Anda di halaman 1dari 10

Penuaan Jaringan Rongga Mulut

Proses penuaan jaringan lunak rongga mulut


a.
Mukosa, Terjadi perubahan pada struktur, fungsi dan elastisitas
jaringan mukosa mulut.

Gambaran klinis jaringan mukosa mulut lansia tidak berbeda jauh


dengan individu muda, tetapi riwayat adanya trauma, penyakit mukosa,
kebiasaan merokok, dan adanya gangguan pada kelenjar ludah dapat
mengubh gambran klinis

Gambaran histologis jaringan mukosa mulut yaitu trjadi penipisan


epitel, penurunan proliferasi seluler, hilangnya lemak dan elastisitas
submukosa, meningkatnya jaringan ikat fibrotik yang disertai perubahan
degenerati kolagen.

Perubahan struktural tersebut disertai dengan permukan yang halus,


kering, dan tampak tipis, seta hilangnya stippling dan elastisitas mukosa.
Perubahan tersebut meningkatkan predisposisi mukosa terhadap trauma dan
infeksi

Karakteristik penuaan mukosa mulut :

Terlihat pucat dan kering

hilangnya stippling

terjadinya Oedema

elastisitas jaringan berkurang

jaringan mudah mengalami iritasi dan rapuh

kemunduran lamina propria

epitel mengalami penipisan

keratinisasi berkurang

vaskularisasi berkurang sehingga mudah atropi

penebalan serabut kolagen pada lamina propia.

b. Lidah

- Tonus lidah mengalami penurunan tapi ukurannya tidak berubah kecuali


pada orang yang kehilangan giginya
- Papilla lidah berkurang demikian juga ukurannya. Diprediksi bahwa 65%
taste bud hilang pada umur 80 tahun.
-Tampak bercelah dan beralur atau ada pula yang tampak berambut
-Varikositas pada ventral lidah tampak jelas.
- Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya
fisura-fisura. Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsi
terhadap pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang
kelainan yang dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin.
Dimensi lidah biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi,
lidah besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.

c. Kelenjar Saliva
- Kecepatan aliran saliva rendah
- Biosintesis protein menurun karena sel-sel asinus mengalami atropi
sehingga jumlah protein saliva menurun
- Xerostomia, aliran saliva berkurang karena menurunya jumlah jaringan
asihan yang sebanding dengan ductus dan connective tissue
Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu
keadaaan normal pada proses penuaan manusia. Lansia mengeluarkan
jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirahat, saat berbicara,
maupun saat makan. Keluhan berupa xerostomia atau mulut kering sering
ditemukan pada orang tua daripada orang muda yang disebabkan oleh
perubahan karena usia pada kelenjar itu sendiri.
Berdasarkan penelitian terjadinya degenerasi epitel saliva, atrofi, hilangnya
asini dan fibrosis terjadi dengan frekuensi dan keparahan yang meningkat
dengan meningkatnya usia. Secara umum dapat dikatakan bahwa saliva
nonstimulasi (istirahat) secara keseluruhan berkurang volumenya pada usia
tua.

d. Ligamen Periodontal
Perubahan pada ligamen periodontal yang berkaitan dengan lanjut usia yaitu

berkurangnya fibroblas dan strukturnya lebih irregular,

berkurangnya produksi matriks organik dan sisa sel epitel serta

meningkatnya jumlah serat elastis.

dalam referensi lain (Makalah Bagian Prostodonsia Fakultas Kedokteran


Gigi Universitas Padjadjaran Bandung 2009,dengan judul Respon Jaringan
terhadap Gigi Tiruan Lengkap pada Pasien Usia Lanjut,yang disusun oleh
drg. Lisda Damayanti, sp. Pros.) disebutkan adanya peningkatan fibrosis dan
menurunnya selularitas ligamen periodontal.

e. Gingiva
- Terjadinya penambahan papilla jaringan ikat dan menurunnya keratinisasi
epitel.
Keratinisasi epitel gingiva yang menipis dan berkurang terjadi berkaitan
dengan usia. Keadaan ini berarti permeabilitas terhadap antigen bakteri
meningkat, resistensi terhadap trauma fungsional berkurang, atau keduanya.
Karena itulah, perubahan tersebut dapat mempengaruhi hasil perawatan
periodontal jangka panjang.
- Pergerakkan dent gingival junction ke apical meluas ke Cemento Enamel
Junction.
Migrasi epitel junction ke arah permukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi
gigi melewati gingiva sebagai usaha untuk mengatur kontak oklusal dengan
gigi lawannya (erupsi pasif) akibat hilangnya permukaan gigi karena atrisi.
Hal ini kemudian berkaitan dengan resesi gingiva. Resesi gingiva yang terjadi
pada lanjut usia bukanlah merupakan proses fisiologis yang pasti, namun
merupakan akibat kumulatif dari inflamasi atau trauma yang terjadi pada
periodontal (seperti menyikat gigi yang terlalu keras).

Proses penuaan jaringan keras rongga mulut

Penuaan jaringan keras rongga mulut terbagi 2 :


1.

Penuaan gigi

Berkaitan dengan proses fisiologis normal dan proses patologis akibat


tekanan fungsional dan lingkungan. Gigi geligi mengalami diskolorasi menjadi
lebih gelap dan kehilangan email akibat abrasi, erosi, dan atrisi.
Gigi-gigi biasanya menunjukkan tanda-tanda perubahan dengan

bertambahnya usia perubahan ini bukanlah sebagai akibat dari usia tetapi
disebabkan oleh refleks, keausan, penyakit, kebersihan mulut, dan kebiasaan.
Email mengalami perubahan pada yang nyata karena pertanbahan usia,
termasuk kenaikan konsetrasi nitrogen dan fluoride sejalan usia.

a)

Email :

-Erosi : melarutnya email gigi (kalsium) oleh asam.Erosi merupakan kelinan


yang disebabkan hilangnya jaringan keras gigi karena proses kimiawi dan
tidak melibatkan bakeri.
Penyebab utama larutnya email gigi adlah makanan atu minuman yang
mengandung asam, asam yang timbul akibat gangguan pencernaan yaitu
hasil metabolisme sisa makanan oleh kuman, asm yang mempunyai PH
kurang dari 5,5.

-Abrasi : terkikisnya lapisan email gigi sehingga email menjadi berkurang


atau hilang hingga mencapi dentin .
Penyebab yaitu gaya friksi (gesekan) langsung antara gigi yang berkontak
dengan objek eksternal karena cara menyikat gigi yang tidak tepat,
kebiasaan buruk seperti menggigit pensil, mengunyah tembakau,
menggunakan tusuk gigi yang berlebihan diantara gigi, serta pemakaian gigi
tiruan lepasan yang menggunakan cengkeraman.

-Atrisi : hilangnya suatu substansi gigi secara bertahap (keausan) pada


permukaan oklusal, incisal, dan proksimal gigi karena proses mekanis yang
terjadi secara fisiologis akibat pengunyahan.
Penyebabnya yaitu proses pengunyahan didukung oleh kebiasaan buruk
seperti mrngunyah sirih, kontak premature dan makanan yang bersifat
abrasive, serta proses fisiologis pengunyahan pada manula.

b)

Dentin

Terjadinya proses pembentukan:

-Dentin sekunder : kelanjutan dentinogenesis, reduksi jumlah odontoblas


-Dentin tersier : adanya respon ransangan, odontoblas berdesakan, dan
tubulus dentin bengkok
-Dentin skelrotik : karies terhenti/berjalan sangat lambat, tubulus dentin
menghilang, dan merupakan system pertahanan tubuh ketika ada karies
-Dead tracks (saluran mati ) : tubulus dentin kosong

c)

Pulpa

- Peningkatan kalsifikasi jaringan pulpa


- Penurunan komponen vaskuler dan seluler
- Reduksi ukuran ruang pulpa
Pembentukan dentin yang berlanjut sejalan dengan usia menyebabkan
reduksi secara bertahap pada ukuran kamar pulpa.

- Peningkatan jaringan kolagen pulpa

2.

Penuaan tulang alveolar

Terjadinya resorpsi dari processus alveolaris terutama setelah


pencabutan gigi sehingga tinggi wajah berkurang, pipi dan labium oris tidak
terdukung, wajah menjadi keriput

Terjadi resorpsi pada caput mandibula, fossa glenoidales yang akan


membatasi ruang gerak membuka dan menutup mandibula

Degenerasi tulang alveolar menyebabkan gigi geligi tampak lebih


panjang. Masa tulang (baik pada tulang alveolar atau sendi rahang ) menurun
akibat menurunya asupan kalsium dan hilangnya mineral tulang. Massa
tulang dewasa mencapai puncaknya sekitar 35 tahun. Kemudian massa
tulang menurun sejalan dengan usia, dengan hilangnya tulang kortikal
maupun tulang trebekular.

Tulang alveolar juga mengalami remodeling. Resorbsi rahang atas


menyebabkan dasar sinus tipis.

Dalam suatu kelompok orang berusia 65 tahun atau yang lebih tua,

menunjukkan adanya kehilangan perlekatan dan tulang alveolar yang lebih


berat dibandingkan orang yang lebih muda. Gambaran klinis ini kemungkinan
terjadi akibat efek dari akumulasi plak dalam jangka waktu yang lama.
Faktanya, penelitian klinis menyimpulkan bahwa penuaan kronologis tidak
selalu menyebabkan terjadinya kehilangan perlekatan ataupun penurunan
penyangga tulang alveolar.

3.

Penuaan sementum

Penebalan sementum disepanjang seluruh permukaan akar meningkat seiring


dengan bertambahnya usia, dan penebalan ini lebih terlihat pada sepertiga
apikal akar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan jaringan rongga mulut

1) Faktor genetik
Penuaan dini
Resiko penyakit

2) Faktor endogenik.
Hormon : menurunya hormone estrogen dan testosterone menyebabkan
osteoblast menurun, osteoklast meningkat sehingga terjadai resorbsi dan
remodeling tulang dan tulang alveolar menjadi berkurang.

3) Faktor eksogenik (factor lingkungan dan gaya hidup)


Diet/ asupan zat gizi
- Vitamin dapat memperlambat proses degenerative pada lansia.
- Defisiensi ion Zn dapat menyebabkan gangguan fungsi imun dan
pengecapan.
Merokok, dapat memggangu vaskularisasi rongga mulut sehingga
mempercepat penuaan rongga mulut.

Penyinaran Ultra Violet


Polusi
Proses penuaan dipicu oleh laju peningkatan radikal bebas dan system
penawara racun yang semakin berubah seiring berjalannya usia.

Dampak penuaan jaringan mulut terhadap rongga mulut


Secara umum :
1.

Fungsi pengecapan berkurang : terjadi karena taste buds berkurang.

2.
Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal akan menganggu
kestabilan lengkung gigi sehingga menganggu fungsi kunyah.
3.
Epitel mukosa mudah terkelupas dan jaringan ikat di bawahnya sembuh
lambat. Atropi jaringan ikat menyebabkan elastisitas menurun sehingga
menyulitkan pembuatan protesa yang baik.
4.
Secara klinis, mukosa mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi lebih
pucat, tipis kering, dengan proses penyembuhan yang melambat. Hal ini
menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap
tekanan ataupun gesekan, yang diperparah dengan berkurangnya aliran
saliva (Silverman 1965).
5.

Perubahan Ukuran Lengkung Rahang.

Kebanyakan proses penuaan disertai dengan perubahan-perubahan


osteoporosis pada tulangnya. Penelitian pada inklinasi aksial gigi pada
tengkorak manusia yang kemudian diikuti oleh hilangnya gigi, merupakan
salah satu pertimbangan dari awal berkurangnya tinggi tulang alveolar
(Boucher, 1982).
Umumnya gigi-gigi rahang atas arahnya ke bawah dan keluar, maka
pengurangan tulangnya pada umumnya juga terjadi ke arah atas dan dalam.
Karena itu lempeng kortikalis tulang bagian luar lebih tipis daripada bagian
dalam. Resorbsi bagian luar lempeng kortikalis tulang berjalan lebih banyak
dan lebih cepat. Dengan demikian, lengkung maksila akan berkurang menjadi
lebih kecil dalam seluruh dimensi dan juga permukaan landasan gigi menjadi
berkurang.
Pada rahang bawah, inklinasi gigi anterior umumnya ke atas dan ke depan
dari bidang oklusal, sedangkan gigi-gigi posterior lebih vertikal atau sedikit
miring ke arah lingual. Permukaan luar lempeng kortikalis tulang lebih tebal
dari permukaan lingual, kecuali pada daerah molar, juga tepi bawah

mandibula merupakan lapisan kortikalis yang paling tebal. Sehingga arah


tanggul gigitan pada mandibula terlihat lebih ke lingual dan ke bawah pada
daerah anterior dan ke bukal pada daerah posterior. Resorbsi pada tulang
alveolar mandibula terjadi ke arah bawah dan belakang, kemudian ke depan.
Terjadi perubahan-perubahan pada otot sekitar mulut, hubungan jarak antara
mandibula dan maksila serta perubahan ruangan dari posisi mandibula dan
maksila.

6.

