Anda di halaman 1dari 10

Teori dan Konsep Kurikulum

29/01/2009 oleh Kang_Herry


TEORI KURIKULUM
Salah satu sub teori dari teori pendidikan adalah teori kurikulum. Bekembangnya teori
kurikulum ikut andil menjadikan teori pendidikan semakin besar dan pesat. Susunan hierarki
teori pendidikan dengan subteori dan teori yang memayunginya dapat dilihat pada bagan
berikut ini:
Teori-Teori
IPS
Teori-Teori
Pengajaran
Teori-Teori
Bimb & Kons
Teori-Teori
Kurikulum
Teori-Teori
Evaluasi
Teori-Teori
Administrasi

Teori-Teori Ilmu Pendidikan


Teori-Teori
Desain Kurikulum
Teori-Teori
Rekayasa Kurikulum

Teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang memberikan makna terhadap
kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara unsureunsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan/penggunaan dan evaluasi
kurikulum.
Konsep terpenting yang perlu mendapat penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep
kurikulum.
1. Konsep kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum
adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai
substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.
a. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:
Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi muridmurid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu
kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang
tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum

juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama
antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan
masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah,
suatu kabupaten, propinsi, ataupun seluruh negara.
b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:
Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan,
sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup
struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum,
melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem
kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum
adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.
c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:
Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan
ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah
mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang
mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum.
Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka
menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi
kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk:
(1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis,
(2) mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuanpengetahuan baru,
(3) melakukan penelitian inferensial dan prediktif,
(4) mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan modelmodel kurikulum.
Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui
pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun bidang
studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.
2. Perkembangan teori kurikulum
Perkembangan

teori

kurikulum

tidak

dapat

dilepaskan

dari

sejarah

perkembangannya. Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan


tulisan Charles dan McMurry, tetapi secara definitif berawal pada hasil karya Franklin
Babbit tahun 1918. Bobbit Bering dipandang sebagai ahli kurikulum yang pertama, is
perintis pengembangan praktik kurikulum. Bobbit adalah orang pertama yang
mengadakan analisis kecakapan atau pekerjaan sebagai cara penentuan keputusan dalam
penyusunan kurikulum. Dia jugalah yang menggunakan pendekatan ilmiah dalam

mengidentifikasi kecakapan pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai dasar


pengembangan kurikulum.
Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia.
Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh sejumah
kecakapan pekerjaan. pendidikan berupaya mempersiapkan kecakapan-kecakapan
tersebut dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-kecakapan yang harus dikuasai untuk
dapat terjun dalam kehidupan sangat bermacam-macam, bergantung pada tingkatannya
maupun jenis lingkungan. Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan menuntut
penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu. Hal-hal itu
merupakan tujuan kurikulum. Untuk mencapai hal-hal itu ada serentetan pengalaman
yang harus dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta pengalaman-pengalaman tersebut itulah
yang menjadi bahan kajian teori kurikulum.
Werrett W. Charlters (1923) setuju dengan konsep Bobbit tentang analisis
kecakapan/pekerjaan sebagai dasar penyusunan kurikulum. Charters lebih menekankan
pada pendidikan vokasional.
Ada dua hal yang sama dari teori kurikulum, teori Bobbit dan Charters. Pertama,
keduanya setuju atas penggunaan teknik ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah
kurikulum. Dalam hal ini mereka dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam pendidikan yang
dipelopori oleh E.L. Thorndike, Charles Judd, dan lain-lain. Kedua, keduanya bertolak
pada asumsi bahwa sekolah berfungsi mempersiapkan anak bagi kehidupan sebagai orang
dewasa. Untuk mencapai hal tersebut, perlu analisis tentang tugas-tugas dan tuntutan
dalam kurikulum disusun keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, dan lain-lain yang
diperlukan untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan orang dewasa. Bertolak pada halhal tersebut mereka menyusun kurikulum secara lengkap dalam bentuk yang sistematis.
Mulai tahun 1920, karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang gerakan
pendidikan yang berpusat pada anak (child centered). Teori kurikulum berubah dari yang
menekankan pada organisasi isi yang diarahkan pada kehidupan sebagai orang dewasa
(Bobbit dan Charters) kepada kehidupan psikologis anak pada saat ini. Anak menjadi
pusat perhatian pendidikan. Isi kurikulum harus didasarkan atas minat dan kebutuhan
siswa. pendidikan menekankan kepada aktivitas siswa, siswa belajar melalui pengalaman.
Penyusunan kurikulum harus melibatkan siswa.
Perkembangan teori kurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis Caswell. Dalam
peranannya sebagai ketua divisi pengembang kurikulum di beberapa negara bagian di
Amerika Serikat (Tennessee, Alabama, Florida, Virginia), is mengembangkan konsep

kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau pekerjaan (society centered) maka
Caswell mengembangkan kurikulum yang bersifat interaktif. Dalam pengembangan
kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru-guru, berpartisipasi dalam
menentukan kurikulum, menentukan struktur organisasi dari penyusunan kurikulum,
dalam merumuskan pengertian kurikulum, merumuskan tujuan, memilih isi, menentukan
kegiatan belajar, desain kurikulum, menilai hasil, dan sebagainya.
pada tahun 1947 di Univeristas Chicago berlangsung diskusi besar pertama tentang
teori kurikulum. Sebagai hasil diskusi tersebut dirumuskan tiga tugas utama teori
kurikulum:
(1) mengidentifikasi masalah-masalah penting yang muncul dalam pengembangan
kurikulum dan konsep-konsep yang mendasarinya,
(2) menentukan hubungan antara masalah-masalah tersebut dengan struktur yang
mendukungnya,
(3) mencari atau meramalkan pendekatan-pendekatan pada masa yang akan datang
untuk memecahkan masalah tersebut.
Ralph W. Tylor (1949) mengemukakan empat pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian
kurikulum:
1. Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah?
2. pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai
tujuan tersebut?
3. Bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif?
4. Bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?
Empat pertanyaan pokok tentang kurikulum dari Tylor ini banyak dipakai oleh para
pengembangan kurikulum berikutnya. Dalam konferensi nasional perhimpunan
pengembang dan pengawas kurikulum tahun 1963 dibahas dua makalah penting dari
George A. Beauchamp dan Othanel Smith. Beauchamp menganalisis pendekatan ilmiah
tentang tugas-tugas pengembangan teori dalam kurikulum. Menurut Beauchamp, teori
kurikulum secara konseptual berhubungan erat dengan pengembangan teori dalam ilmuilmu lain. Hal-hal yang penting dalam pengembangan teori kurikulum adalah penggunaan
istilah-istilah teknis yang tepat dan konsisten, analisis dan klasifikasi pengetahuan,
penggunaan penelitianpenelitian preckktif untuk menambah konsep, generalisasi atau
kaidahkaidah, sebagai prinsip-prinsip yang menjadi pegangan dalam menjelaskan
fenomena kurikulum.

Dalam makalah kedua, Othanel Smith menguraikan peranan filsafat dalam


pengembangan teori kurikuklm yang bersifat ilmiah. Menurut Smith, ada tiga sumbangan
utama

filsafat

terhadap teori

kurikulum,

yaitu

dalam (1) merumuskan

dan

mempertimbangan tujuan pendidikan, (2) memilih dan menyusun bahan, dan (3)
perluasan bahasa khusus kurikulum.
James B. MacDonald (1964) melihat teori kurikulum dari model sistem. Ada empat
sistem dalam persekolahan yaitu kurikulum, pengajaran (instruction), mengajar
(teaching), dan belajar. Interaksi dari empat sistem ini dapat digambarkan dengan suatu
diagram Venn. Melihat kurikulum sebagai suatu sistem dalam sistem yang lebih besar
yaitu persekolahan dapat memperjelas pemikiran tentang konsep kurikulum. Penggunaan
model sistem juga dapat membantu para ahli teori kurikulum menentukan jenis dan
lingkup konseptualisasi yang diperlukan dalam teori kurikulum.
Broudy, Smith, dan Burnett (1964) menjelaskan makalah persekolahan dalam suatu
skema

