Referat Abses Hepar
Referat Abses Hepar
Referat Abses Hepar
Abses Hepar
Pembimbing:
Dr. Nugroho Sp.B
disusun Oleh:
Pande Putu Perdani Widhiasari
030.04.171
BAB I
PENDAHULUAN
Abses hati adalah bentuk infeksi pada hati yang disebabkan karena
infeksi bakteri, parasit, maupun jamur yang bersumber dari sistem
gastrointestinal yang ditandai dengan adanya proses supurasi dengan
pembentukan pus di dalam parenkim hati. Abses hati merupakan masalah
kesehatan dan sosial pada beberapa negara yang berkembang seperti di
Asia terutama Indonesia. Prevalensi yang tinggi biasanya berhubungan
dengan sanitasi yang buruk, status ekonomi yang rendah serta gizi yang
buruk. Meningkatnya arus urbanisasi menyebabkan bertambahnya kasus
abses hati di daerah perkotaan.
Secara umum abses hati dibagi menjadi 2 yaitu abses hati amebik dan
abses hati piogenik di mana kasus abses hati amebik lebih sering terjadi
dibanding abses hati piogenik. Abses hati amebik biasanya disebabkan
oleh infeksi Entamoeba hystolitica sedangkan abses hati piogenik
disebabkan oleh infeksi Enterobacteriaceae, Streptococci, Klebsiella,
Candida, Salmonella, dan golongan lainnya. Abses hati sering timbul
sebagai komplikasi dari peradangan akut saluran empedu. Abses hati
piogenik merupakan kasus yang relatif jarang, pertama kali ditemukan
oleh Hipppocrates (400SM) dan dipublikasikan pertama kali oleh Bright
pada tahun 1936.
Hampir 10% penduduk dunia terutama penduduk dunia berkembang
pernah terinfeksi Entamoeba histolytica tetapi 10% saja dari yang
terinfeksi menunjukkan gejala. Insidensi penyakit ini berkisar sekitar 5-15
pasien pertahun. Individu yang mudah terinfeksi adalah penduduk di
daerah endemik ataupun wisatawan yang ke daerah endemik di mana laki
laki lebih sering terkena dibanding perempuan dengan rasio 3:1 hingga
22:1 dan umur tersering pada dekade empat.
Gejala tersering yang dikeluhkan oleh pasien dengan amebiasis hati
adalah berupa nyeri perut kanan atas, demam, hepatomegali dengan
nyeri tekan atau nyeri spontan atau disertai dengan gejala komplikasi.
Gejala yang menyertai adalah anoreksia, mual muntah, berat badan
menurun, batuk, ikterus ringan sampai sedang dan berak darah.
Pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia ringan sampai sedang.
Penatalaksanaan abses hepar dapat dilakukan secara konvensional
dengan pemberian antibiotika spektrum luas ataupun dengan aspirasi
cairan abses, drainase perkutan dan operasi reseksi hati.
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Facies diaphragmatika
Facies diaphragmatika adalah sisi hepar yang menempel di
permukaan bawah diaphragma, facies ini berbentuk konveks. Facies
diaphragmatika dibagi menjadi facies anterior, superior, posterior dan
dekstra yang batasan satu sama lainnya tidak jelas, kecuali di mana
margo inferior yang tajam terbentuk. Abses hati dapat menyebar ke
sistem
pulmonum
melalui
facies
diapharagma
ini
secara
perkontinuitatum. Abses menembus diaphragma dan akan timbul efusi
pleura, empiema abses pulmonum atau pneumonia. Fistula bronkopleura,
biliopleura dan biliobronkial juga dapat timbul dari ruptur abses hati.
2. Facies viseralis
Facies viseralis adalah permukaan hepar yang menghadap ke
inferior, berupa struktur-struktur yang tersusun membentuk huruf H. Pada
bagian tengahnya terletak porta hepatis (hilus hepar). Sebelah kanannya
terdapat vena kava inferior dan vesika fellea. Sebelah kiri porta hepatis
Pendarahan
Persarafan
Drainase limfatik
Aliran limfatik hepar menuju nodus yang terletak pada porta hepatis
(nodus hepatikus). Jumlahnya sebanyak 3-4 buah. Nodi ini juga menerima
aliran limfe dari vesika fellea. Dari nodus hepatikus, limpe dialirkan
(sesuai perjalanan arteri) ke nodus retropylorikus dan nodus seliakus.
Struktur
Hati terbagi menjadi 8
segmen berdasarkan percabangan
arteri hepatis, vena porta dan
duktus
pankreatikus
sesuai
dengan segi praktisnya terutama
untuk keperluan reseksi bagian
pada pembedahan. Pars hepatis
dekstra dibagi menjadi divisi
medialis dekstra (segmentum anterior medialis dekstra dan segmentum
posterior medialis dekstra) dan divisi lateralis dekstra (segmentum
anterior lateralis dekstra dan segmantum posterior lateralis dekstra). Pars
hepatis sinistra dibagi menjadi pars post hepatis lobus kaudatus, divisio
lateralis sinistra (segmantum posterior lateralis sinistra dan segmantum
anterior lateralis sinistra) dan divisio medialis sinistra (segmentum
medialis sinistra).
Secara mikroskopis di dalam hati manusia terdapat 50.000-100.000
lobuli. Setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati
berbentuk kubus yang tersusun radial mengellilingi vena sentralis. Di
antara lembaran sel hati terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang
merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Sinusoid dibatasi oleh
sel fagositik (sel kupffler) yang merupakan sistem retikuloendotelial dan
berfungsi menghancurkan bakteri dan benda asing dalam tubuh, jadi hati
merupakan organ utama pertahanan tubuh terhadap serangan bakteri
dan organ toksik. Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika
yang mengelilingi lobulus hati, juga terdapat saluran empedu yang
membentuk kapiler empedu yang
dinamakan kanalikuli empedu yang
berjalan antara lembaran sel hati.
Hati terdiri atas bermacammacam sel. Hepatosit meliputi 60% sel
hati, sisanya adalah sel-sel epitelial
BAB III
PEMBAHASAN
Etiologi
Abses hati amebik disebabkan oleh strain
virulen Entamoeba hystolitica yang tinggi.
Sebagai host definitif, individu-individu yang
asimptomatis mengeluarkan tropozoit dan kista
bersama kotoran mereka. Infeksi biasanya
terjadi setelah meminum air atau memakan
makanan yang terkontaminasi kotoran yang
mengandung tropozoit atau kista tersebut.
Dinding kista akan dicerna oleh usus halus,
keluarlah tropozoit imatur. Tropozoit dewasa
tinggal di usus besar terutama sekum. Strain
Entamoeba
hystolitica
tertentu
dapat
menginvasi dinding kolon. Strain ini berbentuk
tropozoit besar yang mana di bawah mikroskop
tampak menelan sel darah merah dan sel PMN. Pertahanan tubuh
penderita juga berperan dalam terjadinya amubiasis invasif.
Abses piogenik disebabkan oleh Enterobactericeae, Microaerophilic
streptococci, Anaerobic streptococci, Klebsiella pneumoniae, Bacteriodes,
Fusobacterium, Staphilococcus aereus, Staphilococcus milleri, Candida
Manifestasi Klinis
Manifestasi sistemik abses hati piogenik lebih
berat dari pada abses hati amebik. Dicurigai
adanya abses hati piogenik apabila ditemukan
sindrom klinis klasik berupa nyeri spontan perut
kanan
atas,
yang
ditandai
dengan
jalan
membungkuk ke depan dengan kedua tangan diletakkan di atasnya.
Apabila AHP letaknya dekat digfragma, maka akan terjadi iritasi
diagfragma sehingga terjadi nyeri pada bahu sebelah kanan, batuk
Diagnosis
Penegakan diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, laboratorium, serta pemeriksaan penunjang. Terkadang
diagnosis abses hepar sulit ditegakkan karena gejalanya yang kurang
spesifik. Diagnosis dini memberikan arti yang sangat penting dalam
pengelolaannya karena penyakit ini sebenarnya dapat disembuhkan.
Diagnosis yang terlambat akan meningkatkan morbiditas dan
mortalitasnya.
Pada beberapa pasien kadang sudah dapat terlihat abses hepar
secara inspeksi dikarenakan abses telah menembus kulit sehingga terlihat
dari luar. Terdapat nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen, selain
itu didapatkan hepatomegali yang teraba sebesar tiga jari sampai enam
jari arcus-costarum.
Pemeriksaan lain-lain seperti foto toraks dan foto polos abdomen
digunakan untuk mendeteksi kelainan atau komplikasi yang ditimbulkan
oleh amebiasis hati. Diagnosa pasti adalah melalui USG dan CT Scan yang
sensitivitasnya sekitar 85-95%.
Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium yang diperiksa adalah darah rutin
yaitu kadar Hb darah, jumlah leukosit darah, kecepatan endap darah dan
percobaan fungsi hati, termasuk kadar bilirubin total, total protein dan
kadar albumin dan glubulin dalam darah. Banyak penderita abses hepar
tidak mengalami perubahan bermakna pada tes laboratoriumnya. Pada
penderita akut anemia tidak terlalu tampak tetapi menunjukkan
leukositosis yang bermakna sementara penderita abses hepar kronis
justru sebaliknya.
Pemeriksaan penunjang
USG memiliki sensitivitas yang sama dengan CT scan dalam
mengidentifikasi abses hepar. Rendahnya biaya dan sifat non-radiasi
membuat USG menjadi pilihan untuk mendiagnosis abses hepar. Abses
hepar amebik biasanya besar dan multipel. Menurut Middlemiss (I964)
gambaran radiologis dari abses hati adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5. Abses paru.
CT scan:
Hipoekoik
Massa oval dengan batas tegas
Non-homogen
USG:
1. Bentuk bulat atau oval
2. Tidak ada gema dinding yang berarti
3. Ekogenitas lebih rendah dari parenkim hati normal.
4. Bersentuhan dengan kapsul hati
5. Peninggian sonik distal (distal enhancement)
Kriteria diagnostik untuk hepatic amoebiasis menurut Lamont dan Pooler :
1. Pembesaran hati yang nyeri tekan pada orang dewasa.
2. Respons yang baik terhadap obat anti amoeba.
3. Hasil pemeriksaan hematologis yang menyokong : leukositosis.
4. Pemeriksaan Rontgen (PA Lateral) yang menyokong.
5. Trophozoit E. histolytica positif dalam pus hasil aspirasi.
6. "Scintiscanning" hati adanya "filling defect".
7. "Amoeba Hemaglutination" test positif
Komplikasi
Sistem
plueropulmonum
merupakan
sistem tersering terkena. Secara khusus, kasus
tersebut berasal dari lesi yang terletak di lobus
kanan hepar. Hal ini dikarenakan facies
diaphragm hepar yang berdekatan dengan
system pleuropulmonum terutama di lobus
kanan. Abses menembus diagfragma dan akan
timbul efusi pleura, empyema abses pulmonum
atau
pneumonia.
Fistula
bronkopleura,
biliopleura dan biliobronkial juga dapat timbul dari reptur abses amuba.
Pasien-pasien dengan fistula ini akan menunjukan ludah yang berwarna
kecoklatan yang berisi amuba yang ada.
Komplikasi abses hati amoeba umumnya berupa perforasi abses ke
berbagai rongga tubuh dan ke kulit. Perforasi ke kranial dapat terjadi ke
pleura dan perikard. Insidens perforasi ke rongga pleura adalah 10-20%.
Akan terjadi efusi pleura yang besar dan luas yang memperlihatkan cairan
coklat pada aspirasi. Perforasi dapat berlanjut ke paru sampai ke bronkus
sehingga didapat sputum yang berwarna khas coklat. Perforasi ke perikard
menyebabkan efusi perikard dan tamponade jantung.
(gambar di atas adalah gambaran makroskopis abses hati)
Komplikasi ke kaudal terjadi ke
rongga
peritoneum.
Perforasi
akut
menyebabkan peritonitis umum. Abses
kronis, artinya sebelum perforasi, omentum
dan usus mempunyai kesempatan untuk
mengurung proses inflamasi, menyebabkan
peritonitis lokal. Perforasi ke depan atau ke
sisi terjadi ke arah kulit (seperti gambar di
samping) sehingga menimbulkan fistel
yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi sekunder.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara konvensional adalah dengan drainase terbuka
secara operasi dan antibiotika spektrum luas oleh karena bakteri
penyebab abses terdapat di dalam cairan abses yang sulit dicapai dengan
antibiotika tunggal tanpa aspirasi cairan abses. Penatalaksanaan saat ini
adalah dengan drainase perkutaneus abses intraabdominal dengan
tuntutan abdomen ultrasound atau tomografi komputer, komplikasi yang
bisa terjadi adalah perdarahan, perforasi organ intra abdominal dan
infeksi, atau malah terjadi kesalahan dalam penempatan kateter drainase.
Kadang pada abses hati piogenik multipel diperlukan reseksi hati.
Abses multipel
Infeksi polimikrobakteri
Immunocompromise dissease
Hepatektomi
Dewasa ini dilakukan hepatektomi yaitu pengangkatan lobus hati
yang terkena abses. Hepatektomi dapat dilakukan pada abses tunggal
atau multipel, lobus kanan atau kiri, juga pada pasien dengan penyakit
saluran empedu. Tipe reseksi hepatektomi tergantung dari luas daerah
hati yang terkena abses juga disesuaikan dengan perdarahan lobus hati.
Prognosis
Prognosa abses hati tergantung dari investasi parasit, daya tahan
host, derajat dari infeksi, ada tidaknya infeksi sekunder, komplikasi yang
terjadi, dan terapi yang diberikan
Prognosis yang buruk, apabila terjadi keterlambatan diagnosis dan
pengobatan, jika hasil kultur darah yang memperlihatkan penyebab
bakterial organisme multipel, tidak dilakukan drainase terhadap abses,
adanya ikterus, hipoalbuminemia, efusi pleura atau adanya penyakit lain.
Kesimpulan
Abses hati merupakan infeksi pada hati yang disebabkan bakteri,
jamur, maupun nekrosis steril yang dapat masuk melalui kandung kemih
yang terinfeksi dan infeksi dalam perut lainnya. Abses hati dibedakan
menjadi 2 yaitu abses hati amebik dan abses hati piogenik. Adapun
gejala-gejala yang sering timbul diantaranya demam tinggi, nyeri pada
kuadran kanan atas abdomen, hepatomegali, ikterus. Diagnosis yang di
pakai sama seperti penyakit lain yaitu pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, dan laboratorium. Terapi yang diberikan adalah antibiotika
spektrum luas, aspirasi cairan abses, drainase, laparatomi dan
hepatektomi. Abses hepar dapat disembuhkan bila ditangani dengan cara
yang tepat dalam waktu yang secepatnya, oleh karenanya sangatlah
penting untuk dapat mendiagnosanya sedini mungkin.
Ilustrasi Kasus
Laki - laki 50 tahun, Islam, Suku Sasak, mengeluh nyeri perut kanan
atas sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit, memberat sejak 1
minggu sebelum MRS. Nyeri dirasakan terus menerus, berkurang bila
penderita membungkuk. Panas badan sumer-sumer timbul bersamaan
dengan keluhan nyeri perut. Penderita mengeluh mual namun tidak
muntah. Makan dan minum berkurang bila dibandingkan saat penderita
sehat. Buang air besar dan buang air kecil dalam batas normal. Karena
keluhan tersebut, penderita berobat ke dokter Spesialis Penyakit Dalam.
Dikatakan menderita abses liver dan BPH. Selanjutnya penderita dirujuk
ke Rumah Sakit Umum Mataram.
Dari pemeriksaaan fisik didapatkan kesadaran kompos mentis,
keadaan umum sedang. Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
respirasi 20x/menit, suhu axilla 36oC. Pada mata tidak didapatkan anemia
dan ikterus. Telinga, hidung, tenggorakan dalam batas normal.
Pemeriksaan leher dalam batas normal. Dari pemeriksaan jantung
didapatkan suara jantung 1 dan 2 tunggal, teratur, tidak didapatkan
murmur. Pada pemeriksaan paru didapatkan suara nafas vesikuler kanan
dan kiri tidak didapatkan rhonki ataupun wheezing. Pada pemeriksaan
abdomen tidak didapatkan distensi, bising usus normal. Hati teraba
membesar 3 jari bawah arcus costae dan 3 jari bawah prosessus
xiphoideus, tepi tumpul, fluktuatif, didapatkan nyeri tekan dan nyeri
ketok. Limpa tidak teraba, perkusi traube space timpani. Ekstremitas tidak
didapatkan kelainan.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hitung leukosit 7,3
x 103/mm3, hitung eritrosit 3,67 x 106/mm3, hemoglobin 10,1 g%,
hematokrit 32,1%, MCV 87,5 fL, MCH 27,5 pg, MCHC 31,5 g/dL, trombosit
265 x 103/mm3. Ureum darah 14 mg%, kreatinin serum 0,5 mg%. Hasil
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi
keempat. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 2006 ;
462 463
2. Sjamsuhidaja,R & deJong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC Penerbit Buku
Kedokteran. 2004
3. Christophers Textbook of Surgery. Philadelphia and London: Saunder Company.
1960; 797-799
4. Junita, Arini, et al.
www.ejournal.unud.ac.id.
Beberapa
Kasus
Abses
Hati
Amuba.
Denpasar:
8. Strong,
R.
Hepatectomy
for
www.pubmedcentral.nih.gov 2005
Pyogenic
Liver
Abscess.
Brisbane: