RPJMD 2014-2019
RPJMD 2014-2019
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
1.2
Maksud dan Tujuan
1.3
Landasan Hukum
1.4
Hubungan Antar Dokumen Perencanaan
1.5
Sistimatika Penulisan
BAB II
8
8
23
32
38
BAB III
43
BAB IV
68
68
74
BAB V
80
80
82
91
91
BAB VI
1
1
2
3
5
6
43
54
58
63
85
86
86
87
94
97
100
6.5
6.6
BAB VII
BAB
VIII
104
109
116
182
8.20
116
126
131
137
161
171
183
188
195
203
209
212
216
222
228
231
235
238
241
245
249
253
256
258
261
264
8.21
8.22
8.23
8.24
8.25
8.26
8.27
8.28
8.29
8.30
8.31
8.32
8.33
273
275
278
280
286
289
292
299
301
303
308
317
323
BAB IX
BAB X
343
343
343
343
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7
Tabel 2.8
Tabel 2.9
Tabel 2.10
Tabel 2.11
Tabel 2.12
Tabel 2.13
Tabel 2.14
Tabel 2.15
Tabel 2.16
Tabel 2.17
Tabel 2.18
Tabel 2.19
Tabel 2.20
Tabel 2.21
9
14
21
22
24
25
26
27
28
29
30
33
34
35
36
36
37
38
39
40
41
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 3.7
Tabel 3.8
Tabel 3.9
Tabel 3.10
Tabel 3.11
Tabel 3.12
Tabel 3.13
Tabel 3.14
Tabel 3.15
Tabel 3.16
Tabel 3.17
Tabel 4.1
Tabel 5.1
Tabel 6.1
Tabel 6.2
Tabel 6.3
Tabel 6.4
Tabel 6.5
Tabel 6.6
Tabel 7.1
Tabel 7.2
Tabel 7.3
Tabel 7.4
44
46
48
50
52
53
54
56
58
58
59
60
60
62
62
64
67
74
88
93
96
99
102
106
113
118
127
133
139
Tabel 7.5
Tabel 7.6
Tabel 8.1
Tabel 8.2.
Tabel 8.3
Tabel 8.4
Tabel 8.5
Tabel 8.6
Tabel 8.7
Tabel 8.8
Tabel 8.9
Tabel 8.10
Tabel 8.11
Tabel 8.12
Tabel 8.13
Tabel 8.14
Tabel 8.15
Tabel 8.16
Tabel 8.17
Tabel 8.18
Tabel 8.19
163
172
185
189
198
205
210
214
217
223
229
232
236
239
242
246
250
254
257
259
262
Tabel 8.20
265
302
Tabel 8.34
325
Tabel 9.1.
327
Tabel 8.21
Tabel 8.22
Tabel 8.23
Tabel 8.24
Tabel 8.25
Tabel 8.26
Tabel 8.27
Tabel 8.28
Tabel 8.29
Tabel 8.30
Tabel 8.31
Tabel 8.32
Tabel 8.33
274
276
279
281
287
290
294
300
306
311
319
324
BAB I
PENDAHULUAN
Panjang (RPJP) Kota Padang periode 2004-2020 yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Nomor 18 Tahun 2004 tanggal 3 Agustus 2004, Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Barat untuk periode 2005-2025
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007,dan Rencana TataRuang Wilayah (RTRW) Kota Padang periode 2010-2030 yang telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 dan Permendagri Nomor 72 Tahun
2013. Selanjutnya, penyusunan RPJMD ini menampung aspirasi warga Kota Padang
baik yang berdomisili di Kota Padang maupun yang berada di perantauan secara
lebih rinci dan terfokus sebagaimana dihasilkan dalam Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Daerah (Musrenbang) yang telah dilaksanakan khusus untuk tujuan
ini.
2.
3.
4.
5.
Mewujudkan visi dan misi Walikota dan Wakil Walikota Padang terpilih yaitu
untuk meningkatkan kesejahteraan warga kota sehingga mampu
berkembang secara mandiri, memiliki keterampilan dan ilmu pengetahuan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
24. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2007 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Barat
2005-2025;
25. Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kota Padang 2004-2020;
26. Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 10 Tahun 2011 Tentang Perubahan
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 Revisi Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Kota Padang Tahun 2009-2014;
27. Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Padang 2010-2030.
Pendahuluan
Memuat latar belakang penyusunan rencana, maksud dan tujuan,
landasan hukum, hubungan antar dokumen perencanaan pembangunan
dan sistematika penulisan rencana.
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
Bab VI
BAB VII
BAB IX
BAB X
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Pada tahun 1980 wilayah Kota Padang yang sebelumnya terdiri dari 3
Kecamatan dengan 15 Kampung dikembangkan menjadi 11 Kecamatan dan 193
Kelurahan, kemudian dengan ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2005
dilakukan penggabungan kelurahan menjadi 104 Kelurahan. Adapun batas-batas
wilayah administratif Kota Padang, adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Sebelah
Sebelah
Sebelah
Sebelah
Kecamatan
1.
2.
Luas (Km2)
Persentase (%)
Ketinggian
(m.dpl)
100,78
14,50
0 - 850
Lubuk Kilangan
85,99
12,37
25 - 1.853
3.
Lubuk Begalung
30,91
4,45
8 - 400
4.
Padang Selatan
10,03
1,44
0 - 322
5.
Padang Timur
8,15
1,17
4 - 10
6.
Padang Barat
7,00
1,01
0-8
7.
Padang Utara
8,08
1,16
0 - 25
8.
Nanggalo
8,07
1,16
3-8
9.
Kuranji
57,41
8,26
8 - 1.000
10.
Pauh
146,29
21,05
10 - 1.600
11.
Koto Tangah
232,25
33,42
9 - 1.600
Jumlah
694,96
100,00
2.1.2. Topografi
Kota Padang memiliki garis pantai sepanjang 68,126 km, sebagai kota
pantai, Kota Padang terdiri atas dataran rendah yang terletak pada ketinggian 010
m di atas permukaan laut. Secara keseluruhan, Kota Padang terletak pada
ketinggian yang berkisar antara 0-1.853 m di atas permukaan laut. Daerah tertinggi
adalah Kecamatan Lubuk Kilangan, sedangkan daerah lainnya terletak pada dataran
tinggi, yaitu sebelah Selatan dan Timur. Secara topografi Kota Padang terbagi atas
empat kategori, yaitu:
1.
2.
3.
4.
Dataran
Dataran
Dataran
Dataran
10
Pembagian DAS ini dikarenakan wilayah Kota Padang dilalui oleh banyak
sungai besar dan kecil. Terdapat 21 aliran sungai yang mengalir di wilayah Kota
Padang dengan total panjang mencapai 133,9 Km (5 sungai besar dan 16 sungai
kecil). Umumnya sungai besar dan kecil yang ada di wilayah Kota Padang
ketingginnya tidak jauh berbeda dengan ketinggian permukaan laut. Kondisi ini
mengakibatkan cukup banyak wilayah Kota Padang yang rawan terhadap
banjir/genangan.
Selanjutnya, berdasarkan analisa geolistrik, jenis dan susunan batuan maka
kondisi hidrogeologi Kota Padang dapat digambarkan sebagai berikut:
11
12
3. Kipas Alluvium (Qt) merupakan batuan terdiri dari rombakan batuan andesit
berupa bongkah-bongkah yang berasal dari gunung api strato, bewarna abuabu kehitaman, keras, komposisi mineral piroksen, homblende dan mineral
hitam lainnya. Batuan ini tersebar di bagian bawah lereng-lereng
pegunungan dan perbukitan sekitar Bukit Nago dan Limau Manis.
4. Tufa Kristal (QTt) merupakan tufa kristal yang mengeras yang terlihat pada
singkapan setempat-setempat di perbukitan di Bukit Air Manis, di Teluk
Nibung dan dan Lubuk Begalung hingga ke perbukitan di Kelurahan Labuhan
Tarok.
5. Andesit (Qta) dan Tufa (QTp) merupakan batuan gunung berapi yang masih
masif bewarna hitam keabu abuan hingga putih, andesit berselingan dengan
tufa, terlihat pada singkapan setempat-setempat di Pegambiran, Tarantang
dan perbukitan Air Dingin yang bersebelahan dengan batu gamping.
6. Batu Gamping (PTls) berwarna putih hingga ke abu-abuan, terlihat pada
singkapan di Indarung, sekitar Bukit Karang Putih.
7. Fillit, Batu Pasir, Batu Lanau Meta (PTps) fillit bewarna hitam hingga abu
kemerahan, batu pasir bewarna abu-abu kehijauan mengandung klorit keras
dan berbutir halus dan batu lanau bewarna hijau kehitaman. Batuan ini
terlihat pada singkapan Koto Lalang (jalan ke arah Solok). Umumnya
mendasari bukit-bukit dan pegunungan yang landai.
Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Pertambangan
dan Energi, potensi pertambangan dan mineral Kota Padang terdiri dari:
1. Batu Kapur yang terletak di Bukit karang putih, Bukit Batu Gadang, Ngalau
Baba, Karang Cermin, Lereng Barat Bukittinggi Karang Bagayuik, Karang
Rabana dan Lubuk Kilangan.
2. Emas terletak di Bukik Bulek, Batu Busuk.
3. Granit terletak di Lubuk Kilangan seluas 1375 Ha sebanyak 2.800.000.000
Ton.
4. Silika terletak di Bukik Ngalau dan Bagian Timur Bukit Karang Putih
Kecamatan Lubuk Kilangan seluas 154 Ha diperkirakan 150.000.000 Ton.
5. Tanah Liat terletak di Sungai Bangek dan Air Dingin Kecamatan Koto
Tangah.
13
Jenis penggunaan
A
1.
2.
Lahan Sawah
Sawah Irigasi Teknis
Sawah Irigasi Non Teknis
B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
2013
2012
2
Luas (Km )
Luas (Km2)
5.014,25
4.934,00
80,25
7,22
7,10
0,12
4.456,95
4.394,00
62,95
6,41
7,10
0,09
64.482,57
6.907,62
261,06
702,25
715,32
942,23
2.147,50
13.711,02
1.343,00
26,83
100,80
2,25
15.26
16,00
1.508,98
120,00
135,00
35.448,00
379,45
92,79
9,94
0,38
1,02
1,03
1,36
3,09
19,73
1,93
0,04
0,15
0,00
0,02
0,02
2,17
0,17
0,19
51,01
0,55
64.495.24
6.938,5
261.06
702.25
715.32
940,38
2147.50
13.709,45
1.343,00
26.83
100.80
2.25
10.62
16.00
1.498,83
120.00
135.00
35.448,00
379.45
92,80
9,98
0,38
1,02
1,03
1,35
3,091
19,73
1,93
0,04
0,15
0,00
0,02
0,02
2,17
0,17
0,19
51,01
0,55
69.496,00
100,00
69.496,00
100,00
14
15
16
17
18
2) Gelombang Tsunami
Solusi mekanisme fokal dari beberapa pusat gempa, umumnya menunjukkan
tipe sesar naik. Sumber patahan seperti ini jika mempunyai magnitudo lebih
besar dari atau sama dengan 7 Skala Richter sangat berpotensi sebagai
pembangkit gelombang tsunami.
Letak Kota Padang yang berada di Pantai Barat Sumatera, yang berbatasan
langsung dengan laut terbuka (Samudera Hindia) dan zona tumbukan aktif dua
lempeng menjadikan Padang salah satu kota paling rawan bahaya gelombang
Tsunami. Gempa tektonik sepanjang daerah subduksi dan adanya seismik aktif,
dapat mengakibatkan gelombang yang luar biasa dahsyat. Dari catatan sejarah
bencana, gelombang tsunami pernah melanda Sumatera Barat pada tahun
1797, tahun 1833 dan terakhir pada tahun 2010 yang melanda kabupaten
Kepulauan Mentawai.
3) Longsoran Lahan
Hasil analisis tingkat bahaya longsoran lahan menunjukkan sebagian besar
daerah berada pada daerah yang memiliki tingkat bahaya longsoran lahan yang
tinggi. Tingkat bahaya longsoran lahan rendah umumnya terdapat pada daerah
dataran alluvial dan dataran alluvial pantai dengan lereng 0-8%, sedangkan
tingkat bahaya longsoran lahan sedang terdapat pada daerah lereng kaki
pegunungan dan kompleks perbukitan vulkanik.
Faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya longsoran lahan di Kota Padang
adalah karakteristik lahannya berupa kemiringan lereng berkisar 23 - 99%.
Bentuk lereng umumnya tidak beraturan (irreguler), dengan panjang lereng
yang bervariasi, mulai dari 12 hingga 150 meter. Ketinggian daerah yang
sebagian besar berupa kompleks perbukitan vulkanik, dan kompleks
pegunungan vulkanik dengan ketinggian relief berkisar antara 500 - 1.000
meter dari permukaan laut.
Tingkat bahaya longsoran lahan tinggi hampir terdapat pada setiap Kecamatan
di Kota Padang, kecuali Kecamatan Padang Utara dan Padang Timur. Hal ini
disebabkan daerah tersebut umumnya memiliki topografi daerah yang datar
dengan kemiringan berkisar 0 - 8%, Penggunaan lahan permukiman dan
prasarana publik pada daerah ini umumnya terkonsentrasi pada daerah yang
memiliki topografi datar. Tingkat risiko longsoran lahan tinggi yang memiliki
luasan terbesar terdapat pada Kecamatan Padang Selatan dengan luas 16 Ha,
sedangkan tingkat bahaya longsoran lahan yang rendah umumnya terdapat
pada setiap kecamatan.
4) Erosi Pantai
Erosi pantai/abrasi merupakan peristiwa alam yang mengakibatkan terjadinya
pengikisan pada pantai sehingga luas daerah pantai menjadi berkurang. Erosi
19
pantai/abrasi terjadi akibat pengaruh yang berasal dari laut yaitu berupa
gelombang, arus laut dan longshore current atau arus sejajar pantai.
Pada umumnya proses interaksi antara perairan pantai dengan laut lepas lebih
banyak ditemui pada pantai di Kota Padang karena pantai-pantai tersebut
banyak berhubungan dengan lautan, terkecuali Pantai Bungus, karena pantai ini
terletak pada daerah teluk, maka kecepatan arus sepanjang pantainya
cenderung menjadi rendah.
Salah satu faktor penyebab tingginya laju abrasi pantai, khususnya di daerah
Pasir Parupuk disebabkan oleh konstruksi yang dibangun (creep) kurang
memadai (pemecah gelombang Oleh karena konstruksi ini berfungsi
menghadang aliran litoral (litoral drift), Kondisi semacam ini akan memicu
proses abrasi yang terjadi di wilayah tersebut.
Umumnya pantai Padang kebanyakan pantai pasir yang terdiri dari kuarsa dan
feldspar, bagian yang paling banyak dan paling keras sisa-sisa pelapukan lahan
atas (upland). Untuk daerah pasir di sekitar Kampus Universitas Bung Hatta,
merupakan sisa-sisa terumbu karang yang dominan. Pantai ini dibatasi hanya di
daerah tempat gerakan air yang kuat mengangkut partikel-partikel yang halus
dan ringan.
5) Banjir
Bahaya banjir di Kota Padang dapat dibedakan menjadi bahaya banjir tinggi,
sedang dan ringan. Kota Padang mempunyai potensi banjir tinggi dan sedang
bahkan terdapat potensi banjir bandang. Bahaya banjir sedang jarang terjadi
dan kalau terjadi hanya dalam jangka waktu relatif panjang, sedangkan yang
sering terjadi banjir ringan dalam bentuk genangan sementara pada musim
hujan.
Banjir sedang terjadi pada wilayah perpaduan antara bentuk lahan perbukitan
vulkanik bagian Timur, bentuk lahan aluvial bagian Tengah dan bentuk lahan
miring bagian Barat. Daerah bagian Timur merupakan perbukitan vulkanik
Daerah ini merupakan lahan aluvial dan miring yang dilalui oleh beberapa
sungai besar seperti Batang Bungus, Batang Arau, Batang Kuranji dan Batang
Air Dingin serta masih ada lagi 18 sungai kecil lainnya yang mempunyai aliran
permanen sepanjang tahun. Oleh karena, Kota Padang merupakan daerah
tropis mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dengan rata-rata curah hujan
348 mm per bulan dan rata-rata hari hujan 19 hari per bulan, sehingga terjadi
luapan sungai dan banjir bandang.
Tingkat bahaya banjir ringan bersifat genangan terbesar terdapat pada
Kecamatan Koto Tangah dengan luas daerah 790 ha umumnya disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi dan kejadian pasang surut air laut. Kejadian banjir di
Kota Padang sering bertepatan dengan kejadian pasang naik, sehingga air yang
akan mengalir ke laut terhambat karena bertemunya dua massa air, yaitu
massa air tawar dan massa air laut ini yang sering menyebabkan banjir ringan
yang bersifar genangan.
20
2010
2011
2012
2013
Kepadatan
Penduduk
Tahun 2013
22.896
23.142
23.360
23.858
237
2. Lubuk Kilangan
48.850
49.751
50.249
51.847
603
3. Lubuk Begalung
106.432
108.018
109.584
113.217
3.663
4. Padang Selatan
57.718
57.386
58.320
58.780
5.860
5. Padang Timur
77.868
77.932
77.989
78.789
9.667
6. Padang Barat
45.380
46.060
46.411
45.781
6.540
7. Padang Utara
69.119
69.275
69.729
70.051
8.670
8. Nanggalo
57.275
57.731
58.232
59.137
7.328
126.729
128.835
130.916
135.787
2.365
9. Kuranji
21
10. P a u h
11. Koto Tangah
Jumlah
59.216
60.553
61.755
64.864
443
162.079
165.633
167.791
174.567
752
833.562
844.316
854.336
876.678
1.261
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Kecamatan yang paling kecil jumlah
penduduknya adalah kecamatan Teluk Kabung dengan tingkat kepadatan juga
paling rendah yakni 237 jiwa/km2 pada tahun 2013, sedangkan kecamatan yang
paling padat penduduknya adalah Kecamatan Padang Timur dengan tingkat
kepadatan 9.667 jiwa/km2, yang diikuti oleh kecamatan Padang Utara dan
Kecamatan Nanggalo dengan kepadatan penduduk masing-masingnya adalah 8.670
jiwa/km2 dan 7.328 jiwa/km2. Sedangkan untuk jumlah penduduk paling besar
berada di kecamatan Koto Tangah yang merupakan kecamatan terluas di kota
Padang. Data ini memperlihatkan bahwa penyebaran penduduk kota Padang tidak
merata dan masih cenderung terkonsentrasi di pusat kota, hal ini merupakan
fenomena kota pada umumnya.
B. Komposisi Penduduk Menurut Jenis dan Kelompok Umur
Pada tahun 2013 komposisi penduduk Kota Padang menunjukkan bahwa
jumlah penduduk laki-laki relatif lebih sedikit dari pada perempuan dengan sex ratio
99,46. Sementara itu komposisi penduduk menurut kelompok umur memperlihatkan
pola piramida tidak normal, dimana penduduk berusia muda relatif besar, yaitu
26,36% dari jumlah penduduk (15 tahun kebawah dan 15-24 tahun) sedangkan
secara piramida normal bergerak sesudah tingkat umur 24 tahun.
Sebagian besar komposisi penduduk penduduk produktif tahun 2013
tersebar pada kelompok umur usia muda, 15-34 tahun. Kondisi ini disebabkan
kenaikan jumlah penduduk alamiah dan non alamiah selama 10 tahun terakhir. Hal
ini disebabkan oleh faktor alamiah yaitu tingginya angka kelahiran yang terlihat
dengan masih besarnya porsi jumlah penduduk 0-4 tahun, sedangkan faktor nonalamiah adalah factor eksternal, yaitu tingginya angka migrasi dan urbanisasi ke
kota Padang. Penduduk yang bermigrasi dan urbanisasi pada umumnya pada
kelompok umur 19-29 dan 20-24 tahun, sedangkan titik threshold terjadi pada usia
kerja 25-29 tahun dan kemudian pada usia 25-29 tahun secara perlahan mulai
turun, mulai usia kerja usia 30 sampai 75 tahun ke atas.
Tabel 2.4
Komposisi Penduduk Kota Padang Menurut
Kelompok Umur Tahun 2013
Kelompok
Umur
(Tahun)
JUMLAH
Laki-Laki
Jumlah
Ratio
04
41.608
40.123
81731
9,32
103,70
59
38.818
37.031
75849
8,65
104,83
22
Kelompok
Umur
(Tahun)
JUMLAH
Laki-Laki
Jumlah
Ratio
10 14
37.319
36.230
73549
8,39
103,01
15 19
45.757
47.371
93128
10,62
96,59
20 24
58.033
57.564
115597
13,19
100,81
25 29
39.023
36.541
75564
8,62
106,79
30 34
31.362
32.086
63448
7,24
97,74
35 39
30.267
30.960
61227
6,98
97,76
40 44
28.009
29.080
57089
6,51
96,32
45 49
24.328
25.014
49342
5,63
97,26
50 54
21.379
21.580
42959
4,90
99,07
55 59
17.247
17.106
34353
3,92
100,82
60 64
10.209
10.378
20587
2,35
98,37
65 69
6.183
6.848
13031
1,49
90,29
70 74
3.984
5.089
9073
1,03
78,29
75+
3.636
6.515
10151
1,16
55,81
437.162
439.516
876.678
100
99,46
JUMLAH
23
2009
Pertanian peternakan
583,18
kehutanan Perikanan.
Pertambangan dan
173,46
penggalian
Industri pengolahan.
1.854,26
Listrik.gas.air bersih
203,48
Bangunan
481,03
Perdagangan hotel dan
2.432,01
restoran
Pengangkutan dan
2.805,27
komunikasi.
Keuangan persewaan
915,99
jasa perusahaan
Jasa-Jasa
1,896,97
PDRB Kota Padang 11.345,64
612,53
645,54
680,47
Pertumbuhan (%)
715,95
5,22
185,32
198,15
211,78
229,59
8,41
1.938,43
214,89
517,21
2.544,65
2.033,22
227,54
558,43
2.684,51
2.119,22
241,01
613,49
2.839,12
2.234,97
253,38
672,32
3.009,11
5,46
5,13
9,59
5,99
3.029,07
3.280,00
3.561,59
3.813,23
7,07
977,18
1.047,09
1.132,51
1.202,95
6,22
2.002,32
2.117,71
2.238,18
2.385,18
12.021,60 12.792,18 13.637,36 14.516,71
6,56
6,45
2010
2011
2012
2013*
24
Lapangan Usaha
2009
2010
2011
2012
2013
Rata2
1.
Pertanian peternakan
kehutanan Perikanan
5,73
5,82
5,87
5,78
5,70
5.67
2.
1,74
1,69
1,66
1,68
1,66
1.66
3.
Industri pengolahan.
14,97
14,89
14,66
14,29
13,81
14.84
4.
Listrik.gas.air bersih
2,09
2,00
1,92
1,88
1,81
1.92
5.
Bangunan
4,45
4,88
5,10
5,23
5,25
5.02
6.
20,85
21,15
21,37
21,50
21,60
21.41
7.
24,31
24,18
24,18
24,34
24,83
24.35
8.
8,76
8,62
8,51
8,66
8,47
8.49
16,88
16.81
9.
Jasa-Jasa
16,99
16,77
16,74 16,63
Sumber: Bappeda Kota Padang Dalam Angka 2013 Catatan: * = angka sementara
25
Hal ini ditandai dengan gejala kenaikan biaya hidup (IHK). Pada bulan April
2013 tingkat biaya hidup telah terjadi peningkatan, IHK sebesar 144,22 dan Maret
2013 sekitar 143,42. Kenaikan biaya hidup dalam 2 bulan terakhir mengalami
kenaikan dan mendorong kenaikan harga bahan pokok sekitar 1,14%. Februari
2013, tingkat inflasi tahunan (yoy) diperkirakan akan mencapai 6,59% lebih tinggi
dari pada inflasi akhir tahun 2012, yaitu sekitar 4,18%. Inflasi tahunan (yoy)
Februari 2012 adalah sekitar 5,36%. Tingginya tingkat inflasi tahun 2013
disebabkan oleh kenaikan IHK (Indeks Harga Konsumen) rata-rata sekitar 135,39,%
yang mendorong kenaikan inflasi bulanan (mtm) mencapai sekitar 0,63%, dimana
sebelumnya pada bulan Februari 2012 berada pada tingkat terendah, yaitu sekitar ,0,91% dan pada bulan Maret 2013 mengalami kenaikan sekitar 0,43% dan inflasi
tahunan berkisar rata-rata 2,95% dengan Indek Harga Konsumen sekitar 134,67.%.
Dibandingkan dengan gerakan inflasi tahun sebelumnya relatif
perkembangannya lebih stabil, dimana inflasi bulanan (mtm) tahun 2011 sedikit
jauh lebih tinggi, begitu juga dengan dibandingkan pergerakan inflasi tahun 2010,
Diperkirakan gerakan inflasi kedepan sampai Desember 2013 kondisinya tidak
banyak berbeda dengan tahun sebelumnya, walaupun dalam tahun 2013 terjadi
kenaikan beberapa komoditi kebutuhan pokok seperti cabe dan bawang, namun hal
ini terjadi insidentil karena masalah teknis distribusi saja. Perkembangan dan
perubahan tingkat inflasi tahunan ( yoy) dan bulanan (mtm) di Kota Padang tahun
2011-2013 dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut ini.
