Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas transaksi keuangan dalam LKM Koperasi PMK merupakan


aktivitas utama yang mendominasi keseluruhan aktivitas yang ada di
koperasi, baik yang dalam rangka pelayanan kepada anggota maupun
dalam transaksi internal kelembagaan. Oleh karenanya, segala bentuk
transaksi keuangan yang dilakukan harus didasari dengan kebijakan dan
prosedur yang berlaku, sehingga potensi pelanggaran yang terjadi dapat

m
diantisipasi sedini mungkin.

o
Kebijakan dan prosedur yang berlaku harus ditaati oleh seluruh stake
holder yang ada, mulai dari tingkat pengawas, pengurus, pengelola

c
maupun anggota yang dilayani. Hal ini menjadi penting agar ketentuan

i.
tersebut dapat berjalan efektif dan segala bentuk transaksi keuangan
yang terjadi dapat dipertanggungjawabkan akuntabilitasnya.

d k
Untuk tujuan tersebut, dalam kegiatan pelatihan kepada para pegelola
LKM Koperasi PMK kemampuan menyampaikan dan penguasaan materi

p
tentang kebijakan dan prosedur dalam bidang keuangan ini harus dimiliki
oleh para pengajar yang akan melatih para calon pengelola LKM

o
Koperasi PMK, sehingga pemahaman yang standar dapat dimiliki oleh
calon pengelola sesuai kapasitas yang diharapkan.

k
Dengan modul ini, diharapkan para tenaga pengajar memiliki panduan

m
praktis dalam menyampaikan materi kepada calon pengelola LKM
Koperasi PMK secara lengkap dan sistematis.

l k
B. Tujuan Pembelajaran Umum

Meningkatkan pemahaman peserta diklat tentang manajemen dan


operasional prosedur bidang keuangan dan operasional LKM Koperasi
PMK

C. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti diklat ini, peserta diharapkan :


1. Peserta diharapkan dapat menjelaskan manajemen likuiditas;
2. Peserta diharapkan dapat menjelaskan prosedur cashflow;
3. Peserta diharapkan dapat membuat cashflow;
4. Peserta diharapkan dapat menjelaskan kebijakan dan prosedur
operasional kasir.

1
E. Kerangka Pembelajaran
1. Pendahuluan
2. Manajemen Likuiditas
3. Proyeksi Cashflow
4. Kasir, Kebijakan dan Prosedur

D. Metoda
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Penugasan
4. Simulasi

m
F. Alat Bantu

o
1. Proyektor LCD
2. Laptop

c
3. Whiteboard

i.
4. Spidol
5. Metaplan

G. Waktu
... Menit (... JPL)

d k
op
k
k m
l

2
BAB II
MANAJEMEN LIKUIDITAS

1. SISTEM MANAJEMEN

Sistem manajemen keuangan pada LKM Koperasi PMK pada


implementasinya dapat diterapkan dalam bentuk kebijakan dan prosedur
yang didalamnya terdapat fungsi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian mengenai kegiatan keuangan yang
berakibat pada perubahan aktiva, Kewajiban, modal, pendapatan atau

m
biaya.

o
Pada umumnya, fungsi manajemen keuangan dalam Lembaga
keuangan Mikro dikelompokkan menjadi 3 kegiatan utama, yaitu:

i. c
1. Kegiatan menghimpun dana atau biasa disebut dengan keputusan
pendanaan. Kegiatan ini mencakup berbagai aktivitas yang
diarahkan untuk memperoleh dana yang dapat digunakan oleh

k
usaha Koperasi dari berbagai sumber yang tersedia (manajemen

d
permodalan);
2. Kegiatan menggunakan dana. Kegiatan ini disebut juga sebagai

p
keputusan investasi, yakni mengalokasikan dana pada aktiva
Produktif terutama pada kegiatan penyaluran dana dari dana yang

o
menganggur (manajemen investasi)
3. Kegiatan lain yang merupakan implementasi dari kebijakan internal,

k
seperti pembagian SHU dll.

m
A.1 Pengertian Likuiditas

k
Likuiditas dapat diartikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban

l
membayar uang kas apabila diperlukan. Bagi LKM Koperasi PMK,
likuiditas merupakan jantung utama karena menyangkut kepercayaan.

Likuiditas merupakan suatu ukuran dari kesehatan usaha di bidang


bisnis keuangan, bila suatau usaha untung terus, tetap likuiditasnya
sudah menunjukan kurang sehat, usaha tersebut bisa dikatakan pailit.
Sebaliknya, suatu usaha meskipun dalam beberapa tahun mengalami
kerugian, selama likuiditasya masih mampu menjamin beroperasinya
usaha, maka usaha tersebut dinyatakan layak untuk berusaha.

Mengelola likuiditas bagi lembaga keuangan seperti LKM Koperasi


PMK merupakan perpaduan keterampilan (skill), pengetahuan
(knowledge), seni dan sikap (attitude). Bisnis lembaga keuangan
sejatinya bertumpu pada bagaimana mengatur pola aliran uang masuk
dan pola aliran keluar tidak mengalami masalah.
3
Untuk itu dibutuhkan manajemen dana. Manajemen dana adalah suatu
proses yang meliputi bagaimana sebuah lembaga keuangan
menetapkan kebijaksanaan di bidang pendanaan, permodalan,
pengalokasian dana serta usaha-usaha pemupukan dana yang
keseluruhannya merupakan koordinasi dari fungsi-fungsi lembaga
keuangan sedemikian rupa dalam mencapai tingkat laba yanq
maksimal sesuai dengan batas-batas yang ditetapkan.

A.2 Pentingnya Likuiditas

Suatu pengelolaan yang baik terhadap likuiditas yaitu strategi

m
pengendalian likuiditas yang cukup aman untuk kepentingan usaha
dan cukup efisien dilihat dari idle fund yang ada, pengelolaan likuiditas

o
yang demikian inilah yang sering disebut liqudity management atau
manajemen likuiditas.

i. c
Secara umum manajemen likuiditas ini mengatur pengelolaan likuiditas
disisi asset (kemampuan jangka pendek) dan likuiditas disisi lain

k
lialibilitas (kewajiban jangka pendek). Pengaturan sisi asset ini erat
kaitanya dengan kemampuan LKM Koperasi PMK dalam mendapatkan

d
uang kas, maka dalam pembahasan likuiditas LKM Koperasi PMK

p
disisi asset ini banyak dititik beratkan pada pengelolaan cash flow
(cash flow management). Sebaliknya, pada likuiditas disisi liabilitas

o
lebih banyak menekankan pada aliran dana yang masuk dan keluar
dari LKM Koperasi PMK yang sering disebut dengan kewajiban LKM

k
Koperasi PMK dalam jangka pendek. Secara umum aktivitas ini erat
kaitanya dengan fund flow management.

m
Kemampuan matching mempunyai pengertan yang khusus di bisnis

k
keuangan karena disinilah suatu efesiensi dari manajemen likuiditas.

l
Efisiensi dari manajemen likuiditas tidak akan tercapai apabila LKM
Koperasi PMK tidak mampu melakukan maching antar cash flow
dengan schedul pendanaan jangka pendek. Gap antara cash flow dan
skedul inilah yang disebut dengan idle fund (dana menganggur).
Semakin besar gap-nya, semakin tidak efisien strategi likuiditasnya.
Skedul pendanaan menunjukan kemampuan LKM Koperasi PMK
untuk melakukan perkiraan atas dana yang masuk dan dana yang
akan keluar. Skedul pendanaan ini menjadi teramat penting dalam
manajemen likuiditas mengingat skedul ini merupakan faktor utama
dalam likuiditas.

A.3 Fungsi dan Tujuan

Fungsi likuiditas antara lain :


4
 Meyakinkan anggota bahwa lembaga sebagai tempat yang
aman untuk menyimpan dana.
 Memungkinkan LKM Koperasi PMK untuk memenuhi
komitmen pembiayaan.
 Menghindari penjualan aktiva yang tidak memungkinkan .
 Memperkecil penilaian risiko ketidakmampuan membayar
kewajiban penarikan dana.

