Anda di halaman 1dari 45

KOMPLIKASI PERSALINAN

KALA I,II,III,IV

KELOMPOK 2

OBSETRI
KOORDINATOR : Hj. YULIANA LUBIS, S.Pd, M.Kes
DISUSUN OLEH : KELOMPOK II
1.IKE MANDA HUTARI
2.INTAN PUSPA RAHAYU
3.KARTIKA DWI APRILIA
4.LINDA YULYANI
5.LUSI MUKAROMAH
6.LUSSY AFRIANTY
7.MARIZA PUTRI ANI
8.MELLIZA AFRIYANTI
9.MUTHYA MUTMAINNAH
10.NIKEN LARASSATY
11.NUR AINI AMBARWATI
12.NUR HASANAH
13.NUR INDRAWATI
14.ORI FITRIANTARI
15.PIAN SISKA APRIANI
16.PUTERI ANDIKA
17.PUTRI SEPTA REGINA W.

KONSEP DASAR PERSALINAN


Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung tidak lebih
dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu
maupun janin (Sarwono, 2002).

Macam-macam persalinan
Macam-macam Persalinan berdasarkan Cara
Pengeluarannya
1.Persalinan Spontan atau Persalinan Normal
Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi
yang umPersalian Buatan
2.Persalinan buatan adalah persalinan dengan bantuan tenaga
dari luar misalnya ektraksi dengan forceps, atau dilakukan
operasi Sectio Caesarea, dan vakum.
3.Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran adalah persalinan terjadi bila bayi sudah
cukup besar untuk hidup di luar, tetapi tidaksedemikian besarnya
sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan.umnya
berlangsung kurang dari 24 jam

Macam-macam Persalinan
berdasarkan Usia Kehamilan
a) Abortus
Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum
kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan
kurang dari 500 gr.
b) Immaturus
Persalinan immaturus adalah pengeluaran buah
kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 500 gr dan 999 gr.
c) Persalinan Prematurus
Persalinan prematurus adalah pengeluaran buah
kehamilan antara 28minggu dan 37 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 1000 gr dan 2499 gr.

Persalinan prematur murni sesuai


dengan definisi WHO
BATASAN

KRITERIA

KETERANGAN

Sangat
prematur

Usia kehamilan
24-30 minggu
BB bayi 10001500 g

Sangat sulit untuk hidup, kecuali


dengan inkubator canggih.
Dampak sisanya
menonjol,terutama pada IQ
nerologis dan pertumbuhan
fisiologis

Prematur
sedang

Usia kehamilan
31-36 minggu
BB bayi 15012000 g

Dengan perawatan cangih masih


mungkin hidup tanpa dampak sisa
yang berat

Premuatur
borderline

Usia kehamilan
36-38 minggu
Berat bayi 20012499 g
Lingkaran kepala
33 cm
Lingkaran dada

Masih sangat mungkin hidup


tampa dampak sisa yang berat
Perhatikan kemungkinan :
Ganguan napas
Daya isap lemah
tidak tahan terhadap hipotermia
mudah terjadi infeksi

BATASAN

KRITERIA

KETERNGAN

Golongan 1

dapat terjadi prematur


teratur tidak menimbulkan
proses rekuren,solusio
plasenta,plasenta
previa,hidramnion
/oligohidromnion,kehamilan
ganda.

kejadian persalinan prematur


sangat jarang berulang dengan
sebab yang sama

Golongan 2

resiko kejadian persalinan


prematur tidak dapat
dikontrol oleh penderita
sendiri
hamil usia muda ,tua (umur
kurang 18 tahun atau diatas
40tahun )
terdapat anomali alat
reproduksi

sebagian masih dapat diupayakan


untuk dikendalikan
anomali alat reproduksi sebagian
sulit dikendalikan sekalipun
dengan tindakan operasi

Golongan 3

faktor yang menimbulkan


pesalinan prematur dapat
dikendalikan sehinga
kejadian prematur dapat
diturunkan :
KEBIASAAN :
Merokok ketagin obat
Kebiasaan kerja keras
,kurang tdur dan istirahat
Keadaan sosial ekonomi
yang menyebabkan
konsumsi gizi nutrisi rendah
Kenali berat badan ibu