Tabel 2.7
Perkembangan dan perubahan Indek Harga Konsumen, Inflasi Bulanan
dan Inflasi Tahunan di Kota Padang Tahun 2011 -2013
Inflasi Bulanan
(mtm)
IHK
Tahun/Bln
Inflasi Tahunan
(yoy)
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
Januari
132,42
130,31
142,03
3,70
0,56
1,34
10,08
2,18
4,97
Februari
133,00
134,09
142,93
0,44
0,90
0,63
10,37
0,82
6,59
Maret
129,55
134,87
143,42
-2,59
0,43
0,34
8,30
3,95
6,50
April
128,16
138.29
144,22
-1,07
0,46
0,56
6,35
5,56
6,60
Mei
134,71
134,71
145,14
1,59
-0,43
0,64
6,36
5,03
7,74
Juni
136,36
136,36
147,17
0,11
1,22
1,40
4,82
6,19
7,94
Juli
129,39
136,53
151,22
0,77
0,13
2,75
0,37
5,62
10,76
Agustus
138,01
138,01
152,59
0,37
1,08
0,91
5,63
5,47
10,56
September
132,47
138,75
152,67
2,24
0,54
0,05
7,34
4,34
10,03
Oktober
133,3
139,73
153,71
0,63
O,71
0,68
7,95
4,82
10,01
Nopember
133,91
138,85
154,31
0,46
-0,63
0,39
6,97
3,89
11,13
Desember
134,55
140,15
155,39
0,48
0,94
0,70
5,37
4,18
10,87
Sumber: BPS
26
Dari tabel di atas dapat dilihat selama tiga tahun terakhir menunjukkan
bahwa laju inflasi PDRB kota Padang menunjukkan kecenderungan meningkat, hal
ini menunjukkan bahwa perlu perhatian dan penanganan yang lebih untuk
mengendalikan laju inflasi kota agar perkembangan ekonomi dapat mendorong
peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah ini.
D. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi oleh banyak
faktor, seperti tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang
dan jasa, lokasi, kondisi, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Permasalahan
kemiskinan yang cukup kompleks dan membutuhkan intervensi semua pihak secara
bersama dan terkoordinasi. Namun penanganannya selama ini cenderung parsial
dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga
belum optimal. Kemiskinan sebagai masalah multidimensi, tidak dipahami hanya
sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi kegagalan pemenuhan hak dasar dan
perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang.
Penanggulangan kemiskinan dilakukan melalui berbagai upaya untuk
menjamin kehormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat
miskin perwujudan keadilan dan kesetaraan gender, serta percepatan
pembangunan pedesaan, perkotaan, kawasan pesisir, serta kawasan tertinggal.
Di Kota Padang angka kemiskinan dari tahun ketahun mengalami fluktuasi
dimana pada tahun 2012 mencapai angka 5,30% (BPS, 2013), dan mengalami
penurunan pada tahun 2013 pada angka 5,02% (BPS, 2014 *angka sementara).
Dengan berbagai intervensi pemerintah baik pusat dan daerah angka kemiskinan
mengalami penurunan sebesar 0,28%.
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial
A. Pendidikan
Untuk melihat kondisi pendidikan di kota Padang maka indikator pendidikan
yang digunakan dalam pembahasan ini adalah angka melek huruf dan angka ratarata lama sekolah.
a) Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang
dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Salah satu
indikator pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
menurut MDGs adalah angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun.
Kelompok penduduk ini adalah kelompok penduduk usia produktif, sebagai
sumber daya pembangunan yang seharusnya memiliki pendidikan yang
memadai dan keterampilan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Oleh
27
Kota Padang
Sumatera Barat
2006
99,48
96,35
2007
99,48
96,49
2008
99,48
96,66
2009
99,49
96,81
2010
99,49
96,98
2011
99,50
96,85
2012
99,51
97,23
2013*
99,52
97,29
Rata-rata
99,49
96,83
28
Tabel 2.9
Rata-rata Lama Sekolah Berbagai Kota di Sumatera Barat
Tahun 2009-2013 (dalam Tahun)
Kota
2009
2010
2011
2012
2013*
Padang
10,89
10,91
10,92
10,94
10.94
Solok
9,80
9,80
9,80
10,48
11.16
Sawahlunto
8,77
8,77
8,79
9,22
9.38
Padang Panjang
10,20
10,20
10,20
10,73
11.26
Bukittinggi
10,43
10,43
10,44
10,58
10.63
Payakumbuh
9,07
9,07
9,08
9,73
9.95
Pariaman
9,33
9,33
9,33
8,92
9,01
B. Kesehatan
Indikator kesejahteraan sosial merupakan komponen utama dalam
menentukan Indek Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan kategori UNDP, IPM
dapat diklasifikasikan atas:
a) Katagori rendah adalah capaian IPM < 50.
b) Kategori menengah kebawah capaian 50 < IPM < 66.
c) Kategori menengah keatas capaian 66 < IPM < 80.
d) Kategori tinggi capaian IPM > 80.
Dalam 5 tahun terakhir capaian IPM Kota Padang cukup bagus dan hampir
merata antar kecamatan. Capaian tertinggi terlihat pada Kecamatan Padang Utara
sekitar 80,70 dan terendah pada Kecamatan Bungus Teluk Kabung sekitar 74,27.
Tahun 2008, angka IPM Kota Padang adalah 77,20 dan pada tahun 2013 naik
menjadi 78,85.IPM Kota Padang jika dibandingkan dengan 19 Kabupaten dan Kota
di Provinsi Sumatera Barat berada pada rangking ke dua setelah Kota Bukittinggi
(79,29).
Tiga komponen utama sebagai indikator kesejahteraan sosial adalah: (1)
Angka Harapan Hidup (expectation of life), (2) angka kelangsungan hidup bayi per
1.000 kelahiran. Biasanya angka ini diukur dengan jumlah kematian bayi setiap
1000 ibu melahirkan (infant mortality rate), dan (3) Balita Gizi Buruk. Ketiga
indikator ini sekaligus memberikan gambaran capaian derajat kesehatan
masyarakat. Sejak 2008-2012 ketiga indikator ini perkembangan cukup
menggembirakan. Dimana jarak angka tertinggi dan terendah semakin kecil.
Perkembangan indikator kesejahteraan sosial dapat dilihat Tabel 2.10 berikut ini:
29
Tabel 2.10
Indikator Kesejahteraan Bidang Kesehatan Kota Padang
Tahun 2008-2013
NO.
URAIAN
1.
Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
2.
2008
2009
2010
2011
2012
2013*
77,20
77,43
77,81
78,15
78.55
78,85
70,3
70,3
70,89
71,14
71,39
71,45
3.
Kelangsungan Hidup
Bayi (per-1.000)
71,4
74,0
77,0
77,0
77,0
79,3
4.
0,11
0,7
0,130
0,080
0,070
0,056
Hal menarik yang dapat dilihat dari 3 indikator utama di atas adalah Angka
Harapan Hidup (Expectation of Life) yang setiap tahun terus meningkat. Angka
Harapan Hidup memberikan gambaran membaiknya derajat kesehatan penduduk
Kota Padang dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya untuk mewujudkan manusia
berkualitas mutlak diperlukan peningkatan derajad kesehatan masyarakat. Dalam
periode 2008-2013, Angka Harapan Hidup warga Kota Padang sudah 71,45 tahun.
Angka ini sudah berada diatas rata-rata Negara Sedang Berkembang (NSB), yaitu
55 s/d 60 tahun.
Indikator kedua dalam menentukan derajat kesehatan adalah Kelangsungan
Hidup Bayi, dimana terlihat pada tahun 2012 data dalam 1000 ibu melahirkan hanya
terdapat 20,7% angka kematian bayi waktu lahir (Infant Mortality rate), sedangkan
pada tahun 2008 angkanya masih 71,4%. Dalam hal yang sama terhadap indikator
ketiga, yaitu jumlah Balita Bergizi Buruk, terlihat derajat kesehatan bayi juga
meningkat.
C. Seni dan Budaya
Pembinaan seni tradisional yang bernuansa Islami dan seiring dengan
kebudayaan Minangkabau sepertinya lebih mudah untuk dibuatkan konsepnya
daripada diwujudkan dalam pelaksanaannya. Ada beberapa contohnya seperti seni
bela diri pencak silat, seni irama dalam MTQ (Musabaqah Tilawatil Al Quran), seni
rebana dan qasidah, seni salawat dulang dan berzanzi, proses pembuatan lemang
(malamang) dan sebagainya. Seni dan budaya tersebut hidup dan berkembang
dalam masyarakat, dan tersebar merata hampir di setiap kecamatan-kecamatan
yang ada di Kota Padang ini.
Namun demikian dari kondisi yang ada sekarang nampaknya memang masih
perlu lebih diperhatikan pola pembinaan dan pengembangannya dengan
menjadikan sebagai potensi daerah dan identitas sebuah kota. Sehingga
perkembangan fisik sebuah kota dengan berbagai permasalahan yang
30
URAIAN
Contoh Potensi
1.
2.
3.
Bangunan Bersejarah
4.
Untuk menumbuh kembangkan potensi seni dan budaya yang ada tentunya
perlu dirancang adanya pertunjukan-pertunjukan secara berkala dengan
membuatkan jadwal dan lokasi yang tetap serta perlunya terkoordinasi secara baik
antar stakeholders. Pengembangan seni dan budaya tersebut juga dapat dijadikan
bahan ajar terutama dikenalkan kepada kelompok anak didik yang berasal dari
pendidikan dasar dan menengah. Sehingga prasangka-prasangka antar etnisitas
(prejudices) akan dapat dikurangi potensinya untuk berkembang. Walaupun dalam
sejarah perkembangan Kota Padang belum pernah ada konflik terbuka massal antar
etnisitas, namun fakta sejarah itu jangan sampai mengurangi kewaspadaan semua
pihak untuk mengantisipasinya secara lebih baik dan lebih awal.
Manfaat lain adalah dapat membendung budaya-budaya negatif dari luar
negeri yang tidak seluruhnya selalu selaras dengan budaya yang telah lama berakar
dalam masyarakat Kota Padang khususnya. Kecenderungan fenomenanya sekarang
adalah dominasi budaya luar yang dipraktikkan oleh sekelompok anak muda dan
31
seiring dengan itu mulai tercerabutnya budaya negeri sendiri, yang sebenarnya jauh
lebih harmonis dan sesuai dengan struktur sosial budaya masyarakat yang ada.
Menyangkut koordinasi dalam hal pelaksanaan (waktu, tempat dan
panitianya) jelas tidak dapat hanya diandalkan pada sumber keuangan pemerintah
Kota Padang saja. Fungsi pemerintah kota lebih sebagai fasilitator kegiatan,
sedangkan dalam hal pelaksanaannya tetap melibatkan banyak kelompok
masyarakat yang peduli dan berkemampuan untuk hal itu. Tidak masanya lagi
hanya membiarkan perkembangan dan pelaksanaannya diserahkan sepenuhnya
kepada inisiatif beberapa kelompok masyarakat yang peduli saja. Sudah tiba
masanya bagi semua pihak di Kota Padang ini untuk lebih memberikan perhatian
yang lebih terhadap perkembangan seni dan budaya, umumnya seni budaya yang
bernuansa Islam dan yang selaras dengan nilai-nilai Minangkabau. Lebih khusus lagi
adalah seni budaya yang juga hidup di tengah kelompok-kelompok etnisitas Kota
Padang yang telah berkembang lama dan telah menjadi identitas budaya.
Langkah awal untuk menumbuhkan semangat untuk menghidupkan seni
budaya yang bernuansa Islam dan yang selaras itu, dan juga budaya etnisitas
lainnya, maka pemerintah kota dapat melakukan koordinasi antar etnisitas untuk
mengusulkan jenis-jenis pertunjukkan seni budaya yang menjadi tradisinya selama
ini. Untuk itu, pembahasan seni dan budaya dapat diperluas pemahamannya. Seni
dan budaya selayaknya tidak hanya dipahami sebagai pertunjukan dan atraksi seni
tari, lukis, drama dan lainnya, tetapi juga dapat berarti menyangkut kesenian dan
kebudayaan dalam lingkup yang lebih luas. Budaya tertib lalu lintas, disiplin dalam
aturan yang aturan yang telah ditetapkan, budaya malu kepada setiap pelanggaran
yang telah dilakukan, budaya untuk bekerja keras, budaya untuk membuang
sampah pada tempatnya (budaya K3) adalah beberapa contoh betapa luasnya fokus
yang menjadi perhatian dalam seni dan budaya ini.
Secara sederhana, dengan mengambil contoh pada budaya tertib
berlalulintas, semakin terasa bahwa ada banyak kejadian bahwa budaya tertib
berlalulintas semakin hari semakin memperlihatkan penurunan kepatuhannya. Ada
pribahasa yang hampir semua pihak mengetahuinya yaitu budaya lalu lintas adalah
cermin budaya bangsa. Ini berarti bahwa ketertiban pelaku pengendara dan
pengambil manfaat lainnya pada saat berlalulintas secara langsung mencerminkan
budaya suatu bangsa. Suatu kota akan dikatakan tertib dan teratur bila mana
pengendaranya juga tertib. Jadi seberapapun besarnya suatu kota, tidak akan
memberi kesan baik jika budaya pengendaranya tidak tertib. Sebaliknya kota akan
mendapatkan apresiasi yang baik dari semua pihak jika pengendaranya telah tertib.
Proses untuk dapat mewujudkan budaya tertib dalam berlalulintas tidak
hanya proses satu hari dan membutuhkan partisipasi semua pihak dan jelas tidak
hanya menjadi beban tugas SKPD terkait saja. Untuk mewujudkannya, dapat
dibuatkan tahapan yang dirancang sedemikian rupa yang dapat dilihat tingkat
keberhasilan programnya. Sehingga dari hari ke hari dapat dilihat budaya tertib lalu
lintas yang semakin baik. Kota-kota masa depan yang akan dikunjungi tidak hanya
32
karena pertunjukkan dan atraksi seni dan budaya saja, tetapi juga kota yang makin
menyenangkan lalu lintasnya sehingga setiap penduduk dan pengunjung kota itu
akan semakin betah.
2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM
2.3.1. Layanan Urusan Wajib
A. Pelayanan Pendidikan
2.
URAIAN
Angka Partisipasi Kasar
SD
SLP
SLA
Angka Partisipasi Murni
SD
SLP
SLA
2009
2010
2011
2012
2013
116,48
83,73
79,49
109,2
84,93
88,52
98,91
96,22
74,85
98.94
94.32
74.62
108.31
90.87
68.22
97,05
58,37
63,64
95,68
73,28
64,70
90,54
72,20
60,27
90.71
71.94
60.21
95.50
83.73
60.17
Dari data Tabel di atas dapat dilihat bahwa APK SD menunjukan peningkatan
dimana pada tahun 2009 menunjukkan angka 116,48%, dan pada tahun 2013
tercatat sekitar 108,31% artinya semua penduduk usia 7-12 tahun dapat
memanfaatkan fasilitas jenjang pendidikan. Akan tetapi angka APM SD pada tahun
2013 mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2009, yakni 97,05%
33
sedangkan pada tahun 2013 menjadi 95,50%. Selanjutnya, APK SMP/MTs sampai
dengan tahun 2013 adalah 90,87%, sedangkan APM SLP adalah sekitar 83,73%.
Pada tingkat pendidikan SLTA sederajad, pada tahun 2013 APK SLTA adalah sekitar
68,22% dan APM SLTA adalah sekitar 60,17%. Angka ini menunjukkan bahwa wajar
9 tahun masih belum bisa terpenuhi sementara tantangan wajar 12 tahun sudah
tiba. Untuk itu tentunya perlu langkah strategis untuk mewujudkan wajar 12 tahun
di kota Padang.
Secara umum dapat pula dijelaskan bahwa perbedaan antara APK dan APM,
kondisinya lebih baik dibandingkan jenjang pendidikan dasar dibandingkan jenjang
pendidikan lebih tinggi. Hal ini disebabkan jenjang pendidikan SD merupakan
pendidikan dasar dan sangat diperlukan. Masyarakat dan orang tua khususnya
sudah menyadari bahwa memasukan anak ke SD merupakan kewajiban orang tua.
Kesadaran seperti ini harus terus ditumbuh kembangkan agar anak-anak usia
sekolah di kota Padang dapat menyelesaikan pendidikan minimal SLTA.
JENJANG
PENDIDIKAN
SD/MI
Jumlah Guru
2010
2011
2012
4.741
5.644
5.647
5.577
100.475
96.813
102.016
98.238
99.680
48
49
55
57
56
Jumlah Guru
3.386
2.724
3.405
3.339
3.763
Jumlah Murid
39.127
39.545
38.866
38.903
43.143
87
69
88
86
87
Jumlah Guru
4.089
2.724
2.408
2.479
4.252
Jumlah Murid
39.127
39.545
25.740
37.398
42.548
105
69
94
66
100
Rasio Guru/Murid
SMP/MTs
Rasio Guru/Murid
3.
2009
4.805
Jumlah Murid
2.
2008
SM/MA
Rasio Guru/Murid
34
B. Pelayanan Kesehatan
a) Angka Kesakitan
Pelayanan Kesehatan merupakan unsur penting dalam menentukan kualitas
sumberdaya manusia. Pembangunan sarana dan prasarana kesehatan merupakan
bagian penting dalam peningkatan kualitas sumberdaya manusia agar efektifitas
dan efisiensi kerja meningkat. Maksud dan tujuan pembangunan sarana dan
prasarana tersebut adalah agar terjadi peningkatan produktivitas kerja, sehingga
sasaran dan target pertumbuhan ekonomi tercapai.
Upaya pemerintah dalam peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat
terus dilakukan antara lain penyediaan fasilitas kesehatan, terutama pembangunan
dan pembenahan Rumah Sakit, Klinik, Puskesmas, serta Fasilitas Air Bersih sesuai
standar yang telah ditentukan. Tujuan utama adalah agar derajat kesehatan
masyarakat terus meningkat seperti Angka Kematian bayi dan Balita Buruk diatas.
Kebijakan yang ditempuh adalah melalui program peningkatan kuantitas dan
kualitas sarana/ prasarana kesehatan yang ada. Keberhasilan kebijakan sudah
seharusnya dibarengi dengan program peningkatan kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya hidup sehat, bersih dan teratur.
Berdasarkan hasil evaluasi derajat kesehatan ditentukan oleh pelayanan dan
sarana/prasarana kesehatan yang tersedia serta faktor internal dari masyarakat itu
sendiri. Angka kesakitan (morbiditas) penduduk Kota Padang dapat dilihat Tabel
2.14 berikut ini:
Tabel 2.14
Sepuluh Penyakit Terbanyak di Kota Padang tahun 2011
No.
Jenis Penyakit
1.
ISPA
2.
Jumlah
Persentase
115.361
46,52
Tukak Lambung
21.606
8,71
3.
21.340
8,61
4.
15.238
6,15
5.
Alergi Kulit
15.808
5,97
6.
Rematik
14.353
5,79
7.
13.430
5,42
8.
Diare
11.832
4,77
9.
10.282
4,15
10
Prodental
9.721
3,92
247.971
100,00
Padang
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Padang, dalam RKPD kota Padang Tahun 2014
Dari data yang dikemukakan pada Tabel 2.14 diatas pada tahun 2011
terdapat laporan jumlah angka kesakitan sebanyak 247.971 kasus. Jumlah angka
kesakitan terbanyak dilaporkan adalah ISPA sebanyak 46,52% dan kemudian diikuti
35
oleh jenis penyakit Tukak Lambung sebanyak 8,1% dan Jaringan bawah kulit
sebanyak 8,61% serta jenis penyakit lainnya.
Berdasarkan hasil Suseda, 2012, tercatat data sampel masyarakat tentang
keluhan kesehatan mengenai jenis penyakit yang dialami sebanyak 8,21%, dari
jumlah penduduk Kota Padang, sedangkan 91,79% dari penduduk yang tidak
melaporkan, karena merasa tidak ada keluhan.
Prasarana Kesehatan
2008
2009
2010
2011
2012
1.
Rumah Sakit
28
26
27
27
27
20
14
14
15
15
2.
Puskesmas
20
20
20
20
20
Puskesmas Pembantu
58
61
62
62
62
Puskesmas Keliling
20
21
20
20
20
3.
11
10
11
11
4.
Rumah Bersalin
19
17
17
17
5.
Klinik/Balai Pengobatan
10
18
18
18
18
6.
Laboratorium
12
12
12
10
10
36
Sarana Kesehatan
Jumlah penduduk
Bidan/Perawat
Rasio Terhadap penduduk
2008
2009
2010
2011
2012
856.815
875.750
833.562
844.316
854.336
12.415
13.364
11.114
11.925
11.974
69
66
75
71
71
19.926
18.245
15.727
16.282
18.267
43
48
53
52
47
1.707
2.060
1.898
1.697
1.728
502
425
439
498
494
2.600
1.948
1.948
2.254
2.254
330
450
428
375
379
Sumber: Dinas Kesehatan Kota Padang, dalam RKPD kota Padang Tahun 2014
A. Investasi PMDN/PMA
Investasi merupakan kegiatan pembentukan modal yang dilakukan dalam
suatu periode tertentu. Secara praktis nilai semua penggunaan barang modal baru
untuk menghasilkan hasil produksi yang umur lebih satu tahun, tetapi terhadap
barang modal yang habis dipakai atau umur kurang 1 tahun tidak dianggap
investasi. Cakupan dari barang modal yang disebut investasi adalah: berupa barang
modal baru dan barang modal bekas (stock).
Perkembangan nilai investasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang
sangat menentukan arah pembangunan ekonomi suatu daerah/negara. Semakin
tinggi nilai investasi yang masuk dan dilaksanakan, jelas membawa pengaruh yang
signifikan terhadap perkembangan di bidang ekonomi. Kota Padang sebagai kota
besar yang terus membangun membutuhkan pembentukan modal yang besar guna
menggerakkan perekonomiannya dan untuk mencapai pertumbuhan yang
berkesinambungan.
Nilai pembentukan modal dapat diperkirakan dengan menggunakan jumlah
PDRB yang digunakan untuk pembentukan modal, yang dikenal dengan ICOR. ICOR
merupakan ratio pertambahan investasi dan pertambahan pendapatan. Dari
perkembangan PDRB Kota Padan dalam beberapa tahun berjalan dapat diperkirakan
kebutuhan Investasi Tabel 2.17 berikut ini:
37
Tabel 2.17
Nilai Pembentukan Modal di kota Padang Tahun 2008-2012
(dalam Rp. Juta)
Tahun
Nilai Investasi
Menurut Harga Berlaku
Nilai Investasi
Menurut Harga konstan
2006
3.510.400
2.088.690
2007
3.889.940
2.186.820
2008
4.656.760
2.295.200
2009
5.156.560
2.421.090
2010
5.999.880
2.630.680
2011
6.843.200
2.987.140
2012*
7.686.520
3.124.430
2013*
8.529.840
3.261.720
Pertumbuhan
rata-rata (%)
13,52
6,57
Sumber: Diolah dari data PDRB Kota Padang, BPS Tahun 2012
* Tahun 2012 dan 2013 angka perkiraan berdasar perkiraan ICOR Tahun 2011
38
Namun, di lain pihak terdapat pula masyarakat yang mampu mengeluarkan dananya
untuk memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan sekunder dengan nilai yang
cukup besar. Besaran rata-rata pengeluaran penduduk Kota Padang mengalami
pertumbuhan sebesar 22,07 persen pertahun.
Tabel 2.18
Persentase Pengeluaran per Kapita Penduduk per Bulan
Menurut Kelompok Pengeluaran Kota Padang Tahun 2012 (dalam%)
(1)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Golongan
Pengeluaran
(2)
< 200.000
200.000 299.999
300.000 399.999
400.999 499.999
500.999 599.999
600.999 699.999
700.999 799.999
> 800.000
Padang
Jenis Pengeluaran
Makanan
Bukan Makanan
(3)
(4)
0,93
3,61
4,24
6,13
7,88
5,32
6,35
4,81
7,99
3,77
5,43
3,13
4,07
2,28
11,20
20,90
50,10
49,90
Total
(5)
4,54
10,38
13,20
13,71
11,71
8,57
6,35
32,09
100,00
39
penambahan panjang jalan pada tahun 2011 namun sampai dengan tahun 2013
belum ada penambahan panjang jalan akibatnya dengan jumlah kendaraan yang
cenderung meningkat menyebabkan ternyadinya semakin banyaknya simpul
kemacetan kendaraan di kota Padang. Untuk itu diperlukan kebijakan pengendalian
laju jumlah kendaraan dan kesadaran berlalu lintas masyarakat kota Padang.
