
52.640,25
128.973,34
128.051,19
49,00
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
33.710,61
49.021,95
42.657,99
47.897,45
89.851,44
27,77
Belanja Aset Tetap Lainnya
800,18
201,51
155,27
171,42
115,13
(38,41)
Belanja Aset Lainnya
0,00
131,04
0,00
423,51
904,16
J uml a h
100.352,19
134.235,93
140.574,07
219.990,52
289.610,36
30,34
BELANJA TAK TERDUGA
Belanja Tak Terduga
28.556,13
5.241,09
758,02
881,74
2.142,97
(47,66)
J uml a h
28.556,13
5.241,09
758,02
881,74
2.142,97
(47,66)
JUMLAH BELANJA
996.418,37 1.100.368,16 1.180.346,20 1.400.212,40 1.620.303,74
12,92
TRANSFER BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pajak
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Bagi Hasil Retribusi
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Jumlah Transfer Bagi Hasil ke Desa
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
JUMLAH BELANJA & TRANSFER
996.418,37 1.100.368,16 1.180.346,20 1.400.212,40 1.620.303,74
12,92

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)

50

Analisis belanja daerah berdasarkan pengklasifikasian yang sesuai


Permendagri Nomor 13 tahun 2006, dan dengan menggunakan data tahun 20092013, menunjukkan bahwa perkembangan kinerja belanja Kota Padang
cenderung lebih baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan perbandingan tingkat
pertumbuhan rata-rata pertahun masing-masing kelompok belanja daerah.
Belanja tidak langsung mengalami peningkatan sebesar 9,57%, yaitu dari
Rp.710.396,56 juta pada tahun 2009 menjadi Rp.1.023.849,92 juta pada tahun
2013. Sedangkan belanja tidak langsung mengalami peningkatan yang lebih
tinggi, yaitu 20,13% atau meningkat dari Rp.286.372,76 juta pada tahun 2009
menjadi Rp.596.453,82% juta pada tahun 2013.
Peningkatan belanja tidak langsung terutama disebabkan peningkatan
belanja pegawai, yaitu dari Rp.601.830,54 juta pada tahun 2009 menjadi
Rp.967.465,08 juta pada tahun 2013. Hal ini berarti terjadi pertumbuhan ratarata pertahun sebesar 12,60%. Belanja hibah juga mengalami peningkatan
sedikit lebih rendah, yaitu dari Rp.32.740,45 juta pada tahun 2009 menjadi
Rp.40.346,93 juta pada tahun 2013, atau mengalami pertumbuhan sebesar
5,36% pertahun. Sedangkan belanja tidak langsung lainnya mengalami
penurunan atau mengalami pertumbuhan negatif.
Kinerja belanja yang lebih baik juga ditunjukkan berdasarkan analisis
pertumbuhan rata-rata pertahun untuk setiap elemen belanja langsung.
Pertumbuhan rata-rata pertahun dari belanja langsung pegawai lebih rendah
dibandingkan dengan belanja barang dan jasa serta dengan belanja modal.
Belanja langsung pegawai mengalami peningkatan dari Rp.39.755,14 juta pada
tahun 2009, menjadi Rp.58.639,75 juta pada tahun 2013, atau mengalami
pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 10,20%. Di lain pihak, belanja barang
dan jasa mengalami peningkatan dari Rp.145.915,50 juta pada tahun 2009
menjadi Rp.248.203,71 juta pada tahun 2013, atau mengalami pertumbuhan
rata-rata pertahun sebesar 14,20% pertahun. Sedangkan belanja modal
mengalami peningkatan dari Rp.100.702,12 juta pada tahun 2009 menjadi
Rp.289.610,36 juta pada tahun 2013, atau dengan tingkat pertumbuhan ratarata sebesar 30,22% pertahun. Secara tidak langsung, hal ini menggambarkan
kebijakan Kota Padang pasca gempa 29 September 2009, yang mengharuskan
pemerintah Kota Padang untuk lebih memperketat alokasi belanja untuk
pembangunan fisik dan atau untuk belanja modal lainnya.

51

Tabel 3.5

REALISASI BELANJA LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG (Rp juta)


No Belanja
A Belanja Tidak Langsung
1 Belanja Pegawai
2 Belanja Bunga
3 Belanja Subsidi
4 Belanja Hibah
5 Belanja Bantuan Sosial
6 Belanja Bantuan Keuangan
7 Belanja Tidak Terduga
B Belanja Langsung
1 Belanja Pegawai
2 Belanja Barang dan Jasa
3 Belanja Modal
Jumlah

Thn 2009

Thn 2010

Thn 2011

Thn 2012

710.395,56
601.830,54
32.740,45
13.343,26
33.925,18
28.556,13
286.372,76
39.755,14
145.915,50
100.702,12
996.768,32

803.197,04
720.736,97
24.862,17
13.168,40
39.188,41
5.241,09
297.171,12
32.264,50
130.670,69
134.235,93
1.100.368,16

824.058,44
767.830,68
38.953,53
15.769,25
746,97
758,02
356.287,75
38.759,52
176.954,16
140.574,07
1.180.346,19

940.199,62
893.236,34
40.067,89
5.197,88
815,76
881,74
460.012,78
49.489,17
190.533,08
219.990,52
1.400.212,39

Pertumbuhan (%)
1.023.849,92
9,57
967.465,08
12,60
Thn 2013

40.346,93
13.147,97
746,97
2.142,97
596.453,82
58.639,75
248.203,71
289.610,36
1.620.303,74

5,36
(0,37)
(61,48)
(47,66)
20,13
10,20
14,20
30,22
12,91

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)

Analisis lain yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi kinerja belanja


Kota Padang 5 tahun terakhir adalah berdasarkan proporsi setiap kelompok
belanja dengan total belanja dae
rah. Rata-rata proporsi jumlah belanja pegawai, baik belanja langsung
maupun belanja tidak langsung kurun waktu 2009 2013 adalah 66,36% dari
total belanja daerah. Tetapi dalam kurun waktu tersebut, terjadi penurunan
proporsi belanja pegawai, yaitu dari 64,39% pada tahun 2009 menjadi 63,33%
pada tahun 2013. Sedangkan proporsi belanja modal dalam tahun 2009-2013
mengalami peningkatan dari 10,07% pada tahun 2009 menjadi 17,87% pada
tahun 2013. Peningkatan pertumbuhan proporsi belanja modal yang lebih tinggi
dibandingkan proporsi belanja pegawai menunjukkan kebijakan belanja yang
lebih baik dan perlu dipertahankan; kalau bisa lebih ditingkatkan lagi pada masa
datang.
Walaupun rata-rata proporsi belanja barang dan jasa pada tahun 20092013 lebih tinggi dibandingan belanja modal yaitu 14,09% berbanding 13,55%,
namun pada 2 tahun terakhir, proporsi belanja modal lebih besar dari pada
belanja barang dan jasa. Jika proporsi belanja barang dan jasa pada tahun 20122013 masing-masing adalah 13,61% dan 15,32%, maka proporsi belanja modal
pada periode yang sama adalah 15,71% dan 17,87%. Oleh sebab itu, baik
berdasarkan tingkat pertumbuhan rata-rata pertahun maupun capaian proporsi
belanja modal pada tahun 2012 dan tahun 2013 menunjukkan kinerja kebijakan
belanja yang relatif baik.

52

Tabel 3.6 berikut memperlihatkan perkembangan proporsi belanja


pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal, dan belanja lainnya.
Tabel 3.6
Perkembangan Proporsi Balanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa,
serta Belanja Modal Tahun 2009-2013 (%)
Jenis Belanja
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Belanja Lainnya
Jumlah

Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Rata-Rata Pertumbuhan
64,39
68,43
68,34
67,33
63,33
66,36
(0,41)
14,64
11,88
14,99
13,61
15,32
14,09
1,13
10,07
12,20
11,91
15,71
17,87
13,55
15,42
10,90
7,49
4,76
3,35
3,48
6,00
(24,82)
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)

C. Kinerja Pembiayaan
Secara umum, tidak banyak daerah yang telah membuat kebijakan
pembiayaan yang berpengaruh signifikan terhadap proses pembangunan, kecuali
memanfaatkan SiLPA yang tersedia. Pada kebanyakan daerah, kebijakan yang
dibuat dalam penganggaran adalah kebijakan anggaran berimbang. Hal ini
berarti semua SiLPA tahun sebelumnya direncanakan untuk digunakan untuk
menggerakkan pembangunan pada tahun berikutnya. Hal ini juga dilakukan oleh
pemerintah Kota Padang dalam periode Tahun 2009-2013.
Pada setiap tahun SiLPA tahun sebelumnya akan dijadikan sebagai
Pembiayaan Terima dan dianggarkan semua penerimaan daerah dapat
dibelanjakan pada tahun berikutnya. Akan tetapi karena adanya keterbatasan
dalam pelaksanaan anggaran, maka pada setiap tahun masih sering terjadi
SiLPA. Namun demikian, SiLPA Kota Padang setiap tahun menunjukkan
penurunan dan secara otomasi pembiayaan terima pada tahun berikutnya juga
lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Kebijakan pembiayaan seperti ini
adalah baik, karena semua dana yang tersedia diusahakan untuk menggerakkan
pembangunan di daerah.
Akan tetapi data pada tahun 2012 menunjukkan kondisi yang kurang
mengembirakan, karena pada akhir tahun 2012 terdapat SiLPA yang lebih besar
dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terjadi antara lain karena Kota Padang
mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku untuk pengaspalan jalan
sehingga terpaksa kegiatan-kegiatan pengaspalan jalan ditunda pada tahun
berikutnya, dan juga terjadi penundaan pelaksanaan pengembangan
pembangunan jalur 2 jalan By Pass sehingga jumlah SiLPA pada tahun 2013
meningkat menjadi Rp.227,88 Milyar.

53

Tabel 3.7
Perkembangan Realisasi Pembiayaan dan Rata-Rata Pertumbuhan
Pertahun
No. Uraian

Ta hun
2011

2012

2013

Pertumbuhan (%)

2009

2010

157.097,76
0,00
0,00
0,00
0,00
157.097,76

107.348,30
0,00
0,00
0,00
0,00
107.348,30

46.923,21
0,00
0,00
0,00
0,00
46.923,21

97.284,59
0,00
0,00
0,00
0,00
97.284,59

164.307,32
0,00
0,00
0,00
0,00
164.307,32

0,00
377,49
10.229,58
0,00
10.607,07

0,00
0,00
76,66
0,00
76,66

0,00
5.324,90
0,00
0,00
5.324,90

0,00
8.753,00
0,00
0,00
8.753,00

0,00
15.599,00
15.262,71

153,54
10,52

30.861,71

30,60

146.490,69

107.271,64

41.598,31

88.531,59

133.445,61

(2,30)

107.348,30

46.923,21

97.324,34

164.307,32

227.884,05

20,71

A
Penggunaan SiLPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan

1,13

1,13

B
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pem. Daerah
Pembay. Pokok Pinj. DN Lainnya
Pembay. Pokok Pinj. DN Obligasi
Jumlah Pengeluaran
PEMBIAYAAN NETTO
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)

3.2. NERACA DAERAH


Neraca mengambarkan tentang aset, kewajiban, dan ekuitas yang dimiliki
oleh suatu organisasi, termasuk organisasi pemerintah daerah. Secara umum,
transaksi yang akan mempengaruhi neraca daerah adalah transaksi yang berasal
dari belanja modal dan pembiayaan. Jika ada belanja modal maka akan terjadi
peningkatan aset tetap. Sedangkan jika ada pengeluaran pembiayaan maka akan
terjadi peningkatan investasi jangka panjang, pembentukan dana cadangan dan
atau penurunan kewajiban. Jika ada penerimaan pembiayaan maka akan terjadi
penurunan investasi jangka panjang, pencairan dana cadangan, sisa lebih
perhitungan anggaran dan atau kenaikan kewajiban.
Analisis kinerja Neraca Kota Padang tahun 2009-2013 terlihat bahwa
rata-rata proporsi aset tetap jauh lebih besar dibandingkan aset lancar dan
investasi jangka panjang, yaitu dengan perbandingan 91,87%, 4,64%, dan
1,11%, sedangkan sisanya adalah aset lainnya. Perbandingan atau
perkembangan proporsi kelompok aset tersebut tidak mengalami perubahan
yang signifikan antara tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2013.
Analisis berdasarkan pos-pos aset menunjukkan bahwa jumlah nilai aset
yang dimiliki Kota Padang mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu
dari Rp.2.885.510,91 juta pada tahun 2009 menjadi Rp.4.896.118,73 juta pada
tahun 2013, yang berarti dalam kurun tahun 2009-2013 terjadi pertumbuhan
rata-rata pertahun sebesar 14,13%. Peningkatan seperti ini dihasilkan antara lain
melalui peningkatan aset tetap, investasi jangka panjang, dan aset lancar. Dari 3
sumber peningkatan aset Kota Padang tersebut, peningkatan jumlah aset tetap

54

jauh lebih tinggi dibandingkan 2 kelompok aset lainnya. Peningkatan jumlah aset
tetap meningkat dari Rp.2.650.814,80 juta pada tahun 2009 menjadi
Rp.4.530.029,11 juta pada tahun 2013 atau mengalami pertumbuhan rata-rata
pertahun sebesar 14,34%. Sedangkan pertumbuhan investasi jangka panjang
relatif kecil yaitu sebesar 9,56%, dan pertumbuhan aset lancar sebesar 17,79%.
Sesuai dengan konsep keseimbangan, pertumbuhan aset tersebut juga
akan sama dengan jumlah pertumbuhan kewajiban dan ekuitas dana.
Pertumbuhan ekuitas dana pertahun adalah 14,13% dan pertumbuhan kewajiban
adalah 13,21%. Namun karena komposisi ekuitas dana jauh lebih besar (lebih
kurang 99%) dibandingkan kewajiban, maka pertumbuhan kewajiban tersebut
tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap komposisi kewajiban dan ekuitas
dana. Tabel 3.8 berikut menyajikan perkembangan pos-pos neraca dan tingkat
pertumbuhan rata-rata pertahun.

55

Tabel 3.8
No Uraian

PERKEMBANGAN POS-POS NERACA DAN RATA-RATA PERTUMBUHAN PER TAHUN


Tahun (Rp'juta)
2009
2010
2011
2012

Pertumbuhan (%)

2013

ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Kas di Kas Satlak
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Deposito
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi
Piutang lainnya
Persediaan
Jumlah Aktiva Lancar

96.591,90
10.019,19
767,23
23,50
7.996,74
1.876,50
9.896,94
6.715,73
133.887,73

46.464,28
1,12
458,28
17,97
6.526,94
1.600,33
2.261,56
9.360,29
66.690,76

78.814,22
1,11
186,81
382,11
20.000,00
10.661,47
2.109,19
2.261,56
11.067,00
125.483,47

129.116,39
0,04
199,64
23,22
35.000,00
12.356,55
2.389,12
2.261,56
14.433,15
195.779,66

137.638,26
0,04
248,29
7,69
90.000,00
10.757,27
2.570,71
2.261,57
14.263,95
257.747,78

INVESTASI JANGKA PANJANG


Investasi Non Permanen
Investasi Permanen
Jumlah Investasi Jk. Panjang

3.503,65
28.431,45
31.935,10

3.514,15
20.542,45
24.056,60

3.514,15
22.367,35
25.881,50

3.514,15
31.120,35
34.634,50

3.514,15
42.497,33
46.011,48

0,07
10,57
9,56

859.778,04
193.152,93
485.965,50
1.075.611,85
34.710,46
1.596,01
2.650.814,80

782.190,69
212.259,13
566.885,11
1.158.586,50
42.835,24
56.349,24
2.819.105,91

799.307,98
250.698,16
644.544,01
1.207.705,99
31.027,61
15.737,67
2.949.021,42

1.109.240,43
281.821,31
830.987,87
1.255.721,90
33.794,11
68.999,59
3.580.565,22

1.451.637,50
391.900,77
1.263.692,93
1.345.152,91
49.044,87
28.600,13
4.530.029,11

13,99
19,35
26,99
5,75
9,03
105,75

68.873,28
68.873,28
2.885.510,91

55.726,79
55.726,79
2.965.580,06

438,16
865,23
24.884,55
55.408,90
81.596,83
3.181.983,23

477,91
1.892,47
1.416,90
55.408,90
59.196,18
3.870.175,56

432,20
2.755,08
4.334,05
54.809,03
62.330,36
4.896.118,73

30,02
3.239,12
1.070,71
4.339,86

0,47
3.136,30
1.718,51
4.855,28

1.677,80
3.136,30
2,77
4.816,87

8,75
3.136,30
138,65
3.283,70

2,56
597,90
600,46

4.339,86

4.855,28

4.816,87

3.283,70

6.527,76
6.527,76
7.128,22

ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan
ASET LAINNYA
Tuntutan Ganti Rugi
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-lain
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga
Jumlah Aset Lainnya
TOTAL AKTIVA
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga
Utang Bunga
Bagian Lancar Ut. Jk Panjang
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jmlh. Kewajiban Jk. Pendek
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jmlh. Kewajiban Jk. Panjang
JUMLAH KEWAJIBAN
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Angg.
Pendapatan yg Ditangguhkan
Cadangan Piutang
Cadangan
Dana
yg hrsPersediaan
disediakan utk Pembayaran
Utang Jk.Pendek
Jmlh. Ekuitas Dana Lancar
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi JP
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan
dalam Aset
Dana
yg hrs disediakan
utk Lainnya
Pembayaran
Utang Jk.Panjang
Jmlh. Ekuitas Dana Investasi
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Jmlh. Ekuitas Dana Cadangan
JUMLAH EKUITAS DANA
TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS DANA

107.348,30
23,50
19.770,18
6.715,73
(4.309,84)
129.547,87

46.923,21
17,97
10.388,82
9.360,29
(4.854,81)
61.835,48

97.324,34
382,11
15.032,22
11.067,00
(3.139,07)
120.666,60

164.307,32
23,22
17.007,23
14.433,15
(3.274,95)
192.495,97

9,26
(24,58)
(24,37)
7,70
8,19
(30,86)
20,72
17,79

14,34

(49,91)
(2,46)
14,13

(45,96)
(100,00)
(13,56)
(39,01)

13,21

227.884,04
7,69
15.589,53
14.263,95
(597,90)
257.147,31

20,71
(24,37)
(5,77)
20,72
(38,97)
18,70

46.011,48
4.530.029,11
62.330,35
(6.527,76)
4.631.843,18

9,56
14,34
(2,46)

31.935,10
2.650.814,80
68.873,28
2.751.623,18

24.056,60
2.819.105,91
55.726,79
2.898.889,30

25.881,50
2.949.021,42
81.596,83
3.056.499,76

34.634,50
3.580.565,22
59.196,18
3.674.395,90

2.881.171,06

2.960.724,78

3.177.166,36

3.866.891,86

4.888.990,49

14,13

2.885.510,91

2.965.580,06

3.181.983,23

3.870.175,56

4.896.118,71

14,13

13,90

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)

56

Untuk memahami kemampuan keuangan Kota Padang dapat dilakukan


berdasarkan analisis rasio keuangan. Secara konsepsual ada 4 macam analisis
rasio keuangan yang dapat digunakan, meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas,
rasio leverage, dan rasio profitabilitas.
1. Rasio likuiditas, bertujuan untuk melihat kemampuan organisasi dalam
melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo. Semakin tinggi rasio likuiditas
berarti semakin tinggi kemampuan organisasi dalam melunasi hutangnya.
Analisi rasio likuiditas dapat dilakukan berdasarkan rasio lancar, rasio quick,
dan rasio kas. Ketiga rasio sama-sama bertujuan untuk mengevaluasi
kemampuan pemerintah daerah dalam membayar hutang lancarnya pada
saat jatuh tempo, tatapi kas rasio lebih menunjukkan kemampuan riil
berdasarkan kas yang dimiliki.
2. Analisis solvabilitas, bertujuan untuk melihat kemampuan organisasi dalam
melunasi seluruh hutangnya, baik hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang. Analisis solvabilitas ini secara tidak langsung juga dapat
dilakukan melalui rasio leverage, dimana rasio leverage ini bertujuan untuk
melihat sejauhmana organisasi menggunakan dana pinjaman (hutang
jangka pendek dan hutang jangka panjang) dalam menjalankan roda
organisasinya. Analisis rasio solvabilitas dapat dihitung berdasarkan
perbandingan total hutang dengan total aset, dan atau total hutang dengan
modal. Kedua rasio ini sama-sama bertujuan untuk menilai kemampuan
permerintah daerah dalam melunasi seluruh kewajibannya seandainya
seluruh aset dan atau modal digunakan.
3. Analisis rasio profitabilitas, bertujuan menilai kemampuan menghasilkan
laba. Karena organisasi pemerintah daerah tidak bertujuan laba maka rasio
ini menjadi tidak relevan dilakukan.
Karena rasio profitabilitas tidak relevan dilakukan pada organisasi
pemerintahan, maka dalam pembahasan berikutnya, analisis rasio keuangan
yang digunakan dalam menilai kemampuan keuangan Kota Padang hanya
berdasarkan rasio likuiditas dan rasio solvabilitas saja.
Baik rasio lancar maupun rasio kas menunjukkan kemampuan yang
sangat luar biasa. Rasio lancar mengalami peningkatan dari 3.085,07% pada
tahun 2009 menjadi 42.925,05% pada tahun 2013. Sedangkan rasio quick
meningkat dari 2.930,33% pada tahun 2009 menjadi 40.549,55% pada tahun
2013. Hal yang sama ditunjukankan oleh rasio kas; meningkat dari 2.474,78%
pada tahun 2009 menjadi 22.964,77% pada tahun 2013. Ketiga rasio ini
menunjukkan bahwa Kota Padang mempunyai kemampuan untuk melunasi
hutang lancar puluhan kali lipat, dan atau jumlah hutang yang sangat kecil
sekali. Namun dari sisi lain, jumlah kas yang sangat besar ini kurang baik dari
fungsi pemerintah sebagai penggerak pembangunan. Pada masa datang, saldo
kas pada akhir tahun hanya sebatas kebutuhan minimal bulanan pelaksanaan
kegiatan administrasi rutin tahun berikut.

57

Kondisi jumlah hutang yang sangat kecil itu juga dapat dilihat
berdasarkan rasio total hutang terhadap ekuitas dana dan atau total aset, yaitu
berkisar dibawah 1% saja. Artinya, hutang yang dimiliki Kota Padang hanya
kurang dari 1% dari jumlah aset atau ekuitas dananya. Dengan demikian
keempat rasio keuangan ini menunjukkan kemampuan Pemerintah Kota Padang
yang sangat baik dalam melunasi seluruh hutangnya. Tabel 3.9 berikut
menyajikan rasio keuangan Kota Padang.
Tabel 3.9

No
1
2
3
4
5

PERKEMBANGAN RASIO KEUANGAN PERTUMBUHAN RATA-RATA PER TAHUN


Tahun (%)
PertumUraian
2009
2010
2011
2012
2013 buhan (%)
Rasio lancar (current ratio)
3.085,07 1.373,57 2.605,08 5.962,17 42.925,05
93,14
Rasio quick (quick ratio)
2.930,33 1.180,79 2.375,33 5.522,63 40.549,55
92,87
Kas Rasio
2.474,78
966,82 1.648,05 3.938,83 22.964,77
74,53
Rasio total hutang terhadap total aset
0,15
0,16
0,15
0,08
0,15
(0,81)
0,15
0,16
0,15
0,08
0,15
(0,81)
Rasio hutang terhadap modal

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)

3.3. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU


Kebijakan pengelolaan keuangan di masa lalu diarahkan pada upaya
meningkatkan PAD guna mengurangi ketergantungan Keuangan Daerah pada
bantuan Pemerintah Pusat. Hal ini dapat terlihat dari data yang ditampilkan pada
bagian kinerja keuangan masa lalu di atas, dimana dalam kurun waktu lima
tahun terakhir, terjadi peningkatan proporsi PAD terhadap Total Pendapatan
Daerah Kota Padang, sedangkan di sisi lain terjadi penurunan proporsi
pendapatan yang berasal dari dana perimbangan.
Dari sisi belanja aparatur, selama kurun waktu tahun 2009 hingga tahun
2013, telah terjadi penurunan proporsi belanja aparatur. Pada tahun 2009
belanja aparatur memiliki proporsi sebesar 77,29% dari total pengeluaran
pemerintah daerah, sedangkan pada tahun 2013 proporsi belanja ini menurun
menjadi 71,89% dari total pengeluaran daerah. Walaupun dari sisi jumlah
belanja aparatur terjadi peningkatan, namun penurunan proporsi tersebut
menunjukkan bahwa alokasi pengeluaran pada kebutuhan non-aparatur di dalam
APBD Kota Padang semakin lama semakin naik.
Tabel 3.10
PROPORSI BELANJA PEMENUHAN KEBUTUHAN APARATUR
Total belanja untuk pemenuhan Total pengeluaran (Belanja
No Uraian
Prosentase
kebutuhan aparatur (Rp.juta) + Pembiayaan Pengeluaran)
1
2
3
4
5

Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013

778.374,52
885.282,79
897.311,02
1.059.177,30
1.187.085,37

1.007.025,44
1.100.444,82
1.185.671,10
1.408.965,40
1.651.165,45

77,29
80,45
75,68
75,17
71,89

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)

58

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya bahwa kebijakan


Kota Padang dalam penyusunan anggaran menggunakan prinsip anggaran
berimbang. Berdasarkan prinsip ini, maka SiLPA yang terjadi pada tahun-tahun
sebelumnya diupayakan untuk dapat dibelanjakan pada tahun berikutnya guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pelayanan, dan
meningkatkan daya saing daerah.
Pada tahun terjadinya Gempa dan 1 tahun pasca Gempa 29 September
2009, Kota Padang membutuhkan perbaikan infrastuktur yang relatif besar
sehingga terjadi defisit riil pada tahun 2009 dan tahun 2010, masing-masing
Rp.49.749,47 juta dan Rp.60.425,08 juta. Defisit riil yang terjadi ini bermakna
bahwa Kota Padang Harus mencari sumber pembiayaan yang lain untuk
menutupi pengeluaran tersebut. Akan tetapi, pada tahun-tahun berikutnya Kota
Padang tidak mampu menggunakan seluruh pendapatan yang dihasilkannya
sehingga terjadi surplus riil anggaran. Pada tahun 2011 jumlah surplus riil
anggaran yang dihasilkan sebesar Rp.50.401,13 juta, tahun 2012 menjadi
Rp.67.022,72 juta, dan tahun 2013 menjadi Rp.63.576,73 juta.
Tabel 3.11
No Uraian
1
2
3

PENDAPATAN
BELANJA
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
DEFISIT RIIL

DEFISIT RIIL ANGGARAN


Tahun (Rp'juta)
Pertumbuhan (%)
2009
2010
2011
2012
2013
957.275,98 1.040.019,73 1.236.072,23 1.475.988,12 1.714.742,18
15,69
996.418,37 1.100.368,16 1.180.346,20 1.400.212,40 1.620.303,74
12,92
10.607,07
76,66
5.324,90
8.753,00
30.861,71
30,60
(49.749,47) (60.425,08)
50.401,13
67.022,72
63.576,73

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)

Di samping disebabkan karena adanya pelampauan realisasi pendapatan


dibanding dengan anggaran yang ditetapkan, surplus riil yang terjadi pada tahun
2011-2013 juga disebabkan karena adanya penghematan belanja dan atau
adanya kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan karena alasan tertentu,
seperti kesulitan mendapatkan Aspal pada tahun 2012 sehingga banyak kegiatan
pembangunan/rehab jalan tidak dapat dilaksanakan.
Secara umum pelampauan pendapatan realisasi anggaran dihasilkan
untuk sumber pendapatan dana perimbangan. Sedangkan PAD dan Lain-lain
Pendapatan yang Sah, realisasinya lebih rendah dari yang dianggarkan kecuali
pada 1 tahun terakhir. Oleh sebab itu, pada masa datang dibutuhkan kebijakan
yang lebih baik agar pendapatan-pendapatan yang dianggarkan khususnya dari
sumber PAD melebihi dari anggaran yang telah ditetapkan, antara lain melalui
analisis potensi pajak daerah dan retribusi daerah. Tabel berikut memperlihatkan
perkembangan realiasi sisa lebih perhitungan anggaran tahun 2009-2013.

59

Tabel 3.12
REALISASI SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN
No. Uraian

Tahun (Rp.juta)
2009

2010

1 Jumlah SiLPA

107.348,30

46.923,21

2 Pelampauan penerimaan PAD


3 Pelampauan penerimaan dana perimbangan

(19.909,86)

(4.234,98) (15.060,43)

25.594,53

24.888,09

4 Pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang sah


5 Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya

48.085,25 (14.596,47) (39.292,28)


53.578,37

2011

2012

2013

97.324,34 164.307,32 227.884,05


10.192,69

1.823,03

(17,86)

27.263,50

(6.586,53)

(5.156,34) (24.386,48)

40.866,57 141.484,36 140.377,13 258.874,92

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.02/2006 Tentang Peta


Kapasitas Fiskal Dalam Rangka Penerusan Pinjaman Luar Negeri Pemerintah
Kepada Daerah Dalam Bentuk Hibah, serta dipertegas oleh Permendagri Nomor
21 Tahun 2007 tentang Pengelompokan Kemampuan Keuangan Daerah,
Penganggaran dan Pertanggung-jawaban Penggunaan Belanja Penunjang
Operasional Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Serta Tata Cara
Pengembalian Tunjangan Komunikasi Intensif dan Dana Operasional,
menjelaskan bahwa penentuan kemampuan keuangan daerah dihitung dari
selisih antara Pendapatan Umum Daerah dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil
Daerah (PNSD). Pendapatan umum daerah terdiri atas pendapatan asli daerah
ditambah dana bagi hasil dan dana alokasi umum, sedangkan belanja PNSD
terdiri atas gaji dan tunjangan PNSD yang meliputi gaji pokok, tunjangan
keluarga, tunjangan jabatan, tunjangan beras, dan tunjangan pajak penghasilan
(PPh Pasal 21).
Dalam Permendagri Nomor 21 Tahun 2007 selanjutnya dijelaskan bahwa
pengelompokan kemampuan keuangan daerah untuk kabupaten/kota, diatur
sebagai berikut:
a. Di atas Rp. 400.000.000.000,00 (empat ratus milyar rupiah) dikelompokkan
pada kemampuan keuangan daerah tinggi;
b. Antara Rp. 200.000.000.000,00 (dua ratus milyar) sampai dengan Rp.
400.000.000.000,00 (empat ratus milyar rupiah) dikelompokkan pada
kemampuan keuangan daerah sedang; dan
c. Di bawah Rp. 200.000.000.000,00 (dua ratus milyar) dikelompokkan pada
kemampuan keuangan daerah rendah
Jika dihitung berdasarkan data realisasi, maka hasil perhitungan
kemampuan keuangan daerah Kota Padang menunjukkan peningkatan dari
kategori sedang menjadi tinggi. Jika pada tahun 2009 jumlah kemampuan
keuangan daerah Kota Padang baru berjumlah Rp.279.961,54juta, maka pada
tahun 2013 meningkat menjadi Rp.536.827,15 juta.

60

Tabel 3.13
KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH (Rp.Juta)
Uraian
Thn 2009
Thn 2010
Thn 2011
Thn 2012
Thn 2013
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
113.254,71 116.691,28 149.874,80 189.450,84
238.871,89
DAU
628.472,62 632.117,46 711.416,06 871.875,67 1.003.116,09
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 58.882,84
65.411,50
63.302,31 122.817,88
57.718,07
BELANJA
Belanja Gaji dan Tunjangan
Selisih

520.648,63

572.430,66

637.909,65

680.678,94

762.878,90

279.961,54

241.789,57

286.683,51

503.465,45

536.827,15

Gempa yang terjadi pada tanggal 29 September 2009 telah merusak dan
atau bahkan sampai meruntuhkan beberapa bangunan milik Kota Padang.
Akibatnya sejak tahun 2010 sampai 2012 beberapa SKPD Kota Padang terpaksa
menyewa bangunan agar pelayanan kepada masayarakat tetap dapat diberikan.
Kontrak sewa menyewa baik untuk bangunan maupun untuk beberapa jenis
peralatan lain yang dibutuhkan dilakukan dengan perjanjian tahunan bukan
perjanjian sewa menyewa jangka panjang.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah yang memindahkan pusat
pemerintahan Kota Padang ke Air Pacah, maka sejak tahun 2013 roda
pemerintahan Kota Padang digerakkan melalui Gedung Baru di Air Pacah.
Beberapa SKPD masih menggunakan bangunan lama yang masih dalam kondisi
layak huni, dan beberapa SKPD lainnya memberikan pelayanan dengan
mamanfaatkan gedung baru. Oleh sebab itu, Kota Padang saat ini tidak memiliki
kontrak sewa menyewa jangka pajang baik untuk bangunan maupun peralatan
lainnya.
Dalam rangka pengembangan kapasitas sumber daya manusia, Kota
Padang selalu memberikan Beasiswa kepada PNS di lingkungan Pemerintah Kota
Padang. Namun pada tahun 2012 jumlah beasiswa yang diberikan berkurang
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini antara lain disebabkan kebijakan
pengembangan kapasitas SDM daerah lebih banyak memanfaatkan Beasiswa dari
sumber-sumber lain yang saat ini memang banyak ditawarkan. Pada saat ini
tidak ada lagi kewajiban beasiswa yang harus dibayarkan Kota Padang. Demikian
juga terhadap pembayaran bunga, bagi hasil pajak dan bukan pajak, serta belum
merencanakan pembentukan dana cadangan atau penerimaan pembiayaan
lainnya. Oleh sebab itu, pengeluaran periodik, wajib, dan mengikat serta
perioritas utama Kota Padang hanya terbatas untuk belanja Gaji dan Tunjangan,
Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH,
Belanja honorarium PNS khusus untuk guru dan tenaga medis, dan Belanja Jasa
Kantor.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, jumlah belanja dan
pengeluaran pembiayaan wajib dan mengikat serta perioritas utama mengalami
peningkatan dari Rp.581.374,94 juta pada tahun 2009 dan meningkat menjadi
Rp.1.101.395,88 juta pada tahun 2013.