yang

menggambarkan

komponen-komponen

dari

keseluruhan

proses

mempengaruhi anak. Skema persekolahan dari Broudy dan kawan-kawannya dapat dilihat
pada Bagan 2.4.
Beauchamp merangkumkan perkembangan teori kurikulum antara tahun 1960
sampai dengan 1965. la mengidentifikasi adanya enam komponen kurikulum sebagai
bidang studi, yaitu: landasan kurikulum, isi kurikulum, desain kurikulum, rekayasa
kurikulum, evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori.
Thomas L. Faix (1966) menggunakan analisis struktural-fungsional yang berasal
dari biologi, sosiologi, dan antropologi untuk menjelaskan konsep kurikulum. Fungsi
kurikulum dilukiskan sebagai proses bagaimana memelihara dan mengembangkan
strukturnya. Ada sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam analisis struktural-fungsional
ini. Topik dan subtopik dari pertanyaan ini menunjukkan fenomena-fenomena kurikulum.
Pertanyaan-pertanyaan itu menyangkut:
(1) pertanyaan umum tentang fenomena kurikulum,
(2) sistem kurikulum,
(3) unit analisis dan unsurunsurnya,
(4) struktur sistem kurikulum,
(5) fungsi sistem kurikulum,
(6) proses kurikulum, dan

(7) prosedur analisis struktural-fungsional.


BAGAN 2.4 Skema persekolahan dari Broudy, Smith, dan Bunett. CURRICULUM
Content Categories of instruction Modes of Teaching
Facts Symbolic studies Situastion
Concept Basic Sciences Modes
Desriptive Developmental studies Operational
Principles Testhetics studies Modes
Students Learnings:
Cognitive maps
Evaluational maps
Attitudes and
values systems
Associative meanings
and images
Intellectual Operations
Excecutive Operations
Assessment system:
Examinations
Tests: Essay-Objective
Teacher Judgements
Self evaluation
Self inventory
Alizabeth S. Maccia. (1965) dari hasil analisisnya menyimpulkan adanya empat teori
kurikulum, yaitu:
(1) teori kurikulum (curriculum theory),
(2) teori kurikulum-formal (formal-curriculum theory),
(3) teori kurikulum valuasional (valuational curriculum theory), dan
(4) teori kurikulum praksiologi (praxiological curriculum theory).
Teori kurikulum (curriculum Theory atau event theory) merupakan teori yang
menguraikan pemilihan dan pemisahan kejadian/peristiwa kurikulum atau yang
berhubungan dengan kurikulum dan yang bukan. Menurut Maccia, kurikulum
merupakan bagian dari pengajaran, teori kurikulum merupakan subteori pengajaran.
Teori kurikulum formal memusatkan perhatiannya pada struktur isi kurikulum. Teori
kurikulum valuasional mengkaji masalah-masalah pengajaran apa yang berguna/

berharga bagi keadaan sekarang. Teori kurikulum praksiologi merupakan suatu


pengkajian tentang proses untuk mencapai tujuan-tujuan kurikulum. Walaupun
mungkin, kita tidak setuju dengan seluruh pendapat Maccia, tetapi is telah berhasil
menunjukkan sejumlah dimensi kurikulum yang cukup berharga untuk menjelaskan
teori kurikulum.
Mauritz

Johnson

(1967)

membedakan

antara

kurikulum

dengan

proses

pengembangan kurikulum. Kurikulum merupakan basil dari sistem pengembangan


kurikulum, tetapi sistem pengembangan bukan kurikulum. Menurut Johnson, kurikulum
merupakan seperangkat tujuan belajar yang terstruktur. Jadi, kurikulum berkenaan
dengan tujuan dan bukan dengan kegiatan. Berdasarkan rumusan kurikulum tersebut,
pengalaman belajar anak menjadi bagian dari pengajaran.
Johnson menganalisis enam unsur kurikulum, yaitu:
1. A curriculum is a structured series of intended learning out comes.
2. Selection is an essential aspect of curriculum formulation.
3. Structure is an essential charactistic of curriculum.
4. Curriculum guide instrcution
5. Curriculum evaluation involeves validation of both selection and structure.
6. Curriculum is the criterion for instructional evaluation.