Adapun perkembangan panjang jalan dan jumlah kendaraan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2.19
Panjang Jalan, Jumlah Kendaraan dan Rasio Panjang Jalan Terhadap
Kendaraan dan Jumlah penduduk Tahun 2009-2013
No.
1.
2.
Uraian
2009
2010
2011
1.642,42
1.642,42
2.312,80
2.312,80
2.312,80
Pertumbuhan (%)
55,84
0,00
40,82
0,00
0,00
Jumlah Kendaraan
359.457
314.460
966.965
412.196
407.086
Pertumbuhan (%)
23,87
-12,52
207,50
-57,37
-1,24
219
192
418
178
176
0,41
0,38
1,15
0,48
0,46
3.
4.
Rasio kendaraan
terhadap penduduk
2012
2013
c) Iklim Investasi
Investasi merupakan kegiatan pembentukan modal yang dilakukan dalam
suatu periode tertentu. Secara praktis nilai semua penggunaan barang modal baru
untuk menghasilkan hasil produksi yang umur lebih satu tahun, tetapi terhadap
barang modal yang habis dipakai atau umur kurang 1 tahun tidak dianggap
investasi. Cakupan dari barang modal yang disebut investasi adalah: berupa barang
modal baru dan barang modal bekas (stock).
Nilai investasi merupakan salah satu indikator ekonomi yang sangat
menentukan arah pembangunan ekonomi suatu daerah/negara. Semakin tinggi nilai
investasi yang masuk dan dilaksanakan, jelas membawa pengaruh yang signifikan
terhadap perkembangan di bidang ekonomi. Kota Padang sebagai kota besar yang
terus membangun membutuhkan pembentukan modal yang besar guna
menggerakkan perekonomiannya dan untuk mencapai pertumbuhan yang
berkesinambungan.
Nilai pembentukan modal dapat diperkirakan dengan menggunakan jumlah
PDRB yang digunakan untuk pembentukan modal, yang dikenal dengan ICOR. ICOR
merupakan ratio pertambahan investasi dan pertambahan pendapatan. Dari
perkembangan PDRB Kota Padang dalam beberapa tahun berjalan dapat
diperkirakan kebutuhan Investasi Tabel 2.20 berikut ini:
40
Tabel 2.20
Kebutuhan Investasi kota Padang Tahun 2014-2019
(dalam Juta Rupiah)
Tahun
Nilai Investasi
Menurut Harga Berlaku
Nilai Investasi
Menurut Harga konstan
2014
9.373,160
3.399,010
2015
10.216,480
3.536,300
2016
11.059,800
3.673,590
2017
11.903,120
3.810,880
2018
12.746,440
3.948,170
2019
13.589,760
4.085,460
Analisis kinerja atas sumber daya manusia biasanya terkait dengan indikator
kualitas tenaga kerja (persentase pendidikan yang ditamatkan) dan rasio
ketergantungan. Meskipun pada kenyataannya ijazah yang dimiliki tidak menjamin
kualitas seseorang dapat bekerja sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki akan
tetapi setidaknya mencerminkan pendidikan apa yang dimiliki rata-rata oleh
penduduk di Kota Padang. Data yang dapat disajikan adalah angka persentase
pendidikan yang ditamatkan berdasarkan hasil pengolahan data susenas yang
dilakukan oleh BPS. Kondisi ini disebabkan sensus penduduk hanya dapat dilakukan
satu kali dalam sepuluh tahun.
Berbagai program dan kegiatan yang mengarah pada perbaikan kualitas
sumber daya manusia, jumlah penduduk berusia produktif dapat semakin membaik
dengan kualitas pendidikan yang juga semakin membaik. Dengan demikian, sumber
daya manusia di Kota Padang dapat bersaing di pasar tenaga kerja dan menjadi
motor penggerak roda perekonomian. Selain itu, dengan berbagai program
keterampilan dan kemandirian pemuda terutama untuk berwirausaha dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja di kota Padang dan Sumatera Barat
umumnya.
Salah satu indicator yang dapat digunkan untuk mengukur kualitas
sumberdaya manusia adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia), berikut ini dapat
dilihat nilai IPM kota Padag dibandingkan dengan kota-kota lainnya di wilayah
Sumatera Barat. Dari data ini tampak bahwa kota Padang mengalami peningkatan
nilai IPM dari tahun 2009-2012, dimana pada tahun 2012 kota Padang berada pada
urutan kedua untuk daerah perkotaan denga nilai 78,55 sedanhgkan posisi tertinggi
ditempati oleh kota Bukittinggi dengan nilai IPM 79,07.
41
Tabel 2.21
Nilai IPM Wilayah Perkotaan di Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2009-2012
Kota
Padang
Solok
Sawahlunto
Padang Panjang
Bukittinggi
Payakumbuh
Pariaman
2009
2010
2011
2012
Pertum-buhan
rata-rata (%)
77,43
75,23
74,71
77,16
77,86
75,37
74,05
77,81
75,65
74,96
77,45
78,26
75,81
74,46
78,15
76,04
95,41
78,12
78,73
76,29
74,89
78,55
76,54
75,87
78,51
79,07
76,76
75,23
0,48
0,58
0,52
0,58
0,52
0,61
0,53
Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan nilai IPM selama periode tahun 20092012 tampak bahwa kota Payakumbuh memiliki angka pertumbuhan tertinggi,
diikuti oleh kota Solok dan Padang Panjang, sedangkan kota Padang sebagai ibu
kota Provinsi Sumatera Barat menunjukkan pertumbuhan yang paling rendah.
Kondisi ini jelas merupakan tantangan besar bagi kota Padang untuk terus
meningkatkan pembangunan sumberdaya manusia dengan tiga aspek utama yang
terkait dengan IPM khususnya yakni, pendidikan, kesehatan dan perekonomian.
Untuk itu, tiga aspek ini harus tetap menjadi priorotas dalam pembangunan kotaa
Padang ke depan, agar kualitas sumberdaya manusia kota Padang dapat terus
ditingkatkan dan memiliki daya saing tidak hanya di wilayah Sumatera Barat, tetapi
juga secara nasional dan internasional.
42
BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SERTA KERANGKA PENDANAAN
43
berupa Dana Perimbangan dan Dana Transfer dari Pusat Lainnya, serta Dana
Transfer dari Provinsi bagi Kota/Kabupaten. Oleh sebab itu, analisis kinerja
pengelolaan keuangan Kota Padang dilakukan dengan mempertimbangkan kedua
metode klasifikasi pendapatan daerah ini.
Karena dalam periode analisis, yaitu antara tahun 2009 tahun 2013 telah
terjadi perubahan peraturan yang terkait dengan Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, yaitu dari UU Nomor 34 Tahun 2000 menjadi UU Nomor 28 tahun 2009,
maka dalam analisis kinerja PAD, perlu mempertimbangkan dampak dari perubahan
peraturan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah tersebut. Pemberlakuan
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah
ini juga telah ditindaklanjuti oleh Kota Padang dengan menyusun ulang dasar
pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Pada tahun 2011 telah dihasilkan
11 Peraturan Daerah (Perda) terkait dengan pemungutan pajak daerah dan retribusi
daerah, yaitu:
Tabel 3.1
Dasar Hukum Pemungutan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kota Padang
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Jenis Pajak
Pajak Penerangan Jalan;
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Pajak Air Tanah;
Pajak Restoran;
Pajak Hiburan;
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
Pajak Hotel;
Pajak Reklame;
Pajak Parkir;
Pajak Sarang Burung Walet;
Retribusi Jasa Umum
Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Perizinan Tertentu
Dasar Hukum
Perda No. 1 Tahun 2011
Perda No. 1 Tahun 2011
Perda No. 2 Tahun 2011
Perda No. 3 Tahun 2011
Perda No. 4 Tahun 2011
Perda No. 7 Tahun 2011
Perda No. 7 Tahun 2011
Perda No. 8 Tahun 2011
Perda No. 8 Tahun 2011
Perda No. 8 Tahun 2011
Perda No. 8 Tahun 2011
Perda No. 11 Tahun 2011
Perda No. 12 Tahun 2011
Perda No. 13 Tahun 2011
44
45
Tabel 3.2
PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH DAN TINGKAT PERTUMBUHAN RATA-RATA PER TAHUN
T a h u n (Rp'Juta)
PertumNo. Uraian
2009
2010
2011
2012
2013 buhan
(%)
I
PENDAPATAN
A PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
71.666,75
77.639,34
102.412,44
128.595,10
165.460,99
23,27
Pendapatan Retribusi Daerah
21.834,60
21.985,78
23.457,00
30.325,98
39.409,96
15,91
4.741,73
5.293,73
8.996,69
8.403,53
8.415,72
15,42
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
15.011,62
11.772,43
15.008,67
22.126,22
25.585,22
14,26
Jumlah Pendapatan Asli Daerah
113.254,71
116.691,28
149.874,80
189.450,84
238.871,89
20,51
B
PENDAPATAN TRANSFER
1. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT- DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Sub Jumlah
58.870,43
624.642,09
43.829,00
727.341,52
58.882,84
628.472,62
45.463,00
732.818,46
65.411,50
632.117,46
43.515,50
741.044,46
63.302,31
711.416,06
53.431,10
828.149,46
122.817,88
871.875,67
64.122,76
1.058.816,31
20,18
8,69
9,98
9,84
21.493,52
21.493,52
79.093,69
79.093,69
165.688,05
165.688,05
174.082,66
174.082,66
264.220,98
264.220,98
87,25
87,25
39.288,46
0,00
39.288,46
46.004,50
0,00
46.004,50
63.056,20
0,00
63.056,20
52.740,12
0,00
52.740,12
62.612,51
0,00
62.612,51
12,36
788.123,49
857.916,64
969.788,71
1.054.972,24
1.385.649,80
10,21
14.550,44
33.471,11
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
2.399,28
50.420,84
7.761,15
2.225,25
22.368,69
0,00
22.190,12
1.740,60
900,00
0,00
57.185,81
3.500,00
0,00
15.159,20
10.644,51
0,00
0,00
0,00
0,00
29.303,71
498,19
0,00
400,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
898,19
802,52
0,00
5.558,32
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
6.360,84
951.799,04
1.031.793,73
1.148.967,22
1.245.321,28
1.630.882,53
12,36
(51,54)
(100,00)
(37,13)
(100,00)
(40,40)
14,41
46
47
Tabel 3.3
PERKEMBANGAN PROPORSI PENDAPATAN DAERAH DAN TINGKAT PERTUMBUHAN RATA-RATA PER TAHUN
T a h u n (%)
PertumNo. Uraian
2009
2010
2011
2012
2013 buhan (%)
I
PENDAPATAN
A
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Pajak Daerah
7,53
7,52
8,91
10,33
10,15
7,74
Pendapatan Retribusi Daerah
2,29
2,13
2,04
2,44
2,42
1,31
0,50
0,51
0,78
0,67
0,52
0,88
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
1,58
1,14
1,31
1,78
1,57
(0,13)
Jumlah Pendapatan Asli Daerah
11,90
11,31
13,04
15,21
14,65
5,33
B
PENDAPATAN TRANSFER
1. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT- DANA PERIMBANGAN
Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Sub Jumlah
6,19
65,63
4,60
76,42
5,71
60,91
4,41
71,02
5,69
55,02
3,79
64,50
5,08
57,13
4,29
66,50
7,53
53,46
3,93
64,92
5,04
(5,00)
(3,87)
(3,99)
2,26
2,26
7,67
7,67
14,42
14,42
13,98
13,98
16,20
16,20
63,66
63,66
4,13
0,00
4,13
4,46
0,00
4,46
5,49
0,00
5,49
4,24
0,00
4,24
3,84
0,00
3,84
82,80
83,15
84,41
84,71
84,96
1,53
3,52
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,25
5,30
0,75
0,22
2,17
0,00
2,15
0,17
0,09
0,00
5,54
0,30
0,00
1,32
0,93
0,00
0,00
0,00
0,00
2,55
0,04
0,00
0,03
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,07
0,05
0,00
0,34
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,39
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
(1,80)
(1,80)
0,65
(57,64)
(100,00)
(100,00)
(47,91)
-
48
49
Tabel 3.4
No
A
PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA DAERAH DAN TINGKAT PERTUMBUHAN RATA-RATA PER TAHUN
Tahun (Rp'juta)
PertumUraian
2009
2010
2011
2012
2013
buhan (%)
BELANJA OPERASI
Belanja Pegawai
641.585,68
753.001,46
806.590,21
942.725,51 1.026.104,83
12,46
Belanja Barang
145.915,50
130.670,69
176.954,16
190.533,08
248.203,71
14,20
Bunga
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Subsidi
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Hibah
32.740,45
24.862,17
38.953,53
40.067,89
40.346,93
5,36
Bantuan Sosial
13.343,26
13.168,40
15.769,25
5.197,88
13.147,97
(0,37)
Bantuan Keuangan
33.925,18
39.188,41
746,97
815,76
746,97
(61,48)
J uml a h
867.510,06
960.891,13 1.039.014,11 1.179.340,13 1.328.550,41
11,24
BELANJA MODAL
Belanja Tanah
16.432,66
23.581,51
12.403,77
6.514,05
17.643,48
1,79
Belanja Peralatan dan Mesin
23.425,58
14.349,14
32.716,80
36.010,75
53.044,97
22,67
Belanja Gedung dan Bangunan
25.983,16
46.950,78
52.640,25
128.973,34
128.051,19
49,00
Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
33.710,61
49.021,95
42.657,99
47.897,45
89.851,44
27,77
Belanja Aset Tetap Lainnya
800,18
201,51
155,27
171,42
115,13
(38,41)
Belanja Aset Lainnya
0,00
131,04
0,00
423,51
904,16
J uml a h
100.352,19
134.235,93
140.574,07
219.990,52
289.610,36
30,34
BELANJA TAK TERDUGA
Belanja Tak Terduga
28.556,13
5.241,09
758,02
881,74
2.142,97
(47,66)
J uml a h
28.556,13
5.241,09
758,02
881,74
2.142,97
(47,66)
JUMLAH BELANJA
996.418,37 1.100.368,16 1.180.346,20 1.400.212,40 1.620.303,74
12,92
TRANSFER BAGI HASIL KE DESA
Bagi Hasil Pajak
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Bagi Hasil Retribusi
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Jumlah Transfer Bagi Hasil ke Desa
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
JUMLAH BELANJA & TRANSFER
996.418,37 1.100.368,16 1.180.346,20 1.400.212,40 1.620.303,74
12,92
50
51
Tabel 3.5
Thn 2009
Thn 2010
Thn 2011
Thn 2012
710.395,56
601.830,54
32.740,45
13.343,26
33.925,18
28.556,13
286.372,76
39.755,14
145.915,50
100.702,12
996.768,32
803.197,04
720.736,97
24.862,17
13.168,40
39.188,41
5.241,09
297.171,12
32.264,50
130.670,69
134.235,93
1.100.368,16
824.058,44
767.830,68
38.953,53
15.769,25
746,97
758,02
356.287,75
38.759,52
176.954,16
140.574,07
1.180.346,19
940.199,62
893.236,34
40.067,89
5.197,88
815,76
881,74
460.012,78
49.489,17
190.533,08
219.990,52
1.400.212,39
Pertumbuhan (%)
1.023.849,92
9,57
967.465,08
12,60
Thn 2013
40.346,93
13.147,97
746,97
2.142,97
596.453,82
58.639,75
248.203,71
289.610,36
1.620.303,74
5,36
(0,37)
(61,48)
(47,66)
20,13
10,20
14,20
30,22
12,91
52
Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Rata-Rata Pertumbuhan
64,39
68,43
68,34
67,33
63,33
66,36
(0,41)
14,64
11,88
14,99
13,61
15,32
14,09
1,13
10,07
12,20
11,91
15,71
17,87
13,55
15,42
10,90
7,49
4,76
3,35
3,48
6,00
(24,82)
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
C. Kinerja Pembiayaan
Secara umum, tidak banyak daerah yang telah membuat kebijakan
pembiayaan yang berpengaruh signifikan terhadap proses pembangunan, kecuali
memanfaatkan SiLPA yang tersedia. Pada kebanyakan daerah, kebijakan yang
dibuat dalam penganggaran adalah kebijakan anggaran berimbang. Hal ini
berarti semua SiLPA tahun sebelumnya direncanakan untuk digunakan untuk
menggerakkan pembangunan pada tahun berikutnya. Hal ini juga dilakukan oleh
pemerintah Kota Padang dalam periode Tahun 2009-2013.
Pada setiap tahun SiLPA tahun sebelumnya akan dijadikan sebagai
Pembiayaan Terima dan dianggarkan semua penerimaan daerah dapat
dibelanjakan pada tahun berikutnya. Akan tetapi karena adanya keterbatasan
dalam pelaksanaan anggaran, maka pada setiap tahun masih sering terjadi
SiLPA. Namun demikian, SiLPA Kota Padang setiap tahun menunjukkan
penurunan dan secara otomasi pembiayaan terima pada tahun berikutnya juga
lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Kebijakan pembiayaan seperti ini
adalah baik, karena semua dana yang tersedia diusahakan untuk menggerakkan
pembangunan di daerah.
Akan tetapi data pada tahun 2012 menunjukkan kondisi yang kurang
mengembirakan, karena pada akhir tahun 2012 terdapat SiLPA yang lebih besar
dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terjadi antara lain karena Kota Padang
mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku untuk pengaspalan jalan
sehingga terpaksa kegiatan-kegiatan pengaspalan jalan ditunda pada tahun
berikutnya, dan juga terjadi penundaan pelaksanaan pengembangan
pembangunan jalur 2 jalan By Pass sehingga jumlah SiLPA pada tahun 2013
meningkat menjadi Rp.227,88 Milyar.
53
Tabel 3.7
Perkembangan Realisasi Pembiayaan dan Rata-Rata Pertumbuhan
Pertahun
No. Uraian
Ta hun
2011
2012
2013
Pertumbuhan (%)
2009
2010
157.097,76
0,00
0,00
0,00
0,00
157.097,76
107.348,30
0,00
0,00
0,00
0,00
107.348,30
46.923,21
0,00
0,00
0,00
0,00
46.923,21
97.284,59
0,00
0,00
0,00
0,00
97.284,59
164.307,32
0,00
0,00
0,00
0,00
164.307,32
0,00
377,49
10.229,58
0,00
10.607,07
0,00
0,00
76,66
0,00
76,66
0,00
5.324,90
0,00
0,00
5.324,90
0,00
8.753,00
0,00
0,00
8.753,00
0,00
15.599,00
15.262,71
153,54
10,52
30.861,71
30,60
146.490,69
107.271,64
41.598,31
88.531,59
133.445,61
(2,30)
107.348,30
46.923,21
97.324,34
164.307,32
227.884,05
20,71
A
Penggunaan SiLPA
Pencairan Dana Cadangan
Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi
Penerimaan Piutang Daerah
Jumlah Penerimaan
1,13
1,13
B
Pembentukan Dana Cadangan
Penyertaan Modal Pem. Daerah
Pembay. Pokok Pinj. DN Lainnya
Pembay. Pokok Pinj. DN Obligasi
Jumlah Pengeluaran
PEMBIAYAAN NETTO
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA)
54
jauh lebih tinggi dibandingkan 2 kelompok aset lainnya. Peningkatan jumlah aset
tetap meningkat dari Rp.2.650.814,80 juta pada tahun 2009 menjadi
Rp.4.530.029,11 juta pada tahun 2013 atau mengalami pertumbuhan rata-rata
pertahun sebesar 14,34%. Sedangkan pertumbuhan investasi jangka panjang
relatif kecil yaitu sebesar 9,56%, dan pertumbuhan aset lancar sebesar 17,79%.
Sesuai dengan konsep keseimbangan, pertumbuhan aset tersebut juga
akan sama dengan jumlah pertumbuhan kewajiban dan ekuitas dana.
Pertumbuhan ekuitas dana pertahun adalah 14,13% dan pertumbuhan kewajiban
adalah 13,21%. Namun karena komposisi ekuitas dana jauh lebih besar (lebih
kurang 99%) dibandingkan kewajiban, maka pertumbuhan kewajiban tersebut
tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap komposisi kewajiban dan ekuitas
dana. Tabel 3.8 berikut menyajikan perkembangan pos-pos neraca dan tingkat
pertumbuhan rata-rata pertahun.
55
Tabel 3.8
No Uraian
Pertumbuhan (%)
2013
ASET
ASET LANCAR
Kas di Kas Daerah
Kas di Kas Satlak
Kas di Bendahara Pengeluaran
Kas di Bendahara Penerimaan
Deposito
Piutang Pajak
Piutang Retribusi
Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi
Piutang lainnya
Persediaan
Jumlah Aktiva Lancar
96.591,90
10.019,19
767,23
23,50
7.996,74
1.876,50
9.896,94
6.715,73
133.887,73
46.464,28
1,12
458,28
17,97
6.526,94
1.600,33
2.261,56
9.360,29
66.690,76
78.814,22
1,11
186,81
382,11
20.000,00
10.661,47
2.109,19
2.261,56
11.067,00
125.483,47
129.116,39
0,04
199,64
23,22
35.000,00
12.356,55
2.389,12
2.261,56
14.433,15
195.779,66
137.638,26
0,04
248,29
7,69
90.000,00
10.757,27
2.570,71
2.261,57
14.263,95
257.747,78
3.503,65
28.431,45
31.935,10
3.514,15
20.542,45
24.056,60
3.514,15
22.367,35
25.881,50
3.514,15
31.120,35
34.634,50
3.514,15
42.497,33
46.011,48
0,07
10,57
9,56
859.778,04
193.152,93
485.965,50
1.075.611,85
34.710,46
1.596,01
2.650.814,80
782.190,69
212.259,13
566.885,11
1.158.586,50
42.835,24
56.349,24
2.819.105,91
799.307,98
250.698,16
644.544,01
1.207.705,99
31.027,61
15.737,67
2.949.021,42
1.109.240,43
281.821,31
830.987,87
1.255.721,90
33.794,11
68.999,59
3.580.565,22
1.451.637,50
391.900,77
1.263.692,93
1.345.152,91
49.044,87
28.600,13
4.530.029,11
13,99
19,35
26,99
5,75
9,03
105,75
68.873,28
68.873,28
2.885.510,91
55.726,79
55.726,79
2.965.580,06
438,16
865,23
24.884,55
55.408,90
81.596,83
3.181.983,23
477,91
1.892,47
1.416,90
55.408,90
59.196,18
3.870.175,56
432,20
2.755,08
4.334,05
54.809,03
62.330,36
4.896.118,73
30,02
3.239,12
1.070,71
4.339,86
0,47
3.136,30
1.718,51
4.855,28
1.677,80
3.136,30
2,77
4.816,87
8,75
3.136,30
138,65
3.283,70
2,56
597,90
600,46
4.339,86
4.855,28
4.816,87
3.283,70
6.527,76
6.527,76
7.128,22
ASET TETAP
Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Konstruksi dalam Pengerjaan
Akumulasi Penyusutan
Jumlah Aset Tetap
DANA CADANGAN
Dana Cadangan
Jumlah Dana Cadangan
ASET LAINNYA
Tuntutan Ganti Rugi
Aset Tak Berwujud
Aset Lain-lain
Kemitraan Dengan Pihak Ketiga
Jumlah Aset Lainnya
TOTAL AKTIVA
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Utang Perhitungan Fihak Ketiga
Utang Bunga
Bagian Lancar Ut. Jk Panjang
Utang Jangka Pendek Lainnya
Jmlh. Kewajiban Jk. Pendek
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
Utang Dalam Negeri
Utang Jangka Panjang Lainnya
Jmlh. Kewajiban Jk. Panjang
JUMLAH KEWAJIBAN
EKUITAS DANA
EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Angg.
Pendapatan yg Ditangguhkan
Cadangan Piutang
Cadangan
Dana
yg hrsPersediaan
disediakan utk Pembayaran
Utang Jk.Pendek
Jmlh. Ekuitas Dana Lancar
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi JP
Diinvestasikan dalam Aset Tetap
Diinvestasikan
dalam Aset
Dana
yg hrs disediakan
utk Lainnya
Pembayaran
Utang Jk.Panjang
Jmlh. Ekuitas Dana Investasi
EKUITAS DANA CADANGAN
Diinvestasikan dalam Dana Cadangan
Jmlh. Ekuitas Dana Cadangan
JUMLAH EKUITAS DANA
TOTAL KEWAJIBAN & EKUITAS DANA
107.348,30
23,50
19.770,18
6.715,73
(4.309,84)
129.547,87
46.923,21
17,97
10.388,82
9.360,29
(4.854,81)
61.835,48
97.324,34
382,11
15.032,22
11.067,00
(3.139,07)
120.666,60
164.307,32
23,22
17.007,23
14.433,15
(3.274,95)
192.495,97
9,26
(24,58)
(24,37)
7,70
8,19
(30,86)
20,72
17,79
14,34
(49,91)
(2,46)
14,13
(45,96)
(100,00)
(13,56)
(39,01)
13,21
227.884,04
7,69
15.589,53
14.263,95
(597,90)
257.147,31
20,71
(24,37)
(5,77)
20,72
(38,97)
18,70
46.011,48
4.530.029,11
62.330,35
(6.527,76)
4.631.843,18
9,56
14,34
(2,46)
31.935,10
2.650.814,80
68.873,28
2.751.623,18
24.056,60
2.819.105,91
55.726,79
2.898.889,30
25.881,50
2.949.021,42
81.596,83
3.056.499,76
34.634,50
3.580.565,22
59.196,18
3.674.395,90
2.881.171,06
2.960.724,78
3.177.166,36
3.866.891,86
4.888.990,49
14,13
2.885.510,91
2.965.580,06
3.181.983,23
3.870.175,56
4.896.118,71
14,13
13,90
56
57
Kondisi jumlah hutang yang sangat kecil itu juga dapat dilihat
berdasarkan rasio total hutang terhadap ekuitas dana dan atau total aset, yaitu
berkisar dibawah 1% saja. Artinya, hutang yang dimiliki Kota Padang hanya
kurang dari 1% dari jumlah aset atau ekuitas dananya. Dengan demikian
keempat rasio keuangan ini menunjukkan kemampuan Pemerintah Kota Padang
yang sangat baik dalam melunasi seluruh hutangnya. Tabel 3.9 berikut
menyajikan rasio keuangan Kota Padang.
