4.1 Hasil
4.1.1 Morfologi luar landak Jawa
Landak Jawa memiliki permukaan dorsal tubuh yang ditutupi oleh struktur
kulit yang sangat tebal dan duri-duri yang tertanam di dalamnya. Pada daerah
sekitar lumbal, dorsal panggul, dan paha lateral ditutupi oleh duri yang berukuran
sedang hingga panjang, sangat kaku, dan memiliki pola warna putih belang hitam
atau belang coklat kehitaman (Gambar 4). Sedangkan pada ventral abdomen dan
medial paha ditutupi oleh struktur duri berukuran pendek, lentur, dan memiliki
pola warna coklat kehitaman atau putih kecoklatan.
16
Gambar 5 Situasi otot kulit daerah panggul dan paha setelah kulit dikuakkan.
1. M. cutaneous. Bar 5 cm.
17
3.
Origo
Os vert. thoracicae XIII dan
ossa vert. lumbales I-III
Insersio
Tuberculum m.
psoas minor
Trochanter minor
Trochanter minor
Os vert. lumbales V
Trochanter minor
M. quadratus
lumborum
Tuber coxae
(venter lateral),
proc.transversus
ossa vertebrae
lumbales V et VI
(venter medial)
M. iliopsoas
a. M. psoas major
Sedangkan
merupakan otot yang relatif panjang dan tebal dengan origo pada processus
transversus os vertebrae thoracicae XIII, serta processus transversus dan corpus
dari ossa vertebrae lumbales. Otot ini berinsersio pada trochanter minor di antara
m. iliacus lateralis dan medialis (Gambar 6).
merupakan otot yang relatif lebih tipis dan pendek dengan origo pada bagian
ventral dari tuber coxae. Sedangkan musculus iliacus medialis memiliki ukuran
yang sangat tipis dan pendek dengan origo pada os vertebrae lumbales V. Kedua
otot ini memiliki insersio yang bersatu dengan insersio dari m. psoas major yaitu
pada trochanter minor os femoris (Gambar 6).
Musculus quadratus lumborum merupakan otot yang relatif panjang dengan
origo yang terletak pada corpus ossa vertebrae thoracicae IX-XII berupa serabut
muskularis. Origo dari otot ini kemudian dilanjutkan sebagai serabut urat yang
18
pendek dan menempel pada processus transversus ossa vertebrae lumbales I et II.
Pada landak Jawa, otot ini terbagi menjadi dua venter yaitu venter lateral yang
berinsersio pada tuber coxae dan venter medial yang berinsersio pada processus
transversus ossa vertebrae lumbales V et VI (Gambar 6).
8b
4
2
1
9
5
7
8a
8a
kranial
8b
2
1
9
6
7
8a
8a
kranial
19
dan m. obturatorius internus. Landak Jawa memiliki beberapa otot panggul dan
paha lateral yang sangat berkembang karena ukurannya relatif sangat lebar dan
tebal di antaranya adalah m. tensor fasciae latae, m. biceps femoris, m.
semitendinosus, dan m. quadriceps femoris (Gambar 7). Otot-otot panggul dan
paha lateral pada landak Jawa yang ditemukan beserta origo dan insersionya dapat
dilihat pada Tabel 3.
Musculus tensor fasciae latae merupakan otot yang berbentuk segitiga,
tebal, dan lebar sehingga menutupi hampir sebagian daerah panggul dan paha
lateral. Pada bagian kranial otot ini bersatu dengan m. sartorius pars cranialis
dengan origo pada tuber coxae dan fascia glutea. Otot ini berinsersio pada fascia
lata sehingga secara tidak langsung bertaut dengan os patellae, ligamentum recti
patellare, dan bagian kaudolateral dari os femoris (Gambar 7, 8, 9).
Musculus gluteus superficialis merupakan otot yang relatif pendek dan tebal
serta terletak profundal dari m. tensor fasciae latae. Pada landak Jawa otot ini
berada di sebelah ventral dari m. gluteus medius dan berorigo pada tuber coxae.
Sedangkan insersionya terdapat pada bagian kaudal dari trochanter major os
femoris (Gambar 8, 9).
Musculus gluteus medius merupakan otot yang panjang, tebal, dan besar
pada landak Jawa. Otot ini terletak di antara m. piriformis di bagian kaudal, m.
gluteus superficialis di bagian ventral, dan pada daerah yang mendekati
insersionya sebagian bersatu dengan m. gluteus profundus. Origo otot ini terdapat
pada fascia glutea, fascia thoracolumbal, dan mencapai hingga ke ossa vertebrae
lumbales II et III. Otot ini memiliki insersio yang membulat dan terletak pada
trochanter major os femoris (Gambar 8, 9).
