Pedoman Kriteria Umum Desain Bendungan
Pedoman Kriteria Umum Desain Bendungan
f.
g.
h.
i.
j.
Spesifikasi Teknis
Proyek,
termasuk
dokumen
tender
sesuai
d. Kriteria Dasar
a. aman terhadap kegagalan structural
b. aman terhadap rembesan dan bocoran
c. aman terhadap kegagalan hidraulik
e. Kriteria Umum
a. Bendungan secara keseluruhan, termasuk tubuh, pondasi, abutmen (bukit
tumpuan) dan tepi sekeliling Waduk harus selalu stabil dalam keadaan
apapun juga termasuk dalam keadaan gempa bumi selama operasi dan
pemeliharaan yang kemungkinan terjadi selama umur bendungan.
Kalaupun ada penurunan, masih dalam batas toleransi yang diizinkan.
b. Untuk mencegah terjadinya bahaya limpasan di atas puncak bendungan,
harus diupayakan agar tinggi puncak bendungan setelah terjadi
penurunan akhir masih cukup tinggi sehingga tinggi jagaan yang tersedia
masih memenuhi standar yang diperlukan. Tinggi jagaan haruslah cukup
untuk menahan limpasan air banjir sebagai akibat gelombang.
c. Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup untuk mengalirkan debit
banjir desain dengan aman. Kapasitas bangunan pelimpah harus cukup
untuk melewatkan debit banjir desain dengan aman sesuai SNI0334321994. Harus diupayakan pula agar kapasitas bangunan pelimpah tidak
termasuk kapasitas bangunan pengeluaran lain.
d. Tidak boleh terjadi debit rembesan dan tekanan yang berlebihan pada
bendungan dan pondasi yang mengakibatkan terjadinya aliran buluh,
sembulan pasir, retak hidraulik dan arching.
2
h. Survai Topografi
Semua kegiatan survai topografi harus menggunakan titik referensi yang
sama, sedapat mungkin agar menggunakan titik referensi dari jaringan
triangulasi. Tingkat ketelitian survai harus memenuhi standar yang berlaku.
Data survai yang dibutuhkan pada setiap tahap pembangunan, antara lain:
Pengumpulan dan pengkajian data dan hasil studi yang telah ada
Investigasi geologi permukaan
Investigasi bawah permukaan
Uji in-situ geoteknik
Uji laboratorium
Pengolahan hasil investigasi
Jenis, metode dan tingkat akurasi investigasi geologi, harus dilakukan sesuai
dengan tahapan pelaksanaan. Pelaksana investigasi (investigator) harus
memiliki kemampuan: mengklasifikasi tanah dan batuan, memahami sifat
Teknik dan geologi berbagai bentuk rupa bumi (lands form) terbiasa dengan
metode-metode: sampling, logging, serta uji lapangan dan laboratorium
untuk bendungan.
o. b. Pemboran
Pemboran diperlukan untuk mengetahui secara langsung kondisi geologi
di calon lokasi bendungan, bangunan pelengkap dan sumber galian.
Pemboran dilakukan menggunakan "rotary core drilling" dengan diameter
mata bor > 56 mm. Kedalaman pemboran di lokasi bendungan pada
prinsipnya harus sampai menembus batuan dasar lebih dari 5 meter, atau
secara umum paling tidak 2/3 kali tinggi bendungan. Kedalaman yang
pasti ditetapkan berdasarkan hasil uji seismic dan geologi setempat.
Selama pemboran harus dilakukan berbagai uji, yang antara lain:
1. Uji penetrasi standar (SPT) pada setiap interval kedalaman 2 meter
atau setiap pergantian lapisan
2. Uji permeabilitas pada setiap interval kedalaman 1,5-3 meter. Metode
uji permeabilitas (uji packer bertekanan, atau open end test)
disesuaikan dengan karakteristik formasi.
