Anda di halaman 1dari 32

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jamur Aspergillus niger


2.1.1. Pengertian Jamur
Jamur adalah jenis tumbuhan yang tidak berdaun dan tidak berbuah,
berkembang biak dengan spora, biasanya berbentuk payung, tumbuh di daerah berair
atau lembab atau batang busuk. Jamur adalah tubuh buah yang tampak di permukaan
media tumbuh dari sekelompok fungi (Basidiomycota) yang berbentuk seperti
payung, terdiri dari bagian yang tegak (batang) dan bagian yang mendatar atau
membulat. Beberapa jamur aman dimakan manusia bahkan beberapa dianggap
berkhasiat obat, dan beberapa yang lain beracun. Contoh jamur yang bisa dimakan :
jamur merang (Volvariela volvacea), jamur tiram (Pleurotus), jamur kuping
(Auricularia polytricha), jamur kancing atau champignon (Agaricus campestris), dan
jamur shiitake (Lentinus edulis) (Meldayulia, 2010).
Somad (2010), menyatakan bahwa jamur tumbuh saprofit pada batang kayu
yang lapuk, tumbuh liar dan kadang dibudidayakan. Badan buah bertangkai panjang
yang tumbuh lurus ke atas, topi dari badan buahnya menempel pada tangkai tersebut,
bangun setengah lingkaran dan tumbuh mendatar. Badan buah menunjukkan
lingkaran-lingkaran yang merupakan batas periode pertumbuhan, tepi berombak atau
berlekuk, sisi atas dengan lipatan-lipatan radier, warnanya coklat merah keunguan.

Universitas Sumatera Utara

Aspergillus niger merupakan salah satu spesies yang paling umum dan mudah
diidentifikasi dari genus Aspergillus, Aspergillus niger dapat tumbuh dengan cepat,
dapat tumbuh pada suhu 35C-37C (optimum), 6C-8C (minimum), 45C-47C
(maksimum) dan memerlukan oksigen yang cukup. Aspergillus niger memiliki bulu
dasar berwarna putih atau kuning dengan lapisan konidiospora tebal berwarna coklat
gelap sampai hitam (Artikata, 2009).
2.1.2. Aspergillus sp
Aspergillus sp terdapat di alam sebagai saprofit, tumbuh di daerah tropik
dengan kelembaban yang tinggi. Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang
dapat menimbulkan penyakit pada manusia ialah Aspergillus flavus dan Aspergillus
niger, yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi (Jawetz dkk, 1996). Beker
(2006) dalam Handayani dkk (2008) menyatakan A. niger juga mampu memproduksi
mikotoksin, karena memiliki gen yang mampu memproduksinya.
Habitat asli Aspergillus dalam tanah, kondisi yang menguntungkan meliputi
kadar air yang tinggi (setidaknya 7%) dan suhu tinggi. Tanaman yang sering terkena
termasuk sereal (jagung, sorgum, millet mutiara, beras, gandum), minyak sayur
(kacang tanah, kedelai, bunga matahari, kapas), rempah-rempah (cabe, lada hitam,
ketumbar, kunyit, jahe), dan kacang-kacangan pohon (almond, pistachio, walnut,
kelapa, kacang brazil) (Aliallink, 2011). Hampir semua sumber selai kacang
komersial di Amerika Serikat mengandung jumlah aflatoksin, tetapi biasanya jauh di
bawah standar yang direkomendasikan oleh Amerika Serikat Food and Drug
Administration (FDA) dan masih dalam tingkat yang aman (Aliallink, 2011).

Universitas Sumatera Utara

Aspergillus fumigatus dan Aspergillus flavus adalah penyebab paling umum


dari aspergillosis pada manusia, walau spesies lain dapat juga sebagai penyebab.
Aspergillus fumigatus menyebabkan banyak kasus bola jamur, Aspergillus niger
penyebab umum otomikosis (Rahmat, 2011).
Aflatoksin masih diakui sebagai mikotoksin yang paling penting. Mereka
disintesis oleh hanya beberapa spesies Aspergillus yaitu A. Flavus dan A. Parasiticus
yang paling bermasalah. Ekspresi penyakit yang berhubungan aflatoksin dipengaruhi
oleh faktor-faktor seperti umur, nutrisi, jenis kelamin, spesies dan kemungkinan
paparan bersamaan racun-racun lain. Organ target utama dalam mamalia adalah hati
sehingga aflatoxicosis pada dasarnya merupakan suatu penyakit hati. Kondisi
meningkatkan kemungkinan aflatoxicosis pada manusia meliputi ketersediaan pangan
yang terbatas, kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan jamur pada bahan
makanan, dan kurangnya sistem peraturan untuk pemantauan dan pengendalian
aflatoksin (Tempo, 2005).
Tingkat tinggi paparan aflatoksin menghasilkan nekrosis hati akut, sehingga
kemudian pada sirosis, dan atau karsinoma hati. Kegagalan hati akut dibuat nyata
oleh perdarahan, edema, perubahan dalam pencernaan, dan penyerapan dan atau
metabolisme nutrisi dan perubahan mental dan atau koma (Aliallink, 2011).
Kronis, paparan subklinis tidak menyebabkan gejala sedramatis aflatoxicosis
akut. Anak-anak, bagimanapun, adalah sangat dipengaruhi oleh paparan aflatoksin
yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan tertunda. Paparan
kronis juga menyebabkan risiko tinggi kanker hati berkembang, seperti metabolit

