Anda di halaman 1dari 25

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.F DENGAN FRAKTUR


FEMUR DI RUANGAN BEDAH LELAKI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH Dr. M. HAULUSSY AMBON

Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III


Kesehatan Pada Program Studi Keperawatan Ambon
Politeknik Kesehatan Depkes Maluku
Disusun oleh :
MOH. KASIM SOLISSA
NIM : P07120106038

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN AMBON


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES MALUKU
2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat,
rahmat-Nyalah, sehinggah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul " Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. "F" Dengan Fraktur
Femur Di Ruangan Bedah Lelaki Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M.
HAULUSSY Ambon".
penulis menyadari didalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak
mengalami kesulitan dan hambatan, namun semua dapat terselesaikan atas berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehinggah Karya Tulis Ilmiah ini
dapat terselesaikan.
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna baik dari segi isi maupun
dari teknik penulisan. untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
ke arah yang lebih baik.
pada kesempatan ini perkenangkan penulis untuk menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
1. Achmad Ely,S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Depkes
Maluku yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menimbah ilmu pada Program Studi Keperawatan Ambon, jurusan
keperawatan.
2. Dr. NY. F. Koedoeboen, M.Kes, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Dr. M. HAULUSSY Ambon yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
menggunakan Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. HAULUSSY Ambon sebagai
lokasi penelitian dalam rangka penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
3. Abd. Rivai S. Dunggio, A.Kp., M.Kes, Selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Ambon, Politeknik Kesehatan Depkes Maluku.
4. F.X. Lenahatu, AMK, selaku kepala ruangan Bedah Lelaki yang telah ikut
membantu memberikan masukan kepada penulis selama melakukan penelitian.
5. Ns. Ida Djafar, S.Kep., selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah, selalu setia
memberikan bimbingan dan masukan yang sangat besar dalam menambah
wawasan penulis.
6. pada Tn. "F" selaku objek yang diteliti yang banyak membantu dalam
memberikan data dan informasi selama penulis mengadakan penelitian.

6. Seluruh Staf Dosen pada Program Studi Keperawatan Ambon yang telah
membimbing dan memberikan pengetahuan kepada penulis selama mengikuti
pendidikan pada Politeknik Kesehatan Depkes Maluku.
8. Ayahanda dan Ibunda tercinta, seluru keluarga yang tidak henti-hentinya
mendoakan serta memberikan dukungan baik materi maupun moril selama penulis
mengikuti pendidikan pada Politeknik Kesehatan Depkes Maluku.
9. Rekan rekan mahasiswa Program Studi Keperawatsn Ambon, angkatan 2006
serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Hapan penulis semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat untuk kita semua.

Ambon, Agustus 2009

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan
mobilisasi masyarakat atau mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi
terjadi peningkatan penggunaan alat-alat transportasi atau kendaraan bermotor
khususnya bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Sehingga menambah
kesemrawutan arus lalu lintas. Arus lalu lintas yang tidak teratur dapat
meningkatkan kecenderungan terjadinya

kecelakaan kendaraan bermotor.

Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau disebut fraktur.
Fraktur merupakan satu ganguan musculoskeletal yang umum disebabkan
oleh trauma. Dengan semakin pesatnya kemajuan lalu-lintas dindonesia, maka
mayoritas fraktur disebabkan oleh kecelakaan lalulintas kapan saja, dimana saja
dan siapa saja dapat mengalami trauma yang disebabkan oleh kecelakaan lalulintas. Salah satu fraktur yang sering terjadi akibat kecelakaan lalu-lintas adalah
fraktur femur. Fraktur ini terjadi karena adanya daya dari luar yang melebihi dari
kemampuan tulang femur sehinggah terjadi diskontinuitas jaringan tulang femur.
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah
dengan mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi
fraktur adalah fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001). Penanganan
tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi

Penderita fraktur di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Haulussy sesuai


hasil pengambilan data awal, dari tahun 2007 2009, fraktur femur mengalami
penurunan setiap tahunnya dan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
TABEL 1
JUMLAH PASIEN FRAKTUR FEMUR
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. M. HAULUSSY AMBON
PADA TAHUN 2006 S/D MEI 2009
No
1
2
3
4

Tahun

Jumlah Pasien Penderita


Fraktur femur
12 orang
16 orang
14 orang
9 orang

2006
2007
2008
2009
Januari Mei
Sumber : Rekam Medik RSUD Dr. M. Haulussy Ambon.

