Anda di halaman 1dari 153

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

1.2

DASAR HUKUM PENYUSUNAN

1.3

HUBUNGAN

ANTAR

DOKUMEN

RPJPD

DENGAN

DOKUMEN

RENCANA

PEMBANGUNAN DAERAH LAINNYA

1.4

SISTEMATIKA PENYAJIAN

1.5

MAKSUD DAN TUJUAN

10

1.5.1

Maksud

10

1.5.2

Tujuan

10

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

12

2.1

ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

12

2.1.1

Karakteristik Lokasi dan Wilayah

12

2.1.2

Potensi Pengembangan Wilayah

19

2.1.3

Wilayah Rawan Bencana

23

2.1.4

Aspek Demografi

25

2.2

2.3

2.4

ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

28

2.2.1

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

28

2.2.2

Fokus Kesejahteraan Sosial

34

ASPEK PELAYANAN UMUM

39

2.3.1

Fokus Layanan Urusan Wajib

39

2.3.2

Fokus Layanan Urusan Pilihan

45

ASPEK DAYA SAING DAERAH

47

BAB III
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

57

3.1

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

57

3.2

ISU-ISU STRATEGIS

59

-1-

BAB IV
VISI DAN MISI DAERAH

65

4.1

VISI

65

4.2

MISI

67

BAB V
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

69

5.1

SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

69

5.2

TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN

93

5.2.1

Tahap Lima Tahun Ke-1 (2006-2011)

94

5.2.2

Tahap Lima Tahun Ke-2 (2012-2016)

105

5.2.3

Tahap Lima Tahun Ke-3 (2017-2022)

116

5.2.4

Tahap Lima Tahun Ke-4 (2022-2025)

122

5.2.5

Sasaran Pokok, Arahan Kebijakan, dan Tahapan Pembangunan Jangka


Menengah Provinsi Papua Barat

130

BAB VI
KAIDAH PELAKSANAAN

149

6.1

STRATEGI IMPLEMENTASI

151

6.1.1

Strategi Internal

151

6.2.2

Strategi Eksternal

152

BAB VII
PENUTUP

153

-2-

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1

Persentase Kampung/Kelurahan Berdasarkan Karakteristik Wilayah Tahun


2011

13

Gambar 2-2

Zona Rawan Gempa Bumi Berdasarkan Tingkat Kerawanan

24

Gambar 2-3

Zona Rawan Longsor Papua Barat Berdasarkan Tingkat Kerawanan

24

Gambar 2-4

Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat

26

Gambar 2-5

Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRH ADHK 2000 Dengan Migas dan Tanpa
Migas Tahun 2006-2010

Gambar 2-6

29

Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2010


(dalam %)

Gambar 2-7

30

Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga


Berlaku Tahun 2007-2010 (dalam %)

Gambar 2-8

31

Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha Tahun


2007-2010 (dalam %)

Gambar 2-9

32

Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2007-2010 (dalam %)

32

Gambar 2-10 Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di Provinsi Papua
Barat Tahun 2007-2010

34

Gambar 2-11 Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi
Papua Barat Tahun 2007 s.d 2010

35

Gambar 2-12 Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Antar
Jenjang Pendidikan Tahun 2010

36

Gambar 2-13 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua Barat

37

Gambar 2-14 Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan Status
Kemiskinan Tahun 2010

37

Gambar 2-15 Cakupan Layanan Keseatan di Provinsi Papua Barat Taun 2006-2009

450

Gambar 2-16 Rencana Jaringan Provinsi Papua Barat

402

Gambar 2-17 Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat

423

Gambar 2-18 Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga

435

Gambar 2-19 Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan
Gambar 2-20 Indeks
Gambar 5-1

Pembangunan

Manusia

(IPM)

Provinsi

Papua

54
Barat

dan

Perkembangannya

56

Arahan Penekanan Visi/Tema Pembangunan Pada Setiap Periode PJM

93

-3-

DAFTAR TABEL

Tabel 2-1

Daerah Administratif Provinsi Papua Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun


2010

12

Tabel 2-2

Pembagian Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Papua Barat

14

Tabel 2-3

Debit Sungai Dirinci Menurut DPS di Provinsi Papua Barat

16

Tabel 2-4

Luas dan Penyebaran Danau di Provinsi Papua Barat

17

Tabel 2-5

Keadaan Iklim menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010

18

Tabel 2-6

Penggunaan Lahan di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota dan


Jenis Penggunaan Tahun 2010 (Ha)

19

Tabel 2-7

Indikator Kependudukan Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010

27

Tabel 2-8

Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua
Barat

Tabel 2-9

28

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan


Tahun 20062009

30

Tabel 2-10 Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009

44

Tabel 2-11

Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat

55

Tabel 4-1

Visi Misi Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Papua Barat

67

Tabel 5-1

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-1

70

Tabel 5-2

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-2

71

Tabel 5-3

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-3

72

Tabel 5-4

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-4

75

Tabel 5-5

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-5

77

Tabel 5-6

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-6

81

Tabel 5-7

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-7

83

Tabel 5-8

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-8

84

Tabel 5-9

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-9

85

Tabel 5-10

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-10

86

Tabel 5-11

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-11

87

Tabel 5-12

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-12

88

Tabel 5-13

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-13

91

Tabel 5-14

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-14

92

Tabel 5-15

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-1
(2012-2016)

Tabel 5-16

94

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-2
(2017-2021)

Tabel 5-17

106

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-3
(2022-2026)

116

-4-

Tabel 5-18

Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-4
(2027-2025)

Tabel 5-19

122

Sasaran Pokok, Arahan Kebijakan, dan Masing-masing Tahapan


Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Papua Barat 2016-2025

-5-

130

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Dalam kurun waktu 19982010 bangsa Indonesia mengalami reformasi di segala bidang yang
mengharuskan lahirnya paradigma baru pembangunan nasional, yang cukup dirasakan dampaknya di
seluruh wilayah Indonesia. Perubahan paradigma tersebut merupakan variabel yang didapati dari adanya
pergeseran dari sentralistik otoriter menjadi desentralistik demokratis. Perubahan politik Nasional ke
arah demokratisasi membawa dampak terhadap lahirnya Provinsi Papua Barat sesuai dengan usulan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Irian Jaya dengan Surat Keputusan Nomor 10 Tahun
1999 tentang pemekaran Provinsi Irian Jaya menjadi tiga provinsi. Sehingga lahirnya Undang-Undang
Nomor 45 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat, Provinsi Irian Jaya Tengah,
Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong, namun penjabaran dari
regulasi tersebut mengalami kevakuman dalam kurun waktu 1999-2002 yang diakibatkan oleh kondisi
politik lokal di tanah Papua yang tidak kondusif bagi penyelenggaran pemerintahan di Provinsi Irian Jaya
Barat.
Upaya untuk menindak lanjuti eksistensi Provinsi Irian Jaya Barat menjadi kebutuhan dan tuntutan yang
semakin mengkristal di kalangan masyarakat, atas permintaan masyarakat Irian Jaya Barat yang diwakili
Tim 315 mendorong untuk mengaktifkan kembali lahirnya Pemerintah Provinsi Irian Jaya Barat
berdasarkan Inpres Nomor I Tahun 2003. Sejak saat itu, Provinsi Irian Jaya Barat perlahan membentuk
dirinya menjadi provinsi definitif. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007, nama
Provinsi Irian Jaya Barat diganti menjadi Provinsi Papua Barat, dimana terbentuknya Provinsi Papua
Barat tersebut, maka secara otomatis terjadi perubahan struktur dan pola ruang untuk Wilayah tanah
Papua yang terbagi menjadi dua Provinsi.
Papua Barat memiliki potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang mampu mendukung proses pembangunan
daerah, namun disisi lain masih didapati berbagai kelemahan terkait dengan sumber dana pembangunan
yang terbatas, Sumber Daya Manusia (SDM) yang rendah, kondisi geografis yang masih tertutup, kultur
dan perilaku budaya yang kurang sesuai dengan tuntutan pembangunan daerah, sehingga hal ini belum
memberikan dampak yang optimal terhadap upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Mencermati kondisi aktual daerah diatas yang disignifikasikan dengan pemberlakuan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang memberikan kewenangan kepada daerah
untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, baik urusan wajib maupun urusan pilihan dalam rangka
desentralisasi. Peluang lain yang diberikan kepada daerah adalah Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001
tentang Otonomi Khusus Papua, Undang-Undang Nomor 35 tahun 2008 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 21 Tahun 2001 untuk Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat, dalam upaya percepatan
pembangunan, serta fakta kinerja pembangunan daerah yang kurang memberikan perubahan dalam

-6-

struktur kehidupan masyarakat, hal ini besar dipengaruhi oleh kapasitas perencanaan pembangunan
daerah. Oleh sebab itu dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), yang mengamanatkan Pemerintah, Pemerintah Daerah
untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) 5 tahun, Rencana Kerja Pemerintah/Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKP/RKPD)
dan Rencana Kerja K/L/SKPD, serta Rencana Strategi K/L/SKPD. Terkait dengan Rencana Jangka Panjang
Daerah Papua Barat untuk perioKampungsi 2012-2025 yang diharapkan akan menjadi arah dan petunjuk
bagi pemerintah, masyarakat dan stakeholder lainnya dalam proses pembangunan. RPJPD dalam
penjabarannya berisikan visi, misi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang dibagi dalam empat
tahapan dalam 20 tahun kedepan.

1.2

DASAR HUKUM PENYUSUNAN

Landasan idiil RPJPD Provinsi Papua Barat adalah Pancasila dan landasan konstitusional Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Landasan operasionalnya meliputi seluruh ketentuan
peraturan perUndang-Undangan yang berkaitan langsung dengan pembangunan daerah, yaitu:
1.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025;

2.

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi Undang-Undang;
3.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencananaan Pembangunan Nasional


(SPPN);

4.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004, tentang Rencana Kerja
Pemerintah;

5.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan perUndang-Undangan;

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang;

7.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua; yang bagi
Provinsi Papua Barat diatur oleh Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001;

8.

Undang-Undang Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pembentukan Provinsi Irian Jaya Barat, Provinsi
Irian Jaya Tengah, Kabupaten Mimika, Kabupaten Paniai, Kabupaten Puncak Jaya, dan Kota Sorong ,
yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2007;

-7-

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian,
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

1.3

HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN RPJPD DENGAN DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN


DAERAH LAINNYA
1. Hubungan RPJPD Provinsi Papua Barat dengan RPJPN
Menyadari bahwa rencana pembangunan memiliki nilai strategis dalam sistem perencanaan
pembangunan nasional, pembangunan daerah dan pembangunan sektoral dengan tetap
mengedepankan pendekatan sistemik dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan. Oleh
sebab itu visi, misi dan arah kebijakan pembangunan yang diamanatkan dalam RPJPN merupakan
acuan dalam proses penyusunan RPJPD.
2. Hubungan RPJPD Provinsi Papua Barat dengan RTRWP/K/T
Kegiatan pembangunan yang akan diselenggarakan oleh pemerintah, masyarakat dan pemangku
kepentingan/stakeholder lainnya di Provinsi Papua Barat membutuhkan daya dukung lahan yang
efisien, efektif, produktif dan lestari. RPJPD berpedoman Struktur, Pola dan Arahan Kebijakan
Pemanfaatan Ruang dalam RTRW Provinsi

merupakan arahan lokasi

dan kebijakan

pemanfaatan ruang yang mengakomodir arahan, tahapan, prioritas pembangunan Provinsi Papua
Barat yang termuat dalam RPJPD Provinsi Papua Barat. Hal ini untuk menjamin agar arah
kebijakan dan sasaran pokok dalam RPJPD Provinsi Papua Barat selaras dengan atau tidak
menyimpang dari arah kebijakan RTRW Provinsi Papua Barat.
3. Hubungan RPJPD Provinsi Papua Barat dengan RPJPD Kabupaten/Kota
Visi, Misi dan Kebijakan jangka panjang daerah Provinsi Papua Barat menjadi acuan bagi Visi,
Misi dan Kebijakan jangka panjang daerah seluruh kabupaten Provinsi Papua Barat.
4. Hubungan RPJPD Provinsi Papua Barat dengan RPJMD Provinsi
Kebijakan dan program

jangka

menengah

daerah

Kabupaten/Kota

dalam RPJMD

Kabupaten/Kota mengacu kepada kebijakan jangka panjang daerah dan tahapan pembangunan
sebagaimana termuat dalam RPJPD Provinsi Papua Barat.

-8-

Gambar 1-1

1.4

Hubungan RPJPD Dengan Dokumen Lainnya

SISTEMATIKA PENYAJIAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2025 disusun dalam
tata urut sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Berisi hal-hal yang mendasari penyusunan RPJPD Provinsi Papua Barat, meliputi pengantar,
pengertian, maksud dan tujuan, landasan hukum, dan sistematika penyajian.

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI UMUM


Berisi pemaparan mengenai kondisi eksisting, tantangan, dan modal dasar yang dimiliki Provinsi
Papua Barat untuk menyelenggarakan pembangunan.

-9-

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS


Berisi tentang permasalahan pembangunan yang sedang dihadapi serta isu-isu strategis saat ini
yang sedang dihadapi di Provinsi Papua Barat.
BAB IV VISI DAN MISI PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA BARAT
Berisi pemaparan mengenai visi dan misi pembangunan Provinsi Papua Barat berdasarkan
RPJPN dan kondisi umum yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya.
BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PROVINSI PAPUA BARAT
Berisi arahan pembangunan serta tahapan dan skala prioritas yang diarahkan untuk empat
periode RPJMD.
BAB VI KAIDAH PELAKSANAAN
Berisi tentang pedoman transisi, kaidah pelaksanaan, dan strategi implementasi RPJP Provinsi
Papua Barat.

Berisi narasi penutup dan kesimpulan umum singkat dari paparan RPJPD Provinsi Papua Barat
Tahun 2012-2025.

1.5

MAKSUD DAN TUJUAN

1.5.1

Maksud

RPJPD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2025 ditetapkan dengan maksud memberikan arah sekaligus
menjadi acuan bagi seluruh komponen pembangunan (pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha) di
dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan pembangunan nasional dan Otonomi Khusus Papua sesuai
dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang
dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan
yang lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak.

1.5.2

Tujuan

Berdasarkan Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tujuan penyusunan sistem
perencanaan adalah:
a.

mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;

b.

menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antara daerah, antara ruang, antara
waktu, dan antara fungsi pemerintah;

- 10 -

c.

menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan


pengawasan;

d.

mengotimalkan partisipasi masyarakat; dan,

e.

menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan


berkelanjutan

RPJPD Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2025 disusun dengan tujuan sebagai berikut:
a.

memberikan acuan bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Papua Barat demi terjaminnya keterkaitan dan konsistensi perencanaan pembangunan
jangka panjang, menengah, dan pendek (dalam bentuk rencana kerja) dalam pemilihan program
yang sesuai dengan kebutuhan daerah;

b.

menciptakan integrasi, sinkronisasi, dan sinergi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi
Papua Barat, pemerintah setiap Kabupaten/Kota, sampai pada pemerintah di tingkatan
administratif yang paling rendah dalam variabel ruang, waktu, dan fungsi;

c.

mengoptimalkan partisipasi stakeholders dan masyarakat Provinsi Papua Barat dari mulai
proses penyusunan rencana dan anggaran melalui forum musrenbang, proses pelaksanaan, dan
proses pengawasan sehingga mereka memiliki sense of belonging (rasa memiliki) untuk bersamasama membangun dan mewujudkan visi Provinsi Papua Barat;

d.

memberikan koridor bagi seluruh komponen daerah (Pemerintah Daerah, masyarakat, swasta,
dan pemerhati) Provinsi Papua Barat dalam melaksanakan pembangunan sesuai dengan visi,
misi dan arah kebijakan yang disepakati bersama; dan,

e.

mengoptimalkan pengaturan sumberdaya agar dapat dimanfaatkan secara efisien, efektif,


berkeadilan, dan berkelanjutan.

- 11 -

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1

ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI

2.1.1

Karakteristik Lokasi dan Wilayah

1.

Luas dan Batas Wilayah Administrasi


Luas wilayah Provinsi Papua Barat mencapai 97.024,37Km (berdasarkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 2008) habis dibagi menjadi 10 kabupaten dan 1 kota, yang terdiri
atas 154 Distrik dan 1.421 Kampung.

Tabel 2-1 Daerah Administratif Provinsi Papua Barat menurut Kabupaten/Kota Tahun 2010
Kabupaten/Kota

Ibukota

Jumlah
Distrik

Jumlah
Kampung

Jumlah
Kelurahan

Kabupaten Fakfak

Fakfak

120

Kabupaten Kaimana

Kaimana

84

Kabupaten Teluk Wondama

Raisei

13

75

Kabupaten Teluk Bintuni

Bintuni

24

115

Kabupaten Manokwari

Manokwari

29

412

Kabupaten Sorong Selatan

Teminabuan

13

117

Kabupaten Sorong

Aimas

19

128

15

Kabupaten Raja Ampat

Waisai

24

117

Kota Sorong

Sorong

31

Kabupaten Tambrauw

Sausapor

53

Kabupaten Maybrat

Kumurkek

11

128

154

1.421

72

Total
Sumber: Provinsi Papua Barat Dalam Angka 2011

Sedangkan untuk batas wilayah secara administratif adalah sebagai berikut:

2.

Sebelah Utara

: Samudera Pasifik

Sebelah Selatan

: Laut Banda dan Provinsi Maluku

Sebelah Barat

: Laut Seram dan Provinsi Maluku

Sebelah Timur

: Provinsi Papua

Letak dan Kondisi Geografis


a.

Provinsi Papua Barat secara astronomis terletak pada 124-132 Bujur Timur dan 0-4
Lintang Selatan, tepat berada di bawah garis khatulistiwa dengan ketinggian 0-100
meter dari permukaan laut.

- 12 -

b.

Wilayah Provinsi Papua Barat terdiri dari 7,95% merupakan puncak gunung, 18,73%
berada di lembah. Wilayah lain lebih dari separuhnya berada di daerah hamparan.
Seluruh wilayah Kabupaten/Kota di Papua Barat berbatasan dengan laut, namun hanya
37,04% Kampung yang berada di daerah pesisir. Wilayah Kampung lainnya tidak
berbatasan dengan laut (bukan pesisir), yaitu sebesar 62,96%

Gambar 2-1

Persentase Kampung/Kelurahan Berdasarkan Karakteristik Wilayah Tahun 2011

Sumber: Sensus Potensi Kampung (Podes), 2011 (angka sementara)

3. Topografi
a.

Kondisi topografi Provinsi Papua Barat sangat bervariasi membentang mulai dari
dataran rendah, rawa sampai dataran tinggi, dengan tipe tutupan lahan berupa hutan
hujan tropis, padang rumput dan padang alang-alang. Ketinggian wilayah di Provinsi
Papua Barat bervariasi dari 0 s.d > 1000 m. Kondisi topografi antar wilayah di Provinsi
Papua Barat cukup bervariasi. Kondisi ini merupakan salah satu elemen yang menjadi
barrier transportasi antar wilayah, terutama transportasi darat, serta dasar bagi
kebijakan pemanfaatan lahan.

b.

Sebagian besar wilayah Provinsi Papua Barat memiliki kelas lereng > 40% dengan
bentuk wilayah berupa perbukitan. Kondisi tersebut menjadi kendala utama bagi
pemanfaatan lahan baik untuk pengembangan sarana dan prasarana fisik, sistem
transportasi darat maupun bagi pengembangan budidaya pertanian terutama untuk
tanaman pangan. Sehingga, dominasi pemanfaatan lahan diarahkan pada hutan
konservasi disamping untuk mencegah terjadinya bahaya erosi dan longsor.

- 13 -

4. Geologi
a.

Secara geofisik, evolusi tektonik Wilayah Papua Barat (bersama Papua) merupakan
produk dari pertumbukan benua yang dihasilkan dari tubrukan Lempeng Samudera
Pasifik dan Lempeng Australia. Kondisi inilah yang menyebabkan wilayah ini rentan
terhadap gempa bumi, karena berada dalam lintasan sesar besar. Informasi yang
dipetakan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika menunjukkan bahwa Papua Barat
merupakan kawasan yang aktif mengalami gempa bumi yang potensial menimbulkan
tsunami.

b.

Karakteristik bencana yang ada di Provinsi Papua Barat yaitu gempa dan tsunami.
Kawasan rawan bencana alam ini meliputi kawasan rawan gempa dan tsunami yang
terletak di daerah pesisir maupun daratan di Provinsi Papua. Umumnya daerah patahan
aktif Sesar Sorong merupakan zona yang sangat rawan gempa bumi.

Wilayah

Manokwari merupakan daerah yang rawan gempa. Akan tetapi, secara umum wilayah
Papua Barat rawan terhadap gempa bumi.
5. Hidrologi
a.

Provinsi Papua Barat terdapat beberapa sungai yang membentuk beberapa Daerah
Aliran Sungai (DAS). Sebagian besar Daerah Aliran Sungai yang terbentuk adalah pada
kabupaten-kabupaten di Wilayah Pengembangan Sorong. Sungai-sungai yang termasuk
dalam kategoti terpanjang adalah Sungai Kamundan (425 km), Sungai Beraur (360 km),
dan Sungai Warsamsan (320 km), sedangkan sungai-sungai yang termasuk kategori
terlebar adalah Sungai Kaibus (80-2700 m), Sungai Minika (40-2200 m), Sungai Karabra
(40-1300 m), Sungai Seramuk (45-1250 m), dan Sungai Kamundan (140-1200 m).
Sungai-sungai ini sebagian besar terletak di kabupaten-kabupaten di Wilayah
Pengembangan Sorong. Berdasarkan pada tabel di atas, beberapa sungai yang memiliki
kecepatan arus paling deras antara lain adalah Sungai Seramuk (3,06 km/jam), Sungai
Kaibus (3,06 km/jam), Sungai Beraur (2,95 km/jam), Sungai Aifat (2,88 km/jam), dan
Sungai Karabra (2,88 km/jam). Sungai-sungai tersebut terletak pada Wilayah
Pengembangan Sorong.

Tabel 2-2Pembagian Satuan Wilayah Sungai di Provinsi Papua Barat


Wilayah Sungai

Nama Das

Teluk Bintuni

Kabupaten

B-50 Kamundan-Sebyar

Wasian

4.851,000

Teluk Bintuni

B-50 Kamundan-Sebyar

Sebyar

12.981,400

Manokwari

B-50 Kamundan-Sebyar

Kasi

Manokwari

B-50 Kamundan-Sebyar

Mangopi

1.917,200

Manokwari

B-50 Kamundan-Sebyar

Prafi

1.169,300

Manokwari

B-50 Kamundan-Sebyar

Maruni

193,320

Manokwari

B-50 Kamundan-Sebyar

Masabui

111,110

- 14 -

Luas (Km2)

693,200

Kabupaten

Wilayah Sungai

Nama Das

Luas (Km2)

Manokwari

B-50 Kamundan-Sebyar

Ransiki

584,300

Teluk Wondama

B-50 Kamundan-Sebyar

Windesi

23,560

Teluk Wondama

B-50 Kamundan-Sebyar

Wosimi

617,400

Teluk Wondama

B-50 Kamundan-Sebyar

Wondiwoi

172,820

Teluk Wondama

B-50 Kamundan-Sebyar

Woworama

279,700

Kaimana, Nabire

A2-27 Omba

Omba

Kaimana

A2-27 Omba

Laenatum

379,500

Kaimana

A2-27 Omba

Lengguru

1.870,000

Kaimana

A2-27 Omba

Berari

1.029,900

Kaimana, Fak Fak

A2-27 Omba

Madefa

4.605,570

Fak Fak, Fak Fak

A2-27 Omba

Karufa

477,400

Fak Fak

A2-27 Omba

Bedidi

1.355,600

Fak Fak

A2-27 Omba

Fak Fak

88,760

Fak Fak, T. Bintuni

8.610,200

A2-27 Omba

Bomberai

2.033,300

Sorong Selatan, Manokwari

B-50 Kamundan-Sebyar

Wariagar

6.720,000

Manokwari, Sorong Selatan

B-50 Kamundan-Sebyar

Kamundan

9.732,250

Sorong Selatan

B-50 Kamundan-Sebyar

Kais

4.232,740

Sorong Selatan

B-50 Kamundan-Sebyar

Sekak

830,700

Sorong Selatan

B-50 Kamundan-Sebyar

Waromga

810,430

Sorong Selatan, Sorong

B-50 Kamundan-Sebyar

Seremuk

884,600

Sorong Selatan, Sorong

B-50 Kamundan-Sebyar

Karabra

5.989,230

Sorong Selatan, Sorong

B-50 Kamundan-Sebyar

Kladuk

3.131,150

Sorong

B-50 Kamundan-Sebyar

Klasegun

848,510

Raja Ampat

B-50 Kamundan-Sebyar

Misol

848,160

Sorong

B-50 Kamundan-Sebyar

Salawati

368,910

Sorong

B-50 Kamundan-Sebyar

Samate

82,000

Sorong

B-50 Kamundan-Sebyar

Batanta

69,490

Raja Ampat

B-50 Kamundan-Sebyar

Waigeo

598,160

Sorong

B-50 Kamundan-Sebyar

Remu

46,440

Sorong

B-50 Kamundan-Sebyar

Warsamson

2.437,131

Sorong

B-50 Kamundan-Sebyar

Mega

1.048,340

MANOKWARI

B-50 KAMUNDAN-SEBYAR

MAON

682,300

Manokwari

B-50 Kamundan-Sebyar

Wesauni

626,933

T. Bintuni

B-50 Kamundan-Sebyar

Kasuari

1.971,850

T. Bintuni

B-50 Kamundan-Sebyar

Wagura

1.799,100

T. Wondama

B-50 Kamundan-Sebyar

Arumasa

2.497,000

T. Bintuni, Manokwari

B-50 Kamundan-Sebyar

Muturi

5.381,300

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005

b.

Wilayah Provinsi Papua Barat dilewati beberapa sungai yang tersebar di beberapa
wilayah Kabupaten/Kota. Dari sungai besar di Papua Barat sebagian besar mengalir di
wilayah pengembangan Sorong. Sungai-sungai tersebut menjadi sebuah sistem daerah
aliran sungai yang mengalir sepanjang tahun.

- 15 -

Tabel 2-3Debit Sungai Dirinci Menurut DPS di Provinsi Papua Barat


No

No. DPS

NAMA DPS

SWS

Catchment
Area (Km2)

Qn (m3/s)

Kabupaten

17

Omba

B - 49

8,610.200

316.919

Kaimana, Nabire

18

Laenatum

B - 49

379.500

29.086

Kaimana

19

Lengguru

B - 49

1,870.000

141.454

Kaimana

20

Berari

B - 49

1,029.900

96.869

Kaimana

21

Madefa

B - 50

4,605.570

374.730

Kaimana, Fak Fak

22

Karufa

B - 49

477.400

38.903

Kaimana, Fak Fak

23

Bedidi

B - 49

1,355.600

107.968

Fak Fak

24

Fak Fak

B - 49

88.760

11.747

Fak Fak

25

Bomberai

B - 49

2,033.300

146.870

Fak Fak, T. Bintuni

10

26

Kasuari

B - 50

1,971.850

142.232

T. Bintuni

11

27

Wagura

B - 50

1,799.100

165.546

T. Bintuni

12

28

Arumasa

B - 50

2,497.000

127.979

T,Wondama

13

29

Muturi

B - 50

5,381.300

476.337

T. Bintuni, Manokwari

14

30

Wasian

B - 50

4,851.000

364.562

T. Bintuni, Manokwari

15

31

Sebyar

B - 50

12,981.400

825.032

T. Bintuni, Manokwari

16

32

Wariagar

B - 50

6,720.000

432.319

Sorong Selatan, Manokwari

17

33

Kamundan

B - 50

9,732.250

796.177

Manokwari, Sorong Selatan

18

34

Kais

B - 50

4,232.740

221.554

Sorong Selatan

19

35

Sekak

B - 50

830.700

46.634

Sorong Selatan

20

36

Waromga

B - 50

810.430

50.282

Sorong Selatan

21

37

Seremuk

B - 50

884.600

58.182

Sorong Selatan, Sorong

22

38

Karabra

B - 50

5,989.230

302.739

Sorong Selatan, Sorong

23

38 a

Kladuk

B - 50

3,131.150

195.716

Sorong

24

39

Klasegun

B - 50

848.510

58.497

Sorong

25

40

Misol

B - 50

848.160

53.437

Raja Ampat

26

41

Salawati

B - 50

368.910

27.064

Sorong

27

42

Samate

B - 50

82.000

6.183

Sorong

28

43

Batanta

B - 50

69.490

5.338

Sorong

29

44

Waigeo

B - 50

216.500

13.309

Raja Ampat

30

45

Remu

B - 50

46.440

4.721

Sorong

31

46

Warsamson

B - 50

2,437.131

147.467

Sorong

32

47

Mega

B - 50

1,048.340

120.947

Sorong

33

48

Koor

B - 50

1,202.800

140.594

Sorong

34

49

Maon

B - 50

682.300

104.163

Manokwari

35

50

Wesauni

B - 50

626.933

108.648

Manokwari

36

51

Kasi

B - 50

0.000

128.883

Manokwari

37

52

Mangopi

B - 50

1,917.200

222.960

Manokwari

38

53

Prafi

B - 50

1,169.300

161.814

Manokwari

39

54

Maruni

B - 50

193.320

25.129

Manokwari

40

55

Masawui

B - 50

111.110

18.958

Manokwari

41

56

Ransiki

B - 50

584.300

76.153

Manokwari

- 16 -

No

No. DPS

NAMA DPS

SWS

Catchment
Area (Km2)

Qn (m3/s)

Kabupaten

42

57

Windesi

B - 50

23.560

3.574

T,Wondama

43

58

Wosimi

B - 50

617.400

45.854

T,Wondama

44

59

Wondiwoi

B - 50

172.820

18.816

T,Wondama

45

60

Woworama

B - 50

279.700

30.974

T,Wondama

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumberdaya Air, Jayapura 2005.

Tabel 2-4 Luas dan Penyebaran Danau di Provinsi Papua Barat


No

Nama Danau

Luas (Ha)

Kabupaten

01

Aiwasa

10,240

Kaimana

02

Laamora

16,740

Kaimana

03

Urema

12,600

Kaimana

04

Mbula

6,024

Kaimana

05

Kamakawalor

23,340

Kaimana

06

Berari

6,916

Kaimana

07

Makiri

7,527

Tel. Bintuni

08

Tanemot

17,640

Tel. Bintuni

09

Anggi Gigi

21,370

Manokwari

10

Anggi Gita

22,830

Manokwari

11

Ayamaru

10,850

Sorong Sel.

12

Hain

4,596

Sorong Sel.

Sumber: Dinas PU (2003). Studi Aplikasi SWS di Tanah Papua

6. Klimatologi
a.

Provinsi Papua Barat memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Pada bulan Juni sampai dengan September arus angin berasal dari Australia dan tidak
banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya pada
bulan Desember sampai dengan Maret arus angin banyak mengandung uap air yang
berasal dari Asia dan Samudera Pasifik sehingga terjadi musim penghujan.

b.

Berdasarkan jumlah curah hujannya wilayah Papua Barat memiliki tiga kelas curah
hujan, yaitu :
-

kelas I dengan curah hujan antara 0 s.d. 1000 mm/tahun;

kelas II dengan curah hujan antara 1000 s.d. 2000 mm/tahun;

kelas III dengan curah hujan antara 2000 s.d. 3000 mm/tahun;

kelas IV dengan curah hujan antara 3000 s.d. 4000 mm/tahun;

kelas V dengan curah hujan antara 4000 s.d. 5000 mm/tahun.

- 17 -

Hampir seluruh wilayah Papua Barat memiliki kelas curah hujan tipe III pola C, dengan
curah hujan sekitar 2000 s.d. 3000 mm/tahun.
Tabel 2-5 Keadaan Iklim menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua Barat Tahun 2010
Uraian

Minimum

Maksimum

26,60
(Fakfak)

27,30
(Kab. Sorong)

83,00
(Kaimana)

85,60
(Fakfak)

993,35
(Fakfak)

1.006,80
(Kab. Sorong)

Curah Hujan

1.581,0
(Manokwari)

4.306,0
(Kab. Sorong)

Hari Hujan

219
(Manokwari)

286
(Kab. Sorong)

25,33
(Kaimana)

135,74
(Fakfak)

Suhu Udara Rata-rata


Rata-rata Kelembaban Udara
Tekanan Udara Rata-rata

Rata-rata Penyinaran Matahari


Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011
7. Penggunaan Lahan

Pencatatan data mengenai penggunaan lahan di Papua Barat masih sangat terbatas. Data
mengenai lahan antara satu dan yang lainnya kerap menunjukkan perbedaan. Faktor kondisi fisik
Provinsi Papua Barat yang berbukit dengan banyak pulau menyebabkan pencatatan penggunaan
lahan relatif lebih sulit dilakukan. Berikut ini adalah data penggunaan lahan di Provinsi Papua
Barat yang dibedakan ke dalam beberapa kategori penggunaan lahan secara umum.

- 18 -

Tabel 2-6Penggunaan Lahan di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota dan Jenis
Penggunaan Tahun 2010 (Ha)
Kampung/
Perumahan
Fak-Fak

Sawah

Tegalan

Kebun
Campur

Kebun

Hutan

Tanah
Rusak

Semak

Lainlain

1.754,73

424,27

4.426,73

5.395,91

173.280,12

37.489,11

19.636,95

169,64

9.642,64

4.303,06

1.844.082,43

23.600,67

115.430,82

Manokwari

11.466,2

3.974,47

5.905,59

12.838,57

15.999,48

1.292.134,84

141.863,38

47.794,83

Sorong Selatan

3.907,35

90,52

29.372, 48

1.015.973,59

55.831,44

82.428,59

29.533,54

132,48

994,87

699.981,84

26.343,14

29.602,61

Kota Sorong

Tambrauw

Maybrat

66.289,77

3.974,47

6.712,50

26.889,76

55.955,79

6.590.452,82

285.127,74

359

Kaimana
Teluk
Wondama
Teluk Bintuni

Sorong
Raja Ampat

Papua Barat

84.731,3

Sumber: Papua Barat Dalam Angka Tahun 2011

2.1.2

Potensi Pengembangan Wilayah

Sektor unggulan yang ada di Papua Barat adalah pertanian subsektor perikanan dan kehutanan,
pertambangan migas, dan bangunan. Untuk sektor pertanian dapat dikembangkan pada daerah datar
dengan kondisi keairan yang baik pada daerah tengah Kepala Burung. Untuk lebih detail mengenai
potensi pengembangan wilayah Papua Barat adalah sebagai berikut;
1.

Pertanian
a.

Sektor pertanian sampai dengan tahun 2008 selalu memberikan kontribusi utama dalam
perekonomian Papua Barat. Persentase penduduk yang bekerja sebagai petani pun
sampai saat ini selalu memiliki persentase tertinggi. Sejak tahun 2009, sektor pertanian
menjadi kontributor terbesar kedua dalam PDRB Papua Barat,di Tahun 2010
kontribusinya sebesar 20,71% dan persentase penduduk yang bekerja di sektor
pertanian mencapai 54,04%. (Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat, 2011).

b.

Produksi dan luas panen tanaman jagung tahun 2010 kembali mengalami peningkatan.
Luas panen meningkat dari 965 ha di tahun 2009 menjadi 1.162 ha di tahun 2010.
Sedangkan produksinya kembali meningkat dari 1.584 ton di tahun 2009 menjadi 1.930
ton di tahun 2010. Peningkatan luas panen dan produksi jagung turut mendongkrak
produktivitas jagung, pada tahun 2010 produktivitasnya meningkat tipis menjadi 16,61
kwintal/ha dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 16,41 kwintal/ha.

- 19 -

c.

Komoditas unggulan di subsektor perkebunan diantaranya adalah pala, kelapa sawit,


dan kakao. Perkebunan kelapa sawit berada di kabupaten Manokwari, sedangkan
perkebunan pala terutama di kabupaten Fakfak dan kabupaten Kaimana.
i. Produksi pala tahun 2010 mencapai 1.921 ton dengan luas areal perkebunan
seluas 5.492 ha.
ii. Produksi kelapa sawit mencapai 17.116 ton dengan luas areal perkebunan
seluas 15.937 ha.
iii. Produksi kakao mencapai 5.152 ton dengan areal seluas 11.154 ha.

d.

Dari sisi peternakan, peningkatan yang paling signifikan adalah pada peternakan babi.
Ternak babi meningkat dari 43.678 ekor di tahun 2008 menjadi 53.706 ekor di tahun
2009. Jumlah tersebut kembali meningkat di tahun 2010 menjadi 63.138 ekor. Tingginya
peningkatan jumlah ternak babi diduga terjadi karena tingginya permintaan konsumsi
daging babi. Sedangkan pada ternak sapi dan kambing, peningkatannya tidak setinggi
pada ternak babi.

e.

Nilai produksi perikanan tahun 2010 mencapai 116.593,30 ton. Tiga kabupaten/kota
dengan produksi tertinggi adalah Kota Sorong, kabupaten Fakfak, dan kabupaten
Manokwari, dengan nilai produksi berturut-turut adalah 36.786,4 ton; 24.571,2 ton; dan
11.987,2 ton. Beberapa komoditi ekonomis penting perikanan yang merupakan
sumberdaya perikanan dari perairan 4 (empat) wilayah pengembangan seperti (kakap,
kerapu dan napoleon) memiliki peluang ekspor yang besar dengan permintaan yang
tinggi di pasaran luar negeri.

f.

Sumber daya kehutanan masih sangat potensial untuk lebih mengembangkan nilai
tambah dari produksi hasil hutan.

2.

Pertambangan dan Energi


a.

Papua Barat adalah salah satu provinsi yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA).
Banyak potensi SDA berupa bahan tambang di Papua Barat yang masih belum
tereksplorasi maupun yang telah dieksploitasi untuk dimanfaatkan untuk kepentingan
rakyat. Dua tambang besar yang dimiliki Papua Barat adalah tambang minyak di
kabupaten Sorong dan tambang Liquid Natural Gas (LNG) di kabupaten Teluk Bintuni.
Bahkan tambang LNG ini diperkirakan memiliki kandungan gas alam cair yang besar dan
termasuk tiga produsen LNG terbesar di Indonesia.

b.

Besarnya PDRB atas dasar harga berlaku sektor pertambangan dan penggalian Papua
Barat tahun 2010 mencapai 2.302,78 miliar rupiah. Nilai tersebut setara dengan 10,22%
dari total PDRB Papua Barat yang mencapai 22.527,36 miliar rupiah. Kontribusi sektor
ini adalah yang terbesar ketiga di Papua Barat setelah sektor industri pengolahan
(35,45%) dan sektor pertanian (20,71%).

- 20 -

c.

Cadangan bahan tambang baik mineral non logam maupun non logam masih tinggi.
Potensi pertambangan yang dieksplorasi dan dieksploitasi di Papua Barat adalah
pertambangan nikel di pulau-pulau sekitar Kepala Burung seperti Waigeo. Potensi
batugamping dapat dijumpai di sekitar Pegunungan Kemum.

d.

Khusus untuk potensi minyak dan gas di daerah Papua Barat ada pada Cekungan
Bintuni, Cekungan Salawati, dan Cekungan Waiponga.

3.