Universitas Sumatera Utara

aflatoksin dapat intercalate menjadi DNA dan Alkylate dasar melalui bagian
epoksidanya. Hal ini juga diduga menyebabkan mutasi pada gen p53, gen penting
dalam mencegah perkembangan sel siklus ketika ada mutasi DNA, atau sinyal
apoptosis. Aflatoksin bertindak sebagai mutagen, tidak hanya bermutasi bermutasi
DNA secara acak, namun secara khusus bermutasi gen p53 di pangkalan 249
menyebabkan tumor hati. Penelitian medis menunjukkan bahwa diet yang teratur
termasuk mengkonsumsi sayuran seperti wortel, seledri dan peterseli, mengurangi
efek karsinogenik dari aflatoksin (Aliallink, 2011).

2.2. Pengertian Industri Rumah Tangga


Pada kenyataannya di dunia ini masih ada hal menjanjikan yang dapat kita
harapkan dari salah satu kegiatan ekonomi yang berlabel industri rumah tangga untuk
menanggulangi beberapa permasalahan kependudukan dan ekonomi Negara.
Kegiatan ini akan lebih berkembang jika pemerintah juga mendukung dan membantu
dalam bentuk modal awal yang dibutuhkan industri rumah tangga serta memberi
fasilitas, sarana dan prasarana dalam pengembangannya. Koperasi Pemerintah
misalnya. Campur tangan Koperasi sangat memberi manfaat dalam pengembangan
perekonomian di Indonesia.
Rumah berarti tempat tinggal, ataupun kampung halaman. Sedang industri,
dalam Kamus Ilmiah Populer yang diterbitkan oleh ARKOLA Surabaya dapat
diartikan sebagai kerajinan, usaha produk barang dan ataupun perusahaan. Singkatnya,
industri rumah tangga adalah rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil.

Universitas Sumatera Utara

Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di
rumah (Selawati, 2007).
Bertambahnya jumlah keluarga tentu saja akan menambah jumlah kebutuhan
dalam memenuhi keperluan anggota keluarga itu sendiri. Kebutuhan keluarga ini akan
terasa ringan terpenuhi jika ada usaha yang mendatangkan penghasilan keluarga untuk
menutupi kebutuhan tersebut. Industri rumah tangga pada umumnya berawal dari
usaha keluarga yang turun menurun dan pada akhirnya dapat bermanfaat menjadi mata
pencaharian penduduk kampung di sekitarnya. Kegiatan ini biasanya tidak begitu
menyita waktu, sehingga memungkinkan pelaku usaha membagi waktunya untuk
keluarga dan pekerjaan tetap yang di embannya (Selawati, 2007).
2.2.1. Penggolongan Industri Rumah Tangga
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan
menjadi (Daud, 2009) :
a. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari
empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja
berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya
kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya : industri
anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.
b. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19
orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relative kecil, tenaga
kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.
Misalnya : industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

Universitas Sumatera Utara

c. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai
99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga
kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki
kemampuan manajerial tertentu. Misalnya : industri konveksi, industri bordir,
dan industri keramik.
d. Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.
Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif
dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan
khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan
(fit and profer test). Misalnya : industri tekstil, industri mobil, industri besi baja,
dan industri pesawat terbang.
Berdasarkan penggolongan diatas maka indsutri rumah tangga pliek u
termasuk ke dalam golongan industri rumah tangga karena jumlah tenaga kerja
yang digunakan biasanya antara satu sampai empat orang.
Industri berdasarkan skala produksi dan tingkat teknologi yang
digunakan dapat dikelompokan menjadi empat yaitu; kelompok industri besar,
kelompok industri menengah, kelompok industri kecil dan industri rumah tangga
(Daud, 2009).
Jamur merupakan mikroorganisme utama penyebab kerusakan bahan pangan.
Jamur digolongkan menjadi jamur lapangan yang merusak tanaman, jamur gudang
yang merusak bahan pangan yang disimpan dan jamur busuk yang menyerang biji-

Universitas Sumatera Utara

bijian. Jamur dari genus Aspergillus, Fusarium dan Penicillium merupakan


kontaminan utama dalam bahan pangan yang disimpan (Suparjo, 2008).
2.2.2

Industri Rumah Tangga Pliek u


Industri rumah tangga pliek u merupakan industri yang memanfaatkan buah

kelapa sebagai bahan baku utama. Industri rumah tangga pliek u merupakan industri
rumah tangga karena mempunyai tenaga kerja 1 - 4 orang. Dalam penelitian ini
yang dimaksud dengan industri rumah tangga pliek u yaitu suatu proses produksi yang
di dalamnya terdapat perubahan bentuk dari benda yang berupa buah kelapa menjadi
bentuk lain (pliek u), sehingga lebih berdaya guna.
Sebagaimana diketahui pliek u dalam bahasa kerennya disebut Patarana
merupakan salah satu menu utama untuk masakan kuah pliek u ditambah sejumlah
menu lainnya baik sayur-sayuran maupun tiram, bahkan ada yang menambah dengan
kacang tanah sehingga rasa kuah pliek u semakin legit dilidah (Bustami, 2009).
Di Aceh, hampir 70 persen kaum ibu menggeluti profesi pembuatan pliek u.
Memproduksi pliek u ada sebagian yang telah menjadi pekerjaan pokok. Harga pliek
u sekarang Rp10 ribu/kg sedangkan bulan-bulan tertentu harga melonjak. Sedangkan
keuntungan mereka juga hampir sama dengan standar harga. kalau musim sekarang,
Rp1000/butir dibeli bekerja lima hari kerja, itupun termasuk harga minyak yang telah
dimasak. Minyak dibeli Rp8.000/kg. Harga pliek u dan minyak tergantung cuaca.
kalau musim penghujan menghabiskan waktu 15 hari untuk menjemur pliek u, kalau
cuaca normal hanya lima hari saja sudah bisa dipasarkan (Bustami, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan tuntutan jaman yang memerlukan biaya dalam memenuhi


