Anda di halaman 1dari 19

Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,

bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dan bahan-bahan tersebut,
yang secara traditional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
(Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 246/Men.Kes/Per/V/1990 Tentang Izin Usaha IOT dan
Pendaftaran O.T dan Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan)
Obat Tradisional dibedakan menjadi :
1. Jamu (Empirical Based Herbal Medicine)
Jamu adalah obat tradisional Indonesia.
Jamu adalah obat tradisional yang berisi seluruh bahan tanaman yang
menjadi penyusun jamu tersebut. Jamu disajikan secara tradisional dalam
bentuk seduhan, pil, atau cairan. Umumnya, obat tradisional ini dibuat dengan
mengacu pada resep peninggalan leluhur. Jamu tidak memerlukan pembuktian
ilmiah secara uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Selain adanya klaim
khasiat yang dibuktikan secara empiris, jamu juga harus memenuhi persyaratan
keamanan dan standar mutu.
2. Obat Herbal Terstandar (Standarized Based Herbal Medicine)
Obat herbal terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan
bahan bakunya telah di standarisasi.
Merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyarian
bahan alam, baik tanaman obat, hewan, maupun mineral. Dalam proses
pembuatannya, dibutuhkan peralatan yang tidak sederhana dan lebih mahal dari
jamu. Obat herbal terstandar umumnya ditunjang oleh pembuktian ilmiah
berupa penelitian praklinis. Penelitian ini meliputi standarisasi kandungan
senyawa berkhasiat dalam bahan penyusun, standarisasi pembuatan ekstrak
yang higienis, serta uji toksisitas akut maupun kronis.
3. Fitofarmaka (Clinical Based Herbal Medicine)
Fitofarmaka (F) adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan
baku dan produk jadinya telah di standarisasi
Merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern.
Proses pembuatannya telah terstandar ditunjang oleh bukti ilmiah sampai uji
klinis pada manusia. Karena itu, dalam pembuatannya diperlukan peralatan
berteknologi modern, tenaga ahli, dan biaya yang tidak sedikit.

4. Sediaan Galenik
Adalah hasil ekstraksi simplisia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan

Logo Obat Tradisional:

Untuk menaikkan kualitas Obat Tradisional Indonesia, maka dikeluarkan


KONTRANAS (Kepmenkes 381/Menkes/SK/III/2007 , Tanggal 27 Maret
2007) yang didasari oleh:
1. UU 23 1992 Tentang Kesehatan
2. Kepmenkes 131/Menkes/SK/II/2004 Sistem Kesehtan Nasional
(SKN)
KONTRANAS adalah Kebijakan tentang obat tradisonal secara menyeluruh
dari hulu ke hilir meliputi budidaya & konservasi sumber daya obat
kemananan & khasiat Obat Tradisional, mutu aksebilitas, penggunaan yang
tepat, pengawasan, penelitian & pengembangan SDM serta pemantauan &
evaluasi
Tujuan Kontranas:
1. Mendorong pemanfaatan sumber daya alam (SDA) & ramuan tradisional
secara berkelanjutan untuk digunakan sebagai Obat Tradisional dalam
upaya peningkatan kualitas kesehatan.

