Anda di halaman 1dari 9

Rencana Keperawatan pada Anak dengan Kekerasan Seksual Sesuai dengan Kasus

Oleh Ashri Nafilah, 1206278706


Diagnosa Keperawatan untuk Kekerasan Seksual Pada Anak
-

Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi


Nyeri berhubungan dengan trauma
Ansietas
Isolasi Sosial
Risiko Trauma

Kasus
Seorang gadis (F) berusia 11 tahun, duduk di kelas 5 SD swasta di daerah pinggiran Jakarta. F tergolong anak yang periang dan suka
bergaul. Namun, satu bulan terakhir anak F sering panas dan tampak lebih senang sendiri. Ibunda Ananda merasa khawatir akan
kesehatan anaknya, kemudian membawa ananda F berobat ke rumah sakit terdekat, sebabkondisi ananda F semakin parah. Ananda F
mengalami demam tinggi dan kejang. Betapa terkejutnya bahwa dari hasil pemeriksaan fisik dan forensic diketahui bahwa ananda F
mengalami jejas pada area anus dan kemaluan.
Data Umum:
-

Nama : F
Umur : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Data Objektif:
-

Demam tinggi dan kejang


Jejas pada area anus dan kemaluan

Data Subjektif:
-

Tampak lebih senang sendiri

Diagnosa Keperawatan Sesuai dengan Kasus


1. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi pada jejas.
Diagnosa ini diambil berdasarkan data objektif bahwa anak mengalami demam tinggi dan kejang.
2. Nyeri berhubungan dengan jejas pada anus dan kemaluan.
Diagnosa ini diambil dari data objektif ditemukannya jejas pada anus dan kemaluan.
3. Sindrom trauma perkosaan: reaksi diam
Diagnosa ini diambil dari data subjektif bahwa anak tampak lebih senang sendiri, dapat disimpulkan anak tidak
mengungkapkan secara verbal kejadian perkosaan.
4. Isolasi sosial berhubungan dengan tidak dapat diterima dalam masyarakat atau perilaku/nilai-nilai seksual.
Diagnosa ini diambil dari data subjektif bahwa anak tampak lebih senang sendiri

Diagnosis
Hipertermia
berhubungan
dengan trauma

Definisi

Tujuan/Kriteria Evaluasi

Peningkatan suhu tubuh di 1. Mendemonstrasikan


atas

rentang

(NANDA
Wilkinson, 2011)

suhu

normal

dalam batas normal,bebas dari

dalam

kedinginan.
2. TIdak mengalami komplikasi
yang berhubungan
3. Tanda vital lain
denyutnadi,
pernapasan,

seperti
frekuensi

serta

tekanan

Tindakan Keperawatan
Intervensi
Rasional
Mandiri :
1. Suhu 38,9-41,1
1. Pantau suhu anak (derajat
menunjukkan proses
dan
pola);
perhatikan
penyakit infeksius akut.
menggigil/diaphoresis.
Menggigil sering
2. Pantau suhu lingkungan,
mendahului puncak suhu.
batasi/tambahkan
linen
tempat tidur, sesuai indikasi. 2. Suhu
3. Berikan kompres mandi

ruangan/

jumlah

darah dalam rentang normal.

hangat; hindari penggunaan

selimut harus diubah untuk

alcohol.

mempertahankan

suhu

mendekati normal.
3. Dapat membantu
mengurangi demam.
Penggunaan air es dan
alcohol mungkin
menyebabkan kedinginan
dan peningkatan suhu
secara actual/ Selain itu,
alcohol membuat kulit

Kolaborasi

kering.

1. Berikan antipiretik
2. Berikan selimut pendingin
1.
2.

1.

Mengur
angi demam dengan aksi

2.

sentral pada hipotalamus.


Mengur
angi demam umumnya
lebih dari 39,5-40 pada
waktu terjadu
kerusakan/gangguan pada

otak.
Nyeri
berhubungan
dengan jejas
pada anus dan
kemaluan.