kehidupan , pembuatan pliek u dapat membantu ekonomi keluarga. Dan masalah
yang dihadapi industri rumah tangga pliek u adalah masalah modal yang kecil dan
sulit.
Dengan adanya permasalahan mengenai modal yang dialami oleh pekerja,
maka dapat disimpulkan bahwa industri rumah tangga pliek u ini dapat
berlangsung bila ada kesinambungan antara modal, bahan baku, dan tenaga kerja.
Modal sebagai penggerak usaha digunakan untuk pembelian atat-alat dan
pembayaran tenaga kerja. Sedangkan bahan baku sebagai bahan yang akan diolah
untuk pliek u. Jadi, ketiga hal tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain.
Industri rumah tangga pliek u sebagai industri rumah tangga mempunyai
ciri-ciri yaitu: 1) modal kecil, 2) usaha dimiliki pribadi, 3) menggunakan teknologi
dan peralatan yang sederhana, 4) jumlah tenaga kerja relatif sedikit. Sedangkan
sifat industri rumah tangga pliek u adalah bersifat tidak berbadan hukum.
Sampai saat industri yang dikembangkan dari komoditas kelapa masih berupa
minyak goreng dan tepung kelapa. Padahal baik inti kelapa hinga limbah ikutannya
dapat dimanfaatkan dan menjadi nilai jual yang cukup lumayan harganya. Seperti
batang kelapa, dapat dijadikan industri meubel, lidi kelapa bisa bernilai ekspor,
demikian pula dengan batok kelapa yang diolah menjadi arang kelapa. Dari industri
rumah tangga juga bisa dihasilkan serbuk kelapa untuk bahan dasar kompos atau
media tanam intensif. Sementara sabut atau serat kelapa yang telah dipisahkan dari
serbuknya tersebut dapat diolah menjadi karpet.

Universitas Sumatera Utara

2.3. Pengertian Pliek u


Pliek u (Bhs. Aceh) = patarana. Kelapa yang dibiarkan berfermentasi untuk
lalu dibiarkan sampai kering. Menurut Nurliana (2009), pliek u merupakan ampas
yang diperoleh setelah diambil minyaknya.
Pliek u dibuat dengan menggunakan kelapa sebagai bahan dasar Untuk
menghasilkan pliek u yang bagus, biasa dipilih kelapa yang sudah tua. Menurut
pengakuan produsen pliek u, pembuatan pliek u adalah prospek yang menjanjikan.
Proses penjemuran dilakukan di bawah terik matahari dengan di beri alas dari plastik.
Proses penjemuran di lakukan sampai benar-benar kering. Pemisahan Minyak dari
daging kelapa biasanya dilakukan mulai dari hari ke 2 penjemuran (Ariyuni, 2009).
Pliek u ini merupakan hasil sampingan dari pembuatan minyak kelapa berupa
ampas yang telah kering. Proses pembuatan pliek u mengalami proses pembusukan
yaitu pada saat buah kelapa yang telah dibelah kemudian langsung dimasukkan ke
dalam karung goni selama 3 hari atau diletakkan begitu saja di lantai. Setelah itu
dikukur dan dibusukkan lagi. Pada saat belahan buah kelapa disimpan selama 3 hari
didapati permukaan daging buah kelapa telah berlendir, lembek, dan terlihat adanya
bintk-bintik kuning pada permukaan daging buah kelapa. Pada umumnya waktu
penyimpanan yang lama saat pengolahan akan menyebabkan kerusakan bahan yang
lebih besar.
Adapun tahapan proses pembuatan pliek u menurut Ariyuni (2009) adalah
sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1. Persipan Bahan Dasar


Kelapa yang akan digunakan adalah kelapa yang sudah tua. Buah kelapa tersebut
dikupas kulitnya hingga nampak batoknya. Lalu air dari buah kelapa tersebut
dibuang, bisa dengan dibelah batoknya, atau dicongkel putingnya. Lalu kelapa
tersebut diperam selama 3x24 jam. Sesudah sukup waktu, kelapa tersebut dikeruk
dari batoknya. Lalu diperam lagi selama satu malam.
2. Penjemuran
Kelapa yang sudah diperam itu terus dijemur. Proses penjemuran dilakukan
dibawah terik matahari dengan diberi alas dari plastik. Proses penjemuran
dilakukan sampai benar-benar kering.
3. Pemisahan Minyak
Pemisahan minyak dari daging kelapa biasanya dilakukan mulai dari hari ke 2
penjemuran. Caranya dengan menjepit daging kelapa tersebut hingga keluar
minyaknya. Alat yang digunakan berupa 2 buah papan yang salah satu ujungnya
diikat. Sedangkan ujung yang lain diberi baut berulir dengan diameter kira-kira 3
cm dan panjang kira-kira 30 cm. Baut tersebut dihubungkan pada ujung kayu
yang diletakkan secara horizontal dari baut.
2.3.1. Kerusakan pada Daging Buah Kelapa
Daging buah kelapa merupakan bahan makanan sumber lemak nabati yang
diperlukan tubuh untuk menghasilkan energi, tetapi daging buah kelapa mudah
dirusak oleh berbagai mikroorganisme.

Universitas Sumatera Utara

Kerusakan yang terjadi pada daging buah kelapa dapat disebabkan oleh
kerusakan karena bakteri dan kerusakan karena jamur. Kerusakan karena bakteri
terjadi bila kadar air berkisar antara 20 sampai 50 persen, karena umumnya bakteri
membutuhkan kadar air yang lebih tinggi dari pada jamur. Bakteri mempunyai
ukuran yang sangat kecil dan beberapa diantaranya, seperti dari golongan bacillus
dan clostridium. Tanda yang terlihat pada permukaan daging buah kelapa adalah
adanya bercak kuning atau coklat pada permukaan yang basah dapat menyebabkan
flavor atau bau yang menyimpang serta pembusukan bahan pangan dengan
pembentukan lendir (Buckle, 1987).
Kerusakan karena jamur sering dijumpai tumbuh pada makanan setengah
kering, tumbuhnya seperti bulu atau rambut yang disebut mycella dan mempunyai
warna yang khas, misalnya bewarna hijau atau hitam (Winarno, 1984).
Jamur mempunyai peranan yang sangat penting, karena banyak sekali
jenisnya serta mempunyai kesanggupan untuk menyerang dan merombak bahanbahan yang tidak dapat dilakukan oleh mikroba-mikroba lain.
Kebanyakan jamur untuk tumbuhnya memerlukan oksigen, itulah sebabnya
hanya tumbuh di permukaan makanan. Jenis jamur yang dapat menimbulkan
kerusakan pada daging buah kelapa yang basah adalah Aspergillus niger

yang

menyebabkan warna hitam pada permukaan buah kelapa, Aspergillus flavus yang
dapat menyebabkan warna hijau pada permukaan daging buah kelapa. (Setyamidjaja,
1984).

Universitas Sumatera Utara

Tumbuhnya jamur pada bahan pangan sering menimbulkan kerugian, karena


beberapa jamur yang mencemari dan tumbuh pada bahan pangan menghasilkan zatzat racun yang dikenal sebagai mycotoxin. Mycotoxin yang di produksi oleh jamur
dalam bahan pangan dapat menyebabkan penyakit atau kematian bila termakan oleh
manusia atau hewan. Penyakit akut yang disebabkan mycotoxin berbeda sifatnya dan
beberapa diantaranya bersifat karsinogenik yang menyebabkan kanker pada hati,
ginjal dan perut bila dimakan dalam jumlah kecil untuk jangka waktu yang cukup
lama (Buckle, 1987).
Penelitian

Samosir

(1991),

di

Laboratorium

Mikrobiologi

Fakultas

Kedokteran Universitas Andalas Padang, ditemukan jenis mikroorganisme yang


terdapat pada pliek u adalah bakteri Bacillus subtilis, dan jamur yang tumbuh adalah
Aspergillus niger, Aspergillus flavus, dan Aspergillus fumigatus.

2.4. Upaya Sanitasi Pengelolaan Makanan


Upaya tersedianya makanan yang sehat maka upaya hygiene sanitasi makanan
harus berdasarkan pada enam prinsip yaitu (Anwar dkk, 1987)
1. Pengamanan Bahan Makanan
Bahan makanan yang dimaksud disini adalah bahan makanan mentah (baku),
dan keadaan dalam bahan makanan merupakan awal dari proses mendapatkan
makanan jadi. Mengamankan bahan makanan secar praktis menjaga adanya
kerusakan disamping juga menjaga pencemaran baik yang terbawa oleh makanan
ataupun faktor lingkungan yang mungkin masuk ke dalam bahan makanan.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Anwar dkk (1987) bahan makanan dikatakan aman jika memenuhi
angka 4 (empat) kriteria yaitu:
a. Tingkat dari kematangan sesuai dengan yang diinginkan.
b. Bebas dari pencemaran pada tahapan proses berikut.
c. Bebas dari adanya perubahan secara fisik/kimia akibat dari faktor-faktor luar.
d. Bebas dari mikroorganisme dari parasit penyebab penyakit.
Bahan makanan sebagai bahan baku untuk makanan jadi banyak yang
menimbulkan masalah dalam penanganannya, yaitu dari hasil pertanian, maka
kerusakan tersebut dapat berupa kerusakan mikrobiologis, mekanis, fisik, biologis
dan kimia.
2. Penyimpanan Bahan Makanan
Penyimpanan bahan makanan yang sangat penting adalah bahan makanan
yang rawan rusak. Faktor yang sangat mempengaruhi adalah suhu dan kelembaban.
Sehingga

dalam

penyimpanan

bahan

makanan

yang

menurut

Permenkes

No.712/Menkes/PER/1986 mempertimbangkan faktor-faktor tersebut.


a. Penyimpanan bahan mentah dapat dilakukan dengan cara seperti pada tabel
berikut ini

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. Penyimpanan Bahan Makanan Mentah

Jenis Makanan

3 Hari atau
kurang

Digunakan untuk
1 Minggu atau
kurang

a. Daging, ikan,
udang dan
-50 sampai 00C
-100 sampai 00C
olahannya
b. Telur, susu dan
-50 sampai 70C
-50 sampai 00C
olahannya
c. Sayur, buah dan
100C
100C
minumannya
d. Tepung dan biji250C
250C
bijian
Sumber : Permenkes No. 712/Menkes/PER/1986

1 Minggu atau
lebih
Kurang dari 00
Kurang dari 00
100C
250C

b. Ketebalan bahan makanan padat tidak lebih dari 10 cm.


c. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80-90%
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tempat penyimpanan makanan adalah:
1. Ventilasi harus benar-benar cukup makanan yang disimpan.
2. Ruang harus cukup dengan bahan makanan yang disimpan.
3. Mudah cara pengambilannya.
4. Tidak memberi kesempatan untuk bersarang tikus.
Adapun syarat tempat penyimpanan makanan jadi adalah :
1. Ventilasi harus benar-benar cukup makanan yang disimpan.
2. Ruang harus cukup dengan bahan makanan yang disimpan.
3. Mudah cara pengambilannya.
4. Tidak memberi kesempatan untuk bersarang tikus.

Universitas Sumatera Utara

Adapun syarat tempat penyimpanan bahan makanan jadi adalah :


a. Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu dalam keadaan bersih.
b. Penempatan terpisah dengan makanan jadi.
c. Penyimpanan makanan diperlukan untuk setiap jenis bahan makanan adalah:
1) Keadaan suhu sesuai
2) Keadaan penyimpanan dalam ruangan 80 90%
3) Bahan makanan disimpan di gudang, cara penyimpanan tidak menempel
dilantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jarak bahan makanan dengan lantai 15 cm.
2. Jarak bahan makanan dengan dinding 5 cm.
3. Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis, disusun dalam rak-rak
yang sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan rusaknya bahan
makanan, bahan makanan yang masuk lebih dahulu sedangkan bahan
makanan yang masuk belakangan dikeluarkan belakangan.
3. Pengolahan Makanan
Pengolahan makanan menyangkut empat hal atau aspek yaitu :
a. Penjamah makanan, adalah seorang tenaga yang dipersiapkan, memasak dan
menyajikan makanan terutama tenaga pengolah yang memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum seperti: katering, perusahaan dan lain-lain.
Dalam surat keterangan kesehatan ditetapkan bahwa seseorang penjamah
makanan harus:

Universitas Sumatera Utara

1) Bebas dari penyakit kulit, atau mempunyai luka-luka pada tangan atau
jari-jari untuk bekerja sebagai penjamah makanan.
2) Bebas dari penyakit menular.
3) Bukan pembawa kuman.
b. Cara pengolahan makanan kontaminasi terhadap makanan oleh peralatan,
penjamah makanan, proses penanganannya harus dihindari selama pengolahan
makanan, baik dalam mencuci, meracik maupun memasak. Dipandang dari
segi kesehatan, maka cara pengolahan makanan yang baik menitik beratkan
pada hal sebagai berikut:
1) Tidak terjadinya kerusakan makanan sebagai dari cara pengolahannya.
2) Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara
perlindungan dengan tubuh.
3) Perlindungan kontak makanan dilakukan dengan sarung tangan plastik
yang sekali pakai, ketika menggunakan penjepit makanan dan sendok
garpu.
4) Cara pengolahan makanan bersih.
5) Menetapkan dasar-dasar hygiene perseorangan bagi tenaga pengolah
makanan. Melarang petugas yang penyakit kulit atau mempunyai lukaluka pada tangan jari-jari untuk bekerja sebagai penjamah makanan.
(Anwar dkk, 1987)

Universitas Sumatera Utara

c. Tempat pengolah makanan


d. Tempat pengolahan bahan makanan,

di mana makanan diolah sehingga

menjadi makanan terolah atau makanan jadi, biasanya disebut dapur. Dapur
ini memerlukan syarat sanitasi, baik dari konstruksinya, perlengkapannya
yang ada maupun tata letak perlengkapan yang lazim ada di dapur. Syaratsyarat untuk dapur adalah sebagai berikut:
1) Lantai hendaknya terbuat dari bahan kedap air, tidak licin dan mudah
dibersihkan, lantai harus dalam keadaan bersih dan terpelihara sebelum
dan sesudah kegiatan.
2) Permukaan dinding harus rata, tidak menyerap percikan air atau dilapisi
dengan porselin setinggi 2 m dari lantai.
3) Atap dan langit-langit tidak bocor dan kedap air, bagian bawah langitlangit baru, bersih dan rata.
4) Penerangan tidak menyilaukan, intensitas penerangan minimal.
5) Ventilasi pada tempat pengolahan makanan hendaknya ada untuk
pertukaran udara dalam ruangan tersebut.
6) Pembuangan asap memiliki alat pengumpul asap (hood) dilengkapi
dengan saringan lemak (grease filter) yang menyedot asap serta
pengeluaran asap tersebut tidak menimbulkan gangguan terhadap
masyarakat di sekitarnya.