61

Tabel 3.14

No.
A
1
2
3
4
B
1
2
3
4
5
C
1
2

PENGELUARAN PERIODIK, WAJIB DAN MENGIKAT SERTA PRIORITAS UTAMA


Tahun (Rp'juta)
PertumUraian
buhan (%)
2009
2010
2011
2012
2013*/
Belanja Tidak Langsung
Belanja Gaji dan Tunjangan
520.648,63 572.430,66 637.909,65 680.678,94
742.253,11
9,05
Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD
5.118,81
5.262,07
5.307,71
5.552,48
5.703,64
2,72
serta Operasional KDH/WKDH
Belanja Bunga
0
0
0
0
0
0
Belanja bagi hasil
0
0
0
0
0
0
Belanja Langsung
Belanja honorarium PNS khusus untuk guru dan
42.307,58
79.415,92
97.380,45 170.972,07
250.861,48
46,73
tenaga medis.
Belanja Beasiswa Pendidikan PNS
9.403,00
5.738,83
10.695,09
750,03
271,15
(63,85)
Belanja Jasa Kantor ( khusus tagihan bulanan kantor
3.895,93
18.023,23
38.672,49
57.351,33
102.305,51
78,38
seperti listrik, air, telepon dan sejenisnya)
Belanja sewa gedung kantor (yang telah ada kontrak
0
0
0
0
0
0
jangka panjangnya)
Belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor
0
0
0
0
0
0
(yang telah ada kontrak jangka panjangnya)
PembiayaanPengeluaran
0
Pembentukan Dana Cadangan
0
0
0
0
0
0
Pembayaranpokokutang
0
0
0
0
0
0
TOTAL
581.373,94 680.870,72 789.965,39 915.304,85 1.101.394,88
15,94

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)

Berdasarkan hasil perhitungan ini dapat pula dihitung kapasitas riil


kamampuan keuangan daerah, yaitu dari selisih total penerimaan dengan belanja
dan pengeluaran pembiayaan wajib dan mengikat serta perioritas utama. Hasil
perhitungan menujukkan bahwa pada tahun 2009 jumlah kapasitas riil
kamampuan keuangan daerah Kota Padang berjumlah Rp.483.250,33 juta dan
meningkat menjadi Rp.841.231,35 juta pada tahun 2013. Tabel 3.15 berikut
menunjukkan hasil perhitungan kapasitas riil keuangan daerah Kota Padang
tahun 2009 tahun 2013.
Tabel 3.15

No. Uraian

KAPASITAS RIIL KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH


UNTUK MENDANAI PEMBANGUNAN DAERAH
Tahun (Rp.juta)

1. Pendapatan

2009

2.010

2.011

2.012

2.013

957.275,98 1.040.019,73 1.236.072,23 1.475.988,12 1.714.742,18

2. Pencairan dana cadangan (sesuai Perda)


3. Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran
Total penerimaan
Dikurangi:
Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang
4.
Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama
Kapasitas riil kemampuan keuangan daerah

107.348,30

46.923,21

97.324,34

164.307,32

227.884,05

1.064.624,27 1.086.942,95 1.333.396,57 1.640.295,44 1.942.626,23

581.373,94

680.870,72

789.965,39

915.304,85 1.101.394,88

483.250,33

406.072,23

543.431,18

724.990,59

841.231,35

Sumber: DPPKAD, Laporan Keuangan Kota Padang, beberapa tahun (diolah)


Catatan */ hasil proyeksikan tahun sebelumnya

62

3.4. RENCANA KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN


A. Pendapatan
Dalam memproyeksikan pendapatan Kota Padang tahun 2015 sampai
tahun 2019 digunakan beberapa asumsi. Asumsi pertama adalah penetapan
anggaran pendapatan Kota Padang tahun 2014 telah melalui analisis oleh
eksekutif dan legislatif. Oleh sebab itu, anggaran pendapatan tahun 2014 dapat
dijadikan tolak ukur atau standar dalam menentukan metode statistik yang
sebaiknya dipakai dan atau tahun dasar yang digunakan dalam menghitung
proyeksi pendapatan.
Secara umum, berbagai metode statistik dapat digunakan dalam
memproyeksikan pendapatan. Metode mana yang lebih tepat dan akan dipilih,
tergantung kepada trend dan atau konjungtur data-data keuangan masa lalu
yang akan digunakan sebagai dasar proyeksi. Setelah dilakukan proses trial and
error maka alternatif yang paling baik adalah berdasarkan tingkat pertumbuhan
rata-rata. Akan tetapi, karena pada tanggal 30 September 2009 telah terjadi
Gempa Besar di Kota Padang dan berdampak terhadap penerimaan pendapatan
Kota Padang, maka tahun dasar yang digunakan akan ditentukan kedekatan hasil
proyeksi pada tahun 2014 dengan anggaran pendapatan yang sudah disepakati
oleh DPRD untuk APBD 2014.
Pertimbangan lain yang digunakan dalam memproyeksikan pendapatan
tersebut adalah perubahan peraturan yang berlaku dalam pemungutan pajak dan
retribusi daerah. Khususnya, untuk Pajak Bumi dan Bangunan yang tadinya
dikelompokkan sebagai penerimaan Bagi Hasil Pajak maka pada tahun 2015 dan
seterusnya akan menjadi bagian dari Pajak Daerah. Di samping itu, adanya
perubahan kebijakan pemerintah pusat dalam penentuan dasar alokasi Dana
Alokasi Khusus dan kebijakan pusat lainnya pada tahun 2014, maka perlu
dilakukan penyesuaian dasar proyeksi Pendapatan Dana Transfer. Secara
keseluruhan tahun dasar yang digunakan adalah tahun 2009 - tahun 2013. Akan
tetapi karena adanya perubahan peraturan dan kebijakan maka untuk beberapa
jenis penerimaan pendapatan Kota Padang akan digunakan tahun dasar yang
berbeda sesuai kondisi dan prediksi untuk tahun 2014.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan tingkat
pertumbuhan rata-rata sebagaimana dijelaskan di atas dapat dilihat sebagai
berikut:

63

Tabel 3.16
No. Uraian

PROYEKSI PENDAPATAN DAERAH TAHUN 2014 - 2019


Tahun (Rp.juta)
2014
2015
2016
2017

A PENDAPATAN ASLI DAERAH


Pendapatan Pajak Daerah
Pendapatan Retribusi Daerah
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yg Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
Jumlah Pendapatan Asli Daerah
B PENDAPATAN TRANSFER
1. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Sub Jumlah
2. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT3. TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
Jumlah Pendapatan Transfer
C LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
Pendapatan Hibah
Bantuan Keuangan
Pendapatan Lainnya
Jumlah Lain-Lain Pendapatan Yang Sah
JUMLAH PENDAPATAN

2018

2019

179.947,71
62.538,99

226.293,90
60.037,43

257.421,45
72.930,66

292.830,71
88.592,75

333.110,65
107.618,32

378.931,24
130.729,69

9.713,59
55.807,68
308.007,97

11.211,62
98.517,96
396.060,90

12.940,67
127.611,47
470.904,25

14.936,38
165.296,63
561.656,47

17.239,87
214.110,67
672.079,50

19.898,60
277.340,06
806.899,59

65.634,91
1.060.234,17
76.839,71
1.202.708,79

71.335,22
1.072.894,05
42.132,90
1.186.362,16

73.963,84
1.166.172,14
48.803,46
1.288.939,44

76.689,31
1.267.559,90
56.530,11
1.400.779,32

79.515,21
1.377.762,38
65.480,07
1.522.757,66

82.445,25
1.497.545,92
75.847,00
1.655.838,17

325.734,30
77.236,74

358.245,88

452.396,52

571.290,91

721.431,94

911.031,56

77.236,74

86.780,66

97.503,90

109.552,18

123.089,23

1.605.679,82

1.621.844,78

1.828.116,62

2.069.574,13

2.353.741,78

2.689.958,96

8.827,90
13.339,97

32.045,27

32.045,27
9.604,78

32.045,27
11.525,73

32.045,27
13.830,88

32.045,27
16.597,05

22.167,87

32.045,27

41.650,04

43.571,00

45.876,15

48.642,32

1.935.855,66

2.049.950,95

2.340.670,91

2.674.801,60

3.071.697,43

3.545.500,87

64

Karena dalam memproyeksikan pendapatan daerah tersebut di atas


digunakan data-data masa lalu, berarti asumsi yang digunakan bahwa
peningkatan pendapatan tersebut dihasilkan sesuai dengan kebijakan rutin masa
lalu. Dengan kata lain, proyeksi pendapatan Kota Padang tahun 2014-2019 pada
tabel 3.16 belum mempertimbangkan penambahan pendapatan sebagai hasil
kebijakan Kepala Daerah baru yang diperkirakan sudah dapat diperoleh mulai
dari tahun 2015, antara lain berasal dari:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pembenahan sistem perpakiran Pasar Raya dan Jalan Permindo


Operasionalisasi pasar raya dan pasar lainnya
Peningkatan NJOP dan Potensi Riil Pajak dan Retribusi Daerah
Pembangunan Cabel Car
Pengembangan PT Semen Padang dan pendirian usaha baru lainnya
Lapau Panjang Purus

Untuk mencapai proyeksi diatas, beberapa strategi dan kebijakan yang


akan mendorong peningkatan pendapatan asli daerah, antara lain adalah:
1. Kebijakan peningkatan pendapatan daerah yang berasal dari pajak daerah,
terutama pada sumber BPHTB dan PBB.
2. Analisis Potensi Riil Penerimaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
3. Peningkatan hasil pengelolaan kekayaan daerah melalui pengelolaan
sumber daya daerah secara lebih profesional dan marketable.
4. Intensifikasi pendapatan melalui penyesuaian tarif pajak dan retribusi
5. Penyempurnaan sistem pemungutan pajak dan retribusi daerah.
Di samping itu, pada masa datang juga perlu diupayakan untuk
mendapatkan dana bantuan keuangan dari pemerintah provinsi dan pusat.
Demikian juga dengan sumber-sumber pendanaan dari masyarakat. Kedua
kebijakan terakhir ini sangat ditentukan oleh kreativitas dalam masing-masing
kepala SKPD untuk mengupayakan secara maksimal.
Proyeksi pengeluaran pembiayaan wajib dan mengikat serta perioritas
utama dilakukan berdasarkan tingkat pertumbuhan data realisasi 4 tahun
terakhir, yaitu tahun 2010-2013. Namun karena pertumbuhan pendapatan
perimbangan lebih rendah dibandingkan dengan belanja wajib dan mengikat dan
untuk mempertahankan proporsi belanja langsung, maka Kota Padang telah
berkomitmen untuk mengurangi laju pertumbuhan belanja wajib dan mengikat
ini, antara lain dengan membuat kebijakan meminimalkan penambahan pegawai
baik melalui pegawai baru maupun pegawai pindahan.
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka tingkat pertumbuhan belanja
pengeluaran wajib dan mengikat serta perioritas utama dari tahun 2014 sampai
tahun 2019 dihitung 1,5% lebih rendah daripada tingkat pertumbuhan tahuntahun sebelumnya. Di samping kebijakan minimalisasi pertambahan pegawai
sebagaimana dijelaskan diatas, maka kebijakan belanja yang akan dilakukan
dimasa akan datang antara lain adalah:

65

1. Kebijakan Belanja sesuai dengan prioritas; mulai dari belanja wajib dan
mengikat, belanja administrasi rutin, belanja program unggulan, dan
perioritas lainnnya.
2. Melakukan efesiensi anggaran terhadap jenis belanja/pengeluaran yang
terkesan boros, seperti belanja honor, perjalanan dinas, dan belanja
barang dan jasa, serta dianggarkan secara selektif.
3. Belanja langsung diprioritaskan untuk membiayai belanja modal yang dapat
memberikan multiflier effect dalam pertumbuhan ekonomi khususnya yang
berkaitan dengan pelayanan dasar.
4. Peningkatan peran Bappeda dalam sinkronisasi belanja antar SKPD untuk
meningkatkan efektivitas sesuai dengan target kinerja.
Prinsip pengelolaan keuangan daerah adalah mencapai keseimbangan
antara pendapatan dan belanja sehingga kemungkinan defisit anggaran
ditiadakan. Namun jika pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran
berjalan, arah pengelolaan pembiayaan harus berdasarkan prinsip kemampuan
dan kesinambungan fiskal daerah. Sumber-sumber pembiayaan untuk menutup
defisit anggaran dapat diperoleh dari SILPA ataupun pinjaman daerah dan
dengan sebisa mungkin menghindari penjualan aset daerah yang dipisahkan.
Apabila terjadi pinjaman daerah, maka besaran pinjaman daerah haruslah pada
kemampuan pengembalian pinjaman oleh daerah. Dalam pengelolaan
pembiayaan dan perumusan proyeksi pembiayaan daerah selama kurun waktu
lima tahun ke depan, asumsi dan metode proyeksi yang digunakan adalah linear
dengan asumsi dan metode yang digunakan pada pendapatan dan belanja
daerah.
Dalam pengelolaan pembiayaan, tidak dimungkinkan untuk melakukan
penerimaan pembiayaan melalui SILPA dikarenakan proyeksi penerimaan dan
belanja daerah menunjukkan kebutuhan pada belanja selalu lebih besar dari
penerimaan, sehingga pendapatan pembiayaan diutamakan diperoleh dari laba
investasi jangka pendek dan jangka panjang, hasil investasi aset, pembayaran
piutang daerah, maupun penerimaan-penerimaan lainnya yang dimungkinkan
untuk diperoleh. Sedangkan pengeluaran pembiayaan dialokasikan untuk
melakukan pembiayaan pada investasi jangka pendek dan jangka panjang,
investasi pada aset tetap, alokasi dana cadangan daerah, serta pembayaran
utang dan defisit daerah.
Berdasarkan perhitungan SiLPA tahun 2013 dan hasil proyeksi
pendapatan daerah dari tahun 2014 sampai tahun 2019 serta proyeksi
pengeluaran pembiayaan wajib dan mengikat serta perioritas utama dapat
diketahui proyeksi kapasitas riil keuangan daerah tahun 2014 tahun 2019.
Tabel 3.17 berikut memperlihatkan hasil perhitungan proyeksi kapasitas riil
keuangan daerah tahun 2014 tahun 2019.

66

Tabel 3.17
PROYEKSI KAPASITAS RIIL KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH
UNTUK MENDANAI PEMBANGUNAN DAERAH
No. Uraian
1. Pendapatan

Tahun (Rp, Juta)

2014

2015

2016

2017

2018

2019

1.935.855,66

2.049.950,95

2.340.670,91

2.674.801,60

3.071.697,43

3.545.500,87

2.049.950,95

2.340.670,91

2.674.801,60

3.071.697,43

3.545.500,87

1.261.436,94

1.442.660,64

1.649.919,74

1.886.954,61

2.158.042,98

788.514,01

898.010,27

1.024.881,86

1.184.742,81

1.387.457,89

2. Pencairan dana cadangan (sesuai Perda)


3. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Total penerimaan

227.884,05

2.163.739,71
Dikurangi:
Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang
4.
Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama 1.197.190,34
Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan
966.549,37
Daerah

67

BAB IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dalam


dokumen RPJMD karena menjadi dasar kebijakan pembangunan jangka
menengah. Isu-isu strategis pada dasarnya menyangkut dengan kondisi dan
aspek yang sangat penting dan strategis serta menentukan arah pembangunan
Kota Padang 5 (lima) tahun kedepan. Karena isu-isu tersebut merupakan kondisi
yang mendasar dan menentukan pencapaian tujuan pembangunan, oleh karena
itu penyajian analisis ini menjelaskan butir-butir masalah pokok pembangunan
dan isu-isu strategis.

4.1. PERMASALAHAN POKOK PEMBANGUNAN


Sebelum mengungkapkan masalah isu strategis perlu ditentukan masalah
pokok yang akan menjadi dasar penetapan isu strategis. Kriteria yang digunakan
untuk menentukan permasalahan pokok Kota Padang berdasarkan kepada (1)
Cakupan masalah yang luas, (2) Permasalahan cenderung meningkat atau
membesar di masa yang datang dan berdampak negatif, (3) Memerlukan upaya
penanganan yang konsisten dari waktu ke waktu serta sinergitas berbagai pihak.
Untuk itu dikelompokkan kedalam beberapa masalah yaitu;
4.1.1. Masalah Sosial-Budaya
Masalah mendasar yang memerlukan penanganan segera dikelompok
sosial budaya antara lain; telah menurunnya nilai-nilai karakter pada anak didik
pada akhir-akhir ini seperti munculnya tawuran, tidak peduli terhadap semua
persoalan sosial, kurang menghargai orang lain. Anak Minang kehilangan budaya
untuk memahami jalan nan ampek ( jalan mandaki, jalan manurun, jalan
mandata dan jalan malereng) bagi anak-anak muda sekarang. Sehingga kurang
peduli terhadap sikap, etika dan sopan santun. Hal ini dimungkinkan karena
pengaruh keterbukaan informasi publik, kemajuan teknologi dan lingkungan yang
kurang mendidik. Kebanyakan para siswa memanfaatkan waktu kosong dengan
hura-hura dan bersendagurau, sehingga diduga mengarah semakin maraknya
terjadi kekerasan seks pada anak dibawah umur. Masih rendahnya pemahaman
nilai-nilai agama, untuk menyelamatkan anak bangsa sudah waktunya dijadikan
isu strategis untuk diberikan pendidikan seks pada anak didik sebagai
perlindungan generasi mendatang.
Belum memadai permasalahan pemberdayaan perempuan, perlindungan
dan pemenuhan hak dasar perempuan dalam kehidupan sosial, ekonomi, budaya
dan politik. Permasalahan olah raga yaitu sarana olah raga dilingkungan tempat

68

tinggal warga kurang mendapat dukungan dari pemerintah. Kurang perhatian


kepada para atlit yang berpotensi dibidang olah raga terhadap jaminan karir,
keamanan, dan jaminan pekerjaan serta masa depannya. Kurang terkelola
sarana seni dan budaya dengan manajemen yang baik, seharusnya
mendatangkan pendapatan kota. Belum optimalnya pelestarian nilai-nilai luhur
budaya, adat dan tradisi Minangkabau, kehidupan seni, bahasa dan sastra, yang
masih lekat dan tumbuh dalam kehidupan masyarakat dalam menghadapi arus
globalisasi serta kearifan budaya lokal sebagai basis ketahanan budaya untuk
menjaga keberlanjutan dinamika dan berkembangan zaman sekaligus untuk
menyaring masuknya budaya-budaya asing yang kurang sesuai dengan tatanan,
tuntunan dan tontonan budaya lokal. Kurang berkembang event seni tradisional
yang bernuansa islami yang berbudaya Minang dan masih rendahnya
implementasi ABS-SBK.
4.1.2. Masalah Pendidikan
Masalah mendasar yang memerlukan penanganan segera tentang
pendidikan antara lain; Masih ada penduduk miskin Kota Padang yang belum
mampu membiayai pendidikan anaknya untuk menempuh pendidikan lanjutan ke
pendidikan menengah maupun perguruan tinggi. Hal ini disebabkan karena yang
diberikan beasiswa maupun bantuan pendidikan baru pada anak-anak yang
berprestasi, sementara yang belum berprestasi tidak mendapatkan bantuan. Dari
hasil observasi pengakuan masyarakat pinggiran, mereka tidak tahu dan tidak
mengerti bahwa sebenarnya anak-anak mereka bisa sekolah dengan dana
pemerintah. Tentunya RT dan RW serta perangkat kelurahan harus mempunyai
data tentang hal tersebut; Kurang terukur sekolah-sekolah dalam menjalankan
kegiatan keagamaan, pesentren, seni dan budaya untuk meningkatkan kualitas
lulusan. Seperti pesantren Ramadhan telah berjalan selama ini, tentu perlu
pembenahan kurikulum untuk mencapai tujuan dan sasaran serta target dicapai
kinerja.
Isu strategis tentang MEA (Masyarakat Ekonomi Asia) yang akan
dilaksanakan tahun 2015 menjadi tantangan bagi masyarakat dan warga kota
untuk meningkatkan pengetahuan terutama bahasa asing. Isu strategis untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang terampil dan kreatif serta
inovatif yang berdaya saing globalisasi.
Masalah pendidikan lainnya adalah prasarana dan sarana pendidikan yang
masih kurang memadai, sumber daya manusia yang berkaitan dengan input
pendidikan yang rendah dari penduduknya, dan tenaga pendidik yang belum
mampu berdaya saing. Angka capaian APS (Angka Partisipasi Sekolah) baik pada
level pendidikan dasar maupun menengah yang baru mulai meningkat.
Peningkatan tersebut dapat dilihat capain APK (Angka Pertisipasi Kasar) dan APM
(Angka Partisipasi Murni) yang perllu ditingkatkan. Bagaimana memperkecil
Angka Putus Sekolah dan meningkatkan Angka Melanjutkan antar Jenjang

69

Pendidikan (SD, SLTP, SLTA dan PT). Sasaran strategis wajib belajar 12 tahun,
Perimbangan Sekolah Negeri-Swasta, dimana sekolah negeri harus lebih banyak
dari sekolah swasta untuk menegaskan peran dan tanggung jawab pemerintah.
Orientasi kepada mutu (mengacu kepada standar yang dijaga dan ditingkatkan
agar tidak berkurang karena adanya penambahan kapasitas). Perimbangan SMA
SMK, pemerataan distribusi, penentuan tahapan pencapaian target APK di tingkat
nasional maupun provinsi dan Kota Padang.
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk menghasilkan SDM
yang beriman, kreatif dan berdaya saing global. Rasio guru dengan murid
berdasarkan data tahun 2012 sudah mencapat standar, akan tetapi penyebaran
per bidang studi yang diajarkan tidak merata. Melaksanakan Wajib belajar 12
tahun dengan baik. Kompetensi tenaga pendidik mengoperasionalkan
pemanfaatan IT oleh guru masih rendah. Perbedaan pelayanan melalui
pembentukan cluster sekolah-sekolah menengah, sehingga membentuk
persepsi orang tua mengenai mutu pendidikan. Apalagi pergerakan anak
bersekolah yang lintas wilayah, sehingga beban pelayanan pendidikan tidak
seimbang. Sekolah pinggiran kurang memadai fasilitas sarana penunjang
pendidikan seperti perpustakaan dan laboratorium.
4.1.3. Masalah Kesehatan
Permasalahan mendasar tentang kesehatan yang memerlukan
penanganan segera mencakup antara lain; kurang memadai fasilitas sarana dan
prasarana kesehatan dasar, tenaga kesehatan dan jaminan pembiayaan
kesehatan. Pelayanan di bidang kesehatan masih rendah, belum ada pelayanan
yang benar-benar gratis diberikan pada masyarakat baik di puskesmas maupun
di RSUD bagi warga penduduk miskin Kota Padang. Selanjutnya kesadaran
masyarakat untuk persalinan oleh tenaga medis kesehatan belum optimal yang
menyebabkan target penurunan jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Ibu (AKI) melahirkan belum tercapai. Tingginya pengguna narkoba,
HVS/Aids dan sekarang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah berjalan
walaupun belum maksimal. Belum ada pelayanan yang benar-benar gratis
diberikan puskesmas dan RSUD bagi warga Kota Padang yang miskin, karena
masih ditemui pelayanan kesehatan pada puskesmas dan RSUD yang dibebankan
kepada masyarakat. Belum optimalnya sinergitas pelayanan kesehatan antara
pemerintah dengan swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana kesehatan.
Isu strategis bidang kesehatan berkaitan dengan derajat kesehatan masyarakat,
jangkauan dan biaya pelayanan kesehatan akan menjadi harapan bagi
masyarakat mencapai Padang Sehat.
4.1.4. Masalah Ekonomi
Masalah di kelompok ekonomi yang mendasar memerlukan penanganan
segera mencakup antara lain; Permasalahan tenaga kerja yaitu tingkat

70

pengangguran terbuka cukup tinggi akibat lapangan kerja yang sangat terbatas
dan keterbatasan keterampilan dan kecakapan serta lemahnya daya saing tenaga
kerja. Arah pembinaan masyarakat untuk pengembangan ekonomi kreatif,
Koperasi dan UKM kurang memadai bagi petani dan nelayan, masyarakat PKL
boleh dikatakan kurang mendapat pembinaan yang serius sampai mereka
menjadi wirausahawan. Dukungan infrastruktur, pemberian insentif dan
kemudahan investasi belum efektif untuk menarik investor, serta belum
optimalnya kualitas kelembagaan yang membidangi. Sektor informal pedagang
kaki lima di Kota Padang kurang terkendali sehingga membuat kota yang
semrawut. Permasalahan pasar tradisional, PKL terdesak oleh keberadaan pasar
modern, karena semakin banyaknya ijin yang diberikan kepada swasta untuk
membangun hypermarket, supermarket dan toserba yang mengakibatkan
menurunnya daya saing pasar tradisional. Belum optimalnya pengembangan
sistem pembiayaan dengan kemitraan pemerintah dan swasta. Untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dengan arah pengembangan ekonomi kreatif, UMKM,
serta pemberdayaan ekonomi masyarakat petani dan masyarakat nelayan.
Masyarakat Padang terkenal mempunyai jiwa dan semangat wirausaha
(entrepreneurship) dan ulet. Kondisi tersebut ditandai dengan banyaknya
anggota masyarakat yang bergerak dan sukses dalam bidang perdagangan,
industri dan jasa walaupun umumnya masih dalam skala kecil dan menengah
(UKM). Isu strategis bisa dilakukan membina dan mencetak wirausahawan baru
yang handal yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Semangat
kewirausahaan ini merupakan modal dasar yang sangat penting dan perlu terus
dikembangkan untuk mendorong kegiatan ekonomi Kota Padang sesuai dengan
potensi yang dimiliki, disamping untuk menekan tingkat pengangguran serta
mencarikan solusi lapangan kerja baru bagi warga kota.
4.1.5. Masalah Infrastruktur dan Tata Ruang
Masalah di kelompok infrastruktur dan tata ruang yang mendasar
memerlukan penanganan segera mencakup antara lain; kondisi drainase dan riol
kurang berfungsi, telah menimbulkan dampak negatif menyebabkan mudahnya
menjadi banjir Kota Padang. Apabila hujan turun, di beberapa titik wilayah telah
terjadi banjir. Hal ini disebabkan karena saluran air ditutupi sampah. Sampah
masih belum dapat tertangani secara optimal. Trotoar telah beralih fungsi untuk
lokasi berjualan bagi PKL. Masih ada ditemui wilayah kumuh (slum area), rumah
tidak layak huni serta lingkungan yang kurang sehat. Masih ada wilayah yang
belum diaspal dan jalan lingkungan yang masih jalan tanah.
Kota Padang belum punya terminal angkutan kota dan terminal bus yang
representatif untuk pelayanan publik serta penataan sistem transportasi kota
masih kurang baik. Tingkat kemacetan di beberapa titik, akibat pertumbuhan
sepeda motor dan mobil tidak sebanding dengan pertambahan jalan. Prasarana
jalan yang kurang mendukung pergerakan penduduk, karena kapasitas (jalan

71

sempit) yang semakin terbatas dan kondisi jalan yang kurang mendukung. Moda
transportasi massal Trans Padang telah berjalan, akan tetapi tidak mencukupi
banyak dikeluhkan warga kota. Sehingga perlu penambahan moda transportasi
massal.
Pasca gempa, kawasan pasar raya belum terbangun optimal, maka perlu
segera dilakukan pembangunan Pasar Inpres, Fase, dan pembenahan PKL. PKL
yang berada di pasar raya sudah menjadi masalah besar, maka perlu segera
ditata dan dicarikan penempatan lokasinya yang tepat. Ruang terbuka hijau
belum memenuhi standarisasi; Rasio bangunan ber-IMB masih belum maksimal.
Investor kurang berminat melakukan investasi di Sumatera Barat terkait isu
tanah ulayat. Banyak lahan yang belum bersertifikat dan potensi menimbulkan
permasalahan di kemudian hari. Perencanaan pembangunan yang dilakukan
telah mengacu kepada RTRW, namun perlu pengawasan dan pengendalian
4.1.6. Masalah Rawan Bencana
Permasalahan dan sekaligus ancaman serius yang dialami oleh Kota
Padang adalah sangat rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi,
tsunami, tanah longsor, dan banjir. Jalan evakuasi tsunami masih sempit dan
belum tuntas. Bencana alam ini sudah sering terjadi dan isu gempa mega trust
yang diprediksi para ahli membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat
Kota Padang. Strategi kebijakan mengurangi resiko bencana, peningkatan
efektivitas penanganan darurat bencana, optimalisasi pemulihan dampak
bencana terus dilakukan. Sasaran dari strategi ini pada upaya-upaya khusus
untuk bencana yang telah dipetakan demi pengurangan dampak bencana secara
terstruktur, terukur dan menyeluruh dalam kewenangan pemerintah Kota
Padang.
4.1.7. Masalah Perdagangan
Permasalahan dan tantangan yang dialami Kota Padang sebagai ibukota
Provinsi Sumatera Barat dalam bidang perdagangan adalah: a. Sarana dan
prasarana yang tidak memadai; b. Kualitas dan kuantitas persaingan pasar
modern dan retail, dan sebaginya. Jika dilihat sejarah Kota Padang tempo dulu
sebagai gerbang pintu masuk perdagangan Sumatera Bagian Tengah, hal itu
disebabkan berfungsinya pelabuhan Teluk Bayur dan Bandara Tabing serta
hidupnya alat transportasi kereta api. Saat ini faktor-faktor pendukung aktifitas
perdagangan tersebut tidak lagi berfungsi optimal. Akan tetapi peluang yang
cukup tinggi untuk mengembangkan kota Padang sebagai kota perdagangan
telah diapungkan dalam visi misi walikota terpilih. Hal ini dimungkinkan Kota
Padang sebagai kota perdagangan karena sudah banyak yang mendukung
terutama infrastruktur dan komoditi sebagai barometernya.
Masalah lain yang harus diwaspadai adalah pergeseran perdagangan
sudah bergerak ke Kota Bukittinggi, akan tetapi hal itu belum didukung dengan

72

infrastruktur yang memadai sehingga mengakibatkan kemacetan. Untuk


mendukung Padang sebagai kota perdagangan dengan melengkapi segala
fasilitas yang berkaitan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).
4.1.8. Masalah Pariwisata
Sektor pariwisata yang ada di wilayah Kota Padang memiliki potensi yang
cukup baik berupa wisata alam, bahari, kuliner, wisata sejarah dan budaya.
Masalah kepariwisataan yang ada disebabkan oleh banyak faktor. belum dikelola
secara maksimal, baik wisata alam, wisata sejarah dan budaya maupun wisata
bahari. Bagaimana membuat sektor parawisata kota Padang menjadi objek yang
menyenangkan dan berkesan bagi pengunjung. Masalah sekarang pada objekobjek wisata yang ada belum lengkap sarana dan prasana pendukungnya dan
belum terkelola dengan baik. Sarana dan parasarana tersebut menyangkut
fasilitas mushalla, kamar mandi, WC, tempat parkir dan fasilitas pendukung
lainnya. Seperti objek wisata pantai Muaro kota Padang belum terkelola dengan
baik padahal merupakan even yang bisa dijual kepada publik. Sektor Pariwisata
tentang pengembangan destinasi pariwisata dan peningkatan kuantitas
kunjungan wisatawan, maka kualitas dan kuantitas sarana prasarana pariwisata
perlu dilengkapi.
4.1.9. Masalah Pemerintahan
Di bidang pemerintahan ada beberapa permasalahan mendasar yang
memerlukan penanganan segera mencakup antara lain; belum merata akses
layanan dan perlindungan hukum bagi semua masyarakat serta penegakan
supremasi hukum masih lemah. Kapasitas aparatur pemerintah belum optimal
berdasarkan tingkat kompetensi, kemampuan teknis dan mekanisme birokrasi
dalam manajemen pembangunan dan pengelolaan keuangan pemerintah Kota
Padang. Belum optimal kerjasama, kemitraan dan jejaring kerja antara
masyarakat sipil, DPRD, partai politik dan pemerintah daerah dalam mengatasi
permasalahan daerah serta dalam kapasitas penguatan kelembagaan,
pengembangan, dan peningkatan kualitas pelayanan. Disamping itu juga belum
optimal kualitas dan kuantitas jaringan kerjasama dengan daerah lain, swasta
baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Kelurahan dan kecamatan belum berperan optimal dalam pelayanan dan
pelaksanaan pembangunan skala lingkungan atau di tingkat masyarakat. Masih
rendahnya dana operasional kecamatan dan kelurahan, serta RW dan RT untuk
menjalankan aktivitasnya. Seharusnya ada jaminan dari pemerintah kota untuk
memberikan tunjangan daerah bagi pegawai dan karyawannya selama
kepemimpinan Walikota terpilih.
Urusan Pemerintahan Umum tentang pelayanan publik, optimalisasi PAD
dan Aset Daerah, rasio kemandirian daerah, penyehatan BUMD merupakan isu
strategis yang dapat meningkatkan penerimaan daeah.

73

Permasalahan ketenagakerjaan disebabkan karena pertambahan jumlah


angkatan kerja baru tidak diiringi dengan penciptaan lapangan pekerjaan.
Akibatnya lapangan pekerjaan yang terbatas (PNS) harus diperebutkan oleh
warga Kota Padang dengan warga daerah lain, dan rendahnya minat generasi
muda untuk menjadi entreperneurship.

4.2. ISU-ISU STRATEGIS


Isu strategis dari dinamika internasional, nasional dan regional yang
mempengaruhi Kota Padang. Untuk menghadapi MEA sebagai pasar tunggal dan
basis produksi internasional dengan elemen aliran arus bebas barang, arus bebas
jasa, arus bebas investasi, arus bebas tenaga kerja terdidik dan arus bebas aliran
modal. Maka masyarakat Kota Padang harus memperhitungkan dampak negatif
arus modal yang lebih bebas, meningkatkan daya saing SDM, karena daya saing
SDM Kota Padang masih rendah, jumlah tenaga kerja terampil relatif sedikit,
sebagian besar SDM berpendidikan rendah dan sulit untuk mendapatkan
pekerjaan formal.
Dalam rangka penyelarasan pelaksanaan pembangunan antar
dalam Provinsi Sumatera Barat, maka perencanaan pembangunan Kota
meninjau kebijakan pembangunan daerah sekitarnya melalui dokumen
masing-masing Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Solok, Kabupaten
Pariaman dan kota Pariaman.

daerah
Padang
RPJMD
Padang

Tabel 4.1
Hubungan Pembangunan Kota Padang dengan Daerah Tetangga
Kabupaten
Pessel
Pembangunan
Kawasan Mande
di Pessel akan
membawa
dampak pada
wilayah
sekitarnya.
Rest area batas
Pesisir SelatanPadang tempat
istirahat bagi
orang yang
berkendaraan
Berkembangnya
Kota Pariaman
membawa
pengaruh pada
Kota Padang

KETERKAITAN

Kabupaten Solok

KETERKAITAN

Kota Padang akan


menerima manfaat
dari pembangunan
objek wisata
kawasan Mande,
terutama dibidang
jasa hotel dan
sebagainya.

Lancarnya jalan Solok


Padang akan
membawa pengaruh
pada Kota Padang

Kota Padang sebagai


tujuan bagi
wisatawan
untuk tinggal di Kota
Padang.

Semakin maju Kota


Pariaman akan
mendukung
perkembangan Kota
Padang.

