Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Karies Gigi
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah
suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya
keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial
dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.
Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi
sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses
penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman,
karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu.4,13
Perkembangan karies dapat berbeda antara satu dan lain orang dari antara populasi satu
dan populasi lain. Apabila perkembangannya lambat, mungkin membutuhkan waktu bertahuntahun lamanya sehingga karies menjadi kavitas besar. Akan tetapi proses yang sama hanya
membutuhkan waktu beberapa bulan saja, kalau perkembangannya cepat. 14
Tanda-tanda karies gigi merupakan suatu keretakan pada email atau kavitas pada gigi,
dentin di dalam kavitas lebih lunak dari pada dentin di sekelilingnya, dan merupakan suatu
daerah pada email yang mempunyai warna yang berbeda dengan email sekelilingnya. 14
Karies yang berkembang cepat biasanya berwarna agak terang, sedangkan karies yang
berkembang lambat biasanya berwarna agak gelap. Akan tetapi pit (lekukan pada email gigi) dan
fisur (bentuk lekukan email gigi pada gigi molar dan pre molar) kadang-kadang berwarna tua,
bukan karena karies gigi, tetapi karena noda akibat beberapa makanan.14
Karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme, merupakan penyebab
karies gigi, penyebab karies gigi yang tidak langsung adalah permukaan dan bentuk gigi tersebut.
Gigi dan fisur yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan,
sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies
gigi.15
2.2. Anatomi Gigi
2.2.1. Bagian Gigi14,16
Gigi mempunyai beberapa bagian, yaitu:
a. Bagian akar gigi, adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang
rahang dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal.
b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat.
c. Cusp adalah tonjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada mahkota.
berbagai macam rangsangan, misal: panas dan dingin serta kerusakan fisik termasuk
kerusakan yang disebabkan oleh bor gigi.19
c. Cementum
Cementum adalah penutup luar tipis pada akar yang mirip strukturnya dengan
tulang.19
d. Pulpa
Pulpa terdapat dalam gigi dan terbentuk dari jaringan ikat yang berisikan urat-urat
syaraf dan pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai dentin. Urat-urat syaraf ini
mengirimkan rangsangan, seperti panas dan dingin dari gigi ke otak, di mana hal ini
dialami sebagai rasa sakit.20
Rangsangan yang membangkitkan reaksi pertahanan adalah rangsangan dari bakteri
(pada karies), rangsangan mekanis (pada trauma, faktur gigi, preparasi kavitas, dan
keausan gigi), serta bisa juga disebabkan oleh rangsangan khemis misalnya asam dari
makanan, bahan kedokteran gigi yang toksik, atau dehidrasi dentin yang mungkin
terjadi pada saat preparasi kavitas/pengeboran gigi. 19
b. Karies Media
di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
e. Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi anterior dan posterior.
2.4. Etiologi Karies Gigi4
Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor penyebab primer
yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal
dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm.
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular
lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu.
Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi
penyebab terbentuknya karies. Ada 4 (empat) faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor
host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu, yang
digambarkan sebagai empat lingkaran yang bertumpang tindih.
Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat
sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam
selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit.
Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di
bawah normal dan menyebabkan demineralisasiemail.18
2.4.4. Faktor Waktu18
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang
dalam waktu beberapa bulan atau tahun.4 Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan
kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut
terdiri atas perusakan dan perbaikan yang silih berganti.
Adanya saliva di dalam lingkungan gigi mengakibatkan karies tidak menghancurkan gigi
dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48
bulan. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan
penyakit ini.
2.5. Kebiasaan Makan
Pada zaman modern ini, banyak kita jumpai jenis-jenis makanan yang bersifat manis, lunak
dan mudah melekat misalnya permen, coklat, bolu, biscuit dan lain-lain. Di mana biasanya
makanan ini sangat disukai oleh anak-anak. Makanan ini karena sifatnya yang lunak maka tidak
perlu pengunyahan sehingga gampang melekat pada gigi dan bila tidak segera dibersihkan maka
akan terjadi proses kimia bersama dengan bakteri dan air ludah yang dapat merusak email gigi. 23
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan pada dasarnya adalah:
a. Faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar manusia) seperti lingkungan alam, lingkungan
sosial, lingkungan budaya serta lingkungan ekonomi.
b. Faktor intrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia), seperti: asosiasi emosional,
keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang sakit serta penilaian yang lebih terhadap
mutu makanan juga merupakan faktor intrinsik.24
Penelitian Nizel (1981) pada anak umur 6 tahun di Inggris yang dikutip oleh Kosasih
(2007) menguraikan bahwa makanan yang berbentuk lunak dan lengket dapat berpengaruh
terhadap terjadinya penyakit karies gigi. Beliau juga menguraikan tentang adanya hubungan
antara zat gizi seperti vitamin dan mineral, protein hewani dan nabati, serta karbohidrat yang
terkandung dalam makanan sehari-hari dapat mempengaruhi terjadinya penyakit karies gigi. Hal
ini yang perlu mendapat perhatian tidak hanya nutrisi saja, tetapi cara mengonsumsi jenis
makanan dan waktu pemberian, karena semua ini akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.
Sukrosa adalah salah satu jenis karbohidrat yang terkandung dalam makanan lainnya yang
merupakan substrat untuk pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan meningkatkan proses
terjadinya karies gigi.25
2.6. Epidemiologi Karies Gigi
2.6.1. Distribusi Frekuensi
Masalah karies gigi masih mendapat perhatian karena sampai sekarang penyakit tersebut
masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah penyakit gigi dan mulut, yaitu penyakit
tertinggi keenam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia dan menempati urutan keempat
penyakit termahal dalam pengobatan. 26
Berdasarkan survey kesehatan gigi yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Gigi
Departemen Kesehatan RI pada tahun 1994, ternyata jumlah masyarakat yang berkunjung
maupun pasien yang dirujuk ke rumah sakit karena menderita penyakit gigi dan mulut akibat
karies gigi menduduki jumlah terbesar yaitu 53,05%. 27 Karies merupakan penyakit yang paling
sering dijumpai di rongga mulut, di Indonesia lebih dari 90% penduduknya menderita karies. 28
Karies gigi merupakan penyakit kronis, mengalami proses kerusakan jaringan yang bila
dibiarkan berlanjut akan menyebabkan kehilangan gigi yang terkena karies tersebut.29
Status karies gigi menurut karakteristik penduduk Indonesia (Profil Kesehatan Gigi dan
Mulut Tahun 1999):
a. Prevalensi karies berdasarkan jenis kelamin : Laki-laki (90,05%) dan Perempuan
(91,67%)
b. Prevalensi karies berdasarkan daerah : Urban (91,06%) dan Rural (90,84%)
c. Prevalensi karies berdasarkan pulau : Jawa dan Bali (86,59%), Sumatera (94,41%),
Kalimantan (94,85%), Sulawesi (99,28%)
d.
Sehingga karies gigi telah menjadi masalah umum masyarakat, universal dan perlu mendapat
perhatian yang serius karena prevalensinya yang cepat meningkat di banyak negara. Penelitian
Greene dan Suomi (1997) menunjukkan bahwa di kebanyakan negara berkembang, lebih dari
95% penduduknya terkena karies.29
Menurut penelitian Natamiharja tahun 1998 yang dikutip oleh Rusiawati (2002) pada
anak usia 6-13 tahun di 2 SD di Medan terdapat anak dengan karies pada molar pertama 49,69%
dan molar kedua 42,92% sedangkan murid bebas karies 7,39%. 12
c. Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Hal ini
dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi.
Menurut Tirthankar (2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan.