Sehingga pengelolaan likuiditas pada dasarnya adalah proses


pengelolaan dan secara profesional dan amanah pada dasarnya
dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

m
 Memperoleh pendapatan (profit) yang optimal, halal dan

o
baik.
 Menyediakan aktiva lancar dan kas yang memadai

i. c
(likuiditas).
 Menyimpan cadangan untuk hal-hal yang mungkin timbul.
 Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga keuangan dengan

k
kebijaksanaan yang pantas bagi seseorang yang bertindak

d
sebagai pemelihara dana-dana anggota.
 Memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat akan

p
pembiayaan.

k o
1. ALAT-ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN

1. Manajemen Likuiditas

k m
Pada definisi yang lain, likuiditas juga pada umumnya diartikan

l
sebagai kepemilikian sumber dana yang memadai untuk memenuhi
seluruh kebutuhan kewajiban yang akan jatuh tempo. Atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat
ditagih baik yang dapat diduga ataupun yang tidak terduga atau
Secara sederhana, manajemen likuiditas dapat diartikan sebagai
upaya lembaga untuk menjaga keseimbangan antara sisi asset dan
sisi liability.

Dalam LKM Koperasi PMK manajemen likuiditas adalah salah satu


hal yang penting dalam memelihara kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga. Untuk itu setiap LKM Koperasi PMK yang
beroperasi harus menjaga likuiditasnya agar pada posisi yang ideal.

Jadi tujuan manajemen likuiditas adalah mencapai cadangan yang


dibutuhkan yang telah ditetapkan oleh lembaga untuk memperkecil
5
dana yang menganggur karena kalau banyak dana yang
menganggur akan mengurangi profitabilitas bank, dan mencapai
likuiditas yang aman untuk menjaga kemampuan lembaga dalam
memenuhi kewajiban kepada pihak lain.

Dalam Manajemen likuiditas terdapat dua resiko yaitu Resiko


ketika kelebihan dana dimana dana yang ada dalam koperasi
banyak yang idle, hal ini akan menimbulkan pengorbanan tingkat
produktifitas atau kemampuan menghasilkan return yg rendah.
Kedua Resiko ketika kekurangan dana, akibat dari tidak
tersedianya dana untuk mencukupi kebutuhan kewajiban jangka

m
pendek kepada pihak lain. Resiko yang akan timbul dari akibat ini
akan sangat fatal sebab akan menurunkan kepercayaan pemilik

o
dana dan bahkan dapat berakibat pada Rush/ penarikan dana besar
besaran yang kemudian dapat mengakibatkan kolapnya lembaga.

i. c
Oleh kerena itu LKM Koperasi PMK harus dapat memperkirakan
besarnya pengeluaran dalam setiap hari, minggu atau bulan,

k
sehingga likuiditas minimum dapat ditetapkan secara lebih tepat.
Kesemuanya itu perlu didukung oleh pencatatan-pencatatan yang

d
akurat, teliti, rapi dan sistematis. Serta memiliki alat kontrol likuiditas

p
yang jelas. Hal ini dapat dilalkukan dengan cara membuat proyeksi
arus kas yang periodik, jangka pendek, menengah ataupun jangka

o
panjang sehingga dengan itu maka posisi likuiditas dapat
diproyeksikan dan dikontrol.

k
Permasalahan Likuiditas

m
Ada 4 (empat) permasalahan yang cukup mendasar yang dihadapi

k
oleh KJKS/UJKS/BMT hingga saat ini, yakni:

l
1. Terdapatnya kontradiksi antara tujuan yang satu dengan
yang lain yaitu antara tujuan likuiditas dengan pendapatan.

Kepentingan likuiditas akan berlawanan dengan kepentingan


pendapat-an, dimana setiap tingkat likuiditas yang tinggi akan
menurunkan pendapatan LKM Koperasi PMK. Apabila
pengunaan dana yang ditetankan pada penyelesaian likuiditas
lebh besar, dapat menyebabkan dana yang dapat disalurkan
melalui pembiayaan berkurang sehingga rentabilitas akan
berkurang juga.

Demikian pula sebaliknya, jika LKM Koperasi PMK lebih


mengutamakan rentabilitas dengan menyalurkan hampir seluruh
dananya dalam pembiayaan dan dalam bentuk aktiva produktif
maka dampak terhadap alat likuid, menjadi sangat rendah
6
sehingga akan dapat menimbulkan kesulitan terhadap
likuiditasnya. Dalam kondisi yang demikian perlu diikuti dengan
pemantauan secara ketat dan akurat terhadap dana yang akan
ditarik oleh penyimpan agar tidak mengurangi kepercayaan
terhadap penyimpan di LKM Koperasi PMK yang bersangkutan.

2. Pemupukan modal sendiri (ekuitas) masih menjadi kendala.

Kondisi pemupukan modal LKM Koperasi PMK yang berbentuk


koperasi masih terbatas pada simpanan pokok, wajib dan
sukarela. Akibatnya, modal sendiri pertumbuhannya (growth)

m
cenderung tidak signifikan. Hal ini tercermin dari rendahnya
angka CAR (Capital Adequacy Ratio) yaitu rasio kecukupan

o
modal.

c
3. Ada siklus tahunan yang cukup berpengaruh bagi likuiditas

i.
LKM Koperasi PMK
Ada 2 (dua) momen yang secara jelas berpengaruh ada mutasi

k
penarikan tabungan yaitu pada tahun ajaran baru dan Hari Raya
Lebaran. Kedua momen ini cukup menguras tenaga pengelola

d
LKM Koperasi PMK untuk menutup lubang penarikan ini

p
4. Belum adanya lembaga yang menjadi penyangga likuiditas

o
Sampai saat ini belum ada lembaga yang dirancang secara
khusus dan serius concern untuk menangani masalah likuiditas

k
di LKM Koperasi PMK. Kalaupun ada nilainya masih kecil dan
sebaran hanya untuk LKM Koperasi PMK tertentu saja.

m
Prinsip Pengelolaan Likuiditas

lk
Ada beberapa prinsip dalam pengelolaan likuiditas KJKS/UJKS/BMT
yang harus dicermati dengan cukup serius. Mengapa ? Bisnis lembaga
keuangan manapun memerlukan ketrampilan mengatur sumber uang
masuk (cash in flow) dan mengelola uang yang sedang dan akan
keluar (cash out flow). Apa artinya, manajemen likuiditas menjadi kunci
dalam KJKS/UJKS/BMT.
Prinsip pengelolaan cashflow di KJKS/UJKS/BMT harus berpegang
pada model penanganan dana yang hati-hati dan menghindari
spekulasi. Adapun prinsip tersebut adalah :

1. Menghindari komposisi tabungan sebagai berikut:


i. Komposisi tabungan yang didominasi tabungan jangka pendek
dan tingkat perputarannya cepat.
ii. Komposisi tabungan yang sebagian besar memiliki jatuh tempo
yang bersamaan.
7
2. Memadankan (matching) antara komposisi antara sumber dana
dengan pelemparan pembiayaan, yakni:

i. Pembiayaan jangka panjang tidak boleh didanai dari pendanaan


jangka pendek

ii. Pembiayaan dana pendek dapat dibiayai dari dana jangka


panjang.

3. Disiplin keuangan mengenai penggunaan dana modal kerja dan

m
investasi dengan aturan sebagai berikut:
i. Modal kerja (yang diputar untuk pembiayaan) tidak boleh

o
diganggu.
ii. Pengeluaran untuk investasi atau pengeluaran operasional harus

c
diambil dari laba.

i.
1. KOMPONEN LIKUIDITAS

k
Pengukuran likuiditas LKM Koperasi PMK dilakukan dengan cara :

d
a. Membandingkan antara Alat Likuid (termasuk didalamnya
adalah komponen Kas, Simpanan di Bank atau koperasi lain,

p
setara Kas dan Penyaluran dana yang jatuh tempo dalam waktu

o
pendek jangka Pendek) dengan Kewajiban lancar (termasuk
didalamnya adalah Simpanan lancar, dan yang termasuk

k
Kewajiban segera lainya) Rasio ini disebut Rasio Kas dimana
rasio ini tidak boleh kurang dari 15 %.

m
Rasio Kas = Alat Likuid

k
Kewajiban lancar

b.

l
Membandingkan antara besarnya Penyaluran dana yang
disalurkan dengan Sumber dana yang dihimpun atau disebut
dengan Rasio Financing To Deposit rasio ( FDR ), yang
besarnya tidak boleh melebihi 85% dari total dana yang
dihimpun. Sumber Dana yang dihimpun dapat berupa modal,
modal penyisihan, simpanan dan simpanan berjangka serta
dana dana lain yang bersifat kewajiban pada pihak lain.

