B. BAGIAN-BAGIAN JALAN
Suatu Jalan umumnya terdiri dari bagian-bagian, yaitu : Dawasja, Damaja, Damija,
Badan Jalan, Lapis Perkerasan, Bahu Jalan dan saluran tepi.
5. Saluran Samping Jalan, Saluran Samping Jalan adalah bagian jalan yang
berdampingan dengan bahu yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan
air secepatnya.
6. Badan Jalan, Badan jalan merupakan bagian jalan dimana jalur lalu-lintas, bahu,
dan saluran samping dibangun.
7. Perkerasan Jalan, Perkerasan jalan merupakan konstruksi jalan yang
diperuntukkan bagi jalur lalu-lintas yang umumnya terdiri dari tanah dasar, lapisan
pondasi bawah, lapisan pondasi atas, dan lapisan permukaan. Untuk jalan
dengan lalu lintas ringan, lebar perkerasan diambil 2,5 3 meter.
C. DESAIN
Standar teknis jalan mengacu pada Pedoman Teknis Pembangunan Jalan yang
diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum yang sudah ada, seperti Pedoman
Sederhana Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Dep. PU, 1996.
1). Perlindungan Lingkungan dan Sosial
Pembangunan jalan, selain perlu memperhatikan aspek teknis konstruksi jalan, juga
harus mempertimbangkan aspek lingkungan (konservasi tanah), terutama pada
kondisi wilayah dengan topografi yang sering berbukit dan dengan tanah yang peka
erosi. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit erosi tanah yang
berasal dari jalan, khususnya berupa longsoran dari tampingan dan tebing jalan.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian erosi pada jalan untuk mengamankan
jalan dan membangun jalan yang tidak menjadi sumber erosi. Pengendalian erosi
dapat dilakukan secara sipil teknis (pembangunan konstruksi penahan, drainase atau
secara vegetatif (penanaman bahan-bahan vegetatif), dan masing-masing
mempunyai kelebihan. Perencana harus memilih tindakan-tindakan pengendalian
erosi dengan pertimbangan lingkungan dan biaya, yang tidak terbatas pada waktu
penyelesaian konstruksi jalan saja, tetapi harus dipikirkan sampai masa
pemeliharaan.
Selain itu, tingginya curah hujan, lereng-lereng curam dan tanah rapuh menimbulkan
banyak kesulitan dalam perencanaan dan pembangunan jalan berkualitas tinggi,
terutama bila dimaksudkan untuk membangun jalan dengan biaya rendah dan tidak
membahayakan lingkungan. Dalam konteks seperti ini, kita harus menyadari bahwa
masalah erosi akan terus muncul walaupun dapat dikurangi dan diatasi ketika terjadi.
Alternatif lainnya adalah Trase jalan harus dipilih untuk mengurangi masalah
lingkungan, misalnya dengan mengurangi galian dan timbunan bilamana mungkin.
Karena tidak mungkin di kawasan perbukitan untuk menghilangkan masalah dengan
pemilihan trase (dengan pemindahan trase atau mengurangi tanjakan), maka perlu
diusahakan teknik-teknik pengendalian erosi termasuk pembangunan tembok
penahan tanah dan bronjong atau penanaman bahan-bahan vegetatif untuk
menstabilkan lereng atau mengurangi erosi percik atau alur kecil.
Kegiatan pengendalian erosi juga tidak dibatasi pada pengamanan dampak
lingkungan, tetapi juga harus mempertimbangkan akibatnya terhadap sosial
masyarakat sekitarnya/diluar daerah milik jalan (misalnya, pembuangan dari saluran
merusak lahan produktif warga).
Terkait dengan masalah pengamanan dampak lingkungan dan sosial pada
pembangunan jalan ini, secara khusus diuraikan pada buku Pedoman Teknis
Pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial (Safeguards).
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
b) Tempat Persimpangan
Perkerasan yang hanya selebar tiga meter kurang lebar untuk dua kendaraan
saling melewati, maka harus disediakan tempat sebuah kendaraan dapat
menunggu kendaraan berjalan dari lain arah. Setiap tempat ini harus kelihatan
dari tempat yang sebelumnya.
3. Tanjakan/Lengkung Vertikal
Tanjakan membatasi muatan yang dapat diangkut pada suatu jalan, serta membuat
jalan lebih berbahaya. Jalan yang sangat curam juga lebih sulit dipadatkan dengan
mesin gilas, dan permukaan jalan dan saluran air lebih sering harus dipelihara dan
diperbaiki,
Pengukuran tanjakan adalah dengan rumus "jumlah meter naik per set tap seratus
meter horizontal" (10 meter naik per 100 meter horisontal sama dengan tanjakan
10%).
Untuk meningkatkan kenyamanan serta
keselamatan pengguna jalan, pilih trase
jalan supaya tanjakan tidak terlalu curam.
Jika jalan menanjak terus, tanjakan
maksimum dibatasi 7%.
Tanjakan maksimum dibatasi 20% dengan
panjang 150 m. Setelah itu, harus
disediakan bagian datar atau bagian
menurun. Apabila trase jalan belum
memenuhi persyaratan ini, seharusnya
dipindahkan supaya trasenya lebih ringan.
Pada badan jalan di daerah bukit, saluran samping dibuat di arah bukit.
Disarankan kemiringan tebing 1:1, karena lereng yang semakin landai akan semakin
stabil dan tanaman tidak bertumbuh dengan baik pada tebing yang hanipir vertikal.
Tebing gundul perlu dilindungi dengan salali satu cara yang efektif dan efisien,
antara lain: pembuatan teras, saluran diversi, penamanan rumput atau perdu,
lapisan batu kosong, pasangan batu, bronjong kawat atau turap kayu.
Kemiringan tebing maksinial 2:1 dan dilindungi dengan cara yang efektif. Tinggi
pemotongan tebing maksimal disarankan 4,00 meter. Tanah hasil pemotongan
harus dibuang secara aman untuk mencegah erosi dan longsor.
Karena timbunan sulit dipadatkan secara padat karya, disarankan perkerasan tidak
dibuat di atas timbunan baru. Bila perkerasan terpaksa harus dibuat di atas
timbunan, maka timbunan maksimal dibatasi 1,50 meter. Timbunan tinggi sering
mengalami longsor dan erosi berat.
b. Bentuk Badan Jalan di Daerah Curam
Konstruksi jalan daerah perbukitan perlu perhatian khusus untuk menjamin stabilitas,
untuk mengurangi longsor dan erosi, dan demi keselamatan.
5. Perkerasan Jalan
Jenis-jenis konsrtuksi jalan dibedakan atas 3, yaitu Jalan Tanah, Jalan Diperkeras
dan Jalan Beraspal.
A. Jalan Tanah, merupakan badan jalan tanah yang tidak diberikan lapis
perkerasan sebagai penutup. Jalan ini merupakan jalan yang paling sederhana,
dapat dibuat dari
tanah asli, galian dan
timbunan
atau
campuran
tanah
dengan
bahan
bangunan yang lebih
baik
(pasir,
kapur/gamping dll).
Jalan tanah sangat
peka terhadap air,
maka
permukaan
jalan harus dibuat dengan :
Kemiringan 2% - 4% , agar dapat mengalirkan air dengan cepat ke saluran
tepi jalan.
Harus dipadatkan, agar air tidak merembes dan dapat
menahan beban
kendaraan.
Umumnya untuk lalulintas kurang dari 50 kendaraan roda 4 perhari.
Untuk dapat melindungi badan jalan dari pengaruh lalu lintas atau perubahan
alam, maka diatas badan jalan diberi lapisan perkerasan (Jalan Diperkeras dan
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
Jalan Beraspal). Jalan Diperkeras biasanya untuk lalu lintas 50-100 kendaraan
roda 4 perhari dan Jalan Beraspal untuk lalulintas lebih dari 100 kendaraan roda
4 perhari. Adapun jenis lapis perkerasan yang umum dipergunakan dalam
pembangunan jalan adalah :
B. Jalan Diperkeras :
1. Perkerasan Sirtu/ Kerikil
(pasir
campur
batu),
dimana bahan perkerasan
Sirtu terdiri dari campuran
pasir batu yang langsung
diambil dari alam (sungai)
atau campuran antara kerikil ukuran 25cm dengan pasir urug, dihamparkan
pada permukaan jalan tanah yang telah padat. Agregat (Kerikil) perkerasan sirtu
ini harus bebas dari gumpalan lempung, material organik atau lainnya yang tidak
dikehendaki dan harus dipadatkan sehingga dapat menghasilkan lapis
permukaan yang kuat dan stabil. Ketebalan minimum perkerasan Sirtu ini adalah
12-20 cm dan dipadatkan dengan mesin gilas.
2. Perkerasan batu belah (telford), terdiri atas pasir urug, batu belah, batu pengisi
dan batu tepi.
Batu
belah disusun diatas
alas pasir urug dengan
ketebalan
10-15cm.
Badan
jalan
harus
sudah
dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum
pasir
dihamparkan.
Perkerasan
Telford
harus bebas dari akar,
rumput atau sampah
dan
kotoran
lain.
Sebelum pasir urug
dihamparkan
terlebih
dahulu dipasang Batu
Pinggir yang ukurannya
lebih besar dan lebih tinggi dari batu belah.
Batu belah yang dipergunakan diperoleh dan batu besar yang dibelah-belah,
sehingga mempunyai permukaan banyak dan kasar dengan tinggi 15-20 cm. Batu
belah dipasang tegak, bagian tumpul di bawah dan yang runcing di atas, dengan
tangan, kemudian dipukul dengan palu. Di atas batu belah kemudian diberi batu
pengisi/batu pengunci berupa batu pecah dengan ukuran 57 cm. Sebagai
langkah terakhir dilakukan pemadatan dengan alat pemadat mesin gilas, stamper
atau timbris.
3. Perkerasan Makadam Ikat Basah (Waterbound Macadam), bahan perkerasan
Makadam terdiri atas agregat kasar/pokok ukuran 2-5cm, agregat pengunci
dengan ukuran 1 2 cm dan pasir penutup.
Perkerasan Makadam Ikat Basah ini menggunakan agregat kasar dengan gradasi
hampir seragam dengan ukuran butir 3-5 cm dengan dipasang setebal kurang
lebih 3/2 dari ukuran butir batu pecah. Diatas lapisan batu pecah ini dipasang
batu pengunci berupa batu pecah dengan ukuraran antara 1-2 cm, kemudian
dilakukan pemadatan dengan mesin gilas, stemper atau timbris. Tebal
perkerasan + 20 cm.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
4. Perkerasan Beton,
dibuat dari bahan semen pasir dan kerikil dengan
perbandingan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerilil/batu pecah atau beton
tumbuk campuran 1 semen : 3 pasir : 5 kerikil/batu pecah ditambah Air
secukupnya. Perkerasan ini dipergunakan untuk jalan lingkungan/ permukiman
atau di daerah yang tanah dasarnya labil, mudah pecah, lembek, pada
turunan/tanjakan dan diatas singkapan batu.
Material pasir dan batu
pecah yang dipergunakan
untuk perkerasan beton ini
harus bersih dari tanah
lempung,
sampah
dan
bahan kotoran, kerikil atau
batu pecah harus dipilih yang keras.
Tebal konstruksi perkerasan beton ini kurang
lebih 10 cm. Pemberian air untuk campuran beton tumbuk ini secukupnya saja.
Untuk membuat lapisan beton, sebelumnya dipasang cetakan untuk membatasi
lebar dan ketebalan yang diinginkan. Adukan beton kemudian dituangkan ke
dalam cetakan dan dipadatkan dengan alat penggetar atau ditusuk-tusuk dengan
kayu, kemudian diratakan. Permukaan dibuat kasar dengan menggunakan sapu
lidi ke arah menyamping. Setiap 1 meter memanjang dibuat alur lebar 1cm dan
dalam 2cm. Setiap 2 meter memanjang diberi pemisah selebar 1cm untuk
membatasi retak memanjang beton. Pemakaian jalan pada perkerasan beton ini
baru dapat dilakukan paling cepat setelah 7 hari terhitung dari selesainya
pengecoran beton;
5. Jalan Paving Blok/Beton Terkunci, lapis perkerasan dari blok beton/paving blok
dengan bahan pengisi celah/pengunci antar blok beton dari pasir. Paving blok
diletakan diatas lapis pondasi jalan yang terlebih dahulu dihamparkan pasir urug
setebal 6-10cm, pada bagian sisi/pinggir perkerasannya diberikan beton
pembatas. Jalan dengan paving blok dapat digunakan didaerah
lingkungan/permukiman.
Mutu blok beton kelas I/II, fc= 27- 37,35 MPA. Tebal paving blok sekitar 6-10cm.
Susunan blok beton yang memilki penguncian paling baik adalah pola Tulangan
Ikan (TI : 90/45 derajat) dan bentuk blok beton tipe A dan tipe C.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
Penggunaan paving blok ini sudah dijumpai secara luas, terutama karena
bermanfaat :
Mudah dalam pemasangan dan pemeliharaannya;
Mudah ketersediaannya, dapat diproduksi baik secara mekanis maupun
manual;
Ukuran paving blok lebih terjamin;
Memperindah lapis permukaan tanah/lingkungan;
Tidak mudah rusak oleh perubahan cuaca;
Antislip bagi kendaraan;
Celah-celah antara paving blok dapat mengalirkan air hujan/air permukaan
kedalam tanah sehingga menjaga keseimbangan air tanah;
Mengurangi kecepatan erosi tanah, khususnya pada tanah yang miring;
Mengurangi kecepatan pengaliran air permukaan;
C. Jalan Beraspal :
6. Lapis
Permukaan
Buras
(Pelaburan
Aspal),
merupakan
hasil
penyiraman/penyomprotan aspal diatas permukaan jalan, kemudian ditabur
dengan pasir dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
7. Lapis Penetrasi (Lapen), dimana bahan perkerasan terdiri dari susunan batu
pokok (3-5cm), batu pengunci (1-2cm) dan batu penutup (pasir) dan campuran
aspal panas sebagai pengikat diantara tiap lapisan dan dipadatkan sebagai lapis
penutup.
8. Lapis Asbuton Agregat (Lasbutag), dimana bahan perkerasan terdiri dari
campuran agregat kasar (batu 3-5cm), agregat halus (batu 2-3cm), bahan
pelunak/peremaja dan aspal buton yang dicampur secara dingin sebagai pengikat
dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
Lingkup pekerjaan Pembangunan Jalan Beraspal dibatasi dengan prioritas (1).
Perbaikan jalan beraspal yang telah ada (2). Peningkatan jalan Diperkeras yang telah
ada.
6. Bahu Jalan
Bahu jalan berfungsi sebagai pelindung perkerasan jalan dan sebagai perantara
aliran air hujan yang ada di permukaan jalan menuju saluran tepi jalan. Bahu jalan
juga berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara bagi kendaraan. Bahu jalan
tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan jalan.
Adapun persyaratan teknis untuk bahu jalan, sebagai berikut :
Bahu jalan dibuat disebelah kiri dan sebelah kanan sepanjang jalan, dengan
lebar minimal 50 cm, Lebar standar 1,0 m.
Bahu jalan dibuat dengan kemiringan sedikit lebih miring dari pada kemiringan
permukaan jalan, biasanya 4 - 6 % (sama dengan turun 4 - 6 cm per 1,0 meter
lari), demi kelancaran pembuangan air hujan.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
10
Bahan untuk bahu seharusnya terdiri dari tanah yang dapat meresap air sehingga
pondasi jalan dapat dikeringkan melalui proses perembesan.
Tanah pada bahu jalan harus dipadatkan.
Ada baiknya kalau rumput ditanam di sebelah luar bahu jalan, dimulai sekitar 20
cm dari pinggir. Rumput tersebut akan membantu stabilitas pinggir jalan, tetapi
harus dipangkas secara rutin supaya tidak terlalu tinggi.
Penanaman perdu atau pohon diharapkan diluar bahu jalan (luar saluran, bila
ada). Tanaman tersebut akan membantu stabilitas timbunan baru, tetapi tidak
boleh terlalu dekat dengan jalan.
7. Pemadatan Tanah
Tanah pada bagian galian tidak perlu di padatkan lagi kecuali pernah mengalami
gangguan yang mengakibatkan tanah menjadi kurang padat.
Sebelum kegiatan pemasangan perkerasan jalan, semua daerah timbunan harus
dipadatkan dengan mesin gilas, stemper, atau timbris. Pemadatan ini sangat
membantu menjaga stabillitas dan daya tahan badan jalan. Jalan yang tidak
dipadatkan juga mudah terkikis oleh pengaliran air, dan mudah terkena erosi dan
longsor.
Kadar air harus optimal sebelum dipadatkan. Kadar optimal adalah sedikit basah,
tetapi kalau digenggam tidak ada air mengalir keluar. Tanah biasa yang terlalu basah
tidak dapat dipadatkan. Tanah yang terlalu kering memerlukan tenaga jauh lebih
banyak untuk dipadatkan.
Pemadatan harus secara lapis demi lapis, dengan setiap lapis maksimum 20 cm. Bila
dipadatkan dengan lapisan lebih tebal, bagian dalam kurang padat.
Pemadatan secara mesin
dapat dilaksanakan dengan
stemper atau dengan mesin
gilas yang berukuran 4-6 ton.
Mesin gilas dua ton yang
bergetaran dianggap sama
dengan mesin gilas 4-6 ton.
Mesin gilas 6-8 ton dapat
digunakan apabila dapat
masuk kelokasi. Pemadatan
secara
padat
karya
dilaksanakan dengan timbris.
Untuk daerah dimana tanah dasarnya jelek, maka badan jalan harus diadakan
perkuatan, misalnya dengan cerucuk kayu atau stabilisasi misalnya dengan
semen/kapur.
8. Drainase
Air adalah musuh yang paling besar. Jalan menjadi jelek jika badan jalan tidak cepat
kering sehabis hujan. Jalan menjadi terputus apabila air dibiarkan melintasi
permukaan jalan. Jalan menjadi rusak apabila air dibiarkan mengalir ditengah jalan.
Jalan menjadi bergelombang apabila pondasi jalan tidak kering.
Perbaikan kerusakan akibat masalah di atas cukup mahal dan sulit, tetapi masalah
seperti ini dapat dihindari apabila masalah drainase dipertimbangkan pada waktu
prasurvai. Di tempat tertentu, tidak akan ada masalah drainase. Di tempat lain, jalan
hampir pasti mengalami masalah berat. Pertimbangan yang paling sederhana adalah
sebagai berikut :
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
11
12
b). Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah jenis bangunan pelengkap jalan yang berfungsi untuk
mengalirkan air yang harus lewat di bawah jalan, dan dapat dibuat dari bahan beton,
pas. Batu, kayu dan sebagainya. Gorong-gorong diperlukan:
Di mana sungai kecil atau saluran irigasi melewati jalan.
Di mana kapasitas saluran samping
kurang mampu mengalirkan volume air
yang diperkirakan, dan air harus melewati
jalan untuk dibuang.
Di mana saluran samping memotong jalan
lain pada persimpangan
Di daerah perbukitan, setiap
tempat terendah pada profil
jalan. Kebutuhan ini dapat dilihat
pada gambar ini:
Dasar gorong-gorong dibuat dengan kemiringan 2 % untuk memperlancar aliran air.
Untuk mengurangi aliran alamiah
diganggu, baik didenah maupun di
profil kedua ujung gorong - gorong
mengikuti garis aliran yang alamiah.
Jika garis alamiah tidak diikuti, saluran
dan bak harus dilindungi.
Ukuran gorong-gorong tergantung
debit air yang akan mengalir. Luas
lahan yang dapat dikeringkan goronggorong pipa beton dan gorong-gorong persegi beton diperkirakan sebagai berikut :
13
2) Plat beton, yang dibuat dengan fondasi dari pasangan batu dan lantai dari beton
bertulang, berukuran sisi antara 60 cm sampai 1,00 meter. Gorong-gorong plat
beton lebih layak di mana buis beton tidak dapat ditanam cukup dalam.
3) Gorong-gorong persegi kayu, dengan dimensi lebar minimal 0,60 m, lebar
maksimal 1,00 m, dan tinggi minimal 0,60 m (untuk kemudahan pemeliharaan).
Gorong-gorong pipa beton, atau
kayu harus ditanam supaya ada
lapisan tanah di atasnya minimal
30 cm atau setengah ukuran
garis tengahnya, seperti yang
digambar di bawah ini:
Tiap gorong-gorong dilengkapi
bak penampungan air dan bak pembuangan di ujungnya, demi kelancaran pengaliran
air dan untuk mencegah erosi.
Pembuangan air dari semua saluran dan gorong-gorong harus aman dan dipikirkan
untuk mencegah kerusakan akibat pengaliran air yang tidak terkendali. Pembuangan
air dengan aman tetap menjadi tanggung jawab perencana jalan.
Pembuangan yang aman adalah pembuangan yang mengantarkan aliran air ke
sungai atau ke saluran yang mampu mengalirkan volume air tanpa merusak
lingkungannya, terutama lahan petani atau rumah penduduk. Pembuangan tersebut
dapat melalui sebuah saluran baru khusus untuk pembuangan.
Saluran pembuangan dimulai dari gorong-gorong, saluran pinggir jalan yang sudah
melebihi kapasitasnya, atau saluran pinggir jalan yang tidak dapat diteruskan.
Saluran tersebut berhenti pada sungai atau saluran besar yang sudah ada. Tidak
dibatasi panjang saluran pembuangan; panjangnya menurut kebutuhan setempat.
Saluran pembuangan disesuaikan dengan debit air yang terbesar, dengan ukuran
minimal sama dengan ukuran saluran pinggir jalan yang standar (50 x 30 cm).
Saluran pembuangan harus dilindungi seperti saluran-saluran yang lain, dengan
diberi pasangan batu, rumput, terjunan, dan sebagainya untuk mencegah erosi dasar
dan talud saluran.
c). Perlindungan Tebing
Tebing merupakan bagian yang sering menjadi masalah karena longsoran atau erosi
tanah. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki stabilitas tebing.
Cara tersebut dapat digunakan secara tunggal atau gabungan, misalnya dibuat
saluran diversi, diteras, dan ditanami rumput. Di bawah ini dibahas jenis-jenis
perlindungan yang dapat diterapkan pada tebing.
1) Saluran diversi digunakan untuk menangkap air
yang mengalir dari lereng di atas menuju tebing,
supaya air tidak terbuang melalui tebing. Air
saluran diversi harus dibuang ke tempat yang
lebih aman.
2) Teras bangku sangat layak untuk tebing, asal
lahan dapat dikorbankan untuk membentuk teras
dan jenis tanah dapat dibentuk dengan stabil.
Teras dibuat sejajar dengan kontur (hampir datar,
dengan kemiringan maksimal 2%). Setiap 10 meter lari, air diterjunkan dari
saluran teras ke bawah, dan penerjunan harus diperkuat seperti bangunan terjun
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
14
yang lain. Teras dibuat dengan lebar minimal 50 cm dan tinggi maksimal 1,00
meter.
3) Talud batu kosong dapat disusun pada tebing, tetapi sebelumnya tebing harus
dikepras supaya tidak tegak lurus.
Aliran air permukaan harus dialihkan
dari talud batu kosong melalui
saluran diversi.
4) Talud pasangan batu relatif kuat,
tetapi relatif mahal. Pasangan batu
harus dibuatkan sulingan untuk
membuang air tanah dari belakang
tembok. Ujung suling harus diberi
saringan kecil dari ijuk. Pasangan
batu harus dibuat dengan pondasi
yang kuat, karena pasangan batu tidak fleksibel sama sekali. Ukuran bawah
pasangan batu harus disesuaikan dengan kondisi tanah setempat.
5) Bronjong adalah cara yang kuat dan cukup fleksibel, tetapi relatif mahal. Supaya
posisi bronjong stabil dan tidak lari, dasar bronjong yang paling bawah didukung
dengan tiang pancang, dengan jarak setiap tiang pancang 1-114 m, serta dan
ukuran 12-15 cm, serta dipancang sampai lapisan tanah keras. Bronjong dibuat
lapis demi lapis dan disambung. Setiap lapis (baris) harus dibuat datar (sama
tingginya).
6) Turap kayu/bambu, relatif murah, sebab umumnya merupakan bahan lokal.
Bahan kayu bisa berupa balok atau persegi. Bahan bambu harus yang sudah tua,
beruas pendek dan hanya diambil bagian pangkalnya saja. Turap ini bisa dibuat
pada posisi tegak, dengan tinggi 1,0 hingga 1,5m dengan jarak tiang 0,75 1,00m.
7) Perlakuan Vegetatif, Penanaman bahan-bahan vegetatif untuk menstabilkan
lereng atau mengurangi erosi (murah dan mudah sekaligus memiliki fungsi
estetika).
2. JEMBATAN
Jembatan adalah suatu bangunan konstruksi di atas sungai atau jurang yang digunakan
sebagai prasarana lalu lintas darat.
Tujuan dari pembangunan jembatan di sini adalah untuk sarana penghubung pejalan
kaki atau lalu-lintas kendaraan ringan. Konstruksinya sederhana, dengan
mempertimbangkan sumberdaya setempat (tenaga kerja, material, peralatan, teknologi)
sehingga mampu dilaksanakan oleh masyarakat setempat.
Jembatan yang dibangun dalam program ini adalah jembatan yang melengkapi system
lalulintas ekonomi dan transportasi masyarakat :
9 Jembatan pada jalan desa/kelurahan yang menghubungkan desa/kelurahan dengan
wilayah desa/kelurahan lain sebagai prasarana perhubungan ekonomi dan sosial
masyarakat;
9 Jembatan pada jalan desa/kelurahan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
ekonomi (seperti pasar, TPI, dll) ke outlet (jalan poros desa/kelurahan/jalan dengan
fungsi yang lebih tinggi/dermaga);
15
9 Jembatan
pada
jalan
desa/jalan
lingkungan
yang
menghubungkan
RW/dusun/perkampungan dengan pusat pemerintahan, pusat kegiatan ekonomi,
produksi, outlet;
9 Jembatan pada jalan desa/jalan lingkungan yang menghubungkan desa/kelurahan
dengan pusat kegiatan produksi (seperti pertanian, perkebunan, dll).
Standar teknis jembatan mengacu pada Pedoman Sederhana Pembangunan Jalan dan
Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan,
Puslitbang Jalan- Dep. PU Tahun 1996 .
Pembangunan jembatan baik berupa pembangunan baru, peningkatan atau rehabilitasi
Jembatan Kayu, Jembatan Gelagar Besi, Jembatan Beton dan Jembatan Gantung
hendaknya mempertimbangkan kriteria-kriteria, pemilihan Jenis Konstruksi Jembatan
berikut.
Tabel Alternatif Pemilihan Jenis Konstruksi Jembatan
Jenis Konstruksi
Fungsi
Ukuran Konstruksi
Jembatan Kayu
16
Aspek estetika (pandangan yang sesuai dan harmonis dengan lokasi) jembatan
merupakan salah satu faktor penting pula dipertimbangkan dalam perencanaan,
terutama jembatan yang berada ditengah-tengah kelurahan/desa. Kesesuaian
estetika dan arsitektural akan memberikan nilai lebih kepada jembatan yang
dibangun.
Pertimbangan layout jembatan terhadap topografi setempat :
tempat yang ideal untuk memungkinkan bentang jembatan sangat pendek;
pondasi dapat dibuat sehemat mungkin;
Posisi jembatan tidak berada di tanjakan/turunan jalan dan tikungan sungai;
pada tebing sungai yang tidak terlalu tinggi
Pada sungai yang lurus
Pada tanah keras
Setelah dilakukan layout, selanjutnya dilakukan penyelidikan/survey lokasi :
Untuk mengetahui kondisi fisik lokasi, misalnya keadaan lereng, singkapan batu,
situasi geografis & geologi ketersediaan bahan, alat dan transportasi kelokasi.
Untuk mengetahui kondisi pondasi setempat, termasuk titik-titik pilar pada potongan
melintang sungai, kondisi lapangan yang kurang menguntungkan seperti daerah
patahan geologi, tanah lunak, dll.
2). Pembebanan
Jembatan sederhana untuk lalu lintas ringan volume rendah direncanakan dengan
pembebanan : beban merata 300 kg/m2 dan beban kendaraan ringan roda 4 : as depan
1,5 ton & as belakang 3,5 ton.
3). Syarat minimum ruang bebas
1). Tinggi Jagaan minimum, tinggi bebas minimum terhadap banjir 50 tahunan
direncanakan sebagai berikut :
Kondisi
Daerah Datar
Daerah Perbukitan
Irigasi
2). Ruang bebas untuk lalu lintas air dibawah jembatan harus disediakan sesuai
kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan (misalnya untuk lalu lintas perahu, dsb).
4). Bangunan Bawah Jembatan
Bagian jembatan yang berfungsi memikul bangunan atas jembatan dan meneruskannya
ketanah, pada umumnya berada di dalam tanah, seperti : kepala jembatan, pilar, pondasi
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
17
dan sayap jembatan. Jembatan untuk kendaraan beban ringan umumnya menggunakan
pondasi langsung, kecuali jika tanahnya lembek/gambut menggunakan tiang pancang
kayu.
a. Pondasi Langsung Pasangan Batu Kali
9 Ujung tiang pancang kayu diruncingkan dan diberi sepatu (kepala tiang pancang),
dipancangkan dengan cara dipukul dengan palu beton berat 80-100kg (ukuran
30x30x50cm), dengan tinggi jatuh 50-100cm;
9 Penghentian pemancangan apabila pada 10 kali pemukulan terakhir dengan
tinggi jatuh 100cm, jumlah penurunan kumulatif 5cm;
9 Penyambungan tiang pancang dengan cara sambungan lidah (memotong kedua
ujung tiang pada ujungnya setebal tebal tiang dengan panjang sambungan
3kali tebal tiang), kemudian diklem dengan plat besi 3cmx0,3cm dan diikat
dengan kawat dia.3mm atau diperkuat dengan paku.
18
5). Bangunan
Atas Jembatan
Bangunan jembatan yang langsung memikul beban lalulintas, pada umumnya berada
diatas permukaan tanah, seperti : lantai, balok jembatan, sandaran, perletakan.
a). Jembatan Kayu
Konstruksi bangunan atas terdiri dari gelagar kayu dengan lantai kayu, sedangkan
bangunan bawah bisa pondasi langsung kayu, pasangan batu atau tiang pancang
kayu.
Panjang bentang maksimum 6 meter (untuk satu bentang) dan lokasi memungkinkan
dapat dibuat lebih dari satu bentang dengan menambah pondasi pilar ditengah.
Kayu yang digunakan untuk konstruksi harus dari kayu kualitas baik, minimal kayu
klas 2, seperti meranti merah, kruing, rasamala atau kayu lokal yang kualitasnya
sesuai persyaratan.
Kayu mempunyai beberapa keuntungan :
Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi lebih murah, dan dapat
dikerjakan dengan peralatan yang sederhana;
Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus
dan tenaga ahli tinggi, misalnya pada sambungan cukup dengan menggunakan
bor;
Lantai kayu dapat dipasang tanpa menggunakan besi beton dan begesting
sehingga menghemat biaya;
Kayu tidak mudah dipengaruhi oleh korosi seperti baja/besi dan beton;
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
19
Kayu merupakan bahan yang sangat estetik, bila didesain dengan benar dan
dipadukan dengan lingkungan sekitar.
Kerugiannya antara lain :
Relatif mudah rusak oleh perubahan cuaca, pelapukan dan mudah ditumbuhi
lumut/jamur sehingga kebutuhan pemeliharaan lebih sering dilakukan, biaya
pemeliharaan cukup tinggi disbanding beton/baja;
Kayu menjadi terbatas terutama karena panjangnya terbatas sehingga lebih
cocok hanya untuk jembatan dengan bentang pendek, bila lebih panjang harus
menambah pilar jembatan (biaya mahal);
Ukuran kayu gelagar yang digunakan tidak umum tersedia dipasaran (pesanan
khusus) sehingga menjadi sulit tersedia dan biaya lebih tinggi terutama pada
daerah perkotaan/daerah tidak memiliki kayu;
Lemahnya pengetahuan mutu kayu yang baik, akan cenderung mendorong
masyarakat untuk menggunakan kayu yang tersedia disekitar (local) meskipun
kualitas rendah (pengawasan kualitas bahan harus lebih tinggi);
20
21
22
23
24
3. TAMBATAN PERAHU
Yang dimaksud dengan tambatan perahu adalah tempat untuk mengikat/ menambat
perahu-perahu saat berlabuh.
Terdapat 2 tipe tambatan perahu :
1. Tambatan tepi, digunakan apabila dasar tepi sungai atau pantai cukup dalam,
dibangun searah tepi sungai atau pantai.
2. Tambatan dermaga, digunakan apabila dasar sungai atau pantai cukup landai,
dibangun menjalar ketengah.
Sedangkan dari konstruksinya dibedakan atas :
25
type 1 lantai, Tipe ini cocok untuk daerah hulu sungai, dimana perbedaan muka air
pasang dan surut tidak terlalu besar;
type 2 lantai, Tipe ini cocok untuk daerah hilir sungai, dimana perbedaan muka air
pasang dan surut cukup besar, karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Perencanaan tambatan perahu haruslah merupakan bagian kelengkapan sistem
pelayanan masyarakat, baik sudah ada maupun yang akan direncanakan akan dibangun,
seperti : TPI, dermaga bongkar muat, tempat parkir, gudang dan jalan penghubung ke
permukiman.
Kriteria yang perlu diperhatikan dalam penempatan/pemilihan lokasi tambatan perahu :
Sedapat mungkin ditempat yang strategis sehingga sehingga warga pengguna
mempunya jarak pencapaian yang relatif sama;
Pada sungai/pantai yang lurus / tidak pada bagian berbelok dan tidak terletak
didaerah dengan kondisi erosi yang aktif/besar;
Lalulintas perahu dan kegiatan berada disekitar tamabatan perahu;
Tidak pada pantai yang ombaknya cukup besar (pantai dengan tinggi gelombang
maksimum 40 cm);
Sekitar lokasi harus bersih;
Lokasi untuk penempatan bahan bangunan, tempat kerja dan tambatan perahu harus
tersedia.
Pada lalu linta sungai yang padat dan sempit tidak menggunakan tipe tambatan
dermaga;
Kedalaman tepi sungai/pantai tidak lebih dari 6m.
Persyaratan teknis tambatan perahu :
Tambatan yang digunakan untuk perahu berukuran maksimum panjang 16m, lebar
3m, bobot mati perahu 2 ton.
No
Bentuk Tepi
Pantai/Sungai
1.
2.
3.
4.
Landai
Landai
Curam
Curam
Jenis Konstruksi
Kekuatan standar untuk tambatan perahu pada beban lantai maksimum 300kg/m2.
Jenis kayu yang yang digunakan untuk tambatan perahu adalah kayu kuat kelas I
dan kayu awet kelas I. Ukuran-ukuran bagian konstruksi tambatan perahu :
No
Jenis Konstruksi
1.
Tiang
2.
3.
Sekur
(menyilang
antar tiang pancang)
Gelagar Melintang
4.
Gelagar Memanjang
5.
Lantai
Ukuran (cm)
6 x 12
8 x 12
8 x 15
15 x 15
5 x 10
6 x 12
8 x 12
8 x 15
8 x 12
8 x 15
3 x 20
3 x 30
1, 00 meter
1, 50 meter
1, 75 meter
2, 00 meter
1, 50 meter
2, 00 meter
1, 50 meter
2, 00 meter
1, 50 meter
2, 00 meter
Rapat
Rapat
26
Pada tiang pancang bagian luar di pasang balok fender sebagai pengaman terhadap
tumbukan perahu;
Pada bagian tepi papan lantai dipasang patok tambat dari bahan baja ulir dengan
jarak antara patok 2 meter;
27
28
29
30
4. DRAINASE PERMUKIMAN
Drainase permukiman merupakan sarana atau prasarana dipermukiman untuk
mengalirkan air hujan dari suatu tempat ketempat lain agar lingkungan perumahan bebas
dari genangan air.
Pengembangan permukiman diperkotaan yang demikian pesatnya, mengakibatkan
makin berkurangnya daerah resapan air hujan, karena meningkatnya luas daerah yang
ditutupi oleh perkerasan dan mengakibatkan waktu berkumpulnya air jauh lebih pendek,
berkurangnya kesempatan air hujan untuk berinfiltrasi kedalam tanah, sehingga
akumulasi air hujan yang terkumpul melampaui kapasitas drainase yang ada. Hal ini
sering ditunjukan dengan terjadinya air yang meluap dari saluran drainase bahkan
banjirpun dapat terjadi yang mengganggu aktivitas masyarakat.
Kebutuhan pembangunan drainase permukiman, antara lain:
Berkurangnya kapasitas drainase yang ada atau tidak tersedia drainase yang akan
mengalirkan air permukaan;
Timbulnya genangan air didaerah permukiman;
Ketentuan umum pembangunan drainase permukiman adalah :
Drainase permukiman yang dibangun pada proyek ini harus terintegrasi dengan
sistem/jaringan drainase yang sudah ada
atau harus sampai pada tempat
pembuangan air (saluran drainase/sungai/laut).
Pembangunan drainase diusahakan mengindari perlintasan dengan bangunan yang
telah ada, namun bila terpaksa maka desain dan pelaksanaannya wajib mendapat
persetujuan dari instansi pengelola bangunan tersebut. Misalnya melintasi jalan
kab/provinsi/nasional, irigasi teknis, jaringan/bangunan listrik, telepon, dll.
Prioritas pembangunan drainase dengan urutan : perbaikan/peningkatan drainase
lama karena kapasitas/fungsinya sudah berkurang dan pembangunan baru.
Air hujan yang masuk kesaluran air hujan adalah air hujan yang tidak tercemar dan
bukan air limbah
Jenis drainase disini dapat meliputi saluran air hujan dan sumur resapan di permukiman.
1). Saluran Resapan Air Hujan
Fungsi saluran untuk mengalirkan air hujan ke saluran yang lebih besar/badan air dan
meresapkan sebagian air.
Ukuran saluran ditentukan berdasarkan kapasitas volume air yang akan ditampung (luas
daerah tangkapan) dan intensitas curah hujan 5 tahunan, debit air dan daya resap tanah
(permeabilitas >/= 2cm/jam);
Saluran resapan air hujan ditempatkan dengan luas daerah maksimum 5Ha dengan
sistem pengaliran tersier dan maksimum 25Ha dengan sistem pengaliran tersier dan
sekunder.
Luas area (catchment area) maksimum 5 Hektar
Type Rumah/Luas
Jumlah
Panjang
No
Sistem Pengaliran
Tanah
rumah (unit)
Saluran (m)
1.
T.21/60
150
750
Tersier
2.
T.36/75
120
720
Tersier
3.
T.45/90
100
750
Tersier
4.
T.70/110
28
224
Tersier
No
1.
2.
31
No
3.
4.
Type Rumah/Luas
Tanah
T.45/90
T.70/110
Jumlah
rumah (unit)
750
140
Panjang
Saluran (m)
3.730
1.120
Sistem Pengaliran
Tersier & Sekunder
Tersier & Sekunder
b. Saluran Tersier dan Sekunder dari Pasangan Bata dan Batu Kali
Saluran dibuat kedap air. Agar saluran dapat meresapkan sebahagian air
hujan kedalam tanah, maka pada jarak tertentu harus diberi sumur resapan
(misalnya saluran hujan tersier dapat diberi sumur resapan setiap jaran 25 m
dan untuk saluran air hujan sekunder dapat diberi sumur resapan setiap jarak
50 meter). Diameter sumur resapan dapat dibuat dengan menyesuaikan lebar
saluran, sedangkan untuk kedalamannya 1 1,5 meter. Sumur resapan
tersebut harus diberi kerikil atau batu pecah sampai pada permukaan sumur
resapan atau bagian dasar saluran, ukuran butir kerikil atau batu pecah 5 10
cm.
32
33
No
1.
2.
3.
4.
34
3. Bandingkan beda tinggi antara mata air dan daerah pelayanan, dapat
dikategorikan sebagai berikut :
4. Tanah Lokasi harus sudah mendapat ijin atau dihibahkan oleh pemiliknya
untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum;
5. Lokasinya bukan didaerah yang terkena banjir;
6. Untuk SGL/SPT, jarak dengan sumber pencemaran air (resapan, tangki
septik/cubluk), galian sampah minimum 15 meter;
2). Pemilihan Sumber Air Baku
Dari masyarakat diperoleh informasi sumber-sumber air baku yang berpotensi.
Sumber air baku (Mata Air, Air Tanah, Air Hujan, Air Permukaan) dipilih yang
berpotensi baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya.
35
Untuk menetapkan jenis sumber yang akan digunakan, maka dapat digunakan
alat bantu berupa diagram pemilihan teknologi penyediaan air bersih perdesaan.
Diagram ini terdiri atas dua jenis diagram, yaitu diagram untuk jenis sistem yang
dilayani secara perpipaan (Gambar 1A) dan diagram untuk jenis sistem yang
dilayani secara non perpipaan (Gambar 1B).
Berdasarkan jenis sumber yang dapat dimanfaatkan tersebut, maka dipilih jenis
teknologi yang sesuai dengan jenis sumber air baku dan yang layak untuk
diterapkan dengan menggunakan teknologi yang sederhana, serta murah dan
muddah dalam pengoperasian dan perawatan.
36
Kebutuhan Air
Bersih
4
2
Apakah
Penduduknya
>3000
Tidak
Konsentrasikan pada
Program Sistem Perpipaan
MA Gravitasi
Ya
Tidak
Ya
3
Masyarakat mampu & mau
membiayai konstruksi
operasi & pemeliharaan
sistem perpipaan?
Tidak
Penelitian untuk
Sistem Non perpipaan
Ya
Penelitian untuk
Sistem Perpipaan
5
Apakah ada mata
air dg debit 5 l/s
dan berjarak < 10
km?
Tidak
Ya
6
7 Apakah potensi
Apakah30 m
lebih tinggi dari
desa?
Ya
Konsentrasikan
pada sistem MA
Gravitasi
Tidak
sumur dalam di
desa ini <5 l/s
?
Ya
Pilih yang paling
ekonomis antara
sistem Mata Air dan
Sumur Bor
8
Tidak
Apakah
Tersedia air
permukaan
sepanjang
tahun?
Tidak
Ya
Pilih yang paling ekonomis
antara Saringan Pasir cepat
dan saringan pasir lambat
Catatan :
Kotak No. 5 Debit Mata Air Kualitas Baik
setelah dikurangi pemakaian (Lokal) dan
tersedia sepanjang tahun
Gambar 1 A
Diagram Pemilihan Sumber Air Baku Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan
Sistem Perpipaan
37
Kebutuhan
Air Bersih
2
Ya
Penduduknya
>3000
Ya
Apakah Masyarakat
cukup mampu & mau
untuk membantu kons
operasi &
pemeliharaan sistem
perpipaan?
Ya
Penelitian untuk
Sistem perpipaan
Tidak
Tidak
Masyarakat cukup
mampu & mau
membiayai konstruksi
operasi &
pemeliharaan sistem
perpipaan?
Tidak
Penelitian untuk
Sistem Non perpipaan
Masyarakat cukup
mampu 4
& mau
membiayai konstruksi
operasi &
pemeliharaan sistem
perpipaan?
Tidak
5
Adakah Air Tanah
dangkal dengan
kualitas Baik ?
Konsentrasi pada
program sistem
perpipaan
MA Gravitasi
Ya
Ya
Ya
Konsentrasikan pada
program pembuatan &
perbaikan sumur
gali/pantek
Tidak
Adakah MA sekitar
1 km?
Ya
Konsentrasikan pada
program sistem MA
Gravitasi
Tidak
6
Ya
Konsentrasikan pada
sumur dalam
Tidak
7
Apakah Air Hujan
dengan debit cukup
mudah didapat
Ya
Konsentrasikan pada
PAH
Tidak
8
Apakah Air
Permukaan mudah
diperoleh?
Ya
Konsentrasikan pada
Saringan Rumah
Tangga
Tidak
Konsentrasikan pada
Pelayanan Terminal
(Hidran Umum)
Catatan :
(1) Kotak No 4, 5, 6 : Kualitas Baik &
Kuantitas tersedia sepanjang tahun
(2) Kotak 3, bila dlm pemakaian yg layak
Gambar 1B
Diagram Pemilihan Sumber Air Baku Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan
Sistem Non Perpipaan
38
39
Hitung Debit Air (Q) sungai dengan rumus : Kecepatan Aliran Rata-rata (V)
dikali Luas Penampang Air (A) :
40
2. Rasa
Tes rasa air, jika rasa air payau atau asin, maka cek hasil laboratorium
terhadap kandungan Klorida, jika hasil laboratorium tidak ada, lihat nilai EC.
Jika nilai EC menunjukkan lebih dari 1.500 micro S/cm, maka ada salinitas, air
tidak dapat dipergunakan sebagai sumber air. (EC Meter adalah salah satu
alat pengukur suhu yang digunakan untuk mengukur daya hantar listrik dan
dapat memberi informasi tentang kadar garam).
3. Warna dan Bau
Periksa warna dan bau air, jika ditemukan warna dan bau, maka penyebab
timbulnya harus diperiksa. Untuk menjamin kualitas air tersebut dapat
digunakan sebagai sumber air.
41
waduk, embung, saluran irigasi) berwarna keruh sehingga perlu diolah terlebih
dahulu.
a. Saringan (Saringan Pasir Lambat, Saringan Karbon Aktif)
Pengolahan jenis ini dapat dilakukan bila kualitas air mempunyai kondisi :
kondisi air bau tanah dan bau besi;
kondisi air rasa tanah dan rasa besi;
kondisi air terlalu banyak kapur.
b. Bahan Kimia atau Koagulan
Pengolahan air dengan bahan kimia tergolong lebih sulit dan penentuan
pengolahannya harus dilakukan percobaan dan menguji tingkat keasaman air
terlebih dahulu untuk menentukan bahan koagulan. Contoh pengeolahan air
dengan koagulan, yaitu bila air mengandung zat mangaan (Mn) atau zat besi
(Fe) yang biasanya ditandai dengan : Air berwarna kuning setelah ditampung;
kotoran mengumpal dan tidak mudah larut dalam air.
= Po (1 + r )n
Dimana
:
P = jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan
Po
= jumlah penduduk awal perencanaan
r = prosentase pertambahan penduduk pertahun
n = umur perencanaan
Q = Pxq
Qmd = Q x fmd
Dimana
:
Qmd = kebutuhan air minimum (liter/hari)
P
= jumlah jiwa yang akan dilayani sesuai tahun perencanaan (jiwa)
q
= kebutuhan air per orang per hari (liter/orang/hari)
fmd
= faktor maksimum ( 1,05-1,15)
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
42
2. Hitung kebutuhan total air bersih (Qt), dengan faktor kehilangan air 20 %
dengan persamaan :
Qt = Qmd x 100/80
3. Bandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat
mencukupi atau tidak, jika tidak mencukupi cari alternatif sumber air baku
lain.
6). Penentuan Sistem Penyediaan Air
Sistem penyediaan air minum didasarkan pada :
a) Ketersediaan sumber air baku dengan prioritas air baku dari mata air, air
tanah, air permukaan dan air hujan dengan membandingkan kehandalan
(kualitas, kuantias dan kontnuitas) air baku.
b) Pengolahan air, yaitu pengolahan lengkap atau tidak lengkap, yang
berdasarkan dari hasil pemeriksaan kualitas air baku;
c) Sistem pendistribusian, yaitu gravitasi atau pemompaan;
d) Sistem pelayanan yang berupa sambungan rumah/langsung dan hidran
umum/kran umum.
43
44
=
=
Qt (m3/dtk)
v filtrasi
P (m) x L(m)
45
Dimensi SPL :
Panjang (P)
Tinggi media pasir
= (2 - 3) x Lebar (L)
= 0,7 - 1 m
=
=
VxA
0,785 x D2
Dimana :
3
Q = Debit Air (m /detik)
V = Kecepatan pengaliran (m/detik)
2
A = Luas Penampang Pipa (m )
D = Diameter pipa (m)
Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan
tinggi dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) medium atau pipa PVC kelas
AW, 8 s/d 10 kg/cm2) atau pipa berdasarkan SNI, seri (10-12,5);
b). Pompa
Hitung Daya Pompa yang diperlukan berdasarkan data total tekanan (head)
yang tersedia dengan rumus :
Q.w.H
Daya Pompa (P)
=
75 .
Dimana :
P = Daya Pompa (tenaga kuda)
Q = Debit Air (m3/detik)
w = Density (kg/cm3)
H = Total Tekanan (m)
= efisiensi pompa (60-75%)
46
6. PRASARANA IRIGASI
Irigasi yang dimaksud dalam program ini adalah sebagai berikut :
Irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat kelurahan/desa
Irigasi ini bukan bagian dari irigasi teknis atau irigasi yang telah masuk dalam
inventarisasi DPU Pengairan
Tujuan pembangunan jaringan irigasi perdesaan, yaitu;
Meningkatkan produksi pangan terutama beras.
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan air irigasi.
Meningkatkan intensitas tanam.
Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pembangunan jaringan
irigasi perdesaan.
Lingkup pekerjaan Pembangunan Jaringan Irigasi sederhana dibatasi dengan
prioritas sebagai berikut :
1. Perbaikan/ rehabilitasi jaringan irigasi yang telah ada.
2. Peningkatan irigasi perdesaan yang telah ada.
3. Pembangunan baru irigasi perdesaan.
Karena proses pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi peredesaan (mulai dari
penyuluhan, survai, desain sampai pelaksanaan konstruksi) harus dapat diselesaikan
dalam satu tahun anggaran, maka urutan prioritas ditetapkan sebagai berikut :
1. Diutamakan pekerjaan perbaikan atau rehabilitasi jaringan irigasi yang telah ada,
dan tidak memerlukan kajian teknis yang berat.
2. Pekerjaan peningkatan jaringan irigasi yang telah ada, yang benar-benar
diperlukan.
3. Pembangunan jaringan irigasi baru yang sangat diperlukan.
Meskipun membangun irigasi baru dimungkinkan (sekalipun merupakan prioritas
terakhir), harus dihindari pembangunan bendung baru. Pembangunan bendung baru
memerlukan kajian teknis yang berat seperti: Pengumpulan data hidrologi dan
hidrometri, penyelidikan tanah, dsb. secara akurat dan kajian teknik yang berat, yang
kesemuanya
itu
memerlukan
waktu
panjang.
Maka
sangat
sulit
mempertanggungjawabkannya jika harus membuat bendung sejak persiapan
perencanaan sampai selesai konstruksi hanya dalam waktu satu tahun saja.
Jenis infrastruktur Bangunan Pengairan/Irigasi yang dapat dibangun antara lain :
Embung, Bendung Cerucuk, Bendung Bronjong, Saluran Pembawa & Boks Bagi,
Bangunan Pelindung Pantai Sederhana dgn Turap, Bangunan Penahan Longsoran
Tanah, dll.
Standar Irigasi sederhana mengacu pada Pedoman Teknis Sederhana
Pembangunan Bangunan Pengairan untuk Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Pengairan - Dep. PU Tahun 1995.
Kriteria pembangunan Irigasi yang perlu diperhatikan :
1. Irigasi tidak tercatat dalam buku inventaris PU Pengairan
2. Luas areal irigasi perdesaan maksimum 60-100 Ha
3. Pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi perdesaan dilaksanakan
oleh P3A atau kelompok tani.
4. Pembangunan irigasi baru sederhana harus memenuhi ketentuan :
ada sumber air cukup, adanya sawah (tadah hujan);
ada petani, kualitas air memenuhi;
tanah/sawah baik untuk pertanian (padi);
ada pemasaran hasil produksi;
daerah irigasi bukan merupakan daerah banjir rutin,
kapasitas bangunan mampu untuk mengalirkan debit air yang direncanakan,
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
47
48
Dimana :
Qa = Debit air (m3/det)
Ar = Luas penampang basah rata-rata (m2),
V = Kecapatan air (m/det)
Kecepatan air dapat dihitung dengan cara sederhana, yaitu pengukuran
kecepatan air secara langsung dengan menggunakan pelampung (lihat
metode pengukuran debit air baku, perencanaan air bersih).
2. Desain
A. Bangunan Utama
1) Bendung Sederhana
(1) Bendung berfungsi untuk meninggikan permukaan air sungai sesuai
dengan kebutuhan dan membelokkan air ke saluran pembawa sesuai
dengan debit yang dibutuhkan.
(2) Digunakan pada daerah irigasi yang elevasi permukaan sawahnya lebih
tinggi dibanding dengan elevasi permukaan air sungai rendah.
(3) Bendung ditempatkan pada alur sungai yang lurus dan dasar sungai
relative stabil
(4) Panjang bendung tidak lebih dari 0,8 lebar rata-rata dasar sungai.
(5) Bendung sederhana dapat terbuat dari pasangan batu, bronjong dan
cerucuk.
a) Bendung Pasang Batu
(1) Umum
Bendung harus stabil pada kondisi air normal maupun air banjir.
Bendung harus aman terhadap pengaruh gaya geser;
Tanah pondasi harus mampu memikul berat tubuh bendung;
Pondasi Bendung diusahakan ditempatkan di atas batu atau tanah liat,
Untuk pondasi tanah berpasir (pasir) tidak disarankan bendung pasa
batu.
(2) Perencanaan Teknis
(a) Menentukan Elevasi Tinggi Mercu
Menentukan mercu bendung ditentukan oleh muka air rencana bangunan bagi
atau sadap pertama di tambah kemiringan panjang saluran (L x I) dan
kehilangan tinggi energi pada pengambilan (15cm). Sedangkan tinggi muka
air yang diinginkan pada saluran utama ditentukan oleh tinggi muka air yang
diperlukan di sawah yang terjauh dan yang tertinggi elevasinya.
Adapun ilustrasi cara perhitungannya adalah sebagai berikut :
49
P = A + a + b + m.c + d + n.e + f + g + h + z
P = Muka air yang dibutuhkan di saluran utama
A = Elevasi sawah dengan elevasi yang menentukan
a = lapisan air di sawah 10 cm
b = kehilangan tinggi energi dari sal. kuarter sampai sawah 5 cm
c = kehilangan tinggi energi di boks kuarter 5 cm
d = kehilangan air pada bangunan pembawa di saluran irigasi (I x L)
e = kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier 5 cm
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong 5 cm
g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier 5 cm
h = variasi muka air = 0,18h100 (sekitar 0,05 - 0,30 cm)
z = kehilangan tinggi energi di bangunan petak tersier lainnya
m = jumlah boks kuarter di trase tersebut
n = jumlah boks tersier di trase saluran
(b) Panjang Bendung
Panjang bendung tergantung dari pada rata-rata lebar sungai, secara umum
0,8 lebar sungai Dalam hal ini ditentukan panjang bendung maksimum 5.00
m, termasuk lebar pintu penguras.
(c) Lantai Olak dan Mercu Bendung
Untuk disain lantai olak dan mercu bendung memakai metode perhitungan
MDO yang sudah dikembangkan oleh Puslitbang Air
Dalam mendisain bendung perdesaan dengan metode MDO dilakukan
beberapa penyederhanaan, sebagai berikut :
Bentuk mercu bulat dengan jari-jari R1 = 1.00 - 1 50 m
Tubuh bendung bagian hilir dibuat miring 1 : 1
Elevasi lantai olak adalah fungsi dari tinggi muka air di hilir bendung (Ds)
H1 = X1 . Ds
Ds = Elevasi lantai olak dihitung dari puncak mercu
H1 = Tinggi air di hilir bendung
X1 = Parameter 1.50 - 1,80 yang dipengaruhi oleh debit permeter
lebar dan selisih muka air di udik dan di hilir bendung.
(a) Panjang lantai olak (L) adalah fungsi dari kedalaman lantai olak (Ds)
dihitung dari puncak mercu bendung.
L = X2 . Ds
L
= Panjang lantai olak
Ds
=
kedalaman
lantai
olak
dari
puncak
mercu
X2
= parameter 1.00 - 1.20
(b) Jari-jari pertemuan antara bidang miring tubuh bendung dan lantai olak R2
= 1.00-1.50m
50
51
b) Bendung Bronjong
Bendung bronjong adalah bangunan air sederhana yang sifatnya tidak
permanen, dibuat dari susunan atau tumpukan bronjong kawat diisi batu kali,
melintang sungai yang lebarnya lebih kecil dari 15 m dan berfungsi menaikkan
muka air sungai sehingga air sungai dapat dialirkan ke daerah irigasi tadah
hujan yang akan dikembangkan.
Pada arus surgai yang mengangkut batu. kayu dan air sungai agresif,
bandung bronjong tidak disarankan pemakaiannya.
Perencanaan Teknis Bendung :
Kemiringan bagian hilir bendung 1:1 sampai 1:2dan untuk hulu dengan
kemiringan 1:1.
Ukuran bronjong dapat disesaaikan dengan kebutuhan dengan ketebalan
0,5 m, kawat yang digunakan adaiah kawat yang digalvanis dengan
diameter minimal 3 mm.
Untuk mengurangi bocoran pada bendung bronjong dapat dipakai lapisan
ijuk yang dipasang diantara kotak bronjong. Dengan demikian butir-butir
tanah akan tertahan.
Tinggi bendung maksimum 2,50 m. Panjang lantai 2 - 2,5 tinggi bendung.
Panjang tubuh bendung kurang dari 15 m.
Elevasi mercu bendung direncanakan berdasarkan perhitungan tinggi air
saluran ditambah 20 cm, sebagai kehilangan tinggi pada mercu bendung
karena tubuh bendung terbuat dari bronjong yang lolos air.
52
c) Bendung Cerucuk
(a) Kriteria :
Luas daerah irigasi maksimum 20 ha;
Pada sekitar rencana lokasi bangunan tidak terdapat sumber batu
(b) Bendung cerucuk sederhana adalah bendung sederhana yang sifatnya
tidak permanen (tidak tahan lama), terbuat dari baris-baris ceruc yang
dipancang melintang sungai yang ditempatkan pada ruas sungai yang
relatif lurus dan dasarnya tidak terlalu keras dengan lebar dasar sungai
tidak lebih dari 10 meter. Debit sungai dalam keadaan banjir maksimum
10 m3/det.
(c) Banyaknya baris cerucuk tidak kurang dari 3 baris dengan jarak antar
baris cerucuk paling lebar 0,50 meter.
(d) Tiap baris cerucuk terdiri dari tiang-tiang yang dipancang secar vertikal
dengan jarak antara tiang paling jauh adalah 1 meter.
(e) Tiap baris cerucuk ditutup dengan dmdmg pemitup yang terdiri dari kayu
yang dipasang mendatar secara rapai satis sama lain agar bahan pengisi
yang diletakkan pada ruang antara baris cerucuk tidak lolos.
(f) Tiap tiang pada baris cerucuk dihubungkan ke tiap tiang pada baris
cerucuk lainnya dengan kayu mendaiar yang diikatkan pada ujung atas
tiang-tiang baris cerucuk dengan tali pengikat agar baris-baris cerucuk
menjadi satu kesatuan yang kokoh.
(g) Ukuran-ukuran :
a. Tinggi bendung paling tinggi adalah 1 m
b. Panjang tubuh bendung paling panjang adalah 10 m
c. Lebar mercu bendung paling pendek adalah 1 m
d. Lebar tepi udik mulut bangunan pengambilan dari sisi udik tubuh
bendung minimal adalah 2 m
e. Panjang lantai hilir paling pendek adalah 3 m
f. Umur bendung paling sedikit 1 tahun
g. Tiang tegak kayu keras (dolken) ukuran + 12 cm
h. Bambu mendatar ukuran + 12 cm
53
SAYAP BENDUNG
54
4) Panjang sayap hilir yang sejajar dengan tebing sungai dibuat paling sedikit
sampai ke ujung lantai hilir, kemudian sayap dibuat miring, sudut 45 .
5) Rongga antara tebing sungai dengan sayap bendung ditimbun dengan
tanah yang sedikit dipadatkan
LANTAI BENDUNG
Lantai hilir bendung terbuat dari hamparan bahan pengisi yang berupa batu
kali 15 30 cm anyaman bambu. Guna lantai hilir adalah untuk menahan
gerusan air yang jatuh di hilir bendung.
(h) Bahan yang digunakan untuk bendung cerucuk ini diusahakan bahan
setempat yang mudah diperoleh.
Kayu dolken/bambu tua diameter sekurang-kurangnya 12cm, yang
digunakan adalah jenis keras. Tali sebaiknya dari bahan yang tahan
lapuk (tali ijuk, plastik).
Pengisi tubuh bendung dari bahan batu kali, tanah;
Lantai Hilir dari bahan batu kali diameter 15-30cm dan anyaman
bambu gelondongan;
Tali pengikat dari tali plastik, tambang ijuk, kawat.
2) Pengambilan Bebas
a) Bangunan ini tidak memerlukan bangunan melintang sungai untuk
membelokkan air ke saluran pembawa.
b) Bangunan ini ditempatkan pada akhir belokan luar sungai untuk
menghindari masuknya sedimen.
c) Jika pada sungai yang lurus, pengambilan dilengkapi pengarah arus.
Pengarah arus dibuat secara semi permanen dari bronjong atau
cerucuk bambu, dolken dengan menyesuaikan dengan konstruksi
bangunan pengambilan bebas dan sumber material yang ada.
d) Bangunan ini biasa dipakai di daerah pegunungan yang kemiringan
dasar sungainya cukup curam dan dasar sungainya cukup stabil.
e) Elevasi muka air pada saat debit minimum rata-rata mempunyai
tekanan yang cukup untuk mengairi lahan yang direncanakan.
55
f)
56
57
Dimana :
Q = debit saluran (m3/dt)
I = kemiringan saluran
V = kecepatan aliran (m/dt)
K = koefisien kekasaran (m1/3/dt)
R = jari-jari hidrolis (m)
w = tinggi jagaan tanggul (m)
A = luas potongan melintang basah(m2)
b = lebar dasar saluran (m)
P = keliling basah(m)
h = tinggi air (m)
m = kemiringan talut (1 vertical : m horizontal)
58
3) Bangunan Penguras
Saluran
Bangunan penguras yang dimaksud disini adalah bangunan penguras endapan
yang terdapat pada saluran utama.
a) Kriteria
Dimensi saluran untuk debit minimum Q = 0.100 m3/det
Dipasang pada jarak < 5.00 m dari bangunan pengambilan
Lokasi bangunan penguras (saluran utama) berdekatan dengan sungai
atau saluran pembuang yang berfungsi tempat pembuang endapan
Panjang saluran penguras yang menghubungkan bangunan penguras dan
saluran pembuang maksimum 25.00 m
Konstruksi bangunan penguras tidak dilengkapi dengan pintu, tetapi
dilengkapi balok sekat. Panjang balok sekat maksimum 0.80 m
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
59
b) Disain
Tidak diperlukan kolam pengendapan sedimen
Perbedaan elevasi dasar saluran pembawa dan saluran pembuang atau
sungai minimum 1.50 m
Disain bangunan penguras seperti pada gambar dibawah ini.
C. Saluran Pembuang
1) Berfungsi untuk membuang kelebihan air hujan dan irigasi yang telah di pada
lahan sawah.
2) Saluran pembuang direncana di tempat-tempat yang rendah.
3) Saluran pembuang dapat berupa, saluran tanah atau pasangan batu.
4) Debit drainase rencana dari sawah di petak tersier dihitung dengan rumus
Qd = f. Dm. A
dimana : Qd = debit rencana;
f = faktor pengurangan (reduksi) daerah yang dibuang airnya
(1 untuk petak tersier).
Dm = Modulus pembuang (Idt/ha)
A = Luas daerah yang dibuang airnya (ha)
Jika data tidak tersedia dapat dipakai debit min. rencana 56 l/dt/ha.
5) Untuk perencanaan aliran saluran digunakan rumus Strickler (seperti pada
pembawa):
V = K. R2/3 . I 1 7 2
6) Kriteria perencanaan saluran pembuang utama, tersier dan kuarter untuk tanpa
pasangan :
60
diambil
sama
atau
mendekati kecepatan
61
(2) Ditinjau dari banyak dan arah pembagiannya ada tiga macam bangunan
bagi atau boks pembagi (Gambar a, b dan c).
(3) Rumus pengaliran melewati ambang:
Aliran sempurna : Q = 1,71 b.h 3/2
h(m)
0.05
0.10
0 15
0.20
0.25
0.30
b=0.3
0.35
Q = Discharge(m3/dt)
0.40 0.45 0.50 0.55 0.60
0.006
0.016
0.030
0.046
0.064
0.084
0007
0.019
0.035
0.054
0.075
0.098
0.008
0.022
0.040
0,061
0.086
0.112
0.009
0.024
0.045
0.069
0.096
0.126
0.010
0.027
0.050
0.076
0.107
0.140
0.011
0.030
0.055
0.084
0.118
0.155
0.011
0.032
0.060
0.092
0.128
0.169
0.65
0.70
0.012
0.035
0.065
0.099
0.139
0.183
0.013
0.038
0.070
0.107
0.150
0.197
2) Bangunan Sadap/Corongan
Bangunan Sadap/Corongan dibangun untuk menyadap air langsung dari Saluran
Pembawa Utama ke petak sawah yang luasnya 5 - 10 ha.
a) Bangunan Sadap/Corongan Type ini untuk menyadap air langsung dari
Saluran Pembawa Utama untuk areal 5 - 10 ha ke sebelah kiri atau kanan
saluran tanpa melalui boks pembagi.
b) Penyadapan dengan pipa beton atau pipa PVC 75 mm untuk areal 5 - 7ha
dan dengan pipa beton atau pipa PVC 100 mm untuk areal 8-12,50 ha.
c) Pintu Sadap/Corongan dapat dilengkapi dengan lubang balok sekat
d) Bangunan Sadap dapat dikombinasikan dengan bangunan boks pada bagian
ujung keluaran (outlet). Gambar a dan b.
E. Bangunan Pembawa
1). Bangunan Terjun
a) Bangunan terjun type ini adalah bangunan terjun dengan tembok tegak lurus
atau dengan kemiringan 1 : 5 seperti (Gambar 16) yang digunakan bila t inggi
terjun, Hmax (A - B) = 1,50 m. Apa bila terjadi tinggi terjun H > 1 50 m, maka
digunakan 2 buah bangunan terjun.
b) Syarat-syarat perhitungan untuk Bangunan Terjun Type ini secara praktis
dapat didasarkan pada :
Lebar atas tembok penahan 0,30 m dan lebar bawah diambil 0,47 H.
Panjang ruang olakan Lb = 4 - 6h (h = tinggi air di saluran)
Panjang sayap hulu dan hilir bervariasi disesuaikan dengan tinggi air dan
keadaan tanah.
62
A (m2)
R 2/3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
0.108
0.168
0.242
0.330
0.431
0.546
0.674
0.122
0.152
0.183
0.213
0.243
0274
0.304
0.246
0.285
0.322
0.357
0390
0.422
0.452
Discharge (m3/dt)
V=0.5
V=1.0
V=1.5
0.054
0.084
0.121
0.165
0.216
0.273
0.337
0.122
0.152
0.183
0.213
0.243
0.274
0.304
0.368
0.427
0.483
0.535
0.585
0.632
0.678
e) Dengan
pertimbangan
diatas
maka
diambil
besarnya diameter pipa.
D = b + 0.8 h
D = Diameter pipa (m)
B = Lebar saluran (m)
H = Tinggi air (m)
3). Gorong-gorong Pembuang
a) Untuk gorong-gorong pembuang aliran masuk pada inlet adalah full pressure,
sehingga tinggi air (h) sama dengan diameter pipa (D).
b) Gorong-gorong pembuang diganakan untuk melintas Saluran Pembuang
(Drainase) di bawah Saluran
Irigasi.
c) Untuk mencegah bocoran air
saluran pembawa masuk
kedalam saluran pembuang
maka
pada
saluran
pembawa diberi pasangan
talud. Panjang pasangan
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
63
talud (L) minimum = 6-8, tinggi tanah antara dasar pasangan talud saluran
dan pipa.
Q = Ap x Vo
Ap = 1/4 .D2, P = .D
R = Ap / P = 1/ .D2/ .D = 1/4 D
I = ( n. Vo / R2/3 )2
Dimana :
Q = Debit Saluran Pembuang (m3/dt)
Ap = Luas penampang basah pipa (m2)
D = Diameter pipa (m);
P = Keliling basah aliran dalam pipa (m)
R = Jari-jari hidrolis (m);
I = Kemiringan pipa;
Vo = Kecepatan aliran dalam pipa;
Untuk Vo rencana diambil minimum = 1,50 m/dt; n = 0.0167 atau K = 60
Vo = 1, 5
D (m)
Ap (m2)
R2/3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
0.126
0.196
0.283
0.385
0.502
0.636
0.785
0.100
0.125
0.150
0.175
0.200
0.225
0.250
0.215
0.250
0.282
0.313
0.342
0.370
0.397
0.0135
0.0100
0.0078
0.0064
0.0053
0.0046
0.0040
Q
(m3/dt)
0.188
0.294
0.424
0.577
0.754
0.954
1.178
64
losses (tt)
dapat
D
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
h
0.13
0.12
0.11
0.10
0.1W
0.09
0.09
Vt=1.5m/dt, b = h
b
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
h
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
A
0.090
0.160
0.250
0.360
0.490
P
0.900
1.200
1.500
1.800
2.100
R
0.1000
0.1333
0,1667
0.2000
0.2333
R2/3
0.2154
0.2610
0.3029
0.3420
0.3790
I1/2
0.1071
0.0884
0.0762
0.0675
0.0609
I
0.0115
0.0078
0.0058
0,0046
0.0037
Q
0.135
0.240
0.375
0.540
0.735
Agar dimensi talang ekonomis, maka kecepatan air yang lewat di atas
talang, Vt, ditetapkan minimum 1,50 m/dt dan tinggi tekanan hilang, z =
0,15 meter.
65
F. Bangunan
ngunan Lainnya
1) Krib pengarah aliran
Krib pengarah aliran berguna untuk mengarahkan aliran air agar dapat
dengan mudah masuk kedalam pintu pengambilan (bebas)
Krib pengarah aliran berguna untuk meluruskan aliran pada lokasi sungai
yang berbelok-belok.
Krib dapat dipasang tegak lurus aliran, miring searah aliran atau miring
mengongsong arah aliran.
Perencanaan krib pada sungai-sungai besar perm diadakan
survai morpologi sungai.
Bangunan krib dapat terbuat dari bronjong cerucuk kayu atau bambu,
Pangkal krib dibuat setinggi rata-rata tinggi muka banjir sepai panjang
krib.
Panjang krib tidak lebih dari 1/3 lebar sungai.
2). Penahan Talud Saluran
Penahan talud saluran ini umumnya dipasang pada daerah :
Tanah porous
Melewati perumahan/kampung
Belahan
Lereng
Bentuk-bentuk talud diberikan sesuai type saluran, seperti contoh berikut :
66
67
68
Kualitas air tidak berasa, berbau, berwarna dan tidak pula keruh;
Penyediaan air bersih dapat dari PDAM, air tanah, sumur bor/gali/mata air
dan kuantitas air sekurang-kurangnya untuk mandi 20 ltr/orang/hari, cuci 15
lt/org/hr, kakus 10 lt/org/hr.
Air Bersih Perpipaan/PDAM dengan ketentuan :
o Pipa air bersih dapat digunakan pipa PVC diameter sekurang-kurangnya
12,5 mm.
o Pipa sebaiknya tertanam dalam tanah atau dilindungi dengan baik.
Sumur pompa tangan/mesin, dengan ketentuan :
o Sekeliling sumur pompa harus ada lantai kedap air selebar 1,20 m
o Pipa selubung sumur harus terbuat dari bahan kedap air dengan
kedalaman minimum 2 meter dari permukaan lantai
Sumur Gali dengan ketentuan :
o Sekeliling sumur gali harus ada lantai kedap air selebar
1,20 m
o Dinding sumur gali harus terbuat dari konstruksi yang aman, kuat dan
kedap air sampai ketinggian 0,75 meter keatas dan 2 meter kebawah
permukaan lantai.
Mata Air dilengkapi dengan bak penangkap air.
Air Hujan dengan Bak Penampung Air Hujan;
Lokasi sumur minimal 10 meter dari sumber pengotoran (cubluk/resepan).
69
Lantai dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah tempat pembuangan +1%.
Tinggi dinding sekurang-kurangnya 160 cm.
Pintu dari Bahan tahan air atau PVC dengan ukuran lebar 60-80cm dan tinggi
160cm.
Ventilasi udara dan sinar/cahaya alami tersedia sekurang-kurangnya seluas
0,5m2, bila tidak cahaya alami tidak memungkinkan maka disediakan
penerangan lampu/listrik secukupnya.
Air bekas mandi dapat dibuang ke saluran atau peresapan;
Luas lantai KM sekurang-kurangnya 2m2 (1,0m x 2,0m) dengan ukuran bak
sekurang-kurangnya 0,5m2 .
Luas lantai WC sekurang-kurangnya 2m2 (1,0m x 2,0m) dengan ukuran bak
sekurang-kurangnya 0,1m2 .
Kloset Jongkok untuk WC;
keperluan wanita dan laki-laki terpisah.
Bak kontrol, bak untuk memeriksa dan membersihkan pipa saluran.
Pipa saluran, pipa untuk menyalurkan air limbah dari jamban ke cubluk atau
tangki septic, PVC diameter sekurang-kurangnya 10cm. Kemiringan
sekurang-kurangnya 2%. Belokan 90 derajat sebaiknya dihindari dengan
membuat 2 kali belokan 45 derajat atau bak kontrol.
70
b. Peresapan
Berfungsi untuk membuang air limbah dari septictank sehingga didalam
septictank tinggal material pada saja. Syarat teknis peresapan :
Konstruksi dapat dibuat dari pasangan batu/bata tanpa spesi/plesteran
agar air dapat masuk meresap kesela-sela batu tapi konstruksi harus
cukup kuat untuk menahan tanah tidak runtuh.
Jarak peresapan dengan sumur air bersih, sekurang-kurangnya untuk :
tanah lempung 6 m , tanah normal 10 m dan tanah berpasir 25 m.
Jarak ke pondasi bangunan minimal 1,5m dan jarak ke pipa air bersih
minimal 3m.
Pada daerah dengan topografi yang miring, elevasi letak resapan harus
lebih rendah dari elevasi sumur air bersih agar air resapan tidak masuk
ke sumur.
71
B
10
60
DRAIN
20
15
T. CUCI
100
BAK KONTROL
BAK AIR
PIPA 3"
200
POMPA
15 385
10
50
10
100
20
15
20
90
20
180
20
60
10
330
15
100
15
120
15
165
10
440
RING BALOK
+ 2.00
PAS. DINDING BATA
200
PAS. BATA
KEDAP AIR
BAK KONTROL
60
10
60
BETON BERTULANG
PIPA 3"
KE SUMUR
RESAPAN
150
10
25
50
20
0.00
- 0.20
10
10
- 0.80
- 1.00
60
10 10
115
60
10
10
135
LANTAI KERJA
PASIR URUG
20 20
90
20
180
60
10
175
20 20
POTONGAN A - A
PASIR
72
TANAH URUG
VENTILASI 1 1/4"
LAPISAN IJUK
MANHOLE
KERIKIL
MANHOLE
BETON
(1PC : 2PS : 4KR)
PASANGAN BATA
(1 PC : 2 PS)
POTONGAN A
VENTILASI 1 1/4"
A
MANHOLE
MANHOLE
73
8. PRASARANA PERSAMPAHAN
Prasarana persampahan yang dimaksudkan disini adalah prasarana persampahan
dilingkungan permukiman. Pemilihan prioritas kegiatan persampahan diprioritaskan
pada pembangunan tempat penampungan sementara (TPS) sebagai tempat
pengumpul pembuangan sampah dari rumah-rumah dan Gerobak sampah sebagai
alat pengumpul sampah sedangkan untuk penyediaan tempat sampah ditiap rumah
dapat disediakan sendiri secara swadaya.
Persyaratan umum pembangunan prasarana persampahan :
Lokasi dipilih pada tempat yang
jauh dari sumber air bersih,
bukan didaerah banjir dan
mudah dijangkau oleh alat
transportasi
sampah
(mobil
angkutan
sampah)
untuk
memudahkan
pengangkuatan
ketempat pembuangan akhir
(TPA);
Lokasi
TPS
harus
dimusyawarahkan dan sepakati bersama oleh warga, terutama warga disekitar
lokasi TPS akan dibangun sehingga tidak menimbulkan konflik sosial;
Penyediaan TPS berikut Gerobak Sampah diutamakan bagi kelurahan/desa yang
terjangkau oleh jaringan/sistem persampahan kota atau mempunyai akses yang
dekat ke tempat pembuangan akhir sampah (dengan gerobak sampah mampu
dibuang sendiri ke lokasi TPA). Sedangkan untuk daerah dengan kepadatan
penduduk yang masih rendah dan tanah cukup luas (perdesaan), pembungan
sampah dapat dilakukan dengan cara menggali lubang sampah ditanah
dipekarangan untuk dibakar atau ditimbun tanah kembali setelah penuh.
Pengumpulan sampah dari rumah-rumah sekurang-kurangnya 2 hari sekali dan
pembungan sampah dari TPS sekurang-kurangnya seminggu sekali dengan
volume sampah minimal, untuk menghindari bau, mencegah pencemaran
lingkungan dan kemungkinan sarang vektor penyakit (lalat).
Masyarakat bersedia membentuk kelembagaan pengelola pemanfaatan dan
pemeliharaan prasarana berikut pembiayaannya secara swadaya. Anggota
masyarakat yang menggunakan jasa pengelolaan sampah akan dimintai
kontribusi berupa dana/iuran sampah. Dengan cara tersebut diharapkan
memperoleh lingkungan permukiman yang bersih dan sehat.
Bangunan TPS dibuat dari konstruksi sederhana, sesuai kondisi sosial setempat dan
dapat menggunakan bahan lokal, seperti dari pasangan batu/batu bata. Ukuran TPS
sekurang-kurangnya mempunyai kapasitas (isi) 2 m3 dengan jarak antar TPS
sekurang-kurangnya 150m.
74
9. PRASARANA KESEHATAN
Prasarana kesehatan yang dimaksud disini adalah prasarana dan saran untuk
menunjang pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat, melalui upaya kesehatan
yang berbasis masyarakat (UKBM).
Kegiatan UKBM yang dikembangkan dalam program ini antara lain adalah Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pos bersalin
desa (Polindes), dalam cakupan layanan wilayah kelurahan/desa.
Lingkup pembangunan sarana/prasarana kesehatan dasar disini hanyalah mencakup
penyediaan fisik/bangunan sederhana termasuk meubelair yang diperlukan, tetapi
tidak termasuk penyediaan tenaga/peralatan medis, transportasi, komunikasi dan
obat-obatan.
Prioritas pemilihan pembangunan prasarana kesehatan dasar adalah sebagai berikut:
Rehabilitasi/perbaikan bangunan yang telah ada karena fungsi bangunan
berkurang;
Peningkatan bangunan yang telah ada agar mampu mendukung
penyelenggaraan kegiatan utama sesuai fungsi organisasinya, misalnya gedung
Polindes yang ada dikembangkan menjadi Poskesdes.
Kelurahan/desa yang telah memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi belum
memiliki bangunan/masih menumpang pada bangunan lain dalam menjalankan
kegiatan utama sesuai fungsinya;
Kegiatan yang dilaksanakan harus dikoordinasikan dengan pemerintah
desa/kelurahan dan instansi teknis kesehatan setempat.
Pembangunan Poskesdes tidak diprioritaskan bagi Desa/kelurahan yang terdapat
sarana kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit).
Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan gedung
sederhana tahan gempa yang ditetapkan Departemen PU sedangkan terkait dengan
kebutuhan ruangan bangunan mengacu pada standar teknis yang ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan.
1). Poskesdes
Untuk lebih memantapkan penyelenggaraan berbagai UKBM yang ada di desa,
dikembangkan suatu bentuk UKBM yang dapat berfungsi mengkoordinasikan seluruh
UKBM yang ada. Fungsi koordinasi ini diperlukan, agar penyelenggaraan UKBM
tersebut dapat sinergis dalam upaya mewujudkan Desa Siaga. Perwujudan Desa
Siaga ini adalah dalam rangka mempercepat pencapaian Desa Sehat. UKBM yang
berfungsi koordinatif di desa tersebut adalah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Kegiatan Poskesdes, utamanya adalah, pengamatan dan kewaspadaan dini
(surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku beresiko, dan surveilans
lingkungan, dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawat daruratan
kesehatan, dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan dasar.
Poskesdes dikelola oleh masyarakat yang dalam hal ini kader, relawan dengan
bimbingan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
di Poskesdes minimal seorang Bidan. Pembinaan Poskesdes dilaksanakan secara
terpadu dengan lintas sektor. Pembinaan teknis medis secara periodik dilakukan oleh
Puskesmas, sedangkan hal-hal non teknis medis dilakukan oleh Pemerintah
Desa/Kelurahan dan lintas sektor di tingkat Kecamatan.
Kepengurusan Poskesdes dipilih melalui musyawarah dan mufakat masyarakat desa,
serta ditetapkan oleh Kepada Desa. Struktur pengurus minimal terdiri dari Pembina,
Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota. Susunan pengurus Poskesdes bersifat
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana
75
76
MODEL POSKESDES - 60
Pos Kesehatan Desa
SKALA
1m
2m
3m
4m
5m
100
200
300
400
500
LUAS BANGUNAN: 60 m2
77
78
Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan rumah tahan
gempa yang ditetapkan Departemen PU.
79
80
81
5. TEKNIS
1. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan adalah bahan setempat yang tersedia dengan
kriteria sebagai berikut :
a. Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi persyaratan bahan
bangunan yang tercantum dalam SNI
b. Kemudahan penyediaan bahan bangunan
c. Kemudahan pelaksanaan konstruksi
d. Keandalan konstruksi
2. Konstruksi
Konstruksi bangunan dibuat sederhana sehingga tidak diperlukan perhitunganperhitungan konstruksi, namun apabila daya dukung tanahnya kurang baik maka
perlu dilakukan perhitungan. Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar
teknis bangunan gedung (sederhana) tahan gempa yang ditetapkan Departemen PU.
82
83
84