Pendidikan adalah faktor kedua terbesar yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang
yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik
tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Dalam
penelitiannya, Paulander, Axelsson dan Lindhe (2003) melaporkan jumlah gigi yang tinggal di
rongga mulut pada usia 35 tahun sebesar 26,6% pada pendidikan tinggi sedangkan pada
pendidikan rendah sebesar 25,8%. Hasil penelitian Sondang Pintauli dkk, dijumpai DMF-T
rata-rata sebesar 7,63 dengan DMF-T rata-rata lebih rendah pada ibu-ibu rumah tangga
dengan tingkat pendidikan tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan menengah dan
tingkat pendidikan rendah.4
d. Penggunaan Fluor
Menurut Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor sangat efektif
untuk menurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan fluor tidaklah merupakan satusatunya cara mencegah gigi berlubang.4
Demikian halnya penelitian yang dilakukan Dr. Trendly Dean dilaporkan bahwa ada
hubungan timbal balik antara konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi karies.
Penelitian epidemiologi Dean ditandai dengan perlindungan terhadap karies secara optimum
dan terjadinya mottled enamel (keadaan email yang berbintik-bintik putih, kuning, atau coklat
akibat kelebihan fluor/fluorosis) yang minimal apabila konsentrasi fluor kurang dari 1 ppm. 4
e. Pola Makan
Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat,
maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam
sehingga pH saliva menurun dan terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit
setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu
proses remineralisasi. Namun, apabila makanan berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka
email gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan
sempurna sehingga terjadi karies.4
Misalnya, derajat penderita karies gigi di Palembang relatif tinggi. Salah satu
penyebabnya adalah makanan yang berpotensi menimbulkan kerusakan gigi, yaitu empekempek. Empek-empek terbuat dari sagu, sehingga mengandung karbohidrat dan zat gula.
Karbohidrat yang tinggi akan membuat karang gigi menjadi tebal. Kandungan cuka dalam
cairan yang ditambahkan pada empek-empek juga tidak bagus untuk gigi, khususnya juga
untuk anak di bawah usia delapan tahun. Kandungan fluor dalam gigi anak usia di bawah
delapan tahun belum kuat menahan cuka.35
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak.
Telah dicoba membandingkan insidens karies gigi selama 2 tahun pada 429 orang mahasiswa
yang menyikat giginya dengan teratur setiap habis makan dengan mahasiswa yng menyikat
giginya pada waktu bangun tidur dan malam pada waktu sebelum tidur, ternyata bahwa
golongan mahasiswa yang menyikat giginya secara teratur rata-rata 41% lebih sedikit
kariesnya dibandingkan dengan golongan lainnya. 33
g. Merokok
Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran saliva, yang
menyebabkan aktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies ditemukan lebih tinggi pada
perokok dibandingkan dengan bukan perokok.36
2.7. Pencegahan
2.7.1. Pencegahan Primordial15
Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur enamel dan dentin atau gigi pada
umumnya. Seperti kita ketahui yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan gigi kecuali
protein untuk pembentukan matriks gigi, vitamin (vitamin A, vitamin C, vitamin D) dan mineral
(Calcium, Phosfor, Fluor, dan Magnesium) juga dibutuhkan.
Pada ibu-ibu yang sedang mengandung sebaiknya diberikan kalsium yang diberikan
dalam bentuk tablet, dan air minum yang mengandung fluor karena hal ini akan berpengaruh
terhadap pembentukan enamel dan dentin bayi yang akan dilahirkan.
2.7.2. Pencegahan Primer4,19
Hal ini ditandai dengan:
a. Upaya meningkatkan kesehatan (health promotion)
Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan plak
yang efektif atau cara menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor dan
menggunakan benang gigi (dental floss).
b. Memberikan perlindungan khusus (spesific protection)
Upaya perlindungan khusus yaitu untuk melindungi host dari serangan penyakit
dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. Aplikasi pit dan
fisur silen merupakan upaya perlindungan khusus untuk mencegah karies.