Musculus piriformis berukuran relatif pendek namun sedikit tebal pada
landak Jawa. Otot ini memiliki venter yang membulat dan terletak kaudal dari m.
gluteus medius. Otot ini berorigo pada fascia glutea dan berinsersio pada facies
lateralis os femoris (Gambar 8, 9). Ketiga kelompok otot gluteal yaitu m. gluteus
superficialis, m. gluteus medius, dan m. piriformis merupakan otot yang terletak
superfisial dan mudah ditemukan setelah m. tensor fasciae latae dikuakkan.
20
Origo
Tuber coxae, fascia glutea
2.
Tuber coxae
3.
M. gluteus
superficialis
M. gluteus medius
4.
M. piriformis
5.
M. gluteus profundus
6.
M. biceps femoris
7.
8.
M. abductor cruris
caudalis
M. semitendinosus
9.
M. semimembranosus
Insersio
Fascia lata, os
patellae, lig. recti
patellare, kaudolateral
os femoris
Trochanter major
Trochanter major
Facies lateralis os
tibia
Fascia cruris pada
laterodistal dan 1/2
mediodistal dari os
tibia
Tuber ischii
Condylus medialis os
femoris dan os tibia
Os ilium di kranial
acetabulum
b. M. vastus lateralis
Kraniolateral os femoris,
trochanter major
c. M. vastus medialis
Collum os femoris,
kraniomedial os femoris
Basis patella
Fossa trochanterica
d. M. vastus intermedius
11. M. gemelli
12. M. obturatorius
externus
13. M. obturatorius internus
21
Musculus gluteus profundus merupakan otot yang tebal dan terletak paling
profundal di antara kelompok otot gluteal. Otot ini berorigo pada corpus ossis ilii
dan spina ischiadica serta berinsersio pada bagian dorsal dari trochanter major os
femoris (Gambar 8, 9). Pada landak Jawa otot ini untuk sebagian bersatu dengan
m. gluteus medius di bagian insersionya.
Musculus biceps femoris merupakan otot yang sangat lebar dan tebal pada
landak Jawa. Origo otot ini terbagi menjadi dua kepala yaitu caput sacrale dan
caput ischii (Gambar 7, 8, 9). Caput sacrale mempunyai ukuran yang lebih
panjang dan lebar dengan origo pada ligamentum sacrospinosum et tuberosum,
dan secara tidak langsung berorigo pada processus spinosus dari ossa vertebrae
sacrale, processus spinosus dan processus transversus dari ossa coccygeae I-III.
Sedangkan pada caput ischii mempunyai ukuran yang lebih pendek dan sempit
dengan origo pada tuber ischii. Insersio kedua caput bersatu dan melebar dengan
ujung yang tidak terbagi di sepanjang ligamentum recti patellare, os patellae,
tuberositas tibiae, crista tibiae, dan mencapai hingga fascia cruris pada distal os
tibia (Gambar 7, 8, 9). Pada landak Jawa, insersio otot ini untuk sebagian bersatu
dengan insersio lateral dari m. semitendinosus.
Musculus abductor cruris caudalis memiliki ukuran yang relatif sangat
panjang namun sangat tipis pada landak Jawa. Otot ini berorigo di tuber ischii
dan terletak profundal dari m. biceps femoris caput ischii. Pada landak Jawa otot
ini berjalan menuju ke profundal dari m. semitendinosus bagian lateral dan
berinsersio pada facies lateralis os tibia (Gambar 8, 9).
Musculus semitendinosus merupakan otot yang relatif panjang, tebal, dan
terletak paling plantar dari regio femur. Pada landak Jawa otot ini memiliki origo
yang membulat dan sangat lebar. Otot ini berorigo pada fascia glutea, processus
spinosus dari ossa vertebrae sacrale dan ossa coccygea I-III. Pada landak Jawa
otot ini berbeda dengan hewan lain karena memiliki insersio yang terpisah pada
bagian lateral dan medial dari os tibia. Insersio lateral otot ini terletak pada fascia
cruris di permukaan laterodistal os tibia, sedangkan insersio sebelah medial dari
otot ini terletak pada setengah mediodistal dari os tibia (Gambar 8, 9, 10, 11).
