Anda di halaman 1dari 84

KRITERIA & DESAIN TEKNIS KEGIATAN LINGKUNGAN

1. JALAN DAN BANGUNAN PELENGKAPNYA


Jalan disini adalah jalan yang dapat berfungsi sebagai penghubung antar desa/kelurahan
atau ke lokasi produksi/pemasaran, atau berfungsi sebagai penghubung
hunian/perumahan, serta juga berfungsi sebagai penghubung desa/kelurahan ke pusat
kegiatan yang lebih tinggi tingkatannya (kecamatan/kab/kota).
Jalan dibangun atau ditingkatkan untuk membangkitkan manfaat-manfaat bagi
masyarakat, seperti :
Membuka isolasi, Mempermudah pengiriman sarana produksi;
Mempermudah pengiriman hasil produksi ke pasar, baik yang di desa maupun yang
diluar, dan
Meningkatkan jasa pelayanan sosial, termasuk kesehatan, pendidikan dan
penyuluhan.
Pembangunan jalan disarankan pada peningkatan jalan lama yang sudah ada. Hal ini
untuk menghindari kesulitan pembebasan lahan, dampak lingkungan yang tidak
dianalisis lebih mendalam serta banyaknya volume pekerjaan pada pembukaan jalan
baru. Namun demikian, kadang-kadang tidak dapat dihindari untuk membuat jalan baru
atau peningkatan jalan lingkungan.
A. KRITERIA PEMILIHAN TEKNOLOGI KONSTRUKSI JALAN
Pembangunan jalan baik berupa pembangunan baru, peningkatan atau rehabilitasi Jalan
Tanah, Jalan Telford, Jalan Makadam, Jalan Beton, Jalan Aspal agar
mempertimbangkan kriteria-kriteria, pemilihan teknologi & Jenis Konstruksi Jalan berikut.

Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jalan baru, antara lain :


o
o
o
o
o

Trase Jalan mudah untuk dibuat;


Pekerjaan tanahnya relatif cepat dan murah;
Tidak banyak bangunan tambahan (jembatan, gorong-gorong, penahan longsor, dll);
Penyediaan/pembebasan lahan tidak sulit;
Tidak merusak Lingkungan atau memerlukan studi lingkungan yang lebih mendalam;

Yang perlu diperhatikan dalam peningkatan Jalan lama, antara lain :


o
o
o
o

Memungkinkan untuk pelebaran jalan;


Standar Geometrik untuk pelebaran jalan;
Tanjakan yang melewati batas standar teknik harus diubah sesuai dengan standar
teknis;
Sistem drainase dan pekerjaan tanah tidak akan merusak lingkungan;

B. BAGIAN-BAGIAN JALAN
Suatu Jalan umumnya terdiri dari bagian-bagian, yaitu : Dawasja, Damaja, Damija,
Badan Jalan, Lapis Perkerasan, Bahu Jalan dan saluran tepi.

Gambar 1. Bagian-Bagian Jalan


1. Dawasja (Daerah Pengawasan Jalan), Daerah ini merupakan ruang sepanjang
jalan yang dimaksudkan agar pengemudi mempunyai pandangan bebas dan
badan jalan aman dari pengaruh lingkungan, misalnya oleh air dan bangunan liar
(tanpa izin)
2. Damaja (Daerah Manfaat Jalan), Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan
yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman ruang bebas tertentu yang
ditetapkan oleh Pembina Jalan. Daerah Manfaat Jalan hanya diperuntukkan bagi
perkerasan jalan, bahu jalan, saluran samping, lereng, ambang pengaman,
timbunan dan galian, gorong-gorong, perlengkapan jalan, dan bangunan
pelengkap lainnya.
3. Damija (Daerah Milik Jalan), Daerah ini merupakan ruang sepanjang jalan yang
dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan dengan
suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Daerah Milik Jalan diperuntukkan bagi Daerah Manfaat Jalan dan pelebaran jalan
maupun penambahan jalur lalu-lintas di kemudian hari, serta kebutuhan ruangan
untuk pengamanan jalan.
4. Bahu Jalan, Bahu jalan adalah bagian jalan yang berdampingan dan sama tinggi
dengan perkerasan jalan.

5. Saluran Samping Jalan, Saluran Samping Jalan adalah bagian jalan yang
berdampingan dengan bahu yang berfungsi untuk menampung dan mengalirkan
air secepatnya.
6. Badan Jalan, Badan jalan merupakan bagian jalan dimana jalur lalu-lintas, bahu,
dan saluran samping dibangun.
7. Perkerasan Jalan, Perkerasan jalan merupakan konstruksi jalan yang
diperuntukkan bagi jalur lalu-lintas yang umumnya terdiri dari tanah dasar, lapisan
pondasi bawah, lapisan pondasi atas, dan lapisan permukaan. Untuk jalan
dengan lalu lintas ringan, lebar perkerasan diambil 2,5 3 meter.

C. DESAIN
Standar teknis jalan mengacu pada Pedoman Teknis Pembangunan Jalan yang
diterbitkan oleh Departemen Pekerjaan Umum yang sudah ada, seperti Pedoman
Sederhana Pembangunan Jalan dan Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Dep. PU, 1996.
1). Perlindungan Lingkungan dan Sosial
Pembangunan jalan, selain perlu memperhatikan aspek teknis konstruksi jalan, juga
harus mempertimbangkan aspek lingkungan (konservasi tanah), terutama pada
kondisi wilayah dengan topografi yang sering berbukit dan dengan tanah yang peka
erosi. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit erosi tanah yang
berasal dari jalan, khususnya berupa longsoran dari tampingan dan tebing jalan.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian erosi pada jalan untuk mengamankan
jalan dan membangun jalan yang tidak menjadi sumber erosi. Pengendalian erosi
dapat dilakukan secara sipil teknis (pembangunan konstruksi penahan, drainase atau
secara vegetatif (penanaman bahan-bahan vegetatif), dan masing-masing
mempunyai kelebihan. Perencana harus memilih tindakan-tindakan pengendalian
erosi dengan pertimbangan lingkungan dan biaya, yang tidak terbatas pada waktu
penyelesaian konstruksi jalan saja, tetapi harus dipikirkan sampai masa
pemeliharaan.
Selain itu, tingginya curah hujan, lereng-lereng curam dan tanah rapuh menimbulkan
banyak kesulitan dalam perencanaan dan pembangunan jalan berkualitas tinggi,
terutama bila dimaksudkan untuk membangun jalan dengan biaya rendah dan tidak
membahayakan lingkungan. Dalam konteks seperti ini, kita harus menyadari bahwa
masalah erosi akan terus muncul walaupun dapat dikurangi dan diatasi ketika terjadi.
Alternatif lainnya adalah Trase jalan harus dipilih untuk mengurangi masalah
lingkungan, misalnya dengan mengurangi galian dan timbunan bilamana mungkin.
Karena tidak mungkin di kawasan perbukitan untuk menghilangkan masalah dengan
pemilihan trase (dengan pemindahan trase atau mengurangi tanjakan), maka perlu
diusahakan teknik-teknik pengendalian erosi termasuk pembangunan tembok
penahan tanah dan bronjong atau penanaman bahan-bahan vegetatif untuk
menstabilkan lereng atau mengurangi erosi percik atau alur kecil.
Kegiatan pengendalian erosi juga tidak dibatasi pada pengamanan dampak
lingkungan, tetapi juga harus mempertimbangkan akibatnya terhadap sosial
masyarakat sekitarnya/diluar daerah milik jalan (misalnya, pembuangan dari saluran
merusak lahan produktif warga).
Terkait dengan masalah pengamanan dampak lingkungan dan sosial pada
pembangunan jalan ini, secara khusus diuraikan pada buku Pedoman Teknis
Pengamanan Dampak Lingkungan & Sosial (Safeguards).
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

2). Geometrik Jalan


Geometrik adalah bentuk dari potongan melintang dan memanjang suatu alur jalan
yang mempunyai lebar jalan dan bahu jalan tertentu dan dapat dilalui oleh kendaraan
rencana. Alur jalan adalah bagian jalan yang terdiri dari permukaan jalan yang
diperkeras, bahu jalan, dan saluran samping.
1. Pandangan Bebas dan Tempat Persimpangan
a) Pandangan Bebas
Pandangan bebas harus diperhatikan demi keselamatan pemakai jalan, baik
kendaraan maupun pejalan kaki, yaitu :
Tanjakan/Lengkung vertikal dengan pandangan bebas 30 meter.

Tikungan/Lengkung horisontal dibuat dengan pandangan bebas 30 meter.

b) Tempat Persimpangan
Perkerasan yang hanya selebar tiga meter kurang lebar untuk dua kendaraan
saling melewati, maka harus disediakan tempat sebuah kendaraan dapat
menunggu kendaraan berjalan dari lain arah. Setiap tempat ini harus kelihatan
dari tempat yang sebelumnya.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

2. Tikungan/Lengkung Horisontal dan Tikungan Pada Tanjakan Curam.


a. Lengkung Horisontal
Jari-jari tikungan minimal 10 meter. Tikungan tajam dibuat dengan pelebaran
perkerasan dan kemiringan melintang miring ke dalam.
Tikungan adalah alur jalan yang melengkung. Ada beberapa ketentuan dalam
membuat tikungan, yaitu :
1. Jarak antar tikungan diusahakan minimal 100 meter.
2. Lengkungan merupakan bagian dari lingkaran yang memiliki jari-jari yang sama.
Panjang jari-jari sebaiknya cukup besar dan tidak kurang dari 15 meter.
3. Jarak antara titik perpotongan (T) dua alur jalan yang lurus sampai dengan titik
awal perubahan lengkung (A) disebut jarak L dan panjangnya tidak kurang dari 15
meter.
4. Jarak
antara
titik
perpotongan (T) dua
alur jalan yang lurus
sampai dengan titik
tengah
lengkungan
lingkaran (A) disebut
jarak
E
dan
panjangnya tidak kurang dari 5 meter.
5. Pada tikungan, kemiringan melintang hanya ke satu arah (ke dalam) dengan
kemiringan berkisar antara 3 5%.
Untuk membuat tikungan, lakukanlah langkah-langkah berikut :
1. Tentukan titik pertemuan dua alur yang lurus (T).
2. Tentukan
titik
lengkungan
sebelah
kiri (A) dan kanan (B)
sepanjang L dari titik T.
3. Bagi
sudut
yang
terbentuk antara dua
garis lurus tadi dengan
sama besar.
4. Tentukan titik B pada
garis pembagi tersebut
sejauh E dari titik T.
5. Buat lengkungan yang
menghubungkan titik
awal lengkungan (A
awal), titik B, dan titik lengkungan (A akhir).
b. Tikungan pada Tanjakan Curam
Di daerah perbukitan sering dijumpai jalan yang menanjak dengan kemiringan yang
cukup berat, di atas 10%. Apabila terdapat tikungan tajam di daerah tersebut, jalan
harus
dibuat
seperti
yang
tercantum
dalam gambar:

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

3. Tanjakan/Lengkung Vertikal
Tanjakan membatasi muatan yang dapat diangkut pada suatu jalan, serta membuat
jalan lebih berbahaya. Jalan yang sangat curam juga lebih sulit dipadatkan dengan
mesin gilas, dan permukaan jalan dan saluran air lebih sering harus dipelihara dan
diperbaiki,
Pengukuran tanjakan adalah dengan rumus "jumlah meter naik per set tap seratus
meter horizontal" (10 meter naik per 100 meter horisontal sama dengan tanjakan
10%).
Untuk meningkatkan kenyamanan serta
keselamatan pengguna jalan, pilih trase
jalan supaya tanjakan tidak terlalu curam.
Jika jalan menanjak terus, tanjakan
maksimum dibatasi 7%.
Tanjakan maksimum dibatasi 20% dengan
panjang 150 m. Setelah itu, harus
disediakan bagian datar atau bagian
menurun. Apabila trase jalan belum
memenuhi persyaratan ini, seharusnya
dipindahkan supaya trasenya lebih ringan.

Tikungan dibuat pada bagian datar


untuk mempermudah perjalanan bagi
yang naik atau turun.
Pembuangan air dari saluran pinggir jalan diatur supaya air tidak melintangi jalan dan
mengganggu kendaraan :
saluran dari atas diteruskan lurus ke depan dan airnya dibuang jauh dari jalan.
saluran pada jalan bagian bawah dimulai di luar bagian datar (sesudah tikungan).
4. Bentuk Badan Jalan
a. Bentuk Badan Jalan di Daerah Datar
Jalan harus dibuat dengan bentuk yang tepat. Pada keadaan biasa, bentuk jalan
dibuat miring (4%-6%) kesaluran tepi jalan. Pada daerah yang relatif datar dan lurus,
badan jalan dibuat dengan bentuk "punggung sapi" (bagian tengah lebih tinggi + 68cm).
Ukuran saluran samping minimal 50 cm dalam x 30 cm lebar dasar, berbentuk
trapesium.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

Pada badan jalan di daerah bukit, saluran samping dibuat di arah bukit.
Disarankan kemiringan tebing 1:1, karena lereng yang semakin landai akan semakin
stabil dan tanaman tidak bertumbuh dengan baik pada tebing yang hanipir vertikal.
Tebing gundul perlu dilindungi dengan salali satu cara yang efektif dan efisien,
antara lain: pembuatan teras, saluran diversi, penamanan rumput atau perdu,
lapisan batu kosong, pasangan batu, bronjong kawat atau turap kayu.
Kemiringan tebing maksinial 2:1 dan dilindungi dengan cara yang efektif. Tinggi
pemotongan tebing maksimal disarankan 4,00 meter. Tanah hasil pemotongan
harus dibuang secara aman untuk mencegah erosi dan longsor.
Karena timbunan sulit dipadatkan secara padat karya, disarankan perkerasan tidak
dibuat di atas timbunan baru. Bila perkerasan terpaksa harus dibuat di atas
timbunan, maka timbunan maksimal dibatasi 1,50 meter. Timbunan tinggi sering
mengalami longsor dan erosi berat.
b. Bentuk Badan Jalan di Daerah Curam
Konstruksi jalan daerah perbukitan perlu perhatian khusus untuk menjamin stabilitas,
untuk mengurangi longsor dan erosi, dan demi keselamatan.

5. Perkerasan Jalan
Jenis-jenis konsrtuksi jalan dibedakan atas 3, yaitu Jalan Tanah, Jalan Diperkeras
dan Jalan Beraspal.
A. Jalan Tanah, merupakan badan jalan tanah yang tidak diberikan lapis
perkerasan sebagai penutup. Jalan ini merupakan jalan yang paling sederhana,
dapat dibuat dari
tanah asli, galian dan
timbunan
atau
campuran
tanah
dengan
bahan
bangunan yang lebih
baik
(pasir,
kapur/gamping dll).
Jalan tanah sangat
peka terhadap air,
maka
permukaan
jalan harus dibuat dengan :
Kemiringan 2% - 4% , agar dapat mengalirkan air dengan cepat ke saluran
tepi jalan.
Harus dipadatkan, agar air tidak merembes dan dapat
menahan beban
kendaraan.
Umumnya untuk lalulintas kurang dari 50 kendaraan roda 4 perhari.

Untuk dapat melindungi badan jalan dari pengaruh lalu lintas atau perubahan
alam, maka diatas badan jalan diberi lapisan perkerasan (Jalan Diperkeras dan
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

Jalan Beraspal). Jalan Diperkeras biasanya untuk lalu lintas 50-100 kendaraan
roda 4 perhari dan Jalan Beraspal untuk lalulintas lebih dari 100 kendaraan roda
4 perhari. Adapun jenis lapis perkerasan yang umum dipergunakan dalam
pembangunan jalan adalah :
B. Jalan Diperkeras :
1. Perkerasan Sirtu/ Kerikil
(pasir
campur
batu),
dimana bahan perkerasan
Sirtu terdiri dari campuran
pasir batu yang langsung
diambil dari alam (sungai)
atau campuran antara kerikil ukuran 25cm dengan pasir urug, dihamparkan
pada permukaan jalan tanah yang telah padat. Agregat (Kerikil) perkerasan sirtu
ini harus bebas dari gumpalan lempung, material organik atau lainnya yang tidak
dikehendaki dan harus dipadatkan sehingga dapat menghasilkan lapis
permukaan yang kuat dan stabil. Ketebalan minimum perkerasan Sirtu ini adalah
12-20 cm dan dipadatkan dengan mesin gilas.
2. Perkerasan batu belah (telford), terdiri atas pasir urug, batu belah, batu pengisi
dan batu tepi.
Batu
belah disusun diatas
alas pasir urug dengan
ketebalan
10-15cm.
Badan
jalan
harus
sudah
dipersiapkan
terlebih dahulu sebelum
pasir
dihamparkan.
Perkerasan
Telford
harus bebas dari akar,
rumput atau sampah
dan
kotoran
lain.
Sebelum pasir urug
dihamparkan
terlebih
dahulu dipasang Batu
Pinggir yang ukurannya
lebih besar dan lebih tinggi dari batu belah.
Batu belah yang dipergunakan diperoleh dan batu besar yang dibelah-belah,
sehingga mempunyai permukaan banyak dan kasar dengan tinggi 15-20 cm. Batu
belah dipasang tegak, bagian tumpul di bawah dan yang runcing di atas, dengan
tangan, kemudian dipukul dengan palu. Di atas batu belah kemudian diberi batu
pengisi/batu pengunci berupa batu pecah dengan ukuran 57 cm. Sebagai
langkah terakhir dilakukan pemadatan dengan alat pemadat mesin gilas, stamper
atau timbris.
3. Perkerasan Makadam Ikat Basah (Waterbound Macadam), bahan perkerasan
Makadam terdiri atas agregat kasar/pokok ukuran 2-5cm, agregat pengunci
dengan ukuran 1 2 cm dan pasir penutup.
Perkerasan Makadam Ikat Basah ini menggunakan agregat kasar dengan gradasi
hampir seragam dengan ukuran butir 3-5 cm dengan dipasang setebal kurang
lebih 3/2 dari ukuran butir batu pecah. Diatas lapisan batu pecah ini dipasang
batu pengunci berupa batu pecah dengan ukuraran antara 1-2 cm, kemudian
dilakukan pemadatan dengan mesin gilas, stemper atau timbris. Tebal
perkerasan + 20 cm.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

4. Perkerasan Beton,
dibuat dari bahan semen pasir dan kerikil dengan
perbandingan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerilil/batu pecah atau beton
tumbuk campuran 1 semen : 3 pasir : 5 kerikil/batu pecah ditambah Air
secukupnya. Perkerasan ini dipergunakan untuk jalan lingkungan/ permukiman
atau di daerah yang tanah dasarnya labil, mudah pecah, lembek, pada
turunan/tanjakan dan diatas singkapan batu.
Material pasir dan batu
pecah yang dipergunakan
untuk perkerasan beton ini
harus bersih dari tanah
lempung,
sampah
dan
bahan kotoran, kerikil atau
batu pecah harus dipilih yang keras.
Tebal konstruksi perkerasan beton ini kurang
lebih 10 cm. Pemberian air untuk campuran beton tumbuk ini secukupnya saja.
Untuk membuat lapisan beton, sebelumnya dipasang cetakan untuk membatasi
lebar dan ketebalan yang diinginkan. Adukan beton kemudian dituangkan ke
dalam cetakan dan dipadatkan dengan alat penggetar atau ditusuk-tusuk dengan
kayu, kemudian diratakan. Permukaan dibuat kasar dengan menggunakan sapu
lidi ke arah menyamping. Setiap 1 meter memanjang dibuat alur lebar 1cm dan
dalam 2cm. Setiap 2 meter memanjang diberi pemisah selebar 1cm untuk
membatasi retak memanjang beton. Pemakaian jalan pada perkerasan beton ini
baru dapat dilakukan paling cepat setelah 7 hari terhitung dari selesainya
pengecoran beton;
5. Jalan Paving Blok/Beton Terkunci, lapis perkerasan dari blok beton/paving blok
dengan bahan pengisi celah/pengunci antar blok beton dari pasir. Paving blok
diletakan diatas lapis pondasi jalan yang terlebih dahulu dihamparkan pasir urug
setebal 6-10cm, pada bagian sisi/pinggir perkerasannya diberikan beton
pembatas. Jalan dengan paving blok dapat digunakan didaerah
lingkungan/permukiman.

