Anda di halaman 1dari 21

MENCIPTAKAN HIDUP SEHAT TANPA NARKOTIKA, BAHAN

TERLARANG, DAN PSIKOTROPIKA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata kuliah Narkotika, Bahan Terlarang, dan Psikotropika
Yang dibimbing oleh Ibu Metri Dian Insani, S.Si, M.Pd , Novida Pratiwi, S.Si, M.Sc. dan
Safwatun Nida, S.Si, M.Pd

Oleh :
Kelompok 5, Offering A
1. Ahmad Mujiono Maruf
2. Mymo Putriani
3. Okta Defa Yulkhamidah

120351402786
120351410910
120351402772

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Maret, 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para remaja biasanya memiliki rasa ingin tahu yang besar dan ingin mencoba
segala hal. Untuk itu diperlukan sikap waspada dan hati-hati. Kalau tidak berhati-hati
dalam pergaulannya ia akan mudah terjerumus ke dalam masalah seperti narkoba yang
akan menghancurkan hidup dan bahkan bisa membunuhnya. Kalau remaja sudah
terjerumus maka suramlah masa depannya dan masa depan negaranya, karena remaja
merupakan tunas harapan bangsa, pengganti generasi tua, dan meneruskan perjuangan
bangsa.
Kita pun tahu dampak dari penyalahgunaan narkoba sangat kompleks dan luas
tidak hanya terhadap pelakunya tetapi juga menimbulkan beban psikologi sosial dan
ekonomis bagi orang tua dan keluarganya serta menimbulkan dampak yang merugikan
terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. Masalah
penyalahgunaan narkoba di Indonesia merupakan masalah serius yang harus dicari jalan
penyelesaiannya dengan segera. Banyak kasus yang menunjukkan betapa fatal akibat
dari masalah tersebut diatas telah menyebabkan banyak kerugian, baik materi maupun
non materi. Banyak kejadian seperti perceraian bahkan kematian yang disebabkan oleh
ketergantungan terhadap narkoba.
Secara ekonomis, penyalahgunaan Narkotika, Bahan Terlarang, dan Psikotropika
menimbulkan kerugian yang sangat besar karena harganya sangat mahal untuk
memenuhi rasa ketagihannya pada narkoba yang terus menerus dan makin meningkat.
Seandainya yang bersangkutan mengikuti program perawatan dan pemulihan maka
pelaku atau keluarganya harus mengeluarkan sejumlah uang yang sangat besar untuk
biaya perawatan dan pemulihannya. Disamping sangat mahal serta memerlukan waktu
yang lama terhadap pelaku, orangtua ataupun keluarganya, maupun terhadap
perekonomian nasional. Pelakunya harus mengeluarkan sejumlah besar uang untuk
membeli narkoba yang, tidak ada yang menjamin pelaku dapat pulih sepenuhnya. Hal
tersebutlah yang mendorong kami untuk membuat makalah yang berjudul Menciptakan
Hidup Sehat tanpa Narkotika, Bahan Terlarang, Dan Psikotropika.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sehat?

2.
3.
4.
5.
6.
7.

Apa pengertian gaya hidup sehat?


Apa peran orang tua dalam menciptakan hidup sehat tanpa narkoba?
Apa peran pendidik dalam menciptakan hidup sehat tanpa narkoba?
Apa peran masyarakat dalam menciptakan hidup sehat tanpa narkoba?
Apa peran aparat pemerintah dalam menciptakan hidup sehat tanpa narkoba?
Apa peran mahasiswa (perguruan tinggi) dalam menciptakan hidup sehat tanpa

narkoba?
8. Apa saja tips hidup sehat tanpa narkoba?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sehat
2. Untuk mengetahui pengertian gaya hidup sehat.
3. Untuk mengetahui peran orang tua dalam menciptakan hidup sehat tanpa narkoba.
4. Untuk mengetahui peran pendidik dalam menciptakan hidup sehat tanpa narkoba.
5. Untuk mengetahui peran masyarakat dalam menciptakan hidup sehat tanpa narkoba.
6. Untuk mengetahui peran aparat pemerintah dalam menciptakan hidup sehat tanpa
narkoba.
7. Untuk mengetahui peran mahasiswa (perguruan tinggi) dalam menciptakan hidup
sehat tanpa narkoba.
8. Untuk mengetahui tips hidup sehat tanpa narkoba

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SEHAT

Terdapat banyak definisi sehat, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sehat
adalah keadaan seluruh badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit. Menurut UU
Kesehatan No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sejalan
dengan definisi sehat menurut UU Kesehatan No 23 Tahun 1992, menurut Badan
Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO), sehat adalah keadaan sejahtera
secara fisik, mental, dan sosial bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun
cacat. Melihat definisi sehat di atas dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu keadaan
fisik, mental, dan sosial yang terbatas dari suatu penyakit sehingga dapat melakukan
aktifitas secara optimal.
2.2 PENGERTIAN GAYA HIDUP SEHAT
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1997), gaya hidup sehat
adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup
yang sehat menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
Menurut badan Promotion Glossary (WHO 1998) lifestyle is a way of living
based on identifible patterns of behaviour wich are determined by the interplay between
an individuals personal characteristics, and environmental, sedangkan menurut Waluko
(2004) mengatakan bahwa gaya hidup adalah resultan dari apa yang menjadi aktivitas
seseorang (A), apa yang menjadi interestnya (I), dan apayang menjadi opininya (O).
Gaya hidup sehat mengarahkan agar aktivitas, interest dan opini seseorang sesuai dengan
standart-standart kesehatan.
2.3 PERAN ORANG TUA DALAM MENCIPTAKAN HIDUP SEHAT TANPA
NARKOBA
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa sikap orang tua memegang peranan
penting dalam membentuk keyakinan akan penggunaan narkoba pada anak-anak. Strategi
untuk mengubah sikap keluarga terhadap penggunaan narkoba termasuk memperbaiki
pola asuh orangtua dalam rangka menciptakan komunikasi dan lingkungan yang lebih
baik di rumah. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan namun masih
sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun
dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba.
Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan narkoba pada
anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan
mendidik anaknya untuk selalu menjauhi narkoba.

Dalam masyarakat kita, orang tua memegang peranan yang besar dalam
membentuk jiwa dan mempengaruhi kehidupan anak-anaknya. Orang tua adalah
pemegang kunci utama dalam upaya penyelamatan putra-putrinya dari bahaya
penyalahgunaan narkoba. Diharapkan pola asuh orang tua dapat mencegah anak menjadi
pengguna narkoba.
2.4 PERAN

PENDIDIK

DALAM

MENCIPTAKAN

HIDUP SEHAT TANPA

NARKOBA
Guru atau pendidik merupakan ujung tombak bagi pencegahan penyalahgunaan
narkoba bagi peserta didik. Guru biasanya memiliki kedekatan yang lebih dengan peserta
didiknya. Dengan kedekatan ini, guru dapat memanfaatkannya untuk menanamkan
kepada peserta didik tentang gaya hidup sehat serta mengajaknya menjauhi narkoba dan
menyampaikan bahaya akibat penyalahgunaan narkoba. Selain itu, perlu ada kerjasama
seluruh komponen yang ada di sekolah untuk mewujudkan tujuan sekolah yang benarbenar bebas narkoba.
Adapun sikap dan keterampilan dasar yang harus dimiliki guru untuk sekolah
bebas narkoba : (Lydia Harlina Martono dan Satya Joewana, 2006:69)
a. Mempelajari masalah narkoba.
b. Mengetahui kesempatan yang dapat digunakan untuk mengajarkan pencegahan
penyalahgunaan narkoba di sekolah.
c. Mendukung pelaksanaan kebijakan sekolah bebas narkoba
d. Memeriksa sikap dan perilakunya sendiri dalam menggunakan narkoba, termasuk
e.
f.
g.
h.
i.
j.

rokok dan miniman keras.


Mendorong perilaku anak yang bertanggung jawab.
Mendorong kegiatan positif sebagai alternatif pemakaian narkoba.
Membantu mengembangkan kepercayaan diri siswa.
Memberi lebih banyak kesempatan pada siswa dalam mengambil keputusan
Mengenal suasana hati siswa.
Terlibat aktif dalam pencegahan dan penanggulangan di sekolah.
Dari sekolah sendiri menetapkan beberapa hal yang merupakan usaha sekolah

untuk menciptakan sekolah bebas narkoba adalah dengan adanya sanksi hukuman, razia,
keteladanan guru, dan penghargaan.
1. Sanksi hukuman
Sanksi hukuman adalah usaha pendisiplinan, dengan tujuan agar anak menyadari

perlunya peraturan/tata tertib dan menghormati peraturan dan tata tertib tersebut.
Sekolah tidak boleh langsung menilai atau manghakimi siswa pemakai narkoba,
menghukum dan mengeluarkannya dari sekolah kecuali ada alasan kuat.

Sanksi hukuman yang efektif adalah pemanggilan orang tua siswa dan

penandatanganan surat perjanjian oleh siswa/orang tua siswa.


Sanksi harus dilaksanakan secara bertahap, dari pelanggaran pertama kali hingga

pelanggaran berulang serta didasarkan pada berat ringannya kasus.


Peraturan harus berlaku secara adil dan konsisten.
Penerapan sanksi harus sesuai dengan asas pendidikan, yaitu sikap wajar, dialog, dan
menghargai hak-hak anak dalam suasana kasih sayang sehingga tidak menimbulkan

dendam atau sakit hati, karena harga diri anak terluka.


2. Razia
Razia perlu diterapkan di sekolah-sekolah dalam rangka pencegahan terhadap
penyimpangan penyalahgunaan narkoba dan kekerasan berupa benda tajam yang
dibawa siswa.
3. Keteladanan guru
Semua personel sekolah mencakup kepala sekolah, guru, pengawai tata usaha,
keamanan sekolah harus menjadi suri tauladan bagi siswa dalam menaati
peraturan/tata tertib tersebut dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di
rumah, sehingga guru memiliki wibawa, tapi bukan sikap yang dibuat-buat.
4. Penghargaan
Pemberian penghargaan dan pujian bagi siswa yang taat, misalnya hadiah atau piagam
bagi siswa yang memiliki dan melaksanakan peraturan/tata tertib itu dalam jangka
waktu tertentu. Hal ini akan menjadi pendorong siswa untuk manaati peraturan
dengan senang hati.
Untuk mewujudkan sekolah yang bebas narkoba perlu kerjasama semua pihak,
baik pihak interen sekolah dan eksteren. Di samping itu, sekolah harus bekerja sama
dengan pihak luar sekolah seperti keluarga, masyarakat, dan kepolisian setempat untuk
mengatasi penyalahgunaan narkoba oleh siswa.
2.5 PERAN MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN HIDUP SEHAT TANPA
NARKOBA
Dalam upaya menciptakan situasi hidup sehat tanpa narkoba, diperlukan peran
serta masyarakat, terutama para tokoh masyarakat yang harus tampil sebagai aktor utama
dalam

menggerakan masyarakat. Para tokoh masyarakat ini diharapkan dapat

memberikan

pengaruh

positif

terhadap

kelangsungan

program

pencegahan

penyalahgunaan narkoba ini, mereka juga harus merangkul semua elemen masyarakat
mulai dari orang tua, anak-anak, remaja, sekolah hingga organisasi sosial masyarakat

supaya program tersebut dalam dilaksanakan sepenuhnya oleh semua anggota


masyarakat. Agar para tokoh masyarakat ini tampil sebagai aktor utama dalam upaya
pencegahan penyalahgunaan narkoba, diharapkan mereka dapat melakukan hal berikut
ini :
1. Memahami

masalah

penyalahgunaan

narkoba,

upaya

pencegahan

dan

penanggulangannya di masyarakat.
2. Mengamati bagaimana kondisi dan situasi lingkungan masyarakat sekitar.
3. Menggalang potensi masyarakat yang nantinya dapat ikut membantu pelaksanaan
pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, terutama
orang tua, para remaja sekolah, organisasi sosial dan kelompok kegiatan masyarakat
dalam lingkungan sekitar.
4. Memberikan arahan yang benar, menyemangati tanpa lelah dan mengendalikan
gerakan masyarakat tersebut agar tidak keluar dari batas yang sudah ditetapkan
bersama.
Dalam menggalang dan menggerakan masyarakat, dapat melakukan hal-hal
berikut ini :
1. Bertatap muka langsung dan berbicara secara terbuka. Ini merupakan cara yang paling
sederhana namun juga cara yang paling ampuh dalam upaya menggerakan masyarakat
dalam program ini. Dengan bertemu langsung, masyarakat akan jauh lebih mengerti
tentang apa yang ingin disampaikan oleh para tokoh masyarakat tersebut; mengenai
program atau solusi-solusi apa saja yang bisa dilakukan. Ini lebih efektif ketimbang
hanya melalui selebaran-selebaran atau spanduk yang terpampang disekitar wilayah
masyarakat.
2. Mengadakan rapat untuk menyusun program kerja. Hal ini harus dilakukan karena
tanpa adanya program kerja yang mumpuni maka semua ide dan solusi yang telah
disampaikan tidak akan bisa berjalan dan hasilnya tidak akan tampak sama sekali.
Pembuatan program kerja ini harus sesuai dengan anggaran yang tersedia, jangan
sampai anggaran yang telah disepakati membengkak karena hal-hal yang tidak ada
hubungannya dengan program yang ada. Karena itu perlu adanya pengawasan yang
intensif agar tidak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan didalam penyusunan
program kerja ini.
3. Para tokoh masyarakat ini juga harus dilibatkan, baik tokoh agama, tokoh sosial
maupun tokoh pemuda yang ada didalam masyarakat. ini penting karena keberadaan
tokoh masyarakat ini sendiri telah mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kehidupan masyarakat. Bila para tokoh ini yang berbicara, maka masyarakat akan

lebih mudah mempercayai dan menjalankannya dikarenakan faktor kedekatan antar


tokoh dan masyarakatnya ini sendiri.
4. Harus ada pemberitahuan mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba dan peringatan
mengenai hal tersebut karena masalah ini tidak hanya menjadi masalah pemerintah
semata tapi juga masyarakat.
Keterlibatan tokoh agama dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba ini juga merupakakan salah satu kunci terpenting bagi
suksesnya program ini. Hal ini dikarenakan para tokoh agama merupakan pembimbing
serta penuntun masyarakat dalam menjalankan nilai-nilai agama yang mereka yakini.
Pemberian nilai moral agama yang intensif juga akan menimbulkan kekebalan
masyarakat terhadap hal-hal negatif yang dilarang oleh ajaran agama yang mereka
yakini. Bila sudah seperti itu, otomatis masyarakat akan jadi lebih tahu dan paham kalau
menggunakan narkoba dan mengedarkannya secara gelap merupakan perbuatan yang
dilarang oleh agama. Peran tokoh agama ini diharapkan tidak hanya sebagai pembimbing
dan penuntun masyarakat saja namun juga harus mempunyai otoritas di lingkungannya
dalam memberikan bantuan untuk pembinaan dan membina umatnya masing-masing.
Tokoh agama diharapkan melakukan hal berikut ini dalam perannya sebagai salah
satu tokoh masyarakat yang ikut aktif dalam upaya pencegahan penyalahagunaan
narkoba:
1. Pembinaan umat
Tokoh agama dapat membantu keluarga yang sedang menderita karena masalah
penyalahgunaan narkoba ini dengan cara melakukan bimbingan konseling. Pengadaan
konseling oleh tokoh agama ini merupakan kegiatan yang sangat membantu keluarga
dalam memecahkan masalah, setidaknya meringankan beban yang ada dalam diri
keluarga yang nantinya mungkin saja dapat membuka jalan bagi keluarga untuk
mengambil tindakan dan keputusan yang tepat.
Tokoh agama juga dapat membantu umat untuk menerima para korban
penyalahgunaan narkoba tersebut. Tokoh agama harus dapat menyakinkan umat dan
masyarakat kalau pecandu narkoba ini bukanlah seorang tertuduh kriminal, mereka
hanyalah korban dan tidak sepantasnya para korban dikucilkan. Doa dan dukungan
untuk korban beserta keluarga sangat membantu menguatkan keluarga dalam
menghadapi kondisi keputusasaan hingga nanti mereka akan menemukan harapan
kembali.
2. Program pendidikan untuk pencegahan

Tokoh agama dan umatnya memiliki potensi besar untuk bersama-sama


mengadakan program pencegahan masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap

narkoba ini dengan cara:


Program pendidikan yang terfokus pada pengadaan bimbingan, pelatihan dan
penyuluhan untuk membangun prinsip hidup sehat dalam diri masyarakat sehingga
dapat dicapai suatu tahapan ketahanan dibidang fisik yang merupakan pertahanan kuat

dari bahaya pengaruh penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.


Program pendidikan bagi orang tua mengenai mengasuh dan mendidik anak yang baik
sebagai strategi pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.
Membangun komunikasi yang baik antara orang tua dan anak agar anak dapat
menceritakan segala hal kepada orang tuanya tanpa menutup-nutupi bila anak sedang
memiliki masalah. Menciptakan disiplin bagi anak dan memperlakukan anak

sebagaimana mestinya tanpa harus ada paksaan.


Program pendidikan bagi generasi muda mengenai peningkatan dan pengamalan
kehidupan keagamaan sehingga nantinya dapat mewujudkan generasi muda yang
sehat jasmani dan rohani, berbudi luhur dan mempunyai ketakwaan kepada Tuhan

YME.
3. Program sosial
Tokoh agama, organisasi dan umatnya dapat menjadi aktor utama dan berperan
serta dalam upaya pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba ini dengan

cara mengadakan program sosial yang meliputi:


Mendirikan pusat atau tempat pelayanan untuk konseling dan konsultasi. Tidak hanya
untuk para korban dan keluarganya saja namun juga masyarakat umum juga dapat
menggunakan fasilitas ini. Tujuannya agar masyarakat mendapatkan informasi terkini

mengenai narkoba dan bagaimana cara mereka untuk menghindarinya.


Pendirian pusat pengobatan, penampungan dan bimbingan pada anak-anak korban
penyalahgunaan narkoba. Fasilitas ini diperlukan karena anak merupakan elemen
yang sangat rentan terhadap dampak penyalahgunaan narkoba ini. Mereka akan
mendapatkan trauma yang sangat mendalam bila mengetahui kalau salah satu anggota
keluarganya merupakan korban penyalahgunaan narkoba. Dibutuhkan waktu dan

keahlian khusus agar anak bisa kembali seperti sediakala lagi.


Mengadakan kegiatan positif untuk menghindarkan diri dari penyalahguna narkoba.
Ini diperlukan agar lingkungan masyarakat senantiasa hidup dan aktif dalam menjalin
kekerabatan dan kebersamaan antar penghuninya sehingga akan tercipta kerukunan
dan kesatuan dalam diri masyarakat yang berguna dalam menangkal masuknya
bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Penempatan pekerjaan dan program latihan. Membuka lahan usaha baru agar
dapat menampung warga sekitar yang tidak memiliki pekerjaan, tujuannya agar mereka
yang tadinya mengganggur tidak terjerumus dalam usaha praktek jual beli narkoba
yang banyak mengincar orang-orang yang tidak punya pekerjaan seperti mereka.
Iming-iming bayaran yang tinggi dapat dengan mudah mengajak mereka yang
menganggur untuk melakukan bisnis haram tersebut. Program latihan ketrampilan juga
diperlukan agar warga mempunyai kemampuan untuk berkreatifitas yang bila nantinya
dikembangankan akan mampu membuka lapangan kerja baru untuk diri mereka sendiri
(Wantara, Tanpa Tahun)
2.6 PERAN APARAT PEMERINTAH DALAM MENCIPTAKAN HIDUP SEHAT
TANPA NARKOBA
Kasus narkoba yang marak terjadi pada remaja, membuat orang tua dan guru
semakain khawatir. Upaya pencegahanpun terus di galakkan oleh BNN untuk melindungi
pelajar dari peredaran gelap narkoba. Untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan
bebas narkoba dibutuhkan peran dari semua pihak termasuk orang tua, guru, dan
masyarakat setempat karena BNN tidak dapat bekerja sendiri tanpa turut campur
masyarakat.
Dari pihak pemerintah juga telah mengatur sanksi hukum untuk narkotika
golongan I dalam pasal 111 sampai 116 UU No. 35 tahun 2009 (Sanksi hukum untuk
pelanggaran menanam, memiliki, menyimpan, memproduksi, memakai, mengedarkan
narkotika sangat berat, mulai dari minimal 4 tahun penjara sampai dengan hukuman
seumur hidup atau hukuman mati ditambah denda minimal 800 juta maksimal 8 miliar
rupiah). Sedangkan narkotika golongan II diatur dalam pasal 117 sampai 121 dan
golongan III diatur dalam pasal 122 sampai 126 UU 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Bagi pengguna narkotika dapat dipidana 1 sampai 4 tahun seperti tertera pasal 127 UU
35 Tahun 2009.
Selain itu diperlukan juga peran penegak hukum dalam tindakan mencegah dan
menanggulangi penyalahgunaan narkotika. Pihak penegak hukum sendiri sudah berusaha
semaksimal

mungkin

supaya

masyarakat

mengetahui

hal-hal

yang

bersifat

menyalahgunakan narkotika. Peranan penegak hukum dalam hal ini adalah mengadakan
pencegahan bersifat umum dan khusus. Menanggulangi dengan cara preventif dan
represif serta memberantas dengan cara langsung dan tidak langsung.
2.7 PERAN MAHASISWA (PERGURUAN TINGGI) DALAM MENCIPTAKAN
HIDUP SEHAT TANPA NARKOBA

A. Perguruan Tinggi sebagai Agen Perubahan


Dalam pasal 20 ayat 2Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang
Pendidikan Tinggi, Pasal 3 Ayat (1) dinyatakan bahwa Perguruan Tinggi
berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Pada pasal-pasal berikutnya dinyatakan bahwa pendidikan tinggi
merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia terdidik. Penelitian
merupakan kegiatan telaah taat kaidah dalam upaya untuk menemukan kebenaran
dan/atau menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
kesenian. Pengabdian kepada masyarakat merupakan kegiatan yang memanfaatkan
ilmu pengetahuan dalam upaya memberikan sumbangan demi kemajuan masyarakat.
Dengan demikian tujuan pendidikan tinggi adalah untuk menghasilkan manusia
terdidik yang memiliki kemampuan akademik dan/atau memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan,

teknologi

menyebarluaskan

ilmu

dan

kesenian,

pengetahuan,

namun
teknologi

juga

mengembangkan

dan/atau

kesenian

dan
serta

mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan


memperkaya kebudayaan nasional.
Dalam hubungannya dengan perubahan sosial, ketiga kewajiban perguruan
tinggi tersebut yang biasa juga disebut Tri Dharma Perguruan Tinggi, merupakan
media untuk mewujudkan perubahan sosial. Dalam hal ini perubahan sosial diartikan
sebagai "modifikasi-modifikasi" yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia,
karena sebab-sebab intern maupun ekstern (Samuel Koenig dalam Soekanto, 1990:
337). Perubahan sosial diartikan pula sebagai segala perubahan-perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi
sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat (Soemardjan, 1982: 379).
Perguruan Tinggi sebagai organisasi pendidikan, merupakan salah satu saluran
perubahan sosial dan kebudayaan disamping organisasi politik, organisasi
keagamaan, organisasi ekonomi dan organisasi hukum. Saluran-saluran tersebut
berfungsi agar sesuatu perubahan dikenal, diterima, diakui serta dipergunakan oleh
khalayak ramai dan mengalami proses pelembagaan.
Bentuk perubahan sosial yang dilakukan perguruan tinggi merupakan
perubahan yang dikehendaki (intended change) atau perubahan yang direncanakan
(planned change) karena pencapaian perubahannya telah direncanakan terlebih

dahulu oleh pihak-pihak yang terkait dengan kegiatan pendidikan, penelitian


maupun pengabdian kepada masyarakat.
Dalam hal ini perguruan tinggi dapat berperan sebagai agen perubahan (agent
of change) yang berupaya membimbing atau mendampingi masyarakat untuk
memperbaiki atau meningkatkan berbagai aspek yang mempengaruhi sistem sosial
sosialnya ke arah yang lebih positif, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola
perilaku di antara kelompok-kelompok masyarakat. Dalam melaksanakan perubahan
tersebut, agen perubahan langsung terkait dalam tekanan-tekanan untuk melakukan
perubahan, bahkan mungkin menyiapkan pula perubahan-perubahan pada lembaga
kemasyarakatan lainnya.
B. Peran Perguruan Tinggi dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba, perguruan tinggi berperan selaku
agen perubahan yang melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan
dan sikap masyarakat tentang bahaya penyalahgunaan Narkoba; meningkatkan
keterampilan masyarakat untuk melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan
Narkoba; meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mencegah penyalahgunaan
Narkoba.
Sebagai agen perubahan, perguruan tinggi sekurang-kurangnya memiliki tiga
peran, yaitu selaku sumber ilmu pengetahuan, kontributor, serta implementator.
Sebagai sumber ilmu pengetahuan, di lingkungan perguruan tinggi terdapat manusia
terdidik yang memiliki kemampuan akademik untuk memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan dan teknologi serta mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut. Peran sebagai kontributor, artinya perguruan
tinggi menyumbangkan kemampuannya itu untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat. Terakhir, peran selaku implementator, perguruan tinggi memiliki
kemampuan dan kewenangan untuk menerapkan langsung ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut dalam kehidupan masyarakat.
Dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba, peran-peran ini dapat dipertegas
lagi, yaitu paling sedikit sebagai konseptor, inovator, evaluator, fasilitator, dan
advokat.

Peran sebagai konseptor terlihat dalam berbagai aktivitas ilmiah yang dihasilkan
menunjukkan kemampuan dalam mengaitkan konsep, teori dengan kebutuhan saat
ini maupun untuk kebutuhan masa yang akan datang. Dalam hal ini perguruan tinggi

mampu melakukan berbagai kajian dan penelitian untuk menyusun apa yang
diperlukan masyarakat saat ini dan di masa yang akan dalam menghadapi
perkembangan penyalahgunaan narkoba yang semakin meningkat jumlah dan variasi

penggunanya dari tahun ke tahun.


Peran sebagai inovator menunjuk pada kemampuan perguruan tinggi untuk
memunculkan gagasan-gagasan baru yang diperlukan saat menyusun konsep-konsep
yang diperlukan untuk kebutuhan masyarakat saat ini maupun saat yang akan datang
dalam melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba. Gagasan-gagasan
baru ini bisa muncul sebagai basil kajian, penelitian dan pengembangan atau

pendampingan kepada masyarakat.


Peran sebagai evaluator tampak dalam kegiatan penelitian, terutama penelitian
terapan yang dikaitkan dengan berbagai masalah sosial ataupun dampak
pembangunan. Melalui kajian maupun penelitian ini perguruan tinggi dapat
melakukan analisis dan evaluasi terhadap berbagai masalah sosial yang berkaitan
dengan bahaya penyalahgunaan narkoba atau dampak upaya-upaya yang pernah
dilakukan untuk melakukan penanggulangan bahaya penyalahgunaan narkoba.
Hasilnya dapat merupakan bahan masukan bagi perguruan tinggi itu sendiri maupun
pihak-pihak terkait dalam menyusun berbagai program pencegahan penyalahgunaan

narkoba.
Peran sebagai fasilitator bertujuan untuk membantu masyarakat agar mampu
menangani tekanan situasional atau transisional yang terjadi di lingkungannya antara
lain melalui pengidentifikasian dan mendorong kekuatan-kekuatan personal dan
aset-aset sosial yang dapat digunakan untuk melakukan pencegahan, membantu
masyarakat untuk menetapkan tujuan pencegahan penyalahgunaan narkoba dan caracara pencapaiannya. Perguruan tinggi memfasilitasi atau memungkinkan masyarakat

agar mampu melakukan perubahan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama.
Peran sebagai advokat atau pembela yang cenderung mengarah pada advokasi kelas
(class advocacy) yang membela kepentingan masyarakat agar dapat terhindar dari
penyalahgunaan narkoba. Dalam hal ini perguruan tinggi dapat melakukan upayaupaya untuk mendorong pihak-pihak terkait agar setiap kelompok masyarakat
mendapat pelayanan yang sama dalam upaya pencegahan, mendorong para pembuat
keputusan untuk peka terhadap kondisi-kondisi dan situasi yang dapat memberi
peluang penyalahgunaan narkoba di masyarakat, mendorong pihak-pihak terkait
agar mendukung partisipasi masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba,
dan lain-lain.

Dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba, hubungan antara pendidikan,


penelitian dan pengabdian kepada masyarakat atau Tri Dharma Perguruan Tinggi,
dapat dilakukan secara optimal melalui kegiatan yang saling mendukung.
Kegiatan pendidikan, materi pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat
diintegrasikan ke dalam materi perkuliahan yang memiliki relevansi dengan
penyalahgunaan narkoba. Misalnya, Fakultas Hukum memasukkan materi narkoba
dalam materi perkuliahan Hukum Pidana. Pada Program Studi Pendidikan Luar
Sekolah diintegrasikan dalam materi perkuliahan Kependudukan dan Masalah
Sosial.
Dalam pembahasan ataupun diskusi materi perkuliahan tersebut dapat muncul
berbagai pertanyaan terhadap fenomena yang terjadi saat ini dan pemecahannya
melalui konsep, teori maupun peraturan hukum yang ada. Hal ini dapat mendorong
dosen maupun mahasiswa untuk melakukan penelaahan lebih jauh secara empirik
melalui penelitian atau melalui kajian-kajian ilmiah. Penelitian atau kajian ilmiah
tersebut dapat dikaitkan dengan berbagai aspek penyalahgunaan narkoba dan dapat
dilakukan oleh dosen maupun mahasiswa. Misalnya penelitian tentang dampak
ekonomi penderita HIV/Aids, atau penyalahgunaan narkoba di lingkungan
pendidikan, atau penerapan UU narkotika.
Selanjutnya, hasil penelitian atau kajian dapat dipublikasikan melalui berbagai
media yang ada di kampus maupun di luar kampus. Misalnya dipublikasikan melalui
jurnal ilmiah, majalah populer, seminar, blog, seminar, talk show, lokakarya, dan
lain-lain. Publikasi hasil penelitian maupun kajian ini pun dapat menjadi bahan
pengayaan materi perkuliahan yang akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru
lagi untuk ditindaklanjuti penelitian atau kajian-kajian lainnya.
Disamping itu, hasil penelitian yang memungkinkan untuk diterapkan, dapat
ditindaklanjuti dengan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk
sosialisasi, pelatihan, pengembangan, konsultasi, publikasi dan lain-lain.
Kegiatan sosialisasi ditujukan untuk memberikan informasi tentang berbagai
aspek yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba. Melalui kegiatan ini
diharapkan pihak yang menjadi sasaran sosialisasi memiliki informasi yang benar
tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dari berbagai aspek, seperti aspek fisik,
psikologis, hukum, ekonomi dan sosial serta penyebarannya. Kegiatan ini bisa
dilakukan terhadap mahasiswa baru, warga masyarakat, mitra perguruan tinggi
maupu. komunitas tertentu seperti siswa-siswi SMA. Disamping itu kegiatan ini pun

dapat menjadi titik tolak mahasiswa untuk merintis pembentukan Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) yang berkaitan dengan pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Kegiatan pelatihan ditujukan bagi para dosen, mahasiswa ataupun anggota
kelompok-kelompok dalam masyarakat, misalnya tokoh agama, tokoh pemuda,
siswa sekolah, dan lain-lain, yang bersedia melakukan kegiatan pencegahan
penyalahgunaan narkoba, baik sebagai penyelenggara maupun penyampai materi.
Kegiatan pelatihan juga bisa ditujukan untuk para calon peneliti atau penulis artikel
ilmiah yang akan dilibatkan dalam penelitian atau penulisan artikel tentang narkoba.
Pelatihan diperlukan agar peneliti memahami karakteristik pengguna, penyebaran
maupun upaya-upaya pencegahan yang telah dilakukan di masyarakat. Kegiatan
pelatihan lainnya bisa dikembangkan sesuai kebutuhan yang diperlukan dalam
kegiatan pencegahan, misalnya pelatihan parenting skill, peer learning dan lain-lain.
Kegiatan pengembangan ditujukan untuk mengembangkan berbagai model
pencegahan ataupun model-model yang mendukung upaya-upaya pencegahan.
Model-model ini merupakan produk kegiatan penelitian yang sudah diujicobakan
dan sudah siap untuk diterapkan di masyarakat.
Kegiatan pendampingan dilakukan terhadap mitra kerja perguruan tinggi yang
ingin menerapkan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba di lingkungannya
namun masih memerukan dukungan, misalnya dukungan secara konseptual maupun
teknis atau dukungan-dukungan lainnya.
Kegiatan KKN atau Kuliah Kerja Nyata yang melibatkan sejumlah mahasiswa
dari berbagai fakultas, dapat menjadi media untuk kegiatan sosialisasi pencegahan
yang bersifat antar disiplin ilmu. Materi sosialisasi akan lebih variatif dan dapat
dikemas dalam bentuk yang menarik melalui aktivitas seni, olah raga,
pengaaan/ceramah agama, atau bentuk-bentuk lainnya.
Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini pun dapat dipublikasikan di dalam
maupun di luar lingkungan perguruan tinggi, serta bisa menjadi bahan masukan
untuk pengayaan materi perkuliahan maupun data dasar untuk melakukan kajian dan
penelitian (Kartika, 2008)
2.8 TIPS HIDUP SEHAT TANPA NARKOBA
Anti narkoba harus dimulai dari diri sendiri. Indonesia bebas narkoba akan
tercapai jika setiap individu cerdas menyikapi setiap hal yang bisa menjerumuskan diri
mereka pada bahaya narkoba. Menjalankan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari

adalah cara yang paling cerdas untuk menghindari bahaya narkoba. Hidup cerdas tanpa
narkoba dengan menjalankan pola hidup sehat adalah sebuah keadaan yang harus
diciptakan. Jadi bukan keadaan yang harus dicari. Pola hidup sehat bisa dimulai dari
dalam diri sendiri yaitu dengan berpikir positif dan percaya serta yakin pada kebesaran
Tuhan.
Menjaga kesehatan dengan olah raga dan asupan makanan bergizi juga
merupakan salah satu cara menjalani pola hidup sehat. Selain itu menjaga agar
lingkungan sekitar bersih dan rapi juga tidak kalah penting perannya dalam menciptakan
pola hidup sehat. Jalan menuju sehat merupakan sebuah keharusan yang harus dijalani
bagi siapapun yang menginginkan dirinya sehat secara lahir maupun batin. Menjadi
pecandu narkoba adalah cara bodoh dalam menjalani hidup karena mengkonsumsi
narkoba sama halnya dengan sakit lahir dan batin. Berikut ini adalah tips cerdas untuk
menjalani pola hidup sehat lahir dan batin tanpa narkoba :
1. Olah raga teratur
Olah raga bukanlah hal yang sulit sebenarnya. Kegiatan yang satu ini juga murah
meriah. Dengan berjalan pagi setiap hari secara rutin maka sudah bisa dikatakan
berolah raga sekaligus memberikan supply oksigen atau udara bersih bagi tubuh dan
pikiran kita.
2. Makan-makanan yang sehat
Makanan yang sehat bukan berarti adalah makanan yang mahal. Dengan asupan gizi
seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral, itu artinya
seseorang sudah mengkonsumsi makanan sehat. Jika tubuh sudah terbiasa dengan
makanan sehat maka secara otomotis tubuh akan menolak ketika ada asupan yang
tidak sehat masuk. Asupan tidak sehat yang dimaksud di sini adalah berbagai jenis
narkoba, baik itu yang alami maupun sintetis.
3. Berpikir sehat
Pikiran yang sehat adalah pikiran yang selalu dipenuhi oleh hal-hal yang baik. Seperti
misalnya rasa terima kasih atas apa yang sudah diterima. Selain itu juga selalu berbaik
sangka terhadap orang lain. Hal ini tentu saja akan membuat seseorang selalu merasa
tenang, nyaman, dan bahagia. Berbeda halnya jika selalu berpikiran buruk pada diri
sendiri maupun orang lain. Maka pikiran akan menjadi kacau. Kalau sudah demikian
maka hal-hal buruk pun akan datang silih berganti. Pikiran tidak sehat inilah yang
sringkali membuat orang mengambil jalan pintas dengan membersihkan pikiranpikiran buruknya dengan mengonsumsi narkoba untuk mendapatkan euphoria sesaat.
4. Berkomitmen untuk tidak menggunakan narkoba

Berkomitmen artinya berjanji pada diri sendiri. Ketika sudah tahu akan bahaya
narkoba maka seharusnya bisa berjanji pada diri sendiri untuk tidak menyalahgunakan
narkoba.
5. Fokus pada cita-cita atau impian
Setiap orang harus berani bermimpi. Di sini yang di maksud dengan mimpi adalah
cita-cita. Jika seseorang fokus pada aktivitas mewujudkan cita-cita dengan selalu
berdoa dan berusaha maka tidak akan ada lagi ruang lagi bagi narkoba dalam pikiran.
6. Berani mengatakan tidak pada narkoba
Ajakan untuk menggunakan narkoba bisa datang kapan saja dan di mana saja. Bahkan
dari teman-teman terdekat. Oleh karena itulah setiap orang harus memiliki komitmen
yang kuat untuk mengatakan TIDAK pada narkoba. Karena biasanya orang-orang
yang menawarkan narkoba seringkali cenderung memaksa agar mau mencoba
narkoba gratisan pemberian mereka. Yang perlu diingat adalah awalnya memang
gratis, tapi ketika sudah ketagihan maka harga narkoba itu akan menjadi berlipat
ganda.
7. Pandai memilih meman
Pandai memilih teman bukan berarti pilih-pilih teman atau membeda-bedakan, tetapi
menuruti kata hati, mana teman yang baik dan mana teman yang tidak baik. Jika ada
indikasi teman yang tidak baik dan ia memiliki potensi sebagai penyalahguna
narkoba, maka tidak ada salahnya jika menjaga jarak dengannya.
8. Orang tua sebagai sahabat anak
Sahabat artinya adalah orang yang bisa memahami dan merasa nyaman jika
bersamanya. Anak memerlukan teman bicara yang membuat hati mereka nyaman. Jika
anak tidak merasa nyaman dengan orang tuanya, maka ia akan mencari teman bicara
lain. Bisa jadi teman bicara yang ditemukan oleh si anak adalah teman sebayanya
yang hanya bisa memberinya rasa nyaman sesaat. Jadi alangkah baiknya jika orang
tua bisa menjadi sahabat anak.
9. Saling memberi motivasi yang baik dalam pertemanan
Teman yang baik adalah teman yang bisa membuat diri seseorang menjadi lebih baik,
begitu juga sebaliknya. Kebaikan itu bisa berupa motivasi ketika teman sedang sedih
atau mengalami kegagalan. Teman yang baik akan selalu ada kapan saja di saat suka
maupun duka. Dan teman yang baik akan mengatakan kebenaran walaupun kebenaran
itu menyakitkan, akan tetapi tujuannya adalah untuk kebaikan. Justru seseorang patut
curiga jika ada teman yang selalu menyanjung atau memberi pujian. Bisa jadi ia justru
membuat seseorang terlena dan akhirnya terjerumus ke dalam hal yang kurang baik.
10. Menciptakan lingkungan bersih dan sehat
Lingkungan memberi peran penting bagi beredarnya narkoba. Lingkungan yang buruk
mencerminkan pribadi orang yang tinggal di sana adalah orang-orang dengan jiwa

yang buruk. Betapa tidak, setiap hari mereka melihat pemandangan buruk dan tidak
berusaha untuk memperbaikinya. Pikiran-pikiran buruk inilah yang mudah
dipengaruhi oleh pengedar untuk mengkonsumsi narkoba. Berbeda halnya dengan
lingkungan yang baik, bersih, dan asri. Lingkungan seperti ini mencerminkan
penghuninya yang selalu berpikiran bersih. Orang-orang seperti ini akan selalu
menginginkan hidup sehat lahir dan batin. Oleh karena itu mereka akan menolak
narkoba dengan tegas karena narkoba bisa merusak diri mereka.
11. Jangan pernah mencoba narkoba
Apapun alasannya narkoba memiliki sifat adiktif yang menyebabkan penggunanya
akan menjadi pecandu yang ingin mengkonsumsinya secara terus menerus. Oleh
karena itu apapun alasannya, jangan pernah mencoba narkoba. Karena sekali mencoba
walaupun itu hanya iseng-iseng belaka, namun efek candunya akan tetap ada.
12. Kuat iman
Iman yang kuat bisa menghindarkan seseorang pada tawaran narkoba. Dengan iman
yang kuat jika menghadapi masalah maka akan terbiasa dengan memakai pemikiran
yang panjang, tidak mengandalkan emosi untuk menyelesaikan masalah sehingga
nantinya akan terjebak dalam lingkaran setan yang akan membawa seseorang pada
narkoba.
13. Berani menghadapi segala masalah
Jangan pernah menghindar dari setiap masalah. Sekecil apapun itu biasakanlah untuk
menghadapinya bukan menghindarinya. Dalam hidup selalu ada masalah. Jadi
kapanpun harus terbiasa untuk menghadapinya. Orang yang tidak terbiasa
menghadapi masalah, maka ia akan rentan menerima tawaran narkoba sebagai
pelarian dalam melupakan masalah. Padahal dengan mengkonsumsi narkoba hanya
akan melupakan masalah itu sesaat. Bahkan masalah baru akan terus menerus muncul
ketika menggunakan narkoba. Narkoba tidak pernah bisa mengatasi masalah, yang
ada justru akan menambah masalah baru yang berlipat ganda.
14. Menghindari pergaulan yang berbahaya
Jika pergaulan yang dilakukan kegiatannya positif maka bisa dipastikan itu tidak
berbahaya. Tapi jika pergaulan yang dilakukan melakukan kegiatan-kegiatan negatif,
seperti misalnya geng motor, atau kegiatan hura-hura lainnya, maka sebaiknya
dihindari. Karena pergaulan yang berbahaya sangat rentan pada peredaran narkoba.
15. Memilih kegiatan yang positif
Ada banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu luang.
Kegiatan positif ini bisa dengan menyalurkan hobi bersama keluarga maupun temanteman satu hobi yang tergabung dalam komunitas tertentu. Berkumpul dengan temanteman yang memiliki kesenangan atau hobi yang sama akan memberikan aura positif

pada diri seseorang. Sehingga pikiran akan fokus ada segala kegiatan baik dan tidak
ada lagi ruang bagi kegiatan tidak baik termasuk narkoba.
16. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga
Jika suasana di rumah sangat menyenangkan, maka seseorang juga akan merasa betah
di rumah. Apalagi jika seluruh anggota keluarga saling mengerti dan mendukung satu
sama lain. Hal inilah yang harus dilakukan agar seluruh anggota keluarga terhindar
dari bahaya narkoba.
17. Selalu ingat pada bahaya narkoba
Jika seseorang tahu akan bahaya narkoba, maka pasti tidak mau untuk menggunakan
narkoba. Seseorang yang berakal sehat pasti tidak akan menyakiti dirinya sendiri
dengan mengkonsumsi narkoba. Yang perlu diingat adalah narkoba bisa merusak kerja
otak serta susunan syaraf pusat. Selain itu narkoba juga bisa merusak jaringan penting
pada tubuh manusia seperti lever juga ginjal.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu
kesehatan.
2. Untuk menciptakan hidup sehat tanpa narkoba diperlukan peran dari beberapa pihak
seperti orang tua, pendidik, masyarakat, aparat pemerintah, dan mahasiswa (perguruan
tinggi).
3. Anti narkoba harus dimulai dari diri sendiri. Indonesia bebas narkoba akan tercapai
jika setiap individu cerdas menyikapi setiap hal yang bisa menjerumuskan diri mereka
pada bahaya narkoba.

DAFTAR PUSTAKA

Kartika, Ikka. 2008. Peran Perguruan Tinggi Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba.
(online), (http://www.uninus.ac.id/?ling=10&no=6), diakses 21 Maret 2015
Martono, Lydia Harlina dan Joewana, Satya. 2006. Pencegahan dan Penanggulangan
Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah. Jakarta : Balai Pustaka
Soekanto, Soeyono. 1990.Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Keempat, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Soemardjan, Selo. 1982. Perubahan Sosial di Yogyakarta, Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Wantara. Tanpa Tahun. Peran Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba.

(online),

(https://www.academia.edu/3762870/Peran_Masyarakat

_Dalam_Upaya_Pencegahan_Penyalahgunaan_Narkoba), diakses 21 Maret 2015

Anda mungkin juga menyukai