Musculus semimembranosus merupakan otot yang tebal pada landak Jawa.
Pada bagian lateral otot ini tertutupi oleh m. semitendinosus, sedangkan di medial
22
otot ini terletak profundal dari m. gracilis. Origo dari otot ini terdapat pada tuber
ischii, sedangkan insersio dari otot ini terdapat pada condylus medialis dari os
femoris dan os tibia (Gambar 8, 9).
Musculus quadriceps femoris merupakan otot yang relatif besar dan tebal
pada landak Jawa. Otot ini terletak di bagian dorsal, lateral, dan medial paha serta
mendominasi di bagian dorsal dengan bentuknya yang cembung. Kelompok otot
ini dapat ditemukan dengan mudah setelah m. tensor fasciae latae dikuakkan. M.
quadriceps femoris terdiri atas empat caput yaitu m. rectus femoris, m. vastus
lateralis, m. vastus medialis, dan m. vastus intermedius (Gambar 9). Musculus
rectus femoris merupakan otot yang terletak paling dorsal di antara kelompok otot
m. quadriceps femoris. Pada bagian lateral otot ini sebagian besar ditutupi oleh m.
vastus lateralis yang berukuran lebih lebar di bagian lateral. Otot ini berorigo
pada os ilium di kranial acetabulum serta berinsersio pada basis dan facies
anterior os patella (Gambar 9, 11).
Musculus vastus lateralis merupakan otot yang relatif lebar dan tebal pada
landak Jawa sehingga menutupi sebagian besar m. rectus femoris.
Otot ini
23
Musculi gemelli merupakan otot yang relatif kecil pada landak Jawa. Otot
ini berbentuk seperti kipas dan dipisahkan secara tidak sempurna oleh insersio
dari m. obturatorius internus menjadi m. gemellus superior et inferior. Origo otot
ini terdapat pada sepanjang spina ischiadica dan incisura ischiadica major et
minor, sedangkan insersionya terdapat pada fossa trochanterica.
Musculus obturatorius externus merupakan otot yang tebal dan terletak di
profundal dari m. pectineus. Pada landak Jawa otot ini berorigo pada bagian
ventral dari os ischium dan os pubis serta menutupi bagian ventral dari foramen
obturatorium.
trochanterica.
Musculus obturatorius internus merupakan otot yang berbentuk seperti
kipas pada landak Jawa. Otot ini membersit dari ruang panggul dan berorigo pada
facies medialis dari os pubis dan os ischii, sehingga menutupi bagian dorsal dari
foramen obturatorium.
6
2
1
3a
3a
3b
Gambar 3
3b
24
3
8
2a
2a
7
9
7
9
11
2b
11
2b
10
10
Gambar 8
3
12
12
2a
11
2a
11
6
13
10
2b
4
14 8
13
10
2b
4
9 14 8
5
3
3
6
2
6
2
Gambar 9
25
26
femoris. M. sartorius pars caudalis merupakan otot yang relatif lebih lebar dan
terletak di profundal dari m. gracilis. Pada permukaan otot ini membersit arteri
dan vena femoralis. Otot ini berorigo pada eminentia iliopubica dan symphysis
pelvis, serta berinsersio pada os patellae dan ligamentum recti patellare.
Musculus pectineus merupakan otot yang berbentuk segitiga, besar, dan
tebal pada landak Jawa. Otot ini mengisi ruangan yang terletak di antara m.
vastus medialis pada bagian kranial dan m. adductor di bagian kaudal. Origo otot
ini adalah eminentia iliopubica dan symphysis pelvis, sedangkan insersionya
terdapat pada margo medial dari os femoris (Gambar 11).
Musculus adductor pada landak Jawa dapat dipisahkan menjadi dua bagian
yaitu m. adductor longus dan m. adductor magnus et brevis. Musculus adductor
longus merupakan otot yang panjang dan tipis. Otot ini membersit dari lateral
femur pada ligamentum sacrospinosum et tuberosum dan menuju ke medial femur
pada condylus medialis os femoris. M. adductor magnus et brevis merupakan otot
yang tebal dengan origo pada tuberculum pubicum dan ventrolateral symphysis
pelvis serta berinsersio pada bagian kaudal os femoris (Gambar 11).
kranial
2
1b
5
1a
kranial
1b
5
1a
6
Gambar 10
27
kranial
1b
1b
13
11
12
10
14
5
3
1a
1a
kranial
1b
1b
13
12
11
4
10
14
1a
1a
Gambar 11
28
4.2 Pembahasan
Landak merupakan mamalia yang unik terutama kemampuannya dalam
mempertahankan diri. Landak memertahankan diri dengan menggunakan duriduri yang ada di sekujur tubuhnya. Ketika merasa terancam landak akan
menegakkan duri yang ada di tubuhnya dan menghasilkan suara berderak yang
berasal dari duri yang ada di ekor (Roze 1989; Wardi et al. 2011). Jika ancaman
berlanjut maka landak akan bertindak agresif dengan membalikkan badannya dan
bersiap menyerang dengan cara berusaha menancapkan duri-duri tajamnya ke
dalam tubuh musuh (Sastrapradja et al. 1982; Wardi et al. 2011). Selain itu
perilaku menegakkan duri pada landak juga terlihat pada saat sebelum dan sedang
berlangsungnya kopulasi. Perilaku ini terlihat pada landak betina saat menegakkan
duri di bagian belakang tubuh dan mengangkat ekornya sehingga daerah
urogenital terekspos kepada landak jantan (Gambar 12).
29
cutaneous ini. Menurut Grzimek (1975) otot kulit pada landak berfungsi sebagai
tempat melekat dan menarik duri ke atas (penegang) ketika ada ancaman yang
mendekat. Beberapa spesies hewan seperti anjing, babi, kuda, dan pemamah biak
tidak memiliki struktur m. cutaneous pada daerah panggul dan paha (Pasquini et
al. 1989). Selain itu, arah serabut kaudodorsal pada otot ini diduga akan
menegakkan duri ke arah dorsokaudal dan kaudolateral. Arah tegak duri tersebut
menyebabkan landak akan selalu berusaha memertahankan dirinya dari arah
belakang dan lateral tubuhnya, sehingga posisi menyerang dominan landak adalah
dalam keadaaan membelakangi musuhnya (Gambar 11). Struktur m. cutaneous
pada daerah gluteal juga dapat ditemukan pada spesies beruk (Macaca
nemestrina) yang disebut dengan m. panniculus carnosus, namun memiliki fungsi
berbeda yaitu sebagai penggerak kulit daerah punggung saat menyingkirkan
kotoran dan serangga yang menggigit (Husein 2012).
Secara umum landak Jawa memiliki kelompok otot gelang panggul yang
tidak jauh berbeda dengan anjing, babi, dan pemamah biak. Namun dengan
ukuran ruas pada ossa vertebrae lumbales yang lebih pendek, maka otot pada
gelang panggul menjadi relatif lebih pendek pada landak Jawa. Secara umum
otot-otot gelang panggul memiliki fungsi utama sebagai fleksor collumna
vertebralis ke ventral dan lateral serta mencuramkan sikap pelvis. Kelompok otot
gelang panggul pada landak Jawa tersusun atas m. psoas minor, m. iliopsoas (m.
iliacus venter lateral et medial, m. psoas major), dan m. quadratus lumborum.
Musculus psoas minor berukuran relatif kecil dan pendek pada landak Jawa.
Otot ini memiliki origo yang berupa serabut muskularis, sedangkan insersionya
berupa serabut urat yang panjang dan tipis. Struktur otot ini mirip dengan hewan
lain seperti anjing, babi, dan pemamah biak (Sisson 1975), namun pada landak
Jawa m. psoas minor memiliki ukuran yang relatif lebih kecil dan pendek
disebabkan oleh ukuran ossa vertebrae lumbales yang lebih pendek. Menurut
Sisson (1975) otot ini berfungsi sebagai fleksor collumna vertebralis ke ventral
dan mencuramkan sikap pelvis. Pada landak terdapat gerakan mendorong dan
memasukkan penis ke dalam vagina (intromission) ketika kopulasi (Felicioli et al.
1997). Gerakan pelvis ini sangat efektif dengan bentuk m. psoas minor berupa
serabut muskularis pada origonya dan berbentuk pita urat tipis dan panjang pada
30
insersionya. Dengan bentuk ini, sedikit kontraksi pada m. psoas minor akan dapat
menarik pelvis ke arah kranial sehingga sangat menghemat energi pada saat
kopulasi (Supratikno 2002).
