PENDAHULUAN
1
serangan virus. Perbedaan yang mencolok dari keduanya adalah bahwa penyait fisiologis tidak
bersifat menular, sedangkan penyakit virus dapat menular.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.2.Syarat Tumbuh
Tanaman Padi dapat tumbuh di daerah yang mempunyai temperatur sedang sampai tinggi
dengan intensitas cahaya matahari yang panjang. Suhu rata-rata yang sesuai untuk tanaman
padi berkisar antara 68oC - 100oC. Suhu merupakan syarat utama yang harus diperhatikan
dalam budidaya tanaman padi karena suhu rendah pada pertumbuhan tanaman padi akan
memperlambat perkecambahan benih, menunda proses transplanting atau pemindahan ke
lapangan, memiliki ketersediaan air cukup tinggi dan ketersediaan sinar matahari memadai
(Grist, 1998 cit. Rosmawati, 2008).
2.3. Iklim
Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, yaitu rata-rata 200 mm/bulan. Curah
hujan yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi pengairan, sehingga genangan air
yang diperlukan tanaman padi sawah dapat tercukupi dan tanaman dapat tumbuh baik pada
fase vegetatif dan generatif. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi yaitu 33 oC ke
3
atas, sedangkan di Indonesia pengaruh suhu tidak terlalu terasa karena suhunya hampir
konstan/stabil sepanjang tahun. Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu
kehampaan pada biji (Hasanah, 2007).
2.4 Tanah
Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan
keras 30 cm dibawah permukaan tanah. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18
– 22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0 – 7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam
menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1 – 8,2 tidak merusak tanaman
padi tetapi akan mengurangi hasil produksi. Tanah sawah yang mempunyai persentase fraksi
pasir dalam jumlah besar, kurang baik untuk tanaman padi, sebab tekstur ini mudah meloloskan
air. Pada tanah sawah dituntut adanya lumpur, terutama untuk tanaman padi yang memerlukan
tanah subur, dengan kandungan ketiga fraksi dalam perbandingan tertentu. Sifat tanah sangat
berbeda-beda dan hal ini berhubungan dengan keadaan susunan tanah atau struktur tanahnya. Air
dan udara yang tidak dapat beredar didalam tanah dapat menyebabkan kondisi tanah tidak baik,
contohnya tanah liat. Tidak semua jenis tanah cocok untuk areal persawahan. Hal ini
dikarenakan tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Padahal dalam sistem
tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi
sepanjang musim tanam. Oleh karena itu, jenis tanah yang sulit menahan air (tanah dengan
kandungan pasir tinggi) kurang cocok dijadikan lahan persawahan. Sebaliknya, tanah yang sulit
dilewati air (tanah dengan kandungan lempung tinggi) cocok dijadikan lahan persawahan.
Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor,
yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porisitas tanah yang rendah dan
tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta modifikasi system alam oleh
kegiatan manusia. (Hanum,2008)
4
kelompok bakteri ini, yang dikenal sebagai kelompok I,II,III,IV. Bakteri ini meghasilkan
enzim pektinase dan selulase. Pada oryzicolaterdapat 6 macam bakteriofag, yang dikenal
sebagai fag sp. Bakteri bersifat aerob, gram negatif dan tidak bersepora. Pada medium agar
koloni bakteri berwarna kuning jerami, berbentuk bulat, licin dan cembung. Suhu optimum
untuk pertumbuhan bakteri ini adalah 25– 30 °C. Suhu karena apabila pada suhu 53 °C bakteri
ini akan mati (Manik,2011).
5
Foto Gejala Serangan Xanthomonas pada Tanaman Padi
6
2.9 Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri yang cukup efektif untuk dilakukan adalah
penggunaan varietas tahan, seperti varietas angke dan conde. Namun penggunaan varietas
tahan terkendala oleh pembentukan patotipe patogen baru yang suatu saat akan mematahkan
ketahanan yang ada. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diperlukan taktik pergiliran
varietas tahan supaya penggunaan varietas tahan berjalan dengan baik (Wibowo, 2010).
Pengendalian lain yang efektif yang dapat dilakukan adalah penggunaan pestisida sintetik.
Beberapa jenis pestisida dengan berbagai bahan aktif banyak terdapat di pasaran. Bahan aktif
yang dilaporkan dapat mengendalikan Xoo diantaranya L-chloramphenicol, nickel-
dimethyldithiocarbamate, dithianon, fentiazon (Gnanamanickam et al., 1999; Mizukami &
Wakimoto, 1969; Ou, 1973, dalam Nino-Liu et al., 2006), probenazole (Nino-Liu et al., 2006),
tecloftalam, phenazine oxide, dan nickel dimethyldithiocarbamate (Goto, 1992; Mizukami &
Wakimoto, 1969, dalam Nino-Liu et al., 2006). Senyawa kimia lain yang juga dilaporkan dapat
mengendalikan penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi di karawang dan cianjur adalah
asam kloro bromo isosianurik (Wibowo, 2010).
7
III. PEMBAHASAN
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata
pencaharian sebagai petani. Petani di Indonesia pada umumnya merupakan petani
tradisional. Teknologi yang mereka terapkan masih turun temurun, sehingga kesejahteraannya
masih jauh bila dibandingkan dengan petani di Negara maju. Mayoritas komoditas yang
ditanami oleh petani di Indonesia adalah padi (Oryza sativa L.). Karena padi merupakan bahan
pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Dalam budidayanya petani banyak
menghadapi kendala. Salah satunya adalah adanya OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan)
baik berupa hama maupun penyakit. Penyakit yang sering menyerang tanaman padi
diantaranya adalah hawar daun bakteri atau BLB (bacterial leaf blight) yang lebih populer
dengan nama penyakit “kresek”.
Penyakit hawar daun bakteri merupakan penyakit yang tersebar luas di pertanaman padi
sawah dan bisa menurunkan hasil sampai 36%. Penyakit ini pada umumnya terjadi pada musim
hujan atau lembab >75%, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang dengan pemupukan
N yang tinggi. Hawar daun bakteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye. yang dapat menginfeksi tanaman padi pada berbagai
stadium pertumbuhan.
Penyakit tanaman yang bersifat pathogen pada tanaman padi (Oryza sativa L) salah
satunya disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae yang mempunyai satu flagel bersifat
aerob dan tidak membentuk spora. Xanthomonas oryzae mempunyai satu flagel yang
berukuran 6-8 mm dan berfungsi sebagai alat penggerak . Bakteri ini bersifat aerobik dan tidak
membentuk spora juga bergerak dengan satu bulu cambuk ( flagellum) di ujung. Bakteri ini
mempunyai banyak strain yang patogenisitanya berbeda beda. Bakteri ini juga menghasilkan
6 macam bakteriofag yang dikenal dengan fag Sp bakteri ini masuk melalui hidatoda.
Xanthomonas oryzae Bakteri masuk melalui hidatoda. Kemudian bakteri berkembang biak di
dalam epitheme dan menyerang jaringan pembuluh hingga menimbulkan penyakit. Pada
tanaman muda bakteri sering dapat masuk ke dalam daun melalui stomata dan berkembang di
dalam ruang intraselular dari parenkim tanpa menimbulkan gejala. Cara masuk lainnya adalah
melalui luka mekanis yang sering terjadi pada daun dan akar penyakit hawar bakteri pada padi
bersifat sistemik mempunyai 3 macam gejala penyakit, penyakit hawar bakteri pada padi
bersifat menginfeksi tanaman. Infeksi dapat meluas apabila terjadi pada waktu hujan berangin.
Pada umumnya daun bergores bakteri tidak memerlukan usaha pengendalian khusus, kecuali
8
penanaman jenis padi yang tahan. Jika penyakit selalu terdapat, dianjurkan tidak memakai biji
dari tanaman berpenyakit sebagai benih atau mengadakan perawatan benih.
9
IV. KESIMPULAN
Tanaman Padi dapat tumbuh di daerah yang mempunyai temperatur sedang sampai tinggi
dengan intensitas cahaya matahari yang panjang. Suhu rata-rata yang sesuai untuk tanaman
padi berkisar antara 68oC - 100oC. Penyakit hawar daun bakteri disebabkan oleh Xanthomonas
oryzae pv. oryzicola yang sebelumnya disebut sebagai Xanthomonas campestris pv. oryzicola.
Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada
tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka, (2). Gejala hawar dan (3). Gejala daun kuning
pucat. Bakteri ini dapat menginfeksi tanaman padi melalui beberapa cara, yaitu luka pada daun
akibat pemotongan sebelum tanam, luka pada akar akibat pencabutan, pori air yang terdapat
pada daun, luka yang terjadi karena gesekan pada daun, serta melalui luka karena gigitan hama
dan hewan lain. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang
tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Penyakit Xanthomonas oryzae dapat
dikendalikan dengan mengadakanperawatan benih (seed treatment).
10
DAFTAR PUSTAKA
Semangun & Silitonga TS. 1991. Seleksi lapang ketahanan beberapa varietas padi
terhadap infeksi hawar daun bakteri strain IV dan VIII. Bul. Plasma Nutfah 17(2):
80–87.
Sudir, Nuryanto B, & Kadir TS. 2012. Epidemiologi, patotipe, dan strategi pengendalian
penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi. Iptek Tanaman Pangan 7(2):
79–87.
Wibowo, Meliah S, & Nawangsih AA. 2010. Xanthomonas oryzae pv. oryzae bakteri
penyebab hawar daun pada padi: isolasi, karakterisasi, dan telaah mutagenesis
dengan transposon. Makara Sains 15(1): 89–96.
https://media.neliti.com/media/publications/80426-ID-ketahanan-beberapa-genotipe-padi-
terhada.pdf
http://ruangpertanian.blogspot.com/2014/05/syarat-tumbuh-tanaman-pekebunan.html
http://journal.ui.ac.id/index.php/science/article/view/885/844
11