Tabel 3.9
No
1
2
3
4
5
Tahun 2009
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
778.374,52
885.282,79
897.311,02
1.059.177,30
1.187.085,37
1.007.025,44
1.100.444,82
1.185.671,10
1.408.965,40
1.651.165,45
77,29
80,45
75,68
75,17
71,89
58
PENDAPATAN
BELANJA
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
DEFISIT RIIL
59
Tabel 3.12
REALISASI SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN
No. Uraian
Tahun (Rp.juta)
2009
2010
1 Jumlah SiLPA
107.348,30
46.923,21
(19.909,86)
(4.234,98) (15.060,43)
25.594,53
24.888,09
2011
2012
2013
1.823,03
(17,86)
27.263,50
(6.586,53)
(5.156,34) (24.386,48)
60
Tabel 3.13
KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH (Rp.Juta)
Uraian
Thn 2009
Thn 2010
Thn 2011
Thn 2012
Thn 2013
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
113.254,71 116.691,28 149.874,80 189.450,84
238.871,89
DAU
628.472,62 632.117,46 711.416,06 871.875,67 1.003.116,09
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak 58.882,84
65.411,50
63.302,31 122.817,88
57.718,07
BELANJA
Belanja Gaji dan Tunjangan
Selisih
520.648,63
572.430,66
637.909,65
680.678,94
762.878,90
279.961,54
241.789,57
286.683,51
503.465,45
536.827,15
Gempa yang terjadi pada tanggal 29 September 2009 telah merusak dan
atau bahkan sampai meruntuhkan beberapa bangunan milik Kota Padang.
Akibatnya sejak tahun 2010 sampai 2012 beberapa SKPD Kota Padang terpaksa
menyewa bangunan agar pelayanan kepada masayarakat tetap dapat diberikan.
Kontrak sewa menyewa baik untuk bangunan maupun untuk beberapa jenis
peralatan lain yang dibutuhkan dilakukan dengan perjanjian tahunan bukan
perjanjian sewa menyewa jangka panjang.
Sesuai dengan kebijakan pemerintah yang memindahkan pusat
pemerintahan Kota Padang ke Air Pacah, maka sejak tahun 2013 roda
pemerintahan Kota Padang digerakkan melalui Gedung Baru di Air Pacah.
Beberapa SKPD masih menggunakan bangunan lama yang masih dalam kondisi
layak huni, dan beberapa SKPD lainnya memberikan pelayanan dengan
mamanfaatkan gedung baru. Oleh sebab itu, Kota Padang saat ini tidak memiliki
kontrak sewa menyewa jangka pajang baik untuk bangunan maupun peralatan
lainnya.
Dalam rangka pengembangan kapasitas sumber daya manusia, Kota
Padang selalu memberikan Beasiswa kepada PNS di lingkungan Pemerintah Kota
Padang. Namun pada tahun 2012 jumlah beasiswa yang diberikan berkurang
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini antara lain disebabkan kebijakan
pengembangan kapasitas SDM daerah lebih banyak memanfaatkan Beasiswa dari
sumber-sumber lain yang saat ini memang banyak ditawarkan. Pada saat ini
tidak ada lagi kewajiban beasiswa yang harus dibayarkan Kota Padang. Demikian
juga terhadap pembayaran bunga, bagi hasil pajak dan bukan pajak, serta belum
merencanakan pembentukan dana cadangan atau penerimaan pembiayaan
lainnya. Oleh sebab itu, pengeluaran periodik, wajib, dan mengikat serta
perioritas utama Kota Padang hanya terbatas untuk belanja Gaji dan Tunjangan,
Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH,
Belanja honorarium PNS khusus untuk guru dan tenaga medis, dan Belanja Jasa
Kantor.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, jumlah belanja dan
pengeluaran pembiayaan wajib dan mengikat serta perioritas utama mengalami
peningkatan dari Rp.581.374,94 juta pada tahun 2009 dan meningkat menjadi
Rp.1.101.395,88 juta pada tahun 2013.
61
Tabel 3.14
No.
A
1
2
3
4
B
1
2
3
4
5
C
1
2
No. Uraian
1. Pendapatan
2009
2.010
2.011
2.012
2.013
107.348,30
46.923,21
97.324,34
164.307,32
227.884,05
581.373,94
680.870,72
789.965,39
915.304,85 1.101.394,88
483.250,33
406.072,23
543.431,18
724.990,59
841.231,35
62
63
Tabel 3.16
No. Uraian
2018
2019
179.947,71
62.538,99
226.293,90
60.037,43
257.421,45
72.930,66
292.830,71
88.592,75
333.110,65
107.618,32
378.931,24
130.729,69
9.713,59
55.807,68
308.007,97
11.211,62
98.517,96
396.060,90
12.940,67
127.611,47
470.904,25
14.936,38
165.296,63
561.656,47
17.239,87
214.110,67
672.079,50
19.898,60
277.340,06
806.899,59
65.634,91
1.060.234,17
76.839,71
1.202.708,79
71.335,22
1.072.894,05
42.132,90
1.186.362,16
73.963,84
1.166.172,14
48.803,46
1.288.939,44
76.689,31
1.267.559,90
56.530,11
1.400.779,32
79.515,21
1.377.762,38
65.480,07
1.522.757,66
82.445,25
1.497.545,92
75.847,00
1.655.838,17
325.734,30
77.236,74
358.245,88
452.396,52
571.290,91
721.431,94
911.031,56
77.236,74
86.780,66
97.503,90
109.552,18
123.089,23
1.605.679,82
1.621.844,78
1.828.116,62
2.069.574,13
2.353.741,78
2.689.958,96
8.827,90
13.339,97
32.045,27
32.045,27
9.604,78
32.045,27
11.525,73
32.045,27
13.830,88
32.045,27
16.597,05
22.167,87
32.045,27
41.650,04
43.571,00
45.876,15
48.642,32
1.935.855,66
2.049.950,95
2.340.670,91
2.674.801,60
3.071.697,43
3.545.500,87
64
65
1. Kebijakan Belanja sesuai dengan prioritas; mulai dari belanja wajib dan
mengikat, belanja administrasi rutin, belanja program unggulan, dan
perioritas lainnnya.
2. Melakukan efesiensi anggaran terhadap jenis belanja/pengeluaran yang
terkesan boros, seperti belanja honor, perjalanan dinas, dan belanja
barang dan jasa, serta dianggarkan secara selektif.
3. Belanja langsung diprioritaskan untuk membiayai belanja modal yang dapat
memberikan multiflier effect dalam pertumbuhan ekonomi khususnya yang
berkaitan dengan pelayanan dasar.
4. Peningkatan peran Bappeda dalam sinkronisasi belanja antar SKPD untuk
meningkatkan efektivitas sesuai dengan target kinerja.
Prinsip pengelolaan keuangan daerah adalah mencapai keseimbangan
antara pendapatan dan belanja sehingga kemungkinan defisit anggaran
ditiadakan. Namun jika pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran
berjalan, arah pengelolaan pembiayaan harus berdasarkan prinsip kemampuan
dan kesinambungan fiskal daerah. Sumber-sumber pembiayaan untuk menutup
defisit anggaran dapat diperoleh dari SILPA ataupun pinjaman daerah dan
dengan sebisa mungkin menghindari penjualan aset daerah yang dipisahkan.
Apabila terjadi pinjaman daerah, maka besaran pinjaman daerah haruslah pada
kemampuan pengembalian pinjaman oleh daerah. Dalam pengelolaan
pembiayaan dan perumusan proyeksi pembiayaan daerah selama kurun waktu
lima tahun ke depan, asumsi dan metode proyeksi yang digunakan adalah linear
dengan asumsi dan metode yang digunakan pada pendapatan dan belanja
daerah.
Dalam pengelolaan pembiayaan, tidak dimungkinkan untuk melakukan
penerimaan pembiayaan melalui SILPA dikarenakan proyeksi penerimaan dan
belanja daerah menunjukkan kebutuhan pada belanja selalu lebih besar dari
penerimaan, sehingga pendapatan pembiayaan diutamakan diperoleh dari laba
investasi jangka pendek dan jangka panjang, hasil investasi aset, pembayaran
piutang daerah, maupun penerimaan-penerimaan lainnya yang dimungkinkan
untuk diperoleh. Sedangkan pengeluaran pembiayaan dialokasikan untuk
melakukan pembiayaan pada investasi jangka pendek dan jangka panjang,
investasi pada aset tetap, alokasi dana cadangan daerah, serta pembayaran
utang dan defisit daerah.
Berdasarkan perhitungan SiLPA tahun 2013 dan hasil proyeksi
pendapatan daerah dari tahun 2014 sampai tahun 2019 serta proyeksi
pengeluaran pembiayaan wajib dan mengikat serta perioritas utama dapat
diketahui proyeksi kapasitas riil keuangan daerah tahun 2014 tahun 2019.
Tabel 3.17 berikut memperlihatkan hasil perhitungan proyeksi kapasitas riil
keuangan daerah tahun 2014 tahun 2019.
66
Tabel 3.17
PROYEKSI KAPASITAS RIIL KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH
UNTUK MENDANAI PEMBANGUNAN DAERAH
No. Uraian
1. Pendapatan
2014
2015
2016
2017
2018
2019
1.935.855,66
2.049.950,95
2.340.670,91
2.674.801,60
3.071.697,43
3.545.500,87
2.049.950,95
2.340.670,91
2.674.801,60
3.071.697,43
3.545.500,87
1.261.436,94
1.442.660,64
1.649.919,74
1.886.954,61
2.158.042,98
788.514,01
898.010,27
1.024.881,86
1.184.742,81
1.387.457,89
227.884,05
2.163.739,71
Dikurangi:
Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan yang
4.
Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama 1.197.190,34
Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan
966.549,37
Daerah
67
BAB IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
68
69
Pendidikan (SD, SLTP, SLTA dan PT). Sasaran strategis wajib belajar 12 tahun,
Perimbangan Sekolah Negeri-Swasta, dimana sekolah negeri harus lebih banyak
dari sekolah swasta untuk menegaskan peran dan tanggung jawab pemerintah.
Orientasi kepada mutu (mengacu kepada standar yang dijaga dan ditingkatkan
agar tidak berkurang karena adanya penambahan kapasitas). Perimbangan SMA
SMK, pemerataan distribusi, penentuan tahapan pencapaian target APK di tingkat
nasional maupun provinsi dan Kota Padang.
Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk menghasilkan SDM
yang beriman, kreatif dan berdaya saing global. Rasio guru dengan murid
berdasarkan data tahun 2012 sudah mencapat standar, akan tetapi penyebaran
per bidang studi yang diajarkan tidak merata. Melaksanakan Wajib belajar 12
tahun dengan baik. Kompetensi tenaga pendidik mengoperasionalkan
pemanfaatan IT oleh guru masih rendah. Perbedaan pelayanan melalui
pembentukan cluster sekolah-sekolah menengah, sehingga membentuk
persepsi orang tua mengenai mutu pendidikan. Apalagi pergerakan anak
bersekolah yang lintas wilayah, sehingga beban pelayanan pendidikan tidak
seimbang. Sekolah pinggiran kurang memadai fasilitas sarana penunjang
pendidikan seperti perpustakaan dan laboratorium.
4.1.3. Masalah Kesehatan
Permasalahan mendasar tentang kesehatan yang memerlukan
penanganan segera mencakup antara lain; kurang memadai fasilitas sarana dan
prasarana kesehatan dasar, tenaga kesehatan dan jaminan pembiayaan
kesehatan. Pelayanan di bidang kesehatan masih rendah, belum ada pelayanan
yang benar-benar gratis diberikan pada masyarakat baik di puskesmas maupun
di RSUD bagi warga penduduk miskin Kota Padang. Selanjutnya kesadaran
masyarakat untuk persalinan oleh tenaga medis kesehatan belum optimal yang
menyebabkan target penurunan jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Ibu (AKI) melahirkan belum tercapai. Tingginya pengguna narkoba,
HVS/Aids dan sekarang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sudah berjalan
walaupun belum maksimal. Belum ada pelayanan yang benar-benar gratis
diberikan puskesmas dan RSUD bagi warga Kota Padang yang miskin, karena
masih ditemui pelayanan kesehatan pada puskesmas dan RSUD yang dibebankan
kepada masyarakat. Belum optimalnya sinergitas pelayanan kesehatan antara
pemerintah dengan swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana kesehatan.
Isu strategis bidang kesehatan berkaitan dengan derajat kesehatan masyarakat,
jangkauan dan biaya pelayanan kesehatan akan menjadi harapan bagi
masyarakat mencapai Padang Sehat.
4.1.4. Masalah Ekonomi
Masalah di kelompok ekonomi yang mendasar memerlukan penanganan
segera mencakup antara lain; Permasalahan tenaga kerja yaitu tingkat
70
pengangguran terbuka cukup tinggi akibat lapangan kerja yang sangat terbatas
dan keterbatasan keterampilan dan kecakapan serta lemahnya daya saing tenaga
kerja. Arah pembinaan masyarakat untuk pengembangan ekonomi kreatif,
Koperasi dan UKM kurang memadai bagi petani dan nelayan, masyarakat PKL
boleh dikatakan kurang mendapat pembinaan yang serius sampai mereka
menjadi wirausahawan. Dukungan infrastruktur, pemberian insentif dan
kemudahan investasi belum efektif untuk menarik investor, serta belum
optimalnya kualitas kelembagaan yang membidangi. Sektor informal pedagang
kaki lima di Kota Padang kurang terkendali sehingga membuat kota yang
semrawut. Permasalahan pasar tradisional, PKL terdesak oleh keberadaan pasar
modern, karena semakin banyaknya ijin yang diberikan kepada swasta untuk
membangun hypermarket, supermarket dan toserba yang mengakibatkan
menurunnya daya saing pasar tradisional. Belum optimalnya pengembangan
sistem pembiayaan dengan kemitraan pemerintah dan swasta. Untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi dengan arah pengembangan ekonomi kreatif, UMKM,
serta pemberdayaan ekonomi masyarakat petani dan masyarakat nelayan.
Masyarakat Padang terkenal mempunyai jiwa dan semangat wirausaha
(entrepreneurship) dan ulet. Kondisi tersebut ditandai dengan banyaknya
anggota masyarakat yang bergerak dan sukses dalam bidang perdagangan,
industri dan jasa walaupun umumnya masih dalam skala kecil dan menengah
(UKM). Isu strategis bisa dilakukan membina dan mencetak wirausahawan baru
yang handal yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Semangat
kewirausahaan ini merupakan modal dasar yang sangat penting dan perlu terus
dikembangkan untuk mendorong kegiatan ekonomi Kota Padang sesuai dengan
potensi yang dimiliki, disamping untuk menekan tingkat pengangguran serta
mencarikan solusi lapangan kerja baru bagi warga kota.
4.1.5. Masalah Infrastruktur dan Tata Ruang
Masalah di kelompok infrastruktur dan tata ruang yang mendasar
memerlukan penanganan segera mencakup antara lain; kondisi drainase dan riol
kurang berfungsi, telah menimbulkan dampak negatif menyebabkan mudahnya
menjadi banjir Kota Padang. Apabila hujan turun, di beberapa titik wilayah telah
terjadi banjir. Hal ini disebabkan karena saluran air ditutupi sampah. Sampah
masih belum dapat tertangani secara optimal. Trotoar telah beralih fungsi untuk
lokasi berjualan bagi PKL. Masih ada ditemui wilayah kumuh (slum area), rumah
tidak layak huni serta lingkungan yang kurang sehat. Masih ada wilayah yang
belum diaspal dan jalan lingkungan yang masih jalan tanah.
Kota Padang belum punya terminal angkutan kota dan terminal bus yang
representatif untuk pelayanan publik serta penataan sistem transportasi kota
masih kurang baik. Tingkat kemacetan di beberapa titik, akibat pertumbuhan
sepeda motor dan mobil tidak sebanding dengan pertambahan jalan. Prasarana
jalan yang kurang mendukung pergerakan penduduk, karena kapasitas (jalan
71
sempit) yang semakin terbatas dan kondisi jalan yang kurang mendukung. Moda
transportasi massal Trans Padang telah berjalan, akan tetapi tidak mencukupi
banyak dikeluhkan warga kota. Sehingga perlu penambahan moda transportasi
massal.
Pasca gempa, kawasan pasar raya belum terbangun optimal, maka perlu
segera dilakukan pembangunan Pasar Inpres, Fase, dan pembenahan PKL. PKL
yang berada di pasar raya sudah menjadi masalah besar, maka perlu segera
ditata dan dicarikan penempatan lokasinya yang tepat. Ruang terbuka hijau
belum memenuhi standarisasi; Rasio bangunan ber-IMB masih belum maksimal.
Investor kurang berminat melakukan investasi di Sumatera Barat terkait isu
tanah ulayat. Banyak lahan yang belum bersertifikat dan potensi menimbulkan
permasalahan di kemudian hari. Perencanaan pembangunan yang dilakukan
telah mengacu kepada RTRW, namun perlu pengawasan dan pengendalian
4.1.6. Masalah Rawan Bencana
Permasalahan dan sekaligus ancaman serius yang dialami oleh Kota
Padang adalah sangat rawan terhadap bencana alam seperti gempa bumi,
tsunami, tanah longsor, dan banjir. Jalan evakuasi tsunami masih sempit dan
belum tuntas. Bencana alam ini sudah sering terjadi dan isu gempa mega trust
yang diprediksi para ahli membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat
Kota Padang. Strategi kebijakan mengurangi resiko bencana, peningkatan
efektivitas penanganan darurat bencana, optimalisasi pemulihan dampak
bencana terus dilakukan. Sasaran dari strategi ini pada upaya-upaya khusus
untuk bencana yang telah dipetakan demi pengurangan dampak bencana secara
terstruktur, terukur dan menyeluruh dalam kewenangan pemerintah Kota
Padang.
4.1.7. Masalah Perdagangan
Permasalahan dan tantangan yang dialami Kota Padang sebagai ibukota
Provinsi Sumatera Barat dalam bidang perdagangan adalah: a. Sarana dan
prasarana yang tidak memadai; b. Kualitas dan kuantitas persaingan pasar
modern dan retail, dan sebaginya. Jika dilihat sejarah Kota Padang tempo dulu
sebagai gerbang pintu masuk perdagangan Sumatera Bagian Tengah, hal itu
disebabkan berfungsinya pelabuhan Teluk Bayur dan Bandara Tabing serta
hidupnya alat transportasi kereta api. Saat ini faktor-faktor pendukung aktifitas
perdagangan tersebut tidak lagi berfungsi optimal. Akan tetapi peluang yang
cukup tinggi untuk mengembangkan kota Padang sebagai kota perdagangan
telah diapungkan dalam visi misi walikota terpilih. Hal ini dimungkinkan Kota
Padang sebagai kota perdagangan karena sudah banyak yang mendukung
terutama infrastruktur dan komoditi sebagai barometernya.
Masalah lain yang harus diwaspadai adalah pergeseran perdagangan
sudah bergerak ke Kota Bukittinggi, akan tetapi hal itu belum didukung dengan
72
73
daerah
Padang
RPJMD
Padang
Tabel 4.1
Hubungan Pembangunan Kota Padang dengan Daerah Tetangga
Kabupaten
Pessel
Pembangunan
Kawasan Mande
di Pessel akan
membawa
dampak pada
wilayah
sekitarnya.
Rest area batas
Pesisir SelatanPadang tempat
istirahat bagi
orang yang
berkendaraan
Berkembangnya
Kota Pariaman
membawa
pengaruh pada
Kota Padang
KETERKAITAN
Kabupaten Solok
KETERKAITAN
Kabupaten Padang
Pariaman akan
berkembang bagian
Bandara
Internasional
Minangkabau
Bertambah
pertumbuhan
penerbangan ke BIM
akan membawa
pengaruh pada
pelayanan Kota
Padang.
74
Belum
optimalnya
layanan
infrastruktur
kota
dan sinergitas
antar
wilayah
Rendahnya layanan
infrastruktur
wilayah
sekitar akan
memberi
tekanan terhadap
layanan infrasruktur
di Kota Padang
Belum meratanya
Ketergantungan
ketersediaan dan
antar
kualitas
wilayah terhadap
sarana prasarana
sumberdaya yang
transportasi, jaringan ada
irigasi, pendidikan,
menyebakan adanya
energi,
keharusan melakukan
dan kesehatan;
kerjasama dalam
pengelolaan
sumberdaya tersebut.
strategis
yang
dimiliki
oleh
Kota
Padang
75
sosial, aksi teror, anak jalanan, pengemis serta orang gila berkeliaran dijalan,
jambret atau sejenisnya yang membuat masyarakat menjadi tidak aman.
4.2.2. Isu Strategis Pendidikan dan Kesehatan
Isu strategis tentang pendidikan dan kesehatan antara lain; menurunnya
karakter bangsa. Untuk pembangunan karakter (capacity building) bagi peserta
didik dimulai dari rumah tangga sampai ke jenjang pendidikan sekolah serta
pada masyarakat. Aspek ini perlu diberikan tekanan dan perhatian utama guna
dijadikan dasar untuk menyusun strategi dan kebijakan pembangunan daerah
yang baik dalam rangka mewujudkan Padang sebagai Kota Pendidikan. Kota
Pendidikan yang aman, tenang dan menyenangkan didukung dengan sarana dan
prasarana yang lengkap dan memadai tentang gedung, ruang kelas, labor, guru
dan tenaga kependidikan serta fasilitas lain seperti sekolah berasrama. Sekolah
berasrama salah satu jalan untuk proses membentuk peserta didik yang religius.
Jangkauan akses pelayanan dan mutu pendidikan, biaya penyelenggaraan
pendidikan, relevansi dan daya saing pendidikan menengah umum dan khusus
serta pendidikan karakter berbasis moral dan budi pekerti bagi peserta didik
merupakan isu strategis bidang pendidikan Kota Padang. Memberikan biaya
pendidikan yang gratis untuk pendidikan SD, SMP, SMA dan SMK sederajat serta
pemberian beasiswa bagi semua pelajar/mahasiswa berprestasi dari keluarga
miskin Kota Padang.
Kondisi ini tercermin dari perkembangan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) yang sudah membaik. Kualitas SDM yang baik akan dapat dijadikan
sebagai modal dasar untuk proses pembangunan yang berlandaskan pada IPTEK.
Peningkatan IPM dipicu oleh kualitas kesehatan semakin baik. Pemberian
pelayanan kesehatan didukung oleh fasilitas sarana dan prasarana kesehatan
dasar, tenaga kesehatan dan jaminan pembiayaan kesehatan. Pemberian fasilitas
kesehatan gratis di puskesmas maupun di RSUD bagi warga penduduk miskin
Kota Padang perlu diberikan. Selanjutnya kesadaran masyarakat untuk persalinan
oleh tenaga medis belum optimal, pada hal ini yang menyebabkan target
penurunan jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI)
melahirkan bisa tercapai. Isu strategis tentang kesehatan berkaitan dengan
derajat kesehatan masyarakat, jangkauan dan biaya pelayanan kesehatan akan
menjadi harapan bagi masyarakat mencapai Padang sehat.
4.2.3. Isu strategis Perdagangan dan Jasa
Isu strategis masalah dalam perdagangan antara lain untuk menghadapi
MEA 2015 masyarakat kota Padang harus memperkuat pengetahun komunikasi
berbahasa asing minimal bahasa Inggris. Disamping itu untuk menghadapi MEA
tersebut memperkokoh meghadapi tantangan negatif yang akan mempengaruhi
budaya Minang. Selanjutnya persoalan pasar raya merupakan isu yang segera
diselesaikan, karena ini menjadi sentral aktivitas kegiatan ekonomi dan
76
Perdagangan Kota Padang. Pembangunan pasar raya dilakukan dalam waktu dua
tahun dan revitalisasi pasar-pasar pembantu di wilayah Kota Padang. Lahan
parkir di Pasar Raya semakin sempit diakibatkan sebagian besar lahan tersebut di
digunakan sebagai tempat Pedagang Kaki Lima.