Musculus iliopsoas terdiri atas tiga otot yaitu m. psoas major, m. iliacus
venter lateral, dan m. iliacus venter medial. Struktur m. iliopsoas pada landak
Jawa memiliki ukuran yang tebal dengan origo yang hampir mirip dengan pada
anjing yaitu pada os vertebrae thoracales XIII serta corpus dan processus
transversus dari ossa vertebrae lumbales.
pemamah biak otot ini berorigo pada dua costae terakhir serta corpus dan
processus transversus ossa vertebrae lumbales (Sisson 1975). Secara keseluruhan
otot ini berfungsi sebagai fleksor persendian paha, fleksor collumna vertebralis ke
lateral jika bekerja monolateral, dan fleksor collumna vertebralis ke ventral jika
bekerja bilateral (Pasquini et al. 1989). Pada anjing, babi, dan pemamah biak otot
ini terutama berfungsi untuk meneruskan kekuatan dorongan kaki belakang ke
sumbu tubuh pada saat berjalan atau berlari. Sedangkan pada landak Jawa, otot
ini diduga berpengaruh pada kemampuan memertahankan dirinya dengan cara
menghempaskan ekor serta tubuh bagian belakang untuk menyerang musuhnya
(Vaughan et al. 2000). Gerakan ini dapat dilakukan dengan cara memfleksorkan
collumna vertebralis ke lateral secara kuat terutama oleh m. psoas major yang
berukuran lebih tebal.
Jawa
memiliki
m.
quadratus
lumborum
yang
berbeda
dibandingkan pada anjing, babi, dan pemamah biak. Pada landak Jawa otot ini
unik karena terbagi menjadi venter medial dan venter lateral yang tidak dimiliki
oleh struktur m. quadratus lumborum pada hewan lainnya (Gambar 2). Sehingga
diduga m. quadratus lumborum pada landak Jawa berfungsi memperkuat kerja
dari m. iliopsoas untuk memfleksor collumna vertebralis ke lateral dan
menghempaskan daerah panggul dan ekor untuk menyerang musuh. Sedangkan
pada anjing, babi, dan pemamah biak otot ini berorigo pada dua atau tiga ossa
vertebrae thoracales terakhir dan processus transversus lumbales, serta
berinsersio pada ala ossis ilii (Budras et al. 2007; Sisson 1975). Sehingga pada
31
anjing, babi, dan pemamah biak otot ini lebih berperan sebagai fiksator ossa
vertebrae lumbales dan dua atau tiga costae yang terakhir (Pasquini et al. 1989).
Kelompok otot paha lateral pada landak Jawa terdiri atas m. tensor fasciae
latae, m. gluteus superficialis, m. gluteus medius, m. piriformis, m. gluteus
profundus, m. biceps femoris, m. semitendinosus, m. semimembranosus, m.
quadriceps femoris, mm. gemelli, m. obturatorius externus, dan m. obturatorius
internus. Landak Jawa memiliki kelompok otot panggul dan paha lateral yang
sangat berkembang. Otot-otot yang berperan sebagai abduktor, protraktor dan
retraktor kaki belakang mendominasi dengan ukurannya yang relatif lebar dan
tebal yaitu m. tensor fasciae latae, m. quadriceps femoris, m. gluterus medius, m.
biceps femoris, dan m. semitendinosus.
Musculus tensor fasciae latae pada landak Jawa berukuran sangat lebar dan
tebal, serta bersatu dengan m. sartorius pars cranialis. Ukurannya yang sangat
lebar dan tebal menyebabkan otot ini mampu memfleksor persendian paha dan
mengekstensor persendian lutut secara maksimal. Keadaan ini menguatkan
dugaan bahwa otot ini berperan dalam aktivitas menggali dengan gerakan
protraksi kaki belakang secara maksimal. Gerakan protraksi ini kemudian
dilanjutkan oleh otot-otot retraktor dan abduktor kaki belakang, sehingga tanah
dapat dikeluarkan ke arah kaudolateral dari lubang penggalian. Selain itu,
kemampuan memrotraksikan kaki belakang juga berperan pada saat meninggikan
daerah panggul landak dalam posisi menungging untuk mengarahkan duri
pertahanan ke arah musuhnya (Compion 2010). Pada anjing, babi, dan pemamah
biak otot ini terutama berfungsi untuk gerakan ketika berlari. Fungsi keseluruhan
dari otot ini adalah memfleksor persendian paha, meregangkan fascia lata, dan
ekstensor persendian lutut (Pasquini et al. 1989). Untuk fungsi meregangkan
fascia lata, otot ini dibantu oleh m. sartorius pars cranialis.