Jack R. Frymier (1967) mengemukakan tiga unsur dasar kurikulum, yaitu aktor,
artifak, dan pelaksanaan. Aktor adalah orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan
kurikulum. Artifak adalah isi dan rancangan kurikulum. Pelaksanaan adalah proses
interaksi antara aktor yang melibatkan artifak. Studi kurikulum menurut Frymier
meliputi tiga I angkah: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Ada beberapa masalah atau isu substansial dalam pembahasan tentang teori
kurikulum, yaitu definisi kurikulum, sumber-sumber kebijaksanaan kurikulum, desain
kurikulum, rekayasa kurikulum, peranan nilai dalam pengembangan kurikulum, dan
implikasi teori kurikulum.
Semua rumusan teori kurikulum diawali dengan definisi. Definisi di sini bukan sekadar
definisi istilah, melainkan definisi konsep, isi dan ruang lingkup, serta struktur.
Beberapa pertanyaan umum tentang karakteristik kurikulum sebagai bidang studi yang
perlu didefinisikan umpamanya, apakah kurikulum merupakan suatu konsep dalam
sistem persekolahan? Apakah kurikulum mencakup mengajar dan pengajaran? Sampai
sejauh mana kegiatan belajar siswa menjadi bagian kurikulum? Apakah ruang lingkup
kurikulum sebagai bidang studi? Beberapa pertanyaan yang lebih khusus, yang lebih

berkenaan dengan karakteristik desain kurikulum, umpamanya apakah kurikulum harus


memiliki serangkaian tujuan khusus? Apakah kurikulum perlu memiliki sejumlah materi
untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut? Apakah kurikulum perlu mengadakan rumusan
yang lebih spesifik tentang rencana dan bahan pengajaran? Apakah perlu ada spesifikasi
tentang makna perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum?
1. Sumber Pengembangan Kurikulum
Dari kajian sejarah kurikulum, kita mengetahui beberapa hat yang menjadi sumber
atau landasan inti penyusunan kurikulum. Pengembangan kurikulum pertama
bertolak

dari

kehidupan

dan

pekerjaan

orang

dewasa.

Karena

sekolah

mempersiapkan anak bag! kehidupan orang dewasa, kurikulum terutama isi


kurikulum diambil dari kehidupan orang dewasa. Para pengembang kurikulum
mendasarkan kurikulumnya atas hasil analisis pekerjaan dan kehidupan orang
dewasa.
Dalam pengembangan selanjutnya, sumber in! menjadi lugs meliputi semua unsur
kebudayaan. Manusia adalah makhluk yang berbudaya, hidup dalam lingkungan
budaya, dan turut menciptakan budaya. Untuk dapat hidup dalam lingkungan
budaya, ia harus mempelajari budaya, maka budaya menjadi sumber utama isi
kurikulum. Budaya ini mencakup semua disiplin ilmu yang telah ditemukan dan
dikembangkan para pakar, nilai-nilai adat-istiadat, perilaku, benda-benda, dan lainlain.
Sumber lain penyusunan kurikulum adalah anak. Dalam pendidikan atau pengajaran,
yang belajar adalah anak. Pendidikan atau pengajaran bukan memberikan sesuatu
pada anak, melainkan menumbuhkan potensipotensi yang telah ada pada anak. Anak
menjadi sumber kegiatan pengajaran, ia menjadi sumber kurikulum. Ada tiga
pendekatan terhadap anak sebagai sumber kurikulum, yaitu kebutuhan siswa,
perkembangan siswa, serta minat siswa. Jadi, ada pengembangan kurikulum bertolak
dari kebutuhan-kebutuhan siswa, tingkat-tingkat perkembangan siswa, serta hal-hal
yang diminati siswa.
Beberapa pengembang kurikulum mendasarkan penentuan kurikulum kepada
pengalaman-pengalaman

penyusunan

kurikulum

yang

lalu.

Pengalaman

pengembangan kurikulum yang lalu menjadi sumber penyusunan kurikulum


kemudian. Hal lain yang menjadi sumber penyusunan kurikulum adalah nilai-nilai.
Beauchamp menegaskan bahwa nilai dapat merupakan sumber penentuan keputusan
yang dinamis. Pertanyaan pertama yang muncul dalam kurikulum yang berdasarkan

nilai adalah: Apakah yang harus diajarkan di sekolah? In! merupakan pertanyaan
tentang nilai. Nilai-nilai apakah yang harus diberikan dalam pelaksanaan kurikulum?
Nilai-nilai apa yang digunakan sebagai kriteria penentuan kurikulum dan
pelaksanaan kurikulum.
Terakhir yang menjadi sumber penentuan kurikulum adalah kekuasaan sosial-politik.
Di Amerika Serikat pemegang kekuasaan sosial-politik yang menentukan
kebijaksanaan dalam kurikulum adalah board of education lokal yang mewakill
negara bagian. Di Indonesia, pemegang kekuasaan sosialpolitik dalam penentuan
kurikulum adalah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang dalam pelaksanaannya
dilimpahkan kepada Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah serta Dirjen
Pendidikan Tinggi bekerja sama dengan Balitbangdikbud. pada pendidikan dasar
dan menengah, kekuasaan penyusunan kurikulum sepenuhnya ada pada pusat,
sedangkan pada perguruan tinggi rektor diberi kekuasaan untuk menentukan
kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam penyusunan kurikulum.
2. Desain dan Rekayasa Kurikulum
Telah diutarakan sebelumnya bahwa ada dua subteori dari teori kurikulum, yaitu
desain kurikulum (curriculum design) dan rekayasa kurikulum (curriculum
engineering).
Desain kurikulum merupakan suatu pengorganisasian tujuan, isi, serta proses belajar
yang akan diikuti siswa pada berbagai tahap perkembangan pendidikan. Dalam
desain kurikulum akan tergambar unsur-unsur dari kurikulum, hubungan antara satu
unsur dengan unsur lainnya, prinsipprinsip pengorganisasian, serta hal-hal yang
diperlukan dalam pelaksanaannya.
Dalam desain kurikulum, ada dua dimensi penting, yaitu:
(1) substansi, unsur-unsur serta organisasi dari dokumen tertulis kurikulum,
(2) model pengorganisasian dan bagian-bagian kurikulum terutama organisasi dan
proses pengajaran.
Menurut Beauchamp, kurikulum mempunyai tiga karakteristik, yaitu:
(1) kurikulum merupakan dokumen tertulis,
(2) berisi garis-garis besar rumusan tujuan, berdasarkan garis-garis besar tujuan
tersebut desain kurikulum disusun,
(3) isi atau materi ajar, dengan materi tersebut tujuantujuan kurikulum dapat dicapai.
Ada dua hal yang perlu ditambahkan dalam desain kurikulum:

Pertama, ketentuan-ketentuan tentang bagaimana penggunaan kurikulum, serta


bagaimana mengadakan penyemprunaan-penyempurnaan berdasarkan masukan
dari pengalaman.
Kedua kurikulum itu dievaluasi, baik bentuk desainnya maupun sistem
pelaksanaannya.
Rekayasa kurikulum berkenaan dengan bagaimana proses memfungsikan kurikulum
di sekolah, upaya-upaya yang perlu dilakukan para pengelola kurikulum agar
kurikulum dapat berfungsi sebaik-baiknya. pengelola kurikulum di sekolah terdiri
atas para pengawas/penilik dan kepala sekolah, sedangkan pada tingkat pusat adalah
Kepala

Pusat

Pengembangan

Kurikulum

Balitbang

Dikbud

dan

para

Kasubdit/Kepala Bagian Kurikulum di Direktorat. Dengan menerima pelimpahan


wewenang dari Menteri atau Dirjen, para pejabat pusat tersebut merancang,
mengembangkan, dan mengadakan penyempurnaan kurikulum. Juga mereka
memberi tugas dan tanggung jawab menyusun dan mengembangkan berbagai
bentuk pedoman dan petunjuk pelaksanaan kurikulum. Para pengelola di daerah dan
sekolah berperan melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan kurikulum.
Seluruh sistem rekayasa kurikulum menurut Beauchamp mencakup lima hal, yaitu:
(1) arena atau lingkup tempat dilaksanakannya berbagai proses rekayasa kurikulum,
(2) keterlibatan orang-orang dalam proses kurikulum,
(3) tugas-tugas dan prosedur perencanaan kurikulum,
(4) tugas-tugas dan prosedur implementasi kurikulum, dan
(5) tugas-tugas dan prosedur evaluasi kurikulum.
Dari semua uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori kurikulum,
Beauchamp (hlm. 82) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori
kurikulum, yaitu:
1. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan (definisi) tentang

rangkaian kejadian yang dicakupnya.


2. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan sumber-

sumber pangkal tolaknya.


3. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik dari desain kurikulumnya.
4. Setiap

teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan


kurikulumnya serta interaksi di antara proses tersebut.

5.

Setiap teori kurikulum


penyempurnaannya.

hendaknya

menyiapkan

diri

bagi

proses

Anda mungkin juga menyukai