A. Definisi
Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju
fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generatif ataupun
endokrinologik dari ovarium. (Baziad, 2003, hal 1)
Klimakterium
yaitu
fase
peralihan
antara
pramenopause
dan
Siklus memanjang
Spotting
perubahan dari pola haid. Lebih dari 90% wanita perimenopause akan
mengalami perubahan dalam siklus haid. Siklus yang memendek antara 27 hari sangatlah khas. Sebagai contoh, wanita dengan siklus haid yang
teratur antara 25-35 hari selama usia 20-30 tahun akan mengalami siklus
haid lebih sering terutama disebabkan oleh memendeknya fase folikel.
Siklus haid yang sebelumnya menetap tiap 28 hari akan menjadi siklus 25
Hot flushes
Flushing adalah suatu episode akut timbulnya eritema dan sensasi rasa
panas pada wajah, telinga, dan leher, kadang dapat timbul pada dada
bagian atas dan daerah epigastrium. Keadaan ini timbul karena adanya
peningkatan aliran darah kulit yang bersifat sementara. Jenis fisiologis
flushing yang paling banyak ditemukan adalah flushing yang timbul pada
wanita menopause, disebut dengan menopausal atau klimakterik flushing
atau lebih dikenal dengan "Hot flash".
Kurang lebih 75% wanita mengalami flushing selama menjelang
menopause (klimakterik) atau setelah dilakukan oophorektomi dan
merupakan keluhan yang dianggap paling mengganggu. Timbul rasa panas
yang mendadak pada wajah, leher, disertai rasa tidak nyaman dan
berkeringat. Keadaan ini umumnya berlangsung selama 3 sampai 5 menit,
walaupun intensitas dan durasinya bisa bervariasi pada tiap wanita. Pada
beberapa orang keluhan ini bisa disertai oleh gejala palpitasi, rasa
berdenyut pada kepala dan leher, nyeri kepala, kadang mual, dan ansietas.
Perubahan fisilologis yang dapat terlihat adalah peningkatan temperatur
tubuh, denyut nadi dan nafas.
Hot flash juga bisa diprovokasi oleh minuman panas, alkohol, stress
emosional dan kegiatan fisik yang berlebihan. Meskipun demikian, dapat
timbul setiap saat tanpa didahului oleh suatu keadaan tertentu dan dapat
juga menimbulkan gangguan tidur.
Pada dasarnya penyebab hot flash masih belum diketahui, tapi data
yang berhubungan dengan fisiologi dan behavior menunjukkan bahwa
keluhan vasomotor dihasilkan karena adanya defek fungsi pada pusat
termoregulasi di hipotalamus. Pada area preoptik medial hipotalamus
terdapat nukleus yang merupakan termoregulator yang mengatur
merupakan
neurotransmiter
utama
yang
dapat
Keringat malam
Gangguan tidur
Beratnya gangguan tidur bervariasi dan sering dikeluhkan oleh wanita
pada masa perimenopause. Gangguan tidur bervariasi secara luas dan
dapat menjadi kronik atau sementara. Beberapa pola umum gangguan tidur
diantaranya :
-
Bangun pagi lebih awal dan tidak mampu untuk tidur kembali.
Kesulitan tidur dapat mempengaruhi kualitas hidup secara serius,
mengakibatkan
kelelahan,
insomnia,
depresi,
iritabilitas
dan
Stimulan seperti kafein, alkohol, nikotin dan beberapa obat; hal lain
yang dapat mengakibatkan gangguan tidur seperti sakit, ansietas dan
gangguan emosional.
- Gangguan fisik seperti nyeri artritis, mengakibatkan
kesulitan memulai atau mempertahankan tidur.
- Nokturia yang mengakibatkan sering terbangun.
Gangguan tidur yang sangat umum pada perimenopause adalah
memanjangnya keterlambatan tidur (saat mulai berbaring sampai benarbenar jatuh tertidur). Normalnya periode ini tidak lebih dari 10 menit.
3. Gangguan psikologis/kognitive
Depresi
Irritabilitas
Perubahan mood
berkurangnya
hormon
dimana
sinyal
kimiawi
perifer
secara
umum
dari
gangguan
seksual
ini
antara
lain:
dan
belajar
bahwa
perubahan-perubahan
tersebut
sexual
interest
selama
menopause,
sebanyak
31%
perubahan
hormonal
sebagaimana
pada
kondisi
meningkat
pada
masa
post
menopause
sehingga
berjalannya usia hingga akhirnya tinggal beberapa ribu buah saja ketika
mengalami menopause. Semakin bertambah usia, khususnya ketika memasuki
masa perimenopause, folikel-folikel itu akan mengalami peningkatan resistensi
terhadap rangsangan gonadotropin. Hal ini mengakibatkan pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan pembentukan korpus luteum dalam siklus ovarium berhenti secara
perlahan lahan. Pada wanita diatas 40 tahun, 25% diantaranya mengalami siklus
haid yang anovulatoar.
Resistensi folikel terhadap gonadotropin ini mengakibatkan penurunan
peroduksi estrogen
kadar gonadotropin ini disebabkan rendahnya estrogen sehingga tidak ada umpan
balik negatif dalam poros hipotalamus dan hipofisis. Walaupun secara
endrokinologi terjadi perubahan hormonal, namun tidak ada kriteria khusus
pengukuran kadar hormon untuk menentukan fase awal atau akhir dari masa
transisi menopause.
Masa
klimakterium
memiliki
tiga
tahap,
tahap
pertama
adalah
setiap siklus, antara 20 hingga 1.000 sel telur tumbuh dan berkembang, tetapi
hanya satu atau kadang-kadang lebih yang berkembang sampai matang yang
kemudian mengalami ovulasi, sel-sel telur yang tidak berhasil tumbuh menjadi
matang akan mati, juga karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel
telur yang segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak berkembang. Oosit pada
usia menjelang 40 tahun, lebih sulit untuk menjadi matang, yang kemudian
menjadi anovulasi dan haid yang tidak teratur. Proses ini terus menurun selama
kehidupan wanita hingga sekitar 50 tahun karena produksi ovarium menjadi
sangat berkurang dan akhirnya berhenti bekerja (Brooker, 2008 ; Goldfien, 2000 ;
Kasdu, 2004 ; Rayburn , 2001).
Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan
ovarium untuk
menjawab
rangsangan gonadotropin,
keadaan
ini
akan
Ketidakberdayaan
Kurang pengetahuan
Cemas dan gelisah
Berkeringat banyak
Informasi tetangga
Insomnia
Ansietas
Disfungsi seksual
F. Komplikasi
Kekurangan estrogen yang terus terjadi dapat menyebabkan efek jangka
panjang, yaitu:
1. Atrofi vagina dan mukosa uretra
Menyebabkan penurunan keasaman vagina, yang meningkatkan resiko
infeksi, kekeringan vagina dan dispareunia, serta gejala perkemihan,
seperti desakan untuk berkemih, sering berkemih dan sistitis.
2. Prolaps uterovagina
Menyebabkan atrofi dan perubahan otot dasar panggul dan ligamen
penopangnya.
3. Osteoporosis, penurunan masa tulang menyebabkan wanita lebih rentan
mengalami fraktur.
4. Penyakit kardiovaskular, terdapat peningkatan insidens penyakit jantung
koroner dan stroke secara bermakna pada wanita setelah mengalami
menopause.
5. Perubahan rambut dan kulit, dan atrofi payudara.
6. Defek kognitif, dimensia, dan cedera sistem saraf pusat
Mekanisme yang diajukan meliputi disregulasi berbagai neurotransmiter,
penurunan faktor pertumbuhan neuron, penurunan aliran darah otak,
peningkatan kejadian iskemia serebral secara laten, dan perubahan pola
tidur (misal : tidur yang berhubungan dengan gangguan pernapasan,
insomnia). (Chris Brooker, 2008)
G. Pemeriksaan diagnostik
1.
Indeks maturasi
Penilaian terhadap defisiensi estrogen vagina adalah evaluasi
terhadap indeks pematangan epitel vagina. Prosedur ini dilakukan dengan
cara pengambilan sel pada batas atas dan sepertiga tengah dinding
samping vagina menggunakan sikat. Dibuat slide dan dilakukan
pengecatan dengan tehnik Papanicolaou kemudian persentase dari sel
parabasal, intermediat dan superfisialis dihitung. Meskipun indeks
maturasi berubah secara bermakna setelah terapi pengganti estrogen,
diagnosis
indeks maturasi
dengan
pH vagina
Beberapa peneliti mengatakan bahwa peningkatan pH vagina (6,07,5) dimana tidak ditemukan bakteri patogen menjadi alasan adanya
penurunan kadar estradiol serum. Uji ini dilakukan secara langsung
dengan kertas pH pada dinding lateral vagina. Perubahan pH dapat
diakibatkan oleh berubahnya komposisi dari sekresi vagina yang
menyertai atropi.
3.
Ketebalan kulit
Estrogen menstimulasi pertumbuhan epidermal dan promotes
pembentukan kolagen dan asam hialuronik sehingga turgor dan
vaskularisasi kulit bertambah. Selama klimakterik, berkurangnya kadar
estrogen mengakibatkan epidermis menjadi tipis dan atropi.
4.
Pengukuran FSH
Pengukuran kadar plasma FSH telah dilakukan untuk mencoba
mengidentifikasi wanita perimenopause dan postmenopause. Kadar FSH
yang tinggi menunjukkan telah terjadi menopause yang terjadi pada
ovarium. Ketika ovarium menjadi kurang responsif terhadap stimulasi
FSH dari kelenjar pituitari (produksi estrogen sedikit), kelenjar pituitari
meningkatkan produksi FSH untuk mencoba merangsang ovarium
menghasilkan estrogen lebih banyak. Bagaimanapun, banyak klinikus
dan peneliti meragukan nilai klinik dari pengukuran FSH pada wanita
perimenopause dimana kadar FSH berfluktuasi considerably setiap bulan
yang tergantung pada adanya ovulasi.
5.
Estradiol
Penelitian longitudinal akhir-akhir ini melaporkan bahwa wanita
dengan early perimenopause (perubahan dalam frekuensi siklus) kadar
estradiol premenopause terjaga sedangkan pada perimenopause lanjut
(tidak haid dalam 3-11 bulan sebelumnya) dan wanita postmenopause
terjadi penurunan secara bermakna dari kadar estradiol. Estradiol dapat
diukur dari plasma, urine dan saliva. Seperti halnya FSH, kadar estradiol
mempunyai variasi yang tinggi selama perimenopause.
6.
Inhibin
Inhibin A dan inhibin B disekresikan oleh ovarium dan seperti
estradiol, exert umpan balik negatif terhadap kelenjar pituitari,
menurunkan sekresi FSH dan LH. Kurangnya inhibin menyebabkan
peningkatan FSH yang terjadi pada ovarium senescence. Kadar inhibin B
menurun pada perimenopause sedangkan inhibin A tidak mengalami
perubahan. Inhibin A akan menurun pada saat sekitar haid akan berhenti.
Kadar inhibin biasanya diukur dari plasma. Ovarium menghasilkan
inhibin B lebih sedikit karena hanya sedikit folikel yang menjadi matang
dan sejumlah folikel berkurang karena umur.
Rekomendasi program skrining untuk wanita usia 40 sampai 65 tahun
setiap 1 sampai 3 tahun. (Bobak dkk, 2004)
7.
Pemeriksaan fisik
-
8.
9.
prosedur
kepadanya,
dan
menjelaskan
persiapan
Perubahan yang terjadi sangat bervariasi antar individu. Ada yang jarak
antar siklusnya memendek, ada yang memanjang, ada pula pendarahan
yang terjadi menjadi lebih banyak atau hanya sedikit (spotting). Bahkan
sebagian wanita akan mengalami haid yang tiba-tiba berhenti dan tidak
haid lagi untuk selamanya.
Pendkes :
Bersikaplah tenang. Jika menemui perdarahan haid yang lebih banyak atau
lama perdarahan yang lebih lama atau juga pendarahan yang terjadi antara
masa haid, segeralah kunjungi dokter untuk mendapatkan tindak lanjut
agar hal-hal yang berbahaya dapat dihindari.
3. Masalah : Hot Flashes
Gejala dari Hot Flashes adalah sensasi rasa hangat sampai panas sekujur
tubuh yang terjadi secara mendadak terutama pada daerah dada, muka dan
kepala sebagai akibat dari melebarnya pembuluh darah. Gejala-gejala lain
yang mengikutinya seperti berkeringat, peningkatan jumlah nadi serta
peningkatan detak jantung.
Pendkes :
Berusahalah untuk mengenali dan menghindari hal-hal pencetus hot
flashes ini seperti ruangan yang hangat, emosi, minuman panas, makanan
tertentu, kopi, alkohol, rokok. Gunakan baju yang sejuk, gunakan kipas
angin serta tidur di ruangan yang sejuk. Ketika hot flashes muncul,
tariklah nafas yang dalam dan lambat untuk menenangkan diri. Olah raga
rutin dapat mengurangi stress atau dapat juga dengan meditasi, yoga atau
pijat.
4. Masalah : Perubahan Emosional
Banyak hal-hal yang melatarbelakangi hal ini. Hot flashes sering
kejadiannya berlangsung pada malam hari, yang menyebabkan wanita
yang mengalaminya akan mengalami kesulitan tidur. Kurangnya waktu
tidur ini dapat menyebabkan keletihan serta perubahan emosional seperti
mudah marah. Perubahan hormonal juga ikut berpengaruh. Selain itu,
banyak peristiwa kehidupan yang terjadi pada masa ini yang terjadi yang
sedikit banyak juga berpengaruh, contohnya pertentangan dengan kaum
muda, takut menjadi tua, pernikahan anak, persiapan masa pensiun bagi
yang bekerja dan sebagainya.
Pendkes :
pasangan.
Perubahan-perubahan
yang
terjadi
meliputi
endometrium,
kanker
payudara,
riwayat
gangguan
penglihatan, anemia
berat.
- Varises berat, tromboflebitis
Prinsip dasar pemberian Terapi Sulih Hormon :
- Wanita yang memiliki uterus, maka pemberian estrogen harus
selalu dikombinasikan dengan progesteron. Tujuan penambahan
progesteron adalah untuk mencegah kanker endometrium.
Kontinue
Dosis
Estrogen
konjugasi
Oral
0.3-0.4 mg
Oral
1-2 mg
17 estradiol
Transdermal
50-100 mg
Subkutan
25 mg
Estradiol valerate
Oral
Estradiol
Oral
1-2 mg
0,625-1,25 mg
Jenis
Sekuensial
Kontinyu
Progesteron
300 mg
100 mg
Medroksiprogesteron
asetat (MPA)
10 mg
2,5-5 mg
Siproteon asetat
1 mg
1 mg
Didrogesteron
10-20 mg
10 mg
Normogestrol asetat
5-10 mg
2,5-5 mg
Lama Penggunaan :
Menurut NHMRC lamanya pemberian terapi sulih hormon adalah
sebagai berikut:
a. Untuk penatalaksanaan gejolak panas, pemberian terapi sulih
hormon sistemik selama 1 tahun dan kemudian dihentikan total
secara berangsur-angsur (dalam periode 1-3 bulan) dapat efektif.
b. Untuk perlindungan terhadap tulang dan menghindari atrofi
urogenital, pemakaian jangka lama diindikasikan tetapi lamanya
waktu yang optimal tidak diterangkan dengan jelas.
c. Setelah penghentian terapi masih terdapat manfaat untuk
perlindungan terhadap tulang dan koroner, tetapi menghilang
bertahap setelah beberapa tahun.
Mengacu pada hasil penelitian terbaru dari WHI, lama pemakaian
terapi sulih hormon di Indonesia maksimal 5 tahun. Hal ini
ditentukan berdasarkan aspek keamanan penggunaan terapi sulih
hormon jangka panjang.
Efek Samping :
- Meningkatkan resiko kanker payudara
- Meningkatkan resiko penyakit tromboemboli
- Peningkatan berat badan
- Meningkatkan frekuensi dan derajat sakit kepala pada pasien
migrain
- Perdarahan
b. Pengobatan Alternatif
- Vitamin B6 dalam dosis kurang dari 200 mg dapat meredakan
beberapa gejala yang menegangkan.
- Vitamin E efektif mengurangi rasa panas.
- Androgen digunakan bersama estrogen pada beberapa wanita untuk
meningkatkan libido, mengurangi nyeri payudara, dan mengurangi
migrain.
2. Non Farmakologi
a) Olahraga
b. Nutrisi (Diet)
Bertambahnya usia menyebabkan beberapa organ tidak melakukan proses
perbaikan (remodelling) diri lagi, misalnya masa tulang tidak melakukan
pembentukan kembali. Selain itu, semakin tua aktivitas gerak yang dilakukan
juga tidak sekuat dulu sehingga kalori yang dikeluarkan juga berkurang
sehingga kalori yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh juga menurun
dengan demikian, asupan makanan yang dibutuhkan juga berkurang.
Sehingga setiap orang tetap membutuhkan makanan bergizi seimbang yang
berfungsi untuk memenuhi zat zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, dan mineral (Kasdu, 2002).
c. Fitoestrogen
Fito artinya tanaman sedangkan estrogen maksudnya memiliki struktur
kimia dan khasiat biologik seperti estrogen. Struktur kimia fitoestrogen
sebagian besar bukan steroid sedangkan estrogen umumnya adalah steroid.
Fitoestrogen terdiri dari :
a. Isoflavon (banyak ditemukan dalam kacang kedelai, kacang hitam,
lentil, red clover, chickpea, terutama kedelai dengan produk olahannya :
susu, tofu, tempe, tauco, kecap)
Khasiat: bisa mengatasi osteoporosis dan hot flush, serta mencegah
kanker payudara dan kandung kemih.
b. Coumestan (terdapat pada daun semanggi, kacang kedelai, kacang
hijau, kecambah kedelai, red clover)
Khasiat: efektif mencegah kanker bila dikombinasikan isoflavon.
c. lignan (Terdapat dalam: gandum, sayuran (buncis), buah-buahan
(pepaya, bengkuang), biji bunga matahari).
Khasiat: menurunkan kadar kolesterol dan kepekaan insulin, serta risiko
kanker payudara.
d. Kalsium
Kebutuhan 1200mg/hari
Dapat diperoleh pada: susu,keju,daun pepaya,bayam, teri, tahu, singkong,
daun melinjo,kedelai, apel, kangkung, kacang ijo dan pepaya,kacang tanah
kupas, ikan segar, beras giling, roti putih, ayam, dan daging sapi.
e. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang menentukan kesehatannya di masa yang akan
mendatang. Perubahan gaya hidup untuk pencegahan jantung koroner pada
wanita, salah satu dgn mengurangi atau kalau mungkin menghentikan
merokok termasuk minum minuman beralkohol.
Hal penting yang juga perlu diperhatikan adalah masalah makanan dan
olahraga, pola makanan yang baik, disesuaikan dengan kebutuhan gizi usia
tersebut serta aktivitas.
f. Pemberian Konseling
Masalah utama yang dialami wanita pada masa klimakterium adalah faktor
psikis, wanita biasanya mempunyai rasa takut, gelisah, tegang, tidak percaya
diri dan khawatir bahwa dirinya tidak semenarik dan seprima dulu lagi.
Alasan bahwa badan lemah dan tidak bergairah hanyalah alasan untuk
menutupi ketakutan dan kekhawatiran tersebut. Banyak wanita yang
mengalami gejala-gejala akibat perubahan tersebut dan biasanya menghilang
perlahan
dan
tidak
mengakibatkan
kematian.
Namun
tak
jarang