Mutu blok beton kelas I/II, fc= 27- 37,35 MPA. Tebal paving blok sekitar 6-10cm.
Susunan blok beton yang memilki penguncian paling baik adalah pola Tulangan
Ikan (TI : 90/45 derajat) dan bentuk blok beton tipe A dan tipe C.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

Penggunaan paving blok ini sudah dijumpai secara luas, terutama karena
bermanfaat :
Mudah dalam pemasangan dan pemeliharaannya;
Mudah ketersediaannya, dapat diproduksi baik secara mekanis maupun
manual;
Ukuran paving blok lebih terjamin;
Memperindah lapis permukaan tanah/lingkungan;
Tidak mudah rusak oleh perubahan cuaca;
Antislip bagi kendaraan;
Celah-celah antara paving blok dapat mengalirkan air hujan/air permukaan
kedalam tanah sehingga menjaga keseimbangan air tanah;
Mengurangi kecepatan erosi tanah, khususnya pada tanah yang miring;
Mengurangi kecepatan pengaliran air permukaan;
C. Jalan Beraspal :

6. Lapis
Permukaan
Buras
(Pelaburan
Aspal),
merupakan
hasil
penyiraman/penyomprotan aspal diatas permukaan jalan, kemudian ditabur
dengan pasir dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
7. Lapis Penetrasi (Lapen), dimana bahan perkerasan terdiri dari susunan batu
pokok (3-5cm), batu pengunci (1-2cm) dan batu penutup (pasir) dan campuran
aspal panas sebagai pengikat diantara tiap lapisan dan dipadatkan sebagai lapis
penutup.
8. Lapis Asbuton Agregat (Lasbutag), dimana bahan perkerasan terdiri dari
campuran agregat kasar (batu 3-5cm), agregat halus (batu 2-3cm), bahan
pelunak/peremaja dan aspal buton yang dicampur secara dingin sebagai pengikat
dan dipadatkan sebagai lapis penutup.
Lingkup pekerjaan Pembangunan Jalan Beraspal dibatasi dengan prioritas (1).
Perbaikan jalan beraspal yang telah ada (2). Peningkatan jalan Diperkeras yang telah
ada.
6. Bahu Jalan
Bahu jalan berfungsi sebagai pelindung perkerasan jalan dan sebagai perantara
aliran air hujan yang ada di permukaan jalan menuju saluran tepi jalan. Bahu jalan
juga berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara bagi kendaraan. Bahu jalan
tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan jalan.
Adapun persyaratan teknis untuk bahu jalan, sebagai berikut :
Bahu jalan dibuat disebelah kiri dan sebelah kanan sepanjang jalan, dengan
lebar minimal 50 cm, Lebar standar 1,0 m.
Bahu jalan dibuat dengan kemiringan sedikit lebih miring dari pada kemiringan
permukaan jalan, biasanya 4 - 6 % (sama dengan turun 4 - 6 cm per 1,0 meter
lari), demi kelancaran pembuangan air hujan.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

10

Bahan untuk bahu seharusnya terdiri dari tanah yang dapat meresap air sehingga
pondasi jalan dapat dikeringkan melalui proses perembesan.
Tanah pada bahu jalan harus dipadatkan.
Ada baiknya kalau rumput ditanam di sebelah luar bahu jalan, dimulai sekitar 20
cm dari pinggir. Rumput tersebut akan membantu stabilitas pinggir jalan, tetapi
harus dipangkas secara rutin supaya tidak terlalu tinggi.
Penanaman perdu atau pohon diharapkan diluar bahu jalan (luar saluran, bila
ada). Tanaman tersebut akan membantu stabilitas timbunan baru, tetapi tidak
boleh terlalu dekat dengan jalan.
7. Pemadatan Tanah
Tanah pada bagian galian tidak perlu di padatkan lagi kecuali pernah mengalami
gangguan yang mengakibatkan tanah menjadi kurang padat.
Sebelum kegiatan pemasangan perkerasan jalan, semua daerah timbunan harus
dipadatkan dengan mesin gilas, stemper, atau timbris. Pemadatan ini sangat
membantu menjaga stabillitas dan daya tahan badan jalan. Jalan yang tidak
dipadatkan juga mudah terkikis oleh pengaliran air, dan mudah terkena erosi dan
longsor.
Kadar air harus optimal sebelum dipadatkan. Kadar optimal adalah sedikit basah,
tetapi kalau digenggam tidak ada air mengalir keluar. Tanah biasa yang terlalu basah
tidak dapat dipadatkan. Tanah yang terlalu kering memerlukan tenaga jauh lebih
banyak untuk dipadatkan.
Pemadatan harus secara lapis demi lapis, dengan setiap lapis maksimum 20 cm. Bila
dipadatkan dengan lapisan lebih tebal, bagian dalam kurang padat.
Pemadatan secara mesin
dapat dilaksanakan dengan
stemper atau dengan mesin
gilas yang berukuran 4-6 ton.
Mesin gilas dua ton yang
bergetaran dianggap sama
dengan mesin gilas 4-6 ton.
Mesin gilas 6-8 ton dapat
digunakan apabila dapat
masuk kelokasi. Pemadatan
secara
padat
karya
dilaksanakan dengan timbris.
Untuk daerah dimana tanah dasarnya jelek, maka badan jalan harus diadakan
perkuatan, misalnya dengan cerucuk kayu atau stabilisasi misalnya dengan
semen/kapur.
8. Drainase
Air adalah musuh yang paling besar. Jalan menjadi jelek jika badan jalan tidak cepat
kering sehabis hujan. Jalan menjadi terputus apabila air dibiarkan melintasi
permukaan jalan. Jalan menjadi rusak apabila air dibiarkan mengalir ditengah jalan.
Jalan menjadi bergelombang apabila pondasi jalan tidak kering.
Perbaikan kerusakan akibat masalah di atas cukup mahal dan sulit, tetapi masalah
seperti ini dapat dihindari apabila masalah drainase dipertimbangkan pada waktu
prasurvai. Di tempat tertentu, tidak akan ada masalah drainase. Di tempat lain, jalan
hampir pasti mengalami masalah berat. Pertimbangan yang paling sederhana adalah
sebagai berikut :
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

11

Jalan yang dapat mengikuti punggung


bukit tidak akan mengalami masalah
drainase, karena air tidak perlu melintangi
jalan.
Jalan yang dibuat pada lereng bukit, terpaksa
harus ada galian dan timbunan tanah, selokan
pinggir jalan, talud, gorong gorong dan
sebagainya, dengan biaya konstruksi yang lebih
besar. Kemungkinan terkena erosi dan longsor
lebih besar
Jalan yang dibuat pada daerah cekungan
harus dihindari. Keadaan
seperti
ini
harus dihindari karena masalah drainase
(pembuangan) air. Kemungkinannya jalan tidak bisa dikeringkan.
Ukuran saluran dan perlindungan saluran minimum adalah 50 (dalam) x 30 cm (lebar
dasar) dengan bentuk trapesium. Saluran tidak diperlukan apabila terdapat
kemiringan tanah asli lebih dari 1 % yang membawa air ke arah luar dari jalan.
a). Saluran Samping
Saluran samping diperlukan di sebelah kiri dan kanan badan jalan, kecuali:
Jalan dibuat di punggung bukit, tidak perlu saluran sama sekali.
Jalan dibuat di lereng bukit, tidak perlu saluran di sebelah bawah.
Pada keadaan biasa, setiap saluran harus berukuran minimum 50 cm (h/dalam) x 30
cm (b/lebar dasar) x (B/lebar atas 50 cm), dengan bentuk trapesium. Saluran dibuat
lebih besar apabila diperkiraan debit air yang harus dibuang sangat besar.
Saluran dibuat sejajar dengan jalan,
dan dasar saluran harus dibuat
dengan kemiringan sangat rendah
untuk
mengendalikan
kecepatan
aliran. Kecepatan tinggi menyebabkan
erosi tanah, maka perlu terjunan atau
pasangan apabila terlalu cepat. Tidak
benar jika dasar saluran datar, karena air tidak akan mengalir sama sekali.
Ketinggian dasar saluran harus lebih rendah daripada lapisan pasir yang ada di
bawah batu perkerasan, demi kelancaran proses perembesan dan pengeringan.
Saluran yang peka erosi perlu dilindungi. Perlindungan terdiri dari penguatan talud
dan dasar saluran serta pemberian bangunan drop struktur. Tujuan untuk
perlindungan saluran adalah untuk mengurangi erosi tanah pada saluran supaya
saluran tetap berfungsi dan jalan tidak terkikis.
Jenis perlindungan terdiri dari rumput (gebalan), turap, batu kosong, atau pasangan.
Bronjong dapat digunakan terutama pada tikungan di tanah yang sangat peka
terhadap erosi. Jenis perlindungan dipilih setelah dipertimbangkan:
1) kemiringan saluran dan kecepatan air,
2) jenis tanah (harus yaug peka terhadap erosi),
3) perubahan arah pengaliran pada belokan, dan
4) debit air.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

12

b). Gorong-gorong
Gorong-gorong adalah jenis bangunan pelengkap jalan yang berfungsi untuk
mengalirkan air yang harus lewat di bawah jalan, dan dapat dibuat dari bahan beton,
pas. Batu, kayu dan sebagainya. Gorong-gorong diperlukan:
Di mana sungai kecil atau saluran irigasi melewati jalan.
Di mana kapasitas saluran samping
kurang mampu mengalirkan volume air
yang diperkirakan, dan air harus melewati
jalan untuk dibuang.
Di mana saluran samping memotong jalan
lain pada persimpangan
Di daerah perbukitan, setiap
tempat terendah pada profil
jalan. Kebutuhan ini dapat dilihat
pada gambar ini:
Dasar gorong-gorong dibuat dengan kemiringan 2 % untuk memperlancar aliran air.
Untuk mengurangi aliran alamiah
diganggu, baik didenah maupun di
profil kedua ujung gorong - gorong
mengikuti garis aliran yang alamiah.
Jika garis alamiah tidak diikuti, saluran
dan bak harus dilindungi.
Ukuran gorong-gorong tergantung
debit air yang akan mengalir. Luas
lahan yang dapat dikeringkan goronggorong pipa beton dan gorong-gorong persegi beton diperkirakan sebagai berikut :

Jenis gorong-gorong yang layak untuk jalan desa/kelurahan adalah gorong-gorong:


1) Pipa beton (bulat), dengan ukuran garis tengah 40 cm s.d. 80 cm.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

13

2) Plat beton, yang dibuat dengan fondasi dari pasangan batu dan lantai dari beton
bertulang, berukuran sisi antara 60 cm sampai 1,00 meter. Gorong-gorong plat
beton lebih layak di mana buis beton tidak dapat ditanam cukup dalam.
3) Gorong-gorong persegi kayu, dengan dimensi lebar minimal 0,60 m, lebar
maksimal 1,00 m, dan tinggi minimal 0,60 m (untuk kemudahan pemeliharaan).
Gorong-gorong pipa beton, atau
kayu harus ditanam supaya ada
lapisan tanah di atasnya minimal
30 cm atau setengah ukuran
garis tengahnya, seperti yang
digambar di bawah ini:
Tiap gorong-gorong dilengkapi
bak penampungan air dan bak pembuangan di ujungnya, demi kelancaran pengaliran
air dan untuk mencegah erosi.
Pembuangan air dari semua saluran dan gorong-gorong harus aman dan dipikirkan
untuk mencegah kerusakan akibat pengaliran air yang tidak terkendali. Pembuangan
air dengan aman tetap menjadi tanggung jawab perencana jalan.
Pembuangan yang aman adalah pembuangan yang mengantarkan aliran air ke
sungai atau ke saluran yang mampu mengalirkan volume air tanpa merusak
lingkungannya, terutama lahan petani atau rumah penduduk. Pembuangan tersebut
dapat melalui sebuah saluran baru khusus untuk pembuangan.
Saluran pembuangan dimulai dari gorong-gorong, saluran pinggir jalan yang sudah
melebihi kapasitasnya, atau saluran pinggir jalan yang tidak dapat diteruskan.
Saluran tersebut berhenti pada sungai atau saluran besar yang sudah ada. Tidak
dibatasi panjang saluran pembuangan; panjangnya menurut kebutuhan setempat.
Saluran pembuangan disesuaikan dengan debit air yang terbesar, dengan ukuran
minimal sama dengan ukuran saluran pinggir jalan yang standar (50 x 30 cm).
Saluran pembuangan harus dilindungi seperti saluran-saluran yang lain, dengan
diberi pasangan batu, rumput, terjunan, dan sebagainya untuk mencegah erosi dasar
dan talud saluran.
c). Perlindungan Tebing
Tebing merupakan bagian yang sering menjadi masalah karena longsoran atau erosi
tanah. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperbaiki stabilitas tebing.
Cara tersebut dapat digunakan secara tunggal atau gabungan, misalnya dibuat
saluran diversi, diteras, dan ditanami rumput. Di bawah ini dibahas jenis-jenis
perlindungan yang dapat diterapkan pada tebing.
1) Saluran diversi digunakan untuk menangkap air
yang mengalir dari lereng di atas menuju tebing,
supaya air tidak terbuang melalui tebing. Air
saluran diversi harus dibuang ke tempat yang
lebih aman.
2) Teras bangku sangat layak untuk tebing, asal
lahan dapat dikorbankan untuk membentuk teras
dan jenis tanah dapat dibentuk dengan stabil.
Teras dibuat sejajar dengan kontur (hampir datar,
dengan kemiringan maksimal 2%). Setiap 10 meter lari, air diterjunkan dari
saluran teras ke bawah, dan penerjunan harus diperkuat seperti bangunan terjun
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

14

yang lain. Teras dibuat dengan lebar minimal 50 cm dan tinggi maksimal 1,00
meter.
3) Talud batu kosong dapat disusun pada tebing, tetapi sebelumnya tebing harus
dikepras supaya tidak tegak lurus.
Aliran air permukaan harus dialihkan
dari talud batu kosong melalui
saluran diversi.
4) Talud pasangan batu relatif kuat,
tetapi relatif mahal. Pasangan batu
harus dibuatkan sulingan untuk
membuang air tanah dari belakang
tembok. Ujung suling harus diberi
saringan kecil dari ijuk. Pasangan
batu harus dibuat dengan pondasi
yang kuat, karena pasangan batu tidak fleksibel sama sekali. Ukuran bawah
pasangan batu harus disesuaikan dengan kondisi tanah setempat.
5) Bronjong adalah cara yang kuat dan cukup fleksibel, tetapi relatif mahal. Supaya
posisi bronjong stabil dan tidak lari, dasar bronjong yang paling bawah didukung
dengan tiang pancang, dengan jarak setiap tiang pancang 1-114 m, serta dan
ukuran 12-15 cm, serta dipancang sampai lapisan tanah keras. Bronjong dibuat
lapis demi lapis dan disambung. Setiap lapis (baris) harus dibuat datar (sama
tingginya).
6) Turap kayu/bambu, relatif murah, sebab umumnya merupakan bahan lokal.
Bahan kayu bisa berupa balok atau persegi. Bahan bambu harus yang sudah tua,
beruas pendek dan hanya diambil bagian pangkalnya saja. Turap ini bisa dibuat
pada posisi tegak, dengan tinggi 1,0 hingga 1,5m dengan jarak tiang 0,75 1,00m.
7) Perlakuan Vegetatif, Penanaman bahan-bahan vegetatif untuk menstabilkan
lereng atau mengurangi erosi (murah dan mudah sekaligus memiliki fungsi
estetika).

2. JEMBATAN
Jembatan adalah suatu bangunan konstruksi di atas sungai atau jurang yang digunakan
sebagai prasarana lalu lintas darat.
Tujuan dari pembangunan jembatan di sini adalah untuk sarana penghubung pejalan
kaki atau lalu-lintas kendaraan ringan. Konstruksinya sederhana, dengan
mempertimbangkan sumberdaya setempat (tenaga kerja, material, peralatan, teknologi)
sehingga mampu dilaksanakan oleh masyarakat setempat.
Jembatan yang dibangun dalam program ini adalah jembatan yang melengkapi system
lalulintas ekonomi dan transportasi masyarakat :
9 Jembatan pada jalan desa/kelurahan yang menghubungkan desa/kelurahan dengan
wilayah desa/kelurahan lain sebagai prasarana perhubungan ekonomi dan sosial
masyarakat;
9 Jembatan pada jalan desa/kelurahan yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
ekonomi (seperti pasar, TPI, dll) ke outlet (jalan poros desa/kelurahan/jalan dengan
fungsi yang lebih tinggi/dermaga);

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

15

9 Jembatan
pada
jalan
desa/jalan
lingkungan
yang
menghubungkan
RW/dusun/perkampungan dengan pusat pemerintahan, pusat kegiatan ekonomi,
produksi, outlet;
9 Jembatan pada jalan desa/jalan lingkungan yang menghubungkan desa/kelurahan
dengan pusat kegiatan produksi (seperti pertanian, perkebunan, dll).
Standar teknis jembatan mengacu pada Pedoman Sederhana Pembangunan Jalan dan
Jembatan Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan,
Puslitbang Jalan- Dep. PU Tahun 1996 .
Pembangunan jembatan baik berupa pembangunan baru, peningkatan atau rehabilitasi
Jembatan Kayu, Jembatan Gelagar Besi, Jembatan Beton dan Jembatan Gantung
hendaknya mempertimbangkan kriteria-kriteria, pemilihan Jenis Konstruksi Jembatan
berikut.
Tabel Alternatif Pemilihan Jenis Konstruksi Jembatan
Jenis Konstruksi

