Kelompok A-2
SEDIAAN KAPSUL DARI BUAH CABE JAWA (Piperis Retrofracti Fructus)
Puspita Arum W
112210101025
Ni Putu Pertiwi
112210101029
112210101031
112210101033
Prenagia Aldina
112210101041
Dio Alfinda
112210101051
Fatimatuz Zuhro
112210101053
Aslyni P S Barus
112210101057
Yun Earning K.
112210101059
112210101069
Nuraini Agustin
112210101077
112210101079
BAB I. PENDAHULUAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan kapsul terstandar dengan
menggunakan buah cabe jawa (Piperis Retrofractum Fructus). Cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl.) merupakan tanaman obat yang berpotensi sebagai bahan baku obat.
Cabe jawa telah diketahui memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai analgesik,
diaforetik, karminatif, stimulan, afrodisiak, antiinflamasi,antipiretik, selain sebagai
antioksidan. Cabe jawa ini di dalamnya terdapat bahan aktif minyak atsiri yang memiliki
kandungan utama terpenoid sebagai antioksidan. Terpenoid adalah suatu antioksidan yang
berdasarkan penelitian mampu menunda, memperlambat dan mencegah proses oksidasi
lipid. Buah cabe jawa mengandung zat pedas piperine, chavicine, palmitic acids,
tetrahydropiperic acids, 1-undecylenyl-3,4-methylenedioxy benzene, piperidin, rninyak
asiri, isobutyideka-trans-2-trans-4-dienamide, dan sesamin. Piperine mempunyai daya
antipiretik, analgesik, antiinflamasi, dan menekan susunan saraf pusat. Bagian akar
mengandung piperine, piplartine, dan piperlonguniinine.
Cabe jawa secara empiris telah digunakan sebagai obat tradisional dalam ramuanramuan jamu di Indonesia, misalnya di Jawa, Bali dan Melayu, buah cabe jawa digunakan
untuk penyembuh kejang perut, masuk angin, demam, obat sakit kuning, rematik (obat
luar) dan sesudah melahirkan (obat luar) (Heyne,1987; Soedibyo,1998).
Cabe jawa
sebagai obat yang dapat menurunkan demam mengandung senyawa kimia piperin yang
mempunyai daya antipiretik dan analgetik. Efek tersebut disebabkan karena daya hambat
piperin terhadap prostaglandin. Sedangkan rasa nyeri ditimbulkan karena sensitisasi
reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi yang disebabkan oleh
prostaglandin. Peningkatan suhu badan (demam) disebabkan karena pelepasan zat pirogen
endogen atau sitokin seperti interleukin-1 (IL -1) yang memacu pelepasan prostaglandin
yang berlebihan di daerah preoptik hipotalamus (Wilmana, 2002). Penelitian terhadap efek
farmakologi cabe jawa yaitu efek analgetik dan antipiretik pada hewan percobaan telah
dilakukan (Saroni dkk, 1992).
Dalam praktikum fitofarmasi kali ini, dibuat kapsul dari buah cabe jawa. Buah cabe
jawa dibuat kapsul karena untuk menutupi rasa dari cabe jawa yang pedas dan mempunyai
bau yang tajam aromatis. Bentuk sediaan kapsul mudah ditelan dibanding tablet, serta
bentuk tablet cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi.
Kingdom
: Plantae
Subkingdom
: Tracheobiota
Superdivisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Piperales
Famili
: Piperaceae
Spesies
Berdasarkan penelitian secara fitokimia buah cabe jawa atau Piper retrofractum
mengandung asam amino bebas, minyak atsiri (terpenoid), n- oktanol, linalool, terpinil
asetat, sitronelil asetat, sitral, saponin, polifenol, kavisin, beberapa jenis alkaloid seperti
piperidin, piperoctadecalidine, piperin, piperatin, piperlongumine, sylvatin, filfiline,
sitosterol,
pipernonaline,
guineensine,
metil
piperat,
N-isobutyl-2E,4E,8Z-eico-
Rf
0,06
0,11
0,16
0,26
0,32
0,49
0,63
Warna
Coklat
Coklat
Coklat Kebiruan
Ungu
Ungu
Ungu
Ungu
(Djumidi dan Johny, 1992)
(50%),
kloroform,
metanol, etanol (95%), eter, dilakukan dengan kondisi analsisis sebagai berikut:
Fase Diam
Fase Gerak
Penampak Noda
Hasilnya menunjukkan hasil yang sama, masing-masing 7 bercak, dengan warna dan
Rf
cabe
jawa
berikut.
