Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Instalasi pengolahan air minum merupakan salah satu bidang keilmuan teknik sipil dan
lingkungan, dalam pelaksanaannya pengolahan air minum dimaksudkan untuk menghilangkan
pencemar yang terdapat dalam air baku sehingga layak untuk diminim sesuai dengan baku mutu
yang telah ditetapkan pemerintah. Sumber pencemaran air baku tersebut terdiri pencemaran
fisika, kimia dan biologi, untuk itu unit unit pengolahan air minum dirancang berdasarkan
pertimbangan kesesuaian terhadap penyisihan parameter-parameter pencemar yang terkandung
dalam air tersebut.
Desinfeksi merupakan salah satu unit pengolahan air untuk parameter biologis seperti virus
pathogen dan parasit lainnya. Desinfeksi adalah memusnahkan mikroorganisme yang dapat
menimbulkan penyakit. Desinfeksi merupakan benteng manusia terhadap paparan
mikroorganisme pathogen penyebab penyakit, termasuk didalamnya virus, bakteri, dan protozoa
parasit (Biton, 1994).
Desinfeksi dapat dilakukan secara fisik maupun kimia. Bahan kimia yang digunakan sebagai
desinfektan pada umumnya merupakan oksidator yang dapat bereaksi dengan bahan organik
maupun anorganik (EPA, 1999). Salah satu bahan kimia yang sering digunakan di Indonesia
sebagai desinfektan adalah klorin yang bisa berbentuk padat, larutan maupun gas (gas klorin).
klorin merupakan senyawa halogen dan bersifat toksik apabila terpapar kepada manusia dalam
konsentrasi tertentu, oleh karena itu perlu diketahui potensi resiko bahaya dan toksititas dari
klorin tersebut beserta tata cara dalam menggunakan klorin agar terhindar dari efek toksik
terhadap manusia khususnya operator instalasi air minum yang menggunkan klorin sebagai
desinfektan untuk air minum.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan Penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses desinfeksi pada pengolahan air minum yang menggunakan desinfektan
klorin.
2. Mengetahui efek toksik yang ditimbulkan dari paparan klorin serta penanganan dalam
penggunaan bahan klorin sebagai desinfektan pengolahan air minum.

1
BAB II
URAIAN KAJIAN

2.1 Proses Desinfeksi


Proses desinfeksi merupakan proses terakhir dari pengolahan air minum, desinfeksi
dilakukan setelah penyisihan kandungan senyawa fisik dan kimia yang terdapat dalam air baku.
Proses desinfeksi adalah menginaktivasi mikroorganisme pathogen seperti bakteri, virus dan
protozoa. Selain menginaktivasi mikroorganisme, fungsi desinfektan adalah sebagai berikut
(USEPA, 2001):
- Mengoksidasi besi dan mangan
- Menghilangkan rasa dan bau
- meningkatkan efisiensi hasil pengolahan sebelumnya
- menyisihkan warna.
Sedangkan mekanisme utama proses inaktivasi mikroorganisme pathogen adalah (USEPA,
1999):
- proses perusakan struktur sel melalui perusakan dinding sel atau merusak fungsi dari
membran semipermeabel pada mikroorganisme
- mengganggu fungsi enzim
- mempengaruhi proses biosintesis
- mempengaruhi proses biosintesis pada pertumbuhan dengan mencegah sintesis dari
protein, nuclead acid, koenzim dan dinding sel.

Dalam pengolahan air minum, perlu diperhatikan jumlah konsentrasi atau dosis klorin yang
tepat. Perhitungan dosis klorin dipengaruhi oleh jumlah mikroorganisme yang akan di inaktivasi
dam disisakan dalam jumlah tertentu dalam sistem distribusi air yang dimaksudkan untuk
membunuh mikroorganisme yang terdapat atau masuk selama mengalir dalam sistem distribusi
air minum tersebut.

2.2 Desinfektan klorin


Klorin merupakan salah satu elemen kimia yang termasuk dalam golongan halogen. klorin
dapat berbentuk gas klor maupun cairan chlorine yang tergantung temperaturnya. Jika
pembentukan klor hidrat (Cl28H2O) bereaksi dengn udara lembab pada suhu 100oC dan 1 atm.
Chlorin dalam bentuk gas atau cairan, gas klor menimbulkan bau dan berwarna kuning kehijauan
2
dimana berat jenis 2 setengah kali berat dari udara. Bau chlorine yang bersifat merangsang untuk
cepat dikenali secara spesifik (Alaerts, 1984). Klor berasal dari gas klor Cl2, NaOCl, Ca(OCl2)
(kaporit) atau larutan HOCl (asam hipoklorit) (Ireland-EPA, 2001)
Jika gas chlor sebagai gas Cl2 dilarutkan di dalam air , maka akan terjadi reaksi hidrolisa
yang cepat seperti dibawah ini (Ireland-EPA, 2001):
Cl2 + H2O HOCl + H+ + Cl-
Dari reaksi diatas terlihat bahwa proses klorinasi dapat mengakibatkan penurunan pH
larutan dengan terbentuknya H+. Selanjutnya gas hipoklorit terdiosiasi menjadi ion hydrogen dan
ion hipoklorit, seperti reaksi dibawah ini
HOCL OCl- + H+
Bahan yang aktif berfungsi sebagai desinfektan adalah HOCl, OCl- dan Cl2.

2.3 Bahaya Paparan Klorin


Gas klor yang mudah dikenal karena baunya yang khas itu, bersifat merangsang (iritasi
terhadap selaput lender pada mata atau conjunctiva), selaput lender hidung, selaput lender
tenggorok, tali suara dan paru-paru. Menghisap gas klor dalam konsentrasi 1000 ppm dapat
menyebabkan kematian mendadak di tempat. Orang yang menghirup gas klor akan merasakan
sakit atau rasa panas dan pedih pada tenggorokan. Hal ini disebabkan pengaruh rangsangan atau
iritasi terhadap selaput lender (mucus membrane) yang menimbulkan bintik-bintik kering
(kosong) yang terasa pedih, panas, waktu menarik napas terasa sakit dan sukar bernapas. Waktu
bernapas terdengar suara desing seperti penderita asma atau broncristis (Adiwisastra, 1989).
Mekanisme terjadi toksik Klorin sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Klorin, baik
dalam bentuk gas maupun cairan mampu mengakibatkan luka yang permanen, terutama
kematian. Pada umumnya luka permanen terjadi disebakan oleh asap gas klorin. Klorin sangat
potensial untuk terjadinya penyakit di kerongkongan, hidung dan tract respiratory (saluran
kerongkongan di dekat paru-paru). Klorin juga dapat membahayakan sistem pemafasan terutama
bagi anak-anak dan orang dewasa. Dalam wujud gas, klor merusak membran mukus dan dalam
wujud cair dapat menghancurkan kulit. Tingkat klorida sering naik turun bersama dengan tingkat
natrium. Ini karena natrium klorida, atau garam, adalah bagian utama dalam darah.

3
Bahaya keracunan oleh gas klor dapat terjadi. yaitu (Adiwisastra 1989) :
1. Keracuan Akut
Disebabkan karma menghisap gas klor dalam konsentrasi tinggi dan penghisapan terjadi
untuk pertama kalinya. Menghisap gas klor dalam 15 ppm menimbulkan pengaruh
rangsangan/iritasi pada selaput lendir tenggorokan dan dalam 30 ppm menyebabkan
batuk-batuk, dalam konsentrasi tinggi (1000 ppm) mengakibatkan kematian mendadak .
Gejala-gejala keracunan oleh gas klor, yaitu (Adiwisastra 1989) :
a. tenggorok terasa gatal, pedih atau panas
b. Batuk terus menerus disebabkan pengaruh rangsangan terhadap refleks alat
pernapasan yang menyebabkan orang tidak menahan batuk.
c. Pernapasan (kalau menarik napas) terasa sakit dan sesak.
d. Muka kelihatan kemerah-merahan.
e. Mata terasa pedih akibat rangsangan terhadap selaput lendir conjungtiva.
f. Batuk kadang-kadang disertai darah dan muntah-muntah hebat.
g. Pengisapan gas klor dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan terhentinya
pernapasan (asphyxia).
2. Keracunan Kronis
Disebabkan karena menghirup gas klor dalam konsentrasi rendah tetapi terjadi berulang-
ulang, sehingga dapat menyebabkan hilangnya rasa pada indra penciuman, merusak gigi
atau gigi keropos (Adiwisastra 1989).
2.4 Penggunaan dan MSDS Klorin
Klorin terutama dalam bentuk gas klorin bersifat sangat toksik, untuk itu dalam
menggunakan klorin harus mengikuti standar prosedur kesehatan dan keselematan kerja, selain
itu setiap unit kegiatan yang menggunakan klorin harus menyedikan fasilitas kesehatan dan
keselamatan kerja termasuk alarm untuk peralatan pernapasan dan detector klorin (USEPA,
1999).
Setiap produk produk yang bersifat bahan berbahaya dan beracun (B3) dilengkapi
dengan Material Safety Data Sheet (MSDS) yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
menggunakan produk tersebut beserta dampak yang ditimbulkan oleh paparan serta langkah
langkah jika terjadi paparan tersebut.

4
Berikut salah satu contoh MSDS dari klorin dalam bentuk gas klorin (Cl2) yang dijual
dipasaran yang dikeluarkan oleh OLTCHIM, informasi informasi penting yang terdapat dalam
MSDS tersebut adalah (OLTCHIM, 2006):
Sifat Klorin
Barang tersebut bersifat toksik dan korosif, bisa terlihat dari symbol B3 yang terdapat
dalam MSDS seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Sumber: OLTCHIM, 2006


Gambar 1. Simbol Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Klorin
Pertolongan jika terjadi paparan klorin:
- Pernapasan : toksik dan mengiritasi. Paparan gas klorin bisa menyebabkan iritasi
pada membaran mocus dari hidung, tenggorokan dan saluran pernapasan yang diikuti
dengan batuk, terbakar, sesak napas, muntah, dan sakit kepala, penangan terhadap
korban dengan membawa korban ke area udara segar , jika pernapasan berhenti,
bantu korban dengan memberikan pernapasan tambahan dan suplai oksigen, untuk
rongga pernapasan beri korban susu untuk melegakan pernapan dan segera diberi
tindakan medis.
- Kontak dengan kulit: klorin bersifat korosif, kontak antara klorin cair dan kuit
menimbulkan luka bakar yang serius, melepuh dan merusak jaringan kulit, segera
bilas kulit yang terkena klorin dengan air mengalir setidaknya 15 menit. Jika klorin
dengan konsentrasi tinggi mengenai pakaian, segera lepas pakaian pada safety
shower dan segera bilas kulit dengan air mengalir salama 15 menit, apabila masih
ada efek segera berikan tindakan medis

5
- Kontak mata: bisa menyebabkan terbakarnya kornea mata, jika klorin dalam
konsentrasi tinggi mengenai mata segera bilas mata dengan air mengalir selama 15
menit.
Penanganan dan penyimpanan:
Karena efek yang ditimbulkan dapat membahayakan kesehatan maka perlu diperhatikan
dalam menangani dan menyimpan klorin yaitu:
- Gunakan klorin pada ruangan dengan ventilasi yang baik
- Simpan bak penampung klorin ditempat yang sejuk, kering dan berventilasi yang
baik dan ruangan yang tidak mudah terbakar
- Hindari menggunakan bahan aluminum, timah, mangan, kaleng, baja dan besi karena
dapat bereaksi dengan klorin
Perlindungan dari paparan
- Menggunakan pelindung pernapasan dengan persyaratan dengan rentang konsentrasi
antara 1 ppm 25 ppm
- Menggunakan sarung/pelindung tangan yang terbuat dari bahan PVC dan karet
- Operator harus menggunakan kacamata untuk melindungi dari percikan klorin cair
- Operator menggunakan pakaian kerja yang kedap air untuk menghindari paparan
langsung dengan kulit apabila tersiram klorin cair
Informasi Toksikologi
Data toksikologi pada hewan:
LC50/ pernapasan, mencit : 293 ppm/1 jam
LC50/ pernapasan, tikus : 37 ppm/1 jam
LC50/ pernapasan, babi guinea : 30 ppm/7 jam
LC50/ pernapasan, Kelinci : 660 ppm/4 jam
Efek pada manusia:
- Efek Akut : Klorin mengiritasi hidung, saluran pernapasan, kulit dan mata, dan
menimbulkan batuk serta sesak napas. Dalam konsentrasi tinggi dapat membakar
paru-paru dan dapat menyebabkan terbentuknya cairan di paru-paru (edema paru)
serta kematian.
- Efek Kronis ; paparan yang berulang dalam waktu lama dapat merusak paru paru,
merusak gigi dan ruam kulit

6
Informasi ekotoksikologi
- Informasi ekotoksikologi pada spesies ikan:
Onchorhynchus mykiss LC50 = 0.13 0.29 mg/l/96 jam
Gambussia affinis LC50 = 1.59 mg/l/30 menit
Lepomis cyanellus LC50 = 0.076 0.16 mg/l/24 jam
- Mobilitas : Klorin bereaksi dengan senyawa organic (terutama alkane) membentuk
hydrogen klorida dan senyawa organoklorin
- Potensi Bioakumulasi : tidak ada potensi bioakumulasi atau biokonsentrasi dari klorin
- Efek penyebaran lainnya: dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH dalam sistem
ekologi serta bersifat toksik untuk organisme akuatik.
Pertimbangan Pembuangan
Bahan klorin bersifat toksik maka kemasan klorin tersebut Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) sehingga dalam penangannya mengikuti peraturan dalam pengelolaan limbah B3
sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Klorin adalah bahan yang dapat digunakan sebagai desinfektan dalam pengolahan air
minum.
2. Klorin bersifat toksik dan korosif, apabila terpapar klorin dalam konsentrasi/dosis
tertentu dapat menimbulkan efek kronis dan efek akut yang serius pada manusia.
3. Kemasan klorin merupakan limbah B3 untuk itu penangan kemasan harus sesuai dengan
regulasi yang berlaku

3.2 Saran
Saran dari penulis adalah sebagai berikut.:
1. Perlu perhatian serius bagi pihak instalasi pengolahan air minum (IPAM) khususnya
operator yang berkontak langsung dengan klorin agar memperhatikan secara seksama
terkait tata cara penggunaan dan penanganan dari klorin.
2. Perlu pengawasan yang ketat terhadap operasional IPAM yang menggunakan bahan
klorin termasuk penentuan dosis yang tepat untuk mengindari dampak yang tidak
diinginkan.
3. Perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi kepada operator terkait dengan penggunaan klorin
dan dampak yang ditimbulkan dari klorin serta pertolonangan pertama jika terkena
paparan klorin.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adiwisastra, A. 1989. Sumber, Bahaya serta Penanggulangan Keracunan. Penerbit Angkasa.


Bandung.

Anonim. 1999. Guidance Manual For The Surface Water Treatment Rules. United States
Environmental Protection Agency.

Anonim. 2001. Water Treatment Manual: Disenfection. Ireland - The Environmental Protection
Agency. Wexford.

Anonim. 2006. Material Safety Data Sheet: Chlorine-Revision 5. OLTCHIM.

Bitton, Gabriel. 1994. Wastewater Microbiology. AJohn Willey & Sons, INC. New York.

9
TUGAS PENGGANTI UTS
TOKSIKOLOGI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TOKSIKOLOGI DALAM TEKNIK SIPIL
POTENSI TOKSIKOLOGI KLORIN UNTUK PROSES DESINFEKSI AIR MINUM

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Suwarno Hadisusanto, S.U

Disusun Oleh:
Borris Afdhal Anwar
16/407800/PTK/11431

MAGISTER PENGELOLAAN AIR DAN AIR LIMBAH


PROGRAM STUDI S-2 TEKNIK SIPIL
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

10

Anda mungkin juga menyukai