Anda di halaman 1dari 4

Menghidupkan Ruh Jihad

Rubrik: Taujihat Tgl: 9/2/2004

Segala puji bagi Allah atas curahan rahmat dan nikmatnya sehingga kita dapat merasakan
indahnya Islam, iman dan Al Qur'an. Segala puji bagi Allah yang telah memberi nikmat
Tarbiyah Mada Al Hayah dan Ash Shuhbah Ash sholihah. Namun masihkah terlihat atsar dari
tarbiyah ini? Adakah Atsar Intima Taabbudi, iintima daawi, sehingga kita termasuk orangorang yang Muminuna Haqqa? Adakah Atsar Tarbiyah Jihadiyyah dalam diri kita setelah
sekian tahun terlibat dalam Halaqat Tarbawiyyah, sehingga cita-cita tertinggi kita adalah mati
syahid dijalan Allah?
Jika belum ada, kembalilah kepada Al Qur'an! Akan Antum temui sekian banyak ayat yang mengajak
kita untuk mengisi kehidupan ini dan mengakhirinya dengan jihad di jalan Allah. Dan kalau belum
tergugah juga, dengan apa lagi kita bisa tergugah?
Dengan apa lagi jika bukan dengan Al Qur'an yang merupakan Kalamullah ?
Sungguh kita khawatir akan Qaswah hati kita sehingga Al Qur'anpun tidak mampu menggugah hati
kita.
Ikhwah Fillah,
Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang ketika mengajak kita berjihad dijalanNya dan
mati syahid karenaNya, bukanlah sekedar agar kita bekerja keras dan menumpahkan darah dan
dan Namun, ajakan Allah tersebut lebih bermakna, agar akhir hidup kita berada di JannahNya (QS
9:111) dan terselamatkan dari azabNya (QS 61:10). Inilah sesungguhnya yang harus kita fahami
dibalik renungan ayat-ayat jihad.
Ikhwah fillah,
PEMILU tahun ini telah dikumandangkan dengan istilah Jihad Siyasi. Mampukah hati kita menerima
hakikat istilah ini dengan sepenuh hati? Istilah ini sungguh bukan sesuatu yang berlebihan, apabila
kita yakin bahwa siyasah adalah bagian daripada pemahaman kita akan bangunan Islam ini. Kita juga
akan lebih yakin dengan sepenuh hati kita apabila:
1. Kita merenungi lebih dalam doa rabithah yang sering kita panjatkan kepada Allah. Bukankah kita
selalu menyatakan bahwa hati ini selalu bertekad untuk membela syariat Allah
. Bahkan kita juga bertekad untuk mengakhiri kehidupan ini dengan mati syahid di jalan Allah
. Tidakkah cukup apa yang kita panjatkan kepada Allah ini membuat seluruh
aktivitas kita mengarah kepada pembelaan agama Allah sekalipun jiwa taruhannya?
Negeri ini bahkan seluruh bumi adalah milik umat Islam. Jika kita tidak berjuang menguasainya, maka
akan dikuasai oleh Ahlul Kufri Walbathil. Utsman Bin Affan berkata, Sesungguhnya Allah akan
memberi kemampuan (menegakkan syariat Islam) dengan kekuasaan (Jalur politik) yang tidak
mampu dilakukan hanya mengandalkan Al Qur'an. Logika seperti inilah yang harus meyakinkan kita
bahwa siyasah adalah Jihad.
2. Kita renungi kembali Mafahim Takwimul Ummah yang selama ini telah kita kaji. Inilah saatnya
kita merintis terbentuknya Mujtama Islami bahkan Daulah Islamiyah setelah kita berusaha dan terus
berusaha membentuk syakhsiyah Islamiyah dan Usroh Muslimah!
PEMILU inilah yang dapat menjadi sarana realisasi dua point diatas! Maka jika diantara kita belum

juga mampu merasakan bahwa PEMILU ini adalah Jihad Siyasi dengan segala syarat dan
konsekuensinya, maka cukuplah Allah menjadi penolong kita . Begitulah sepanjang
sejarah, sampai jihad yang dipimpin Rasulullah pun bisa saja tidak dipahami sebagai jihad. Lihatlah
peristiwa hijrah Rasulullah! Amal jihadi saja yang legalitasnya begitu kuat dalam Al Qur'an, ternyata
sebagian orang malah menjadikannya sebagai aktivitas bisnis dan mencari jodoh.
.
Begitu juga Ghozwatul Ahzab yang terjadi pada tahun 5 H. Sebuah jihad yang sangat menentukan
tegaknya Islam, dimana para sahabat berada dalam kondisi yang sangat mencekam antara hidup dan
mati, terguncang dengan sekeras-kerasnya sebagaimana yang digambarkan oleh Allah suasananya
dalam surat Al Ahzab ayat 10-11,

#


sebesar ini saja suasana jihadnya, ternyata begitu banyak orang-orang yang meremehkan bobot jihad
Rasulullah SAW. Mereka disebut oleh Al Qur'an sebagai orang-orang Munafiq dan yang berpenyakit
hati. Komentar mereka terhadap jihad iniseperti yang dijanjikan oleh Allah dan RasulNya
hanyalah omong kosong! Sementara Kitab siroh merekam perkataan mereka, Inikah Muhammad
menjanjikan kita akan menguasai istana Kisra dan Kaisar? Sementara diantara kita mau buang hajat
saja tidak merasa aman.


Ikhwah fillah,
Kita berlindung diri kepada Allah, semoga tidak termasuk orang-orang Munafiqun dan yang
berpenyakit hati. Oleh karena itu kita harus memiliki sikap
kita selalu bersama Dakwah dimana saja Dakwah itu berada. Kita perlu
menjauhkan diri kita bersama hawa nafsu kita, kehebatan pemikiran sepihak kita, dan Ananiyah kita
yang dapat memisahkan diri kita dari Dakwah ini sehingga kita hidup untuk diri kita sendiri.
Agar suasana jihad siyasi ini selalu hidup dalam diri kita maka kita perlu:
1. ( Selalu menghdairkan niat Jihad)
Inilah yang pernah ditegaskan oleh Imam Syahid Hasan Al Banna dalam nasihatnya, Hendaklah
kamu selalu menghadirkan niat Jihad dalam segala aktivitasmu! Niat inilah yang pernah dihadirkan
oleh para Sahabat yang tidak ikut Ghazwah Tabukjihad yang sangat meletihkan dan penuh
kesusahan. Al Qur'an menyebutnya Saatul usroh (QS 9:117). Rasulullah menyatakan bahwa mereka
mendapat pahala yang sama dengan yang sahabat ikut langsung bersama dengan Rasulullah. Karena
dibalik Udzur Syari mereka tertancap niat Jihad yang sangat kokoh!
2. ( Menjaga kebersihan niat Jihad)
Dalam seluruh amal, khususnya Jihad dijalan Allah, maka kebersihan niat Jihad harus dijaga sebelum
beramal, ketika beramal dan setelah beramal, agar benar-benar diterima oleh Allah sebagai Jihad. Hal
ini sangat diperlukan supaya hati kita tidak mudah terkontaminasi oleh unsur-unsur yang merusak
Jihad, baik ketika akan, saat maupun setelah berjihad. Sehingga tidak ada istilah mutung fi sabilillah,
walaupun dirinya telah mengalami berbagai macam kejadian yang secara manusiawi dapat
menyakitkan hatinya. Hal ini seperti kasus yang pernah dialami oleh Kholid bin Walid ketika dicopot
oleh Umar sebagai panglima perang. Tidak ada sedikitpun perasaan yang mengganjal dalam dirinya

menghadapi hal semacam itu. Ia tetap menerimanya dengan hati yang ikhlas.
3. ( Bersungguh-sungguh dalam niat berjihad)
Bersungguh-sungguh dalam niat berjihad menjadi syarat penting untuk mendapatkan buah Jihad,
yakni syahid dijalan Allah. Rasulullah bersabda, Barangsiapa yang memohon mati syahid dengan
sungguh-sungguh, Allah akan mengumpulkannya bersama para syuhada walaupun mati diatas tempat
tidurnya. Dengan niat ini, Allah akan menjadikan kita istiqamah dijalan Jihad dan terjaga hal-hal dan
prilaku yang dapat mengeluarkan kita dari Amal Jihadi.
Ikhwah fillah,
Jika Antum sudah yakin bahwa PEMILU ini adalah Jihad Siyasi, maka sudah seharusnya Antum harus
lebih bersemangat dalam menghadapi PEMILU ini ketika mendapat siraman surat Al Anfal ini, karena
ayat-ayat Allah ini bagaikan generator yang selalu memberi energi baru dan tidak ada habis-habisnya.
Bahkan Antum lebih siap menghadapi segala resiko yang terjadi sebelum, ketika dan sesudah Jihad
Siyasi ini. Bagaimanapun juga, Jihad Siyasi ini mustahil tidak diwarnai oleh gesekan-gesekan,
kekecewaan-kekecewaan dan lain sebagainya.
Karena tabiat Jihad adalah sebuah ujian kesabaran, keikhlasan dan istiqamah! Perhatikanlah Firman
Allah Surat Al Qital Ayat 31 berikut ini!


Adalah Sad Bin Abi Waqash ketika akan berjihad bersama pasukannya dalam perang Al Qadisiyyah,
membakar semangat pasukannya dengan membacakan Surotul Jihad, yakni Surat Al Anfal. Dan ketika
dibacakan, berkobarlah semangat tempur pasukannya serta merasakan sakinah ketika mendengarnya.
Setelah selesai membaca surat tersebut, Sad Bin Abi Waqash bertakbir yang serta merta diikuti oleh
takbir pasukannya, dan berkobarlah pertempuran. (Lihat Ibnul Atsir Juz II hal. 181)
Disinilah perlunya menghidupkan ruhul Jihad dalam diri orang-orang yang beriman! Kita akan
melihat rahmat Allah yang begitu luas dibalik syariat Jihad ini. Lewat kekuatan ruhul jihad, orangorang yang beriman bisa merasakan seluruh aktivitasnya yang sangat berat dengan nuansa berikut ini:
1. Kenikmatan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata. Oleh karena itu Al Qur'an menyebut para
Mujahid sebagai Assaihun (QS 9:112) yang secara etimologi berarti orang-orang yang sedang
berrekreasi. Disebut demikian karena rekreasi adalah sesuatu yang identik dengan kenikmatan batin.
Rasulullah juga mengatakan, Rekreasi Ummatku adalah berjihad!
2. Terringankannya beban Jihad yang sangat berat, betapapun banyaknya rintangan dan tantangan
Jihad itu. Adalah Abu Thalhah yang saat itu sudah sangat tuasebagian riwayat mengatakan usianya
90 tahunsegera bangkit berjihad dan mampu mengatasi segala macam kesusahan dibalik usianya
yang sudah sangat sepuh, setelah ia mendapat taujih dari Allah lewat Surat Attaubah ayat 41.

3. Tidak akan merasa devisit energi, karena Istighfar dan taubahnya yang selalu mengiringinya saat
berjihad, akan menambah kekuatan ruhiyahnya. Lihatlah surat Hud Ayat 52!

Oleh karena itu, dalam sejarah, setelah Rasulullah SAW selesai perang Uhud, beliau langsung

menyeru para sahabat untuk berperang lagi tak lama sesudahnya, dalam sebuah perang yang disebut
Hamroul asad. Dan tidak satupun Sahabat yang merasa kehabisan energi. Bahkan mereka
mengatakan, ( QS 3:173). [Dept Kaderisasi DPP PKS/PKS-OL]

Anda mungkin juga menyukai