Universitas Sumatera Utara

7) Penyediaan air bersih menggunakan sistem perpipaan dan ada bak


penyediaan, konstruksi aman, mudah dibersihkan dan tertutup serta
memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas.
8) Tempat pembuangan sampah harus kedap air, tertutup, mudah dibersihkan
dan diangkat, juga frekuensi pengankutannya setiap hari.
9) Pembungan air limbah harus memiliki saluran, air kotor dapur dan air
hujan tidak tergenang dan tertutup.
10) Pengendalian serangga dan binatang penggangu, lubang hawa harus
dipasang kawat dan kebersihan ruang dapur harus dijaga.
11) Tersedia alat pemadam kebakaran.
12) Tersedia alat P3K.
4. Pengangkutan makanan
Makanan yang berasal dari tempat pengolahan memerlukan pengangkutan
untuk disimpan atau disajikan. Baik buruknya pengankutan dipengaruhi beberapa
faktor yaitu tempat atau alat pengangkutan, tenaga pengangkut, dan tehnik
pengangkutan. Syarat-syarat pengangkutan makanan yang memenuhi aturan sanitasi
adalah :
a. Alat atau tempat pengangkut harus bersih
b. Cara pengangkutan makanan harus benar dan tidak terjadi pengotoran selama
diangkut
c. Pengangkutan makanan dari jenis makanan yang tidak berkarat dan ditempatkan
dalam wadah tertutup

Universitas Sumatera Utara

d. Pengangkutan

makanan

menghindari

daerah

yang

kotor

dan

mudah

terkontaminasi
e. Cara pengangkutan makanan harus dilakukan dengan mengambil jalan yang
singkat dan paling terdekat
5. Penyimpanan Makanan
Prinsip dan teknik terutama ditujukan kepada pencegahan pertumbuhan dan
perkembangan bakteri dan pengawet makanan serta menghindari pembusukan.
Teknik penyimpanan makanan yang didasarkan pada pengaturan suhu adalah
penyimpanan dingin dan panas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyimpanan dingin untuk makanan
olahan adalah :
a. Suhu, berdasarkan hasil klasifikasi F.G Winarno digolongkan menjadi 3 yaitu:
1) Penyimpanan sejuk (15 250 C)
2) Penyimpanan dingin (5,60 C)
3) Penyimpanan beku (-17,8 sampai -34,40 C)
b. Lamanya penyimpanan
c. Kelembaban
Sedangkan penyimpanan panas baru di tempatkan dalam ruangan yang
nyaman sehingga menjadi ketetapan suhu. Adapun syarat penyimpanan makanan jadi
adalah sebaga berikut :
1) Terlindung dari debu, bahan kimia dan bahaya dari serangga.

Universitas Sumatera Utara

2) Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,50 C atau lebih atau pada
suhu dingin 40 C atau kurang.
6. Penyajian makanan meliputi
a. Tempat penyajian makanan
Tempat penyajian makanan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : lantai
kedap air, tersedia air bersih, dinding dan langit-langit dibuat sedemikian rupa
sehingga serangga dan tikus tidak bisa masuk.
b.

Alat penyajian
Alat penyajian hendaknya ditempatkan dan disimpan dengan fasilitas bersih,
permukaan alat-alat yang berhubungan langsung dengan makanan hendaknya
bersih dan kebersihan alat-alat terjamin.

c. Tenaga penyajian
Tenaga penyajian harus memperlihatkan hal-hal sebagai berikut : menjaga
kesopanan, teknik membawa makanan, penampilan dan temperamen yang baik
serta cara menghidangkan makanan di atas meja dengan baik.
2.4.1. Kerusakan Pangan oleh Mikroorganisme
Tumbuhnya bakteri, ragi dan jamur di dalam bahan pangan dapat mengubah
komposisi bahan pangan. Beberapa mikroba dapat menghasilkan enzim yang dapat
menghidrolisa lemak sehingga mengakibatkan terjadinya ketengikan, atau merusak
protein yang menghasilkan bau busuk, disamping itu juga dapat membentuk lendir,
gas, busa, warna yang menyimpang, asam, racun dan lain-lain. Kerusakan oleh
mikroorganisme tidak hanya terjadi pada bahan mentah, tetapi juga pada bahan

Universitas Sumatera Utara

setengah jadi maupun bahan jadi. Bahan-bahan yang telah dirusak oleh
mikroorganisme dapat menjadi sumber kontaminasi yang berbahaya bagi bahanbahan lain yang masih sehat dan segar (Rostita, 2008).
Menurut Rostita (2008), faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan pangan sebagai berikut :
1. Intrinsik, yaitu sifat-sifat dari bahan pangan itu sendiri, seperti pH. Pada
umumnya bahan pangan mempunyai nilai pH 3,0 sampai 8,0, sedangkan
kebanyakan mikroorganisme tumbuh pada pH 5,0 sampai 8,0 maka jenis-jenis
mikroba tertentu saja yang ditemukan pada bahan pangan yang bernilai pH
rendah. Zat-zat gizi juga berperan dalam bahan pangan, seperti lemak yang
terdapat dalam bahan pangan akan memberikan kesempatan bagi mikroba jenis
lipolitik untuk tumbuh. Begitu juga dengan kandungan air pada bahan pangan
sangat erat hubungannya dengan pertumbuhan mikroba.
2. Ekstrinsik, yaitu kondisi lingkungan dari penanganan dan penyimpanan bahan
pangan. Seperti suhu berdasarkan hubungan antara suhu dan pertumbuhan,
mikroorganisme dikelompokkan sebagai psikrofil, psikotrof, mesofil, thermotrof,
atau thermofillik.
3. Pengolahan, yaitu perubahan dari mikroflora awal sebagai akibat dari cara
pengolahan bahan pangan, misalnya dengan pemanasan. Suatu perlakuan
pasteurisasi dengan panas yang ringan (76
C/30 menit) masih memungki

nkan

jenis mikroorganisme seperti Micrococcus dan Streptococcus juga pembentuk


spora dari jenis Bacillus dan Clostridium tetap hidup.

