Tgs OBSETRI Bunda Lubis PPT Persalinan
Tgs OBSETRI Bunda Lubis PPT Persalinan
KALA I,II,III,IV
KELOMPOK 2
OBSETRI
KOORDINATOR : Hj. YULIANA LUBIS, S.Pd, M.Kes
DISUSUN OLEH : KELOMPOK II
1.IKE MANDA HUTARI
2.INTAN PUSPA RAHAYU
3.KARTIKA DWI APRILIA
4.LINDA YULYANI
5.LUSI MUKAROMAH
6.LUSSY AFRIANTY
7.MARIZA PUTRI ANI
8.MELLIZA AFRIYANTI
9.MUTHYA MUTMAINNAH
10.NIKEN LARASSATY
11.NUR AINI AMBARWATI
12.NUR HASANAH
13.NUR INDRAWATI
14.ORI FITRIANTARI
15.PIAN SISKA APRIANI
16.PUTERI ANDIKA
17.PUTRI SEPTA REGINA W.
Macam-macam persalinan
Macam-macam Persalinan berdasarkan Cara
Pengeluarannya
1.Persalinan Spontan atau Persalinan Normal
Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu
sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi
yang umPersalian Buatan
2.Persalinan buatan adalah persalinan dengan bantuan tenaga
dari luar misalnya ektraksi dengan forceps, atau dilakukan
operasi Sectio Caesarea, dan vakum.
3.Persalinan Anjuran
Persalinan anjuran adalah persalinan terjadi bila bayi sudah
cukup besar untuk hidup di luar, tetapi tidaksedemikian besarnya
sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan.umnya
berlangsung kurang dari 24 jam
Macam-macam Persalinan
berdasarkan Usia Kehamilan
a) Abortus
Abortus adalah pengeluaran buah kehamilan sebelum
kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan
kurang dari 500 gr.
b) Immaturus
Persalinan immaturus adalah pengeluaran buah
kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 500 gr dan 999 gr.
c) Persalinan Prematurus
Persalinan prematurus adalah pengeluaran buah
kehamilan antara 28minggu dan 37 minggu atau bayi
dengan berat badan antara 1000 gr dan 2499 gr.
KRITERIA
KETERANGAN
Sangat
prematur
Usia kehamilan
24-30 minggu
BB bayi 10001500 g
Prematur
sedang
Usia kehamilan
31-36 minggu
BB bayi 15012000 g
Premuatur
borderline
Usia kehamilan
36-38 minggu
Berat bayi 20012499 g
Lingkaran kepala
33 cm
Lingkaran dada
BATASAN
KRITERIA
KETERNGAN
Golongan 1
Golongan 2
Golongan 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
4.
Pengaruh janin
Hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peran penting
oleh karena itu pada anchepalus kelahiran sering lebih lama.
5. Teori Prostaglandin
Kadar prostaglandin dalam kehamilan dari minggu ke-15 hingga aterm
terutama saat persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium.
Tahapan Persalinan (kala I, II, III, IV)
Kala I
Pada kala I proses persalinan yang ditandai dengan adanya kontraksi
yang teratur, adekuat, dan menyebabkan perubahan pada servik hingga
mencapai pembukaan lengkap, fase kala I persalinan terdiri dari fase
laten yaitu di mulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4
cm, kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik,
tidak terlalu mules. dan fase aktif dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3
kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau lebih mules, pembukaan 4
cm hingga lengkap. Fase ini di bagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi
dalam 3- 4 cm yang di capai dalam 2 jam, fase dilatasi maksimal 4-9 cm
yang di capai dalam 2 jam, fase deselerasi dari 9 menjadi lengkap selama
2 jam.
Kala II
Gejala dan tanda kala II telah tejadi pembukaan lengkap, tampak bagian kepala
janin melalui pembukaan introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi,
ada dorongan pada rectum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan
springterani membuka, peningkatan pengeluaran lender darah.
Kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak
lebih dari 30 menit. Tanda-tanda klinis dari pelepasan plasenta yaitu :
Semburan darah
Pemanjangan tali pusat
Perubahan bentuk uterus : dari diksoid menjadi bentuk bundar (globular)
Perubahan dalam posisi uterus : uterus naik di dalam abdomen .
Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum, untuk
mengamati keadaan ibu terutama terhadap perdarahan postpartum.
Tanda-Tanda Persalinan
a. Adanya Lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul. Gambaran Lightening pada
primigravida menunjukkan hubungan antara ketiga P, yaitu ; power (kekuatan his),
passage (jalan lahir normal), passanger (janinnya dan plasenta).
b.Terjadinya his permulaan (his palsu)
Sifat his permulaan (his palsu) :
1.Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2.Datangnya tidak teratur
3.Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
Penanganan Umum :
Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin
(termasuk tanda vital dan tingkat hidrasinya). Dan perbaiki
keadaan umum
Dukungan, perubahan posisi, (sesuai dengan penanganan
persalinan normal).
Periksa kefon dalam urine dan berikan cairan, baik oral
maupun parenteral dan upayakan buang air kecil (kateter
bila perlu). tramadol atauBerikan analgesic petidin 25 mg
IM (maximum 1 mg/kg BB atau morfin 10 mg IM, jika pasien
merasakan nyeri.
Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada dalam
persalinan.
5)Nilai frekuensi dan lamanya His .
Penanganan Khusus
Persalinan palsu/belum in partu (False Labor)
Periksa apakah ada ISK atau ketuban pecah, jika didapatkan
adanya infeksi, obati secara adekuat, jika tidak ada pasien
boleh rawat jalan.
b)Partus Presipitatus
c)
Distosia Bahu
Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior macet diatas sacral
promontory karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa
lewat promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor). Lebih
mudahnya distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat
dilahirkan setelah kepala janin dilahirkan. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang belakang
bahu pada umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique) di bawah
ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan meyebabkan bahu
depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu gagal untuk
mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap
berada pada posisi anteroposterior, pada bayi yang besar akan terjadi
benturan bahu depan terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir
mengikuti kepala.
Distosia bahu terutama disebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan bahu untuk melipat
ke dalam panggul (misal : pada makrosomia) disebabkan oleh fase aktif dan persalinan
kala II yang pendek pada multipara sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat
menyebabkan bahu tidak melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui
pintu tengah panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu berhasil
melipat masuk ke dalam panggul.
Penilaian Klinik
Kepala janin telah lahir namun masih erat berada di vulva
Kepala bayi tidak melakukan putaran paksi luar
Dagu tertarik dan menekan perineum
Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala terhadap perineum sehingga
tampak masuk kembali ke dalam vagina.
Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang terperangkap di belakang
symphisis.
Komplikasi pada Ibu
Distosia bahu dapat menyebabkan perdarahan postpartum karena
atonia uteri, rupture uteri, atau karena laserasi vagina dan servik yang
merupakan risiko utama kematian ibu (Benedetti dan Gabbe, 1978;
Parks dan Ziel, 1978)
Komplikasi pada Bayi
Distosia bahu dapat disertai morbiditas dan mortalitas janin yang
signifikan.
Atonia juga dapat timbul karena salah penanganan kala III persalinan,dengan
memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usahamelahirkan
plasenta, sedang sebenarnya belum terlepas dari uteus.
Diagnosis
Diagnosis biasanya tidak sulit, terutama apabila timbul perdarahan banyak
dalam waktu pendek. Tetapi bila perdarahan sedikit dalm waktu lama, tanpa
disadari penderita telah kehilangan banyak darah sebelum ia tampak pucat.
Gejala:
Nadi serta pernafasan menjadi lebih cepat.
Tekanan darah menurun.
Syok karena perdarahan.
Kala III : perdarahan dari liang senggama 500cc/lebih.