Fase diam
fase gerak
Penampak Bercak
Kapsul buah cabe jawa telah digunakan dalam jamu yang ada di pasaran, salah
satunya adalah kapsul herbal cabe jawa yang berisi piperis retrofracti fructus extractumisi.
Selain kapsul, cabe jawa bisa dibuat krim contohnya pada sediaan krim ekstrak etanol cabe
jawa menggunakan basis krim tipe O/W. Ekstrak etanol cabe jawa dibuat menggunakan
basis asam stearat, cera alba, vaselin alba, TEA, propilen glikol dengan variasi kadar asam
stearat dan cera alba 75:25, 50:50, 25:75 (Gredivo, 2012). Ekstrak Cabe jawa juga bisa
dibuat gel dengan metode sokhletasi dengan kombinasi Carbopol dan HPMC 2:1; 1:1; 1:2
(Alan, 2012)
Selain itu, buah cabe jawa juga dapat diformulasi dalam bentuk tablet dengan formula
sebagai berikut.
b. Sudut diam
Cara ini juga merupakan uji untuk menentukan sifat alir masa. Uji ini dilakukan
dengan menggunakan corong. Ke dalam corong alir diisikan granul kering, ratakan
permukaannya. Buka penutup corong hingga granul mengalir bebas. Ukur tinggi dan
diameter tumpukan granul yang terbentuk. Di hitung sudut diam granul.
Selain massa serbuk kapsul, sediaan kapsul pun harus dievaluasi. Evaluasi untuk
sediaan jadi kapsul meliputi :
a. Keseragaman Bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan penimbangan 20 kapsul sekaligus dan
ditimbang lagi satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang seluruh cangkang kosong
dari 20 kapsul tersebut. Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul.
Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh
melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari
yang ditetapkan pada kolom B (Depkes RI, 1979).
Persyaratan :
Bobot
rata-rata
isi
kapsul
120 mg atau lebih
Lebih dari 120 mg
20%
15%
b. Disolusi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa banyak persentasi zat aktif dalam
obat yang terabsorpsi dan masuk ke dalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi.
Persyaratan dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 85% (Q) dari jumlah yang
tertera pada etiket (Depkes RI, 1979).
c.
Kadar
Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan bahwa kandungan zat berkhasiat
yang terdapat dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai dengan yang tertera pada
etiket. Metode penetapan kadar yang digunakan sesuai dengan zat aktif yang terkandung
dalam sediaan kapsul. Caranya ditimbang 10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan aktif
yang larut diekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai menurut prosedur yang sudah
ditetapkan. Secara umum rentang kadar bahan aktif yang ditentukan berada diantara 90110% dari pernyataan pada label (Agoes, 2008).
d. Waktu hancur
Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera
dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa kapsul digunakan
untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangka waktu tertentu atau
melepaskan obat dalam dua periode yang berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas
diantara periode pelepasan tersebut.
Alat : disintegration tester
Cara: di masukkan satu kapsul ke dalam masing-masing tabung pada keranjang, lalu
dimasukkan satu cakram pada tiap tabung. Alat dijalankan. Sebagai media digunakan air
dengan suhu 371 C. pada akhir batas waktu dinyatakan sebagai waktu hancur kapsul.
Kapsul dinyatakan hancur jika tidak ada lagi kapsul yang tertinggal pada kawat kasa.
Pengujian dilakukan dengan 6 kapsul, dimana selama 15 menit seluruh kapsul telah hancur
dan melewati kasa pada tabung ( Dirjen POM, 1976).
e. Uji higroskopisitas (Augsburger, 2000)
Suatu sediaan dikatakan stabil secara fisik apabila tidak menunjukkan perubahanperubahan sifat fisik selama masa penyimpanan. Salah satu sifat fisik yang perlu diamati
adalah sifat higroskopisitas dari senyawa.
Uji higroskopisitas merupakan cara untuk menguji kemampuan bahan obat untuk
menyerap uap dari udara setelah dibiarkan dalam satu kondisi dan satuan waktu yang
diamati.
Sejumlah kapsul ditempatkan perlakuan pengaturan kelembapan tertentu dan pada
temperature kamar. Masing-masing perlakuan diamati setiap hari dalam seminggu dan tiap
minggu selama satu bulan. Pengamatan dilakukan terhadap bobot kapsul, bentuk kapsul,
dan isi kapsul.
Serbuk simplisia
Pengeringan Ekstrak
Ekstrak pekat
Aduk rata dengan batang
pengaduk selama 3-5 menit
Ekstrak pekat ( 75% dari rendemen)
Tambahkan sorban (Aerosil
sebanyak 1-2% bobot ekstrak)
Ekstrak kering
2. Pembuatan kapsul
Ekstrak piperin
menimbang (mengandung 150 mg
piperin)
Avicel
0
menimbang 1,60 g
Cab-o-sil
menimbang 2,44 g
Masukkan mortir, (sisihkan
(1) )
menggerus ad homogen
Menambahkan ekstrak (1)
menggerus ad kering
Campuran ekstrak
Menimbang 25 mg
vortex
pembanding di tengah.
Fase gerak: diklorometana : etilasetat (30:10)
Fase diam : Silika gel 60 F254
Deteksi : mengamati pada UV 254 nm
Warna noda : gelap (meredam sinar UV). Rf piperin 0,70
Perhitungan : kadar piperin dalam ekstrak kering dihitung dari kurva baku
Data
B. Keseragaman Bobot
Menimbang 20 Kapsul sekaligus
Timbang lagi satu persatu
Keluarkan isi semua kapsul
Menimbang seluruh bagian cangkang
kapsul
Menghitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul
Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh
melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari
yang ditetapkan pada kolom B.
Persyaratan :
Bobot rata-rata
< 120 mg
10
20
7,5
15
C. Waktu hancur
Memasukkan satu kapsul pada masing-masing tabung
8,86 %
Avicel
20%
Pati beras
ad
600 mg
Evaluasi kapsul:
1. Orgonoleptis
Warna : putih, kekuningan
Rasa : pahit
Bau : jamu
2. Uji keseragaman bobot
Bobot 20 kapsul sekaligus = 11,1354 gram
Bobot 20 cangkang kapsul sekaligus = 1,9685 gram
Bobot 20 isi kapsul sekaligus = 11,1354 1,9685 = 9,1669 gram
9,1669 gram
Bobot rata-rata isi kapsul =
= 0,458345 gram
20
no
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bobot kapsul
(gram)
0,5624
0,5986
0,5902
0,5480
0,5778
0,5595
0,5487
0,5508
0,5523
0,5917
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0,5392
0,5606
0,5510
0,5463
0,5592
0,5359
0,5629
0,5566
0,5237
0,5200
0,0998
0,1025
0,o997
0,0961
0,0989
0,0956
0,0970
0,0966
0, ,0960
0,0977
0,4394
0,4581
0,4513
0,4502
0,4603
0,4403
0,4659
0,4600
0,4277
0,4223
menjamin keseimbangan konsentrasi bahan yang diekstraksi lebih cepat didalam cairan
penyari. Dan selama 6 jam pertama dilakukan sesekali pengadukan, setelah itu direndam
selama 18 jam.
Pada hari berikutnya, maserat diambil dengan cara diperas dan disaring dengan
corong buchner. Filtrat yang dihasilkan selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan
rotavapour. Proses rotavapour dilakukan berulang kali pada semua filtrat. Ekstrak pekat
ditampung dalam sebuah wadah, yang nantinya akan dilanjutkan dengan penetapan kadar
senyawa aktif ekstrak.
3.1 penetapan kadar sebelum formulasi
Pada percobaan kali ini kelompok kami melakukan penetapan kadar piperin pada
tanaman cabe jawa. Penetapan kadar piperin ini dilakukan sebelum formulasi dari cabe
jawa untuk dibuat sediaan kapsul. Tujuan dari dilakukannya penetapan kadar ini adalah
untuk mengetahui kadar piprin didalam ekstrak kental cabe jawa yang telah kami buat
yang selanjutnya digunakan untuk menentukan formulasi dari kapsul cabe jawa.