FDR = Penyaluran dana


Penghimpunan dana

2. Manajemen Aktiva – Pasiva ( Kebijakan )

8
Dalam upaya menyeimbangkan arus dana, LKM Koperasi PMK
perlu melakukan manajemen aktiva-pasiva dengan pendekatan
ketepatan pengalokasian dana / asset allocation approach
yakni : Dana yang memiliki sifat perputaran yang cukup tinggi atau
lancar penggunaannya diprioritaskan untuk aktiva yang tingkat
likuiditasnya cukup tinggi/ lancar. Sedangkan dana yang
perputarannya relatif rendah, pengalokasiannya dapat di lakukan
pada Penyaluran dana dan aktiva jangka panjang lainnya.

3. Manajemen Aktiva Produktif

m
i. Kolektibilitas & Rasio Kualitas Aktiva Produktif

o
Ruhnya Lembaga keuangan salah satunya terletak pada sehatnya

c
aktiva produktif, macetnya aktiva ini akan mengakibatkan

i.
hambatan terhadap pendapatan. Pendapatannya menjadi
berkurang yang ujungnya koperasi mengalami kesulitan untuk

k
membayar beban operasional bahkan pada kondisi yang ekstrim
koperasi akan mengalami kerugian, tentu hal ini akan sangat

d
merugikan lembaga, untuk itu pengaturan, pengawasan, dan

p
pengendalian terhadap aktiva ini perlu dicermati secara seksama.
Untuk dapat mengawasi keadan aktiva produktif ini maka aktiva

o
produktif secara periodik perlu dikelompokan berdasarkan lancar
tidaknya aktiva ini. Penggolongan ini disebut kollektibilitas aktiva

k
produktif. Penggolongan aktiva ini di golongkan kedalam empat
golongan yakni :

m
1. Kolektibilitas Lancar,
2. Kollektibilitas Kurang lancar

k
3. Kollektibilitas Diragukan

l
4. Kollektibilitas Macet

Pengaturan Kollektibilitas ini secara khusus diatur dalam SOP


Penyaluran dana. Sebagai upaya pengendalian, koperasi perlu
mengidentifikasi keadaan aktiva ini dengan cara menanalisisnya
melalui membandingkan antara aktiva produktif bermasalah
atau aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) dengan
seluruh jumlah aktiva produktif (AP). Rasio ini disebut rasio
Kualitas aktiva produktif. Prinsip dari rasio ini adalah semakin besar
rasio ini semakin tidak baik keadaanya, artinya aktiva produktif
yang diklasifikasikan semakin besar. Semakin kecil rasio ini
semakin baik artinya Aktiva produktif yang diklasifikasikan
semakin kecil.
Rumus :

9
Rasio Kualitas Aktiva Produktif = APYD
AP

ii.Batas Maksimum Penyaluran Dana dan Kewajiban


pencadangan Penyisihan Penghapusan Penyaluran Dana

Sebagai upaya pencegahanya koperasi perlu menerapkan sikap


kehati hatian didalam menjalankan aktivitas Penyaluran dananya,
salah satu upaya tersebut adalah dengan membuat aturan Batas
maksimal Penyaluran dana. Batas maximum penyaluran dan
diberlakukan untuk maximum penyaluran kepada satu orang

m
anggota adalah sebesar 2,5% dan untuk kepada kelompok anggota
sebesar maximum 10% dari total Asset hal ini perlu diatur untuk

o
meminilalisasi risiko dengan cara menyebarkan resiko kepada lebih
banyak orang dan tidak terfokus pada sedikit orang.

i. c
Sebagai upaya lain dalam menanggulangi resiko akibat
timbulnya kualitas aktiva produktif ini maka perlu secara konsisten

k
pengurus wajib menyisihkan cadangan penghapusan akibat resiko
penyaluran dana ini setiap bulanya. Besar jumlah dana yang wajib

d
dicadangkan adalah dengan mengikuti aturan tentang kewajiban

p
pencadangan aktiva produktif. Lebih lanjut aturan ini diatur dalam
SOP penyaluran dana .

o
Yang termasuk kedalam kelompok aktiva produktif adalah seluruh

k
aktiva yang menghasilkan return / pendapatan bagi koperasi
seperti: Penempatan dana pada aktiva penyaluran dana, Investasi

m
pada usaha sektor riil koperasi, Deposito bank dan aktiva lain yang
produktif.

lk
4. Manajemen Permodalan

Komponen lain yang menentukan Sehat tidaknya koperasi adalah


komponen Modal.

Penilaian terhadap permodalan dilakukan denan metode penilaian


CAR (Capital Adequacy Ratio). Pada dasarnya, besaran CAR
suatu Koperasi dihitung dengan membagi Jumlah modal terhadap
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

Dengan angka besaran persentase CAR tertentu diharapkan


bahwa modal yang dimiliki koperasi, mampu melindungi anggota
dan pihak lain yang dananya disimpan atau ditempatkan pada
koperasi tersebut.

10
Komponen modal KOPERASI terdiri dari modal inti dan modal
Pinjaman. Modal inti terdiri dari :
a. Simpanan Pokok
b. Simpanan wajib
c. Modal Penyertaan / Simpanan Pokok Khusus
d. Modal Sumbangan / Hibah
e. Cadangan Umum
f. Cadangan Tujuan
g. SHU tahun lalu setelah diperhitungkan pajak
h. SHU tahun berjalan setelah diperhitungkan taksiran pajak
sebesar 50% ( Lima puluh perseratus )

m
Modal Pinjaman terdiri dari :

o
a. Modal dari UPT BLUD ( Misalnya )
Setiap Koponen modal diberikan bobot sebagai berikut :

KOMPONEN MODAL
1. Modal Inti

i. c Bobot

k
1.1. Modal Simpanan Pokok 100%

d
1.2. Modal Simpanan Wajib 100%

p
1.3. Modal Penyertaan Khusus / Simpanan
100%
Pokok Khusus.

o
1.4. Modal Hibah / Sumbangan 100%

k
1.5. Cadangan Umum 100%
1.6. Cadangan Tujuan 100%

m
1.7. SHU Tahun Lalu 100%

k
1.8. SHU Tahun Berjalan setelah diperhitungkan
50%

l
taksiran pajak sebesar 50%

2. Modal Pinjaman
2.1. Modal UPT BLUD 100%

Komponen ATMR ( Aktiva Tertimbang Menurut Resiko ) terdiri dari:


aktiva neraca yang diberikan bobot sesuai kadar risiko penyaluran
dana yang melekat pada setiap pos aktiva, yaitu :

1) Kas, dan setara kas diberi bobot 5% (nol perseratus)


2) Penempatan pada KOPERASI / Koperasi lain dengan akad
wadiah atau qordh diberi bobot 30% (Tiga puluh perseratus)

11
3) Penempatan wadiah Pada Bank yang di jamin pemerintah
diberi bobot 0% (nol perseratus)
4) Penempatan wadiah pada Bank yang tidak dijamin Pemerintah
diberi bobot 20% (dua puluh perseratus)
5) Persediaan, aktiva ijarah, nilai bersih aktiva tetap dan inventaris,
antar kantor aktiva, dan rupa-rupa aktiva diberi bobot 100%
(seratus persen)
6) Aktiva produktif dibedakan sebagai berikut :
i. penyaluran dana dalam berbagai bentuk aktiva produktif yang
sumber dananya berasal dari simpanan anggota dengan
prinsip mudharabah muthlaqah berdasarkan sistem bagi

m
untung atau rugi (profit and loss sharing method) diberikan
bobot sebesar 1% (satu perseratus);

o
ii. penyaluran dana dalam berbagai bentuk aktiva produktif yang
beragunan yang sumber dananya berasal dari modal sendiri

c
dan/atau simpanan anggota dengan prinsip wadiah, qardh

i.
dan mudharabah muthlaqah berdasarkan sistem bagi
pendapatan (revenue sharing) di beri bobot resiko 100%

k
dikurangi dengan nilai prosentase agunannya.
iii. Penyaluran dana dalam berbagai bentuk aktiva produktif

d
yang tidak beragunan (venture capital) yang sumber

p
dananya dari wadiah, modal sendiri, qardh dan mudharabah
muthlaqah diberikan bobot sebesar 100% (seratus lima

o
puluh perseratus);

k
KOMPONEN ATMR BOBOT
1. Kas & setara kas 5%

m
2. Penempatan Pada Bank ( yg dijamin

k
0%
pemerintah)

l
3. Penempatan Pada Bank ( Yg Tdk dijamin
20%
pemerintah )
4. Simpanan / rekening di KOPERASI lain 30%
5. penyaluran dana dalam berbagai bentuk aktiva
produktif yang sumber dananya berasal dari
simpanan anggota dengan prinsip mudharabah
1%
muthlaqah berdasarkan sistem bagi untung atau
rugi (profit and loss sharing method) diberikan
bobot sebesar 1% (satu perseratus)
6. penyaluran dana dalam berbagai bentuk aktiva
100%
produktif yang beragunan yang sumber dananya
dikuran
berasal dari modal sendiri dan/atau simpanan
gi nilai
anggota dengan prinsip wadiah, qardh dan
jaminan
mudharabah muthlaqah berdasarkan sistem bagi
12
pendapatan (revenue sharing)
7. Penyaluran dana dalam berbagai bentuk
aktiva produktif yang tidak beragunan (venture
100%
capital) yang sumber dananya dari wadiah,
modal sendiri, qardh dan mudharabah muthlaqah
8. Persediaan, aktiva ijarah, nilai bersih aktiva
tetap dan inventaris, antar kantor aktiva, dan
100%
rupa-rupa aktiva diberi bobot 100% (seratus
persen)

Penilaian terhadap CAR KOPERASI ditetapkan sebagai berikut :

m
a. Penetapan Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum ( KPMM )
ditetapkan sebesar 15 %

o
b. Pemenuhan Rasio CAR sebesar 15% atau sama dengan nilai

c
KPMM diberi predikat “Cukup Sehat”

i.
c. Perinsif rasio CAR adalah : Semakin Besar Rasio semakin baik /
semakin sehat dan kebalikannya semakin kecil semakin tdk

k
baik.

p d
k o
k m
l

13
BAB III
PROYEKSI CASH FLOW

A. PENGERTIAN DAN BATASAN

Arus kas (cashflow) adalah aliran masuk dan keluarnya uang tunai LKM
Koperasi PMK dari waktu ke waktu karena berbagai kegiatan transaksi
usahanya. Sebagai organisasi bisnis, LKM Koperasi PMK menerima
berbagai jenis pendapatan dan penerimaan dana, pendapatan maupun dana

m
pinjaman dari para kreditur dan mengeluarkannya untuk membayar kembali
semua kewajiban dan biaya/beban.

o
Pengaturan kas adalah merupakan salah satu dari aktivitas manajemen

i. c
keuangan, hal ini dilakukan dengan cara melakukan perencanaan kas,
pengawasan dan pengendalian kas. Salah satu tools untu manajemen ini
adalah dengan membuat proyeksi arus kas, serta pencatatan atas kas

k
dengan ini maka pengawasan dan pengendalian dapat dilakukan.

Manfaat Proyeksi Cash Flow

p d
o
Dengan mampu merencanakan dan memonitor, secara periodik aliran kas
sesuai dengan irama kegiatan transaksinya, pengelola LKM Koperasi PMK

k
dapat mengendalikan aliran keuangannya, agar senantiasa dalam posisi
sehat, mampu memenuhi kewajiban yang berkembang dalam pelayanan
kepada pelanggan.

k m
Secara khusus pengendalian arus kas LKM Koperasi PMK bertujuan untuk

l
memastikan agar semua kewajiban yang telah direncanakan dapat dipenuhi
dengan baik . Hal ini hanya mungkin kalau semua penerimaan yang telah
direncanakan terlaksana dengan tepat.

Prinsip Pengelolaan Kas

Agar manfaat pengelolaan kas dapat diperoleh, maka perlu dilakukan


langkah-langkah sebagai berikut :
1.Menyusun rencana yang telah jelas tentang jenis, jumlah dan waktu
uang akan diterima atau dikeluarkan.
b. Mengadminisrasikan setiap penerimaan maupun pengeluaran
dalam sistem pembukuan yang baik.
c. Memonitor secara berkala sesuai siklus kegiatan transaksi
pengeluaran maupun penerimaam uang kas.

14
d. Mengevaluasi apakah realisasi, penerimaan dan pengeluaran
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
e. Mengendalikan pencadangan (kalau ada) agar pengeluaran
sesuai dengan rencana artinya penerimaan tidak kurang dari
jumlah yang diharapkan dan pengeluaran tidak melebihi jumlah
uang tunai yang telah ditetapkan.
f. Memeriksa apakah jumlah uang tunai cocok dengan saldo kas
akhir yang tercatat dalam pembukuan, bila belum cocok harus
diselesaikan dulu agar cocok.
g. Menempatkan secara aman kas akhir yang ada pada setiap akhir
kerja.

1. INSTRUMEN CASH FLOW

o m
c
Sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga keuangan informal, maka

i.
struktur instrumen proyeksi arus kas LKM Koperasi PMK perlu disusun
dalam lembar kerja dengan komponen sebagai berikut :

1. Penerimaan Kas, terdiri atas :

d k
a. Simpanan Pokok Khusus ( simpoksus)

p
b. Simpanan Pokok
c. Simpanan wajib

o
d. Simpanan Sukarela
d.1 Simpanan Sukaela Biasa

k
d.2 Simpanan Sukarela Berjangka
e. Simpanan Titipan

m
f. Angsuran Pokok Pembiayaan
g. Bagihasil pembiayaan

k
h. Bagi Hasil Investasi

l
i. Mark-up Pembiayaan
j. Pendapatan Fee
k. Pendapatan Sewa
l. Bagi Hasil Simpanan Bank
m. Pendapatan Sektor Ril
n. Infaq
o. Penerimaan ZIS
p. Penerimaan Admitrasi
q. Penerimaan Non Halal
r. Dan Lain-lain

2. Pengeluaran, terdiri atas :


a. Pembiayaan
a.1 Prinsip Kerjasama
a.2 Prinsip Jual Beli
15
a.3 Prinsip Fee
a.4 Prinisp Sewa

b. Penerikan Simpanan
c. Pembayaran Cisilan Pinjaman Pihak ketiga
d. Biaya Bagi hasil Simpanan
e. Gaji manajer dan Staff
f. Sistem Komputer
g. Promosi dan pemasaran
h. Pembelian barang inventasir
i. Pembelian Perlengkapan kantor

m
j. Pelatihan dan pengambangan Staff
k. Sewa Gedung

o
l. Biaya Penusustan
m. Biaya lain-lain

i. c
3. Surplus/defisiit, yaitu lelebihan atau kekurangan dari jumlah

k
penerimaan dikuramgai pengeluaran kas bulan ini ( kalau ebih
penerimaan maka disebit surplus, kalau lebih pengeluaran maka

d
disebut defisit).

p
4. Saldo akhir bulan lalu yang akan menjadi tambahan penerimaan kas
bulan ini (atau saldo kas akhir bulan lalu)

o
5. Saldo kas sementara bulan ini, yaitu surplus defisit ditambah dengan
saldo awal bulan ini (saldokas bulan lalu).

k
6. Pengendalian atas tindakan manajemen untuk menjaga agar tetap
diperoleh saldo kas akir pada posisi yang ideal. Posisi kas akhir yang

m
ideal adalah tidak minus, tetapi tidak juga harus terlalu besar(
standarnya adalah 2,5 % dari jumlah kekayaan).

lk
Tindakan pengendalin Kas dapat berupa :
• Saldo kas sementara surplus
Setelah dikurangi dengan jumlah saldo kas akir yang diinginkan,
sisanya disetorkan sebagai simpanan di bank , atau untuk membayar
kewajiban yang sudah pasti.

• Saldo kas sementara minus


Jumlah minusnya ditambah dengan saldo akir yang diinginkan, adalah
merupakan jumlah dana kas yang harus ditambahkan kekurangan ini
dapat diperoleh dari penarikan tabungan KJKS/UJKS/BMT di Bank.
Dalam rangkan pengendalian manajeman kas fasilitas perbankan
yang paling cocok adalah rekening Koran.