Isu menciptakan wirausaha baru yang profesional berlatar belakang dari
jiwa dan semangat wirausaha (entrepreneurship) yang cukup tinggi dan ulet
yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau. Kondisi tersebut ditandai dengan
banyaknya anggota masyarakat yang bergerak dan sukses dalam bidang
perdagangan, industri dan jasa walaupun umumnya masih dalam skala kecil dan
menengah (UKM). Semangat kewirausahaan ini merupakan modal dasar yang
sangat penting dan perlu terus dikembangkan untuk mendorong kegiatan
ekonomi daerah ke depan pada berbagai sektor ekonomi sesuai dengan potensi
yang dimiliki Kota Padang. Isu strategis Kota Padang akan menciptakan
wirausahawan baru yang siap dibina dan dilatih.
Isu Strategis pengembangan sektor kepariwisataan, objek wisata Pantai
Kota Padang dengan Pantai Air Manih serta objek wisata lainnya menjadi wisata
keluarga dan konvensi yang layak dan ramah. Untuk itu harus didukung
keramahan (hospitality) ditandai dengan keamanan dan kenyamanan wisatawan.
Sehingga perlu dikembangkan prasarana dan sarana pendukung. Merevitalisasi
objek wisata dan mengorganisasikan komunitas lokal secara melembaga agar
tercapai dukungan yang maksimal terhadap kunjungan wisatawan. Membuat
peta jalan untuk pengembangan kepariwisataan dan sektor pendukungnya
termasuk partisipasi kelembagaan lokal dalam mengelola objek dalam bentuk
Badan Usaha Kampung atau Nagari.
4.2.4. Isu Strategis Rawan Bencana
Isu strategis Padang rawan bencana agar menyediakan informasi wilayah
rawan bencana, meningkatkan sarana dan prasarana penanggulangan bencana,
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana. Upaya lain
yang penting dilakukan adalah penyelenggaraan pemulihan sosial, ekonomi,
budaya dan lingkungan serta normalisasi kehidupan korban bencana. Isu tsunami
tersebar di sepanjang wilayah pantai terutama jalur sesar aktif patahan
semangka. Isu strategis dalam hal ini adalah menyediakan informasi wilayah
rawan bencana, meningkatkan sarana dan prasarana penanggulangan bencana,
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan bencana banjir,
longsor, gempa dan tsunami.
4.2.5. Isu Strategis Infrastruktur dan Prasarana Daerah
Semenjak gempa tahun 2009 terjadi pergeseran lokasi tempat tinggal
penduduk dari bibir pantai ke arah ketinggian, dalam rangka mengantisipasi isu
mega trust yang akan menyebabkan tsunami. Kota Padang masih banyak
penduduk miskin dan rumah tidak layak huni merupakan isu strategis untuk
77
78
79
BAB V
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
80
81
Adil yang dimaksudkan disini adalah suatu kondisi masyarakat yang dapat
menjaga kebutuhan, kepentingan dan hak seluruh anggota masyarakat sesuai
dengan azas kepatutan dan kewajaran. Karena itu dalam suatu masyarakat yang
adil akan terdapat tingkat kesejahteraan yang relatif merata, mempunyai
82
83
peduli terhadap masa depan dan keselamatan masyarakat dan bumi ciptaan
Tuhan.
Misi untuk mewujudkan tata-pemerintahan yang baik, bersih dan
profesional merupakan persyaratan yang tidak kalah pentingnya untuk dapat
mendorong proses pembangunan daerah secara cepat dan merata. Hal ini sesuai
dengan harapan seluruh masyarakat. Dalam kondisi demikian, tata pemerintahan
berjalan secara demokratis, taat hukum, transparan, menerapkan sistem
perencanaan, penganggaran dan pengawasan secara terpadu yang berlandaskan
pada partisipasi masyarakat serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN). Dengan cara demikian diharapkan akan dapat diwujudkan pola
pemerintahan daerah yang efektif, efisien, bersih dan berwibawa serta didukung
oleh partisipasi aktif masyarakat secara keseluruhan.
Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat,
beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat
mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang
berkualitas tersebut akan dapat diwujudkan melalui tiga pilar utama yaitu:
pendidikan yang bermutu tinggi disemua strata, pengembangan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Seni (IPTEKS) yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia dan derajat kesehatan yang tinggi dan merata keseluruh pelosok daerah
dan lapisan masyarakat. Termasuk dalam kualitas sumberdaya manusia ini
adalah adanya disiplin dan etos kerja yang baik sehingga tingkat efisiensi dan
produktivitas tenaga kerja menjadi cukup tinggi serta terdapatnya kesetaraan
gender.
Misi untuk mewujudkan ekonomi masyarakat yang tangguh, produktif,
berbasis kerakyatan, berdayasaing regional dan global merupakan unsur penting
untuk dapat mendorong kemajuan ekonomi dan kemakmuran masyarakat,
terutama dalam era globalisasi dewasa ini. Kondisi tersebut diwujudkan melalui
pengembangan ekonomi agribisnis dan agroindustri serta industri jasa. Usaha
ekonomi yang demikian akan dapat diwujudkan dengan penciptaan persaingan
yang sehat dalam dunia usaha, mencegah timbulnya monopoli dan monopsoni
serta ketidakadilan dalam berusaha, mengembangkan kewirausahaan daerah,
menyediakan prasarana dan sarana pembangunan yang berkualitas secara
merata keseluruh pelosok daerah dan mewujudkan kepastian hukum dan iklim
investasi yang kondusif bagi para investor.
Misi untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan juga tidak kalah pentingnya untuk dapat mewujudkan
masyarakat yang sejahtera dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Kualitas
lingkungan hidup yang baik dan menyenangkan akan dapat diwujudkan melalui
pencegahan polusi udara, pengotoran air, mengupayakan lingkungan yang bersih
dan segar, serta menerapkan rencana tata-ruang secara konsekuen. Termasuk
dalam hal ini adalah pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan yang dapat
diupayakan dengan memelihara kawasan hutan lindung, mencegah eksploitasi
84
85
86
87
2.
3.
4.
Misi
Misi 1:
Mewujudkan
Pendidikan Yang
Berkualitas Untuk
Menghasilkan
Sumberdaya
Manusia Yang
Beriman, Kreatif
Dan Berdaya
Saing;
MISI 2:
Menjadikan Kota
Padang Sebagai
Pusat Perdagangan
Wilayah Barat
Sumatera
Tujuan
1. Mewujudkan kualitas
sumberdaya manusia
yang beriman, kreatif dan
berdaya saing tinggi
sebagai Pusat
Pertumbuhan ekonomi
Sasaran
1. Terwujudnya peningkatan kualitas
pendidikan
2. Tercapainya peningkatan
88
Misi
MISI 3:
Menjadikan Kota
Padang sebagai
daerah tujuan
wisata yang
nyaman dan
berkesan
MISI 4:
Meningkatkan
Kesejahteraan
Masyarakat Dan
Pengembangan
Ekonomi
Kerakyatan
Tujuan
Sasaran
2. Mewujudkan kota
Padang sebagai kota
tujuan wisata budaya
yang religius
1. Meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat
Misi 5:
Menciptakan Kota
Padang yang
Aman, Bersih,
Tertib, Bersahabat
dan Menghargai
Kearifan Lokal
1. Tercapainya peningkatan
penyediaan lapangan kerja dan
usaha
2. Tercapainya peningkatan
kekuatan ekonomi kerakyatan
1. Tersedianya Informasi Tentang
2. Mewujudkan lingkungan
hidup kota yang
berkualitas
lingkungan hidup
2. Tercapainya peningkatan
89
Misi
Tujuan
4. Mewujudnya Kota Padang
Sasaran
1. Terciptanya peningkatan system
pengelolaan persampahan
2. Terciptanya peningkatan kualitas
dan kuantitas Ruang Terbuka
Hijau, Hutan Kota, Taman Kota
dan TPU.
5. Mewujudkan transportasi
Misi 6:
Mewujudkan Tata
Kelola
Pemerintahan Yang
Baik, Bersih Dan
Melayani
6. Mewujudkan penataan
ruang, bangunan dan
perumahan yang serasi,
selaras dan seimbang
1. Terlaksananya penataan
bangunan dan perumahan sesuai
dengan Rencana Tata Ruang Kota
7. Mewujudkan penyediaan
lahan untuk kebutuhan
pembangunan kota yang
berkeadilan
1. Tercapainya peningkatan
Perencanaan Pembangunan
daerah dan Pengelolaan Data
2. Tercapainya peningkatan
Akuntabilitas Kinerja Birokrasi
90
BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
91
bertahan dan berkembang dalam era globalisasi sekarang ini. Tidak dapat
disangkal bahwa kegiatan ekonomi yang bisa bertahan dan berkembang dalam
era globalisasi hanyalah yang mempunyai daya saing tinggi.
6.1.1. Strategi Pembangunan Misi 1
Untuk mencapai sasaran pada Misi 1, diperlukan strategi pembangunan
Kota Padang terutama diarah pada peningkatan kualitas dan pemerataan
pendidikan, baik pendidikan dasardan menengah mupun pendidikan tinggi baik
pada Perguruan Tinggi Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS).
Peningkatan kualitas pendidikan agama dalam hal ini mendapat perhatian khusus
dalam rangka mewujudkan sumberdaya manusia yang beriman. Peningkatan
kualitas pendidikan ini sangat penting artinya untuk dapat mewujudkan Kota
Padang sebagai Pusat Pelayanan jasa pendidikan untuk Sumatera Bagian Tengah
yang merupakan salah satu sasaran utama pembangunan Kota Padang dalam
RPJMD 2014-1019.
Peningkatan kualitas pendidikan akan dilakukan melalui peningkatan
kualitas guru dan dosen, peningkatan penyediaan prasarana dan sarana
pendidikan dan menjaga tingkat persaingan dalam memperoleh pendidikan.
Peningkatan kualtas guru dan dosen dapat dilaksanakan melalui pelaksanaan
pelatihan teknik keilmuan serta pendidikan lanjut kejenjang Magister (S2) dan
Doktor (S3) dalam berbagai cabang ilmu. Termasuk dalam hal ini adalah
pengembangan pendidikan kejuruan dan Politeknik guna memenuhi kebutuhan
terhadap tenaga terampil dan siap pakai. Peningkatan penyediaan prasarana dan
sarana pendidikan terutama diarahkan pada penambahan kapasistas gedung
sekolah dan kampus, pengembangan fasilitas perpustakaan dan laboratorium
serta asrama siswa dan mahasiswa. Sedangkan upaya untuk menjaga tingkat
persaingan dalam memperoleh fasilitas pendidikan akan dilakukan melalui
peningkatan kualitas seleksi ujian masuk siswa untuk pendidikan dasar dan
menengah serta ujian masuk perguruan tinggi.
6.1.2. Arah Kebijakan untuk Misi 1
Dalam mengimplementasikan strategi yang telah disebutkan diatas,
diperlukan arah kebijakan yang bermuara kepada program dan kegiatan yang
tepat untuk dilaksanakan oleh lembaga yang menjalankan urusan tersebut. Arah
kebijakan untuk melaksanakan strategi pada Misi 1 antara lain adalah:
mengembangkan kurikulum pendidikan dasar dan menengah, pendidikan
kejuruan serta pendidikan tinggi pada berbagai cabang ilmu pengetahuan,
mengembangkan fasilitas kepustakaan, meningkatkan kapasitas guru dan dosen,
meningkatkan kualitas pengelola sekolah dan perguruan tinggi, menambah jam
pelajaran untuk praktek agama, mengembangkan kurikulum pendidikan umum
dan kejuruan, meningkatkan kualitas guru, dan seni dan budaya daerah, serta
mengembangkan lembaga seni dan budaya daerah.
92
Tabel 6.1.
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan Pada Misi 1
MISI 1: Mewujudkan Pendidikan Yang Berkualitas Untuk Menghasilkan Sumberdaya
Tujuan
1. Mewujudkan
kualitas
sumberdaya
manusia yang
beriman,
kreatif dan
berdaya saing
tinggi.
Sasaran
1. Terwujudnya
peningkatan
kualitas
pendidikan
Strategi
1. Meningkatkan
kualitas dan
kompetensi
peserta didik
2. Meningkatkan
kualitas dan
kompetensi
tenaga pendidik
dan tenaga
kependidikan
serta kualitas
intitusi
3. Meningkatkan
kualitas sarana
dan prasarana
pendidikan
4. Memantapkan
pelaksanaan
Wajib Belajar 12
Tahun untuk
warga Kota
Padang
2) . Meningkatnya 1. Memperluas
pemerataan
jangkauan
pendidikan dan
Pemerataan
mendorong
pendidikan dan
tumbuhnya
dan mendorong
sekolah kejuruan
Pengembangan
(vokasional)
sekolah
vokasional
Arah kebijakan
1. Peningkatan mutu
lulusan pendidikan
1. Peningkatan pendidikan
tenaga pendidik dan
kependidikan
2. Memperbaiki akreditasi
institusi dan program
studi
3. Meningkatkan tata kelola
pendidikan yang
berkualitas
1. Meningkatkan kualitas
gedung, laboratorium,
perpustakaan dan
sarana ibadah sekolah
serta lingkungan sekolah
2. Mengembangkan
jaringan kerjasama
dengan stakeholders
3. Mengembangkan dan
mengupdate kurikulum
sekolah
1. Pengembangan Sekolah
Gratis untuk Wajar 12
Tahun
2. Meningkatkan budaya
baca tulis masyarakat
3. Meningkatkan pelayanan
pendidikan mengacu
kepada standar
pendidikan nasional
1. Perluasan jangkauan
pemerataan sarana
pendidikan
2. Pemerataan distribusi
guru
3. Pengembangan sekolah
vokasional berbasis
sumber daya lokal
4. Mendorong penciptaan
wirausahawan muda
5. Mendorong peningkatan
pemahaman dan
penerapan IPTEK tepat
guna
93
2. Menghindarkan
siswa putus
sekolah
3. Terjaganya
1. Mendekatkan
kualitas moral
akses informasi
dan akhlak
nilai-nilai agama
pendidik dan
dan budaya dan
peserta didik
meningkatkan
dari pengaruh
pendidikan
lingkungan yang
karakter serta
negatif;
sekolah
berasrama
(Boarding
School)
4. Meningkatnya
kesiapan SDM
dalam
menghadapi
MEA
1. Meningkatkan
kemampuan
peserta didik
dalam
menggunakan
Bahasa Inggris
dan
meningkatkan
ketahanan
budaya lokal
1. Memberikan bantuan
biaya pendidikan
1. Menyediakan media
informasi yang bernilai
agama dan budaya
Minangkabau pada areal
publik
2. Penyamaan kesempatan
bagi anak berpendidikan
khusus (disable) untuk
menempuh pendidikan
normal
3. Meningkatkan
pendidikan karakter
melalui sekolah
berasrama peserta didik
1. Meningkatkan
penggunaan Bahasa
Inggris di sekolah
2. Menambah koleksi
perpustakaan yang
berbahasa Inggris
1. Meningkatkan pendidikan
kewarganegaraan untuk
membangun
nasionalisme
Karena program Wajib Belajar 9 Tahun sudah selesai, maka mulai pada
periode RPJMD ini akan dimulai secara resmi pelaksanaan wajib belajar 12 tahun
yaitu mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas
(SLTA). Untuk keperluan ini maka peningkatan pembangunan gedung sekolah
lanjutan tingkat atas, baik SMA dan sekolah kejuruan akan diutamakan. Demikian
pula halnya dengan penyediaan fasilitas perpustakaan dan laboratorium untuk
siswa sekolah menengah atas akan mendapat perhatian lebih besar. Tentunya
upaya untuk meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan jangka pendek dan
pendidikan lanjut ke S2 akan semakin ditingkatkan. Hubungan keterkaitan antara
strategi dan arah kebijakan untuk Misi 1 dapat dilihat pada Tabel 6.1 diatas.
6.2. Misi 2: Menjadikan Kota Padang Sebagai Pusat Perdagangan
Wilayah Barat Sumatera
Dari analisis kondisi umum daerah kota Padang menunjukkan bahwa
struktur perekonomian kota Padang lebih banyak didominasi oleh kegiatan
perdagangan dan jasa. Sedangkan kegiatan industri kelihatannya masih belum
begitu berkembang dengan baik sebagaimana terlihat dari kontribusi sektor
industri dalam perekonomian kota. Berdasarkan fakta ini, maka strategi dan arah
kebijakan pembangunan kota Padang adalah pada pengembangan sektor
perdagangan dan jasa. Hal ini sesuai pula dengan misi walikota dan wakil
walikota terpilih yaitu Menjadikan Kota Padang Sebagai Pusat
94
95
Sasaran
2. Meningkatnya
volume
transaksi
perdagangan
barang dan
jasa
Strategi
1. Meningkatkan
kualitas sarana dan
prasarana
perdagangan
2. Meningkatkan
Kualitas SDM
Pelaku Usaha
Perdagangan
3. Meningkatkan
effisiensi dan daya
saing kegiatan
perdagangan
barang dan jasa
2. Meningkatnya 1. Mendorong
kontribusi
peningkatan
sektor
aktivitas
perdagangan
perdagangan
dalam
perekonomian
Kota Padang.
Arah kebijakan
1. Peningkatan kualitas
Kualitas sarana dan
prasarana perdagangan
2. Peningkatan Kualitas SDM
dan lembaga Pengelola
Perdagangan
3. Penyediaan dan
Peningkatan fasilitas
pergudangan
1. Pendataan dan penataan
pelaku usaha perdagangan
berdasarkan karakteristik
usaha.
2. Peningkatan Pembinaan dan
pelatihan usaha bagi pelaku
usaha perdagangan
1. Menjaga iklim persaingan
yang kondusif
2. Penguatan regulasi
penjaminan mutu barang
3. Peningkatan keamanan dan
kenyamanan di kawasan
perdagangan
1. Peningkatan skala usaha
perdagangan
2. Penganekaragaman
komoditi perdagangan
3. Peningkatan kuantitas dan
kualitas komoditi
perdagangan
4. Memperluas networking
(jejaring) perdagangan
5. Peningkatan fasilitas
pelayanan usaha (service
bussines)
96
2. Mendorong
Investasi sector
perdagangan
2. Terwujud
nya Kota
Padang
sebagai
Pusat
Pertumbuhan
ekonomi
3. Meningkatnya 1. Pengembangan
kegiatan
kawasan industri
industri
baik skala kecil dan
berbasis
besar;
sumberdaya
lokal
2. Peningkatan
pemanfaatan
bahan baku lokal
4. Meningkatnya 1. Pengembangan
penerapan
kegiatan R & D
iPTEK dan
2. Pengembangan
Inovasi
inovasi dan
penerapan IPTEK
97
98
99
Tabel 6.3
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan Pada Misi 3
Misi 3: Menjadikan Kota Padang sebagai daerah tujuan wisata yang nyaman dan berkesan
Tujuan
1. Mewujudkan
Kota Padang
Sebagai
daerah Tujuan
Wisata Yang
Nyaman dan
Berkesan.
Sasaran
2. Tercapainya
peningkatan
rata-rata lama
tinggal wisata di
Kota Padang;
3. Tercapainya
peningkatan
jumlah
kunjungan
wisata nusantara
dan
mancanegara
Strategi
Arah Kebijakan
1. Meningkatkan
kualitas
akomodasi
penginapan
bertaraf
internasional di
kota Padang
2. Menciptakan
paket-paket
wisata yang
menarik,
kreatif, layak
dan ramah
1. Memberikan kemudahan
dan insentif kepada
pengusaha perhotelan
1. Membangun
kelembagaan
pariwisata Kota
Padang yang
kuat dan
berkualitas
1. Penetapan peraturan
daerah untuk
pengelolaan pariwisata.
2. Pembenahan Pusat
Informasi Wisata
(Tourist
InformationCenter) yang
dilengkapi dengan
fasilitas teknologi
informasi terkini.
2. Mengembangka
n even-even
wisata yang
dapat
meningkatkan
kunjungan
wiisatawan;
1. Peningkatkan even-even
wisata yang berskala
nasional dan
internasional yang dapat
menin gkatkan
kunjungan wisata ke
Kota Padang;
2. Menjalin kemitraan
dengan pelaku
pariwisata.
3. Meningkatkan
jumlah dan
mengembangk
an kualitas
objek wisata
yang menarik
1. Peningkatkan jumlah
1. Menciptakan kondisi
wisata keluarga yang
nyaman dan aman
2. Mendorong kesadaran
masyarakat dalam
menciptakan objek
wisata religius yang
layak dan ramah
2. Mendorong
pengembangan wisata
konvensi (MICE) yang
layak dan ramah
3. Peningkatan
kemampuan
pariwisata.
pemandu
100
4. Tercapainya
kondisi wisata
nyaman dan
berkesan
2. Terwujudnya
kota Padang
sebagai kota
tujuan wisata
budaya yang
religious
1. Terpelihara
dan lestarinya
nilai budaya,
religius dan
tradisi lokal
yang berada di
kota Padang
1. Peningkatan
Keamanan,
kebersihan
dan ketertiban
(K3) objek
wisata
2. Peningkatan
Sarana &
Prasarana
kepariwisataan
1. Peningkatan
pariwisata
berbasis
kearifan lokal
dan tradisi
seni budaya
2. Pengembanga
n wisata
religius & Kota
Tua
Pemberdayaan masyarakat
untuk sadar wisata
Meningkatkan kualitas
Sarana Prasarana
1. Pengembangan seni
budaya tradisional
dengan sentuhan
modern
2. Reorganisasi sanggar
seni tradisional yang
dikelola secara
professional dan
berkelanjutan.
3. Peningkatan Kota
Padang sebagai tempat
festival seni budaya
ditingkat nasional dan
internasional
1. Pembinaan seni
tradisional bernuasa
religius dan budaya
minangkabau
2.Pelestarian &
Pengembangan Wisata
Kota Tua
3. Pengembangan Wisata
Religi yang terintegrasi
6.4. Misi
4:
Meningkatkan
Kesejahteraan
Pengembangan Ekonomi Kerakyatan
Masyarakat
dan
101
102
Tabel 6.4
Hubungan Antara Strategi dan Arah Kebijakan Pada Misi 4
MISI 4: Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan;
TUJUAN
SASARAN
2. Meningkatnya
kesejahteraan
masyarakat
2. Meningkatnya
kualitas
ekonomi
masyarakat
STRATEGI
1. Meningkatkan
ekonomi
masyarakat
berbasis
sumberdaya lokal
ARAH KEBIJAKAN
1. Pemberdayaan dan
peningkatan
penggunaan
sumberdaya lokal (one
2. Pemberdayaan dan
peningkatan peran
kelompok usaha
bersama
3. Meningkatkan peran
koperasi dan lembaga
keuangan mikro
2. Meningkatkan
kualitas SDM Pelaku
usaha
1. Meningkat pengetahuan
dan keterampilan SDM
Pelaku Usaha
2. Memfasilitasi akses
informasi usaha,
promosi, kerjasama
usaha dan pemasaran
3. Mendorong terciptanya
wirausaha muda yang
kreatif dan kompetitif
3. Berkurangnya
tingkat
kemiskinan
1. Meningkatkan
pendapatan
masyarakat miskin
1. Peningkatan Program
Bantuan Usaha bagi
masyarakat Miskin
2. Pemberdayaan
Kelompok usaha
Masyarakat Miskin
3. Peningkatan akses
terhadap permodalan,
pemasaran dan
informasi usaha
4. Menumbuhkembangkan
usaha produktif
masyarakat miskin
2. Meningkatkan
kualitas kehidupan
masyarakat miskin
1. Peningkatan Akses
Terhadap Pelayanan
Dasar masyarakat miskin
2. Peningkatan
keterampilan produktif
masyarakat miskin
103
3. Meningkatnya
kualitas
kesehatan
masyarakat
1. Meningkatkan
kualitas pelayanan
masyarakat secara
inklusif
1. Meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
primer secara gratis
2. Meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
masyarakat dengan
meningkatkan status
RSUD dari tipe C
menjadi Tipe B dan
Badan Layanan Umum
Daerah (BLUD).
