Latar Belakang
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan salah satu jenis tanaman dari
famili Arecaceae yang menghasilkan minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil).
Disamping digunakan sebagai bahan industri pangan, minyak kelapa sawit dapat
digunakan sebagai bahan baku industri non pangan. Komoditi kelapa sawit
merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat diminati untuk dikelola dan
ditanam dalam skala kecil oleh masyarakat maupun skala besar oleh perusahaan-
perusahaan perkebunan.
kelapa sawit. Setiap tahun kerugian yang ditimbulkan oleh serangan penyakit bisa
mencapai jutaan rupiah setiap hektar tanaman kelapa sawit. Penyakit yang sering
dijumpai pada tanaman sawit adalah serangan jamur, sedangkan bakteri atau virus
jarang dijumpai dan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Diulas beberapa jenis
penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit di perkebunan yaitu, penyakit busuk
pangkal batang, Penyakit busuk pucuk kelapa sawit, penyakit layu Fusarium
diamati dengan mata biasa yang mencirikan jenis penyebab penyakit tersebut.
Misalnya miselia yang berbentuk seperti kapas, merupakan salah satu tanda jamur
patogen yang menginfeksi tanaman tersebut. Gejala pada umumnya sangat spesifik
lapangan.
banyak daun yang membengkok ke bawah di tengah pelepahnya. Pada bengkokan ini
tidak terdapat anak daun atau anak daunnya kecil, atau robek-robek. gejala ini mulai
tampak pada janur. Di disini anak-anak daun yang masih terlipat itu tampak busuk
tetapi kelak akan sembuh dengan sendirinya. Meskipun demikian ada kalanya
tanaman yang sembuh tadi menjadi sakit kembali, yang nantinya akan sembuh untuk
seterusnya.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan tugas ini adah untuk mengetahui Penyakit Tajuk
Kegunaan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi penilaian pada
mata kuliah Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Program Studi Agroteknologi
3
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Serta sebagai sumber informasi bagi
Botani Tanaman
Tanaman kelapa sawit mempunyai tipe akar serabut, tumbuh kebawah dan
kesamping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer akan
tumbuh kebawah sampai batas permukaan air tanah. Batang tumbuh tegak lurus
keatas dan dibungkus oleh pangkal pelepah daun. Bagian bawah batang umumnya
Daun tanaman kelapa sawit membentuk pelepah bersirip ganda dan bertulang
sejajar. Panjang pelepah daun dari tanaman yang baik pertumbuhannya mencapai 7,5-
9 meter, dengan jumlah anakan daun berkisar 250-400 helai disetiap pelepah. Jumlah
pelepah daun dalam satu tanaman dapat mencapai 60 pelepah (Fauzi; Widyastuti; dan
Hartano. 2002).
artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon,dimana rangkaian
bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina, walaupun demikian dapat
dijumpai pada beberapa tanaman kelapa sawit bunga jantan dan bunga betina terdapat
pada satu tandan (hermafrodit) dan pada umumnya tanaman kelapa sawit melakukan
Syarat Tumbuh
Iklim
keleapa sawit adalah 80% sedangkan kecepatan angin berkisar antara 5-6 km/jam
Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000-
2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang
Tanah
Kemiringan lereng yang cocok pada tanaman kelapa sawit berkisar 0-12° atau
21%. Namun pada kemiringan 13-25° masih bisa ditanami kelapa sawit, tetapi
pertumbuhannya kurang baik. Sementara itu lahan yang kemiringan lebih dari 25°
sebaiknya tidak dipilih sebagai lokasi penanaman kelapa sawit karena menyulitkan
kelapa sawit. Lahan yang miring memiliki potensi terjadinya kerusakan tanah akibat
erosi, seperti turunnya kandungan bahan organik tanah yang diikuti dengan
berkurangnya kandungan unsur hara dan ketersediaan air tanah bagi tanaman. Tanah-
tanah yang mengalami erosi berat umumnya memiliki tingkat kepadatan yang tinggi
sebagai akibat terkikisnya lapisan atas tanah yang lebih gembur (Yahya; A. Husin; J.
Gejala serangan
yang belum menghasilkan, dan merupakan penyakit yang paling mencolok disini.
Pada umumnya penyakit hanya terdapat di kebun yang berumur 1-3 tahun setelah
penanaman di lapangan. Sesudah itu penyakit sembuh dengan sendirinya, dan bekas
tanaman sakit berkembang seperti tanaman biasa. Meskipun demikian tanaman agak
bawah di tengah pelepahnya. Pada bengkokan ini tidak terdapat anak daun atau anak
daunnya kecil, atau robek-robek. gejala ini mulai tampak pada janur. Di disini anak-
anak daun yang masih terlipat itu tampak busuk pada sudut atau tengahnya.Untuk
sendirinya. Meskipun demikian ada kalanya tanaman yang sembuh tadi menjadi sakit
Penyebab penyakit tajuk hingga kini belum diketahui dengan pasti, namun
diduga disebabkan oleh factor genetis. Penyakit tersebut diduga disebabkan oleh
adanya gen resesif, namun sulit dideteksi karena adanya gen inhibitor. Penyakit ini
diduga disebabkan oleh factor genetis yang diwariskan kepada tanaman yang berasal
serangan penyakit tajuk. Serangan penyakit tajuk juga dipengaruhi oleh factor
adalah Crown Disease (CD). Penyakit ini disebabkan oleh respon tanaman saat tidak
ada keseimbangan hara pada tanaamn sehingga terjadi perubahan kandungan hormon
Serangan CD pada tanaman sawit muda disebabkan oleh dua factor, yaitu
lingkungan (keseimbangan hara tanaman) dan genetik. Hal ini berarti bahwa pada
munculnya gejala CD. Tanaman sawit yang ditanam di lahan gambut akan relatif
lebih rentan terserang CD dibandingkan dengan yang di lahan mineral. Tanah gambut
mempunyai karakteristik tanah baik fisik dan kimia yang kurang bagus dibandingkan
Penyakit tajuk kronis merupakan penyakit yang umum dan telah lama
menyerang kelapa sawit. Kerugian yang pasti dari serangan ini adalah penundaan
masa panen hingga 2-3 tahun. Hal ini menyebabkan lambatnya pengembalian modal
usaha mengingat serangan penyakit tajuk dapat mencapai 25-50% dari populasi
pertanaman. Penyakit tajuk yang kronis yang tidak pulih dapat menurunkan produksi
anjuran pengelolaan yang dapat diberikan dengan mantap. Pada umumnya pekebun
cenderung untuk membiarkan penyakit itu, karena tanaman akan sembuh dengan
sendirinya. Dengan demikian mereka terpaksa menerima kerugian yang terjadi karena
Sehubungan dengan adanya jamur pada bagian yang membusuk pada tanaman
tumbuh). Bagian yang terbuka disemprot dengan fungisida sampai basah benar. Pada
pemotongan tadi hanya janur yang belum membuka yang dibuang. Daun-daun sakit
yang lebih tua tidak perlu dipotong, karena perkembangan jamur akan terhenti jika
janur membuka. Bahkan pemotongan ini akan menyebabkan tanaman muda yang
sakit kehilangan banyak jaringan yang dapat mengadakan asimilasi yang sangat
9
diperlukan. Fungisida yang dipakai untuk keperluan ini adalah tiabendazol, tiram atau
2. Penyebab penyakit tajuk hingga kini belum diketahui dengan pasti, namun
diduga disebabkan oleh factor genetis dan lingkungan (keseimbangan hara).
3. Kerugian yang pasti dari serangan ini adalah penundaan masa panen hingga 2-
3 tahun dan enyakit tajuk yang kronis yang tidak pulih dapat menurunkan
produksi 70-80%.
4. Pengendalian penyakit tajuk dapat dengan memotong bagian tajuk yang sakit
dan diaplikasikan fungisida pada luka potongan tajuk.
DAFTAR PUSTAKA
Afriliya, F dan Beni, A.F. 2019. Keanekaragaman Jenis-Jenis Penyakit dan Cara
Pengendaliannya di Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis Jacq) Pt.
Perkebunan Nusantara I Langsa. Universitas Samudra Meurandeh. Langsa.
Agrios, G. 1999. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press Jogyakarta.
Fauzi, Y., Widyastuti, Y, E., Satyawibawa, I dan Hartano, R. 2002. Kelapa Sawit,
Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
Penebar Swadaya; Jakarta.
Lubis, A.U., 2000. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat,
Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.
Pradana, A.P. 2019. Penyakit Pada Tanaman Sawit. Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
Sembiring, N. 2003. Identifikasi Penyakit Tajuk (Crown Disease) pada Kelapa Sawit
dengan Penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) melalui
Strategi BSA (Bulk Segregant Analysis).
Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.
Yahya, Z., A. Husin, J. Talib, J. Othman, O.H. Ahmed and M.B. Jalloh. 2010. Oil
palm (Elaeis guineensis) roots response to mechanization in Bernam series
soil. American Journal of Applied Science 7 (3): 343-348.