Permasalahan yang dihadapi


golongan 111,sebagian besar
beraspek sosial sehingah peran
nya sebagai faktor pemicu
persalinan prematur dapat
dikendalikan:
Kemampuan pengendalian faktor
sosial yang berada ditengah
masyarakat ,merupakan program
obstetr social
Keberhasilan nya akan dapat
dirasakan masyarakan dan
mempunyai nilai untuk

4.Persalinan Maturus atau Partus Aterm


Persalinan maturnus atau partus aterm adalah pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42
minggu atau bayi dengan berat badan 2500 gr atau lebih.
5Partus Postmaturus atau Partus Serotinus
Partus postmaturus atau partus serotinus adalah pengeluaran buah kehamilan
setelah 42 minggu. Kehamilan post matur menurut Prof. Dr. dr. Sarwono
Prawirohardjo adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu
lengkap di hitung dari HPHT.
Penyebab pasti belum diketahui, faktor yang dikemukakan adalah :
1. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah
cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
2. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu
3. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan akan
stress merupakan faktor tidak timbulnya His
4. Kurangnya air ketuban
5. Insufiensi plasenta
.

Permasalahan Kehamilan Lewat Waktu


Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan
nutrisi dan pertukaran CO2/O2sehingga mempunyai risiko asfiksia sampai kematian
adalam rahim. Makin menurunnya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pertumbuhan janin makin lambat


terjadi perubahan metabolisme janin
Air ketuban berkurang dan makin kental
Sebagian janin bertambah berat, serhingga memerlukan tindakan persalinan
Berkurangnya nutrisi dan O2ke janin yang menimbulkan asfiksia dan setiap
saat dapat meninggal di rahim.
Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.

Etiologi atau Sebab-Sebab Mulainya Persalinan


1. Penurunan kadar progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meningkatakan kontraksi otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dam estrogen di dalam darah tetapi
pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his.
2. Teori Oxcytosin
Pada akhir kehamilan kadar Oxcytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot rahim.
3. Peregangan Otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka makin tereganglah otot-otot rahim
sehingga timbullah kontraksi untuk mengeluarkan janin.
.

4.

Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peran penting
oleh karena itu pada anchepalus kelahiran sering lebih lama.
5. Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm
terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium.
Tahapan Persalinan (kala I, II, III, IV)

Kala I
Pada kala I proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi
yang teratur, adekuat, dan menyebabkan perubahan pada servik hingga
mencapai pembukaan lengkap, fase kala I persalinan terdiri dari fase
laten yaitu di mulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4
cm, kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik,
tidak terlalu mules. dan fase aktif dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3
kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau lebih mules, pembukaan 4
cm hingga lengkap. Fase ini di bagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi
dalam 3- 4 cm yang di capai dalam 2 jam, fase dilatasi maksimal 4-9 cm
yang di capai dalam 2 jam, fase deselerasi dari 9 menjadi lengkap selama
2 jam.

Kala II
Gejala dan tanda kala II telah tejadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala
janin melalui pembukaan introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi,
ada dorongan pada rectum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan
springterani membuka, peningkatan pengeluaran lender darah.
Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit. Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta yaitu :
Semburan darah
Pemanjangan tali pusat
Perubahan bentuk uterus : dari diksoid menjadi bentuk bundar (globular)
Perubahan dalam posisi uterus : uterus naik di dalam abdomen .

Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum, untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum.

Tanda-Tanda Persalinan
a. Adanya Lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul. Gambaran Lightening pada
primigravida menunjukkan hubungan antara ketiga P, yaitu ; power (kekuatan his),
passage (jalan lahir normal), passanger (janinnya dan plasenta).
b.Terjadinya his permulaan (his palsu)
Sifat his permulaan (his palsu) :
1.Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2.Datangnya tidak teratur
3.Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda

KOMPLIKASI PERSALINAN DAN


PENATALAKSANAANYA
A.Kala I dan Kala II
a)Persalinan lama
Masalah : Fase laten lebih dari 8 jam
Persalinan telah berlangsung selama 12 jam/lebih
tanpa kelahiran bayi. Dilatasi serviks di kanan garis
waspada pada partograf.
Disebabkan beberapa faktor:

. kecemasan dan ketakutan


. pemberian analgetik yang kuat atau pemberian
analgetikyangterlalalu cepat pada persalinan dan
pemberian anastesi sebelum fase aktif.
. abnormalitas pada tenaga ekspulsi
. abnormalitas pada panggul
. kelainan pada letak dan bentuk janin

Penanganan Umum :
Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin
(termasuk tanda vital dan tingkat hidrasinya). Dan perbaiki
keadaan umum
Dukungan, perubahan posisi, (sesuai dengan penanganan
persalinan normal).
Periksa kefon dalam urine dan berikan cairan, baik oral
maupun parenteral dan upayakan buang air kecil (kateter
bila perlu). tramadol atauBerikan analgesic petidin 25 mg
IM (maximum 1 mg/kg BB atau morfin 10 mg IM, jika pasien
merasakan nyeri.
Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam
persalinan.
5)Nilai frekuensi dan lamanya His .
Penanganan Khusus
Persalinan palsu/belum in partu (False Labor)
Periksa apakah ada ISK atau ketuban pecah, jika didapatkan
adanya infeksi, obati secara adekuat, jika tidak ada pasien
boleh rawat jalan.

2)Fase laten memanjang (Prolonged Latent Phase)


Diagnosa fase laten memanjang dibuat secara retrospektif, jika his berhenti. Pasien
disebut belum inpartu/persalinan palsu. Jika his makin teratur dan pembukaan
makin bertambah lebih dari 4 cm, pasien masuk dalam fase laten
3) Fase Aktif Memanjang
Jika tidak ada tanda-tanda CPD atau obstruksi, dan ketuban masih utuh, pecahkan
ketuban.
. Nilai His Jika his tidak adekuat (<3>Jika his adekuat (3 kali dalam 10
menit dan lamanya > 40 detik) pertimbangkan disproporsi, obstruksi,
malposisi/mal presentasi
. Lakukan penanganan umum untuk memperbaiki his dan mempercepat
kemajuan persalinan

b)Partus Presipitatus

Partus presipitatus adalah kejadian dimana ekspulsi janin berlangsung


kurang dari 3 jam setelah awal persalinan. Bila servik panjang dan jalan lahir kaku,
akan terjadi robekan servik dan jalan lahir yang luas, Emboli air ketuban (jarang),
Atonia uteri dengan akibat HPP. Penatalaksanaan : Kejadian ini biasanya berulang,
sehingga perlu informasi dan pengawasan yang baik pada kehamilan yang sedang
berlangsung. Hentikan pemberian oksitosin drip bila sedang diberikan.

c)

Distosia Bahu

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa
lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih
mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang
bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah
ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu
depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap
berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi
benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir
mengikuti kepala.

Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat
ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan
kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui
pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil
melipat masuk ke dalam panggul.
Penilaian Klinik
Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva
Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar
Dagu tertarik dan menekan perineum
Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum sehingga
tampak masuk kembali ke dalam vagina.
Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di belakang
symphisis.
Komplikasi pada Ibu
Distosia bahu dapat menyebabkan perdarahan postpartum karena
atonia uteri, rupture uteri, atau karena laserasi vagina dan servik yang
merupakan risiko utama kematian ibu (Benedetti dan Gabbe, 1978;
Parks dan Ziel, 1978)
Komplikasi pada Bayi
Distosia bahu dapat disertai morbiditas dan mortalitas janin yang
signifikan.

Penatalaksanaan Distosia Bahu


Kesigapan penolong persalinan dalam mengatasi distosia bahu sangat diperlukan.
Pertama kali yang harus dilakukan bila terjadi distosia bahu adalah melakukan traksi
curam bawah sambil meminta ibu untuk meneran.
Lakukan episiotomi

B. Kala III dan Kala IV


a)Perdarahan pada kala III
Perdarahan pada kala III umum terjadi dikarenakan terpotongnya
pembuluh-pembuluh darah dari dinding rahim bekas implantasi
plasenta/karena sinus-sinus maternalis ditempat insersinya pada
dinding uterus terbuka.
Pada pasien yang mengalami perdarahan pada kala III atau mengalami
pengeluaran darah sebanyak >500cc, tanda-tanda yang dapat dijumpai
secara langsung diantaranya perubahan pada tanda-tanda vital seperti
pasien mengeluh lemah, linlung, berkeringat dingin, menggigil,
hiperpnea, sistolik <90 mmHg, nadi >100 x/mnt, kadar Hb <8 g%.
Hal-hal yang menyebabkan perdarahan post partum adalah;
Atonia uteri.
Perlukaan jalan lahir
Terlepasnya sebaggian plasenta dari uterus

Sebab terpenting pada perdarahan post partum adalah atonia


uteri.
Atonia uteri

Atonia uteri adalah tidak adanya tegangan/ kekuatan otot pada


daerah uterus/rahim.
(Kamus Kedokteran Dorland).Atonia uteri adalah dimana rahim
tidak dapat berkontraksi dengan baik setelah persalinan, terjadi
pada sebagian besar perdarahan pasca persalinan.(Obstetri
edisi ke 2, 1998:254).Atonia uteri adalah keadaan dimana uterus
tidak berkontraksi setelah anak lahir.(Phantom:358).
Atonia uteri dapat terjadi karena:
Partus lama, karena tak ada pemicu kontraksi/hormon oksitosin
lemah.
Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil seperti
pada hamil kembar, hidramnion, janin besar.
Kegagalan kontraksi uterus/ otot rahim.
Multiparitas.
Anastesi yang dalam.
Anestesi lummbal.
Terjadinya retroplasentaperdarahan plasenta dalam uterus.

Atonia juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan,dengan
memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usahamelahirkan
plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uteus.
Diagnosis
Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak
dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalm waktu lama, tanpa
disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat.
Gejala:
Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat.
Tekanan darah menurun.
Syok karena perdarahan.
Kala III : perdarahan dari liang senggama 500cc/lebih.
Penanganan Atonia uteri:
Anemia dalam kehamilan harus diobati, karena perdarahan dalam batasbatas normal dapat membahayakan penderita yang sudah menderita
anemia.
Apabila sebelumnya penderita sudah mengalami perdarahan post partum,
persalinan harus berlangsung dirumah sakit.
Kadar fibrinogen harus diperiksa pada perdarahan banyak, kematian janin
dalam uterus dan solution plasenta.
Dalam kala III uterus jangan dipijat dan didorong kebawah sebelum plasenta
lepas dari dindingnya.

Penggunaan oksitosin sangat penting untuk mencegah perdarahan post partum. Sepuluh
satuan oksitosin diberikan intramuscular setelah anak lahir untuk mempercepat
pelepasan plasenta. Sesudah plasenta lahir hendaknya diberikan 0,2 mg ergometrin,
intramuskulus.

Restensio plasenta
Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah jam sesudah anak lahir.
(Sinopsis Obstertri jilid I : 299).Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir
setengah jam setelah janin lahir. (Ilmu kebidanan : 656).
Patofisiologi.
Retensio plasenta dalam rahim akan mengganggu kontraksi dan retraksi, menyebabkan
sinus-sinus darah tetap terbuka.
Diagnosa.
Pada pemeriksaan luar: fundus/korpus ikut tertarik apabila tali pusat
ditarik.
Pada pemeriksaan dalam: sulit ditentukan tepi plasenta karena
implantasi yang dalam.
Diagnosa banding.
Meliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat pada
miometrium tanpa garis pembelahan fisiologis melalui laporan spons
desidua.

Penanganan.
Apabila plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir, harus
diusahakan untuk mengeluarkannya. Tindakan yang biasa
dilakukan adalah manual plasenta.
Tindakan ini sekarang tidak banyak dianjurkan karena
memungkinkan terjaadinya inversio uteri; tekanan yang keras
pada uterus dapat pula menyebabkan perlukaam pada otot uterus
dan rasa nyeri keras dan kemungkinan syok. Akan tetapi dengan
teknik yang sempurna hal itu dapat dihindarkan. Cara lain untuk
pengeluaran plasenta adalah cara Brandt. Dengan salah satu
tangan penolong memegang tali pusat dekat vulva. Tangan yang
lain diletakkan pada dinding perut diatas simfisis sehingga
permukaan palmar jari-jari tangan terletak dipermukaan depan
rahim, kira-kira pada perbatasan segmen bawah dan badan
rahim. Dengan melakukan tekanan kearah atas belakang, maka
badan rahim akan terangkat. Yang selalu tidak dapat dicegah
adalah bahwa plasenta tidak dapat dilahirkan seluruhnya,
melainkan sebagian masih ketinggalan yang harus dikeluarkan
dengan tangan. Pengeluaran plasenta dengan tangan kini
dianggap cara yang paling baik.

Inversio uteri.
Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri
sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan,
terjadi tiba-tiba dalam kala III/ segera setelah plasenta keluar. Menurut perkembangannya
inversion uteri dapat dibagi dalam beberapa tingkat, yaitu;
Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri, tetapi belum keluar dari ruang tersebut.
Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
Uterus dengan vagina, semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar vagina.
Gejala-gejala klinik.
Inversio uteri bisa terjadi spontan/ sebagai akibat tindakan. Pada
wanita dengan atonia uteri kenaikan tekanan intra abdominal dengan
mendadak karena batuk/ meneran, dapat menyebabkan masukmya
fundus kedalam kavum uteri yang merupakan permulaan inversion
uteri.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri adalah prasat
Crede pada korpus uteri yang tidak berkontraksi baik, dan tarikan pada
talil pusat plasenta yang belum lepas dari dinding uterus. Diagnosis.
Diagnosis Pada perdarahan dengan syok, perdarahan dan fundus uteri
tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III/ setelah
persalinan selesai, pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor
yang lunak diatas servik uteri/ didalam vagina, sehingga diagnosis
inversion uteri dapat dibuat.

Prognosis.

Walaupun kadang-kadang inversio uteri bisa terjadi tanpa banyak gejala


dengan penderita tetap dalam keadaan baik, namun umumnya kelainan
tersebut menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi(1570%). Reposisi secepat mungkin memberikan harapan yang terbaik untuk
keselamatan penderita.
Penanganan.
Tarikan pada tali pusat sebelum plasenta benar-benar lepas, jangan dilakukan
apabila dicoba melakukan prasat Crede harus diindahkan sebelumnya syaratsyaratnya.
Apabila terdapat inversio uteri dengan gejala syok, gejala-gejala itu
perlu diatasi terlebih dahulu dengan infuse intravena cairan elektrolit dan
transfuse darah, akan tetapi segera setelah itu reposisi harus dilakukan,
Makin kecil jarak waktu antara terjadinya inversion uteri dan reposisinya,
makin mudah tindakan ini dapat dilakukan.

4). Emboli air ketuban

Emboli air ketuban adalah syok yang berat sewaktu persalinan selain oleh
plasenta previa dapat disebabkan pula oleh emboli air ketuban.(Obstetri
Patologi. 1981:128).

Emboli air ketuban adalah merupakan salah satu penyebab syok disebabkan
karena perdarahan.(Ilmu Kebidanan. 2002:672).

Etiologi.

Masuknya air ketuban ke vena endosentrik/sinus yang terbuka didaerah


tempat perlekatan plasenta.

Faktor prediposisi.
*
Ketuban sudah pecah
*
His kuat.
*
Pembuluh darah yang terbuka(SC rupture).
*
Multiparasit.
*
Kematian janin intrauterine(IUFD).
*
Mekonium dalam cairan amnion.
*
Usia diatas 30 tahun.
*
Persallinan pesipitasus(kurang dari 3 jam).
Gejala
*
Gelisah.
*
Mual muntah disertai takikardu dan dispnea.
*
Sianosis.
* TD menurun.
*
Nadi cepat dan lemah.
*
Kesadaran menurun.
*
Nistasmus dan kadang timbul kejang tonik klonik.
*
Syok.

Komplikasi.
* Gangguan pembekuan darah
* Edema paru.
* Kegagalan dan payah jantung kanan.
Upaya preventif.
Perhatikan indikasi induksi persalinan.
Memecahkan ketuban saat akhir his, sehingga tekanannya tidak terlalu
besar dan mengurangi masuk kedalam pembuluh darah.
Saat seksio sesarea, lakukan penghisapan air ketuban perlahan sehingga
dapat mengurangi: Asfiksia intrauterine. Emboli air ketuban melalui
perlukaan lebar insisi operasi.
Penanganan.
Segera memasang infuse dua tempat sehingga cairan segera dapat
diberikan untuk mengatasi syok. Berikan O2 dengan tekanan tinggi
ssehingga dapat menambah O2 dalam darah.Untuk jantung dapat
diberikan: Resusitasi jantung
Pengobatan.
* Pemberian transfuse darah segar.
* Fibrinogen.
* Oxygen.
* Heparin/trasylor.(obstetric patologi:128).

Solusio Plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi
normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin
lahir,definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau
berat janin di atas 500 gram.
klasifikasi

Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat pelepasan plasenta.


Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas.

Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan.


Solusio plasenta dengan perdarahan keluar
Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, yang
membentukhematoma retroplacenter
Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam kantong
amnion .
Cunningham dan Gasong masing-masing dalam bukunya
mengklasifikasikan solusio plasenta menurut tingkat gejala
klinisnya, yaitu:
Ringan : perdarahan <100-200 cc,uterus tidak tegang, belum ada
tanda renjatan, janin hidup,pelepasan plasenta <1/6 bagian
permukaan,kadar fibrinogen plasma >150 mg%
Sedang: Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda
pre renjatan, gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta
1/4-2/3 bagian permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
Berat: Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda
renjatan, janin mati, pelepasan plasenta dapat terjadi lebih 2/3
bagian atau keseluruhan.

Etiologi
Penyebab pasti dari solusio plasenta dapat sulit untuk ditentukan. Penyebab langsungnya
jarang, antara lain meliputi:
Adanya luka pada daerah perut akibat jatuh, pukulan pada daerah perut, atau kecelakaan
mobil.
Hilangnya volume uterus secara mendadak (dapat terjadi bersama dengan hilangnya cairan
amnion/ketuban secara cepat atau setelah bayi kembar pertama dilahirkan)
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi
1.
Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada
penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio
plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit
hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan
2.
Faktor trauma
Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar
atau tindakan pertolongan persalinan
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3.
Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium

4. Faktor usia ibu


Makin tua umur ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun
5. Leiomioma uteri (uterine leiomyoma) yang hamil dapat
menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta berimplantasi di atas
bagian yang mengandung leiomioma
6. Faktor pengunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah dan
peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas
terjadinyavasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat
terlepasnya plasenta. Namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif
7. Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang perokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus solusio
plasenta sampai dengan 25% pada ibu yang merokok 1 (satu) bungkus
per hari.
8.Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Hal yang sangat penting dan menentukan prognosis ibu dengan riwayat
solusio plasenta adalah bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada
kehamilan berikutnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil
yang tidak memiliki riwayat solusio plasenta
9. Pengaruh lain, seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan
uterus pada vena cava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus
oleh adanya kehamilan, dan lain-lain

Gambaran Klinis
1.Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut jugaruptura sinus marginalis,
dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak
berdarah banyak.
Solusio plasenta ringan
a. Terlepasnya plasenta kurang dari luasnya
b. Tidak memberikan gejala klinim yang ditemukan setelah
persalinan
c. Keadaau umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
d. Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam
2. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi
belum 2/3 luas permukaan Tanda dan gejala dapat timbul
perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga
secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang
tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervagina.
Solusio plasenta sedang
a. Terlepasnya plasenta lebih dari tetapi belum mencapai 2/3
bagian.

b. Dapat menimbulkan gejala klinik.


Perdarahan dengan rasa sakit
Perut terasa tegang
Gerak janin berkurang
Palpasi bagian janin sulit diraba
Auskultasi jantung janin dapat terjadi asfiksia ringan dan sedang
Pada pemeriksaan dalam ketuban menonjol
Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
3.
Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannnya. Terjadi sangat tiba-tiba. Biasanya
ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah meninggal.
Solusio plasenta berat
Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
Terjadi perdarahan disertai rasa nyeri
Penyulit pada ibu :
Terjadi syok dengan tekanan darah menurun, nadi dan pernafasan
meningkat.
Dapat terjadi gangguan pembekuan darah.
Pada pemeriksaan ditemukan penurunan tekanan darah sampai
syok, tidak sesuai dengan perdarahan dan penderita tampak anemis.

Pemeriksaan abdomen tegang, bagian janin sulit diraba, dinding


perut terasa sakit, dan janin telah meninggal dalam rahim.
Pemeriksaan dalam ketuban tegang dan menonjol.
Solusio plasenta berat dengan Couvelaire uterus terjadi gangguan
kontraksi dan atonia uteri.
Jenis solusio plasenta menurut Manuaba (2008: 85):
a. Ringan, perdarahan <500 cc dengan lepasnya plasenta <1/5
bagaian
b. Sedang, perdarahan sekitar 1000cc dengan llepasnya palsenta
antara -2/3 bagain
c. Berat, lepasnya plasenta melabihi 2/3 bagian
Komplikasi
a.
Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera.
b. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
penderita solusio plasenta, pada dasarnyadisebabkan oleh keadaan
hipovolemia karena perdarahan yang terjadi.Biasanya terjadi
nekrosis tubuli ginjal yang mendadak, yang umumnya masih dapat
ditolong dengan penanganan yang baik.

c.
Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.
D. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir,
(prae: didepan; vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta
yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga
menutupi seluruh atau sebagian osium internum.
Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta.
Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh
plasenta.
Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat
jaringan plasenta. (Obsterti Patologi, Edisi 1984).
plasenta letak rendah : berada pada segmen bawah rahim
Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan
pervaginam yaitu plasenta previa totalis seperti terdapat dalam
gambar berikut :

Gambar diatas adalah jenis plasenta previa


Etiologi
Belum diketahui pasti, frekuensi plasenta previa menigkat pada grade multi
para. Primigravida tua. Bekas seksiosesarea, bekas aborsi, kelainan janin
dan leiomioma uteri.
Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan, anemia
karena perdarahan plasentitis, dan endometritis pasca persalinan.
Pada janin biasanya terjadi persalinan premature dan komplikasi seperti
Asfiksi berat. ( Mansjoer, 2002).

Risiko lainnya adalah sebagai berikut:


Memperlambat pertumbuhan janin akibat suplai darah tidak mencukupi
Kelahiran prematur
Kelahiran cacat
Infeksi dan pembentukan bekuan darah
Anemia janin
Penatalaksanaan
a.
Terapi ekopektif
Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir premature, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servikalis.
Syarat-syarat terapi ekopektif:
Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
Belum ada tanda-tanda inpartu.
Keadaan umum ibu cukup baik.
Janin masih hidup.
Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi plasenta, usia kehamilan,
profil biofisik, letak dan presentasi janin .

Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil
amniosentesis.
Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh
berada disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat janin.
b. Terapi aktif
Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif
tanpa memandang maturnitas janin.
Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara
menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi,
lakukan PDMO jika:

Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
Kehamilan 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.
Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal:
anensefali).
Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).

Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa adalah:


Seksio sesarea
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan
ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tidak punya harapan untuk
hidup, tindakan ini tetap dilaksanankan.
Tujuan seksio sesarea.
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi
dan menghentikan perdarahan.
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri, jika janin
dilahirkan pervaginam.
c). Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan
perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.

E. Ketuban Pecah Dini


Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum terjadi proses
persalinan yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang
waktu (Cunningham, Mc. Donald, gant, 2002).Ketuban Pecah Dini adalah
rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba,
2002).Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang
terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.

Penyebab
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua
faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
Inkompetensi serviks (leher rahim)

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan


pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan
lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena
tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar.
Peninggian tekanan inta uterin
Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini
Makrosomia
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan
dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat
atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin
bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan
selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane
menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.
(Winkjosastro, 2006)

Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang
sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah
cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut,
volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami
distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk
PAP (sepalo pelvic disproporsi).
Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh
penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi
terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan
persalinan lama.
Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme
yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah,


kelainan genetik)
Riwayat KPD sebelumya
Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan
23 minggu.
Penanganan/Penatalaksanaan
Konservatif
Rawat di rumah sakit
Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan
solusio plasenta
Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau),
berikan antibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis.
Aktif
Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin. Bila gagal
Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25 mikrogram
50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.

Penatalaksanaan lanjutan
Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam.
Lakukan pemantauan DJJ
Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar
diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:
Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
Warna rabas atau cairan di sarung tangan
5). Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat
diperoleh gambaranjelas dari setiap infeksi yang timbul.
Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.
Bahaya KPD Pada Ibu Dan Anak
Bila air ketuban merembes sebelum waktu melahirkan atau
sebelum adanya tanda-tanda persalinan, hal ini dikenal dengan
istilah ketuban pecah dini. Kondisi ini dapat memberikan
beberapa permasalahan kesehatan, baik untuk Ibu maupun
untuk bayi, sehingga perlu dipantau dan mendapat pertolongan
tenaga medis.

Ada dua macam ketuban pecah dini (KPD). Yang pertama KPD
prematur, yaitu ketuban pecah sebelum usia kehamilan mencapai
37 minggu. Yang kedua KPD aterm, yaitu ketuban pecah setelah
usia kehamilan mencapai 37 minggu tetapi belum ada tandatanda persalinan.Pada janin, KPD dapat menyebabkan kelahiran
prematur, sindroma gangguan pernapasan, sepsis (infeksi darah),
dan kematian.
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti
bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang
sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau
menyumbat kebocoran untuk sementara.

Kesimpulan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (3742 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin. (Prawirohardjo, 2002)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 1998)

TERIMA KASIH ATAS


PERHATIAN NYA ^_^

Anda mungkin juga menyukai