Persentase
23,5 %
31,3 %
27,4 %
17,6 %

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa terdapat penurunan angka


kesakitan pada klien dengan fraktur femur yaitu pada tahun 2006 klien yang
menderita fraktur femur sebanyak 23,5 %, meningkat menjadi 31,3 % pada tahun
2007, dan pada tahun 2008 turun menjadi 27,4 %. Pada lima bulan pertama di
tahun 2009 tercatat 9 kasus fraktur femur dengan persentase 17,6 %
Perawat sebagai orang yang selalu berada 24 jam dengan klien memiliki
peranan penting dalam menerapkan asuhan keperawatan klien dengan fraktur
femur. Dalam hal ini peran perawat sangat dibutuhkan untuk membantu klien dan
keluarga yang mendarita fraktur femur. Peran perawat antara lain promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative. Namun bukan saja peran perawat, keluarga
juga sangat dibutuhkan dalam membantu klien, karena keluarga adalah orang
yang terdekat yang berada didekat klien dan sangat bertangung jawab terhadap

perawatan anggota keluarganya yang menderita fraktur femur. Untuk itu penulis
mersa tertarik untuk memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur
femur yang sesuai dengan ilmu pengetahuan dan kertampilan yang penulis miliki.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Fraktur Femur .

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam penulisan ini adalah agar mamapu
menerapkan Asuhan keperawatan pada klien denganm fraktur femur di
Ruangan Bedah Lelaki RSUD. Dr. M. Haulussy Ambon.
2. Tujuan Khusus
Adapun Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Dapat melakukan pengkajian pada Tn. F dengan fraktur femur dan dapat
mengetahui masalah yang dihadapi oleh klien.
b. Dapat Merumuskan diagnose keperawatan pada Tn. F sesuai dengan datadata yang berhasil didapatkan selama pengkajian.

c. Menentukan perencanaan keperawatan pada Tn. F dengan fraktur femur.


d. Dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan yang direncanakan
sesuai dengan kebutuhan klien.
e. Dapat mengevaluasi sejauh mana keberhasilan dalam penerapan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. F dengan fraktur femur.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan dari penelitian ini adalah :
1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan teori-teori keperawatan dan ilmu kesehatan, khususnya dalam
upaya menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur femur.
2. Secara praktis
a. Bagi klien
Membantu klien dan keluarga untuk memecahkan masalah
kesehatan yang dihadapi melalui pendekatan asuhan keperawatan dengan
kasus fraktur femur.
b. Bagi rumah sakit
Untuk menyumbangkan pemikiran dan tindakan nyata yang
professional

yang diarahkan dalam asuhan keperawatan pada klien

dengan fraktur femur.

c. Bagi institusi
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan tambahan referensi bagi
semua

pihak

guna

mengembangkan

ilmu

pengetahuan

sehingga

pendidikan akan menghasilkan tenaga keperawatan yang professional.

BAB II
KAJIAN PSUTAKA
A.
Konsep Dasar Fraktur Femur
1. Pengertian faktur femur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut
Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation menyebutkan
bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik. Kekuatan dan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu
sendiri dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila
seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan
seluruh ketebalan tulang (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 1995)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya (Smeltzer, 2001)
Fraktur femur atau patah tulang paha merupakan rusaknya kontiunitas
tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan
otot, dan kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang atau osteoporosis. Fraktur
tulang femur dapat terjadi mulai dari proximal sampai distal. Untuk
mematahkan batang femur pada orang dewasa, diperlukan gaya yang besar.

Secara klinis, fraktur femur terdiri atas pada tulang paha terbuka dan pada
tulang paha tertutup (Arif Mutaqin, 2008).
Fraktur femur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh
fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
Fraktur terbuka adalah fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah
ditembus (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson, 1995).
2. Klasifikasi
Ada dua tipe dari fraktur femur, yaitu :
a. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul
dan melalui kepala femur (capital fraktur) : (1). Hanya di bawah kepala
femur. (2). Melalui leher dari femur
b. Fraktur Ekstrakapsuler. (1). Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui
trokhanter femur yang lebih besar/yang lebih kecil /pada daerah
intertrokhanter. (2). Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak
lebih dari 2 inci di bawah trokhanter kecil.
1. Etiologi fraktur femur menurut (Purnawan Junadi, 1982) (1). Trauma
langsung/ direct trauma, yaitu apabila fraktur terjadi di tempat
dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan,
pukulan yang mengakibatkan patah tulang). (2). Trauma yang tak
langsung/ indirect trauma, misalnya penderita jatuh dengan lengan
dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan
tangan. (3). Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya
fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ ada underlying disesase dan
hal ini disebut dengan fraktur patologis.