3. Meningkatkan partisipasi
aktiv masyarakat dalam
peningkatan kualitas
kesehatan dan
lingkungan
2. Meningkatkan
kualitas dan
pemerataan SDM
kesehatan
1. Pemerataan,
pengembangan dan
pemberdayaan SDM
pelaksana pelayanan
kesehatan
2. Penguatan jaringan
kerjasama dalam
pembangunan kesehatan
3. Terwujudnya
ekonomi
kerakyatan
yang tangguh
3. Meningkatnya
kualitas dan
kuantitas
jaminan sosial
masyarakat
1. Meningkatnya
penyediaan
lapangan kerja
dan usaha
1. Meningkatkan
kualitas dan
kuantitas program
jaminan social
masyarakat
1.Meningkatkan
kemampuan
kewirausahaan
Peningkatan system
penjaminan sosial
masyarakat
1. Meningkatkan peran
lembaga pelatihan
keterampilan dalam
pengembangan
kewirausahaan
2. Mendorong penumbuhan
lapangan usaha berbasis
inovasi dan ekonomi
kreatif
2.Mendorong
peningkatan
investasi
Memfasilitasi
peningkataninvestasi baik
dari dalam maupun luar
negeri dengan memberikan
kemudahan dan insentif
104
3. Meningkatnya
kekuatan
ekonomi
kerakyatan
1. Pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
kawasan pertanian;
1. Meningkatkan
pemberdayaan ekonomi
rakyat dalam rangka
peningkatan ketahanan
pangan dan
kesejahteraan
2. Mengembangkan sistem
dan kelembagaan pasar
produk pertanian
3. Mengembangkan sentra
produksi komoditi
pertanian unggulan
dengan menggunakan
pendekatan wilayah dan
kawasan;
4. Penerapan dan
Pengembangan teknologi
pertanian
2. Pemberdayaan
ekonomi
masyarakat
kawasan pesisir;
1. Mengembangkan
gerakan pemberdayaan
ekonomi masyarakat
pesisir
2. Mengembangkan blue
economy (ekonomi biru)
3. Mengembangkan
kawasan minapolitan
3. Mengembangkan
usaha kecil dan
menengah serta
usaha padat karya
105
dalam
106
Sasaran
1.Tersedianya
Informasi Tentang
Daerah Rawan
Bencana
1. Meningkatkan
kerjasama dengan
lembaga penelitian
2. Meningkatkan Peran
lembaga/skpd terkait
2. Tercapainya
1. Meningkatkan
kerjasama dalam
penyediaan sarana
prasarana
penanggulangan
bencana
2. Meningkatkan Kualitas
dan Kuantitas sarana
dan prasarana
penanggulangan
bencana
peningkatan sarana
prasana
penanggulangan
bencana
3. Tercapainya
2. Mewujudkan
lingkungan
hidup kota
yang
berkualitas
Strategi
peningkatan
kesiapsiagaan
warga kota
mengantisipasi
penanggulangan
bencana
1. Tercapainya
peningkatan
kualitas
lingkungan hidup
2. Tercapainya
peningkatan
konservasi,
rehabilitasi, dan
pemulihan
ekosistem
Peningkatkan
pemahaman dan
kesadaran masyarakat
tentang antisipasi
bencana
Meningkatkan
kesadaran masyarakat
dalam menjaga
kualitas lingkungan
hidup
Intensifikasi
pengawasan thd
pelaksanaan
peraturan lingkungan
hidup dalam
konservasi ekosistem
Arah Kebijakan
Menyediakan peta dan
informasi wilayah
resiko bencana
Peningkatan
Profesionalitas
Aparatur Lembaga/
SKPD terkait
1. Meningkatkan sarana
prasarana evakuasi
bencana
2. Meningkatkan Sarana
dan Prasarana SKPD
terkait dan menjalin
kerjasama dengan
Kab/Kota dan instansi
lainnya.
Peningkatan
penyediaan shelter
untuk kesiap siagaan
bencana
Melaksanakan
penyuluhan dan
sosialisasi
kesiapsiagaan
bencana
1. Meningkatkan Jumlah
dan Kualitas
2. Informasi lingkungan
hidup
107
3. Tercapainya
penurunan
tingkat
pencemaran
udara dan air
3 Mewujudkan
Infrastruktur
yang ramah
dan aman
1 Terwujudnya
Tatakelola
Sumber Daya Air
dan Drainase
Perkotaan yang
berkualitas
2. Tersedianya
infrastruktur jalan
raya yang aman
3. Tersedianya
sarana dan
prasarana
pemukiman yang
berkualitas
Intensifikasi
pengawasan terhadap
pelaksanaan
peraturan pengelolaan
pencemaran udara
dan air
Peningkatan
pengelolaan sungai,
jaringanirigasi dan
drainase
Peningkatan dan
Penyediaan Sarana
jalan
1. Peningkatan sarana
dan prasarana
lingkungan
pemukiman
Peningkatan Sarana
Prasarana
Pengawasan&
Pengendalian
Pencemaran
Lingkungan.
1. Meningkatkan Kualitas
sungai dan SDA
lainnya
2. Meningkatkan Fungsi
irigasi dan drainase
serta antisipasi banjir
dan genangan
Meningkatkan
pembangunan dan
perbaikan jalan dan
jembatan serta trotoar
1. Meningkatkan
penyediaan dan
perbaikan penerangan
jalan umum dan
lingkungan
2. Meningkatkan
4. Mewujudnya
Kota Padang
yang bersih
dan indah.
1. Terciptanya
peningkatan
system
pengelolaan
persampahan
2. Terciptanya
peningkatan
kualitas dan
kuantitas Ruang
Terbuka Hijau,
Hutan Kota,
Taman Kota dan
TPU.
2. Peningkatan mutu
dan cakupan layanan
airbersih bagi
masyarakat.
Meningkatkan kualitas
pengelolaan sampah.
1. Meningkatkan
pengelolaan dan
pembangunan Taman
Kota, RTH dan TPU
3. Meningkatkan sarana
sanitasi pemukiman.
Meningkatkan
penyediaaan cakupan
layanan dan kwalitas
air bersih.
1. Peningkatan peran
Lembaga Pengelola
Sampah (LPS) di
masyarakat.
2. Meningkatkan sarana
dan prasarana
pengelolaan sampah
dan limbah
1. Meningkatkan kualitas
SDM pengelola taman
kota, RTH dan TPU
2. Meningkatkan Sarana
& Prasarana taman
kota, RTH dan TPU
3. Menyediakan bibit
pohon pelindung dan
tanaman hias untuk
masyarakat.
108
2. Meningkatkan
pengelolaan dan
pembangunan
Hutan Kota
5. Mewujudkan
transportasi
perkotaan
yang lancar,
aman, nyaman
dan murah.
1. Tersedianya
pelayanan jasa
angkutan kota
yang cukup dan
lancar ke seluruh
wilayah kota.
1. Meningkatkan kualitas
SDM pengelola taman
kota, RTH dan TPU
2. Meningkatkan Sarana
& Prasarana taman
kota, RTH dan TPU
1. Menyediakan
angkutan umum
masal
2. Menyediakan
regulasi yang tegas
dalam pengelolaan
angkutan umum
masal.
3.Menyediakan terminal,
sarana dan prasarana
angkutan umum
2. Terciptanya
peningkatan
keamanan dan
keselamatan lalu
lintas.
6. Mewujudkan
penataan
ruang,
bangunan dan
perumahan
yang serasi,
selaras dan
seimbang
7. Mewujudkan
penyediaan
lahan untuk
kebutuhan
pembanguna
n kota yang
berkeadilan
1. Terlaksananya
penataan
bangunan dan
perumahan
sesuai dengan
Rencana Tata
Ruang Kota
1. Tersedianya
lahan untuk
kebutuhan
pembangunan
Kota yang sesuai
peruntukannya.
Peningkatan sarana
dan prasarana lalu
lintas.
1. Meningkatkan
pengawasan dan
pengendalian
bangunan dan
perumahan.
2. Mendorong
peningkatan jumlah
rumah layak huni
3. Menjaga bentuk
arsitektur bangunan
cagar
budaya/bersejarah
Menyediaan dan
membebasan lahan
untuk pembangunan
kota yang responsive,
adil dan tidak
merugikan pemilik
lahan.
1. Menyediakan dan
memelihara prasarana
lalu lintas.
2. Peningkatan
Kesadaran Berlalu
Lintas
1. Melakukan penataan
bangunan gedung
2. Melakukan penataan
Perumahan dan
lingkungan
pemukiman beserta
sarana dan prasarana
pendukungnya.
3. Meningkatan
pelayanan dalam
pengurusan IMB.
Melakukan rehabilitasi
1000 unit rumah tidak
layak huni pertahun
Meningkatkan
pengendalian bangunan
cagar budaya dan
bersejarah
Penyediaan lahan untuk
pembangunan kota yang
mengacu kepada aturan
yang berlaku.
109
110
111
112
Atas dasar itulah maka untuk dapat menjadikan pemerintahan yang baik
haruslah terlebih dahulu clean government.
Tujuan mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dapat dicapai
dengan menetapkan sasaran yaitu berkurangnya praktik KKN. Sasaran itu
kemudian diturunkan lagi menjadi dua strategi yaitu meningkatnya angka
indeks persepsi anti korupsi dan menerapkan sistem pengawasan internal.
Untuk dapat mencapai strategi satu ini maka kebijakan diarahkan pada dua
hal yaitu: penerapan Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
(PMPRB) dan implementasi Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi
(RADPK). Sedangkan untuk mencapai strategi dua menerapkan sistem
pengawasan internal, maka kebijakan diarahkan pafa penerapan SPIP
(Sistem Pengawasan Internal Pemerintah) di seluruh SKPD.
3.
113
Sasaran
1. Mewujudkan
Tata Kelola
Pemerintahan
yang baik
1. Meningkatnya
Perencanaan
Pembangunan
daerah dan
Pengelolaan Data
2.Meningkatnya
Akuntabilitas
Kinerja Birokrasi
Strategi
Arah Kebijakan
Mewujudkan
1. Meningkatkan
Perencanaan
Pemanfaatan Teknologi
Pembangunan daerah
dan Informasi dalam
yang berkualitas dan
Perencanaan, dan
akuntabel
pelaksanaan
Pembangunan daerah
2. Mengembangkan data
dan statistik
pembangunan daerah
3. Membuka layanan
jaringan media
partisipasi dan
pengaduan publik dalam
perencanaan
pembangunan daerah
4. Meningkatkan jabatan
fungsional perencana
1. Meningkatkan
1. Penataan Struktur
kinerja pelaksanaan
organisasi yang
pembangunan,
proporsional (beban
keuangan daerah
kerja sesuai dengan
dan pengelolaan
tupoksi)
aset
2. Mengoptimalkan
pelaksanaan analisis
jabatan dan evaluasi
jabatan
3. Penerapan SOP
dilingkup SKPD
4. Meningkatkan kualitas
pelayanan administrasi
kepegawaian yang
transparan, cepat dan
tepat
5. Menyediakan anggaran
untuk tunjangan daerah
bagi PNS
6. Peningkatan
pengetahuan dan
keterampilan aparatur
berbasis kompetensi
114
3.
2.Mewujudkan
Tata Kelola
Pemerintahan
yang bersih
Menekan
tindak
Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme
(KKN)
dilingkungan
birokrasi
3. Mewujudkan
Tata Kelola
pemerintahan
yang melayani
Terwujudnya
pelayanan publik
yang berkualitas
(prima)
7. Meningkatkan
pelayanan, pengelolaan
& pelaporan keuangan
daerah serta aset
8. Mempertahankan Opini
BPK: WTP
9. Meningkatkan kualitas
LAKIP
10. Meningkatkan EKPPD
2. Meningkatkan kinerja
Peningkatan pengelolaan
pengawasan
pengawasan
penyelenggaraan
penyelenggaraan
pemerintah
pemerintah daerah
1. Meningkatkan angka
1. Penilaian Mandiri
indeks persepsi anti
Pelaksanaan Reformasi
korupsi
Birokrasi (PMPRB)
2. Implementasi Rencana
Aksi Daerah
Pemberantasan Korupsi
(RADPPK)
2. Menerapkan sistem
Penerapan SPIP (Sistem
pengawasan internal
Pengawasan Internal
Pemerintah) di SKPD
1. Meningkatnya kualitas 1.Mengoptimalkan
pelayanan publik
pelayanan terpadu satu
melalui reformasi
pintu (BPMP2T/ PTSP)
birokrasi dan
menggunakan sistem
penerapan eonline
governance
2.Penetapan dan
penerapan SPM dan SPP
dalam penyelenggaraan
pelayanan publik
3.Peningkatan pelayanan
administrasi
kependudukan
4.Peningkatan pelayanan
pengadaan barang dan
jasa secara elektronik
2. Desentralisasi urusan
1.Pelaksanaan
pemerintahan daerah
pelimpahan
kewenangan SKPD ke
Kecamatan/Kelurahan
2.Meningkatkan dana
operasional kecamatan,
kelurahan
3. Peningkatan
1.Peningkatan peran Tim
pelayanan informasi
PPID (Pejabat Pengelola
dan komunikasi
Informasi Daerah)
2.Meningkatkan
keterbukaan informasi
dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah
3.Mengembangkan
teknologi informasi dan
aplikasi teknologi
115
4. Peningkatan
pelayanan
pengendalian dan
penanggulangan
bencana
5. Peningkatan kualitas
dan kuantitas sarana
dan prasarana
pelayanan kesehatan
6. Peningkatan kualitas
dan kuantitas sarana
prasarana pengum
pulan pajak dan
retribusi
7. Peningkatan kualitas
dan kuantitas sarana
dan prasarana
pelayanan
8. Penyerahan uang
santunan kematian
bagi keluarga yang
meninggal
1.Meningkatkan cakupan
pelayanan pengendalian
dan penanggulangan
bencana
2.Meningkatkan peran
serta masyarakat dalam
kesiapsiagaan
pengendaliandanpenang
gulangan bencana
1.Memberikan pelayanan
kesehatan gratis di
puskesmas/RSUD
2.Memberikan pelayanan
ambulan gratis bagi
warga miskin
3.Melakukan penataan,
pembangunan sarana
dan prasarana
kesehatan sebagai
pelayanan publik prima
Melakukan penataan,
pembangunan sarana dan
prasarana pengumpulan
pajak dan retribusi
sebagai pelayanan publik
prima
1. Peningkatan
operasional RW, RT
200% (program 6)
2. Peningkatan
kesejahteraaan Guru
TPA/ TPQ menjadi
200%serta
3. Penciptaan layanan
keluhan peserta didik
dan pemangku
kepentingan lainnya
terhadap pendidikan
sebagai pelayanan
publik prima
Memberikan santunan
kematian sebanyakRp
1.000.000 untuk warga
Kota Padang
116
BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
7.1. Kebijakan
Umum
Melaksanakan Misi 1
dan
Program
Pembangunan
untuk
117
118
Tabel 7.1.
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah untuk Misi 1
Mewujudkan Pendidikan yang Berkualitas untuk Menghasilkan SDM yang Beriman, Kreatif dan Berdaya Saing
No
Sasaran
Strategi dan
Arah Kebijakan
(1)
(2)
(3)
1.
Terwujudnya
peningkatan kualitas
pendidikan
1. Meningkatkan kualitas
dan kompetensi peserta
didik dengan arah
kebijakan; Peningkatan
mutu lulusan pendidikan
2. Meningkatkan kualitas
dan kompetensi tenaga
pendidik dan tenaga
kependidikan serta kualitas
intitusi dengan arah
kebijakan:
a. Peningkatan pendidikan
tenaga pendidik dan
kependidikan
b. Memperbaiki akreditasi
institusi dan program
studi
c. Meningkatkan tata kelola
pendidikan yang
berkualitas
Indikator Kinerja
(output / outcome)
(4)
Jumlah penduduk usia
sekolah yang bersekolah
Target Kinerja
Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
Program
Pembangunan
Bidang
Urusan
SKPD
Penanggung
Jawab
(7)
(8)
(9)
60%
85%
30%
55%
20%
75%
75%
93%
Program Peningkatan
Mutu Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan
Program Pendidikan
Non Formal
Program Manajemen
Pelayanan Pendidikan
119
No
Sasaran
Strategi dan
Arah Kebijakan
(1)
(2)
(3)
Indikator Kinerja
(output / outcome)
(4)
Target Kinerja
Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
Program
Pembangunan
Bidang
Urusan
SKPD
Penanggung
Jawab
(7)
(8)
(9)
(5)
(6)
3. Meningkatkan kualitas
Persentase sekolah yang
sarana dan prasarana
memiliki sarana prasarana
pendidikan dengan arah
yang memadai
kebijakan:
a. Meningkatkan kualitas
gedung, laboratorium,
perpustakaan dan
sarana ibadah sekolah
serta lingkungan sekolah
b. Mengembangkan
jaringan kerjasama
dengan stakeholders
c. Mengembangkan dan
mengupdate kurikulum
sekolah
100%
100%
4. Memantapkan
pelaksanaan Wajib Belajar
12 Tahun untuk warga
Kota Padang dengan arah
kebijakan:
a. Pengembangan Sekolah
Gratis untuk Wajar 12
Tahun
b. Meningkatkan budaya
baca tulis masyarakat
c. Meningkatkan pelayanan
pendidikan mengacu
kepada standar
pendidikan nasional
109,2
93,18
86,45
102,01
112,15
98,03
46
60
Program Manajemen
Pelayanan Pendidikan
0
0
1
0
2
1
2
1
Program Pelayanan
Administrasi
Perkantoran
56
75
APK-SD
APK-SLTP
APK-SLTA
Jumlah sekolah kejuruan
negeri dan swasta
Jumlah SMK:
Teknik,
Boga,
Bisnis,
Seni
Jumlah SMA/ SMK/ MA
bersertifikat ISO
Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Aparatur
Program
Pendidikan Dinas Pendidikan
Pengembangan Budaya
Baca dan Pembinaan
Perpustakaan
Program Peningkatan
Disiplin Aparatur
120
No
Sasaran
Strategi dan
Arah Kebijakan
(1)
(2)
(3)
Indikator Kinerja
(output / outcome)
(4)
Target Kinerja
Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
Program
Pembangunan
Bidang
Urusan
SKPD
Penanggung
Jawab
(7)
(8)
(9)
Program Peningkatan
Pendidikan Dinas Pendidikan
Kapasitas Sumber Daya
Aparatur
2.
Meningkatnya
pemerataan pendidikan
dan mendorong
tumbuhnya sekolah
kejuruan (vokasional)
1. Memperluas jangkauan
pemerataan pendidikan
dan mendorong pengembangan sekolah vokasional
dengan arah kebijakan;
a. Perluasan jangkauan
pemerataan sarana
pendidikan
b. Pemerataan distribusi
guru
c. Pengembangan sekolah
vokasional berbasis
sumber daya lokal
d. Mendorong penciptaan
wirausahawan muda
e. Mendorong peningkatan
pemahaman dan
penerapan IPTEK tepat
guna
1:16
1:13
1:26
1:15
1:20
1:25
Program Peningkatan
Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan
Program
Pengembangan Data
dan Informasi
Program Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD)
Program Pendidikan
Non Formal
121
No
Sasaran
Strategi dan
Arah Kebijakan
(1)
(2)
(3)
Indikator Kinerja
(output / outcome)
(4)
Target Kinerja
Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
2. Menghindarkan siswa
putus sekolah dengan arah
kebijakan; Memberikan
bantuan biaya pendidikan
3. Menghindarkan siswa
Persentase anak
putus sekolah dengan arah berkebutuhan khusus yang
kebijakan; Memberikan
memperoleh pendidikan
pendidikan keterampilan
3.
Terjaganya kualitas
moral dan akhlak peserta
didik dari pengaruh
lingkungan yang negatif;
60%
90%
Program
Pembangunan
Bidang
Urusan
SKPD
Penanggung
Jawab
(7)
(8)
(9)
Program Pemberian
Beasiswa
Program Pendidikan
Luar Biasa
Program Pendirian
Boarding Schools
122
No
Sasaran
Strategi dan
Arah Kebijakan
(1)
(2)
(3)
4.
Meningkatnya kesiapan
peserta didik dalam
menghadapi MEA
Indikator Kinerja
(output / outcome)
(4)
Target Kinerja
Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
Program
Pembangunan
Bidang
Urusan
SKPD
Penanggung
Jawab
(7)
(8)
(9)
Program Pendidikan
Non Formal
123
124
Tabel 7.2.
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah untuk Misi 2
Menjadikan Kota Padang Sebagai Pusat Perdagangan Wilayah Barat Sumatera
No.
Sasaran
Strategi dan
Arah Kebijakan
(1)
(2)
(3)
1. Meningkatnya volume 1. Meningkatkan kualitas
transaksi perdagangan sarana dan prasarana
barang dan jasa;
perdagangan
Melalui arah kebijakan
a. Peningkatan kualitas
prasarana dan sarana
perdagangan
b. Peningkatan kualitas SDM
dan lembaga pengelola
perdagangan
c. Penyediaan dan
Peningkatan fasilitas
pergudangan
Indikator Kinerja
(output / outcome)
(4)
Persentase peningkatan
nilai ekspor
Volume perdagangan dalam
negeri (Rupiah)
Target Kinerja
SKPD
Bidang
Program
Pembangunan
Penanggung
Kondisi Kondisi
Urusan
Jawab
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
(8)
(1)
20,36% 25% Pengembangan sarana dan Perdagangan Dinas Pasar
prasarana Perdagangan
Pengembangan sarana dan Perdagangan Dinas Pasar
prasarana pasar
Program kelengkapan
Perdagangan Dinas Pasar
pengembangan sarana dan
prasarana pasar
Program peningkatan
kualitas pelaku usaha
perdagangan
125
2. Meningkatkan Kualitas
SDM Pelaku Usaha
Perdagangan
Melalui arah kebijakan:
a. Pendataan dan penataan
pelaku usaha
perdagangan
berdasarkan karakteristik
usaha.
b. Peningkatan Pembinaan
dan pelatihan usaha bagi
pelaku usaha
perdagangan
3. Meningkatkan effisiensi
dan daya saing kegiatan
perdagangan barang dan
jasa.
Melalui arah kebijakan:
a. Menjaga iklim persaingan
yang kondusif
b. Penguatan regulasi
penjaminan mutu barang
c. Peningkatan keamanan
dan kenyamanan di
kawasan perdagangan
20,36
25
Program Peningkatan
Efisiensi Perdagangan
Domestik
Program Perlindungan
Perdagangan Dinas Pasar
Konsumen dan
Pengamanan Perdagangan
126
2.
Meningkatnya
kontribusi sektor
perdagangan dalam
perekonomian Kota
Padang
Mendorong peningkatan
aktivitas perdagangan,
melalui arah kebijakan:
a. Peningkatan skala usaha
perdagangan
b. Penganekaragaman
komoditi perdagangan
c. Peningkatan kuantitas
dan kualitas komoditi
perdagangan
d. Memperluas networking
(jejaring)
e. Peningkatan fasilitas
pelayanan usaha (service
bussines)
45%
5,95%
75%
Peningkatan fasilitasi
pengembangan usaha
perdagangan
Program Pelayanan
Administrasi Perkantoran
Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Aparatur
Program Peningkatan
Disiplin Aparatur
Program Peningkatan
Kapasitas Sumber Daya
Aparatur
Program Peningkatan
Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian Kinerja
dan Keuangan
127
2.
Pendekatan Kemasyarakatan
Pendekatan kemasyarakatan memandang wilayah sebagai satu kesatuan
sosial sebagai suatu perwujudan dan lingkungan masyarakat. Dalam
penataan pemanfaatan ruang dan pengimplementasian ragam budaya dan
128
tata nilai harus ditempat sebagai variabel yang penting dalam mendukung
pengembangan wilayah. Masyarakat lokal, institusi-institusi lokal/
kemasyarakatan serta lembag-lembaga non pemerintah, merupakan faktor
yang berperan menentukan pengembangan wilayah masing-masing sesuai
dengan karakteristik pengembangannya
3.
Pendekatan Keruangan
Peran pemerintah kota, kecamatan dan kelurahan sebagai fasilitator dan
katalisator dalam pengembangan pariwisata di Kota Padang secara
keruangan. Koordinasi dalam lingkup keruangan sekaligus merupakan
penentu terciptanya keseimbangan pemanfaatan ruang antara usaha-usaha
pembangunan dan kelestarian. Demikian juga dengan pemerintah provinsi
dan pusat, turut memberi andil sehingga keselarasan unsur pembentuk
wilayah yang meliputi sumberdaya alam, sumber daya buatan dan
sumberdaya manusia besrta kegiatan yang mencakup kegiatan ekonomi,
politik, sosial budaya dan pertahanan yang seluruhnya berintegrasi
membentuk wujud tata ruang wilayah, baik yang direncanakan maupun
tidak.
129
Tabel 7.3.
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah untuk Misi 3
Menjadikan Kota Padang sebagai daerah tujuan wisata yang nyaman dan berkesan
Strategi dan
Arah Kebijakan
No.
Sasaran
(1)
1.
(2)
Tercapainya
peningkatan
rata-rata lama
tinggal wisata di
Kota Padang;
(3)
1. Meningkatkan kualitas akomodasi
penginapan dengan arah kebijakan
memberi kemudahan dan insentif
kepada pengusaha perhotelan.
Tercapainya
peningkatan
jumlah
kunjungan
wisata
nusantara dan
mancanegara
1. Membangun kelembagaan
pariwisata Kota Padang yang kuat
dan berkualitas dengan arah
kebijakan penetapan Peraturan
Daerah untuk pengelolaan
pariwisata; dan Pembenahan Pusat
Informasi Wisata (Tourist
Information Center) yang dilengkapi
dengan fasilitas teknologi informasi
terkini.
2.
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)
Rata-rata lama
tinggal (hari):
Wisman
Wisnus
Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
2,0
3,5
6,0
4,0
54.125
3.435.190
59.802
4.500.201
Program
Pembangunan Daerah
(7)
Program kemudahan
investasi
Bidang
Urusan
(8)
pariwisata
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
DinasKebudayaan
dan Pariwisata
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
130
No.