Keadaan dimana individu


mengalami sensasi yang

Hasil menurut Delmars:


1.

ak menyatakan penurunan

tidak menyenangkan dalam

tingkat nyeri (menggunakan

berespons terhadap suatu

skala nyeri yang tepat sesuai

rangsangan yang berbahaya


(NANDA
Wilkinson, 2011)

dalam

1. Menilai keparahan nyeri, 1. Memberikan informasi


An

usia).
2.

Pe
nampilan anak santai dan
tidak

menangis,

meringis,

merintih.
Hasil menurut NOC dalam
Delmars:
1. Kontrol Nyeri

kecemasan menerima obat

sebagai dasar untuk

penghilang rasa sakit, dan

administrasi analgesik

mekanisme koping yang

ansietas. Skala nyeri

berhubungan dengan rasa

berbasis perkembangan

sakit, kemampuan untuk

memberikan penilaian

beristirahat

yang akurat dari

dan

(sebutkan

tidur

frekuensi

ketidaknyamanan

dan

gunakan skala nyeri anak).


2. Ajarkan anak dan orang tua
dari rute pengobatan dan
efek yang diharapkan obat;
rasa sakit yang akan dinilai
terus menerus dan obatobatan disesuaikan sesuai
kebutuhan

ketidaknyamanan anak.

2. Memberikan jaminan
bahwa nyeri akan
dikontrol terus menerus,
apakah anak mampu
mengekspresikan rasa
sakit.

untuk

mengontrol rasa sakit.


3. Memberikan
perubahan
posisi
gunakan

yang

ditoleransi,

bantal

untuk 3. Mengurangi rasa nyeri

mendukung posisi, gerakan

dengan tindakan

perlahan-lahan
lembut,

dengan
memberikan

pijatan punggung.
4. Memberikan mainan yang
familiar bagi anak untuk
menemaninya.
5. Mendukung
mekanisme

nonfarmakologis.
4. Mengurangi rasa takut dan
mendukung kenyamanan
anak.
5. Meningkatkan
kenyamanan anak,
mendukung kemampuan

koping anak dan keluarga

mengatasi, dan termasuk

dan

orang tua dan anak dalam

analgesik

menyesuaikan
sesuai

dengan

masukan dari anak, orang


tua, dan dokter.
6. Remang-remang

lampu,

pengambilan keputusan
tentang perawatan.
6. Menyediakan lingkungan
yang bebas dari

menghindari

kebisingan,

rangsangan yang

menjaga

kebersihan,

meningkatkan kecemasan

tempat tidur nyaman, baju

dan rasa sakit.

longgar, kurangi tindakan


keperawatan

yang

mengganggu

untuk

meningkatkan
kenyamanan.
7. Menyediakan

strategi

nonfarmakologi
manajemen nyeri: mandi;

7. Mengurangi persepsi nyeri


dan dapat menumbuhkan

terapi pijat ke daerah yang


menyakitkan;

teknik

distraksi

musik,

(yaitu,

rasa kontrol.

aroma, humor, membaca, 8. Mengurangi kecemasan


menulis jurnal, karya seni,

dengan mengakui

hewan

kecemasan akan rasa sakit

peliharaan,

doa,

hipnosis, teknik relaksasi.


8. Diskusikan dengan anak
dan orang tua bahwa akan
baik-baik

saja

untuk

dan mendorong untuk


melampiaskan perasaan
dan kekhawatiran tentang
metode pengobatan.

mengekspresikan rasa takut


dan perasaan tentang rasa

Sindrom Trauma Penetrasi seksual dengan


Hasil menurut NOC dalam
Perkosaan:
pemaksaan dan tindak
Wilkinson (2011)
Reaksi Diam
1. Perlindungan terhadap diri
kekerasan yang berlawanan
sendiri atau orang lain,
dengan keinginan dan
tergantung dari penganiayaan.
persetujuan
korban.
2. Pulihnya luka psikologis
(NANDA
dalam
akibat penaniayaan.

sakit dan kontrol.