Universitas Sumatera Utara

4. Implisit, yaitu sifat-sifat dari organisme itu sendiri seperti laju pertumbuhan,
simbiosis yang menyebabkan keadaan yang memungkinkan organisme yang
lainnya tumbuh dan sifat antagonisme, yaitu lawan dari sifat simbiosis.
Saksono (1986), menyatakan bahwa bentuk kerusakan bahan pangan oleh
mikroorganisme dapat diuraikan sebagai berikut ini :
1. Berjamur, kapang bersifat aerobik dan paling banyak tumbuh pada bagian luar
permukaan dari bahan pangan yang tercemar. Bahan pangan mungkin menjadi
lekat dan berbulu sebagai akibat dari produksi miselium dan spora kapang.
2. Pembusukan diartikan sebagai perubahan dari produk dengan tekstur yang masih
cukup baik seperti buah-buahan dan sayuran.
3. Berlendir, pertumbuhan pada permukaan yang basah dapat menyebabkan flavor
dan bau yang menyimpang, yang ditandai dengan pembentulan lendir.
4. Perubahan warna menghasilkan koloni yang berwarna atau berpigmen yang dapat
memberi warna pada bahan pangan yang tercemar. Sebagai contoh koloni spesies
Aspergillus niger warna hitam, dan spesies Penicillium warna hijau.
5. Berlendir kental seperti tali, dalam bahan pangan umumnya disebabkan oleh
berbagai spesies mikroorganisme seperti Bacillus suptilis dan Lactobacillus
plantarum.
6. Kerusakan fermentasi terutama oleh jamur, spesies Bacillus dan Clostridium serta
beberapa bakteri asam laktat dapat memfermentasi karbohidrat, jamur dapat
merubah gula menjadi alkohol dan karbondioksida. Perubahan Flavor dan
pembentukan gas akhirnya terjadi dalam bahan pangan.

Universitas Sumatera Utara

7. Pembusukan bahan berprotein, dekomposisi anaerobik dari protein menjadi


peptida atau asam-asam amino mengakibatkan bau busuk pada bahan pangan
karena terbentuknya hidrogen sulfida, amonia,

dan senyawa-senyawa bau

lainnya. Bahan pangan yang tercemari secara demikian adalah yang diolah dan
dikemas kurang sempurna, sehingga terbentu kondisi anaerobik.
Rahmat (2011) menyatakan faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan
pangan antara lain :
1. Perubahan fisik yang terjadi sebagai akibat langsung dari pertumbuhan jamur.
Bahan pangan yang diserang jamur dapat mengalami perubahan bentuk, warna,
rasa dan bau. Perubahan bentuk terjadi karena adanya penggumpalan terhadap
bahan yang diserang. Aktifitas tidak pada bagian permukaan tetapi pada bagian
dalam tempat penyimpanan.
2. Akibat lain yang lebih berbahaya adalah kerusakan secara kimiawi sebagai akibat
dari produksi metabolit yaitu mikotoksin (mycotoxin, myco : fungi, kapang, atau
jamur, toxin : racun) merupakan produk metabolit sekunder yang dihasilkan oleh
jamur yang tumbuh pada substrat organik. Produk ini tidak esensial bagi
pertumbuhan organisme itu sendiri dan memberi pengaruh negatif terhadap yang
mengkonsumsinya.
2.4.2. Food Borne Disease
Makanan merupakan subtansi yang mutlak diperlukan oleh manusia, makanan
mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan manusia, timbulnya serta
meluasnya bermacam-macam penyakit melalui makanan ditunjang oleh keadaan

Universitas Sumatera Utara

lingkungan yang kurang menguntungkan baik dari segi fisik, biologi maupun sosial.
Jadi makanan dapat memberikan pengaruh buruk terhadap kesehatan manusia dan
lazim disebut penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh racun makanan atau Food
Borne disease. Penyebab penyakit ini adalah dari makanan yang terkontaminasi oleh
mikroorganisme patogen, radioaktif dan zat kimia beracun. Ini bisa terjadi karena
pemilihan bahan makanan yang keliru, pembuatan ramuan yang kurang tepat,
penanganan yang salah, pembungkusan yang kurang layak, penyimpanan yang tidak
benar, penggunaan suhu dan kelembaban yang kurang pengawasan secara cermat,
pengangkutan yang tidak mengikuti petunjuk, penyajian yang ceroboh serta
perlakuan yang bertentangan dengan sifat-sifat makanan itu sendiri (Anwar dkk,
1987).
Kejadian penyakit karena makanan ini, seringkali walaupun tidak pernah ada
laporan, terutama dengan dibukanya macam-macam tempat pengelolaan makanan,
maka letusan penyakit ini lebih sering terjadi.