Fungsi

Ukuran Konstruksi

Jembatan Kayu

Kendaraan roda 4 beban - Lebar maks. 3,5m


ringan (as tunggal 5 ton)
- Panjang Bentang maks. 6m (dapat
12m dgn pilar ditengah)
Jembatan Gelagar Besi Kendaraan roda 4 beban - Lebar maks. 3,5m
(lantai kayu)
ringan (as tunggal 5 ton)
- Panjang Bentang maks. 12 m
Jembatan Beton
Kendaraan roda 4 beban - Lebar maks. 3,5m
ringan (as tunggal 5 ton)
- Panjang Bentang maks. 6 m
Jembatan Gantung
- Pejalan Kaki
- Lebar maks. 1,5m
- Kendaraan roda 2
- Panjang Bentang maks. 60 m
Untuk bentang yang lebih besar maka desain konstruksi harus mendapat persetujuan
Tenaga Ahli/Konsultan dan Dinas Teknis/PU setempat;
1). Pemilihan Lokasi & Layout Jembatan
Panjang pendek bentang jembatan akan disesuaikan dengan lokasi setempat.
Penentuan bentangnya dipilih yang sangat layak dari beberapa lokasi yang telah
diusulkan. Pemilihan lokasi mempertimbangkan kebutuhan transportasi, persyaratan
teknis dan estetika-arsitektural.
Pertimbangan aspek transportasi berkaitan dengan kelancaran arus lalu lintas
kendaraan dan pejalan kaki. Perencanaan yang kurang tepat terhadap kapasitas lalu
lintas harus dihindari. Selain karena hal itu akan mempengaruhi lebar jembatan juga
pemilihan type/jenis konstruksi jembatannya. Sebagai misal, karena jembatan
dibangun pada jalan yang menghubungkan pusat kegiatan perekonomian
masyarakat maka mungkin lebih diperlukan adalah jembatan beton bukan jembatan
kayu karena pertimbangan perkembangan lalu lintas kedepan.
Persyaratan teknis yang perlu dipertimbangkan, antara lain :
Penentuan geometri struktur, alinemen horisontal dan vertikal, sesuai dengan
lingkungan sekitarnya;
Pemilihan sistem utama jembatan dan posisi lantai/dek;
Penentuan panjang bentang optimum sesuai syarat teknik, arsitektur dan biaya;
Pemilihan elemen-elemen struktur atas dan struktur bawah, terutama tipe pilar
dan pondasi/abutmen;
Pendetailan struktur atas, seperti sandaran, penerangan, lantai, balok jembatan,
perletakan;
Pemilihan bahan yang paling tepat untuk struktur jembatan berdasarkan
pertimbangan struktural dan estetika.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

16

Aspek estetika (pandangan yang sesuai dan harmonis dengan lokasi) jembatan
merupakan salah satu faktor penting pula dipertimbangkan dalam perencanaan,
terutama jembatan yang berada ditengah-tengah kelurahan/desa. Kesesuaian
estetika dan arsitektural akan memberikan nilai lebih kepada jembatan yang
dibangun.
Pertimbangan layout jembatan terhadap topografi setempat :
tempat yang ideal untuk memungkinkan bentang jembatan sangat pendek;
pondasi dapat dibuat sehemat mungkin;
Posisi jembatan tidak berada di tanjakan/turunan jalan dan tikungan sungai;
pada tebing sungai yang tidak terlalu tinggi
Pada sungai yang lurus
Pada tanah keras
Setelah dilakukan layout, selanjutnya dilakukan penyelidikan/survey lokasi :
Untuk mengetahui kondisi fisik lokasi, misalnya keadaan lereng, singkapan batu,
situasi geografis & geologi ketersediaan bahan, alat dan transportasi kelokasi.
Untuk mengetahui kondisi pondasi setempat, termasuk titik-titik pilar pada potongan
melintang sungai, kondisi lapangan yang kurang menguntungkan seperti daerah
patahan geologi, tanah lunak, dll.
2). Pembebanan
Jembatan sederhana untuk lalu lintas ringan volume rendah direncanakan dengan
pembebanan : beban merata 300 kg/m2 dan beban kendaraan ringan roda 4 : as depan
1,5 ton & as belakang 3,5 ton.
3). Syarat minimum ruang bebas
1). Tinggi Jagaan minimum, tinggi bebas minimum terhadap banjir 50 tahunan
direncanakan sebagai berikut :
Kondisi
Daerah Datar
Daerah Perbukitan
Irigasi

Sifat Aliran Air/Sungai


Tenang
Deras
Tenang
Deras
Tenang

Tinggi Jagaan dari


Muka Air Banjir (MAB)
0,6 m
1,0 m
1,0 m
1,5 m
0,5 m

2). Ruang bebas untuk lalu lintas air dibawah jembatan harus disediakan sesuai
kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan (misalnya untuk lalu lintas perahu, dsb).
4). Bangunan Bawah Jembatan
Bagian jembatan yang berfungsi memikul bangunan atas jembatan dan meneruskannya
ketanah, pada umumnya berada di dalam tanah, seperti : kepala jembatan, pilar, pondasi
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

17

dan sayap jembatan. Jembatan untuk kendaraan beban ringan umumnya menggunakan
pondasi langsung, kecuali jika tanahnya lembek/gambut menggunakan tiang pancang
kayu.
a. Pondasi Langsung Pasangan Batu Kali

b. Pondasi Langsung Kayu

c. Pondasi Tiang Pancang Kayu untuk tanah lembek/gambut.


Jika tanahnya lembek/gambut, pondasi jembatan kayu dapat menggunakan tiang
pancang kayu.
9 Kayu yang digunakan harus kayu mutu klas kuat I. Ukuran kayu :
o Ukuran balok kayu persegi 15 x 15 cm s/d 30 x 30 cm
o Ukuran kayu gelondongan/bulat, diameter 24cm s/d 34cm
9 Kedalaman pancang yang disyaratkan minimal 3 m dan maks. 6m
9 Rumus Engineering News, Pemukulan tiang pancang dengan gravitasi :

9 Ujung tiang pancang kayu diruncingkan dan diberi sepatu (kepala tiang pancang),
dipancangkan dengan cara dipukul dengan palu beton berat 80-100kg (ukuran
30x30x50cm), dengan tinggi jatuh 50-100cm;
9 Penghentian pemancangan apabila pada 10 kali pemukulan terakhir dengan
tinggi jatuh 100cm, jumlah penurunan kumulatif 5cm;
9 Penyambungan tiang pancang dengan cara sambungan lidah (memotong kedua
ujung tiang pada ujungnya setebal tebal tiang dengan panjang sambungan
3kali tebal tiang), kemudian diklem dengan plat besi 3cmx0,3cm dan diikat
dengan kawat dia.3mm atau diperkuat dengan paku.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

18

9 Diatas tiang dipasang balok kayu 30x30cm yang menghubungkan 2 tiang


pancang dengan cara diklem dengan plat atau menggunakan paku pengapit dari
besi
beton
6mm.

5). Bangunan
Atas Jembatan
Bangunan jembatan yang langsung memikul beban lalulintas, pada umumnya berada
diatas permukaan tanah, seperti : lantai, balok jembatan, sandaran, perletakan.
a). Jembatan Kayu
Konstruksi bangunan atas terdiri dari gelagar kayu dengan lantai kayu, sedangkan
bangunan bawah bisa pondasi langsung kayu, pasangan batu atau tiang pancang
kayu.
Panjang bentang maksimum 6 meter (untuk satu bentang) dan lokasi memungkinkan
dapat dibuat lebih dari satu bentang dengan menambah pondasi pilar ditengah.
Kayu yang digunakan untuk konstruksi harus dari kayu kualitas baik, minimal kayu
klas 2, seperti meranti merah, kruing, rasamala atau kayu lokal yang kualitasnya
sesuai persyaratan.
Kayu mempunyai beberapa keuntungan :
Kayu relatif ringan, biaya transportasi dan konstruksi lebih murah, dan dapat
dikerjakan dengan peralatan yang sederhana;
Pekerjaan-pekerjaan detail dapat dikerjakan tanpa memerlukan peralatan khusus
dan tenaga ahli tinggi, misalnya pada sambungan cukup dengan menggunakan
bor;
Lantai kayu dapat dipasang tanpa menggunakan besi beton dan begesting
sehingga menghemat biaya;
Kayu tidak mudah dipengaruhi oleh korosi seperti baja/besi dan beton;
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

19

Kayu merupakan bahan yang sangat estetik, bila didesain dengan benar dan
dipadukan dengan lingkungan sekitar.
Kerugiannya antara lain :
Relatif mudah rusak oleh perubahan cuaca, pelapukan dan mudah ditumbuhi
lumut/jamur sehingga kebutuhan pemeliharaan lebih sering dilakukan, biaya
pemeliharaan cukup tinggi disbanding beton/baja;
Kayu menjadi terbatas terutama karena panjangnya terbatas sehingga lebih
cocok hanya untuk jembatan dengan bentang pendek, bila lebih panjang harus
menambah pilar jembatan (biaya mahal);
Ukuran kayu gelagar yang digunakan tidak umum tersedia dipasaran (pesanan
khusus) sehingga menjadi sulit tersedia dan biaya lebih tinggi terutama pada
daerah perkotaan/daerah tidak memiliki kayu;
Lemahnya pengetahuan mutu kayu yang baik, akan cenderung mendorong
masyarakat untuk menggunakan kayu yang tersedia disekitar (local) meskipun
kualitas rendah (pengawasan kualitas bahan harus lebih tinggi);

Tabel Dimensi Gelagar Kayu untuk Jembatan Kayu Lalulintas Ringan

Kayu papan lantai ukuran 8/25 cm;


Sandaran kayu Kaso 5/7 cm dipaku pada balok tepi;
Lintasan Roda Kendaraan, papan 4/30 cm sepanjang jembatan;
Oprit pada pangkal jembatan menggunakan tanah pilihan/sirtu dipadatkan;

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

20

b). Jembatan Gelagar Besi


Konstruksi bangunan atas adalah gelagar besi, lantai kayu sedangkan bangunan
bawah adalah pondasi langsung pasangan batu.
Panjang bentang adalah 6m s/d 15m
Konstruksi jembatan gelagar besi dengan dua perletakan sistem simple beam.
Besi gelagar yang digunakan adalah besi profil I;
Tabel Dimensi Gelagar Kayu untuk Jembatan Kayu Lalulintas Ringan

Penyambungan/ikatan antara gelagar besi dengan balok lantai menggunakan


baut dengan plat siku pengaku dan tidak melubangi sayap besi gelagar
karena akan mengurangi kekuatan strukturnya;
Kayu papan lantai ukuran 8/25 cm, pengikatan dengan 2 baut sekrup
diameter 10mm dan plat pengapit kegelagar jembatan.
Lintasan Roda Kendaraan, papan 4/30 cm sepanjang jembatan;
Sandaran Besi L.40.60.5, L.70.70.7, L.90.150.10mm
Oprit pada pangkal jembatan menggunakan tanah pilihan/sirtu dipadatkan;
Penggunaan jembatan gelagar besi mempunyai beberapa keuntungan dan
kerugian dibandingkan jembatan kayu, diantaranya :
Beberapa keuntungan :
Gelagar besi memberikan kekuatan yang lebih besar dan masa pakai yang
lebih lama dibandingkan kayu;
Gelagar besi memberikan masa pakai yang relative lebih lama dibandingkan
kayu (pemeliharaan lebih ringan dari gelagar kayu);
Lantai kayu dapat dipasang tanpa menggunakan besi beton dan begesting
sehingga menghemat biaya;
Gelagar Besi tersedia dengan ukuran yang lebih panjang dari kayu sehingga
dapat dibangun untuk bentang yang lebih panjang tanpa pilar (tiang tengah),
penghematan biaya pondasi;
Beberapa Kerugian :
Gelagar besi cukup berat dan panjang sehingga memerlukan alat angkut
khusus dan ketersediaan jalan kelokasi yang cukup (biaya transport mahal
bahkan mungkin sulit didatangkan kelokasi yang terpencil);
Pekerjaan konstruksi cukup berat sehingga memerlukan peralatan/tenaga
khusus untuk pemasangan dilapangan, biaya dan pengawasan tinggi;
Pekerjaan-pekerjaan detail dikerjakan memerlukan peralatan khusus dan
tenaga ahli misalnya pada sambungan dengan pengelasan;
Biaya gelagar besi lebih mahal dibandingkan beton dan kayu;
Besi dipengaruhi oleh korosi sehingga pada daerah tertentu perlu
antisipasi/pemeliharaan khusus untuk hal ini;
Ketersediaan dipasaran, khusus didaerah luar jawa masih terbatas, biaya
mahal dan sulit dibangun;

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

21

c). Jembatan Beton


Untuk desain dan konstruksi jembatan beton dapat mengacu pada standar Bina
Marga untuk jalan/jembatan kabupaten, terutama untuk bentang yang lebih
besar/panjang, seperti paket 10m,15m,20m,25m.
Bangunan atas jembatan beton adalah : Balok, lantai, sandaran, kerb dan perletakan
yang semuanya terbuat dari beton bertulang dengan mutu beton struktur, minimum
mutu beton K-225. Sedangkan pondasinya adalah pondasi pasangan batu (meskipun
juga dapat digunakan beton bertulang).
Bentuk umum yang masih cukup sederhana dan ekonomis dari jembatan beton
bertulang ini adalah type slab dan type balok-T cor ditempat dengan bentang 6-8m.
Penggunaan jembatan beton mempunyai beberapa keuntungan dan kerugian
dibandingkan jembatan kayu dan jembatan gelagar baja, diantaranya :
Beberapa keuntungan :
Lantai dan gelagar beton bertulang yang menyatu memberikan kekuatan yang
lebih besar dan masa pakai yang lebih lama dibandingkan gelagar/lantai kayu;
Kebutuhan pemeliharaan seharusnya lebih ringan;
Harga tidak terlalu jauh berbeda dengan kayu dan lebih murah dari gelagar besi;
Dapat dibangun dilokasi yang tidak tersedia kayu dan pengangkutan gelagar besi
sulit, material dan tenaga kerja relative mudah diperoleh didaerah setempat;
Masyarakat mendapat keterampilan baru, yaitu cara menggunakan bahan beton;
Beberapa Kerugian :
Perencana desain dan pelaksanaan (pengawasan) memerlukan tenaga
ahli/berpengalaman dimana terbatas didaerah setempat;
Perlu pengawasan intensif selama pelaksanaan dilapangan sehingga terjamin
kualitasnya;
Perlu keterampilan dan ketelitian tenaga kerja, khususnya pekerjaan beton dan
pembesian agar menjamin kualitas;
Memerlukan perancah untuk bisa mengerjakan beton sehingga ada biaya
tambahan untuk pekerjaan beton;
Sangat peka terhadap penurunan pondasi, maka perlu pondasi yang terjamin
kuat (struktur dan tanahnya);
Lebih sulit dipelihara bila ada kerusakan. Kerusakan sulit diketahui sampai
dengan jembatan ambruk, maka lebih berbahaya;
Tanpa pengawasan yang tinggi, sangat beresiko kegagalan;
Besi/Beton dipengaruhi oleh korosi sehingga pada daerah tertentu perlu
antisipasi/pemeliharaan khusus untuk hal ini;
d). Jembatan Gantung
Konstruksi bangunan atas jembatan gantung berupa : tiang pilon/menara, kabel
utama, kabel pengaku, kabel penggantung dengan lantai dan pagar
pengaman/sandaran. Sedangkan bangunan bawah berupa pondasi dari pasangan
batu/beton.
Konstruksi jembatan gantung lebih cocok untuk bentang yang panjang dengan dasar
sungai yang dalam.
Pada lokasi tebing yang tingginya tidak sama, penentuan bentang jembatan
diusahakan agar kemiringan bentang utama jembatan maksimum 1:20.
Panjang jembatan gantung disini adalah 15-60m dengan perbedaan panjang
kelipatan 5 m. Lebar jembatan 1,5m.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

22

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

23

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

24

3. TAMBATAN PERAHU
Yang dimaksud dengan tambatan perahu adalah tempat untuk mengikat/ menambat
perahu-perahu saat berlabuh.
Terdapat 2 tipe tambatan perahu :
1. Tambatan tepi, digunakan apabila dasar tepi sungai atau pantai cukup dalam,
dibangun searah tepi sungai atau pantai.
2. Tambatan dermaga, digunakan apabila dasar sungai atau pantai cukup landai,
dibangun menjalar ketengah.
Sedangkan dari konstruksinya dibedakan atas :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

25

type 1 lantai, Tipe ini cocok untuk daerah hulu sungai, dimana perbedaan muka air
pasang dan surut tidak terlalu besar;
type 2 lantai, Tipe ini cocok untuk daerah hilir sungai, dimana perbedaan muka air
pasang dan surut cukup besar, karena dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Perencanaan tambatan perahu haruslah merupakan bagian kelengkapan sistem
pelayanan masyarakat, baik sudah ada maupun yang akan direncanakan akan dibangun,
seperti : TPI, dermaga bongkar muat, tempat parkir, gudang dan jalan penghubung ke
permukiman.
Kriteria yang perlu diperhatikan dalam penempatan/pemilihan lokasi tambatan perahu :
Sedapat mungkin ditempat yang strategis sehingga sehingga warga pengguna
mempunya jarak pencapaian yang relatif sama;
Pada sungai/pantai yang lurus / tidak pada bagian berbelok dan tidak terletak
didaerah dengan kondisi erosi yang aktif/besar;
Lalulintas perahu dan kegiatan berada disekitar tamabatan perahu;
Tidak pada pantai yang ombaknya cukup besar (pantai dengan tinggi gelombang
maksimum 40 cm);
Sekitar lokasi harus bersih;
Lokasi untuk penempatan bahan bangunan, tempat kerja dan tambatan perahu harus
tersedia.
Pada lalu linta sungai yang padat dan sempit tidak menggunakan tipe tambatan
dermaga;
Kedalaman tepi sungai/pantai tidak lebih dari 6m.
Persyaratan teknis tambatan perahu :

Tambatan yang digunakan untuk perahu berukuran maksimum panjang 16m, lebar
3m, bobot mati perahu 2 ton.

Kriteria pemilihan jenis konstruksi tambatan perahu

No

Bentuk Tepi
Pantai/Sungai

1.
2.
3.
4.

Landai
Landai
Curam
Curam

Perbedaan Muka Air


Pasang Surut (MAP)

Kurang dari 2 meter


Lebih dari 2 meter
Kurang dari 2 meter
Lebih dari 2 meter

Jenis Konstruksi

Tambatan Dermaga berlantai Satu


Tambatan Dermaga berlantai Dua
Tambatan Tepi berlantai Satu
Tambatan Tepi berlantai Dua

Kekuatan standar untuk tambatan perahu pada beban lantai maksimum 300kg/m2.
Jenis kayu yang yang digunakan untuk tambatan perahu adalah kayu kuat kelas I
dan kayu awet kelas I. Ukuran-ukuran bagian konstruksi tambatan perahu :
No

Jenis Konstruksi

1.

Tiang

2.
3.

Sekur
(menyilang
antar tiang pancang)
Gelagar Melintang

4.

Gelagar Memanjang

5.

Lantai

Ukuran (cm)

Jarak antara maksimal

6 x 12
8 x 12
8 x 15
15 x 15
5 x 10
6 x 12
8 x 12
8 x 15
8 x 12
8 x 15
3 x 20
3 x 30

1, 00 meter
1, 50 meter
1, 75 meter
2, 00 meter
1, 50 meter
2, 00 meter
1, 50 meter
2, 00 meter
1, 50 meter
2, 00 meter
Rapat
Rapat

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

26

Pada tiang pancang bagian luar di pasang balok fender sebagai pengaman terhadap
tumbukan perahu;

Pada bagian tepi papan lantai dipasang patok tambat dari bahan baja ulir dengan
jarak antara patok 2 meter;

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

27

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

28

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

29

1. PEMBUATAN DESAIN/GAMBAR/SPESIFIKASI TEKNIS


Perencanaan teknis prasarana lingkungan yang akan dilaksanakan melalui
bantuan PNPM MP adalah merupakan perencanaan sederhana, namun harus
dapat dipakai untuk menghitung rencana biaya pelaksanaan yang akan
dilaksanakan/dikelola oleh Masyarakat melalui wadah Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) setempat.
Berdasarkan hasil survey teknis prasarana yang telah dilakukan sebelumnya
maka KSM melakukan pembuatan desain dan gambar rencana bangunan
yang akan dibuat, termasuk spesifikasinya.
Sasaran utama dalam tahap desain ini adalah :
Menentukan tingkat pelayanan prasarana sesuai dengan kebutuhan,
seperti : kekuatan, ukuran, dll;
Menghitung dimensi konstruksi sesuai dengan tingkat pelayanannya;
Menyiapkan sketsa hasil perhitungan.
Beberapa hal yang dianjurkan dalam pemilihan jenis konstruksi prasarana :
Mendorong peningkatan keswadayaan masyarakat;
Sedapat mungkin menggunakan konstruksi dan atau teknologi sederhana,
sehingga pembangunan dan pemeliharaannya dapat dilakukan sendiri
oleh masyarakat;
Sebanyak mungkin menggunakan material dan tenaga kerja setempat;
Mudah dalam pengadaan material/alat/tenaga kerja;
Kuat dan tahan lama;
Memberikan manfaat yang paling besar bagi masyarakat;
Dapat dibangun oleh masyarakat dengan harga yang seimbang.
Tidak mempunyai masalah teknis yang sangat berat.
Tidak merusak lingkungan;
Kriteria desain untuk setiap jenis infrastruktur yang direncanakan harus
mengacu pada kriteria desian standar yang dikeluarkan oleh instansi teknis
terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum atau instansi teknis terkait lainnya.
Untuk pelaksanaan PNPM MP ini maka dapat dapat dilihat atau mengacu
pada buku Pedoman Teknis Sederhana Pembangunan Sarana & Prasarana
yang telah diperbanyak ulang oleh PNPM MP. Berikut diuraikan kriteria desain
untuk beberapa jenis infrastruktur yang umum dibangun, antara lain :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

30

4. DRAINASE PERMUKIMAN
Drainase permukiman merupakan sarana atau prasarana dipermukiman untuk
mengalirkan air hujan dari suatu tempat ketempat lain agar lingkungan perumahan bebas
dari genangan air.
Pengembangan permukiman diperkotaan yang demikian pesatnya, mengakibatkan
makin berkurangnya daerah resapan air hujan, karena meningkatnya luas daerah yang
ditutupi oleh perkerasan dan mengakibatkan waktu berkumpulnya air jauh lebih pendek,
berkurangnya kesempatan air hujan untuk berinfiltrasi kedalam tanah, sehingga
akumulasi air hujan yang terkumpul melampaui kapasitas drainase yang ada. Hal ini
sering ditunjukan dengan terjadinya air yang meluap dari saluran drainase bahkan
banjirpun dapat terjadi yang mengganggu aktivitas masyarakat.
Kebutuhan pembangunan drainase permukiman, antara lain:
Berkurangnya kapasitas drainase yang ada atau tidak tersedia drainase yang akan
mengalirkan air permukaan;
Timbulnya genangan air didaerah permukiman;
Ketentuan umum pembangunan drainase permukiman adalah :
Drainase permukiman yang dibangun pada proyek ini harus terintegrasi dengan
sistem/jaringan drainase yang sudah ada
atau harus sampai pada tempat
pembuangan air (saluran drainase/sungai/laut).
Pembangunan drainase diusahakan mengindari perlintasan dengan bangunan yang
telah ada, namun bila terpaksa maka desain dan pelaksanaannya wajib mendapat
persetujuan dari instansi pengelola bangunan tersebut. Misalnya melintasi jalan
kab/provinsi/nasional, irigasi teknis, jaringan/bangunan listrik, telepon, dll.
Prioritas pembangunan drainase dengan urutan : perbaikan/peningkatan drainase
lama karena kapasitas/fungsinya sudah berkurang dan pembangunan baru.
Air hujan yang masuk kesaluran air hujan adalah air hujan yang tidak tercemar dan
bukan air limbah
Jenis drainase disini dapat meliputi saluran air hujan dan sumur resapan di permukiman.
1). Saluran Resapan Air Hujan
Fungsi saluran untuk mengalirkan air hujan ke saluran yang lebih besar/badan air dan
meresapkan sebagian air.
Ukuran saluran ditentukan berdasarkan kapasitas volume air yang akan ditampung (luas
daerah tangkapan) dan intensitas curah hujan 5 tahunan, debit air dan daya resap tanah
(permeabilitas >/= 2cm/jam);
Saluran resapan air hujan ditempatkan dengan luas daerah maksimum 5Ha dengan
sistem pengaliran tersier dan maksimum 25Ha dengan sistem pengaliran tersier dan
sekunder.
Luas area (catchment area) maksimum 5 Hektar
Type Rumah/Luas
Jumlah
Panjang
No
Sistem Pengaliran
Tanah
rumah (unit)
Saluran (m)
1.
T.21/60
150
750
Tersier
2.
T.36/75
120
720
Tersier
3.
T.45/90
100
750
Tersier
4.
T.70/110
28
224
Tersier

No
1.
2.

Luas area (catchment area) maksimum 25 Hektar


Type Rumah/Luas
Jumlah
Panjang
Sistem Pengaliran
Tanah
rumah (unit)
Saluran (m)
T.21/60
750
3.730
Tersier
T.36/75
600
3.600
Tersier

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

31

No
3.
4.

Type Rumah/Luas
Tanah
T.45/90
T.70/110

Jumlah
rumah (unit)
750
140

Panjang
Saluran (m)
3.730
1.120

Sistem Pengaliran
Tersier & Sekunder
Tersier & Sekunder

Sitem saluran dapat terbuka atau tertutup :


Persyaratan saluran terbuka :
o Saluran berbentuk persegi, trapesium, lingkaran dia. minimum 20cm;
o Kemiringan saluran minimum 2%;
o Kedalaman saluran minimum 40cm;
o Bahan bangunan : tanah liat, beton, batu bata, batu kali;
Persyaratan Saluran tertutup :
o Saluran dilengkapi dengan lubang kontrol pada setiap jarak minimal 10meter
dan pada setiap belokan;
o Kemiringan saluran minimum 2%;
o Kedalaman saluran minimum 30cm;
o Bahan bangunan : PVC, tanah liat, beton, batu bata, batu kali;
Saluran air hujan didesain untuk digunakan atau dipakai hanya untuk dilingkungan
permukiman. Beban hidup pada umumnya adalah orang, bila dilalui kendaraan roda
dua (motor) atau roda 4 (mobil) maka saluran tersebut harus ditutup dengan plat
beton bertulang tebal 10-12cm. Saluran air hujan tidak direkomendasikan untuk
pemakaian dipinggir jalan raya yang dapat dilewati oleh kendaraan berat seperti truk,
dll.
a. Saluran tersier tipe I dan II dari beton pracetak berlubang :

Luas penampang (A), type I = 0,16 m2 ; Type II = 0,12 m2


Keliling Basah (O), type I = 1,02 m ; Type II = 0,86 m
Kemiringan saluran type I dan II = 2%
Mutu Beton (K225) atau campuran 1 semen : 2pasir : 3 kerikil
Besi tulangan yang digunakan, Type I : besi diameter 6mm berulir; Type II
besi diameter 6 mm tanpa ulir/polos;
Tebal selimut beton = 25 mm (2,5 cm)
Bahan-bahan yang digunakan adalah semen, kerikil/batu pecah dan pasir
beton;
Untuk kepentingan pemasangan/penanganan maka pada kedua dinding
samping (kiri/kanan) diberi lubang secukupnya.
Setelah pemasangan
dilapangan, lubang ini ditutup/ditambal dengan adukan semen dan pasir.
Sebelum pemasangan model saluran dilapangan, maka dasar galian tanah
dasar saluran harus dipasang pasir urug atau kerikil diameter 1cm setebal 10
cm, diratakan dan dipadatkan;

b. Saluran Tersier dan Sekunder dari Pasangan Bata dan Batu Kali
Saluran dibuat kedap air. Agar saluran dapat meresapkan sebahagian air
hujan kedalam tanah, maka pada jarak tertentu harus diberi sumur resapan
(misalnya saluran hujan tersier dapat diberi sumur resapan setiap jaran 25 m
dan untuk saluran air hujan sekunder dapat diberi sumur resapan setiap jarak
50 meter). Diameter sumur resapan dapat dibuat dengan menyesuaikan lebar
saluran, sedangkan untuk kedalamannya 1 1,5 meter. Sumur resapan
tersebut harus diberi kerikil atau batu pecah sampai pada permukaan sumur
resapan atau bagian dasar saluran, ukuran butir kerikil atau batu pecah 5 10
cm.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

32

2). Sumur Resapan Air Hujan


Sumur Resapan Air Hujan (SRAH) adalah prasarana untuk menampung dan
meresapkan air hujan (bukan air limbah) kedalam tanah. Air hujan yang diresapkan
berasal dari bidang tanah, atap bangunan dan permukaan tanah yang
dikedapkan/perkeras untuk menjaga keseimbangan system tata air dilingkungan dan
menyelamatkan sumberdaya air untuk jangka panjang.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

33

Persyaratan pembangunan SRAH harus mempertimbangkan keamanan bangunan


disekitar (jarak kesumber air 3m, jarak ke pondasi bangunan min. 1m dan tangki
septik min. 5m).
Bentuk SRAH dapat berupa sumur persegi/bulat dan dapat diterapkan pada lahan
datar/pekarangan dengan permukaan air tanah min. 1,5m dari muka tanah dan nilai
permeabilitas tanah min. 2cm/jam.

No
1.
2.
3.
4.

SRAH pada luas area maksimum 5 Hektar


Luas bid. Tadah Minimum SRAH yang
Type Rumah/Luas
Jumlah
tiap rumah
terpasang ditiap
Tanah
rumah (unit)
minimum (m2)
rumah, 80cm
T.21/60
150
18
1 buah
T.36/75
120
27
1 buah
T.45/90
100
32
2 buah
T.70/110
28
47
3 buah

5. PRASARANA AIR BERSIH


Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak. Kualitas Air
minum harus memenuhi standar kualitas air minum yang berlaku, sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan 907/Menkes/SK/VII/2002.
Pembangunan prasarana Air Bersih ini bersifat mendekatkan akses air bersih dan
atau memberikan pelayanan penuh kepada masyarakat, khususnya warga miskin.
Persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam penyusunan perencanaan Sistem
penyediaan air bersih adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya data sumber air baku mencakup kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
2. Perencanaan sistem air bersih harus memenuhi persyaratan teknis air bersih
yang berlaku.
3. Perencanaan sistem harus merupakan karya yang terbaik dan termurah dalam
pembangunan dan operasi & pemeliharaan.
4. Dilakukan oleh masyarakat setempat dengan pendampingan oleh Konsultan
pendamping, terutama pada tahap survai lapangan (data lapangan) dan
penentuan ketersediaan air baku.
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam penyusunan perencanaan sistem
penyediaan air bersih, mencakup :
1). Persyaratan Lokasi
Lokasi yang dapat diusulkan untuk perencanaan sistem air bersih adalah lokasi
yang mempunyai sumber air yang memenuhi syarat kualitas, kuantitas, dan
kontinuitas yang dapat diolah secara sederhana.
Evaluasi Lokasi Mata Air :
1. Hitung Jarak Mata air, jika jarak mata air kedaerah pelayanan memenuhi
ketentuan (kurang dari 6 km), maka mata air dapat dipergunakan;
2. Jika lokasi mata air berada didesa lain atau jalur pipa melalui desa lain, maka
mata air belum dapat dipergunakan, kecuali ada ijin dan kesepakatan
bersama untuk mata air dan jalur yang akan dilalui pipa;

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

34

3. Bandingkan beda tinggi antara mata air dan daerah pelayanan, dapat
dikategorikan sebagai berikut :

4. Tanah Lokasi harus sudah mendapat ijin atau dihibahkan oleh pemiliknya
untuk dimanfaatkan bagi kepentingan umum;
5. Lokasinya bukan didaerah yang terkena banjir;
6. Untuk SGL/SPT, jarak dengan sumber pencemaran air (resapan, tangki
septik/cubluk), galian sampah minimum 15 meter;
2). Pemilihan Sumber Air Baku
Dari masyarakat diperoleh informasi sumber-sumber air baku yang berpotensi.
Sumber air baku (Mata Air, Air Tanah, Air Hujan, Air Permukaan) dipilih yang
berpotensi baik dari segi kualitas, kuantitas maupun kontinuitasnya.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

35

Untuk menetapkan jenis sumber yang akan digunakan, maka dapat digunakan
alat bantu berupa diagram pemilihan teknologi penyediaan air bersih perdesaan.
Diagram ini terdiri atas dua jenis diagram, yaitu diagram untuk jenis sistem yang
dilayani secara perpipaan (Gambar 1A) dan diagram untuk jenis sistem yang
dilayani secara non perpipaan (Gambar 1B).
Berdasarkan jenis sumber yang dapat dimanfaatkan tersebut, maka dipilih jenis
teknologi yang sesuai dengan jenis sumber air baku dan yang layak untuk
diterapkan dengan menggunakan teknologi yang sederhana, serta murah dan
muddah dalam pengoperasian dan perawatan.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

36

Kebutuhan Air
Bersih

4
2

Apakah
Penduduknya
>3000

Apakah ada Mata


Air Gravitasi pada
jarak 5 km dengan
kualitas & kuantitas
Baik ?

Tidak

Konsentrasikan pada
Program Sistem Perpipaan
MA Gravitasi

Ya

Tidak

Ya
3
Masyarakat mampu & mau
membiayai konstruksi
operasi & pemeliharaan
sistem perpipaan?

Tidak

Penelitian untuk
Sistem Non perpipaan

Ya
Penelitian untuk
Sistem Perpipaan

5
Apakah ada mata
air dg debit 5 l/s
dan berjarak < 10
km?

Tidak

Ya
6

7 Apakah potensi
Apakah30 m
lebih tinggi dari
desa?

Ya
Konsentrasikan
pada sistem MA
Gravitasi

Tidak

sumur dalam di
desa ini <5 l/s
?

Ya
Pilih yang paling
ekonomis antara
sistem Mata Air dan
Sumur Bor

8
Tidak

Apakah
Tersedia air
permukaan
sepanjang
tahun?

Tidak

Buat Studi Khusus

Ya
Pilih yang paling ekonomis
antara Saringan Pasir cepat
dan saringan pasir lambat

Catatan :
Kotak No. 5 Debit Mata Air Kualitas Baik
setelah dikurangi pemakaian (Lokal) dan
tersedia sepanjang tahun

Gambar 1 A
Diagram Pemilihan Sumber Air Baku Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan
Sistem Perpipaan

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

37

Kebutuhan
Air Bersih

2
Ya

Penduduknya
>3000

Ya

Apakah Masyarakat
cukup mampu & mau
untuk membantu kons
operasi &
pemeliharaan sistem
perpipaan?

Ya

Penelitian untuk
Sistem perpipaan

Tidak

Tidak

Masyarakat cukup
mampu & mau
membiayai konstruksi
operasi &
pemeliharaan sistem
perpipaan?

Tidak
Penelitian untuk
Sistem Non perpipaan

Masyarakat cukup
mampu 4
& mau
membiayai konstruksi
operasi &
pemeliharaan sistem
perpipaan?

Tidak

5
Adakah Air Tanah
dangkal dengan
kualitas Baik ?

Konsentrasi pada
program sistem
perpipaan
MA Gravitasi

Ya

Ya

Ya

Konsentrasikan pada
program pembuatan &
perbaikan sumur
gali/pantek

Tidak

Adakah MA sekitar
1 km?

Ya

Konsentrasikan pada
program sistem MA
Gravitasi

Tidak
6

Adakah air tanah


dalam kualitas &
kuantitas
baik?

Ya

Konsentrasikan pada
sumur dalam

Tidak
7
Apakah Air Hujan
dengan debit cukup
mudah didapat

Ya

Konsentrasikan pada
PAH

Tidak
8
Apakah Air
Permukaan mudah
diperoleh?

Ya

Konsentrasikan pada
Saringan Rumah
Tangga

Tidak
Konsentrasikan pada
Pelayanan Terminal
(Hidran Umum)

Catatan :
(1) Kotak No 4, 5, 6 : Kualitas Baik &
Kuantitas tersedia sepanjang tahun
(2) Kotak 3, bila dlm pemakaian yg layak

Gambar 1B
Diagram Pemilihan Sumber Air Baku Sistem Penyediaan Air Bersih Perdesaan
Sistem Non Perpipaan

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

38

3). Pengukuran Debit


a. Sumber Mata Air
Secara sederhana cara pengukuran
debit air yang berasal dari Mata Air
dapat dilakukan sebagai berikut :
Siapkan ember kosong dan ukur
terlebih
dahulu
volume/isinya
(dalam liter).
Sumber air dibendung sementara,
lalu buat pancuran air;
Letakan ember kosong dibawah
pancuran air, Catat waktu (dalam detik) mulai air masuk sampai ember penuh;
Hitung Debit Air (dalam liter per detik) dengan cara volume air/isi ember (dalam
liter) dibagi jumlah waktu yang dipergunakan mengisi ember sampai penuh
(dalam detik). Sebagai misal, Isi ember 20 liter, penuh terisi air selama 5 detik
maka debit airnya adalah 20 dibagi 5 sama dengan 4 liter/detik.
Untuk mendapatkan nilai rata-rata debit air, maka lakukan pengukuran tersebut
3-5. Selanjutnya hitung Debit Air rata-rata hasil pengukuran tersebut.
b. Sumber Air Permukaan (Sungai)
Cara pengukuran debit air sungai secara sederhana, seperti dijelaskan pada
bagian berikut ini :
Siapkan alat pelampung (batang pisang atau botol diisi
air) untuk kecepatan permukaan
air sungai.
Siapkan pita ukur
Siapkan
pengukur
waktu
(jam/stopwatch).
Tentukan lokasi pengukuran
pada bagian sungai yang lurus
dan permukaannya relatif datar.
Tentukan jarak pengukuran (50100m).
Tentukan luas penampang aliran
dengan mengukur kedalaman
(tinggi muka air) dikalikan dengan lebar penampang (m2) di daerah
lokasi pengukuran yang telah ditetapkan.
Perhitungan kecepatan aliran air sungai :
Hanyutkan pelampung (batang pisang atau botol diisi air) ke dalam aliran
sungai sampai sebagiannya tenggelam untuk mengetahui waktu tempuh sesuai
dengan jarak yang sudah ditentukan (50-100m). Jarak ini tidak boleh terlalu
besar untuk mencegah agar pengapung tidak menyimpang dari arahnya karena
pengaruh angin. Agar supaya pengapung itu, meempunyai kecepatan sama
dengan kecepatan air maka ia harus dilepas pada jarak 25-40m sebelum titik
awal perhitungan waktu. Waktu yang dibutuhkan oleh pengapung tersebut
untuk melalui jarak tersebut dicatat (dalam detik). Hitung kecepatan aliran
(m/detik) dengan cara membagi jarak pengukuran (m) dengan waktu
pengukuran (detik).
Untuk mendapatkan nilai rata-rata kecepatan air permukaan, maka lakukan
pengukuran tersebut 3-5. Selanjutnya kecepatan rata-rata diperhitungkan sama
dengan 0,8-0,9 kali hasil pengukuran kecepatan permukaan tersebut.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

39

Hitung Debit Air (Q) sungai dengan rumus : Kecepatan Aliran Rata-rata (V)
dikali Luas Penampang Air (A) :

4). Pengukuran Kualitas Air Baku


Pengukuran kualitas air baku dilakukan dilaboratorium, kemudian hasilnya
dibandingkan dengan standar kualitas yang berlaku, sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan 907/Menkes/SK/VII/2002. Secara umum ada beberapa
indikator yang secara visual dapat diukur di lapangan di antaranya:
1. Kekeruhan
Perhatikan kekeruhan bilamana kekeruhan tinggi dalam periode yang lama,
maka sungai dapat dipakai dengan memperhitungkan biaya investasi,
operasi, dan pemeliharaan.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

40

2. Rasa
Tes rasa air, jika rasa air payau atau asin, maka cek hasil laboratorium
terhadap kandungan Klorida, jika hasil laboratorium tidak ada, lihat nilai EC.
Jika nilai EC menunjukkan lebih dari 1.500 micro S/cm, maka ada salinitas, air
tidak dapat dipergunakan sebagai sumber air. (EC Meter adalah salah satu
alat pengukur suhu yang digunakan untuk mengukur daya hantar listrik dan
dapat memberi informasi tentang kadar garam).
3. Warna dan Bau
Periksa warna dan bau air, jika ditemukan warna dan bau, maka penyebab
timbulnya harus diperiksa. Untuk menjamin kualitas air tersebut dapat
digunakan sebagai sumber air.