16
7. Upaya pengendalian lain bila saldo kas sementara minus adalah
melihat kembali semua rencana pengeluaran kas agar tidak melebihi
dana tunai yang tersedi. Perlu ditegaskan disini bahwa upaya
pengendalin yang pertama harus dilakukan adalah pada saat
merencanakan arus kas KJKS. Degan demikian kelebihan atau
kekurangan kas pada waktu tertentu dimasa yang akan datang sudah
dapat diketahui sebelumnya, dan dicarikan jalan keluarnya.
8. Saldo kas akhir adalah jumlah saldo ideal ( maksimun 2,5 % dari total
kekayan KJKS) yang harus tetap berada di kas sebagai aksi
pengendalian baik pada saat Perencanaan, maupun dalam
pelaksanaan kegiatan transaksi dari waktu-kewaktu.

m
1. PROSES PENYUSUNAN CASHFLOW

o
Untuk melakukan perencanaan arus kas dapat dilakukan dengan

c
langkah-langkah sebagai berikut:

i.
1. Tentukan jenis peneriman kas KJKS berdasarkan pengelaman
waktu yang lalu dan jenis penerimaan yang akana

k
dikembangkannya, umpamanya jenis simpanan baru yang
menarik.

d
2. Tentukan jumlah yang direncanakan /diproyeksikan dan

p
masing-masing pos penerimaan pada bulan pertama ( januari)
dan tulislah pada formulir dan pada kolomny masing-masing.

o
3. Jumlahkan semua penerimaan pada bulan tersebut dan tulislah
pada kolom jumlah penerimaan pada formilir.

k
4. Tentukan jenis dan jumlah pengeluarasan kas yang
direncanakan akan dikeluarkan pada bulan pertama ( januari)

m
atas dasar pengalaman tahun yang lalu dan pengembangan
jenis paket pembiayaan baru yang menarik atau beban/biaya dan

k
kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan oleh KJKS.

l
5. Jumlahkan semua pengeluaran tersebut kedalam kolom
jumlah pengeluaran pada formulir.
6. Hitunglah selisih jumlah penerimaan dikurangi jumlah
pengeluaran kas pada bulan januari tersebut. Kita akan
menemukan kemungkinan surplus( penerimaan lebih besar dari
pada pengeluaran) atau defisist (pengeluaran lebih besar dari
pada penerimaan).
7. Jumlakan surplus atau defist kas pada nomor 5 dengan
saldo awal, yaitu saldo kas akhir pada bulan sebelumnya ( yang
lalu), menjadi saldo kas sementara.
8. Lakukan pengendalian sesuai dengan prosedur yang telah
diuraikan pada penjelasan tentang pengendalian diatas sehingga
diperolah saldo angka kas akhir yang ideal.

17
9. Lakukan langkah 1 s.d. 7 tersebut untuk bulan bulan
selanjutnya sampai satu tahun. Jangan lupa uantuk selalu
mempertimbangkan naik turunnya pnerimaan maupun kewajiban
setiap waktu /bulan yang tidak selalu sama, kita cenderung
merata-ratakan demi kemudahan perencanaan.

D. MONITORING DAN EVALUASI CASHFLOW

Pengelolaan kas sejak perencanaan, monitoring, pengendalian dan hasil


kerja ( realisasinya) bukanlah kegiatan sekali jadi. Karena itu harus selalu
dievaluasi. Monitoring dapat dibedakan dengan evaluasi atas dasar siklus

m
dan kurun waktunya. Realisasi penerimaan dan pemngeluaran kas
dimonitor setiap akhir transaksi (harian, minguan atau bulanan) secara

o
periodik (dengan frekuensi waktu yang lebih panjang) dilakukan evaluasi
apakah seluruh perencanaan dapat terwujud secara tepat dalam

c
pelaksanannya/ realisasinya.

i.
Dalam proses panjang pengelolaan kas akan menjadi semakin cermat

k
karena pengalaman. Meski LKM Koperasi PMK difungsikan dalam status
informal, namun mutu kerjanya harus dikembangkan secara profesional.

d
Salah satu indikatornya adalah mampu merencanakan dan memonitor,

p
mengendalikan keluar dan masuknya keuangan agar mampu memenuhi
semua kewajiban secara tepat.

o
Dengan asumsi bahwa perencanaan telah dilaksanakan dengan efektif,

k
maka selanjutnya pengendalian kas sebaiknya dilakukan dengan dua
prosedur sebagai berikut :

m
1) Evaluasi dilakukan secara terus menerus dan memperhitungkan

k
kemungkinan posisi kas di masa yang akan datang. Hal ini meliputi

l
evaluasi periodik dan laporan rutin (biasanya bulanan) dan estimasi
posisi kas yang akan datang (periode sisa).
2) Pengendalian kas dengan catatan data harian atau mingguan.
Tujuan pencatatan harian atau mingguan adalah untuk
mempertahankan jumlah kas yang cukup. Cara ini digunakan oleh
Koperasi yang memiliki permintaan kas yang sangat tidak teratur
(berfluktuasi).

18
BAB IV
KASIR, KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

A. KEBIJAKAN KASIR

1) Kasir / teller adalah petugas yang ditunjuk oleh koperasi yang tugas-
tugasnya melayani anggota dan masyarakat umum dalam
pembayaran dan penerimaan uang tunai. Perusahaan dalam
menunjuk petugas Kasir tersebut harus menyeleksi secara khusus
karena cara kerja, sikap dan tindak tanduk serta cara pelayanannya

m
kepada anggota dan masyarakat umum secara tidak langsung
mencerminkan keadaan dan reputasi Perusahaan. Sikap dan tindak

o
tanduk serta pelayanan Kasir dimaksud secara rutin harus diawasi
oleh manajemen terutama oleh Kepala bagian Operasional dan

c
Manajer

i.
2) Bertanggungjawab terhadap penerimaan dan pembayaran uang tunai
dengan bukti setoran dan pembayaran yang sah. dan fiat bayar

k
simpanan besarnya ditentukan dengan SK Manajer LKM Koperasi.
3) Pengelolaan seluruh kas Kasir selama jam buka kas

d
4) Penguasaan, penyimpanan dan pengamanan terhadap kunci cash

p
box.
5) Bertanggung jawab terhadap kelebihan dan kekurangan kas Kasir.

o
6) Pengelolaan dan pengamanan Kartu Contoh Tanda Tangan (KCTT)
7) Menerima setoran selama jam kerja kas dan setelah tutup kas tapi

k
masih dalam jam kantor.
8) Melaksanakan pembayaran berdasar pada tanda bukti yang sudah

m
difiat selama jam kerja kantor.
9) Setiap transaksi pembayaran / penerimaan tunai harus dilaksanakan

k
oleh Kasir kecuali pembayaran yang berhubungan dengan personalia

l
dan pengeluaran kas kecil.
10) Kasir harus melakukan pembayaran/ penerimaan uang tunai pada
counternya (loket). Counter ini dilengkapi dengan laci-laci tempat
menyimpan uang tunai atau benda-benda berharga lainnya yang
mempunyai kunci-kunci, anak-anak kunci counter (loket) harus
disimpan/ dipegang oleh masing-masing Kasir yang bersangkutan.
Kasir tidak diperkenankan meninggalkan counternya (loket) selama
jam kerja, Kasir yang terpaksa harus meninggalkan counternya harus
mengunci laci-laci tersebut. Kasir counter (ruangan Kasir) tidak
dibenarkan dalam keadaan kosong selama jam kerja dan sepanjang
terdapat benda-benda berharga yang merupakan milik perusahaan
pada akhir hari kerja harus dimasukkan kedalam tempat khusus untuk
penyimpanan benda/ barang berharga (Ruang Khasanah/ atau
Brankas).

19
11) Kasir harus dilengkapi dengan kartu-kartu contoh tandatangan
anggota/ calon anggota yang akan digunakan untuk mencocokkan
tanda tangan di atas dokumen/ slip (dikeluarkan oleh internal
KOPERASI) yang diproses melalui counter. Hanya Kasir yang
diperkenankan untuk memegang / melihat kartu tanda tangan tersebut.
12) Jumlah uang tunai/ kas yang dapat dibayarkan oleh Kasir untuk setiap
transaksi harus dibatasi dengan cara pemberian limitasi transaksi.
Batasan jumlah ini ditetapkan oleh Manajer koperasi setempat.
13) Pembayaran tunai yang melebihi batasan jumlah tersebut harus
disetujui terlebih dahulu oleh Kepala bagian Operasional atau
Supervisi yang akan meneliti dan mempelajari transaksi pembayaran

m
untuk kebenaran/ kemungkinan-kemungkinan lainnya. Kepala bagian
Operasional harus memarap slip pembayaran tersebut sebagai bukti

o
penelitian/ pemeriksaannya.
14) Uang tunai selain yang disimpan dalam kotak uang Kasir (cash box),

c
harus disimpan dan selalu berada dalam Brankas diruang Khasanah

i.
(vault) untuk KOPERASI yang sudah memiliki dan dipandang perlu
memiliki ruang Khasanah, jika tidak ada maka Brankas harus berada

k
ditempat yang aman dan terlindung dari upaya tindak kejahatan.
15) Brankas atau lemari besi dilengkapi dengan dua kunci atau kombinasi.