Dari hasil ekstraksi didapatkan ekstrak kental dari cabe jawa dan bagian minyak
yang tercampur dalam ekstrak. Pada penetapan kadar, kami menentukan kadar dari ekstrak
kental dan kadar dari minyak. Sebelum melakukan penetapan kadar, kami membuat larutan
standar piperin sebagai pembanding pada uji KLT nantinya. Larutan pembanding dibuat
dari standar piperin yang dilarutkan dalam etanol dan dibuat dalam kadar 100 ppm, 200
ppm, 400 ppm, dan 800 ppm. Ekstrak pekat dan minyak juga dilarutkan dengan
menggunakan etanol.
Penetapan kadar piperin pada ekstrak dilakukan menggunakan metode KLT
densitometri. Dimana fase diam yang digunakan adalah silica gel F254 dan fase gerak yang
digunakan adalah diklorometana dengan etil asetat (30:10). Penotolan larutan standar
piperin pada lempeng KLT sebesar 2 l, sedangkan untuk ekstrak pekat maupun minyak
sebesar 6 l. Selanjutnya lempeng dieluasi pada fase gerak dan dikeringkan, lempeng
kemudian diamati pada lampu UV 254 nm. Dari hasil eluasi tersebut selanjutnya lempeng
diukur dengan densitometri. Dari hasil pengukuran pada densitometri didapatkan
persamaan konsentrasi vs area yakni y= 5,447x+1234, dimana areanya sebesar 32140,77.
Dari hasil tersebut selanjutnya dihitung kadar piperin dalam ekstrak, pada ekstrak pekat
didapatkan kadar sebesar 9,405% sedangkan pada minyak tidak terdapat kandungan
piperin sama sekali.
Titik kritis atau fator yang dpat mempengaruhi hasil penetapan kadar piperin dalam
sampel jabe jawa adalah ketepatan metode yang digunakan dan kesensitifan alat yang
dipakai, ketepatan penimbangan bahan, kebersihan alat-alat gelas (apabila alat-alat gelas
yang digunakan terkontaminasi senyawa lain maka akan mempengaruhi hasil), serta fase
gerak dan fase diam yang digunakan.
3.2 Formulasi Kapsul
Pada praktikum kapsul kali ini menggunakan bahan aktif ekstrak dari buah cabe jawa
(piperin retrofracti fructus). Ekstrak kental cabe jawa yang di dapat lalu dikeringkan
menggunakan aerosil. Sifat dari siilisium dioksida terdispersi tinggi (aerosil) memiliki
permukaan spesifik dan terbukti sebagai bahan pengatur aliran yang menjadi keuntungan
utamanya, dapat mengurangi lengketnya partikel satu sama lain, dengan demikian gesekan
antar partikel sangat kurang. Aerosil mengikat lembab melalui gugus silanol (dapat
menarik air 40 % dari massanya) dan meskipun demikian sebagai serbuk masih dapat
mempertahankan daya alirnya (Voigt, 1984). Pada formulasi kapsul kali ini digunakan
bahan tambahan sebagai berikut, avicel sebagai bahan pelincir dan pati beras bahan
pengisi.
Bahan pengisi diperlukan untuk mencakupkan masa kapsul sampai yang diinginkan.
Oleh karena itu perlu ditambahkannya pati beras sebagai bahan pengisi. Syarat bahan
pengisi yang baik adalah harus innert, tidak mempengaruhi biofarmasetik,sifat kimia zat
aktif dan fisik sediaan. Selain itu pati beras karena pati beras berwarna putih dan memiliki
ukuran partikel yang paling kecil (2-8 m) bila dibandingkan dengan pati komersial
lainnya. Dengan granula pati yang kecil ini maka konsentrasi partikel dan luas
permukaannya menjadi besar.
Selain digunakan bahan pengisi pada formulasi kapsul kali ini digunkan avicel
sebagai pelincir. Karena avicel PH 102 berbentuk granul dengan sifat alir yang baik
sehingga menghasilkan serbuk yang memenuhi syarat. Selain itu avicel memiliki kadar
lembab tinggi, sehingga dapat membuat ikatan yang cukup kuat antara molekul obat dan
eksipien.
Pada pembuatan kapsul kali ini proses pertama yang dilakukan adalah dengan
mengekstraksi dari buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus). Ekstraksi yang dilakukan
menggunakan cara ekstraksi basah yaitu dengan cara maserasi. Dengan maserasi akan
didapat ekstrak yang volumenya lebih banyak akan tetapi dengan cara maserasi
membutuhkan waktu yang agak lama. Ekstrak dibuat dengan cara memaserasi 1 bagian
simplisia dengan 5 bagian pelarut (etanol 96%), lalu di rendam selama kurang lebih 18
jam. Setelah didapatkan filtrat lalu dipekatkan dengan rotavapor untuk mendapatkan
ekstrak kental.
Ekstrak kental kemudian dikeringkan dengan menggunakan pengering aerosil,
aerosil dapat meningkatkan sifat alir dan dapat mencegah rutinasi. Setelah dikeringkan
maka akan didapatkan serbuk zat aktif cabe jawa. Sebelum dijadikan sebuah kapsul perlu
ditambahkannya bahan-bahan tambahan pada formulasi kapsul cabe jawa. Tahapan
terakhir pada pembuatan kapsul ekstrak cabe jawa ini adalah memasukkan formula serbuk
cabe jawa dalam cangkang kapsul, dengan patokan tiap kapsul memiliki bobot sebesar 6
gram.
Setelah didapat ekstrak kering, lalu dilanjutkan dengan membuat atau meracik
formula kapsul. Formula kapsul dari kelompok kami adalah:
R/
8.86%
Avisel
20%
Pati beras
ad 600 mg
Dalam meracik obat hal yang dilakukan pepertama kali adalah menimbang bahanbahan yang di butuhkan, kemudian memasukkan ekstrak kering ke dalam mortar lalu
tambahkan avisel dan gerus sampai homogen. Lalu tambahkan pati beras ke dalam mortar
dan gerus ad homogen.
3.3 Evaluasi kapsul
Evaluasi terhadap sediaan kapsul yang dibuat meliputi uji organoleptis, uji
keseragaman bobot dan uji penetapan kadar senyawa aktif dalam kapsul. Hasil uji
organoleptis meliputi, warna putih, berbau seperti jamu. Dari 30 kapsul yang di buat, di
ambil 20 kapsul untuk uji keseragaman bobot. Uji keseragaman bobot dilakukan dengan
tahapan menimbang 20 kapsul sekaligus, lalu menimbang kapsul satu persatu. Kemudian
keluarkan isi kapsul dari cangkangnya, dan bersihkan kapsul dari sisa serbuk. Kemudian
timbang 20 cangkang kapsul kosong satu persatu dan ditimbang 20 cangkang kapsul
kosong sekaligus.
Berikut adalah tabel hasil penimbangan kapsul dan cangkang kapsul:
No
Bobot
Kapsul Bobot
(gram)
(gram)
Cangkang
Kapsul Bobot
(gram)
Isi
Kapsul
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
0.5624
0.5986
0.5902
0.5480
0.5778
0.5595
0.5487
0.5508
0.5523
0.5917
0.5392
0.5606
0.5510
0.5463
0.5592
0.5359
0.5629
0.5566
0.5237
0.5200
0.0984
0.0960
0.0978
0.1003
0.0972
0.0991
0.1000
0.0943
0.1006
0.0943
0.0998
0.1025
0.0997
0.0961
0.0989
0.0956
0.0970
0.0966
0.0960
0.0977
0.4640
0.5026
0.4924
0.4477
0.4806
0.4604
0.4487
0.4565
0.4517
0.4974
0.4394
0.4581
0.4513
0.4502
0.4603
0.4403
0.4659
0.4600
0.4277
0.4223
Untuk mendapatkan berat rata-rata isi kapsul, dihitung selisih berat 20 kapsul
sekaligus dan berat 20 cangkang kapsul kosong lalu selisih tersebut dibagi 20. Sehingga
diperoleh berat rata-rata isi kapsul = 0.458345 gram. Dari hasil rata-rata tersebut kemudian
dihitung rentang berat yang diperbolehkan pada kolom A dan kolom B.
Rentang bobot pada kolom A = 0.423969125 0.492720875
Rentang bobot pada kolom B = 0.38959325 0.52709675
Hasil yang didapat oleh kelompok kami yakni terdapat 2 kapsul yang bobotnya
menyimpang dari kolom A dan tidak ada satu pun kapsul yang bobotnya menyimpang dari
kolom B. hal ini sdikit berbeda dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Depkes RI pada
FI ed. Ke-3, yaitu perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-rata tiap isi kapsul,
tidak boleh melebihi dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap 2 kapsul tidak
lebih dari yang ditetapkan pada kolom B. Namun karena tidak ada satu pun kapsul yang
melebihi kolom B, maka kapsul yang kami buat dianggap telah memenuhi persyaratan
tersebut.
Penetapan kadar dengan KLT-Densitometri
Pada praktikum kali ini , kami melakukan penetapan kadar senyawa aktif yang ada
didalam kapsul piperin yang telah kami buat. Tujuan dari adanya evaluasi penetapan kadar
ini adalah, agar kami dapat menentukan kadar piperin yang ada di dalam bahan baku
keseluruhan ekstrak yang kami buat. Penetapan kadar ini kami lakukan dengan
menggunakan densitometer, sehingga menghasilkan data regresi, konsentrasi dan kurva
dari ekstrak yang kami buat. Konsentrasi dalam data ini diperuntukkan untuk satu kapsul
saja, sehingga masih harus dihitung berapa kadar senyawa aktif yang ada dalam ekstrak
secara keseluruhan.
Dari data densitometri yang telah kami dapat, diketahui bahwa konsentrasi dari
sampel kapsul piperin 1 adalah 616,47 ng, konsentrasi dari sampel kapsul piperin 2 adalah
777,60 ng, serta konsentrasi dari senyawa piperin 3 adalah 895,09 ng. Nilai regresi yang
kami dapat dari area adalah 0,92119 dengan persamaan Y=1302+3,379*X dan nilai regresi
dari tinggi adalah 0,91179 dengan persamaan 43,93+0,09943*X. Kami dapatkan
perhitungan kadar % b/b dari piperin 250 mg adalah sebagai berikut :
Sampel piperin 1=3,085.10-3 % b/b
Sampel piperin 2=3,888.10-3 % b/b
Sampel piperin 3=4,475.10-3 % b/b
Dari data berikut, didapatkan nilai rata-rata dari % b/b ekstrak daun sirih sebesar
3,816.10-3 % b/b. Kadar ini lah yang akan kami dapatkan, ketika kami menggunakan
jumlah daun sirih sebesar 250 mg.
Dari penetapan kadar ini, kami juga mendapatkan data kurva. Data kurva ini dapat
kami ringkas bahwa kurva standar hampir sama dengan kurva sampel ekstrak kami, hal itu
membuktikan bahwa didalam sampel kami terdapat senyawa piperin.
Selain dari kurva juga dapat dilihat adanya kesamaan kandungan yang dapat dilihat
dari nilai Rf yang kami dapatkan, nilai Rf standar yaitu 0,89 sedangkan nilai Rf sampel
ekstrak kami yaitu 0,86. Hal tersebut membuktikan bahwa adanya kemiripan nilai Rf, yang
menandakan bahwa di dalam sampel ekstrak kami terdapat senyawa piperin, meskipun
tidak sama persis dengan kandungan yang ada di dalam standar.
Apabila kami bandingkan dengan hasil % b/b dari kelompok lain. Kadar piperin
dari kelompok kami lebih kecil dari pada kelompok lain. Hal ini dikarenakan adanya
beberapa titik kritis yang bisa mempengaruhi hasil kadar dari ekstrak yang kami buat yaitu
perbedaan pada metode maserasi, suhu yang digunakan, lama maserasi, pengadukan
ekstrak ketika di maserasi serta ketika analisis menggunakan KLT (fase gerak, fase diam,
penotolan).
5.1 KESIMPULAN
1. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi, dimana maserasi merupakan
proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan.
2. Tujuan dari dilakukannya penetapan kadar adalah untuk mengetahui kadar piprin
didalam ekstrak kental cabe jawa yang telah kami buat yang selanjutnya digunakan
untuk menentukan formulasi dari kapsul cabe jawa.
3. Ekstrak kental yang cabe jawa dikeringkan menggunakan aerosil, dan bahan
tambahan yang digunakan adalah avicel sebagai bahan pelincir dan pati beras
bahan pengisi.
4. Evaluasi terhadap sediaan kapsul yang dibuat meliputi uji organoleptis, uji
keseragaman bobot dan uji penetapan kadar senyawa aktif dalam kapsul.
5. Pada uji keseragam bobot, kapsul cabe jawa memenuhi uji keseragaman bobot.
6. Pada penetapan kadar didapatkan nilai rata-rata dari % b/b ekstrak daun sirih
sebesar 3,816.10-3 % b/b.
7. Nilai Rf sampel ekstrak 0,86 sedangkan nilai Rf standar piperin 0,89 sehingga
dapat dikatakan sampel mengandung senyawa piperin
7.2 SARAN
1. Mengupayakan ketelitian dalam semua prosedur
2. Mengupayakan dalam pencatatan segala data pada tiap hasil yang diperoleh
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB.
Alan, Riski, 2012, Formulasi Gel Ekstrak Etanol Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl.)
Menggunakan Kombinasi Basis Carbopol Dan Hpmc, Skripsi, Jurusan Farmasi
FMIPA, UII, Yogyakarta.
Ansel, H.C., 2005, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV, 255, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Augsburger, L.L. 2000. Modern Pharmaceutics : Hard and Soft Gelatin Capsules. (Ed. 2).
Newyork : Mercel Dekker
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Djumidi, Johny Ria Hutapea, 1992. Pembuatan Ekstrak Cabe Jawa dengan Beberapa
Cairan Penyari dan Penetapan Ekstrak Secara Kromatografi Lapis Tipis. Warta
Tumbuhan Indonesia Vol.1, No.3
Gredivo, Gerry, 2012, Formulasi Sediaan Krim Ekstrak Etanol Cabe Jawa (Piper
Retrofractum Vahl.) Menggunakan Basis Tipe O/W, Skripsi, Jurusan Farmasi
FMIPA, UII, Yogyakarta.
Harti Sri, Alisyahbana Moh, 1992. Analisis Mikroskopik dan Kromatografi Lapis Tipis dari
Cabe Jawa dan Pegagan. Warta Tumbuhan Indonesia Vol.1, No.3 (DIAKSES 5 April
2014)
Jamal, Y., Irawati, P., Fathoni, A., Agusta, A., 2013. CHEMICAL CONSTITUENTS AND
ANTIBACTERIAL EFFECT OF ESSENTIAL OIL OF JAVANEESE PEPPER
LEAVES (PIPER RETROFRACTUM VAHL.). Media Litbangkes 23, 6572.
Lachman, dkk, 1994, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi III, Penerbit Universitas
Indonesia, UI - Press, Jakarta, hal 643 - 645.
Manesaai, P., Norman, S., Krongkarn, C., 2012. Piperine Is Anti-hyperlipidemic and
Improves Endothelium-Dependent Vasorelaxation in Rats on a High Cholesterol
Diet. Journal of Physiological and Biomedical Science 2730.
Moeloek, N., Lestari, S.W., Yurnadi, Wahjoedi, B., 2010. Uji Klinik Ekstrak Cabe Jawa
(Piper Retrofractum Vahl) sebagai Fitofarmaka Androgenik pada Laki-laki
Hipogonad. Maj Kedokt Indon 60, 255262.
Padmadisastra dkk, 2009, Formulasi Tablet Ekstrak Buah Cabe Jawa (Piper retrofractum
Vahl.) dengan Metode Kempa Langsung, Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD,
Sumedang.
Parhusip, A.J. 2008.Kajian Metode Ekstraksi Cabai Jawa (Piper retrofractum Vahl.) Kering
terhadap Mikroba Patogen Pangan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan. 6 : 117-134
Shah, S., Shah, G., Singh, S., Gohil, P., Chauhan, K., Shah, K., Chorawala, M., 2011.
Effect of Piperine in The Regulation of Obesity-Induced Dyslipidemia in High-Fat
Diet Rats. Indian Journal of Pharmacology 43, 296299.
Sidik dan H. Mudahar. Ekstraksi Tumbuhan Obat, Metode dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Mutu Produksinya. Untag 1945. Jakarta. 2000.
Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 166171.
Vijayakumar, R., Namasivayam, N., 2006. Lipid-Lowering Efficacy of Piperine from Piper
Ningrum L. In High-Fat Diet and Antithyroid Drug-Induced Hypercholesterolemic
Rats. Journal of Food Biochemistry 30, 405421.
Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Cetakan II. Penerjemah : Soedam
NoeronoS.UGM Press. Yogyakarta.
.