2. Patofisologi dan Penyimpangan KDM pada Fraktur Femur.


Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras
akibat kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi
patah dan fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang
tersebut.
Pada fraktur femur jarang terjadi dibanding fraktur tulang pendek.
lainnya karena periost yang melapisi tulang femur lebih tebal dibandingkan
tulang pendek lainnya, terutama pada daerah depan yang dilapisi kulit lebih
tebal sehingga tulang ini tidak mudah patah dan karena trauma dari luar
sehingga dapat terjadi fraktur pada tulang femur.

Penyimpangan KDM pada Fraktur Femur


Trauma pada femur
Kegagalan tulang menahan tekanan terutama
tekanan membengkok memutar, dan menarik
Fraktur Femur Tertutup
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kerusakan fragmen tulang


Spasme otot
Cedera jaringan lunak
Alat imobilisasi
Kerusakan neurimuskuler
Deformitas.

keluhan nyeri
Keterbatasan melakukan
pergerakan
- Penurunan kemampuan otot
- Perubahan bentuk tubuh
- Perubahan status psikologi

Nyeri

Kurang informasi salah


informasi pengobatan

Prosedur Pemasangan

Prosedur pemasangan
fiksasi internal

Salah interpretasi dalam


mencari pertolongan

Keterbatasan pergerakan
fisik, tirah baring lama

Adanya luka (Port de


Entre)

Resiko Terjadi
komplikasi fraktur

Perubahan Peran

Resiko Infeksi

Tirah baring lama,


penekanan lokal

Perubahan sirkulasi,
embolisme lemak

Kerusakan jaringan Kulit

Resiko disfungsi
neurovaskuler perifer

Resiko tinggi trauma GAMBAR


DefisitI Perawatan diri
Gangguan Citra
PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANGAN KDM FREKTUR FEMUR (Arif,
Mutaqin, 2008)
tubuh

Hambatan mobilitas fisik

3. Manifestasi Klinis Fraktur Femur


Tanda dan gejala dari frektur femur Arif Mansjoer at. Al, 2000) yaitu daerah
paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda fungcio
laisa, nyeri tekan, dan nyeri gerak tampak adanya deformitas angulasi ke
lateral atau angulasi anterior, endo/eksorotasi. Ditemukan adanya perpendekan
tungkai bawah. Pada fraktur femur, saat pemeriksaan harus diperhatikan pula
kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligamentum di
daerah lutut. Selain periksa juga keadaan nervus siatika dan arteri dorsalis
pedis.
4. Pemeriksaan Penunjang
adapun pemeriksaan penunjang pada kasus fraktur femur menurut Doenges,
2000 : 762
a. Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi / luasnya fraktur trauma
b. Scan tulang, tomogram, scan CT / MRI : memperlihatkan fraktur, juga
dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d. Hitung daerah lengkap : HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (pendarahan sel darah putih adalah respon stress normal setelah
trauma).
e. Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klien ginjal.

5. Penatalaksanaan Pada Fraktur Femur


Prinsip penatalaksaanannya pada fraktur ada dua jenis yaitu
konservatif dan operatif. Kriteria untuk menentukan pengobatan dapat
dilakukan secara konservatif atau operatif selamanya tidak absolut.
Sebagai pedoman dapat di kemukakan sebagai berikut:
a. Cara konservatif : 1). Anak-anak dan remaja, dimana masih ada
pertumbuhan tulang panjang, 2) Adanya infeksi atau diperkirakan dapat
terjadi infeksi, 3) Jenis fraktur tidak cocok untuk pemasangan fiksasi
internal, 4) Ada kontraindikasi untuk di lakukan operasi,
b.

Cara operatif di lakukan apabila : 1) Bila reposisi mengalami


kegagalan, 2) Pada orang tua dan lemah (imobilisasi akibat yang
lebih buruk),
patologik,

3) Fraktur multipel pada ekstrimitas bawah, 4) Fraktur


5) Penderita yang memerluka imobilisasi cepat

c.Pengobatan konservatif dapat dilakukan dengan : 1) Pemasangan Gips, 2)


Pemasangan traksi (skin traksi dan skeletal traksi). Beban maksimal
untuk skin traksi adalah 5 Kg
d.

Pengobatan operatif : 1) Reposisi dan 2) Fiksasi.

6. Traksi

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Proses keperawtan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk


menentapkan merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam
rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatan seoptimal
mungkin (Robert Prihardjo, 2001). Herber dalam Robert Prihardjo mengatakan
bahwa proses keperawatan adalah suatu pendekatan sistematis untuk mengenali
masalah-masalah pasien dan mencari alternative pemecahan masalah dalam
memenuhi kebutuhan kebutuhan pasien.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari suatu proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat
mengindetifikasikan, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, social dan lingkungan.
a) Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, usia, bahasa
yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi,
golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah
sakit(MRS), dan dianosis medis.
b) Keluhan Utama
Pada umumnya fraktur femur dalah rasa nyeri yang hebat.
c) Riwayat Penyakit sekarang
Kaji kronologi terjadinya trauma, yang menyebabkan patah tilang paha,
pertolongan yang telah didapat, dan apakah sudah berobat ke dukun patah.
Dengan mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan, perawat dapat
mengetahui luka kecelakaan yang lain.
d) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit-penyakit tertentu seperti kangker tulang dan penyakit paget
menyebabkan fraktur patologis sehinggah tulang sulit menyambung.
Selain itu, klien diabetes dengan luka dikaki sangat beresiko mengalami

osteomelitis akut dan kronis dan penyakit diabetes menghambat proses


penyembuhan tulang.
e) Riwayat Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah
factor predisposisi terjadi fraktur, seperti osteoposis yang terjadi pada
beberapa keterunan dan kangker tulang yang cenderung diturunkan secara
genetic.
f) Pola fungsi Kesehatan antara lain : 1) Pola nutrisi dan metabolisme nyeri
yang ditimbulkan kemungkinan akan mengurangi nafsu makan atau
menghilangkan nafsu makan klien sehingga beresiko nutrisi tubuh kurang.
2) Pola istirahat dan Tidur. Nyeri yang dirasakan akan menjadikan klien
nyaman untuk istirahat, pemasangan traksi akan membatasi pergerakan
sehingga mengganggu posisi yang nyaman untuk tidur. 3) Pola eliminasi
klien dengan fraktur diharuskan untuk bedrest total akibatnya dengan
bedrest total peristaltic usus menurun sehingga resiko terjadi konstipasi.
4) Pola Aktivitas Dengan bedrest aktivitas klien terganggu dan tergantung
bantuan orang lain atau keluarga. Kahilangan fungsi pada bagian yang
terkena keterbatasan fisik. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Reduksi dan mobilisasi harus di perhatikan sesuai kebutuhan Pemberian
analgetik untuk mengurangi nyeri. Status neurovaskuler (seperti
: perdarahan, nyeri, perabaan gerakan) harus dipantau. Latihan isomeric
dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan
meningkatkan peredaran darah.
g) Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum ( Tekanan darah, nadi, Pernafasan, Suhu ) Inspeksi ;


Pembengkakan dan deformitas pada daerah femur. Palpasi : Tegang local,
krepitasi dan nyeri tekan. Gerakan : False Movement.
h.
Pemeriksaan penunjang
Radiologi : Jenis Radiologis tanpa kontras yaitu Plain foto ( x-ray)
Computer Tomography (CT-scan) Ultrasonography. Magnetic Resonace
Imaging (MRI) Jenis Radiologis dengan kontras : Computed Tomoraphy
(CT-scan) Magnetic Resonance Imaging (MRI) Sinography Arthrography
Arteriography.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang (fraktur)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pemasangan traksi atau
gips.
c. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan traksi atau gips pada
ektremitas
e. Resiko tinggi kerusakan jaringan integritas kulit berhubungan dengan
perubahan sirkulasi sekunder terhadap fraktur
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I. Perubahan kenyamanan (Nyeri akut) berhubungan
dengan diskontinuitas jaringan tulang (fraktur)
Tujuan
: Nyeri dapat berkurang dalam 1x 24 jam
Kriteria Hasil

: Klien mengatakan nyeri berkurang, ekspresi wajah

berkurang, tidak merintih


Intervensi :
1) Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)
Rasional : Menjalin hubungan saling percaya antara perawat, klien
dan keluarga klien
2) Kaji TTV
Rasional : Untuk mengetahui perkembangan klien dan mendeteksi
infeksi dini
3) Pertahankan tirah baring sampai nyeri berkurang
Rasional : Nyeri dan spasme otot dikontrol oleh immobilisasi

4) Anjurkan pada klien untuk tidak menggerakan atau meminimalkan


gerak pada bagian yang sakit
Rasional dengan meminimalkan gerak atau tidak menggerakan bagian
yang sakit dapat mengontrol nyeri.
5) Pertahankan traksi yang diprogramkan dan alat-alat penyokong (belat,
alat fiksasi eksternal, atau gips)
Rasional : Untuk mengimobilisasi frakturdan menurunkan nyeri
6) Kolaborasi dengan tim medis (dokter)dalam pemberian obat antibiotik
dana analgesic
Rasional : Menjalankan fungsi independent perawat dan
mempercepat penyembuhan
b. Diagnosa 2. Gangguan Mobilitas fisik berhubungan dengan
pemasangan traksi atau gips.
Tujuan :
Meminimalkan kemungkinan terhadap cidera,
Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah
dilakukan keperawatan.
Kriteria Hasil : Memperlihatkan tindakan untuk meningkat mobilitas,
melaporkan adanay peningkatan mobilitas,
mempertahankan posisi fungsional d.Meningkat kekuatan
atau fungsi yang sakit, Menunjukkan tehnik mampu
melakukan aktivitas.
Intervensi :
1) Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
Rasional : Nyeri dan spasme otot dikontrol oleh mobilisasi
2) Tinggikan ekstrimitas yang sakit
Rasional : Untuk member kenyamanan
3) Instruksikan klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas
yang sakit dan tak sakit.
Rasional : Mempertahankan fungsi ekstremitas
4) Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit di bawah dan siatas
fraktur ketika bergerak.
Rasional : Untuk mengimobilisasi fraktur dan mengurangi nyeri.
5) Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas

Rasional

: Mengurangi resiko cidera

6) Kolaborasi fisioterapi
Rasional : Menjalakan fungsi independent perawat dan
mempercepat penyembuhan
c. Diagnosa 3. Resiko tinggi kerusakan intregitas jaringan kulit
berhubungan dengan perubahan sirkulasi sekunder terhadap fraktur.
Tujuan
: Kerusakan intregitas jaringan dapat diatasi setelah
tindakan perawatan
Kriteria hasil : Tidak ada laserasi, Intregitas kulit baik
Intervensi :
1) Kaji ulang intregitas luka dan observasi terhadap tanda infeksi
Rasiona : Untuk memonitori suhu tubuh dan mendektesi infeksi
2)

dini.
Monitor suhu tubuh
Raional : Untuk mengetahui perkembangan klien dan mendeteksi

3)

infeksi dini
Pertahankan kesejajaran tubuh
Rasional : Meminimalkan gerak / mengurangi gerakan dapat

4)
5)

mengontrol nyeri.
Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
Rasional : Untuk menjaga intregitas kulit.
Kolaborasi pemberian antibiotic
Rasional : Menjalankan fungsi independent perawat dan
mempercepat penyembuhan.

4. Implementasi Keperawatan.
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh perawat dan
pasien (keliat, 1994). Pelaksanaan rencana keperawatan merupakan kegiatan
yang diberikan kepada pasien. Kegiatan ini melihat pelaksanaan secara medis,
pada tahap ini perawata menetapkan pengetahuan dan keterampilannya
berdasarkan ilmu-ilmu keperawataan dan ilmu yang terkait secara terintegrasi.

Pada waktu perawat memberikan pelayanan keperawatan, proses


pengumpulan dan analisa data berjalan terus-menerus, guna perubahan atau
penyesuaian tidakan keperawatan, pegorganisasian pekerjaan perawat serta
lingkungan fisik untuk pelayanan yang dilakukan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yang
berfungsi untuk menilai sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai selama
melakukan proses keperawatan serta melihat apa yang sudah dipecahkan dan
dinilai kembali.
Tujuan evaluasi adalah untuk meberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu peleyanan keperawatan melalui
perbandingan-perbandingan pelayanan keperawatan yang telah diberikan serta
sesuai dengan standar tujuan yang telah ditentukan.

