Anda di halaman 1dari 5

Rekonstruksi Materi Batuan Metamorf

Definisi
Batuan metamorf berasal dari dua kata yaitu meta dan morf. Meta artinya
perubahan dan morf artinya bentuk. Proses metamorfosisme adalah proses
yang menyebabkan perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur pada
batuan karena panas dan tekanan tinggi, serta larutan kimia yang aktif. Hasil
akhir dari proses metamorfisme adalah batuan metamorf. Jadi batuan
metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada
batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan asalnya (yang telah ada
sebelumnya) dapat berupa batuan beku, sedimen maupun metamorf.
Agen metamorfosa:
1) Panas (memecah tekanan tanpa cair)
2) Tekanan:

Litostatik
Terarah directed

3) Aktivitas kimia
Jenis-jenis metamorfosa:
1. Metamorfosa kontak, termal, intrusi contact aureole
2. Metamorfosa burial (timbunan)
3. Metamorfosa dynamo, tekanan terarah pada batuan, rekah, gerak
dinamik atau kataklastik.
4. Metasomatisme
Karena air & CO2
Aktivitas unsur K, Na, & Ca

5. Metamorfosa regional
Akibat suhu, litostatik & tekanan terarah
6. Metamorfosa benturan
Tekstur
Tekstur Berdasarkan ukuran butir mineralnya, dapat dibedakan menjadi :
1. Fanaretik : butiran cukup besar untuk dapat dikenal dengan mata
telanjang.
2. Afanitik : butiran terlalu kecil untuk dapat dikenal dengan mata
telanjang.
Besar butir
Suhu tinggi dan lama, butirannya kasar
Metamorphosis dynamo, butirannya halus
Porfiroblastik, ada butiran yang tumbuh lebih besar
Struktur
Struktur Struktur dalam batuan metamorf dikenal ada tiga :
1. Granular : bila butir-butiran minerla yang berhubungan saling mengunci
(inter locking).
2. Foliasi : bila mineral-mineral pipih menbentuk rangkaian permukaan
subparalel.
3. Lineasi : bila mineral-mineral prismatik membentuk kenampakan
penjajaran pada batuan, seperti genggaman pensil.
Perubahan karena metamorfosa
Semua tekstur dapat berubah
1. Rekristalilasi
2. Reorientasi : foliasi (lempeng), lineasi (jarum)
Perubahan mineralogi
1. Lempung => Mika
2. Al12, SiO5 => F79
Parameter perubahan:
1. Intensitas agen metamorfosa
2. Waktu lama/jangka
3. Jenis batuan yang terlibat
Metamorfosa derajat rendah (low grade) => ada sisa struktur
Metamorfosa derajat tinggi (high grade) => taka ada sisa
Klasifikasi
Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah berdasarkan keadaan foliasi
yang berkembang, dengan komposisi mineral berperan sebagai tambahan.
Berdasarkan foliasi, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan
yang :

1. Berfoliasi sangat kuat; yaitu yang mudah pecah melalui bidang foliasi,
biasanya karena melimpahnya mika yang terorientasi. Batuannya adalah :
a. Slate (batusabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram pada
bidang foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batusabak
tampak merah bila banyak mengandung hematit, hijau bila klorit,
dan umumnya abu-abu sampai hitam bila banyak grafit.
b. Phyllite (fillit). Bersifat afanitik, berbutir lebih kasar dari pada
batusabak, dan bidang foliasinya mengkilat karena mika dan klorit
yang sudah lebih banyak dari pada batusabak. Batu ini merupakan
peralihan dari batusabk ke skis.
c. Schist (skis). Bersifat faneritik, banyak mengandung mineral pipih
yang terorientasi seperti : mika, klorit, grafit, talk.
2. Berfoliasi rendah : yaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak dapat
pecah melalui bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih berselingan
dengan mineral-mineral yang tidak pipih yang berbutir sama besar.
Batuannya antara lain :
a. Gneiss (gneis). Bersifat faneritik. Berbutir sedang sampai kasar.
Komposisinya yang utama : kwarsa, feldsfar, mika dan kadangkadang hornblede.
3. Berfoliasi sangat lemah sampai non foliasi: batuan didominasi oleh
mineral-mineral berbentuk kubus, mineral-mineral pipih bila ada
orientasinya acak. Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya
antara lain :
a. Qurtzite (kwarsit). Komposisinya yang sangat utama adalah kwarsa;
bila pecah tak rata dan tidak mengelilingi butiran. Non foliasi.
b.
Marble (marmer). Berkomposisi utama kalsit; warnaabu-abu
c.

(biasanya) karena grafit (bereaksi positif dengan HCl).


Hornfels. Bersifat afanitik sampai faneritik halus, berkomposisi
kwarsa, feldsfar, mika (diketahui melalui pengamatan lapangan).

d. Granofels. Bersifat faneritik kasar, non foliasi, berkomposisi kwarsa


dan feldsfar (yang berbentuk kubus).
e. Granulit. Bersifat faneritik kasar, non foliasi, berkomposisi piroksin
dan garnet disamping kwarsa dan feldsfar.
f. Serpentinite. Non foliasi sampai lineasi, berwarna hitam, hijau sampai
kuning pucat. Komposisi utamanya serpentin.

GEOLOGI DASAR

REKONSTRUKSI PERKULIAHAN

(BATUAN METAMORF)

OLEH :
NAMA
NIM

: TEDI EKA SAPUTRA


: H22114019

PROGRAM STUDI GEOFISIKA JURUSAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

Anda mungkin juga menyukai