Sasaran
(1)
(2)
Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
1. Mengembangkan even-even
wisata yang dapat meningkatkan
kunjungan wisatawan dengan arah
kebijakan melalui peningkatkan
even-even wisata yang berskala
nasional dan internasional yang
dapat meningkatkan kunjungan
wisata ke Kota Padang serta
menjalin kemitraan dengan pelaku
pariwisata
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)
Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
Tercapainya
kondisi wisata
nyaman dan
berkesan
(7)
(8)
Program Pengembangan Pariwisata
Pemasaran pariwisata
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata,
dan
Dinas Pekerjaan
Umum
Program
Pembangunan Daerah
Bidang
Urusan
14
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata,
dan
Dinas Pekerjaan
Umum
Program Pembangunan
Jalan dan Jembatan
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata,
dan
Dinas Pekerjaan
Umum
pariwisata
131
No.
Sasaran
(1)
4.
(2)
Terpelihara dan
lestarinya nilai
budaya berbasis
religius dan
tradisi lokal
yang berada di
kota Padang
Strategi dan
Arah Kebijakan
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(3)
1. Peningkatan pariwisata berbasis
kearifan lokal dan tradisi seni budaya
dengan arah kebijakan melalui
pengembangan seni tradisi budaya
yang dikemas dengan sentuhan
modern; Reorganisasi sanggar seni
tradisional yang dikelola secara
profesional dan berkelanjutan; dan
Peningkatan Kota Padang sebagai
tempat festival seni budaya di
tingkat nasional dan internasional
(4)
Jumlah bangunan
bersejarah dan
bangunan religi yang
berkondisi baik
Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
3
8
Program
Pembangunan Daerah
Bidang
Urusan
(7)
(8)
Program Pengembangan pariwisata
Kerjasama Pengelolaan
Kekayaan Budaya
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Jumlah sanggar
budaya yang aktif
91
101
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata
132
133
134
Tabel 7.4.
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah untuk Misi 4
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan ekonomi kerakyatan
No.
Sasaran
(1)
(2)
1. Meningkatnya
kualitas ekonomi
masyarakat
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
Target Kinerja
Program Pembangunan
Bidang Urusan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
(8)
20
30
Program Pengembangan
Industri
Umkm Berbasis Sumberdaya
Lokal
NA
NA
Program Pembinaan Kube
Koperasi dan UKM
dan Peningkatan Pendapatan
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Perindagtamben
Program Pengembangan
Sistem Pendukung Usaha
Bagi UMKM
Dinas Sosnaker
Dinas Sosnaker
(3)
1. Meningkatkan
ekonomi masyarakat
berbasis sumberdaya
lokal, melalui arah
kebijakan:
a. Pemberdayaan dan
peningkatan
penggunaan
sumberdaya lokal.
b. Pemberdayaan dan
peningkatan peran
kelompok usaha
bersama.
c. Meningkatkan peran
koperasi dan lembaga
keuangan mikro.
(4)
Jumlah UMKM yang
aktif
2. Meningkatkan kualitas
SDM Pelaku Usaha,
melalui arah kebijakan:
a. Meningkatkan
pengetahuan dan
keterampilan SDM
Pelaku Usaha.
10.000
852
900
Persentase Koperasi
yang aktif (lolos
Audit)
Tenaga Kerja
135
No.
Sasaran
(1)
(2)
2.
Berkurangnya
angka kemiskinan
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(3)
(4)
b. Memfasilitasi akses
Jumlah unit usaha
informasi usaha,
perdagangan Besar
promosi, kerjasama
usaha dan pemasaran.
c. Mendorong terciptanya
wirausaha muda yang
kreatif dan kompetitif.
1. Meningkatkan
Pendapatan masyarakat
miskin, melalui arah
kebijakan:
a. Peningkatan Program
Bantuan Usaha bagi
masyarakat Miskin.
b. Pemberdayaan
Kelompok usaha
Masyarakat Miskin.
c. Peningkatan akses
terhadap permodalan,
pemasaran dan
informasi usaha.
d. Menumbuhkembangkan usaha produktif
masyarakat miskin.
2. Meningkatkan
pendapatan masyarakat
miskin melalui arah
kebijakan:
Persentase penduduk
miskin
Target Kinerja
Program Pembangunan
Bidang Urusan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
(8)
142
175
Program Pengembangan
Koperasi dan UKM
Sistem Pendukung Usaha
bagi UMKM
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Koperasi &
UMKM
Program Pengembangan
Koperasi dan UKM
Kewirausahaan dan
Keunggulan Kompetitif UMKM
Pemberdayaan masyarakat
miskin, KAT dan PMKS
lainnya
Sosial
TKPKD
5,30%
4,78%
Pengembangan sistem
pendukung usaha bagi
masyarakat miskin
Peningkatan keterampilan
usaha dan permodalan
masyarakat miskin
1. Pembentukan dan
Pemberdayaan kelompok
usaha bersama (KUBE)
masyarakat miskin
136
No.
Sasaran
(1)
(2)
3.
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(3)
a. Peningkatan Akses
Terhadap Pelayanan
Dasar masyarakat
miskin.
b. Peningkatan
keterampilan produktif
masyarakat miskin.
(4)
Meningkatnya
1. Meningkatkan kualitas Angka kematian bayi
kualitas kesehatan pelayanan kesehatan
masyarakat
masyarakat secara
Angka harapan hidup
inclusive, melalui arah
kebijakan:
% Balita gizi buruk
a. Meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
primer secara gratis.
b. Meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan
masyarakat melalui
peningkatan status
RSUD dari Tipe C
menjadi Tipe B dan
BLUD.
c. Meningkatkan partisipasi
aktif masyarakat dalam
peningkatan kualitas
kesehatan dan
lingkungan.
Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
2,2
2,0
71,2
72
0,06%
0,02%
Program Pembangunan
Daerah
(7)
2. Pengembangan sistem
pendukung usaha bagi
masyarakat miskin Bintek
3. Peningkatan keterampilan
usaha dan permodalan
masyarakat miskin
Bidang Urusan
(8)
1. Peningkatan upaya
kesehatan
kesahatan masyarakat
2. Peningkatan pelayanan
kesehatan bagi semua
penduduk (inclusive)
3. Peningkatan perbaikan gizi
masyarakat
4. Peningkatan kesadaran
masyarakat menjaga
lingkungan sehat
5. Peningkatan pengawasan
obat dan makanan
6. Pelatihan Usaha Kesehatan
bagi Masyarakat
7. Pencegahan dan
penanggulangan penyakit
menular
8. Peningkatan Jaminan
Pelayanan kesehatan
JKN/BPJS
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kesehatan
137
No.
Sasaran
(1)
(2)
4.
Meningkatnya
penyediaan
lapangan kerja dan
usaha
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(3)
2. Meningkatkan kualitas
dan pemerataan SDM
kesehatan, melalui arah
kebijakan:
a. Pemerataan,
pengembangan dan
pemberdayaan SDM
pelaksana pelayanan
kesehatan.
b. Penguatan jaringan
kerjasama dalam
pembangunan
kesehatan.
(4)
Rasio paramedis/
puskesmas
Persentase
pengangguran
terbuka
Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
Program Pembangunan
Daerah
(7)
1.Standarisasi Pelayanan
Kesehatan
Bidang Urusan
(8)
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
13,99%
10%
138
No.
Sasaran
(1)
(2)
5.
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(3)
2. Mendorong peningkatan investasi dengan
memfasilitasi peningkatan
investasi baik dari dalam
maupun luar negeri,
melalui arah kebijakan:
Memfasilitasi peningkatan
investasi baik dari dalam
maupun luar negeri
dengan memberikan
kemudahan dan insentif
(4)
Meningkatnya
1. Pemberdayaan
kekuatan ekonomi ekonomi masyarakat
kerakyatan
kawasan pertanian,
melalui arah kebijakan:
a. Meningkatkan
pemberdayaan
ekonomi rakyat dalam
rangka peningkatan
ketahanan pangan dan
kesejahteraan.
b. Mengembangkan sistem dan kelembagaan
pasar produk pertanian
c. Mengembangkan sentra produksi komoditi
pertanian unggulan
dengan menggunakan
pendekatan wilayah
dan kawasan.
Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
Program Pembangunan
Daerah
(7)
1.Peningkatan Promosi dan
kerjasama investasi
Bidang Urusan
(8)
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Meningkatnya
pendapatan rata-rata
pelaku usaha
pertanian
NA
NA
Kontribusi sektor
pertanian dalam
PDRB
4,93%
5%
Pertumbuhan sektor
pertanian
5,22%
5,5%
Dinas Pernakbunhut
Dinas Kelautan &
Perikanan
Dinas
Perindagtamben
139
No.
Sasaran
(1)
(2)
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)
2. Pemberdayaan
Rata-rata pendapatan
ekonomi masyarakat
pelaku usaha
kawasan pesisir, melalui perikanan
arah kebijakan:
a. Mengembangkan
kontribusi sektor
gerakan pemberdayaan perikanan ADHB
ekonomi masyarakat
pesisir
b. Mengembangkan blue
economy (ekonomi biru)
c. Mengembangkan
kawasan minapolitan
3. Mengembangkan usaha
kecil dan menengah serta
usaha padat karya,
melalui arah kebijakan:
a. Meningkatkan daya
saing UMKM
b. Meningkatkan
penerapan teknologi
dalam berbagai aneka
usaha
c. Pembangunan dan
pengembangan sentra
ekonomi usaha mikro,
kecil dan menengah
Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
NA
NA
3,42%
5%
Program Pembangunan
Daerah
Bidang Urusan
(7)
(8)
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
1.Pengembangan
Kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif
UMKM
UMKM
2.Pengembangan
Kewirausahaan dan
keunggulan kompetitif
UMKM
3.Pendidikan kewirausahaan
bagi penduduk usia
produktif dan pemuda
putus sekolah
140
No.
Sasaran
(1)
(2)
6.
Meningkatnya
volume
perdagangan
produksi kelautan
dan perikanan
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)
Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
92,5
114,44
10
15
Program Pembangunan
Daerah
(7)
4.Pendampingan dan
pembinaan usaha bagi
penduduk usia produktif
dan putus sekolah
5.Pengembangan kawasan
dan sentra serta klaster
industri
6.Pengembangan jaringan
kerjasama lokal, nasional
dan internasional
Bidang Urusan
(8)
Industri
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
141
No.
Sasaran
(1)
(2)
7. Meningkatnya
industri usaha
kelautan dan
perikanan
8.
Meningkatnya
pelaku usaha
industri KP yang
baru
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)
Jumlah industri hulu
usaha KP (Unit)
Jumlah industri hilir
usaha KP (UKM)
Mengembangkan usaha
Jumlah usahawan KP
penangkapan di daerah
yang baru (orang)
oceanic (laut lepas) dan
memanfaatkan lahan
marjinal (rawa) dengan
arah kebijakan melalui
pengembangan kawasan
minapolitan, industrialisasi
dan blue economy
berbasis kelautan dan
perikanan
Target Kinerja
Program Pembangunan
Bidang Urusan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
(8)
4
8
Program Peningkatan Daya
Kelautan dan
Saing Produk Hasil Perikanan perikanan
10
25
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kelautan dan
Perikanan
400
Program Optimalisasi
Pengelolaan dan Pemasaran
Produksi Perikanan
Program Pengembanagan
dan Pengelolaan Perikanan
Tangkap
Kelautan dan
perikanan
142
No.
Sasaran
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(1)
(2)
(3)
(4)
9. Tercapainya tingkat Meningkatkan produksi KP Tingkat konsumsi
konsumsi ikan
dengan optimalisasi
ikan (Kg/kapita/thn)
perkapita/ tahun
potensi oceanic dan lahan
marjinal serta meningkatkan produksi pasca panen
agar terjadi penambahan
nilai (value added)
dengan arah kebijakan
mengutamakan penambahan armada untuk
eksploitasi dan memperluas pemanfaatan lahan
marjinal serta mendorong
industri pasca panen
10. Terpeliharanya
sumberdaya alam
KP dan biota
langka
Memperbaiki sumberdaya
alam yang rusak dan
introduksi hewan langka
serta meningkatkan
kualitas pengawasan
sumberdaya kelautan dan
perikanan dengan arah
kebijakan melalui
peningkatan intensitas
pengelolaan kawasan
konservasi dan
sumberdaya ikan serta
penguatan kelembagaan
pengawasan pada
masyarakat
Kawasan Konservasi
Laut Dalam yang
terpelihara dengan
baik (Ha)
Target Kinerja
Program Pembangunan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
31,05
35
Program Optimalisasi
Pengelolaan dan Pemasaran
Produksi Perikanan
Bidang Urusan
(8)
Kelautan dan
perikanan
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kelautan dan
Perikanan, Dinas
Kesehatan, PKK/
DWP
1.861.81
Kelautan dan
perikanan
Program Pemberdayaan
Masyarakat dalam
Pengawasan SDKP
Program Pengembangan dan
Pengelolaan SDKP
143
No.
Sasaran
(1)
(2)
(3)
11. Zero Complaint
Pemantapan SOP tentang
untuk pelayanan
pelayanan di sektor KP
kepada masyarakat dengan arah kebijakan
melalui peningkatan
pelayanan prima
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)
Tingkat kepuasan
pelayanan dinas
(kasus) SIUP, SIPI,
SLO, SIKPI,SKA
12. Tercapainya
penurunan harga
pakan ikan
13. Meningkatnya
kemampuan dan
pengetahuan
petani dalam
berusaha tani
Target Kinerja
Program Pembangunan
Bidang Urusan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
(8)
0
Program Pengembangan dan Kelautan dan
Pengelolaan Perikanan
perikanan
Tangkap
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Kelautan dan
Perikanan
Program Peningkatan
Kesejahteraan Petani
Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan
Pertanian
Peternakan
Perkebunan
144
No.
Sasaran
(1)
(2)
14. Meningkatnya
produksi pertanian,
perkebunan dan
peternakan dalam
mendukung
ketahanan pangan
15. Meningkatnya
sarana prasarana
pendukung dalam
berusaha tani/
ternak
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
Target Kinerja
Program Pembangunan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
55,26
55,55
Program Peningkatan/
Penerapan Teknologi
Pertanian/ Perkebunan
160
200
Program Peningkatan
Produksi Pertanian/
Perkebunan
240
800
Program Pemberdayaan
Penyuluhan Pertanian/
Perkebunan
(3)
1. Meningkatkan produksi
padi, palawija,
perkebunan, hortikultura,
melalui penerapan
teknologi spesifik lokasi,
peningkatan SDM petani
dan penyuluh lapangan,
optimasi lahan sawah,
pengendalian organisme
pengganggu tanaman,
demplot teknologi padi
salibu, optimalisasi peran
serta Komisi Pengawasan
Pupuk dan Pestisida (KP3)
(4)
Produktivitas padi
sawah (kwintal/Ha)
2. Meningkatkan produksi
peternakan melalui
penerapan teknologi tepat
guna, pencegahan dan
penanggulangan penyakit
ternak
Persentase
kecukupan sarana
dan prasarana
pendukung
Jumlah produksi
tanaman perkebunan
karet dan kakao (ton)
Jumlah produksi
tanaman perkebunan
kakao (ton)
361
Program Peningkatan
8.202.797 Produksi Hasil Peternakan
4.792.323
47.191 Program Peningkatan
Penerapan Teknologi
Peternakan
Bidang Urusan
(8)
Pertanian
Perkebunan
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan
Peternakan
Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan
Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan
439
145
No.
Sasaran
(1)
(2)
16. Meningkatnya
pasca panen,
pengolahan dan
pemasaran hasil
pertanian,
perkebunan dan
peternakan
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(4)
Persentase hasil
pertanian,
perkebunan dan
peternakan yang
terolah
Target Kinerja
Kondisi
Kondisi
Awal
Akhir
(5)
(6)
Bidang Urusan
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan
(7)
Program Peningkatan
Pamasaran Hasil Produksi
Pertanian/ Perkebunan
(8)
Pertanian
Perkebunan
Program Peningkatan
Pemasaran Hasil Produksi
Peternakan
Peternakan
Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan
Peternakan
Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan
Persentase hasil
olahan yang
dipasarkan melalui
supermarket
2. Meningkatkan SDM
kelompok pengolahan
hasil peternakan melalui
pelatihan pengolahan
hasil peternakan dan
mengikuti event promosi
17. Terkendalinya
penyakit menular
hewan
Program Pembangunan
Daerah
Persentase jumlah
penurunan kematian
hewan ternak
25%
65%
Persentase jumlah
penurunan kasus
gigitan anjing liar
30%
90%
146
No.
Sasaran
Indikator Kinerja
(output/ outcome)
(1)
(2)
18. Terwujudnya
Rumah Potong
Hewan Kota
Padang yang
bersertifikat NKV
(3)
(4)
Penertiban pelaksanaan Jumlah RPH yang
kegiatan Rumah Potong bersertifikat NKV
Hewan melalui pembinaan
dan pengelolaan agar
menegakkan hygiene
sanitasi RPH sesuai SOP
1. Peningkatan daya
Persentase
dukung hutan sebagai
berkurangnya
kawasan penyangga
kerusakan hutan
(daerah resapan air)
dengan menggalakan
Persentase hutan dan
Hutan Kemasyarakatan, lahan kritis yang telah
mengoptimalkan
direhabilitasi (Ha)
konservasi hutan,
meningkatkan SDM
masyarakat disekitar
kawasan hutan, pengamanan hutan dan pengawasan peredaran hasil hutan.
Target Kinerja
Program Pembangunan
Kondisi
Kondisi
Daerah
Awal
Akhir
(5)
(6)
(7)
0
1
Program Pencegahan dan
Penanggulangan Penyakit
Ternak
Program Pemanfaatan
Potensi Sumber Daya Hutan
Program Rehabilitasi Hutan
dan Lahan
Bidang Urusan
(8)
Peternakan
Kehutanan
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan
Dinas Pertanian
Peternakan
Perkebunan dan
Kehutanan
147
2.
Meningkatkan
kerjasama
dalam
penyediaan
sarana
prasana
penanggulangan bencana dan Meningkatkan Kualitas kuantitas sarana
dan prasarana penanggulangan bencana
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
148
149
Tabel 7.5.
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah untuk Misi 5
Menciptakan Kota Padang yang aman, bersih, tertib, bersahabat dan menghargai kearifan lokal
No.
Sasaran
(1)
(2)
1. 1. Meningkatnya sarana
dan prasarana
penanggulangan
bencana.
Target Kinerja
Indikator Kinerja
Kondisi
Kondisi
(output/ outcome)
Awal
Akhir
(4)
(5)
(6)
Persentase
100
kecukupan sarana
prasarana
penanggulangan
bencana
Program Pembangunan
Daerah
(7)
Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana
Penanggulangan Bencana
Bidang
Urusan
SKPD
Penanggung
jawab
(8)
(9)
Kebencanaan BPBD & Damkar
Jumlah kelompok
siaga bencana yang
terbentuk
150
No.
Sasaran
(1)
(2)
2. Meningkatnya kualitas
lingkungan hidup
Target Kinerja
Indikator Kinerja
(output/ outcome) Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(3)
(4)
(5)
(6)
1. Meningkatkan kesadaran
Menurunnya jumlah
22
15
masyarakat dalam menjaga kualitas pelanggaran aturan
lingkungan hidup.
lingkungan (kasus)
Strategi dan Arah Kebijakan
Indeks mutu:
air
udara
tanah
Program Pembangunan
Daerah
Bidang
Urusan
(7)
(8)
Program Pengendalian
Lingkungan
Pencemaran danKerusakan hidup
Lingkungan Hidup
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
Bapedalda
Program Penegakan
Hukum Lingkungan
Program Peningkatan
Pengendalian Polusi
Program Pengendalian dan
Pencemaran Kerusakan
Lingkungan
Persentase
penurunan titik
genangan air
Persentase jumlah
Jalan dan jembatan
dalam kondisi baik
Persentase
pemukiman dengan
sarana prasarana
yang memadai
Program Pengembangan
dan Pengelolaan Jaringan
Irigasi, Rawa dan
Pengairan lainnya
Pekerjaan
Umum
DPU
Program Pengembangan
Sistem Irigasi Partisipatif
Program Pembangunan
Jalan dan Jembatan
Program Rehabilitasi/
Pemeliharaan Jalan dan
Jembatan
Program Lingkungan Sehat
Perumahan
151
No.
Sasaran
(1)
(2)
4. 1.Meningkatnya sistem
pengelolaan persampahan, Ruang
Terbuka Hijau dan
Taman Kota
Target Kinerja
Indikator Kinerja
(output/ outcome) Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(4)
(5)
(6)
Persentase tingkat
28,1
35,1
Pelayanan Sampah
(%)
Program Pembangunan
Daerah
(7)
Program Pengembangan
Kinerja Pengelolaan
Persampahan
Bidang
Urusan
SKPD
Penanggung
jawab
(8)
Pekerjaan
Umum.
(9)
DKP
Perhubungan
DISHUB
KOMINFO
Program Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
2.Tersedianya jasa
pelayanan angkutan
kota yang cukup,
nyaman, lancar dan
murah ke seluruh
wilayah kota.
Persentase tingkat
kecukupan angkutan
kota yang memadai
3.Meningkatnya
keamanan dan
keselamatan lalu
lintas.
NA
30,0
Program Pembinaan
Kegiatan Kebersihan dan
Sarana Pertamanan
Program Peningkatan
Sarana dan Prasarana Lalu
Lintas
Program Pembangunan
Prasarana dan Fasilitas
Perhubungan
Program Rehalibitasi Dan
Pemeliharaan Prasarana
Dan Fasilitas LLAJ
Program Peningkatan
Pelayanan Angkutan
Program Pengendalian dan
Pengamanan Lalu Lintas.
152
No.
Sasaran
(1)
(2)
5. Terlaksananya
penataan bangunan
dan perumahan sesuai
dengan rencana tata
ruang kota.
Target Kinerja
Indikator Kinerja
(output/ outcome) Kondisi Kondisi
Awal
Akhir
(4)
(5)
(6)
Persentase bangunan
yang ber-IMB
Persentase
kesesuaian bangunan
dengan RTRW
Program Pembangunan
Daerah
(7)
Program Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Bidang
Urusan
(8)
Urusan
Perumahan
SKPD
Penanggung
jawab
(9)
DTRTB & P
Program Pengembangan
Perumahan
Program Pemberdayaan
komunitas Perumahanya
0
5.000
Dinas Sosnaker
Program Penataan
Penguasaan, Pemilikan,
Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah
Pertanahan
Bagian
Pertanahan
SekKo
Program Penyelesaian
Konflik Pertanahan
Program Peningkatan
Kemampuan Administrasi
Pertanahan
Program Penyediaan
Tanah Untuk
Pembangunan
153
154
Tabel 7.6.
Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah untuk Misi 6
Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan melayani
No.
(1)
1.
Sasaran
(2)
Meningkatnya kualitas
perencanaan
pembangunan
Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
Mewujudkan perencanaan
berkualitas dan akuntabel
dengan:
a. Meningkatkan pemanfaatan teknologi dan
informasi dalam
perencanaan dan
pelaksanaan
pembangunan daerah.
b. Mengembangkan data
statistik pembangunan.
c. Membuka layanan
jaringan media partisipasi
& pengaduan publik
dalam perencanaan.
d. Meningkatkan jabatan
fungsional perencana
Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)
Persentase SKPD yang
Renstranya sinkron
dengan RPJMD
Persentase kesesuaian
Renja SKPD dengan
Renstranya
Persentase kesesuaian
RKPD dengan RPJMD
Persentase aspirasi
masyarakat yang
terakomodir dalam APBD
Persentase SKPD yang
memiliki fungsional
perencana
Target Kinerja
Kondisi Kondisi
awal
akhir
(5)
(6)
Program
Pembangunan Daerah
Bidang Urusan
SKPD
Pelaksana
(7)
Peningkatan kapasitas egovernment
(8)
Semua urusan
(9)
Semua SKPD
Statistik dan
perencanaan
pembangunan
Bappeda dan
statistik
Pengembangan karir
aparatur fungsional &
perencana
Otonomi daerah,
pemerintahan umum,
administrasi keuangan
daerah, perangkat
daerah, kepegawaian
dan persandian
Seluruh SKPD
Perencanaan
pembangunan
Seluruh SKPD
Perencanaan
pembangunan
Bappeda
155
No.
(1)
2.
Sasaran
(2)
Meningkatnya
akuntabilitas kinerja
birokrasi
Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(3)
(4)
1. Meningkatkan kinerja
Nilai akuntabilitas kinerja
pelaksanaan pembangunan, pemerintah kota
keuangan daerah dan
pengelolaan aset yang
Persentase SKPD yang
dilakukan melalui arah
mendapat Nilai
kebijakan:
akuntabilitas kinerja baik
a. Penataan struktur
organisasi yang
Persentase SKPD yang
proporsional (beban kerja menerapkan SOP
sesuai dengan TUPOKSI).
b. Mengoptimalkan
Jumlah sistem informasi
pelaksanaan analisis dan yang telah terintegrasi
evaluasi jabatan.
c. Penerapan SOP di lingkup
SKPD.
d. Meningkatkan kualitas
pelayanan administrasi
kepegawaian yang
transparan, cepat dan
tepat.
e. Menyediakan anggaran
khusus untuk tunjangan
daerah bagi PNS
(program 10).
f. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
aparatur berbasis
kompetensi.