2.5. Perilaku Penjamah


2.5.1. Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup
berperilaku karena mereka semua mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga
yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau

Universitas Sumatera Utara

aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai kegiatan yang sangat luas
(Notoatmodjo, 1993).
Pada beberapa penelitian membuktikan dimana perilaku penjamah makanan
ada hubungan dalam proses pengolahan terhadap cemaran mikroba, Zulaikhah
(2005). Pada penelitian yang lain di kantin, pedagang kaki lima di lingkungan
Kampus Universitas Indonesia, Depok memaparkan bahwa perilaku penjamah
makanan belum berperilaku hidup bersih dan sehat Susanna dkk, (2003).
Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun
respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan
perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan
yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini merupakan
faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Menurut Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003), membagi perilaku
manusia itu ke dalam tiga dominan yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan

Universitas Sumatera Utara

psikomotor (pshycomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi


untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni :
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Sikap (attitude)
3. Praktek atau tindakan (practice)
2.5.2. Pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar
menjawab pertanyaan apa (what). Pengetahuan merupakan hasil tahu dan hal ini
terjadi setelah orang yang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003) tingkat pengetahuan
dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu :
1. Mengetahui
Mengetahui artinya dapat mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya.
Mengetahui merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Seseorang
dikatakan tahu apabila ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan
menyatakan materi tersebut.
2. Memahami
Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dengan benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Seseorang yang paham haruslah dapat menejelaskan, menyebut contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

Universitas Sumatera Utara

3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (riil).
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan
kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis
Menunjukkan pada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Seseorang dapat
merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori.
6. Evaluasi
Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi (penilaian)
terhadap suatu objek materi atau objek penilaian berdasarkan kriteria yang
ditentukan sendiri atau responden.
Dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan, yang bertujuan untuk mencerdaskan manusia.

Universitas Sumatera Utara

2. Media
Media adalah sarana yang dapat dipergunakan oleh seseorang dalam memperoleh
pengetahuan. Contohnya televisi, radio, koran dan majalah.
3. Paparan Informasi
Informasi adalah data yang diperoleh dari observasi terhadap lingkungan sekitar
yang diteruskan melalui komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
2.5.3. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2003).
Sikap belum berbentuk tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Allport (1954) seperti yang dikutip dalam Notoatmodjo (2005), sikap
mempunyai tiga komponen pokok, yakni :
1. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
2. Kepercayaan dan ide terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bersikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, Rogers (1974) dalam Notoatmodjo
(2003), juga membagi sikap dalam beberapa tingkatan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Menerima
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2. Merespon
Suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah.
3. Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung Jawab
Bertanggung jawab atas segala sesutu yang telah dipilihnya dengan segala resiko.
2.5.4. Tindakan
Tindakan merupakan suatu proses lanjutan untuk mempraktikkan atau
melaksanakan pa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) (Notoatmodjo,2003).
Tindakan dibagi menjadi beberapa tingkatan seperti yang dikutip dalam
Notoatmodjo (2003) sebagai berikut:
1. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil.
2. Respon Terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh.

Universitas Sumatera Utara

3. Mekanisme
Seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan.
4. Adopsi
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
2.5.5. Indikator Perilaku Kesehatan
Dikutip dari Notoatmodjo (2003), indikator praktik kesehatan mencakup
beberapa hal, yaitu :
1. Perilaku sehubungan dengan penyakit
Perilaku ini mencakup : a) pencegahan penyakit, mengimunisasikan anaknya,
melakukan pengurasan bak mandi seminggu sekali, menggunakan masker pada
waktu kerja di tempat yang berdebu dan sebagainya, dan b) penyembuhan
penyakit, misalnya : minum obat sesuai petunjuk dokter, melakukan anjurananjuran dokter, berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan yang tepat dan
sebagainya.
2. Perilaku pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Perilaku ini mencakup antara lain : mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang, melakukan olah raga teratur, tidak merokok, tidak minum minuman
keras, memakai narkoba dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

3. Perilaku kesehatan lingkungan


Perilaku ini mencakup : membuang air besar di jamban (WC), membuang sampah
pada tempatnya, menggunakan air bersih untuk mandi, masak, cuci dan
sebagainya.

2.6.

Landasan Teori
Suatu penyakit akibat makanan dapat timbul dari beroperasinya berbagai

faktor baik dari makanan sebagai agent, makanan sebagai vehicle dan makanan
sebagai media. Berbagai penyakit yang ditimbulkan dari pengelolaan makanan sering
kali terjadi walaupun tidak pernah ada laporan.
Dalam pengelolaan makanan hal yang harus diperhatikan adalah sumber
bahan makanan tidak tercemar oleh insektisida tidak dalam keadaan rusak pada
pengangkutan tidak sampai rusak dan tercemar, penyimpanan bahan makanan tidak
terjadi kontaminasi dan pengelolaan makanan harus diperhatikan sanitasi dapur dan
penjamahnya (Retno, 2002).
Pengelolaan makanan tidak memenuhi syarat akan menimbulkan penyakit, ini
terjadi karena pemilihan bahan makanan yang keliru, penanganan yang salah,
penyimpanan yang tidak benar, penggunaan suhu dan kelembaban yang tidak tepat
dan bertentangan dengan sifat-sifat makanan itu sendiri (Anwar dkk, 1987).
Menurut Notoatmodjo (1993), yang dimaksud dengan perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati dari luar. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku

Universitas Sumatera Utara

manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai kegiatan yang sangat luas.

2.7.

Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konsep

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Pengetahuan tentang
pembuatan pliek u

Sikap tentang pembuatan


pliek u

Jamur Aspergillus niger


- Terhitung
- Tidak terhitung

Tindakan tentang
pembuatan pliek u

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai