Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) merupakan salah satu jenis tanaman dari

famili Arecaceae yang menghasilkan minyak nabati yang dapat dimakan (edible oil).

Disamping digunakan sebagai bahan industri pangan, minyak kelapa sawit dapat

digunakan sebagai bahan baku industri non pangan. Komoditi kelapa sawit

merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat diminati untuk dikelola dan

ditanam dalam skala kecil oleh masyarakat maupun skala besar oleh perusahaan-

perusahaan perkebunan.

Usaha pertanian kelapa sawit memberikan sumbangan yang sangat besar

sebagai sumber devisa dalam menampung pembangunan nasional yang tinggi.

Sebagai komuditas yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, selayaknya

pengembangan usaha tani kelapa sawit ini mendapatkan perhatian mengingat

kontribusinya yang besar dalam perekonomian nasional. Jadi pertumbuhan dan

produktivitas kelapa sawit diharapkan akan meningkat terus-menerus.

Penyakit sering menimbulkan kerugian yang cukup berarti pada tanaman

kelapa sawit. Setiap tahun kerugian yang ditimbulkan oleh serangan penyakit bisa

mencapai jutaan rupiah setiap hektar tanaman kelapa sawit. Penyakit yang sering

dijumpai pada tanaman sawit adalah serangan jamur, sedangkan bakteri atau virus

jarang dijumpai dan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti. Diulas beberapa jenis

penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit di perkebunan yaitu, penyakit busuk

pangkal batang, Penyakit busuk pucuk kelapa sawit, penyakit layu Fusarium

(Marchitez disease), penyakit bercak daun, penyakit tajuk (Crown Disease).


2

Penyakit tanaman di lapangan dapat dikenali berdasarkan tanda dan gejala

penyakit. Tanda penyakit merupakan bagian mikroorganisme patogen yang dapat

diamati dengan mata biasa yang mencirikan jenis penyebab penyakit tersebut.

Misalnya miselia yang berbentuk seperti kapas, merupakan salah satu tanda jamur

patogen yang menginfeksi tanaman tersebut. Gejala pada umumnya sangat spesifik

tergantung pada spesies yang menginfeksinya, sehingga gejala penyakit tersebut

dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi jenis patogen yang menginfeksi di

lapangan.

Tanaman muda yang terserang penyakit tajuk (Crown Disease) mempunyai

banyak daun yang membengkok ke bawah di tengah pelepahnya. Pada bengkokan ini

tidak terdapat anak daun atau anak daunnya kecil, atau robek-robek. gejala ini mulai

tampak pada janur. Di disini anak-anak daun yang masih terlipat itu tampak busuk

pada sudut atau tengahnya. Untuk sementara tanaman terhambat pertumbuhannya

tetapi kelak akan sembuh dengan sendirinya. Meskipun demikian ada kalanya

tanaman yang sembuh tadi menjadi sakit kembali, yang nantinya akan sembuh untuk

seterusnya.

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas ini adah untuk mengetahui Penyakit Tajuk

(Crown Disease) pada Tanaman Kelapa Sawit.

Kegunaan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi penilaian pada

mata kuliah Hama dan Penyakit Tanaman Perkebunan Program Studi Agroteknologi
3

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Serta sebagai sumber informasi bagi

pihak yang membutuhkan.


TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman Kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom:

Plantae, Class: Monocotyledonae, Ordo: Cocoineae, Family: Palmae, Genus: Elaeis,

Spesies: Elaeis guineensis Jacq. (Steenis, 2001)

Tanaman kelapa sawit mempunyai tipe akar serabut, tumbuh kebawah dan

kesamping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer akan

tumbuh kebawah sampai batas permukaan air tanah. Batang tumbuh tegak lurus

keatas dan dibungkus oleh pangkal pelepah daun. Bagian bawah batang umumnya

lebih besar, disebut bonggol batang (Lubis, 2000).

Daun tanaman kelapa sawit membentuk pelepah bersirip ganda dan bertulang

sejajar. Panjang pelepah daun dari tanaman yang baik pertumbuhannya mencapai 7,5-

9 meter, dengan jumlah anakan daun berkisar 250-400 helai disetiap pelepah. Jumlah

pelepah daun dalam satu tanaman dapat mencapai 60 pelepah (Fauzi; Widyastuti; dan

Hartano. 2002).

Kelapa sawit merupakan merupakan tanaman berumah satu (monoecious),

artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon,dimana rangkaian

bunga jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina, walaupun demikian dapat

dijumpai pada beberapa tanaman kelapa sawit bunga jantan dan bunga betina terdapat

pada satu tandan (hermafrodit) dan pada umumnya tanaman kelapa sawit melakukan

penyerbukan silang (Pahan 2008).


5

Syarat Tumbuh

Iklim

Kelembaban udara dan angin merupakan factor yang penting untuk

menunjang pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan

keleapa sawit adalah 80% sedangkan kecepatan angin berkisar antara 5-6 km/jam

sangat baik dalam proses penyerbukan (Fauzi,dkk. 2002).

Curah hujan optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit rata-rata 2.000-

2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang

berkepanjangan (Mangoensoekarjo dan Semangun,2003).

Tanah

Kemiringan lereng yang cocok pada tanaman kelapa sawit berkisar 0-12° atau

21%. Namun pada kemiringan 13-25° masih bisa ditanami kelapa sawit, tetapi

pertumbuhannya kurang baik. Sementara itu lahan yang kemiringan lebih dari 25°

sebaiknya tidak dipilih sebagai lokasi penanaman kelapa sawit karena menyulitkan

dalam pengangkutan dan beresiko terjadi erosi (Sunarko 2007).

Karakteristik fisik lahan merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman

kelapa sawit. Lahan yang miring memiliki potensi terjadinya kerusakan tanah akibat

erosi, seperti turunnya kandungan bahan organik tanah yang diikuti dengan

berkurangnya kandungan unsur hara dan ketersediaan air tanah bagi tanaman. Tanah-

tanah yang mengalami erosi berat umumnya memiliki tingkat kepadatan yang tinggi

sebagai akibat terkikisnya lapisan atas tanah yang lebih gembur (Yahya; A. Husin; J.

Talib; J. Othman; O.H. Ahmed; and M.B. Jalloh. 2010).


6

Gejala serangan

Penyakit tajuk (penyakit mahkota crown desease) sering dijumpai di kebun

yang belum menghasilkan, dan merupakan penyakit yang paling mencolok disini.

Pada umumnya penyakit hanya terdapat di kebun yang berumur 1-3 tahun setelah

penanaman di lapangan. Sesudah itu penyakit sembuh dengan sendirinya, dan bekas

tanaman sakit berkembang seperti tanaman biasa. Meskipun demikian tanaman agak

terlambat pertumbuhannya jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak mengalami

gangguan (Agrios, 1999).

Tanaman muda yang sakit mempunyai banyak daun yang membengkok ke

bawah di tengah pelepahnya. Pada bengkokan ini tidak terdapat anak daun atau anak

daunnya kecil, atau robek-robek. gejala ini mulai tampak pada janur. Di disini anak-

anak daun yang masih terlipat itu tampak busuk pada sudut atau tengahnya.Untuk

sementara tanaman terhambat pertumbuhannya tetapi kelak akan sembuh dengan

sendirinya. Meskipun demikian ada kalanya tanaman yang sembuh tadi menjadi sakit

kembali, yang nantinya akan sembuh untuk seterusnya (Semangun, 1990).

Gambar gejala serangan penyakit tajuk pada kelapa sawit


7

Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Tajuk

Penyebab penyakit tajuk hingga kini belum diketahui dengan pasti, namun

diduga disebabkan oleh factor genetis. Penyakit tersebut diduga disebabkan oleh

adanya gen resesif, namun sulit dideteksi karena adanya gen inhibitor. Penyakit ini

diduga disebabkan oleh factor genetis yang diwariskan kepada tanaman yang berasal

dari tetua rentan, misalnya kelapa sawit turunan Deli.

Faktor pupuk seperti pemberian Nitrogen yang tinggi juga mempengaruhi

serangan penyakit tajuk. Serangan penyakit tajuk juga dipengaruhi oleh factor

lingkungan, seperti boron memainkan peranan penting dalam pembelahan sel

jaringan muda dan dalam proses lignifikasi.

Penyakit fisiologi yang menyerang bagian pelepah tanaman sawit muda

adalah Crown Disease (CD). Penyakit ini disebabkan oleh respon tanaman saat tidak

ada keseimbangan hara pada tanaamn sehingga terjadi perubahan kandungan hormon

didalam tanaman (endogenous hormone) seperti giberelin dan auksin.

Serangan CD pada tanaman sawit muda disebabkan oleh dua factor, yaitu

lingkungan (keseimbangan hara tanaman) dan genetik. Hal ini berarti bahwa pada

kondisi tertentu yang menyebabkan tanaman terjadi ketidakseimbangan kandungan

hara tanaman maka gejala CD akan muncul.

Induk Dura merupakan factor yang berkontribusi sebagai penyebab

munculnya gejala CD. Tanaman sawit yang ditanam di lahan gambut akan relatif

lebih rentan terserang CD dibandingkan dengan yang di lahan mineral. Tanah gambut

mempunyai karakteristik tanah baik fisik dan kimia yang kurang bagus dibandingkan

dengan tanah mineral.


8

Kerugian Akibat Penyakit Tajuk

Penyakit tajuk kronis merupakan penyakit yang umum dan telah lama

menyerang kelapa sawit. Kerugian yang pasti dari serangan ini adalah penundaan

masa panen hingga 2-3 tahun. Hal ini menyebabkan lambatnya pengembalian modal

usaha mengingat serangan penyakit tajuk dapat mencapai 25-50% dari populasi

pertanaman. Penyakit tajuk yang kronis yang tidak pulih dapat menurunkan produksi

70-80%. Dengan demikian penyakit tajuk sangat merugikan secara ekonomis.

Pengendalian Penyakit Tajuk


Karena penyebab penyakit nya belum diketahui, sampai sekarang tidak ada

anjuran pengelolaan yang dapat diberikan dengan mantap. Pada umumnya pekebun

cenderung untuk membiarkan penyakit itu, karena tanaman akan sembuh dengan

sendirinya. Dengan demikian mereka terpaksa menerima kerugian yang terjadi karena

terhambatnya pertumbuhan beberapa tanaman.

Sehubungan dengan adanya jamur pada bagian yang membusuk pada tanaman

yang sakit, dapat diusahakan untuk menyembuhkannya dengan memakai fungisida.

Namun karena masih diragukan bahwa jamur yang menyebabkan penyakit,

perawatan dengan fungisida memberikan hasil yang tidak menentu. Sebelum

diperlakukan, janur dipotong sedalam mungkin (sedekat mungkin dengan titik

tumbuh). Bagian yang terbuka disemprot dengan fungisida sampai basah benar. Pada

pemotongan tadi hanya janur yang belum membuka yang dibuang. Daun-daun sakit

yang lebih tua tidak perlu dipotong, karena perkembangan jamur akan terhenti jika

janur membuka. Bahkan pemotongan ini akan menyebabkan tanaman muda yang

sakit kehilangan banyak jaringan yang dapat mengadakan asimilasi yang sangat
9

diperlukan. Fungisida yang dipakai untuk keperluan ini adalah tiabendazol, tiram atau

benomil (Pradana, 2019).


KESIMPULAN

1. Tanaman muda yang sakit mempunyai banyak daun yang membengkok ke


bawah di tengah pelepahnya, anak daunnya kecil, atau robek-robek.

2. Penyebab penyakit tajuk hingga kini belum diketahui dengan pasti, namun
diduga disebabkan oleh factor genetis dan lingkungan (keseimbangan hara).

3. Kerugian yang pasti dari serangan ini adalah penundaan masa panen hingga 2-
3 tahun dan enyakit tajuk yang kronis yang tidak pulih dapat menurunkan
produksi 70-80%.

4. Pengendalian penyakit tajuk dapat dengan memotong bagian tajuk yang sakit
dan diaplikasikan fungisida pada luka potongan tajuk.
DAFTAR PUSTAKA

Afriliya, F dan Beni, A.F. 2019. Keanekaragaman Jenis-Jenis Penyakit dan Cara
Pengendaliannya di Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis Jacq) Pt.
Perkebunan Nusantara I Langsa. Universitas Samudra Meurandeh. Langsa.

Agrios, G. 1999. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press Jogyakarta.

Defitri, Y. 2015. Identifikasi Patogen Penyebab Penyakit Tanaman Sawit


(Elaeis guineensis Jacq. ) Di Desa Bertam Kecamatan Jambi Luar Kota.
Universitas Batanghari. Jambi.

Fauzi, Y., Widyastuti, Y, E., Satyawibawa, I dan Hartano, R. 2002. Kelapa Sawit,
Budidaya, Pemanfaatan Hasil Dan limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran.
Penebar Swadaya; Jakarta.

Lubis, A.U., 2000. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat,
Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Mangoensoekarjo, S., dan H, Semangun. 2003. Menajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.


Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Nurhatika, S. 2014. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Tanaman Kelapa


Sawit. STMIK Atma Luhur. Pangkal Pinang.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta. 411 hal.

Pradana, A.P. 2019. Penyakit Pada Tanaman Sawit. Fakultas Pertanian Universitas
Jember.

Semangun, H. 1990. Penyakit Tanaman Kebun di Indonesia. Gajah Mada University


Press Jogyakarta.

Sembiring, N. 2003. Identifikasi Penyakit Tajuk (Crown Disease) pada Kelapa Sawit
dengan Penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA) melalui
Strategi BSA (Bulk Segregant Analysis).

Setiawan, K. 2017. Pemuliaan Kelapa Sawit : Untuk Produksi Benih Unggul :


Tanaman Pendek, Kompak dan Mnyak Tak Jenuh Tinggi. Plantaxia.
Yogyakarta.

Steenis, C.G.G.Van, 2001. Flora. Pradnya Paramitha, Jakarta.


12

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya dan Pengolahan Kelapa Sawit.
Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.

Yahya, Z., A. Husin, J. Talib, J. Othman, O.H. Ahmed and M.B. Jalloh. 2010. Oil
palm (Elaeis guineensis) roots response to mechanization in Bernam series
soil. American Journal of Applied Science 7 (3): 343-348.

Anda mungkin juga menyukai