d
Uang tunai di dalam Brankas ini berada dibawah tanggung jawab

p
Kepala bagian Operasional.
16) Setiap mutasi yang terjadi atas uang tunai pada brankas ini harus

o
dicatat diatas suatu catatan yang disebut Buku mutasi Kas (Cash
Register) sesuai masing-masing pecahannya

k
17) Tukar menukar uang, menghitung uang hanya dapat dilakukan
didalam vault utama, atau Kasir’s counter, atau tempat-tempat lain

m
yang telah mendapat persetujuan tertulis dari Pemimpin KOPERASI.
18) Kasir yang membutuhkan tambahan uang tunai/ kas dapat

k
memintanya pada Kasir lain atau dari Kepala bagian Operasional..

l
Permintaan uang tunai/ kas dari Kasir lain atau Kepala bagian
Operasional dilaksanakan dengan menggunakan formulir / bukti
transaksi kas antar Kasir (Kasir’s exchange) yang disetujui/ diparap
oleh Kepala bagian Operasional.
19) Kasir harus mencatat jumlah uang menurut pecahannya dibelakang
slip setoran (copy untuk pembukuan/ Kasir copy), atau slip-slip
penerimaan/ penyetoran yang tunai, untuk setiap jumlah tunai yang
diterima/ dibayarkannya. Atas persetujuan (tertulis) dari manajer
KOPERASI, uang tunai/ kas yang diterima/ dibayarkan dalam jumlah
tertentu pencatatan tersebut dapat dihilangkan/ ditiadakan.
20) Bilamana penerima uang oleh Kasir dalam jumlah yang banyak
sehingga untuk menghitungnya akan memakan waktu yang lama,
Kasir dapat meminta kepada anggota agar uang tunai (setoran)
tersebut dihitung kemudian apabila keadaan memungkinkan. Kalau
permintaan ini disetujui oleh anggota / penyetor, Kasir akan melakukan
20
validasi/ mencap/ stempel slip setoran tersebut dengan kata-kata
“perhitungan setoran ini dipercayakan kepada KOPERASI (sebutkan).,
penyetor harus menandatangani slip setoran didepan kata-kata
”penyetor tidak akan menuntut KOPERASI bilamana terdapat
kekurangan pisik uang tunai setelah dihitung dengan jumlah nominal
yang tertera pada slip setoran.” Setoran ini disimpan terpisah dari
tumpukan-tumpukan uang lainnya dan dihitung secepatnya kalau
keadaan memungkinkan. Kasir tidak dibenarkan menggunakan uang
ini untuk pembayaran sebelum dihitung.
21) Kasir tidak dibenarkan mengisi slip setoran untuk kepentingan
anggota dan juga Kasir tidak dibenarkan merubah tulisan-tulisan yang

m
ditulis didalam slip setoran. Slip-slip setoran yang terdapat coretan-
coretan dapat diterima apabila coretan-coretan tersebut ditandatangani

o
oleh anggota . Sebaiknya Kasir meminta kepada anggota untuk
membuat slip setoran baru bilamana terdapat coretan-coretan diatas

c
slip tersebut.

i.
22) Apabila seorang Kasir tidak masuk kerja (absen), uang tunai yang ada
dalam kotak uang (box) secepatnya (paling lambat hari berikutnya)

k
diambil dan dihitung oleh Kasir lainnya dibawah pengawasan Kepala
bagian Operasional. Stempel Kasir yang disimpan didalam kotak uang

d
diamankan dan dibawah tanggung jawab kabag operasional .

p
23) Kasir harus mengerti tentang ciri-ciri uang palsu. Oleh karena itu Kasir
diberikan pengetahuan uang palsu dan diberi contoh-contoh atau

o
petunjuk-petunjuk lainnya tentang itu. Uang palsu yang diketemukan
didalam kopeasi oleh Kasir berapapun nilainya harus dilaporkan ke

k
mnanajer KOPERASI, Uang palsu yang diketemukan dibukukan
didalam rekening selisih.

m
24) Pengambilan uang tunai dari Bank/ tempat lainnya harus dihitung

k
terinci oleh/ atau di bawah pengawasan Kepala bagian Operasional

l
segera setelah uang tunai tersebut diterima. Perhitungan terinci untuk
uang pecahan kecil dapat dihitung secara bundel (ditetapkan oleh
Manajer KOPERASI Setempat), akan tetapi harus dihitung secara
terinci (dapat menggunakan mesin hitung uang) bila diserahkan
kepada fihak lain.
25) Bila dianggap perlu dan kondisi ruangan telah memungkinkan, maka
untuk tujuan keamanan pintu masuk ruang Kasir (counter) perlu
dipasang alat pengunci otomatis (Self Locking) yang apabila dibuka
pintu akan menutup dengan sendirinya. Ruang teler harus senantiasa
terkunci selama didalam ruang tersebut masih terdapat benda
berharga. Kecuali para teler dan pejabat karena tugas dan tanggung
jawabnya terhadap bagian kas, maka karyawan lain tidak
diperkenankan masuk keruang Kasir (Kasir counter).
26) Selisih kas (lebih/ kurang) antara catatan/ administrasi kas dengan
pisik uang kas yang terjadi karena selisih pembayaran dan atau
21
penerimaan yang jumlahnya material harus dibukukan kedalam
rekening selisih Kasir, sedangkan selisih kas (lebih/ kurang) karena
pembulatan dapat dibukukan langsung ke perkiraan pendapatan atau
biaya non-operasi lainya. Pemimpin KOPERASI menetapkan batasan
jumlah selisih kas yang harus masuk kedalam rekening selisih dan
keperkiraan pendapatan/ biaya non operasi lainnya.
27) Kasir diwajibkan untuk memonitor dan mengkomunikasikan perkiraan-
perkiraan/ transaksi antar bagian pada akhir hari telah bersaldo nihil
dan telah direspon, termasuk perkiraan transaksi antar Kasir

Untuk keperluan transaksi sehari-hari setiap Kasir dapat dilengkapi dengan :

m
1. Sejumlah uang tunai yang cukup untuk kebutuhan 1 (satu) hari kerja

o
normal yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
Kasir.

c
2. Kotak uang (petty cash box) untuk menyimpan uang tunai dan lampu

i.
ultra violet.
3. Setiap transaksi yang melalui counter harus dilegalisir oleh masing-

k
masing Kasir yang memproses. Untuk itu Kasir harus melengkapi
dengan media legalisator seperti misalnya mesin validasi atau mesin

d
simplex atau minimal stempel Kasir.

p
4. Tanda yang diterakan oleh mesin legalisator tadi harus
menggambarkan :

o
 Nama Lembaga (sebutkan)
 Tanggal.

k
 Jam (sebagai bukti dokumen/ transaksi diproses jam berapa)
 Nomor kode Kasir (identitas Kasir)

m
 Nilai rupiah transaksi
5. Stempel (cap) teler minimal menggambarkan :

k

l
Nomor kode Kasir
 Nomor Kode Kantor/ Cabang/ Capem
 Tanggal

22
B. PROSEDUR PERSIAPAN KASIR SEBELUM KAS DIBUKA UNTUK
UMUM.

 Kasir memindahkan sebagian/ seluruh uang tunai dari box


kedalam laci masing-masing.
 Masukan kunci dan cocokkan tanggal dan jam pada mesin
simplex (jika menggunakan simplex) untuk mengesahkan
transaksi yang diproses pada hari itu. Untuk yang masih
menggunakan stempel Kasir maka letakkan stempel dan
bantalannya serta stempel tanggal pada tempatnya untuk
mengesahkan transaksi yang diproses hari itu.

m
 Kasir dapat meminta uang tunai tambahan dari Kabag
Operasional jika jumlahnya dibawah limit dan dirasakan kurang

o
untuk keperluan hari itu.

c
Kotak (box) yang masih ada uang tunai didalamnya harus

i.
ditempatkan dibawah counter Kasir sedemikian rupa sehingga
tidak mengganggu aktivitas Kasir dan dalam keadaan terkunci.

k
C. PROSEDUR PERMINTAAN UANG DARI VAULT.

d
 Kasir harus mengisi Transaksi (Kasir’s Exchange) dalam rangkap

p
dua dengan jumlah dan pecahan yang dikehendaki.
 Simpan lembar ke-2 formulir tersebut sebagai catatan

o
penerimaan uang tunai

k
Serahkan lembar ke-1 kepada Kabag Operasional, dan
selanjutnya Kabag Operasional mengambil uang sesuai dengan
jumlah dan pecahan yang diminta dan menghitung uang tersebut

m
secara terinci untuk kebenaran jumlahnya. Kabag Operasional
mencatat transaksi ini kedalam Cash Register, dan serahkan

l k
uang kepada Kasir yang bersangkutan.
 Kasir harus menghitung uang secara terinci yang diterima dari
Kabag Operasional. Apabila dipandang perlu dan untuk
keperluan pribadi Kasir, Kasir dapat mencatat jumlah tersebut
didalam Daftar Mutasi Kas Kasir yang bersangkutan pada kolom
yang tersedia untuk itu.

