Anda di halaman 1dari 5

Klorin Sisa dan Dosis Klorin

Praktek disinfeksi dengan klorin telah digunakan secara luas, namun akhirakhir ini ditemukan bahwa klorinisasi dapat menghasilkan trihalomethane dan zat
organik lain yang berbahaya bagi kesehatan. Karenanya, disinfeksi

alternatif ,

seperti kloramin, klorin dioksida, radiasi UV dan ozon yang tidak menyebabkan
masalah, penggunaannya meningkat. Klorinisasi juga tidak efektif melawan
protozoa penyebab penyakit, seperti Giardia lamblia dan Cryptosporidium parvum.
1. Sejarah Disinfeksi
1854
: Untuk pertama kalinya ditemukan bahwa penyebaran penyakit
menular disebabkan oleh masuknya limbah domestik ke sumber air.
Sejak itu, hipoklorit menjadi umum digunakan saat keadaan darurat
1904

penyebaran penyakit.
: Klorinisasi secara terus

menerus

pada

suplai

air

masyarakat

dilaksanakan di Inggris, cara disinfeksi ini tidak meluas dengan cepat


1912

karena terbatasnya ketersedian hipoklorit.


: Fasilitas gas klorin berkembang, penggunaan

Sekarang

cepat,

mengakibatkan

klorinisasi

turunnya

pun

menyebar

dengan

penyebaran

penyakit.
:

Peningkatan penyebaran penyakit yang disebabkan oleh

protozoa, hepatitis dan virus.


2. Kimia Klorinisasi
Klorin digunakan dalam bentuk klorin bebas atau hipoklorit, keduanya mudah
terdisipasi

sehingga

hanya

sedikit

disinfeksi

menggunakan dosis klorin yang berlebih.


a. Reaksi dengan air
Klorin bereaksi dengan air

yang

menghasilkan

tercapai

meskipun

Hypochlorous

dan

hydrochloric acid. Reaksi ini didominasi dengan Cl 2 bebas, sehingga sering


bereaksi membentuk senyawa yang menjijikkan seperti NCl 3. Di pH diatas 4,
kesetimbangan bergeser jauh, sehingga Cl 2 hanya tersisa sangat sedikit.
Hipoklorit digunakan dalam bentuk larutan sodium hipoklorit, yang
banyak digunakan jika kebutuhan cukup besar dan dalam bentuk kering
berupa High-test Ca hypochlorite yang banyak digunakan jika kebutuhan
cukup kecil. Keduanya terionisasi dalam air membentuk ion hipoklorit.

Keduanya memiliki kesetimbangan yang sama dengan ion hydrogen,


bedanya Cl2 menurunkan pH sedangkan OCL- sebaliknya.
b. Reaksi dengan pengotor air
Cl2 atau OCL- bereaksi dengan amonia membentuk monochloroamine,
dichloroamine dan trichloroamine, tergantung pH dan jumlahnya. Mono

dan dichloroamine memiliki efek disisnfeksi yang baik.


Cl2 bereaksi dengan agen reduksi, misal, H 2S, Fe2+, dll
HOCL bereaksi dengan senyawa organik tak jenuh akan membentuk

hypochlorous acid
HOCL bereaksi dengan halogen dalam air, misalnya membentuk HOBr,

yang juga bersifat disinfectant, tapi lebih cepat bereaksi.


Bereaksi dengan fenol membentuk mono-, di-, atau trichlorofenol yang

mempengaruhi rasa dan bau air


Bereaksi dengan senyawa humus, misalnya membentuk trihalomethane

(karsinogen) dan haloacetic acid


Akibat beberapa hasil reaksi yang merugikan, metode disinfeksi lain mulai
diusahakan. Namun, keuntungan klorinisasi tetaplah yang terbesar, dan satusatunya yang sisanya masih bekerja sebagai pelindung dari kontaminasi
bakteri. Eksplorasi disinfektan lain dan minimalisasi terbentuknya hasil reaksi
klorin lebih jauh diperlukan.
3. Efek Sisa Disinfeksi terhadap Kesehatan Masyarakat
Waktu kontak dan konsentrasi agen desinfektan adalah 2 faktor penting
disinfeksi. Intinya, untuk waktu kontak yang lama, maka konsentarsi desinfektan
yang sedikit sudah cukup, dan sebaliknya. Klorin, hypochlorous acid dan ion
hypochlorite umumnya disebut sisa free chlorine dan chloroamine disebut sisa
combined chlorine. Masing-masing agen memiliki sifatnya sendiri: HOCL lebih
efektif daripada OCL- di pH rendah. Combined chlorine lebih spesifik waktu
keefektifannya dan lebih tahan lama daripada free chlorine, dll.
Penambahan klorin pada ammonia awalnya membentuk

combined

chlorine yang semakin banyak hingga rasio konsentrasi klorin dan ammonia 1:1,
kemudian menurun hingga minimum pada rasio 1.5:1. Penambahan klorin lagi
akan menghasilkan free chlorin. Rasio ini dapat berubah tergantung pH, dimana
semakin asam rasio klorin perlu ditingkatkan. Breakpoint klorinisasi diperlukan
untuk mendapatkan free chlorine dan sebagai metode penghilangan ammonia.
4. Metode Determinasi Sisa Klorin
a. Sisa klorin total

Metode orthololidine, berupa colorimetric, karena tidak akurat dan

karsinogen, penggunaannya dihilangkan dari Standard Methods


Metode Iodometric, berupa colorimetric dengan indikator warna biru,

cocok untuk pengukuran sisa klorin total yang lebih dari 1 mg/L.
b. Sisa free dan combined chlorine
Metode titrasi Amperometric, berdasarkan prinsip polarography dan
menggunakan elektroda. Dengan memvariasi pH, maka jumlah free
chlorine, mono- dan dichloroamine dapat diperoleh. Tidak dipengaruhi

oleh warna dan turbidity, sehingga cocok untuk analisa air limbah
Metode DPD, berupa colorimetric dengan indikator warna merah titrasi.
Dengan

memvariasi

pH,

maka

jumlah

free

chlorine,

mono-

dan

dichloroamine dapat diperoleh. Relative mudah untuk dilaksanakan


5. Pengukuran Dosis Klorin
Yaitu, selisih jumlah klorin yang diberikan dengan sisa free, combined atau
total chlorine yang tersisa di akhir periode kontak. Dosis klorin dipengaruhi oleh
jenis air, jumlah klorin yang diberikan, waktu kontak, pH dan suhu.
6. Disinfeksi dengan Klorin Dioksida
Kelebihan : Klorin dioksida seefektif hypochlorous acid dan disinfektan yang
baik pada pH yang tinggi. Klorin diosida tidak bereaksi denga ammonia dan
senyawa organik, efektif menghancurkan senyawa fenol yang bergabung

dengan tipe klorin lain yang tidak diinginkan.


Kelemahan : mahal, pengalaman penggunaannya

yang

kurang,

dan

terbentuknya chlorite bersama-sama chlorine dioksida yang berpotensi

berbahaya bagi kesehatan


Pengukuran : idiometric, amperometric titration dan DPD

7. Disinfeksi dengan Ozon


Kelebihan : Efektif meskipun dalam konsentrasi yang sedikit, efektif
membunuh

protozoa,

tidak

membentuk

senyawa

halogenated,

dapat

menghilangkan material penyebab rasa dan bau, garam besi dan mangan
Kelemahan : mahal, tidak memberikan perlingdungan yang lama, dan rentan

terhadap pertumbuhan bakteri di pipa distribusi


Pengukuran : menggunakan spectrophotometer

8. Aplikasi Data Dosis Disinfeksi dan Disinfeksi Sisa


Penentuan: kapasitas unit disinfeksi, jumlah disenfektan yang diperlukan, tipe
container pengiriman, dll.

Fluorida

1. Level Fluorida pada Suplai Air


Kelebihan florida pada air baku menyebabkan kerusakan gigi dan
tulang pada hewan herbivora dan pada kadar lebih dari 1 mg/L
menyebabkan titik berwarna pada gigi manusia. Penghilangan fluoride
dapat

dengan

alumina, dll.

menggunaka

media

tricalcium

phosphate,

activated

Kadar florida yang lebih sedikit dari 1 mg/L akan

menyebabkan kerusakan caries gigi.

2. Kimia Fluorine dan Senyawanya


Fluor adalah unsur yang paling aktif. Senyawa fluoride yang
ditambahkan ke air baku masyarakat adalah NaF, CaF2, dan HF.
3. Metode Pengukuran Fluorida
Semua metode pengukuran memanfaatkan interferensi ion fluoride
dengan ion lainnya.
Metode Elektroda, yang paling sederhana, tapi membutuhkan skala

pH yang diperluas.
Ion chromatographic, dapat menganalisa fluoride dan anion lainnya

secara bersamaan
Colorimetric, pada cara ini suhu dan waktu adalah variable penting
dan ion pengganggu harus dihilangkan sebelum pengukuran

Anda mungkin juga menyukai