Industri Pengolahan
a.

Kontribusi sektor industri pengolahan dalam perekonomian Papua Barat memiliki


prospek yang sangat baik. sektor ini terus mengalami peningkatan share terhadap total
PDRB. Di tahun 2010 kontribusinya meningkat sangat signifikan menjadi 35,45%.
Kontribusi sektor industri pengolahan menempati posisi pertama dalam PDRB Papua
Barat sejak tahun 2009.

b.

Pada tahun 2010 sektor ini tumbuh mencapai 149,52% dibandingkan tahun 2009 dipicu
oleh mulai beroperasinya industri LNG di Kabupaten Teluk Bintuni.

c.

Tahun 2009, ada 21 perusahaan industri besar-sedang. Jenis industri terbanyak yaitu
industri makanan dan minuman sebesar 47,62%. Industri terbanyak kedua adalah
industri kayu (selain mebeller) yaitu sebesar 19,05%. Industri lainnya adalah industri
penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekam; industri barang-barang dari
batubara, pengilangan dan pengolahan minyak bumi; industri barang galian bukan
logam; dan industri alat angkutan selain kendaraan bermotor roda empat atau lebih
dengan persentase kurang dari 35%.

d.

Menurut

sebarannya,

industri

besar-sedang

hanya

terdapat

di

4(empat)Kabupaten/Kota, yaitu Kabupaten Teluk Bintuni (5,92%), Manokwari


(19,05%), Sorong (14,29%), dan Kota Sorong (57,14%).
e.

Menurut kepemilikanya, sebesar 9,52% adalah milik pemerintah pusat; 4,76% milik
pemerintah daerah; 61,90% milik swasta nasional dan asing; serta 4,76% adalah milik
pemerintah pusat dan asing.

4.

Konstruksi
PDRB sektor konstruksi Papua Barat tahun 2009 mencapai 648,21% miliar Rupiah. Share sektor
ini terus mengalami peningkatan beberapa tahun ini. Kontribusinya sebesar 8,00% di tahun
2009. Walaupun bukan sebagai kontributor utama dalam PDRB Papua Barat namun
pertumbuhannya berada pada peringkat kedua setelah sektor pengangkutan dan komunikasi.
Sektor bangunan/konstruksi mampu menyerap banyak tenaga kerja (memiliki nilai pengganda
tinggi).

- 21 -

5.

Hotel dan Pariwisata


a.

Subsektor hotel dan pariwisata cukup menjanjikan meskipun kontribusinya hanya


sekitar 0,19% dari total PDRB Papua Barat. Pertumbuhan subsektor ini cukup pesat.
Pada tahun 2010 jumlah hotel menjadi 80 unit, yang terdiri dari 10 hotel Bintang dan 70
hotel Melati. Hotel Berbintang hanya tersebar di kabupaten Fakfak, Manokwari, dan Kota
Sorong.

b.

Jumlah objek wisata di Papua Barat tahun 2010 sebanyak 79 objek. Objek wisata
tersebut terdiri dari 20 objek wisata alam, 8 objek wisata tirta/bahari, 32 objek wisata
budaya, dan 19 objek wisata agro. Objek wisata yang telah mendunia saat ini adalah
objek wisata bawah laut di Kepulauan Raja Ampat.

c.

Papua Barat terkenal dengan panorama keindahan alam yang eksotis. Sebagian besar
panorama alam tersebut bahkan masih sangat alami dan belum terjamah komersialisasi
pariwisata. Sebagian besar objek wisata belum terekspos sehingga belum banyak dikenal
khalayak umum. Salah satu objek wisata yang mulai popular adalah wisata bawah laut
Kepulauan Raja Ampat. Kurang lebih ada 610 pulau. Hanya sekitar 35 pulau yang
berpenghuni. Perairan Raja Ampat merupakan salah satu dari 10 perairan terbaik untuk
diving site di seluruh dunia. Bahkan diperkirakan menjadi nomor satu untuk
kelengkapan dan keanekaragaman hayati flora dan fauna bawah laut saat ini.

d.

Wisata alam lain yang menjadi andalan Papua Barat adalah Taman Nasional Teluk
Cendrawasih (TNTC) yang terletak di Kabupaten Teluk Wondama. Panjang garis
pantainya 500 km dengan luas daratan mencapai 68.200 ha, luas laut 1.385.300 ha
dengan rincian 80.000 ha kawasan terumbu karang dan 12.400 ha lautan.

e.

Ekowisata di kepala burung pulau Papua terdapat Cagar AlamPegunungan Arfak di


Kabupaten Manokwari, dengan luas mencapai 68.325 ha dengan ketinggian mencapai
2.940 mdi atas permukaan laut. Terdapat juga Danau Anggi Giji dan Danau Anggi Gita
yang berada pada ketinggian 2000 mdi atas permukaan laut.

f.

Di Kabupaten Manokwari saja ditemukan sebuah gua yang diklaim sebagai goa terdalam
di dunia oleh Tim Ekspedisi Spekologi (ahli goa) Perancis yang terdapat di Kawasan
Pegunungan Lina di Iranmeba, distrik Didohu dengan kedalaman goa mencapai 2000
meter.

g.

Di Kabupaten Kaimana terdapat wisata pantai dan laut Teluk Triton disamping
keindahan panorama Senja di Kaimana yang melegenda.

- 22 -

6.

Transportasi dan Komunikasi


a.

Dalam perekonomian Provinsi Papua Barat Tahun 2010, sektor pengangkutan


(transportasi) dan komunikasi memang tidak memberikan kontribusi hanya 6,38%
dengan nilai agregat PDRB sebesar 1.437,07 miliar Rupiah atas dasar harga berlaku
(ADHB) atau 612,20 miliar Rupiah atas dasar harga konstan (ADHK).

b.

Pada tahun 2010, sektor transportasi dan komunikasi memiliki angka pertumbuhan
tertinggi kedua terhadap tahun 2009 dibandingkan dengan sektor tersier lainnya.

c.

Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang


diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan Pembangunan
Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan Infrastruktur Dasar.
Program tersebut rencananya akan membangun dan meningkatkan jalan Trans Papua
dan Trans Papua Barat.

d.

Sebagian besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan laut dan udara. Namun tren
pengguna fasilitas perhubungan laut cenderung menurun, sebaliknya jumlah pengguna
fasilitas perhubungan udara meningkat signifikan 2008-2010.

7.

Perbankan dan Investasi


a.

Dalam tiga tahun, fasilitas kredit perbankan yang disalurkan ke masyarakat baik rupiah
maupun valuta asing lebih banyak digunakan untuk investasi. Penggunaan kredit untuk
keperluan modal kerja/usaha justru lebih kecil digunakan dari penggunaan kredit untuk
keperluan konsumsi.

b.

Penggunaan kredit perbankan untuk investasi meningkat dari 40,58% di tahun


2007menjadi 57,60% di tahun 2010. Hal tersebut menyiratkan bahwa kesadaran
masyarakat untuk berinvestasi dalam perbankan semakin membaik. Sedangkan lebih
tingginya penggunaan kredit untuk konsumsi daripada untuk modal kerja menunjukkan
perilaku konsumtif masyarakat meskipun persentasenya berangsur-angsur menurun.

2.1.3

Wilayah Rawan Bencana

Secara geologi, Provinsi Papua Barat memiliki struktur yang cukup kompleks dengan kelurusan umum
kearah barat-timur (diapit dua lempeng tektonik, lempeng Australia dan lempeng Pasifik) yang
berpengaruh terhadap kerawanan terhadap gempa tektonik berpotensi diikuti oleh tsunami.Seluruh
wilayah kepala burung rawan gempa bumi. Dari data, daerah Tsunami di wilayah ini, tingginya mencapai
15 m, meliputi daerah Oransbari, Yapen, dan Nabire.

- 23 -

Sebagai gambaran, zona rawan gempa bumi berdasarkan tingkat kerawanannya dapat dilihat pada
Gambar 2-2.Untuk tingkat kerawanan bencana lainnya seperti banjir dan longsor di wilayah Papua Barat,
kondisi lingkungan yang rata-rata memiliki tekstur pegunungan yang terjal dan dataran rendah di bagian
tengah yang mengalir sungai-sungai secara intensif berpotensi tinggi memberikan kontribusi bencana
yang fluktuatif. Sebagai gambaran, zona rawan longsor berdasarkan tingkat kerawanannya dapat dilihat
pada Gambar 2-3.
Gambar 2-2 Zona Rawan Gempa Bumi Berdasarkan Tingkat Kerawanan
(Zona 1 paling rawan gempa, sedangkan Zona 6 paling aman dari gempa)

Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028

Gambar 2-3 Zona Rawan Longsor Papua Barat Berdasarkan Tingkat Kerawanan

Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat 2008-2028

Belum ada jalur resmi evakuasi bencana yang direncanakan, baik dalam skala regional maupun lokal.
Bencana alam besar yang terjadi pada Oktober 2010 di Kabupaten Teluk Wondama seharusnya menjadi
pemantik bagi pemerintah untuk segera membuat rencana jalur evakuasi bencana.

- 24 -

Alat pemadam kebakaran dinamis berupa mobil pemadam kebakaran dengan jumlah yang sangat
terbatas telah ada di setiap ibukota kabupaten kecuali di Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Maybrat.
Untuk alat pemadam kebakaran statis berupa hidran umum belum banyak terdapat di area publik atau
pusat permukiman penduduk, hanya terdapat di gedung-gedung tertentu saja misalnya gedung kantor
pemerintahan.
Perangkat posko bencana baru terdapat dengan jumlah yang terbatas di Kabupaten Manokwari,
selebihnya masih mengandalkan bantuan dari lembaga-lembaga pemerhati kebencanaan dan sifatnya
insidental. Perangkat peringatan dini belum dimiliki oleh wilayah-wilayah potensi bencana tsunami dan
gempa bumi. Perangkat evakuasi belum dimiliki selain mengandalkan kendaraan milik pemerintah, polisi,
dan tentara.

2.1.4
1.

Aspek Demografi
Sejak pertama kali dilaksanakan sensus penduduk pada Tahun 1971, Papua Barat mengalami
pertumbuhan penduduk dengan oika kurva mirip distribusi logistik.

2.

Data paling mutakhir jumlah penduduk Papua Barat diperoleh dari hasil sensus penduduk tahun
2010 adalah 760.422 jiwa, terdiri dari 402.398 laki-laki dan 358.024 perempuan. Jumlah
tersebut menjadikannya sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terkecil di Indonesia,
kontribusinya hanya sekitar 0,32% terhadap total penduduk nasional.

3.

Rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 3,71%. Laju pertumbuhan penduduk Papua
Barat adalah yang terbesar ke-empat di Indonesia setelah Provinsi Papua (5,39%), Provinsi
Kepulauan Riau (4,95%), dan Provinsi Kalimantan Timur (3,81%). Pertumbuhan penduduk yang
relatif tinggi ini juga dipengaruhi tingkatmigrasi masuk karena memiliki faktor penarik migran
akibat SDA dan prospek ekonominya. Laju pertumbuhan penduduk palimg tinggi di Kabupaten
Sorong (5,41% per tahun) dan terendah adalah Kabupaten Tambrauw (0,38% per tahun)

4.

Struktur penduduk Papua Barat dilihat dari piramida penduduk tergolong dalam struktur
penduduk muda. Struktur penduduk ini masih sangat dipengaruhi oleh tingginya fertilitas. Hal ini
terlihat pada alas piramida penduduk yang paling lebar pada kelompok umur 0-4 tahun. Dilihat
dari median umur pun semakin menguatkan bahwa komposisi penduduk muda begitu dominan.
Median umur penduduk Papua Barat adalah 18,60 tahun. Jumlah penduduk usia produktif
termasuk tinggi sehingga sumber daya manusia masih ada kesempatan untuk digali kembali.

- 25 -

Gambar 2-4

Piramida Penduduk Provinsi Papua Barat

Sumber: Hasil Sensus Penduduk 2010

5.

Sebaran penduduk Provinsi Papua Barat menurut kabupaten/kota masih dominan di dua daerah
yaitu di Kota Sorong (25,07%) dan Kabupaten Manokwari (24,69%). Hampir setengah dari total
penduduk Papua Barat tinggal di kedua daerah tersebut. Kota Sorong menjadi pintu gerbangnya
Papua Barat dari dunia luar karena terdapat bandar udara dan pelabuhan kapal besar sebagai
pintu masuk penumpang dan barang dari dan ke Papua Barat maupun kabupaten lainnya di
Papua Barat.

6.

Kabupaten Manokwari semakin padat ketika Papua Barat dimekarkan dari Provinsi Papua dan
Kabupaten Manokwari ditetapkan sebagai ibukota dan pusat pemerintahan Provinsi Papua
Barat. Sebagai pusat pemerintahan, Kabupaten Manokwari aktif membangun, mulai dari fasilitas
pemerintahan, akses transportasi, pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur lainnya.

7.

Jika dilihat dari kepadatan penduduknya, Papua Barat adalah provinsi dengan kepadatan
terendah di Indonesia. Kepadatan penduduknya hanya 8 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk
tertinggi di Papua Barat berada di Kota Sorong sebesar 290 jiwa/Km2 sementara kepadatan
penduduk terendah adalah Kabupaten Tambrauw yaitu 1 jiwa/Km2.

8.

Sex ratio Papua Barat adalah sebesar 112,39%, artinya diantara 100 orang penduduk
perempuan, 112 orang adalah laki-laki. Sex ratio Papua Barat adalah yang tertinggi kedua di
Indonesia setelah Provinsi Papua (113,44%).

9.

Dependency ratio atau rasio ketergantungan Papua Barat sebesar 55,72%, artinya dari 100 orang
usia produktif harus menanggung beban hidup sekitar 55-56 orang yang belum produktif dan
tidak produktif. Beban tanggungan perempuan lebih besar daripada laki-laki, terlihat dari
rasionya yaitu 54,21% untuk laki-laki dan 57,46% untuk perempuan.

- 26 -

Tabel 2-7Indikator Kependudukan Provinsi Papua Barat Tahun 2008-2010


Uraian

2008

2009

2010

729.962

743.860

760.422

1,95

1,90

2,23

Sex Ratio (%)

110,44

110,20

112,39

Jumlah Rumah Tangga (ruta)

169.439

169.945

168.080

4,31

4,38

4,52

0-14

32,16

31,08

34,13

15-64

68,33

67,39

64,22

65+

1,47

1,53

1,65

Jumlah Penduduk (jiwa)


Pertumbuhan Penduduk (%)

Rata-rata ART (jiwa/ruta)


Penduduk menurut kelompok umur (%)

Sumber: Proyeksi Penduduk dan SP 2010, BPS.

10. Penduduk Asli Papua di Papua Barat


a.

Jumlah penduduk Asli Papua adalah 405.074 jiwa, terdiri dari 208.658 laki-laki dan 196.416
perempuan. Dengan demikian, jumlah penduduk non Asli Papua sudah hampir berimbang
dengan penduduk Asli Papua dengan perbandingan 46,73% dan 53,27%.

b.

Dari 405.074 jiwa penduduk Asli Papua yang tinggal dalam 84.747 rumah tangga tersebut,
91,76% benar-benar penduduk Asli Papua karena memiliki ayah dan ibu Papua. Sementara itu,
yang memiliki ayah Papua atau ibu Papua saja sebesar 2,28% dan 2,12%.

c.

Sex ratio Penduduk Asli Papua 106,23%.

d.

Penduduk Asli Papua tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Papua Barat. Persentase penduduk
asli Papua terbesar berada di Kabupaten Maybrat (96,04%) dan Kabupaten Tambrauw (95,67%).
Sementara penduduk asli papua terkecil berada di Kabupaten Sorong (37,38%) dan Kota Sorong
(32,56%).

e.

Berdasarkan distribusinya, lebih dari seperempat penduduk Asli Papua tinggal di kabupaten
Manokwari. Jumlahnya mencapai 107.857 jiwa (26,63%). Sedangkan kota Sorong memberikan
kontribusi terbesar kedua, yaitu 62.070 jiwa (15,32%). Kontributor terkecil penduduk Asli papua
adalah kabupaten Tambrauw, yaitu 1,45%.

f.

Struktur penduduk Asli Papua sangat berbeda dengan penduduk Non Asli Papua. Pada piramida
penduduk Asli Papua, penduduk usia muda sangat dominan karena dipengaruhi oleh tingkat
fertilitas yang tinggi. Sedangkan struktur penduduk Non Asli Papua didominasi oleh penduduk
usia produktif, terutama 25-29 tahun.

g.

Dependency ratio pada pendudukNon Asli Papua hanya sebesat 47,27% sedangkan pada
penduduk Asli Papua sebesar 64,07. Rendahnya dependency ratio pada penduduk Non Asli

- 27 -

Papua tidak lepas dari tingginya persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang
mencapai 67,90, terutama disumbang oleh penduduk laki-laki.
Tabel 2-8Indikator Kependudukan Asli Papua dan Non Asli Papua di Provinsi Papua Barat
Uraian

Penduduk Asli Papua

Penduduk Non Asli Papua

Jumlah Penduduk (jiwa)

405.074

355.348

Laki-laki

208.658

193.740

Perempuan

196.416

161.608

Persentase Penduduk (%)

53,27

46,73

Sex Ratio (%)

106,23

119,88

Median Umur (th)

16,39

20,19

Dependency Ratio (%)

64,07

47,27

0-14

37,30

30,57

15-64

60,95

67,90

65+

1,75

1,53

84.747

83.333

Penduduk menurut kelompok umur (%)

Jumlah Rumah Tangga


Sumber: Statistik Daerah Provinsi Papua Barat Tahun 2011

2.2

ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan
sosial, serta seni budaya dan olahraga, dipaparkan sebagai berikut :

2.2.1
1.

Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi


Pertumbuhan PDRB
Dalam perkembangan PDRB Papua Barat, baik dari segi nilai tambah bruto maupun kontribusi
sektoral memiliki kontribusi terhadap PDB Nasional sekitar 0,26% di Tahun 2009, yang berarti
kapasitas perekonomian wilayah ini masih sebatas pada level lokal saja. Nilai absolut PDRB
Papua Barat (harga konstan Tahun 2000) pada Tahun 2008 sebesar Rp. 6.369,37 miliar, naik
menjadi Rp. 6.768,20 miliar pada Tahun 2009. Kenaikan ini cukup positif akan tetapi belum
menunjukan perubahan yang signifikan terhdap pembangunan Provinsi Papua Barat

- 28 -

Gambar 2-5

Perbandingan Laju Pertumbuhan PDRH ADHK 2000 Dengan Migas dan Tanpa
Migas Tahun 2006-2010

PDRB Dengan Migas

PDRB Tanpa Migas


26.82

7.63

8.61

9.25

6.95

7.84

7.02

2007

2008

2009

7.86

6.83

4.55
2006

2010

Sumber: Papua Barat Dalam Angka 2011

Terkait dengan tingkat kesejahteraan, meskipun PDRB Provinsi Papua Barat memiliki laju
pertumbuhan yang cukup baik namun prosentase tingkat kemiskinan Provinsi Papua Barat
berada di posisi kedua nasional. Berbagai faktor berpengaruh atas kenaikan garis kemiskinan
seperti kebijakan energi, kebijakan harga, kelancaran arus distribusi barang, kondisi alam dan
lain-lain. Papua Barat tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh dari luar disamping dari internal
wilayah ini sendiri. Garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di
peKampungan karena perbedaan harga barang dan jasa antara Kota dan Kampung dimana harga
di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di peKampungan.
PDRB Dengan Migas
a.

Dalam kurun waktu 2007-2010 Papua Barat dapat dikatakan stabil memperlihatkan
pertumbuhan yang tinggi dan menunjukkan percepatan setiap tahunnya. Hal ini jelas
terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang mencapai 26,82% pada Tahun 2010 setelah
memasukkan nilai tambah gas alam cair (LNG). Sementara pertumbuhan tanpa migas
mencapai 6,83%.

b.

Pada Tahun 2010, pertumbuhan tertinggi sebesar 149,52% dicapai oleh sektor industri
pengolahan didorong oleh pertumbuhan subsektor migas terutama pertumbuhan gas
alam cair akibat tercakupnya produksi gas alam cair di Teluk Bintuni. Sementara sektor
pertambangan dan penggalian justru mengalami kontraksi mencapai minus 0,84%.

c.

Sektor pertanianm industri pengolahan, dan bangunan tetap menjadi sumber utama
pertumbuhan ekonomi. Bahkan 21,94% dari pertumbuhan ekonomi 26,82& pada tahun

- 29 -

2010 berasal dari sektor industri pengolahan. Sektor pertanian memberikan kontribusi
pertumbuhan sebesar 0,93%.
d.

Sektor-sektor utama perekonomian Papua Barat pada periode 2007-2010 adalah sektor
pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor pertambangan dan penggalian. Ketiga
sektor tersebut memberikan kontribusi lebih dari 60% PDRB Papua Barat.

e.

PDRB per kapita Papua Barat ADHB pada tahun 2010 meningkat 26,63% terhadap
Tahun 2009, yaitu dari 23,40 juta Rupiah menjadi 29,62 juta rupiah. PDRB per kapita
Papua Barat ADHK mencapai 11,42 juta Rupiah atau meningkat 22,72% terhadap tahun
2009 (9,31 juta Rupiah).

Gambar 2-6

Sumber Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010 (dalam %)

21.94

1.72

-0,13

0.03

0.93

0.88

0.42

0.80

0.25

Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011

Tabel 2-9Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Menurut Penggunaan Tahun 2006
2009

No

Sektor

Konsumsi Rumah Tangga

Lembaga Swasta Nirlaba

Konsumsi Pemerintah

4
5
6
7

2006

2007

2008

2009

9.19

6.15

10.57

6.18

9.54

7.59

5.3

19.91

19.21

15.61

10.62

5.45

Pembentukan Modal Tetap Bruto

4.08

5.53

2.46

4.01

Perubahan Stok

2.19

2.24

-0.38

-11.04

Ekspor

11.04

0.18

-6.99

-27.15

Dikurangi Impor

17.88

1.47

-3.98

-24.1

4.55

6.95

7.33

6.26

PDRB Dengan Migas

- 30 -

Gambar 2-7

Peranan Sektor Dominan Terhadap Penciptaan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2007-2010 (dalam %)

100
80

37.28

37.73

37.71

33.63

62.27

62.27

62.29

66.37

60
40
20
0
2007

2008

2009

2010

Sektor Pertanian, Pertambangan & Penggalian, Industri Pengolahan


Sektor Lainnya
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011

PDRB Tanpa Migas


a.

Pertumbuhan ekonomi tanpa migas yang tercipta pada tahun 2010 sebesar 6,83%.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh
12,20%. Kemudian diikuti oleh pertumbuhan di sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan sebesar 11,02%; sektor pengangkuan dan komunikasi 10,93%; sektr
bangunan 9,77%; sektor jasa-jasa 7,34%; sektor listrik dan air bersih 7,30%; sektor
pertanian 6,20%; sektor pengangkutan dan komunikasi 3,99%. Sementara sektor
industri pengolahan hanya tumbuh 2,77%.

- 31 -

Gambar 2-8

Sumber Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas Menurut Lapangan Usaha Tahun


2007-2010 (dalam %)
2.50

2.19

2.00
1.50

1.19

1.00

1.12

1.01

0.53

0.50

0.14

0.31

0.29
0.04

Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011

b.

Dalam rentang waktu empat tahun terakhir, tiga sektor utama yang mendominasi
penciptaan PDRB tanpa migas di Papua Barat adalah sektor pertanian, sektor bangunan,
dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ketiga sektor tersebut memberikan
kontribusi lebih dari 60% terhadap PDRB tanpa migas Papua Barat.

Gambar 2-9

Peranan Sektor Dominan terhadap Penciptaan PDRB Tanpa Migas Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2007-2010 (dalam %)

100
80

36.21

36.37

36.93

37.31

63.79

63.63

63.07

62.69

60
40
20
0
2007

2008

2009

2010

Sektor Pertanian, Bangunan, Perdagangan, Hotel, & Restoran


Sektor Lainnya
Sumber: Buku PDRB Papua Barat 2011

- 32 -

PDRB per kapita ADHB mencapai 18,01 juta Rupiah. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar
10,15% dibandingkan dengan PDRB per kapita pada tahun 2009. Sementara PDRB per kapita ADHK 2000
bernilai 7,55 juta Rupiah dan mengalami pertumbuhan sebesar 3,37% dibandingkan keadaan tahun
2009.
2.

Laju Inflasi Provinsi


a.

Indeks Harga Konsumen (IHK) Papua Barat tahun 2010 sebesar 143,49% artinya terjadi
kenaikan harga secara umum sebesar 43,49% dibandingkan dengan harga tahun dasar
2007, atau dengan kata lain, harga secara umum saat ini hampir satu setengah kali lebih
mahal daripada Tahun 2007. Selama tahun 2008-2011, inflasi lebih banyak terjadi
daripada deflasi. Bila mencermati fluktuasi yang ada, tampaknya perkembangan harga
belum terkontrol dengan baik

b.

Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35% yang
terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar 0,76%.

c.

Inflasi tahun 2010 tercatat 6,25%. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok
pengeluaran bahan makanan, yaitu sebesar 8,34%. Inflasi kelompok pengeluaran
sandang memiliki tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36%. Pada tahun 2010 inflasi
terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran.

d.

Laju inflasi peKampungan tahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86%, lebih tinggi dari
Tahun 2009 sebesar 4,53%. Berarti tingkat kenaikan harga di tahun 2010 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2009.

e.

Selama Januari 2009 - September 2011 inflasi gabungan tertinggi sebesar 2,35% yang
terjadi di Juli 2010. Sedangkan deflasi terendah terjadi di September 2010 sebesar 0,76%.

f.

Inflasi Tahun 2010 tercatat 6,25%. Penyumbang inflasi terbesar dari kelompok
pengeluaran bahan makanan, yaitu sebesar 8,34%. Inflasi kelompok pengeluaran
sandang memiliki tingkat inflasi terendah, yaitu hanya 2,36%. Pada Tahun 2010 inflasi
terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran.

g.

Laju inflasi perkampungantahun kalender tahun 2010 sebesar 5,86%, lebih tinggi dari
tahun 2009 sebesar 4,53%. Berarti tingkat kenaikan harga di Tahun 2010 lebih tinggi
dibandingkan tahun 2009.

- 33 -

3.

Indeks Gini
Koefisien gini pada tahun 2007 sebesar 0,33 naik menjadi 0,35 pada tahun 2009 dan pada tahun
2010 menjadi 0,37. Meskipun terjadi kenaikan koefisien gini, namun status ketimpangan
pendapatan masih pada posisi diantara ketimpangan rendah.

4.

Tingkat Pemerataan Pendapatan Menurut Bank Dunia


a.

Tingkat kemerataan menurut Bank Dunia, Provinsi Papua Barat masih dalam kategori
ketimpangan rendah.

b.

Selama periode 2007-2010, proporsi pengeluaran dari kelompok penduduk 40%


terbawah terhadap total pengeluaran seluruh penduduk masih diatas 17%.

2.2.2
1.

Fokus Kesejahteraan Sosial


Pendidikan
a.

Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Papua Barat tahun 2010 adalah sebesar 93,19%,.
dan 92,34%. Angka melek huruf pada tahun 2010 meningkat dibandingkan dengan
tahun 2009 sebesar 90,15%; tahun 2008 sebesar 92,15%; pada tahun 2007 sebesar
90,32%; dan tahun 2006 sebesar 88,55%. Semakin tinggi angka melek huruf maka
kenaikan persentase angka melek huruf ini akan cenderung semakin lambat. Dalam
artian pertumbuhan angka melek hurufnya semakin kecil atau mengalami perlambatan.
Dengan menggunakan angka melek huruf dapat diketahui jumlah penduduk yang
berumur 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin atau huruf
lainnya.

Gambar 2-10

Perkembangan Angka Melek Huruf dan Angka Buta Huruf di Provinsi Papua Barat
Tahun 2007-2010
90.32%

92.15%

92.94%

93.19%

9.68%

7.85%

7.06%

6.81%

2007

2008

2009

2010

Angka Melek Huruf

- 34 -

Angka Buta Huruf

b.

AMH penduduk laki-laki tahun 2009 sebesar 94,95% atau mengalami peningkatan
dibandingkan dengan kondisi tahun 2008yaitu sebesar 93,01% dan kembali mengalami
peningkatan pada Tahun 2010 menjadi 95,33%.

c.

AMH penduduk perempuan walaupun selalu lebih rendah daripada laki-laki namun
selalu mengalami peningkatan menjadi 90,83% di tahun 2010 dibandingkan dengan
tahun 2009 dan 2008 yang masing masing sebesar 88,55% dan 88,35%.

Gambar 2-11

Perkembangan Angka Melek Huruf Berdasarkan Jenis Kelamin di Provinsi Papua


Barat Tahun 2007 s.d 2010
94.95
92.69

93.61

95.33
93.19

89.55
87.86

2007

88.35

2008

2009

Laki - Laki

d.

2010

Perempuan

Angka rata-rata lama sekolah terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 rata-rata
lama sekolah sebesar 8,21 tahun atau mengalami peningkatan dari tahun 2009 dan 2008
yakni sebesar 8,01 tahun dan 7,67 tahun. Artinya rata-rata penduduk baru mampu
menempuh pendidikan sampai kelas 2 SLTP. Berarti pencapaian pendidikan di Provinsi
Papua Barat belum memenuhi Program Wajib Belajar 9 Tahun. Meskipun demikian,
masih ada disparitas gender, dimana penduduk perempuan belum sepenuhnya
memperoleh pendidikan yang setara dengan penduduk lakilaki. Sehingga perlu
diperhatikan lagi faktorfaktor yang menjadi penyebab masih lambatnya kemajuan
peningkatan pendidikan bagi perempuan di Provinsi Papua Barat.

e.

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI pada tahun 2010 sebesar 91,91% meningkat dari
tahun 2009 sebesar 91,25%. APM SLTP/MTs meningkat menjadi 49,65% di tahun 2010
setelah tahun sebelumnya sebesar 49,03%. Artinya banyak penduduk yang tidak
melanjutkan pendidikan ke jenjang SLTP/MTs. APM SLTA/MA tahun 2010 hanya
mencapai 43,93% atau mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar
43,55%.

- 35 -

Gambar 2-12

Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Antar Jenjang
Pendidikan Tahun 2010

94,04

89.95

91,91
58,98
49,65

APS
APM

43,93
14,45

SD/MI

f.

SMP/MTS

SMA/SMK/MA

7,36
PT

APK SD/MI tahun 2010 sebesar 115,00%, menurun dibandingkan tahun 2009 sebesar
117,50. Tertinggi di Kabupaten Raja Ampat (142,15%) dan terendah di kabupaten
Tambrauw (107,98%). APK SLTP/MTs tahun 2009 sebesar 66,29% mengalami
peningkatan menjadi 66,68% pada tahun 2010 setelah sebelumnya mengalami
penurunan dari 89,99% tahun 2008. Tertinggi di Kabupaten Teluk Wondama (87,72%)
dan terendah Kabupaten Sorong Selatan (43,24%). APK SLTA/MA terus meningkat dari
tahun 2008 sebesar 57,25% menjadi 62,04% di tahun 2009 dan 72,07% di tahun 2010.

g.

Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) SD/MI mengalami penurunan pada tahun
2010 menjadi 26,24% sementara pendidikan tinggi (SLTA keatas) sebesar 32,95%
dengan rincian 24,59% berpendidikan SLTA/sederajat dan 8,36% berpendidikan
perguruan tinggi. Meningkat 1,54% dibandingkan dengan tahun 2008 dan 2009.
Menandakan terdapat perbaikan kualitas pendidikan dengan menurunnya persentase
pendidikan rendah dan meningkatnya persentase pendidikan tinggi. Kota Sorong dengan
tingkat pendidikan tertinggi dan Kabupaten Tambrauw yang terendah.

2.

Kesehatan
a.

Angka rata-rata anak lahir hidup tahun 2010 sebesar 2,55 dan angka rata-rata anak
masih hidup sebesar 2,39%.

b.

Secara umum Angka Harapan Hidup (AHH) di masing-masing daerah mengalami


kemajuan. Di tahun 2010 AHH Papua Barat mencapai 68,51 Tahun. AHH tertinggi di Kota
Sorong sebesar 71,95/tahun dan terendah di Kabupaten Tambrauw sebesar
66,51/tahun. Tahun 2009-2010 AHH mengalami kemajuan 0,31/tahun. Peningkatan
tertinggi di kabupaten Raja Ampat dan kota Sorong sebesar 0.42/tahun dan terendah di
kabupaten Sorong Selatan sebesar 0,17/ tahun.

- 36 -

c.

Status gizi buruk pada Balita di Papua Barat tahun 2010 tercatat mencapai 9,1%,
sedangkan gizi kurang mencapai 17,4%. Angka ini masih diatas angka nasional yang
hanya mencapai 4,9% dan 13,1%.

Gambar 2-13

Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup di Provinsi Papua Barat

Angka Harapan Hidup

Angka Kematian Bayi

3.

36

32.7

31.6

30.5

2006

2007

2008

2009

2010

67.3

67.6

67.9

68.2

68.96

2006

2007

2008

2009

2010

Kemiskinan
a.

Dilihat dari aspek ekonomi, jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat mengalami
penurunan dari tahun ke tahun dalam kurun waktu tahun 2006 2010, meskipun
sempat mengalami peningkatan sebesar dari 35,12% pada tahun 2008 menjadi 35,71%
pada tahun 2009 atau meningkat sebesar 0,59%. Bila dilihat perbandingan antara
penduduk miskin dan tidak miskin pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat, jumlah
penduduk tidak miskin adalah sebesar 65,12%, sedangkan penduduk miskin adalah
sebesar 34,88% dengan persentase penduduk miskin kota sebesar 1,32% dan penduduk
miskin Kampung sebesar 33,56%.

Gambar 2-14

Perbandingan Jumlah Penduduk Provinsi Papua Barat Berdasarkan Status


Kemiskinan Tahun 2010
41.34

Penduduk
Tidak
Miskin,
65.12%

39.31

35.71

34.88

35.12

Penduduk
Miskin
(Desa),
33.56%

Persentase Penduduk Miskin

Penduduk
Miskin
(Kota),
1.32%

2006

- 37 -

2007

2008

2009

2010

b.

Penurunan angka kemiskinan di perkampungan pada tahun 2009 sebesar 44,71%


menjadi 43,48% di tahun 2010 sedangkan angka kemiskinan di perkotaan naik dari
5,22% menjadi 5,73%.

c.

Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat memiliki angka
kemiskinan diatas 40% sehingga membutuhkan effort yg sangat besar untuk
penanggulangannya. Diduga karena wilayahnya yang terbilang cukup terisolir sehingga
tingginya biaya transportasi dalam pengadaan kebutuhan barang dan jasa.

d.

Garis kemiskinan Provinsi Papua Barat tahun 2010 sebesar 294.727 Rupiah per kapita
per bulan, terdiri dari garis kemiskinan makanan sebesar 237.147 rupiah dan garis
kemiskinan non makanan sebesar 57.580 Rupiah. Kontribusi garis kemiskinan makanan
terthadap garis kemiskinan sebesr 80,46%. Dibandingkan tahun 2009, garis kemiskinan
tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 6,24%. Kenaikan garis kemiskinan di
perkotaan (4,74%) lebih rendah daripada kenaikan garis kemiskinan di perkampungan
(6,74%).

e.

Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 10,47% di tahun 2010 menjadi 8,78% di tahun
2011.

f.

Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami penurunan dari 4,30% menjadi 3,43% di
tahun 2010.

g.

Penurunan kedua indeks kemiskinan mengandung makna bahwa kondisi kemiskinan di


Papua Barat semakin membaik. Artinya rata-rata pendapatan penduduk miskin dengan
garis kemiskinan semakin dekat dan ketimpangan pendapatan antar penduduk miskin
semakin rendah.

4.

Kesempatan Kerja
a.

Dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2007-2010 mencapai 13,54% dan laju


pertumbuhan kesempatan kerja sebesar 0,65%, elastisitas kesempatan kerja Papua
Barat hanya mencapai 0,05%. Artinya bahwa setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi 1%
hanya akan menciptakan kesempatan kerja sebesar 0,05%

b.

Angkatan kerja tahun 2010 meningkat menjadi 342.888 orang dari 330.121 orang di
tahun 2009 Dan 319.675 orang di tahun 2008. Pada periode 2008-2010, peningkatan
angkatan kerja diikuti oleh peningkatan penduduk yang bekerja namun jumlah
penduduk yang menganggur justru juga mengalami peningkatan. Jumlah penduduk
bekerja meningkat dari 295.223 orang di tahun 2008 menjadi 316.547 orang di tahun
2010. Sementara jumlah penganggur meningkat dari 24.452 orang di tahun 2008
menjadi 26.341 orang di tahun 2010.

- 38 -

2.3

ASPEK PELAYANAN UMUM

Pelayanan umum merupakan segala bentuk jasa pelayanan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah
Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat sesuai dengan
ketentuan perUndang-Undangan. Secara umum penjelasan mengenai pelayanan umum terbagi kedalam
dua urusan pokok yang terkait dengan layanan urusan wajib dan layanan urusan pilihan.
2.3.1
1.

Fokus Layanan Urusan Wajib


Pendidikan
a.

Pada tahun 2010, APS usia 7-12 tahun mencapai 94,04%, usia 13-15 tahun menurun
menjadi 89,95%, usia 16-18 tahun mencapai 58,98%, dan untuk usia 19-24 hanya
mencapai 14,45%.

b.

Rasio Siswa/Guru: Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswa/guru pada tahun 2007
mencapai 22 siswa, pada tahun 2008 mencapai 20 siswa, pada tahun 2009 mencapai 21
siswa, dan pada tahun 2010 mencapai 20 siswa.

c.

Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswa/guru pada tahun 2007 mencapai 10 siswa,
pada tahun 2008 mencapai 9 siswa, pada tahun 2009 mencapai 11 siswa, dan pada
tahun 2010 mencapai 14 siswa.

d.

Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswa/guru pada tahun 2007 mencapai 13 siswa,
pada tahun 2008 mencapai 13 siswa, pada tahun 2009 mencapai 12 siswa, dan pada
tahun 2010 mencapai 13 siswa.

e.

Untuk jenjang pendidikan SD, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 23 siswa per
kelas, pada tahun 2008 mencapai 23 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 30
siswa per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 25 siswa per kelas.

f.

Untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 36 siswa
per kelas, pada tahun 2008 mencapai 27 siswa per kelas, pada tahun 2009 mencapai 33
siswa per kelas, dan pada tahun 2010 mencapai 33 siswa per kelas.

g.

Untuk jenjang pendidikan SLTA, rasio siswa/kelas pada tahun 2007 mencapai 32 siswa,
pada tahun 2008 mencapai 33 siswa, pada tahun 2009 mencapai 33 siswa, dan pada
tahun 2010 mencapai 32 siswa.

h.

Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SD bernilai 5,59 pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 4,03. Namun pada tahun 2010 rasio
tersebut meningkat menjadi 6,15.

- 39 -

i.

Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SLTP bernilai 7,34 pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 5,87. Namun pada tahun 2010 rasio
tersebut meningkat menjadi 6,84.

j.