Untuk bahan yang berbau, berasa, kekeruhan dan berwarna diperlukan


pengolahan air. Pada umumnya air yang berasal dari air permukaan (sungai,
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

41

waduk, embung, saluran irigasi) berwarna keruh sehingga perlu diolah terlebih
dahulu.
a. Saringan (Saringan Pasir Lambat, Saringan Karbon Aktif)
Pengolahan jenis ini dapat dilakukan bila kualitas air mempunyai kondisi :
kondisi air bau tanah dan bau besi;
kondisi air rasa tanah dan rasa besi;
kondisi air terlalu banyak kapur.
b. Bahan Kimia atau Koagulan
Pengolahan air dengan bahan kimia tergolong lebih sulit dan penentuan
pengolahannya harus dilakukan percobaan dan menguji tingkat keasaman air
terlebih dahulu untuk menentukan bahan koagulan. Contoh pengeolahan air
dengan koagulan, yaitu bila air mengandung zat mangaan (Mn) atau zat besi
(Fe) yang biasanya ditandai dengan : Air berwarna kuning setelah ditampung;
kotoran mengumpal dan tidak mudah larut dalam air.

5). Perhitungan Kebutuhan Air

b). Penentuan Jumlah Penduduk (Pemanfaat)


Data jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dipakai untuk menentukan
daerah pelayanan dengan rumus perhitungan adalah sebagai berikut :
1. Cari data jumlah penduduk awal perencanaan.
2. Tentukan nilai prosentase pertambahan penduduk pertahunnya (r).
3. Hitung pertambahan nilai penduduk sampai akhir tahun perencanaan
(misal 5 tahun) dengan menggunakan salah satu metode, misalnya
metode geometrik.

= Po (1 + r )n

Dimana
:
P = jumlah penduduk sampai akhir tahun perencanaan
Po
= jumlah penduduk awal perencanaan
r = prosentase pertambahan penduduk pertahun
n = umur perencanaan

c). Penentuan Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah
diproyeksikan untuk 5 10 tahun mendatang dan kebutuhan rata-rata setiap
pemakai setelah ditambahkan 20 % sebagai faktor kehilangan air
(kebocoran). Kebutuhan total ini dipakai untuk mengecek apakah sumber air
yang dipilih dapat digunakan. Kebutuhan air bersih ini didasarkan atas
pelayanan dengan menggunakan Hidran Umum (HU) dengan perhitungan
sebagai berikut :
1. Hitung kebutuhan air bersih dengan mengkalikan jumlah jiwa yang akan
dilayani sesuai dengan tahun perencanaan (P) dikali kebutuhan air
perorang perhari (q) dikali faktor hari maksimum (fmd = 1,05 1,15).

Q = Pxq
Qmd = Q x fmd

Dimana
:
Qmd = kebutuhan air minimum (liter/hari)
P
= jumlah jiwa yang akan dilayani sesuai tahun perencanaan (jiwa)
q
= kebutuhan air per orang per hari (liter/orang/hari)
fmd
= faktor maksimum ( 1,05-1,15)
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

42

2. Hitung kebutuhan total air bersih (Qt), dengan faktor kehilangan air 20 %
dengan persamaan :

Qt = Qmd x 100/80
3. Bandingkan dengan hasil pengukuran debit sumber air baku apakah dapat
mencukupi atau tidak, jika tidak mencukupi cari alternatif sumber air baku
lain.
6). Penentuan Sistem Penyediaan Air
Sistem penyediaan air minum didasarkan pada :
a) Ketersediaan sumber air baku dengan prioritas air baku dari mata air, air
tanah, air permukaan dan air hujan dengan membandingkan kehandalan
(kualitas, kuantias dan kontnuitas) air baku.
b) Pengolahan air, yaitu pengolahan lengkap atau tidak lengkap, yang
berdasarkan dari hasil pemeriksaan kualitas air baku;
c) Sistem pendistribusian, yaitu gravitasi atau pemompaan;
d) Sistem pelayanan yang berupa sambungan rumah/langsung dan hidran
umum/kran umum.

a). Alternatif Jenis Sarana & Prasarana


Jenis prasarana dan sarana yang diperlukan dalam sistem penyediaan air
bersih/minum sesuai dengan sumber air baku serta sistem pengolahannya
dapat dilihat pada tabel berikut :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

43

b). Kriteria Desain


Kriteria disain untuk setiap sistem penyediaan air minum, pipa transmisi dan
pipa distribusi disajikan dalam tabel-tabel berikut ini :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

44

d). Sistem Pengolahan Air


Dalam menentukan Sistem Pengolahan Air Bersih akan tergantung oleh kualitas
sumber air baku, namun demikian pada umumnya diusahakan harus sederhana,
murah dalam biaya pembangunan dan pemeliharaan serta mudah dalam
pembangunan dan operasional & pemeliharaanya. Berdasarkan pengalaman,
instalasi pengolahan air sederhana yang umum ada dan digunakan diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Bangunan Intake (Penyadap)
Berupa pipa sadap (PVC/GI) yang dihitung dengan formula sebagai berikut :
Dimana :
4Q
= Diameter pipa (m)
=
Q = Debit aliran (m/detik)
v
v = Kecepatan aliran (m/detik)
2. Bangunan Bak Pengumpul :
Volume bak pengumpul

Waktu detensi (td) x Qt

Volume bak pengumpul

Panjang (P) x Lebar (L) x Tinggi (T)

Dimensi bak pengumpul :


Panjang
(P)= (3 - 4) x Lebar (L)
Kedalaman (T)
= 1 1,5 m
3. Bangunan Saringan Pasir Lambat (SPL)
Luas Permukaan (A)

=
=

Qt (m3/dtk)
v filtrasi
P (m) x L(m)

Jumlah unit bangunan SPL minimum = 2 unit,


Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

45

Dimensi SPL :
Panjang (P)
Tinggi media pasir

= (2 - 3) x Lebar (L)
= 0,7 - 1 m

e). Sistem Pendistribuasian


Penyaluran air dapat dilakukan dengan sistem perpipaan gravitasi maupn dengan
cara mekanis/pompa.
a). Penentuan dimensi perpipaan transmisi dan distribusi dapat mengunakan
rumus :
Q
A

=
=

VxA
0,785 x D2

Dimana :
3
Q = Debit Air (m /detik)
V = Kecepatan pengaliran (m/detik)
2
A = Luas Penampang Pipa (m )
D = Diameter pipa (m)
Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan
tinggi dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) medium atau pipa PVC kelas
AW, 8 s/d 10 kg/cm2) atau pipa berdasarkan SNI, seri (10-12,5);
b). Pompa
Hitung Daya Pompa yang diperlukan berdasarkan data total tekanan (head)
yang tersedia dengan rumus :
Q.w.H
Daya Pompa (P)
=
75 .
Dimana :
P = Daya Pompa (tenaga kuda)
Q = Debit Air (m3/detik)
w = Density (kg/cm3)
H = Total Tekanan (m)
= efisiensi pompa (60-75%)

f). Sistem Pelayanan (Bangunan HU/KU)


Bangunan Hidran Umum cara perhitungannya sama dengan bak penampung,
namun umumnya bangunan HU berupa tabung dari fiberglass dengan volumenya
sudah ditetapkan (2 m3 dan 4 m3), mengingat jarak maksimum antara hidran
umum maksimum 200 meter, maka umumnya jumlah HU lebih dari satu.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

46

6. PRASARANA IRIGASI
Irigasi yang dimaksud dalam program ini adalah sebagai berikut :
Irigasi yang dibangun dan dikelola oleh masyarakat kelurahan/desa
Irigasi ini bukan bagian dari irigasi teknis atau irigasi yang telah masuk dalam
inventarisasi DPU Pengairan
Tujuan pembangunan jaringan irigasi perdesaan, yaitu;
Meningkatkan produksi pangan terutama beras.
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan air irigasi.
Meningkatkan intensitas tanam.
Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat dalam pembangunan jaringan
irigasi perdesaan.
Lingkup pekerjaan Pembangunan Jaringan Irigasi sederhana dibatasi dengan
prioritas sebagai berikut :
1. Perbaikan/ rehabilitasi jaringan irigasi yang telah ada.
2. Peningkatan irigasi perdesaan yang telah ada.
3. Pembangunan baru irigasi perdesaan.
Karena proses pelaksanaan pembangunan jaringan irigasi peredesaan (mulai dari
penyuluhan, survai, desain sampai pelaksanaan konstruksi) harus dapat diselesaikan
dalam satu tahun anggaran, maka urutan prioritas ditetapkan sebagai berikut :
1. Diutamakan pekerjaan perbaikan atau rehabilitasi jaringan irigasi yang telah ada,
dan tidak memerlukan kajian teknis yang berat.
2. Pekerjaan peningkatan jaringan irigasi yang telah ada, yang benar-benar
diperlukan.
3. Pembangunan jaringan irigasi baru yang sangat diperlukan.
Meskipun membangun irigasi baru dimungkinkan (sekalipun merupakan prioritas
terakhir), harus dihindari pembangunan bendung baru. Pembangunan bendung baru
memerlukan kajian teknis yang berat seperti: Pengumpulan data hidrologi dan
hidrometri, penyelidikan tanah, dsb. secara akurat dan kajian teknik yang berat, yang
kesemuanya
itu
memerlukan
waktu
panjang.
Maka
sangat
sulit
mempertanggungjawabkannya jika harus membuat bendung sejak persiapan
perencanaan sampai selesai konstruksi hanya dalam waktu satu tahun saja.
Jenis infrastruktur Bangunan Pengairan/Irigasi yang dapat dibangun antara lain :
Embung, Bendung Cerucuk, Bendung Bronjong, Saluran Pembawa & Boks Bagi,
Bangunan Pelindung Pantai Sederhana dgn Turap, Bangunan Penahan Longsoran
Tanah, dll.
Standar Irigasi sederhana mengacu pada Pedoman Teknis Sederhana
Pembangunan Bangunan Pengairan untuk Perdesaan yang diterbitkan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan, Puslitbang Pengairan - Dep. PU Tahun 1995.
Kriteria pembangunan Irigasi yang perlu diperhatikan :
1. Irigasi tidak tercatat dalam buku inventaris PU Pengairan
2. Luas areal irigasi perdesaan maksimum 60-100 Ha
3. Pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan jaringan irigasi perdesaan dilaksanakan
oleh P3A atau kelompok tani.
4. Pembangunan irigasi baru sederhana harus memenuhi ketentuan :
ada sumber air cukup, adanya sawah (tadah hujan);
ada petani, kualitas air memenuhi;
tanah/sawah baik untuk pertanian (padi);
ada pemasaran hasil produksi;
daerah irigasi bukan merupakan daerah banjir rutin,
kapasitas bangunan mampu untuk mengalirkan debit air yang direncanakan,
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

47

pembagian air akan lebih adil/merata.


5. Usulan bendung baru dari pasangan batu atau beton terbatas pada :
panjang bendung maksimum :5 m, sedangkan untuk panjang > 5 m sebaiknya
dikoordinasikan dengan instansi teknis terkait.
tinggi bendung maksimum :
3m
debit banjir rencana
:
30 m/dtk
6. Pembangunan Embung harus memenuhi ketentuan :
Berada didaerah tadah hujan paling luas 100Ha;
Kolam embung berkapsitas maksimum 100.000 M3
Tinggi maksimum tubuh embung 5 m
Pelimpah Tanah, berupa saluran terbuka kapasitas paling besar sama dengan
banjir 50 tahun;
Embng milik masyarakat, dikelola oleh masyarakat dan bukan termasuk
dalam daftar inventarisasi PU;
7. Rehabilitasi Irigasi harus memenuhi ketentuan :
Lingkup Kegiatan :
saluran atau bangunan yang fungsi pelayanan sudah berkurang;
perbaikan saluran talud atau penahan tebing;
perbaikan bangunan terjun, pembagi dan bangunan sadap
Kriteria Kegiatan :
bangunan masih kuat dan akan bertahan lama;
bangunan akan tetap stabil;
kapasitas bangunan akan mampu mengalirkan debit rencana;
mudah dioperasikan petani;
dapat menjamin pembagian air;
melindungi irigasi dari pengaruh alam;
1. Perhitungan Debit Andalan
Debit andalan dihitung 80 % dari debit rata-rata minimum sumber air untuk setiap
2 minggu.
Debit andalan akan rnenentukan luas areal sawah irigasi yang dapat dilayani oleh
sumber air. Luas maksimum area yang dapat dilayani irigasi dapat dihitung
dengan rumus :
A = Qp / IWR
Dirnana :
A
= Maksimum luas area pelayanan irigasi (ha)
Qp
= Debit andalan (m3/det)
IWR = Kebutuhan air irigasi (lt/det/ha)
Untuk irigasi desa IWR = 1.75 lt/det/ha (NWR=1,4 lt/dt/ha), diambilkan dari data
irigasi teknis yang berada dekat den lokasi proyek.
Untuk keperluan perencanaan Bendung pada Irigasi perdesaan perhitungan debit
air tersedia di sungai dapat digunakan cara yang praktis dan sederhana yaitu
dengan cara estimasi/pendekatan berdasarkan tinggi muka sungai :
a) Dengan menanyakan kepada penduduk setempat yang terdekat den lokasi
sungai mengenai keadaan tinggi elevasi muka air pada kea air banjir tertinggi,
muka air normal, muka air rendah(tinggi muk di sungai yang sering terjadi
selama 1 tahun). Informasi ini digun untuk menggambarkan penampang
basah sungai. Untuk menghitung debit andalan digunakan data tinggi air dari
an pengamatan 5-6 bulan.
b) Dalam menghitung debit dibutuhkan data luas tampang melintang kecepatan
air :
Qa = Ar . V
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

48

Dimana :
Qa = Debit air (m3/det)
Ar = Luas penampang basah rata-rata (m2),
V = Kecapatan air (m/det)
Kecepatan air dapat dihitung dengan cara sederhana, yaitu pengukuran
kecepatan air secara langsung dengan menggunakan pelampung (lihat
metode pengukuran debit air baku, perencanaan air bersih).
2. Desain
A. Bangunan Utama
1) Bendung Sederhana
(1) Bendung berfungsi untuk meninggikan permukaan air sungai sesuai
dengan kebutuhan dan membelokkan air ke saluran pembawa sesuai
dengan debit yang dibutuhkan.
(2) Digunakan pada daerah irigasi yang elevasi permukaan sawahnya lebih
tinggi dibanding dengan elevasi permukaan air sungai rendah.
(3) Bendung ditempatkan pada alur sungai yang lurus dan dasar sungai
relative stabil
(4) Panjang bendung tidak lebih dari 0,8 lebar rata-rata dasar sungai.
(5) Bendung sederhana dapat terbuat dari pasangan batu, bronjong dan
cerucuk.
a) Bendung Pasang Batu
(1) Umum
Bendung harus stabil pada kondisi air normal maupun air banjir.
Bendung harus aman terhadap pengaruh gaya geser;
Tanah pondasi harus mampu memikul berat tubuh bendung;
Pondasi Bendung diusahakan ditempatkan di atas batu atau tanah liat,
Untuk pondasi tanah berpasir (pasir) tidak disarankan bendung pasa
batu.
(2) Perencanaan Teknis
(a) Menentukan Elevasi Tinggi Mercu
Menentukan mercu bendung ditentukan oleh muka air rencana bangunan bagi
atau sadap pertama di tambah kemiringan panjang saluran (L x I) dan
kehilangan tinggi energi pada pengambilan (15cm). Sedangkan tinggi muka
air yang diinginkan pada saluran utama ditentukan oleh tinggi muka air yang
diperlukan di sawah yang terjauh dan yang tertinggi elevasinya.
Adapun ilustrasi cara perhitungannya adalah sebagai berikut :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

49

P = A + a + b + m.c + d + n.e + f + g + h + z
P = Muka air yang dibutuhkan di saluran utama
A = Elevasi sawah dengan elevasi yang menentukan
a = lapisan air di sawah 10 cm
b = kehilangan tinggi energi dari sal. kuarter sampai sawah 5 cm
c = kehilangan tinggi energi di boks kuarter 5 cm
d = kehilangan air pada bangunan pembawa di saluran irigasi (I x L)
e = kehilangan tinggi energi di boks bagi tersier 5 cm
f = kehilangan tinggi energi di gorong-gorong 5 cm
g = kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier 5 cm
h = variasi muka air = 0,18h100 (sekitar 0,05 - 0,30 cm)
z = kehilangan tinggi energi di bangunan petak tersier lainnya
m = jumlah boks kuarter di trase tersebut
n = jumlah boks tersier di trase saluran
(b) Panjang Bendung
Panjang bendung tergantung dari pada rata-rata lebar sungai, secara umum
0,8 lebar sungai Dalam hal ini ditentukan panjang bendung maksimum 5.00
m, termasuk lebar pintu penguras.
(c) Lantai Olak dan Mercu Bendung
Untuk disain lantai olak dan mercu bendung memakai metode perhitungan
MDO yang sudah dikembangkan oleh Puslitbang Air
Dalam mendisain bendung perdesaan dengan metode MDO dilakukan
beberapa penyederhanaan, sebagai berikut :
Bentuk mercu bulat dengan jari-jari R1 = 1.00 - 1 50 m
Tubuh bendung bagian hilir dibuat miring 1 : 1
Elevasi lantai olak adalah fungsi dari tinggi muka air di hilir bendung (Ds)
H1 = X1 . Ds
Ds = Elevasi lantai olak dihitung dari puncak mercu
H1 = Tinggi air di hilir bendung
X1 = Parameter 1.50 - 1,80 yang dipengaruhi oleh debit permeter
lebar dan selisih muka air di udik dan di hilir bendung.
(a) Panjang lantai olak (L) adalah fungsi dari kedalaman lantai olak (Ds)
dihitung dari puncak mercu bendung.
L = X2 . Ds
L
= Panjang lantai olak
Ds
=
kedalaman
lantai
olak
dari
puncak
mercu
X2
= parameter 1.00 - 1.20
(b) Jari-jari pertemuan antara bidang miring tubuh bendung dan lantai olak R2
= 1.00-1.50m

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

50

(d) Bangunan pengambilan


Letak bangunan pengambilan diusahakan dekat dengan bendung. As
bangunan pengambilan diusahakan 135 - 180 terhadap as bendung.
Ukuran lobang pengambilan disesuaikan dengan besarnya debit
kebutuhan irigasi. Bangunan pengambilan dilengkapi dengan pintu, lebar
pintu minimum 0,40 cm.
Rumus pengaturan pintu pengambilan :
Dimana : Q = debit (m3/det);
z = kehilangan tinggi
g = grafitass (9,8 m/det2)
A = luas penampang pintu
C = koefisien pengaliran (0,8)
(e) Bangunan penguras
Bangunan
penguras
ditempatkan
dekat
dengan
bangunan
pengambilan;
Bangunan pengaras berfungsi meriguras endapan yang berada didepan
pintu pengambilan.
Bangunan penguras tidak
dilengkapi
dengan
pintu tetapi
dilengkapi dengan balok sekat setinggi mercu bendung. Lobang balok
sekat maksimum 1,20 m.
(f) Perhitungan Debit Banjir Rencana
Debit Banjir Rencana dihitung guna menentukan panjang bendung, tinggi
tembok samping dan penampung sungai di bagian hulu bendung, serta
menentukan kedalaman dan panjang lantat olak.
Dihitung dari bangunan-bangunan air yang terdapat di dalam sungai,
misalnya, bendung dan lain-lain. Rumus Bendung :
Q = m.b.d Vg d
dimana :
Q = debit banjir
b = panjang bendung
d = tinggi peluapan = 2/3 .H
H = tinggi air di atas mercu,
take water depth
m = angka penaliran (1,3-1,35)
g = gravitasi (9,81 m/dt2)

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

51

b) Bendung Bronjong
Bendung bronjong adalah bangunan air sederhana yang sifatnya tidak
permanen, dibuat dari susunan atau tumpukan bronjong kawat diisi batu kali,
melintang sungai yang lebarnya lebih kecil dari 15 m dan berfungsi menaikkan
muka air sungai sehingga air sungai dapat dialirkan ke daerah irigasi tadah
hujan yang akan dikembangkan.
Pada arus surgai yang mengangkut batu. kayu dan air sungai agresif,
bandung bronjong tidak disarankan pemakaiannya.
Perencanaan Teknis Bendung :
Kemiringan bagian hilir bendung 1:1 sampai 1:2dan untuk hulu dengan
kemiringan 1:1.
Ukuran bronjong dapat disesaaikan dengan kebutuhan dengan ketebalan
0,5 m, kawat yang digunakan adaiah kawat yang digalvanis dengan
diameter minimal 3 mm.
Untuk mengurangi bocoran pada bendung bronjong dapat dipakai lapisan
ijuk yang dipasang diantara kotak bronjong. Dengan demikian butir-butir
tanah akan tertahan.
Tinggi bendung maksimum 2,50 m. Panjang lantai 2 - 2,5 tinggi bendung.
Panjang tubuh bendung kurang dari 15 m.
Elevasi mercu bendung direncanakan berdasarkan perhitungan tinggi air
saluran ditambah 20 cm, sebagai kehilangan tinggi pada mercu bendung
karena tubuh bendung terbuat dari bronjong yang lolos air.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

52

c) Bendung Cerucuk
(a) Kriteria :
Luas daerah irigasi maksimum 20 ha;
Pada sekitar rencana lokasi bangunan tidak terdapat sumber batu
(b) Bendung cerucuk sederhana adalah bendung sederhana yang sifatnya
tidak permanen (tidak tahan lama), terbuat dari baris-baris ceruc yang
dipancang melintang sungai yang ditempatkan pada ruas sungai yang
relatif lurus dan dasarnya tidak terlalu keras dengan lebar dasar sungai
tidak lebih dari 10 meter. Debit sungai dalam keadaan banjir maksimum
10 m3/det.
(c) Banyaknya baris cerucuk tidak kurang dari 3 baris dengan jarak antar
baris cerucuk paling lebar 0,50 meter.
(d) Tiap baris cerucuk terdiri dari tiang-tiang yang dipancang secar vertikal
dengan jarak antara tiang paling jauh adalah 1 meter.
(e) Tiap baris cerucuk ditutup dengan dmdmg pemitup yang terdiri dari kayu
yang dipasang mendatar secara rapai satis sama lain agar bahan pengisi
yang diletakkan pada ruang antara baris cerucuk tidak lolos.
(f) Tiap tiang pada baris cerucuk dihubungkan ke tiap tiang pada baris
cerucuk lainnya dengan kayu mendaiar yang diikatkan pada ujung atas
tiang-tiang baris cerucuk dengan tali pengikat agar baris-baris cerucuk
menjadi satu kesatuan yang kokoh.
(g) Ukuran-ukuran :
a. Tinggi bendung paling tinggi adalah 1 m
b. Panjang tubuh bendung paling panjang adalah 10 m
c. Lebar mercu bendung paling pendek adalah 1 m
d. Lebar tepi udik mulut bangunan pengambilan dari sisi udik tubuh
bendung minimal adalah 2 m
e. Panjang lantai hilir paling pendek adalah 3 m
f. Umur bendung paling sedikit 1 tahun
g. Tiang tegak kayu keras (dolken) ukuran + 12 cm
h. Bambu mendatar ukuran + 12 cm

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

53

SAYAP BENDUNG

1) Sayap bendung terdiri dari tiang-tiang cerucuk yang dipancang tegak


secara rapat satu sama lain pada pertemuan dasar sungai dengan tebing
sungai.
KONSTRUKSI SAYAP BENDUNG CERUCUK

2) Pada bagian belakang sayap diperkuat dengan kayu/bambu mendatar


yang diikatkan pada tiang-tiang sayap dengan tali pengikat dan diberi
tiang penunjang agar sayap menjadi satu kesatuan yang kokoh. Jumlah
baris penguat sayap paling sedikit 2 baris dan jarak tiang-tiang penunjang
paling panjang 1 m
3) Panjang sayap bagian udik yang sejajar tebing sungai dibuat paling
sampai ke tepi udik mulut bangunan pengambilan (intake) yang
selanjutnya sayap dibuat miring dengan sudut 45 .

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

54

4) Panjang sayap hilir yang sejajar dengan tebing sungai dibuat paling sedikit
sampai ke ujung lantai hilir, kemudian sayap dibuat miring, sudut 45 .
5) Rongga antara tebing sungai dengan sayap bendung ditimbun dengan
tanah yang sedikit dipadatkan
LANTAI BENDUNG
Lantai hilir bendung terbuat dari hamparan bahan pengisi yang berupa batu
kali 15 30 cm anyaman bambu. Guna lantai hilir adalah untuk menahan
gerusan air yang jatuh di hilir bendung.

(h) Bahan yang digunakan untuk bendung cerucuk ini diusahakan bahan
setempat yang mudah diperoleh.
Kayu dolken/bambu tua diameter sekurang-kurangnya 12cm, yang
digunakan adalah jenis keras. Tali sebaiknya dari bahan yang tahan
lapuk (tali ijuk, plastik).
Pengisi tubuh bendung dari bahan batu kali, tanah;
Lantai Hilir dari bahan batu kali diameter 15-30cm dan anyaman
bambu gelondongan;
Tali pengikat dari tali plastik, tambang ijuk, kawat.
2) Pengambilan Bebas
a) Bangunan ini tidak memerlukan bangunan melintang sungai untuk
membelokkan air ke saluran pembawa.
b) Bangunan ini ditempatkan pada akhir belokan luar sungai untuk
menghindari masuknya sedimen.
c) Jika pada sungai yang lurus, pengambilan dilengkapi pengarah arus.
Pengarah arus dibuat secara semi permanen dari bronjong atau
cerucuk bambu, dolken dengan menyesuaikan dengan konstruksi
bangunan pengambilan bebas dan sumber material yang ada.
d) Bangunan ini biasa dipakai di daerah pegunungan yang kemiringan
dasar sungainya cukup curam dan dasar sungainya cukup stabil.
e) Elevasi muka air pada saat debit minimum rata-rata mempunyai
tekanan yang cukup untuk mengairi lahan yang direncanakan.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

55

f)

Bangunan pengambilan dibuat permanen dengan pembatas debit dan


dilengkapi dengan pintu.
g) Konstruksi bangunan pengambilan bebas dapat dibuat dari pasangan
batu kali atau cerucuk bambu, dolken.
h) Pengambilan bebas, tinggi elevasi lantai pengambilan berada 10 cm
dibawah muka air terendah atau 50 cm diatas dasar sungai.
3) Waduk/Embung
(1) Pada umumnya bangunan waduk/embung berfungsi untuk menampung
air hujan dan digunakan untuk irigasi air minum dan lain-lain.
(2) Waduk/embung dibuat pada daerah cekung atau pada alur sungai kecil
yang memungkinkan untuk menjadi penampung air.
(3) Dipilih pada daerah yang berjenis tanah tidak porous (lolos air).
(4) Tubuh tanggul waduk/embung pada umumnya dibuat dari timbunan tanah
pudel, bangunan intake dan pelimpah dibuat dari pasangan batu yang
ditempatkan pada tanah asli.
(5) Bila terjadi bocoran pada tanggul, maka diatasi dengan cara :
o Menebalkan tanggul bagian luar
o Membuat inti lapisan kedap air
o Dibuat pasangan batu atau diberi lapisan kedap air di bagian dalam
tanggul
o Membuat drain filter di kaki tanggul luar dari pasangan batu kosong atau
bronjong.
(6) Stabilitas tanggul diperhitungkan terhadap : Rembesan, Stabilitas lereng
dan penurunan.
(7) Untuk keperluan air irigasi perlu dibuat bangunan pengambilan.
(8) Disain Teknis :
- Pembuatan peta situasi genangan maupun lokasi bangunan embung
dilaksana dengan alat optik atau pipa (slang) plastik.
- Daya dukung tanah pondasi minimum 1 kg/cm2 (1 ton/m2)
- Koefisien rembesan maksimum K < 10 -5 m/det.
- Kemiringan badan embung, minimum hilir =1:3, hulu = 1: 3,5.
- Tinggi embung > 3 m dibuat berem selebar 2 m
- Lebar puncak embung minimum 4,00 m
- Bila lapisan kedap air berada < 2,00 m dari dasar tanah pondasi dibuat
paritan (cut off) lebar paritan 2,00 m.
- Tinggi jagaan minimum 1,00 pada tinggi air minimal
4) Mata Air
a) Sumber air ini berfungsi sebagai sumber air utama atau sebagai suplesi.
b) Untuk mata air ini biasanya dibuatkan bangunan penampung air, dialirkan
ke jaringan irigasi, melalui bangunan pengambilan yang dapat diatur.
c) Konstruksi bangunan penampung air dibuat dari pasangan batu.
d) Apabila diperlukan dibuat bangunan pelimpah untuk membuang limpahan
(over topping).
Catalan : Dalam menentukan elevasi dasar bangunan pengambilan
harus hati-hati agar mata air nantinya tidak berpidah atau mati.
5) Air Tanah
a) Air tanah adalah air yang berada pada lapisan bagian bawah tanah.
b) Kandungan air tanah terdapat pada lapisan tanah yang terbentuk dari
bahan-bahan tanah berpasir dan kerikil.
c) Lapisan tanah yang mengandung air tanah biasanya dibatasi oleh :
o Bagian bawah dengan lapisan kedap air
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

56

o Bagian atas muka air tanah berhubungan dengan atmosfir


d) Air tanah terdapat di daerah cekungan atau di daerah datar dekat pantai;
e) Pemanfaatan dan syarat-syarat :
o Letak air tanah tidak lebih dari 2.00 m dari permukaan tanah.
o Dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga dan pertanian.
o Pemanfaatan untuk pertanian terbatas pada tanaman palawija dan
sayuran.
f) Disain Teknik :
o Cara mengumpulkan air tanah dilakukan dengan membuat sumur gali
yang dapat diperkuat dengan pipa beton 0,80 - 1.00 m atau
pasangan batu/batu bata.
o Kedalaman air dalam sumur 1.50 - 2.00 m.
o Pada tanah yang banyak mengandung pasir disarankan pada dasar
sumur di beri lapisan ijuk yang diberi pemberat batu.
o Untuk menaikkan air dapat dilakukan dengan : Pompa air mekanis
(pompa dragon), ditimba, system senggot (jawa)
B. Saluran Pembawa, Alat Ukur Debit dan Bangunan Penguras Saluran
1) Saluran Pembawa
Untuk pengaliran air irigasi diperlukan saluran pembawa. Kapasitas saluran irigasi
ditentukan oleh kebutuhan air irigasi sehingga perencanaan saluran harus
diperhitungkan dengan biaya murah, pemeliharaan paling rendah, serta aman
terhadap erosi dan sedimentasi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas
yang paling umum dibuat adalah saluran berbentuk trapesium
a) Pemilihan jenis saluran hendaknya mempertimbangkan
Fungsi jaringan irigasi dengan kondisi fisik dalam keadaan baik
Saluran lama yang ada
Biaya pemeliharaan murah
Pengoperasian mudah "
Aspirasi atau tradisi masyarakat setempat.
b) Perencanaan Saluran
Saluran pembawa dapat berupa saluran tanah, pasangan batu atau beton.
(1) Kapasitas rencana saluran dihitung berdasarkan kebutuhan air irigasi dengan
memperhatikan faktor efisiensi dan dimensi saluran yang ada.
(2) Saluran pembawa juga harus mempertimbangkan debit air hujan yang masuk.
(3) Saluran pasangan hanya digunakan pada tempat-tempat yang porous (tanah
berongga) sedangkan pada tempat-tempat rawan dapat dibuat saluran
tertutup.
(4) Kriteria perencanaan saluran :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

57

(5) Untuk perencanaan aliran saluran digunakan rumus Strickler :

Dimana :
Q = debit saluran (m3/dt)
I = kemiringan saluran
V = kecepatan aliran (m/dt)
K = koefisien kekasaran (m1/3/dt)
R = jari-jari hidrolis (m)
w = tinggi jagaan tanggul (m)
A = luas potongan melintang basah(m2)
b = lebar dasar saluran (m)
P = keliling basah(m)
h = tinggi air (m)
m = kemiringan talut (1 vertical : m horizontal)

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

58

2) Alat Ukur Debit


a) Kriteria
Saluran dengan dimensi debit > 0.100 m3/dt
Ditempatkan pada saluran utama 5-10 m dihilir bangunan pengambilan.
Ditempatkan pada saluran utama yang lurus, guna mendapatkan aliran air
yang teratur
b) Disain
Alat ukur debit berupa bangunan berbentuk ambang rata segi empas
Rumus debit pengaliran Q= 1,71 .b.h 3/2
Lebar ambang dibuat sama dengan lebar dasar saluran
Papan ukur ketinggian air pasang pada jarak 1.20 m dari ambang
hulu. Papan ukur dapat dibuat dari plesteran yang diberi tanda setia
Alat
Ukur
Debit
Ambang Datar
Gambar disain seperti
gambar dibawah ini:

3) Bangunan Penguras
Saluran
Bangunan penguras yang dimaksud disini adalah bangunan penguras endapan
yang terdapat pada saluran utama.
a) Kriteria
Dimensi saluran untuk debit minimum Q = 0.100 m3/det
Dipasang pada jarak < 5.00 m dari bangunan pengambilan
Lokasi bangunan penguras (saluran utama) berdekatan dengan sungai
atau saluran pembuang yang berfungsi tempat pembuang endapan
Panjang saluran penguras yang menghubungkan bangunan penguras dan
saluran pembuang maksimum 25.00 m
Konstruksi bangunan penguras tidak dilengkapi dengan pintu, tetapi
dilengkapi balok sekat. Panjang balok sekat maksimum 0.80 m
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

59

b) Disain
Tidak diperlukan kolam pengendapan sedimen
Perbedaan elevasi dasar saluran pembawa dan saluran pembuang atau
sungai minimum 1.50 m
Disain bangunan penguras seperti pada gambar dibawah ini.

C. Saluran Pembuang
1) Berfungsi untuk membuang kelebihan air hujan dan irigasi yang telah di pada
lahan sawah.
2) Saluran pembuang direncana di tempat-tempat yang rendah.
3) Saluran pembuang dapat berupa, saluran tanah atau pasangan batu.
4) Debit drainase rencana dari sawah di petak tersier dihitung dengan rumus

Qd = f. Dm. A
dimana : Qd = debit rencana;
f = faktor pengurangan (reduksi) daerah yang dibuang airnya
(1 untuk petak tersier).
Dm = Modulus pembuang (Idt/ha)
A = Luas daerah yang dibuang airnya (ha)

Jika data tidak tersedia dapat dipakai debit min. rencana 56 l/dt/ha.
5) Untuk perencanaan aliran saluran digunakan rumus Strickler (seperti pada
pembawa):

V = K. R2/3 . I 1 7 2

6) Kriteria perencanaan saluran pembuang utama, tersier dan kuarter untuk tanpa
pasangan :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

60

Kecepatan rencana sebaiknya


maksimum yang diijinkan.

diambil

sama

atau

mendekati kecepatan

D. Bangunan Bagi, Bangunan Sadap


1) Bangunan Bagi atau Boks Pembagi
a) Bangunan bagi berfungsi untuk membagi air dari saluran primer ke saluran
sekunder atau dari saluran sekunder ke saluran tertier. Boks pembagi
berfungsi untuk membagi air dari saluran tersier kesaluran kuarter
b) Bangunan bagi atau boks pembagi ditempatkan di lokasi yang sesuai dengan
hasil kesepakatan dalam diskusi perencanaan petani.
c) Pembagian air dalam bangunan bagi hendaknya dibuat secara proporsional
dengan jenis pengaliran yang sama (pengaliran sempurna). Hal ini dapat
dicapai
dengan
merencanakan
elevasi ambang dan
bentuk
ambang
dibuat
sama.
Bangunan bagi dapat
dilengkapi
dengan
pintu
sorong
sederhana
yang
terbuat dari baja,
sedangkan
untuk
bangunan
boks
pembagi
cukup
dengan balok sekat.
d) Perencanaan teknis :
(1) Lebar
bukaan
lubang
pembagian
berbanding lurus
terhadap
luas
areal yang diairi
dengan
elevasi
ambang
yang
sama
serta
diusahakan tidak terlalu tinggi.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

61

(2) Ditinjau dari banyak dan arah pembagiannya ada tiga macam bangunan
bagi atau boks pembagi (Gambar a, b dan c).
(3) Rumus pengaliran melewati ambang:
Aliran sempurna : Q = 1,71 b.h 3/2
h(m)
0.05
0.10
0 15
0.20
0.25
0.30

b=0.3

0.35

Q = Discharge(m3/dt)
0.40 0.45 0.50 0.55 0.60

0.006
0.016
0.030
0.046
0.064
0.084

0007
0.019
0.035
0.054
0.075
0.098

0.008
0.022
0.040
0,061
0.086
0.112

0.009
0.024
0.045
0.069
0.096
0.126

0.010
0.027
0.050
0.076
0.107
0.140

0.011
0.030
0.055
0.084
0.118
0.155

0.011
0.032
0.060
0.092
0.128
0.169

0.65

0.70

0.012
0.035
0.065
0.099
0.139
0.183

0.013
0.038
0.070
0.107
0.150
0.197

2) Bangunan Sadap/Corongan
Bangunan Sadap/Corongan dibangun untuk menyadap air langsung dari Saluran
Pembawa Utama ke petak sawah yang luasnya 5 - 10 ha.
a) Bangunan Sadap/Corongan Type ini untuk menyadap air langsung dari
Saluran Pembawa Utama untuk areal 5 - 10 ha ke sebelah kiri atau kanan
saluran tanpa melalui boks pembagi.
b) Penyadapan dengan pipa beton atau pipa PVC 75 mm untuk areal 5 - 7ha
dan dengan pipa beton atau pipa PVC 100 mm untuk areal 8-12,50 ha.
c) Pintu Sadap/Corongan dapat dilengkapi dengan lubang balok sekat
d) Bangunan Sadap dapat dikombinasikan dengan bangunan boks pada bagian
ujung keluaran (outlet). Gambar a dan b.

E. Bangunan Pembawa
1). Bangunan Terjun
a) Bangunan terjun type ini adalah bangunan terjun dengan tembok tegak lurus
atau dengan kemiringan 1 : 5 seperti (Gambar 16) yang digunakan bila t inggi
terjun, Hmax (A - B) = 1,50 m. Apa bila terjadi tinggi terjun H > 1 50 m, maka
digunakan 2 buah bangunan terjun.
b) Syarat-syarat perhitungan untuk Bangunan Terjun Type ini secara praktis
dapat didasarkan pada :
Lebar atas tembok penahan 0,30 m dan lebar bawah diambil 0,47 H.
Panjang ruang olakan Lb = 4 - 6h (h = tinggi air di saluran)
Panjang sayap hulu dan hilir bervariasi disesuaikan dengan tinggi air dan
keadaan tanah.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

62

2). Gorong-gorong Pembawa


a) Gorong-gorong Pembawa berfungsi untuk menyeberangkan saluran bila
terpaksa memotong jalan.
b) Gorong2 yang menyilang jalan, timbunan tanah diatas gorong2 min. 0,50 m.
c) Prinsip hitungan hidrolis air masuk gorong-gorong pada inlet adalah bebas
(freeflow), sehingga ukuran pipa/gorong-gorong diambil agak besar dengan
kemiringan dasar pipa mengikuti saluran irigasi.
d) Dengan pengaliran bebas (freeflowtype) biasanya ketinggian air diambil
h = 0,80 (dari Supplemental to Guidelines No. 7, Design o and Kecil Project)
A=0.6736 D2, R=0.3042 D
D (m)

A (m2)

R 2/3

0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0

0.108
0.168
0.242
0.330
0.431
0.546
0.674

0.122
0.152
0.183
0.213
0.243
0274
0.304

0.246
0.285
0.322
0.357
0390
0.422
0.452

Discharge (m3/dt)
V=0.5
V=1.0
V=1.5
0.054
0.084
0.121
0.165
0.216
0.273
0.337

0.122
0.152
0.183
0.213
0.243
0.274
0.304

0.368
0.427
0.483
0.535
0.585
0.632
0.678

e) Dengan
pertimbangan
diatas
maka
diambil
besarnya diameter pipa.
D = b + 0.8 h
D = Diameter pipa (m)
B = Lebar saluran (m)
H = Tinggi air (m)
3). Gorong-gorong Pembuang
a) Untuk gorong-gorong pembuang aliran masuk pada inlet adalah full pressure,
sehingga tinggi air (h) sama dengan diameter pipa (D).
b) Gorong-gorong pembuang diganakan untuk melintas Saluran Pembuang
(Drainase) di bawah Saluran
Irigasi.
c) Untuk mencegah bocoran air
saluran pembawa masuk
kedalam saluran pembuang
maka
pada
saluran
pembawa diberi pasangan
talud. Panjang pasangan
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

63

talud (L) minimum = 6-8, tinggi tanah antara dasar pasangan talud saluran
dan pipa.
Q = Ap x Vo
Ap = 1/4 .D2, P = .D
R = Ap / P = 1/ .D2/ .D = 1/4 D
I = ( n. Vo / R2/3 )2
Dimana :
Q = Debit Saluran Pembuang (m3/dt)
Ap = Luas penampang basah pipa (m2)
D = Diameter pipa (m);
P = Keliling basah aliran dalam pipa (m)
R = Jari-jari hidrolis (m);
I = Kemiringan pipa;
Vo = Kecepatan aliran dalam pipa;
Untuk Vo rencana diambil minimum = 1,50 m/dt; n = 0.0167 atau K = 60
Vo = 1, 5
D (m)

Ap (m2)

R2/3

0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0

0.126
0.196
0.283
0.385
0.502
0.636
0.785

0.100
0.125
0.150
0.175
0.200
0.225
0.250

0.215
0.250
0.282
0.313
0.342
0.370
0.397

0.0135
0.0100
0.0078
0.0064
0.0053
0.0046
0.0040

Q
(m3/dt)
0.188
0.294
0.424
0.577
0.754
0.954
1.178

4). Jembatan & Talang


a) Untuk penyeberangan jalan terhadap saluran, apabila lebar dasar lebih besar
daripada 1,20 meter dapat dibangun Jembatan Pelat Beton. Perhitungan tebal
plat dan pembesiannya sesuai dengan standar teknis jembatan beton
bertulang.
b) Untuk menyeberangkan saluran irigasi di atas sungai atau melewati lembah
yang tidak terlalu lebar digunakan talang dari pipa besi. Untuk bentang diatas
4m harus dipasang tiang/pilar ditengah.
Perhitungan hidrolis untuk Talang Pipa Besi dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus-rumus aliran melalui pipa dengan kondisi tekanan
penuh (full pressure condition);

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

64

Untuk menghitung tinggi tekanan hilang/head


digunakan formula-formula seperti berikut :

losses (tt)

dapat

h = (fo + fi + hf) (Vp2/2g)


Dimana :
h : Tinggi tekanan hilang (m)
L : Panjang pipa (m)
D : Diameter pipa (m)
Vp : Kec. air dalam pipa (m/dt)
n : Koef. gesekan (sesuai bahan,
untuk besi = 0,014285)

D
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0

fo : Koefisien peralihan outlet (0,70-1,00)


fi : Koefisien peralihan inlet (0,40 - 0,50)
f = (124,60 . n2)/D1/3, untuk pipa bulat
f = (19,60 . n2)/R1/3, untuk boks
hf : kehilangan tekanan akibat gesekan
= f. L / D

Vp= 1.0 m/dt. L=10m, fo=1.0, fi=0.5


A
f
hf
0.126
0.047
1.174
0.196
0.044
0.872
0.283
0.041
0.684
0.385
0.039
0.557
0.502
0.037
0.466
0.636
0.036
0.398
0.785
0.035
0.346

h
0.13
0.12
0.11
0.10
0.1W
0.09
0.09

c) Talang beton, bentuk talang beton bertulang yang biasanya digunakan


berbentuk segi empat
Perhitungan hidrolis digunakan formula-formula :
Q = A x Vt, Vt = 1/n . R 2/3. I 1/2 > 1,50 m/dt
R = A/P, A = b x h, P = b + 2 h
Dimana :
Q = Debit air lewat talang (m3/dt)
R = Jari-jari hidrolis (m)
A = Luas tampang basah (m2)
P = Keliling basah (m)
Vt = Kec. air lewat talang (m/dt)
I = Kemiringan dasar talang
n = Koefisien kekarasan bahan; untuk beton diambil n = 0,0154 or K = 65

Vt=1.5m/dt, b = h
b
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7

h
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7

A
0.090
0.160
0.250
0.360
0.490

P
0.900
1.200
1.500
1.800
2.100

R
0.1000
0.1333
0,1667
0.2000
0.2333

R2/3
0.2154
0.2610
0.3029
0.3420
0.3790

I1/2
0.1071
0.0884
0.0762
0.0675
0.0609

I
0.0115
0.0078
0.0058
0,0046
0.0037

Q
0.135
0.240
0.375
0.540
0.735

Agar dimensi talang ekonomis, maka kecepatan air yang lewat di atas
talang, Vt, ditetapkan minimum 1,50 m/dt dan tinggi tekanan hilang, z =
0,15 meter.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

65

F. Bangunan
ngunan Lainnya
1) Krib pengarah aliran
Krib pengarah aliran berguna untuk mengarahkan aliran air agar dapat
dengan mudah masuk kedalam pintu pengambilan (bebas)
Krib pengarah aliran berguna untuk meluruskan aliran pada lokasi sungai
yang berbelok-belok.
Krib dapat dipasang tegak lurus aliran, miring searah aliran atau miring
mengongsong arah aliran.
Perencanaan krib pada sungai-sungai besar perm diadakan
survai morpologi sungai.
Bangunan krib dapat terbuat dari bronjong cerucuk kayu atau bambu,
Pangkal krib dibuat setinggi rata-rata tinggi muka banjir sepai panjang
krib.
Panjang krib tidak lebih dari 1/3 lebar sungai.
2). Penahan Talud Saluran
Penahan talud saluran ini umumnya dipasang pada daerah :
Tanah porous
Melewati perumahan/kampung
Belahan
Lereng
Bentuk-bentuk talud diberikan sesuai type saluran, seperti contoh berikut :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

66

3). Penahan Tebing Sungai


Disamping penahan tebing saluran, kadang-kadang perlu juga dibangun
konstruksi Penahan Tebing Sungai. Konstruksi ini terjadi karena saluran irigasi
berada dilereng tebing dan sejajar dengan sungai. Bila Konstruksi penahan tebing
dibuat dari pasangan batu kali, ukuran untuk tebal pasangan atas cukup 0,25 kali
tinggi (H) sedangkan tebal pasangan bawah 0,47 kali H.

G. Pintu Air Sederhana


Pintu air sederhana (pintu sorong sederhana) untuk melengkapi bangunan
bagi, berfungsi untuk mengatur tinggi muka air dibagian hulu dan
menguruangi/mencegah (dengan cara menutup pintu) air yang berlebihan
masuk kedalam saluran. Pintu sorong sederhana (tanpa stank ulir)
mempunyai sistem kerja yang hanya buka dan tutup saja.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

67

Untuk menentukan bukaan pintu berdasarkan debit air yang dikehendaki


(petani) dapat menggunakan table berikut.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

68

7. PRASARANA MANDI, CUCI, KAKUS


1). Ketentuan Umum
1. MCK Komunal yang dibangun merupakan kebutuhan bagi warga miskin dan
warga pengguna bersedia untuk memelihara.
2. Sumber air di MCK harus terjamin (tersedia dalam 24 jam), kualitas (air bersih)
dan kuantitasnya agar prasarana MCK dapat berfungsi dengan baik;
3. Lokasi dan waktu tempuh dari rumah warga pemanfaat adalah 2 menit (jarak
kurang/lebih 100m) dan luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah
3Ha.
4. Limbah MCK harus dikontrol dengan baik sehingga tidak mengganggu dan
mencemari lingkungan. Resapan dan saluran pembuangan harus lancar dan
tidak meresap ke sumur disekitarnya.
5. Bangunannya sederhana, sesuai dengan standar teknis yang berlaku dan
mempertimbangkan budaya setempat;
6. Keperluan wanita dan laki-laki terpisah dan kapasitas satu unit MCK sebagai
berikut.

2). Bagian-bagian MCK


1) Sumber Air
Sumber air MCK harus memenuhi syarat air bersih :

Kualitas air tidak berasa, berbau, berwarna dan tidak pula keruh;
Penyediaan air bersih dapat dari PDAM, air tanah, sumur bor/gali/mata air
dan kuantitas air sekurang-kurangnya untuk mandi 20 ltr/orang/hari, cuci 15
lt/org/hr, kakus 10 lt/org/hr.
Air Bersih Perpipaan/PDAM dengan ketentuan :
o Pipa air bersih dapat digunakan pipa PVC diameter sekurang-kurangnya
12,5 mm.
o Pipa sebaiknya tertanam dalam tanah atau dilindungi dengan baik.
Sumur pompa tangan/mesin, dengan ketentuan :
o Sekeliling sumur pompa harus ada lantai kedap air selebar 1,20 m
o Pipa selubung sumur harus terbuat dari bahan kedap air dengan
kedalaman minimum 2 meter dari permukaan lantai
Sumur Gali dengan ketentuan :
o Sekeliling sumur gali harus ada lantai kedap air selebar
1,20 m
o Dinding sumur gali harus terbuat dari konstruksi yang aman, kuat dan
kedap air sampai ketinggian 0,75 meter keatas dan 2 meter kebawah
permukaan lantai.
Mata Air dilengkapi dengan bak penangkap air.
Air Hujan dengan Bak Penampung Air Hujan;
Lokasi sumur minimal 10 meter dari sumber pengotoran (cubluk/resepan).

2) Kamar Mandi dan WC

Kamar Mandi/WC boleh tanpa atap bila sesuai kebiasaan masyarakat


setempat;

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

69

Lantai dibuat tidak licin dengan kemiringan kearah tempat pembuangan +1%.
Tinggi dinding sekurang-kurangnya 160 cm.
Pintu dari Bahan tahan air atau PVC dengan ukuran lebar 60-80cm dan tinggi
160cm.
Ventilasi udara dan sinar/cahaya alami tersedia sekurang-kurangnya seluas
0,5m2, bila tidak cahaya alami tidak memungkinkan maka disediakan
penerangan lampu/listrik secukupnya.
Air bekas mandi dapat dibuang ke saluran atau peresapan;
Luas lantai KM sekurang-kurangnya 2m2 (1,0m x 2,0m) dengan ukuran bak
sekurang-kurangnya 0,5m2 .
Luas lantai WC sekurang-kurangnya 2m2 (1,0m x 2,0m) dengan ukuran bak
sekurang-kurangnya 0,1m2 .
Kloset Jongkok untuk WC;
keperluan wanita dan laki-laki terpisah.
Bak kontrol, bak untuk memeriksa dan membersihkan pipa saluran.
Pipa saluran, pipa untuk menyalurkan air limbah dari jamban ke cubluk atau
tangki septic, PVC diameter sekurang-kurangnya 10cm. Kemiringan
sekurang-kurangnya 2%. Belokan 90 derajat sebaiknya dihindari dengan
membuat 2 kali belokan 45 derajat atau bak kontrol.

3) Tempat Cuci Umum


Tempat Cuci boleh terbuka atau diberi atap.
Luas lantai sekurang-kurangnya
10m2. Lantai dibuat tidak licin dengan
kemiringan kearah tempat pembuangan +1%.
Tempat menggilas pakaian dapat berdiri atau jongkok.
Air bekas cuci dapat dibuang ke saluran atau peresapan;
Bila dilengkapi dengan dinding, pintu, ventilasi dan penerangan maka berlaku
ketentuan-ketentuan seperti pada KM/WC juga dapat diterapkan.
4) Saluran Pembuangan Air Limbah
Air yang masuk ke saluran pembuangan air limbah harus mengalir dengan
lancar sampai ketempat pembuangan akhir/drainase.
Saluran dibuat kedap air bila disekitarnya terdapat sumur air bersih dengan
jarak 8 meter agar tidak merembes ke sumur.
Diameter minimum 10 cm;
5) Septictank dan Peresapan
a. Septicktank
Berfungsi untuk menampung tinja, urine dan air gelontoran sekaligus
mematikan bakteri aerob dan anaerob.
Konstruksi dapat dibuat dari pasangan batu bata, spesi campuran
1semen : 3pasir atau Beton, campuran 1semen : 2 pasir : 3 kerikil
Volume konstruksi tergantung dari jumlah pemakai, dapat dihitung
dengan pendekatan berikut :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

70

Tangki septik empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan


lebar 2 : 1 sampai 3 : 1. Lebar tangki sekurang-kurangnya 0,75 m dan
panjang tangki sekurang-kurangnya 1,50 cm.
Tangki air dalam tangki sekurang-kurangnya 1,00 m dan keadalaman
maksimum 2,10 m. Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki,
ditambah dengan ruang bebas air sebesar (0,20 0,40) m dan ruang
penyimpanan lumpur. Dasar tangki dapat dibuat horizontal atau dengan
kemiringan tertentu untuk memudahkan pengurasan lumpur. Dinding
tangki septik harus dibuat tegak.
Tangki septik ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat
berbentuk bulat dengan diameter sekurang-kurangnya 1,20 m dan tinggi
sekurang-kurangnya 1,00 m.
Penutup tangki septik maksimum terbenam ke dalam tanah 0,40 m.

b. Peresapan
Berfungsi untuk membuang air limbah dari septictank sehingga didalam
septictank tinggal material pada saja. Syarat teknis peresapan :
Konstruksi dapat dibuat dari pasangan batu/bata tanpa spesi/plesteran
agar air dapat masuk meresap kesela-sela batu tapi konstruksi harus
cukup kuat untuk menahan tanah tidak runtuh.
Jarak peresapan dengan sumur air bersih, sekurang-kurangnya untuk :
tanah lempung 6 m , tanah normal 10 m dan tanah berpasir 25 m.
Jarak ke pondasi bangunan minimal 1,5m dan jarak ke pipa air bersih
minimal 3m.
Pada daerah dengan topografi yang miring, elevasi letak resapan harus
lebih rendah dari elevasi sumur air bersih agar air resapan tidak masuk
ke sumur.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

71

B
10
60

DRAIN

20

15
T. CUCI

100

BAK KONTROL

BAK AIR

PIPA 3"

200

POMPA

15 385

10

50

10

100

20

15
20

90

20

180

20

60
10

330

15

100

15

120

15

165

10

440

DENAH MCK TYPE A

RING BALOK

+ 2.00
PAS. DINDING BATA

200

PAS. BATA
KEDAP AIR

BAK KONTROL

60

PAS. BATU KALI


URUGAN TANAH

10

60

BETON BERTULANG

PIPA 3"

KE SUMUR
RESAPAN

150

10

25
50

PAS. BATU BATA

20

0.00
- 0.20

10

10

- 0.80
- 1.00
60

10 10
115

60

10

10
135

LANTAI KERJA
PASIR URUG

20 20

90

20

180

60

10
175

PAS. BATU KOSONG

20 20

POTONGAN A - A

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

PASIR

72

TANAH URUG

VENTILASI 1 1/4"

LAPISAN IJUK
MANHOLE

KERIKIL

MANHOLE

PVC 4" BERLUBANG


BATU PECAH

PIPA DARI KLOSET


PVC 4"

OUTLET PVC 4"

BETON
(1PC : 2PS : 4KR)

PASANGAN BATA
(1 PC : 2 PS)

POTONGAN A

PIPA DARI KLOSET


PVC 4"

VENTILASI 1 1/4"

OUTLET PVC 4"


PVC 4"

A
MANHOLE

MANHOLE

DENAH TANGKI SEPTIK & RESAPAN (1)

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

73

8. PRASARANA PERSAMPAHAN
Prasarana persampahan yang dimaksudkan disini adalah prasarana persampahan
dilingkungan permukiman. Pemilihan prioritas kegiatan persampahan diprioritaskan
pada pembangunan tempat penampungan sementara (TPS) sebagai tempat
pengumpul pembuangan sampah dari rumah-rumah dan Gerobak sampah sebagai
alat pengumpul sampah sedangkan untuk penyediaan tempat sampah ditiap rumah
dapat disediakan sendiri secara swadaya.
Persyaratan umum pembangunan prasarana persampahan :
Lokasi dipilih pada tempat yang
jauh dari sumber air bersih,
bukan didaerah banjir dan
mudah dijangkau oleh alat
transportasi
sampah
(mobil
angkutan
sampah)
untuk
memudahkan
pengangkuatan
ketempat pembuangan akhir
(TPA);
Lokasi
TPS
harus
dimusyawarahkan dan sepakati bersama oleh warga, terutama warga disekitar
lokasi TPS akan dibangun sehingga tidak menimbulkan konflik sosial;
Penyediaan TPS berikut Gerobak Sampah diutamakan bagi kelurahan/desa yang
terjangkau oleh jaringan/sistem persampahan kota atau mempunyai akses yang
dekat ke tempat pembuangan akhir sampah (dengan gerobak sampah mampu
dibuang sendiri ke lokasi TPA). Sedangkan untuk daerah dengan kepadatan
penduduk yang masih rendah dan tanah cukup luas (perdesaan), pembungan
sampah dapat dilakukan dengan cara menggali lubang sampah ditanah
dipekarangan untuk dibakar atau ditimbun tanah kembali setelah penuh.
Pengumpulan sampah dari rumah-rumah sekurang-kurangnya 2 hari sekali dan
pembungan sampah dari TPS sekurang-kurangnya seminggu sekali dengan
volume sampah minimal, untuk menghindari bau, mencegah pencemaran
lingkungan dan kemungkinan sarang vektor penyakit (lalat).
Masyarakat bersedia membentuk kelembagaan pengelola pemanfaatan dan
pemeliharaan prasarana berikut pembiayaannya secara swadaya. Anggota
masyarakat yang menggunakan jasa pengelolaan sampah akan dimintai
kontribusi berupa dana/iuran sampah. Dengan cara tersebut diharapkan
memperoleh lingkungan permukiman yang bersih dan sehat.
Bangunan TPS dibuat dari konstruksi sederhana, sesuai kondisi sosial setempat dan
dapat menggunakan bahan lokal, seperti dari pasangan batu/batu bata. Ukuran TPS
sekurang-kurangnya mempunyai kapasitas (isi) 2 m3 dengan jarak antar TPS
sekurang-kurangnya 150m.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

74

9. PRASARANA KESEHATAN
Prasarana kesehatan yang dimaksud disini adalah prasarana dan saran untuk
menunjang pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat, melalui upaya kesehatan
yang berbasis masyarakat (UKBM).
Kegiatan UKBM yang dikembangkan dalam program ini antara lain adalah Pos
Kesehatan Desa (Poskesdes), Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Pos bersalin
desa (Polindes), dalam cakupan layanan wilayah kelurahan/desa.
Lingkup pembangunan sarana/prasarana kesehatan dasar disini hanyalah mencakup
penyediaan fisik/bangunan sederhana termasuk meubelair yang diperlukan, tetapi
tidak termasuk penyediaan tenaga/peralatan medis, transportasi, komunikasi dan
obat-obatan.
Prioritas pemilihan pembangunan prasarana kesehatan dasar adalah sebagai berikut:
Rehabilitasi/perbaikan bangunan yang telah ada karena fungsi bangunan
berkurang;
Peningkatan bangunan yang telah ada agar mampu mendukung
penyelenggaraan kegiatan utama sesuai fungsi organisasinya, misalnya gedung
Polindes yang ada dikembangkan menjadi Poskesdes.
Kelurahan/desa yang telah memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi belum
memiliki bangunan/masih menumpang pada bangunan lain dalam menjalankan
kegiatan utama sesuai fungsinya;
Kegiatan yang dilaksanakan harus dikoordinasikan dengan pemerintah
desa/kelurahan dan instansi teknis kesehatan setempat.
Pembangunan Poskesdes tidak diprioritaskan bagi Desa/kelurahan yang terdapat
sarana kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit).
Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan gedung
sederhana tahan gempa yang ditetapkan Departemen PU sedangkan terkait dengan
kebutuhan ruangan bangunan mengacu pada standar teknis yang ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan.
1). Poskesdes
Untuk lebih memantapkan penyelenggaraan berbagai UKBM yang ada di desa,
dikembangkan suatu bentuk UKBM yang dapat berfungsi mengkoordinasikan seluruh
UKBM yang ada. Fungsi koordinasi ini diperlukan, agar penyelenggaraan UKBM
tersebut dapat sinergis dalam upaya mewujudkan Desa Siaga. Perwujudan Desa
Siaga ini adalah dalam rangka mempercepat pencapaian Desa Sehat. UKBM yang
berfungsi koordinatif di desa tersebut adalah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes).
Kegiatan Poskesdes, utamanya adalah, pengamatan dan kewaspadaan dini
(surveilans penyakit, surveilans gizi, surveilans perilaku beresiko, dan surveilans
lingkungan, dan masalah kesehatan lainnya), penanganan kegawat daruratan
kesehatan, dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan dasar.
Poskesdes dikelola oleh masyarakat yang dalam hal ini kader, relawan dengan
bimbingan tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
di Poskesdes minimal seorang Bidan. Pembinaan Poskesdes dilaksanakan secara
terpadu dengan lintas sektor. Pembinaan teknis medis secara periodik dilakukan oleh
Puskesmas, sedangkan hal-hal non teknis medis dilakukan oleh Pemerintah
Desa/Kelurahan dan lintas sektor di tingkat Kecamatan.
Kepengurusan Poskesdes dipilih melalui musyawarah dan mufakat masyarakat desa,
serta ditetapkan oleh Kepada Desa. Struktur pengurus minimal terdiri dari Pembina,
Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Anggota. Susunan pengurus Poskesdes bersifat
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

75

fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan


permasalahan setempat.
Kedudukan dan hubungan kerja antara Poskesdes dengan unit-unit serta
masyarakat, dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Poskesdes merupakan koordinator dari
UKBM yang ada (misalnya: Posyandu,
Poskestren, ambulan desa). Dengan
demikian, maka Poskesdes bertugas
pula membina kelestarian UKBM lain
tersebut.
2. Poskesdes
berada
di
bawah
pengawasan dan bimbingan Puksesmas
setempat. Pelaksana Poskesdes wajib
melaporkan
kegiatannya
kepada
Puskesmas ataupun kepada sektor
terkait
lainnya
sesuai
dengan
bidangnya.
Laporan
kesehatan
disampaikan
kepada
Puskesmas,
adapun laporan yang menyangkut
pertanggungjawabab keuangan disampaikan kepada Kepala Desa.
3. Jika di wilayah desa tersebut terdapat Puskesmas Pembantu, maka Poskesdes
berkoordinasi dengan Puskesmas Pembantu tersebut.
4. Poskesdes dibawah pembinaan Kabupaten/Kota melalui Puskesmas. Pembinaan
dalam aspek upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan
perorangan. Apabila Poskesdes tidak mampu memberikan pelayanan maka perlu
melakukan rujukan ke Puskesmas, antara lain pelayanan kegawat daruratan.
Pada keadaan tertentu Poskesdes dapat melakukan rujukan langsung ke Rumah
Sakit dengan sepengetahuan Puskesmas.
2). Posyandu
Posyandu merupakan salah satu UKBM dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Pelayanan yang dilaksanakan terutama mencakup pelayanan : Kesehatan Ibu &
Anak, Bayi & Anak Balita, KB, Imunisasi, gizi dan penanggulangan diare kepada
masyarakat setempat.
Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/nagari. Bila diperlukan dan memiliki
kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun, atau sebutan lainnya yang
sesuai.
Kedudukan Posyandu terhadap pemerintahan desa/kelurahan adalah sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina
oleh pemerintah desa/kelurahan. Kedudukan Posyandu terhadap UKBM dan
berbagai lembaga kemasyarakatan/LSM desa/kelurahan yang bergerak dibidang
kesehatan adalah sebagai mitra. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah
sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis
medis dibina oleh Puskesmas.
Pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat melalui musyawarah pada saat
pembentukan Posyandu. Pengurus Posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari
Pembina, seorang ketua, seorang sekertaris dan seorang bendahara ditambah
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

76

dengan kader posyandu yang selanjutnya ditetapkan oleh Lurah/Kades. Susunan


pengurus bersifat fleksibel, sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan,
kondisi dan permasalahan setempat.
Lokasi pembangunan posyandu sebaiknya ditempat yang relatif datar dan ditengahtengah lingkungan sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.

MODEL POSKESDES - 60
Pos Kesehatan Desa

SKALA
1m

2m

3m

4m

5m

100

200

300

400

500

LUAS BANGUNAN: 60 m2

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

77

10. PRASARANA PENDIDIKAN


Prasarana pendidikan yang dimaksud disini adalah prasarana dan saran untuk
menunjang pelayanan pendidikan dasar bagi masyarakat yang dikelola oleh
masyarakat/pemerintah, tetapi tidak termasuk prasarana pendidikan dasar yang
dikelola oleh swasta/yayasan.
Pembangunan sarana/prasarana pendidikan dasar yang dikembangkan dalam
program ini antara lain adalah PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Taman Kanakkanan (TK), Rehabilitasi bangunan Sekolah Dasar/sederajat, termasuk meubeler
(seperti meja, bangku, papan tulis) tetapi tidak termasuk tenaga pengajar dan bukubuku pelajaran.
Prioritas pemilihan pembangunan prasarana pendidikan dasar adalah :
Rehabilitasi/perbaikan bangunan pendidikan dasar yang telah ada karena fungsi
bangunan berkurang;
Peningkatan bangunan yang telah ada agar mampu mendukung
penyelenggaraan kegiatan utama sesuai fungsinya, misalnya penambahan
ruangan belajar/ruang guru termasuk fasilitas sanitasi.
Pembangunan baru untuk PAUD, TK termasuk fasilitas bermain, terutama bagi
kelurahan yang telah memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi belum memiliki
bangunan/masih menumpang pada bangunan lain dalam menjalankan kegiatan
utamanya.
Pembangunan baru untuk PAUD, TK termasuk fasilitas bermain, bagi kelurahan
yang belum memiliki kelembagaan/kepengurusan tetapi bersedia membentuk
pengelola pemanfaatan & pemeliharaan bangunan segera setelah usulan
kegiatan disetujui.
Seluruh pembangunan prasarana pendidikan yang dibangun disini harus
dikoordinasikan dan tidak bertentangan dengan kebijakan/perencanaan umum dari
pemerintah desa/kelurahan dan dinas/sektor Pendidikan dan Kebudayaan di daerah
setempat.
Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan gedung
(sederhana) tahan gempa atau untuk rehabilitasi SD mengacu pada standar teknis
bangunan SD tahan gempa yang ditetapkan Departemen PU sedangkan terkait
dengan kebutuhan ruangan dan kelengkapan fasilitas bangunan mengacu pada
standar teknis yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

11. PRASARANA PERUMAHAN/PERMUKIMAN


Prasarana/kegiatan lingkungan permukiman yang dibangun dalam PNPM merupakan
jenis prasarana/kegiatan yang bersifat individu bagi masyarakat miskin, misalnya
rehabilitasi/perbaikan rumah tinggal.
Ketentuan umum prasarana perumahan/permukiman adalah :

Rumah warga miskin yang direhabilitasi/dibangun harus memenuhi persyaratan


kelayakan teknik dan persyaratan kesehatan minimum.
Calon pemanfaat haruslah dilibatkan sebagai pelaku utama dalam proses
pengambilan keputusan pada saat perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan
perumahan mereka;
Dalam pemilihan bahan bangunan, teknologi konstruksi dan pelayanan prasarana
harus menerapkan kriteria keberlanjutan dari aspek sosial, ekonomi dan

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

78

lingkungan serta harus mempertimbangkan kemungkinan bencana alam


khususnya gempa.
Apabila ketersediaan dana terbatas, maka Rancangan Pola Pembangunan
Rumah diarahkan pada pembangunan secara bertahap horizontal dengan
penyediaan desain rumah antara/Rumah Inti Tumbuh (RIT) yang
pertumbuhannya diarahkan menjadi Rumah Sederhana Sehat (RsS)
sebagaimana yang dikembangkan oleh Departemen PU, yaitu RIT-1, RIT-2, RsS1, RsS-2. Pengembangan pola RIT ini adalah untuk mengoptimalkan ketersedian
sumberdaya termasuk dana awal yang ada dalam upaya untuk mewujudkan
pembangunan rumah yang memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan
terlebih
dahulu
menuju
rumah
sehat
layak
huni.
Selanjutnya
pembangunan/pengembangannya menjadi Rumah Sederhana Sehat nantinya
dilaksanakan oleh Pemilik secara swadaya sesuai kemampuannya.

Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar teknis bangunan rumah tahan
gempa yang ditetapkan Departemen PU.

12. PRASARANA PERDAGANGAN


Prasarana/kegiatan Perdagangan yang dibangun dalam proyek ini merupakan jenis
prasarana/kegiatan yang bersifat umum/kepentingan umum bagi masyarakat miskin,
misalnya Pasar Desa (termasuk Kios didalamnya) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI),
dll.
a). Pasar
Pasar yang dimaksudkan disini adalah pasar desa/kelurahan yang merupakan suatu
tempat yang digunakan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan ekonomi jual beli.
Persyaratan utama untuk pembangunan pasar adalah adanya penjual dan pembeli
serta barang/komoditas yang diperjual belikan.
Lingkup kegiatan pembangunan pasar desa/kelurahan diprioritaskan pada :
1) Rehabilitasi atau perbaikan bangunan pasar lama yang telah ada;
2) Peningkatan bangunan/fasilitas pasar yang telah ada sehingga mampu
memberikan pelayanan secara lebih optimal;
3) Pembangunan pasar baru yang benar-benar dibutuhkan.
Kriteria rehabilitasi/peningkatan pasar lama yang perlu diperhatikan, antara lain :
1) Pasar lama yang ada masih terdapat aktivitas perdagangan dan pedagang yang
ada/calon pedagang bersedia memanfaatkan pasar secara rutin;
2) Bangunan pasar lama masih kuat dan akan tetap stabil;
3) Tersedia lokasi yang cukup untuk peningkatan bangunan/fasilitas pasar lama
sehingga mampu meningkatkan pelayanannya.
4) Lokasi pasar lama tidak bertentangan dengan rencana tata ruang wilayah
setempat;
Kriteria pembangunan baru pasar desa/kelurahan, antara lain :
1) Belum tersedia pasar terdekat, dengan jarak kurang lebih 5 km;
2) Sudah ada beberapa bakal calon (embrio) pedagang;
3) Jumlah yang cukup dari calon pedagang yang bersedia dan terdaftar untuk
memanfaatkan pasar secara rutin;
4) Ada komoditas/barang dagangan setempat yang akan diperjual-belikan;
5) Tersedia lahan yang siap dipergunakan sesuai kebutuhan luas pasar tanpa
menimbulkan dampak lingkungan dan social bagi warga;
6) Lokasi pasar sesuai dengan rencana tata ruang wilayah setempat;
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

79

1). Potensi dan Lokasi Pasar


Survey potensi dan kebutuhan terhadap pembangunan baru pasar secara
sederhana dapat dilakukan pada beberapa penduduk dan tokoh masyarakat di
sekitar lokasi pasar di dalam desa maupun di luar desa dengan menggunakan
peta desa lengkap serta jalan porosnya.
a) Di lokasi rencana sudah ada beberapa (embrio) pedagang di tempat calon
pasar tersebut.
b) Jarak kepasar yang terdekat dengan lokasi rencana kurang lebih 5 km.
c) Lokasinya strategis (pertigaan jalan/perempatan jalan kendaraan atau tempat
persinggahan kendaraan umum). dekat pemukiman penduduk dan
transportasinya mudah di jangkau.
d) Jumlah yang cukup untuk calon pedagang yang mendaftar (untuk
menentukan luas pasar).
e) Secara umum untuk Jumlah Pembeli = Jumlah Penduduk x Koefisien (koef.
maks. = 1)

2). Calon Pengguna dan Kebutuhan Luas Bangunan Pasar


a. Calon pengguna pasar
Calon pengguna pasar adalah pedagang yang akan menggunakan pasar
tersebut secara rutin. Jumlahnya adalah jumlah pedagang pada embrio pasar
ditambah dengan calon pedagang baru yang bersedia dan terdaftar pada saat
sosialisasi/survey khusus yang dilaksanakan. Pendaftaran bagi para calon
pengguna pasar dilakukan dengan formulir/blanko, diantaranya mencakup
tentang : nama, alamat, pedagang harian atau mingguan, jenis dagangan
serta iuran yang disepakati untuk retribusi dan tanda tangannya.

b. Kebutuhan Luas Bangunan Pasar


Setelah diketahui jumlah calon pedagang yang mendaftarkan, maka untuk
menentukan kebutuhan luas bangunan pasar bisa ditentukan dengan
mamperkirakan secara rata-rata kebutuhan lahan berdagang untuk tiap satu
orang pedagang = 4 m2.
Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

80

Maka kcbutuhan luas bangunan Pasar = Jumlah calon pedagang x 4 m2.


Ada dua jenis bangunan yang dibutuhkan di dalam pasar.
1) Los pasar, bangunan besar yang digunakan bersama-sama antar
pedagang yang bagian atasnya terlindungi, sedangkan sisi-sisinya
terbuka.
2) Kios-kios, bangunan yang bagian atas maupun sisi-sisinya terlindungi
dan pada sisi bagian depannya bisa di tutup dan dibuka. Setiap kios
berukuran sekurang-kurangnya 3m x 4m.
Untuk menentukan jumlah kios bisa diambil angka 50% x jumlah pedagang
harian, walaupun angka sebenarnya perlu di sepakati Iebih lanjut dengan para
calon pedagang terutama menyangkut dana yang tersedia.
3). Kebutuhan Sarana Penunjang Pasar
Pada setiap bangunan pasar memerlukan sarana penunjang yaitu. MCK, Parkir
Kendaraan, Bak Sampah dan Listrik. Untuk menentukan kebutuhan sarana
penunjang tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan berikut.
a) MCK, Jumlah kebutuhan MCK sama dengan Jumlah Calon Pedagang dibagi
15, dimana angka 15 merupakan perkiraan kemampuan pelayanan 1 unit per
hari. MCK harus tersedia air bersih yang memenuhi persyaratan kualitas,
kuantitas dan kontinuitasnya.
b) Parkir, luas lahan (m2) kebutuhan parkir sama dengan Jumlah Pedagang
dikali luas lahan per kapita pedangan (m2). Luas lahan per kapita pedagang
sekurang-korangnya 10 m2. Untuk lebar lahan parkir sekurang-kurangnya
10m.
c) Bak Sampah, Ukuran Bak sampah ditentukan berdasarkan volume timbulan
sampah per pedagang (sebesar 0,1m3/hari). Untuk tinggi bak 1,5 m maka luas
bak sampah yang diperlukan adalah Jumlah pedagang dikali 0,1 m3 dibagi
1,5m.
d) Listrik, Bila diperlukan maka pasar dapat disediakan listrik berdasarkan
kebutuhan rata-rata per orang pedagang di Los Pasar sebesar 100VA dan per
Kios rata-rata 450 VA.
Pasar juga harus dilengkapi dengan drainase air hujan yang terintegrasi dengan
system drainase kota yang ada atau tempat pembuangan air (sungai, sumur
resapan, laut, danau, dll). Drainase dapat dibuat terbuka atau ditutup.
4). Tata Ruang Pasar
Penataan ruang pasar memperhatikan letak pasar dengan jalan masuk utama
yang ada disekitarnya. Penataan ruang pasar dapat diatur seperti contoh gambar
beriku :

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

81

Beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan terkait dengan penataan ruang


pasar tersebut, seperti diuraikan pada table berikut :

5. TEKNIS
1. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang digunakan adalah bahan setempat yang tersedia dengan
kriteria sebagai berikut :
a. Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi persyaratan bahan
bangunan yang tercantum dalam SNI
b. Kemudahan penyediaan bahan bangunan
c. Kemudahan pelaksanaan konstruksi
d. Keandalan konstruksi
2. Konstruksi
Konstruksi bangunan dibuat sederhana sehingga tidak diperlukan perhitunganperhitungan konstruksi, namun apabila daya dukung tanahnya kurang baik maka
perlu dilakukan perhitungan. Persyaratan teknis bangunan mengacu pada standar
teknis bangunan gedung (sederhana) tahan gempa yang ditetapkan Departemen PU.

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

82

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

83

13. PRASARANA PENERANGAN UMUM


Prasarana/kegiatan lingkungan penerangan umum yang dibangun dalam PNPM
merupakan jenis prasarana/kegiatan yang bersifat umum/kepentingan umum bagi
masyarakat miskin yang pengelolaannya dilakukan sendiri oleh masyarakat, bentuk
kegiatannya dibatasi pada penerangan jalan/tempat umum (Tiang + Lampu) dan
Pembangkit Listrik (Genset/PLTM + Jaringan + Rumah Genset).

Bagian - 1. Persiapan & Perencanaan Teknis Kegiatan Sarana & Prasarana

84

Anda mungkin juga menyukai