Penanganan Atonia uteri:
Anemia dalam kehamilan harus diobati, karena perdarahan dalam batasbatas normal dapat membahayakan penderita yang sudah menderita
anemia.
Apabila sebelumnya penderita sudah mengalami perdarahan post partum,
persalinan harus berlangsung dirumah sakit.
Kadar fibrinogen harus diperiksa pada perdarahan banyak, kematian janin
dalam uterus dan solution plasenta.
Dalam kala III uterus jangan dipijat dan didorong kebawah sebelum plasenta
lepas dari dindingnya.
Penggunaan oksitosin sangat penting untuk mencegah perdarahan post partum. Sepuluh
satuan oksitosin diberikan intramuscular setelah anak lahir untuk mempercepat
pelepasan plasenta. Sesudah plasenta lahir hendaknya diberikan 0,2 mg ergometrin,
intramuskulus.
Restensio plasenta
Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setengah jam sesudah anak lahir.
(Sinopsis Obstertri jilid I : 299).Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir
setengah jam setelah janin lahir. (Ilmu kebidanan : 656).
Patofisiologi.
Retensio plasenta dalam rahim akan mengganggu kontraksi dan retraksi, menyebabkan
sinus-sinus darah tetap terbuka.
Diagnosa.
Pada pemeriksaan luar: fundus/korpus ikut tertarik apabila tali pusat
ditarik.
Pada pemeriksaan dalam: sulit ditentukan tepi plasenta karena
implantasi yang dalam.
Diagnosa banding.
Meliputi plasenta akreta, suatu plasenta abnormal yang melekat pada
miometrium tanpa garis pembelahan fisiologis melalui laporan spons
desidua.
Penanganan.
Apabila plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir, harus
diusahakan untuk mengeluarkannya. Tindakan yang biasa
dilakukan adalah manual plasenta.
Tindakan ini sekarang tidak banyak dianjurkan karena
memungkinkan terjaadinya inversio uteri; tekanan yang keras
pada uterus dapat pula menyebabkan perlukaam pada otot uterus
dan rasa nyeri keras dan kemungkinan syok. Akan tetapi dengan
teknik yang sempurna hal itu dapat dihindarkan. Cara lain untuk
pengeluaran plasenta adalah cara Brandt. Dengan salah satu
tangan penolong memegang tali pusat dekat vulva. Tangan yang
lain diletakkan pada dinding perut diatas simfisis sehingga
permukaan palmar jari-jari tangan terletak dipermukaan depan
rahim, kira-kira pada perbatasan segmen bawah dan badan
rahim. Dengan melakukan tekanan kearah atas belakang, maka
badan rahim akan terangkat. Yang selalu tidak dapat dicegah
adalah bahwa plasenta tidak dapat dilahirkan seluruhnya,
melainkan sebagian masih ketinggalan yang harus dikeluarkan
dengan tangan. Pengeluaran plasenta dengan tangan kini
dianggap cara yang paling baik.
Inversio uteri.
Pada inversion uteri bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri
sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan,
terjadi tiba-tiba dalam kala III/ segera setelah plasenta keluar. Menurut perkembangannya
inversion uteri dapat dibagi dalam beberapa tingkat, yaitu;
Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri, tetapi belum keluar dari ruang tersebut.
Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
Uterus dengan vagina, semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar vagina.
Gejala-gejala klinik.
Inversio uteri bisa terjadi spontan/ sebagai akibat tindakan. Pada
wanita dengan atonia uteri kenaikan tekanan intra abdominal dengan
mendadak karena batuk/ meneran, dapat menyebabkan masukmya
fundus kedalam kavum uteri yang merupakan permulaan inversion
uteri.
Tindakan yang dapat menyebabkan inversion uteri adalah prasat
Crede pada korpus uteri yang tidak berkontraksi baik, dan tarikan pada
talil pusat plasenta yang belum lepas dari dinding uterus. Diagnosis.
Diagnosis Pada perdarahan dengan syok, perdarahan dan fundus uteri
tidak ditemukan pada tempat yang lazim pada kala III/ setelah
persalinan selesai, pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor
yang lunak diatas servik uteri/ didalam vagina, sehingga diagnosis
inversion uteri dapat dibuat.
Prognosis.
Emboli air ketuban adalah syok yang berat sewaktu persalinan selain oleh
plasenta previa dapat disebabkan pula oleh emboli air ketuban.(Obstetri
Patologi. 1981:128).
Emboli air ketuban adalah merupakan salah satu penyebab syok disebabkan
karena perdarahan.(Ilmu Kebidanan. 2002:672).
Etiologi.
Faktor prediposisi.
*
Ketuban sudah pecah
*
His kuat.
*
Pembuluh darah yang terbuka(SC rupture).
*
Multiparasit.
*
Kematian janin intrauterine(IUFD).
*
Mekonium dalam cairan amnion.
*
Usia diatas 30 tahun.
*
Persallinan pesipitasus(kurang dari 3 jam).
Gejala
*
Gelisah.
*
Mual muntah disertai takikardu dan dispnea.
*
Sianosis.
* TD menurun.
*
Nadi cepat dan lemah.
*
Kesadaran menurun.
*
Nistasmus dan kadang timbul kejang tonik klonik.
*
Syok.
Komplikasi.
* Gangguan pembekuan darah
* Edema paru.
* Kegagalan dan payah jantung kanan.
Upaya preventif.
Perhatikan indikasi induksi persalinan.
Memecahkan ketuban saat akhir his, sehingga tekanannya tidak terlalu
besar dan mengurangi masuk kedalam pembuluh darah.
Saat seksio sesarea, lakukan penghisapan air ketuban perlahan sehingga
dapat mengurangi: Asfiksia intrauterine. Emboli air ketuban melalui
perlukaan lebar insisi operasi.
Penanganan.
Segera memasang infuse dua tempat sehingga cairan segera dapat
diberikan untuk mengatasi syok. Berikan O2 dengan tekanan tinggi
ssehingga dapat menambah O2 dalam darah.Untuk jantung dapat
diberikan: Resusitasi jantung
Pengobatan.
* Pemberian transfuse darah segar.
* Fibrinogen.
* Oxygen.
* Heparin/trasylor.(obstetric patologi:128).
Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari implantasi
normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin
lahir,definisi ini hanya berlaku apabila terjadi pada kehamilan di atas 22 minggu atau
berat janin di atas 500 gram.
klasifikasi
Etiologi
Penyebab pasti dari solusio plasenta dapat sulit untuk ditentukan. Penyebab langsungnya
jarang, antara lain meliputi:
Adanya luka pada daerah perut akibat jatuh, pukulan pada daerah perut, atau kecelakaan
mobil.
Hilangnya volume uterus secara mendadak (dapat terjadi bersama dengan hilangnya cairan
amnion/ketuban secara cepat atau setelah bayi kembar pertama dilahirkan)
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang menjadi
predisposisi
1.
Faktor kardio-reno-vaskuler
Glomerulonefritis kronik, hipertensi essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia. Pada
penelitian di Parkland, ditemukan bahwa terdapat hipertensi pada separuh kasus solusio
plasenta berat, dan separuh dari wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit
hipertensi kronik, sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan
2.
Faktor trauma
Dekompresi uterus pada hidroamnion dan gemeli.
Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar
atau tindakan pertolongan persalinan
Trauma langsung, seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
3.
Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara dari pada primipara. Beberapa penelitian
menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan endometrium
Gambaran Klinis
1.Solusio plasenta ringan
Solusio plasenta ringan ini disebut jugaruptura sinus marginalis,
dimana terdapat pelepasan sebagian kecil plasenta yang tidak
berdarah banyak.
Solusio plasenta ringan
a. Terlepasnya plasenta kurang dari luasnya
b. Tidak memberikan gejala klinim yang ditemukan setelah
persalinan
c. Keadaau umum ibu dan janin tidak mengalami gangguan
d. Persalinan berjalan dengan lancar pervaginam
2. Solusio plasenta sedang
Dalam hal ini plasenta terlepas lebih dari 1/4 bagian, tetapi
belum 2/3 luas permukaan Tanda dan gejala dapat timbul
perlahan-lahan seperti solusio plasenta ringan, tetapi dapat juga
secara mendadak dengan gejala sakit perut terus menerus, yang
tidak lama kemudian disusul dengan perdarahan pervagina.
Solusio plasenta sedang
a. Terlepasnya plasenta lebih dari tetapi belum mencapai 2/3
bagian.
c.
Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh hipofibrinogenemia.
d. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot rahim dan di
bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum latum.
D. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir,
(prae: didepan; vias: jalan). Jadi yang dimaksud adalah plasenta
yang implantasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga
menutupi seluruh atau sebagian osium internum.
Klasifikasi Plasenta Previa
Plasenta previa totalis: seluruh internum tertutup oleh plasenta.
Plasenta previa lateralis: hanya sebagian dari ostium tetutup oleh
plasenta.
Plaseta previa marginalis: hanya pada pingir ostium terdapat
jaringan plasenta. (Obsterti Patologi, Edisi 1984).
plasenta letak rendah : berada pada segmen bawah rahim
Dari klasifiskasi tersebut yang sama sekali tidak dapat melahirkan
pervaginam yaitu plasenta previa totalis seperti terdapat dalam
gambar berikut :
Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes) dan hasil
amniosentesis.
Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta masuh
berada disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat janin.
b. Terapi aktif
Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara aktif
tanpa memandang maturnitas janin.
Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara
menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan terpenuhi,
lakukan PDMO jika:
Infuse atau tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
Kehamilan 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.
Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor (misal:
anensefali).
Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati pintu atas
panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
Penyebab
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua
faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks
Penyebab lainnya adalah sebagai berikut :
Inkompetensi serviks (leher rahim)
Hidramnion
Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion
>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang
sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah
cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut,
volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami
distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja
Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.
Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk
PAP (sepalo pelvic disproporsi).
Korioamnionitis
Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh
penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi
terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan
persalinan lama.
Penyakit Infeksi
Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme
yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi
menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban
dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Penatalaksanaan lanjutan
Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam.
Lakukan pemantauan DJJ
Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.
Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar
diperlukan, perhatikan juga hal-hal berikut:
Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa
Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda
Warna rabas atau cairan di sarung tangan
5). Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat
diperoleh gambaranjelas dari setiap infeksi yang timbul.
Seringkali terjadi peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.
Bahaya KPD Pada Ibu Dan Anak
Bila air ketuban merembes sebelum waktu melahirkan atau
sebelum adanya tanda-tanda persalinan, hal ini dikenal dengan
istilah ketuban pecah dini. Kondisi ini dapat memberikan
beberapa permasalahan kesehatan, baik untuk Ibu maupun
untuk bayi, sehingga perlu dipantau dan mendapat pertolongan
tenaga medis.
Ada dua macam ketuban pecah dini (KPD). Yang pertama KPD
prematur, yaitu ketuban pecah sebelum usia kehamilan mencapai
37 minggu. Yang kedua KPD aterm, yaitu ketuban pecah setelah
usia kehamilan mencapai 37 minggu tetapi belum ada tandatanda persalinan.Pada janin, KPD dapat menyebabkan kelahiran
prematur, sindroma gangguan pernapasan, sepsis (infeksi darah),
dan kematian.
Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti
bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini
tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang
sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau
menyumbat kebocoran untuk sementara.
Kesimpulan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (3742 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin. (Prawirohardjo, 2002)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 1998)