D. PROSEDUR MENERIMA SETORAN TUNAI

 Kasir menerima slip (bukti) setoran berikut uang tunai yang


disetor oleh Anggota . Teliti kebenaran dan kelengkapan
pengisian slip setoran tersebut
 Hitung uang tunai yang diterima secara terinci dan cocokkan
jumlahnya dengan slip setoran. Apabila jumlahnya cocok lakukan
pemostingan ke sistem komputer sesuai dengan menu

23
transaksinya, lakukan validasi/ simplex atau stempel setiap
lembar slip setoran tersebut dan catat rincian pecahan yang
diterima dibelakang slip copy/ file.
 Serahkan lembar slip setoran untuk nasabah kepada penyetor
sebagai tanda terima
 Apabila dipandang perlu dan untuk keperluan pribadi Kasir, Kasir
dapat mencatat transaksi penerimaan uang tunai ini kedalam
formulir Daftar Penerimaan Kas
 Khusus penerimaan setoran tunai atau pembayaran yang
menunya tidak tersedia secara spesifik didalam menu Kasir,
maka Kasir dapat mempergunakan menu antar bagian (transaksi

m
TX) , misal : transaksi untuk tujuan mengkredit salah satu
perkiraan buku besar/ buku pembantu yang memiliki data master

o
(transaksi angsuran/ pelunasan pembiayaan). Apabila
dipandang perlu dan untuk keperluan pribadi Kasir, Kasir dapat

c
mencatat transaksi tersebut kedalam Daftar penerimaan Kas

i.
yang terpisah dari pencatatan penerimaan tunai untuk tabungan.
 Untuk keperluan komunikasi transaksi dan tujuan respon dari unit

k
kerja terkait buatkan slip debet dan atau kredit TX transaksi. dan
serahkan slip setoran (asli) atau slip TX kepada bagian/ seksi

d
yang akan memproses transaksi tersebut.

p
Setiap unit kerja yang melakukan pendebetan atau pengkreditan
perkiraan TX, setiap akhir hari harus memonitor dan

o
mengkomunikasikan perkiraan TX tersebut kepada unit kerja
terkait. Perkiraan TX tersebut setiap akhir hari harus bersaldo

k
nihil (0)
 Apabila daftar penerimaan kas untuk pengkreditan transaksi

m
tabungan dan transaksi lainnya dirasakan sudah cukup terisi
catatan setoran tunai yang diterima, dapatkan totalnya, stempel

k
atau simplex formulir ini dan lampirkan slip-slip setorannya.


l
E. PROSEDUR PENYETORAN UANG KAS KE BRANKAS (VAULT)

 Kasir menghitung uang yang akan disetorkan ke dalam vault


secara terinci.
Catat jumlah dan pecahan uang tersebut didalam formulir
Transaksi Antar Kasir (Kasir’s Exchange) dalam rangkap 2, dan
lengkapi instruksi-instruksi yang tertera diatas formulir.
 Stempel/ simplex, beri tanggal dan paraf formulir tersebut pada
setiap lembarnya
 Beritahukan kepada Kabag Operasional dimaksud untuk
melakukan penyetoran ini. Kabag operasional akan :
1. Menerima uang yang disetorkan dari Kasir dan
menghitungnya secara rinci

24
2. Meminta bukti transaksi antar Kasir (Kasir’s Exchange)
kepada Kasir dan mencocokkan jumlahnya dengan
jumlah uang yang diterima
3. Memasukan uang kedalam Brankas
4. Paraf bukti transaksi antar Kasir (Kasir’s Exchange)
tersebut pada setiap lembarnya dan serahkan lembar ke-
2 kepada Kasir sebagai tanda terima
5. Catat transaksi ini kedalam Buku Mutasi Kas (Kas Besar)
dan perbaharui saldonya.
6. Simpan bukti transaksi antar Kasir (Kasir’s Exchange)
tersebut bersama-sama dengan Buku Mutasi Kas

m
didalam Ruang Khasanah (cash vault compartment)
7. Tutup pintu ruang khasanah (compartment)

o
 Simpan lembar-lembar Transaksi Antar Kasir (Kasir’s Exchange),

c
lembar ke-2 oleh Kasir yang bersangkutan sebagai catatan

i.
pengeluaran kas.
 Pada akhir hari catat jumlah uang yang disetor kebrankas (vault)

k
kedalam Daftar Mutasi Kas Kasir yang bersangkutan pada kolom
yang tersedia untuk itu.

F. PROSEDUR SETORAN

p d
TUNAI YANG DITERIMA SETELAH

o
OPERASI KAS DITUTUP

k
a. Dapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Kabag Operasional
b. Kabag Operasional akan memaraf slip setoran sebagai

m
persetujuan
c. Hitung uang tunai yang diterima secata terinci

k
d. Sampaikan kepada anggota/ nasabah/ penyetor bahwa setoran

l
ini baru akan dikreditkan ke rekening yang bersangkutan pada
hari kerja berikutnya.
e. Stempel/ simplex seluruh slip setoran dan tulis atau stempel
dengan setoran untuk tanggal……pada setiap lembar slip
setoran.
f. Serahkan copy untuk nasabah kepada penyetor sebagai tanda
terima
g. Ikat uang yang diterima bersama-sama dengan slip setorannya
dan simpan didalam kotak uang terpisah dari uang lainnya.
h. Proses setoran ini pada hari kerja berikutnya sebagaimana
semestinya.

G. PROSEDUR SELISIH KAS

25
 Kasir memberitahukan Kabag Operasional tentang adanya
selisih antara catatan dengan uang tunai/ kas didalam kotaknya.
(selisih disini adalah jumlah selisih yang material)
 Kasir bersama-sama dengan Kabag Operasional memeriksa/
meneliti semua catatan-catatan Kasir yang ada dan bukti-bukti
transaksi yang terjadi hari itu dan menghitung uang/ kas Kasir
yang bersangkutan untuk kebenaran pencatatan dan
penghitungannya.
 Apabila selisih tetap tidak diketemukan, buatkan slip untuk
membukukan selisih ini kedalam perkiraan selisih atas nama
Kasir yang bersangkutan. Minta Kabag Operasional untuk

m
memaraf slip ini.
 Kasir memberitahukan kepada manajer KOPERASI tentang

o
terjadinya selisih ini dan menyerahkan slip pembukuannya untuk

c
ditandatangani. Pejabat ini akan menandatangani slip sebagai

i.
bukti pemeriksaan dan mengetahuinya.
 Buatkan berita acara perihal terjadinya selisih ini yang
ditandatangani bersama oleh Kasir yang bersangkutan, Kabag

k
Operasional dan Pejabat ybs dengan tembusan kepada

d
Manajer.
 Selisih yang terjadi harus dibukukan pada hari itu juga kedalam

p
rekening selisih Kasir, selanjutnya Kasir (yang bersangkutan)
dan kabag Operasional harus senantiasa/ tetap mengupayakan

o
untuk pencarian dan penyelesaian selisihnya

k
Untuk selisih kas yang jumlahnya tidak material (misal: selisih
karena pembulatan), maka pembukuannya langsung dibukukan
kedalam perkiraan pendapatan atau biaya operasi lainnya

m
 Untuk tertib administrasi atas kerugian selisih kas yang tidak

k
dapat diketemukan dan disebabkan kelalaian Kasir, Manajer

l
KOPERASI dapat membuat ketentuan khusus tersendiri yang
mengatur sanksi-sanksi administrasi dan penalti atas kerugian
tersebut

H. PROSEDUR PENUTUPAN KAS

 Kasir memasukkan semua uang tunai, daftar mutasi kas yang


“baru” yang dipakai untuk hari kerja berikutnya, stempel Kasir
(kunci simplex apabila menggunakan mesin simplex), surat-surat
berharga lainnya kedalam kotak uang masing-masing.
 Kabag Operasional akan memeriksa :
1. Laci-laci Kasir apakah masih terdapat uang tunai atau
surat/ kertas / benda berharga lain didalamnya
2. Menghitung uang tunai yang ada didalam kotak uang
tiap-tiap Kasir secara rinci dan mencocokkan jumlahnya
26
dengan saldo uang tunai pada waktu penutupan yang
tertulis di Daftar Mutasi kas teler masing-masing untuk
hari itu dan saldo kas di daftar mutasi kas yang “baru”
untuk hari kerja berikutnya.
 Kotak uang setelah diperiksa/ dikunci oleh Kasir dibawa
kedalam vault diikuti oleh setiap Kasir dan Kabag Operasional.
 Kabag Operasional membuka pintu valut yang menjadi
tanggung jawabnya.
 Kasir memasukkan kotak uang ke dalam Ruang Khasanah
(vault) ,setiap Kasir harus memastikan bahwa kotak uangnya
sudah benar masuk/ berada didalam Ruiang Khasanah.

m
 Setiap Kasir mencatat jam masuk kotak uangnya kedalam Buku
Catatan Kegiatan Ruang Vault (vault record) pada kolom yang

o
tersedia untuk itu, dan Kabag Operasional atau Cash officer

c
memaraf didekat paraf setiap Kasir sebagai orang yang

i.
mengetahui masuknya kotak uang para Kasir.
 Kabag Operasional mengunci pintu grill ( valut ), dan mengunci
kembali kombinasi mereka masing-masing.

I. PETTY CASH (KAS KECIL)

d k
p
 Ketentuan :
1. Pada LKM Koperasi PMK terdapat dua kantong

o
pengambilan uang yaitu Kas Kecil dan Kas Kasir.

k
2. Kas Kecil adalah sejumlah kecil uang tunai yang dikuasakan
dan dipegang oleh Bagian Umum dan hanya digunakan
untuk pemakaian/pengeluaran biaya intern Koperasi dalam

m
batas-batas jumlah tertentu saja.
3. Limit dari jumlah uang Kas Kecil ditentukan oleh Manajer

lk
Koperasi secara tertulis.
4. Penambahan Kas Kecil dapat dilakukan setiap hari sehingga
jumlah uang di dalam Kas Kecil tetap berjumlah sesuai
dengan limit.
5. Pembayaran Kas Kecil tidak harus dilaksanakan di counter
Kasir. Pembayaran dapat dilakukan di area SDM & Umum.

Sesuai dengan sifatnya, uang Kas Kecil digunakan untuk


pembayaran/pengeluaran sehari-hari dari setiap bagian yang
jumlahnya kecil-kecil, seperti misalnya pembayaran uang makan
dengan anggota (bisnis dan relasi) atau pengganti uang transport/taksi
sehubungan dengan kegiatan operasi Koperasi, pembelian bola lampu
listrik, dan sebagainya. Pembayaran tunjangan uang lembur dan uang
makan serta transport tidak dilakukan melalui Kas Kecil tetapi secara

27
tersendiri (oleh Bag. SDM & Umum) sesuai dengan Surat Keputusan
Manajer Koperasi.

 Prosedur :
1. Pengambilan uang dari Kasir yang digunakan untuk Kas Kecil
dibukukan pada rekening Kas Kecil dengan perkiraan lawan
“Kas“. Setiap saat total dari bukti-bukti pengeluaran Kas Kecil
dan sisa uang tunainya adalah sebesar limit jumlah Kas Kecil.
Semua bukti-bukti pengeluaran Kas Kecil dibebankan terhadap
rekening Biaya. Jumlah Kas Kecil yang dibukukan ke dalam
rekening biaya adalah sama dengan jumlah pengeluaran Kas

m
Kecil.
2. Kas Kecil diharuskan memelihara “Buku Kas Kecil” (berupa

o
posisi Kas Kecil hari itu), di mana dicatat jumlah limit dari Kas
Kecil dan jumlah pengeluaran-pengeluaran uang berdasarkan

c
“bukti pengeluaran Kas Kecil”. Proofing (pembuktian) dari

i.
saldo Kas Kecil dan jumlah total bukti-bukti pengeluaran Kas
Kecil terhadap rekening Kas Kecil dilakukan secara harian

k
dengan mengambil angka-angka dari “Buku Kas Kecil” yang
berisikan catatan dari bukti-bukti pengeluaran Kas Kecil dan

d
sisa total uang tunai yang ada.

p
3. Pengeluaran uang Kas Kecil dilakukan dengan menggunakan
“Bukti Pengeluaran Uang tunai“ (kwitansi) yang dibuat oleh

o
Bag. Umum, diperiksa oleh Kepala Bagian dan disetujui oleh
Pejabat yang ditunjuk. Keterangan mengenai pengeluaran

k
uang harus ditulis dengan ringkas dan jelas dalam jumlah
angka dan huruf.

m
4. Nama penerima pembayaran harus ditulis dengan jelas dan
membubuhkan tanda tangan pada “Bukti Pengeluaran uang

k
Tunai” berikut tanggalnya kemudian distempel “ Dibayar” oleh

l
pemegang Kas Kecil.
5. Pada akhir hari pemegang Kas Kecil menutup buku Kas
Kecilnya dengan menuliskan denominasi dari sisa uang tunai
yang ada serta jumlah total uang dan total bukti pengeluaran
(total dari keduanya harus sama dengan total saldo rekening
“Kas Kecil“). Jumlah uang tunai, bukti pengeluaran dan buku
Kas Kecil diperiksa oleh Kepala Bag. Umum/Ka.Bag Operasi
dan memaraf sebagai bukti telah diperiksa.
6. Semua pengeluaran Kas Kecil dibebankan sebagai biaya.
Bukti-bukti pengeluaran Kas Kecil untuk rekening biaya yang
sama dijumlahkan dan dilampirkan pada satu tiket debet biaya
yang bersangkutan. Total dari semua tiket debet biaya harus
dioffset dengan (kredit) “Kas Kecil” untuk jumlah yang sama.
7. Untuk pengembalian jumlah saldo Kas Kecil agar sesuai
dengan limit yang telah ditentukan, tiket debet “Kas Kecil“
28
harus disiapkan bersama “Kas” untuk jumlah yang sama pada
perkiraan lawan. Jumlah uang Kas Kecil yang diambil adalah
sama dengan jumlah “Kas Kecil” yang dibebankan (didebet) ke
rekening-rekening biaya.
8. Karyawan bagian lain yang mengambil uang dari Kas Kecil
harus mempertanggungjawabkan penggunaan uang tersebut
dengan menyerahkan bukti pembayaran/kwitansi atas uang
yang digunakan serta mengembalikan sisa uang atau
menerima tambahan uang apabila melebihi dari “Uang Muka”
yang diberikan serta membuat bukti pengeluaran Kas Kecil
baru atas penggunaan uang yang sesungguhnya dilampiri oleh

m
kwitansi pembayaran lalu diperiksa oleh kepala Bagian dan
disetujui oleh Pejabat yang ditunjuk.

o
9. “Uang Muka“ Kas Kecil harus sudah dipertanggung jawabkan
selambat-lambatnya seminggu setelah tanggal pengambilan.

c
10. Uang Kas Kecil beserta bukti-bukti pengeluarannya harus

i.
ditempatkan di kotak besi terkunci (Kas Kecil Box). Kotak ini
harus tetap dalam keadaan terkunci dan disimpan di dalam

k
Khasanah di luar jam kerja.
11. Jurnal :

d
Penambahan kas Kecil

p
Db. Kas Kecil
Kr. Kas Kasir

o
Pengarsipan transaksi Kas Kecil

k
Db. Biaya-Biaya Umum
Kr. Kas Kecil

k m
l

29
DAFTAR PUSTAKA

a. Pedoman Standar Operasional Manajemen Koperasi Jasa Keuangan


Syariah/ Unit Jasa Keuangan Syariah, Kementerian Negara Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia 2007
b. Pedoman Standar Operasional Prosedur Koperasi Jasa Keuangan Syariah/
Unit Jasa Keuangan Syariah, Kementerian Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia 2007
c. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia 2006
d. Drs. Slamet Wiyono, Ak, MBA, Cara Mudah Memahami, Akuntansi
Perbankan Syariah, Berdasarkan PSAK dan PAPSI, Grasindo, 2005,

m
Jakarta
e. Soemarso SR, Akuntansi Suatu Pengantar Jilid I, Rineka Cipta, 2000,

o
Jakarta
f. Slamet Sugiri dan Bogat Agus Riyono, Akuntansi Pengantar 1,UPP STIM

c
YKPN, 2007, Yogyakarta.

i.
g. Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, BPPE, 1992, Yogyakarta
h. Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, IAI, 2003, Jakarta

d k
op
k
k m
l

30

Anda mungkin juga menyukai