Pada tahap desain awal: paling tidak diperlukan 2 lobang bor pada poros
bendungan masing-masing di tumpuan kanan dan kiri; 2 atau 3 lubang
bor di palung sungai kecuali bila terlihat adanya singkapan batuan segar
jumlah lobang bor dapat dikurangi; 1 lobang bor di bawah mercu
pelimpah, dan di tempat-tempat lain yang memeriukan. Bila lembah
sungai sempit dan diduga merupakan jalur struktur sesar, perlu dilakukan
pemboran miring pada sisi tebing sungai menembus formasi batuan di
bawah sungai.
Pada desain rinci: jumlah dan lokasi pemboran tergantung pada kondisi
geologi setempat, dengan mempertimbangkan titik-titik pemboran yang
telah dilaksanakan pada tahap desain awal. Secara umum lokasi
pemboran sama dengan jalur pemboran pada desain awal, namun Jarak
titik pemboran perlu dirapatkan dengan Jarak antara masing-masing titik
pemboran disarankan berkisar antara 20 sampai 30 m. Inti hasil
pemboran, harus disimpan dengan baik didalam peti kayu, disusun sesuai
kemajuan pemboran. Diskripsi sample inti pemboran harus dicatat dalam
kolom-kolom format laporan (log bor) yang antara lain memuat: nama
5
p. c. Terowong uji
Metode ini disarankan untuk dilakukan bagi bendungan besar tinggi di
atas 30 meter, dimana kekuatan pondasi sangat penting untuk diketahui.
Terowong uji dibuat 1 atau 2 buah pada tumpuan kiri dan atau kanan
tergantung kondisi geologi setempat.
r. Uji Laboratorium
Ujilaboratoriumdiperlukanuntuk:
a. Melakukan analisis sifat Teknik batuan (fragmen pembentuk batuan) dan
melengkapi data untuk mengklasifikasi batuan dengan membandingkan
sifat fisik dan sifat kimiawi fragmen batuan.
b. Mengetahui sifat Teknik batuan atau fragmen batuan Sebagai bahan
timbunan, agregat beton dan lain sebagainya serta untuk mengevaluasi
mutu bahan.
Sesuai jenis material yang diuji, pekerjaan uji laboratorium dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu uji laboratorium mekanika tanah
dan mekanika batuan seperti berikut:
1. Sifat fisik, antara lain: berat spesifik (Gs), berat isi (yn), kadar air (Wn),
analisis butiran (m%), batas-batas Atterberg, hidrometer.
2 Sifat mekanik/ Teknik antara lain: uji geser langsung (CD), konsolidasi
(Cc, Cv, Es), uji triaksial: tak terdrainase dan terkonsolidasi
(consolidated undrained, CU), tak terdrainase dan tak terkonsolidasi
(unconsolidated undrained, UU), (consolidated drained, CD). Uji
permeabilitas, dan bila perlu uji Erodibility atau slake durability test.
berat
satuan,
porositas,
serap
lembab,
2. Sifat mekanik:
selalu: kuat tekan bebas (unconfined compressive strength), modulus
deformasi (elastis), nilai poison
seringkali: triaksial-konstanta kekuatan batuan (c, o), modulus
deformasi, nilai poison; geseran langsung kekuatan geser, konstanta
batuan: tegangan tarik Brasilian
bilaperlu: tegangan tarik satu dimensi; bengkokan; daya dukung
kekerasan (shore hardness); koefisien restitusi.
u. Investigasi Material
Investigasi ini dilakukan untuk mengetahui dan menentukan:
a. Kualitas material, yang mencakup klasifikasi teknis, sifat fisik, dan
mekanik, sekaligus menetapkan material yang memenuhi persyaratan
desain dan konstruksi.
b. Ketersediaan cadangan material yang memenuhi syarat.
c. Kondisi yang berkaitan dengan penggalian, lokasi sumber yang
mencakup jalan masuk, jarak, status, perlunya konservasi, dan lainlain.
Cadangan material yang tersedia harus lebih besar 2 sampai 3 kali volume
kebutuhan actual untuk konstruksi. Investigasi geologi permukaan,
membutuhkan peta dasar skala 1:500 sampai 1:1.000.
7
Material Semi
Kedap Air
Material
Lulus Air
Desain
Konstr
Desain
Konstr
Desai
n
Kons
tr
Berat spesifik
Kandungan
Analisis
butiran
Batas cair
Batas plastis
organik
Uji Lapangan
Dispersion
Lainlain
Pemadatan
Uji
air
Uji Sifat
Fisik
Material Kedap
Air
Kandungan
+
+
Indek konus
Permeabilitas
Konsolidasi
Geser/
triaksial B
Butiran
halus
Uji Sifat
Dinamis
Keterangan
Ukuran butiran
kurang dari
4,76mm 1)
Untuk material
lulus air, lunak,
batuan berbutir
halus yang
cenderung retak
dan slaky, harus
diambil
sampelnya 1)
1): sample
termasuk tanah
berbutir halus
yang diuji pada
kondisi yang tidak
kering
Bila mold/
cetakan yang
digunakan tidak
standar, ukuran
maksimum
butiran halus
kurang dari 1/5
dia meter dalam
mold, harus > 10
cm. Indeks
pemadatan harus
ditetapkan bila:
Md > 1 0,
dmax<Md/10Md>
10,
dmax<Md/10-5.
Lain-lain
Md = diameter
rmold. dmax =
ukuran butiran
maks yang
diijinkan
Berat spesifik
& daya serap
air kerikil
Kuat tekan
Stabilitas
Ketahanan
abrasi
Kadar
kelarutan total
Nilai PH
Lain-lain
Catatan :
Konstr=
Tahap konstruksi
O=harus dilakukan
+ =
dilakukan bila perlu
9
z. Studi Gempa
Syarat pokok desain bendungan tahan gempa adalah, harus mampu
memberi perlindungan kepada masyarakat dan harta benda dari ancaman
bahaya bendungan. Untuk memenuhi syarat pokok tersebut ada beberapa
hal yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan parameter gempa yang
digunakan dalam evaluasi keamanan bendungan, hal-hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Disamping
itu
untuk
penetapan
gempa
desain,
juga
harus
mempertimbangkan faktor-faktor seperti yang diuraikan pada butir3.5.1;
3.5.2 dan 3.5.3. Parameter gempa untuk desain bendungan dapat ditentukan
dengan menggunakan Peta Zona Gempa atau dengan melakukan studi
gempa tersendiri. Peta Zona Gempa tidak dapat digunakan bagi bendungan
tinggi dan sangat tinggi yang terletak di daerah yang memiliki kondisi
geologi khusus seperti kekar, retakan, sesar besar yang aktif, atau
bendungan yang terletak pada zona E dan F pada Peta Zona Gempa. Bagi
bendungan yang memiliki kondisi seperti tersebut, parameter gempa
desainya harus ditetapkan dengan melakukan studi gempa sendiri.
Selesai Pembangunan
tergantung:
1.Jadwal pembangunan
2. Hubungan antara
tekanan antara air pori
dan waktu
Lereng hulu dan hilir.
Kuat
Geser
1. Efektif
FK Tanpa
Gempa
FK
Dengan
Gempa
1.30
1.20
1.40
1.20
1.30
1.20
10
No
Kondisi
.
Kuat
Geser
FK Tanpa
Gempa
FK
Dengan
Gempa
2.
Dengangempa tanpa
kerusakan digunakan 50%
koefisien gempa desain
2. Total
Tanpa Instrumen
1.30
1.20
Rembesan tetap
tergantung:
1. Efektif
1.50
1.20
1. Efektif
1.30
1.10
Pengoperasian waduk
tergantung:
1 Elevasi muka air
Maksimum di hulu
2 Elevasi muka air
minimum di hulu (dead
storage). Lereng hulu
harus dianalis untuk
kondisi surut cepat
4.
1. Efektif
1.30
1.20
Keterangan:
bb.
Fk Faktor Keamanan
Al Elevasi
cc.
12