Kabupaten Padang
Pariaman akan
berkembang bagian
Bandara
Internasional
Minangkabau

Bertambah
pertumbuhan
penerbangan ke BIM
akan membawa
pengaruh pada
pelayanan Kota
Padang.

74

Belum
optimalnya
layanan
infrastruktur
kota
dan sinergitas
antar
wilayah

Rendahnya layanan
infrastruktur
wilayah
sekitar akan
memberi
tekanan terhadap
layanan infrasruktur
di Kota Padang

Belum meratanya
Ketergantungan
ketersediaan dan
antar
kualitas
wilayah terhadap
sarana prasarana
sumberdaya yang
transportasi, jaringan ada
irigasi, pendidikan,
menyebakan adanya
energi,
keharusan melakukan
dan kesehatan;
kerjasama dalam
pengelolaan
sumberdaya tersebut.

Isu strategis dapat berasal dari permasalahan pembangunan maupun


yang berasal dari dunia international, kebijakan nasional maupun regional. Sesuai
isu-isu strategis yang telah dihasilkan dalam tahap perumusan dituangkan dalam
penyajian. Dalam penyajian isu strategis hal terpenting yang diperhatikan adalah
isu tersebut dapat memberikan manfaat dan berpengaruh dimasa datang
terhadap daerah Kota Padang.
Untuk menentukan isu-isu strategis yang patut diangkat dalam RPJMD
2014-2019 ditetapkan berdasarkan kriteria-kriteria berikut ini; (1) Memiliki
pengaruh yang besar dan signifikan terhadap pencapaian sasaran pembangunan
nasional, propvinsi dan daerah Kota Padang; (2) Merupakan tugas dan tanggung
jawab Pemerintah Daerah; (3) Luasnya dampak yang ditimbulkannya terhadap
daerah dan masyarakat; (4) Memiliki daya ungkit yang signifikan terhadap
Pembangunan daerah; (5) Kemungkinan atau kemudahannya untuk dikelola; (6)
Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan oleh Walikota terpilih.
Isu-isu yang bersifat
dikelompokkan antara lain:

strategis

yang

dimiliki

oleh

Kota

Padang

4.2.1. Isu Strategis Sosial dan Budaya


Isu strategis tentang sosial budaya Kota Padang antara lain; isu yang
mencuat belakangan ini adalah kemiskinan, pengangguran, kekerasan seksual
terhadap anak, seks bebas semakin marak yang memerlukan upaya untuk
mengurangi tingkat kemiskinan, angka pengangguran, perlindungan anak,
meningkatkan pemahaman agama dan budaya dalam masyarakat sehingga
dapat memberikan arah dan bimbingan terhadap pelaksanaan proses
pembangunan. Aspek ini perlu diberikan tekanan dan perhatian yang lebih, guna
dijadikan dasar untuk menyusun strategi dan kebijakan pembangunan Kota
Padang menuju Kota Pendidikan yang baik dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang Religius dan berbudaya.
Selain itu, perlu dibangun kelompok masyarakat peduli dalam memacu
pembangunan berdasarkan konsep partisipasi dan pemberdayaan sosial
termasuk mengatasi bahaya dan bencana seperti bencana alam dan bahaya
sosial seperti peredaran narkoba, perbuatan asusila, perjudian, mabuk, konflik

75

sosial, aksi teror, anak jalanan, pengemis serta orang gila berkeliaran dijalan,
jambret atau sejenisnya yang membuat masyarakat menjadi tidak aman.
4.2.2. Isu Strategis Pendidikan dan Kesehatan
Isu strategis tentang pendidikan dan kesehatan antara lain; menurunnya
karakter bangsa. Untuk pembangunan karakter (capacity building) bagi peserta
didik dimulai dari rumah tangga sampai ke jenjang pendidikan sekolah serta
pada masyarakat. Aspek ini perlu diberikan tekanan dan perhatian utama guna
dijadikan dasar untuk menyusun strategi dan kebijakan pembangunan daerah
yang baik dalam rangka mewujudkan Padang sebagai Kota Pendidikan. Kota
Pendidikan yang aman, tenang dan menyenangkan didukung dengan sarana dan
prasarana yang lengkap dan memadai tentang gedung, ruang kelas, labor, guru
dan tenaga kependidikan serta fasilitas lain seperti sekolah berasrama. Sekolah
berasrama salah satu jalan untuk proses membentuk peserta didik yang religius.
Jangkauan akses pelayanan dan mutu pendidikan, biaya penyelenggaraan
pendidikan, relevansi dan daya saing pendidikan menengah umum dan khusus
serta pendidikan karakter berbasis moral dan budi pekerti bagi peserta didik
merupakan isu strategis bidang pendidikan Kota Padang. Memberikan biaya
pendidikan yang gratis untuk pendidikan SD, SMP, SMA dan SMK sederajat serta
pemberian beasiswa bagi semua pelajar/mahasiswa berprestasi dari keluarga
miskin Kota Padang.
Kondisi ini tercermin dari perkembangan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) yang sudah membaik. Kualitas SDM yang baik akan dapat dijadikan
sebagai modal dasar untuk proses pembangunan yang berlandaskan pada IPTEK.
Peningkatan IPM dipicu oleh kualitas kesehatan semakin baik. Pemberian
pelayanan kesehatan didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana kesehatan
dasar, tenaga kesehatan dan jaminan pembiayaan kesehatan. Pemberian fasilitas
kesehatan gratis di puskesmas maupun di RSUD bagi warga penduduk miskin
Kota Padang perlu diberikan. Selanjutnya kesadaran masyarakat untuk persalinan
oleh tenaga medis belum optimal, pada hal ini yang menyebabkan target
penurunan jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI)
melahirkan bisa tercapai. Isu strategis tentang kesehatan berkaitan dengan
derajat kesehatan masyarakat, jangkauan dan biaya pelayanan kesehatan akan
menjadi harapan bagi masyarakat mencapai Padang sehat.
4.2.3. Isu strategis Perdagangan dan Jasa
Isu strategis masalah dalam perdagangan antara lain untuk menghadapi
MEA 2015 masyarakat kota Padang harus memperkuat pengetahun komunikasi
berbahasa asing minimal bahasa Inggris. Disamping itu untuk menghadapi MEA
tersebut memperkokoh meghadapi tantangan negatif yang akan mempengaruhi
budaya Minang. Selanjutnya persoalan pasar raya merupakan isu yang segera
diselesaikan, karena ini menjadi sentral aktivitas kegiatan ekonomi dan

76

Perdagangan Kota Padang. Pembangunan pasar raya dilakukan dalam waktu dua
tahun dan revitalisasi pasar-pasar pembantu di wilayah Kota Padang. Lahan
parkir di Pasar Raya semakin sempit diakibatkan sebagian besar lahan tersebut di
digunakan sebagai tempat Pedagang Kaki Lima.
Isu menciptakan wirausaha baru yang profesional berlatar belakang dari
jiwa dan semangat wirausaha (entrepreneurship) yang cukup tinggi dan ulet
yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau. Kondisi tersebut ditandai dengan
banyaknya anggota masyarakat yang bergerak dan sukses dalam bidang
perdagangan, industri dan jasa walaupun umumnya masih dalam skala kecil dan
menengah (UKM). Semangat kewirausahaan ini merupakan modal dasar yang
sangat penting dan perlu terus dikembangkan untuk mendorong kegiatan
ekonomi daerah ke depan pada berbagai sektor ekonomi sesuai dengan potensi
yang dimiliki Kota Padang. Isu strategis Kota Padang akan menciptakan
wirausahawan baru yang siap dibina dan dilatih.
Isu Strategis pengembangan sektor kepariwisataan, objek wisata Pantai
Kota Padang dengan Pantai Air Manih serta objek wisata lainnya menjadi wisata
keluarga dan konvensi yang layak dan ramah. Untuk itu harus didukung
keramahan (hospitality) ditandai dengan keamanan dan kenyamanan wisatawan.
Sehingga perlu dikembangkan prasarana dan sarana pendukung. Merevitalisasi
objek wisata dan mengorganisasikan komunitas lokal secara melembaga agar
tercapai dukungan yang maksimal terhadap kunjungan wisatawan. Membuat
peta jalan untuk pengembangan kepariwisataan dan sektor pendukungnya
termasuk partisipasi kelembagaan lokal dalam mengelola objek dalam bentuk
Badan Usaha Kampung atau Nagari.
4.2.4. Isu Strategis Rawan Bencana
Isu strategis Padang rawan bencana agar menyediakan informasi wilayah
rawan bencana, meningkatkan sarana dan prasarana penanggulangan bencana,
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Upaya lain
yang penting dilakukan adalah penyelenggaraan pemulihan sosial, ekonomi,
budaya dan lingkungan serta normalisasi kehidupan korban bencana. Isu tsunami
tersebar di sepanjang wilayah pantai terutama jalur sesar aktif patahan
semangka. Isu strategis dalam hal ini adalah menyediakan informasi wilayah
rawan bencana, meningkatkan sarana dan prasarana penanggulangan bencana,
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana banjir,
longsor, gempa dan tsunami.
4.2.5. Isu Strategis Infrastruktur dan Prasarana Daerah
Semenjak gempa tahun 2009 terjadi pergeseran lokasi tempat tinggal
penduduk dari bibir pantai ke arah ketinggian, dalam rangka mengantisipasi isu
mega trust yang akan menyebabkan tsunami. Kota Padang masih banyak
penduduk miskin dan rumah tidak layak huni merupakan isu strategis untuk

77

peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu


peningkatan kualitas rumah layak huni dengan merehab 1.000 unit rumah tidak
layak huni pertahun merupakan isu strategis dalam proses pembangunan daerah
dalam penanggulangan kemiskinan Kota Padang. Isu strategis peningkatan
pembangunan prasarana dan sarana untuk mendukung fungsi kota.
Pembangunan dranaise, riol, pembangunan kota taman (Padang Green City)
yang menjadikan kota semakin ramah lingkungan. Ruang terbuka hijau akan
memuat kota semakin indah. Pembangunan terminal di bagian utara di Anak Air
Kecamatan Koto Tangah dan dibantu dengan 2 (dua) terminal pembantu di
lokasi arah Timur di Kecamatan Lubuk Kilangan dan arah Teluk Bayur di Kota
Padang. Isu kebijakan ini harus dianalisis dengan kajian yang tepat tujuan dan
sasaran agar tidak berulang peristiwa terminal lama. Pengembangan prasarana
dan sarana perhubungan, Perluasan pelabuhan Teluk Bayur, pembangunan
sekolah berasrama (boarding school), merupakan isu strategis yang cukup
penting bagi peningkatan peranan Kota Padang sebagi Kota Pendidikan,
Perdagangan dan Parawisata.
Untuk mengantisipasi peningkatan volume lalu lintas yang sangat tinggi
dengan semakin berkembangnya pembangunan di Provinsi Riau dan telah
berfungsinya pembangunan Fly Over Kelok Sembilan, maka pemerintah Kota
Padang harus menyambut rencana Provinsi Sumatera Barat untuk membangun
jalan dua jalur dari Padang sampai ke Kota Payakumbuh. Rencana perbaikan dan
pelebaran jalan tersebut merupakan isu strategis yang cukup penting dan dapat
menjadikan hubungan ekonomi dan sosial antara Kota Padang menuju Riau dan
sebaliknya akan semakin lancar dan hal ini akan membawa pengaruh besar
terhadap pembangunan daerah Kota Padang. Selanjutnya pembangunan
kabupaten dan kota tentangga seperti Kawasan Mande di Kabupaten Pesisir
Selatan, akan membawa arus pertambahan penduduk Kota Padang serta
berpeluang untuk membangun sektor jasa dan perdagangan serta pariwisata
kota Padang.
4.2.6. Isu Strategis Reformasi Birokrasi
Isu strategis pada reformasi birokrasi yaitu memantapkan tata kelola
pemerintahan yang baik melalui reformasi birokrasi termasuk menatalaksanakan
fungsi pelayanan kecamatan dan kelurahan serta pengembangan pelayanan
umum berbasis jaringan internet. Karena itu, upaya perbaikan tata pemerintahan
(Good Governance) merupakan isu strategis yang sangat penting untuk
mendorong proses pembangunan daerah di Kota Padang. Disamping itu
masyarakat Kota Padang yang menganut budaya Minangkabau memiliki tanah
ulayat cukup luas yang dimiliki oleh kaum. Bagaimana solusi untuk menghadapi
tanah ulayat yang dimiliki tidak mempunyai kepastian hukum, karena tidak
mempunyai bukti kepemilikan serta batas-batas tanah yang jelas. Agar kondisi ini
dapat melibatkan pemanfaatan tanah ulayat untuk kegiatan berusaha dan agar
bisa menarik investor.

78

Memfasilitasi penanaman modal oleh pemerintah dan swasta dalam


berbagai sektor yang mendorong peningkatan peluang usaha perdagangan dan
kesempatan kerja termasuk mewujudkan Padang sebagai pusat pariwisata,
pendidikan, kesehatan dan konvensi tingkat regional dan nasional.
Pengembangan sektor pendidikan termasuk pendidikan bercirikan keagamaan
khususnya pendidikan tinggi dan riset untuk menegaskan kekuatan daerah
Sumatera Barat sebagai industri otak (brain industri). Pemerintah daerah perlu
menyusun konsep pendidikan yang memperkuat tiga pilar pendidikan yaitu
kesadaran dan kecerdasan serta kepedulian dalam melaksanakan kurikulum
pendidikan nasional.
Isu-isu tersebut di atas yang dijadikan konsep membangun semangat
kebersamaan yang melibatkan para pemangku kepentingan. Isu strategis
tersebut dapat dikembangkan konsep pembangunan kota Padang yang bertumpu
kepada tiga pilar yaitu Sejahtera, Religius dan Berbudaya. Sejahtera merupakan
tujuan yang akan dicapai baik secara pribadi dan kelompok maupun keseluruhan
sehingga dirasakan kemanfaatan dari kebersamaan. Religius sebagai sesuatu
yang niscaya sesuai dengan nilai dasar ketuhanan dalam Pancasila dimana setiap
warga negara harus melaksanakan ajaran agama secara konsisten dan
konsekuen. Berbudaya adalah cerminan dari pola interaksi dan tatanan sosial
kehidupan masyarakat adat terutama Minang yang berdasarkan Adat Basandi
Syarak, Syarak basandi Kitabullah (ABS-SBK).

79

BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

5.1. ARAH RPJP KOTA PADANG


Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, dalam rangka memberikan arah yang jelas
tentang pembangunan jangka panjang daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kota Padang sudah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kota Padang Tahun 2004-2020 yang ditetapkan melalui Peraturan
Daerah Kota Padang Nomor 18 Tahun 2004. RPJP Daerah Kota Padang tersebut
berisikan penjabaran secara lebih rinci dari tujuan dan cita-cita dibentuknya Kota
Padang sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1956.
RPJP Daerah Kota Padang Tahun 2004-2020 bertujuan untuk memberikan
arah dan pentahapan pembangunan jangka panjang daerah beberapa tahun ke
depan. Dengan demikian diharapkan seluruh upaya yang dilakukan oleh masingmasing pelaku pembangunan, akan bersifat sinergis, koordinatif dan saling
melengkapi satu sama lainnya di dalam mendorong proses pembangunan daerah
Sumatera Barat secara keseluruhan.
5.1.1. Visi Pembangunan Jangka Panjang
Visi pada dasarnya adalah kondisi masa depan yang diharapkan dapat
dicapai dalam kurun waktu tertentu. Memperhatikan kondisi umum dan
permasalahan yang dihadapi Kota Padang, prediksi 20 tahun mendatang dan
hasil penjaringan aspirasi masyarakat yang dilakukan sebelumnya, dapat
ditetapkan visi pembangunan jangka panjang Kota Padang pada Tahun 2020
mendatang adalah:
Terwujudnya masyarakat madani yang berbasis industri,

perdagangan dan jasa yang unggul dan berdaya saing


tinggi dalam kehidupan perkotaan yang tertib dan teratur
Penjelasan lebih rinci dari masing-masing unsur penting dalam visi
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat madani (civil society) pada dasarnya adalah masyarakat yang
beradab, demokratis, tertib dan teratur sejahtera dan berkeadilan
sebagaimana yang terdapat di Madinah pada masa Nabi Muhammad.
Dalam hal ini masyarakat madani mempunyai 3 unsur utama yaitu patuh
terhadap ajaran agama, patuh terhadap aturan hukum dan sejahtera baik
dari segi pendapatan, derajat kesehatan dan tingkat pendidikan
masyarakat;

80

b. Berbasis industri, perdagangan dan jasa merupakan tekanan utama karena


Padang adalah kota dimana kegiatan pertanian semakin lama akan semakin
berkurang karena terjadinya alih fungsi lahan. Karena itu kegiatan ekonomi
yang akan berkembang terus di Kota Padang dimasa mendatang tentunya
adalah sektor-sektor industri perdagangan dan jasa (termasuk kegiatan
pariwisata) yang selanjutnya dijadikan sebagai arah pengembangan
kegiatan ekonomi kota;
c. Unggul dan berdaya saing tinggi merupakan keharusan dalam
pengembangan kegiatan ekonomi mengingat dewasa ini Indonesia sudah
berada dalam era globalisasi dengan diberlakukannya kegiatan
perdagangan bebas dalam kerangka Asean Free Trade Area (AFTA) yang
dimulai tahun 2010 dan akan dilanjutkan pada tahun 2015 menjadi
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dalam situasi tersebut tingkat
persaingan akan semakin tajam sehingga kegiatan ekonomi yang dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik adalah kegiatan ekonomi yang
unggul dan berdaya saing tinggi;
d. Kehidupan perkotaan yang tertib dan teratur sangat di dambakan dalam
kehidupan daerah perkotaan mengingat tingkat kepadatan penduduk cukup
tinggi. Termasuk dalam hal ini adalah kualitas lingkungan hidup yang baik
yang meliputi aspek tata-ruang, kebersihan, pencemaran udara dan air
yang minim, hutan lindung yang terjaga dan kondisi lingkungan yang aman
terhadap kemungkinan bencana alam.
5.1.2. Misi Pembangunan Jangka Panjang
Misi pada dasarnya merupakan upaya umum yang ditetapkan oleh
masyarakat untuk dapat mewujudkan visi pembangunan daerah sebagaimana
dijelaskan terdahulu. Berdasarkan pengertian ini, maka misi pembangunan
daerah dalam RPJP Kota Padang sampai dengan Tahun 2020 ditetapkan sebagai
berikut:
1. Meningkatkan pemahaman terhadap adat dan agama dan pengamalan
nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat kearah komunitas kota yang
peduli;
2. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pembangunan sektor
pemukiman, pendidikan dan kesehatan kearah pemberdayaan masyarakat;
3. Meningkatkan produktivitas sektor-sektor perekonomian melalui formalisasi
usaha dan profesionalisme kearah pengelolaan usaha yang berdaya saing;
4. Membangun jejaring usaha melalui pengembangan sistem informasi dan
komunikasi untuk peningkatan akses dan interaksi kearah persaingan
global;
5. Menata ruang dan meningkatkan prasarana dan sarana melalui pendekatan
pembangunan berbasis kawasan kearah keseimbangan pembangunan;

81

6. Membangun kehidupan perkotaan yang tertib dan teratur melalui


penegakan supremasi hukum kearah aplikasi teknologi dengan sistem
kontrol lingkungan;
7. Meningkatkan kapasitas aparatur dan kewibawaan pemerintah melalui
pembinaan pendidikan dan pelatihan kearah keandalan dalam pelayanan;
8. Meningkatkan kapasitas wakil-wakil rakyat melalui berbagai forum sebagai
pembentuk wacana pembangunan kearah penguatan peranserta publik;
9. Meningkatkan pengendalian pemanfaatan sumber daya alam kearah
aplikasi
konsep
pembangunan
terpadu,
berkeseimbangan
dan
berkelanjutan.

5.2. VISI DAN MISI JANGKA MENENGAH PROVINSI SUMATERA BARAT


Visi jangka menengah daerah pada dasarnya merupakan kondisi objektif
yang diinginkan dapat dicapai oleh masyarakat Provinsi Sumatera Barat pada 5
(lima) tahun mendatang. Kondisi yang diinginkan tersebut ditetapkan dengan
mengacu pada visi, misi jangka panjang daerah sebagaimana tercantum dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Sumatera Barat 2005-2025 yang
telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 yang lalu.
Disamping itu, visi tersebut juga ditetapkan dengan memperhatikan keadaan
umum daerah dewasa ini, prediksi untuk 5 tahun mendatang dan keinginan,
aspirasi serta cita-cita yang berkembang dalam masyarakat secara keseluruhan.
Dengan demikian, visi ini sebenarnya adalah merupakan kondisi realistis yang
diharapkan akan dapat dicapai Sumatera Barat.
Visi jangka menengah daerah dari kepala daerah terpilih sesuai dengan
hasil pemungutan suara dalam Pemilukada Provinsi Sumatera Barat yang
dilaksanan pada 30 Juni tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Terwujudnya Masyarakat Sumatera Barat Madani yang Adil,


Sejahtera dan Bermartabat
Masyarakat Madani yang dimaksudkan disini adalah suatu masyarakat
berperadaban tinggi dan maju yang berbasis pada nilai-nilai, norma hukum,
moral yang ditopang oleh keimanan. Masyarakat madani menghormati pluralistis,
bersikap terbuka dan demokratis serta selalu bergotong royong menjaga
kedaulatan negara. Dengan demikian, masyarakat madani tersebut pada
dasarnya adalah masyarakat yang agamais yang ditandai oleh adanya
keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, jasmani dan rohani, lahir dan
batin serta material dan sipiritual

Adil yang dimaksudkan disini adalah suatu kondisi masyarakat yang dapat
menjaga kebutuhan, kepentingan dan hak seluruh anggota masyarakat sesuai
dengan azas kepatutan dan kewajaran. Karena itu dalam suatu masyarakat yang
adil akan terdapat tingkat kesejahteraan yang relatif merata, mempunyai

82

kesempatan berusaha yang sama antara golongan pengusaha, mempunyai


fasilitas pelayanan sosial yang cukup merata dan berkualitas baik, pemerintahan
sudah berjalan secara demokratis, taat dan sadar hukum, terdapatnya kesamaan
peranan pria dan wanita (kesetaraan gender), serta adanya jaminan sosial yang
cukup untuk orang cacat dan penduduk usia lanjut.

Sejahtera dalam hal ini dimaksudkan adalah suatu kondisi masyarakat


yang sudah cukup makmur yang ditandai oleh pendapatan masyarakat yang
sudah dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan, tingkat pengangguran dan
kemiskinan sudah sangat rendah, pendidikan yang sudah cukup tinggi dan
berbadan sehat dan kuat. Disamping itu, pada masyarakat ini prasarana dan
sarana pembangunan sudah mencukupi, lingkungan pemukiman telah tertata
dengan baik serta terdapatnya kualitas lingkungan hidup yang baik, hijau, lestari
dengan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan.

Bermartabat dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu kondisi masyarakat


dimana hak azasi manusia sudah terjamin dengan baik, bebas dari tekanan dan
rasa takut dan mendapat perlindungan hukum yang cukup dari negara. Dengan
demikian masyarakat yang bermartabat adalah suatu masyarakat yang taat azas,
dihormati, mempunyai harga diri dan kedudukan yang sama dalam pergaulan
masyarakat baik nasional maupun internasional.
Misi pada dasarnya merupakan upaya umum untuk dapat mewujudkan
visi pembangunan sebagaimana dijelaskan terdahulu. Berdasarkan pengertian ini,
maka misi pembangunan jangka menengah daerah ini ditetapkan sejalan dengan
RPJP Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut:
1. Mewujudkan tata kehidupan yang harmonis, agamais, beradat, dan
berbudaya berdasarkan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah;
2. Mewujudkan tata-pemerintahan yang baik, bersih dan profesional;
3. Mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman, dan
berkualitas tinggi;
4. Mewujudkan ekonomi masyarakat yang tangguh, produktif, berbasis
kerakyatan, berdayasaing regional dan global;
5. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
Misi untuk mewujudkan tata kehidupan yang harmonis, agamais, beradat,
dan berbudaya berdasarkan falsafah Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi
Kitabullah adalah landasan utama kehidupan masyarakat Minangkabau, yang
dijadikan sebagai persyaratan utama untuk dapat mewujudkan masyarakat yang
agamais dan berbudaya. Landasan filosofis ini sudah dimiliki sejak lama,
sehingga kedepan perlu terus dipelihara dan diterapkan dalam tata kehidupan
masyarakat. Ciri-ciri tata kehidupan yang demikian antara lain adalah: taat
beragama, berakhlak mulia, jujur, peduli sesama manusia, menerapkan tata
kehidupan beragama dan berbudaya yang baik, rukun dengan agama lain, serta

83

peduli terhadap masa depan dan keselamatan masyarakat dan bumi ciptaan
Tuhan.
Misi untuk mewujudkan tata-pemerintahan yang baik, bersih dan
profesional merupakan persyaratan yang tidak kalah pentingnya untuk dapat
mendorong proses pembangunan daerah secara cepat dan merata. Hal ini sesuai
dengan harapan seluruh masyarakat. Dalam kondisi demikian, tata pemerintahan
berjalan secara demokratis, taat hukum, transparan, menerapkan sistem
perencanaan, penganggaran dan pengawasan secara terpadu yang berlandaskan
pada partisipasi masyarakat serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN). Dengan cara demikian diharapkan akan dapat diwujudkan pola
pemerintahan daerah yang efektif, efisien, bersih dan berwibawa serta didukung
oleh partisipasi aktif masyarakat secara keseluruhan.
Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat,
beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat
mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang
berkualitas tersebut akan dapat diwujudkan melalui tiga pilar utama yaitu:
pendidikan yang bermutu tinggi disemua strata, pengembangan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia dan derajat kesehatan yang tinggi dan merata keseluruh pelosok daerah
dan lapisan masyarakat. Termasuk dalam kualitas sumberdaya manusia ini
adalah adanya disiplin dan etos kerja yang baik sehingga tingkat efisiensi dan
produktivitas tenaga kerja menjadi cukup tinggi serta terdapatnya kesetaraan
gender.
Misi untuk mewujudkan ekonomi masyarakat yang tangguh, produktif,
berbasis kerakyatan, berdayasaing regional dan global merupakan unsur penting
untuk dapat mendorong kemajuan ekonomi dan kemakmuran masyarakat,
terutama dalam era globalisasi dewasa ini. Kondisi tersebut diwujudkan melalui
pengembangan ekonomi agribisnis dan agroindustri serta industri jasa. Usaha
ekonomi yang demikian akan dapat diwujudkan dengan penciptaan persaingan
yang sehat dalam dunia usaha, mencegah timbulnya monopoli dan monopsoni
serta ketidakadilan dalam berusaha, mengembangkan kewirausahaan daerah,
menyediakan prasarana dan sarana pembangunan yang berkualitas secara
merata keseluruh pelosok daerah dan mewujudkan kepastian hukum dan iklim
investasi yang kondusif bagi para investor.
Misi untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan juga tidak kalah pentingnya untuk dapat mewujudkan
masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Kualitas
lingkungan hidup yang baik dan menyenangkan akan dapat diwujudkan melalui
pencegahan polusi udara, pengotoran air, mengupayakan lingkungan yang bersih
dan segar, serta menerapkan rencana tata-ruang secara konsekuen. Termasuk
dalam hal ini adalah pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan yang dapat
diupayakan dengan memelihara kawasan hutan lindung, mencegah eksploitasi

84

sumberdaya alam secara berlebihan, memelihara cadangan air, memelihara biota


laut dan meningkatkan konservasi alam serta reboisasi hutan secara teratur dan
terus menerus.

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG


Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, visi
dan misi pembangunan jangka menengah adalah visi dan misi kepala daerah
yang terpilih dalam Pemilhan Umum Kepala Daerah (Pilkada). Visi dan misi ini
dijadikan dasar utama penyusunan kebijakan umum pembangunan daerah dalam
RPJMD ini karena telah disetujui oleh mayoritas masyarakat Kota Padang yang
dibuktikan oleh hasil pemungutan suara dalam pemilukada tahun 2014 yang lalu.
Hal ini dilakukan sesuai dengan prinsip pembangunan dalam era demokratisasi
dan otonomi yaitu seluruh kebijakan pembangunan daerah harus sesuai dengan
keinginan dan aspirasi masyarakat daerah secara keseluruhan.
Visi Walikota dan Wakil Walikota Padang terpilih dan telah dilantik pada
tanggal 13 Mei 2014 adalah sebagai berikut:
Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan,

Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan


Berbudaya
Dari visi tersebut terlihat bahwa terdapat 6 hal pokok yang menjadi
landasan, fokus dan sasaran utama pembangunan yang diharapkan dapat
dicapai dalam periode 5 tahun mendatang yaitu:
1. Pendidikan, baik untuk tingkat dasar, menengah maupun tinggi merupakan
landasan utama untuk mendorong proses pembangunan kota. Alasannya
sangat jelas karena melalui pendidikan akan dapat diwujudkan kualitas
sumberdaya manusia yang baik sebagai modal dasar untuk mendorong
proses pembangunan kota. Disamping itu, melalui pendidikan akan dapat
pula ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk dapat memahami dan
memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat
penting artinya untuk dapat memanfaatkan dan memelihara potensi
sumberdaya alam yang tersedia sehingga kegiatan produksi dan kualitas
lingkungan hidup dapat ditingkatkan;
2. Perdagangan, baik untuk produksi pertanian dan usaha kecil dan
menengah (UKM) yang diproduksi dalam provinsi Sumatera Barat dan
daerah tetangga yang berdekatan menjadi kegiatan ekonomi Kota yang
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan warga kota.
Jiwa wirausaha masyarakat kota Padang yang relatif lebih baik merupakan
faktor pendorong utama untuk mendorong kegiatan perdagangan tersebut;
3. Pariwisata, khususnya wisata bahari dengan memanfaatkan Pantai Padang
yang indah dan bersih serta pulau-pulau yang berdekatan, merupakan
potensi kota Padang sangat penting disamping perdagangan. Karakteristik

85

kegiatan pariwisata yang mempunyai keterkaitan erat dengan sektor lain,


baik pertanian, industri, perdagangan dan jasa akan memungkinkan
pengembangan sektor pariwisata secara terpadu dengan sektor-sektor
lainnya sehingga proses pertumbuhan ekonomi kota menjadi semakin
cepat dan efisien;
4. Aspek agama (religius), baik Islam dan agama lainnya yang dianut warga
Kota Padang sangat penting artinya untuk dapat mengarahkan dan
membimbing tingkah laku masyarakat dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang patuh dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
bermoral tinggi dan sangat peduli terhadap kepentingan umum
masyarakat;
5. Tata kehidupan masyarakatnya di dasarkan pada budaya lokal, khususnya
Budaya Minangkabau dalam rangka mewujudkan masyarakat yang rukun
dan damai serta saling menghormati satu sama lainnya sesuai dengan
warisan budaya tradisional masyarakat setempat;

5.4. MISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG


Misi pada dasarnya adalah merupakan upaya umum yang akan dilakukan
untuk dapat mewujudlan visi yang telah ditetapkan. Misi ini selanjutnya akan
dijadikan sebagai dasar perumusan strategi, kebijakan dan program
pembangunan daerah yang akan dilakukan selama periode perencanaan,
Untuk mewujudkan visi Kota Padang pada sub 5.3, maka misi atau upaya
umum yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk menghasilkan sumberdaya
manusia yang beriman, kreatif dan berdaya saing;
2. Menjadikan Kota Padang sebagai pusat perdagangan wilayah Barat
Sumatera;
3. Menjadikan Kota Padang sebagai daerah tujuan wisata yang nyaman dan
berkesan;
4. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan ekonomi
kerakyatan;
5. Menciptakan Kota Padang yang aman, bersih, tertib, bersahabat dan
menghargai kearifan lokal;
6. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan melayani.

5.5. TUJUAN UMUM PEMBANGUNAN KOTA PADANG


Berdasarkan visi dan misi jangka menengah sebagaimana dijabarkan di
atas, maka tujuan pembangunan Kota Padang dalam periode 2014-2019 adalah
sebagai berikut:

86

1. Terwujudnya Kota Padang sebagai sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan


dan Pariwisata untuk Provinsi Sumatera Barat khususnya dan Wilayah
Sumatera Bagian Tengah umumnya;
2. Tercapainya tata kelola pemerintahan yang baik, bersih, profesional dan
melayani melalui penerapan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik
(good governance)
3. Terwujudnya masyarakat kota yang sejahtera, religius dan berbudaya;
4. Terjaganya kualitas lingkungan hidup melalui penanggulangan resiko
bencana dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik.

5.6. SASARAN UMUM PEMBANGUNAN KOTA


Memperhatikan visi dan misi sebagaimana dijelaskan diatas, dan
mengingat fungsi Kota Padang dalam RTRW Provinsi Sumatera Barat adalah
sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), maka sasaran umum pembangunan Kota
Padang secara lebih kongkrit mencakup 4 hal pokok yang masing-masingnya
saling berkaitan yaitu sebagai berikut:
1. Terwujudnya Kota Padang yang berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Publik
(Service Center) dengan kegiatan utama meliputi pendidikan dan
kesehatan untuk wilayah Sumatera Bagian Tengah serta pusat
pemerintahan untuk Provinsi Sumatera Barat.
2. Terciptanya Kota Padang yang juga berfungsi sebagai Pusat Pertumbuhan
(Growth Pole) dengan kegiatan utama ditekankan pada bidang
perdagangan, jasa dan pariwisata untuk wilayah Sumatera Bagian Tengah.
3. Terlaksananya Kota Padang sebagai Kota layak huni yang mempunyai
prasarana dan sarana yang cukup dan berkualitas baik serta lingkungan
hidup yang menyenangkan dan bebas dari kemungkinan bencana alam.
4. Terciptanya masyarakat yang sejahtera, religius dan berbudaya
berdasarkan pada falsafah Adat basandi syarak, syarak basandi
kitabullah.
Adapun Agenda pembangunan Kota Padang pada Tahun 2014 -2019, adalah:
1. Peningkatan pendidikan untuk menghasilkan sumberdaya manusia yang
beriman, kreatif dan berdaya saing
2. Pengembangan Kota Padang sebagai pusat Perdagangan
3. Pengembangan Kota Padang sebagai Kota Wisata dan berdaya saing
5. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penurunan angka kemiskinan
6. Peningkatan keamanan dan kebersihan kota
7. Peningkatan kualitas tata kelola pemerintahan Kota Padang
Pembangunan Kota Padang pada Tahun 2014-2019 juga diarahkan pada
10 Program Prioritas Pembangunan Kota Padang, yaitu:
1.

Percepatan pembangunan sarana perdagangan kota dan sentra ekonomi

87

2.
3.
4.

Peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan


Peningkatan infrastruktur perkotaan dan transportasi kota
Pengembangan industri pariwisata dan kelautan serta pemberdayaan
masyarakat pesisir dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang
berdaya saing
5. Penataan dan Peningkatan pembangunan kawasan perumahan
pemukiman perkotaan
6. Peningkatan dan pemerataan akses dan kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat
7. Pembangunan Ekonomi berbasis masyarakat dan mendorong tumbuhnya
investasi daerah dalam rangka Peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan penurunan tingkat kemiskinan
8. Penataan Lingkungan Perkotaan yang hijau, berkelanjutan dan berbasis
mitigasi bencana
9. Peningkatan Penataan birokrasi dan tata kelola penyelenggaraan
Pemerintahan yang baik dan bersih untuk peningkatan pelayanan publik.
10. Pengamalan Agama dalam kehidupan masyarakat yang berbudaya
Tabel 5.1
Hubungan Hirarkis antara Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Visi: Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan

Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

Misi
Misi 1:
Mewujudkan
Pendidikan Yang
Berkualitas Untuk
Menghasilkan
Sumberdaya
Manusia Yang
Beriman, Kreatif
Dan Berdaya
Saing;

MISI 2:
Menjadikan Kota
Padang Sebagai
Pusat Perdagangan
Wilayah Barat
Sumatera

Tujuan
1. Mewujudkan kualitas

sumberdaya manusia
yang beriman, kreatif dan
berdaya saing tinggi

1. Mewujudkan Kota Padang

sebagai pusat kegiatan


perdagangan untuk
wilayah Pantai Barat
Sumatera
2. Mewujudkan Kota Padang

sebagai Pusat
Pertumbuhan ekonomi

Sasaran
1. Terwujudnya peningkatan kualitas

pendidikan

2. Tercapainya peningkatan

pemerataan pendidikan dan


mendorong tumbuhnya sekolah
kejuruan (vokasional
3. Terjaganya kualitas moral dan
akhlak pendidik dan peserta didik
dari pengaruh lingkungan yang
negatif;
4. Terciptanya peningkatan kesiapan
SDM dalam menghadapi MEA
1. Terciptanya peningkatan volume

transaksi perdagangan barang dan


jasa
2. Terciptanya peningkatan
kontribusi sektor perdagangan
dalam perekonomian Kota
Padang.
1. Terciptanya peningkatan kegiatan
industri berbasis sumberdaya lokal
2. Terciptanya peningkatan
penerapan iPTEK dan Inovasi

88

Visi: Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan

Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

Misi
MISI 3:
Menjadikan Kota
Padang sebagai
daerah tujuan
wisata yang
nyaman dan
berkesan

MISI 4:
Meningkatkan
Kesejahteraan
Masyarakat Dan
Pengembangan
Ekonomi
Kerakyatan

Tujuan

Sasaran

1. Mewujudkan Kota Padang

1. Tercapainya peningkatan rata-rata

2. Mewujudkan kota
Padang sebagai kota
tujuan wisata budaya
yang religius

1. Terpelihara dan lestarinya nilai


budaya, religius dan tradisi lokal
yang berada di kota Padang

1. Meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat

1. Tercapainya peningkatan kualitas


ekonomi masyarakat
2. Berkurangnya tingkat kemiskinan

Sebagai daerah Tujuan


Wisata Yang Nyaman dan
Berkesan

3. Tercapainya peningkatan kualitas


kesehatan masyarakat
2. Mewujudkan ekonomi

kerakyatan yang tangguh

Misi 5:
Menciptakan Kota
Padang yang
Aman, Bersih,
Tertib, Bersahabat
dan Menghargai
Kearifan Lokal

lama tinggal wisata di Kota


Padang;
2. Tercapainya peningkatan jumlah
kunjungan wisata nusantara dan
mancanegara
3. Tercapainya kondisi wisata
nyaman dan berkesan

1. Mewujudkan Kota Padang

yang aman dan tanggap


bencana

1. Tercapainya peningkatan
penyediaan lapangan kerja dan
usaha
2. Tercapainya peningkatan
kekuatan ekonomi kerakyatan
1. Tersedianya Informasi Tentang

Daerah Rawan Bencana


2. Tercapainya peningkatan sarana
prasana penanggulangan bencana
3. Tercapainya peningkatan

kesiapsiagaan warga kota


mengantisipasi penanggulangan
bencana

2. Mewujudkan lingkungan
hidup kota yang
berkualitas

1. Tercapainya peningkatan kualitas

lingkungan hidup

2. Tercapainya peningkatan

konservasi, rehabilitasi, dan


pemulihan ekosistem
3. Tercapainya penurunan tingkat
pencemaran udara dan air
3. Mewujudkan Infrastruktur

yang ramah dan aman

1 Terwujudnya Tatakelola Sumber


Daya Air dan Drainase Perkotaan
yang berkualitas
2. Tersedianya infrastruktur jalan
raya yang aman
3. Tersedianya sarana dan prasarana

pemukiman yang berkualitas

89

Visi: Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan

Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya

Misi

Tujuan
4. Mewujudnya Kota Padang

yang bersih dan indah

Sasaran
1. Terciptanya peningkatan system
pengelolaan persampahan
2. Terciptanya peningkatan kualitas
dan kuantitas Ruang Terbuka
Hijau, Hutan Kota, Taman Kota
dan TPU.

5. Mewujudkan transportasi

perkotaan yang lancar,


aman, nyaman dan
murah.

Misi 6:
Mewujudkan Tata
Kelola
Pemerintahan Yang
Baik, Bersih Dan
Melayani

1. Tersedianya pelayanan jasa


angkutan kota yang cukup dan
lancar ke seluruh wilayah kota.
2. Terciptanya peningkatan
keamanan dan keselamatan lalu
lintas.

6. Mewujudkan penataan
ruang, bangunan dan
perumahan yang serasi,
selaras dan seimbang

1. Terlaksananya penataan
bangunan dan perumahan sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Kota

7. Mewujudkan penyediaan
lahan untuk kebutuhan
pembangunan kota yang
berkeadilan

1. Tersedianya lahan untuk


kebutuhan pembangunan Kota
yang sesuai peruntukannya.

1. Mewujudkan Tata Kelola


Pemerintahan yang baik

1. Tercapainya peningkatan
Perencanaan Pembangunan
daerah dan Pengelolaan Data
2. Tercapainya peningkatan
Akuntabilitas Kinerja Birokrasi

2. Mewujudkan Tata Kelola


Pemerintahan yang
bersih

1. Tercapainya pengurangan tindak


Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN) dilingkungan birokrasi

3. Mewujudkan Tata Kelola


pemerintahan yang
melayani

1. Terwujudnya pelayanan publik


yang berkualitas (prima)

90

BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Strategi pembangunan pada dasarnya adalah merupakan rincian cara


atau upaya yang diperlukan untuk dapat mewujudkan visi dan misi
pembangunan kota sebagaimana telah diungkapkan pada Bab V terdahulu.
Untuk menjaga operasionalisasi dari strategi pembangunan ini, maka
perumusannya juga di dasarkan pada kondisi umum daerah sebagaimana telah
diuraikan pada Bab II serta kemampuan keuangan daerah sebagaimana
dijelaskan pada Bab III terdahulu. Untuk menjaga konsistensi, maka perumusan
strategi dikaitkan langsung dengan misi pembangunan jangka menengah daerah
sebagaimana telah ditetapkan pada bab terdahulu.
Mengacu pada Permendagri Nomor 54 Tahun 2010, strategi biasanya
dikaitkan dengan arah kebijakan pembangunan daerah bersangkutan. Hal ini
dilakukan karena arah kebijakan pada dasarnya adalah merupakan keputusan
dan intervensi pemerintah untuk dapat melaksanakan strategi pembangunan
yang telah ditetapkan. Dengan mengaitkan antara strategi dan arah kebijakan
maka pencapaian sasaran pembangunan akan menjadi lebih terjamin.
Selanjutnya, agar pembahasan menjadi lebih terarah, maka penyusunan strategi
dan arah kebijakan ini dikaitkan langsung dengan misi pembangunan daerah
sebagaimana ditetapkan terdahulu dalam Bab VI RPJMD ini.
6.1. Misi 1: Mewujudkan Pendidikan yang Berkualitas untuk
Menghasilkan Sumber Daya Manusia Yang Beriman dan Berdaya
Saing;
Penduduk merupakan unsur penting dalam menggerakkan proses
pembangunan Kota Padang karena pendidikan dapat menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas dan beradab. Sedangkan sumber daya manusia
tersebut adalah salah satu faktor produksi utama yang dapat meningkatkan
kegiatan produksi, baik barang maupun jasa, yang merupakan sumber utama
pendapatan masyarakat. Pengembangan pendidikan agama mendapat perhatian
khusus dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan yang
bermuara pada peningkatan kesejahteraan penduduk sebagaimana yang
diharapkan oleh warga kota dan masyarakat secara keseluruhan.
Pendidikan yang berkualitas selanjutnya akan dapat pula mendorong
penerapan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
Penerapan dan pengembangan IPTEK ini merupakan unsur penting untuk dapat
meningkatkan kegiatan produksi, baik pertanian, industri, perdagangan dan jasa,
secara biaya produksi rata-rata lebih rendah (efisiensi) dan berkualitas baik.
Biaya produksi yang relatif rendah dan kulitas produk yang tinggi selanjutnya
akan dapat meningkatkan daya saing produk yang sangat diperlukan untuk

91

bertahan dan berkembang dalam era globalisasi sekarang ini. Tidak dapat
disangkal bahwa kegiatan ekonomi yang bisa bertahan dan berkembang dalam
era globalisasi hanyalah yang mempunyai daya saing tinggi.
6.1.1. Strategi Pembangunan Misi 1
Untuk mencapai sasaran pada Misi 1, diperlukan strategi pembangunan
Kota Padang terutama diarah pada peningkatan kualitas dan pemerataan
pendidikan, baik pendidikan dasardan menengah mupun pendidikan tinggi baik
pada Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
Peningkatan kualitas pendidikan agama dalam hal ini mendapat perhatian khusus
dalam rangka mewujudkan sumberdaya manusia yang beriman. Peningkatan
kualitas pendidikan ini sangat penting artinya untuk dapat mewujudkan Kota
Padang sebagai Pusat Pelayanan jasa pendidikan untuk Sumatera Bagian Tengah
yang merupakan salah satu sasaran utama pembangunan Kota Padang dalam
RPJMD 2014-1019.
Peningkatan kualitas pendidikan akan dilakukan melalui peningkatan
kualitas guru dan dosen, peningkatan penyediaan prasarana dan sarana
pendidikan dan menjaga tingkat persaingan dalam memperoleh pendidikan.
Peningkatan kualtas guru dan dosen dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan
pelatihan teknik keilmuan serta pendidikan lanjut kejenjang Magister (S2) dan
Doktor (S3) dalam berbagai cabang ilmu. Termasuk dalam hal ini adalah
pengembangan pendidikan kejuruan dan Politeknik guna memenuhi kebutuhan
terhadap tenaga terampil dan siap pakai. Peningkatan penyediaan prasarana dan
sarana pendidikan terutama diarahkan pada penambahan kapasistas gedung
sekolah dan kampus, pengembangan fasilitas perpustakaan dan laboratorium
serta asrama siswa dan mahasiswa. Sedangkan upaya untuk menjaga tingkat
persaingan dalam memperoleh fasilitas pendidikan akan dilakukan melalui
peningkatan kualitas seleksi ujian masuk siswa untuk pendidikan dasar dan
menengah serta ujian masuk perguruan tinggi.
6.1.2. Arah Kebijakan untuk Misi 1
Dalam mengimplementasikan strategi yang telah disebutkan diatas,
diperlukan arah kebijakan yang bermuara kepada program dan kegiatan yang
tepat untuk dilaksanakan oleh lembaga yang menjalankan urusan tersebut. Arah
kebijakan untuk melaksanakan strategi pada Misi 1 antara lain adalah:
mengembangkan kurikulum pendidikan dasar dan menengah, pendidikan
kejuruan serta pendidikan tinggi pada berbagai cabang ilmu pengetahuan,
mengembangkan fasilitas kepustakaan, meningkatkan kapasitas guru dan dosen,
meningkatkan kualitas pengelola sekolah dan perguruan tinggi, menambah jam
pelajaran untuk praktek agama, mengembangkan kurikulum pendidikan umum
dan kejuruan, meningkatkan kualitas guru, dan seni dan budaya daerah, serta
mengembangkan lembaga seni dan budaya daerah.

92

Tabel 6.1.
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan Pada Misi 1
MISI 1: Mewujudkan Pendidikan Yang Berkualitas Untuk Menghasilkan Sumberdaya

Manusia Yang Beriman, Kreatif Dan Berdaya Saing;

Tujuan
1. Mewujudkan
kualitas
sumberdaya
manusia yang
beriman,
kreatif dan
berdaya saing
tinggi.

Sasaran
1. Terwujudnya
peningkatan
kualitas
pendidikan

Strategi
1. Meningkatkan
kualitas dan
kompetensi
peserta didik
2. Meningkatkan
kualitas dan
kompetensi
tenaga pendidik
dan tenaga
kependidikan
serta kualitas
intitusi
3. Meningkatkan
kualitas sarana
dan prasarana
pendidikan

4. Memantapkan
pelaksanaan
Wajib Belajar 12
Tahun untuk
warga Kota
Padang

2) . Meningkatnya 1. Memperluas
pemerataan
jangkauan
pendidikan dan
Pemerataan
mendorong
pendidikan dan
tumbuhnya
dan mendorong
sekolah kejuruan
Pengembangan
(vokasional)
sekolah
vokasional

Arah kebijakan
1. Peningkatan mutu
lulusan pendidikan
1. Peningkatan pendidikan
tenaga pendidik dan
kependidikan
2. Memperbaiki akreditasi
institusi dan program
studi
3. Meningkatkan tata kelola
pendidikan yang
berkualitas
1. Meningkatkan kualitas
gedung, laboratorium,
perpustakaan dan
sarana ibadah sekolah
serta lingkungan sekolah
2. Mengembangkan
jaringan kerjasama
dengan stakeholders
3. Mengembangkan dan
mengupdate kurikulum
sekolah
1. Pengembangan Sekolah
Gratis untuk Wajar 12
Tahun
2. Meningkatkan budaya
baca tulis masyarakat
3. Meningkatkan pelayanan
pendidikan mengacu
kepada standar
pendidikan nasional
1. Perluasan jangkauan
pemerataan sarana
pendidikan
2. Pemerataan distribusi
guru
3. Pengembangan sekolah
vokasional berbasis
sumber daya lokal
4. Mendorong penciptaan
wirausahawan muda
5. Mendorong peningkatan
pemahaman dan
penerapan IPTEK tepat
guna

93

2. Menghindarkan
siswa putus
sekolah
3. Terjaganya
1. Mendekatkan
kualitas moral
akses informasi
dan akhlak
nilai-nilai agama
pendidik dan
dan budaya dan
peserta didik
meningkatkan
dari pengaruh
pendidikan
lingkungan yang
karakter serta
negatif;
sekolah
berasrama
(Boarding
School)

4. Meningkatnya
kesiapan SDM
dalam
menghadapi
MEA

1. Meningkatkan
kemampuan
peserta didik
dalam
menggunakan
Bahasa Inggris
dan
meningkatkan
ketahanan
budaya lokal

1. Memberikan bantuan
biaya pendidikan
1. Menyediakan media
informasi yang bernilai
agama dan budaya
Minangkabau pada areal
publik
2. Penyamaan kesempatan
bagi anak berpendidikan
khusus (disable) untuk
menempuh pendidikan
normal
3. Meningkatkan
pendidikan karakter
melalui sekolah
berasrama peserta didik
1. Meningkatkan
penggunaan Bahasa
Inggris di sekolah
2. Menambah koleksi
perpustakaan yang
berbahasa Inggris
1. Meningkatkan pendidikan
kewarganegaraan untuk
membangun
nasionalisme

Karena program Wajib Belajar 9 Tahun sudah selesai, maka mulai pada
periode RPJMD ini akan dimulai secara resmi pelaksanaan wajib belajar 12 tahun
yaitu mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas
(SLTA). Untuk keperluan ini maka peningkatan pembangunan gedung sekolah
lanjutan tingkat atas, baik SMA dan sekolah kejuruan akan diutamakan. Demikian
pula halnya dengan penyediaan fasilitas perpustakaan dan laboratorium untuk
siswa sekolah menengah atas akan mendapat perhatian lebih besar. Tentunya
upaya untuk meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan jangka pendek dan
pendidikan lanjut ke S2 akan semakin ditingkatkan. Hubungan keterkaitan antara
strategi dan arah kebijakan untuk Misi 1 dapat dilihat pada Tabel 6.1 diatas.
6.2. Misi 2: Menjadikan Kota Padang Sebagai Pusat Perdagangan
Wilayah Barat Sumatera
Dari analisis kondisi umum daerah kota Padang menunjukkan bahwa
struktur perekonomian kota Padang lebih banyak didominasi oleh kegiatan
perdagangan dan jasa. Sedangkan kegiatan industri kelihatannya masih belum
begitu berkembang dengan baik sebagaimana terlihat dari kontribusi sektor
industri dalam perekonomian kota. Berdasarkan fakta ini, maka strategi dan arah
kebijakan pembangunan kota Padang adalah pada pengembangan sektor
perdagangan dan jasa. Hal ini sesuai pula dengan misi walikota dan wakil
walikota terpilih yaitu Menjadikan Kota Padang Sebagai Pusat

94

Perdagangan Wilayah Barat Sumatera. Untuk itu sasaran utama dari


kebijakan pembangunan adalah meningkatkan volume perdagangan barang dan
jasa dengan meningkatkan kualitas sarana dan prasarana perdagangan.
Sejalan dengan fungsi dan peranan kota Padang yang tercantum dalam
RTRW Provinsi Sumtera Barat yang menyatakan bahwa kota Padang adalah
salah satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN), maka kota Padang juga
diharapkan mampu menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat
khususnya dan wilayah Barat Sumatera pada umumnya.
Dalam rangka mewujudkan sasaran utama tersebut, maka tujuan
pembangunan untuk mewujudkan misi ini adalah:
1. Terwujudnya Kota Padang sebagai pusat kegiatan perdagangan untuk
wilayah Pantai Barat Sumatera. Pengembangan kegiatan perdagangan ini
terutama diarahkan untuk perdagangan hasil-hasil pertanian dan
perkebunan serta produk-produk usaha kecil dan menengah lainnya.
Dengan cara demikian diharapkan Kota Padang akan berkembang sebagai
pusat pertumbuhan ekonomi untuk wilayah pantai Barat Sumatera.
2. Terwujudnya Kota Padang sebagai Pusat Pertumbuhan ekonomi di wilayah
Sumatera Barat, dengan mengembangkan industri berbasis sumber daya
lokal dan didukung oleh kegiatan perdagangan yang terpusat di kota
Padang maka akan mendorong partumbuhan ekonomi tidak hanya bagi
kota Padang tetapi juga untuk kota dan kabupaten sekitarnya di wilayah
Sumatera Barat.
Untuk dapat mewujudkan Kota Padang sebagai pusat perdagangan
wilayah Sumatera Bagian Barat, maka strategi utama yang diperlukan adalah
meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana yang dapat mendukung
kegiatan perdagangan tersebut. Prasarana dan sarana tersebut antara lain
adalah fasilitas transportasi menuju kawasan perdagangan, fasilitas pasar dan
telekomunikasi. Bila prasarana dan sarana tersebut dapat disediakan dalam
jumlah yang cukup dan kualitas yang baik, maka kegiatan perdagangan akan
dapat ditingkatkan secara optimal.
Selanjutnya, mengingat dewasa ini perekonomian kita sudah berada
dalam era perdagangan bebas (AFTA) dan globalisasi, maka tingkat persaingan
antara sesama pelaku usaha menjadi sangat tajam, maka strategi pembangunan
yang mengarah pada peningkatan kualitas SDM pelaku usaha dan efisiensi serta
daya saing pengusaha tentunya sangat penting dalam peningkatan kegiatan
perdagangan. Dalam rangka ini maka pemerintah kota perlu menjaga tingkat
persaingan yang sehat antara sesama pengusaha dan mencegah terjadinya
kecurangan dan monopoli untuk usaha-usaha tertentu. Disamping keamanan dan
ketertiban pada setiap lokasi pasar perlu pula dijaga agar kenyaman para
pengusaha dan konsumen dalam kegiatan perdagangan akan dapat dijaga
dengan baik.

95

Aktivitas perdagangan dan industri merupakan aktivitas ekonomi yang


saling terkait erat, oleh sebab itu untuk mewujudkan kota Padang sebagai pusat
pertumbuhan maka perlu ditumbuhkembangkan kegiatan produksi yang berbasis
sumberdaya local. Untuk itu kebijakan diarahkan untuk merevitalisasi kawasan
industri Padang Industrial Park (PIP) dan Lingkungan Industri Kecil (LIK) Ulu
Gadut dan dalam rangka mendukung proses industrialisasi Kota Padang, akan
difasilitasi pengembangan Padang Techno Park guna mengembangan inovasi
dalam bidang industri kecil dan menengah.
Tabel 6.2.
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan Pada Misi 2
MISI 2: Menjadikan Kota Padang Sebagai Pusat Perdagangan Wilayah Barat Sumatera
Tujuan
Terwujudnya
Kota Padang
sebagai pusat
kegiatan
perda-gangan
untuk wilayah
Pantai Barat
Sumatera

Sasaran
2. Meningkatnya

volume
transaksi
perdagangan
barang dan
jasa

Strategi
1. Meningkatkan
kualitas sarana dan
prasarana
perdagangan

2. Meningkatkan
Kualitas SDM
Pelaku Usaha
Perdagangan

3. Meningkatkan
effisiensi dan daya
saing kegiatan
perdagangan
barang dan jasa

2. Meningkatnya 1. Mendorong
kontribusi
peningkatan
sektor
aktivitas
perdagangan
perdagangan
dalam
perekonomian
Kota Padang.

Arah kebijakan
1. Peningkatan kualitas
Kualitas sarana dan
prasarana perdagangan
2. Peningkatan Kualitas SDM
dan lembaga Pengelola
Perdagangan
3. Penyediaan dan
Peningkatan fasilitas
pergudangan
1. Pendataan dan penataan
pelaku usaha perdagangan
berdasarkan karakteristik
usaha.
2. Peningkatan Pembinaan dan
pelatihan usaha bagi pelaku
usaha perdagangan
1. Menjaga iklim persaingan
yang kondusif
2. Penguatan regulasi
penjaminan mutu barang
3. Peningkatan keamanan dan
kenyamanan di kawasan
perdagangan
1. Peningkatan skala usaha
perdagangan
2. Penganekaragaman
komoditi perdagangan
3. Peningkatan kuantitas dan
kualitas komoditi
perdagangan
4. Memperluas networking
(jejaring) perdagangan
5. Peningkatan fasilitas
pelayanan usaha (service
bussines)

96

2. Mendorong
Investasi sector
perdagangan

2. Terwujud
nya Kota
Padang
sebagai
Pusat
Pertumbuhan
ekonomi

3. Meningkatnya 1. Pengembangan
kegiatan
kawasan industri
industri
baik skala kecil dan
berbasis
besar;
sumberdaya
lokal
2. Peningkatan
pemanfaatan
bahan baku lokal
4. Meningkatnya 1. Pengembangan
penerapan
kegiatan R & D
iPTEK dan
2. Pengembangan
Inovasi
inovasi dan
penerapan IPTEK

1. Perbaikan iklim investasi


sector perdagangan
2. Standarisasi pelayanan
perizinan investasi
perdagangan.
3. Peningkatan Perlindungan
dan promosi investasi
perdagangan
1. Pengembangan Kawasan
Industri Bahan Bangunan
di LIK Ulu Gadut
2. Pengembangan kawasan
ekonomi khusus
Peningkatan pengembangan
agroindustri, industri
perikanan, dan industri kreatif
Pengembangan SIDA (Sistem
Inovasi Daerah)
Pengembangan Teknopark dan
pusat alih tekhnologi

6.3. Misi 3: Menjadikan Kota Padang sebagai Daerah Tujuan Wisata


yang Nyaman dan Berkesan
Disamping kegiatan perdagangan sebagai dijelaskan terdahulu,
pengembangan pariwisata merupakan kegiatan utama untuk mendorong Kota
Padang sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi untuk wilayah Provinsi Sumatera
Barat. Kegiatan pariwisata ini dapat dijadikan sebagai pendorong pertumbuhan
ekonomi karena kegiatan ini dapat bersinergi dengan beberapa kegiatan terkait
seperti perhotelan, perdagangan, perhubungan dan industri kerajinan rakyat
(industri kreatif). Melalui keterkaitan ini, maka pengembangan pariwisata akan
dapat mewujudkan pengembangan kegiatan ekonomi secara terpadu dan saling
mendukung. Disamping itu, pengembangan pariwisata dapat pula menjadi
kualitas lingkungan hidup karena tidak melibatkan exploitasi sumberdaya alam.
Memperhatikan kondisi geografis dan sosial budaya daerah maka jenis
pariwisata yang akan dikembangkan adalah pariwisata bahari karena Kota
Padang berada dipinggir laut dengan kondisi pasar yang baik dan indah.
Disamping itu, pengembangan wisata alam dan kuliner juga sangat potensial
dikembankan dengan memanfaatkan kondisi alam yang indah serta jenis
makanan spesifik yang beragam. Namun demikian, tentunya pengembangan
wisata tersebut perlu dijaga agar tidak bertentangan dengan agama dan budaya
serta kebiasaan masyarakat setempat.
Tujuan utama yang ingin dicapai disini adalah terwujudnya Kota Padang
sebagai daerah tujuan wisata yang nyaman dan berkesan. Dengan cara demikian
diharapkan jumlah kunjungan dan rata-rata lama tinggal wisata di Kota Padang
akan dapat ditingkatkan. Tujuan akhir adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

97

warga kota melalui peningkatan penyediaan lapangan kerja dan pendapatan di


bidang pariwisata.

98

6.3.1. Strategi untuk Misi 3


Untuk mencapai sasaran yang hendak diwujudkan pada Misi 3, diperlukan
strataegi pembangunan sebagai berikut:
1. Melakukan renovasi dan pengembangan objek-objek wisata Kota Padang
yang sudah ada seperti: pantai Padang, Pantai Pasir Jambak, jembatan Siti
Nurbaya, pantai Bungus dan Pondok Carolina, permandian Lubuk Minturun
dan Taman Hutan Raya Bung Hatta, serta objek wisata lainnya;
2. Meningkatkan kualitas prasarana dan sarana perhubungan menuju objek
wisata Kota Padang yang sudah ada;
3. Meningkatkan jumlah dan kualitas pemandu wisata untuk meningkatkan
pelayanan kepariwisataan;
4. Membangun dan mengembangkan Pusat Informasi Pariwisata ( Touristm
Information Center) Kota Padang yang dilengkapi dengan sistem informasi
yang cukup mamadai;
5. Melakukan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat tentang manfaat
pariwisata untuk pengembangan Kota Padang dan peningkatan
kesejahteraan warga kota.
6.3.2. Arah Kebijakan Misi 3
Untuk dapat mewujudkan strategi pembangunan sebagaimana ditetapkan
di atas, diperlukan beberapa kebijakan pembangunan kota. Kebijakan
pembangunan Kota Padang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan even-even wisata berskala nasional dan internasional,
seperti Tour de Singkarak, pertandingan olah raga, seminar dan lainlainnya guna meningkatkan kunjungan wisata ke Kota Padang;
2. Meningkatkan jumlah dan kualitas infrastruktur kota yang dapat
menunjang kegiatan pariwisata, seperti fasilitas hotel, transportasi,
pemandu wisata dan hal lainnya yang terkait;
3. Membangun sebuah Pusat Informasi Wisata yang dilengkapi dengan
fasilitas teknologi informasi sehingga Kota Padang dikenal luas di dunia
internasional;
4. Melakukan penyuluhan sadar wisata secara berkala kepada masyarakat
tentang manfaat dan pentingnya pariwisata bagi pembangunan Kota
Padang;
5. Mencegah terjadinya berbagai dampak negatif dari kegiatan pariwisata
terhadap agama dan budaya masyarakat.

99

Tabel 6.3
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan Pada Misi 3
Misi 3: Menjadikan Kota Padang sebagai daerah tujuan wisata yang nyaman dan berkesan
Tujuan
1. Mewujudkan
Kota Padang
Sebagai
daerah Tujuan
Wisata Yang
Nyaman dan
Berkesan.

Sasaran
2. Tercapainya

peningkatan
rata-rata lama
tinggal wisata di
Kota Padang;

3. Tercapainya

peningkatan
jumlah
kunjungan
wisata nusantara
dan
mancanegara

Strategi

Arah Kebijakan

1. Meningkatkan
kualitas
akomodasi
penginapan
bertaraf
internasional di
kota Padang
2. Menciptakan
paket-paket
wisata yang
menarik,
kreatif, layak
dan ramah

1. Memberikan kemudahan
dan insentif kepada
pengusaha perhotelan

1. Membangun
kelembagaan
pariwisata Kota
Padang yang
kuat dan
berkualitas

1. Penetapan peraturan
daerah untuk
pengelolaan pariwisata.
2. Pembenahan Pusat
Informasi Wisata
(Tourist
InformationCenter) yang
dilengkapi dengan
fasilitas teknologi
informasi terkini.

2. Mengembangka
n even-even
wisata yang
dapat
meningkatkan
kunjungan
wiisatawan;

1. Peningkatkan even-even
wisata yang berskala
nasional dan
internasional yang dapat
menin gkatkan
kunjungan wisata ke
Kota Padang;
2. Menjalin kemitraan
dengan pelaku
pariwisata.

3. Meningkatkan
jumlah dan
mengembangk
an kualitas
objek wisata
yang menarik

1. Peningkatkan jumlah

1. Menciptakan kondisi
wisata keluarga yang
nyaman dan aman
2. Mendorong kesadaran
masyarakat dalam
menciptakan objek
wisata religius yang
layak dan ramah

dan kualitas infrastruktur


kota yang dapat
menunjang kegiatan
pariwisata

2. Mendorong
pengembangan wisata
konvensi (MICE) yang
layak dan ramah
3. Peningkatan
kemampuan
pariwisata.

pemandu

100

4. Tercapainya
kondisi wisata
nyaman dan
berkesan

2. Terwujudnya
kota Padang
sebagai kota
tujuan wisata
budaya yang
religious

1. Terpelihara
dan lestarinya
nilai budaya,
religius dan
tradisi lokal
yang berada di
kota Padang

1. Peningkatan
Keamanan,
kebersihan
dan ketertiban
(K3) objek
wisata
2. Peningkatan
Sarana &
Prasarana
kepariwisataan
1. Peningkatan
pariwisata
berbasis
kearifan lokal
dan tradisi
seni budaya

2. Pengembanga
n wisata
religius & Kota
Tua

Pemberdayaan masyarakat
untuk sadar wisata

Meningkatkan kualitas
Sarana Prasarana
1. Pengembangan seni
budaya tradisional
dengan sentuhan
modern
2. Reorganisasi sanggar
seni tradisional yang
dikelola secara
professional dan
berkelanjutan.
3. Peningkatan Kota
Padang sebagai tempat
festival seni budaya
ditingkat nasional dan
internasional
1. Pembinaan seni
tradisional bernuasa
religius dan budaya
minangkabau
2.Pelestarian &
Pengembangan Wisata
Kota Tua
3. Pengembangan Wisata
Religi yang terintegrasi

6.4. Misi
4:
Meningkatkan
Kesejahteraan
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan

Masyarakat

dan

Mewujudkan misi meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara


menyeluruh dan pembangunan ekonomi kerakyatan merupakan unsur penting
untuk mendorong peningkatan kemakmuran warga Kota Padang. Kondisi
tersebut dapat diwujudkan melalui pengembangan kegiatan industri,
perdagangan dan jasa serta pariwisata. Agar pengembangan kegiatan tersebut
dapat meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan sekaligus menanggulangi
kemiskinan, maka pengembangan kegiatan ekonomi tersebut terutama diarahkan
pada kegiatan padat karya dan usaha kecil dan menengah yang tidak
memerlukan modal besar. Sejalan dengan hal ini, peningkatan kemampuan
wirausaha masyarakat perlu pula terus dipupuk dan dikembangkan guna
mendorong pengembangan kegiatan usaha masyarakat, khususnya pengusaha
pribumi.

101

Tujuan yang hendak dicapai dalam misi ini adalah:


1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas dan
aktivitas ekonomi masyarakat serta peningkatan pelayanan dasar secara
inklusif;
2. Terwujudnya ekonomi kerakyatan yang tangguh melalui pengembangan
kegiatan ekonomi kerakyatan dibidang industri perdagangan dan jasa.
Sasaran umum yang akan dicapai berdasarkan misi ini adalah:
1. Meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat dengan dorongani produksi
komoditi unggulan di bidang perikanan, peternakan, industri, perdagangan
dan jasa;
2. Mendorong tumbuhnya wirausahawan baru, usaha mikro, kecil dan
menengah guna meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan
peningkatan penyediaan lapangan kerja;
3. Mengurangi secara bertahap persentase tingkat pengangguran dan
kemiskinan warga kota;
4. Meningkatkan kualitas pelayanan dasar khususnya kesehatan bagi
masyarakat guna meningkatkan kualitas SDM dan produktivitas masyarakat
dalam rangka mewujudkan Kota Padang sebagai pusat pelayanan publik
(service centre).
Adapun strategi pembangunan yang akan ditempuh untuk mewujudkan
ekonomi kerakyatan yang tangguh adalah dengan jalan memberikan prioritas
pengembangan kegiatan ekonomi kota pada kegiatan pertanian perkotaan,
perikanan, peternakan, industri kecil dan menengah, perdagangan dan
pariwisata. Strategi pembangunan ini sengaja dipilih sesuai dengan struktur,
permasalahan dan potensi ekonomi Kota Padang. Disamping itu, pengembangan
kegiatan ekonomi tersebut diupayakan untuk tidak akan membawa konskuensi
negatif terhadap kualitas lingkungan hidup, sehingga keberlanjutan
pembangunan di masa mendatang akan tetap terjaga dengan baik.