Strategi dan
Arah Kebijakan
Target Kinerja
Program
Kondisi Kondisi
Pembangunan Daerah
awal
akhir
(5)
(6)
(7)
CC
B
Penyempurnaan
Penyusunan database
aparatur
100
Bidang Urusan
SKPD
Pelaksana
(8)
(9)
Otonomi daerah,
Bagian
pemerintahan umum, Organisasi
administrasi keuangan
daerah, perangkat
daerah, kepegawaian
dan persandian
Setiap SKPD
Setiap SKPD
Otonomi daerah,
Bagian
pemerintahan umum, Organisasi
administrasi keuangan
Peningkatan pelaksanaan daerah, perangkat
BKD
analisis & evaluasi jabatan daerah, kepegawaian
dan persandian
Penerapan SOP di lingkup Setiap SKPD
SKPD
Seluruh SKPD
Pemanfaatan teknologi
Otonomi daerah,
BKD
informasi dalam
pemerintahan umum,
administrasi kepegawaian administrasi keuangan
daerah, perangkat
daerah, kepegawaian
dan persandian
156
No.
Sasaran
(1)
(2)
Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
g. Meningkatkan pelayanan,
pengelolaan dan
pelaporan keuangan
daerah serta aset.
h. Mempertahankan Opini
BPK: WTP
i. Meningkatkan kualitas
LAKIP.
j. Meningkatkan EKPPD
2. Meningkatkan kinerja
pengawasan penyelenggaraan pemerintah yang
diarahkan kebijakannya
pada: peningkatan pengelolaan pengawasan penyelenggaraan pemerintah
daerah
Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)
Target Kinerja
Kondisi Kondisi
awal
akhir
(5)
(6)
Program
Pembangunan Daerah
(7)
Pelatihan pembentukan
integritas aparatur
sebagai public service
Bidang Urusan
(8)
Setiap SKPD
SKPD
Pelaksana
(9)
Setiap SKPD
Penetapan kepastian/
Otonomi daerah,
BKD
lama proses pengurusan pemerintahan umum,
administrasi kepegawaian administrasi keuangan
daerah, perangkat
Penetapan anggaran
daerah, kepegawaian BKD
tunjangan daerah
dan persandian
Pelatihan teknis aparatur
pemerintahan
Setiap SKPD
Peningkatan pelayanan,
pengelolaan & pelaporan
keuangan daerah serta
aset
Otonomi daerah,
Seluruh SKPD
pemerintahan umum,
administrasi keuangan
daerah, perangkat
daerah, kepegawaian
dan persandian
Bagian Umum
Setiap SKPD
Inspektorat
Otonomi daerah,
Sekretariat
pemerintahan umum, Daerah
administrasi keuangan
daerah, perangkat
Inspektorat
daerah, kepegawaian
dan persandian
157
No.
(1)
3.
4.
Sasaran
(2)
Menekan tindak
Korupsi, Kolusi &
Nepotisme (KKN) di
lingkungan birokrasi
Terwujudnya
pelayanan publik yang
berkualitas prima
Strategi dan
Arah Kebijakan
Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)
Opini BPK
(3)
Meningkatkan angka indeks
persepsi anti korupsi yang
diarahkan kebijakannya:
Persentase penyelesaian
a. Penilaian Mandiri
tindak lanjut temuan
Pelaksanaan Reformasi
hasil audit
Birokrasi (PMPRB).
b. Implementasi Rencana
Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RADPPK).
c. Menerapkan sistem pengawasan internal
dengan arah kebijakan
penerapan SPIP (Sistem
Pengawasan Internal
Pemerintah)
1. Meningkatnya kualitas
pelayanan publik melalui
reformasi dan penerapan egovernment yang diarahkan
kebijakannya dengan mengoptimalkan pelayanan terpadu satu pintu (BPMP2T)
menggunakan sistem online
Target Kinerja
Program
Kondisi Kondisi
Pembangunan Daerah
awal
akhir
(5)
(6)
(7)
WDP
WTP
Peningkatan penerapan
PMPRB
90%
95%
Peningkatan penerapan
RADPPK
Persentase pelayanan
yang telah menggunakan sistem informasi
(8)
SKPD
Pelaksana
(9)
Inspektorat
Peningkatan penerapan
SPIP
Persentase pelayanan
yang sudah satu pintu
Indeks Kepuasan
Masyarakat
Bidang Urusan
Peningkatan pelayanan
satu pintu BPMP2T
80
88
Peningkatan penerapan
SPM dan SPP
Peningkatan pelayanan
barang dan jasa secara
elektronik
Otonomi daerah,
pemerintahan umum,
adminis trasi
keuangan daerah,
perang kat daerah,
kepegawaian dan
persandian
Semua urusan
BPMP2T
Semua SKPD
LPSE
158
No.
Sasaran
(1)
(2)
Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
2. Desentralisasi urusan
pemerintah daerah dengan
kebijakan:
a. Pelaksanaan pelimpahan
kewenangan SKPD ke
Kecamatan/kelurahan.
b. Meningkatkan dana
operasional kecamatan/
kelurahan (program 8).
3. Peningkatan pelayanan
informasi dan komunikasi
arah kebijakan:
a. Peningkatan peran tim
PPID.
b. Meningkatkan keterbukaan informasi dalam
penyelenggaraan
pemerintahan.
c. Mengembangkan
teknologi informasi dan
aplikasinya.
Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)
Target Kinerja
Kondisi Kondisi
awal
akhir
(5)
(6)
Program
Pembangunan Daerah
(7)
Peningkatan dana
operasional kecamatan/
kelurahan
Bidang Urusan
SKPD
Pelaksana
(8)
Pemberdayaan
masyarakat dan
kelurahan
(9)
Bagian
pemerintahan
Pemberdayaan
masyarakat dan
kelurahan
Bagian
pemerintahan,
kecamatan,
kelurahan
Komunikasi dan
informasi
Dishubkominfo
Dishubkominfo
Pengembangan teknologi
informasi dan aplikasinya
Dishubkominfo
Komunikasi dan
informasi
159
No.
Sasaran
(1)
(2)
Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
4. Peningkatan pelayanan
pengendalian dan penanggulangan bencana, dengan
arah kebijakan:
a. Meningkatkan cakupan
pelayanan pengendalian
& penanggulangan
bencana.
b. Meningkatkan peran
serta masyara kat dalam
kesiapsiagaan pengendalian dan penanggulangan
bencana.
5. Peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana prasarana
pelayanan kesehatan dengan
kebijakan diarahkan:
a. Memberikan pelayanan
kesehatan gratis di
puskesmas/ RSUD
(program 4).
b. Memberikan pelayanan
ambulan gratis bagi warga
miskin (program 4).
c. Melakukan penataan,
pembangunan sarana
prasarana kesehatan
sebagai pelayanan publik
prima.
Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)
Target Kinerja
Kondisi Kondisi
awal
akhir
(5)
(6)
NA
Program
Pembangunan Daerah
(7)
Peningkatan cakupan
pelayanan pengendalian
dan penanggulangan
bencana
Bidang Urusan
(8)
SKPD
Pelaksana
BPBD
(9)
BPBD
BPBD
BPBD
Peningkatan pelayanan
kesehatan gratis di
Puskesmas/RSUD
RSUD/ PUSKESMAS
RSUD
Pemberian pelayanan
ambulance gratis bagi
warga miskin
RSUD/ PUSKESMAS
RSUD
RSUD/
PUSKESMAS
160
No.
Sasaran
(1)
(2)
Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
6. Peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana prasarana
pengumpulan pajak dan
retribusi, yang diarahkan
kebijakan dengan melakukan penataan, pembangunan sarana prasarana
pengumpulan pajak dan
retribusi sebagai pelayanan
publik prima
7. Peningkatan kualitas dan
kuantitas sarana prasarana
pelayanan dengan
kebijakan:
a. Peningkatan operasional
RW, RT 200% (program
6).
b. Peningkatan kesejahteraan Garin Masjid/
Mushalla 200%
(program 6).
c. Penciptaan layanan keluhan peserta didik dan
pemangku kepentingan
lainnya terhadap pendidikan sebagai pelayanan
publik prima.
Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)
Target Kinerja
Program
Kondisi Kondisi
Pembangunan Daerah
awal
akhir
(5)
(6)
(7)
NA
Pembangunan unit sarana
prasarana pengumpulan
pajak dan retribusi
Bidang Urusan
SKPD
Pelaksana
(8)
DPKA
(9)
DPKA
NA
Program peningkatan
kesejahteraan dana
operasional RW dan RT
Bagian pemerintahan
Bagian
pemerintahan
NA
Program peningkatan
Bagian Kesra
kesejahteraan dana Garin
masjid dan mushalla
Bagian Kesra
NA
Penciptaan layanan
Dinas Pendidikan
keluhan peserta didik dan
pemangku kepentingan
lainnya terhadap
pendidikan sebagai
pelayanan prima
Dinas
Pendidikan
161
No.
Sasaran
(1)
(2)
Strategi dan
Arah Kebijakan
(3)
8. Penyerahan uang santunan kematian bagi keluarga
yang meninggal dengan
arah kebijakan memberikan
uang santunan kematian
Rp 1 juta untuk warga Kota
Padang (program 7)
Indikator
Kinerja (output /
outcome)
(4)
Target Kinerja
Program
Kondisi Kondisi
Pembangunan Daerah
awal
akhir
(5)
(6)
(7)
NA
Pemberian uang santunan
kematian bagi keluarga
Bidang Urusan
SKPD
Pelaksana
(8)
Bagian Kesra
(9)
Bagian Kesra
Keterangan tabel
*) sumber data adalah LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kota Padang tahun 2013)
NA adalah Non Available dapat saja berarti bahwa datanya belum diserahkan oleh SKPD terkait, atau datanya belum tersedia karena program yang
baru dilakukan, atau data tersebut belum dihitung
162
BAB IX
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH
Penetapan indikator dan target kinerja sangat penting untuk dapat
memperkirakan hasil pembangunan, dan diharapkan dapat diwujudkan melalui
pelaksanaan pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
seluruh warga Kota Padang. Indikator kinerja ini mencakup dua aspek yaitu
indikator kinerja program yang bersifat mikro dan indikator kinerja pembangunan
daerah yang bersifat makro. Indikator kinerja program dan target kinerja untuk
masing-masing tahun sudah dibahas pada Bab VIII terdahulu, sedangkan
indikator dan target kinerja pembangunan daerah dibahas pada Bab IX ini.
Indikator kinerja pembangunan daerah dapat dirumuskan berdasarkan
hasil analisis pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja daerah
secara makro (outcome). Indikator kinerja daerah ini meliputi 3 aspek utama
pembangunan daerah yaitu Kesejahteraan Masyarakat, Pelayanan Umum dan
Daya Saing. Aspek Kesejahteraan Masyarakat meliputi: Kesejahteraan dan
Pemerataan Ekonomi, Kesejahteraan Sosial, Aspek Pelayanan Umum meliputi:
Pelayanan Urusan Wajib dan Pelayanan Urusan Pilihan, sedangkan aspek daya
saing meliputi: Nilai Tukar Petani, Produktivitas Total Daerah dan Rasio Ekspor
terhadap PDRB. Penetapan indikator kinerja daerah dilakukan berdasarkan
kondisi tahun 2013, tendensi perkembangan di masa lalu dan kemampuan
keuangan daerah.
Penetapan indikator kinerja pembangunan daerah ini didasarkan pada
ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2008.
Guna dapat mewujudkan kinerja pembangunan daerah yang terukur, maka
target kinerja yang ditetapkan diupayakan semaksimal mungkin dalam bentuk
kuantitatif, kecuali untuk aspek-aspek yang ternyata sangat sulit dikuantifikasikan
seperti agama dan budaya. Sedangkan indikator kinerja yang digunakan dalam
RPJMD ini disesuaikan dengan program dan kegiatan yang dijabarkan dari visi
dan misi kepala daerah terpilih dan kondisi sosial ekonomi dan pembangunan
Kota Padang. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Tabel 9.1 memberikan rincian
penetapan semua indikator dan target kinerja pembangunan Kota Padang untuk
periode 2015-2019.
Seperti terlihat pada Tabel 9.1, untuk aspek kesejahteraan dan
pemerataan ekonomi ditetapkan 10 indikator kinerja hasil (outcome) yang
ditargetkan akan dapat dicapai melalui peningkatan kegiatan pembangunan Kota
Padang dalam periode 2014-2019. Indikator pertama adalah Indek
Pembangunan Manusia (IPM) yang pada tahun 2014 ditargetkan sebesar 78.71
dan meningkat menjadi 80,13 pada tahun 2019. Peningkatan IPM ini
menunjukkan peningkatan kesejahteraan masyarakat Kota Padang secara
keseluruhan yang disebabkan oleh peningkatan dalam 3 unsur utama kehidupan
masyarakat yaitu daya beli (pendapatan) masyarakat, tingkat pendidikan dan
derajat kesehatan.
163
Tabel 9.1
Penetapan Indikator Kinerja Pembangunan Kota Padang Tahun 2014-2019
ASPEK KINERJA PEMBANGUNAN
A.
SATUAN
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Indek
78,61
78,91
79,21
79,51
79,81
80,11
80,41
6,48
6,50
6,65
6,80
6,98
7.17
7.36
3. Tingkat Inflasi
10,870
4,97
5,93
6,22
6,59
7,00
7,46
(Rp. Juta)
35,930
39,42
41,93
44,60
47,43
50,44
53,65
5. Indeks Gini
Indek
0,336
0,333
0,328
0,322
0,319
0,317
0,315
6. PDRB ADHK
Triliun
14,517
15,44
16,42
17,46
18,57
19,75
21,01
7. PDRB ADHB
Triliun
35,861
40,60
45,96
52,02
58,89
66,67
75,47
8. Tingkat Kemiskinan
5,30
5,02
4,96
4,90
4,83
4,78
4,63
91,176
92,63
94,12
95,62
97,15
98,70
98,99
orang
861.167
870.571
880.078
889.689
899.404
909.226
919.155
99,54
99,56
99,57
99,58
99,60
99,61
99,62
Tahun
11,02
11,04
11,07
11,09
11,12
11,14
11,17
109,20
107,79
106,57
105,37
104,18
103,01
101,85
93,18
96,09
99,10
102,20
105,40
108,69
112,09
Pendidikan
1. Angka melek huruf
2. Angka rata-rata lama sekolah
3. Angka partisipasi kasar
164
SATUAN
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
86,45
88,28
90,15
92,06
94,01
96,00
98,03
96,41
96,74
97,07
97,40
97,73
98,06
98,39
87,24
96,46
106,65
117,93
130,39
144,17
159,41
64,48
64,69
64,90
65,11
65,32
65,53
65,75
(dari 1000
Kelahiran)
2,171
2,03
1,90
1,78
1,66
1,55
1,45
Tahun
71,205
71,22
71,24
71,25
71,27
71,28
71,30
0,056
0,04
0,04
0,03
0,02
0,02
0,01
1. Angkatan Kerja
Orang
361.071
363.056
365.052
367.060
369.078
371.107
373.147
Orang
310.566
314.000
317.471
320.981
324.530
328.118
331.745
Indeks (0 - 1)
0,86
0,86
0,87
0,87
0,88
0,88
0,89
Jumlah klub
32
32
35
38
41
43
45
Jumlah
Lapangan
olahraga
442
442
472
513
556
596
660
Gelanggang/
balai remaja
(selain milik
swasta)
5.000
5.000
5.007
5.010
5.015
5.020
5.025
2.
Kesehatan
1. Angka Kematian Bayi/ Infant Mortality Rate
2. Angka usia harapan hidup
3. Persentase balita gizi buruk
4.
Ketenagakerjaan
165
SATUAN
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Jumlah orang
kegiatan
olahraga
980
1.000
1.100
1.150
1.200
1.240
1.250
SD/MI
(per 1000
siswa)
37
37
38
38
39
39
40
(per 1000
siswa)
10
10
(per 1000
siswa)
(per 1000
siswa)
SD/MI
(per siswa)
1:16
1:16
1:16
1:20
1:16
1:20
1:20
SLTP
(per siswa)
1:13
1:13
1:13
1:13
1:13
1:13
1:13
SLTA
(per siswa)
1:26
1:26
1:26
1:26
1:26
1:26
1:26
98
98
98
98
99
99
100
99
99
99
100
100
100
100
99
99
99
99
99
99
99
65,31
75
80
85
90
95
100
Pendidikan
1.
Pendidikan dasar:
1. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia
sekolah
2.
AngkaKelulusan:
166
3.
4.
SATUAN
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
%
Ketersediaan
100
100
100
100
100
100
100
Jml Kegiatan
10
20
25
30
35
40
45
Jml Kegiatan
12
15
Jml Kegiatan
15
15
20
25
30
35
40
% Jumlah
tempat tidur
75
100
100
100
100
100
100
Jml puskesmas
10
10
11
12
13
14
15
Kesehatan
Jml Kelurahan
20
20
22
25
27
30
35
Jml program
20
20
25
30
35
40
45
% Angka
kematian bayi
0,13
0,13
0,12
0,11
0,10
0,9
0,5
Pekerjaan Umum
1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
30,75
31,13
31,51
31,90
32,30
32,70
33,10
Km
2.412,80
2.656,31
2.924,39
3.219,53
3.544,45
3.902,17
4.295,99
Km
2.312,80
2.376,17
2.441,28
2.508,18
2.576,91
2.647,52
2.720,06
Ha
7.385,78
7.398,16
7.410,55
7.422,97
7.435,41
7.447,87
7.460,35
Kk
74.307
76.341
78.430
80.577
82.782
85.047
87.375
Kk
413.364
431.779
451.014
471.107
492.094
514.016
536.915
3. Jalan Lingkungan
Km
1.689
1.790
1.891
1.891
1.992
2.093
2.292
Perumahan
167
5.
SATUAN
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Ha
574,7
574,7
559,7
554,7
529,7
514,7
499,7
19,6
18,8
17,9
17,1
16,3
15,5
14,8
810
743
681
625
573
526
482
Penataan Ruang
1. Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan
6.
7.
Perencanaan Pembangunan
1. Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yg telah
ditetapkan dgn PERDA (termasuk Revisi)
Dok
Dok
Dok
Ribu orang
198.450
199.710
200.610
201.600
207.000
211.500
216.000
2. Halte
unit
132
145
153
174
192
211
232
3. Rambu-rambu
Unit
3.920
4.041
4.166
4.294
4.427
4.563
4.704
Unit
Unit
10
15
15
30
30
40
40
40,0
42,8
45,8
49,0
52,4
56,1
60,0
Orang
640.897
651.324
68.084
710.324
739.824
769.324
798.824
59,0
60,5
62,0
63,6
65,3
66,9
68
28,1
29,2
30,3
31,4
32,6
33,8
36,1
Kasus
20
18
16
15
14
14
2. Penyuluhan hokum
Jumlah
18
75
75
75
75
75
75
Perhubungan
1. Jumlah arus penumpang angkutan umum
8.
Lingkungan Hidup
1. Persentase penanganan sampah
2. Jumlah Penduduk berakses air minum
9.
Pertanahan
168
SATUAN
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
% Cakupan
penerbitan
KTP ber NIK
90
90
95
100
100
100
100
Jumlah
Kegiatan
Kegiatan
WEB
Unit
Rasio
penduduk
bekerja
0,75
0,87
0,90
0,92
0,93
0,95
0,99
Rata-rata
jumlah anak
per keluarga
2,7
2,7
2,6
2,5
2,4
2,3
2,1
Rasio akseptor
KB
122.650
122.650
122.650
122.650
122.650
122.650
122.650
Cakupan
peserta KB
aktif
93.760
93.760
93.760
93.760
93.760
93.760
93.760
169
SATUAN
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
22
22
22
22
23
23
23
325
364
407
456
510
571
639
30
34
39
44
50
57
65
55,811
55,93
56,05
56,17
56,30
56,42
56,54
Orang
199
421
443
468
493
520
548
Unit
570
584
625
670
717
768
822
Unit
58.000
60.000
62.000
64.000
66.000
68.000
69.000
3. Jumlah BPR/LKM
Unit
10
10
11
11
13
13
14
Unit
11.578
11.795
12.016
12.241
12.470
12.704
12.942
Triliun
3,9
4,1
4,2
4,3
4,4
4,5
4,6
(unit)
77
79
80
85
90
95
100
Kali
57,000
58
58
59
60
60
61
108
116
125
135
146
157
169
62
62
62
62
62
62
62
57,000
58
58
59
60
60
61
108
116
125
135
146
157
169
62
62
62
62
62
62
62
13. Sosial
14. Ketenagakerjaan
1. Tingkat partisipasi angkatan kerja
2. Pencari kerja yang ditempatkan
15. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
17. Kebudayaan
1. Penyelenggaraan festival seni dan budaya
Kali
170
SATUAN
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
442
442
472
513
556
596
660
Unit
32
32
35
38
41
43
45
Kegiatan
153
167
172
189
198
227
227
Kegiatan
980
1.000
1.100
1.200
1.300
1.400
1.500
Jumlah
5.000
5.000
5.007
5.010
5.015
5.020
5.025
0,5
0,75
1,25
1,5
1,75
10
11
4. Pertumbuhan ekonomi
6,48
6,50
6,65
6,80
6,98
7.17
7.36
5. Kemiskinan
5,30
5,02
4,96
4,90
4,83
4,78
4,63
Jumlah Perda
yang
ditegakkan
10
11
12
13
14
kecamatan
11
11
11
11
11
11
11
kasus
35
75
105
115
120
125
130
40
60
80
100
120
140
6. Penegakan PERDA
Jumlah
Perwako
171
SATUAN
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Kg/Kap/Thn
217,15
228,00
239,40
251,37
255,79
260,29
264,87
Unit
116
116
116
116
116
116
116
0,002
0,003
0,003
0,004
0,005
0,006
0,007
15
16
16
17
17
18
19
18
20
20
20
21
21
22
1.106
1.267
1.452
1.664
1.906
2.184
2.503
16.357
18.050
19.668
21.432
23.353
25.447
27.728
24. Kearsipan
25. Komunikasi dan Informatika
1. Jumlah jaringan komunikasi
2. Rasio wartel/ warnet terhadap penduduk
26. Perpustakaan
B.2
Pertanian
1. Produktivitas padi atau bahan pangan utama lokal
lainnya per hektar
Padi
Kwintal/ ha
55,26
55,45
55,63
55,82
56,01
56,20
56,38
Jagung
Kwintal/ ha
0,00
0,28
0,28
0,29
0,29
0,29
0,30
Ubi Kayu
Kwintal/ ha
437,66
143,31
145,00
145,20
145,40
145,60
146,00
Ubi Jalar
Kwintal/ ha
196,54
143,31
149,97
156,94
164,24
171,87
179,86
Kacang Tanah
Kwintal/ ha
17,50
18,14
18,80
19,49
20,20
20,94
21,71
172
SATUAN
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Kedelai
Kwintal/ ha
10,00
10,38
10,78
11,20
11,63
12,07
12,54
Kacang Hijau
Kwintal/ ha
10,00
10,32
10,66
11,01
11,36
11,73
12,11
2,29
2,29
2,30
2,30
2,30
2,31
2,31
61,59
61,66
61,73
61,80
61,87
61,95
62,02
2,18
2,17
2,16
2,15
2,14
2,13
2,12
1,02
1,11
1,20
1,30
1,41
1,52
1,65
23,00
23,12
23,23
23,35
23,47
23,59
23,71
300
264
232
205
180
158
139
Kehutanan
1. Rehabilitasi hutan dan lahan kritis
3.
Ha
5.380
5.350
5.321
5.292
5.263
5.234
5.205
0,020
0,02
0,02
0,01
0,01
0,01
0,01
perusahaan
20
20
20
20
20
20
20
53.057
54.126
55.216
56.329
57.464
58.621
4.
Pariwisata
1. Kunjungan wisata
- Mancanegara
pengunjung
- Domestik
pengunjung
3.001.306
3.210.928
3.435.190
3.675.116
3.931.800
4.206.410
2,3
2,5
2,7
3,0
3,2
3,5
3,8
Ton
22.749
23.782
24.646
25.561
26.017
26.575
27.002
Kg/kapita/thn
30.70
31.05
32.04
33.03
34.02
35.01
36.00
Klp nelayan
193
214
236
260
285
311
336
Ton
15.725
16.131
16.942
17.659
18.445
19.313
20.197
173
6.
Perdagangan
7.
Perindustrian
SATUAN
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
Km/unit
kendaraan
0,005
0,005
0,005
0,006
0,006
0,006
0,007
Orang (000)
198.450
199.710
200.810
201.600
207.000
211.500
216.000
702,25
702,25
702,25
702,25
702,25
702,25
702,25
0,700
0,72
0,74
0,77
0,79
0,81
0,84
Jumlah kasus
6.518
6.518
6.353
6.186
6.019
5.852
5.685
hari
21
20
19
18
17
15
14
Orang
2. Penataan Ruang
Luas wilayah industri
Ha
174
175
176
BAB X
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
177
178