2.7.3. Pencegahan Sekunder
Yaitu untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh
lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh
melakukan penambalan pada gigi dengan lesi karies yang kecil dapat mencegah
kehilangan struktur gigi yang luas.37
a. Diagnosa Dini
Penegakan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal yang sangat penting sejak
disadari bahwa karies bukan hanya suatu proses demineralisasi saja melainkan proses destruksi
dan reparasi yang silih berganti.4
Penegakan diagnosis karies gigi memerlukan pencahayaan yang baik dan obyek (gigi)
yang kering dan bersih. Jika terdapat banyak kalkulus atau plak, maka semuanya harus
dibersihkan terlebih dahulu sebelum mencoba menegakkan diagnosis dengan tepat. Setelah gigi
sudah kering maka tiap kuadran gigi diisolasi dengan gulungan kapas agar pembasahan oleh
saliva dapat dicegah. Gigi harus betul-betul kering dan pengeringannya biasanya dengan udara
yang disemprotkan perlahan-lahan.19
Untuk menentukan tanda awal karies diperlukan penglihatan tajam. Biasanya
pemeriksaan tanda awal karies diperlukan sonde yang tajam sampai terasa menyangkut.
Sebaiknya hal ini jangan dilakukan pada lesi karies yang masih baru mulai karena sonde tajam
akan merusak lesi karies yang masih baru mulai dan sonde akan membawa bakteri ke dalam
karies sehingga penyebaran karies akan semakin cepat.4
b. Tindakan
b.1. Penambalan
Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan dengan
sendirinya, dengan pemberian obat-obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan
ke fungsi pengunyahan semula dengan melakukan pemboran, yang pada akhirnya gigi tersebut
akan ditambal.37
Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah pembersihan gigi
yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak dan jaringan gigi yang sehat di
sekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies telah masuk ke bagian-bagian
gigi yang lebih dalam. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan
terjadinya infeksi ulang.37
Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi atau di sekeliling
gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak amalgam, resin komposit,
semen ionomer kaca, emas tuang, porselen.17
Perak amalgam merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk gigi
belakang, karena sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak amalgam relatif tidak
mahal dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal tetapi lebih kuat dan bisa
digunakan pada karies yang sangat besar.17
Campuran damar dan porselen digunakan untuk gigi depan, karena warnanya mendekati
warna gigi, sehingga tidak terlalu tampak dari luar. Bahan ini lebih mahal dari pada perak
amalgam dan tidak tahan lama, terutama pada gigi belakang yang digunakan untuk mengunyah. 17
Kaca ionomer merupakan tambalan dengan warna yang sama dengan gigi. Bahan ini
diformulasikan untuk melepaskan fluor, yang memberi keuntungan lebih pada orang-orang yang
cenderung mengalami pembusukan pada garis gusi. Kaca ionomer juga digunakan untuk
menggantikan daerah yang rusak karena penggosokan gigi yang berlebihan. 17
b.2. Pencabutan37
Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan sudah sukar
dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Dalam proses
pencabutan maka pasien akan dibius, di mana biasanya pembiusan dilakukan lokal yaitu hanya
pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan ini
membuat pasien tidak merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan.
2.7.4. Pencegahan Tersier4,37
Adalah pelayanan yang ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang
dilakukanuntuk mencegah kehilangan fungsi, yang meliputi:
a. Pembatasan Cacat (Disability Limitation), merupakan tindakan pengobatan yang parah,
misalnya pulp capping, pengobatan urat syaraf (perawatan saluran akar), pencabutan
gigi dan sebagainya.
b. Rehabilitasi (Rehabilitation), merupakan upaya pemulihan atau pengembalian fungsi
dan bentuk sesuai dengan aslinya, misalnya pembuatan gigi tiruan (protesa).
DMF-T merupakan ukuran indeks untuk mengetahui jumlah gigi yang pernah
mengalami karies, yang dijabarkan sebagai Decayed (gigi berlubang), Missed (gigi dicabut
karena karies), Filled (gigi ditambal), Teeth (gigi permanen). DMF-T dihitung dengan
menjumlahkan semua komponen D, M, F dibagi dengan seluruh populasi.
Bila angka DMF-T tinggi, diasumsikan bahwa di masyarakat tersebut mempunyai angka
karies yang tinggi pula.4 Klasifikasi angka kejadian karies gigi (indeks DMF-T) menurut WHO,
adalah sebagai berikut:6,34 (WHO, 2003 dan P,Axelsson)
1. Sangat Rendah : 0,8 1,1
2. Rendah
: 1,2 2,6
3. Sedang
: 2,7 4,4