102

Tabel 6.4
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan Pada Misi 4
MISI 4: Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan;
TUJUAN

SASARAN

2. Meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat

2. Meningkatnya
kualitas
ekonomi
masyarakat

STRATEGI
1. Meningkatkan
ekonomi
masyarakat
berbasis
sumberdaya lokal

ARAH KEBIJAKAN
1. Pemberdayaan dan
peningkatan
penggunaan
sumberdaya lokal (one

village one product)

2. Pemberdayaan dan
peningkatan peran
kelompok usaha
bersama
3. Meningkatkan peran
koperasi dan lembaga
keuangan mikro
2. Meningkatkan
kualitas SDM Pelaku
usaha

1. Meningkat pengetahuan
dan keterampilan SDM
Pelaku Usaha
2. Memfasilitasi akses
informasi usaha,
promosi, kerjasama
usaha dan pemasaran
3. Mendorong terciptanya
wirausaha muda yang
kreatif dan kompetitif

3. Berkurangnya
tingkat
kemiskinan

1. Meningkatkan
pendapatan
masyarakat miskin

1. Peningkatan Program
Bantuan Usaha bagi
masyarakat Miskin
2. Pemberdayaan
Kelompok usaha
Masyarakat Miskin
3. Peningkatan akses
terhadap permodalan,
pemasaran dan
informasi usaha
4. Menumbuhkembangkan
usaha produktif
masyarakat miskin

2. Meningkatkan
kualitas kehidupan
masyarakat miskin

1. Peningkatan Akses
Terhadap Pelayanan
Dasar masyarakat miskin
2. Peningkatan
keterampilan produktif
masyarakat miskin

103

3. Meningkatnya
kualitas
kesehatan
masyarakat

1. Meningkatkan
kualitas pelayanan
masyarakat secara
inklusif

1. Meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
primer secara gratis
2. Meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
masyarakat dengan
meningkatkan status
RSUD dari tipe C
menjadi Tipe B dan
Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD).
3. Meningkatkan partisipasi
aktiv masyarakat dalam
peningkatan kualitas
kesehatan dan
lingkungan

2. Meningkatkan
kualitas dan
pemerataan SDM
kesehatan

1. Pemerataan,
pengembangan dan
pemberdayaan SDM
pelaksana pelayanan
kesehatan
2. Penguatan jaringan
kerjasama dalam
pembangunan kesehatan

3. Terwujudnya

ekonomi
kerakyatan
yang tangguh

3. Meningkatnya
kualitas dan
kuantitas
jaminan sosial
masyarakat
1. Meningkatnya
penyediaan
lapangan kerja
dan usaha

1. Meningkatkan
kualitas dan
kuantitas program
jaminan social
masyarakat
1.Meningkatkan
kemampuan
kewirausahaan

Peningkatan system
penjaminan sosial
masyarakat
1. Meningkatkan peran
lembaga pelatihan
keterampilan dalam
pengembangan
kewirausahaan
2. Mendorong penumbuhan
lapangan usaha berbasis
inovasi dan ekonomi
kreatif

2.Mendorong
peningkatan
investasi

Memfasilitasi
peningkataninvestasi baik
dari dalam maupun luar
negeri dengan memberikan
kemudahan dan insentif

104

3. Meningkatnya
kekuatan
ekonomi
kerakyatan

1. Pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
kawasan pertanian;

1. Meningkatkan
pemberdayaan ekonomi
rakyat dalam rangka
peningkatan ketahanan
pangan dan
kesejahteraan
2. Mengembangkan sistem
dan kelembagaan pasar
produk pertanian
3. Mengembangkan sentra
produksi komoditi
pertanian unggulan
dengan menggunakan
pendekatan wilayah dan
kawasan;
4. Penerapan dan
Pengembangan teknologi
pertanian

2. Pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
kawasan pesisir;

1. Mengembangkan
gerakan pemberdayaan
ekonomi masyarakat
pesisir
2. Mengembangkan blue
economy (ekonomi biru)
3. Mengembangkan
kawasan minapolitan

3. Mengembangkan
usaha kecil dan
menengah serta
usaha padat karya

1. Meningkatkan daya saing


UMKM
2. Meningkatkan penerapan
teknologi dalam berbagai
aneka usaha
3. Pembangunan dan
pengembangan sentra
ekonomi usaha mikro,
kecil dan menengah
4. Mengembangkan
jaringan kerjasama
usaha dalam dan luar
wilayah

6.5. Misi 5: Menciptakan Kota Padang Yang Aman, Bersih, Tertib,


Bersahabat dan Menghargai Kearifan Lokal;
Pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan
merupakan isu yang tidak kalah pentingnya dalam upaya mewujudkan
masyarakat kota yang sejahtera dalam jangka panjang. Kualitas lingkungan
hidup yang baik dan menyenangkan akan dapat diwujudkan melalui pencegahan
polusi udara, pengotoran air, mengupayakan lingkungan yang bersih dan segar,
serta menerapkan rencana tata-ruang secara konseken. Termasuk dalam hal ini
adalah pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan yang dapat diupayakan

105

dengan memelihara kawasan hutan lindung, mencegah eksploitasi sumberdaya


alam secara berlebihan, memelihara cadangan air, memelihara biota laut dan
meningkatkan konservasi alam serta reboisasi hutan secara teratur dan terus
menerus.
Tujuan yang hendak dicapai dalam misi ini adalah terwujudnya perbaikan
kualitas lingkungan hidup Kota Padang melalui penanggulangan resiko bencana,
baik gempa, tsunami, banjir dan longsor dan pengelolaan lingkungan hidup yang
baik. Disamping itu, perlu pula peningkatan penyediaan prasarana dan sarana
yang diperlukan untuk menantisipasi dampak negatif dari terjadinya bencana
alam. Sejalan dengan hal tersebut, akan ditingkatkan pula kesiapsiagaan seluruh
warga kota dalam menghadapi dan menanggulangi bencana alam melalui
kegiatan penyuluhan dan pelatihan secara berkala.
6.5.1. Strategi untuk Misi 5
Untuk mencapai sasaran dalam mewuiudkan Misi 5, ditempuh beberapa
strategi pokok sebagai berikut:
1. Menyediakan informasi yang rinci dan jelastentang wilayah rawan bencana,
meningkatan sarana prasarana penanggulangan bencana, peningkatan
kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana, meningkatkan
kesadaran warga kota dalam pelestarian lingkungan hidup, meningkatkan
konservasi, rehabilitasi, dan pemulihan ekosistem, dan menurunkan tingkat
polusi udara dan air dalam kota;
2. Meningkatkan penyediaan prasarana dan saran untuk penanggulangan
kemungkinan bencana alam;
3. Meningkatnya kesiapsiagaan fisik dan mental masyarakat
penanggulangan bencana dan pelestarian lingkungan hidup;

dalam

4. Meningkatnya konservasi, rehabilitasi, dan pemulihan ekosistem serta


penanggulangan polusi udara dan air.
6.5.2. Arah Kebijakan untuk Misi 5
Untuk melaksanakan strategi pembangunan tersebut di atas, maka arah
kebijakan yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan beberbagai bentuk peta dan informasi kongkrit tentang
wilayah rawan bencana dalam kawasan Kota Padang;
2. Meningkatkan penyediaan sarana prasarana evakuasi dan penyelamatan
bencana pada lokasi-lokasi rawan bencana;
3. Melaksanakan penyuluhan dan sosialisasi kepada segenap warga kota
tentang kesiagaan dan tata-cara dalam menghadapi bencana;
4. Melaksanakan rehabilitasi dan rekonstruksi akibat terjadi bencana yang
terjadi sebelumnya;
5. Melaksanakan penyuluhan dan sosialisasi pelestarian lingkungan hidup,
mengembangkan konservasi sumberdaya alam;

106

6. Mengendalikan pencemaran udara dan air serta dan perusakan lingkungan


hidup wilayah Kota Padang;
7. Mengamankan hutan dari illegal logging, mengamankan laut dari ilegal
fishing, serta mengelola dan merehabilitasi ekosistem pesisir dan laut.
Matriks hubungan antara strategi dan arah kebijakan pembangunan Kota
Padang untuk Misi 5 dapat dilihat pada Tabel 6.5.
Tabel 6.5.
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan Pada Misi 5
Misi 5: Menciptakan Kota Padang yang Aman, Bersih, Tertib, Bersahabat dan Menghargai
Kearifan Lokal
Tujuan
1. Mewujudkan
Kota Padang
yang aman dan
tanggap
bencana

Sasaran
1.Tersedianya
Informasi Tentang
Daerah Rawan
Bencana

1. Meningkatkan
kerjasama dengan
lembaga penelitian
2. Meningkatkan Peran
lembaga/skpd terkait

2. Tercapainya

1. Meningkatkan
kerjasama dalam
penyediaan sarana
prasarana
penanggulangan
bencana
2. Meningkatkan Kualitas
dan Kuantitas sarana
dan prasarana
penanggulangan
bencana

peningkatan sarana
prasana
penanggulangan
bencana

3. Tercapainya

2. Mewujudkan
lingkungan
hidup kota
yang
berkualitas

Strategi

peningkatan
kesiapsiagaan
warga kota
mengantisipasi
penanggulangan
bencana
1. Tercapainya
peningkatan
kualitas
lingkungan hidup
2. Tercapainya

peningkatan
konservasi,
rehabilitasi, dan
pemulihan
ekosistem

Peningkatkan
pemahaman dan
kesadaran masyarakat
tentang antisipasi
bencana
Meningkatkan
kesadaran masyarakat
dalam menjaga
kualitas lingkungan
hidup
Intensifikasi
pengawasan thd
pelaksanaan
peraturan lingkungan
hidup dalam
konservasi ekosistem

Arah Kebijakan
Menyediakan peta dan
informasi wilayah
resiko bencana
Peningkatan
Profesionalitas
Aparatur Lembaga/
SKPD terkait
1. Meningkatkan sarana
prasarana evakuasi
bencana

2. Meningkatkan Sarana
dan Prasarana SKPD
terkait dan menjalin
kerjasama dengan
Kab/Kota dan instansi
lainnya.
Peningkatan
penyediaan shelter
untuk kesiap siagaan
bencana

Melaksanakan
penyuluhan dan
sosialisasi
kesiapsiagaan
bencana
1. Meningkatkan Jumlah
dan Kualitas
2. Informasi lingkungan
hidup

107

3. Tercapainya
penurunan
tingkat
pencemaran
udara dan air
3 Mewujudkan
Infrastruktur
yang ramah
dan aman

1 Terwujudnya
Tatakelola
Sumber Daya Air
dan Drainase
Perkotaan yang
berkualitas
2. Tersedianya
infrastruktur jalan
raya yang aman

3. Tersedianya
sarana dan
prasarana
pemukiman yang
berkualitas

Intensifikasi
pengawasan terhadap
pelaksanaan
peraturan pengelolaan
pencemaran udara
dan air
Peningkatan
pengelolaan sungai,
jaringanirigasi dan
drainase

Peningkatan dan
Penyediaan Sarana
jalan

1. Peningkatan sarana
dan prasarana
lingkungan
pemukiman

Peningkatan Sarana
Prasarana
Pengawasan&
Pengendalian
Pencemaran
Lingkungan.
1. Meningkatkan Kualitas
sungai dan SDA
lainnya
2. Meningkatkan Fungsi
irigasi dan drainase
serta antisipasi banjir
dan genangan
Meningkatkan
pembangunan dan
perbaikan jalan dan
jembatan serta trotoar
1. Meningkatkan
penyediaan dan
perbaikan penerangan
jalan umum dan
lingkungan
2. Meningkatkan

penyediaan jalan aspal


dan betonisasi serta
drainase lingkungan
pemukiman

4. Mewujudnya
Kota Padang
yang bersih
dan indah.

1. Terciptanya
peningkatan
system
pengelolaan
persampahan

2. Terciptanya
peningkatan
kualitas dan
kuantitas Ruang
Terbuka Hijau,
Hutan Kota,
Taman Kota dan
TPU.

2. Peningkatan mutu
dan cakupan layanan
airbersih bagi
masyarakat.
Meningkatkan kualitas
pengelolaan sampah.

1. Meningkatkan
pengelolaan dan
pembangunan Taman
Kota, RTH dan TPU

3. Meningkatkan sarana
sanitasi pemukiman.
Meningkatkan
penyediaaan cakupan
layanan dan kwalitas
air bersih.
1. Peningkatan peran
Lembaga Pengelola
Sampah (LPS) di
masyarakat.
2. Meningkatkan sarana
dan prasarana
pengelolaan sampah
dan limbah
1. Meningkatkan kualitas
SDM pengelola taman
kota, RTH dan TPU
2. Meningkatkan Sarana
& Prasarana taman
kota, RTH dan TPU
3. Menyediakan bibit
pohon pelindung dan
tanaman hias untuk
masyarakat.

108

2. Meningkatkan
pengelolaan dan
pembangunan
Hutan Kota
5. Mewujudkan
transportasi
perkotaan
yang lancar,
aman, nyaman
dan murah.

1. Tersedianya
pelayanan jasa
angkutan kota
yang cukup dan
lancar ke seluruh
wilayah kota.

Peningkatan Sarana &


Prasarana serta
pelayanan angkutan
Umum

1. Meningkatkan kualitas
SDM pengelola taman
kota, RTH dan TPU
2. Meningkatkan Sarana
& Prasarana taman
kota, RTH dan TPU

1. Menyediakan
angkutan umum
masal

2. Menyediakan
regulasi yang tegas
dalam pengelolaan
angkutan umum
masal.

3.Menyediakan terminal,
sarana dan prasarana
angkutan umum
2. Terciptanya
peningkatan
keamanan dan
keselamatan lalu
lintas.
6. Mewujudkan
penataan
ruang,
bangunan dan
perumahan
yang serasi,
selaras dan
seimbang

7. Mewujudkan
penyediaan
lahan untuk
kebutuhan
pembanguna
n kota yang
berkeadilan

1. Terlaksananya
penataan
bangunan dan
perumahan
sesuai dengan
Rencana Tata
Ruang Kota

1. Tersedianya
lahan untuk
kebutuhan
pembangunan
Kota yang sesuai
peruntukannya.

Peningkatan sarana
dan prasarana lalu
lintas.

1. Meningkatkan
pengawasan dan
pengendalian
bangunan dan
perumahan.

2. Mendorong
peningkatan jumlah
rumah layak huni
3. Menjaga bentuk
arsitektur bangunan
cagar
budaya/bersejarah
Menyediaan dan
membebasan lahan
untuk pembangunan
kota yang responsive,
adil dan tidak
merugikan pemilik
lahan.

1. Menyediakan dan
memelihara prasarana
lalu lintas.
2. Peningkatan
Kesadaran Berlalu
Lintas
1. Melakukan penataan
bangunan gedung
2. Melakukan penataan
Perumahan dan
lingkungan
pemukiman beserta
sarana dan prasarana
pendukungnya.
3. Meningkatan
pelayanan dalam
pengurusan IMB.
Melakukan rehabilitasi
1000 unit rumah tidak
layak huni pertahun
Meningkatkan
pengendalian bangunan
cagar budaya dan
bersejarah
Penyediaan lahan untuk
pembangunan kota yang
mengacu kepada aturan
yang berlaku.

109

6.6. Misi 6: Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, Bersih


dan Melayani.
Tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan melayani tidak terlepas
dari peran pemerintah mewujudkan good governance, yang menuntut agar
aparatur pemerintah melayani masyarakat. Bila sebelumnya ada pandangan
bahwa aparatur pemerintah diidentikkan dengan pemilikan kekuasaan, maka
pandangan itu telah berubah menjadi kewenangan aparatur pemerintah untuk
melakukan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat. Perubahan pandangan ini
sudah disadari aparatur karena pada akhirnya kompentensi aparatur yang
tercermin dalam sikap dan prilakunya yang akan menentukan keberhasilan
penyelenggaraan pemerintahan dalam pembangunan. Ciri good governance
(kepemerintahan yang baik) dilakukan melalui demokratisasi, desentralisasi,
keterbukaan, transparansi, akuntabilitas, profesionalitas, pelayanan prima,
efisiensi dan efektifitas dan supremasi hukum dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Selain itu good governance juga mempersyaratkan adanya
hubungan yang sinergis dan konstruktif antara pemerintah, swasta dan
masyarakat dengan menganut prinsip-prinsip partisipasi, supremasi hukum, dan
cepat tanggap. Pemerintahan sendiri dapat diterjemahkan menjadi badan
memerintah,
menguasai,
mengurusi,
mengarahkan,
membina,
menyelenggarakan dan mengelola.
Misi ke enam yang telah ditetapkan oleh Walikota dan Wakil Walikota
terpilih tahun 2014-2019 ini, telah memenuhi kriteria good governance. Misi ke
enam yaitu mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan
melayani bila diuraikan satu persatu, maka akan didapatkan kata kunci yaitu
baik, bersih dan melayani. Kata kunci baik selaras prinsip good governance
yaitu sesuai keinginan rakyat yang tercermin dari jumlah suara hasil pemilihan
(legitimasi) dan pemerintahan yang efektif yang akan dapat menyelenggarakan
tugas-tugas kepemerintahan, atau dengan kata lain diberlakukannya prinsipprinsip demokratisasi, desentralisasi, keterbukaan, akuntabilitas, profesionalitas,
efisiensi dan efektifitas dan supremasi hukum dalam penyelenggaraan
pemerintahan. Selain itu dapat juga ditambahkan bahwa good governance
berarti juga mengkoordinasikan sektor-sektor pembangunan secara baik atas
dasar profesionalitas dan etos kerja. Sedangkan kata kunci bersih juga selaras
dengan prinsip untuk menghindarkan tindakan KKN (Korupsi Kolusi dan
Nepotisme) baik secara keputusan politik maupun administrasi, disiplin
menjalankan anggaran dan terciptanya legal and political framework bagi
tumbuhnya wiraswasta dan menghindarkan salah alokasi anggaran. Ciri good
governance (kepemerintahan yang baik) terkait dengan kata kunci bersih yang
dilakukan melalui keterbukaan, transparansi, akuntabilitas, efisiensi dan
efektifitas dan supremasi hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan
landasan moral yang tinggi. Terakhir, kata kunci melayani tercermin dalam
prinsip good governance (kepemerintahan yang baik) dilakukan melalui
desentralisasi, keterbukaan, profesionalitas, pelayanan prima, efisiensi dan

110

efektifitas dan supremasi hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dengan


demikian misi ke enam ini telah mampu mengoperasionalkan semua prinsipprinsip good governance.
Untuk mewujudkan misi enam ini, langkah selanjutnya adalah
menurunkan misi ke enam tersebut menjadi tujuan-tujuan yang semakin
terperinci sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Atas dasar itu, maka tujuan
yang ingin dicapai dirumuskan sebanyak 3 yaitu:
1.

Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik


Untuk dapat mencapai tujuan ini maka dirumuskan dua sasaran
pembangunan yaitu meningkatnya kualitas perencanaan pembangunan,
pengelolaan data dan implementasinya. Sasaran yang pertama ini
dilatarbelakangi oleh adanya aturan tentang pengaturan pegawai sipil
daerah yaitu Undang-Undang nomor 5 tahun 2014tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang pada intinya menyatakan bahwa Aparatur Sipil Negara
terdiri dari (a). PNS (Pegawai Negeri Sipil) adalah warga negara Indonesia
yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap
oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan
dan (b). PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) adalah warga
negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat
berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan. Dengan pemberlakuan aturan ini
membawa konsekwensi terhadap perbedaan ASN yang meliputi tugas, hak
dan kewajiban, peran, jabatannya. Jabatan ASN yang ada meliputi
adminsitrasi, fungsional dan pimpinan tinggi. Jabatan administrasi meliputi
jabatan adminsitrator, jabatan pengawas, dan jabatan pelaksana. Jabatan
Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan
fungsional keterampilan. Jabatan Administrasi adalah sekelompok jabatan
yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan pelayanan publik serta
administrasi pemerintahan dan pembangunan. Jabatan Fungsional adalah
sekelompok jabatan yang berisi fungsi dan tugas berkaitan dengan
pelayanan fungsional yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan
tertentu. Jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas: (a). jabatan pimpinan tinggi
utama; (b). jabatan pimpinan tinggi madya; dan (c). jabatan pimpinan tinggi
pratama. Jabatan Pimpinan Tinggi adalah sekelompok jabatan tinggi pada
instansi pemerintah.
Pemberlakuan Undang-Undang nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN) ini menuntut peningkatan kompetensi aparatur, maka untuk
mengantisipasinya pada misi enam pada tujuan satu dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Padang tahun 2014-2019 ini
ditetapkan dua sasaran yaitu: (a). meningkatnya kualitas perencanaan
pembangunan daerah, pengolah data, dan implementasinya. Untuk
mewujudkan sasaran tersebut, maka strategi yang disusun adalah

111

meningkatkan jumlah dan mutu aparatur perencana yang berkualitas dan


akuntabel. Sasaran itu dapat dicapai apabila kebijakan diarahkan kepada:
(1). Meningkatkan jabatan fungsional perencana, (2) meningkatkan
pemanfaatan teknologi dan informasi dalam perencanaan, dan pelaksanaan
pembangunan daerah, (3). Mengembangkan data dan statistik
pembangunan daerah, (4). Membuka layanan jaringan media partisipasi dan
pengaduan publik dalam perencanaan pembangunan daerah.
Sasaran kedua yaitu meningkatnya akuntabilitas kinerja birokrasi .
Memantapkan sasaran kedua ini, maka direncanakan dua strategi yaitu (a)
meningkatkan kinerja pelaksanaan pembangunan, keuangan daerah dan
pengelolaan
aset,
dan
(b)
meningkatkan
kinerja pengawasan
penyelenggaraan pemerintah.
Strategi pertama ini akan dapat dicapai apabila kebijakan diarahkan pada:
(1) penataan struktur organisasi yang proporsional yaitu beban kerja yang
sesuai dengan TUPOKSI, (2) memaksimalkan pelaksanaan analisis jabatan
dan evaluasinya, (3) penerapan SOP di lingkup SKPD, (4). Meningkatkan
kualitas pelayanan administrasi kepegawaian yang transparan, cepat dan
tepat, (5) menyediakan anggaran untuk tunjangan daerah bagi PNSD. Arah
kebijakan ini selaras dengan program unggulan yang ke sepuluh yang
ditawarkan oleh walikota dan wakil walikota terpilih Kota padang priode
2014-2019, (6) peningkatan pengetahuan dan keterampilan aparatur
berbasis kompetensi, (7). Meningkatkan pelayanan, pengelolaan, pelaporan
keuangan daerah dan aset, (8) mempertahankan opini BPK: WTP, (9)
meningkatkan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah)
sesuai dengan kebijakan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara, dan
(10). Meningkatkan EKPPD (Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah) sesuai kebijakan Kementerian Dalam Negeri.
Strategi kedua yaitu meningkatnya kinerja pengawasan penyelenggara
pemerintah daerah dapat ditempuh bila kebijakan diarahkan dengan
meningkatkan pengelolaan, pengawasan penyelenggaraan pemerintah
daerah.
2.

Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih


Untuk dapat mencapai tujuan ini, maka penting diketahui bahwa
pemerintahan yang bersih (clean government) terutama bersih dari korupsi,
kolusi dan nepotisme serta permasalahan lain yang terkait dengan
pemerintahan. Ada anggapan yang kuat bahwa mendahulukan clean
government adalah lebih baik dari pada good government dengan
argumentasi bahwa untuk menciptakan pemerintahan yang baik ( good
government) dalam diri birokrat itu terlebih dahulu harus ada komitmen
bersih (clean). Apabila hal yang demikian tidak dilakukan, maka
pemerintahan yang baik akan bernilai rendah atau malah tidak akan berhasil.

112

Atas dasar itulah maka untuk dapat menjadikan pemerintahan yang baik
haruslah terlebih dahulu clean government.
Tujuan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dapat dicapai
dengan menetapkan sasaran yaitu berkurangnya praktik KKN. Sasaran itu
kemudian diturunkan lagi menjadi dua strategi yaitu meningkatnya angka
indeks persepsi anti korupsi dan menerapkan sistem pengawasan internal.
Untuk dapat mencapai strategi satu ini maka kebijakan diarahkan pada dua
hal yaitu: penerapan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
(PMPRB) dan implementasi Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi
(RADPK). Sedangkan untuk mencapai strategi dua menerapkan sistem
pengawasan internal, maka kebijakan diarahkan pafa penerapan SPIP
(Sistem Pengawasan Internal Pemerintah) di seluruh SKPD.
3.

Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang melayani


Untuk dapat mewujudkan tujuan ketiga ini perlu dipahami bahwa ada
tuntutan yang kuat agar peranan pemerintah semakin dikurangi sedangkan
peran masyarakat termasuk lembaga dunia usaha dan LSM semakin
ditingkatkan dan terbuka aksesnya. Tuntutan itu semakin kuat seiring
dengan terjadi reformasi di Indonesia yang dimulai tahun 1998 yang lalu.
Pelayanan lebih baik dan memuaskan publik menjadi suatu kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh aparatur pemerintahan. Untuk itu dibutuhkan langkahlangkah baik berupa sasaran, strategi maupun arah kebijakan yang semakin
terarah dengan melakukan beberapa perubahan dan perbaikan kelembagaan
dan tata kelola; kualitas sumber daya manusia dan penerapan e
government. Dengan demikian akan tercapai pemerintahan yang dapat
menjamin kepentingan pelayanan publik secara seimbang dengan
melibatkan kerjasama antar semua pemangku kepentingan (pemerintah,
masyarakat dan pihak swasta). Semua pemangku kepentingan itu harus
menjadi bagian sejajar yang saling mengetahui siapa mengerjakan apa dan
membuka ruang bagi dialog untuk saling memahami perbedaan yang ada.
Hal ini akan dapat menimbulkan sinergisitas dalam pelaksanaan program
tata kelola pemerintahan yang melayani. Masing-masing pemangku
kepentingan itu memiliki karakteristik tersendiri sehingga ketiganya tidak
akan mampu berdiri dan berkembang sendiri-sendiri.
Sekaitan dengan itu, maka untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang melayani, maka perlu peningkatan pelayanan publik melalui reformasi
birokrasi, yaitu membangun transparansi atas semua informasi yang bebas,
dimana seluruh proses pemerintahan dan informasinya dapat diakses oleh
semua pihak. Diperlukan media komunikasi yang menjamin kelancaran
informasi antar semua pihak yang seiring dengan tuntutan terhadap
aparatur pemerintahan dalam berbentuk peningkatan kinerja sehingga akan
dapat terwujud pelayanan prima kepada masyarakat. Beberapa perubahan
ke arah yang lebih baik perlu dilakukan diantaranya mempercepat proses
kerja, modernisasi administrasi birokrasi melalui e government dengan

113

memanfaatkan teknologi informasi, yang dipercepat dengan keberadaan


internet, sehingga terjadi peningkatan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat, dan mempererat interaksi kalangan bisnis.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dirangkumlah dalam suatu tabel
yang menggambarkan perwujudan misi ke enam menjadi tujuan, sasaran,
strategi dan arah kebijakan.
Tabel 6.6
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan Pada Misi 6
Misi 6: Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik, Bersih Dan Melayani
Tujuan

Sasaran

1. Mewujudkan
Tata Kelola
Pemerintahan
yang baik

1. Meningkatnya
Perencanaan
Pembangunan
daerah dan
Pengelolaan Data

2.Meningkatnya
Akuntabilitas
Kinerja Birokrasi

Strategi

Arah Kebijakan

Mewujudkan
1. Meningkatkan
Perencanaan
Pemanfaatan Teknologi
Pembangunan daerah
dan Informasi dalam
yang berkualitas dan
Perencanaan, dan
akuntabel
pelaksanaan
Pembangunan daerah
2. Mengembangkan data
dan statistik
pembangunan daerah
3. Membuka layanan
jaringan media
partisipasi dan
pengaduan publik dalam
perencanaan
pembangunan daerah
4. Meningkatkan jabatan
fungsional perencana
1. Meningkatkan
1. Penataan Struktur
kinerja pelaksanaan
organisasi yang
pembangunan,
proporsional (beban
keuangan daerah
kerja sesuai dengan
dan pengelolaan
tupoksi)
aset
2. Mengoptimalkan
pelaksanaan analisis
jabatan dan evaluasi
jabatan
3. Penerapan SOP
dilingkup SKPD
4. Meningkatkan kualitas
pelayanan administrasi
kepegawaian yang
transparan, cepat dan
tepat
5. Menyediakan anggaran
untuk tunjangan daerah
bagi PNS
6. Peningkatan
pengetahuan dan
keterampilan aparatur
berbasis kompetensi

114

3.

2.Mewujudkan
Tata Kelola
Pemerintahan
yang bersih

Menekan
tindak
Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme
(KKN)
dilingkungan
birokrasi

3. Mewujudkan
Tata Kelola
pemerintahan
yang melayani

Terwujudnya
pelayanan publik
yang berkualitas
(prima)

7. Meningkatkan
pelayanan, pengelolaan
& pelaporan keuangan
daerah serta aset
8. Mempertahankan Opini
BPK: WTP
9. Meningkatkan kualitas
LAKIP
10. Meningkatkan EKPPD
2. Meningkatkan kinerja
Peningkatan pengelolaan
pengawasan
pengawasan
penyelenggaraan
penyelenggaraan
pemerintah
pemerintah daerah
1. Meningkatkan angka
1. Penilaian Mandiri
indeks persepsi anti
Pelaksanaan Reformasi
korupsi
Birokrasi (PMPRB)
2. Implementasi Rencana
Aksi Daerah
Pemberantasan Korupsi
(RADPPK)
2. Menerapkan sistem
Penerapan SPIP (Sistem
pengawasan internal
Pengawasan Internal
Pemerintah) di SKPD
1. Meningkatnya kualitas 1.Mengoptimalkan
pelayanan publik
pelayanan terpadu satu
melalui reformasi
pintu (BPMP2T/ PTSP)
birokrasi dan
menggunakan sistem
penerapan eonline
governance
2.Penetapan dan
penerapan SPM dan SPP
dalam penyelenggaraan
pelayanan publik
3.Peningkatan pelayanan
administrasi
kependudukan
4.Peningkatan pelayanan
pengadaan barang dan
jasa secara elektronik
2. Desentralisasi urusan
1.Pelaksanaan
pemerintahan daerah
pelimpahan
kewenangan SKPD ke
Kecamatan/Kelurahan
2.Meningkatkan dana
operasional kecamatan,
kelurahan
3. Peningkatan
1.Peningkatan peran Tim
pelayanan informasi
PPID (Pejabat Pengelola
dan komunikasi
Informasi Daerah)
2.Meningkatkan
keterbukaan informasi
dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah
3.Mengembangkan
teknologi informasi dan
aplikasi teknologi

115

4. Peningkatan
pelayanan
pengendalian dan
penanggulangan
bencana

5. Peningkatan kualitas
dan kuantitas sarana
dan prasarana
pelayanan kesehatan

6. Peningkatan kualitas
dan kuantitas sarana
prasarana pengum
pulan pajak dan
retribusi
7. Peningkatan kualitas
dan kuantitas sarana
dan prasarana
pelayanan

8. Penyerahan uang
santunan kematian
bagi keluarga yang
meninggal

1.Meningkatkan cakupan
pelayanan pengendalian
dan penanggulangan
bencana
2.Meningkatkan peran
serta masyarakat dalam
kesiapsiagaan
pengendaliandanpenang
gulangan bencana
1.Memberikan pelayanan
kesehatan gratis di
puskesmas/RSUD
2.Memberikan pelayanan
ambulan gratis bagi
warga miskin
3.Melakukan penataan,
pembangunan sarana
dan prasarana
kesehatan sebagai
pelayanan publik prima
Melakukan penataan,
pembangunan sarana dan
prasarana pengumpulan
pajak dan retribusi
sebagai pelayanan publik
prima
1. Peningkatan
operasional RW, RT
200% (program 6)
2. Peningkatan
kesejahteraaan Guru
TPA/ TPQ menjadi
200%serta
3. Penciptaan layanan
keluhan peserta didik
dan pemangku
kepentingan lainnya
terhadap pendidikan
sebagai pelayanan
publik prima
Memberikan santunan
kematian sebanyakRp
1.000.000 untuk warga
Kota Padang

116

BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Kebijakan umum pembangunan daerah yang ditetapkan dalam RPJMD


Kota Padang periode 2014-2019 didasarkan pada analisis tentang tujuan,
sasaran dan strategi sebagaimana sudah diuraikan terdahulu pada Bab VI
terdahulu. Pembahasan juga dilakukan sesuai dengan masing-masing misi
pembangunan yang ditetapkan oleh kepala daerah. Sedangkan program
pembangunan daerah yang akan dilakukan ditetapkan untuk melaksanakan
masing-masing kebijakan pembangunan daerah yang sudah ditetapkan. Dalam
hal ini program pembangunan daerah yang ditetapkan diupayakan secara lebih
kongkrit sehingga memudahkan penyusunan anggaran dan pelaksanaan
dilapangan nantinya.
Untuk dapat menentukan seberapa jauh program pembangunan daerah
tersebut dapat mewujudkan kebijakan umum yang telah ditetapkan, perlu
ditetapkan indikator serta target kinerja yang dapat dihasil dari pelaksanaan
masing-masing program pembangunan yang sudah ditetapkan baik pada awal
maupun akhir dari periode perencanaan. Indikator dan target kinerja yang
dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan secara kongkrit dari pelaksanaan
program pembangunan daerah tersebut pada dasarnya adalah hasil ( outcome)
yang dapat diberikan untuk masyarakat secara umum. Hal ini perlu dilakukan
untuk menjamin kesesuaian antara hasil dari pelaksanaan program dengan
sasaran pembangunan daerah yang diharapkan.

7.1. Kebijakan
Umum
Melaksanakan Misi 1

dan

Program

Pembangunan

untuk

Kebijakan umum dalam hal mewujudkan pendidikan yang berkualitas


untuk menghasilkan SDM yang beriman, kreatif dan berdaya saing, maka
sasarannya meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan yang mendorong
tumbuhnya sekolah kejuruan (vokasional), terjaganya kualitas moral dan ahklak
pendidik, peserta didik dari pengaruh lingkungan yang negatif dan meningkatnya
kesiapan SDM dalam menghadapi MEA (Masyarakat Ekononomi Asean) bagi
masyarakat Kota Padang. Disamping itu tenaga pendidik yang selalu memberikan
dan mensosialisasikan pada peserta didik yang ramah lingkungan, baik
berperilaku menjaga ramah lingkungan berupa pembuangan sampah pada
tempatnya, selalu menjaga hemat enegi, air dan sebagainya.
Agar tercapai hal tersebut, maka menerapkan kaidah good governance
pada penyelenggaraan urusan pendidikan, dasar, menengah dan perguruan
tinggi. Rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan prasarana pendidikan yang

117

belum memadai. Meningkatkan kapasitas penyelenggara urusan pendidikan dan


menerapkan kebijakan pendidikan yang menyeluruh, terpadu dan merupakan
solusi terhadap masalah kota. Mengintegrasikan fungsi regulasi pendidikan dasar
dan menengah dan meningkatkan mutu lulusan pendidikan dasar dan
menengah. Memberikan perhatian khusus untuk pembiayaan penyelenggaraan
operasional SMK rujukan dan SMA rujukan dan agar lulusan semakin berkualitas
dan mampu menciptakan lulusan yang berjiwa kewirausahaan serta mampu
berbahasa inggris. Meminimalkan angka drop-out pendidikan dasar dan
menengah, menjamin akses keluarga miskin terhadap layanan pendidikan dasar
dan menengah. Mengurangi kesenjangan pelayanan pendidikan dengan daerah
pinggiran kota, dan memfasilitasi penataan infrastruktur di kawasan pendidikan
dalam rangka meningkatkan daya saing kota serta memenuhi Standar Pelayanan
Minimum (SPM) urusan wajib pendidikan.