32
persendian paha dan abduktor kaki belakang. Penebalan otot ini diduga berkaitan
dengan tuntutan gerakan retraksi yang kuat pada saat landak menggali dan
mengeluarkan tanah dari lubang penggalian.
berukuran lebih pendek diduga lebih banyak berkontribusi pada saat anjing berlari
dan membutuhkan gaya dorong yang kuat. Pada pemamah biak m. gluteus medius
relatif tidak terlalu subur karena tidak banyak melakukan gerakan retraksi kaki
belakang (Nurhidayat et al. 2009).
bersatu dengan insersio dari m. gluteus profundus. Sedangkan pada bagian kaudal
otot ini terdapat musculus piriformis yang memiliki ukuran lebih kecil, sehingga
diduga berfungsi menunjang m. gluteus medius dalam melakukan gerakan
ekstensor persendian paha dan abduktor kaki belakang.
Musculus gluteus profundus untuk sebagian bersatu dengan m. gluteus
medius di bagian insersionya. Pada landak otot ini mirip dengan anjing namun
berukuran relatif lebih kecil. Pada anjing otot ini berfungsi sebagai penunjang
gerak abduksi kaki belakang oleh m. gluteus medius (Budras et al. 2007).
Berdasarkan analogi ini maka pada landak Jawa otot ini diduga berfungsi untuk
menunjang m. gluteus medius dalam gerakan abduksi kaki belakang. Gerakan
abduksi kaki belakang penting bagi perilaku menggali tanah karena menyediakan
gaya dorong kaki belakang ke lateral sehingga tanah bisa dikeluarkan ke lateral
33
dari lubang penggalian. Kelompok otot gluteal bekerjasama secara sinergis untuk
menghasilkan gerakan retraksi yang kuat, ekstensor persendian paha, dan abduksi
kaki belakang terutama pada perilaku landak dalam menggali tanah yang
kemudian mengeluarkannya ke arah kaudolateral dari lubang penggalian.
Landak Jawa memiliki struktur musculus biceps femoris yang berbeda
dengan anjing, babi, dan pemamah baik. Pada landak otot ini sangat lebar dan
tebal serta terbagi menjadi dua kepala (caput) pada origonya. Keunikan dari otot
ini pada landak Jawa adalah origonya yang mencapai hingga ke processus
spinosus dari ossa vertebrale sacrale dan ossa coccygea I-III, sama seperti pada
origo m. semitendinosus. Origo yang mencapai ke daerah sakrum dan ekor pada
kedua otot ini diduga berperan sebagai mekanisme pertahanan diri dengan cara
menghempaskan daerah panggul dan ekor secara aktif untuk menyerang musuh.
Apabila otot ini bekerja sama dengan m. iliopsoas, m. quadratus lumborum, dan
m. semitendinosus maka diduga serangan yang dihasilkan oleh landak dapat
berakibat pada luka tusukan duri yang fatal pada musuh. Selain itu diduga otot ini
juga berperan sebagai penghasil suara duri berderak pada saat mengancam musuh
dengan cara menggerakkan ekor secara cepat dan ritmis. Secara keseluruhan otot
ini berfungsi sebagai ekstensor pesendian paha, fleksor persendian lutut pada saat
tungkai diangkat dari tanah, dan abduktor kaki belakang (Budras et al. 2007;
Pasquini et al. 1989). Selain itu, pada landak Jawa otot ini memiliki insersio yang
melebar dan tidak terbagi hingga ke daerah distal os tibia. Sehingga otot ini
diduga berperan memperkuat gerakan fleksor persendian lutut, namun membatasi
kemampuan landak Jawa dalam melakukan posisi bipedal.
Musculus abductor cruris caudalis memiliki ukuran yang relatif panjang
dan tipis pada landak Jawa. Otot ini juga dimiliki oleh anjing dengan ukuran yang
lebih panjang dan tebal dibandingkan dengan landak Jawa (Evans dan Alexander
2010). Sedangkan pada babi dan pemamah biak otot ini tidak ditemukan (Sisson
1975). Menurut Budras et al. (2007) otot ini berfungsi sebagai penunjang yang
kurang signifikan bagi fungsi abduksi dari m. biceps femoris.
Musculus semitendinosus merupakan otot yang relatif panjang dan tebal
dengan origo yang lebar dan membulat. Pada landak Jawa otot ini memiliki origo
yang terletak pada processus spinosus dari ossa vertebrale sacrale dan ossa
34
vertebrae coccygea I-III sama seperti origo dari m. biceps femoris caput sacrale.
Sehingga diduga otot ini berperan untuk menunjang kerja m. biceps femoris dalam
mekanisme pertahanan diri dengan cara menghempaskan ekor dan bagian
belakang tubuhnya untuk menyerang serta menghasilkan suara berderak untuk
mengancam musuhnya. Sedangkan insersionya terbagi pada bagian lateral dan
medial di distal os tibia. Keadaan otot yang terpisah pada insersionya diduga
dapat meningkatkan daya retraksi dan abduksi untuk memperkuat dorongan kaki
belakang ke kaudal dan lateral pada saat menggali tanah dan berjalan. Selain itu,
pada perilaku landak terdapat aktivitas menjilati regio inguinal untuk merangsang
perkemihan (Norsuhana et al. 2009). Sehingga ketika otot ini bersinergi dengan
otot-otot abduktor kaki belakang lainnya maka diduga dapat menunjang gerakan
abduksi kaki belakang untuk mempermudah mencapai regio inguinal. Keadaan
otot ini berbeda pada anjing, babi, dan pemamah biak karena memiliki origo yang
terletak pada tuber ischii dengan insersio yang tidak terpisah dan terletak lebih ke
distal dari os tibia. Selain itu pada babi otot ini memiliki dua kepala mirip seperti
pada kuda (Sisson 1975). Secara umum fungsi m. semitendinosus pada anjing,
babi, dan pemamah biak adalah sebagai ekstensor persendian paha, fleksor
persendian lutut, dan abduktor kaki belakang (Budras et al. 2007; Sisson 1975).
Musculus semimembranosus merupakan otot yang tebal pada landak Jawa.
Keadaan otot ini mirip seperti pada anjing, babi, dan pemamah biak dengan origo
pada tuber ischii dan insersio pada condylus medialis dari os femoris dan os tibia
(Budras et al. 2007; Sisson 1975). Fungsi dari otot ini adalah sebagai ekstensor
persendian paha, fleksor persendian lutut, dan adduktor kaki belakang (Nurhidayat
et al. 2009; Pasquini et al. 1989). Hal ini diduga pada landak Jawa otot ini
berperan memperkuat fungsi retraksi kaki belakang yang dilakukan oleh m. biceps
femoris dan m. semitendinosus.
Musculus quadriceps femoris terdiri atas empat otot pada landak Jawa yaitu
m. vastus lateralis, m. rectus femoris, m. vastus intermedius, dan m. vastus
medialis. Otot ini memiliki ukuran yang relatif lebar, tebal, dan cembung di
bagian dorsalnya.
ekstensor utama persendian lutut dan fleksor persendian paha. Selain itu otot ini
juga berfungsi sebagai adduktor kaki belakang pada saat m. vastus medialis
35
A
Gambar 13
Musculi gemelli pada landak Jawa memiliki keadaan yang hampir mirip
dengan pada anjing dibandingkan pada babi dan pemamah biak.
Hal ini
dikarenakan pada landak Jawa dan anjing otot ini dipisahkan oleh insersio m.
obturatorius internus menjadi m. gemellus superior et inferior (Budras et al.
2007). Sedangkan pada babi dan pemamah biak otot ini merupakan otot yang
tidak dipisahkan oleh otot lainnya (Sisson 1975). Menurut Pasquini et al. (1989)
otot ini berfungsi untuk memutar kaki belakang ke lateral. Pada landak Jawa otot
ini diduga berperan terutama untuk menunjang dan memperkuat gerakan abduksi
kaki belakang seperti pada saat aktivitas menggali tanah dan menjilati regio
inguinal. Aktivitas menjilati regio inguinal yang dilakukan oleh landak bertujuan
untuk merangsang perkemihan (Norsuhana et al. 2009).
Musculus obturatorius externus pada landak Jawa memiliki keadaan yang
hampir mirip seperti pada anjing, babi, dan pemamah biak. Menurut Pasquini et
al. (1989) otot ini berfungsi untuk memutar kaki belakang ke lateral. Sehingga
pada landak Jawa otot ini diduga menunjang fungsi mm. gemelli dan m.
36
Hal ini
dikarenakan pada landak Jawa dan anjing, otot ini keluar dari ruang panggul
melalui insicura ischiadica minor untuk mencapai insersionya di fossa
trochanterica (Pasquini et al. 1989). Selain itu pada landak Jawa dan anjing otot
ini juga memisahkan mm. gemelli menjadi m. gemellus superior et m. gemelli
inferior (Budras et al. 2007). Sedangkan pada babi dan pemamah biak, otot ini
keluar dari ruang panggul melalui foramen obturatorium untuk mencapai
insersionya di fossa trochanterica (Nurhidayat et al. 2009; Sisson 1975).
Menurut Sisson (1975) otot ini berfungsi memutar kaki belakang ke lateral.
Sehingga pada landak Jawa otot ini juga diduga berperan terutama untuk
menunjang gerakan abduksi kaki belakang seperti pada saat aktivitas menggali
tanah dan menjilati regio inguinal untuk merangsang perkemihan.
Musculus sartorius pada landak Jawa terdiri atas dua otot yaitu m. sartorius
pars cranialis yang menempati sebagian besar dorsal femur dan m. sartorius pars
caudalis yang terletak lebih ke medial femur. Struktur otot ini mirip dengan
anjing dengan otot yang terbagi dua, namun keduanya lebih banyak terletak di
dorsal femur (Pasquini et al. 1989).
fungsinya yaitu sebagai fleksor persendian paha dan ekstensor persendian lutut.
Hal ini berkaitan dengan adaptasi untuk menarik kaki belakang ke depan pada saat
berlari mengejar mangsanya (Supratikno 2002). Sedangkan pada landak Jawa,
terutama m. sartorius pars cranialis, diduga lebih banyak berperan sebagai
protraktor kaki belakang pada saat aktivitas menggali tanah atau meninggikan
daerah panggul dalam posisi menungging untuk mengarahkan duri dan menyerang
musuhnya. Berbeda dengan landak dan anjing, pada babi dan pemamah biak otot
ini hanya terbagi di bagian proksimal dan menyerupai bentuk huruf Y yang
berfungsi memfiksir arteria dan vena femoralis (Sisson 1975; Pasquini et al.
1989). Pada landak Jawa dengan adanya m. sartorius pars caudalis yang terletak
lebih ke medial femur sekaligus berfungsi sebagai adduktor kaki belakang.
37
Musculus gracilis merupakan otot yang lebar dan menutupi sebagian besar
bidang medial paha pada landak Jawa. Struktur m. gracilis memiliki keadaan
yang hampir sama dengan hewan lainnya. Secara keseluruhan otot ini berfungsi
sebagai adductor kaki belakang dan ekstensor persendian lutut (Budras et al.
2007; Pasquini et al. 1989). Pada landak Jawa otot ini diduga menunjang gerakan
retraksi kaki belakang dalam perilakunya menggali tanah. Sedangkan pada anjing
otot ini memperkuat gaya dorong kaki belakang pada saat berlari terutama pada
anjing yang digunakan untuk pacuan (Budras et al. 2007).
Musculus pectineus memiliki keadaan yang hampir sama dalam hal origo
dan insersio dengan hewan lain. Pada landak Jawa otot ini berbentuk segitiga dan
tebal karena otot ini berfungsi memperkuat kerja m. adductor dalam mengadduksi
kaki belakang. Gerakan adduksi kaki belakang diduga bekerja pada saat menggali
dan membuang tanah dari lubang penggalian.
Landak Jawa memiliki musculus adductor yang dapat dipisahkan menjadi
dua otot yaitu m. adductor magnus et brevis dan m. adductor longus. Struktur
otot ini yang terpisah menjadi dua juga ditemukan pada anjing, namun tidak
ditemukan terpisah pada babi dan pemamah biak (Budras et al. 2007; Sisson
1975). M. adductor magnus et brevis memiliki ukuran yang relatif lebih besar
dan mendominasi paha medial lapis profundal, sehingga otot ini lebih banyak
berfungsi sebagai adduktor utama paha dan ekstensor persendian paha (Pasquini
et al. 1989). Sedangkan pada m. adductor longus yang berukuran lebih panjang
dan tipis berfungsi sebagai penunjang fungsi dari m. adductor magnus et brevis.
Gerakan ekstensi persendian paha dan adduksi kaki belakang berperan pada saat
landak menggali tanah.
Pengamatan yang dilakukan terhadap otot-otot daerah panggul dan paha
landak Jawa menunjukkan bahwa hewan ini memiliki proporsi perdagingan yang
cukup tebal, namun memiliki jaringan lemak intermuskular yang sangat sedikit
dan struktur serabut otot-ototnya yang sangat halus.