Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebelum mengetaui spesifik tentang penyakit hawar daun ada baiknya kita mengetahui
tentang pengertian penyakit itu sendiri. Penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai sebuah
kondisi dimana tanaman tersebut terganggu ataupun terhambat yang mana penyebabnya bukan
berasal dari hama. Contoh penyakit tanaman sebagian besar disebabkan oleh jamur, virus, alga,
bakteri dan sebagainya. Selain itu penyakit tanaman memiliki definisi lain yaitu sebagai
pertumbuhan abnormal atau disfungsi pada suatu tanaman. Penyakit hawar daun bakteri (HDB)
yang disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) adalah salah satu penyakit utama
pada padi sawah. Hampir seluruh daerah pertanaman padi di Indonesia telah terpapar penyakit
HDB (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2012). Daerah endemik HDB di Indonesia
adalah Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan tingkat serangan yang beragam. Menurut data dari
Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan tahun 2011, serangan HDB pada tahun 2011
mencapai 115.257 ha dan 62 ha mengalami puso. Untuk mengenali bakteri hasil isolasi dari
tanaman sakit apakah HDB atau bukan, biasanya dilakukan beberapa tahapan kegiatan yang
dinamakan “Postulat Koch”. Postulat ini memerlukan waktu yang lama untuk menentukan
apakah bakteri yang diperoleh adalah Xoo atau bukan (Kadir, 2009). Saat ini sudah
dikembangkan deteksi secara molekuler untuk melengkapinya. Deteksi secara molekuler ini
dapat dilakukan pada tahap awal isolasi bakteri dari sampel daun yang diduga terserang HDB.
Deteksi secara molekuler menggunakan primer-primer spesifik untuk bakteri Xoo yang relatif
lebih cepat dan akurat dalam Jurnal AgroBiogen 9(2):49-57 50 JURNAL AGROBIOGEN
VOL. 9 NO. 2 mendapatkan bakteri Xoo murni (Lang et al., 2010). Beberapa primer spesifik
telah dibuat oleh beberapa peneliti. Primer-primer tersebut didesain berdasarkan kajian sekuen
lengkap dari beberapa isolat bakteri Xoo (Lee et al., 2005; Ochiai et al., 2005; Salzberg et al.,
2008).
Semua makhluk hidup dalam proses pertumbuhan dan perkembangnya diperngaruhi ole
berbagai faktor, baik faktor dari luar maupun dari dalam tubuhnya sendiri. Demikian pula
halnya dengan tanaman yang pertumbuhannya sngat dipengaruhi oleh ketersediaan air, zat
hara, suhu, kelembaban, penyinaran, dan faktor genetik dalam tanaman itu sendiri.
Walaupun semua tanaman pertumbuhannya dipengaruhi oleh faktor-faktor tadi, manusia
dapat mengatur faktor tersebut menjadi optimum bagi tanaman. gejala yang timbul akibat
adanya penyakit fisiologis kadang-kadang sama dengan gejala penyakit yang disebabkan ole

1
serangan virus. Perbedaan yang mencolok dari keduanya adalah bahwa penyait fisiologis tidak
bersifat menular, sedangkan penyakit virus dapat menular.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui syarat tumbuh suatu tanaman
b) Mengetahui secara biologis penyebab penyakit
c) Mengetahui gejala serangan yang disebabkan oleh penyakit
d) Mengetahui daur hidup penyakit
e) Mengetahui faktor yang mempengaruhi penyakit, dan
f) Pengendalian penyakit

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman


Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa
ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas tidak sama
panjangnya, ruas yang paling pendek terdapat pada pangkal batang. Ruas yang kedua, ketiga
dan seterusnya lebih panjang dari pada ruas yang berada dibawahnya. Pertumbuhan batang
tanaman padi adalah merumpun, dimana terdapat satu batang tunggal atau batang utama yang
mempunyai mata tunas. Ciri khas dari daun tanaman padi yaitu adanya sisik/terlihat seperti
bulu-bulu dan telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan daun padi dapat dibedakan dari jenis
rumput yang lain (Herawati, 2009).
Padi merupakan tanaman semusim dengan tinggi 50-130 cm hingga 500 m. Batang
berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas dan berakar serabut. Daun terdiri dari helaian daun
yang menyelubungi batang. Bunga padi berbentuk malai yang keluar dari ketiak daun paling
atas dengan jumlah bunga tergantung dari kultivar yang kira-kira berkisar antara 50-500 bunga.
Sedangkan buah atau biji beragam dalam bentuk dan ukurannya Muliasari (2009).
Padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam Kingdom: Plantae, Divisi:
Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Poales, Famili: Gramineae, Genus: Oryza,
Spesies: Oryza sativa L. (Herawati, 2012).