118

Tabel 7.1.
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah untuk Misi 1
Mewujudkan Pendidikan yang Berkualitas untuk Menghasilkan SDM yang Beriman, Kreatif dan Berdaya Saing
No

Sasaran

Strategi dan
Arah Kebijakan

(1)

(2)

(3)

1.

Terwujudnya
peningkatan kualitas
pendidikan

1. Meningkatkan kualitas
dan kompetensi peserta
didik dengan arah
kebijakan; Peningkatan
mutu lulusan pendidikan

2. Meningkatkan kualitas
dan kompetensi tenaga
pendidik dan tenaga
kependidikan serta kualitas
intitusi dengan arah
kebijakan:
a. Peningkatan pendidikan
tenaga pendidik dan
kependidikan
b. Memperbaiki akreditasi
institusi dan program
studi
c. Meningkatkan tata kelola
pendidikan yang
berkualitas

Indikator Kinerja

(output / outcome)
(4)
Jumlah penduduk usia
sekolah yang bersekolah

Target Kinerja
Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(5)

(6)

Program
Pembangunan

Bidang
Urusan

SKPD
Penanggung
Jawab

(7)

(8)

(9)

136.090 197.000 Program Wajib Belajar


Pendidikan 12 Tahun

Persentase tamatan SMA


diterima di perguruan tinggi

60%

85%

Persentase tamatan SMK


diterima pada DU/DI

30%

55%

Persentase tenaga pendidik


dan kependidikan yang
memenuhi standar
kualifikasi dan kompetensi

20%

75%

Persentase pendidikan non


formal terakreditasi

75%

93%

Pendidikan Dinas Pendidikan

Program Peningkatan
Mutu Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan

Pendidikan Dinas Pendidikan

Program Pendidikan
Non Formal

Pendidikan Dinas Pendidikan

Program Manajemen
Pelayanan Pendidikan

Pendidikan Dinas Pendidikan

119

No

Sasaran

Strategi dan
Arah Kebijakan

(1)

(2)

(3)

Indikator Kinerja

(output / outcome)
(4)

Target Kinerja
Kondisi Kondisi
Awal
Akhir

Program
Pembangunan

Bidang
Urusan

SKPD
Penanggung
Jawab

(7)

(8)

(9)

(5)

(6)

3. Meningkatkan kualitas
Persentase sekolah yang
sarana dan prasarana
memiliki sarana prasarana
pendidikan dengan arah
yang memadai
kebijakan:
a. Meningkatkan kualitas
gedung, laboratorium,
perpustakaan dan
sarana ibadah sekolah
serta lingkungan sekolah
b. Mengembangkan
jaringan kerjasama
dengan stakeholders
c. Mengembangkan dan
mengupdate kurikulum
sekolah

100%

100%

4. Memantapkan
pelaksanaan Wajib Belajar
12 Tahun untuk warga
Kota Padang dengan arah
kebijakan:
a. Pengembangan Sekolah
Gratis untuk Wajar 12
Tahun
b. Meningkatkan budaya
baca tulis masyarakat
c. Meningkatkan pelayanan
pendidikan mengacu
kepada standar
pendidikan nasional

109,2
93,18
86,45

102,01
112,15
98,03

Program Wajib Belajar


Pendidikan Dasar 12
Tahun

Pendidikan Dinas Pendidikan

46

60

Program Manajemen
Pelayanan Pendidikan

Pendidikan Dinas Pendidikan

0
0
1
0

2
1
2
1

Program Pelayanan
Administrasi
Perkantoran

Pendidikan Dinas Pendidikan

56

75

APK-SD
APK-SLTP
APK-SLTA
Jumlah sekolah kejuruan
negeri dan swasta
Jumlah SMK:
Teknik,
Boga,
Bisnis,
Seni
Jumlah SMA/ SMK/ MA
bersertifikat ISO

Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Aparatur

Pendidikan Dinas Pendidikan

Program
Pendidikan Dinas Pendidikan
Pengembangan Budaya
Baca dan Pembinaan
Perpustakaan

Program Peningkatan
Disiplin Aparatur

Pendidikan Dinas Pendidikan

120

No

Sasaran

Strategi dan
Arah Kebijakan

(1)

(2)

(3)

Indikator Kinerja

(output / outcome)
(4)

Target Kinerja
Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(5)

(6)

Program
Pembangunan

Bidang
Urusan

SKPD
Penanggung
Jawab

(7)

(8)

(9)

Program Peningkatan
Pendidikan Dinas Pendidikan
Kapasitas Sumber Daya
Aparatur

2.

Meningkatnya
pemerataan pendidikan
dan mendorong
tumbuhnya sekolah
kejuruan (vokasional)

1. Memperluas jangkauan
pemerataan pendidikan
dan mendorong pengembangan sekolah vokasional
dengan arah kebijakan;
a. Perluasan jangkauan
pemerataan sarana
pendidikan
b. Pemerataan distribusi
guru
c. Pengembangan sekolah
vokasional berbasis
sumber daya lokal
d. Mendorong penciptaan
wirausahawan muda
e. Mendorong peningkatan
pemahaman dan
penerapan IPTEK tepat
guna

Rasio guru murid per kelas;


SD,
SLTP
SLTA
Rasio ketersediaan sekolah/
penduduk usia sekolah

1:16
1:13
1:26

1:15
1:20
1:25

Program Peningkatan
Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan

Pendidikan Dinas Pendidikan

Program
Pengembangan Data
dan Informasi

Pendidikan Dinas Pendidikan

Program Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan Dinas Pendidikan

Program Pendidikan
Non Formal

Pendidikan Dinas Pendidikan

121

No

Sasaran

Strategi dan
Arah Kebijakan

(1)

(2)

(3)

Indikator Kinerja

(output / outcome)
(4)

Target Kinerja
Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(5)

(6)

2. Menghindarkan siswa
putus sekolah dengan arah
kebijakan; Memberikan
bantuan biaya pendidikan
3. Menghindarkan siswa
Persentase anak
putus sekolah dengan arah berkebutuhan khusus yang
kebijakan; Memberikan
memperoleh pendidikan
pendidikan keterampilan
3.

Terjaganya kualitas
moral dan akhlak peserta
didik dari pengaruh
lingkungan yang negatif;

Mendekatkan akses infor- Jumlah kasus kenakalan


masi nilai-nilai agama dan pelajar
budaya dan meningkatkan
pendidikan karakter serta
sekolah berasrama
(Boarding School), dengan
arah kebijakan;
a. Menyediakan media
informasi yang bernilai
agama dan budaya
Minangkabau pada areal
publik
b. Penyamaan kesempatan
bagi anak berpendidikan
khusus (disable) untuk
menempuh pendidikan
normal
c. Meningkatkan
pendidikan karakter
melalui sekolah
berasrama peserta didik

60%

90%

Program
Pembangunan

Bidang
Urusan

SKPD
Penanggung
Jawab

(7)

(8)

(9)

Program Pemberian
Beasiswa

Pendidikan Dinas Pendidikan

Program Pendidikan
Luar Biasa

Pendidikan Dinas Pendidikan

Program Pendirian

Pendidikan Dinas Pendidikan

Boarding Schools

122

No

Sasaran

Strategi dan
Arah Kebijakan

(1)

(2)

(3)

4.

Meningkatnya kesiapan
peserta didik dalam
menghadapi MEA

Indikator Kinerja

(output / outcome)
(4)

Meningkatkan kemampuan Persentase sekolah yang


peserta didik dalam
menerapkan berbahasa
menggunakan Bahasa
Inggris di sekolah
Inggris dan meningkatkan
ketahanan budaya lokal
dengan arah kebijakan;
a. Meningkatkan
penggunaan Bahasa
Inggris di sekolah
b. Menambah koleksi
perpustakaan yang
berbahasa Inggris
c. Meningkatkan
pendidikan
kewarganegaraan
untuk membangun
nasionalisme

Target Kinerja
Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(5)

(6)

Program
Pembangunan

Bidang
Urusan

SKPD
Penanggung
Jawab

(7)

(8)

(9)

Program Pendidikan
Non Formal

Pendidikan Dinas Pendidikan

123

7.2. Kebijakan dan Program Pembangunan Misi 2


Untuk dapat mewujudkan Kota Padang sebagai pusat perdagangan
wilayah Sumatera Bagian Barat, maka kebijakan pembangunan daerah diarahkan
pada:
1. Peningkatan kualitas sarana dan prasarana perdagangan
2. Peningkatan Kualitas SDM Pelaku usaha, pengelola dan lembaga
Pengelola Perdagangan
3. Menjaga iklim persaingan yang kondusif
4. Penguatan regulasi penjaminan mutu barang dan peningkatan keamanan
serta kenyamanan di kawasan perdagangan
5. Peningkatan kuantitas dan kualitas serta keanekaragaman komoditi
perdagangan
6. Memperluas networking (jejaring) perdagangan
7. Peningkatan fasilitas pelayanan usaha (service bussines)
8. Perbaikan iklim investasi sector perdagangan
9. Pengembangan SIDA (Sistem Inovasi Daerah)
10. Pengembangan Teknopark dan pusat alih tekhnologi
Peningkatan fasilitas pasar baik untuk pengembangan pasar moderen dan
tradisional sangat penting artinya untuk mendorong terwujudnya Kota Padang
sebagai pusat kegiatan perdagangan untuk wilayah pantai Barat Sumatera.
Untuk keperluan ini, maka program pembangunan untuk peningkatan fasilitas
pasar dalam Kota Padang perlu terus dilakukan. Upaya perbaikan dan
pengembangan pasar Raya Padang harus menjadi prioritas utama, demikian juga
halnya Pasar Kampung Jawa, bersamaan dengan hal ini peningkatan fasilitas
pasar pembantu (satelit) lainnya juga perlu terus ditingkatkan guna
meningkatkan pelayanan terhadap konsumen untuk seluruh wilayah pemukiman
yang telah ada. Serta penataan terhadap pasar-pasar pagi yang jumlahnya
semakin banyak pasca gempa tahun 2009.
Program kegiatan yang menjadi prioritas dalam mencapai visi 2 adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Pengembangan sarana dan prasarana Perdagangan


Pengembangan dan Perluasan Pangsa Pasar
Penetapan dan penataan kawasan pergudangan
Pembinaan Pelaku usaha dan perluasan jaringan usaha
Pendataan, pembinaan dan penataan PKL
Peningkatan efisiensi dan daya saing produk perdagangan
Peningkatan dan promosi investasi perdagangan
Peningkatan system penjaminan mutu barang
Pengembangan PLUT (Pusat Layanan Usaha Terpadu)
Pengembangan SIDA, Padang Tekhnopark dan Pemanfaatan TTG

124

Tabel 7.2.
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah untuk Misi 2
Menjadikan Kota Padang Sebagai Pusat Perdagangan Wilayah Barat Sumatera
No.

Sasaran

Strategi dan
Arah Kebijakan

(1)
(2)
(3)
1. Meningkatnya volume 1. Meningkatkan kualitas
transaksi perdagangan sarana dan prasarana
barang dan jasa;
perdagangan
Melalui arah kebijakan
a. Peningkatan kualitas
prasarana dan sarana
perdagangan
b. Peningkatan kualitas SDM
dan lembaga pengelola
perdagangan
c. Penyediaan dan
Peningkatan fasilitas
pergudangan

Indikator Kinerja

(output / outcome)
(4)
Persentase peningkatan
nilai ekspor
Volume perdagangan dalam
negeri (Rupiah)

Target Kinerja

SKPD
Bidang
Program
Pembangunan
Penanggung
Kondisi Kondisi
Urusan
Jawab
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
(8)
(1)
20,36% 25% Pengembangan sarana dan Perdagangan Dinas Pasar
prasarana Perdagangan
Pengembangan sarana dan Perdagangan Dinas Pasar
prasarana pasar
Program kelengkapan
Perdagangan Dinas Pasar
pengembangan sarana dan
prasarana pasar
Program peningkatan
kualitas pelaku usaha
perdagangan

Perdagangan Dinas Perindagtamben

Program Sarana dan


Perdagangan Dinas Pasar
Prasarana Kebersihan pasar

125

2. Meningkatkan Kualitas
SDM Pelaku Usaha
Perdagangan
Melalui arah kebijakan:
a. Pendataan dan penataan
pelaku usaha
perdagangan
berdasarkan karakteristik
usaha.
b. Peningkatan Pembinaan
dan pelatihan usaha bagi
pelaku usaha
perdagangan
3. Meningkatkan effisiensi
dan daya saing kegiatan
perdagangan barang dan
jasa.
Melalui arah kebijakan:
a. Menjaga iklim persaingan
yang kondusif
b. Penguatan regulasi
penjaminan mutu barang
c. Peningkatan keamanan
dan kenyamanan di
kawasan perdagangan

20,36

25

Program Pembinaan PKL


dan Asongan

Perdagangan Dinas Perindagtamben

Program Peningkatan
Efisiensi Perdagangan
Domestik

Perdagangan Dinas Perindagtamben

Program Perlindungan
Perdagangan Dinas Pasar
Konsumen dan
Pengamanan Perdagangan

126

2.

Meningkatnya
kontribusi sektor
perdagangan dalam
perekonomian Kota
Padang

Mendorong peningkatan
aktivitas perdagangan,
melalui arah kebijakan:
a. Peningkatan skala usaha
perdagangan
b. Penganekaragaman
komoditi perdagangan
c. Peningkatan kuantitas
dan kualitas komoditi
perdagangan
d. Memperluas networking
(jejaring)
e. Peningkatan fasilitas
pelayanan usaha (service

bussines)

Persentase kontribusi sektor


perdagangan terhadap
PDRB
Persentase pertumbuhan
sektor perdagangan

45%

5,95%

75%

Peningkatan fasilitasi
pengembangan usaha
perdagangan

Perdagangan Dinas Perindagtamben

7,27% Pengembangan PLUT


(Pusat Layanan Usaha
Terpadu)

Dinas Pasar dan


Perindagtamben

Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran

Dinas Pasar dan


Perindagtamben

Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Aparatur

Dinas Pasar dan


Perindagtamben

Program Peningkatan
Disiplin Aparatur

Dinas Pasar dan


Perindagtamben

Program Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya
Aparatur

Dinas Pasar dan


Perindagtamben

Program Peningkatan
Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan

Dinas Pasar dan


Perindagtamben

127

7.3. Misi 3: Menjadikan Kota Padang sebagai Daerah Tujuan Wisata


yang Nyaman dan Berkesan;
Sebagai salah satu daerah tujuan wisata potensial di Sumatera Barat,
Kota Padang mencanangkan pembangunan sektor kepariwisataan dan
pelestarian kebudayaan alam Minangkabau sebagai salah satu sektor unggulan
pembangunan Pantai Barat Pulau Sumatera, mempunyai potensi yang cukup
besar terutama di bidang kepariwisataan.
Potensi pariwisata Kota Padang cukup menjanjikan, namun belum
terkelola secara optimal sampai saat ini. Objek wisata yang ada selain belum
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai juga masih
terfragmentasi pengembangannya. Objek-objek wisata belum dikemas sebagai
satu kesatuan produk wisata yang bisa dinikmati wisatawan dalam satu
rangkaian perjalanan yang menyenangkan. Hal ini menyebabkan tingkat
kunjungan wisata di Kota Padang masih rendah. Di sisi lain, dilihat dari sarana
dan jasa pendukung wisata di Kota Padang cukup memadai. Pemerintah Kota
Padang secara bertahap telah mulai membenahi dan membangun sarana dan
prasarana penunjang parawisata yang tersebar pada beberapa lokasi di Kota
Padang, seperti kawasan sepanjang Pantai Padang, Kawasan Pantai Aie Manih,
Kawasan Pelabuhan Muara dengan Jembatan Siti Nurbaya.
Sesuai dengan misi ke tiga Walikota Padang menjadikan Kota Padang
Sebagai Daerah Tujuan Wisata yang nyaman dan berkesan dengan program
unggulan pada poin ke tiga merevitalisasi objek wisata Kota Padang menjadi
wisata keluarga dan konvensi yang layak dan ramah, untuk itu pembangunan
dunia kepariwisataan di Kota Padang dengan membuat rencana program
seoptimal mungkin dengan tiga pendekatan pokok.
1.

Pendekatan Kebijakan Multi Sektoral


Pendekatan kebijakan multi sektor yang dimaksud adalah Dinas Pariwisata,
Dinas Perhubungan, Dinas Pemukiman dan Prasarana wilayah, Dinas
Pekerjaan Umum, dinas-dinas/badan/lembaga sektoral lainya serta swasta,
akan memberikan kontribusi program pengembangan wisata sesuai dengan
bidang masing-masing. Hal ini disebabkan pengembangan pariwisata bersifat
multi disiplin dan multi sektor, keterlibatan sektor-sektor terkait merupakan
suatu keharusan. Kebijakan-kebijakan sektoral yang dikeluarkan tetap akan
mengacu pada karakteristik dari masing-masing wilayah/ kawasan/ objek
pengembangan menurut kriteria pengembangan pariwisata, baik dalam
jangka waktu pengembangan jangka pendek, menengah dan jangka
panjang.

2.

Pendekatan Kemasyarakatan
Pendekatan kemasyarakatan memandang wilayah sebagai satu kesatuan
sosial sebagai suatu perwujudan dan lingkungan masyarakat. Dalam
penataan pemanfaatan ruang dan pengimplementasian ragam budaya dan

128

tata nilai harus ditempat sebagai variabel yang penting dalam mendukung
pengembangan wilayah. Masyarakat lokal, institusi-institusi lokal/
kemasyarakatan serta lembag-lembaga non pemerintah, merupakan faktor
yang berperan menentukan pengembangan wilayah masing-masing sesuai
dengan karakteristik pengembangannya
3.

Pendekatan Keruangan
Peran pemerintah kota, kecamatan dan kelurahan sebagai fasilitator dan
katalisator dalam pengembangan pariwisata di Kota Padang secara
keruangan. Koordinasi dalam lingkup keruangan sekaligus merupakan
penentu terciptanya keseimbangan pemanfaatan ruang antara usaha-usaha
pembangunan dan kelestarian. Demikian juga dengan pemerintah provinsi
dan pusat, turut memberi andil sehingga keselarasan unsur pembentuk
wilayah yang meliputi sumberdaya alam, sumber daya buatan dan
sumberdaya manusia besrta kegiatan yang mencakup kegiatan ekonomi,
politik, sosial budaya dan pertahanan yang seluruhnya berintegrasi
membentuk wujud tata ruang wilayah, baik yang direncanakan maupun
tidak.

Pembangunan pariwisata dituntut untuk mengarah pada terwujudnya


tahapan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, untuk itu disusunlah
strategi, arah kebijakan, dan program pembangunan seperti terlihat pada Tabel
7.3.

129

Tabel 7.3.
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah untuk Misi 3
Menjadikan Kota Padang sebagai daerah tujuan wisata yang nyaman dan berkesan
Strategi dan
Arah Kebijakan

No.

Sasaran

(1)
1.

(2)
Tercapainya
peningkatan
rata-rata lama
tinggal wisata di
Kota Padang;

(3)
1. Meningkatkan kualitas akomodasi
penginapan dengan arah kebijakan
memberi kemudahan dan insentif
kepada pengusaha perhotelan.

Tercapainya
peningkatan
jumlah
kunjungan
wisata
nusantara dan
mancanegara

1. Membangun kelembagaan
pariwisata Kota Padang yang kuat
dan berkualitas dengan arah
kebijakan penetapan Peraturan
Daerah untuk pengelolaan
pariwisata; dan Pembenahan Pusat
Informasi Wisata (Tourist
Information Center) yang dilengkapi
dengan fasilitas teknologi informasi
terkini.

2.

Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)
Rata-rata lama
tinggal (hari):
Wisman
Wisnus

Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
2,0
3,5

6,0
4,0

2. Menciptakan paket-paket wisata


yang menarik, kreatif, layak dan
ramah dengan arah kebijakan
menciptakan kondisi wisata keluarga
yang nyaman dan aman; dan
mendorong kesadaran masyarakat
dalam menciptakan objek wisata
yang religius yang layak dan ramah
Jumlah kunjungan
(orang):
Wisman
Wisnus

54.125
3.435.190

59.802
4.500.201

Program
Pembangunan Daerah
(7)
Program kemudahan
investasi

Bidang
Urusan
(8)
pariwisata

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata

Program pengembangan pariwisata


kemitraan

DinasKebudayaan
dan Pariwisata

Program Pengembangan Pariwisata


Produk Kepariwisataan
Daerah

Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata

Program Pengembangan pariwisata


Pemasaran pariwisata

Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata

130

No.

Sasaran

(1)

(2)

Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
1. Mengembangkan even-even
wisata yang dapat meningkatkan
kunjungan wisatawan dengan arah
kebijakan melalui peningkatkan
even-even wisata yang berskala
nasional dan internasional yang
dapat meningkatkan kunjungan
wisata ke Kota Padang serta
menjalin kemitraan dengan pelaku
pariwisata

Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)

Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)

2. Peningkatan jumlah dan


mengembangkan kualitas objek
wisata yang menarik bagi wisatawan
dengan arah kebijakan melalui
peningkatkan kualitas infrastruktur
kota yang dapat menunjang
kegiatan pariwisata; mendorong
pengembangan wisata konvensi
(Mice) yang layak dan ramah; serta
peningkatan kemampuan pemandu
wisata.
3.

Tercapainya
kondisi wisata
nyaman dan
berkesan

Peningkatan Keamanan, Kebersihan Persentase kawasan


dan Ketertiban (K3) objek wisata
wisata yang
dan peningkatan sarana dan
memenuhi standar
prasarana kepariwisataan dengan
arah kebijakan pemberdayaan
masyarakat untuk sadar wisata; dan
peningkatkan kualitas sarana
prasarana

(7)
(8)
Program Pengembangan Pariwisata
Pemasaran pariwisata

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata

Program pengembangan pariwisata


kemitraan

Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata

Program Pengembangan pariwisata


Destinasi Pariwisata

Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata,
dan
Dinas Pekerjaan
Umum

Program
Pembangunan Daerah

Bidang
Urusan

Program Pengembangan pariwisata


Kemitraan

14

Program Pengembangan pariwisata


Kerjasama Pengelolaan
Kebudayaan

Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata,
dan
Dinas Pekerjaan
Umum

Program Pembangunan
Jalan dan Jembatan

Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata,
dan
Dinas Pekerjaan
Umum

pariwisata

Program Pengembangan pariwisata


Kemitraan

131

No.

Sasaran

(1)
4.

(2)
Terpelihara dan
lestarinya nilai
budaya berbasis
religius dan
tradisi lokal
yang berada di
kota Padang

Strategi dan
Arah Kebijakan

Indikator Kinerja
(output/ outcome)

(3)
1. Peningkatan pariwisata berbasis
kearifan lokal dan tradisi seni budaya
dengan arah kebijakan melalui
pengembangan seni tradisi budaya
yang dikemas dengan sentuhan
modern; Reorganisasi sanggar seni
tradisional yang dikelola secara
profesional dan berkelanjutan; dan
Peningkatan Kota Padang sebagai
tempat festival seni budaya di
tingkat nasional dan internasional

(4)
Jumlah bangunan
bersejarah dan
bangunan religi yang
berkondisi baik

Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
3
8

Program
Pembangunan Daerah

Bidang
Urusan

(7)
(8)
Program Pengembangan pariwisata
Kerjasama Pengelolaan
Kekayaan Budaya

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata

Jumlah sanggar
budaya yang aktif

91

101

Program Pembinaan Seni pariwisata


dan Budaya Daerah

Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata

Jumlah even budaya


internasional yang
diikuti

Program Pengembangan pariwisata


Pemasaran Pariwisata

Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata

Program Pengembangan pariwisata


Seni dan Budaya

Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata

Jumlah even budaya


skala nasional yang
diselenggarakan
2. Pengembangan wisata religius
dan Kota Tua dengan arah kebijakan
melalui pembinaan seni tradisional
bernuansa religius dan budaya
minangkabau; serta Pelestarian dan
pengembangan Wisata Kota Tua

132

7.4. Kebijakan dan Program Pembangunan Misi 4


Dalam upaya mewujudkan misi Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan maka dirumuskan kebijakan umum
dan program pembangunan yang akan diimplementasinya secara operasional
oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang menjadi penanggung jawab
dari setiap program tersebut. Untuk itu ditetapkan sasaran, strategi dan arah
kebijakan serta program untuk mencapai misi yang menjadi tugas SKPD dalam
melaksanakan rencana pembangunan yang telah disusun dalam rangka
mewujudkan misi ini khususnya dan visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota
Padang periode 2014-2019 pada umumnya.
Dalam rangka mewujudkan misi Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat
dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan, maka kebijakan pembangunan kota
Padang diarahkan pada:
1.

Pemberdayaan dan peningkatan penggunaan sumberdaya lokal seperti:


pengolahan bingkuang menjadi berbagai produk.
2. Pemberdayaan dan peningkatan peran kelompok usaha bersama.
3. Meningkatkan peran koperasi dan lembaga keuangan mikro
4. Meningkat pengetahuan dan keterampilan SDM Pelaku Usaha dan SKPD
Pengelola.
5. Memfasilitasi akses informasi usaha, promosi, kerjasama usaha dan
pemasaran.
6. Mendorong terciptanya wirausaha muda yang kreatif dan kompetitif.
7. Peningkatan bantuan usaha dan pemberdayaan masyarakat miskin.
8. Peningkatan akses masyarakat pada layanan dasar.
9. Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan sistem penjaminan social
masyarakat.
10. Peningkatan kemampuan pemanfataan dan penerapan tekhnologi tepat
guna.
Dalam rangka mendorong aktivitas ekonomi produktif dan peningkatan
suberdaya local, maka kota Padang yang merupakan wilayah dengan kawasan
pesisir pantai cukup panjang, harus mengembangkan dan memanfaatkan potensi
kelautan dengan hati-hati agar tidak hanya mampu meningkatkan pendapatan
bagi pelaku usaha dan masyarakat tetapi juga tetap terjaga kelestarian dan
kualitas lingkungannya. Untuk itu program blue economy (ekonomi biru) harus
mendapat perhatian serius segenap pemangku kepentingan dan dapat
diterapkan dengan melibatkan partisipasi dan dukungan masyarakat, untuk itu
program sosialisasi dan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kualitas lingkungan di kawasan pesisir akan menjadi salah satu prioritas
dalam pembangunan ekonomi daerah.
Disamping kawasan pesisir, kota Padang juga memiliki kawasan pertanian
dengan aneka tanaman pertanian. Sebagai kawasan perkotaan tentunya perlu

133

diarahkan pengelolaan pertanian agar mampu menghasilkan produk untuk


mendukung ketahanan pangan dan peningkatan pendapatan pelaku usaha.
Sedangkan untuk dapat memperkuat ekonomi kerakyatan maka perlu
ditumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan bagi penduduk muda khususnya, agar
mampu menjadi pelaku usaha mandiri dengan memanfaatkan sumberdaya local
dan kearifan local. Hal penting lainnya dalam penguatan ekonomi kerakyatan
adalah mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif di kalangan masyarakat, untuk itu
perlu dilakukan berbagai program pemberdayaan dan pelatihan serta pembinaan.
Program pembangunan prioritas dalam mewujudkan misi 4 diantaranya
adalah:
1. Pemberdayaan masyarakat berbasis kewilayahan dan pemanfaatan
sumberdaya lokal.
2. Pemberdayaan dan peningkatan kualitas kelembagaan Koperasi dan
Lembaga Keuangan Mikro.
3. Pembinaan dan pengembangan kewirausahaan bagi generasi muda dan
pemuda putus sekolah.
4. Perlindungan dan pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan.
5. Peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan secara inklusif.
6. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan lingkungan sehat.
7. Pengawasan kualitas obat dan makanan.
8. Standarisasi pelayanan kesehatan.
9. Pengembangan IKM kreatif berbasis sumber daya lokal.
10. Pembinaaan usaha dan peningkatan daya saing UMKM.
11. Pengembangan sentra usaha dan industri.
12. Pengembangan dan penerapan TTG bagi IKM dan UMKM.
Matriks lengkap tentang kebijakan umum dan program prioritas dalam
mewujudkan misi meningkatkan kesejahteraan dan pengembangan ekonomi
kerakyatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

134

Tabel 7.4.
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah untuk Misi 4
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan ekonomi kerakyatan
No.

Sasaran

(1)
(2)
1. Meningkatnya
kualitas ekonomi
masyarakat

Strategi dan Arah


Kebijakan

Indikator Kinerja
(output/ outcome)

Target Kinerja
Program Pembangunan
Bidang Urusan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
(8)
20
30
Program Pengembangan
Industri
Umkm Berbasis Sumberdaya
Lokal
NA
NA
Program Pembinaan Kube
Koperasi dan UKM
dan Peningkatan Pendapatan

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Perindagtamben

Program Pengembangan
Sistem Pendukung Usaha
Bagi UMKM

Koperasi dan UKM

Dinas Koperasi &


UMKM

Program Peningkatan Kualitas Koperasi dan UKM


Kelembagaan Koperasi dan
Lembaga Keuangan Mikro
(LKM/KJKS)

Dinas Koperasi &


UMKM

Program Peningkatan Kualitas Tenaga Kerja


dan Produktivitas Tenaga
Kerja

Dinas Sosnaker

Program Perlindungan dan


Pengembangan Lembaga
Ketenagakerjaan

Dinas Sosnaker

(3)
1. Meningkatkan
ekonomi masyarakat
berbasis sumberdaya
lokal, melalui arah
kebijakan:
a. Pemberdayaan dan
peningkatan
penggunaan
sumberdaya lokal.
b. Pemberdayaan dan
peningkatan peran
kelompok usaha
bersama.
c. Meningkatkan peran
koperasi dan lembaga
keuangan mikro.

(4)
Jumlah UMKM yang
aktif

2. Meningkatkan kualitas
SDM Pelaku Usaha,
melalui arah kebijakan:
a. Meningkatkan
pengetahuan dan
keterampilan SDM
Pelaku Usaha.

Jumlah wirausahawan muda baru

10.000

Jumlah unit usaha


Industri kecil (IKM)
yang aktif

852

900

Persentase Koperasi
yang aktif (lolos
Audit)

Tenaga Kerja

Dinas Koperasi &


UMKM

135

No.

Sasaran

(1)

(2)

2.

Berkurangnya
angka kemiskinan

Strategi dan Arah


Kebijakan

Indikator Kinerja
(output/ outcome)

(3)
(4)
b. Memfasilitasi akses
Jumlah unit usaha
informasi usaha,
perdagangan Besar
promosi, kerjasama
usaha dan pemasaran.
c. Mendorong terciptanya
wirausaha muda yang
kreatif dan kompetitif.
1. Meningkatkan
Pendapatan masyarakat
miskin, melalui arah
kebijakan:
a. Peningkatan Program
Bantuan Usaha bagi
masyarakat Miskin.
b. Pemberdayaan
Kelompok usaha
Masyarakat Miskin.
c. Peningkatan akses
terhadap permodalan,
pemasaran dan
informasi usaha.
d. Menumbuhkembangkan usaha produktif
masyarakat miskin.
2. Meningkatkan
pendapatan masyarakat
miskin melalui arah
kebijakan:

Persentase penduduk
miskin

Target Kinerja
Program Pembangunan
Bidang Urusan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
(8)
142
175
Program Pengembangan
Koperasi dan UKM
Sistem Pendukung Usaha
bagi UMKM

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Koperasi &
UMKM

Program Pengembangan
Koperasi dan UKM
Kewirausahaan dan
Keunggulan Kompetitif UMKM

Dinas Koperasi &


UMKM

Pemberdayaan masyarakat
miskin, KAT dan PMKS
lainnya

Sosial

Sosial dan TKPKD

Koperasi dan UKM

TKPKD

5,30%

4,78%

Pengembangan sistem
pendukung usaha bagi
masyarakat miskin
Peningkatan keterampilan
usaha dan permodalan
masyarakat miskin

1. Pembentukan dan
Pemberdayaan kelompok
usaha bersama (KUBE)
masyarakat miskin

136

No.

Sasaran

(1)

(2)

3.

Strategi dan Arah


Kebijakan

Indikator Kinerja
(output/ outcome)

(3)
a. Peningkatan Akses
Terhadap Pelayanan
Dasar masyarakat
miskin.
b. Peningkatan
keterampilan produktif
masyarakat miskin.

(4)

Meningkatnya
1. Meningkatkan kualitas Angka kematian bayi
kualitas kesehatan pelayanan kesehatan
masyarakat
masyarakat secara
Angka harapan hidup
inclusive, melalui arah
kebijakan:
% Balita gizi buruk
a. Meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
primer secara gratis.
b. Meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
masyarakat melalui
peningkatan status
RSUD dari Tipe C
menjadi Tipe B dan
BLUD.
c. Meningkatkan partisipasi
aktif masyarakat dalam
peningkatan kualitas
kesehatan dan
lingkungan.

Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)

2,2

2,0

71,2

72

0,06%

0,02%

Program Pembangunan
Daerah
(7)
2. Pengembangan sistem
pendukung usaha bagi
masyarakat miskin Bintek
3. Peningkatan keterampilan
usaha dan permodalan
masyarakat miskin

Bidang Urusan
(8)

1. Peningkatan upaya
kesehatan
kesahatan masyarakat
2. Peningkatan pelayanan
kesehatan bagi semua
penduduk (inclusive)
3. Peningkatan perbaikan gizi
masyarakat
4. Peningkatan kesadaran
masyarakat menjaga
lingkungan sehat
5. Peningkatan pengawasan
obat dan makanan
6. Pelatihan Usaha Kesehatan
bagi Masyarakat
7. Pencegahan dan
penanggulangan penyakit
menular
8. Peningkatan Jaminan
Pelayanan kesehatan
JKN/BPJS

SKPD
Penanggung
jawab
(9)

Dinas Kesehatan

137

No.

Sasaran

(1)

(2)

4.

Meningkatnya
penyediaan
lapangan kerja dan
usaha

Strategi dan Arah


Kebijakan

Indikator Kinerja
(output/ outcome)

(3)
2. Meningkatkan kualitas
dan pemerataan SDM
kesehatan, melalui arah
kebijakan:
a. Pemerataan,
pengembangan dan
pemberdayaan SDM
pelaksana pelayanan
kesehatan.
b. Penguatan jaringan
kerjasama dalam
pembangunan
kesehatan.

(4)
Rasio paramedis/
puskesmas

1. Meningkatkan kemampuan kewirausahaan,


melalui arah kebijakan:
a. Meningkatkan peran
lembaga pelatihan
keterampilan dalam
pengembangan
kewirausahaan.
b. Mendorong
penumbuhan lapangan
usaha berbasis inovasi
dan ekonomi kreatif.

Persentase
pengangguran
terbuka

Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)

Program Pembangunan
Daerah
(7)
1.Standarisasi Pelayanan
Kesehatan

Bidang Urusan
(8)

SKPD
Penanggung
jawab
(9)

2.Pelatihan dan pendidikan


SDM kesehatan sesuai
bidang keahlian
3. Pengembangan Kemitraan
peningkatan pelayanan
kesehatan masyarakat

13,99%

10%

1. Pengembangan Kewirausa- Koperasi dan UKM


haan dan keunggulan
kompetitif UMKM
2. Pendidikan kewirausahaan
bagi penduduk usia
produktif dan pemuda
putus sekolah
3. Pendampingan dan
pembinaan usaha bagi
penduduk usia produktif
dan putus sekolah
4. Pelatihan pengembangan
ekonomi kreatif bagi
penduduk usia produktif
dan putus sekolah
5. Klinik Konsultasi usaha bagi
pelaku usaha baru

Dinas Sosial Tenaga


Kerja

138

No.

Sasaran

(1)

(2)

5.

Strategi dan Arah


Kebijakan

Indikator Kinerja
(output/ outcome)

(3)
2. Mendorong peningkatan investasi dengan
memfasilitasi peningkatan
investasi baik dari dalam
maupun luar negeri,
melalui arah kebijakan:
Memfasilitasi peningkatan
investasi baik dari dalam
maupun luar negeri
dengan memberikan
kemudahan dan insentif

(4)

Meningkatnya
1. Pemberdayaan
kekuatan ekonomi ekonomi masyarakat
kerakyatan
kawasan pertanian,
melalui arah kebijakan:
a. Meningkatkan
pemberdayaan
ekonomi rakyat dalam
rangka peningkatan
ketahanan pangan dan
kesejahteraan.
b. Mengembangkan sistem dan kelembagaan
pasar produk pertanian
c. Mengembangkan sentra produksi komoditi
pertanian unggulan
dengan menggunakan
pendekatan wilayah
dan kawasan.

Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)

Program Pembangunan
Daerah
(7)
1.Peningkatan Promosi dan
kerjasama investasi

Bidang Urusan
(8)

SKPD
Penanggung
jawab
(9)

2.Peningkatan Iklilm investasi


dan realisasi investasi
3.Pemberian insentif bagi
investasi penyerap tenaga
kerja dan sumberdaya lokal

Meningkatnya
pendapatan rata-rata
pelaku usaha
pertanian

NA

NA

Kontribusi sektor
pertanian dalam
PDRB

4,93%

5%

Pertumbuhan sektor
pertanian

5,22%

5,5%

1.Peningkatan Kesejahteraan Pertanian


Petani
2.Peningkatan Ketahanan
pangan masyarakat
3.Peningkatan kualitas dan
pemasaran hasil produksi

Dinas Pernakbunhut
Dinas Kelautan &
Perikanan
Dinas
Perindagtamben

139

No.

Sasaran

(1)

(2)

Strategi dan Arah


Kebijakan
(3)
d. Penerapan dan
Pengembangan
teknologi pertanian

Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)

2. Pemberdayaan
Rata-rata pendapatan
ekonomi masyarakat
pelaku usaha
kawasan pesisir, melalui perikanan
arah kebijakan:
a. Mengembangkan
kontribusi sektor
gerakan pemberdayaan perikanan ADHB
ekonomi masyarakat
pesisir
b. Mengembangkan blue
economy (ekonomi biru)
c. Mengembangkan
kawasan minapolitan
3. Mengembangkan usaha
kecil dan menengah serta
usaha padat karya,
melalui arah kebijakan:
a. Meningkatkan daya
saing UMKM
b. Meningkatkan
penerapan teknologi
dalam berbagai aneka
usaha
c. Pembangunan dan
pengembangan sentra
ekonomi usaha mikro,
kecil dan menengah

Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)

NA

NA

3,42%

5%

Program Pembangunan
Daerah

Bidang Urusan

(7)

(8)

1.Peningkatan Kesejahteraan Kelautan dan


Nelayan dan peternak ikan perikanan

SKPD
Penanggung
jawab
(9)

Dinas Kelautan &


Perikanan

2.Peningkatan kualitas dan


pemsaran hasil produksi
perikanan
3.Pemberdayaan masyarakat
pesisir untuk
pengembangan ekonomi
biru

1.Pengembangan
Kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif
UMKM

UMKM

Diskop & UMKM

2.Pengembangan
Kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif
UMKM
3.Pendidikan kewirausahaan
bagi penduduk usia
produktif dan pemuda
putus sekolah

140

No.

Sasaran

(1)

(2)

6.

Meningkatnya
volume
perdagangan
produksi kelautan
dan perikanan

Strategi dan Arah


Kebijakan
(3)
d. Mengembangkan
jaringan kerjasama
usaha dalam dan luar
wilayah

Melakukan efisiensi dan


daya saing produk KP dan
mendorong terjadinya
temu bisnis dan
memperluas networking
antar pelaku usaha dan
perdagangan produk KP
dengan pembeli dari luar,
melalui arah kebijakan:
Peningkatan mutu produk
dan skala usaha KP dan
skala penguatan regulasi
penjaminan mutu produk
KP

Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)

Nilai devisa dari


sektor KP
(Milyar/tahun)
Jumlah eksportir
usaha KP (Orang)

Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)

92,5

114,44

10

15

Program Pembangunan
Daerah
(7)
4.Pendampingan dan
pembinaan usaha bagi
penduduk usia produktif
dan putus sekolah
5.Pengembangan kawasan
dan sentra serta klaster
industri
6.Pengembangan jaringan
kerjasama lokal, nasional
dan internasional

Bidang Urusan
(8)
Industri

Program Peningkatan Daya


Kelautan dan
Saing Produk Hasil Perikanan perikanan
Program Pengembanagan
dan Pengelolaan Perikanan
Tangkap

SKPD
Penanggung
jawab
(9)

Dinas Kelautan dan


Perikanan, karantina
ikan, perhubungan,
perdagangan

Program pengembangan dan


Pengelolaan Perikanan
Budidaya

141

No.

Sasaran

(1)
(2)
7. Meningkatnya
industri usaha
kelautan dan
perikanan

8.

Meningkatnya
pelaku usaha
industri KP yang
baru

Strategi dan Arah


Kebijakan
(3)
Meningkatkan efisiensi
usaha industri KP dan
kapasitas SDM dengan
arah kebijakan melalui
peningkatan kapasitas
sarana dan prasarana
produksi bernilai
ekonomis

Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)
Jumlah industri hulu
usaha KP (Unit)
Jumlah industri hilir
usaha KP (UKM)

Mengembangkan usaha
Jumlah usahawan KP
penangkapan di daerah
yang baru (orang)
oceanic (laut lepas) dan
memanfaatkan lahan
marjinal (rawa) dengan
arah kebijakan melalui
pengembangan kawasan
minapolitan, industrialisasi
dan blue economy
berbasis kelautan dan
perikanan

Target Kinerja
Program Pembangunan
Bidang Urusan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
(8)
4
8
Program Peningkatan Daya
Kelautan dan
Saing Produk Hasil Perikanan perikanan
10

25

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kelautan dan
Perikanan

Program Pengembangan dan


Pengelolaan Perikanan
Tangkap
Program Pengembangan dan
Pengelolaan Perikanan
Budidaya

400

Program Optimalisasi
Pengelolaan dan Pemasaran
Produksi Perikanan
Program Pengembanagan
dan Pengelolaan Perikanan
Tangkap

Kelautan dan
perikanan

Dinas Kelautan dan


Perikanan,
perindustrian dan
perdagangan, PPS
Bungus

Program Pengembangan dan


Pengelolaan Perikanan
Budidaya

142

No.

Sasaran

Strategi dan Arah


Kebijakan

Indikator Kinerja
(output/ outcome)

(1)
(2)
(3)
(4)
9. Tercapainya tingkat Meningkatkan produksi KP Tingkat konsumsi
konsumsi ikan
dengan optimalisasi
ikan (Kg/kapita/thn)
perkapita/ tahun
potensi oceanic dan lahan
marjinal serta meningkatkan produksi pasca panen
agar terjadi penambahan
nilai (value added)
dengan arah kebijakan
mengutamakan penambahan armada untuk
eksploitasi dan memperluas pemanfaatan lahan
marjinal serta mendorong
industri pasca panen
10. Terpeliharanya
sumberdaya alam
KP dan biota
langka

Memperbaiki sumberdaya
alam yang rusak dan
introduksi hewan langka
serta meningkatkan
kualitas pengawasan
sumberdaya kelautan dan
perikanan dengan arah
kebijakan melalui
peningkatan intensitas
pengelolaan kawasan
konservasi dan
sumberdaya ikan serta
penguatan kelembagaan
pengawasan pada
masyarakat

Kawasan Konservasi
Laut Dalam yang
terpelihara dengan
baik (Ha)

Target Kinerja
Program Pembangunan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
31,05
35
Program Optimalisasi
Pengelolaan dan Pemasaran
Produksi Perikanan

Bidang Urusan
(8)
Kelautan dan
perikanan

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kelautan dan
Perikanan, Dinas
Kesehatan, PKK/
DWP

Program Pengembangan dan


Pengelolaan Perikanan
Tangkap
Program Pengembangan dan
Pengelolaan Perikanan
Budidaya

1.861.81

1.861.81 Program Pengembangan


Potensi SDA Hayati, Pesisir,
Laut dan Pulau-Pulau Kecil

Kelautan dan
perikanan

Dinas Kelautan dan


Perikanan, BPSPL,
KSDA, PU

Program Pemberdayaan
Masyarakat dalam
Pengawasan SDKP
Program Pengembangan dan
Pengelolaan SDKP

143

No.

Sasaran

Strategi dan Arah


Kebijakan

(1)
(2)
(3)
11. Zero Complaint
Pemantapan SOP tentang
untuk pelayanan
pelayanan di sektor KP
kepada masyarakat dengan arah kebijakan
melalui peningkatan
pelayanan prima

Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)
Tingkat kepuasan
pelayanan dinas
(kasus) SIUP, SIPI,
SLO, SIKPI,SKA

12. Tercapainya
penurunan harga
pakan ikan

Melanjutkan pengadaan Persentase


pakan buatan yang
penurunan harga
bermutu dan pabrik skala pakan
kecil dan menengah
dengan arah kebijakan
melakukan kerjasama
dengan Perguruan Tinggi,
pengusaha, kelompok
masyarakat dalam
menghasilkan pakan ikan
yang bermutu

13. Meningkatnya
kemampuan dan
pengetahuan
petani dalam
berusaha tani

Meningkatkan SDM petani Persentase


peningkatan
pendapatan petani

Target Kinerja
Program Pembangunan
Bidang Urusan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
(8)
0
Program Pengembangan dan Kelautan dan
Pengelolaan Perikanan
perikanan
Tangkap

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kelautan dan
Perikanan

Program Pengembangan dan Kelautan dan


Pengelolaan Budidaya
perikanan

Dinas Kelautan dan


Perikanan, PT,
Pengusahan, dan
kelompok
masyarakat

Program Peningkatan
Kesejahteraan Petani

Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan

Pertanian
Peternakan
Perkebunan

144

No.

Sasaran

(1)
(2)
14. Meningkatnya
produksi pertanian,
perkebunan dan
peternakan dalam
mendukung
ketahanan pangan

15. Meningkatnya
sarana prasarana
pendukung dalam
berusaha tani/
ternak

Strategi dan Arah


Kebijakan

Indikator Kinerja
(output/ outcome)

Target Kinerja
Program Pembangunan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
55,26
55,55
Program Peningkatan/
Penerapan Teknologi
Pertanian/ Perkebunan
160
200
Program Peningkatan
Produksi Pertanian/
Perkebunan
240
800
Program Pemberdayaan
Penyuluhan Pertanian/
Perkebunan

(3)
1. Meningkatkan produksi
padi, palawija,
perkebunan, hortikultura,
melalui penerapan
teknologi spesifik lokasi,
peningkatan SDM petani
dan penyuluh lapangan,
optimasi lahan sawah,
pengendalian organisme
pengganggu tanaman,
demplot teknologi padi
salibu, optimalisasi peran
serta Komisi Pengawasan
Pupuk dan Pestisida (KP3)

(4)
Produktivitas padi
sawah (kwintal/Ha)

2. Meningkatkan produksi
peternakan melalui
penerapan teknologi tepat
guna, pencegahan dan
penanggulangan penyakit
ternak

Jumlah produksi (kg):


daging
6.482.270
telur
3.787.443
susu
37.296

Penyediaan sarana dan


prasarana pertanian, perkebunan dan peternakan
melalui pengadaan alat
mesin pertanian, penambahan Balai Penyuluhan
Pertanian, rehabilitasi
saluran irigasi tersier
(JITUT/JIDES)

Persentase
kecukupan sarana
dan prasarana
pendukung

Jumlah produksi
tanaman perkebunan
karet dan kakao (ton)
Jumlah produksi
tanaman perkebunan
kakao (ton)

Jumlah hand tractor


pada kelompok tani
(unit)

361

Program Peningkatan
8.202.797 Produksi Hasil Peternakan
4.792.323
47.191 Program Peningkatan
Penerapan Teknologi
Peternakan

Bidang Urusan
(8)
Pertanian
Perkebunan

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan

Peternakan

Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan

Program Peningkatan Sarana Pertanian


Prasarana Pertanian/
Peternakan
Peternakan/ Perkebunan
Perkebunan

Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan

439

145

No.

Sasaran

(1)
(2)
16. Meningkatnya
pasca panen,
pengolahan dan
pemasaran hasil
pertanian,
perkebunan dan
peternakan

Strategi dan Arah


Kebijakan
(3)
1. Meningkatkan SDM
kelompok pengolahan
hasil pertanian melalui
demostrasi pengolahan
hasil pertanian, membangun jaringan pemasaran
dengan supermarket dan
hotel dan mengikuti promosi produk pertanian,
penyediaan alat pengolahan hasil pertanian

Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)
Persentase hasil
pertanian,
perkebunan dan
peternakan yang
terolah

Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)

3. Penyediaan sarana dan


prasarana Pasar Ternak
Meningkatkan pelayanan
kesehatan hewan melalui
vaksinasi, pengobatan,
dan pemusnahan anjing
liar

Bidang Urusan

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan

(7)
Program Peningkatan
Pamasaran Hasil Produksi
Pertanian/ Perkebunan

(8)
Pertanian
Perkebunan

Program Peningkatan
Pemasaran Hasil Produksi
Peternakan

Peternakan

Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan

Program Pencegahan dan


Penanggulangan Penyakit
Ternak

Peternakan

Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan

Persentase hasil
olahan yang
dipasarkan melalui
supermarket

2. Meningkatkan SDM
kelompok pengolahan
hasil peternakan melalui
pelatihan pengolahan
hasil peternakan dan
mengikuti event promosi

17. Terkendalinya
penyakit menular
hewan

Program Pembangunan
Daerah

Persentase jumlah
penurunan kematian
hewan ternak

25%

65%

Persentase jumlah
penurunan kasus
gigitan anjing liar

30%

90%

146

No.

Sasaran

Strategi dan Arah


Kebijakan

Indikator Kinerja
(output/ outcome)

(1)
(2)
18. Terwujudnya
Rumah Potong
Hewan Kota
Padang yang
bersertifikat NKV

(3)
(4)
Penertiban pelaksanaan Jumlah RPH yang
kegiatan Rumah Potong bersertifikat NKV
Hewan melalui pembinaan
dan pengelolaan agar
menegakkan hygiene
sanitasi RPH sesuai SOP

19. Terpelihara dan


terjaganya
kawasan hutan dari
kerusakan dan
kebakaran hutan

1. Peningkatan daya
Persentase
dukung hutan sebagai
berkurangnya
kawasan penyangga
kerusakan hutan
(daerah resapan air)
dengan menggalakan
Persentase hutan dan
Hutan Kemasyarakatan, lahan kritis yang telah
mengoptimalkan
direhabilitasi (Ha)
konservasi hutan,
meningkatkan SDM
masyarakat disekitar
kawasan hutan, pengamanan hutan dan pengawasan peredaran hasil hutan.

Target Kinerja
Program Pembangunan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
0
1
Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit
Ternak

Program Pemanfaatan
Potensi Sumber Daya Hutan
Program Rehabilitasi Hutan
dan Lahan

Bidang Urusan
(8)
Peternakan

Kehutanan

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan

Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan

Program Perlindungan dan


Konservasi Sumberdaya
Hutan

2. Membangun hutan kota


Delta Malvinas sebagai
daerah resapan air di
perkotaan
3. Membangun Taman
Hutan Raya Bung Hatta
sebagai daerah rekreasi
wisata alam

147

7.5. Misi 5: Menciptakan Kota Padang yang Aman, Bersih, Tertib,


Bersahabat dan Menghargai Kearifan Lokal;
Untuk mencapai sasaran pembangunan Misi 5 yang telah ditetapkan
seperti dikemukakan sebelumnya, maka strategi dan arah kebijakan yang akan
dijalankan adalah:
1.

Peningkatan kerja sama dengan Lembaga Penelitian dan SKPD terkait,


dalam Penyediaan Peta dan informasi wilayah Resiko Bencana serta
profesionalitas aparatur Lembaga/SKPD terkait

2.

Meningkatkan
kerjasama
dalam
penyediaan
sarana
prasana
penanggulangan bencana dan Meningkatkan Kualitas kuantitas sarana
dan prasarana penanggulangan bencana

3.

Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang antisipasi


bencana.

4.

Meningkatkan sarana dan prasarana evakuasi bencana.

5.

Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kualitas lingkungan


hidup.

6.

Meningkat pengawasan dan penegakan peraturan lingkungan hidup


dalam konservasi ekosistem.

7.

Intensifikasi pengawasan dan pentaatan peraturan lingkungan hidup


dalam pengelolaan pencemaran udara dan air

8.

Meningkatkan Kualitas sungai dan SDA melalui normalisasi sungai,


jaringan irigasi dan drainase.

9.

Peningkatan dan Penyediaan Sarana jalan melalui pembangunan baru dan


perbaikan jalan dan jembatan.

10. Meningkatkan sarana dan prasarana lingkungan pemukimanuntuk


meningkatkan pelayanan air bersih, sanitasi, dan drainase.
11. Meningkatkan pelayanan persampahan bekerja sama dengan Lembaga
Pengelola Sampah (LPS) dalam masyarakat
12. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan sampah dan TPA
13. Meningkatkan jumlah Taman Kota dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
14. Meningkatkan peran swasta dalam penyedia an armada angkutan umum
masal.
15. Meningkatkan prasarana, sarana, dan fasilitas lalu lintas.
16. Memberlakukan regulasi yang tegas terhadap pelanggaran lalu lintas.
17. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian bangunan dan perumahan
melalui prosedur pengurusan IMB.
18. Meningkatkan pengendalian bangunan cagar budaya dan bersejarah
dengan menjaga bentuk arsitektur bangunan.
19. Melakukan rehabilitasi dan bedah rumah milik masyarakat tidak mampu.

148

20. Melakukan pembebasan dan penyediaan tanah sesuai peraturan yang


tidak merugikan pemilik lahan.
Untuk melihat saling keterkaitan antara kebijakan dan program
pembangunan dengan sasaran dan tujuan dari misi 5 seperti telah dijelaskan
dalam Bab VI akan dapat dilihat dalam Tabel 7.5 berikut ini. Di dalam tabel ini
akan digambarkan pula kondisi awal dan kondisi akhir yang dicapai dalam setiap
program yang ditetapkan.

149

Tabel 7.5.
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah untuk Misi 5
Menciptakan Kota Padang yang aman, bersih, tertib, bersahabat dan menghargai kearifan lokal
No.

Sasaran

(1)
(2)
1. 1. Meningkatnya sarana
dan prasarana
penanggulangan
bencana.

Strategi dan Arah Kebijakan


(3)
1. Peningkatan kerjasama dengan
Lembaga Penelitian dan SKPD
terkait, melalui Penyediaan Peta
dan informasi wilayah Resiko
Bencana serta profesionalitas
aparatur Lembaga/ SKPD terkait.

Target Kinerja
Indikator Kinerja
Kondisi
Kondisi
(output/ outcome)
Awal
Akhir
(4)
(5)
(6)
Persentase
100
kecukupan sarana
prasarana
penanggulangan
bencana

2. Meningkatkan kerjasama dalam


penyediaan sarana prasa-rana
penanggulangan bencana dan
Meningkatkan Kualitas kuantitas
sarana dan prasarana
penanggulangan bencana.
2. Meningkatnya kesiapsiagaan warga kota
dalam mengantisipasi
penanggulangan
bencana

3. Meningkatkan pemahaman dan


kesadaran masyarakat tentang
antisipasi bencana

Program Pembangunan
Daerah
(7)
Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Penanggulangan Bencana

Bidang
Urusan

SKPD
Penanggung
jawab

(8)
(9)
Kebencanaan BPBD & Damkar

Program Pencegahan Dini


Penanggulangan Bencana
Program Peningkatan
kesiagaan dan pencegahan bahaya kebakaran
Program Sosialisasi
Kawasan Rawan Bencana

Jumlah kelompok
siaga bencana yang
terbentuk

4. Meningkatkan sarana dan


prasarana evakuasi bencana

150

No.

Sasaran

(1)
(2)
2. Meningkatnya kualitas
lingkungan hidup

Target Kinerja
Indikator Kinerja
(output/ outcome) Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Meningkatkan kesadaran
Menurunnya jumlah
22
15
masyarakat dalam menjaga kualitas pelanggaran aturan
lingkungan hidup.
lingkungan (kasus)
Strategi dan Arah Kebijakan

2. Meningkat pengawasan dan


penegakan peraturan lingkungan
hidup dalam konservasi ekosistem.
3. Intensifikasi pengawasan dan
pentaatan peraturan lingkungan
hidup dalam pengelolaan
pencemaran udara dan air
3.

1.Terkelolanya Sumber 1. Meningkatkan kualitas sungai


Daya Air dan
dan SDA melalui normalisasi
Drainase Perkotaan
sungai, jaringan irigasi dan
drainase.
2.Tersedianya
infrastruktur jalan
2. Peningkatan dan Penyediaan
raya yang aman
Sarana jalan melalui pembangunan
baru dan perbaikan jalan dan
3.Tersedianya sarana
jembatan.
dan prasarana
pemukiman
3. Meningkatkan sarana dan
prasarana lingkungan pemukiman
untuk meningkatkan pelayanan air
bersih, listrik, sanitasi, dan
drainase.

Indeks mutu:
air
udara
tanah

Program Pembangunan
Daerah

Bidang
Urusan

(7)
(8)
Program Pengendalian
Lingkungan
Pencemaran danKerusakan hidup
Lingkungan Hidup

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Bapedalda

Program Penegakan
Hukum Lingkungan
Program Peningkatan
Pengendalian Polusi
Program Pengendalian dan
Pencemaran Kerusakan
Lingkungan

Persentase
penurunan titik
genangan air
Persentase jumlah
Jalan dan jembatan
dalam kondisi baik
Persentase
pemukiman dengan
sarana prasarana
yang memadai

Program Pengembangan
dan Pengelolaan Jaringan
Irigasi, Rawa dan
Pengairan lainnya

Pekerjaan
Umum

DPU

Program Pengembangan
Sistem Irigasi Partisipatif
Program Pembangunan
Jalan dan Jembatan
Program Rehabilitasi/
Pemeliharaan Jalan dan
Jembatan
Program Lingkungan Sehat
Perumahan

151

No.

Sasaran

(1)
(2)
4. 1.Meningkatnya sistem
pengelolaan persampahan, Ruang
Terbuka Hijau dan
Taman Kota

Strategi dan Arah Kebijakan


(3)
1. Meningkatkan pelayanan persampahan bekerja sama dengan
Lembaga Pengelola Sampah (LPS)
dalam masyarakat

Target Kinerja
Indikator Kinerja
(output/ outcome) Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(4)
(5)
(6)
Persentase tingkat
28,1
35,1
Pelayanan Sampah
(%)

Program Pembangunan
Daerah
(7)
Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan
Persampahan

Bidang
Urusan

SKPD
Penanggung
jawab

(8)
Pekerjaan
Umum.

(9)
DKP

Perhubungan

DISHUB
KOMINFO

Program Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH)

2. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan sampah dan TPA


3. Meningkatkan jumlah Taman
Kota dan Ruang Terbuka Hijau
(RTH)

Persentase luas RTH


terhadap luas daerah

2.Tersedianya jasa
pelayanan angkutan
kota yang cukup,
nyaman, lancar dan
murah ke seluruh
wilayah kota.

1. Meningkatkan peran swasta


dalam penyediaan armada angkutan umum masal

Persentase tingkat
kecukupan angkutan
kota yang memadai

3.Meningkatnya
keamanan dan
keselamatan lalu
lintas.

Memberlakukan regulasi yang tegas Persentase


terhadap pelanggaran lalu lintas.
penurunan
kecelakaan lalu lintas

2. Meningkatkan prasarana, sarana,


dan fasilitas lalu lintas.

NA

30,0

Program Pembinaan
Kegiatan Kebersihan dan
Sarana Pertamanan
Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana Lalu
Lintas
Program Pembangunan
Prasarana dan Fasilitas
Perhubungan
Program Rehalibitasi Dan
Pemeliharaan Prasarana
Dan Fasilitas LLAJ
Program Peningkatan
Pelayanan Angkutan
Program Pengendalian dan
Pengamanan Lalu Lintas.

152

No.

Sasaran

(1)
(2)
5. Terlaksananya
penataan bangunan
dan perumahan sesuai
dengan rencana tata
ruang kota.

Strategi dan Arah Kebijakan


(3)
1. Meningkatkan pengawasan dan
pengendalian bangunan dan perumahan melalui prosedur pengurusan IMB.
2. Meningkatkan pengendalian
bangunan cagar budaya dan bersejarah dengan menjaga bentuk
arsitektur bangunan.
3. Melakukan rehabilitasi dan
bedah rumah milik masyarakat
tidak mampu.

4. Melakukan pembebasan dan


penyediaan tanah sesuai peraturan
yang tidak merugikan pemilik
lahan.

Target Kinerja
Indikator Kinerja
(output/ outcome) Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(4)
(5)
(6)
Persentase bangunan
yang ber-IMB
Persentase
kesesuaian bangunan
dengan RTRW

Program Pembangunan
Daerah
(7)
Program Pengendalian
Pemanfaatan Ruang

Bidang
Urusan
(8)
Urusan
Perumahan

SKPD
Penanggung
jawab
(9)
DTRTB & P

Program Pengembangan
Perumahan
Program Pemberdayaan
komunitas Perumahanya
0

5.000

Dinas Sosnaker

Program Penataan
Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah

Pertanahan

Bagian
Pertanahan
SekKo

Program Penyelesaian
Konflik Pertanahan
Program Peningkatan
Kemampuan Administrasi
Pertanahan
Program Penyediaan
Tanah Untuk
Pembangunan

153

7.6. Misi 6: Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, Bersih


dan Melayani
Sebagai kelanjutan penjelasan dalam Bab VI sebelumnya, maka pada bab
7 ini akan lebih terperinci menjelaskan bagian yang tidak dijelaskan pada Bab VI,
capaian kinerja yang mencantumkan kondisi awal dan target kondisi pada tahun
akhir perencanaan. Dilanjutkan dengan kolom tentang program pembangunan
daerah yang diperjelas lagi dengan bidang urusan serta SKPD pelaksananya.
Pada Bab VII ini dapat dikatakan bahwa ada kontiniunitas antara Bab VI
sebelumnya sehingga menjadi satu kesatuan antar dokumen perencanaan dalam
RPJMD Kota Padang tahun 2014-2019.

154

Tabel 7.6.
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah untuk Misi 6
Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan melayani
No.
(1)
1.

Sasaran
(2)
Meningkatnya kualitas
perencanaan
pembangunan

Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
Mewujudkan perencanaan
berkualitas dan akuntabel
dengan:
a. Meningkatkan pemanfaatan teknologi dan
informasi dalam
perencanaan dan
pelaksanaan
pembangunan daerah.
b. Mengembangkan data
statistik pembangunan.
c. Membuka layanan
jaringan media partisipasi
& pengaduan publik
dalam perencanaan.
d. Meningkatkan jabatan
fungsional perencana

Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)
Persentase SKPD yang
Renstranya sinkron
dengan RPJMD
Persentase kesesuaian
Renja SKPD dengan
Renstranya
Persentase kesesuaian
RKPD dengan RPJMD
Persentase aspirasi
masyarakat yang
terakomodir dalam APBD
Persentase SKPD yang
memiliki fungsional
perencana

Target Kinerja
Kondisi Kondisi
awal
akhir
(5)
(6)

Program
Pembangunan Daerah

Bidang Urusan

SKPD
Pelaksana

(7)
Peningkatan kapasitas egovernment

(8)
Semua urusan

(9)
Semua SKPD

Pembaharuan data &


statistik pembangunan

Statistik dan
perencanaan
pembangunan

Bappeda dan
statistik

Pengembangan karir
aparatur fungsional &
perencana

Otonomi daerah,
pemerintahan umum,
administrasi keuangan
daerah, perangkat
daerah, kepegawaian
dan persandian

Seluruh SKPD

Pelatihan teknis aparatur

Perencanaan
pembangunan

Seluruh SKPD

Perencanaan
pembangunan

Bappeda

Proses upload dokumen


perencanaan dalam
website

155

No.
(1)
2.

Sasaran
(2)
Meningkatnya
akuntabilitas kinerja
birokrasi

Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(3)
(4)
1. Meningkatkan kinerja
Nilai akuntabilitas kinerja
pelaksanaan pembangunan, pemerintah kota
keuangan daerah dan
pengelolaan aset yang
Persentase SKPD yang
dilakukan melalui arah
mendapat Nilai
kebijakan:
akuntabilitas kinerja baik
a. Penataan struktur
organisasi yang
Persentase SKPD yang
proporsional (beban kerja menerapkan SOP
sesuai dengan TUPOKSI).
b. Mengoptimalkan
Jumlah sistem informasi
pelaksanaan analisis dan yang telah terintegrasi
evaluasi jabatan.
c. Penerapan SOP di lingkup
SKPD.
d. Meningkatkan kualitas
pelayanan administrasi
kepegawaian yang
transparan, cepat dan
tepat.
e. Menyediakan anggaran
khusus untuk tunjangan
daerah bagi PNS
(program 10).
f. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
aparatur berbasis
kompetensi.
Strategi dan
Arah Kebijakan

Target Kinerja
Program
Kondisi Kondisi
Pembangunan Daerah
awal
akhir
(5)
(6)
(7)
CC
B
Penyempurnaan
Penyusunan database
aparatur
100

Penilaian kinerja secara


berkala dan teratur

Bidang Urusan

SKPD
Pelaksana

(8)
(9)
Otonomi daerah,
Bagian
pemerintahan umum, Organisasi
administrasi keuangan
daerah, perangkat
daerah, kepegawaian
dan persandian
Setiap SKPD

Setiap SKPD

Penilaian kinerja secara


berkala dan teratur

Otonomi daerah,
Bagian
pemerintahan umum, Organisasi
administrasi keuangan
Peningkatan pelaksanaan daerah, perangkat
BKD
analisis & evaluasi jabatan daerah, kepegawaian
dan persandian
Penerapan SOP di lingkup Setiap SKPD
SKPD

Seluruh SKPD

Pemanfaatan teknologi
Otonomi daerah,
BKD
informasi dalam
pemerintahan umum,
administrasi kepegawaian administrasi keuangan
daerah, perangkat
daerah, kepegawaian
dan persandian

156

No.

Sasaran

(1)

(2)

Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
g. Meningkatkan pelayanan,
pengelolaan dan
pelaporan keuangan
daerah serta aset.
h. Mempertahankan Opini
BPK: WTP
i. Meningkatkan kualitas
LAKIP.
j. Meningkatkan EKPPD
2. Meningkatkan kinerja
pengawasan penyelenggaraan pemerintah yang
diarahkan kebijakannya
pada: peningkatan pengelolaan pengawasan penyelenggaraan pemerintah
daerah

Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)

Target Kinerja
Kondisi Kondisi
awal
akhir
(5)
(6)

Program
Pembangunan Daerah
(7)
Pelatihan pembentukan
integritas aparatur
sebagai public service

Bidang Urusan
(8)
Setiap SKPD

SKPD
Pelaksana
(9)
Setiap SKPD

Penetapan kepastian/
Otonomi daerah,
BKD
lama proses pengurusan pemerintahan umum,
administrasi kepegawaian administrasi keuangan
daerah, perangkat
Penetapan anggaran
daerah, kepegawaian BKD
tunjangan daerah
dan persandian
Pelatihan teknis aparatur
pemerintahan

Setiap SKPD

Peningkatan pelayanan,
pengelolaan & pelaporan
keuangan daerah serta
aset

Otonomi daerah,
Seluruh SKPD
pemerintahan umum,
administrasi keuangan
daerah, perangkat
daerah, kepegawaian
dan persandian
Bagian Umum

Pendataan aset daerah


Penyelesaian tindak lanjut
temuan hasil audit
Peningkatan penerapan
LAKIP & EKPPD
Peningkatan kinerja
pengawasan
penyelenggaraan
pemerintah daerah

Setiap SKPD

Inspektorat
Otonomi daerah,
Sekretariat
pemerintahan umum, Daerah
administrasi keuangan
daerah, perangkat
Inspektorat
daerah, kepegawaian
dan persandian

157

No.
(1)
3.

4.

Sasaran
(2)
Menekan tindak
Korupsi, Kolusi &
Nepotisme (KKN) di
lingkungan birokrasi

Terwujudnya
pelayanan publik yang
berkualitas prima

Strategi dan
Arah Kebijakan

Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)
Opini BPK

(3)
Meningkatkan angka indeks
persepsi anti korupsi yang
diarahkan kebijakannya:
Persentase penyelesaian
a. Penilaian Mandiri
tindak lanjut temuan
Pelaksanaan Reformasi
hasil audit
Birokrasi (PMPRB).
b. Implementasi Rencana
Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RADPPK).
c. Menerapkan sistem pengawasan internal
dengan arah kebijakan
penerapan SPIP (Sistem
Pengawasan Internal
Pemerintah)
1. Meningkatnya kualitas
pelayanan publik melalui
reformasi dan penerapan egovernment yang diarahkan
kebijakannya dengan mengoptimalkan pelayanan terpadu satu pintu (BPMP2T)
menggunakan sistem online

Target Kinerja
Program
Kondisi Kondisi
Pembangunan Daerah
awal
akhir
(5)
(6)
(7)
WDP
WTP
Peningkatan penerapan
PMPRB
90%
95%
Peningkatan penerapan
RADPPK

Persentase pelayanan
yang telah menggunakan sistem informasi

(8)

SKPD
Pelaksana
(9)
Inspektorat

Peningkatan penerapan
SPIP

Persentase pelayanan
yang sudah satu pintu
Indeks Kepuasan
Masyarakat

Bidang Urusan

Peningkatan pelayanan
satu pintu BPMP2T
80

88

Peningkatan penerapan
SPM dan SPP

Peningkatan pelayanan
barang dan jasa secara
elektronik

Otonomi daerah,
pemerintahan umum,
adminis trasi
keuangan daerah,
perang kat daerah,
kepegawaian dan
persandian
Semua urusan

BPMP2T
Semua SKPD

LPSE

158

No.

Sasaran

(1)

(2)

Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
2. Desentralisasi urusan
pemerintah daerah dengan
kebijakan:
a. Pelaksanaan pelimpahan
kewenangan SKPD ke
Kecamatan/kelurahan.
b. Meningkatkan dana
operasional kecamatan/
kelurahan (program 8).
3. Peningkatan pelayanan
informasi dan komunikasi
arah kebijakan:
a. Peningkatan peran tim
PPID.
b. Meningkatkan keterbukaan informasi dalam
penyelenggaraan
pemerintahan.
c. Mengembangkan
teknologi informasi dan
aplikasinya.

Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)

Target Kinerja
Kondisi Kondisi
awal
akhir
(5)
(6)

Program
Pembangunan Daerah
(7)
Peningkatan dana
operasional kecamatan/
kelurahan

Bidang Urusan

SKPD
Pelaksana

(8)
Pemberdayaan
masyarakat dan
kelurahan

(9)
Bagian
pemerintahan

Pemberdayaan
masyarakat dan
kelurahan

Bagian
pemerintahan,
kecamatan,
kelurahan

Komunikasi dan
informasi

Dishubkominfo

Peningkatan keterbukaan Komunikasi dan


informasi dalam penyeinformasi
lenggaraan pemerintahan

Dishubkominfo

Pengembangan teknologi
informasi dan aplikasinya

Dishubkominfo

Peningkatan peran tim


PPID

Komunikasi dan
informasi

159

No.

Sasaran

(1)

(2)

Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
4. Peningkatan pelayanan
pengendalian dan penanggulangan bencana, dengan
arah kebijakan:
a. Meningkatkan cakupan
pelayanan pengendalian
& penanggulangan
bencana.
b. Meningkatkan peran
serta masyara kat dalam
kesiapsiagaan pengendalian dan penanggulangan
bencana.
5. Peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana prasarana
pelayanan kesehatan dengan
kebijakan diarahkan:
a. Memberikan pelayanan
kesehatan gratis di
puskesmas/ RSUD
(program 4).
b. Memberikan pelayanan
ambulan gratis bagi warga
miskin (program 4).
c. Melakukan penataan,
pembangunan sarana
prasarana kesehatan
sebagai pelayanan publik
prima.

Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)

Target Kinerja
Kondisi Kondisi
awal
akhir
(5)
(6)

NA

Program
Pembangunan Daerah
(7)
Peningkatan cakupan
pelayanan pengendalian
dan penanggulangan
bencana

Bidang Urusan
(8)

SKPD
Pelaksana

BPBD

(9)
BPBD

Peningkatan peran serta


masyarakat

BPBD

BPBD

Peningkatan pelayanan
kesehatan gratis di
Puskesmas/RSUD

RSUD/ PUSKESMAS

RSUD

Pemberian pelayanan
ambulance gratis bagi
warga miskin

RSUD/ PUSKESMAS

RSUD

Pembangunan sarana dan RSUD/PUSKESMAS


prasarana kesehatan

RSUD/
PUSKESMAS

160

No.

Sasaran

(1)

(2)

Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
6. Peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana prasarana
pengumpulan pajak dan
retribusi, yang diarahkan
kebijakan dengan melakukan penataan, pembangunan sarana prasarana
pengumpulan pajak dan
retribusi sebagai pelayanan
publik prima
7. Peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana prasarana
pelayanan dengan
kebijakan:
a. Peningkatan operasional
RW, RT 200% (program
6).
b. Peningkatan kesejahteraan Garin Masjid/
Mushalla 200%
(program 6).
c. Penciptaan layanan keluhan peserta didik dan
pemangku kepentingan
lainnya terhadap pendidikan sebagai pelayanan
publik prima.

Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)

Target Kinerja
Program
Kondisi Kondisi
Pembangunan Daerah
awal
akhir
(5)
(6)
(7)
NA
Pembangunan unit sarana
prasarana pengumpulan
pajak dan retribusi

Bidang Urusan

SKPD
Pelaksana

(8)
DPKA

(9)
DPKA

NA

Program peningkatan
kesejahteraan dana
operasional RW dan RT

Bagian pemerintahan

Bagian
pemerintahan

NA

Program peningkatan
Bagian Kesra
kesejahteraan dana Garin
masjid dan mushalla

Bagian Kesra

NA

Penciptaan layanan
Dinas Pendidikan
keluhan peserta didik dan
pemangku kepentingan
lainnya terhadap
pendidikan sebagai
pelayanan prima

Dinas
Pendidikan

161

No.

Sasaran

(1)

(2)

Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
8. Penyerahan uang santunan kematian bagi keluarga
yang meninggal dengan
arah kebijakan memberikan
uang santunan kematian
Rp 1 juta untuk warga Kota
Padang (program 7)

Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)

Target Kinerja
Program
Kondisi Kondisi
Pembangunan Daerah
awal
akhir
(5)
(6)
(7)
NA
Pemberian uang santunan
kematian bagi keluarga

Bidang Urusan

SKPD
Pelaksana

(8)
Bagian Kesra

(9)
Bagian Kesra

Keterangan tabel
*) sumber data adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Padang tahun 2013)
NA adalah Non Available dapat saja berarti bahwa datanya belum diserahkan oleh SKPD terkait, atau datanya belum tersedia karena program yang
baru dilakukan, atau data tersebut belum dihitung

162

BAB IX
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Penetapan indikator dan target kinerja sangat penting untuk dapat
memperkirakan hasil pembangunan, dan diharapkan dapat diwujudkan melalui
pelaksanaan pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
seluruh warga Kota Padang. Indikator kinerja ini mencakup dua aspek yaitu
indikator kinerja program yang bersifat mikro dan indikator kinerja pembangunan
daerah yang bersifat makro. Indikator kinerja program dan target kinerja untuk
masing-masing tahun sudah dibahas pada Bab VIII terdahulu, sedangkan
indikator dan target kinerja pembangunan daerah dibahas pada Bab IX ini.
Indikator kinerja pembangunan daerah dapat dirumuskan berdasarkan
hasil analisis pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja daerah
secara makro (outcome). Indikator kinerja daerah ini meliputi 3 aspek utama
pembangunan daerah yaitu Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Umum dan
Daya Saing. Aspek Kesejahteraan Masyarakat meliputi: Kesejahteraan dan
Pemerataan Ekonomi, Kesejahteraan Sosial, Aspek Pelayanan Umum meliputi:
Pelayanan Urusan Wajib dan Pelayanan Urusan Pilihan, sedangkan aspek daya
saing meliputi: Nilai Tukar Petani, Produktivitas Total Daerah dan Rasio Ekspor
terhadap PDRB. Penetapan indikator kinerja daerah dilakukan berdasarkan
kondisi tahun 2013, tendensi perkembangan di masa lalu dan kemampuan
keuangan daerah.
Penetapan indikator kinerja pembangunan daerah ini didasarkan pada
ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008.
Guna dapat mewujudkan kinerja pembangunan daerah yang terukur, maka
target kinerja yang ditetapkan diupayakan semaksimal mungkin dalam bentuk
kuantitatif, kecuali untuk aspek-aspek yang ternyata sangat sulit dikuantifikasikan
seperti agama dan budaya. Sedangkan indikator kinerja yang digunakan dalam
RPJMD ini disesuaikan dengan program dan kegiatan yang dijabarkan dari visi
dan misi kepala daerah terpilih dan kondisi sosial ekonomi dan pembangunan
Kota Padang. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Tabel 9.1 memberikan rincian
penetapan semua indikator dan target kinerja pembangunan Kota Padang untuk
periode 2015-2019.
Seperti terlihat pada Tabel 9.1, untuk aspek kesejahteraan dan
pemerataan ekonomi ditetapkan 10 indikator kinerja hasil (outcome) yang
ditargetkan akan dapat dicapai melalui peningkatan kegiatan pembangunan Kota
Padang dalam periode 2014-2019. Indikator pertama adalah Indek
Pembangunan Manusia (IPM) yang pada tahun 2014 ditargetkan sebesar 78.71
dan meningkat menjadi 80,13 pada tahun 2019. Peningkatan IPM ini
menunjukkan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Padang secara
keseluruhan yang disebabkan oleh peningkatan dalam 3 unsur utama kehidupan
masyarakat yaitu daya beli (pendapatan) masyarakat, tingkat pendidikan dan
derajat kesehatan.

163

Tabel 9.1
Penetapan Indikator Kinerja Pembangunan Kota Padang Tahun 2014-2019
ASPEK KINERJA PEMBANGUNAN
A.

SATUAN

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Indek

78,61

78,91

79,21

79,51

79,81

80,11

80,41

2. Pertumbuhan PDRB ADHK

6,48

6,50

6,65

6,80

6,98

7.17

7.36

3. Tingkat Inflasi

10,870

4,97

5,93

6,22

6,59

7,00

7,46

ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT


A.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
1.

Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi


Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian
1. Indek Pembangunan Manusia (IPM)

4. PDRB per kapita (ADHB)

(Rp. Juta)

35,930

39,42

41,93

44,60

47,43

50,44

53,65

5. Indeks Gini

Indek

0,336

0,333

0,328

0,322

0,319

0,317

0,315

6. PDRB ADHK

Triliun

14,517

15,44

16,42

17,46

18,57

19,75

21,01

7. PDRB ADHB

Triliun

35,861

40,60

45,96

52,02

58,89

66,67

75,47

8. Tingkat Kemiskinan

5,30

5,02

4,96

4,90

4,83

4,78

4,63

9. Angka kriminalitas yang tertangani

91,176

92,63

94,12

95,62

97,15

98,70

98,99

orang

861.167

870.571

880.078

889.689

899.404

909.226

919.155

99,54

99,56

99,57

99,58

99,60

99,61

99,62

Tahun

11,02

11,04

11,07

11,09

11,12

11,14

11,17

1. Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A

109,20

107,79

106,57

105,37

104,18

103,01

101,85

2. Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs/Paket B

93,18

96,09

99,10

102,20

105,40

108,69

112,09

10. Jumlah Penduduk


A.2 Fokus Kesejahteraan Masyarakat
1.

Pendidikan
1. Angka melek huruf
2. Angka rata-rata lama sekolah
3. Angka partisipasi kasar

164

ASPEK KINERJA PEMBANGUNAN

SATUAN

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

86,45

88,28

90,15

92,06

94,01

96,00

98,03

1. Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A

96,41

96,74

97,07

97,40

97,73

98,06

98,39

2. Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B

87,24

96,46

106,65

117,93

130,39

144,17

159,41

3. Angka Partisipasi Murni (APM)


SMA/SMK/MA/Paket C

64,48

64,69

64,90

65,11

65,32

65,53

65,75

(dari 1000
Kelahiran)

2,171

2,03

1,90

1,78

1,66

1,55

1,45

Tahun

71,205

71,22

71,24

71,25

71,27

71,28

71,30

0,056

0,04

0,04

0,03

0,02

0,02

0,01

1. Angkatan Kerja

Orang

361.071

363.056

365.052

367.060

369.078

371.107

373.147

2. Penduduk Yang Bekerja

Orang

310.566

314.000

317.471

320.981

324.530

328.118

331.745

Indeks (0 - 1)

0,86

0,86

0,87

0,87

0,88

0,88

0,89

Jumlah klub

32

32

35

38

41

43

45

2. Program peningkatan kualitas sarana dan prasarana


keolahragaan

Jumlah
Lapangan
olahraga

442

442

472

513

556

596

660

3. Program meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana


dan prasarana olah raga.

Gelanggang/
balai remaja
(selain milik
swasta)

5.000

5.000

5.007

5.010

5.015

5.020

5.025

3. Angka Partisipasi Kasar (APK)


SMA/SMK/MA/Paket C
4. Angka Partisipasi Murni

2.

Kesehatan
1. Angka Kematian Bayi/ Infant Mortality Rate
2. Angka usia harapan hidup
3. Persentase balita gizi buruk

4.

Ketenagakerjaan

3. Rasio penduduk yang bekerja


A.3 Fokus Seni Budaya dan Olahraga
2.

Pemuda dan Olahraga


1. Jumlah klub olahraga

165

ASPEK KINERJA PEMBANGUNAN

SATUAN

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Jumlah orang
kegiatan
olahraga

980

1.000

1.100

1.150

1.200

1.240

1.250

SD/MI

(per 1000
siswa)

37

37

38

38

39

39

40

SMP/MT (per 1000 siswa)

(per 1000
siswa)

10

10

SMA/MA (per 1000 siswa)

(per 1000
siswa)

SMK (per 1000 siswa)

(per 1000
siswa)

SD/MI

(per siswa)

1:16

1:16

1:16

1:20

1:16

1:20

1:20

SLTP

(per siswa)

1:13

1:13

1:13

1:13

1:13

1:13

1:13

SLTA

(per siswa)

1:26

1:26

1:26

1:26

1:26

1:26

1:26

1. Angka Kelulusan (AL) SD/MI

98

98

98

98

99

99

100

2. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs

99

99

99

100

100

100

100

3. Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA

99

99

99

99

99

99

99

4. Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV

65,31

75

80

85

90

95

100

4. Program memberikan jaminan kepada para atlit yang


berpotensi dibidang olah raga terhadap karir,
keamanan, dan pekerjaan serta masa depannya.
B.

ASPEK PELAYANAN UMUM


B.1 Fokus Layanan Urusan Wajib
1.

Pendidikan
1.

Pendidikan dasar:
1. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia
sekolah

2. Rasio guru/murid per kelas rata-rata

2.

AngkaKelulusan:

166

ASPEK KINERJA PEMBANGUNAN


2.

3.

4.

SATUAN

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

1. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan

%
Ketersediaan

100

100

100

100

100

100

100

2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat

Jml Kegiatan

10

20

25

30

35

40

45

3. Program Pengawasan Obat dan Makanan

Jml Kegiatan

12

15

4. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan


Masyarakat

Jml Kegiatan

15

15

20

25

30

35

40

5. Program peningkatan sarana dan prasarana kesehatan


penambahan kapasitas tempat tidur di RSUD

% Jumlah
tempat tidur

75

100

100

100

100

100

100

6. Program pengembangan puskesmas

Jml puskesmas

10

10

11

12

13

14

15

7. Program peningkatan pembinaan kelurahan siaga aktif

Kesehatan

Jml Kelurahan

20

20

22

25

27

30

35

8. Program pengendalian penyakit dan penyehatan


lingkungan penerapan sanitasi total berbasis
masyarakat di kelurahan.

Jml program

20

20

25

30

35

40

45

9. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi semua


penduduk

% Angka
kematian bayi

0,13

0,13

0,12

0,11

0,10

0,9

0,5

Pekerjaan Umum
1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik

30,75

31,13

31,51

31,90

32,30

32,70

33,10

2. Panjang jalan dilalui Roda 4

Km

2.412,80

2.656,31

2.924,39

3.219,53

3.544,45

3.902,17

4.295,99

3. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik (> 40


Km/Jam)

Km

2.312,80

2.376,17

2.441,28

2.508,18

2.576,91

2.647,52

2.720,06

4. Luas irigasi Kabupaten dalam kondisi baik

Ha

7.385,78

7.398,16

7.410,55

7.422,97

7.435,41

7.447,87

7.460,35

1. Rumah tangga pengguna air bersih

Kk

74.307

76.341

78.430

80.577

82.782

85.047

87.375

2. Rumah tangga pengguna listrik

Kk

413.364

431.779

451.014

471.107

492.094

514.016

536.915

3. Jalan Lingkungan

Km

1.689

1.790

1.891

1.891

1.992

2.093

2.292

Perumahan

167

ASPEK KINERJA PEMBANGUNAN

5.

SATUAN

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

4. Lingkungan pemukiman kumuh

Ha

574,7

574,7

559,7

554,7

529,7

514,7

499,7

5. Rumah tidak layak huni

19,6

18,8

17,9

17,1

16,3

15,5

14,8

810

743

681

625

573

526

482

Penataan Ruang
1. Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan

6.

7.

Perencanaan Pembangunan
1. Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah
ditetapkan dgn PERDA (termasuk Revisi)

Dok

2. Tersedianya Dokumen Perencanaan: RPJMD yg telah


ditetapkan dgn PERDA/PERKADA

Dok

3. Tersedianya Dokumen Perencanaan: RKPD yg telah


ditetapkan dgn PERKADA

Dok

Ribu orang

198.450

199.710

200.610

201.600

207.000

211.500

216.000

2. Halte

unit

132

145

153

174

192

211

232

3. Rambu-rambu

Unit

3.920

4.041

4.166

4.294

4.427

4.563

4.704

4. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Bis

Unit

5. Angkutan kota (Bus kota)

Unit

10

15

15

30

30

40

40

40,0

42,8

45,8

49,0

52,4

56,1

60,0

Orang

640.897

651.324

68.084

710.324

739.824

769.324

798.824

3. Persentase sampah masuk ke TPA

59,0

60,5

62,0

63,6

65,3

66,9

68

4. Persentase Layanan angkutan sampah

28,1

29,2

30,3

31,4

32,6

33,8

36,1

1. Penyelesaian kasus sengketa tanah

Kasus

20

18

16

15

14

14

2. Penyuluhan hokum

Jumlah

18

75

75

75

75

75

75

Perhubungan
1. Jumlah arus penumpang angkutan umum

8.

Lingkungan Hidup
1. Persentase penanganan sampah
2. Jumlah Penduduk berakses air minum

9.

Pertanahan

168

ASPEK KINERJA PEMBANGUNAN

SATUAN

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

% Cakupan
penerbitan
KTP ber NIK

90

90

95

100

100

100

100

2. Program pemberian penyuluhan dan pembinaan


pemahaman aparat dalam proses pendataan
penduduk dan pencatatan sipil akan prosedur dan
peraturan perundangan yang mendasari

Jumlah
Kegiatan

3. Program mensinkronisasikan dan koordinasi antar


instansi terkait tentang data kependudukan

Kegiatan

4. Program untuk pengadaan sarana dan prasarana


informasi kependudukan dan catatan sipil yang secara
langsung bisa diakses 0leh masyarakat luas

WEB

5. Program pengadaan sarana prasarana untuk UP 3 SK

Unit

Rasio
penduduk
bekerja

0,75

0,87

0,90

0,92

0,93

0,95

0,99

Rata-rata
jumlah anak
per keluarga

2,7

2,7

2,6

2,5

2,4

2,3

2,1

Rasio akseptor
KB

122.650

122.650

122.650

122.650

122.650

122.650

122.650

Cakupan
peserta KB
aktif

93.760

93.760

93.760

93.760

93.760

93.760

93.760

10. Kependudukan dan Catatan Sipil


1. Penataan administrasi Kependdukan

6. Program peningkatan penyerapan tenaga kerja


pemahaman masyarakat akan pentingnya dokumen
resmi kependudukan
11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
1. Program peningningkatan partisipasi masyarakat
dalam penciptaan keluarga sejahtera dan kesadaran
akan arti penting penguatan keluarga sebagai basis
ketahanan sosial masyarakat.
2. Program mengoptimalkan fungsi kapasitas
kelembagaan KB-KS.
3. Program mengoptimalkan tugas penyelenggaraan
BKB-Posyandu-PAUD

169

ASPEK KINERJA PEMBANGUNAN

SATUAN

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

1. Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan


panti rehabilitasi

22

22

22

22

23

23

23

2. PMKS yg memperoleh bantuan sosial

325

364

407

456

510

571

639

3. Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial

30

34

39

44

50

57

65

55,811

55,93

56,05

56,17

56,30

56,42

56,54

Orang

199

421

443

468

493

520

548

1. Jumlah Koperasi aktif

Unit

570

584

625

670

717

768

822

2. Jumlah UKM non BPR/LKM UKM

Unit

58.000

60.000

62.000

64.000

66.000

68.000

69.000

3. Jumlah BPR/LKM

Unit

10

10

11

11

13

13

14

4. Usaha Mikro dan Kecil

Unit

11.578

11.795

12.016

12.241

12.470

12.704

12.942

1. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)

Triliun

3,9

4,1

4,2

4,3

4,4

4,5

4,6

2. Jumlah sanggar Budaya

(unit)

77

79

80

85

90

95

100

Kali

57,000

58

58

59

60

60

61

4. Sarana penyelenggaraan seni dan budaya

108

116

125

135

146

157

169

5. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang


dilestarikan

62

62

62

62

62

62

62

57,000

58

58

59

60

60

61

2. Sarana penyelenggaraan seni dan budaya

108

116

125

135

146

157

169

3. Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang


dilestarikan

62

62

62

62

62

62

62

13. Sosial

14. Ketenagakerjaan
1. Tingkat partisipasi angkatan kerja
2. Pencari kerja yang ditempatkan
15. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah

16. Penanaman Modal

3. Penyelenggaraan festival seni dan budaya

17. Kebudayaan
1. Penyelenggaraan festival seni dan budaya

Kali

170

ASPEK KINERJA PEMBANGUNAN

SATUAN

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

442

442

472

513

556

596

660

18. Kepemudaan dan Olahraga


1. Jumlah Lapangan olahraga
2. Jumlah organisasi olahraga

Unit

32

32

35

38

41

43

45

3. Jumlah organisasi pemuda

Kegiatan

153

167

172

189

198

227

227

4. Jumlah kegiatan olahraga

Kegiatan

980

1.000

1.100

1.200

1.300

1.400

1.500

Jumlah

5.000

5.000

5.007

5.010

5.015

5.020

5.025

5. Gelanggang /balai remaja (selain milik swasta)


19. Kesatuan Bangsadan Politik Dalam Negeri
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian
1. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk

2. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk

0,5

0,75

1,25

1,5

1,75

3. Rasio Pos Siskamling & Balai Pemuda per jumlah desa/


kelurahan

10

11

4. Pertumbuhan ekonomi

6,48

6,50

6,65

6,80

6,98

7.17

7.36

5. Kemiskinan

5,30

5,02

4,96

4,90

4,83

4,78

4,63

Jumlah Perda
yang
ditegakkan

10

11

12

13

14

kecamatan

11

11

11

11

11

11

11

kasus

35

75

105

115

120

125

130

40

60

80

100

120

140

6. Penegakan PERDA

7. Cakupan patroli petugas Satpol PP


8. Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (ketertiban,
ketentraman, keindahan) di Kabupaten
9. Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kota
21. Ketahanan Pangan
1. Regulasi ketahanan pangan

Jumlah
Perwako

171

ASPEK KINERJA PEMBANGUNAN

SATUAN

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Kg/Kap/Thn

217,15

228,00

239,40

251,37

255,79

260,29

264,87

Unit

116

116

116

116

116

116

116

1. Buku Padang dalam angka

2. Buku PDRB Kota Padang Berdasarkan ADHB ADHK

0,002

0,003

0,003

0,004

0,005

0,006

0,007

3. Jumlah surat kabar nasional/ lokal

15

16

16

17

17

18

19

4. Jumlah penyiaran radio/ TV lokal

18

20

20

20

21

21

22

1. Jumlah pengunjung perpustakaan pertahun

1.106

1.267

1.452

1.664

1.906

2.184

2.503

2. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah

16.357

18.050

19.668

21.432

23.353

25.447

27.728

2. Ketersediaan pangan utama


22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
1. PKK aktif
23. Statistik

24. Kearsipan
25. Komunikasi dan Informatika
1. Jumlah jaringan komunikasi
2. Rasio wartel/ warnet terhadap penduduk

26. Perpustakaan

B.2

Fokus Layanan Urusan Pilihan


1.

Pertanian
1. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal
lainnya per hektar
Padi

Kwintal/ ha

55,26

55,45

55,63

55,82

56,01

56,20

56,38

Jagung

Kwintal/ ha

0,00

0,28

0,28

0,29

0,29

0,29

0,30

Ubi Kayu

Kwintal/ ha

437,66

143,31

145,00

145,20

145,40

145,60

146,00

Ubi Jalar

Kwintal/ ha

196,54

143,31

149,97

156,94

164,24

171,87

179,86

Kacang Tanah

Kwintal/ ha

17,50

18,14

18,80

19,49

20,20

20,94

21,71

172

ASPEK KINERJA PEMBANGUNAN

SATUAN

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Kedelai

Kwintal/ ha

10,00

10,38

10,78

11,20

11,63

12,07

12,54

Kacang Hijau

Kwintal/ ha

10,00

10,32

10,66

11,01

11,36

11,73

12,11

2. Kontribusi sektor pertanian/perkebunan terhadap PDRB

2,29

2,29

2,30

2,30

2,30

2,31

2,31

3. Kontribusi sektor pertanian (palawija) terhadap PDRB

61,59

61,66

61,73

61,80

61,87

61,95

62,02

4. Kontribusi sektor perkebunan (tanaman keras)


terhadap PDRB

2,18

2,17

2,16

2,15

2,14

2,13

2,12

5. Kontribusi Produksi kelompok petani terhadap PDRB

1,02

1,11

1,20

1,30

1,41

1,52

1,65

23,00

23,12

23,23

23,35

23,47

23,59

23,71

300

264

232

205

180

158

139

6. Cakupan bina kelompok petani


2.

Kehutanan
1. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis

3.

2. Kerusakan Kawasan Hutan

Ha

5.380

5.350

5.321

5.292

5.263

5.234

5.205

3. Kontribusi sektor kehutanan terhadap PDRB

0,020

0,02

0,02

0,01

0,01

0,01

0,01

perusahaan

20

20

20

20

20

20

20

53.057

54.126

55.216

56.329

57.464

58.621

Energi dan Sumber Daya Mineral


1. Pertambangan yang memiliki izin

4.

Pariwisata
1. Kunjungan wisata
- Mancanegara

pengunjung

- Domestik

pengunjung

2. Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB


5.

3.001.306

3.210.928

3.435.190

3.675.116

3.931.800

4.206.410

2,3

2,5

2,7

3,0

3,2

3,5

3,8

Ton

22.749

23.782

24.646

25.561

26.017

26.575

27.002

Kg/kapita/thn

30.70

31.05

32.04

33.03

34.02

35.01

36.00

Klp nelayan

193

214

236

260

285

311

336

Ton

15.725

16.131

16.942

17.659

18.445

19.313

20.197

Kelautan dan Perikanan


1. Produksi perikanan
2. Konsumsi ikan
3. Cakupan bina kelompok nelayan
4. Produksi perikanan kelompok nelayan

173

ASPEK KINERJA PEMBANGUNAN

6.

Perdagangan

7.

Perindustrian

SATUAN

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

Km/unit
kendaraan

0,005

0,005

0,005

0,006

0,006

0,006

0,007

Orang (000)

198.450

199.710

200.810

201.600

207.000

211.500

216.000

702,25

702,25

702,25

702,25

702,25

702,25

702,25

0,700

0,72

0,74

0,77

0,79

0,81

0,84

Jumlah kasus

6.518

6.518

6.353

6.186

6.019

5.852

5.685

hari

21

20

19

18

17

15

14

ASPEK DAYA SAING DAERAH


C.1 Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
C.2 Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastuktur
1. Perhubungan
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan
Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum
Jumlah orang/ barang melalui dermaga/ bandara/ terminal
pertahun

Orang

2. Penataan Ruang
Luas wilayah industri

Ha

3. Komunikas dan Informatika


Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon
C.3 Fokus Iklim Berinvestasi
1. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian
1. Angka kriminalitas
2. Lama proses perijinan

Sumber: BPS, SKPD terkait dan Data diolah

174

Seperti terlihat pada Tabel 9.1, untuk aspek kesejahteraan dan


pemerataan ekonomi ditetapkan 10 indikator kenerja hasil ( outcome) yang
ditargetkan akan dapat dicapai melalui peningkatan kegiatan pembangunan Kota
Padang dalam periode 2014-2019. Indikator pertama adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang pada tahun 2014 ditargetkan sebesar 78,71
dan meningkat menjadi 80,13 pada tahun 2019. Peningkatan IPM ini
menunjukkan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Padang secara
keseluruhan yang disebabkan oleh peningkatan dalam tiga unsur utama
kehidupan masyarakat yaitu daya beli (pendapatan) masyarakat, tingkat
pendidikan dan derajat kesehatan.
Untuk pertumbuhan ekonomi kota, target kinerja yang ditetapkan dalam
RPJMD Kota Padang ini adalah 6,50% untuk tahun 2014 dan meningkat menjadi
7,36% pada tahun 2019 mendatang. Peningkatan pertumbuhan ekonomi ini
didorong melalui peningkatan investasi yang ditargetkan pada tahun 2014
sebesar Rp. 3,9 trilyun dan meningkat menjadi Rp. 4,6 trilyun pada tahun 2019.
Investasi ini adalah dalam bentuk total, termasuk investasi pemerintah (APBN
dan APBD), investasi swasta, baik PMDN dan PMA, serta investasi masyarakat.
Peningkatan investasi tersebut diperkirakan akan dapat menambah lapangan
kerja baru sehingga tingkat pengangguran Kota Padang diperkirakan akan
menurun.
Melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut diharapkan akan
dapat meningkatkan kemakmuran ekonomi masyarakat yang diukur dengan nilai
pendapatan perkapita dengan harga berlaku. Seperti terlihat pada Tabel 9.1
target pendapatan perkapita masyarakat Kota Padang pada tahun 2014 adalah
sebesar Rp.41,52 juta dan meningkat menjadi Rp.75,81 juta pada tahu 2019.
Sejalan dengan hal tersebut, tingkat pengangguran diperkirakan akan menurun
dari 11,05% pada tahun 2014 menjadi 10,03% pada tahun 2019. Sedangkan
tingkat kemiskinan yang diukur dengan persentase penduduk miskin diperkirakan
secara bertahap akan dapat diturunkan dari 5,18% pada tahun 2014 menjadi
4,78% pada tahun 2019.
Menyangkut dengan kesejahteraan sosial, sasaran utama adalah
pningkatan kualitas sumber daya manusia yang diukur dengan indikator kinerja
Indek Pembangunan Manusia (IPM). Dalam hal ini target kinerja IPM yang
direncanakan adalah meningkat dari 78,71 pada tahun 2014 menjadi 80,13 pada
tahun 2019. IPM ini mencakup 3 unsur utama yaitu pendapatan (daya beli),
tingkat pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat. Indikator kinerja tingkat
pendidikan digunakan angka melek huruf yang diperkirakan akan meningkat dari
99,56% pada tahun 2014 menjadi 99,62% pada tahun 2019. Sedangkan untuk
derajat kesehatan masyarakat yang diukur dengan Usia Harapan Hidup
diperkirakan akan meningkat dari 71,22 pada tahun 2014 menjadi 71,30 pada
tahun 2019.

175

Di bidang pelayanan umum, penetapan indiktor kinerja dilakukan


berdasarkan urusan pemerintahan daerah yang terbagi atas urusan wajib dan
urusan pilihan. Indiktor kinerja ini disusun berdasarkan program-program yang
diturunkan dari visi dan misi kepala daerah. Sedangkan pencapaian target kinerja
yang ditetapkan tidak hanya didasarkan pada sumber dana APBD saja, tetapi
juga dana APBN dan APBD Provinsi yang kegiatannya dilakukan di Kota Padang
selama periode 2014-2019.

176

BAB X
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Padang Tahun 2014-2019


merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Kota Padang Tahun 2004-2020, Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Tahun 2009-2029, dan memperhatikan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015.
Keterkaitan ini perlu dijaga dalam rangka mewujudkan proses pembangunan
Kota Padang yang terpadu dan berkelanjutan baik antar daerah maupun antar
waktu sehingga dapat diharapkan hasil yang lebih terarah dalam jangka panjang.
10.1. PEDOMAN TRANSISI RKPD TAHUN 2019
RPJM Kota Padang Tahun 2014-2019 disusun untuk digunakan sebagai
acuan penyusunan RKPD pada setiap tahunnya. Disamping itu, RPJMD ini juga
dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan rencana transisi Tahun 2019. Hal
ini dimaksudkan untuk dapat mengisi kekosongan perencanaan pembangunan
daerah tahun 2019 nanti ketika masa berlakunya RPJMD 2014-2019 sudah
berakhir. Hal ini dilakukan untuk dapat menjaga keterpaduan dan
kesinambungan pelaksanaan pembangunan Kota Padang pada masa transisi
yang timbul karena peralihan dari satu RPJMD kepada RPJMD berikutnya.
10.2. KAIDAH PELAKSANAAN
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Padang Tahun 2014-2019
merupakan pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam
menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD bersangkutan. Disamping itu,
RPJMD ini juga berfungsi sebagai pedoman bagi BAPPEDA untuk menyusun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Rencana Pendapatan dan Belanja
Daerah (RAPBD) di lingkungan Pemerintah Kota Padang.
Untuk menjaga kualitas lingkungan hidup sebagai akibat dari pelaksanaan
RPJMD ini, Pemerintah Kota Padang dalam waktu yang bersamaan sudah
menyiapkan pula Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk periode
perencanaan yang sama. KLHS ini selanjutnya dapat pula dijadikan sebagai
pedoman perumusan kebijakan kota Padang untuk mengendalikan pencemaran
dan pengrusakan lingkungan akibat kegiatan pembangunan kota.
10.3. PENGENDALIAN DAN EVALUASI
Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Kota Padang Tahun 2014-2019, BAPPEDA Kota
Padang berkewajiban untuk melakukan pengendalian (pemantauan) dalam

177

pelaksanaan program dan kegiatan bersama-sama dengan SKPD terkait guna


menjaga kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan dengan pelaksanaan
nantinya di lapangan. Pada saat pelaksanaan program dan kegiatan telah selesai,
BAPPEDA juga mempunyai kewajiban untuk melakukan evaluasi untuk
mengetahui seberapa jauh output (keluaran) dan hasil (outcome) dari
pelaksanaan program dan kegiatan tersebut sudah sesuai dengan harapan yang
tertera dalam RPJMD Kota Padang 2014-2019. Dengan cara demikian diharapkan
pelaksanaan RPJMD ini benar-benar sesuai dengan visi dan misi Kapala Daerah
sebagaimana sudah dijanjikan kepada seluruh warga Kota Padang pada waktu
pelaksanaan PILKADA sebelumnya.

Padang, November 2014

178

Anda mungkin juga menyukai