2. Menjamin pengelolaan potensi alam Indonesia secara lintas sektor agar


mempunyai daya saing sebagai sumber ekonomi masyarakat dan devisa
negara yang berkelanjutan
3. Tersedianya Obat Tradisional yang terjamin mutu khasiat dan
keamanannya, teruji secara ilmiah & dimanfaatkan secara luas baik untuk
pengobatan sendiri maupun dalam jaminan kesehatan formal
4. Menjadikan Obat Tradisional sebagai komoditi unggul yang memberikan
multi manfaat yaitu meningkatkan ekonomi masyarakat, memberikan
peluang kesempatan kerja & mengurangi kemiskinan
Pendaftaran Obat Tradisional
Obat yang diedarkan di wilayah Indonesia, sebelumnya harus dilakukan
registrasi untuk memperoleh Izin Edar, Izin Edar diberikan oleh menteri, menteri
melimpahkan pemberian Izin Edar kepada Kepala Badan, Kepala Badan adalah
Kepala Badan yang bertanggung jawab dibidang Pengawasan Obat dan Makanan
(kepala Badan POM). Registrasi obat adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat
untuk mendapatkan izin edar. Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian
kegiatan penyaluran atau penyerahan obat, baik dalam rangka perdagangan,
bukan perdagangan, atau pemindahtanganan. Tujuan dilakukannya registrasi obat
adalah untuk melindungi masyarakat dari peredaran obat yang tidak memenuhi
persyaratan efikasi, keamanan, mutu dan kemanfaatannya.
Registrasi obat tradisional diatur oleh Per Ka Badan POM
HK.00.05.41.1384 tentang KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENDAFTARAN
OBAT TRADISIONAL, OBAT HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA .
Obat Tradisional, OHT dan F yang dibuat dan atau diedarkan wajib memiliki
izin edar dari Kepala Badan POM, kecuali :
a. untuk penelitian;
b. Obat Tradisional impor untuk digunakan sendiri dalam jumlah terbatas;
c. Obat Tradisional impor yang telah terdaftar dan beredar di negara asal untuk
tujuan pameran dalam jumlah terbatas;
d. Obat Tradisional tanpa penandaan yang dibuat oleh usaha jamu racikan dan jamu
gendong;
e. bahan baku berupa simplisia dan sedaan galenik.
Kriteria
Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka harus memenuhi kriteria :
a. menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi
persyaratan mutu keamanan dan kemanfaatan / khasiat;
b. dibuat sesuai Pedoman CPOTB atau CPOB;
c. penandaan berisi informasi yang lengkap dan obyektif

Pendaftar
Pendaftar Obat Tradisional dalam negeri, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka
a) Pendaftar Obat Tradisional tanpa lisensi, Obat Herbal Tradisional & Fitofarmaka
adalah industri Obat Tradisiona (IOT) atau industri kecil Obat Tradisional (IKOT)
atau IF.
b) Pendaftar Obat Tradisional lisensi adalah penerima lisensi yang merupakan IOT
atau IF.
c) Pendaftar Obat Tradisional kontrak, Obat Herbal Terstandar kontrak dan
Fitofarmaka kontrak adalah pemberi kontrak yang merupakan IOT atau IKOT atau
IF.
Pendaftar Obat Tradisonal Impor
(1) Pendaftar adalah IOT atau IF atau badan usaha pemasaran OT yg ditunjuk
langsung dari IOT atau pemilik nama dagang di negara asal.
(2) IOT negara asal wajib memenuhi persyaratan Cara Pembuatan yang Baik
(GMP).
Pendaftar Obat Tradisional, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka
Paten :
adalah IOT atau IF selaku pemegang hak paten atau yang diberi kuasa oleh
pemilik hak paten atau mendapat pengalihan paten dari pemegang hak paten.
KATEGORI Registrasi Obat
1. pendaftaran baru
2. pendaftaran variasi (sdh ber izin edar).
Pendaftaran baru terdiri dari:
a. kategori 1 : OT hanya mengandung simplisia Indonesia (indigenous) dalam
bentuk sediaan sederhana (rajangan, serbuk, parem, pilis, dodol, tapel,
cairan obat luar);
b. kategori 2 : kategori 1 tetapi dalam bentuk sediaan modern (pil, tablet,
kapsul, krim, gel, salep, supositoria anal, cairan obat dalam);
c. kategori 3 : kategori 1 dan 2 dengan klaim indikasi baru, bentuk sediaan
baru, posologi dan dosis baru;
d. kategori 4 : OHT;
e. kategori 5 : fitofarmaka;
f. kategori 6 : kategori 4 dan 5 dengan klaim indikasi baru, bentuk sediaan
baru, posologi dan dosis baru;
g. kategori 7 : OT mengandung simplisia bukan dari Indonesia (non-indigenous)
dan atau simplisia yang profil keamanannya belum diketahui dengan pasti;

h.

kategori 8 : kategori 7 dengan klaim indikasi baru, bentuk sediaan baru,


posologi dan dosis baru.

Pendaftaran variasi terdiri dari :


a. kategori 9 :OT, OHT dan F dengan perubahan:
nama produk tanpa perubahan komposisi;
atau penambahan ukuran kemasan
klaim pada penandaan yang tidak mengubah manfaat;
desain kemasan;
nama pabrik atau nama pemberi lisensi, tanpa perubahan status
kepemilikan;
nama importir, tanpa perubahan status kepemilikan.
b. kategori 10 : OT, OHT dan F dengan perubahan :
spesifikasi dan atau metoda analisis bahan baku;
spesifikasi dan atau metoda analisis produk jadi;
stabilitas;
teknologi produksi;
tempat produksi;
atau penambahan jenis kemasan.
c. kategori 11 : OT, OHT dan F dengan perubahan formu la atau komposisi
termasuk bahan tambahan yang tidak mengubah khasiat.

Pelaksanaan izin edar


Setelah izin edar turun, pendaftar wajib :
(1) membuat OT, OHT dan F atau mengimpor OT selambat-lambatnya 1 tahun
setelah izin edar dikeluarkan.

(2) menyerahkan kemasan siap edar kepada Kepala Badan POM selambatlambatnya 1 bulan sebelum OT, OHT & F dibuat atau OT diimpor.
(3) melaporkan informasi kegiatan pembuatan atau impor secara berkala setiap 6
bulan kepada Kepala Badan POM.
Larangan
OT, OHT dan F dilarang mengandung :
a. bahan kimia hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat;
b. narkotika atau psikotropika;
c. bahan yang dilarang
d. hewan atau tumbuhan yang dilindungi
Obat tradisional dilarang dalam bentuk sediaan :
a. intravaginal;
b. tetes mata;
c. parenteral;
d. supositoria, kecuali digunakan untuk wasir.
OT, OHT dan F dalam bentuk sediaan cairan obat dalam dilarang mengandung
etanol kadar lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang
pemakaiannya dengan pengenceran.
Sanksi
Pelanggaran dpt dikenai sanksi administratif berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penarikan dari peredaran termasuk penarikan iklan;
c. penghentian sementara kegiatan pembuatan, distribusi, penyimpanan,
pengangkutan dan penyerahan OT, OHT dan F dan impor OT;
d. pembekuan dan atau pencabutan izin edar .
Selain itu dapat dikenai sanksi pidana.
Tata Cara Penomoran Obat
Penomoran Obat Tradisional, Secara umum ada 11 digit penomoran untuk obat
tradisional, yaitu :

1.

Urutan 1,2. Penandaan jenis obat


TR
: obat tradisional lokal.
TI
: obat tradisional impor
TL
: obat tradisional lisensi
FF
: Fitofarmaka
QD/QL : Produk kuasi dalam/luar
Urutan 3,4. Menunjukan tahun mulai obat tersebut terdaftar
Urutan 5. Menunjukan bentuk perusahaan
a.
Menunjukan pabrik farmasi.
b.
Pabrik jamu (IOT)
c.
Perusahaan jamu (IKOT)
Urutan 6. Menunjukan bentuk sediaan
Angka 1 : Bentuk rajangan
Angka 2 : Bentuk Serbuk
Angka 3 : Bentuk
Angka 4 : bentuk pil, granulasi, boli, pastiles , jenang
Angka 5 : dodol, majun, tablet, kaplet
Angka 6 : cairan
Angka 7 : salep/krim
Angka 8 : plester dan koyo
Angka 9 : bentuk lain, dupa, ratus, mangir, permen
Urutan 7,8,9,10. Menunjukan nomer urut jenis produk yang didaftar
Urutan 11. Menunjukan jenis macam kemasan yang keberapa

2.
3.

4.

5.
6.

Contoh registrasi ;
TR 121520121
TR
12
1
5
2012
1

: obat tradisonal lokal


: tahun mulai produk terdaftar di balai POM (2012)
: Menunjukanbahwa obat dibuat oleh pabrik farmasi
: Jenis sediaan tablet
: Nomer urut jenis produk yang terdaftar
: menunjukan jenis kemasan yang utama

Penandaan sesuai undang-undang


Penandaan adalah tulisan-tulisan dan pernyataan-pernyataan pada
pembungkus etiket dan brosur yang diikutsertakan pada penyerahan atau penjualan
sesuatu obat, baik diberikan bersamaan dengan obat maupun diberikan sesuadah
atau sebelum penyerahan obat yang bersangkutan (Kepmenkes no.193/Kab/BVII/71)
A.

Penandaan khusus untuk obat bahan alam indonesia


1. Obat herbal terstandar sebagaimana dimaksud pada pasal 1 butir 8 harus
mencantumkan logo dan tulisan obat herbal terstandar
2. Logo berupa jari-jari daun (3 pasang) terletak didalam lingkaran dan
ditempatkan pada bagian atas sebelah kiri dari wadah pembungkus/brosur
3. Logo dicetak dengan warna hijau diatas dasar warna putij datu warna lain
yang kontras dengan warna logo.

4. Tulisan OBAT HERBAL TERSTANDAR dicetak dengan warna hitam di atas


warna dasar putih atau warna lainya yang mencolok atau kontras.
B.

Pada penandaan /etiket sekurang-kurangnya memuat


1. Nama obat tradisional
2. Ukuran kemasan (berat bersih/isi bersih)
3. Nomer pendaftaran, nama, dan alamat industri (sekurang-kurangnya nama
kota dan negara)
4. Komposisi (nama latin bahan baku)
5. Khasiat/kegunaan
6. Cara pemakaian
7. Peringatan dan kontra indikasi
8. Nomer kode produksi
9. Kadaluarsa

Hipertensi
Hipertensi (HTN) atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga
dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di
arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus bekerja lebih keras
dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Tekanan darah

melibatkan dua pengukuran, sistolik dan diastolik, tergantung apakah otot jantung
berkontraksi (sistole) atau berelaksasi di antara denyut (diastole). Tekanan darah
normal pada saat istirahat adalah dalam kisaran sistolik (bacaan atas) 100
140 mmHg dan diastolik (bacaan bawah) 6090 mmHg. Tekanan darah tinggi terjadi
bila terus-menerus berada pada 140/90 mmHg atau lebih.
Hipertensi terbagi menjadi hipertensi primer (esensial) atau hipertensi
sekunder. Sekitar 9095% kasus tergolong "hipertensi primer", yang berarti tekanan
darah tinggi tanpa penyebab medis yang jelas. Kondisi lain yang mempengaruhi
ginjal, arteri, jantung, atau sistem endokrin menyebabkan 5-10% kasus lainnya
(hipertensi sekunder).
Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke, infark miokard (serangan
jantung), gagal jantung, aneurisma arteri (misalnya aneurisma aorta), penyakit
arteri perifer, dan penyebab penyakit ginjal kronik. Bahkan peningkatan sedang
tekanan darah arteri terkait dengan harapan hidup yang lebih pendek. Perubahan
pola makan dan gaya hidup dapat memperbaiki kontrol tekanan darah dan
mengurangi resiko terkait komplikasi kesehatan. Meskipun demikian, obat seringkali
diperlukan pada sebagian orang bila perubahan gaya hidup saja terbukti tidak
efektif atau tidak cukup.

Pengobatan Farmakologis
Pengobatan secara farmakologis adalah dengan memberikan beberapa
macam obat kepada penderita, antara lain sebagai berikut :

a. Diuretik
Menurunkan tekanan darah dengan memusatkan kerja pada ginjal. Diuretik
menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah melalui urin. Hal
ini akan mengurangi volume cairan dalam sirkulasi dan kemudian menurunkan
tekanan darah (Palmer, 2005). Contoh golongan obat ini adalah chlortalidone
(hygroton), quinethazone (hydromox), chlorotiazide (diuril), hydrochlorotiazide
(esidrix, hydrodiuril), furosemide (lasix), spironolactone (aldactone), triamterene
(dyrenium), (Smeltzer, 2002).
b. Apha Bloker
Menurunkan tekanan darah dengan memblokade reseptor pada otot yang
melapisi pembuluh darah. Jika reseptor tersebut diblokade, pembuluh darah akan
melebar (berdilatasi) sehingga darah mengalir dengan lebih lancer dan tekanan
darah menurun (Palmer, 2005). Contoh golongan obat ini adalah doxazosin
(cardura), terazosin (hytrin) (Palmer, 2005).

c. Beta Bloker
Cara kerja obat ini adalah menurunkan tekanan darah dengan
memperlambat denyut nadi dan mengurangi kekuatan kontraksi jantung. Dengan
demikian, tekanan yang disebabkan oleh pompa jantung juga berkurang. Beta
bloker juga memperlebar (mendilatasi) pembuluh darah dengan mempengaruhi
produksi hormon renin yang mengurangi resistensi sistemik, sehingga jantung
dapat bekerja lebih ringan. Contoh golongan obat ini adalah atenolol (tenormin),
bisoprolol (concor, emcor) (Palmer, 2005).
d. Antagonis Kalsium
Cara kerjanya adalah menurunkan tekanan darah dengan memblokade
masuknya kalsium ke dalam sel. Jika kalsium memasuki sel otot, maka otot akan
berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi otot yang melingkari pembuluh darah,
pembuluh akan melebar sehingga darah mengalir dengan lancar dan tekanan darah
menurun. Efek kerja antagonis kalsium ini sama dengan mekanisme kerja seledri
dalam menurunkan tekanan darah yang disebabkan oleh senyawa aktif apigenin
yang terkandung di dalam seledri (Hartati, 2007). Contoh obatnya adalah
amlodipine (tensivask, istin), felodipine (plendil), dilitiazem hydrochloride
(cardizem), nifedipine (procardea), verapamil (calan, isoptin) (Smeltzer, 2002).
e. Penghambat enzim Konversi Angiotensin
Cara kerjanya adalah menurunkan tekanan darah dengan memblokade
produksi hormon angoitensin II yang menyebabkan konstriksi pembuluh darah.
Dengan demikian, obat golongan ini dapat memperlebar pembuluh darah dan
mengurangi tekanan darah. Contoh obatnya adalah captopril (capoten), ramipril
(triatec), perindopril (coversyl) (Palmer, 2005).
f. Penghambat reseptor Angiotensin II
Bekerja dengan cara yang sama seperti inhibitor ACE yang memblokade efek
konstriksi dari angiotensin II. Berbeda dengan inhibitor ACE yang memblokade
produksi angiotesin II, angiotensin receptor bloker bekerja dengan memblokade
pengikatan angiotensin ke reseptor spesifiknya, bukannya mengurangi produksi
angiotensin. Oleh karena angiotensin tidak dapat mengkonstriksi pembuluh darah
maka pebuluh akan melebar (berdilatasi) dan tekanan dalam sistem sirkulasi
berkurang (Palmer, 2005). Contoh golongan obat ini adalah losartan (cozaar),
irbesartan (aprovel) (Palmer, 2005).
g. Vasodilator
Cara kerja obat ini adalah menurunkan tekanan darah perifer dengan
merelaksasi otot polos pembuluh darah sehingga tejadi penurunan tekanan
vaskular. Contoh obat yang termasuk ke dalam golongan obat ini adalah
hydralazine hydrochloride (apresoline), minoxidil, natrium nitroprusside (nipride,
nitropress), nitroglycerin, dan diazoxide (hyperstat) (Smeltzer, 2002).

TENSIGARD

Tensigard merupakan produk fitofarmaka yang terdiri atas 2 konstituen bahan


alam
yaitu,
seledri
(Apiumgraveolens)
dan
kumis
kucing
(Orthosiphonstamineus).Obat yang diproduksioleh PT. Phapros ini telah diuji secara
klinik dan dapat diresepkan oleh dokter untuk mengobati hipertensi. Informasi
mengenai Tensigard adalah sebagai berikut.
Komposisi tiap kapsul berisi:
- Ekstrak Apii herba 92mg
- Ekstrak Orthosiphon folium 28mg
Indikasi

: Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap bahan yang dikandung dalam


Tensigard
Dosis

: Dosis terapi: 3 x sehari 1 kapsul.


Dosis pemeliharaan: 2 x sehari 1 kapsul

Efek Samping: Sakit kepala, nausea


Kemasan: Doos isi 3 blister @ 10 kapsul
Tanaman Asal
1. Seledri (Apium graveolens L.)
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan:
Divisi:

Plantae
Magnoliophyta

Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:

Magnoliopsida
Apiales
Apiaceae
Apium
A. graveolens

Seledri dikenal di Indonesia sebagai sayuran daun yang digunakan


sebagai bumbu masakan. Daun, tangkai daun, dan umbi sebagai campuran
sup atau daunnya dipotong kecil-kecildan ditaburkan pada bakso atau soto.
Seledri merupakan terna kecil, kurang dari 1m tingginya. Daun tersusun
gemuk dengan tangkai pendek. Aromanya yang khas berasal dari sejumlah
komponen mudah menguap dari minyak atsiri.
2. Kumis Kucing (Orthosiphon aristatus)
Klasifikasi Ilmiah:
Kerajaan:
Divisi:
Upadivisi:
(tidak termasuk)
Kelas:
(tidak termasuk)
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:

Plantae
Spermatophyta
Angiospermae
Eudicots
Dicotyledon
Asterids
Lamiales
Lamiaceae
Orthosiphon
O. aristatus

Kumis kucing merupakan tanaman semak yang mempunyai batang


tegak dengan tinggi mencapai 1,5 meter. Tanaman ini memiliki daun
berbentuk telur taji dengan tepi bergerigi kasar Bunganya mengeluarkan
benang sari dan putik berwarna putih atau ungu. Benang sarinya berukuran
lebih panjang daripada tabung bunganya dan bisa melebihi bibir bunga.
Tanaman ini merupakan salah satu tanaman obat asli Indonesia yang
mempunyai manfaat yang cukup banyak.
Zat Aktif dalam Tensigard
Seledri diketahui mengandung senyawa aktif yang dapat menurunkan
tekanan darah yaitu apigenin (yang berfungsi sebagai calcium antagonist) dan
manitol yang berfungsi seperti diuretik. Sedangkan kumis-kucing terbukti dapat
menurunkan tekanan darah pada manusia. Efek diuretik dan beta-blocker dari
kumis kucing bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah tinggi.
Mekanisme kerja

1. Seledri
Seledri memiliki efek yang baik untuk menurunkan tekanan darah
(hipotensi) pada penderita tekanan darah tinggi (hipertensi). Hipertensi
yang dapat diobati adalah hipertensi esensial, hipertensi karena
kehamilan, dan hipertensi klimakterik. Tekanan darah umumnya mulai
turun sehari setelah pengobatan yang diikuti dengan membaiknya
subjektif seperti tidur terasa nyaman, dan jumlah urin yang dikeluarkan
meningkat (Mursito, 2002).
Zat Aktif:
a. Flavonoid

Menurut Heldt (1997) flavonoid umumnya secara alami


terbentuk dibawah pengaruh biflavonoid (vitamin D) yang selalu
ada dalam tanaman dan memiliki efek yang bermanfaat
terhadap lebih dari 50 penyakit (Zamri, 2008). Flavonoid
tertentu juga mempengaruhi rasa makanan secara signifikan
(Heinrich, 2009). Contoh tanaman yang mengandung flavonoid
antara lain seledri, lada (hanya luteolin), dan peterseli (hanya
apigenin) (Lee, 2000).
b. Apigenin

Senyawa apigenin memiliki kemampuan antara lain sebagai


zat antiradang, antibakteri, untuk mengatasi permasalahan
lambung (Cadenas & Packer, 2002). Selain itu, apigenin juga
bermanfaat sebagai hipotensif (Dalimartha, 2008).
Apigenin yang terkandung dalam seledri bersifat vasorelaksator
atau vasodilator (melebarkan pembuluh darah) dengan mekanisme
penghambatan kontraksi yang disebabkan oleh pelepasan kalsium
(mekanisme kerja seperti kalsium antagonis). Antagonis kalsium
bekerja dengan menurunkan tekanan darah dengan memblokade
masuknya kalsium ke dalam darah. Jika kalsium memasuki sel otot,

maka akan berkontraksi. Dengan menghambat kontraksi otot yang


melingkari pembuluh darah, pembuluh darah akan melebar
sehingga darah mengalir dengan lancar dan tekanan darah akan
menurun (Palmer, 2005). Pernyataan ini diperkuat oleh Hartati
(2007) bahwa seledri memiliki efek seperti kalsium antagonis
disamping efek diuretik. Seledri mengandung senyawa aktif
apigenin yang berfungsi sebagai kalsium antagonis yang dapat
menurunkan hipertensi dan manitol yang berfungsi sebagai
diuretik.

2. Kumis Kucing
Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia. Beberapa
kandungan kimia yang sudah diketahui, diantaranya Orthosiphon
glikosida, zat samak, minyak atsiri, minyak lemak, saponin, sapofonin,
garam kalium dan myoinositol. Dalam kumis kucing juga ditemukan
methylripariochromenep (MRC), yang mempunyai efek mirip dengan
beta blocker yang berpengaruh terhadap tekanan darah dan serangan
jantung. Tanaman ini juga membantu pembuangan racun dari dalam
tubuh, tanpa gejala dehidrasi serta memperlancar fungsi ginjal. Efek
farmakologis lainnya dari tumbuhan ini adalah anti inflamasi (anti
radang), sehingga zat-zat tersebut sangat efektif untuk mengendalikan
Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi.

Uji Klinis Tensigard


Sebagai Obat Tradisional dengan label Fitofarmaka, Tensigard sudah melalui
Uji Klinik. Uji klinik dilakukan dengan rancangan Ramdomized Triple Blind Control
Study dengan lama 12 minggu. Uji tersebut meliputi 282 pasien pria dan wanita
berusia 25-75 tahun yang menderita hipertensi tingkat I dan II, dengan pembanding
amlodipin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian fitofarmaka Tensigard 3
kali 1 kapsul (250 mg) per hari selama 12 minggu mampu menurunkan tekanan
darah sistolik maupun diastolik setara dengan farmakologik Amlodipin 1 kali 5 mg
perhari.
Efek toksikologi pada ginjal dan hati tidak ditemukan secara bermakna.
Pemberian Tensigard juga tidak mempengaruhi kadar elektrolit plasma, kadar lipid
plasma maupun kadar gula darah. Sementara itu efek samping yang dicatat dalam
uji klinis ini menunjukkan pemberian Tensigard berupa sakit kepala, nausea yang
sama atau tidak berbeda bermakna dengan apa yang terjadi di kelompok
farmakologi Amlodipin. Tidak ditemukan udem tibia maupun takikardi ataupun
bradikardi di dua kelompok. Tercatat ada satu kasus TIA (Temporary Ischemic
Attack) pada kelompok Amlodipin dan satu kasus Angina tak stabil yang teratasi
dengan pengobatan nitrat pada kelompok Tensigard. Pada hasil uji klinik ini juga
tidak ditemukan perbedaan yag bermakna pada parameter fungsi hati maupun
ginjal.

Analisis:
Penandaan Tensigard
Tensigard sudah memenuhi persyaratan penandaan khusus obat tradisional
dengan mencantumkan Logo Fitofarmaka di bagian kiri atas kemasan. Dan pada
etiket memuat:
1. Nama Obat Tradisional/ Merk : Tensigard
2. Ukuran kemasan (berat bersih/isi bersih) : Doos isi 3 blister @ 10 kapsul
3. Nomer pendaftaran, nama, dan alamat industri (sekurang-kurangnya
nama kota dan negara) : FF031300041, Phapros, Semarang
4. Komposisi (nama latin bahan baku) : Ekstrak Apii herba dan Ekstrak
Orthosiphon folium
5. Khasiat/kegunaan : Menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik
6. Cara pemakaian : Dosis terapi: 3 x sehari 1 kapsul. Dosis pemeliharaan: 2
x sehari 1 kapsul
7. Peringatan dan kontra indikasi: Hipersensitif terhadap bahan yang
dikandung dalam Tensigard, Sakit kepala, nausea
8. Nomer kode produksi : FF031300041 Tanggal: 12-03-2009
9. Kadaluarsa
Keterangan: Waktu Registrasi Tensigard sudah memasuki batas waktu,
sehingga tensigard harus didaftarkan kembali.
Kode Registrasi
FF031300041
FF: Fitofarmaka
03: Mulai terdaftar tahun 2003
1 : Perusahaan yang mendaftarkan Industri Farmasi
3 : Bentuk sediaan
0004 : Nomer urut jenis produk yang di daftar
1

: Menunjukan jenis macam kemasan yang keberapa

KESIMPULAN
Hipertensi (HTN) atau tekanan darah tinggi, kadang-kadang disebut juga
dengan hipertensi arteri, adalah kondisi medis kronis dengan tekanan darah di
arteri meningkat. Hipertensi dapat diturunkan dengan meminum obat dan menjaga
pola hidup sehat. Salah satu obat yang dapat menurunkan tekanan darah adalah
Tensigard. Merupakan obat tradisional golongan Fitofarmaka yang sudah teruji klinis
dan sudah memenuhi persyaratan dari BPOM RI.

Daftar Pustaka
Anonim,2014, Kumis Kucing, http://id.wikipedia.org/wiki/Kumis_kucing , Diakses pada 4 Juni
2014 Jam 12.03
Anonim,-, PERSYARATAN ADMINISTRASI PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL,
http://www.pom.go.id/ppid/reg/Reg_OT_3.htm , Diakses pada 4 Juni 2014 Jam 12.00
Anonim,-, PERSYARATAN TEKNIS PENDAFTARAN OBAT TRADISIONAL,
http://www.pom.go.id/ppid/reg/Reg_OT_2.htm , Diakses pada 4 Juni 2014 Jam 12.00
Anonim,-, PT. Phapros, http://www.bpomherbal.com/9926/26/18/pt-phapros.htm , Diakses
pada 4 Juni 2014 Jam 12. 07
Anonim, 2013, Seledri, http://id.wikipedia.org/wiki/Seledri , Diakses pada 4 Juni 2014 Jam
12.03
Anonim, 2014, Tekanan Darah Tinggi, http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi ,
Diakses pada 4 Juni 2014 Jam 12.03
Anonim, 2013, Tensigard, http://sekilastentangobat.wordpress.com/2013/04/25/tensigard/ ,
Diakses pada 4 Juni 2014 Jam 12.05
Nurfaisyah, 2012, Jamu, Obat Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka,
http://nurfaisyah.web.id/jamu-obat-herbal-terstandar-fitofarmaka.html , Diakses pada 4
Juni 2014 Jam: 12.00
Susilo, Panji, 2013, Obati Hipertensi Dengan Kumis Kucing,
http://www.obathip.com/2013/01/obati-hipertensi-dengan-kumis-kucing.html , Diakses
pada 4 Juni 2014 Jam 12.10
Wany, Fazar Az Zahara, 2013, Efektifitas Seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi
Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi di Kelurahan Naga Jaya I Kecamatan Bandar Huluan

Kabupaten Simalungun, http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/39108 , Diakses


Pada 4 Juni 2014 Jam 12.10

Anda mungkin juga menyukai