Resorbsi Linggir Alveolar

Tulang akan mengalami resorbsi dimana atropi selalu berlebihan. Resorbsi


yang berlebihan dari tulang alveolar mandibula menyebabkan foramen
mentale mendekati puncak linggir alveolar. Puncak tulang alveolar yang
mengalami resorbsi berbentuk konkaf atau datar dengan akhir seperti ujung
pisau. Resorbsi berlebihan pada puncak tulang alveolar mengakibatkan
bentuk linggir yang datar akibat hilangnya lapisan kortikalis tulang. Resorbsi
linggir yang berlebihan dan berkelanjutan merupakan masalah karena
menyebabkan fungsi gigi tiruan lengkap kurang baik dan terjadinya
ketidakseimbangan oklusi.

7.
Berkurangnya fungsi pengecapan juga cenderung menambah masalah
pada pemakaian gigi tiruan (Barnes).
Pengurangan aliran saliva akan mengganggu retensi gigi tiruan, karena
mengurangi ikatan adhesi saliva diantara dasar gigi tiruan dan jaringan lunak
dan menyebabkan iritasi mukosa. Keadaan ini menyebabkan kemampuan
pemakaian gigi tiruan berkurang sehingga kemampuan mengunyah
berkurang, kecekatan gigi tiruan berkurang, kepekaan pasien terhadap
gesekan-gesekan dari gigi tiruan bertambah (Boucher 1982).

Pengaruh penuaan terhadap sendi TMJ


Perubahan pada sendi Temporo Madibular Junction sering terjadi pada usia
30-50 tahun. Penelitian tentang otot-otot penutupan mulut menunjukkan
perpanjangan fase konstraksi sejalan dengan usia, yang menunjukkan
perubahan umum dari otot atau hilangnya serabut otot untuk gerakan
mandibula berkaitan dengan pertambahan usia. Reduksi lebih lanjut pada
ketebalan otot rahang ditemukan pada orang tidak bergigi dibanding yang
masih bergigi. Perubahan ini terjadi akibat dari proses degenerasi sehingga
melemahnya otot-otot mengunyah yang mengakibatkan sukar membuka
mulut secara lebar.

Maka pengaruh yang akan terjadi pada TMJ :


1. Pengaruh pengurangan jumlah gigi akibat penaan, terutama di gigi
posterior telah diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini karena
condilust mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada saat menutup
mulut. Inilah yang memicu perubahan letak condilust pada fossa glenoid dan
menyebabkan kelainan pada TMJ
2. Akibat penuaan jmengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang saat
menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks
3. Penuaan mengakibatkan remodeling.

Pengaruh proses penuaan terhadap system stomatognatik


System Stomatognatik
Kombinasi struktur cavum oris yang terlibat dalam proses bicara,
pengecapan, mastikasi dan penelanan. Terdiri dari :
a. Gigi
b. Rahang
c. Otot pengunyahan
d. Persyarafan
e. TMJ

Secara umum pada system stomatognatik:


- Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal akan mengganggu
kestabilan lengkung gigi sehingga mengacaukan fungsi kunyah
- Pada proses bicara, huruf konsonan dibentuk oleh pemutusan aliran udara
di atas larink. Pemutusan ini dapat dilakukan oleh salhsatunya karena gigi
sehingga jika gigi sudah tanggal, pembentukan huruf konsonan terganggu,
dan menghambat proses bicara
- Produk bicara juga dipengaruhi oleh otot pengunyahan

Pengaruh perubahan usia pada gigi geligi

1. Pergerakan ke mesial (kea rah depan) dari gigi geligi. Pada tiap arcus
dentalis yang berhubungan dengan ausnya facies aproximalis (daerah
kontak) dari gigi geligi tetangganya (proses penyesuaian local untuk gigi
sebelahnya)
2. Atrisi enamel, diikuti dengan terbukanya dentin pada facies occlusalis dan
edge insisal. Proses ini berhubungan dengan reduksi besar cavitas pulparis
karena dentin sekunder yang mengalami atrisi yang hebat
3. Pergerakan mandibula ke depan dalam hubungan dengan maksila.
Diakibatkan karena atrisi bonjol-bonjol gigi belakang cenderung menimbulkan
kontak gigitan tepi dari insisivus atas dan bawah bertemu
4. Resesi gingiva, menyebabkan CEJ pada cavum oris sehingga perlekatan
ligamentum periodonsium akan berkurang dan tepi soket tereabsorpsi.
Terjadi rasa ngilu/ karies serviko fasial, menganggu estetika karena gigi
terlihat panjang, dinding poket meradang, jumlah sel fibrobrast ligament
periodontal menurun.
5. Akar gigi memanjang karena deposisi cementum pada regio apicalis
sehingga kompensasi resesi gusi ke arah akar menyebabkan erupsi aktif
6. Penyempitan rongga pulpa dan penebalan cementum

Anda mungkin juga menyukai