Rasio kelas/sekolah pada jenjang pendidikan SLTA bernilai 10,26 pada tahun 2008. Pada
tahun 2009 rasio kelas/sekolah menurun menjadi 9,64. Pada tahun 2010 rasio tersebut
menurun menjadi 9,57.

2.

Kesehatan
a.

Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 110 Puskesmas, 367 Puskesmas
Pembantu, 145 Puskesmas Keliling, dan 297 Puskesmas Polindes. Ketersediaan fasilitas
kesehatan di Provinsi Papua Barat yang paling banyak di Kabupaten Manokwari jika
dibandingkan dengan kabupaten lainnya, yaitu terdapat 22 Puskesmas, 84 Puskesmas
Pembantu, 19 Puskesmas Keliling, dan 74 unit Poliklinik Kampung.

b.

Jika diamati dari jumlah penduduk, dapat dikatakan bahwa 14 rumah sakit yang ada di
Provinsi Papua Barat tahun 2010 melayani 760.433 penduduk. Hal ini berarti satu
rumah sakit melayani sekitar 54.316 penduduk.

c.

Jika diperhatikan dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barattahun 2010 dan jumlah
dokter yang tersedia, maka rasio jumlah penduduk terhadap jumlah dokter di Provinsi
Papua Barat adalah sebesar 4.045 atau dengan kata lain satu dokter rata-rata melayani
4.045 orang. Faktanya pada tahun 2010 jumlah dokter telah meningkat dan
distribusinya telah tersebar dengan alokasi yang lebih baik jika dibandingkan tahun
sebelumnya. Rasio ini menurun jika dibandingkan dengan rasio 5.026 pada tahun 2009.
Artinya terjadi coverage yang lebih baik dalam hal tertanganinya penduduk dengan
peningkatan jumlah dokter. Rasio penduduk terhadap dokter tertinggi berada di Kota
Sorong yaitu sebesar 9.531 penduduk dan yang terkecil berada di Kabupaten Teluk
Wondama dengan rasio sebesar 1.645 penduduk per seorang dokter.

Gambar 2-15

Cakupan Layanan Kesehatan di Provinsi Papua Barat Tahun 2006-2009

Cakupan puskesmas

Cakupan puskesmas pembantu

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

70.15%
58.46%
50.58%
27.76%

68.18%
60.43%

58.46%
57.83%

55.99%
27.76%

27.70%
26.22%

2006

2007

2008

Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

- 40 -

2009

3.

Lingkungan Hidup
Perkembangan akses penduduk di Provinsi Papua Barat terhadap air bersih pada tahun
2008-2010 menunjukkan peningkatan. Peningkatan konsumsi air bersih untuk air
minum dari 42,81 persen pada tahun 2008 menjadi 49,20 pada tahun 2009, dan 53,11
pada tahun 2011. Akses air bersih tertinggi pada tahun 2010 di Kota Sorong yaitu 78,44
% dan terendah di Kabupaten Maybrat yaitu sebesar 9,76 %.

4.

Sarana dan Prasarana Umum


a.

Jaringan Jalan
i. Infrastruktur utama yang berperan penting dalam aspek daya saing daerah
merupakan sarana dan prasarana yang terkait dengan sistem transportasi.
Wilayah Papua Barat secara regional sangat bergantung kepada moda
transportasi udara yang menjangkau hampir seluruh wilayah Kabupaten/Kota.
ii. Selain keberadaan transportasi udara, moda transportasi laut dan darat ikut
berperan dalam pengembangan wilayah Papua Barat. Untuk wilayah laut,
keberadaan pelabuhan sebagai simpul pengangkut orang maupun barang
tersebar menjadi tiga pelabuhan utama. Untuk Pelabuhan internasional wilayah
Papua Barat terdapat di Kota Sorong, sedangkan dua pelabuhan utama lainnya
merupakan pelabuhan nasonal di wilayah Manokwari dan Kaimana.

- 41 -

Gambar 2-16 Rencana Jaringan Transportasi Provinsi Papua Barat

Sumber: Draft RTRW Provinsi Papua Barat

iii. Berbeda dengan kedua jenis transportasi sebelumnya, salah satu kunci
pencapaian transportasi darat terlihat dari perkembangan rasio panjang jalan
per jumlah kendaraan yang menunjukan angka perbandingan 1:0.077 pada
tahun 2006. Angka ini berarti setiap satu kendaraan dilayani oleh jalan dengan
panjang 0,077 km. Peningkatan pada sektor ini terjadi hingga menunjukan
angka perbandingan 1:0,101 pada tahun 2009.

- 42 -

Gambar 2-17

Kondisi Jalan Strategis di Provinsi Papua Barat

Sumber: Laporan Indikasi Program Pengembangan Infrastruktur Provinsi Papua Barat, 2009

b.

Jaringan Irigasi
i. Banyaknya sungai besar yang mengalir di seluruh wilayah Provinsi Papua Barat
dan beberapa danau cukup menguntungkan dalam upaya penyediaan air bersih.
Persentase sumber air bersih berasal dari sungai mencapai 54,6%, mata air
45,3% dan sumber lainnya 0,1% 1. Namun tetap saja hal tersebut belum dapat
memenuhi kebutuhan air bersih penduduk sampai ke rumah tangga di daerahdaerah terpencil karena keterbatasan kapabilitas untuk menjangkau dari
sumber air. Adanya keterbatasan ini menuntut perlu dicari alternatif lokasi lain
yang dapat dijadikan sebagai catchment area/waduk guna dapat menampung
air sungai.
ii. Sebagian besar wilayah memakai sistem pompa dan sistem gravitasi. Sistem
pompa dilakukan pada sumber pengambilan air (water intake) ke rumah pompa
(water treatment plant). Sedangkan dengan sistem gravitasi, air cukup dialirkan
dari sumber atau unit produksi ke unit/blok distribusi reservoir. Untuk
mengetahui rencana dan realisasi saluran irigasi Provinsi Papua Barat pada
tahun 2009, dapat dilihat pada Tabel 2-3 berikut,
iii. Pengadaan saluran irigasi yang dapat meningkatkan kapasitas produksi
pertanian terus diupayakan pemenuhannya mencapai target yang telah

Papua Barat Dalam Angka 2009


- 43 -

ditetapkan. Hingga saat ini baru dilakukan proses pembangunan saluran irigasi
seluas 9.929 Ha, jauh dibawah target realisasi seluas 28.651 Ha
Tabel 2-10 Rencana dan Realisasi Saluran Irigasi Provinsi Papua Barat Tahun 2009
Rencana
(Ha)

Realisasi
(Ha)

12,666

5,100

Pembebasan lahan/keterbatasan dana

20.80

Kab. Teluk Bintuni

2,500

450

Pembebasan lahan/keterbatasan dana

6.00

Kab. Sorong

9,104

2,413

Pembebasan lahan/keterbatasan dana

44.85

250

155

Pembebasan lahan/keterbatasan dana

8.60

Kab. Fakfak

1,431

1,431

Pembebasan lahan/keterbatasan dana

6.25

Kab. Sorong Selatan

1,500

300

Pembebasan lahan/keterbatasan dana

2.65

Kab. Teluk Wondama

1,200

80

Pembebasan lahan/keterbatasan dana

6.00

28,651

9,929

Kab. Manokwari

Kab. Raja Ampat

Total

Hambatan

Produksi
(ton/Ha)

95.15

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009

c.

Pada tahun 2010 di Provinsi Papua Barat terdapat 734 masjid, 1.531 gereja protestan,
163 gereja katholik, 46 pura, 5 vihara, dan 1 kelenteng. Secara total terdapat 2.479
tempat peribadatan di Provinsi Papua Barat

5.

Rumah Tinggal Bersanitasi


a.

Persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri, pembuangan akhir tinja, dan
jenis kloset angsa selama tahun 2009-2010 mengalami peningkatan. Rumah tangga yang
memiliki jamban sendiri mengalami peningkatan yaitu sebesar 59,48% tahun 2009
menjadi 61,07 pada tahun 2010.

b.

Rumah tangga yang memiliki TPAT septik Tank/SPAL mengalami peningkatan yaitu
sebesar 55,09% tahun 2009 menjadi 63,76 pada tahun 2010. Rumah tangga yang
memiliki kloset leher angsa mengalami peningkatan yaitu sebesar 46,04% tahun 2009
menjadi 66,35 pada tahun 2010. Persentase rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas
BAB pada periode 2009-2010 mengalami penurunan dari 17,16 menjadi 15,3

6.

Persampahan
Persampahan belum betul-betul dikelola secara terpadu di Provinsi Papua Barat. Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) hanya dimiliki oleh Kabupaten Sorong tepatnya di distrik Makbon dan
Manokwari di Sowi 4. Persampahan di Kota Sorong di Klasaman sudah tidak layak karena sangat
dekat dengan pemukiman dan dikhawatirkan akan terjadi pencemaran air tanah di pemukiman
masyarakat pada saat musim hujan (system open dumping). sedangkan di wilayah lainnya,
pengelolaan sampah dilakukan secara individual oleh masing-masing rumah tangga atau instansi,

- 44 -

biasanya dengan cara ditimbun, dibakar, atau bahkan dibuang ke sungai atau laut. Hingga saat ini
memang dianggap belum menimbulkan masalah karena jumlahnya belum signifikan, namun
bukan berarti tidak perlu diperbaiki dan dikelola secara terpadu.
7.

Rumah Layak Huni


a.

Terjadi peningkatan persentase rumah tangga yang memiliki tempat tinggal yang layak
huni pada tahun 2008-2010 berdasarkan empat indikator rumah layak huni.

b.

Persentase rumah tangga yang memiliki lantai bukan tanah meningkat dari 91,08 pada
tahun 2008, 91,6 pada tahun 2009, dan 93,02 pada tahun 2010.

c.

Persentase rumah tangga yang memiliki atap layak (tidak beratap dedaunan) meningkat
dari 90,64 pada tahun 2008, 93,6 pada tahun 2009, dan 94,85 pada tahun 2010.

d.

Persentase rumah tangga yang memiliki dinding permanen meningkat dari 51,34 pada
tahun 2008, 52,27 pada tahun 2009, dan 56,68 pada tahun 2010.

e.

Persentase rumah tangga yang memiliki luas lantai per kapita < 10m2 menurun dari
43,26 pada tahun 2008, 38,36 pada tahun 2009, dan 39,86 pada tahun 2010.

Gambar 2-18

Kelayakan Rumah di Provinsi Papua Barat Berdasarkan Rumah Tangga

100
90.1

90

87.01

91.08

92.4

91.6

93.6
Persentase rumah berlantai bukan
tanah

80
70
59.49

60
50

52.69

52.27

51.34

Persentase rumah berdinding


permanen
Persentase rumah dengan atap layak

45.52

43.14

Persentase rumah tangga bersanitasi

40
30
2007

2008

2009

Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat, 2009

2.3.2
1.

Fokus Layanan Urusan Pilihan


Penanaman Modal
a.

Jumlah proyek dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010
sebanyak 40 proyek. Jumlah ini mengalami penuruna dari tahun 2008 dan 2009 dengan
jumlah proyek sebanyak 41 proyek.

- 45 -

b.

Jumlah proyek dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 sebanyak
61 proyek. Jumlah ini mengalami kenaikan dari tahun 2008 dan 2009 dengan jumlah
proyek sebanyak 49 dan 58 proyek.

c.

Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMDN di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010
sebesar 1.185.429 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 967.478 juta rupiah.

d.

Realisasi nilai investasi dengan fasilitas PMA di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010
sebesar 98,459 juta rupiah. Jumlah ini mengalami peningkatan dari tahun 2007 yaitu
sebesar 78.360 juta rupiah.

2.

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah


Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, Koperasi terus tumbuh dengan persentase
pertumbuhan hampir mencapai 40%. Pada tahun 2008 sejumlah 916 unit Koperasi kemudian
tumbuh menjadi 967 unit sampai dengan tahun 2010 menjadi 1.257 unit dengan 701 unit
Koperasi aktif dan 556 Koperasi tidak aktif yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi
Papua Barat.

3.

Ketenagakerjaan
a.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Papua Barat terus mengalami peningkatan
dari tahun 2007-2009. TPAK tahun 2010 meningkat menjadi 69,29% dari kondisi tahun
2009 dan 2008 yakni 68,52% dan 68,15%.

b.

TPAK tertinggi tahun 2010 dicapai oleh Kabupaten Manokwari yaitu sebesar 78,78%,
sementara TPAK terendah berada di Kabupaten Fakfak yaitu hanya mencapai 54,00%.

c.

Jumlah penganggur tahun 2010 meningkat menjadi 26.341 orang dari sebelumnya
sebanyak 24.452 orang pada tahun 2008. Sebanyak 32,90% penduduk yang bekerja
termasuk kedalam setengah pengangguran. Tingkat setengah pengangguran mencapai
30,37%. Umumnya setengah pengangguran mempunyai produktivitas yang rendah, oleh
karena itu perlu dicermati dalammelihat jumlah penduduk yang bekerja, sebab dapat
terjadi absolut penduduk yang bekerja tinggi namun ternyata masih tercakup
didalamnya setengah pengangguran dalam jumlah yang tinggi.

d.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Papua Barat mengalami peningkatan dari tahun
2008 ke tahun 2010. TPT meningkat dari 7,65% di tahun 2008 menjadi 7,68% di tahun
2010.

- 46 -

2.4

ASPEK DAYA SAING DAERAH


1.

Kemampuan Ekonomi Daerah


a.

Meskipun proporsi konsumsi rumah tangga terhadap komoditi makanan masih cukup
dominan tetapi persentasenya menunjukkan penurunan selama tahun 2008-2009.
Peningkatan proporsi konsumsi non makanan berimbas pada peningkatan pengeluaran
rumah tangga untuk biaya pendidikan dan kesehatan.

b.

Pada tahun 2008 proporsi konsumsi makanan oleh penduduk Papua Barat mendekati
60%, tetapi pada tahun 2009 persentasenya berkurang menjadi 55,84%.

c.

Proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 41,21% pada tahun 2005 menjadi
44,07% pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 menjadi 52,33%.

d.

Kondisi perumahan tahun 2010 di Papua Barat secara umum mengalami perbaikan
kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010 di Papua Barat secara umum
mengalami perbaikan kualitas dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2010, hampir
duapertiga rumah tangga telah memiliki rumah dengan status milik sendiri sebesar
63,67%. Sedangkan untuk status sewa 9,84%, kontrak 4,66% dan lainnya (dinas, bebas
sewa, milik keluarga, lainnya) 21,83%

e.

Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat tahun 2011 (s/d September) sebesar 103,23%
lebih tinggi dibandingkan NTP 2010 sebesar 103,05%.

2.

Fasilitas Wilayah / Infrastruktur


a.

Aksesibilitas
i. Salah satu program pendukung percepatan pembangunan Papua Barat yang
diamanahkan dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2011 tentang Percepatan
Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat adalah Program Pengembangan
Infrastruktur Dasar. Selama ini belum seluruhnya kabupaten/kota belum
terhubung dengan jalan darat. Sebagian pembangunan jalan sedang dilakukan,
meskipun sebagian Kabupaten telah terhubung namun belum dibuka untuk
umum. Dengan masih terbatasnya akses perhubungan lewat darat, sebagian
besar orang memanfaatkan fasilitas perhubungan melalui laut dan udara.
ii. Panjang jalan di Papua Barat tahun 2010 hanya sepanjang 5.729,22 Km. Kondisi
ini mengalami perbaikan dibandingkan pada tahun 2008 yaitu sepanjang
5.400,71 Km. Kondisi panjang jalan tersebut terbagi menjadi 412,31 Km
(7,20%) jalan Negara; 938,48 Km (76,42%) adalah jalan Kabupaten. Sedangkan
menurut jenis permukaannya terbagi menjadi 1.328,49 Km (23,19%) jalan
aspal; 1.639,25 Km (28,61%) jalan dengan permukaan kerikil; 2.222,13 Km

- 47 -

(38,79%) jalan dengan permukaan tanah; dan 539,35 Km (9,41%) jalan dengan
permukaan lainnya.
iii. Pada tahun 2008 jumlah penumpang kapal datang 281.200 orang dan berangkat
277.700 orang dengan jumlah armada 880 kapal. Di tahun 2010 jumlahnya
mengalami penurunan menjadi 237.200 orang yang datang dan 252.900 orang
yang berangkat dengan jumlah armada yang juga menurun menjadi 669 unit.
iv. Jumlah penumpang pesawat udara cenderung memiliki tren meningkat
signifikan selama 2008-2010. Jumlah penumpang datang mencapai 334.700
orang dengan jumlah penerbangan 11.656 dan berangkat 349.200 orang dengan
jumlah penerbangan 11.820 kali di tahun 2010. Rata-rata penumpang pesawat
untuk debarkasi 29 orang dan untuk embarkasi 30 orang.
3.

Penataan Wilayah

Struktur Ruang

Rencana struktur ruang mencakup rencana pengembangan sistem perkotaan dan rencana
pengembangan infrastruktur wilayah.

Struktur ruang wilayah akan diarahkan pada

pertumbuhan Provinsi Papua Barat yang merata di seluruh wilayah melalui peningkatan
hubungan antar wilayah. Pusat-pusat pertumbuhan merupakan generator pertumbuhan
kawasan. Hubungan intra regional ini dibangun dengan memadukan infrastruktur transportasi
laut, darat, dan udara.
Rencana struktur ruang di Papua Barat terdiri atas:
a.

Sistem Perkotaan
Pengembangan Sistem Perkotaan Provinsi Papua Barat meliputi:
(1) Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) di Kota Sorong yang merupakan pusat
pertumbuhan utama dalam skala pelayanan nasional, terutama lebih pada kegiatan
ekonomi sesuai dengan kecenderungan yang telah ada selama ini. Penetapan Kota
Sorong sebagai PKN memperhatikan perkembangan kegiatan perkotaan yang sangat
pesat, terutama pada perdagangan dan jasa yang berskala nasional dan internasional.
Struktur perekonomian. Aksesibilitas dari dan menuju Kota Sorong yang semakin
meningkat telah mendorong meningkatnya pergerakan orang dan barang.Pelabuhan dan
bandar udara Domine Eduard Osok di Kota Sorong merupakan salah satu gerbang
ekspor-impor berskala nasional dan internasional.
(2) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) di Kabupaten Manokwari, Fakfak dan Ayamaru yang
merupakan pusat pertumbuhan utama dalam skala regional dan memiliki orientasi
nasional.
(3) Pusat Kegiatan Lokal (PKL)di Kota Terminabuan (Sorong Selatan), Aimas (Kabupaten
Sorong), Kaimana, Bintuni, Waisai (Raja Ampat), Raisei (Teluk Wondama), Kumurkek

- 48 -

(Kabupaten Maybrat), dan Fef (Kabupaten Tambrauw) yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
b.

Sistem Jaringan Prasarana Utama


Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Provinsi Papua Barat meliputi:
(1) Sistem Transportasi Darat
(a) Jaringan Lalu Lintas angkutan jalan
1) Jarigan jalan
Jalan arteri primer, meliputi: Ruas Jalan Teminabuan-Kota Sorong
(perbaikan), Ruas Jalan Bintuni-Kota Sorong melalui Teminabuan, Ruas
Jalan Kota Sorong - Klamono, Kambuaya, Kebar, Mubrani, Prafi, Maruni Manokwari (perbaikan).
Jalan kolektor primer, meliputi: Ruas jalan Sorong Makbon; Ruas jalan
Kambuaya (Ayamaru) Teminabuan; Ruas jalan Sorong Seget; Ruas jalan
Manokwari Mubrani; Ruas jalan Mameh Bintuni; Ruas jalan Fak fak Hurimber Kokas; Ruas jalan Fak fak - Torea - Werba Siboru; Ruas jalan
Hurimber - Baham Bomberai, Ruas Jalan Beraur-Sorong, Salawati-Sorong,
Aimas-Sorong;

Ruas

Jalan

Prafi-Manokwari,

Warmare-Manokwari,

Oransbari-Manokwari; Perbaikan Ruas Jalan Kaimana-Fakfak, Fakfak BaratFakfak; Ruas Jalan Rumberpon-Rasiei, Wasior-Resiei, Wamesa-Rasiei; Ruas
Jalan Bintuni-Babo, Bintuni-Merdey, Moskona Selatan-Bintuni; Ruas Jalan
Teminabuan-Manokwari

(perbaikan);

Ruas

Jalan

Bintuni-Manokwari

(melalui Manokwari-Maruni-Mameh-Bintuni); Ruas Jalan Manokwari Maruni - Granbari - Ransiiki Mameh.


2) Jaringan Prasarana
Terminal tipe A di Kota Sorong
Pembangunan dan peningkatan kapasitas Terminal tipe B di Manokwari,
Fakfak, dan Ayamaru.
(b) Jaringan Lalu Lintas Penyebrangan
1) Penyeberangan lintas provinsi dengan interaksi kuat, meliputi : Sorong-Patani,
Sorong-Wahai, Fakfak-Wahai, Sorong-Biak.
2) Penyeberangan lintas kabupaten/kota dengan interaksi kuat, meliputi : SorongSeget, Seget-Mogem, Seget-Taminabuan

(2) Sistem Transportasi Laut


(a) Pelabuhan utama sekunder di Sorong (Arar)
(b) Pelabuhan utama tersier di Manokwari dan Kaimana
(c) Pelabuhan pengumpan primer:
Pelabuhan Manokwari
Pelabuhan Sorong

- 49 -

Pelabuhan Kaimana
Pelabuhan Teminabuan
Pelabuhan Bomberay (Fakfak)
(d) Pelabuhan pengumpan sekunder:
Pelabuhan Oransbari di Kabupaten Manokwari
Pelabuhan Wasior dan Windesi di Kabupaten Teluk Wondama
Pelabuhan Fatanlap, Kalomono, Mankbon, Mega, Seget, Sele, Susunu, Salawati,
Sailolof, Muarana di Sorong.
Pelabuhan Fakfak, Kokas, P.Adi, Karas, Adijaya di Kabupaten Fakfak.
Pelabuhan Kalobo, Kangka, Kasim, Etna di Kabupaten Kaimana
Pelabuhan Kabarek, Saonek, Saokorem di Kabupaten Raja Ampat.
Pelabuhan Waigama, Inawatan di Kabupaten Sorong Selatan.
Pelabuhan Babo, Bintuni di Kabupaten Teluk Bintuni.

(3) Sistem Transportasi Udara


(a) Bandar udara Pengumpul
Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan primer yaitu Bandara Domine
Eduardo Osok-Sorong.
Bandar udara pengumpul dengan skala pelayanan tersier yaitu Bandara
Rendani-Manokwari dan Bandara Waisai-Raja Ampat.
(b) Bandar Udara Pengumpan
Bandara Torea di Fakfak
Bandara Utarom di Kaimana
Bandara Bintuni di Teluk Bintuni
Bandara Wasior di Teluki Wondama
Bandara Babo di Teluk Bintuni
Bandara Anggi di Manokwari
Bandara Kebar di Manokwari
Bandara Inawatan di Sorong Selatan
Bandara Teminabuan di Sorong Selatan
Bandara Ayawasi
Bandara Kambuaya (Ayamaru) di Maybrat
Bandara Werur.

(4) Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan


(a) Jaringan transmisi tenaga listrik 150 KV di Kota Sorong, Sorong, Manokwari dan
Fakfak
(b) Penyaluran jaringan listrik dengan menggunakan kawat saluran udara, bawah tanah
dan bawah laut di seluruh wilayah Papua Barat.

- 50 -

(5) Sistem Jaringan Pos dan Telekomunikasi


(a) Jaringan telekomunikasi mikro digital di seluruh Kabupaten/Kota di Papua Barat
(b) Kantor pos pembantu dan rumah pos di seluruh Kabupaten/Kota di Papua Barat.
(6) Sistem Jaringan Sumberdaya Airdan Irigasi
(a) Jaringan air bersih perpipaan di seluruh Kabupaten/Kota perencanaan di Papua
Barat.
(b) Jarangan air bersih non perpiaan di seluruh Kabupaten/Kota perencanaan di Papua
Barat.
(c) Jaringan irigasi dan air baku di seluruh Kabupaten/Kota perencanaan di Papua
Barat.
(7) Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan
(a) Jaringan Drainase sistem perkotaan di seluruh Kabupaten/Kota perencanaan di
Papua Barat.
(b) Sistem persampahan terpadu di seluruh Kabupaten/Kota perencanaan di Papua
Barat.

Pola Ruang

Rencana Pola Ruang mencakup rencana kawasan lindung provinsi dan arahan pengembangan
kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional. Penetapan kawasan strategis provinsi
menghasilkan kawasan-kawasan yang diprioritaskan penataan ruangnya karena memiliki
pengaruh sangat penting dalam lingkup nasional.Penataan pola ruang di Papua Barat terbagi
menjadi:
(1) Kawasan Lindung, yaitu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarianlingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.Kawasan lindung merupakan kawasan yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
ekologi kawasan sekitarnya yang dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu:Kawasan yang
memberikan perlindungan kawasan bawahannya, Kawasan Perlindungan Setempat,
Kawasan Suaka Alam.
(a) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya.
1) Hutan Lindung seluas +22.323,08 km2yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota
Papua Barat.
2) Kawasan Resapan Air seluas + 26.466,40 Km2yang tersebar di seluruh
Kabupaten/Kota Papua Barat.
3) Kawasan Bergambut seluas + 14.461,57 yang tersebar di Kabupaten Teluk Bintuni
dan Sorong Selatan.
(b) Kawasan Perlindungan Setempat.
1) Kawasan sekitar mata air dengan radius 200 meter dari mata air yang tersebar di
seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat

- 51 -

2) Kawasan sempadan sungai dengan lebar sempadan 50 meter yang tersebar di


seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.
3) Kawasan sempadan pantai yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.
4) Kawasan sempadan sungai di kawasan permukiman dengan lebar sempadan 10
meter yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.
5) Sempadan hutan bakau/mangrove yang meliputi sepanjang pantai di Papua Barat
termasuk kepulauan.
6) Kawasan terbuka hijau yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.
(c) Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya seluas + 16.559,75 km2.
1) Kawasan lindung nasional, terdiri dari kawasan suaka alam nasional, yaitu: Suaka
alam laut Kaimana, Suaka Margasatwa Tanjung Mubrani-Sidei-Wibain I-dan Wibain
II, Suaka margasatwa Pulau Venu, Cagar Alam Piulau Waigeo Barat, Cagar Alam
Pulau Batanta Barat, Cagar Alam Pegunungan Arfak, Cagar Alam Salawati Utara,
Cagar Alam Biak Utara, Cagar Alam Tamarau Selatan, Cagar Alam Pulau Supriori,
Cagar Alam Pegunungan Wondiboy, Cagar Alam Pulau Waigeo Timur, Cagar Alam
Pulau Misool, Cagar Alam Pulau Kofiau, Cagar Alam Pegunungan Wayland, Cagar
Alam Teluk Bintuni, Cagar Alam Pegunungan Fakfak, Cagar Alam Pegunungan
Kumawa, Cagar Alam Tamrau Utara, Cagar Alam Tanjung Wiay, Cagar Alam Wagura
Kote, Taman Wisata Alam Beriat, dan Taman Wisata Alam Klamono.
2) Kawasan lindung di Provinsi Papua

Barat yang memiliki nilai strategis

kabupaten : Cagar Alam Pulau Waegeo Barat, Cagar Alam Wekwek Kwoor, Taman
Nasional laut Cenderawasih, Cagar Alam Pantai Sausapor, Suaka Margasatwa Sabuda
Tataruga, Suaka Margasatwa Mubrani Kairomi, Taman Wisata Alam Sorong, Taman
Wisata Alam Gunung Meja, Taman Wisata Sungai Sausiran.
(d) Kawasan Rawan Bencana
1) Kawasan rawan gempa bumi terdapat di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.
2) Kawasan rawan tsunami terdapat di wilayah barat daya pantai Papua Barat dan
selatan Biak yang dapat mengenai daerah Teluk Cendrawasi.
3) Kawasan rawan longsor terdapat di Tinggian Kemum, dan Sabuk Lenguru.
4) Kawasan rawan banjir terdapat di Sorong dan Kabupaten Teluk Bintuni.

(2) Kawasan Budidaya, merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan dengan
penggunaan lahan tertentu sebagai bagian dari kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhannya. Berikut beberapa penggunaan lahan sebagai kawasan budidaya:
(a) Kawasan Permukiman yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat dengan
luas +4.047,67 km2.
(b) Kawasan Hutan Produksi, terdiri dari:
1) Hutan Produksi tetap yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat dengan
luas +12.007,95 km 2.

- 52 -

2) Hutan Produksi terbatas yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat


dengan luas +8.375,03 Km2.
3) Hutan Produksi yang dapat dikonversi yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota
Papua Barat dengan luas + 10.954,10km2.
(c) Kawasan Pertanian yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat dengan luas
+50,02 km2.
(d) Kawasan perkebunan yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.
(e) Kawasan Budidaya perikanan darat dan laut yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota
Papua Barat.
(f) Kawasan pertambangan terdapat di Kabupaten Teluk Bintuni dengan luas 4.517,88 km 2.
(g) Kawasan Pariwisata terdiri dari:
Kabupaten Manokwari terdiri dari: Hutan Taman Wisata Gunung Meja, Pegunungan
Arfak, Danau Anggi (Giji & Gita), Gunung Botak, Pantai Bakaro, Pantai Pasir Putih,
Pantai Bremi, Pulau Mansinam, Pantai Amban, Pantai Maruni dan Danau Kabori,
Kawasan Dataran Prafi.
Kabupaten Teluk Bintuni terdiri dari: Pantai Teluk Bintuni & Pantai Sebelah Selatan,
Danau Tanimot, Sungai Naramasa, Sungai Wasian, Sungai Muturi, Pantai Bombarai,
Air Terjun Korano.
Kabupaten Teluk Wondama terdiri dari: Pulau Rumberpon, Pulau Nusrowi, Pulau
Nukusa, Pulau Mioswar.
Kabupaten Raja Ampatterdiri dari: Kepulauan Wayag, Selat Dampier, Pantai Saonek,
Teluk Manyalibit, Teluk Kabui.
Kabupaten Sorong terdiri dari: Pantai Jamursba, Pulau Um, Sungai Air Panas kyaili.
Kota Sorong terdiri dari: Kawasan Wisata Tanjung Kasuari, Taman Rekreasi Pantai
Tanjung Kasuari, Wisata Alam Hutan Arboretum Klasaman, Pulau Raam, Pulau Sop,
Pulau Doom, Pulau Dofior, Tembok Dofior (Tembok Berlin).
Kabupaten Sorong Selatan terdiri dari: Sungai Sembra Siribauw, Sungai Kohoin,
Danau Ayamaru, Danau Uter, Sungai Wensi/Soroan,Kolam Renang Framu, Kali
Sentuf (Johafah), Pantai Isogo, Sungai Kamundan.
Kabupaten Kaimana terdiri dari: Kawasan Wisata Teluk Triton, Kawasan Wista
Pantai, Kawasan Rekreasi Km 14 Jl. Bash.
Kabupaten Fakfak terdiri dari: pulau Tubir Seram, Pantai Wambar, dan Air Besar.
(h) Kawasan perdagangan yang difokuskan pada kawasan perkotaan (PKN, PKW, dan PKL)
Provinsi Papua Barat.
(i) Kawasan ruang terbuka hijau yang tersebar di seluruh Kabupaten/Kota Papua Barat.

- 53 -

4.

Fasilitas Keuangan dan Perbankan


Jumlah kantor bank di Provinsi Papua Barat terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari tahun
2007 yang hanya 49 unit (5 unit Bank Swasta Nasional, 44 unit bank Persero dan Pemerintah)
menjadi 67 unit kantor bank (13 unit Bank Swasta Nasional, 54 unit Bank Persero dan
Pemerintah).

5.

Fasilitas Air Bersih


Persentase terbesar rumah tangga pengguna air bersih memiliki sendiri fasilitasnya, sebesar
49,02%. Meningkat dari kondisi tahun 2009 yaitu sebesar 46,65% dari total rumah. Sementara
25,33% menggunakan air bersih secara bersama dan 16,73% masih menggunakan fasilitas
umum. 8,92% tidak memiliki akses terhadap air bersih.

6.

Fasilitas Energi Listrik


Rumah tangga di Papua Barat hanya 57,67% yang menggunakan listrik PLN. Belum seluruh
Kampung di Papua Barat teraliri listrik dan belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan
listrik 24 jam dalam sehari. Masyarakat yang tidak teraliri listrik 24 jam biasanya menggunakan
genset. Untuk Kampung-Kampung yang tidak teraliri listrik, terutama di daerah yang jauh dari
ibukota Kabupaten umumnya menggunakan pelita/senter/obor/lainnya. Persentase rumah
tangga yang menggunakan jenis penerangan tersebut mencapai 17,83%.
Kondisi penggunaan energi listrik terutama yang memanfaatkan listrik negara (PLN) masih
belum maksimal. Belum seluruh Kabupaten mendapatkan pasokan listrik 24 jam, seperti
contohnya di Kabupaten Teluk Wondama, Teluk Bintuni, Tambrauw, dan Maybrat. Hanya
32,37% Kampung saja yang telah terjangkau layanan PLN. Sulitnya kondisi geografis dan
terbatasnya ketersediaan energi listrik menjadi penyebab belum meratanya pasokan listrik. Dari
total 168.000 rumah tangga di Papua Barat, hanya 80.421 rumah tangga yang terdaftar sebagai
pelanggan PLN.
Gambar 2-19

Cakupan Pelayanan Listrik dan Air Bersih Pada Perkampungan


89.47%

89.13%

86.04%

70.28%
53.41%
25.86%

2007

2008

Cakupan pelayanan listrik pada kampung

2009

Cakupan pelayanan air bersih pada kampung

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Papua Barat, 2009

- 54 -

7.

Fasilitas Telekomunikasi
a.

Untuk jaringan telekomunikasi di Provinsi Papua Barat berkembang pesat melalui


pelayanan provider telepon selular yang mulai mengembangkan jaringan paling tidak di
kawasan perkotaan ataupun ibukota setiap Distrik di masing-masing Kabupaten/Kota.
Untuk di kawasan perkampungan, penggunaan telepon satelit masih diandalkan.

b.

Telekomunikasi menggunakan jaringan internet juga berkembang cukup pesat


meskipun hanya di kawasan perkotaan dengan layanan gabungan dari provider telepon
seluler maupun dari PT.Telkom sebagai perusahaan negara yang menangani masalah
penyediaan layanan komunikasi. Untuk sistem jaringan nirkabel untuk internet, belum
dikembangkan secara umum dan gratis dari pemerintah. Namun di banyak tempat
umum, sudah mulai disediakan dengan jenis dan ketentuan layanan yang berbeda-beda
dan sebagian besar bersifat komersil.

c.

Kantor Pos juga masih diandalkan oleh masyarakat baik untuk pengiriman
surat/dokumen dan barang. Kantor Pos besar hanya terdapat di dua wilayah yaitu Kota
Sorong dan Manokwari sementara Kantor Pos Pembantu terdapat di semua wilayah
kecuali Kabupaten Raja Ampat. Kebutuhan Pos di Raja Ampat dipenuhi oleh Rumah Pos
dan Kantor Pos Kampung.

8.

Iklim Investasi
a.

Kondisi investasi di Papua Barat menunjukan kecenderungan yang terus membaik.


Peningkatan jumlah proyek yang dijalankan memberikan gambaran meningkatnya
kepercayaan publik dalam menanamkan modal yang dimilikinya. Penanaman modal
yang berasal dari dalam negeri maupun asing atau luar negeri secara jumlah memang
mengalami peningkatan, namun secara nilai tidak terlalu meningkat.

Tabel 2-1Kondisi Investasi Provinsi Papua Barat


Tahun
2010

Realisasi Dalam Negeri


Nilai Investasi
Jumlah Proyek
(dalam
juta rupiah)
40
1.185.429

Jumlah
Proyek
61

Realisasi Asing
Nilai Investasi
(dalam
ribu US $)
98.459

2009

41

967.468

58

98.459

2008

41

967.468

49

98.459

2007

38

967.468

26

78.360

2006

35

967.468

28

78.360

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010

b.

Di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 telah terjadi 89 kasus kriminal. 74 kasus atau
sekitar 83,1% diantaranya telah ditangani oleh pihak yang berwenang. Kasus yang
paling banyak terjadi adalah kasus pencurian kendaraan bermotor yaitu sebanyak 15

- 55 -

kasus (16,85%). Kasus yang paling sedikit terjadi adalah kasus pemerkosaan yaitu
sebanyak 1 kali (1,12%). Tidak ada kasus kejahatan terhadap kepala negara.
9.

Sumber Daya Manusia


a.

Dilihat dari latar belakang pendidikan, persentase penduduk yang bekerja ternyata
sebagian besar berpendidikan rendah. Sebesar 49,16% penduduk yang bekerja 26,91%
belum bersekolah / tidak tamat SD dan 22,25% tamat SD. 18,32% tamat SLTP. Hanya
9,50% yang berijazah perguruan tinggi

b.

Kesejahteraan penduduk di suatu daerah dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) di daerah tersebut. Secara keseluruhan nilai IPM di Provinsi Papua Barat
selalu meningkat dari kurun waktu tahun 2007 2009, yaitu sebesar 67, 28 pada tahun
2007, pada tahun 2008 sebesar 67,95 dan pada tahun 2009 sebesar 68,58.
Kabupaten/Kota yang memiliki nilai IPM terbesar di Provinsi Papua Barat pada tahun
2009 adalah Kota Sorong, yaitu sebesar 76,84 diikuti oleh Kabupaten Fak-Fak dan
Kaimana dengan masing-masing nilai IPM sebesar 70,8 dan 69,8, sedangkan nilai IPM
terendah terdapat di Kabupaten Tambrauw yaitu sebesar 49,12.
Gambar 2-20 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Papua Barat dan Perkembangannya

Sumber: Buku IPM Provinsi Papua Barat 2009, BPS.

- 56 -

BAB III
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

3.1
1.

PERMASALAHAN PEMBANGUNAN
Secara geologi, tingkat kemampuan tanah sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi, semakin
banyak faktor penghambat yang dijumpai di suatu wilayah seperti lereng terjal, ketersediaan air
kurang dan mudah terjadi erosi maka dapat dikatakan kemampuan pada wilayah tersebut rendah.

2.

Salah satu fenomena mencolok yang terdapat di Provinsi Papua Barat adalah kepadatan penduduk
yang masih sangat rendah yakni rata-rata 27 jiwa/km2 pada tahun 2008. Kotamadya yang terpadat
153 jiwa/km2 dan Kabupaten yang paling jarang penduduknya kurang dari 2 jiwa/km2. Dari satu sisi
gejala ini dapat dinilai sebagai pertanda besarnya peluang ekonomi, dari sisi lain rendahnya tingkat
hunian suatu wilayah dapat pula dilihat sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut ada sesuatu hal
atau banyak hal yang menyebabkan wilayah tersebut kurang menarik bahkan dihindari atau menjadi
pilihan terakhir.

3.

Bila ditinjau dari latar belakang geomorfologi dan geologinya, tanah di Provinsi Papua Barat sangat
rawan erosi, rawan longsor, sementara tebing cenderung rawan gugur.

4.

Dilihat dari sumberdaya alam darat Provinsi Papua Barat memiliki kekayaan alam yang besar berupa
hamparan hutan tropika humid yang sangat luas yang didalamnya terdapat kawasan lindung. Di
kawasan lindung ini pula terkandung sumberdaya andalan Provinsi Papua Barat berupa batu bara
dan mineral galian. Kombinasi keruangan yang paling rawan ialah batubara dan hutan. Sejarah Papua
Barat telah mencatat bahwa eksploitasi hutan di formasi yang mengandung batubara telah
menghasilkan bencana banjir.

5.

Karena sifat fisik ruang habitatnya sumberdaya alam perairan laut cenderung tidak sepenuhnya
dapat dikuasai/dimanfaatkan oleh penduduk. Ada peluang infiltrasi pemanfaatan oleh kekuatan
ekonomi dari luar daerah, yang dari segi teknologi maupun organisasi produksi cenderung lebih
unggul. Meskipun demikian paling tidak ada dua zona di mana penduduk daerah mempunyai
keunggulan akses, baik dari segi fisik maupun segi hukum, yakni wilayah perairan zona I (<6/mil)
dan perairan interface (payau). Sumber kerawanan utama di kawasan ini adalah apabila terjadi
eksploitasi yang berlebihan dan pencemaran air karena penambangan emas, batubara dan minyak
bumi.

6.

Secara kultural penduduk Asli Papua Barat masih terpisah oleh sekat-sekat nilai adat yang dalam
beberapa hal sangat eksklusif. Dari segi pendidikan, pendatang cenderung memiliki pendidikan lebih
tinggi. Orientasi Adat Asli dalam memanfaatkan sumber alam pada umumnya mengandung kebijakan
ekologi yang tinggi. Sementara itu sebagian besar pendatang berorientasi komersial. Ada semangat

- 57 -

datang, lihat, ambil dan hengkang (pergi). Papua Barat bagi mereka bukan habitat, tetapi tidak lebih
dari kesempatan investasi dan ekstrasi.
7.

Jaringan jalan merupakan salah satu unsur utama yang diperlukan dalam proses pemaduan potensipotensi wilayah ke dalam satu sistem interaksi yang produktif. Melalui jaringan yang terangkai secara
sistemik sinergi keruangan yang produktif antara sumberdaya, baik yang ada di dalam wilayah
maupun yang ada di luar wilayah dapat dikembangkan di Provinsi Papua Barat. Dari segi fisik
pembangunan jalan berhadapan dengan medan pegunungan yang dari segi geomorfologi sangat
rawan. Ini berarti beban biaya konstruksi dan beban biaya perawatan yang mahal. Pengembangan
jaringan menerobos pegunungan yang sebagian berfungsi sebagai kawasan lindung dan kawasan
hutan produksi akan merangsang eksploitasi hutan dan tambang yang secara ekologis sulit
dikendalikan keamanannya.

8.

Minimnya infrastruktur disuatu wilayah seperti kondisi jalan, alat transportasi, penerangan dan air
bersih seringkali menjadi penyebab kemiskinan suatu wilayah. Meskipun di wilayah tersebut
dihasilkan produk-produk pertanian atau lainnya, namun karena minimnya infrastruktur maka
produk tersebut tidak dapat dipasarkan dengan baik.

9.

Di bidang perlindungan dan pengamanan masyarakat, permasalahan yang dihadapiadalah kurangnya


sumberdaya manusia yang menangani perlindungan dan pengamanan serta minimnya prasarana dan
sarana yang mendukung bidang tersebut, sementara di Provinsi Papua Barat merupakan wilayah
yang rawan bencana alam terutama Gempa Bumi dan Banjir.

10. Permasalahan yang dihadapi di bidang kependudukan dan sumberdaya manusia Provinsi Papua
Barat adalah kualitas dan kuantitas SDM yang masih rendah, SDM belum mampu bersaing dalam
dunia global yang semakin menuntut kompetensi tinggi, jumlah penduduk yang tidak merata dan
tersebar dalam kelompok-kelompok kecil di daerah pedalaman dan pulau-pulau terpencil, serta
cenderung terpusat di daerah perkotaan.
11. Permasalahan di bidang pendidikan yang terjadi di Provinsi Papua Barat antara lain perlunya
peningkatan pengetahuan masyarakat, pemerataan pendidikan di berbagai jenis dan jenjang
pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan di semua jenjang pendidikan, peningkatan
pelayanan serta sarana dan prasarana pendidikan.
12. Sementara di bidang kebudayaan, sebagaimana diketahui bahwa Provinsi Papua Barat memiliki
masyarakat yang heterogen dan multi etnis. Besarnya jumlah migran yang masuk ke wilayah Provinsi
Papua Barat telah menimbulkan berbagai persoalan budaya dalam interaksi antar etnik pendatang
dengan penduduk setempat. Salah satu persoalan yang menonjol yang dialami oleh Suku Asli Papua
Barat adalah peliknya masalah hak ulayat.
13. Provinsi Papua Barat mempunyai luas wilayah 140.375,62 Km 2, sebagian besar berupa daerah
hutan.Dengan luas hutan yang sedemikian besar maka produksi hasil hutan merupakan andalan
untuk memperoleh pendapatan bagi Provinsi Papua Barat. Masalah yang dihadapi dalam

- 58 -

pengembangan sub sektor kehutanan antara lain adanya penurunan produktivitas hasil hutan alam
akibat konversi lahan dari lahan hutan sekunder ke areal HTI, perkebunan, transmigrasi,
pertambangan dan lain-lain. Pelanggaran lalu lintas hasil hutan, tebang liar serta perambahan hutan
cenderung meningkat sementara jumlah personil pengamanan perlindungan hutan (JAGAWANA)
terbatas dan belum didukung oleh sarana operasional yang memadai. Permasalahan lainnya adalah
belum adanya data yang akurat tentang luas dan letak lahan kritis sehingga kurang membantu dalam
penyusunan program. Pelaksanaan proyek reboisasi dan penghijauan di hutan lindung sering
terhambat dengan masalah okupasi lahan/perambahan hutan oleh masyarakat yang status
kepemilikannya belum jelas.
14. Dalam setiap kegiatan pengembangan wilayah, salah satu bidang yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah bidang infrastruktur. Bila dilihat dari wilayah Provinsi Papua Barat yang sangat
luas dengan jarak antar Kota/Kabupaten yang relatif jauh menjadikan permasalahan infrastruktur
terutama jalan menjadi hal yang sangat menKampungk.
15. Di bidang agroindustri, kendala yang dihadapi adalah pelaksanaan kegiatan yang belum
terkoordinasi dengan baik dan kesulitan mengubah pola pikir petani terhadap pembaharuan dan
penerimaan inovasi bidang agribisnis dan agro industri.
16. Di bidang sosial, penduduk Provinsi Papua Barat dengan latar belakang budaya dan etnis yang
beragam sangat rentan terhadap terjadinya konflik horisontal, terutama disebabkan adanya
kesenjangan sosial.
17. Di bidang pariwisata, realitas pembangunan kepariwisataan baik wisata alam maupun wisata buatan
di Provinsi Papua Barat dianggap masih sebatas skenario/wacana, sehingga belum dikembangkan
dan dikelola secara profesional.

3.2
1.

ISU-ISU STRATEGIS
Tata Kelola Pemerintahan

Persoalan tata kelola pemerintahan saat ini bukan hanya menjadi persoalan satu dua daerah di Indonesia,
tapi menjadi isu yang hangat dibahas di seluruh dunia. Kebutuhan akan tata kelola pemerintahan yang
baik nyatanya diperlukan oleh seluruh masyarakat di belahan dunia manapun. Namun kebutuhan
terbesar dan paling krusial ada pada daerah-daerah yang sedang membangun dan mulai berkembang.
Bukan hanya dibutuhkan oleh satu dua masyarakat, namun oleh berbagai kalangan. Apalagi untuk
kepentingan yang terkait aktivitas ekonomi.
Tata kelola pemerintahan merupakan salah satu kunci sukses keberhasilan pembangunan. Kelancaran
dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan sangat tergantung oleh baik atau
tidaknya perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya oleh pemerintah. Sejauh apa prinsip-prinsip

- 59 -

transparansi, akuntabilitas, partisipatif, efektivitas, efisiensi, dan kepastian hukum diimplementasikan


dalam penatakelolaan pemerintahan suatu daerah menjadi ukuran keberhasilan pembangunan.
Di Provinsi Papua Barat sendiri, kelembagaan pemerintahan belum sepenuhnya lengkap baik secara
struktural maupun fungsional sesuai dengan kebutuhan aktual daerah. Terutama jabatan-jabatan
fungsional yang ditempati oleh pejabat yang berbeda kompetensinya. Instansi-instansi vertikal yang
belum terbentuk. Kemudian kelengkapan aparat sampai ke tingkat kampung. Terutama pada Kabupatenkabupaten yang baru terbentuk.Masih belum tersedianya Standard Operational Prosedur (SOP) dan
deskripsi pekerjaan yang jelas pada hampir seluruh SKPD juga berdampak kepada carut marutnya
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pembangunan.
Indikasi penyimpangan dalam penyelenggaraan proses rekruitmen aparat pemerintah di lembaga
eksekutif, legislatif, maupun yudikatif juga menjadi isu hangat yang berulang setiap periodenya. Belum
lagi minimnya pengetahuan dan keterampilan mengenai bahasa asing, komputer, dan teknologi informasi
aparat pemerintah. Minimnya ketersediaan dokumen-dokumen dasar penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan juga perangkat hukum yang mutlak dibutuhkan juga menjadi satu penghambat dalam
eksekusi kegiatan pembangunan.

2.

Kualitas Sumber Daya Manusia

Nilai IPM yang rendah merupakan ukuran yang paling mudah untuk menilai kualitas SDM Provinsi Papua
Barat. Sayangnya Provinsi Papua Barat termasuk kedalam 5 Provinsi dengan IPM terendah dari seluruh
Kabupaten/Kota di Indonesia. Tingkat kesehatan, pendidikan, dan ekonomi masyarakat yang rendah
berkontribusi dalam membentuk IPM yang minim tersebut.
Isu lain yang muncul adalah kualitas penduduk Asli Papua Barat yang relatif lebih rendah jika dilihat dari
tingkat pendidikannya, sehingga belum mampu bersaing dengan penduduk pendatang dari luar wilayah
Provinsi yang sengaja mencari peluang di Provinsi Papua Barat. Di satu sisi para pendatang tersebut
mampu membawa pengaruh positif terhadap perkembangan wilayah dengan turut serta dalam kegiatan
pembangunan, namun di sisi lain akan mempersempit peluang bagi penduduk Asli dalam
memperebutkan kesempatan kerja.Yang lebih jeli dalam memanfaatkan SDA di Provinsi Papua Barat
bukanlah penduduk asli, melainkan para pendatang.

3.

Pemerataan Pembangunan

Persebaran penduduk sampai ke pelosok yang sulit diakses akan berpotensi menimbulkan ketimpangan
pembangunan sumber daya manusia dan ketersampaian informasi, yang tentu saja memiliki pengaruh
terhadap proses pembangunan di Provinsi Papua Barat
Salah satu fenomena mencolok yang terdapat di Provinsi Papua Barat adalah kepadatan penduduk yang
masih sangat rendah yakni rata-rata 27 jiwa/km2 pada tahun 2008. Kotamadya yang terpadat 153
jiwa/km2 dan Kabupaten yang paling jarang penduduknya kurang dari 2 jiwa/km 2. Dari satu sisi gejala ini

- 60 -

dapat dinilai sebagai pertanda besarnya peluang ekonomi, dari sisi lain rendahnya tingkat hunian suatu
wilayah dapat pula dilihat sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut ada sesuatu hal atau banyak hal
yang menyebabkan wilayah tersebut kurang menarik bahkan dihindari atau menjadi pilihan terakhir.
Bila dilihat dari wilayah Provinsi Papua Barat yang sangat luas dengan jarak antar Kota/ Kabupaten yang
relatif jauh menjadikan permasalahan infrastruktur terutama jalan menjadi hal yang sangat
menKampungk.Minimnya infrastruktur disuatu wilayah seperti kondisi jalan, alat transportasi,
penerangan dan air bersih seringkali menjadi penyebab kemiskinan suatu wilayah.Belum rampungnya
pembangunan Jalan Raya Trans Papua Barat menimbulkan persoalan dalam pembangunan Provinis
Papua Barat.Kendala utama dalam pembangunan infrastruktur jalan di Provinsi Papua adalah bentuk
morfologi yang didominasi oleh pegunungan sehingga membutuhkan biaya konstruksi dan biaya
perawatan yang tinggi. Prasarana dasar menyangkut ketersediaan energi, kemudahan sarana
telekomunikasi, ketersediaan pasokan air bersih yang memadai, irigasi yang memadai, lingkungan
permukiman penduduk yang sehat juga menjadi isu strategis pembangunan provinsi Papua Barat.

4.

Peran Daerah

Peran Provinsi Papua Barat di tingkat regional maupun nasional masih sangat minim, meskipun
sebetulnya dalam konteks nasional, Provinsi Papua Barat mempunyai kedudukan dan peran yang
strategis. Komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain cenderung memiliki harga beli yang lebih
murah, dengan kata lain secara ekonomi komoditas perdagangan dan jasa dari wilayah lain lebih
memiliki daya saing, selain itu supply komoditas perdagangan dan jasa Provinsi Papua Barat masih
rendah sehingga belum dapat memenuhi demand.perdagangan bebas internasional juga berpotensi
mematikan usaha lokal di Provinsi Papua Barat, terutama yang memiliki skala kecil akibat persaingan
yang datang bukan hanya dari luar daerah namun juga dari luar negeri. Lokasi Papua Barat yang berada
di wilayah terluar tidak didukung dengan pengamanan yang memadai sehingga arus barang maupun
manusia yang keluar masuk bisa tidak terkendali dan memberikan peluang terjadinya tindak kejahatan.

5.

Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA)

Dengan kondisi ekosistem yang masih terjaga dengan baik diharapkan dapat menjadi indikator
pembangunan yang berwawasan lingkungan di Provinsi Papua Barat. Ekosistem yang baik juga
mengindikasikan bahwa sumber daya alam hayati yang terdapat di Provinsi Papua Barat masih sangat
besar dan bisa menjadi suatu komoditas andalan.
Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan sebesarbesarnya untuk kesejahteraan masyarakat Papua Barat. Pemanfaatan sumber daya alam yang melimpah
ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah tingginya kemiskinan dan kesenjangan di
Provinsi Papua Barat. SDA yang melimpah juga bukan hanya berguna bagi kepentingan lokal, tetapi juga
kepentingan regional dan bahkan internasional.

- 61 -

Dengan potensi sumberdaya alamnya yang begitu besar selain berdampak ekonomi terutama terhadap
pendapatan asli daerah di Provinsi Papua Barat, juga membawa dampak negatif terhadap
keberlangsungan lingkungan hidup. Kegiatan pengelolaan sumberdaya alam yang kurang bijak telah
mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang sudah cukup mengkhawatirkan kelestarian alam.
Beberapa kegiatan yang rawan berakibat kerusakan lingkungan hidup adalah kegiatan pertambangan dan
pembalakan liar.
Beberapa isu-isu ranah internasional memberikan peluang kepada Provinsi Papua Barat untuk dapat
mengambil nilai tambah dari SDA yang dimiliki. Misalnya saja isu perubahan iklim. Dengan luas kawasan
hutan lindung yang direncanakan di atas 70%, maka hutan di Provinsi Papua Barat memiliki fungsi
konservasi yang berskala internasional. Bentuk kapitalisasi SDA terkait dengan isu perubahan iklim
adalah dengan carbon trade.
6.

Penataan Ruang Wilayah

Dokumen yang dijadikan acuan di dalam pembangunan suatu daerah adalah dokumen Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) yang di dalamnya memuat rencana dan strategi untuk mengembangkan daerah
tersebut, begitu pun dengan pembangunan di Provinsi Papua Barat, namun hingga saat ini RTRW Provinsi
Papua Barat masih dalam tahap mendapat persetujuan DPRD dan belum disahkan. Sementara wilayah
tidak pernah berhenti berkembang. Pemenuhan aspek pengaturan penyelenggaraan penataan ruang yang
masih terseok-seok akan membawa dampak kepada semakin sulitnya penyelenggaraan aspek-aspek
lainnya terutama dalam pelaksanaan dan pengendalian. Kompleksitas permasalahan kota-kota besar
yang ada sekarang bisa jadi lambat laun akan menjadi permasalahan di Provinsi Papua Barat jika
persoalan penataan ruang tidak segera ditangani.

7.

Stabilitas Politik, Pertahanan, dan Keamanan

Di bidang Perlindungan dan pengamanan masyarakat, permasalahan yang dihadapiadalah kurangnya


sumberdaya manusia yang menangani perlindungan dan pengamanan serta minimnya prasarana dan
sarana yang mendukung bidang tersebut, sementara di Provinsi Papua Barat merupakan wilayah yang
rawan bencana alam terutama gempa bumi dan banjir.
Penduduk Provinsi Papua Barat dengan latar belakang budaya dan etnis yang beragam sangat rentan
terhadap terjadinya konflik horisontal, terutama disebabkan adanya kesenjangan sosial. Besarnya jumlah
migran yang masuk ke wilayah Provinsi Papua Barat telah menimbulkan berbagai persoalan budaya
dalam interaksi antar etnik pendatang dengan penduduk setempat. Salah satu persoalan yang menonjol
yang dialami oleh Suku Asli Papua Barat adalah peliknya masalah hak ulayat.
Tema sentral yang sering menjadi pemicu ketegangan/konflik diantara masyarakat adalah: perempuan,
babi dan tanah dan hingga saat ini masih sering terjadi perdebatan yang akhirnya berujung pada
kerusuhan. Hal tersebut tentu saja menimbulkan rasa tidak aman pada penduduk untuk melakukan

- 62 -

aktivitas yang berakibat pada terhambatnya pembangunan. Reaksi aparat penegak hukum dalam
mengatasi konflik yang terjadi di Provinsi Papua Barat juga masih kurang cepat.
8.

Perlindungan Orang Asli Papua

Nilai sosial budaya terutama ditujukan untuk mengaktualisasikan jati diri, identitas dan karakter
masyarakat Papua berdasarkan nilai-nilai luhur, kearifan lokal, dan tatanan aturan dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan dengan tetap memperhatikan tatanan secara nasional. Kemandirian budaya juga
berkaitan dengan perlindungan terhadap berbagai khasanah adat istiadat serta memahami
keragamannya sebagai suatu kekayaan untuk dijadikan inspirasi pembangunan sebagai upaya
transformasi untuk menjaga kelestariannya.
Konflik yang banyak terjadi yang terkesan merupakan pemberontakan orang Asli Papua dipicu oleh
persoalan diskriminasi dan kesejahteraan orang Asli Papua. Hak-hak dasar orang Asli Papua yang belum
terpenuhi ditengah kesejahteraan orang-orang pendatang. Hak ulayat yang seharusnya dijadikan nilai
luhur berpadu dengan regulasi konvensional juga menjadi persoalan yang berlarut-larut karena hak
ulayat hanya dianggap sebagai penghambat tegaknya regulasi konvensional. Belum ada skema-skema
peraturan yang inovatif yang dapat memadukan aturan adat dan regulasi konvensional yang
mengamanatkan perlingungan orang Asli Papua.

9.

Cita-cita Otonomi Khusus

Adanya Otonomi Khusus ini memberikan keleluasaan bagi Provinsi Papua Barat untuk melakukan
percepatan pembangunan khususnya bidang sosial, ekonomi, dan politik, serta infrastruktur. Kemudian
dengan adanya Otonomi Khusus Provinsi Papua Barat, aparat daerah dituntut lebih meningkatkan diri
agar mampu berfikir dengan kritis, bertindak efisien dan efektif dalam menyusun rencana untuk
membangun dan mengembangkan daerahnya. Perencanaan yang disusun harus bersifat strategis agar
sumberdaya yang dimiliki oleh Provinsi Papua Barat dapat dioptimalkan dengan baik.
Melalui Undang-Undang Otonomi Khusus, Provinsi Papua Barat memiliki wewenang yang luas, baik
dalam urusan pemerintahan maupun pelaksanaan pembangunan. Kewenangan yang luas di satu sisi
dapat dipandang sebagai kesempatan bagi wilayah untuk berkembang, tetapi di sisi lain merupakan
tantangan baru yang cukup berat. Pemerintah Provinsi Papua Barat dengan Undang-Undang tersebut
dapat lebih leluasa menggunakan kewenangannya untuk mengurusi daerahnya, tetapi di lain pihak
pemerintah Provinsi Papua Barat juga dibebani tanggung jawab yang tidak kecil.
Amanat Undang-Undang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat haruslah diterapkan dalam setiap
sektor/bidang pembangunan. Sebagai koreksi terhadap pendekatan yang konvensional maka
implementasi amanat Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua Barat bukan hanya membawa keuntungan
bagi masyarakat Asli Papua dalam jangka pendek, tetapi sampai pada perjalanan kehidupan di Provinsi
Papua Barat di masa yang akan datang. Dengan kata lain, bukan hanya upaya-upaya pemberian

- 63 -

keuntungan secara langsung namun mengkader masyarakat untuk menyelenggarakan pembangunan


dari, oleh, dan untuk mereka sendiri.

- 64 -

BAB IV
VISI DAN MISI PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG PROVINSI
PAPUA BARAT

4.1

VISI

Berdasarkan kondisi Provinsi Papua Barat saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahun mendatang
dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh Provinsi Papua Barat, visi pembangunan
daerah tahun2012-2025 adalah:

MEWUJUDKAN PROVINSI PAPUA BARAT YANG MANDIRI, BERDAYA


SAING, SEJAHTERA, ADIL DAN LESTARI

Mandiri:
Kemandirian merupakan konsep yang dinamis karena mengenali bahwa kehidupan dan kondisi saling
ketergantungan senantiasa berubah, baik konstelasinya, perimbangannya, maupun nilai-nilai yang
mendasari dan mempengaruhinya. Dalam konteks pembangunan Provinsi Papua Barat, kemandirian
suatu wilayah tercermin, antara lain, pada ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan
mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya, kemandirian aparatur
pemerintah dan aparatur penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, ketergantungan
pembiayaan pembangunan yang bersumber dari pendapatan regional yang makin kokoh sehingga
ketergantungan kepada sumber lain menjadi kecil, dan kemampuan memenuhi sendiri kebutuhan
pokok. Apabila karena sumberdaya alamtidak lagi memungkinkan, kelemahan itu diimbangi dengan
keunggulan lain sehingga tidak membuat ketergantungan dan kerawanan serta mempunyai daya tahan
tinggi terhadap gejolak ekonomi nasional.

Berdaya Saing:
Provinsi Papua Barat selanjutnya menjadi provinsi yang mampu berdaya saing dengan lingkungan
eksternal, baik dari segi SDM (terutama orang Asli Papua) maupun perekonomian wilayah,
Provinsi Papua Barat yang berdaya saing berarti provinsi yang memiliki SDM dan perekonomian yang
mampu beradaptasi terhadap perubahan internal dan eksternal untuk meraih keberhasilan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan dan masa depan yang lebih baik dengan tetap terbuka pada persaingan
regional, nasional, dan global. Kemampuan untuk berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai kemajuan

- 65 -

sekaligus kemandirian, sehingga gejolak yang berasal dari dalam maupun luar wilayah dapat diredam
oleh ketahanan ekonominya. Namun, kemandirian dan kesejahteraan suatu wilayah tidak hanya
dicerminkan oleh perkembangan ekonomi semata, tetapi mencakup aspek yang lebih luas. Kemandirian
dan kemajuan juga tercermin dalam keseluruhan aspek kehidupan, dalam kelembagaan, pranata-pranata,
dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan politik dan sosial, karena wilayah yang maju dan sejahtera
adalah wilayah yang hak-hak warganya, keamanannya, dan ketenteramannya terjamin dalam
kehidupannya sehingga dapat memberikan makna dan arti penting bagi wilayah-wilayah lain di
sekitarnya, dan berkontribusi bagi pembangunan Indonesia secara umum.

Sejahtera:
Setelah memiliki daya saing, diharapkan terwujud kesejahteraan masyarakat dan wilayahnya yang bisa
dilihat dari tingkat kemajuan suatu wilayah. Papua Barat yang sejahtera ditandai dengan kemapanan
ekonomi wilayah, tingginya tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat dan kesejahteraan sosial
masyarakat. Tingginya pendapatan rata-rata dan ratanya pembagian ekonomi suatu wilayah menjadikan
wilayah tersebut lebih makmur dan lebih maju yang ditandai dengan berkembangnya keterpaduan
antarsektor, terutama sektor industri, sektor pertanian, dan sektor-sektor jasa; serta pemanfaatan
sumber alam yang bukan hanya ada pada pemanfaatan ruang daratan, tetapi juga ditransformasikan
kepada pemanfaatan ruang kelautan secara rasional, efisien, dan berwawasan lingkungan, mengingat
Indonesia sebagai negara kepulauan yang berciri nusantara.Selain memiliki berbagai indikator sosial
ekonomi yang lebih baik, wilayah yang maju dan sejahtera juga telah memiliki sistem dan kelembagaan
politik, termasuk hukum yang mantap. Lembaga politik dan kemasyarakatan telah berfungsi berdasarkan
aturan dasar, yaitu konstitusi yang ditetapkan oleh rakyatnya, sehingga peran serta rakyat secara nyata
dan efektif dalam segala aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, politik, maupun pertahanan dan
keamanan. Wilayah lain unsur-unsur tersebut, kesejahteraan dan kemajuan suatu wilayah juga harus
didukung dengan infrastruktur yang maju.
Selain itu, untuk membangun kemandirian dan kesejahteraan, mutlak harus dibangun kemajuan ekonomi
yang dimulai dengan menata lembaga dan pranata ekonomi agar berfungsi dengan baik, sehingga
mendukung perekonomian yang efisien dan stabil dengan produktivitas yang tinggi. Sebagai wilayah yang
mandiri, Provinsi Papua Baratharus mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan
wilayah lain yang telah maju dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.

Adil:
Pembangunan Provinsi Papua Barat bukan hanya sekedar untuk mewujudkan kemandirian, masyarakat
yang sejahtera, serta wilayah yang berdaya saing, melainkan tetap memperhatikan prinsip-prinsip adil
dan lestari. Keadilan yang dimaksud adalah aktivitas ekonomi, hukum dan pemerintahan yang
memiliki keberpihakan kepada masyarakat lokal khususnya orang Asli Papua. Keadilan harus
tercermin pada semua aspek kehidupan. Semua rakyat mempunyai kesempatan yang sama dalam

- 66 -

meningkatkan taraf kehidupan, memperoleh lapangan pekerjaan, mendapatkan pelayanan sosial,


pendidikan dan kesehatan, mengemukakan pendapat, melaksanakan hak politik, mengamankan dan
mempertahankan negara, serta mendapatkan perlindungan dan kesamaan di depan hukum.
Lestari:
Terkait dengan prinsip lestari, pembangunan di Papua dilaksanakan dengan memperhatikan asas
konservasi baik dalam hal SDA, lingkungan alam, lingkungan hidup, serta keanekaragaman
budaya dengan prinsip berkelanjutan dan bertanggung jawab. Dengan demikian, pembangunan tidak
serta merta mengeksploitasi kekayaan alam dan berorientasi pertumbuhan ekonomi semata, tetapi
mengedepankan peningkatan kapasitas masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia
dengan menjujung kearifan lokal. Adil dan lestari yang tersurat dalam visi sifatnya lebih kepada azas yang
perlu harus di utamakan, yang penting untuk selalu diperhatikan dan penekanannya ada pada keempat
periode pembangunan jangka menengah.

4.2

MISI

Untuk mewujudkan visi pembangunan daerah tersebut, dapat ditempuh melalui 14 misi pembangunan
jangka panjang daerah yang diturunkan dari masing-masing komponen visi sebagai berikut:

Tabel 4-1

Visi Misi Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Papua Barat


VISI

Papua Barat yang Mandiri

Papua Barat yang Berdaya Saing

MISI
1)

Mewujudkan stabilitas politik. pertahanan,


dan keamanan wilayah

2)

Mewujudkan ketahanan pangan wilayah

3)

Mewujudkan kemandirian prasarana dan


sarana wilayah

4)

Mewujudkan kemandirian keuangan daerah

5)

Mewujudkan kemandirian tata kelola


pemerintahan

6)

Mengembangkan ekonomi wilayah yang


berdaya saing

7)

Membina SDM Papua Barat yang berdaya


saing

8)

Mendorong kesejahteraan ekonomi


masyarakat

9)

Mendorong kesejahteraan sosial masyarakat

Papua Barat yang Sejahtera

Papua Barat yang Adil

10) Menciptakan sistem ekonomi dan regulasi


ekonomi yang berkeadilan
11) Menciptakan hukum dan sistem
pembangunan yang berkeadilan

- 67 -

VISI

MISI
12) Mengelola sekaligus memelihara SDA Papua
Barat dengan prinsip berkelanjutan

Papua Barat yang Lestari

13) Memelihara kualitas lingkungan alam dan


lingkungan hidup
14) Memelihara keberagaman adat istidat dan
budaya luhur Papua Barat

Seluruh visi dan misi tersebut untuk mewujudkan kemajuan daerah dan masyarakat yang dicita-citakan
dalam kerangka Otonomi Khusus, yaitumewujudkan kemajuan daerah dan orang Asli Papua sebagai
sasaran utamanya, dengan memberikan:
1) Perlindungan terhadap hak kekayaan dan hak intelektual orang Asli Papua sesuai dengan
peraturan perUndang-Undangan;
2) Pencerdasan orang Papua akan hakikat hidup bermasyarakat dan bernegara, serta makna hidup
mandiri dan sejahtera;
3) Pemberdayaan, pemberian kesempatan dan pengutamaan orang Asli Papua untuk mendapatkan
pekerjaan dalam semua bidang pekerjaan di wilayah Provinsi Papua berdasarkan pendidikan
dan keahliannya; dan
4) Penanaman tanggung jawab yang lebih besar bagi Provinsi dan rakyat Papua untuk
menyelenggarakan pemerintahan dan mengatur pemanfaatan kekayaan alam di Provinsi Papua
sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Papua.

- 68 -

BAB V
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
JANGKA PANJANG DAERAH

Dalam bagian ini diuraikan sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah berdasarkan setiap misi
untuk merumuskan arah kebijakan, pentahapan pembangunan 5 (lima) tahunan selama 20 (duapuluh)
tahun dan prioritas masing-masing tahapan

5.1

SASARAN POKOK DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

Pada dasarnya pembangunan Provinsi Papua Barat ini ada dalam kerangka Otonomi Khusus, dimana
sasaran pembangunan utamanya adalah orang Asli Papua yang ada di wilayah Provinsi Papua Barat.
Kepentingan merekalah yang menjadi prioritas pertama untuk diakomodir dalam setiap nafas
pembangunan. Beberapa fokus utama yang harus diutamakan terkait dengan upaya pencapaian visi
jangka panjang Provinsi Papua Barat adalah:
1.

Fokus pada orang Asli Papua sebagai sasaran peningkatan derajat pendidikan, yang berarti
peningkatan sistem layanan dan kebutuhan prasarana dan sarana yang menjangkau seluruh
orang Papua, dengan memperhatikan relevansi terhadap kearifan lokal yang ada;

2.

Fokus pada orang Asli Papua sebagai sasaran peningkatan derajat kesehatan, yang berarti
peningkatan sistem layanan dan kebutuhan prasarana dan sarana kesehatan yang menjangkau
seluruh orang Papua, dengan memperhatikan relevansi terhadap kearifan lokal;

3.

Fokus pada pemenuhan kebutuhan infrastruktur dasar bagi orang Asli Papua, yang berarti
pemenuhan infrastruktur transportasi, energi, air bersih, sanitasi, pengelolaan lingkungan, dan
infrastruktur sosial-ekonomi;

4.

Fokus pada pemberdayaan ekonomi rakyat bagi orang Asli Papua, dengan memanfaatkan
kekuatan sumber daya lokal yang ada. Membina masyarakat agar dapat mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya lokal yang ada dengan melakukan kegiatan ekonomi komersil.
Sehingga menjadikan aktivitas ekonomi yang lebih luas dengan hasil yang maksimal untuk
mendongkrak kesejahteraan hidup orang Asli Papua;

5.

Penyediaan instrumen pendukung terwujudnya affirmative action yang memfasilitasi kebutuhan


rekruitmen, penentuan kuota, pembinaan, dan promosi orang Asli Papua.

Dari masing-masing misi pembangunan jangka panjang Papua Barat yang diusung, dijabarkan menkadi
sasaran pokok, dan selanjutnya dari sasaran pokok tersebut diturunkan untuk merumuskan arah
kebijakan, dengan uraian ditampilkan dalam tabel-tabel berikut:
- 69 -

Tabel 5-1Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-1


Misi
1

Mewujudkan stabilitas
politik. pertahanan, dan
keamananwilayah

Sasaran Pokok
a

Penciptaan dan pengokohan


sistem politik, keamanan, dan
pertahanan

Pembinaan masyarakat
demokratis, cerdas politik, dan
taat hokum

- 70 -

Arahan Kebijakan
1

Pembangunan struktur hukum


untuk memantapkan dan
mengefektifkan berbagai
organisasi dan lembaga hukum,
profesi hukum, dan badan
peradilan.

Kapasitasi aparat penegak


hukum dan penjaga kemanan
dan pertahanan dalam rangka
meningkatkan penegakan
hokum.

Peningkatan upaya perlindungan


wilayah.

Pemenuhan kebutuhan sarana


dan prasarana pertahanan dan
keamanan serta penempatan
aparat di wilayah rawan konflik.

Penguatan hubungan antara


aparat dengan masyarakat lokal
dalam rangka meningkatkan
penegakan hokum.

Pencerdasan masyarakat akan


nilai-nilai politik demokratis,
terutama penghormatan nilainilai HAM, nilai-nilai persamaan,
anti kekerasan, serta nilai-nilai
toleransi.

Peningkatan peran lembaga


independen di bidang
komunikasi dan informasi serta
di tengah masyarakat.

Penciptaan hubungan harmonis


antara masyarakat dan
pemerintah serta politisi melalui
jaringan informasi yang bersifat
interaktif dalam rangka
menciptakan lingkungan
masyarakat yang demokratis.

Tabel 5-2Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-2


Misi
2

Mewujudkan ketahanan
pangan wilayah

Sasaran Pokok
a

Pemenuhan dan pengelolaan


kebutuhan bahan makanan
pokok dan kebutuhan bahan
makanan sumber protein
masyarakat.

Pengembangan pola pangan serta


peningkatan nilai tambah
pertanian untuk peningkatan
kesejahteraan petani.

- 71 -

Arahan Kebijakan
1

Pemetaan, alokasi, dan


ekstensifikasi lahan pertanian
bahan makanan pokok,
peternakan, dan perikanan
(tangkap dan budidaya) sebagai
pendukung utama pencapaian
swasembada dan swasembada
berkelanjutan.

Peningkatan dan penguatan


kompetensi SDM di bidang
pertanian dan kelautan yang
didukung oleh pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber kekayaan
laut secara berkelanjutan.

Penguatan kelembagaan
ketahanan pangan yang mampu
menjamin pemenuhan
kebutuhan pangan yang cukup di
tingkat rumah tangga, baik dalam
jumlah, mutu, keamanan,
maupun harga yang terjangkau.

Peningkatan volume dan


kontinuitas produksi pertanian
serta stimulasi pertumbuhan unit
usaha pertanian bahan makanan
pokok, peternakan, dan
perikanan.

Pelancaran distribusi bahan


makanan pokok ke wilayahwilayah strategis.

Peningkatan diversifikasi
pangan.

Peningkatan nilai tambah, daya


saing, dan ekspor dengan
pendirian industri serta
penciptaan iklim usaha yang
kondusif melalui
regulasi/deregulasi.

Tabel 5-3Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-3


Misi
3

Mewujudkan
kemandirian prasarana
dan sarana wilayah.

Sasaran Pokok
a

Pemenuhan kebutuhan
infrastruktur transportasi untuk
membuka akses mudah dan
terjangkau ke seluruh wilayah.

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana utilitas
publik.

- 72 -

Arahan Kebijakan
1

Perampungan pembangunan
jaringan jalan dan jembatan
Trans Papua Barat dan jalan
strategis, serta jalan-jalan lokal
yang menuju ke setiap kampung.

Pemeliharaan jaringan jalan dan


jembatan sehingga mampu
secara mudah dilewati
kendaraan.

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana
transportasi darat, laut, udara,
serta transportasi sungai, danau
dan penyeberangan.

Pemeliharaan dan rehabilitasi


seluruh prasarana dan sarana
transportasi darat, laut, udara,
serta transportasi sungai, danau
dan penyeberangan sehingga
dapat berfungsi maksimal.

Perancangan sistem transportasi


darat, laut, udara, serta
transportasi sungai, danau dan
penyeberangan yang terintegrasi
sehingga mampu memenuhi
kebutuhan pergerakan barang
dan penumpang ke seluruh
wilayah secara murah dan
teratur (regular).

Perancangan prasarana dan


sarana transportasi yang tahan
bencana (mampu meredam
dampak bencana seminimal
mungkin).

Pengembangan jaringan energi


listrik serta penciptaan sumbersumber energi listrik baru
berskala makro dan mikro sesuai
kebutuhan spesifik wilayah.

Penambahan kapasitas produksi


listrik sehingga mampu
memenuhi kebutuhan listrik
seluruh wilayah sampai ke

Misi

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
rumah-rumah penduduk setiap
hari selama 24 jam.

- 73 -

Pengembangan jaringan air


bersih dan air minum serta
penciptaan sumber-sumber air
bersih baru berskala makro dan
mikro sesuai kebutuhan spesifik
wilayah yang mampu
menjangkau rumah-rumah
penduduk setiap hari selama 24
jam.

Penyiapan sistem pencadangan


air bersih di kawasan-kawasan
strategis terutama kawasan
permukiman penduduk di
daerah rawan kekeringan.

Pengembangan jaringan
telekomunikasi satelit dan
nirkabel yang mampu dinikmati
masyarakat di seluruh wilayah.

Alokasi lahan dan pembangunan


Tempat Pemrosesan Akhir
Sampah dan Tempat Pemrosesan
Sementara Sampah yang
dilengkapi sistem pengolahan
sampah ramah lingkungan dan
berteknologi tepat guna.

Perancangan dan penerapan


sistem pengelolaan sampah
terpadu disertai dengan
pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana
pengelolaan sampah.

Pembangunan jaringan drainase


dan IPAL terutama di kawasan
perkotaan dan permukiman
penduduk.

Perancangan prasarana dan


sarana utilitas publik yang tahan
bencana (mampu meredam
dampak bencana seminimal
mungkin).

10

Pemeliharaan dan rehabilitasi


seluruh sarana utilitas publik
sehingga dapat berfungsi

Misi

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
maksimal.

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana pelayanan
publik.

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana
penanggulangan bencana.

- 74 -

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana pelayanan
pendidikan (pendidikan dini
sampai pendidikan tinggi, formal
maupun informal) statis dan
dinamis yang mampu dijangkau
dan menjangkau seluruh
masyarakat di seluruh wilayah
secara mudah dan murah

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana pelayanan
kesehatan statis dan dinamis
yang mampu dijangkau dan
menjangkau seluruh masyarakat
di seluruh wilayah secara mudah
dan murah.

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana sosial
ekonomi yang mampu dijangkau
dan menjangkau seluruh
masyarakat di seluruh wilayah
secara mudah dan murah.

Pemeliharaan dan rehabilitasi


seluruh sarana pelayanan publik
sehingga dapat berfungsi
maksimal.

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana mitigasi
bencana kebakaran, gempa bumi,
banjir, dan tsunami termasuk
kebakaran hutan yang dirancang
mampu menjangkau seluruh
wilayah rawan kebakaran secara
mudah dan cepat sesuai
karakteristik daerah.

Perencanaan sistem mitigasi


bencana terpadu.

Pembinaan pemerintah dan


masyarakat di kawasan rawan
bencana terkait upaya-upaya
mitigasi bencana agar paham,
waspada. dan siap mencegah
dan menanggulangi bencana.

Misi

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
4

Pemetaan dan pengaturan


pengembangan dan
perlindungan kawasan-kawasan
rawan bencana dalam rencana
tata ruang.

Pemberian ruang untuk


mengembangkan kemampuan
dan penerapan sistem deteksi
dini, sosialisasi dan diseminasi
informasi secara dini terhadap
ancaman bencana alam kepada
masyarakat.

Tabel 5-4Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-4


Misi
4

Mewujudkan
kemandirian keuangan
daerah

Sasaran Pokok
a

Peningkatan Pendapatan Asli


Daerah (PAD).

Peningkatan penerimaan dana


perimbangan.

- 75 -

Arahan Kebijakan
1

Peningkatan penerimaan pajak


daerah dengan penertiban objek
wajib pajak dan intensifikasi
penagihan pajak disertai
pembinaan kesadaran
pembayaran pajak.

Peningkatan penerimaan
retribusi daerah dengan
melengkapi peraturan daerah
mengenai retribusi.

Identifikasi sumber-sumber
kekayaan daerah yang potensial
dan melakukan pengelolaan
kekayaan daerah baik dengan
pendirian BUMD maupun sistem
kerjasama dengan swasta atau
pemerintah daerah lain.

Identifikasi potensi SDA yang


dapat dimanfaatkan serta
meningkatkan promosi dan
investasi atas SDA tersebut.

Mengoptimalkan penerimaan
komponen DBH pajak yang
belum dilaksanakan.

Mengoptimalkan penerimaan
DAU .

Misi

Sasaran Pokok

Optimalisasi pengelolaan dana


penerimaan lain-lain yang sah.

- 76 -

Arahan Kebijakan
4

Mengoptimalkan penerimaan
DAK dengan upaya identifikasi
dan pemanfaatan potensi daerah
yang mengakomodir komitmen
atau prioritas nasional.

Optimalisasi penyerapan dana


perimbangan dengan usulan
program-program strategis yang
relevan dengan kebutuhan
daerah.

Mengurangi ketergantungan
terhadap dana perimbangan
dengan meningkatkan PAD
sebagai dana utama bagi
pembiayaan pembangunan
daerah.

Optimalisasi penyerapan dana


penerimaan lain-lain yang sah
untuk membiayai pembangunan
prasarana dan sarana wilayah
serta program-program strategis
(terutama terkait pelayanan
administrasi publik, pendidikan,
kesehatan, dan pengembangan
SDM) yang relevan dengan
kebutuhan spesifik daerah .

Optimalisasi penyerapan dana


penyesuaian untuk motivasi
peningkatan kinerja aparat
pemerintahan, tenaga kesehatan
dan pendidikan, serta program
pelayanan umum strategis lain
yang relevan dengan kebutuhan
daerah.

Tabel 5-5Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-5


Misi
5

Mewujudkan
kemandirian tata kelola
pemerintahan.

Sasaran Pokok
a

Pembinaan kompetensi dan


profesionalitas aparat
pemerintah.

Penciptaan dan penerapan


sistem pemerintahan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip
good governance.

- 77 -

Arahan Kebijakan
1

Penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan fungsional sebagai
upaya peningkatan kapasitas,
kapabilitas, netralitas, dan
kesadaran aparat pemerintah.
terkait peran, tugas pokok, dan
fungsinya masing-masing.

Pembinaan dalam penguasaan


dan pemanfaatan pengetahuan
umum dan keterampilan bahasa
asing, komputer, dan teknologi.

Penanaman dan penyusunan visi


misi Provinsi Papua Barat
kepada aparat pemerintah
sebagai upaya pengarahan
mental agar menjadikan visimisi sebagai orientasi utama dari
seluruh peran, posisi, tugas
pokok, dan fungsi yang
dijalankan.

Pengawasan kinerja aparat


dalam rangka menyajikan
pelayanan prima dengan
ketulusan dan semangat
melayani bagi seluruh
masyarakat.

Perancangan sistem penilaian


kinerja aparatur pemerintahan
yang berbasis prestasi dan
sanksi.

Peningkatan pemahaman dan


keterlibatan aparatur
pemerintahan dalam
penyusunan rencana kerja dan
rencana pembangunan wilayah.

Penyelenggaraan proses
rekruitmen yang bersih dan
professional.

Perancangan dan penerapan


sistem yang akuntabel dalam
keuangan dan kinerja
pemerintahan.

Misi

Sasaran Pokok

- 78 -

Arahan Kebijakan
3

Perancangan dan penerapan


sistem yang menjamin
keterbukaan informasi terkait
data, regulasi, prosedur, dan
sebagainya yang sifatnya
menyangkut publik serta
perancangan sistem yang
memfasilitasi aspirasi
masyarakat baik berupa kritik,
saran, pengaduan, maupun
pertanyaan.

Perancangan dan penerapan


sistem yang menjamin
pelaksanaan monitoring,
evaluasi, dan
pertanggungjawaban atas
kinerja pemerintah dan
penyelenggaraan pembangunan
secara terbuka.

Penyusunan standar operasional


pelaksanaan dan rencana teknis
pelaksanaan tugas yang lengkap,
jelas, dan mudah dimengerti

Optimalisasi peran DPRPB,


Pengawas Pegawai Negeri Sipil
(PPNS), pers/media, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM),
peneliti, dan masyarakat dalam
pelaksanaan mengawasi
penyelenggaraan pemerintahan
dan program pembangunan
daerah.

Penciptaan mekanisme
standardisasi dan penurunan
informasi serta koordinasi
informal sebagai tanggung jawab
personil lama kepada personil
baru ketika regenerasi atau
restrukturisasi pemerintahan.

Pelibatan publik dalam setiap


proses penyusunan rencana,
implementasi program, dan
pengawasan jalannya kegiatan
pemerintahan dan
pembangunan.

Misi

Sasaran Pokok

Pemenuhan kebutuhan legal


formal pemerintahan

- 79 -

Arahan Kebijakan
9

Penggiatan penyelenggaraan
public hearing, stakeholders
meeting, jajak pendapat umum,
pelaporan penelitian dan kajian,
pemungutan suara sederhana,
diskusi dan konsultasi publik,
dan forum publik lainnya untuk
membahas hal-hal yang
menyangkut kepentingan publik.

10

Pembagian tugas dan wewenang


secara eksplisit dan tersurat
serta sosialisasi dan.
implementasi sistem komando
dan koordinasi antar dan intern
instansi pemerintah bersama
masyarakat dan swasta dalam
pelaksanaan tugas administratif
pemerintahan maupun tugas
terkait teknis pembangunan
daerah agar berjalan efektif dan
efisien.

11

Penegakan aturan kedisiplinan


secara memaksa dan tidak
memihak.

12

Perancangan dan penetapan


sistem pelayanan publik yang
efektif dan efisien yang berarti
pelayanan izin yang mudah,
sederhana, dan murah.

Peningkatan kepekaan dan


ketelitian terhadap kebutuhan
akan dokumen-dokumen
penting seperti dokumen
rencana, regulasi, administrasi,
dan sebagainya yang relevan
dengan kepentingan aktual
daerah.

Penyusunan dan legalisasi


dokumen rencana, regulasi,
administrasi, dan sebagainya
yang relevan dengan
kepentingan aktual yang
diperlukan secara tertib
prosedural dan tepat waktu.

Melakukan inventarisasi
dokumen-dokumen penting

Misi

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
daerah secara rapi dan
terorganisir, juga dituangkan
dalam database yang lengkap
dan up to date.

Pelengkapan struktur
pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan spesifik daerah.

- 80 -

Penyusunan dan legalisasi


peraturan-peraturan daerah
termasuk Perdasi dan Perdasus
dan peraturan daerah spesifik
lainnya yang dibutuhkan.

Pembaharuan materi hukum


yang sudah tidak relevan dengan
tetap memerhatikan
kemajemukan tatanan hukum
yang berlaku dan pengaruh
globalisasi.

Restrukturisasi dan realokasi


Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika
dibutuhkan, untuk memelihara
kinerja yang efektif dan efisien.

Pemerataan distribusi
kekuasaan pada berbagai
lembaga pemerintah sehingga
mengurangi penumpukan
kekuasaan sekaligus
menciptakan kondisi saling
mengawasi (checks and balances
system).

Penempatan aparatur di
lembaga-lembaga pemerintahan
sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki.

Pembentukan SKPD sesuai


dengan peraturan yang
disesuaikan dengan kebutuhan
spesifik daerah.

Tabel 5-6Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-6


Misi
6

Mengembangkan
ekonomi wilayah yang
berdaya saing.

Sasaran Pokok
a

Peningkatan besaran dan laju


pertumbuhan PDRB.

Peningkatan ekonomi wilayah


berbasis keunggulan komparatif
yang bertransformasi bertahap
menjadi berbasis keunggulan
kompetitif.

- 81 -

Arahan Kebijakan
1

Peningkatan produktivitas dan


ekspansi sektor dan subsektor
yang berperan sebagai
kontributor utama terhadap
PDRB.

Memacu pengembangan sektor


dan subsektor yang potensial
namun kontribusinya masih
kecil terhadap PDRB.

Mengurangi ketergantungan
terhadap sektor migas dengan
meningkatkan pertumbuhan
usaha/industri sektor non migas
lain.

Peningkatan efisiensi,
modernisasi, rantai nilai dan
nilai tambah sektor primer
terutama sektor pertanian, dan
pertambangan didorong agar
mampu bersaing di pasar lokal,
regional dan internasional serta
untuk memperkuat basis
produksi sektor primer di
daerah.

Pemantapan industri/usaha
pertanian di kawasan
perkampungan dengan
membangun keterkaitan sistem
produksi, distribusi dan
pelayanan prima khususnya
dengan perkotaan.

Peningkatan produktivitas
industri/usaha pertanian
melalui penguasaan,
penyebaran, penerapan, dan
inovasi ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna dengan
dukungan kelembagaan ekonomi
dan pemerintahan yang baik.

Pengembangan pariwisata
berskala internasional, nasional,
maupun lokal yang berbasis
pengembangan masyarakat
lokal.

Misi

Sasaran Pokok

Peningkatan kerjasama
ekonomi.

Peningkatan pertumbuhan dan


daya saing unit-unit usaha
masyarakat.

- 82 -

Arahan Kebijakan
4

Pencarian nilai tambah dari


upaya penjagaan hutan dan
lingkungan.

Menghilangkan praktik-praktik
yang menciptakan ekonomi
biaya tinggi, komitmen untuk
memajukan potensi lokal,
konsistensi program dan
infrastruktur yang mendukung.

mendorong penanaman modal


dalam negeri dan asing bagi
peningkatan daya saing
perekonomian daerah; serta
meningkatkan kapasitas
infrastruktur fisik dan sarana
pendukung lainnya.

Peningkatan kerjasama antar


kabupaten/kota di Papua Barat
maupun dengan swasta atau
pemerintah pusat atau daerah
lain untuk mengelola potensi
daerah.

Mewujudkan iklim investasi


yang kondusif, mendorong
penanaman modal dalam negeri
dan asing bagi peningkatan daya
saing perekonomian daerah.

Upaya meningkatkan daya saing


dan membangun keunggulan
kompetitif bagi produk-produk
Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) serta mini
mikro melalui sinergitas pelaku
usaha, pemerintah daerah,
perbankan daerah serta
organisasi dan anggota
masyarakat.

Meningkatkan koperasi dan


lembaga keuangan mikro
sehingga menjadi gerakan
ekonomi yang berperan nyata
dalam upaya peningkatan
kesejahteraan sosial dan
ekonomi masyarakat

Stimulasi pertumbuhan unit

Misi

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
usaha melalui pemberian
bantuan modal dan pembinaan
keterampilan serta penyediaan
skema pembiayaan dan kredit
ringan bagi masyarakat.
4

Fasilitasi kemitraan swasta dan


pemerintah dengan unit-unit
usaha masyarakat.

Tabel 5-7Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-7


Misi
7

Mencetak SDM Papua


Barat yang berdaya saing.

Sasaran Pokok
a

Peningkatan derajat pendidikan


masyarakat sehingga
berkontribusi signifikan dalam
upaya peningkatan IPM.

- 83 -

Arahan Kebijakan
1

Penyediaan pelayanan
pendidikan yang menjangkau
seluruh wilayah sampai ke
wilayah terpencil/terisolir.

Penyediaan pelayanan
pendidikan bebas biaya.

Peningkatan kualitas layanan


pendidikan dan tenaga pendidik.

Perancangan dan penerapan


sistem pelayanan dan kurikulum
pendidikan yang disesuaikan
dengan kebutuhanpembangunan
sosial ekonomi daerah di masa
depan serta berbasis kearifan
lokal.

Pewajiban partisipasi
pendidikan usia dini dan
pendidikan dasar sebagai
investasi modal daerah di masa
yang akan datang.

Pewajiban partisipasi
pendidikan menengah dalam
rangka mencetak SDM yang
berdaya saing.

Pemberdayaan masyarakat
dalam penyelenggaraan dan
manajemen pelayanan
pendidikan termasuk menjalin
kemitraan dengan swasta serta
lembaga adat dan keagamaan.

Misi

Sasaran Pokok
b

Peningkatan derajat kesehatan


masyarakat sehingga
berkontribusi signifikan dalam
upaya peningkatan IPM.

Arahan Kebijakan
1

Peningkatan pelayanan
kesehatan, pembiayaan
kesehatan, obat dan perbekalan
kesehatan bagi seluruh
masyarakat di seluruh wilayah.

Peningkatan kualitas SDM


kesehatan.

Penyediaan pelayanan
kesehatan bebas biaya.

Pemberdayaan masyarakat
dalam penyelenggaraan dan
manajemen pelayanan
kesehatan termasuk menjalin
kemitraan dengan swasta serta
lembaga adat dan keagamaan.

peningkatan perilaku dan


kemandirian masyarakat, dan
pada upaya promotif dan
preventif.

Tabel 5-8Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-8


Misi
8

Mendorong
kesejahteraan ekonomi
masyarakat

Sasaran Pokok
a

Penanggulangan kemiskinan
baik di perkotaan maupun
perkampungan

- 84 -

Arahan Kebijakan
1

Penciptaan lapangan kerja dan


lapangan usaha seluas-luasnya
di perkotaan dan perkampungan
sesuai fungsi spesifik dengan
mengandalkan produk unggulan
sebagai penopang kebutuhan.

Penumbuhkembangan usaha
bersama masyarakat.

Pembinaan budaya menabung


masyarakat sekaligus
menghilangkan gaya hidup
konsumtif bekerjasama dengan
lembaga keuangan yang
dipercaya masyarakat.

Pembekalan keterampilan
kewirausahaan masyarakat dan
pembinaan pengelolaan usaha.

Misi

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
5

Pemberian jaminan sosial bagi


masyarakat miskin penguatan
lembaga jaminan sosial yang
didukung oleh peraturanperaturan perundangan dan
sistem pendanaan.

Pemberian bahan kebutuhan


pokok bagi masyarakat miskin.

Pengendalian pertumbuhan
penduduk dan penggalakkan
keluarga kecil bahagia sejahtera

Tabel 5-9Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-9


Misi
9

Mendorong
kesejahteraan sosial
masyarakat

Sasaran Pokok
a

Pemenuhan prasarana
perumahan dan prasarana
pendukung lingkungan
perumahan.

Pengayoman dan pembinaan


masyarakat Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS)

Pembinaan keimanan,
ketaqwaan, dan budaya luhur
masyarakat berbasis kearifan
lokal

- 85 -

Arahan Kebijakan
1

Penyediaan perumahan bagi


masyarakat dengan skema
pembiayaan ringan dan dapat
dijangkau masyarakat.

Penciptaan rumah layak dan


lingkunganperumahan/permukiman
sehat dengan sanitasi, air bersih,
dan penerangan yang cukup.

Pendirian dan penguatan lembaga


pembinaan masyarakat PMKS.

Peningkatan kualitas hidup dan


peran perempuan serta
kesejahteraan dan perlindungan
anak diberbagai bidang
pembangunan, penurunan tindak
kekerasan terhadap perempuan dan
anak.

serta penguatan kelembagaan dan


jaringan persemaan gender.

Optimalisasi peran lembaga adat


dan lembaga keagamaan dalam
pembinaan iman dan taqwa serta
budaya luhur masyarakat.

Misi

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
2

Penetrasi pendidikan iman dan


taqwa di ranah pendidikan dan
keluarga.

pengembangan budaya inovatif yang


beriorentasi iptek dengan
memperhatikan nilai-nilai kearifan
lokal

Tabel 5-10Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-10


Misi
10

Menciptakan sistem
ekonomi dan regulasi
ekonomi yang
berkeadilan

Sasaran Pokok
a

Penerapan sistem ekonomi dan


regulasi ekonomi yang berpihak
kepada masyarakat.

- 86 -

Arahan Kebijakan
1

Pengawasan dan pembinaan


penyaluran kompensasi (CSR)
berupa penyejahteraan
masyarakat lokal atas pendirian
industri/usaha besar berupa
pembinaan sosial, pembangunan
prasarana, maupun pemberian
kesempatan kerja/usaha.

Pemberian kesempatan kepada


masyarakat lokal agar dapat
memperoleh akses yang
memadai dan menikmati hasil
dari pemanfaatan SDA yang ada
di wilayahnya.

Penyusunan regulasi yang


mengatur kewajiban pemberian
kompensasi kepada masyarakat
lokal atas pendirian
industri/usaha besar yang
memanfaatkan potensi daerah.

Tabel 5-11Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-11


Misi
11

Menciptakan hukum dan


sistem pembangunan
yang berkeadilan

Sasaran Pokok
a

Perancangan dan penerapan


sistem hukum yang berpihak
kepada masyarakat.

Arahan Kebijakan
1

Penyediaan pelayanan dan


bantuan hukum dengan biaya
yang terjangkau, proses yang
tidak berbelit, dan penetapan
putusan yang mencerminkan
rasa keadilan.

Pemantapan kelembagaan
hukum daerah, meliputi
penataan kedudukan, fungsi dan
peranan institusi hukum dalam
mendukung kelembagaan
hukum pusat agar lebih mampu
mewujudkan ketertiban;
kepastian hukum; dan
memberikan keadilan,
kemanfaatan dan perlindungan
hak asasi manusia, dan hirakhi
peraturan perundanganundangan baik vertikal maupun
horizontal serta asasasas
hukum universal.

Perlindungan hak-hak
masyarakat adat.

Prioritas pembangunan bagi


masyarakat miskin serta
masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil dan daerah
terisolir

Prioritas objek pembangunan


ditujukan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat
miskin serta masyarakat yang
tinggal di daerah terpencil dan
daerah terisolir.

Pengelolaan pertanahan dan


penertiban sistem pertanahan

Penyelesaian persoalan
pertanahan dengan pemetaan
status kepemilikan tanah
menyusun peraturan yang
mengakomodir pemanfaatan
tanah ulayat.

- 87 -

Tabel 5-12Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-12


Misi
12

Mengelola sekaligus
memelihara SDA Papua
Barat dengan prinsip
berkelanjutan.

Sasaran Pokok
a

Pendayagunaan SDA yang


terbarukan.

Pengelolaan pemanfaatan SDA


yang tidak terbarukan.

- 88 -

Arahan Kebijakan
1

Pendayagunaan SDA terbarukan


terus diupayakan, seperti hutan,
pertanian, perikanan, dan
perairan, dikelola dan
dimanfaatkan secara rasional,
optimal, efisien, dan
bertanggung jawab dengan
mendayagunakan seluruh fungsi
dan manfaat secara seimbang.

Pengelolaan SDA terbarukan


yang berada dalam kondisi
kritis, diarahkan pada upaya
untuk direhabilitasi dan
dipulihkan daya dukungnya.

pendapatan yang berasal dari


pemanfaatan SDA terbarukan
diinvestasikan kembali guna
menumbuhkan kembangkan
upaya pemulihan, rehabilitasi,
dan pencadangan untuk
kepentingan generasi sekarang
maupun generasi mendatang.

Tidak dikonsumsi secara


langsung, melainkan
diperlakukan sebagai input
untuk proses produksi
berikutnya yang dapat
menghasilkan nilai tambah yang
optimal.

Pendapatan yang diperoleh dari


kelompok SDA ini diarahkan
untuk percepatan pertumbuhan
ekonomi dengan diinvestasikan
pada sektor-sektor lain yang
produktif, juga untuk upaya
reklamasi, konservasi, dan
memperkuat pendanaan dalam
pencarian sumber-sumber
energi alternatif dan atau bahan
subsitusi, yang terbarukan
seperti biomassa, biogas, mikro
hidro, biodesel yang lebih
ramah lingkungan.

Penganekaragaman energi,
konservasi energi dengan

Misi

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
memperhatikan pengendalian
lingkungan hidup.

Pelestarian dan pemeliharaan


Sumber Daya Air.

Peningkatan nilai tambah


pemanfaatan SDA

Pengembangan SDA khas

- 89 -

menjaga kelestarian fungsi


daerah tangkapan air dan
keberadaan air tanah.

mewujudkan keseimbangan
antara pasokan dan kebutuhan
melalui pendekatan demand
management yang ditujukan
untuk meningkatkan efektivitas
dan efisiensi penggunaan dan
konsumsi air.

pendekatan supply management


yang ditujukan untuk
meningkatkan kapasitas dan
keandalan pasokan, air,
memperkokoh kelembagaan
sumber daya air untuk
meningkatkan keterpaduan dan
kualitas pelayanan terhadap
masyarakat.
diversifikasi produk dan inovasi
pengolahan hasil SDA.

dilaksanakan untuk
meningkatkan kesejahteraan
masyarakat lokal,
mengembangkan wilayah
strategis dan cepat tumbuh,
serta memperkuat kapasitas dan
komitmen daerah untuk
mendukung pembangunan yang
berkelanjutan.

pemberdayaan masyarakat lokal


sebagai institusi sosial dan
ekonomi di tingkat lokal, serta
pengakuan terhadap hak-hak
adat dan ulayat atas SDA.

Pengelolaan SDA di kawasan


tertinggal diberikan perhatian
khususnya agar dapat
dikembangkan potensinya untuk
percepatan pembangunan
wilayah, namun tetap
mengedepankan aspek
keberlanjutan bagi generasi

Misi

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
mendatang.

Pendayagunaan SDA yang


terbarukan.

- 90 -

Pendayagunaan SDA terbarukan


terus diupayakan, seperti hutan,
pertanian, perikanan, dan
perairan, dikelola dan
dimanfaatkan secara rasional,
optimal, efisien, dan
bertanggung jawab dengan
mendayagunakan seluruh fungsi
dan manfaat secara seimbang.

Pengelolaan SDA terbarukan


yang berada dalam kondisi
kritis, diarahkan pada upaya
untuk direhabilitasi dan
dipulihkan daya dukungnya.

pendapatan yang berasal dari


pemanfaatan SDA terbarukan
diinvestasikan kembali guna
menumbuhkembangkan upaya
pemulihan, rehabilitasi, dan
pencadangan untuk kepentingan
generasi sekarang maupun
generasi mendatang.

Tabel 5-13Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-13


Misi
13

Memelihara kualitas
lingkungan alam dan
lingkungan hidup.

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan

Pencanangan Provinsi
Konservasi.

Penentuan fungsi utama Provinsi


Papua Barat sebagai Provinsi
Konservasi yang berarti
berkomitmen penuh terhadap
pengalokasian dan pelestarian
kawasan-kawasan lindung yang
kemudian dituangkan dalam
rencana pola ruang dalam
RTRW.

Perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan
pengendalian tata ruang
berbasis konservasi.

Penegasan dan pemetaan batas


wilayah berdasarkan status
administrasi, status kepemilikan,
dan statusnya berdasarkan pola
ruang.

Pengendalian tata ruang melalui


penegakan aturan yang tersurat
dalam peraturan daerah tentang
rencana tata ruang.

Perwujudan pola ruang yang


mendukung terwujudnya
Provinsi Papua Barat sebagai
Provinsi Konservasi.

Pemberdayaan masyarakat
dalam penyelenggaraan tata
ruang.

Mengakomodir kebutuhan
fungsi ruang spesifik masyarakat
lokal.

- 91 -

Tabel 5-14Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Berdasarkan Misi ke-14


Misi
14

Memelihara
keberagaman adat istidat
dan budaya luhur Papua
Barat.

Sasaran Pokok
a

Melestarikan keanekaragaman
budaya dan memproteksi dari
akulturasi budaya negative.

- 92 -

Arahan Kebijakan
1

Penyusunan peraturan daerah


yang mengatur upaya proteksi
budaya daerah.

Proteksi budaya dari pengaruh


modernisasi yang menyebabkan
nilai-nilai adat menjadi luntur
dengan pengawasan intensif
terhadap IPTEK dan informasi
yang masuk dari luar daerah
disertai dengan
pendokumentasian jejak dan
rekam budaya daerah dengan
pendirian museum, kawasan
Kampung adat/Kampung
budaya, taman budaya, dan
sanggar seni.

Pendidikan kebudayaan yang


dimasukkan ke ranah
pendidikan formal.

Pembinaan dan pemberdayaan


masyarakat lokal untuk menjadi
pemandu wisata budaya,
berpartisipasi dalam ajang
kebudayaan tingkat lokal,
nasional, maupun internasional.

5.2

TAHAPAN DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN

Visi pembangunan jangka panjang direncanakan untuk dicapai dalam waktu 20 (dua puluh) tahun. Secara
lebih teknis, rencana pencapaiannya dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) untuk waktu 5 (lima) tahun sesuai dengan satu periode Pemerintahan Gubernur. Agar visi dan
misi yang diusung Gubernur tetap sejalan dengan visi RPJPDProvinsi Papua Barat, maka berikut ini
dijabarkan mengenai arahan pembangunan di setiap periode RPJMD berdasarkan arah pembangunan
yang telah dipaparkan sebelumnya.
Dalam 20 tahun, setiap periode pembangunan jangka menengah memiliki porsi penekanan visi atau bisa
juga disebut sebagai tema pembangunan yang berbeda-beda, namun seluruhnya diatur sedemikian rupa
sehingga mampu merepresentasikan apa tujuan besar yang ingin dicapai di tiap akhir periode 5 tahunan
sampai akhirnya visi pembangunan jangka panjang Provinsi Papua Barat dapat tercapai di akhir periode.

Gambar 5-1

Arahan Penekanan Visi/Tema Pembangunan Pada Setiap Periode PJM

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi penekanan lebih dari substansi visi bagi setiap periode
pembangunan jangka menengah. Untuk pembangunan jangka menengah yang pertama, penekanan yang
sifatnya sangat tinggi ada pada aspek kemandirian yang dilanjutkan pada periode pembangunan jangka
menengah yang kedua yang ditekankan bersamaan dengan aspek daya saing. Untuk pembangunan jangka
menengah yang ketiga, penekanan penting ada pada aspek daya saing. Sedangkan untuk pembangunan
jangka menengah yang terakhir, penekanannya ada pada aspek kesejahteraan. Sedangkan untuk aspek
adil dan lestari, porsinya sama pada keempat periode pembangunan jangka menengah.
Perlu diperhatikan, bahwa turunnya grafik setelah mencapai puncak prioritasnya bukan diartikan
sebagai penurunan target atau capaian dari masing-masing komponen pembentuk visi, namun lebih
teknisnya kepada penurunan porsi program dan kegiatan yang kurang relevan dengan hal besar apa yang
ingin dicapai pada periode tersebut.

- 93 -

5.2.1

Tahap Lima Tahun Ke-1 (2006-2011)

Pada Pembangunan Jangka Menengah (PJM) periode pertama ini, pembangunan di Provinsi Papua Barat
diprioritaskan untuk mewujudkan komponen visi pertama, yaitu Provinsi Papua Barat yang Mandiri.
Seperti yang telah dituangkan pada Misi Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Papua Barat, mandiri
diartikan sebagai kondisi dimana Provinsi Papua Barat telah menjadi wilayah dengan stabilitas politik,
pertahanan, dan keamanan. Selain itu Papua Barat juga memiliki ketahanan pangan, prasarana dan
sarana wilayah yang memadai, keuangan daerah dengan PAD sebagai komponen utama yang membiayai
pembangunan, yang kesemuanya merupakan hasil dari tata kelola pemerintahan yang baik.
Untuk lima tahun pertama dalam periode pembangunan jangka panjang ini, upaya mencapai Provinsi
Papua Barat yang Mandiri

terutama ditekankan pada upaya mewujudkan ketahanan pangan,

pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana wilayah, serta pembenahan tata kelola
pemerintahan. Namun penekanan upaya-upaya tersebut bukan berarti mengabaikan arahan-arahan
kebijakan lainnya. Berikut ini adalah paparan sasaran pokok dan arahan kebijakan untuk pembangunan
jangka menengah pertama.

Tabel 5-15Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-1 (20062011)
Sasaran Pokok
a

Penciptaan dan pengokohan


sistem politik, keamanan, dan
pertahanan.

Pembinaan masyarakat
demokratis, cerdas politik,
dan taat hukum.

Pemenuhan dan pengelolaan


kebutuhan bahan makanan
pokok dan kebutuhan bahan
makanan sumber protein
masyarakat.

Arahan Kebijakan
1

Pembangunan struktur hukum untuk memantapkan dan


mengefektifkan berbagai organisasi dan lembaga hukum,
profesi hukum, dan badan peradilan.

Kapasitasi aparat penegak hukum dan penjaga kemanan dan


pertahanan dalam rangka meningkatkan penegakan hukum.

Penguatan hubungan antara aparat dengan masyarakat lokal


dalam rangka meningkatkan penegakan hokum.

Pencerdasan masyarakat akan nilai-nilai politik demokratis,


terutama penghormatan nilai-nilai HAM, nilai-nilai persamaan,
anti kekerasan, serta nilai-nilai toleransi.

Peningkatan peran lembaga independen di bidang komunikasi


dan informasi serta di tengah masyarakat.

Pemetaan, alokasi, dan ekstensifikasi lahan pertanian bahan


makanan pokok, peternakan, dan perikanan (tangkap dan
budidaya) sebagai pendukung utama pencapaian swasembada
dan swasembada berkelanjutan.

Peningkatan dan penguatan kompetensi SDM di bidang


pertanian dan kelautan yang didukung oleh pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

- 94 -

Sasaran Pokok

Pemenuhan kebutuhan
infrastruktur transportasi
untuk membuka akses mudah
dan terjangkau ke seluruh
wilayah.

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana utilitas
publik.

Arahan Kebijakan
3

Penguatan kelembagaan ketahanan pangan yang mampu


menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat
rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun
harga yang terjangkau.

Perampungan pembangunan jaringan jalan dan jembatan Trans


Papua Barat dan jalan strategis, serta jalan-jalan lokal yang
menuju ke setiap kampung.

Pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan sehingga mampu


secara mudah dilewati kendaraan.

Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi


darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau dan
penyeberangan.

Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh prasarana dan sarana


transportasi darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau
dan penyeberangan sehingga dapat berfungsi maksimal.

Perancangan sistem transportasi darat, laut, udara, serta


transportasi sungai, danau dan penyeberangan yang
terintegrasi sehingga mampu memenuhi kebutuhan pergerakan
barang dan penumpang ke seluruh wilayah secara murah dan
teratur (regular).

Perancangan prasarana dan sarana transportasi yang tahan


bencana (mampu meredam dampak bencana seminimal
mungkin).

Pengembangan jaringan energi listrik serta penciptaan sumbersumber energi listrik baru berskala makro dan mikro sesuai
kebutuhan spesifik wilayah.

Penambahan kapasitas produksi listrik sehingga mampu


memenuhi kebutuhan listrik seluruh wilayah sampai ke rumahrumah penduduk setiap hari selama 24 jam.

Pengembangan jaringan air bersih dan air minum serta


penciptaan sumber-sumber air bersih baru berskala makro dan
mikro sesuai kebutuhan spesifik wilayah yang mampu
menjangkau rumah-rumah penduduk setiap hari selama 24
jam.

Penyiapan sistem pencadangan air bersih di kawasan-kawasan


strategis terutama kawasan permukiman penduduk di daerah
rawan kekeringan.

Pengembangan jaringan telekomunikasi satelit dan nirkabel


yang mampu dinikmati masyarakat di seluruh wilayah.

- 95 -

Sasaran Pokok

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana
pelayanan publik.

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana
penanggulangan bencana.

Arahan Kebijakan
6

Alokasi lahan dan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir


Sampah dan Tempat Pembuangan Sementara Sampah yang
dilengkapi sistem pengolahan sampah ramah lingkungan dan
berteknologi tepat guna.

Perancangan dan penerapan sistem pengelolaan sampah


terpadu disertai dengan pemenuhan kebutuhan prasarana dan
sarana pengelolaan sampah.

Pembangunan jaringan drainase dan IPAL terutama di kawasan


perkotaan dan permukiman penduduk.

Perancangan prasarana dan sarana utilitas publik yang tahan


bencana (mampu meredam dampak bencana seminimal
mungkin).

10

Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana utilitas publik


sehingga dapat berfungsi maksimal.

Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan


pendidikan (pendidikan dini sampai pendidikan tinggi, formal
maupun informal) statis dan dinamis yang mampu dijangkau
dan menjangkau seluruh masyarakat di seluruh wilayah secara
mudah dan murah.

Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan


kesehatan statis dan dinamis yang mampu dijangkau dan
menjangkau seluruh masyarakat di seluruh wilayah secara
mudah dan murah.

Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi


yang mampu dijangkau dan menjangkau seluruh masyarakat di
seluruh wilayah secara mudah dan murah.

Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana pelayanan publik


sehingga dapat berfungsi maksimal.

Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana mitigasi bencana


kebakaran, gempa bumi, banjir, dan tsunami termasuk
kebakaran hutan yang dirancang mampu menjangkau seluruh
wilayah rawan kebakaran secara mudah dan cepat sesuai
karakteristik daerah.

Perencanaan sistem mitigasi bencana terpadu.

Pembinaan pemerintah dan masyarakat di kawasan rawan


bencana terkait upaya-upaya mitigasi bencana agar paham,
waspada. dan siap mencegah dan menanggulangi bencana.

Pemetaan dan pengaturan pengembangan dan perlindungan


kawasan-kawasan rawan bencana dalam rencana tata ruang.

Pemberian ruang untuk mengembangkan kemampuan dan


penerapan sistem deteksi dini, sosialisasi dan diseminasi
informasi secara dini terhadap ancaman bencana alam kepada

- 96 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
masyarakat.

Peningkatan Pendapatan Asli


Daerah (PAD).

Peningkatan penerimaan
dana perimbangan.

Optimalisasi pengelolaan
dana penerimaan lain-lain
yang sah.

Pembinaan kompetensi dan


profesionalitas aparat
pemerintah.

Peningkatan penerimaan pajak daerah dengan penertiban


objek wajib pajak dan intensifikasi penagihan pajak disertai
pembinaan kesadaran pembayaran pajak.

Peningkatan penerimaan retribusi daerah dengan melengkapi


peraturan daerah mengenai retribusi.

Identifikasi sumber-sumber kekayaan daerah yang potensial


dan melakukan pengelolaan kekayaan daerah baik dengan
pendirian BUMD maupun sistem kerjasama dengan swasta atau
pemerintah daerah lain.

Identifikasi potensi SDA yang dapat dimanfaatkan serta


meningkatkan promosi dan investasi atas SDA tersebut.

Mengoptimalkan penerimaan komponen DBH pajak yang


belum dilaksanakan.

Mengoptimalkan penerimaan DAU .

Mengoptimalkan penerimaan DAK dengan upaya identifikasi


dan pemanfaatan potensi daerah yang mengakomodir
komitmen atau prioritas nasional.

Optimalisasi penyerapan dana perimbangan dengan usulan


program-program strategis yang relevan dengan kebutuhan
daerah.

Optimalisasi penyerapan dana penerimaan lain-lain yang sah


untuk membiayai pembangunan prasarana dan sarana wilayah
serta program-program strategis (terutama terkait pelayanan
administrasi publik, pendidikan, kesehatan, dan
pengembangan SDM) yang relevan dengan kebutuhan spesifik
daerah .

Optimalisasi penyerapan dana penyesuaian untuk motivasi


peningkatan kinerja aparat pemerintahan, tenaga kesehatan
dan pendidikan, serta program pelayanan umum strategis lain
yang relevan dengan kebutuhan daerah.

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan fungsional sebagai


upaya peningkatan kapasitas, kapabilitas, netralitas, dan
kesadaran aparat pemerintah terkait peran, tugas pokok, dan
fungsinya masing-masing.

Pembinaan dalam penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan


umum dan keterampilan bahasa asing, komputer, dan
teknologi.

Penanaman dan penyusunan visi misi Provinsi Papua Barat


kepada aparat pemerintah sebagai upaya pengarahan mental

- 97 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
agar menjadikan visi-misi sebagai orientasi utama dari seluruh
peran, posisi, tugas pokok, dan fungsi yang dijalankan.

Penciptaan dan penerapan


sistem pemerintahan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip
good governance.

Pengawasan kinerja aparat dalam rangka menyajikan


pelayanan prima dengan ketulusan dan semangat melayani
bagi seluruh masyarakat.

Perancangan sistem penilaian kinerja aparatur pemerintahan


yang berbasis prestasi dan sanksi.

Peningkatan pemahaman dan keterlibatan aparatur


pemerintahan dalam penyusunan rencana kerja dan rencana
pembangunan wilayah.

Penyelenggaraan proses rekruitmen yang bersih dan


profesional.

Perancangan dan penerapan sistem yang akuntabel dalam


keuangan dan kinerja pemerintahan.

Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin


keterbukaan informasi terkait data, regulasi, prosedur, dan
sebagainya yang sifatnya menyangkut publik serta
perancangan sistem yang memfasilitasi aspirasi masyarakat
baik berupa kritik, saran, pengaduan, maupun pertanyaan.

Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin


pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pertanggungjawaban
atas kinerja pemerintah dan penyelenggaraan pembangunan
secara terbuka.

Penyusunan standar operasional pelaksanaan dan rencana


teknis pelaksanaan tugas yang lengkap, jelas, dan mudah
dimengerti.

Optimalisasi peran DPRPB, Pengawas Pegawai Negeri Sipil


(PPNS), pers/media, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
peneliti, dan masyarakat dalam pelaksanaan mengawasi
penyelenggaraan pemerintahan dan program pembangunan
daerah.

Penciptaan mekanisme standardisasi dan penurunan informasi


serta koordinasi informal sebagai tanggung jawab personil
lama kepada personil baru ketika regenerasi atau
restrukturisasi pemerintahan.

Pelibatan publik dalam setiap proses penyusunan rencana,


implementasi program, dan pengawasan jalannya kegiatan
pemerintahan dan pembangunan.

Penggiatan penyelenggaraan public hearing, stakeholders


meeting, jajak pendapat umum, pelaporan penelitian dan
kajian, pemungutan suara sederhana, diskusi dan konsultasi

- 98 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
publik, dan forum publik lainnya untuk membahas hal-hal yang
menyangkut kepentingan publik.

Pemenuhan kebutuhan legal


formal pemerintahan.

Pelengkapan struktur
pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan spesifik daerah

10

Pembagian tugas dan wewenang secara eksplisit dan tersurat


serta sosialisasi dan implementasi sistem komando dan
koordinasi antar dan intern instansi pemerintah bersama
masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan tugas administratif
pemerintahan maupun tugas terkait teknis pembangunan
daerah agar berjalan efektif dan efisien.

11

Penegakan aturan kedisiplinan secara memaksa dan tidak


memihak.

12

Perancangan dan penetapan sistem pelayanan publik yang


efektif dan efisien yang berarti pelayanan izin yang mudah,
sederhana, dan murah.

Peningkatan kepekaan dan ketelitian terhadap kebutuhan akan


dokumen-dokumen penting seperti dokumen rencana, regulasi,
administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan
aktual daerah.

Penyusunan dan legalisasi dokumen rencana, regulasi,


administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan
aktual yang diperlukan secara tertib prosedural dan tepat
waktu.

Melakukan inventarisasi dokumen-dokumen penting daerah


secara rapi dan terorganisir, juga dituangkan dalam database
yang lengkap dan up to date.

Penyusunan dan legalisasi peraturan-peraturan daerah


termasuk Perdasi dan Perdasus dan peraturan daerah spesifik
lainnya yang dibutuhkan.

Pembaharuan materi hukum yang sudah tidak relevan dengan


tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang
berlaku dan pengaruh globalisasi.

Restrukturisasi dan realokasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika


dibutuhkan, untuk memelihara kinerja yang efektif dan efisien.

Pemerataan distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga


pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan
sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and
balances sistem).

Penempatan aparatur di lembaga-lembaga pemerintahan


sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

Pembentukan SKPD sesuai dengan peraturan yang disesuaikan


dengan kebutuhan spesifik daerah.

- 99 -

Sasaran Pokok
a

Peningkatan besaran dan laju


pertumbuhan PDRB.

Peningkatan ekonomi wilayah


berbasis keunggulan
komparatif yang
bertransformasi bertahap
menjadi berbasis keunggulan
kompetitif.

Peningkatan kerjasama
ekonomi.

Peningkatan pertumbuhan
dan daya saing unit-unit
usaha masyarakat

Arahan Kebijakan
1

Peningkatan produktivitas dan ekspansi sektor dan subsektor


yang berperan sebagai kontributor utama terhadap PDRB.

Memacu pengembangan sektor dan subsektor yang potensial


namun kontribusinya masih kecil terhadap PDRB.

Mengurangi ketergantungan terhadap sektor migas dengan


meningkatkan pertumbuhan usaha/industri sektor non migas
lain.

Peningkatan efisiensi, modernisasi, rantai nilai dan nilai


tambah sektor primer terutama sektor pertanian, dan
pertambangan didorong agar mampu bersaing di pasar lokal,
regional dan internasional serta untuk memperkuat basis
produksi sektor primer di daerah.

Pemantapan industri/usaha pertanian di kawasan


perkampungan dengan membangun keterkaitan sistem
produksi, distribusi dan pelayanan prima khususnya dengan
perkotaan.

Peningkatan produktivitas industri/usaha pertanian melalui


penguasaan, penyebaran, penerapan, dan inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan dukungan
kelembagaan ekonomi dan pemerintahan yang baik.

Pengembangan pariwisata berskala internasional, nasional,


maupun lokal yang berbasis pengembangan masyarakat lokal.

Pencarian nilai tambah dari upaya penjagaan hutan dan


lingkungan.

Menghilangkan praktik-praktik yang menciptakan ekonomi


biaya tinggi, komitmen untuk memajukan potensi lokal,
konsistensi program dan infrastruktur yang mendukung.

mendorong penanaman modal dalam negeri dan asing bagi


peningkatan daya saing perekonomian daerah; serta
meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan sarana
pendukung lainnya.

Peningkatan kerjasama antar kabupaten/kota di Papua Barat


maupun dengan swasta atau pemerintah pusat atau daerah lain
untuk mengelola potensi daerah.

Mewujudkan iklim investasi yang kondusif, mendorong


penanaman modal dalam negeri dan asing bagi peningkatan
daya saing perekonomian daerah.

Upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan


kompetitif bagi produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) serta mini mikro melalui sinergitas pelaku
usaha, pemerintah daerah, perbankan daerah serta organisasi

- 100 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
dan anggota masyarakat.

Peningkatan derajat
pendidikan masyarakat
sehingga berkontribusi
signifikan dalam upaya
peningkatan IPM.

Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat
sehingga berkontribusi
signifikan dalam upaya
peningkatan IPM.

Meningkatkan koperasi dan lembaga keuangan mikro sehingga


menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya
peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.

Stimulasi pertumbuhan unit usaha melalui pemberian bantuan


modal dan pembinaan keterampilan serta penyediaan skema
pembiayaan dan kredit ringan bagi masyarakat.

Fasilitasi kemitraan swasta dan pemerintah dengan unit-unit


usaha masyarakat.

Penyediaan pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh


wilayah sampai ke wilayah terpencil/terisolir.

Penyediaan pelayanan pendidikan bebas biaya.

Peningkatan kualitas layanan pendidikan dan tenaga pendidik.

Perancangan dan penerapan sistem pelayanan dan kurikulum


pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan
sosial ekonomi daerah di masa depan serta berbasis kearifan
lokal.

Pewajiban partisipasi pendidikan usia dini dan pendidikan


dasar sebagai investasi modal daerah di masa yang akan dating.

Kewajiban partisipasi pendidikan menengah dalam rangka


mencetak SDM yang berdaya saing.

Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan dan


manajemen pelayanan pendidikan termasuk menjalin
kemitraan dengan swasta serta lembaga adat dan keagamaan.

Peningkatan pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, obat


dan perbekalan kesehatan bagi seluruh masyarakat di seluruh
wilayah.

Peningkatan kualitas SDM kesehatan.

Penyediaan pelayanan kesehatan bebas biaya.

Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan dan


manajemen pelayanan kesehatan termasuk menjalin kemitraan
dengan swasta serta lembaga adat dan keagamaan.

peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat, dan pada


upaya promotif dan preventif.

- 101 -

Sasaran Pokok
a

Penanggulangan kemiskinan
baik di perkotaan maupun
perkampungan.

Pemenuhan prasarana
perumahan dan prasarana
pendukung lingkungan
perumahan.

Pengayoman dan pembinaan


masyarakat Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS).

Pembinaan keimanan,
ketaqwaan, dan budaya luhur
masyarakat berbasis kearifan
lokal.

Arahan Kebijakan
1

Penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha seluas-luasnya


di perkotaan dan perkampungan sesuai fungsi spesifik dengan
mengandalkan produk unggulan sebagai penopang kebutuhan.

Penumbuhkembangan usaha bersama masyarakat.

Pembinaan budaya menabung masyarakat sekaligus


menghilangkan gaya hidup konsumtif bekerjasama dengan
lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat.

Pembekalan keterampilan kewirausahaan masyarakat dan


pembinaan pengelolaan usaha.

Pemberian jaminan sosial bagi masyarakat miskin penguatan


lembaga jaminan sosial yang didukung oleh peraturanperaturan perundangan dan sistem pendanaan.

Pemberian bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin.

Pengendalian pertumbuhan penduduk dan penggalakkan


keluarga kecil bahagia sejahtera.

Penyediaan perumahan bagi masyarakat dengan skema


pembiayaan ringan dan dapat dijangkau masyarakat.

Penciptaan rumah layak dan lingkungan


perumahan/permukiman sehat dengan sanitasi, air bersih, dan
penerangan yang cukup.

Pendirian dan penguatan lembaga pembinaan masyarakat


PMKS.

Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta


kesejahteraan dan perlindungan anak diberbagai bidang
pembangunan, penurunan tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak.

serta penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan


gender.

Optimalisasi peran lembaga adat dan lembaga keagamaan


dalam pembinaan iman dan taqwa serta budaya luhur
masyarakat.

Penetrasi pendidikan iman dan taqwa di ranah pendidikan dan


keluarga.

pengembangan budaya inovatif yang beriorentasi iptek dengan


memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal.

- 102 -

Sasaran Pokok

Penerapan sistem ekonomi


dan regulasi ekonomi yang
berpihak kepada masyarakat.

Perancangan dan penerapan


sistem hukum yang berpihak
kepada masyarakat.

Arahan Kebijakan

Pengawasan dan pembinaan penyaluran kompensasi (CSR)


berupa penyejahteraan masyarakat lokal atas pendirian
industri/usaha besar berupa pembinaan sosial, pembangunan
prasarana, maupun pemberian kesempatan kerja/usaha.

Pemberian kesempatan kepada masyarakat lokal agar dapat


memperoleh akses yang memadai dan menikmati hasil dari
pemanfaatan SDA yang ada di wilayahnya.

Penyusunan regulasi yang mengatur kewajiban pemberian


kompensasi kepada masyarakat lokal atas pendirian
industri/usaha besar yang memanfaatkan potensi daerah.

Penyediaan pelayanan dan bantuan hukum dengan biaya yang


terjangkau, proses yang tidak berbelit, dan penetapan putusan
yang mencerminkan rasa keadilan.

Pemantapan kelembagaan hukum daerah, meliputi penataan


kedudukan, fungsi dan peranan institusi hukum dalam
mendukung kelembagaan hukum pusat agar lebih mampu
mewujudkan ketertiban; kepastian hukum; dan memberikan
keadilan, kemanfaatan dan perlindungan hak asasi manusia,
dan hirakhi peraturan perundangan-undangan baik vertikal
maupun horizontal serta asasasas hukum universal.

Perlindungan hak-hak masyarakat adat.

Prioritas pembangunan bagi


masyarakat miskin serta
masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil dan daerah
terisolir

Prioritas objek pembangunan ditujukan bagi peningkatan


kesejahteraan masyarakat miskin serta masyarakat yang
tinggal di daerah terpencil dan daerah terisolir.

Pengelolaan pertanahan dan


penertiban sistem
pertanahan.

Penyelesaian persoalan pertanahan dengan pemetaan status


kepemilikan tanah menyusun peraturan yang mengakomodir
pemanfaatan tanah ulayat.

Pendayagunaan SDA yang


terbarukan.

Pendayagunaan SDA terbarukan terus diupayakan, seperti


hutan, pertanian, perikanan, dan perairan, dikelola dan
dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien, dan
bertanggung jawab dengan mendayagunakan seluruh fungsi
dan manfaat secara seimbang.

Pengelolaan SDA terbarukan yang berada dalam kondisi kritis,


diarahkan pada upaya untuk direhabilitasi dan dipulihkan daya
dukungnya.

pendapatan yang berasal dari pemanfaatan SDA terbarukan


diinvestasikan kembali guna menumbuhkan kembangkan

- 103 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
upaya pemulihan, rehabilitasi, dan pencadangan untuk
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Pengelolaan pemanfaatan
SDA yang tidak terbarukan.

Tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan


sebagai input untuk proses produksi berikutnya yang dapat
menghasilkan nilai tambah yang optimal.

Pendapatan yang diperoleh dari kelompok SDA ini diarahkan


untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dengan
diinvestasikan pada sektor-sektor lain yang produktif, juga
untuk upaya reklamasi, konservasi, dan memperkuat
pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi alternatif
dan atau bahan subsitusi, yang terbarukan seperti biomassa,
biogas, mikro hidro, biodesel yang lebih ramah lingkungan.

Penganekaragaman energi, konservasi energi dengan


memperhatikan pengendalian lingkungan hidup.

menjaga kelestarian fungsi daerah tangkapan air dan


keberadaan air tanah.

mewujudkan keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan


melalui pendekatan demand management yang ditujukan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dan
konsumsi air.

pendekatan supply management yang ditujukan untuk


meningkatkan kapasitas dan keandalan pasokan, air,
memperkokoh kelembagaan sumber daya air untuk
meningkatkan keterpaduan dan kualitas pelayanan terhadap
masyarakat.

Peningkatan nilai tambah


pemanfaatan SDA.

diversifikasi produk dan inovasi pengolahan hasil SDA.

Pengembangan SDA khas.

dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat


lokal, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh,
serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk
mendukung pembangunan yang berkelanjutan

pemberdayaan masyarakat lokal sebagai institusi sosial dan


ekonomi di tingkat lokal, serta pengakuan terhadap hak-hak
adat dan ulayat atas SDA.

Pengelolaan SDA di kawasan tertinggal diberikan perhatian


khususnya agar dapat dikembangkan potensinya untuk
percepatan pembangunan wilayah, namun tetap
mengedepankan aspek keberlanjutan bagi generasi mendatang.

Penentuan fungsi utama Provinsi Papua Barat sebagai Provinsi


Konservasi yang berarti berkomitmen penuh terhadap
pengalokasian dan pelestarian kawasan-kawasan lindung yang
kemudian dituangkan dalam rencana pola ruang dalam RTRW.

Pelestarian dan pemeliharaan


Sumber Daya Air.

Pencanangan Provinsi
Konservasi.

- 104 -

Sasaran Pokok
c

Perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan
pengendalian tata ruang
berbasis konservasi.

Melestarikan
keanekaragaman budaya dan
memproteksi dari akulturasi
budaya negatif.

5.2.2

Arahan Kebijakan
1

Penegasan dan pemetaan batas wilayah berdasarkan status


administrasi, status kepemilikan, dan statusnya berdasarkan
pola ruang.

Pengendalian tata ruang melalui penegakan aturan yang


tersurat dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang.

Perwujudan pola ruang yang mendukung terwujudnya Provinsi


Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi.

Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan tata ruang.

Mengakomodir kebutuhan fungsi ruang spesifik masyarakat


lokal.

Penyusunan peraturan daerah yang mengatur upaya proteksi


budaya daerah.

Proteksi budaya dari pengaruh modernisasi yang menyebabkan


nilai-nilai adat menjadi luntur dengan pengawasan intensif
terhadap IPTEK dan informasi yang masuk dari luar daerah
disertai dengan pendokumentasian jejak dan rekam budaya
daerah dengan pendirian museum, kawasan Kampung
adat/Kampung budaya, taman budaya, dan sanggar seni.

Pendidikan kebudayaan yang dimasukkan ke ranah pendidikan


formal.

Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk menjadi


pemandu wisata budaya, berpartisipasi dalam ajang
kebudayaan tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

Tahap Lima Tahun Ke-2 (2012-2016)

Pada RPJMD periode kedua ini perwujudan Provinsi Papua Barat yang Mandiri tetap diprioritaskan
bersamaan dengan perwujudan Provinsi Papua Barat yang berdaya saing. Untuk tahap lima tahun yang
kedua dalam periode pembangunan jangka panjang ini, upaya mencapai Provinsi Papua Barat yang
Mandiri merupakan upaya melanjutkan capaian pokok-pokok kemandirian pada lima tahun pertama,
yang berarti upaya-upaya mewujudkan ketahanan pangan, pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana
wilayah, serta pembenahan tata kelola pemerintahan. Beberapa arahan kebijakan baru ditambahkan
sebagai penanda majunya tingkat kemandirian yang ditargetkan.

- 105 -

Tabel 5-16Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-2 (20122016)
Sasaran Pokok
a

Penciptaan dan pengokohan


sistem politik, keamanan, dan
pertahanan

Arahan Kebijakan
3

Peningkatan upaya perlindungan wilayah.

Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pertahanan dan


keamanan serta penempatan aparat di wilayah rawan konflik.

Penguatan hubungan antara aparat dengan masyarakat lokal


dalam rangka meningkatkan penegakan hokum.

Pembinaan masyarakat
demokratis, cerdas politik, dan
taat hukum.

Penciptaan hubungan harmonis antara masyarakat dan


pemerintah serta politisi melalui jaringan informasi yang
bersifat interaktif dalam rangka menciptakan lingkungan
masyarakat yang demokratis.

Pemenuhan dan pengelolaan


kebutuhan bahan makanan
pokok dan kebutuhan bahan
makanan sumber protein
masyarakat.

Peningkatan dan Penguatan kompetensi SDM di bidang


pertanian dan kelautan yang didukung oleh pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber kekayaan laut secara berkelanjutan.

Penguatan kelembagaan ketahanan pangan yang mampu


menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di
tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan,
maupun harga yang terjangkau.

Peningkatan volume dan kontinuitas produksi pertanian serta


stimulasi pertumbuhan unit usaha pertanian bahan makanan
pokok, peternakan, dan perikanan.

Pelancaran distribusi bahan makanan pokok ke wilayahwilayah strategis.

Perampungan pembangunan jaringan jalan dan jembatan


Trans Papua Barat dan jalan strategis, serta jalan-jalan lokal
yang menuju ke setiap kampung.

Pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan sehingga mampu


secara mudah dilewati kendaraan.

Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi


darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau dan
penyeberangan.

Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh prasarana dan sarana


transportasi darat, laut, udara, serta transportasi sungai,
danau dan penyeberangan sehingga dapat berfungsi maksimal.

Pemenuhan kebutuhan
infrastruktur transportasi
untuk membuka akses mudah
dan terjangkau ke seluruh
wilayah.

- 106 -

Sasaran Pokok
b

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana utilitas
publik

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana
pelayanan publik.

Arahan Kebijakan
1

Pengembangan jaringan energi listrik serta penciptaan


sumber-sumber energi listrik baru berskala makro dan mikro
sesuai kebutuhan spesifik wilayah.

Penambahan kapasitas produksi listrik sehingga mampu


memenuhi kebutuhan listrik seluruh wilayah sampai ke
rumah-rumah penduduk setiap hari selama 24 jam.

Pengembangan jaringan air bersih dan air minum serta


penciptaan sumber-sumber air bersih baru berskala makro
dan mikro sesuai kebutuhan spesifik wilayah yang mampu
menjangkau rumah-rumah penduduk setiap hari selama 24
jam.

Penyiapan sistem pencadangan air bersih di kawasankawasan strategis terutama kawasan permukiman penduduk
di daerah rawan kekeringan.

Pengembangan jaringan telekomunikasi satelit dan nirkabel


yang mampu dinikmati masyarakat di seluruh wilayah.

Alokasi lahan dan pembangunan Tempat Pembuangan Akhir


Sampah dan Tempat Pembuangan Sementara Sampah yang
dilengkapi sistem pengolahan sampah ramah lingkungan dan
berteknologi tepat guna.

Perancangan dan penerapan sistem pengelolaan sampah


terpadu disertai dengan pemenuhan kebutuhan prasarana dan
sarana pengelolaan sampah.

Pembangunan jaringan drainase dan IPAL terutama di


kawasan perkotaan dan permukiman penduduk.

Perancangan prasarana dan sarana utilitas publik yang tahan


bencana (mampu meredam dampak bencana seminimal
mungkin).

10

Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana utilitas publik


sehingga dapat berfungsi maksimal.

Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan


pendidikan (pendidikan dini sampai pendidikan tinggi, formal
maupun informal) statis dan dinamis yang mampu dijangkau
dan menjangkau seluruh masyarakat di seluruh wilayah
secara mudah dan murah.

Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana pelayanan


kesehatan statis dan dinamis yang mampu dijangkau dan
menjangkau seluruh masyarakat di seluruh wilayah secara
mudah dan murah.

Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana sosial ekonomi


yang mampu dijangkau dan menjangkau seluruh masyarakat

- 107 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
di seluruh wilayah secara mudah dan murah.

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana
penanggulangan bencana.

Peningkatan Pendapatan Asli


Daerah (PAD).

Peningkatan penerimaan dana


perimbangan.

Optimalisasi pengelolaan dana


penerimaan lain-lain yang sah.

Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana pelayanan


publik sehingga dapat berfungsi maksimal.

Pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana mitigasi bencana


kebakaran, gempa bumi, banjir, dan tsunami termasuk
kebakaran hutan yang dirancang mampu menjangkau seluruh
wilayah rawan kebakaran secara mudah dan cepat sesuai
karakteristik daerah.

Perencanaan sistem mitigasi bencana terpadu.

Pembinaan pemerintah dan masyarakat di kawasan rawan


bencana terkait upaya-upaya mitigasi bencana agar paham,
waspada. dan siap mencegah dan menanggulangi bencana.

Peningkatan penerimaan pajak daerah dengan penertiban


objek wajib pajak dan intensifikasi penagihan pajak disertai
pembinaan kesadaran pembayaran pajak.

Peningkatan penerimaan retribusi daerah dengan melengkapi


peraturan daerah mengenai retribusi.

Identifikasi sumber-sumber kekayaan daerah yang potensial


dan melakukan pengelolaan kekayaan daerah baik dengan
pendirian BUMD maupun sistem kerjasama dengan swasta
atau pemerintah daerah lain

Identifikasi potensi SDA yang dapat dimanfaatkan serta


meningkatkan promosi dan investasi atas SDA tersebut.

Mengoptimalkan penerimaan komponen DBH pajak yang


belum dilaksanakan.

Mengoptimalkan penerimaan DAU .

Mengoptimalkan penerimaan DAK dengan upaya identifikasi


dan pemanfaatan potensi daerah yang mengakomodir
komitmen atau prioritas nasional.

Optimalisasi penyerapan dana perimbangan dengan usulan


program-program strategis yang relevan dengan kebutuhan
daerah.

Optimalisasi penyerapan dana penerimaan lain-lain yang sah


untuk membiayai pembangunan prasarana dan sarana
wilayah serta program-program strategis (terutama terkait
pelayanan administrasi publik, pendidikan, kesehatan, dan
pengembangan SDM) yang relevan dengan kebutuhan spesifik
daerah.

Optimalisasi penyerapan dana penyesuaian untuk motivasi


peningkatan kinerja aparat pemerintahan, tenaga kesehatan
dan pendidikan, serta program pelayanan umum strategis lain

- 108 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
yang relevan dengan kebutuhan daerah.

Pembinaan kompetensi dan


profesionalitas aparat
pemerintah.

Penciptaan dan penerapan


sistem pemerintahan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip
good governance.

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan fungsional sebagai


upaya peningkatan kapasitas, kapabilitas, netralitas, dan
kesadaran aparat pemerintah terkait peran, tugas pokok, dan
fungsinya masing-masing.

Pembinaan dalam penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan


umum dan keterampilan bahasa asing, komputer, dan
teknologi.

Penanaman dan penyuasanaan visi misi Provinsi Papua Barat


kepada aparat pemerintah sebagai upaya pengarahan mental
agar menjadikan visi-misi sebagai orientasi utama dari seluruh
peran, posisi, tugas pokok, dan fungsi yang dijalankan.

Pengawasan kinerja aparat dalam rangka menyajikan


pelayanan prima dengan ketulusan dan semangat melayani
bagi seluruh masyarakat.

Perancangan sistem penilaian kinerja aparatur pemerintahan


yang berbasis prestasi dan sanksi.

Peningkatan pemahaman dan keterlibatan aparatur


pemerintahan dalam penyusunan rencana kerja dan rencana
pembangunan wilayah.

Penyelenggaraan proses rekruitmen yang bersih dan


profesional.

Perancangan dan penerapan sistem yang akuntabel dalam


keuangan dan kinerja pemerintahan.

Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin


keterbukaan informasi terkait data, regulasi, prosedur, dan
sebagainya yang sifatnya menyangkut publik serta
Perancangan sistem yang memfasilitasi aspirasi masyarakat
baik berupa kritik, saran, pengaduan, maupun pertanyaan.

Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin


pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pertanggungjawaban
atas kinerja pemerintah dan penyelenggaraan pembangunan
secara terbuka.

Penyusunan standar operasional pelaksanaan dan rencana


teknis pelaksanaan tugas yang lengkap, jelas, dan mudah
dimengerti.

Optimalisasi peran DPRD, Pengawas Pegawai Negeri Sipil


(PPNS), pers/media, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),

- 109 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
peneliti, dan masyarakat dalam pelaksanaan mengawasi
penyelenggaraan pemerintahan dan program pembangunan
daerah.

Pemenuhan kebutuhan legal


formal pemerintahan

Penciptaan mekanisme standardisasi dan penurunan


informasi serta koordinasi informal sebagai tanggung jawab
personil lama kepada personil baru ketika regenerasi atau
restrukturisasi pemerintahan.

Pelibatan publik dalam setiap proses penyusunan rencana,


implementasi program, dan pengawasan jalannya kegiatan
pemerintahan dan pembangunan.

Penggiatan penyelenggaraan public hearing, stakeholders


meeting, jajak pendapat umum, pelaporan penelitian dan
kajian, pemungutan suara sederhana, diskusi dan konsultasi
publik, dan forum publik lainnya untuk membahas hal-hal
yang menyangkut kepentingan publik.

10

Pembagian tugas dan wewenang secara eksplisit dan tersurat


serta sosialisasi dan implementasi sistem komando dan
koordinasi antar dan intern instansi pemerintah bersama
masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan tugas administratif
pemerintahan maupun tugas terkait teknis pembangunan
daerah agar berjalan efektif dan efisien.

11

Penegakan aturan kedisiplinan secara memaksa dan tidak


memihak.

12

Perancangan dan penetapan sistem pelayanan publik yang


efektif dan efisien yang berarti pelayanan izin yang mudah,
sederhana, dan murah.

Peningkatan kepekaan dan ketelitian terhadap kebutuhan


akan dokumen-dokumen penting seperti dokumen rencana,
regulasi, administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan
kepentingan aktual daerah.

Penyusunan dan legalisasi dokumen rencana, regulasi,


administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan
kepentingan aktual yang diperlukan secara tertib prosedural
dan tepat waktu.

Melakukan inventarisasi dokumen-dokumen penting daerah


secara rapi dan terorganisir, juga dituangkan dalam database
yang lengkap dan up to date.

Penyusunan dan legalisasi peraturan-peraturan daerah


termasuk Perdasi dan Perdasus dan peraturan daerah spesifik
lainnya yang dibutuhkan.

Pembaharuan materi hukum yang sudah tidak relevan dengan


tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang
berlaku dan pengaruh globalisasi.

- 110 -

Sasaran Pokok
d

Pelengkapan struktur
pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan spesifik daerah.

Peningkatan besaran dan laju


pertumbuhan PDRB.

Peningkatan ekonomi wilayah


berbasis keunggulan
komparatif yang
bertransformasi bertahap
menjadi berbasis keunggulan
kompetitif.

Peningkatan kerjasama
ekonomi.

Peningkatan pertumbuhan dan


daya saing unit-unit

Arahan Kebijakan
1

Restrukturisasi dan realokasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika


dibutuhkan, untuk memelihara kinerja yang efektif dan efisien.

Pemerataan distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga


pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan
sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and
balances system).

Penempatan aparatur di lembaga-lembaga pemerintahan


sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

Pembentukan SKPD sesuai dengan peraturan yang


disesuaikan dengan kebutuhan spesifik daerah.

Peningkatan produktivitas dan ekspansi sektor dan subsektor


yang berperan sebagai kontributor utama terhadap PDRB.

Memacu pengembangan sektor dan subsektor yang potensial


namun kontribusinya masih kecil terhadap PDRB.

Peningkatan efisiensi, modernisasi, rantai nilai dan nilai


tambah sektor primer terutama sektor pertanian, dan
pertambangan didorong agar mampu bersaing di pasar lokal,
regional dan internasional serta untuk memperkuat basis
produksi sektor primer di daerah.

Pengembangan pariwisata berskala internasional, nasional,


maupun lokal yang berbasis pengembangan masyarakat lokal.

Pencarian nilai tambah dari upaya penjagaan hutan dan


lingkungan.

mendorong penanaman modal dalam negeri dan asing bagi


peningkatan daya saing perekonomian daerah; serta
meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan sarana
pendukung lainnya.

Peningkatan kerjasama antar kabupaten/kota di Papua Barat


maupun dengan swasta atau pemerintah pusat atau daerah
lain untuk mengelola potensi daerah.

Mewujudkan iklim investasi yang kondusif, mendorong


penanaman modal dalam negeri dan asing bagi peningkatan
daya saing perekonomian daerah.

Upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan


kompetitif bagi produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan

- 111 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan

usahamasyarakat.

Peningkatan derajat
pendidikan masyarakat
sehingga berkontribusi
signifikan dalam upaya
peningkatan IPM.

Peningkatan derajat kesehatan


masyarakat sehingga
berkontribusi signifikan dalam
upaya peningkatan IPM.

Menengah (UMKM) serta mini mikro melalui sinergitas pelaku


usaha, pemerintah daerah, perbankan daerah serta organisasi
dan anggota masyarakat.
2

Meningkatkan koperasi dan lembaga keuangan mikro


sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata
dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi
masyarakat.

Stimulasi pertumbuhan unit usaha melalui pemberian bantuan


modal dan pembinaan keterampilan serta penyediaan skema
pembiayaan dan kredit ringan bagi masyarakat.

Fasilitasi kemitraan swasta dan pemerintah dengan unit-unit


usaha masyarakat.

Penyediaan pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh


wilayah sampai ke wilayah terpencil/terisolir.

Penyediaan pelayanan pendidikan bebas biaya.

Peningkatan kualitas layanan pendidikan dan tenaga pendidik.

Perancangan dan penerapan sistem pelayanan dan kurikulum


pendidikan yang disesuaikan dengan kebutuhan
pembangunan sosial ekonomi daerah di masa depan serta
berbasis kearifan lokal.

Pewajiban partisipasi pendidikan usia dini dan pendidikan


dasar sebagai investasi modal daerah di masa yang akan
datang.

Pewajiban partisipasi pendidikan menengah dalam rangka


mencetak SDM yang berdaya saing.

Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan dan


manajemen pelayanan pendidikan termasuk menjalin
kemitraan dengan swasta serta lembaga adat dan keagamaan.

Peningkatan pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan,


obat dan perbekalan kesehatan bagi seluruh masyarakat di
seluruh wilayah.

Peningkatan kualitas SDM kesehatan.

Penyediaan pelayanan kesehatan bebas biaya.

Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan dan


manajemen pelayanan kesehatan termasuk menjalin
kemitraan dengan swasta serta lembaga adat dan keagamaan.

- 112 -

Sasaran Pokok

Penanggulangan kemiskinan
baik di perkotaan maupun
perkampungan.

Pemenuhan prasarana
perumahan dan prasarana
pendukung lingkungan
perumahan.

Pengayoman dan pembinaan


masyarakat Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS).

Pembinaan keimanan,
ketaqwaan, dan budaya luhur
masyarakat berbasis kearifan
lokal.

Penerapan sistem ekonomi


dan regulasi ekonomi yang

Arahan Kebijakan
5

peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat, dan pada


upaya promotif dan preventif.

Penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha seluas-luasnya


di perkotaan dan perkampungan sesuai fungsi spesifik dengan
mengandalkan produk unggulan sebagai penopang kebutuhan.

Penumbuhkembangan usaha bersama masyarakat.

Pembinaan budaya menabung masyarakat sekaligus


menghilangkan gaya hidup konsumtif bekerjasama dengan
lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat.

Pembekalan keterampilan kewirausahaan masyarakat dan


pembinaan pengelolaan usaha.

Pemberian jaminan sosial bagi masyarakat miskin penguatan


lembaga jaminan sosial yang didukung oleh peraturanperaturan perundangan dan sistem pendanaan.

Pemberian bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin.

Pengendalian pertumbuhan penduduk dan penggalakkan


keluarga kecil bahagia sejahtera.

Penyediaan perumahan bagi masyarakat dengan skema


pembiayaan ringan dan dapat dijangkau masyarakat.

Penciptaan rumah layak dan lingkungan


perumahan/permukiman sehat dengan sanitasi, air bersih,
dan penerangan yang cukup.

Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta


kesejahteraan dan perlindungan anak diberbagai bidang
pembangunan, penurunan tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak.

serta penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan


gender.

Optimalisasi peran lembaga adat dan lembaga keagamaan


dalam pembinaan iman dan taqwa serta budaya luhur
masyarakat.

Penetrasi pendidikan iman dan taqwa di ranah pendidikan dan


keluarga.

Pengawasan dan pembinaan penyaluran kompensasi (CSR)


berupa penyejahteraan masyarakat lokal atas pendirian
industri/usaha besar berupa pembinaan sosial, pembangunan

- 113 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan

berpihak kepada masyarakat.

Perancangan dan penerapan


sistem hukum yang berpihak
kepada masyarakat.

prasarana, maupun pemberian kesempatan kerja/usaha.


2

Pemberian kesempatan kepada masyarakat lokal agar dapat


memperoleh akses yang memadai dan menikmati hasil dari
pemanfaatan SDA yang ada di wilayahnya.

Penyediaan pelayanan dan bantuan hukum dengan biaya yang


terjangkau, proses yang tidak berbelit, dan penetapan putusan
yang mencerminkan rasa keadilan.

Perlindungan hak-hak masyarakat adat.

Prioritas pembangunan bagi


masyarakat miskin serta
masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil dan daerah
terisolir.

Prioritas objek pembangunan ditujukan bagi peningkatan


kesejahteraan masyarakat miskin serta masyarakat yang
tinggal di daerah terpencil dan daerah terisolir.

Pengelolaan pertanahan dan


penertiban sistem pertanahan.

Penyelesaian persoalan pertanahan dengan pemetaan status


kepemilikan tanah menyusun peraturan yang mengakomodir
pemanfaatan tanah ulayat.

Pendayagunaan SDA yang


terbarukan.

Pendayagunaan SDA terbarukan terus diupayakan, seperti


hutan, pertanian, perikanan, dan perairan, dikelola dan
dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien, dan
bertanggung jawab dengan mendayagunakan seluruh fungsi
dan manfaat secara seimbang.

Pengelolaan SDA terbarukan yang berada dalam kondisi kritis,


diarahkan pada upaya untuk direhabilitasi dan dipulihkan
daya dukungnya.

Tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan


sebagai input untuk proses produksi berikutnya yang dapat
menghasilkan nilai tambah yang optimal.

Penganekaragaman energi, konservasi energi dengan


memperhatikan pengendalian lingkungan hidup.

menjaga kelestarian fungsi daerah tangkapan air dan


keberadaan air tanah.

mewujudkan keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan


melalui pendekatan demand management yang ditujukan
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan dan
konsumsi air.

pendekatan supply management yang ditujukan untuk


meningkatkan kapasitas dan keandalan pasokan, air,
memperkokoh kelembagaan sumber daya air untuk
meningkatkan keterpaduan dan kualitas pelayanan terhadap
masyarakat.

Pengelolaan pemanfaatan SDA


yang tidak terbarukan.

Pelestarian dan pemeliharaan


Sumber Daya Air

- 114 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan

Peningkatan nilai tambah


pemanfaatan SDA.

diversifikasi produk dan inovasi pengolahan hasil SDA.

Pengembangan SDA khas.

dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat


lokal, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh,
serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk
mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

pemberdayaan masyarakat lokal sebagai institusi sosial dan


ekonomi di tingkat lokal, serta pengakuan terhadap hak-hak
adat dan ulayat atas SDA.

Pengelolaan SDA di kawasan tertinggal diberikan perhatian


khususnya agar dapat dikembangkan potensinya untuk
percepatan pembangunan wilayah, namun tetap
mengedepankan aspek keberlanjutan bagi generasi
mendatang.

Pengendalian tata ruang melalui penegakan aturan yang


tersurat dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang.

Perwujudan pola ruang yang mendukung terwujudnya


Provinsi Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi.

Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan tata


ruang.

Penyusunan peraturan daerah yang mengatur upaya proteksi


budaya daerah.

Proteksi budaya dari pengaruh modernisasi yang


menyebabkan nilai-nilai adat menjadi luntur dengan
pengawasan intensif terhadap IPTEK dan informasi yang
masuk dari luar daerah disertai dengan pendokumentasian
jejak dan rekam budaya daerah dengan pendirian museum,
kawasan Kampung adat/Kampung budaya, taman budaya, dan
sanggar seni.

Pendidikan kebudayaan yang dimasukkan ke ranah


pendidikan formal.

Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk


menjadi pemandu wisata budaya, berpartisipasi dalam ajang
kebudayaan tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

Perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan
pengendalian tata ruang
berbasis konservasi.

Melestarikan keanekaragaman
budaya dan memproteksi dari
akulturasi budaya negatif.

- 115 -

5.2.3

Tahap Lima Tahun Ke-3 (2017-2021)

Pada RPJMD periode ketiga dari pembangunan jangka menengah ini, arahan pembangunan diprioritaskan
untuk mewujudkan Provinsi Papua Barat yang berdaya saing. Provinsi Papua Barat yang berdaya saing
berarti provinsi yang memiliki SDM dan perekonomian yang mampu beradaptasi terhadap perubahan
internal dan eksternal untuk meraih keberhasilan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan masa
depan yang lebih baik dengan tetap terbuka pada persaingan regional, nasional, dan global. Kemampuan
untuk berdaya saing menjadi kunci untuk mencapai kemajuan sekaligus kemandirian, sehingga gejolak
yang berasal dari dalam maupun luar wilayah dapat diredam oleh ketahanan ekonominya
Pada tahap ini pembangunan dan pengembangan SDM serta perekonomian wilayah diharapkan berada
dalam satu tingkatan lebih maju, bukan hanya memantapkan tapi mulai mengembangkan dan menaikkan
standar lebih dekat dengan kondisi eksternal sehingga diharapkan mampu betul-betul memiliki daya
saing di ranah eksternal Papua Barat.

Tabel 5-17Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-3 (20172022)
Sasaran Pokok
a

Penciptaan dan pengokohan


sistem politik, keamanan, dan
pertahanan.

Pemenuhan dan pengelolaan


kebutuhan bahan makanan
pokok dan kebutuhan bahan
makanan sumber protein
masyarakat .

Pengembangan pola pangan


serta peningkatan nilai
tambah pertanian untuk
peningkatan kesejahteraan
petani.

Arahan Kebijakan
1

Peningkatan upaya perlindungan wilayah.

Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pertahanan dan


keamanan serta penempatan aparat di wilayah rawan konflik.

Peningkatan volume dan kontinuitas produksi pertanian serta


stimulasi pertumbuhan unit usaha pertanian bahan makanan
pokok, peternakan, dan perikanan.

Pelancaran distribusi bahan makanan pokok ke wilayahwilayah strategis.


Peningkatan diversifikasi pangan.

Sasaran Pokok
Pemenuhan kebutuhan
infrastruktur transportasi
untuk membuka akses mudah
dan terjangkau ke seluruh
wilayah.

Pemenuhan kebutuhan

Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor dengan


pendirian industri serta penciptaan iklim usaha yang kondusif
melalui regulasi/deregulasi.
Arahan Kebijakan
Pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan sehingga mampu
secara mudah dilewati kendaraan.

Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh prasarana dan sarana


transportasi darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau
dan penyeberangan sehingga dapat berfungsi maksimal.
Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana utilitas publik

- 116 -

Sasaran Pokok
prasarana dan sarana utilitas
publik.
Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana
pelayanan publik.
Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
sehingga dapat berfungsi maksimal.
4

Arahan Kebijakan

Peningkatan Pendapatan Asli


Daerah (PAD).

Peningkatan penerimaan
dana perimbangan.

Sasaran Pokok
Pembinaan kompetensi dan
profesionalitas aparat
pemerintah.

5
6

Penciptaan dan penerapan


sistem pemerintahan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip
good governance.

Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana pelayanan publik


sehingga dapat berfungsi maksimal.

2
3

Identifikasi sumber-sumber kekayaan daerah yang potensial


dan melakukan pengelolaan kekayaan daerah baik dengan
pendirian BUMD maupun sistem kerjasama dengan swasta atau
pemerintah daerah lain.
Mengurangi ketergantungan terhadap dana perimbangan
dengan meningkatkan PAD sebagai dana utama bagi
pembiayaan pembangunan daerah.
Arahan Kebijakan
Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan fungsional sebagai
upaya peningkatan kapasitas, kapabilitas, netralitas, dan
kesadaran aparat pemerintah terkait peran, tugas pokok, dan
fungsinya masing-masing.
Pembinaan dalam penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan
umum dan keterampilan bahasa asing, komputer, dan
teknologi.
Penanaman dan penyuasanaan visi misi Provinsi Papua Barat
kepada aparat pemerintah sebagai upaya pengarahan mental
agar menjadikan visi-misi sebagai orientasi utama dari seluruh
peran, posisi, tugas pokok, dan fungsi yang dijalankan.
Pengawasan kinerja aparat dalam rangka menyajikan
pelayanan prima dengan ketulusan dan semangat melayani
bagi seluruh masyarakat.
Perancangan sistem penilaian kinerja aparatur pemerintahan
yang berbasis prestasi dan sanksi.
Peningkatan pemahaman dan keterlibatan aparatur
pemerintahan dalam penyusunan rencana kerja dan rencana
pembangunan wilayah.
Penyelenggaraan proses rekruitmen yang bersih dan
profesional.

Perancangan dan penerapan sistem yang akuntabel dalam


keuangan dan kinerja pemerintahan.
Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin
keterbukaan informasi terkait data, regulasi, prosedur, dan
sebagainya yang sifatnya menyangkut publik serta
Perancangan sistem yang memfasilitasi aspirasi masyarakat
baik berupa kritik, saran, pengaduan, maupun pertanyaan.
Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin
pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pertanggungjawaban
atas kinerja pemerintah dan penyelenggaraan pembangunan
secara terbuka.
Penyusunan standar operasional pelaksanaan dan rencana
teknis pelaksanaan tugas yang lengkap, jelas, dan mudah
dimengerti.
Optimalisasi peran DPRD, Pengawas Pegawai Negeri Sipil
(PPNS), pers/media, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
peneliti, dan masyarakat dalam pelaksanaan mengawasi
penyelenggaraan pemerintahan dan program pembangunan

- 117 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
7

10

11
12

Pemenuhan kebutuhan legal


formal pemerintahan.

Pelengkapan struktur
pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan spesifik daerah

3
4

Peningkatan besaran dan laju


pertumbuhan PDRB.

daerah.
Penciptaan mekanisme standardisasi dan penurunan informasi
serta koordinasi informal sebagai tanggung jawab personil
lama kepada personil baru ketika regenerasi atau
restrukturisasi pemerintahan.
Pelibatan publik dalam setiap proses penyusunan rencana,
implementasi program, dan pengawasan jalannya kegiatan
pemerintahan dan pembangunan.
Penggiatan penyelenggaraan public hearing, stakeholders
meeting, jajak pendapat umum, pelaporan penelitian dan
kajian, pemungutan suara sederhana, diskusi dan konsultasi
publik, dan forum publik lainnya untuk membahas hal-hal yang
menyangkut kepentingan publik.
Pembagian tugas dan wewenang secara eksplisit dan tersurat
serta sosialisasi dan implementasi sistem komando dan
koordinasi antar dan intern instansi pemerintah bersama
masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan tugas administratif
pemerintahan maupun tugas terkait teknis pembangunan
daerah agar berjalan efektif dan efisien.
Penegakan aturan kedisiplinan secara memaksa dan tidak
memihak
Perancangan dan penetapan sistem pelayanan publik yang
efektif dan efisien yang berarti pelayanan izin yang mudah,
sederhana, dan murah.
Peningkatan kepekaan dan ketelitian terhadap kebutuhan akan
dokumen-dokumen penting seperti dokumen rencana, regulasi,
administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan
aktual daerah.
Penyusunan dan legalisasi dokumen rencana, regulasi,
administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan
aktual yang diperlukan secara tertib prosedural dan tepat
waktu.
Melakukan inventarisasi dokumen-dokumen penting daerah
secara rapi dan terorganisir, juga dituangkan dalam database
yang lengkap dan up to date.
Penyusunan dan legalisasi peraturan-peraturan daerah
termasuk Perdasi dan Perdasus dan peraturan daerah spesifik
lainnya yang dibutuhkan.
Pembaharuan materi hukum yang sudah tidak relevan dengan
tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang
berlaku dan pengaruh globalisasi.
Restrukturisasi dan realokasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika
dibutuhkan, untuk memelihara kinerja yang efektif dan efisien.
Pemerataan distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga
pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan
sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and
balances system).
Penempatan aparatur di lembaga-lembaga pemerintahan
sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.
Pembentukan SKPD sesuai dengan peraturan yang disesuaikan
dengan kebutuhan spesifik daerah.
Peningkatan produktivitas dan ekspansi sektor dan subsektor
yang berperan sebagai kontributor utama terhadap PDRB.

- 118 -

Sasaran Pokok
2
3

Peningkatan ekonomi wilayah


berbasis keunggulan
komparatif yang
bertransformasi bertahap
menjadi berbasis keunggulan
kompetitif.

3
4
c

Peningkatan kerjasama
ekonomi.

Peningkatan pertumbuhan
dan daya saing unit-unit
usaha masyarakat.

Peningkatan derajat
pendidikan masyarakat
sehingga berkontribusi
signifikan dalam upaya
peningkatan IPM.

Arahan Kebijakan
Memacu pengembangan sektor dan subsektor yang potensial
namun kontribusinya masih kecil terhadap PDRB.
Mengurangi ketergantungan terhadap sektor migas dengan
meningkatkan pertumbuhan usaha/industri sektor non migas
lain.
Peningkatan efisiensi, modernisasi, rantai nilai dan nilai
tambah sektor primer terutama sektor pertanian, dan
pertambangan didorong agar mampu bersaing di pasar lokal,
regional dan internasional serta untuk memperkuat basis
produksi sektor primer di daerah.
Pemantapan industri/usaha pertanian di kawasan
perkampungan dengan membangun keterkaitan sistem
produksi, distribusi dan pelayanan prima khususnya dengan
perkotaan.

Peningkatan produktivitas industri/usaha pertanian melalui


penguasaan, penyebaran, penerapan, dan inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan dukungan
kelembagaan ekonomi dan pemerintahan yang baik.
Pengembangan pariwisata berskala internasional, nasional,
maupun lokal yang berbasis pengembangan masyarakat local.
Pencarian nilai tambah dari upaya penjagaan hutan dan
lingkungan.
mendorong penanaman modal dalam negeri dan asing bagi
peningkatan daya saing perekonomian daerah; serta
meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan sarana
pendukung lainnya.
Peningkatan kerjasama antar kabupaten/kota di Papua Barat
maupun dengan swasta atau pemerintah pusat atau daerah lain
untuk mengelola potensi daerah.
Mewujudkan iklim investasi yang kondusif, mendorong
penanaman modal dalam negeri dan asing bagi peningkatan
daya saing perekonomian daerah.
Upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan
kompetitif bagi produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) serta mini mikro melalui sinergitas pelaku
usaha, pemerintah daerah, perbankan daerah serta organisasi
dan anggota masyarakat.
Meningkatkan koperasi dan lembaga keuangan mikro sehingga
menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya
peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.
Stimulasi pertumbuhan unit usaha melalui pemberian bantuan
modal dan pembinaan keterampilan serta penyediaan skema
pembiayaan dan kredit ringan bagi masyarakat.
Fasilitasi kemitraan swasta dan pemerintah dengan unit-unit
usaha masyarakat.

Penyediaan pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh


wilayah sampai ke wilayah terpencil/terisolir.

2
3

Penyediaan pelayanan pendidikan bebas biaya.


Peningkatan kualitas layanan pendidikan dan tenaga pendidik.

- 119 -

Sasaran Pokok
4

6
b

Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat
sehingga berkontribusi
signifikan dalam upaya
peningkatan IPM.

Penanggulangan kemiskinan
baik di perkotaan maupun
perkampungan.

2
3
5

Peningkatan kualitas SDM kesehatan.


Penyediaan pelayanan kesehatan bebas biaya.
peningkatan perilaku dan kemandirian masyarakat, dan pada
upaya promotif dan preventif.

Penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha seluas-luasnya


di perkotaan dan perkampungan sesuai fungsi spesifik dengan
mengandalkan produk unggulan sebagai penopang kebutuhan.
Penumbuhkembangan usaha bersama masyarakat.
Pembinaan budaya menabung masyarakat sekaligus
menghilangkan gaya hidup konsumtif bekerjasama dengan
lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat.
Pembekalan keterampilan kewirausahaan masyarakat dan
pembinaan pengelolaan usaha.
Pemberian jaminan sosial bagi masyarakat miskin penguatan
lembaga jaminan sosial yang didukung oleh peraturanperaturan perundangan dan sistem pendanaan.
Pemberian bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin.
Pengendalian pertumbuhan penduduk dan penggalakkan
keluarga kecil bahagia sejahtera.

2
3

4
5

6
7

Pemenuhan prasarana
perumahan dan prasarana
pendukung lingkungan
perumahan.

Pengayoman dan pembinaan


masyarakat Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS).
Pembinaan keimanan,
ketaqwaan, dan budaya luhur
masyarakat berbasis kearifan
lokal.

Penyediaan perumahan bagi masyarakat dengan skema


pembiayaan ringan dan dapat dijangkau masyarakat.

Penciptaan rumah layak dan lingkungan


perumahan/permukiman sehat dengan sanitasi, air bersih, dan
penerangan yang cukup.
Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta
kesejahteraan dan perlindungan anak diberbagai bidang
pembangunan, penurunan tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak.
Optimalisasi peran lembaga adat dan lembaga keagamaan
dalam pembinaan iman dan taqwa serta budaya luhur
masyarakat.

2
3

Penerapan sistem ekonomi


dan regulasi ekonomi yang
berpihak kepada masyarakat.

Arahan Kebijakan
Pewajiban partisipasi pendidikan usia dini dan pendidikan
dasar sebagai investasi modal daerah di masa yang akan
datang.
Pewajiban partisipasi pendidikan menengah dalam rangka
mencetak SDM yang berdaya saing.
Peningkatan pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, obat
dan perbekalan kesehatan bagi seluruh masyarakat di seluruh
wilayah.

Penetrasi pendidikan iman dan taqwa di ranah pendidikan dan


keluarga.
pengembangan budaya inovatif yang beriorentasi iptek dengan
memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal.
Pengawasan dan pembinaan penyaluran kompensasi (CSR)
berupa penyejahteraan masyarakat lokal atas pendirian
industri/usaha besar berupa pembinaan sosial, pembangunan
prasarana, maupun pemberian kesempatan kerja/usaha.

- 120 -

Sasaran Pokok
2

Perancangan dan penerapan


sistem hukum yang berpihak
kepada masyarakat.

Prioritas pembangunan bagi


masyarakat miskin serta
masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil dan daerah
terisolir.
Pendayagunaan SDA yang
terbarukan.

2
1

Pengelolaan pemanfaatan
SDA yang tidak terbarukan.

3
c
d
e

Pelestarian dan pemeliharaan


Sumber Daya Air.
Peningkatan nilai tambah
pemanfaatan SDA.
Pengembangan SDA khas.

1
1
1

Perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan

Arahan Kebijakan
Pemberian kesempatan kepada masyarakat lokal agar dapat
memperoleh akses yang memadai dan menikmati hasil dari
pemanfaatan SDA yang ada di wilayahnya.
Penyediaan pelayanan dan bantuan hukum dengan biaya yang
terjangkau, proses yang tidak berbelit, dan penetapan putusan
yang mencerminkan rasa keadilan.
Perlindungan hak-hak masyarakat adat.
Prioritas objek pembangunan ditujukan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat miskin serta masyarakat yang
tinggal di daerah terpencil dan daerah terisolir.

Pendayagunaan SDA terbarukan terus diupayakan, seperti


hutan, pertanian, perikanan, dan perairan, dikelola dan
dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien, dan
bertanggung jawab dengan mendayagunakan seluruh fungsi
dan manfaat secara seimbang.
Pengelolaan SDA terbarukan yang berada dalam kondisi kritis,
diarahkan pada upaya untuk direhabilitasi dan dipulihkan daya
dukungnya.
pendapatan yang berasal dari pemanfaatan SDA terbarukan
diinvestasikan kembali guna menumbuhkan kembangkan
upaya pemulihan, rehabilitasi, dan pencadangan untuk
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan
sebagai input untuk proses produksi berikutnya yang dapat
menghasilkan nilai tambah yang optimal.
Pendapatan yang diperoleh dari kelompok SDA ini diarahkan
untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dengan
diinvestasikan pada sektor-sektor lain yang produktif, juga
untuk upaya reklamasi, konservasi, dan memperkuat
pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi alternatif
dan atau bahan subsitusi, yang terbarukan seperti biomassa,
biogas, mikro hidro, biodesel yang lebih ramah lingkungan.
Penganekaragaman energi, konservasi energi dengan
memperhatikan pengendalian lingkungan hidup.
menjaga kelestarian fungsi daerah tangkapan air dan
keberadaan air tanah.
diversifikasi produk dan inovasi pengolahan hasil SDA.
dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
lokal, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh,
serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk
mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
pemberdayaan masyarakat lokal sebagai institusi sosial dan
ekonomi di tingkat lokal, serta pengakuan terhadap hak-hak
adat dan ulayat atas SDA.
Pengelolaan SDA di kawasan tertinggal diberikan perhatian
khususnya agar dapat dikembangkan potensinya untuk
percepatan pembangunan wilayah, namun tetap
mengedepankan aspek keberlanjutan bagi generasi mendatang.
Pengendalian tata ruang melalui penegakan aturan yang
tersurat dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang.

- 121 -

Sasaran Pokok
pengendalian tata ruang
berbasis konservasi.

Arahan Kebijakan

2
3
a

Melestarikan
keanekaragaman budaya dan
memproteksi dari akulturasi
budaya negatif.

5.2.4

Perwujudan pola ruang yang mendukung terwujudnya Provinsi


Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi.
Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan tata ruang.
Proteksi budaya dari pengaruh modernisasi yang menyebabkan
nilai-nilai adat menjadi luntur dengan pengawasan intensif
terhadap IPTEK dan informasi yang masuk dari luar daerah
disertai dengan pendokumentasian jejak dan rekam budaya
daerah dengan pendirian museum, kawasan Kampung
adat/Kampung budaya, taman budaya, dan sanggar seni.
Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk menjadi
pemandu wisata budaya, berpartisipasi dalam ajang
kebudayaan tingkat lokal, nasional, maupun internasional

Tahap Lima Tahun Ke-4 (2022-2025)

Pada RPJMD periode keempat yang merupakan periode terakhir ini, arahan pembangunan diprioritaskan
untuk mewujudkan Provinsi Papua Barat yang sejahtera, dalam artian Papua Barat menjadi wilayah yang
sejahtera secara perekonomian wilayah serta masyarakat Papua Barat sejahtera secara ekonomi dan
sosial sebagai manifestasi dari capaian pembangunan yang telah dilaksanakan selama tiga periode
pembangunan jangka menengah sebelumnya.

Tabel 5-18Sasaran Pokok dan Arahan Kebijakan Pembangunan Tahap Lima Tahun Ke-4 (20222025)
Sasaran Pokok
A

Penciptaan dan pengokohan


sistem politik, keamanan, dan
pertahanan.

Pemenuhan dan pengelolaan


kebutuhan bahan makanan
pokok dan kebutuhan bahan
makanan sumber protein
masyarakat.

Pengembangan pola pangan


serta peningkatan nilai
tambah pertanian untuk
peningkatan kesejahteraan

Arahan Kebijakan
1

Peningkatan upaya perlindungan wilayah.

Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pertahanan dan


keamanan serta penempatan aparat di wilayah rawan konflik.

Peningkatan volume dan kontinuitas produksi pertanian serta


stimulasi pertumbuhan unit usaha pertanian bahan makanan
pokok, peternakan, dan perikanan.

Pelancaran distribusi bahan makanan pokok ke wilayahwilayah strategis.

Peningkatan diversifikasi pangan.

- 122 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan

petani.

Pemenuhan kebutuhan
infrastruktur transportasi
untuk membuka akses mudah
dan terjangkau ke seluruh
wilayah.

Peningkatan nilai tambah, daya saing, dan ekspor dengan


pendirian industri serta penciptaan iklim usaha yang kondusif
melalui regulasi/deregulasi.

Pemeliharaan jaringan jalan dan jembatan sehingga mampu


secara mudah dilewati kendaraan.

Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh prasarana dan sarana


transportasi darat, laut, udara, serta transportasi sungai, danau
dan penyeberangan sehingga dapat berfungsi maksimal

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana utilitas
publik.

Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana utilitas publik


sehingga dapat berfungsi maksimal.

Pemenuhan kebutuhan
prasarana dan sarana
pelayanan publik.

Pemeliharaan dan rehabilitasi seluruh sarana pelayanan publik


sehingga dapat berfungsi maksimal.

Peningkatan penerimaan
dana perimbangan.

Mengurangi ketergantungan terhadap dana perimbangan


dengan meningkatkan PAD sebagai dana utama bagi
pembiayaan pembangunan daerah.

Pembinaan kompetensi dan


profesionalitas aparat
pemerintah.

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan fungsional sebagai


upaya peningkatan kapasitas, kapabilitas, netralitas, dan
kesadaran aparat pemerintah terkait peran, tugas pokok, dan
fungsinya masing-masing.

Pembinaan dalam penguasaan dan pemanfaatan pengetahuan


umum dan keterampilan bahasa asing, komputer, dan
teknologi.

Penanaman dan penyuasanaan visi misi Provinsi Papua Barat


kepada aparat pemerintah sebagai upaya pengarahan mental
agar menjadikan visi-misi sebagai orientasi utama dari seluruh
peran, posisi, tugas pokok, dan fungsi yang dijalankan.

Pengawasan kinerja aparat dalam rangka menyajikan


pelayanan prima dengan ketulusan dan semangat melayani
bagi seluruh masyarakat.

Perancangan sistem penilaian kinerja aparatur pemerintahan


yang berbasis prestasi dan sanksi.

Peningkatan pemahaman dan keterlibatan aparatur


pemerintahan dalam penyusunan rencana kerja dan rencana

- 123 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
pembangunan wilayah.

Penciptaan dan penerapan


sistem pemerintahan yang
sesuai dengan prinsip-prinsip
good governance.

Penyelenggaraan proses rekruitmen yang bersih dan


profesional.

Perancangan dan penerapan sistem yang akuntabel dalam


keuangan dan kinerja pemerintahan.

Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin


keterbukaan informasi terkait data, regulasi, prosedur, dan
sebagainya yang sifatnya menyangkut publik serta
Perancangan sistem yang memfasilitasi aspirasi masyarakat
baik berupa kritik, saran, pengaduan, maupun pertanyaan.

Perancangan dan penerapan sistem yang menjamin


pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pertanggungjawaban
atas kinerja pemerintah dan penyelenggaraan pembangunan
secara terbuka.

Penyusunan standar operasional pelaksanaan dan rencana


teknis pelaksanaan tugas yang lengkap, jelas, dan mudah
dimengerti.

Optimalisasi peran DPRD, Pengawas Pegawai Negeri Sipil


(PPNS), pers/media, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
peneliti, dan masyarakat dalam pelaksanaan mengawasi
penyelenggaraan pemerintahan dan program pembangunan
daerah.

Penciptaan mekanisme standardisasi dan penurunan informasi


serta koordinasi informal sebagai tanggung jawab personil
lama kepada personil baru ketika regenerasi atau
restrukturisasi pemerintahan.

Pelibatan publik dalam setiap proses penyusunan rencana,


implementasi program, dan pengawasan jalannya kegiatan
pemerintahan dan pembangunan.

Penggiatan penyelenggaraan public hearing, stakeholders


meeting, jajak pendapat umum, pelaporan penelitian dan
kajian, pemungutan suara sederhana, diskusi dan konsultasi
publik, dan forum publik lainnya untuk membahas hal-hal yang
menyangkut kepentingan publik.

10

Pembagian tugas dan wewenang secara eksplisit dan tersurat


serta sosialisasi dan implementasi sistem komando dan
koordinasi antar dan intern instansi pemerintah bersama
masyarakat dan swasta dalam pelaksanaan tugas administratif
pemerintahan maupun tugas terkait teknis pembangunan
daerah agar berjalan efektif dan efisien.

11

Penegakan aturan kedisiplinan secara memaksa dan tidak

- 124 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
memihak.

Pemenuhan kebutuhan legal


formal pemerintahan

Pelengkapan struktur
pemerintahan sesuai dengan
kebutuhan spesifik daerah.

12

Perancangan dan penetapan sistem pelayanan publik yang


efektif dan efisien yang berarti pelayanan izin yang mudah,
sederhana, dan murah.

Peningkatan kepekaan dan ketelitian terhadap kebutuhan akan


dokumen-dokumen penting seperti dokumen rencana, regulasi,
administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan
aktual daerah.

Penyusunan dan legalisasi dokumen rencana, regulasi,


administrasi, dan sebagainya yang relevan dengan kepentingan
aktual yang diperlukan secara tertib prosedural dan tepat
waktu.

Melakukan inventarisasi dokumen-dokumen penting daerah


secara rapi dan terorganisir, juga dituangkan dalam database
yang lengkap dan up to date.

Penyusunan dan legalisasi peraturan-peraturan daerah


termasuk Perdasi dan Perdasus dan peraturan daerah spesifik
lainnya yang dibutuhkan.

Pembaharuan materi hukum yang sudah tidak relevan dengan


tetap memerhatikan kemajemukan tatanan hukum yang
berlaku dan pengaruh globalisasi.

Restrukturisasi dan realokasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika


dibutuhkan, untuk memelihara kinerja yang efektif dan efisien.

Pemerataan distribusi kekuasaan pada berbagai lembaga


pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan
sekaligus menciptakan kondisi saling mengawasi (checks and
balances sistem).

Penempatan aparatur di lembaga-lembaga pemerintahan


sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

Pembentukan SKPD sesuai dengan peraturan yang disesuaikan


dengan kebutuhan spesifik daerah.

Peningkatan besaran dan laju


pertumbuhan PDRB.

Mengurangi ketergantungan terhadap sektor migas dengan


meningkatkan pertumbuhan usaha/industri sektor non
migas.Lain

Peningkatan ekonomi wilayah


berbasis keunggulan
komparatif yang
bertransformasi bertahap
menjadi berbasis keunggulan
kompetitif.

Pemantapan industri/usaha pertanian di kawasan


perkampungan dengan membangun keterkaitan sistem
produksi, distribusi dan pelayanan prima khususnya dengan
perkotaan.

- 125 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
2

Peningkatan produktivitas industri/usaha pertanian melalui


penguasaan, penyebaran, penerapan, dan inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna dengan dukungan
kelembagaan ekonomi dan pemerintahan yang baik.

Peningkatan kerjasama
ekonomi.

Peningkatan kerjasama antar kabupaten/kota di Papua Barat


maupun dengan swasta atau pemerintah pusat atau daerah lain
untuk mengelola potensi daerah.

Peningkatan pertumbuhan
dan daya saing unit-unit
usaha masyarakat.

Upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan


kompetitif bagi produk-produk Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) serta mini mikro melalui sinergitas pelaku
usaha, pemerintah daerah, perbankan daerah serta organisasi
dan anggota masyarakat.

Meningkatkan koperasi dan lembaga keuangan mikro sehingga


menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya
peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.

Penyediaan pelayanan pendidikan yang menjangkau seluruh


wilayah sampai ke wilayah terpencil/terisolir.

Penyediaan pelayanan pendidikan bebas biaya.

Peningkatan kualitas layanan pendidikan dan tenaga pendidik.

Pewajiban partisipasi pendidikan usia dini dan pendidikan


dasar sebagai investasi modal daerah di masa yang akan
datang.

Pewajiban partisipasi pendidikan menengah dalam rangka


mencetak SDM yang berdaya saing.

Peningkatan pelayanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, obat


dan perbekalan kesehatan bagi seluruh masyarakat di seluruh
wilayah.

Peningkatan kualitas SDM kesehatan.

Penyediaan pelayanan kesehatan bebas biaya.

Penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha seluas-luasnya


di perkotaan dan perkampungan sesuai fungsi spesifik dengan
mengandalkan produk unggulan sebagai penopang kebutuhan.

Penumbuhkembangan usaha bersama masyarakat.

Pembinaan budaya menabung masyarakat sekaligus


menghilangkan gaya hidup konsumtif bekerjasama dengan

Peningkatan derajat
pendidikan masyarakat
sehingga berkontribusi
signifikan dalam upaya
peningkatan IPM.

Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat
sehingga berkontribusi
signifikan dalam upaya
peningkatan IPM.

Penanggulangan kemiskinan
baik di perkotaan maupun
peKampungan.

- 126 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat.

Pemenuhan prasarana
perumahan dan prasarana
pendukung lingkungan
perumahan.

Pengayoman dan pembinaan


masyarakat Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS).

Pembinaan keimanan,
ketaqwaan, dan budaya luhur
masyarakat berbasis kearifan
lokal.

Penerapan sistem ekonomi


dan regulasi ekonomi yang
berpihak kepada masyarakat

Pembekalan keterampilan kewirausahaan masyarakat dan


pembinaan pengelolaan usaha.

Pemberian jaminan sosial bagi masyarakat miskin penguatan


lembaga jaminan sosial yang didukung oleh peraturanperaturan perundangan dan sistem pendanaan.

Pemberian bahan kebutuhan pokok bagi masyarakat miskin.

Pengendalian pertumbuhan penduduk dan penggalakkan


keluarga kecil bahagia sejahtera.

Penyediaan perumahan bagi masyarakat dengan skema


pembiayaan ringan dan dapat dijangkau masyarakat.

Penciptaan rumah layak dan lingkungan


perumahan/permukiman sehat dengan sanitasi, air bersih, dan
penerangan yang cukup.

Pendirian dan penguatan lembaga pembinaan masyarakat


PMKS.

Peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan serta


kesejahteraan dan perlindungan anak diberbagai bidang
pembangunan, penurunan tindak kekerasan terhadap
perempuan dan anak.

Optimalisasi peran lembaga adat dan lembaga keagamaan


dalam pembinaan iman dan taqwa serta budaya luhur
masyarakat.

Penetrasi pendidikan iman dan taqwa di ranah pendidikan dan


keluarga.

pengembangan budaya inovatif yang beriorentasi iptek dengan


memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal.

Pengawasan dan pembinaan penyaluran kompensasi (CSR)


berupa penyejahteraan masyarakat lokal atas pendirian
industri/usaha besar berupa pembinaan sosial, pembangunan
prasarana, maupun pemberian kesempatan kerja/usaha.

Pemberian kesempatan kepada masyarakat lokal agar dapat


memperoleh akses yang memadai dan menikmati hasil dari
pemanfaatan SDA yang ada di wilayahnya.

- 127 -

Sasaran Pokok

Perancangan dan penerapan


sistem hukum yang berpihak
kepada masyarakat.

Arahan Kebijakan

Penyediaan pelayanan dan bantuan hukum dengan biaya yang


terjangkau, proses yang tidak berbelit, dan penetapan putusan
yang mencerminkan rasa keadilan.

Perlindungan hak-hak masyarakat adat.

Prioritas pembangunan bagi


masyarakat miskin serta
masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil dan daerah
terisolir.

Prioritas objek pembangunan ditujukan bagi peningkatan


kesejahteraan masyarakat miskin serta masyarakat yang
tinggal di daerah terpencil dan daerah terisolir.

Pendayagunaan SDA yang


terbarukan.

Pendayagunaan SDA terbarukan terus diupayakan, seperti


hutan, pertanian, perikanan, dan perairan, dikelola dan
dimanfaatkan secara rasional, optimal, efisien, dan
bertanggung jawab dengan mendayagunakan seluruh fungsi
dan manfaat secara seimbang.

Pengelolaan SDA terbarukan yang berada dalam kondisi kritis,


diarahkan pada upaya untuk direhabilitasi dan dipulihkan daya
dukungnya.

pendapatan yang berasal dari pemanfaatan SDA terbarukan


diinvestasikan kembali guna menumbuhkan kembangkan
upaya pemulihan, rehabilitasi, dan pencadangan untuk
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang.

Tidak dikonsumsi secara langsung, melainkan diperlakukan


sebagai input untuk proses produksi berikutnya yang dapat
menghasilkan nilai tambah yang optimal.

Pendapatan yang diperoleh dari kelompok SDA ini diarahkan


untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dengan
diinvestasikan pada sektor-sektor lain yang produktif, juga
untuk upaya reklamasi, konservasi, dan memperkuat
pendanaan dalam pencarian sumber-sumber energi alternatif
dan atau bahan subsitusi, yang terbarukan seperti biomassa,
biogas, mikro hidro, biodesel yang lebih ramah lingkungan.

Penganekaragaman energi, konservasi energi dengan


memperhatikan pengendalian lingkungan hidup.

Pengelolaan pemanfaatan
SDA yang tidak terbarukan.

Pelestarian dan pemeliharaan


Sumber Daya Air.

menjaga kelestarian fungsi daerah tangkapan air dan


keberadaan air tanah.

Peningkatan nilai tambah


pemanfaatan SDA.

diversifikasi produk dan inovasi pengolahan hasil SDA.

Pengembangan SDA khas.

dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat


lokal, mengembangkan wilayah strategis dan cepat tumbuh,
serta memperkuat kapasitas dan komitmen daerah untuk

- 128 -

Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Perencanaan tata ruang,


pemanfaatan ruang, dan
pengendalian tata ruang
berbasis konservasi.

Melestarikan
keanekaragaman budaya dan
memproteksi dari akulturasi
budaya negative.

pemberdayaan masyarakat lokal sebagai institusi sosial dan


ekonomi di tingkat lokal, serta pengakuan terhadap hak-hak
adat dan ulayat atas SDA.

Pengendalian tata ruang melalui penegakan aturan yang


tersurat dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang.

Perwujudan pola ruang yang mendukung terwujudnya Provinsi


Papua Barat sebagai Provinsi Konservasi.

Pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan tata ruang.

Proteksi budaya dari pengaruh modernisasi yang


menyebabkan nilai-nilai adat menjadi luntur dengan
pengawasan intensif terhadap IPTEK dan informasi yang
masuk dari luar daerah disertai dengan pendokumentasian
jejak dan rekam budaya daerah dengan pendirian museum,
kawasan Kampung adat/Kampung budaya, taman budaya, dan
sanggar seni.

Pembinaan dan pemberdayaan masyarakat lokal untuk


menjadi pemandu wisata budaya, berpartisipasi dalam ajang
kebudayaan tingkat lokal, nasional, maupun internasional.

- 129 -

5.2.5

Sasaran Pokok, Arahan Kebijakan, dan Tahapan Pembangunan Jangka Menengah Provinsi

Papua Barat
Sebagai gambaran besar pembangunan jangka panjang Provinsi Papua Barat, berikut disajikan tabel
mengenai misi, sasaran pokok, dan arah kebijakan, serta tahapannya dalam empat periode pembangunan
jangka menengah Provinsi Papua Barat.

Tabel 5-19Sasaran Pokok, Arahan Kebijakan, dan Masing-masing Tahapan Pembangunan Jangka
Menengah Provinsi Papua Barat 2012-2025
Misi 1 - Mewujudkan stabilitas politik. pertahanan, dan keamanan wilayah
Sasaran Pokok

Penciptaan dan
pengokohan sistem
politik, keamanan, dan
pertahanan.

Arahan Kebijakan

Pembinaan
masyarakat
demokratis, cerdas
politik, dan taat
hukum.

Pembangunan struktur hukum


untuk memantapkan dan
mengefektifkan berbagai
organisasi dan lembaga hukum,
profesi hukum, dan badan
peradilan.
Kapasitasi aparat penegak hukum
dan penjaga kemanan dan
pertahanan dalam rangka
meningkatkan penegakan hokum.

Peningkatan upaya perlindungan


wilayah.

Pemenuhan kebutuhan sarana dan


prasarana pertahanan dan
keamanan serta penempatan
aparat di wilayah rawan konflik.

Penguatan hubungan antara


aparat dengan masyarakat lokal
dalam rangka meningkatkan
penegakan hukum.

Pencerdasan masyarakat akan


nilai-nilai politik demokratis,
terutama penghormatan nilai-nilai
HAM, nilai-nilai persamaan, anti
kekerasan, serta nilai-nilai
toleransi.
Peningkatan peran lembaga
independen di bidang komunikasi
dan informasi serta di tengah
masyarakat.

- 130 -

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

20062011

20122016

20172021

20222025

Misi 1 - Mewujudkan stabilitas politik. pertahanan, dan keamanan wilayah


Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

20062011

20122016

20172021

20222025

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

Penciptaan hubungan harmonis


antara masyarakat dan
pemerintah serta politisi melalui
jaringan informasi yang bersifat
interaktif dalam rangka
menciptakan lingkungan
masyarakat yang demokratis.

Misi 2 - Mewujudkan ketahanan pangan wilayah


Sasaran Pokok
a

Pemenuhan dan
pengelolaan
kebutuhan bahan
makanan pokok dan
kebutuhan bahan
makanan sumber
protein masyarakat.

Arahan Kebijakan
1

Pengembangan pola
pangan serta
peningkatan nilai
tambah pertanian
untuk peningkatan
kesejahteraan petani.

Pemetaan, alokasi, dan


ekstensifikasi lahan pertanian
bahan makanan pokok,
peternakan, dan perikanan
(tangkap dan budidaya) sebagai
pendukung utama pencapaian
swasembada dan swasembada
berkelanjutan.
Peningkatan dan Penguatan
kompetensi SDM di bidang
pertanian dan kelautan yang
didukung oleh pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
dengan mengoptimalkan
pemanfaatan sumber kekayaan
laut secara berkelanjutan.
Penguatan kelembagaan
ketahanan pangan yang mampu
menjamin pemenuhan kebutuhan
pangan yang cukup di tingkat
rumah tangga, baik dalam jumlah,
mutu, keamanan, maupun harga
yang terjangkau.
Peningkatan volume dan
kontinuitas produksi pertanian
serta stimulasi pertumbuhan unit
usaha pertanian bahan makanan
pokok, peternakan, dan perikanan.

Pelancaran distribusi bahan


makanan pokok ke wilayahwilayah strategis.

Peningkatan diversifikasi pangan.

- 131 -

RPJM I

Misi 2 - Mewujudkan ketahanan pangan wilayah


Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
2

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

RPJM III

RPJM IV

Peningkatan nilai tambah, daya


saing, dan ekspor dengan
pendirian industri serta
penciptaan iklim usaha yang
kondusif melalui
regulasi/deregulasi.

Misi 3 - Mewujudkan kemandirian prasarana dan sarana wilayah


Sasaran Pokok
a

Pemenuhan
kebutuhan
infrastruktur
transportasi untuk
membuka akses
mudah dan terjangkau
ke seluruh wilayah.

Arahan Kebijakan
1

Perampungan pembangunan
jaringan jalan dan jembatan Trans
Papua Barat dan jalan strategis,
serta jalan-jalan lokal yang menuju
ke setiap kampung

Pemeliharaan jaringan jalan dan


jembatan sehingga mampu secara
mudah dilewati kendaraan.

Pemenuhan kebutuhan prasarana


dan sarana transportasi darat, laut,
udara, serta transportasi sungai,
danau dan penyeberangan.

Pemeliharaan dan rehabilitasi


seluruh prasarana dan sarana
transportasi darat, laut, udara,
serta transportasi sungai, danau
dan penyeberangan sehingga
dapat berfungsi maksimal.

Perancangan sistem transportasi


darat, laut, udara, serta
transportasi sungai, danau dan
penyeberangan yang terintegrasi
sehingga mampu memenuhi
kebutuhan pergerakan barang dan
penumpang ke seluruh wilayah
secara murah dan teratur
(regular).
Perancangan prasarana dan sarana
transportasi yang tahan bencana
(mampu meredam dampak
bencana seminimal mungkin).

Pemenuhan
kebutuhan prasarana
dan sarana utilitas
publik.

Pengembangan jaringan energi


listrik serta penciptaan sumbersumber energi listrik baru
berskala makro dan mikro sesuai
kebutuhan spesifik wilayah.

- 132 -

RPJM I

RPJM II

Misi 3 - Mewujudkan kemandirian prasarana dan sarana wilayah


Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
2

Penambahan kapasitas produksi


listrik sehingga mampu memenuhi
kebutuhan listrik seluruh wilayah
sampai ke rumah-rumah
penduduk setiap hari selama 24
jam.
Pengembangan jaringan air bersih
dan air minum serta penciptaan
sumber-sumber air bersih baru
berskala makro dan mikro sesuai
kebutuhan spesifik wilayah yang
mampu menjangkau rumah-rumah
penduduk setiap hari selama 24
jam.
Penyiapan sistem pencadangan air
bersih di kawasan-kawasan
strategis terutama kawasan
permukiman penduduk di daerah
rawan kekeringan.

Pengembangan jaringan
telekomunikasi satelit dan
nirkabel yang mampu dinikmati
masyarakat di seluruh wilayah.

Alokasi lahan dan pembangunan


Tempat Pembuangan Akhir
Sampah dan Tempat Pembuangan
Sementara Sampah yang
dilengkapi sistem pengolahan
sampah ramah lingkungan dan
berteknologi tepat guna.

Perancangan dan penerapan


sistem pengelolaan sampah
terpadu disertai dengan
pemenuhan kebutuhan prasarana
dan sarana pengelolaan sampah.

Pembangunan jaringan drainase


dan IPAL terutama di kawasan
perkotaan dan permukiman
penduduk.
Perancangan prasarana dan sarana
utilitas publik yang tahan bencana
(mampu meredam dampak
bencana seminimal mungkin).

10

Pemeliharaan dan rehabilitasi


seluruh sarana utilitas publik
sehingga dapat berfungsi
maksimal.

- 133 -

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

Misi 3 - Mewujudkan kemandirian prasarana dan sarana wilayah


Sasaran Pokok
c

Pemenuhan
kebutuhan prasarana
dan sarana pelayanan
publik.

Pemenuhan
kebutuhan prasarana
dan sarana
penanggulangan
bencana.

Arahan Kebijakan
1

Pemenuhan kebutuhan prasarana


dan sarana pelayanan pendidikan
(pendidikan dini sampai
pendidikan tinggi, formal maupun
informal) statis dan dinamis yang
mampu dijangkau dan menjangkau
seluruh masyarakat di seluruh
wilayah secara mudah dan murah.

Pemenuhan kebutuhan prasarana


dan sarana pelayanan kesehatan
statis dan dinamis yang mampu
dijangkau dan menjangkau seluruh
masyarakat di seluruh wilayah
secara mudah dan murah.

Pemenuhan kebutuhan prasarana


dan sarana sosial ekonomi yang
mampu dijangkau dan menjangkau
seluruh masyarakat di seluruh
wilayah secara mudah dan murah.

Pemeliharaan dan rehabilitasi


seluruh sarana pelayanan publik
sehingga dapat berfungsi
maksimal.
Pemenuhan kebutuhan prasarana
dan sarana mitigasi bencana
kebakaran, gempa bumi, banjir,
dan tsunami termasuk kebakaran
hutan yang dirancang mampu
menjangkau seluruh wilayah
rawan kebakaran secara mudah
dan cepat sesuai karakteristik
daerah.
Perencanaan sistem mitigasi
bencana terpadu.

5
6

Pembinaan pemerintah dan


masyarakat di kawasan rawan
bencana terkait upaya-upaya
mitigasi bencana agar paham,
waspada. dan siap mencegah dan
menanggulangi bencana.

Pemetaan dan pengaturan


pengembangan dan perlindungan
kawasan-kawasan rawan bencana
dalam rencana tata ruang.

- 134 -

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

Misi 3 - Mewujudkan kemandirian prasarana dan sarana wilayah


Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
8

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

RPJM III

RPJM IV

Pemberian ruang untuk


mengembangkan kemampuan dan
penerapan sistem deteksi dini,
sosialisasi dan diseminasi
informasi secara dini terhadap
ancaman bencana alam kepada
masyarakat.

Misi 4 - Mewujudkan kemandirian keuangan daerah


Sasaran Pokok
a

Peningkatan
Pendapatan Asli
Daerah (PAD).

Arahan Kebijakan
1

Peningkatan
penerimaan dana
perimbangan.

Peningkatan penerimaan pajak


daerah dengan penertiban objek
wajib pajak dan intensifikasi
penagihan pajak disertai
pembinaan kesadaran
pembayaran pajak.
Peningkatan penerimaan retribusi
daerah dengan melengkapi
peraturan daerah mengenai
retribusi.
Identifikasi sumber-sumber
kekayaan daerah yang potensial
dan melakukan pengelolaan
kekayaan daerah baik dengan
pendirian BUMD maupun sistem
kerjasama dengan swasta atau
pemerintah daerah lain.
Identifikasi potensi SDA yang
dapat dimanfaatkan serta
meningkatkan promosi dan
investasi atas SDA tersebut.

Mengoptimalkan penerimaan
komponen DBH pajak yang belum
dilaksanakan.

Mengoptimalkan penerimaan DAU.

Mengoptimalkan penerimaan DAK


dengan upaya identifikasi dan
pemanfaatan potensi daerah yang
mengakomodir komitmen atau
prioritas nasional.

Optimalisasi penyerapan dana


perimbangan dengan usulan
program-program strategis yang
relevan dengan kebutuhan daerah.

Mengurangi ketergantungan
terhadap dana perimbangan
dengan meningkatkan PAD sebagai
dana utama bagi pembiayaan
pembangunan daerah.

- 135 -

RPJM I

RPJM II

Misi 4 - Mewujudkan kemandirian keuangan daerah


Sasaran Pokok
c

Arahan Kebijakan

Optimalisasi
pengelolaan dana
penerimaan lain-lain
yang sah.

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

RPJM III

RPJM IV

Optimalisasi penyerapan dana


penerimaan lain-lain yang sah
untuk membiayai pembangunan
prasarana dan sarana wilayah
serta program-program strategis
(terutama terkait pelayanan
administrasi publik, pendidikan,
kesehatan, dan pengembangan
SDM) yang relevan dengan
kebutuhan spesifik daerah.
Optimalisasi penyerapan dana
penyesuaian untuk motivasi
peningkatan kinerja aparat
pemerintahan, tenaga kesehatan
dan pendidikan, serta program
pelayanan umum strategis lain
yang relevan dengan kebutuhan
daerah.

Misi 5 - Mewujudkan kemandirian tata kelola pemerintahan


Sasaran Pokok
a

Pembinaan
kompetensi dan
profesionalitas aparat
pemerintah.

Arahan Kebijakan
1

Penyelenggaraan pendidikan dan


pelatihan fungsional sebagai upaya
peningkatan kapasitas, kapabilitas,
netralitas, dan kesadaran aparat
pemerintah terkait peran, tugas
pokok, dan fungsinya masingmasing.

Pembinaan dalam penguasaan dan


pemanfaatan pengetahuan umum
dan keterampilan bahasa asing,
komputer, dan teknologi.

Penanaman dan penyuasanaan visi


misi Provinsi Papua Barat kepada
aparat pemerintah sebagai upaya
pengarahan mental agar
menjadikan visi-misi sebagai
orientasi utama dari seluruh
peran, posisi, tugas pokok, dan
fungsi yang dijalankan.
Pengawasan kinerja aparat dalam
rangka menyajikan pelayanan
prima dengan ketulusan dan
semangat melayani bagi seluruh
masyarakat.
Perancangan sistem penilaian
kinerja aparatur pemerintahan
yang berbasis prestasi dan sanksi.

- 136 -

RPJM I

RPJM II

Misi 5 - Mewujudkan kemandirian tata kelola pemerintahan


Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
6

Penciptaan dan
penerapan sistem
pemerintahan yang
sesuai dengan prinsipprinsip good
governance.

Peningkatan pemahaman dan


keterlibatan aparatur
pemerintahan dalam penyusunan
rencana kerja dan rencana
pembangunan wilayah.
Penyelenggaraan proses
rekruitmen yang bersih dan
profesional.

Perancangan dan penerapan


sistem yang akuntabel dalam
keuangan dan kinerja
pemerintahan.
Perancangan dan penerapan
sistem yang menjamin
keterbukaan informasi terkait
data, regulasi, prosedur, dan
sebagainya yang sifatnya
menyangkut publik serta
Perancangan sistem yang
memfasilitasi aspirasi masyarakat
baik berupa kritik, saran,
pengaduan, maupun pertanyaan.
Perancangan dan penerapan
sistem yang menjamin
pelaksanaan monitoring, evaluasi,
dan pertanggungjawaban atas
kinerja pemerintah dan
penyelenggaraan pembangunan
secara terbuka.
Penyusunan standar operasional
pelaksanaan dan rencana teknis
pelaksanaan tugas yang lengkap,
jelas, dan mudah dimengerti.
Optimalisasi peran DPRD,
Pengawas Pegawai Negeri Sipil
(PPNS), pers/media, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM),
peneliti, dan masyarakat dalam
pelaksanaan mengawasi
penyelenggaraan pemerintahan
dan program pembangunan
daerah.
Penciptaan mekanisme
standardisasi dan penurunan
informasi serta koordinasi
informal sebagai tanggung jawab
personil lama kepada personil
baru ketika regenerasi atau
restrukturisasi pemerintahan.

- 137 -

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

Misi 5 - Mewujudkan kemandirian tata kelola pemerintahan


Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
8

Pelibatan publik dalam setiap


proses penyusunan rencana,
implementasi program, dan
pengawasan jalannya kegiatan
pemerintahan dan pembangunan.

Penggiatan penyelenggaraan
public hearing, stakeholders
meeting, jajak pendapat umum,
pelaporan penelitian dan kajian,
pemungutan suara sederhana,
diskusi dan konsultasi publik, dan
forum publik lainnya untuk
membahas hal-hal yang
menyangkut kepentingan publik.

10

Pembagian tugas dan wewenang


secara eksplisit dan tersurat serta
sosialisasi dan implementasi
sistem komando dan koordinasi
antar dan intern instansi
pemerintah bersama masyarakat
dan swasta dalam pelaksanaan
tugas administratif pemerintahan
maupun tugas terkait teknis
pembangunan daerah agar
berjalan efektif dan efisien.
Penegakan aturan kedisiplinan
secara memaksa dan tidak
memihak.
Perancangan dan penetapan
sistem pelayanan publik yang
efektif dan efisien yang berarti
pelayanan izin yang mudah,
sederhana, dan murah.
Peningkatan kepekaan dan
ketelitian terhadap kebutuhan
akan dokumen-dokumen penting
seperti dokumen rencana, regulasi,
administrasi, dan sebagainya yang
relevan dengan kepentingan aktual
daerah.
Penyusunan dan legalisasi
dokumen rencana, regulasi,
administrasi, dan sebagainya yang
relevan dengan kepentingan aktual
yang diperlukan secara tertib
prosedural dan tepat waktu.

11

12

Pemenuhan
kebutuhan legal
formal pemerintahan.

Melakukan inventarisasi
dokumen-dokumen penting
daerah secara rapi dan
terorganisir, juga dituangkan
dalam database yang lengkap dan
up to date.

- 138 -

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

Misi 5 - Mewujudkan kemandirian tata kelola pemerintahan


Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan

Pelengkapan struktur
pemerintahan sesuai
dengan kebutuhan
spesifik daerah

Penyusunan dan legalisasi


peraturan-peraturan daerah
termasuk Perdasi dan Perdasus
dan peraturan daerah spesifik
lainnya yang dibutuhkan.

Pembaharuan materi hukum yang


sudah tidak relevan dengan tetap
memerhatikan kemajemukan
tatanan hukum yang berlaku dan
pengaruh globalisasi.

Restrukturisasi dan realokasi


Pegawai Negeri Sipil (PNS) jika
dibutuhkan, untuk memelihara
kinerja yang efektif dan efisien.

Pemerataan distribusi kekuasaan


pada berbagai lembaga
pemerintah sehingga mengurangi
penumpukan kekuasaan sekaligus
menciptakan kondisi saling
mengawasi (checks and balances
system).
Penempatan aparatur di lembagalembaga pemerintahan sesuai
dengan kompetensi yang dimiliki.

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

RPJM III

RPJM IV

Pembentukan SKPD sesuai dengan


peraturan yang disesuaikan
dengan kebutuhan spesifik daerah.

Misi 6 - Mengembangkan ekonomi wilayah yang berdaya saing


Sasaran Pokok
a

Peningkatan besaran
dan laju pertumbuhan
PDRB.

Arahan Kebijakan
1

Peningkatan produktivitas dan


ekspansi sektor dan subsektor
yang berperan sebagai kontributor
utama terhadap PDRB.

Memacu pengembangan sektor


dan subsektor yang potensial
namun kontribusinya masih kecil
terhadap PDRB.

Mengurangi ketergantungan
terhadap sektor migas dengan
meningkatkan pertumbuhan
usaha/industri sektor non migas
lain.

- 139 -

RPJM I

RPJM II

Misi 6 - Mengembangkan ekonomi wilayah yang berdaya saing


Sasaran Pokok

Peningkatan ekonomi
wilayah berbasis
keunggulan
komparatif yang
bertransformasi
bertahap menjadi
berbasis keunggulan
kompetitif.

Arahan Kebijakan
4

Peningkatan efisiensi, modernisasi,


rantai nilai dan nilai tambah sektor
primer terutama sektor pertanian,
dan pertambangan didorong agar
mampu bersaing di pasar lokal,
regional dan internasional serta
untuk memperkuat basis produksi
sektor primer di daerah.

Pemantapan industri/usaha
pertanian di kawasan
perkampungan dengan
membangun keterkaitan sistem
produksi, distribusi dan pelayanan
prima khususnya dengan
perkotaan.

Peningkatan produktivitas
industri/usaha pertanian melalui
penguasaan, penyebaran,
penerapan, dan inovasi ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat
guna dengan dukungan
kelembagaan ekonomi dan
pemerintahan yang baik.
Pengembangan pariwisata
berskala internasional, nasional,
maupun lokal yang berbasis
pengembangan masyarakat lokal.

Peningkatan
kerjasama ekonomi

Pencarian nilai tambah dari upaya


penjagaan hutan dan lingkungan.

Menghilangkan praktik-praktik
yang menciptakan ekonomi biaya
tinggi, komitmen untuk
memajukan potensi lokal,
konsistensi program dan
infrastruktur yang mendukung.
mendorong penanaman modal
dalam negeri dan asing bagi
peningkatan daya saing
perekonomian daerah; serta
meningkatkan kapasitas
infrastruktur fisik dan sarana
pendukung lainnya.

Peningkatan kerjasama antar


kabupaten/kota di Papua Barat
maupun dengan swasta atau
pemerintah pusat atau daerah lain
untuk mengelola potensi daerah.

- 140 -

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

Misi 6 - Mengembangkan ekonomi wilayah yang berdaya saing


Sasaran Pokok

Peningkatan
pertumbuhan dan
daya saing unit-unit
usaha masyarakat.

Arahan Kebijakan
4

Mewujudkan iklim investasi yang


kondusif, mendorong penanaman
modal dalam negeri dan asing bagi
peningkatan daya saing
perekonomian daerah.

Upaya meningkatkan daya saing


dan membangun keunggulan
kompetitif bagi produk-produk
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM) serta mini mikro melalui
sinergitas pelaku usaha,
pemerintah daerah, perbankan
daerah serta organisasi dan
anggota masyarakat.
Meningkatkan koperasi dan
lembaga keuangan mikro sehingga
menjadi gerakan ekonomi yang
berperan nyata dalam upaya
peningkatan kesejahteraan sosial
dan ekonomi masyarakat.

Stimulasi pertumbuhan unit usaha


melalui pemberian bantuan modal
dan pembinaan keterampilan serta
penyediaan skema pembiayaan
dan kredit ringan bagi masyarakat.

Fasilitasi kemitraan swasta dan


pemerintah dengan unit-unit
usaha masyarakat.

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

RPJM III

RPJM IV

Misi 7 - Mencetak SDM Papua Barat yang Berdaya Saing


Sasaran Pokok
a

Peningkatan derajat
pendidikan
masyarakat sehingga
berkontribusi
signifikan dalam
upaya peningkatan
IPM.

Arahan Kebijakan
1

Penyediaan pelayanan pendidikan


yang menjangkau seluruh wilayah
sampai ke wilayah
terpencil/terisolir.

Penyediaan pelayanan pendidikan


bebas biaya.

Peningkatan kualitas layanan


pendidikan dan tenaga pendidik.

Perancangan dan penerapan


sistem pelayanan dan kurikulum
pendidikan yang disesuaikan
dengan kebutuhan pembangunan
sosial ekonomi daerah di masa
depan serta berbasis kearifan
lokal.

- 141 -

RPJM I

RPJM II

Misi 7 - Mencetak SDM Papua Barat yang Berdaya Saing


Sasaran Pokok

Peningkatan derajat
kesehatan masyarakat
sehingga
berkontribusi
signifikan dalam
upaya peningkatan
IPM.

Arahan Kebijakan
5

Pewajiban partisipasi pendidikan


usia dini dan pendidikan dasar
sebagai investasi modal daerah di
masa yang akan dating.

Pewajiban partisipasi pendidikan


menengah dalam rangka mencetak
SDM yang berdaya saing.

Pemberdayaan masyarakat dalam


penyelenggaraan dan manajemen
pelayanan pendidikan termasuk
menjalin kemitraan dengan swasta
serta lembaga adat dan
keagamaan.
Peningkatan pelayanan kesehatan,
pembiayaan kesehatan, obat dan
perbekalan kesehatan bagi seluruh
masyarakat di seluruh wilayah.

2
3
4

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

RPJM III

RPJM IV

Peningkatan kualitas SDM


kesehatan.
Penyediaan pelayanan kesehatan
bebas biaya.
Pemberdayaan masyarakat dalam
penyelenggaraan dan manajemen
pelayanan kesehatan termasuk
menjalin kemitraan dengan swasta
serta lembaga adat dan
keagamaan.
peningkatan perilaku dan
kemandirian masyarakat, dan pada
upaya promotif dan preventif.

Misi 8 - Mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat


Sasaran Pokok
a

Penanggulangan
kemiskinan baik di
perkotaan maupun
perkampungan.

Arahan Kebijakan
1

Penciptaan lapangan kerja dan


lapangan usaha seluas-luasnya di
perkotaan dan perkampungan
sesuai fungsi spesifik dengan
mengandalkan produk unggulan
sebagai penopang kebutuhan.

Penumbuhkembangan usaha
bersama masyarakat.

- 142 -

RPJM I

RPJM II

Misi 8 - Mendorong kesejahteraan ekonomi masyarakat


Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
3

Pembinaan budaya menabung


masyarakat sekaligus
menghilangkan gaya hidup
konsumtif bekerjasama dengan
lembaga keuangan yang dipercaya
masyarakat.

Pembekalan keterampilan
kewirausahaan masyarakat dan
pembinaan pengelolaan usaha.

Pemberian jaminan sosial bagi


masyarakat miskin penguatan
lembaga jaminan sosial yang
didukung oleh peraturanperaturan perundangan dan
sistem pendanaan.
Pemberian bahan kebutuhan
pokok bagi masyarakat miskin.

6
7

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

RPJM III

RPJM IV

Pengendalian pertumbuhan
penduduk dan penggalakkan
keluarga kecil bahagia sejahtera.

Misi 9 - Mendorong kesejahteraan sosial masyarakat


Sasaran Pokok
a

Pemenuhan prasarana
perumahan dan
prasarana pendukung
lingkungan
perumahan.

Pengayoman dan
pembinaan
masyarakat
Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial
(PMKS).

Arahan Kebijakan
1

Penyediaan perumahan bagi


masyarakat dengan skema
pembiayaan ringan dan dapat
dijangkau masyarakat.

Penciptaan rumah layak dan


lingkungan
perumahan/permukiman sehat
dengan sanitasi, air bersih, dan
penerangan yang cukup.

Pendirian dan penguatan lembaga


pembinaan masyarakat PMKS.

Peningkatan kualitas hidup dan


peran perempuan serta
kesejahteraan dan perlindungan
anak diberbagai bidang
pembangunan, penurunan tindak
kekerasan terhadap perempuan
dan anak.

serta penguatan kelembagaan dan


jaringan pengarusutamaan gender

- 143 -

RPJM I

RPJM II

Misi 9 - Mendorong kesejahteraan sosial masyarakat


Sasaran Pokok
c

Pembinaan keimanan,
ketaqwaan, dan
budaya luhur
masyarakat berbasis
kearifan lokal.

Arahan Kebijakan
1

Optimalisasi peran lembaga adat


dan lembaga keagamaan dalam
pembinaan iman dan taqwa serta
budaya luhur masyarakat.

Penetrasi pendidikan iman dan


taqwa di ranah pendidikan dan
keluarga.

pengembangan budaya inovatif


yang beriorentasi iptek dengan
memperhatikan nilai-nilai kearifan
lokal.

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

Misi 10 - Mengelola sekaligus memelihara SDA Papua Barat dengan prinsip berkelanjutan
Sasaran Pokok
a

Penerapan sistem
ekonomi dan regulasi
ekonomi yang
berpihak kepada
masyarakat.

Arahan Kebijakan
1

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

RPJM III

RPJM IV

Pengawasan dan pembinaan


penyaluran kompensasi (CSR)
berupa penyejahteraan
masyarakat lokal atas pendirian
industri/usaha besar berupa
pembinaan sosial, pembangunan
prasarana, maupun pemberian
kesempatan kerja/usaha.
Pemberian kesempatan kepada
masyarakat lokal agar dapat
memperoleh akses yang memadai
dan menikmati hasil dari
pemanfaatan SDA yang ada di
wilayahnya.
Penyusunan regulasi yang
mengatur kewajiban pemberian
kompensasi kepada masyarakat
lokal atas pendirian
industri/usaha besar yang
memanfaatkan potensi daerah.

Misi 11 - Memelihara kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup


Sasaran Pokok
a

Perancangan dan
penerapan sistem
hukum yang berpihak
kepada masyarakat.

Arahan Kebijakan
1

Penyediaan pelayanan dan


bantuan hukum dengan biaya yang
terjangkau, proses yang tidak
berbelit, dan penetapan putusan
yang mencerminkan rasa keadilan.

- 144 -

RPJM I

RPJM II

Misi 11 - Memelihara kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup


Sasaran Pokok

Prioritas
pembangunan bagi
masyarakat miskin
serta masyarakat yang
tinggal di daerah
terpencil dan daerah
terisolir.
Pengelolaan
pertanahan dan
penertiban sistem
pertanahan.

Arahan Kebijakan
2

Pemantapan kelembagaan hukum


daerah, meliputi penataan
kedudukan, fungsi dan peranan
institusi hukum dalam mendukung
kelembagaan hukum pusat agar
lebih mampu mewujudkan
ketertiban; kepastian hukum; dan
memberikan keadilan,
kemanfaatan dan perlindungan
hak asasi manusia, dan hirakhi
peraturan perundangan-undangan
baik vertikal maupun horizontal
serta asasasas hukum universal.

Perlindungan hak-hak masyarakat


adat.

Prioritas objek pembangunan


ditujukan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat miskin
serta masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil dan daerah
terisolir.

Penyelesaian persoalan
pertanahan dengan pemetaan
status kepemilikan tanah
menyusun peraturan yang
mengakomodir pemanfaatan tanah
ulayat.

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

Misi 12 - Mengelola sekaligus memelihara SDA Papua Barat dengan prinsip berkelanjutan
Sasaran Pokok
a

Pendayagunaan SDA
yang terbarukan

Arahan Kebijakan
1

Pendayagunaan SDA terbarukan


terus diupayakan, seperti hutan,
pertanian, perikanan, dan
perairan, dikelola dan
dimanfaatkan secara rasional,
optimal, efisien, dan bertanggung
jawab dengan mendayagunakan
seluruh fungsi dan manfaat secara
seimbang.
Pengelolaan SDA terbarukan yang
berada dalam kondisi kritis,
diarahkan pada upaya untuk
direhabilitasi dan dipulihkan daya
dukungnya.

- 145 -

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

Misi 12 - Mengelola sekaligus memelihara SDA Papua Barat dengan prinsip berkelanjutan
Sasaran Pokok

Pengelolaan
pemanfaatan SDA
yang tidak terbarukan.

Arahan Kebijakan
3

pendapatan yang berasal dari


pemanfaatan SDA terbarukan
diinvestasikan kembali guna
menumbuhkan kembangkan upaya
pemulihan, rehabilitasi, dan
pencadangan untuk kepentingan
generasi sekarang maupun
generasi mendatang.

Tidak dikonsumsi secara


langsung, melainkan diperlakukan
sebagai input untuk proses
produksi berikutnya yang dapat
menghasilkan nilai tambah yang
optimal.
Pendapatan yang diperoleh dari
kelompok SDA ini diarahkan
untuk percepatan pertumbuhan
ekonomi dengan diinvestasikan
pada sektor-sektor lain yang
produktif, juga untuk upaya
reklamasi, konservasi, dan
memperkuat pendanaan dalam
pencarian sumber-sumber energi
alternatif dan atau bahan subsitusi,
yang terbarukan seperti biomassa,
biogas, mikro hidro, biodesel yang
lebih ramah lingkungan.

Pelestarian dan
pemeliharaan Sumber
Daya Air.

Penganekaragaman energi,
konservasi energi dengan
memperhatikan pengendalian
lingkungan hidup.

menjaga kelestarian fungsi daerah


tangkapan air dan keberadaan air
tanah.

mewujudkan keseimbangan antara


pasokan dan kebutuhan melalui
pendekatan demand management
yang ditujukan untuk
meningkatkan efektivitas dan
efisiensi penggunaan dan
konsumsi air.
pendekatan supply management
yang ditujukan untuk
meningkatkan kapasitas dan
keandalan pasokan, air,
memperkokoh kelembagaan
sumber daya air untuk
meningkatkan keterpaduan dan
kualitas pelayanan terhadap
masyarakat.
diversifikasi produk dan inovasi
pengolahan hasil SDA.

Peningkatan nilai
tambah pemanfaatan
SDA.

- 146 -

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

Misi 12 - Mengelola sekaligus memelihara SDA Papua Barat dengan prinsip berkelanjutan
Sasaran Pokok
e

Pengembangan SDA
khas.

Arahan Kebijakan
1

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

RPJM III

RPJM IV

dilaksanakan untuk meningkatkan


kesejahteraan masyarakat lokal,
mengembangkan wilayah strategis
dan cepat tumbuh, serta
memperkuat kapasitas dan
komitmen daerah untuk
mendukung pembangunan yang
berkelanjutan.
pemberdayaan masyarakat lokal
sebagai institusi sosial dan
ekonomi di tingkat lokal, serta
pengakuan terhadap hak-hak adat
dan ulayat atas SDA.
Pengelolaan SDA di kawasan
tertinggal diberikan perhatian
khususnya agar dapat
dikembangkan potensinya untuk
percepatan pembangunan wilayah,
namun tetap mengedepankan
aspek keberlanjutan bagi generasi
mendatang.

Misi 13 - Memelihara kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup


Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan

Pencanangan Provinsi
Konservasi.

Penentuan fungsi utama Provinsi


Papua Barat sebagai Provinsi
Konservasi yang berarti
berkomitmen penuh terhadap
pengalokasian dan pelestarian
kawasan-kawasan lindung yang
kemudian dituangkan dalam
rencana pola ruang dalam RTRW.

Perencanaan tata
ruang, pemanfaatan
ruang, dan
pengendalian tata
ruang berbasis
konservasi.

Penegasan dan pemetaan batas


wilayah berdasarkan status
administrasi, status kepemilikan,
dan statusnya berdasarkan pola
ruang.

Pengendalian tata ruang melalui


penegakan aturan yang tersurat
dalam peraturan daerah tentang
rencana tata ruang.

Perwujudan pola ruang yang


mendukung terwujudnya Provinsi
Papua Barat sebagai Provinsi
Konservasi.

Pemberdayaan masyarakat dalam


penyelenggaraan tata ruang.

- 147 -

RPJM I

RPJM II

Misi 13 - Memelihara kualitas lingkungan alam dan lingkungan hidup


Sasaran Pokok

Arahan Kebijakan
5

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

Mengakomodir kebutuhan fungsi


ruang spesifik masyarakat lokal.

Misi 14 - Memelihara keberagaman adat istidat dan budaya luhur Papua Barat
Sasaran Pokok
a

Melestarikan
keanekaragaman
budaya dan
memproteksi dari
akulturasi budaya
negative.

Arahan Kebijakan
1

Penyusunan peraturan daerah


yang mengatur upaya proteksi
budaya daerah.

Proteksi budaya dari pengaruh


modernisasi yang menyebabkan
nilai-nilai adat menjadi luntur
dengan pengawasan intensif
terhadap IPTEK dan informasi
yang masuk dari luar daerah
disertai dengan
pendokumentasian jejak dan
rekam budaya daerah dengan
pendirian museum, kawasan
Kampung adat/Kampung budaya,
taman budaya, dan sanggar seni.
Pendidikan kebudayaan yang
dimasukkan ke ranah pendidikan
formal.

Pembinaan dan pemberdayaan


masyarakat lokal untuk menjadi
pemandu wisata budaya,
berpartisipasi dalam ajang
kebudayaan tingkat lokal, nasional,
maupun internasional.

- 148 -

RPJM I

RPJM II

RPJM III

RPJM IV

BAB VI
KAIDAH PELAKSANAAN

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Papua Barat tahun 2012 - 2025
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari turunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Nasional tahun 2005 2025. Demi pencapaian hasil yang efektif, pelaksanaan program pembangunan
perlu mengacu pada beberapa pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan seperti dipaparkan berikut ini.
RPJPD ProvinsiPapua Barat tahun 2012-2025 akan menjadi pedoman penyusunan rencana pembangunan
sampai dengan tahun 2025. Sedangkan untuk perencanaan pembangunan tahun 2025 akan
menggunakan RPJPD Transisi tahun 2025 yang memuat program pembangunan transisi yang memayungi
perencanaan tahun 2025 sebelum disusunnya RPJPD Provinsi Papua Barat tahun 2025 2051 yang
memuatvisi dan misi gubernur hasil pemilihan tahun 2025.
RPJPD Provinsi Papua Barat tahun 2012-2025 ini akan menjadi pedoman dalam:
1.

penyusunan Visi, Misi, dan Program Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dengan
ketentuan agar mempertimbangkan tujuan serta tema pembangunan pada periode yang
dimaksud.

2.

penyusunan RPJMD, Renstra SKPD dan RKPD, serta dokumen perencanaan lainnya dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di Provinsi Papua Barat.

3.

penyusunan RPJPD Kabupaten/Kota, RTRW Kabupaten/Kota, RPJMD Kabupaten/Kota, Renstra


SKPD dan RKPD Kabupaten/Kota dalam Provinsi Papua Barat.

4.

menjamin terwujudnya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar
waktu, antar fungsi Pemerintah Daerah maupun antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

5.

mendukung koordinasi antar pemangku kepentingan dalam pencapaian Visi dan Misi Daerah
serta nasional.

6.

mewujudkan keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan


pengawasan.

7.

mewujudkan tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan
berkelanjutan.

Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan Rencana Pembangunan
Daerah tahun 2025 (Rencana Kerja Pemerintah Daerah tahun 2025) yang diperlukan sebagai pedoman
bagi penyusunan RancanganAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) tahun 2025 serta dengan
mengingatwaktu yang sangat sempit bagi Kepala Daerah terpilih hasil untuk menyusun RPJPD serta
RKPD tahun 2025, maka Pemerintah Provinsi Papua Barat menyusun RKPD tahun 2025 sesuai dengan
jadwal dengan agenda menyelesaikan masalah-masalahpembangunan yang belum seluruhnya tertangani
sampai dengan tahun 2025 dan masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi dalam tahun 2025.

- 149 -

Selanjutnya Gubernur Provinsi Papua Barat terpilih bersama dengan DPRD terpilih tetap mempunyai
ruang gerak yang luas untuk menyempurnakan Rancangan RKPD tahun 2025 dan RAPBD tahun 2025
yang sudah disusun untuk pelaksanaan pembangunan daerah yang lebih baik.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai pedoman sebagaimana disebutkan diatas, maka untuk itu
ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut:
1.

SKPD Provinsi Papua Barat dengan didukung oleh instansi vertikal yang ada di Wilayah Provinsi
Papua Barat, Pemerintah Distrik dan Kampung, serta masyarakat termasuk dunia usaha,
berkewajiban untuk melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun 20122025 dengan sebaik-baiknya.

2.

Gubernur, dalam menjalankan tugas penyelenggaraan pemerintahan daerah berkewajiban untuk


mengarahkan pelaksanaan RPJPD Provinsi Papua Barat 2012- 2025 dengan mengerahkan semua
potensi dan kekuatan daerah.

3.

Sekretaris Daerah, berkewajiban mengkoordinasikan dan menjadi Pelaksana Harian dalam


pelaksanaan RPJPD Provinsi Papua Barat 2012 - 2025

4.

SKPD Provinsi Papua Barat berkewajiban untuk menyusun revisi rencana strategis yang memuat
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pokok pembangunan sesuai dengan
tugas dan fungsinya yang disusun dengan berpedoman pada RPJPD Tahun 2012 2025 yang
nantinya akan menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Kerja SKPD Provinsi Papua Barat serta
menjamin konsistensinya.

5.

Pemerintah Kampung/Kelurahan berkewajiban menyusun RPJPD yang menjabarkan visi, misi, dan
program yang nantinya akan menjadi pedoman dalam menyusun Rencana Strategis SKPD
Kabupaten dengan memperhatikan RPJPN, RPJPD Provinsi Papua Barat sebelumnya serta menjamin
konsistensinya.

6.

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan RPJPD Provinsi Papua Barat tahun 2012 2025, Bappeda Provinsi Papua Barat berkewajiban untuk melakukan pemantauan, fasilitasi dan
mediasi terhadap penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah tahun 2012 2025 ke
dalam Rencana Strategis SKPD Provinsi Papua Barat dan RPJP Kampung/Kelurahan di lingkungan
Pemerintah Provinsi Papua Barat.

7.

Dalam pelaksanaan RPJPD Provinsi Papua Barat tahun 2012 2025 perlu mengacu kepada Rencana
Tata Ruang Wilayah(RTRW) Provinsi Papua Barat agar terwujud keselarasan dan kesinambungan
pembangunan daerah.

8.

Evaluasi pelaksanaan RPJPD Provinsi Papua Barat tahun 2012 2025 dilakukan pada tahun ketiga
dan pada akhir masa jabatan gubernur terpilih terhadap indikator kinerja misi, sedangkan evaluasi
tahunan dilakukan terhadap indikator kinerja program dengan data yang diperoleh dari lembaga
resmi atau melakukan survey yang dilakukan oleh Bappeda Provinsi Papua Barat.

- 150 -

9.

Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Papua Barat tahun 2012 -2025, maka RPJPD Provinsi Papua
Barat yang telah ditetapkan sebelumnya, dinyatakan tidak berlaku lagi.

10. Mengingat masa bakti gubernur akan berakhir pada tahun 2025 maka untuk mengisi kekosongan
dokumen perencanaan jangka Panjang yang ada, dipandang perlu untuk menyusun Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) Transisi tahun 2025.

6.1

STRATEGI IMPLEMENTASI

Dalam upaya mencapai visi dan misi diperlukan strategi dalammengimpementasikannya. Strategi
implementasi digunakan untuk merealisasikankebijakan dan program yang direncanakan guna
meminimasi agar tidak terlalubesar jeda yang terjadi antara yang dirumuskan dengan yang dilaksanakan.
Strategiini digunakan dalam rangka peningkatan kinerja birokrasi ke arah yang lebih baik, lebih
profesional, dan lebih bermanfaat. Digunakan dua strategi implementasi yaitu strategi internal (inner
transformation strategy) dan eksternal.

6.1.1

Strategi Internal

1. Strategi Struktural
Cara menjalankan perubahan dari atas ke bawah (top-down). Inisiatif perubahandatang dari Pimpinan,
dari Eselon yang lebih tinggi kepada Eselon di bawahnyauntuk diteruskan ke staff. Strategi struktural
akan berjalan relatif cepat, namunapabila tidak diikuti dengan strategi lain dampaknya hanya
dipermukaan saja,dan bersifat instan. Strategi ini ditempuh bila keadaan dirasakan sangatmenKampungk
sehingga perubahan harus dilakukan dengan cepat.
2. Strategi Informasional
Cara menjalankan perubahan dengan memberikan informasi untuk menumbuhkan dan menguatkan
kebutuhan untuk melakukan perubahan dan memperlemah perlawanan terhadap perubahan Di sini
diasumsikan

bahwaaparatur

maupun

masyarakat

akan

tergugah

untuk

melakukan

dan

menerimaperubahan apabila mereka memiliki pengetahuan berdasarkan informasi ataufakta yang ada.
Strategi informasional berlangsung lebih lambat dari strategipolitikal, namun pengaruhnya lebih dalam.
3. Strategi Fasilitatif
Cara menjalankan perubahan dengan membantu aparatur maupun masyarakat yang hendak berubah
supaya mereka lebih mudah menghadapi keadaan baru.Bantuan ini dapat berbentuk penyediaan sumber
daya atau sarana, atau memberikan kesempatan untuk memperoleh keahlian atau pengetahuan baru
yang diperlukan untuk menghadapi perubahan.
4. Strategi Atittudinal

- 151 -

Cara perubahan yang memprioritaskan perubahan sikap, yang pada gilirannya akan mengubah tingkah
laku. Strategi attitudinal mengutamakan pada dampak luas dan berkelanjutan pada cara pandang dan
tingkah laku. Ada tiga tahap dalam proses perubahan sikap ini, yaitu tahap unfreezing (menjauhkan diri
atau melepaskan sikap lama), moving (menerima dan menumbuhkan sikap baru) dan refreezing
(memantapkan, mengukuhkan, menstabilkan sikap baru).
Strategi-strategi di atas tidak mutually exclusive, beberapa strategi dapat dijalankan secara bersamaan
dan dapat saling melengkapi.

6.1.2

Strategi Eksternal

Strategi ini adalah strategi dalam upaya kompetisi dengan lingkungan eksternal, hal ini diperlukan sebab
penyikapan pemerintahan yang makin terbuka terhadap lingkup eksternal menyebabkan potensi tarikmenarik bidang garap yang sama antar stakeholders. Disinilah perlu dikembangkan semangat
berkompetisi yang sehat dan menghargai eksistensi satu sama lain serta menjunjung tinggi kode etik
yang berlaku.
Dalam menghadapi kompetisi diperlukan daya saing. Alternatif yang bisa diupayakan dalam
meningkatkan daya saing adalah tuntutan perubahan yaitu need to be smaller (dituntut lebih ringkas
birokrasi), need to be better (dituntut untuklebih baik dalam kinerja) dan need to be different (dituntut
untuk inovatif dalamprogram/kegiatan).
Tuntutan untuk lebih baik dilakukan melalui reengineering processes(perbaikan metode dan teknik pada
proses yang dilakukan) dan continuous improvement (peningkatan yang terus menerus) sedangkan
tuntutan

untuk

inovatifdilakukan

dengan

reinventing

activities/programe

(inventarisasi

kembaliaktivitas/program) dan regenerating strategies (regenerasi strategi).


Tahapan strategi kompetitif (eksternal) adalah:

Positioning, yang ditandai dengan upaya menyesuaikan struktur birokrasi dengan kekuatan dan
kelemahan yang ada

influencing the balance, ditandai dengan inovasi sosialisasi dan pelaksanaan program serta upaya
differensiasi atas program / kegiatan

Exploiting change, ditandai dengan upaya menumbuhkan program, kegiatan dan kultur baru

Diversification

strategy,

ditandai

dengan

mengadaptasi perubahan-perubahan baru

- 152 -

pengembangan

strategi-strategi

baru

dalam

BAB VII
PENUTUP

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Papua Barat Tahun 2012-2025 yang
berisi visi, misi, dan arah pembangunan nasional merupakan pedoman bagi pemerintah dan masyarakat
di dalam penyelenggaraan pembangunan Provinsi Papua Barat 20 tahun kedepan.
RPJPD Provinsi Papua Barat ini juga menjadi acuan bentuk menyusun RPJPD setiap Kabupaten/Kota di
Provinsi Papua Baratdan menjadi pedoman bagi calon Gubernur dan wakil Gubernur dalam menyusun
visi, misi, dan program prioritas yang menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Papua Barat selama satu periode kepemimpinannya atau selama
lima tahun.
RPJPDProvinsi Papua Barat Tahun 2012-2025 ini sesuai dengan tujuan disusunnya yakni sebagai
pedoman penyusunan rencana pembangunan lainnya sejatinya dimanfaatkan sebagaimana mestinya.
Rencana pembangunan baik yang bersifat umum (regional) maupun sektoral harus diturunkan dari
kebutuhan dan cita-cita daerah sebagaimana tercantum dalam substansi RPJPDProvinsi Papua Barat ini.
Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan untuk mencapai visi dan misi tergantung pada peran aktif
serta sikap mental, tekad, semangat, ketaatan dan disiplin para penyelenggara Pemerintah dan
masyarakat. Sehubungan dengan itu, semua kekuatan sosial politik yang datang dari pihak internal
maupun eksternal, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga kemasyarakatan perlu turut serta menyusun
program menurut fungsi dan kemampuan masing-masing dalam melaksanakan RPJPD Provinsi Papua
Barat. Hasil pembangunan tentunya harus dapat dinikmati secara lebih riil, merata, dan adil oleh segenap
warga masyarakat khususnya masyarakat Provinsi Papua Barat dalam upaya meningkatkan taraf hidup
dan kesejahteraan lahir dan batin dalam suasana yang demokratis, aman, tentram dan damai.

- 153 -

Anda mungkin juga menyukai