2.2.Syarat Tumbuh
Tanaman Padi dapat tumbuh di daerah yang mempunyai temperatur sedang sampai tinggi
dengan intensitas cahaya matahari yang panjang. Suhu rata-rata yang sesuai untuk tanaman
padi berkisar antara 68oC - 100oC. Suhu merupakan syarat utama yang harus diperhatikan
dalam budidaya tanaman padi karena suhu rendah pada pertumbuhan tanaman padi akan
memperlambat perkecambahan benih, menunda proses transplanting atau pemindahan ke
lapangan, memiliki ketersediaan air cukup tinggi dan ketersediaan sinar matahari memadai
(Grist, 1998 cit. Rosmawati, 2008).

2.3. Iklim
Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, yaitu rata-rata 200 mm/bulan. Curah
hujan yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi pengairan, sehingga genangan air
yang diperlukan tanaman padi sawah dapat tercukupi dan tanaman dapat tumbuh baik pada
fase vegetatif dan generatif. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi yaitu 33 oC ke

3
atas, sedangkan di Indonesia pengaruh suhu tidak terlalu terasa karena suhunya hampir
konstan/stabil sepanjang tahun. Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu
kehampaan pada biji (Hasanah, 2007).

2.4 Tanah
Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki lapisan
keras 30 cm dibawah permukaan tanah. Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18
– 22 cm. Keasaman tanah antara pH 4,0 – 7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan mengubah pH tanam
menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur dengan pH 8,1 – 8,2 tidak merusak tanaman
padi tetapi akan mengurangi hasil produksi. Tanah sawah yang mempunyai persentase fraksi
pasir dalam jumlah besar, kurang baik untuk tanaman padi, sebab tekstur ini mudah meloloskan
air. Pada tanah sawah dituntut adanya lumpur, terutama untuk tanaman padi yang memerlukan
tanah subur, dengan kandungan ketiga fraksi dalam perbandingan tertentu. Sifat tanah sangat
berbeda-beda dan hal ini berhubungan dengan keadaan susunan tanah atau struktur tanahnya. Air
dan udara yang tidak dapat beredar didalam tanah dapat menyebabkan kondisi tanah tidak baik,
contohnya tanah liat. Tidak semua jenis tanah cocok untuk areal persawahan. Hal ini
dikarenakan tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Padahal dalam sistem
tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi
sepanjang musim tanam. Oleh karena itu, jenis tanah yang sulit menahan air (tanah dengan
kandungan pasir tinggi) kurang cocok dijadikan lahan persawahan. Sebaliknya, tanah yang sulit
dilewati air (tanah dengan kandungan lempung tinggi) cocok dijadikan lahan persawahan.
Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor,
yaitu posisi topografi yang berkaitan dengan kondisi hidrologi, porisitas tanah yang rendah dan
tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta modifikasi system alam oleh
kegiatan manusia. (Hanum,2008)

2.5 Biologi Penyebab Penyakit


Penyakit disebabkan oleh Xanthomonas oryzae pv. oryzicola yang sebelumnya disebut
sebagai Xanthomonas campestris pv. oryzicola. Dahulu bakteri disebut Xanthomonas
translucens f.sp oryzae atau X. translucens f.sporyzicola. Bakteri ini berbentuk batang 1,2 x
0,3 – 0.5 um, tunggal, kadang-kadang berpasangan, tetapi tidak membentuk rantai. Bakteri
tidak membentuk spora, tidak membentuk kapsula, bergerak denang satu bulu cambuk
(flagellum) di ujung. Gram negatif, aerob, berkembang paling baik pada suhu 28 °C. Bakteri
mempunyai banyak strain yang patogenisitasnya berbeda-beda. Di Indonesia terdapat 4

4
kelompok bakteri ini, yang dikenal sebagai kelompok I,II,III,IV. Bakteri ini meghasilkan
enzim pektinase dan selulase. Pada oryzicolaterdapat 6 macam bakteriofag, yang dikenal
sebagai fag sp. Bakteri bersifat aerob, gram negatif dan tidak bersepora. Pada medium agar
koloni bakteri berwarna kuning jerami, berbentuk bulat, licin dan cembung. Suhu optimum
untuk pertumbuhan bakteri ini adalah 25– 30 °C. Suhu karena apabila pada suhu 53 °C bakteri
ini akan mati (Manik,2011).

2.6 Gejala Serangan


Penyakit hawar bakteri pada tanaman padi bersifat sistemik dan dapat menginfeksi
tanaman pada berbagai stadium pertumbuhan. Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada tanaman muda atau tanaman dewasa yang
peka, (2). Gejala hawar dan (3). Gejala daun kuning pucat (Singh, 1980; Machmud, 1991; Triny
dkk, 2006). Gejala layu yang kemudian dikenal dengan nama kresek umumnya terdapat pada
tanaman muda berumur 1-2 minggu setelah tanam atau tanaman dewasa yang rentan. Pada
awalnya gejala terdapat pada tepi daun atau bagian daun yang luka berupa garis bercak
kebasahan, bercak tersebut meluas berwarna hijau keabu-abuan, selanjutnya seluruh daun
menjadi keriput dan akhirnya layu seperti tersiram air panas. Seringkali bila air irigasi tinggi,
tanaman yang layu terkulai ke permukaan air dan menjadi busuk (Anonim, 1989).
Menurut Machmud (1991), pada tanaman yang peka terhadap penyakit ini, gejala terus
berkembang hingga seluruh permukaan daun, bahkan kadang-kadang pelepah padi sampai
mengering. Pada pagi hari atau cuaca lembab, eksudat bakteri sering keluar ke permukaan
bercak berupa cairan berwarna kuning menempel pada permukaan daun dan mudah jatuh oleh
hembusan angin, gesekan daun atau percikan air hujan. Eksudat ini merupakan sumber
penularan yang efektif.

5
Foto Gejala Serangan Xanthomonas pada Tanaman Padi

2.7 Daur Hidup penyakit


Bakteri Xoo dapat menginfeksi tanaman padi melalui beberapa cara, yaitu luka pada daun
akibat pemotongan sebelum tanam, luka pada akar akibat pencabutan, pori air yang terdapat
pada daun, luka yang terjadi karena gesekan pada daun, serta melalui luka karena gigitan hama
dan hewan lain. Bakteri ini tidak dapat bertahan lama pada bulir padi, sehingga penyakit ini
bukan termasuk penyakit terbawa benih. Ramlan et al. (1985, dalam Semangun, 1991)
menyebukan bahwa bakteri ini dapat bertahan pada rumput Leersia oryzoides L. Pada
pertanaman, bakteri ini dapat menyebar melalui hujan yang berangin (Semangun, 1991).
Penyakit hawar daun bakteri umumnya muncul pada tanaman yang dipindahkan dari
persemaian pada umur yang lebih muda. Intensitas penyakit ini dipengaruhi oleh curah hujan,
banjir, air pengairan yang dalam serta angin kencang. Pemupukan juga berpengaruh terhadap
ketahanan tanaman padi terhadap penyakit hawar daun bakteri. Pemberian pupuk nitrogen,
silikat dan magnesium yang berlebihan dapat berakibat pada menurunnya ketahanan tanaman
terhadap 10 penyakit ini. Pemupukan fosfor dan kalium dapat meningkatkan ketahanan
terhadap penyakit ini (Semangun, 1991).

2.8 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit


Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi
sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu penyakit hawar daun bakteri sering
timbul terutama pada musim hujan. Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi
tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap
penyakit hawar daun bakteri. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar
daun bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan Nitrogen secara berlebihan, gunakan
pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan
dilakukan secara berselang (Sudir, 2012).

6
2.9 Pengendalian Penyakit Hawar Daun Bakteri
Pengendalian penyakit hawar daun bakteri yang cukup efektif untuk dilakukan adalah
penggunaan varietas tahan, seperti varietas angke dan conde. Namun penggunaan varietas
tahan terkendala oleh pembentukan patotipe patogen baru yang suatu saat akan mematahkan
ketahanan yang ada. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diperlukan taktik pergiliran
varietas tahan supaya penggunaan varietas tahan berjalan dengan baik (Wibowo, 2010).
Pengendalian lain yang efektif yang dapat dilakukan adalah penggunaan pestisida sintetik.
Beberapa jenis pestisida dengan berbagai bahan aktif banyak terdapat di pasaran. Bahan aktif
yang dilaporkan dapat mengendalikan Xoo diantaranya L-chloramphenicol, nickel-
dimethyldithiocarbamate, dithianon, fentiazon (Gnanamanickam et al., 1999; Mizukami &
Wakimoto, 1969; Ou, 1973, dalam Nino-Liu et al., 2006), probenazole (Nino-Liu et al., 2006),
tecloftalam, phenazine oxide, dan nickel dimethyldithiocarbamate (Goto, 1992; Mizukami &
Wakimoto, 1969, dalam Nino-Liu et al., 2006). Senyawa kimia lain yang juga dilaporkan dapat
mengendalikan penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi di karawang dan cianjur adalah
asam kloro bromo isosianurik (Wibowo, 2010).

7
III. PEMBAHASAN

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata
pencaharian sebagai petani. Petani di Indonesia pada umumnya merupakan petani
tradisional. Teknologi yang mereka terapkan masih turun temurun, sehingga kesejahteraannya
masih jauh bila dibandingkan dengan petani di Negara maju. Mayoritas komoditas yang
ditanami oleh petani di Indonesia adalah padi (Oryza sativa L.). Karena padi merupakan bahan
pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Dalam budidayanya petani banyak
menghadapi kendala. Salah satunya adalah adanya OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan)
baik berupa hama maupun penyakit. Penyakit yang sering menyerang tanaman padi
diantaranya adalah hawar daun bakteri atau BLB (bacterial leaf blight) yang lebih populer
dengan nama penyakit “kresek”.

Penyakit hawar daun bakteri merupakan penyakit yang tersebar luas di pertanaman padi
sawah dan bisa menurunkan hasil sampai 36%. Penyakit ini pada umumnya terjadi pada musim
hujan atau lembab >75%, terutama pada lahan sawah yang selalu tergenang dengan pemupukan
N yang tinggi. Hawar daun bakteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Xanthomonas campestris pv. Oryzae Dye. yang dapat menginfeksi tanaman padi pada berbagai
stadium pertumbuhan.

Penyakit tanaman yang bersifat pathogen pada tanaman padi (Oryza sativa L) salah
satunya disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae yang mempunyai satu flagel bersifat
aerob dan tidak membentuk spora. Xanthomonas oryzae mempunyai satu flagel yang
berukuran 6-8 mm dan berfungsi sebagai alat penggerak . Bakteri ini bersifat aerobik dan tidak
membentuk spora juga bergerak dengan satu bulu cambuk ( flagellum) di ujung. Bakteri ini
mempunyai banyak strain yang patogenisitanya berbeda beda. Bakteri ini juga menghasilkan
6 macam bakteriofag yang dikenal dengan fag Sp bakteri ini masuk melalui hidatoda.
Xanthomonas oryzae Bakteri masuk melalui hidatoda. Kemudian bakteri berkembang biak di
dalam epitheme dan menyerang jaringan pembuluh hingga menimbulkan penyakit. Pada
tanaman muda bakteri sering dapat masuk ke dalam daun melalui stomata dan berkembang di
dalam ruang intraselular dari parenkim tanpa menimbulkan gejala. Cara masuk lainnya adalah
melalui luka mekanis yang sering terjadi pada daun dan akar penyakit hawar bakteri pada padi
bersifat sistemik mempunyai 3 macam gejala penyakit, penyakit hawar bakteri pada padi
bersifat menginfeksi tanaman. Infeksi dapat meluas apabila terjadi pada waktu hujan berangin.
Pada umumnya daun bergores bakteri tidak memerlukan usaha pengendalian khusus, kecuali

8
penanaman jenis padi yang tahan. Jika penyakit selalu terdapat, dianjurkan tidak memakai biji
dari tanaman berpenyakit sebagai benih atau mengadakan perawatan benih.

9
IV. KESIMPULAN

Tanaman Padi dapat tumbuh di daerah yang mempunyai temperatur sedang sampai tinggi
dengan intensitas cahaya matahari yang panjang. Suhu rata-rata yang sesuai untuk tanaman
padi berkisar antara 68oC - 100oC. Penyakit hawar daun bakteri disebabkan oleh Xanthomonas
oryzae pv. oryzicola yang sebelumnya disebut sebagai Xanthomonas campestris pv. oryzicola.
Gejala penyakit ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: (1). Gejala layu (kresek) pada
tanaman muda atau tanaman dewasa yang peka, (2). Gejala hawar dan (3). Gejala daun kuning
pucat. Bakteri ini dapat menginfeksi tanaman padi melalui beberapa cara, yaitu luka pada daun
akibat pemotongan sebelum tanam, luka pada akar akibat pencabutan, pori air yang terdapat
pada daun, luka yang terjadi karena gesekan pada daun, serta melalui luka karena gigitan hama
dan hewan lain. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang
tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Penyakit Xanthomonas oryzae dapat
dikendalikan dengan mengadakanperawatan benih (seed treatment).

10
DAFTAR PUSTAKA

Semangun & Silitonga TS. 1991. Seleksi lapang ketahanan beberapa varietas padi
terhadap infeksi hawar daun bakteri strain IV dan VIII. Bul. Plasma Nutfah 17(2):
80–87.
Sudir, Nuryanto B, & Kadir TS. 2012. Epidemiologi, patotipe, dan strategi pengendalian
penyakit hawar daun bakteri pada tanaman padi. Iptek Tanaman Pangan 7(2):
79–87.
Wibowo, Meliah S, & Nawangsih AA. 2010. Xanthomonas oryzae pv. oryzae bakteri
penyebab hawar daun pada padi: isolasi, karakterisasi, dan telaah mutagenesis
dengan transposon. Makara Sains 15(1): 89–96.
https://media.neliti.com/media/publications/80426-ID-ketahanan-beberapa-genotipe-padi-
terhada.pdf
http://ruangpertanian.blogspot.com/2014/05/syarat-tumbuh-tanaman-pekebunan.html
http://journal.ui.ac.id/index.php/science/article/view/885/844

11

Anda mungkin juga menyukai