9. Mengurangi
kecemasan
9. Ajarkan orang tua dan anak
dan stres yang disebabkan
tentang perawatan paliatif
oleh antisipasi intervensi
dan
perawatan
akan
yang menyakitkan.
diberikan.
Mandiri
2. Anak yang telah diperkosa
1.
Smith
(1987)
secara
seksual
takut
menghubungkan
terhadap
kehidupannya
pentingnya
dan harus diyakinkan
mengkomunikasikan empat
kembali keamanannya. Ia
ucapan berikut ini pada
mungkin juga sangat ragukorban perkosaan (saya

Wilkinson, 2011)

3. Pulihnya

luka,

fisik,

psikologis
penganiayaan.
4. Pengendalian diri
ansietas

dan
akibat

terhadap

prihatin

hal

ini

terjadi

ragu dengan dirinya dan

padamu, anda aman disini,

menyalahkan diri sendiri

saya senang anda hidup,

dan

anda tidak bersalah. Anda

pernyataan

adalah korban. Ini bukan

membangkitkan

kesalahan anda.
1. Diskusikan dengan

ini
rasa

percaya secara bertahap


anak

siapa yang dapat dihubung


untuk

pernyataan-

dan

memvalidasi

harga

diri anak.

memberikan

bantuan. 3. Karena ansietas berat dan


rasa takut, anak mungkin
Berikan informasi tentang
membutuhkan
bantuan
rujukan setelah perawatan
dukungan

atau

dari orang lain selama


periode

segera

pasca-

krisis. Berikan informasi


rujukan

tertulis

referensi

selanjutnya

(misalnya

psikoterapi,

klinik

kesehatan

kelompok
masyarakat)
Kolaborasi
1. Dalam berkolaburasi dengan

untuk

jiwa,

pembela

tim medis, pastikan bahwa


semua cedera fisik, fraktur,
luka

bakar

mendapatkan

perhatian segera, mengambil


foto jika anak mengijinkan
merupakan ide yang baik

3.

K
eamanan anak merupakan
prioritas keperawatan. Foto
dapat digunakan sebagai
bukti

jika

tuntutan

dilakukan
Isolasi
Sosial
berhubungan
dengan persepsi
tentang
tidak
dapat
diterima
dalam
masyarakat atau
perilaku/nilainilai seksual

Kesendirian yang dialami


oleh individu dan dianggap
disebabkan oleh orang lain
dan sebagai situasi yang
negative dan mengancam
(NANDA
Wilkinson, 2011).

dalam

Menurut Doenges (1999)


1. Menunjukkan pemningkatan
perasaan harga diri
2. Berpartisipasi dalam aktivitas
sesuai tingkat
kemampuannya.

Mandiri
1. Beri
waktu

2. pasien
untuk

berbicara dengan anak,

mungkin

mengalami

isolasi

dukungan

fisik.
3. Mengurangi perasaan

verbal,

perlakukaan

anak akan isolasi fisik,

dengan

penuh

sehingga percaya diri

dan

dapat meningkat.
4. Jika pasien mendapat

memberi

penghargaan

menghormati perasaan
anak.
2. Hindari

bantuan
penggunaan

terdekat,

dari

orang

perasaan

masker, baju, sarung

kesepian dan ditolak

tangan

akan berkurang.

jika

memungkinkan.
3. Identifikasi hubungan
dengan keluarga
Kolaborasi

1. Rujuk

padasumber

1. Adanya

system

sumber

seperti

pendukung mengurasi

pelayanan

social,

rasa terisolasi.

konselor, organisasi, dll

Referensi
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3.
Jakarta:EGC
Wilknson M. Judith & Ahern. R. Nancy. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Ed.9. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai