Anda di halaman 1dari 9

Muhammad Tanthowi

KONSEP KURIKULUM

Muhammad tanthowi

6 tahun yang lalu

Iklan

KONSEP KURIKULUM

Suharsimi (2005, 23) menyatakan teori kurikulum adalah suatu perangkat pernyataan yang memberikan
makna terhadap kurikulum sekolah, makna tersebut terjadi karena adanya penegasan hubungan antara
unsur-unsur kurikulum, karena adanya petunjuk perkembangan/penggunaan dan evaluasi kurikulum.

Konsep terpenting yang perlu mendapat penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum.

Pengertian konsep kurikulum

Yaitu suatu konsep yang berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek dalam
pendidikan. Konsep kurilukum dapat juga berarti suatu konsep konsep yang bervariasi sesuai dengan
aliran atau teori pendidikan yang dianut.

Menurut Sutrisno (2001, 12) disebutkan ada tiga konsep kurikulum, yaitu : (a) kurikulum sebagai
substansi, (b) kurikulum sebagai sistem, dan (c) kurikulum sebagai bidang studi.

Konsep pertama,

adalah kurikulum sebagai suatu sistem/tujuan. Yaitu sistem kurikulum yang merupakan bagian dari
sistem persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup
struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan,
mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu
kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap
dinamis.

Mauritz Johnson membedakan antara kurikulum dengan pengajaran. Yang membedakan antara
keduanya yaitu pengajaran merupakan interaksi siswa dengan lingkungan sekitar, sedangkan kurikulum
adalah rentetan hasil belajar yang diharapkan atau sebagai tujuan.

Konsep kedua, kurikulum sebagai rancangan/rencana

Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah,
atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada
suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan
evaluasi.

Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama
antara para penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu
kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun
seluruh negara

Menurut Mac Donal, sistem persekolahan terbentuk atas 4 subsistem yaitu

Mengajar merupakan kegiatan profesional guru.

Belajar merupakan suatu upaya siswa sebagai respon dalam sistem persekolahan.

Pengajaran merupakan interakasi belajar mengajar.

Kurikulum merupakan rencana sebagai pedoman.

Teori yang lainnya juga dikemukakan oleh Beauchamp. Menurut Beauchamp, kurikulum dibedakan
menjadi dua yaitu

Kurikulum bertindak sebagai rencana tertulis


Kurikulum fungsional.

Sedang menurut Taba, perbedaan kurikulum dengan pengajaran terletak pada keluasan cakupan.

Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:

Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan penerapan dari teori-teori kurikulum dan pengembangan
para bidang ahli kurikulum/pendidikan dan pengajaran.

Menurut Zais, kurikulum sebagai bidang studi mencakup batasan/jarak/cakupan subject matter dan
prosedur pengembangan dan praktek.

Teori yang lain dikemukakan oleh Beauchamp. Menurut Beauchamp, teori kurikulum adalah
sekumpulan pernyataan yang berhubungan yang memberi arti terhadap kurikulum sekolah dengan titik
beratnya pada hubungan antar elemen, perkembangan, penggunaan, dan evaluasi.

Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem
kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar tentang
kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka
menemukan hal-hal baru yang dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.

Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut untuk:

(1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah teknis,

(2) mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-pengetahuan
baru,

(3) melakukan penelitian inferensial dan prediktif,


(4) mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan model-model
kurikulum.

Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum. Melalui pencapaian
keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem, maupun bidang studi kurikulum dapat
bertahan dan dikembangkan.

Perkembangan teori kurikulum

Perkembangan teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sejarah perkembangannya. Perkembangan
kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan tulisan Charles dan McMurry, tetapi secara definitif
berawal pada hasil karya Franklin Babbit tahun 1918. Bobbit Bering dipandang sebagai ahli kurikulum
yang pertama, is perintis pengembangan praktik kurikulum. Bobbit adalah orang pertama yang
mengadakan analisis kecakapan atau pekerjaan sebagai cara penentuan keputusan dalam penyusunan
kurikulum. Dia jugalah yang menggunakan pendekatan ilmiah dalam mengidentifikasi kecakapan
pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai dasar pengembangan kurikulum.

Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia. Kehidupan manusia
meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh sejumah kecakapan pekerjaan. pendidikan
berupaya mempersiapkan kecakapan-kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-
kecakapan yang harus dikuasai untuk dapat terjun dalam kehidupan sangat bermacam-macam,
bergantung pada tingkatannya maupun jenis lingkungan. Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan
menuntut penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu. Hal-hal itu
merupakan tujuan kurikulum. Untuk mencapai hal-hal itu ada serentetan pengalaman yang harus
dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta pengalaman-pengalaman tersebut itulah yang menjadi bahan
kajian teori kurikulum.

Werrett W. Charlters (1923) setuju dengan konsep Bobbit tentang analisis kecakapan/pekerjaan sebagai
dasar penyusunan kurikulum. Charters lebih menekankan pada pendidikan vokasional.

Ada dua hal yang sama dari teori kurikulum, teori Bobbit dan Charters. Pertama, keduanya setuju atas
penggunaan teknik ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah kurikulum. Dalam hal ini mereka
dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam pendidikan yang dipelopori oleh E.L. Thorndike, Charles Judd,
dan lain-lain. Kedua, keduanya bertolak pada asumsi bahwa sekolah berfungsi mempersiapkan anak bagi
kehidupan sebagai orang dewasa. Untuk mencapai hal tersebut, perlu analisis tentang tugas-tugas dan
tuntutan dalam kurikulum disusun keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, dan lain-lain yang diperlukan
untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan orang dewasa. Bertolak pada hal-hal tersebut mereka
menyusun kurikulum secara lengkap dalam bentuk yang sistematis.

Cakupan bidang studi :

Konsep kurikulum

Penentuan

Penggunaan

Pengembangan

Disain

Evaluasi

Kurikulum sebagai rencana :

Tujuan

Bahan

Kegiatan

Alat

Waktu

Sistem kurikulum :

Penentuan kebijakan

Susunan personalia

Prosedur pengembangan

Penerapan

Evaluasi dan penyempurnaan


Fungsi :

Menghasilkan kurikulum sebagai dokumen tertulis

Menjaga kurikulum tetap dinamis

Menurut Zais (1993:3), kurikulum mengindikasikan suatu rencana untuk mendidik siswa yang artinya
kurikulum merupakan bagian dari ruang lingkup kajian kurikulum dan berisikan komponen-komponen
kurikulum. Kurikulum juga suatu identifikasi ruang lingkup kajian yang meliputi dari

Merupakan substansi/subject matter dalam bidang kurikulum.

Berbagai proses yang terdapat dalam kurikulum seperti pengembangan kurikulum dan perubahan
kurikulum.

Mulai tahun 1920, karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang gerakan pendidikan yang
berpusat pada anak (child centered). Teori kurikulum berubah dari yang menekankan pada organisasi isi
yang diarahkan pada kehidupan sebagai orang dewasa (Bobbit dan Charters) kepada kehidupan
psikologis anak pada saat ini. Anak menjadi pusat perhatian pendidikan. Isi kurikulum harus didasarkan
atas minat dan kebutuhan siswa. pendidikan menekankan kepada aktivitas siswa, siswa belajar melalui
pengalaman. Penyusunan kurikulum harus melibatkan siswa.

Perkembangan teori kurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis Caswell. Dalam peranannya sebagai
ketua divisi pengembang kurikulum di beberapa negara bagian di Amerika Serikat (Tennessee, Alabama,
Florida, Virginia), is mengembangkan konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau pekerjaan
(society centered) maka Caswell mengembangkan kurikulum yang bersifat interaktif. Dalam
pengembangan kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru-guru, berpartisipasi dalam
menentukan kurikulum, menentukan struktur organisasi dari penyusunan kurikulum, dalam
merumuskan pengertian kurikulum, merumuskan tujuan, memilih isi, menentukan kegiatan belajar,
desain kurikulum, menilai hasil, dan sebagainya.

Menurut Zais (1976:7-11), kurikulum diartikan beberapa macam antara lain :

Curriculum As Program Of Studies

Curriculum As Course Content


Curriculum As Planned Learning Experience

Curriculum As Experiences Had Under The Auspices Of The School

Curriculum As A Structured Series Of Intended Learning Outcomes

Curriculum As A Written Plan For Action

Pada tahun 1947 di Univeristas Chicago berlangsung diskusi besar pertama tentang teori kurikulum.
Sebagai hasil diskusi tersebut dirumuskan tiga tugas utama teori kurikulum:

(1) mengidentifikasi masalah-masalah penting yang muncul dalam pengembangan kurikulum dan
konsep-konsep yang mendasarinya,

(2) menentukan hubungan antara masalah-masalah tersebut dengan struktur yang mendukungnya,

(3) mencari atau meramalkan pendekatan-pendekatan pada masa yang akan datang untuk
memecahkan masalah tersebut.

Ralph W. Tylor (1949) mengemukakan empat pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian kurikulum:

Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah?

pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai tujuan tersebut?

Bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif?

Bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?

Empat pertanyaan pokok tentang kurikulum dari Tylor ini banyak dipakai oleh para pengembangan
kurikulum berikutnya. Dalam konferensi nasional perhimpunan pengembang dan pengawas kurikulum
tahun 1963 dibahas dua makalah penting dari George A. Beauchamp dan Othanel Smith. Beauchamp
menganalisis pendekatan ilmiah tentang tugas-tugas pengembangan teori dalam kurikulum. Menurut
Beauchamp, teori kurikulum secara konseptual berhubungan erat dengan pengembangan teori dalam
ilmu-ilmu lain. Hal-hal yang penting dalam pengembangan teori kurikulum adalah penggunaan istilah-
istilah teknis yang tepat dan konsisten, analisis dan klasifikasi pengetahuan, penggunaan penelitian-
penelitian preckktif untuk menambah konsep, generalisasi atau kaidahkaidah, sebagai prinsip-prinsip
yang menjadi pegangan dalam menjelaskan fenomena kurikulum.

Dalam makalah kedua, Othanel Smith menguraikan peranan filsafat dalam pengembangan teori
kurikuklm yang bersifat ilmiah.Menurut Smith, ada tiga sumbangan utama filsafat terhadap teori
kurikulum, yaitu dalam (1) merumuskan dan mempertimbangan tujuan pendidikan, (2) memilih dan
menyusun bahan, dan (3) perluasan bahasa khusus kurikulum.

James B. MacDonald (1964) melihat teori kurikulum dari model sistem. Ada empat sistem dalam
persekolahan yaitu kurikulum, pengajaran (instruction), mengajar (teaching), dan belajar. Interaksi dari
empat sistem ini dapat digambarkan dengan suatu diagram Venn. Melihat kurikulum sebagai suatu
sistem dalam sistem yang lebih besar yaitu persekolahan dapat memperjelas pemikiran tentang konsep
kurikulum. Penggunaan model sistem juga dapat membantu para ahli teori kurikulum menentukan jenis
dan lingkup konseptualisasi yang diperlukan dalam teori kurikulum.

Broudy, Smith, dan Burnett (1964) menjelaskan makalah persekolahan dalam suatu skema yang
menggambarkan komponen-komponen dari keseluruhan proses mempengaruhi anak. Skema
persekolahan dari Broudy dan kawan-kawannya dapat dilihat pada Bagan 2.4.

Beauchamp merangkumkan perkembangan teori kurikulum antara tahun 1960 sampai dengan 1965. la
mengidentifikasi adanya enam komponen kurikulum sebagai bidang studi, yaitu: landasan kurikulum, isi
kurikulum, desain kurikulum, rekayasa kurikulum, evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori.

Menurut Hilda Taba (1962) dilema tentang definisi kurikulum terjadi karena tidak dapat meletakkan
posisi antara dua kutub.

Thomas L. Faix (1966) menggunakan analisis struktural-fungsional yang berasal dari biologi, sosiologi,
dan antropologi untuk menjelaskan konsep kurikulum. Fungsi kurikulum dilukiskan sebagai proses
bagaimana memelihara dan mengembangkan strukturnya.

Aspek-aspek yang lain dari kajian kurikulum yaitu


Landasan kurikulum

Disain kurikulum

Pengembangan kurikulum

Implementasi kurikulum

Rekayasa kurikulum

Perbaikan / perubahan kurikulum

Iklan

Kategori: Pendidikan

Tag: 2013, download, download kurikulum, evaluasi kurikulum, keselamatan kerja, kurikulum, kurikulum
2013, kurikulum sekolah, kurikulum terbaru, pendidikan, pendidikan dan kebudayaan, perkembangan,
pertumbuhan, peserta didik, rumusan, sistem pendidikan, Suharsimi (2005), teori pendidikan,
universitas negeri malang

Tinggalkan sebuah Komentar

Muhammad Tanthowi

Dibangun di WordPress.com.

Kembali ke atas

Iklan

Anda mungkin juga menyukai