Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH BIOGEOGRAFI

UPAYA KONSERVASI FLORA DAN FAUNA INDONESIA BAGIAN BARAT


Disusun Sebagai Pengganti UK-3 Presentasi Mata Kuliah Biogeografi Semester V
Dosen Pengampu: Dr. Sarwono, M.Pd.

Disusun Oleh:
DIMAS YURIZANDI
NIM : K5412026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2
PENDAHULUAN............................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan....................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia Barat....................................................5
1.

Flora...................................................................................................................5

2.

Fauna..................................................................................................................6

B. Upaya-Upaya Pelestarian Flora dan Fauna............................................................6


C. Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, dan Taman Nasional.......................................7
1.

Cagar Alam........................................................................................................7

2.

Suaka Marga Satwa............................................................................................8

3.

Taman Nasional................................................................................................16

PENUTUP......................................................................................................................25
A. Kesimpulan..........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang
melimpah baik flora maupun fauna. Kekayaan keanekaragaman hayati ini membiarkan
keuntungan yang besar bagi masyarakat. Dalam makalah ini yang di bahas yaitu
mengenai tentang tumbuhan saja (flora). Keanekaragaman Flora di Indonesia sangatlah
banyak, Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendukung persebaran tersebut.
Diantaranya adalah tinggi rendah dari permukaan laut, jenis tanah, jenis hutan, iklim,
pengaruh manusia, keadaan air dan lain-lain.
Persebaran flora dan fauna di Indonesia berhubungan dengan sejarah
terbentuknya daratan di Indonesia yang berawal dari zaman es. Pada masa itu, wilayah
Indonesia bagian Barat atau Dataran Sunda masih menyatu dengan Benua Asia.
Indonesia bagian Timur atau Dataran Sahul menyatu dengan Benua Australia. Dataran
Sunda dan Dataran Sahul dulunya berupa daratan yang belum dipisahkan oleh laut
maupun selat. Keadaan tersebut menyebabkan keanekaragaman flora fauna di
Indonesia bagian Barat seperti Jawa-Bali, Kalimantan, dan Sumatera yang pada
umumnya menunjukkan kemiripan dengan flora fauna di Benua Asia. Begitu pula
dengan flora dan fauna di Indonesia bagian Timur seperti Maluku, Papua dan pulaupulau disekitarnya yang sebagian besar mempunyai kemiripan dengan flora fauna di
benua Australia.
Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak diburu
untuk tujuan tertentu (dimakan, untuk obat, perhiasan) maupun tempat hidupnya
dirusak manusia misalnya unntuk dijadikan lahan pertanian, perumahan, industri, dan
sebagainya. Flora dan fauna yang jumlahnya sangat terbatas tersebut dinyatakan
sebagai flora dan fauna langka. Maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas
mengenai upaya konservasi terhadap Flora dan Fauna di Wilayah Indonesia Bagian
Barat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Upaya konservasi terhadap Flora dan Fauna di Wilayah Indonesia Bagian
Barat?

2. Dimana saja daerah konservasi terhadap Flora dan Fauna di Wilayah Indonesia Bagia
Barat?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui upaya konservasi yang dilakukan terhadap Flora dan Fauna di
Wilayah Indonesia Bagian Barat.
2. Untuk mengetahui persebaran atau lokasi mana saja yang dijadikan daerah konservasi
terhadap Flora dan Fauna di Wilayah Indonesia Bagian Barat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia Barat
Indonesia

merupakan

salah

satu

negara

kepulauan

terbesar

dengan

keanekaragaman flora dan faunanya. Dengan berbagai macam jenis flora dan fauna
yang terdapat di Indonesia tersebut, membuat negara Indonesia diakui dunia sebagai
negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Wilayah persebaran flora dan
fauna di Indonesia terbagi menjadi tiga wilayah yaitu: (1.) Wilayah Indonesia bagian
Barat yang meliputi Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali; (2.) Wilayah
Indonesia bagian Tengah yang meliputi Puau Sulawesi, dan Nusa Tenggara; dan (3.)
Wilayah Indonesia bagian Timur yang meliputi Maluku dan Papua.

Gambar 1 Peta Persebaran Flora dan Fauna di Indonesia


1. Flora
Wilayah Indonesia yang berupa kepulauan mengakibatkan keberadaan Flora di
Indonesia sangat beraneka ragam. Flora Indonesia bagian barat meliputi berbagai jenis
tanaman yang tumbuh di Pulau Sumatra, Kalimatan, Jawa, Bali dan pulau-pulau kecil
di sekitarnya. Jenis flora Indonesia bagian barat memiliki persamaan dengan tumbuhan
yang terdapat di Asia, seperti: pinus, kamper, meranti, kayu besi, kayu manis, beringin,
raflesia, jati, mahoni, beringin, pinang, bakau, bunga anggrek, bakau, rotan, rambutan,
duku, manggis, kemenyan, salak, bambu, karet, kelapa sawit, tumbuhan jamu, jarak,
kina, jambu, cempedak langsat, dan durian.

2. Fauna
Wilayah Fauna Indonesia Barat atau Wilayah Fauna Tanah Sunda sering disebut
juga sebagai Wilayah Fauna Asiatis. Hal tersebut dikarenakan Fauna yang terdapat di
Indonesia memiliki kemiripan dengan faunayang terdapat di benu Asia. Wilayah fauna
Indonesia bercorak Asiatis yang terdapat di Indonesia bagian barat meliputi Pulau
Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan, serta pulau-pulau kecil di sekitarnya. Wilayah
fauna Indonesia bagian barat (Tipe Asiatis) dengan wilayah fauna Indonesia bagian
tengah (Tipe Asia-Australis) dibatasi oleh Garis Wallace.

B. Upaya-Upaya Pelestarian Flora dan Fauna


Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak diburu
untuk tujuan tertentu (dimakan, untuk obat, perhiasan) maupun tempat hidupnya
dirusak manusia misalnya unntuk dijadikan lahan pertanian, perumahan, industri, dan
sebagainya. Flora dan fauna yang jumlahnya sangat terbatas tersebut dinyatakan
sebagai flora dan fauna langka. Untuk mencegah semakin punahnya flora dan fauna ini
maka dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Ditetapkan tempat perlindungan bagi flora dan fauna agar perkembang
biakannya tidak terganggu. Tempat-tempat perlindungan ini berupa cagar alam
bagi flora dan suaka margasatwa bagi fauna.
2. Membangun beberapa pusat rehabilitasi dan tempat-tempat penangkaran bagi
hewan-hewan tertentu, seperti:
Pusat rehabilitasi orang utan di Bohorok dan Tanjung Putting di Sumatera.
Daerah hutan Wanariset Samboja di Kutai, Kalimantan Timur.
Pusat rehabilitasi babi rusa dan anoa di Sulawesi.
3. Pembangunan yang berwawasan lingkungan, berarti pembangunan harus
memperhatikan

keseimbangan

yang

sehat

antara

manusia

dengan

lingkungannya.
4. Menetapkan beberapa jenis binatang yang perlu dilindungi seperti: Soa-soa
(biawak), Komodo, Landak Semut Irian, Kanguru Pohon, Bekantan, Orang
Utan (Mawas), Kelinci liar, bajing terbang, bajing tanah, Siamang, macan
Kumbang, beruang madu, macan dahan kuwuk, Pesut, ikan Duyung, gajah,
tapir, badak, anoa, menjangan, banteng, kambing hutan, Sarudung, owa, Sing
Puar, Peusing.
5. Melakukan usaha pelestarian hutan, antara lain:
Mencegah pencurian kayu dan penebangan hutan secara liar.
Perbaikan kondisi lingkungan hutan.

Menanam kembali di tempat tumbuhan yang pohonnya di tebang.


Sistem tebang pilih.
6. Melakukan usaha pelestarian hewan, antara lain:
Melindungi hewan dari perburuan dan pembunuhan liar.
Mengembalikan hewan piaraan ke kawasan habitatnya.
Mengawasi pengeluaran hewan ke luar negeri.
7. Melakukan usaha pelestarian biota perairan, antara lain:
Mencegah perusakan wilayah perairan.
Melarang cara-cara penangkapan yang dapat mematikan ikan dan biota
lainnya, misalnya dengan bahan peledak.
Melindungi anak ikan dari gangguan dan penangkapan.

C. Cagar Alam, Suaka Marga Satwa, dan Taman Nasional


1. Cagar Alam
Menurut UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati Dan Ekosistemnya, Cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem
tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Adapun
Kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan cagar alam :
a.
b.
c.
d.

Mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa dan tipe ekosistem;


Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya;
Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak
Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan

yang efektif dan menjamin keberlangsungan proses ekologis secara alami;


e. Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem yang
keberadaannya memerlukan upaya konservasi; dan atau mempunyai komunitas
tumbuhan dan atau satwa beserta ekosistemnya yang langka atau yang
keberadaannya terancam punah.
f. Pemerintah bertugas mengelola kawasan cagar alam. Suatu kawasan cagar alam
dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian
aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya.
Rencana pengelolaan cagar alam sekurang-kurangnya

memuat tujuan

pengelolaan, dan garis besa kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan
dan pemanfaatan kawasan. Upaya pengawetan kawasan cagar alam dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan : Perlindungan dan pengamanan kawasan, Inventarisasi potensi
kawasan , Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengawetan. Beberapa

kegiatan yang dilarang karena dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan cagar
alam adalah :
a. Melakukan perburuan terhadap satwa yang berada di dalam kawasan
b. Memasukan jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli ke dalam kawasan
c. Memotong, merusak, mengambil, menebang, dan memusnahkan tumbuhan dan
satwa dalam dan dari kawasan
d. Menggali atau membuat lubang pada tanah yang mengganggu kehidupan
tumbuhan dan satwa dalam kawasan
2. Suaka Marga Satwa
Menurut UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati Dan Ekosistemnya, yang dimaksud dengan Suaka Marga Satwa adalah kawasan suaka
alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang untuk
kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

Upaya pengawetan kawasan Suaka Margasatwa dilaksanakan dalam bentuk kegiatan :


a.
b.
c.
d.

Perlindungan dan pengamanan kawasan


Inventarisasi potensi kawasan
Penelitian dan pengembangan yang menunjang pengawetan.
Pembinaan habitat dan populasi satwa

Pembinaan habitat dan populasi satwa, meliputi kegiatan :


a. Pembinaan padang rumput
b. Pembuatan fasilitas air minum dan atau tempat berkubang dan mandi satwa
c. Penanaman dan pemeliharaan pohon-pohon pelindung dan pohon-pohon sumber
makanan satwa
d. Penjarangan populasi satwa
e. Penambahan tumbuhan atau satwa asli, atau
f. Pemberantasan jenis tumbuhan dan satwa pengganggu.
Beberapa kegiatan yang dilarang karena dapat mengakibatkan perubahan fungsi
kawasan Suaka Margasatwa alam adalah :
a. Melakukan perburuan terhadap satwa yang berada di dalam kawasan
b. Memasukan jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli ke dalam kawasan
c. Memotong, merusak, mengambil, menebang, dan memusnahkan tumbuhan dan
satwa dalam dan dari kawasan
d. Menggali atau membuat lubang pada tanah yang mengganggu kehidupan
tumbuhan dan satwa dalam kawasan, atau

e. Mengubah bentang alam kawasan yang mengusik atau mengganggu kehidupan


tumbuhan dan satwa
Pemanfaatan Suaka Margasatwa :
a.
b.
c.
d.
e.

Pelitian dan pengembangan


Ilmu pengetahuan
Pendidikan
Wisata alam terbatas
Kegiatan penunjang budidaya.

Suaka Margasatwa di kawasan Indonesia bagian Barat dan hewan yang


dilindungi

No

Nama

Margasatwa
S U M AT E R A
1

Balai Raja

Suaka

Tempat

Fauna

Bengkalis, Riau

Gajah
Harimau Sumatera
Beruang Madu
Tapir
Siamang
Kera Ekor Panjang
Biawak
Uiar Sanca
Dan

Barumun

Aneka

Burung

Seperti Rangkong
Tapanuli Tengah, Sumatera Gajah,
Utara

Harimau,
Beruang,

Bukit Batu

Bengkalis, Riau

Siamang
Harimau

Sumatera

Orangutan,
Tapir,
4

Tasik Belat

Bengkalis, Riau

Badak Jawa
Harimau Sumatera
Keluang
Srigunting Hitam

Bentayan

Banyuasin,

Sumatera Gajah,

Selatan

Tapir,
Beruang Madu,
Rusa,
Kijang,
Babi Hutan,
Kera

Ekor

Panjang,

Bajing Tanah,
6

Danau Pulau BesarBawah

Bengkalis, Riau

Elang Hitam.
Ikan Arwana
Monyet Ekor Panjang,
Beruang Madu,

Tasik BesarMetas

Indragiri Hilir, Riau

Dan Burung
Harimau Sumatera
Ikan Arwana,
Buaya Muara

Dangku

Dan Beruang Madu


Musi Banyuasin, Sumatera Harimau
Sumatera,
Selatan

Beruang Madu, Rusa,


Kera

Ekor

Panjang,

Buaya
Burung
9

Pusat Pelatihan Gajah

Bengkalis, Riau

Rangkong

Burung Elang Hitam


Tempat
Perkembangbiakan

10

Giam Siak Kecil

Bengkalis, Riau.

Gajah
Gajah Sumatra Harimau
Sumatra Beruang Madu

11

Gumai Pasemah

Lahat, Sumatera Selatan

Buaya Muara
Tupai
Sciuridae (Sejenis Tupai
Kecil)
Tikus Besar
Tikus

12

Isau-Isau Pasemah

Lahat, Sumatera Selatan

Besar

Panjang
Kambing Hutan,

Ekor

Rusa,
Tapir,
Siamang,
Beruk Semundi,
13

Karanggading-Langkat Timur Langkat,


Laut

Deli

Ular
Serdang, Babi Hutan

Sumatera Utara.

Rusa
Siamang
Kambing Hutan
Enggang

14

Kerumutan

Pergam
Kampar, Indragiri Hulu, Betet
Riau.

Endemik,
Cerek Jawa

15
16

Bubut Jawa
Harimau

Tasik Tanjung Padang

Bengkalis, Riau.

Pagai Selatan

Gajah
Pesisir Selatan (Kepulauan Biawak Air
Mentawai),

Sumatera Ular Sanca Kembang

Barat.

Ular

Sendok

Jawa Alias Kobra Jawa


Ularwelang
Ular Kadut Belang
Ular Cincin Mas
Ular Pucuk
17
18
19

Komering

Ular Bakau
Ulu, Gajah,

Gunung Raya

Ogan

Bukit Rimbang-Baling
Tasik Serkap-Sarang Burung

Sumatera Selatan
Badak Sumatra
Kampar, Riau.
Jenis Kucing Besar
Indragiri Hilir, Pelalawan, Bangau
Riau

Tongtong
Elang
Harimau
Tapir

20

Rawa Singkil

Aceh Selatan, NAD

Gajah
Buaya

Ular Kobra Sumatera


Ular Sanca
21

Siranggas

Orang Utan
Tapanuli Tengah, Sumatera Harimau
Utara

Sumatera,

Rusa,
Kiah-Kiah,
Kancil,
Beruang

22

Padang Sugihan

Trenggiling
Musi Banyuasin, Sumatera Gajah, Siamang, Rusa,
Selatan

Kijang, Kancil, Beruk,


Kera,

Bajing

Tanah,

Bajing Terbang, LabiLabi,

Buaya

Muara,

Rangkong, Pecuk Ular,


Bangau Tong-Tong, Raja
Udang.

Ikan

Tembakang, Sepat Siam,


Sepat
23

Dolok Surungan

Rawa,

Lele,

Gabus, Toman
Tapanuli Utara, Sumatera Rusa,
Utara

Babi Hutan,
Harimau

Sumatera,

Landak,
Elang,
Siamang

J AWA
24

Muara Angke

Jakarta Utara, DKI Jakarta

Ikan Asin
Ikan Pindang

25

Bawean

Surabaya, Jawa Timur

Ikan Asap
Pengembang

26

Cikepuh

Sukabumi, Jawa Barat.

Rusa
Penyu Hijau
Banteng
Rusa
Kancil

Biakan

Babi Hutan
Owa
Kera
Lutung
Burung Kangkareng
Burung Rangkong
Burung Udang
Burung Kuntul Karang
Burung Bangau Putih
Susu
Burung Merak
Burung Elang
Biawak
27

Paliyan

Gunung

Kidul,

Dan Ular Beusi


DI Burung Perancah

Yogyakarta

Jalak Bali Tiga Jenis


Kasuari Kakatua Hitam
Burung-Burung
Cenderawasih

28
29
30
31
32

Jakarta Utara, DKI Jakarta


Ciamis, Jawa Barat

Buaya-Buaya
Berbagai Jenis Burung
Harimau Lodaya

Sendangkerta

Tasikmalaya, Jawa Barat

Macan Tutul
Mamalia Besar, Primata,

Gunung Tunggangan
Dataran Tinggi Yang

Burung, Atau Reptil


Sragen, Jawa Tengah
Singa
Jember,
Probolinggo, Babi Hutan

Pulau Rambut
Gunung Sawal

Jawa Timur

Kucing Hutan
Macan Tutul
Anjing Hutan
Kijang
Rusa
Merak
Ayam Hutan
Pergam

Seran
Kepondang

Hutan

Kutilang Gunung

K ALI M AN TAN
33

Pulau Kaget

Barito Kuala, Kalimantan Kera Hidung Panjang

34

Lamandau;

Selatan
Kotawaringin

Barat, Orangutan

Kalimantan Tengah

Owa-Owa
Bekantan
. Kancil
Beruang Madu
Burung Raja Udang
Burung Rangkong

35

Kuala

Lupak-Nusa

Panjalu

Burung Cucak Rowo


Gede Barito Kuala, Kalimantan Harimau Sumatra
Selatan

Macan Dahan
Bekantan
Orangutan

36

Pleihari-Tanah Laut

Tanah Laut, Kalimantan Bekatan


Selatan

Kera
Kijang
Rusa
Babi
Rangkong Badak
Tong Tong
Owa Owa
Kancil
Beruang Madu
Kancil

37

Pulau Semama

Berau, Kalimantan Timur

Buaya Muara
Bangau
Elang
Pergam
Kelelawar

Dara Laut
Layang Layang
3. Taman Nasional
Menurut UU Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati Dan Ekosistemnya, Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi.
Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman nasional
meliputi:
a. memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik yang
masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik;
b. memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;
c. mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis
secara alami; dan
d. merupakan wilayah yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona pemanfaatan,
zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan keperluan.
Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:
a. penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; misalnya : tempat penelitian,
uji coba, pengamatan fenomena alam, dll
b. pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; misalnya : tempat
praktek lapang, perkemahan, out bond, ekowisata, dll
c. penyimpanan dan/atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air,
panas, dan angin serta wisata alam; misalnya : pemanfaatan air untuk industri
air kemasan, obyek wisata alam, pembangkit listrik (mikrohidro/pikohidro), dll
d. pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar; misalnya : penangkaran rusa, buaya,
anggrek, obat-obatan, dll
e. pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya; misalnya :
kebun benih, bibit, perbanyakan biji, dll.

f. pemanfaatan tradisional.

Pemanfaatan tradisional dapat berupa kegiatan

pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional, serta perburuan


tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi.

Taman Nasional di kawasan Indonesia Bagian Barat


a. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Taman Nasional Bukit Barisan
Selatan adalah sebuah taman nasional
yang ditujukan untuk melindungi
hutan hujan tropis pulau Sumatra
beserta kekayaan alam hayati yang
dimilikinya.UNESCO
Taman

Nasional

menjadikan
Bukit

Barisan

Selatan sebagai Warisan Dunia. Bukit


Barisan Selatan dinyatakan sebagai Cagar Alam Suaka Margasatwa pada tahun 1935
dan menjadi Taman Nasional pada tahun 1982.
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan terletak di ujung wilayah barat daya
Sumatera. Tujuhpuluh persen dari taman (249.552 hektare) termasuk dalam
administrasi wilayah Lampung Barat dan wilayah Tanggamus, dimana keduanya adalah
bagian dari Provinsi Lampung. Bagian lainnya dari taman mencakup 74.822 hektare
(23%

dari

luas

taman

provinsiBengkulu. Sumatera

keseluruhan)

dan

Selatan juga

berada

sangat

di

penting

wilayah
bagi

Kaur

dari

tumpang-tindih

perbatasan taman dengan perbatasan provinsi.


Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan perwakilan dari rangkaian
pegunungan Bukit Barisan yang terdiri dari tipe vegetasi hutan mangrove, hutan pantai,
hutan pamah tropika sampai pegunungan di Sumatera. Jenis tumbuhan di taman
nasional tersebut antara lain pidada (Sonneratia sp.), nipah (Nypa fruticans), cemara
laut (Casuarina equisetifolia), pandan (Pandanus sp.), cempaka (Michelia champaka),
meranti (Shorea sp.), mersawa (Anisoptera curtisii), ramin (Gonystylus bancanus),
keruing (Dipterocarpus sp.), damar (Agathis sp.), rotan (Calamussp.), dan bunga
raflesia (Rafflesia arnoldi).

Tumbuhan yang menjadi ciri khas taman nasional ini adalah bunga bangkai
jangkung (Amorphophallus decus-silvae), bunga bangkai raksasa (A. titanum) dan
anggrek raksasa/tebu (Grammatophylum speciosum). Tinggi bunga bangkai jangkung
dapat mencapai lebih dari 2 meter.
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan merupakan habitat beruang madu
(Helarctos malayanus malayanus), badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis
sumatrensis), harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), gajah Sumatera (Elephas
maximus sumatranus), tapir (Tapirus indicus), ungko (Hylobates agilis), siamang (H.
syndactylus syndactylus), simpai (Presbytis melalophos fuscamurina), kancil (Tragulus
javanicus kanchil), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata).
b. Taman Nasional Kerinci Seblat
Taman

Nasional

Kerinci Seblat adalah taman


nasional terbesar di Sumatera
yang memiliki luas wilayah
sebesar

13,750

km

dan

membentang ke empat provinsi


yaitu Sumatera Barat, Jambi,
Bengkulu,

dan

Sumatera

Selatan. Taman nasional ini


terdiri dari Pegunungan Bukit
Barisan yang memiliki wilayah dataran tertinggi di Sumatera, Gunung Kerinci (3.805
m). Taman nasional ini juga terdiri dari mata air-mata air panas, sungai-sungai beraliran
deras, gua-gua, air terjun-air terjun dan danau kaldera tertinggi di Asia
Tenggara, Gunung Tujuh.
Taman nasional ini memiliki beragam flora dan fauna. Sekitar 4.000 spesies
tumbuhan tumbuh di wilayah taman nasional termasuk bunga terbesar di
dunia Rafflesia arnoldi, dan bunga tertinggi di dunia, Titan Arum. Fauna di wilayah
taman nasional terdiri antara lain Harimau Sumatera, Badak Sumatera, Gajah
Sumatera, Macan Dahan, Tapir Melayu, Beruang Madu, dan sekitar 370 spesies
burung.

c. Taman Nasional Gunung Leuser


Taman Nasional Gunung Leuser biasa
disingkat TNGL adalah salah satu Kawasan
Pelestarian Alam di Indonesia seluas 1.094.692
Hektar yang secara administrasi pemerintahan
terletak

di

dan Sumatera

dua
Utara.

Provinsi
Provinsi

yaitu
Aceh

Aceh
yang

terdeliniasi TNGL meliputi KabupatenAceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh


Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tamiang, sedangkan Provinsi Sumatera
Utara yang terdeliniasi TNGL meliputi Kabupaten Dairi, Karo dan Langkat.
Taman nasional ini mengambil nama dari Gunung Leuser yang menjulang
tinggi dengan ketinggian 3404 meter di atas permukaan laut di Aceh. Taman nasional
ini meliputi ekosistem asli dari pantai sampai pegunungan tinggi yang diliputi oleh
hutan lebat khas hujan tropis, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk
tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,pariwisata, dan
rekreasi. Taman Nasional Gunung Leuser memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu :
perlindungan sistem penyangga kehidupan;
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya;
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Di taman nasional ini terdapat 130 jenis mamalia, di antaranya orangutan
sumatera (Pongo pygmaeus abelii), sarudung (Hylobates lar), siamang (Hylobates
syndactilus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestriana)
dan kedih (Presbytis thomasi). Satwa karnivora di antaranya:macan dahan (Neofelis
nebulosa), beruang madu (Helarctos malayanus), harimau sumatera (Phantera tigris
Sumatraensis). Satwa herbivora yang ada di taman nasional ini adalah gajah
sumatera (Elephas maximus),badak sumatera (Dicerorhinus sumatraensis), dan rusa
sambar (Cervus unicolor).
Diperkirakan ada sekitar 89 spesies langka dan dilindungi berada di Taman Nasional
Gunung Leuser, di antaranya:
Orangutan sumatera (Pongo pygmaeus abelii)
Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis)
Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae)

Gajah sumatera (Elephas maximus)


Beruang madu (Helarctos malayanus)
Rangkong papan (Buceros bicornis)
Ajag (Cuon Alpinus)
Siamang (Hylobates syndactylus).

Diperkirakan ada sekitar 325 jenis burung di Taman Nasional Gunung Leuser, di
antaranya: rangkong badak (Buceros rhinoceros). Fauna reptilia dan amphibia
didominasi ular berbisa dan buaya (Crocodillus sp). Di sini terdapat ikan jurung (Tor
sp), ikan endemik Sungai Alas yang bisa mencapai panjang 1 meter. Di sini juga
terdapat kupu-kupu.
d. Taman Nasional Way Kambas
Taman Nasional Way Kambas
adalah taman nasional perlindungan
gajah yang terletak di daerah Lampung
tepatnya di Kecamatan Labuhan Ratu,
Lampung

Timur.

Selain

di

Way

Kambas, sekolah gajah (Pusat Latihan


Gajah) juga bisa ditemui di Minas,
Riau. Taman Nasional Way Kambas
berdiri pada tahun 1985 merupakan sekolah gajah pertama di Indonesia. Dengan nama
awal Pusat Latihan Gajah (PLG) namun semenjak beberapa tahun terakhir ini namanya
berubah menjadi Pusat Konservasi Gajah (PKG) yang diharapkan mampu menjadi
pusat konservasi gajah dalam penjinakan, pelatihan, perkembangbiakan dan konservasi.
Hingga sekarang PKG ini telah melatih sekitar 300 ekor gajah yang sudah disebar ke
seluruh penjuru Tanah Air. Di Way Kambas juga tedapat International Rhino
Foundation yang bertugas menjaga spesies badak agar tidak terancam punah.
Taman Nasional Way Kambas ini terdapat hewan yang hampir punah
diantaranya Badak sumatera, Gajah Sumatera, Harimau sumatera, Mentok Rimba,
dan Buaya

sepit.

Untuk

tanaman

banyak

diketemukan Api-api, Pidada, Nipah,

dan pandan. Di bagian pesisir Taman Nasional Way Kambas yang berawa juga sering
ditemukan berbagai jenis burung antara lain Bangau Tongtong, Sempidan Biru, Kuau
raja, Burung Pependang Timur, dan beberapa burung lainnya.

e. Taman Nasional Tanjung Puting


Taman Nasional Tanjung Puting adalah
sebuah taman

nasional yang

terletak

di

semenanjung barat daya provinsi Kalimantan


Tengah.

Tanjung

Puting

pada

awalnya

merupakan cagar alam dan suaka margasatwa


dengan luas total 305.000 ha yang ditetapkan
oleh

pemerintah Hindia

tanggal 13

Juni 1936.

Belanda pada

Selanjutnya

pada

tanggal 12 Mei 1984 oleh Menteri Kehutanan,


Tanjung Puting ditetapkan sebagai Taman
Nasional dan luasnya menjadi 415.040 ha.
Jenis-jenis flora utama di daerah utara kawasan adalah hutan kerangas dan
tumbuhan pemakan serangga seperti kantung semar (Nephentes sp). Hutan rawa
gambut sejati ditemukan di bagian tengah kawasan dan di tepi beberapa sungai, dan
terdapat tumbuhan yang memiliki akar lutut, dan akar udara. Di sepanjang tepi semua
sungai di kawasan ini terdapat hutan rawa air tawar (aluvial) sejati, memiliki jenis
tumbuhan yang kompleks dan jenis tumbuhan merambat berkayu yang besar dan kecil,
epifit dan paku-pakuan menjalar dalam jumlah besar. Di daerah utara menuju selatan
kawasan terdapat padang dengan jenis tumbuhan belukar yang luas, hasil dari
kerusakan hutan kerangas akibat penebangan dan pembakaran. Umumnya terdapat
dalam kantung-kantung di sepanjang sungai sekonyer dan anak-anak sungainya.
Tumbuhan di daerah hulu sungai utama terdiri atas rawa rumput yang didominasi oleh
Pandanus sp dan bentangan makrofita (bakung) yang mengapung, seperti Crinum sp di
daerah pantai meliputi hutan bakau (mangrove) dan lebih jauh ke daratan yaitu di
kawasan payau pada muara-muara sepanjang sungai utama, terdapat tumbuhan asli
nipah. Tumbuhan meluas ke pedalaman sejauh sungai, dan menandai kadar intrusi air
payau ke darat. Untuk daerah pesisir pada pantai-pantai berpasir banyak ditumbuhi
tumbuhan marga Casuarina, Pandanus, Podocarpus, Scaevola, dan Barringtonia.

Jenis-jenis tumbuhan lain yang dapat ditemui di TNTP adalah meranti (Shorea
sp.), ramin (Gonystylus bancanus), jelutung (Dyera costulata), gaharu, kayu lanan,
keruing (Dipterocarpus sp), ulin (Eusideroxylon zwageri), tengkawang (Dracomentelas
sp.), Dacrydium, Lithocarpus, Castonopsis, Schiima, Hopea, Melaleuca, Dyospyros,
Beckia, Jackia, Licuala, Vatica, Tetramerista, Palaquium, Campnosperma, Casuarina,
Ganoa, Mesua, Dactylocladus, Astonia, Durio, Eugenia, Calophyllum, Pandanus,
Imperata cylindrica, Crinum sp., Sonneratia, Rhizophora, Barringtonia, Nipah (Nypa
fruticans), Podocarpus, dan Scaevola. Sementara untuk tumbuhan lapisan bawah hutan
terdiri dari jenis-jenis rotan dan permudaan/anakan pohon.
Kawasan TNTP dihuni oleh sekitar 38 jenis mamalia. Tujuh di antaranya
adalah primata yang cukup dikenal dan dilindungi seperti orangutan (Pongo pygmaeus),
bekantan (Nasalis larvatus), owa-owa (Hylobates agilis), dan beruang madu (Helarctos
malayanus).

Jenis-jenis

mamalia

besar

seperti rusa

sambar, kijang (Muntiacus

muntjak), kancil (Tragulus javanicus), dan babi hutan (Sus barbatus) dapat dijumpai di
kawasan ini. Bahkan, beberapa jenis mamalia air seperti duyung (Dugong dugong)
dan lumba-lumba dilaporkan pernah terlihat di perairan sekitar kawasan TNTP.
Beberapa jenis reptil juga dapat ditemukan di kawasan TNTP, termasuk di
antaranya buaya
porosus),

sinyong

supit (Tomistoma

dan Labi-labi (Trionyx

schlegel), buaya

cartilagenous).

Tercatat

muara (Crocodilus
lebih

dari

200

jenis burung yang hidup di kawasan TNTP. Salah satu jenis burung yang ada di
kawasan ini, yaitu sindang lawe (Ciconia stormii) termasuk 20 jenis burung terlangka
di dunia. Tanjung Puting juga merupakan salah satu tempat untuk semua jenis koloni
jenis burung great alba seperti Egreta alba, Arhinga melanogaster, dan Ardea
purpurea.
f. Taman Nasional Meru Betiri
Taman Nasional Meru Betiri terletak di regional Jawa Timur bagian dengan luas
wilayahnya sekitar 58.000 ha dengan nama yang diambil dari nama gunung tertinggi di
kawasan ini yaitu gunung Betiri (1.223m). Secara administratif, Taman Nasional Meru
Betiri

berada

dalam

Provinsi Jawa Timur.

wilayah Kabupaten

Jember dan Kabupaten

Banyuwangi,

Taman
Betiri

nasional

merupakan

tumbuhan

langka

Meru
habitat
yaitu

padma Rafflesia zollingeriana yang


endemik di Jawa. Selain itu juga
terdapat tumbuhan pantai yang
dapat dijumpai antara lain: bakau
(Rhizophora sp.),

api-api

(Avicennia sp.), waru (Hibiscus tiliaceus), nyamplung (Calophyllum inophyllum),


rengas (Gluta renghas), bungur (Lagerstroemia speciosa), pulai (Alstonia scholaris),
benda (Artocarpus elasticus), Bruguiera sp., Sonneratia sp., Balanophora fungosa, dan
beberapa jenis tumbuhan obat-obatan.
Taman Nasional Meru Betiri memiliki satwa dilindungi yang terdiri
dari mamalia, dan burung. Satwa tersebut di antaranya adalah banteng (Bos javanicus
javanicus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), harimau Jawa (Panthera tigris
sondaicus), macan tutul (Panthera pardus melas), ajag (Cuon alpinus javanicus), kucing
hutan (Prionailurus bengalensis javanensis), rusa (Cervus timorensis russa), (Cervus
unicolor), bajing terbang ekor merah (Iomys horsfieldii), merak (Pavo muticus), penyu
belimbing (Dermochelys

coriacea), penyu

sisik (Eretmochelys

imbricata), penyu

hijau (Chelonia mydas), dan penyu lekang/ridel (Lepidochelys olivacea), Accipiter


trivirgatus, Falco

moluccensis, Hieraaetus

castanopterum, elang Spizaetus alboniger.


g. Taman Nasional Ujung Kulon

kienerii, Otus

lempiji, Glaucidium

Taman Nasional Ujung Kulon terletak di bagian paling barat Pulau Jawa.
Kawasan Taman nasional ini juga
memasukan

wilayah Krakatau dan

beberapa pulau kecil disekitarnya


seperti

Pulau

Handeuleum

Pulau

Peucang.

Taman

dan
ini

mempunyai luas sekitar 122.956


Ha; (443 km di antaranya adalah
laut), yang dimulai dari tanjung
Ujung Kulon sampai dengan Samudera Hindia. Taman Nasional ini menjadi Taman
Nasional pertama yang diresmikan di Indonesia, dan juga sudah diresmikan sebagai
salah satu Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO pada tahun 1991, karena
wilayahnya mencakupi hutan lindung yang sangat luas. Sampai saat ini kurang lebih 50
sampai dengan 60 badak hidup di habitat ini.
Flora di Taman Nasional Ujung Kulon membentuk berbagai formasi hutan,
dimana formasi hutan ini dicirikan adanya dominasi oleh jenis/spesies tertentu. Ditinjau
dari tipe hutan, flora di kawasan ini terdiri dari hutan pantai, hutan hujan tropika
dataran rendah, hutan hujan tropika pegunungan, hutan rawa air tawar, hutan
mangrove dan padang rumput. Formasi hutan yang cukup lengkap ini mengandung
keragaman plasma nutfah serta spesies tumbuhan berguna dan langka yang sangat
tinggi. Beberapa jenis tumbuhan diketahui langka dan di pulau jawa hanya terdapat di
TN Ujung Kulon antara lain : Batryohora geniculata, Cleidion spiciflorum, Heritiera
percoriacea, dan Knema globularia. Banyak pula berbagai jenis tumbuhan yang telah
dimanfaatkan masyarakat baik untuk kayu pertukangan, obat-obatan, tanaman hias
maupun

pangan.

Jenis-jenis

yang

telah

dimanfaatkan

tersebut

antara

lain bayur (Pterospemum javanicum) dan berbagai rotan (Calamus sp.) sebagai bahan
pertukangan; kayu gaharu (Aquilaria malaccensis), Kayu cempaka (Michelia campaca)
dan kayu jambe (Areca catechu) sebagai bahan obat-obatan; Anggrek (Dendrobium sp.)
sebagai tanaman hias; tangkil(Gnetum gnemon) dan salak (Salacca edulis) sebagai
bahan pangan.
Taman Nasional Ujung Kulon memiliki beragam jenis satwa liar baik bersifat
endemik maupun penting untuk dilindungi. Semenanjung Ujung Kulon pada saat ini
merupakan habitat terpenting dari Badak Jawa, yang populasinya diperkirakan ada 50-

60 ekor, serta merupakan satu-satunya tempat di dunia dimana secara alami Badak
Jawa mampu berkembang biak pada dekade terakhir ini. Di taman nasional ini
diperkirakan ada sekitar 30 jenis mamalia, yang terdiri dari mamalia ungulata
seperti Badak, Banteng, Rusa, Kijang, Kancil, dan Babi Hutan, mamalia predator
seperti Macan Tutul, Anjing Hutan, Macan Dahan, Luwak dan Kucing Hutan, mamalia
kecil seperti walang kopo, tando, landak, bajing tanah, kalong ,bintarung, berangberang, tikus, trenggiling dan jelarang. Diantara Primata terdapat dua jenis endemik,
yaitu Owa dan Surili.

Sedang

jenis

Primata

lain

adalah

Lutung

(Presbytis

cristata), Kukang (Nycticebus coucang) dan Kera ekor panjang (Macaca fascicularis)
mempunyai populasi yang cukup baik dan tersebar di sebagian kawasan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia

merupakan

salah

satu

negara

kepulauan

terbesar

dengan

keanekaragaman flora dan faunanya. Dengan berbagai macam jenis flora dan fauna
yang terdapat di Indonesia tersebut, membuat negara Indonesia diakui dunia sebagai
negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia. Wilayah indonesia terbagi
menjadi tiga wilayah persebaran Flora dan Fauna yang meliputi Wilayah Indonesia
Bagian Barat, Wilayah Indonesia Bagian Tengah, dan Wilayah Indonesia Bagian Timur.
Beberapa jenis flora dan fauna kini semakin sulit ditemui karena banyak diburu
untuk tujuan tertentu (dimakan, untuk obat, perhiasan) maupun tempat hidupnya
dirusak manusia misalnya unntuk dijadikan lahan pertanian, perumahan, industri, dan
sebagainya. Flora dan fauna yang jumlahnya sangat terbatas tersebut dinyatakan
sebagai flora dan fauna langka. Untuk mencegah semakin punahnya flora dan fauna ini
maka dilakukan upaya-upaya seperti pembuatan Cagar Alam, Suaka Margasatwa, serta
Taman Nasional.
Di Wilayah Indonesia bagian Barat sendiri terdapat banyak upaya konservasi
terhadap Flora maupun Fauna langka yang dilindungi dan keberadaannya hampir
punah. Upaya konservasi ini terdiri dari Cagar Alam dan Suaka Margasatwa yang
tersebar dari Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Selain itu juga terdapat Taman
Nasional yang merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,
dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman
Nasional yang terdapat diwilayah Indonesia Bagian Barat diantaranya Taman Nasional
Bukit Barisan, Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Tanjung Puting, Taman
Nasional Way Kambas, dan Taman Nasional Ujung Kulon dengan Fora maupun
Faunanya mmasing-masing disetiap Taman Nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Berlian,

Wildan.

2013.

Usaha-Usaha

http://wildanberlian.

Pelestarian

Flora

dan

Fauna;

dalam

blogspot.com/2013/08/usaha-usaha-pelestarian-flora-

dan-fauna.html, diakses tanggal 21 Desember 2014


Carista, Sisi. 2012. Suaka Margasatwa di Indonesia dan Hewan yang dilindungi; dalam
http://sisicharista.blogspot.com/2012/02/suaka-margasatwa-di-indonesiadan-hewan.html, diakses tanggal 21 Desember 2014
Eriko, Pruwanda. 2013. Pengertian Suaka Margasatwa; dalam http://prawundaeriko.blogspot.com/2013/03/pengertian-suaka-margasatwa-dan-upaya.html,
diakses tanggal 21 Desember 2014
Kasidi, Robert. 2012. Jenis-Jenis dan Persebaran Fauna di Indonesia; dalam http://
jenisfauna

diindonesia.blogspot.com/2012/12/jenis-jenis-dan-persebaran-

fauna-di.html, diakses tanggal 21 Desember 2014


Sugiarto, Dwi Putro. 2012. Pengertian Taman Nasional, Kriteria Penetapan, Zonasi
Dan Pemanfaatan

dalam

http://tnrawku.wordpress.com

pengertian-taman-nasional-kriteria-zonasi-dan-pemanfaatan/,

/2012/09/21/
diakses

tanggal 29 Desember 2014


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya
www.dephut.go.id/
www.id.wikipedia.org/

Anda mungkin juga menyukai