C.

Kerangka Konsep

Nyeri
P

Gangguan Mobilisasi
Fisik
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Perencanaan
4. Implementasi
5. Evaluasi

Gangguan Rasa
Nyaman

Klien dengan Fraktur


Femur

Gangguan istirahat
tidur
Defisit perawatan diri

Resiko tinggi
kerusakan jaringan
integritas kulit
GAMBAR 2

KERANGKA KONSEP PENELITIAN


Keterangan
: Tidak diteliti
: Diteliti
Sumber : Doengoes, Marilynn E, 1999.

BAB III
MATODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian deskriftif yang
berbentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang komperhensif
meliputi pengkajian, diagnosa keperawata, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu penelitian
Penelitian ini berlangsung dari tanggal 29 Juli 2009 sampai dengan
tanggal 1 Agustus 2009
2. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang bedah lelaki Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. M Haulussy Ambon.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah klien dengan fraktur femur yang dirawat di ruang
bedah lelaki Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M Haulussy Ambon.
D. Variabel dan Defenisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang
nilainya menentukan variabel lain. Adapun yang menentukan dalam

variabel ini adalah proses keperawatan yang meliputi 5 tahap, antara lain :
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
b. Variabel dependen
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang
nilainya ditentukan oleh variabel lain. Adapun yang menjadi variabel
dependen dalam penelitian ini adalah klien yang menderita fraktur femur
dengan masalah-masalah yang timbul.
2. Defenisi Operasional
a. Asuhan keperawatan adalah suatu pelayanan esensial yang diberikan oleh
perawat berdasarkan upaya-upaya preventif, promotif, kuratif dan
rehabilitatif, sesuai dengan posisi yang ada pada diri mereka.
b. Pengkajian adalah dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan
yang terdiri dari beberapa tahapan diantaranya pengumpulan data,
pengelompokan data dan menganalisis data.
c. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang singkat, jelas dan
pasti tentang status atau masalah kesehatan pasien yang perlu
ditanggulangi.
d. Perencanaan adalah pengembangan dari pencatatan rencana keperawatan
dan menentukan pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah
atau mengurangi masalah klien.
e. Implementasi

adalah

perwujudan

keperawatan oleh perawat dan klien.

atau

pelaksanaan

perencanaan

f. Evaluasi adalah langkah terakhir dari proses keperawatan yang merupakan


pengukuran keberhasilan dari seluruh tindakan keperawatan dalam
memenuhi kebutuhan klien.
g. Klien adalah seorang individu atau salah satu bagian dari masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan, khususnya dalam keadaan sakit.
h. Fraktur femur adalah patah tulang pada daerah paha.
i. Nyeri adalah perasaan subjekif yang terlihat maupun tidak terlihat oleh
orang lain.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara atau anamnesa
Cara pengumpulan data melalui tanya jawab kepada klien atau keluarganya.
2. Observasi
Pengumpulan informasi melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
peraba dan alat perasa.
3. Pemeriksaan fisik
Pengumpulan data melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
4. Dokumentasi catatan medis / rencana medis dan laporan tentang keadaan
klien.
F. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang penulis gunakan untuk mendapatkan data-data fisik
dalam penelitian sebagai berikut :

1. Format pengkajian yaitu untuk mengkaji atau mengetahui data kesehatan


klien.
2. Thermometer yaitu untuk mendapatkan data suhu klien.
3. Stetoskop dan tensimeter yaitu untuk mendapatkan data tekanan darah dan
bunyi jantung
4. Arloji yaitu untuk mendapatkan data denyut nadi.
G. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
setelah melakukan pengkajian data didapatkan data kesehatan dan keperawatan
kemudian data-data tersebut diolah dalam bentuk data subjektif dan objektif
kemudian dilakukan analisa data untuk mendapatkan permasalahan keperawatan
yang dialami klien, setelah masalah keperawatan ditemukan maka masalah
tersebut diangkat untuk dijadikan diagnosa keperawatan kemudian mulai
melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi terhadap tindakan yang telah
dilakukan.
H. Penyajian Data
Data yang disajikan dalam penelitian adalah dalam bentuk tekstuler
secara narasi dan dalam bentuk tabel (matriks).

Anda mungkin juga menyukai