Anda di halaman 1dari 38

A.

Dampak Penggunaan Chlorine terhadap Kehidupan


1. Pengertian Chlorine
Chlorine (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang
dijumpai dalam bentuk bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam
bentuk terikat dengan unsur atau senyawa lain membentuk garam natrium
klorida (NaCl) atau dalam bentuk ion klorida di air laut. Dalam kehidupan
manusia, klorin memegang peranan penting yaitu banyak benda-benda
yang kita gunakan sehari-hari mengandung klorin seperti peralatan rumah
tangga, alat-alat kesehatan, kertas, obat dan produk farmasi, pendingin,
semprotan pembersih pelarut, dan berbagai produk lainnya. Klorin pertama
kali diidentifikasi oleh seorang ahli farmasi dari Swedia, Carl Wilhem
Scheele pada tahun 1774, dengan meneteskan sedikit larutan asam klorida
(HCl) pada lempeng mangan oksida (MnO2) yang menghasilkan gas
berwarna kuning kehijauan. Reaksi dari percobaan tersebut adalah sebagai
berikut:
4HCl(ag)+MnO2(s) Cl2(g)+MnCl2(ag)+2H2O(l)
Pada saat itu, Scheele belum dapat memastikan kandungan gas tersebut.
Pada tahun 1810 Sir Humphrey Davy, seorang ahli kimia Inggris
menyatakan bahwa gas kuning kehijauan pada percobaan Scheele adalah
sebuah unsur dan menamakannya chlorine berasal dari bahasa Yunani
khloros yang berarti hijau.
Pada tahun 1994, Scott menyatakan bahwa klorin dalam suhu kamar
berbentuk gas, termasuk unsur golongan halogen (Golongan VII), sangat
reaktif dan merupakan oksidator kuat yang mudah bereaksi dengan
berbagai unsure. Pada suhu –340C, klorin berbentuk cair dan pada suhu –
1030C berbentuk padatan kristal kekuningan. Secara alami, chlorine
terdapat dalam bentuk ion klorida dengan jumlah relatif jauh lebih besar
dibandingkan ion-ion halogen lainnya.
2. Dampak Chlorine
Chlorine dalam bentuk produk kimia buatan menimbulkan dampak
terhadap lingkungan, seperti penipisan lapisan ozon dan pemanasan
global. Selain berdampak pada kesehatan, senyawa chlorine juga
menimbulkan dampak terhadap lingkungan, baik berupa produk maupun
limbah yang dihasilkan. Senyawa klorin juga dapat disebabkan dari
pembakaran sampah dan kebocoran chlorine dalam proses industri. Seiring
dengan meningkatnya perhatian terhadap lingkungan dan perkembangan
teknologi peralatan analisis, dampak-dampak chlorine terhadap
lingkungan mulai diketahui, misalnya saja chlorine yang digunakan
sebagai desinfektan ternyata juga bereaksi dengan senyawa-senyawa
organik yang terdapat di dalam air. Selain itu terbentuknya senyawa
organoklorin lain secara tidak sengaja dari proses pembakaran senyawa
yang berbasis chlorinat hidrokarbon, berdampak negatig terhadap
lingkungan. Sumber atau kegiatan dari penggunaan chlorine yang
berpotensi merusak lingkungan, dapat dibedakan dalam beberapa kegiatan,
yaitu:
a. Kebocoran Chlorine
Kebocoran chlorine pada saat penyimpanan maupun pada proses
pemakaiannya, dapat mencemari lingkungan. Kebocoran umumnya
disebabkan oleh kecelakaan dan kelalaian. Di sini masalah teknis dan
manusia sangat berperan. Gas chlorine yang terhirup berpengaruh
langsung pada kesehatan manusia.
b. Penggunaan Chlorine di Industri
Berbagai industri yang menggunakan chlorine dalam proses
kegiatannya akan menghasilkan limbah yang mengandung chlorine.
Limbah tersebut dapat berbentuk padat, cair maupun gas. Industri
yang menggunakan chlorine antara lain: industri plastik, pelarut,
semen, pulp dan kertas, pestisida, metal, pembangkit listrik, dan
industri kimia lainnya. Limbah yang mengandung chlorine juga
dihasilkan oleh kegiatan pengolahan air bersih/minum, limbah
aktifitas manusia (municipal waste) dan limbah rumah sakit. Limbah
yang mengandung chlorine tersebut dapat mencemari lingkungan
apabila tidak dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan.
Sifat chlorine yang sangat reaktif akan sangat mudah bagi chlorine
bereaksi dengan senyawa lain dan membentuk senyawa-senyawa baru
seperti senyawa organochlorine yang merupakan senyawa toksik dan
dapat menimbulkan efek karsinogen bagi manusia. Senyawa
organochlorine merupakan senyawa kimia di mana klorin terikat kuat
pada karbon. Organochlorine merupakan kelompok terbesar dari
senyawa kimia organik yang merupakan unsur berbasis karbon yang
mengandung satu atau lebih atom chlorine. Banyak produk yang
dihasilkan oleh industri kimia merupakan senyawa organochlorine,
seperti plastik, pelarut, pembungkus. Namun demikian dalam proses
kimia yang menghasilkan produk tersebut tanpa disengaja terbentuk
juga senyawa organoklorin lain. Begitu juga pemakaian chlorine pada
kegiatan lain, sering tanpa disengaja membentuk senyawa baru yang
tidak diinginkan. Beberapa contoh terbentuknya senyawa
organochlorine yang tidak diharapkan, di antaranya adalah:
1) Proses pembakaran senyawa yang berbasis klorin dengan
hidrokarbon dalam industri kimia untuk menghasilkan produk
seperti pestisida, plastik dan pelarut, ternyata juga membentuk
senyawa lain sebagai produk sampingnya secara tidak sengaja
seperti dioksin.
2) Pembakaran sampah rumah tangga dan limbah dari rumah sakit
yang mengandung chlorine (produk klorinat-hidrokarbon), juga
akan membentuk senyawa lain yang tidak diinginkan seperti
dioksin, chloroform dan lain-lain.
Dioksin terbentuk karena adanya pembakaran senyawa chlorinate
hidrokarbon. Alur proses dioksin hingga sampai ke tubuh
manusia melalui siklus rantai makanan. Dioksin hasil pembakaran
bersama partikel-partikel jatuh ke lahan pertanian/kebun, padang
rumput sebagai makanan ternak atau masuk ke sungai, dan laut.
Dioksin larut dalam lemak dan juga bersifat hidrofobik. Karena
sifatnya tersebut, maka dioksin masuk dan menempel pada ikan
dan ternak yang dikonsumsi manusia.
3) Chlorine yang digunakan sebagai disinfektan pada proses
pengolahan air bersih, pengolahan air minum, kolam renang dan
pada air pendingin untuk memusnahkan mikro-organisme yang
terdapat dalam air, ternyata juga bereaksi dengan senyawa-
senyawa organik yang terdapat di dalam air dan membentuk
chloroamina tersubstitusi. Pada air yang terklorinasi tersebut
ditemukan juga senyawa organik lainnya seperti trihalomethanes
yang meliputi chloroform, dichlorobromo-methane,
dibromochloromethane dan bromoform.
c. Penggunaan Produk Kandungan Chlorine
Produk atau benda yang mengandung chlorine banyak terdapat di
sekitar kita dan berpotensi mencemari lingkungan, misalnya
pemakaian pestisida organochlorine seperti DDT. Kecepatan
degradasi pestisida organochlorine di lingkungan sangat lama (waktu
paruhnya 2 – 4 tahun) dan hasil degradasi senyawa organochlorine
tersebut bersifat racun. Senyawa ini juga tidak dapat larut dalam air
namun larut dalam lemak. Selain itu penggunaan pelarut yang
mengandung chlorine dan sistem pendingin yang menggunakan
chlorine seperti CFCs (Chloroflourocarbon) juga berdampak pada
lingkungan.
Chlorine selain berdampak pada kesehatan, juga berdampak pada
lingkungan, baik itu udara, air dan komunitas makhluk hidup yang ada
di lingkungan yang terkena dampak tersebut. Besarnya dampak yang
ditimbulkan oleh senyawa chlorine sangat tergantung dari kadar, jenis
senyawa chlorine dan yang terpenting adalah tingkat toksisitas dari
senyawa tersebut. Pengaruh chlorine terhadap kesehatan, terutama
senyawa organochlorine seperti PCBs, Dioksin, DDT dan lain-lain
adalah: dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh, merusak hati dan
ginjal, gangguan pencernaan, gangguan pada system saraf
(neurological), dapat menyebabkan kanker dan gangguan sistem
reproduksi yang dapat menyebabkan keguguran.
Pembuangan limbah yang mengandung chlorine ke perairan,
berpotensi mencemari perairan dan ekosistem yang ada di perairan.
Gas buang dari pembakaran senyawa organochlorine juga dapat
mengganggu habitat kehidupan di lingkungan tersebut. Selain itu
senyawa chlorine juga dapat menyebabkan masalah lingkungan yang
bersifat global seperti CFCs yang terurai di atmosfer melepaskan
chlorine yang dapat merusak lapisan ozon. CFCs dan komponen
lainnya dan pelarut chlorine yang banyak terdapat pada cairan
pembersih juga memberikan kontribusi pada efek gas rumah kaca.
Senyawa organochlorine seperti trichloroethylene yang terurai di
udara, juga memberikan kontribusi pada terjadinya hujan asam.
d. Kasus Pencemaran Chlorine
Kasus-kasus pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh klorin
telah terjadi di belahan dunia, baik itu di negara maju maupun negara
berkembang. Sebagai contoh adalah kasus pencemaran pestisida jenis
DDT pada beras yang dikonsumsi oleh penduduk Jepang yang
mengakibatkan keracunan bagi penduduk setempat. Pencemaran yang
terjadi di sungai Kalamazoo, Michigan (Amerika Serikat) akibat
pembuangan limbah pabrik kertas yang mengandung PCBs (poly
chlorinated biphenyls) telah memusnahkan biota perairan Kalamazoo.
Di Indonesia sendiri, beberapa kasus pencemaran yang terkait
dengan klorin juga telah terjadi, contohnya pencemaran pestisida DDT
yang terjadi di beberapa daerah, namun masih berada pada tahap awal
dan dosis rendah. Kasus pencemaran lingkungan lain yang cukup
penting adalah meledaknya tangki bleaching penyimpan klorin pada
pabrik kertas dan pulp di Sumatera Utara.
A. PENGERTIAN KROMIUM

Kromium merupakan unsur yang berwarna perak atau abu-abu


baja, berkilau, dan keras. Kromium tidak ditemukan sebagai logam
bebas di alam. Kromium ditemukan dalam bentuk bijih kromium,
khususnya dalam senyawa PbCrO4 yang berwarna merah.
PbCrO4 dapat digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak.

Semua senyawa kromium dapat dikatakan beracun. Meskipun


kromium berbahaya, tetapi kromium banyak digunakan dalam
berbagai bidang. Misalnya dalam bidang biologi kromium memiliki
peran penting dalam metabolisme glukosa. Dalam bidang kimia,
kromium Digunakan sebagai katalis, seperti K2Cr2O7 merupakan
agen oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif. Dalam industri
tekstil, kromium digunakan sebagai mordants. Kromium memiliki
beberapa istop. Diantara isotop-isotop kromium, ada beberapa isotop
kromium yang digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang
digunakan untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel
darah merah.

            Senyawa komponen khrom berwarna. Kebanyakan senyawa


khromat yang penting adalah natrium dan kalium, dikromat, dan
garam dan ammonium dari campuran aluminum dengan khrom .
Dikhromat bersifat sebagai zat oksidator dalam analisis kuantitatif,
juga dalam proses pemucatan kulit. Senyawa lainnya banyak
digunakan di industri; timbal khromat berwarna kuning khrom,
merupakan pigmen yang sangat berharga. Senyawa khrom digunakan
dalam industri tekstil sebagai mordan atau penguat warna. Dalam
industri penerbangan dan  lainnya,senyawa khrom berguna untuk
melapisi aluminum.Seperti logam jarang lain yang esensial, krom
adalah suatu unsur peralihan dalam tabel berkala. Kemampuan deret
unsur-unsur ini untuk membentuk senyawa koordinasi dan kelat
adalah suatu sifat kimia penting yang membuat logam-logam esensial
tersedia untuk sistem-sistem kehidupan. Krom di dalam makanan
terdapat sekurang-kurangnya dalam dua bentuk yaitu sebagai Cr3+
dan di dalam suatu molekul yang aktif secara biologis. Walaupun
belum sepenuhnya dicirikan, molekul yang aktif secara biologi itu
tampaknya ialah suatu kompleks dinikotinatokrom3+,
terkoordinasikan dengan asam-asam amino (mungkin sekali glutation)
yang membuat molekul itu stabil (Nasoetion dan Karyadi, 1988).
Kromium membantu mengawal tahap gula dalam darah. Ia mungkin
juga membantu dalam mengurangkan simptom kelaparan fisiologi dan
memainkan peranan dalam mengurai lemak.

B. SEJARAH DITEMUKANNYA KROMIUM

Bahkan, nama kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang


berarti “warna”, dinamakan demikian karena banyaknya senyawa
berwarna berbeda yang diperlihatkan oleh kromium Satu atau dua
tahun kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja
di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang
merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.

Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia


menunjukkan bahwa kromium terdapat cukup banyak dalam senyawa
PbCrO4, tetapi juga terdapat dalam senyawa lain. Ini akhirnya
diidentifikasi sebagai kromium oksida. Kromium oksida ditemukan
pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin.

1. Kromium sebagai unsur logam pertama kali ditemukan dua ratus


tahun yang lalu, pada 1797. Namun sejarah kromium benar-benar
dimulai beberapa dekade sebelum ini.
Pada 1761, Johann Gottlob Lehmann mengunjungi Mines Beresof di
lereng Timur dari Pegunungan Ural di mana ia memperoleh sampel
dari mineral merah-oranye yang disebutnya ujung merah Siberia.
Setelah kembali ke St Petersburg pada 1766, ia menganalisis mineral
ini dan menemukan bahwa itu berisi "mineralisasi dengan spar
selenitic dan partikel besi". Bahkan, mineral itu crocoite, sebuah
kromat timbal (PbCrO4).

Pada tahun 1770, Peter Simon Pallas juga mengunjungi Pertambangan


Beresof dan diamatinya "merah” memimpin mineral yang sangat luar
biasa yang belum pernah ditemukan dalam tambang lainnya. Ketika
dilumatkan, itu memberikan guhr kuning indah yang dapat digunakan
dalam lukisan miniatur. Meskipun jarang dan kesulitan dengan yang
diperoleh dari Pertambangan Beresof (pengangkutan ke Eropa Barat
sering mengambil dua tahun), penggunaan timbal merah Siberia
sebagai pigmen cat cepat dihargai dan itu ditambang baik sebagai
kolektor item serta untuk industri cat - kuning cerah yang terbuat dari
cepat crocoite menjadi warna modis untuk kereta bangsawan di
Prancis dan Inggris.

Pada 1797, Nicolas-Louis Vauquelin, profesor kimia dan pengujian di


School of Mines di Paris, menerima beberapa sampel bijih crocoite..
Analisis berikutnya mengungkapkan unsur logam baru, yang
disebutnya kromium setelah khrôma              kata   Yunani,           
yang    berarti  warna.Setelah penelitian lebih lanjut dia terdeteksi
jejak unsur kromium dalam permata   memberikan karakteristik warna
merah batu delima dan zamrud hijau khas, serpentine, dan mika krom.

Pada 1798, Lowitz dan Klaproth menemukan kromium dalam sampel


batu hitam berat ditemukan lebih ke utara dari Pertambangan Beresof
dan pada 1799 Tassaert diidentifikasi kromium dalam mineral yang
sama dari sejumlah kecil deposit di wilayah  Var Selatan-Timur 
Perancis. Mineral ini ia ditentukan sebagai besi spinel krom sekarang
dikenal sebagai kromit (FeOCr2O3).

Cadangan bijih kromit ditemukan di Pegunungan Ural sangat


meningkatkan suplai kromium untuk industri cat berkembang dan
bahkan menghasilkan bahan kimia pabrik krom disiapkan di
Manchester, Inggris sekitar 1808. Pada 1827, Tyson Ishak
mengidentifikasi simpanan bijih kromit di perbatasan Pennsylvania-
Maryland dan Amerika Serikat menjadi pemasok monopoli untuk
beberapa tahun. Tapi kelas kromit deposito-tinggi ditemukan dekat
Bursa di Turki pada tahun 1848 dan dengan kelelahan dari deposito
Maryland sekitar 1860, Turki yang kemudian menjadi sumber utama
pasokan. 
Hal itu berlangsung selama bertahun-tahun sampai pertambangan bijih
kromium dimulai di India dan Afrika Selatan sekitar 1906. Dan
meskipun pigmen cat tetap menjadi aplikasi utama selama bertahun-
tahun, kromium memiliki kegunaan lain: Kochlin memperkenalkan
penggunaan kalium dikromat sebagai mordan dalam industri  
pencelupan  pada  tahun   1820.

Penggunaan garam kromium dalam penyamakan kulit diadopsi secara


komersial pada tahun 1884. Sementara kromit pertama kali digunakan
sebagai bahan tahan api di Perancis pada tahun 1879, penggunaan
sebenarnya dimulai di Britania pada tahun 1886.Paten pertama untuk
penggunaan kromium dalam baja telah diberikan tahun 1865, tetapi
skala besar menggunakan kromium harus menunggu sampai logam
kromium bisa diproduksi oleh rute-termal alumino, dikembangkan
pada awal 1900-an dan ketika tungku busur listrik bisa mencium bau
kromit ke dalam paduan master, ferrochromium. Sementara finishing
logam membawa kecemerlangan untuk ditambahkan ke katalog warna
krom, sebuah panggilan yang benar datang dengan penemuan dari
baja stainless, untuk krom adalah bahan yang membuat stainless steel.
Pada tahun 1797, analis dari Prancis, yang bernama Louis-Nicholas
Vauquelin menemukan “kromium“. Namun sebelumnya, Vauquelin
menganalisis zamrud dari Peru dan menemukan bahwa warna hijau
adalah karena adanya unsur baru, yaitu kromium.

Bahkan, nama kromium berasal dari kata Yunani “kroma” yang


berarti “warna”, dinamakan demikian karena banyaknya senyawa
berwarna berbeda yang diperlihatkan oleh kromium Satu atau dua
tahun kemudian seorang kimiawan dari Jerman, Tassaert yang bekerja
di Paris menemukan kromium dalam bijih Kromit, Fe(CrO2)2, yang
merupakan sumber utama kromit hingga sekarang.

Pada pertengahan abad ke-18 seorang analisis dari Siberia


menunjukkan bahwa kromium terdapat cukup banyak dalam senyawa
PbCrO4, tetapi juga terdapat dalam senyawa lain. Ini akhirnya
diidentifikasi sebagai kromium oksida. Kromium oksida ditemukan
pada 1797 oleh Louis-Nicholas Vauquelin

Kromium adalah sebuah unsur kimia dalam tabel periodik yang


memiliki lambang Cr dan nomor atom 24. Khrom juga berwarna abu-
abu, berkilau, keras sehingga memerlukan proses pemolesan yang
cukup tinggi.

Khromium (Cr) adalah metal kelabu yang keras. Khromium terdapat


pada industri gelas, metal, fotografi, dan elektroplating. Dalam bidang
industri, khromium diperlukan dalam dua bentuk, yaitu khromium
murni dan aliasi besi-besi khromium yang disebut ferokromium
sedangkan logam khromium murni tidak pernah ditemukan di alam.
Khromium sendiri sebetulnya tidak toksik, tetapi senyawanya sangat
iritan dan korosif. Inhalasi khromium dapat menimbulkan kerusakan
pada tulang hidung. Di dalam paru-paru, khromium ini dapat
menimbulkan kanker. Sebagai logam berat, khrom termasuk logam
yang mempunyai daya racun tinggi. Daya racun yang dimiliki oleh
khrom ditentukan oleh valensi ionnya. Logam Cr6+ merupakan
bentuk yang paling banyak dipelajari sifat racunnya dikarenakan Cr6+
merupakan toxic yang sangat kuat dan dapat mengakibatkan
terjadinya keracunan akut dan keracunan kronis. (Soemirat, 2002). 

Khromium mempunyai konfigurasi electron 3d54s1, sangat keras,


mempunyai titik leleh dan titik didih tinggi diatas titik leleh dan titik
didih unsur-unsur transisi deret pertama lainnya. Bilangan oksidasi
yang terpenting adalah +2, +3 dan +6. jika dalam keadaan murni
melarut dengan lambat sekali dalam asam encer membentuk garam
kromium (II). 

C. SIFAT FISIK dan KIMIA KROMIUM

1)   Sifat Fisik Kromium

Massa Jenis 7,15 g/cm3 (250C)

Titik Lebur 2180 K, 19070C,


3465 ° F

Titik Didih 2944 K, 26710C,


4840 ° F

Entalpi Peleburan 20,5 kJ mol -1

Panas Penguapan 339 kJ mol -1

Entalpi Atomisasi 397 kJ mol -1

Kapasitas Kalor   23,25 J/mol.K


(250C)

Konduktivitas Termal 94 W m -1 K -1

Koefisien ekspansi 4,9 x 10 -6 K -1


termal linier

Kepadatan 7,140 kg m -3

Volum Molar 7,23 cm 3

Sifat Resistivitas 12,7 10 -8 Ω m


listrik

Karakteristik 24Cr

Massa atom relative 51,996

Jari-jari atom (nm) 0,117

Jari-jari ion(pm) M+2, M+3,


73, 61.5,
M+4, M+5, M+6  (Bilangan
55, 49, 44
koordinasi 6)

Keelektronegatifan 1,6

Energi ionisasi (IE) kJ/mol-1 659

Kelimpahan (ppm) 122

Densitas (g cm-3) 7, 14

Potensial elektroda

M+2(aq)  +  2e             M(s) -0,56

M3+(aq)  +  e               M+2(aq)  -0,41

[18Ar]
Konfigurasi elektronik
3d54s1
2)   Sifat Kimia Kromium

Nomor Atom 24

Massa Atom 51,9961 g/mol

Golongan, VI B, 4, d
periode, blok

Konfigurasi [Ar] 3d5 4s1


elektron    

Jumlah elektron 2, 8,13, 1


tiap kulit

Afinitas electron 64,3 kJ / mol -1

Ikatan energi 142,9 ± 5,4 kJ / mol -1.


dalam gas

Panjang Ikatan 249 pm


Cr-Cr 

Senyawa beracun
dan mudah
terbakar

D. DIFISIENSI KROMIUM

Bahwa defiensi krom diaplikasikan dalam beberapa bentuk


diabetes telah ditunjukkan dalam studi-studi kassus alimentasi
parental. Penurunan kandungan krom jaringan dengan umur dapat
mencerminkan sekurang-kurangnya untuk sebagian, adamya defisiensi
krom di dalam makanan Di Amerika Serikat dan di masyarakat lain
yang teknologinya sudah maju. Schoeder et al. Mengkorelasikan nilai-
nilai kandengan krom jaringan dengan nilai dugaan konsumsi krom
dalam makanan berbagai populasi dan menemukan konsumsi krom
dalam makanan di Amerika Serikat berkisar antara 5 sampai 150 per
hari dengann rata-rata 60 , jauh lebih rendah daripada konsumsi-
konsumsi yang dilaporkan dari berbagai wilayah di selur dunia.
Kandungan krom yang lebih rendah diduga terjadi akibat pengolahan
dan pemurnian pangan, dengan kehilangan krom diperkirakan sampai
80 persen untuk jenis bahan pangan, karena ada kecenderungan orang
lebih menyukai serealia, biji-bijian, lemak dan gula yang telah
dimurnikan dan diolah lebih lanjut, dan mengingat bahwa dalam
bentuknya yang dimurnikan bahan-bahan itu adalah sumber krom.
Amerika Serikat agaknya terdapat konsumsi krom yang sanagt
marginal.
Penelitian-penelitian tentang suplementasi Cr3+ pada subjek manula
memberikan dugaan adanya difisiensi krom dalam kelompok inidan
memperkuat proporsi bahwa konsumsi krom dalam makanan Amerika
Serikat mungkin tidak cukup untuk memelihara kandungan krom
jaringan sepanjang hayat. Ketidakcukupan konsumsi krom dapat
bertanggung jawab sekurang-kurangnya atas beberapa kasus
peningkatan ketidaktoleran glukosa dengan meningkatnya usia.
Masalah analitik dan intrumental menghambat suatu usaha
pembuktian adanya hubungan langsung seperti itu pada manusia.

E. MANFAAT KROMIUM
a.    Digunakan untuk mengeraskan baja, untuk pembuatan stainless
steel, dan untuk membentuk paduan
b.    Digunakan dalam plating untuk menghasilkan permukaan yang
indah dan keras, serta untuk mencegah korosi.

c.    Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud.

d.   Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen


oksidasi dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam
penyamakan kulit

e.    Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning

f.     Digunakan dalam industri tekstil sebagai mordants

g.    Industri yang tahan panas menggunakan kromit untuk membentuk


batu bata dan bentuk, karena memiliki titik lebur yang tinggi, sedang
ekspansi termal, dan stabil struktur kristal

h.    Dibidang biologi kromium memiliki peran penting dalam


metabolisme glukosa

i.      digunakan untuk aplikasi medis, seperti Cr-51 yang digunakan


untuk mengukur volume darah dan kelangsungan hidup sel darah
merah.

j.      digunakan sebagai pigmen merah untuk cat minyak, khususnya


senyawa PrCrO4

k.    digunakan dalam pembuatan batu permata yang berwarna. Warna


yan kerap digunakan adalah warna merah, yang diperoleh dari kristal
aluminium oksida yang kedalamnya dimasukkan kromium.

l.      Bahan baku dalam pembuatan kembang api. Hal ini diperoleh
dari Hasil pembakaran amonium dikromat, (NH4)2Cr2O7, yang berisi
pellet dari raksa tiosianat (HgCNS).

m. Penggunaan utama kromium adalah sebagai paduan logam seperti


pada stainless steel, chrome plating, dan keramik logam.
n. Chrome plating pernah digunakan untuk memberikan lapisan
keperakan seperti cermin pada baja.

o. Kromium digunakan dalam metalurgi sebagai anti korosi dan


pemberi kesan mengkilap.

p. Selain itu, logam ini juga digunakan pada pewarna dan cat, untuk
memproduksi batu rubi sintetis, dan sebagai katalis dalam pencelupan
dan penyamakan kulit.

q. Kromium (IV) oksida (CrO2) digunakan untuk pembuatan pita


magnetik.

Khrom digunakan untuk mengeraskan baja, pembuatan baja tahan


karat dan membentuk banyak alloy (logam campuran) yang berguna.
Kebanyakan digunakan dalam proses pelapisan logam untuk
menghasilkan permukaan logam yang keras dan indah dan juga dapat
mencegah korosi. Khrom memberikan warna hijau emerald pada kaca.
Industri refraktori menggunakan khromit untuk membentuk batu bata,
karena khromit memiliki titik cair yang tinggi, pemuaian yang relatif
rendah dan kestabilan struktur kristal.

Beberapa senyawa kromium digunakan sebagai katalis. Misalnya


Phillips katalis untuk produksi polietilen adalah campuran dari
kromium dan silikon dioksida atau campuran dari krom dan titanium
dan aluminium oksida. Kromium (IV) oksida (CrO 2) merupakan
sebuah magnet senyawa
Kromium merupakan logam tahan korosi (tahan karat) dan dapat
dipoles menjadi mengkilat. Dengan sifat ini, kromium (krom) banyak
digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen bangunan,
komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor, maupun
sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi oleh
kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih.
Perpaduan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan
karat. Kromium (IV) oksida digunakan untuk pembuatan pita
magnetik digunakan dalam performa tinggi dan standar kaset audio.
Asam kromat adalah agen oksidator yang kuat dan merupakan
senyawa yang bermanfaat untuk membersihkan gelas laboratorium
dari setiap senyawa organik. Hal ini disiapkan dengan melarutkan
kalium dikromat dalam asam sulfat pekat, yang kemudian digunakan
untuk mencuci aparat. Natrium dikromat kadang-kadang digunakan
karena lebih tinggi kelarutan (5 g/100 ml vs 20 g/100 ml masing-
masing). Kalium dikromat merupakan zat kimia reagen, digunakan
dalam membersihkan gelas laboratorium dan sebagai agen titrating.

Dalam industri logam, kromium terutama digunakan untuk membuat


paduan (aliase) dengan besi, nikel, dan kobalt. Penambahan kromium
memberikan kekuatan dan kekerasan serta sifat tahan karat pada
paduan logam. Baja tahan karat (stainless steels) mengandung sekitar
14% kromium. Oleh karena kekerasannya, paduan kromium dengan
kobalt dan tungsten (wolfram) digunakan untuk membuat mesin
potong cepat. Kromium digunakan dalam membuat berbagai macam
pernik kendaraan bermotor karena sangat mengkilap. Penggunaan
kromium sebagai refraktori terutama karena mempunyai titik leleh
yang tinggi (1857°C), koefisien muai yang tidak terlalu besar dan
mempunyai bentuk kristal yang stabil.

Kromium digunakan untuk melapisi baja untuk variasi (pernik)


kendaraan bermotor dan untuk tujuan dekoratif lainnya. Pelapisan itu
dilakukan secara elektrolisis, yaitu dengan electroplating. Untuk
tujuan itu digunakan senyawa kromium dengan tingkat oksidasi +6.
Dalam prosesnya, kromium mula-mula direduksi menjadi Cr+ baru
kemudian menjadi kromium. Akan tetapi, jika larutan yang digunakan
adalah Cr3+, ternyata pelapisan tidak teijadi. Hal itu disebabkan ion
Cr3* dalam air terikat sebagi ion kompleks yang stabil, yaitu
[Cr(H20)6]3+. Ion kompleks ini tidak mudah direduksi. Jika yang
digunakan adalah Cr6+, maka ion Cr3"1" terbentuk dalam suatu
lapisan di permukaan logam dan tidak lagi bereaksi dengan air,
melainkan langsung direduksi menjadi unsur kromium (Cr).

F. SUMBER KROMIUM
Di alam kromium tidak ditemukan sebagai logam bebas. Selain
ditemukan dalam bijih kromit, kromium juga dapat ditemukan dalam
PbCrO4, yang merupakan mineral kromium dan banyak ditemukan di
Rusia, Brazil, Amerika Serikat, dan Tasmania. Selain itu, kromium
juga dapat ditemukan di matahari, meteorit, kerak batu dan air laut.
Bijih utama khrom adalah khromit, yang ditemukan di Zimbabwe,
Rusia, Selandia Baru, Turki, Iran, Albania, Finlandia, Republik
Demokrasi Madagaskar, dan Filipina. Logam ini biasanya dihasilkan
dengan mereduksi khrom oksida dengan aluminum.
Kromium adalah elemen yang secara alamiah ditemukan dalam
konsentrasi yang rendah di batuan, hewan, tanaman, tanah, debu
vulkanik dan juga gas. Kromium terdapat di alam dalam beberapa
bentuk senyawa yang berbeda. Bentuk yang paling umum adalah
kromium (0), kromium (III) dan kromium (VI). Kromium (VI) dan
kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri.
Kromium (III) terdapat di alam secara alamiah dan merupakan salah
satu unsur nutrisi yang penting bagi manusia. Kromium (VI) dan
kromium (0) umumnya dihasilkan dari proses industri. Kromium
adalah logam baja berwarna abu – abu, ditambang dalam bentuk biji
kromit, tidak berbau dan mengkilat. Kromium stabil pada tekanan dan
temperature normal. Kromium dalam konsentrasi tertentu bersifat
racun bagi manusia, hewan dan tumbuh – tumbuhan.

Kromium juda dapat di hasilkan dari proses isolasi dilabolatorium,


karena kromium begitu mudah tersedia secara komersial. Seperti telah
disebutkan sebelumnya, bahwa sumber yang paling berguna dari
komersial kromium adalah bijih kromit, FeCr2O4. Oksidasi bijih ini
melalui udara dalam cairan alkali memberikan natrium kromat,
Na2CrO 4 di mana kromium dalam oksidasi 6 negara. Ini dikonversi
menjadi Cr (III) oksida, Cr2O3 dengan ekstraksi ke dalam air, curah
hujan, dan reduksi dengan karbon. Oksida kemudian dikurangi lagi
dengan aluminium atau silikon untuk membentuk logam kromium.

Isolasi jenis lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan krom


adalah dengan proses elektroplating. Ini melibatkan pembubaran
Cr2O3 dalam asam sulfat untuk memberikan suatu elektrolit yang
digunakan untuk elektroplating krom.

G. KERUGIAN KROMIUM

Kromium (III) adalah esensial bagi manusia dan kekurangan


dapat menyebabkan kondisijantung, gangguan dari metabolisme dan
diabetes. Tapi terlalu banyak penyerapan kromium (III)dapat
menyebabkan efek kesehatan juga, misalnya ruam kulit.

Kromium (VI) adalah bahaya bagi kesehatan manusia, terutama


bagi orang-orang yangbekerja di industri baja dan tekstil. Orang yang
merokok tembakau juga memiliki kesempatanyang lebih tinggi
terpapar kromium.

Kromium (VI) diketahui menyebabkan berbagai efek kesehatan.


sebuah senyawa dalamproduk kulit, dapat menyebabkan reaksi alergi,
seperti ruam kulit. Pada saat bernapas ada krom(VI) dapat
menyebabkan iritasi dan hidung mimisan. Masalah kesehatan lainnya
yangdisebabkan oleh kromium (VI) adalah:

Kulit ruam

Sakit perut dan bisul

Masalah pernapasan

Sistem kekebalan yang lemah

Ginjal dan kerusakan hati

Perubahan materi genetic

Kanker paru-paru

Kematian

Bahaya kesehatan yang berkaitan dengan kromium bergantung


pada keadaan oksidasi.Bentuk logam (krom sebagaimana yang ada
dalam produk ini) adalah toksisitas rendah. Bentukyang hexavalent
beracun. Efek samping dari bentuk hexavalent pada kulit mungkin
termasukdermatitis, dan reaksi alergi kulit. Gejala pernafasan
termasuk batuk, sesak napas, dan hidunggatal.

H. BENTUK KERACUNAN KROMIUM

Efek racun akan timbul, jika menghirup udara tempat kerja yang
terkontaminasi, misalnya dalam pengelasan stainless steel, kromat
atau produksi pigmen krom, pelapisan krom, dan penyamakan kulit.
Selain itu, jika menghirup serbuk gergaji dari kayu yang mengandung
kromium akan menimbulkan efek keracunan. Efek toksik kromium
dapat merusak dan mengiritasi hidung, paru-paru,lambung, dan usus.
Dampak jangka panjang yang tinggi dari kromium menyebabkan
kerusakan pada hidung dan paru-paru. Mengonsumsi makanan
berbahan kromium dalam jumlah yang sangat besar, menyebabkan
gangguan perut,bisul, kejang, ginjal, kerusakan hati, dan bahkan
kematian.

a.    Efek Klinis

Efek dari chromium terhadap kesehatan yakni bisa mengalami


gangguan pernapasan dan juga mengganggu alat pencernaan.
Chromium(Vi) dikenal untuk menyebabkan berbagai kesehatan
mempengaruhi. Ketika chromium merupakan suatu campuran di
dalam produk kulit, itu dapat menyebabkan reaksi alergi, seperti ruam
kulit. Setelah bernafas chromium(VI) dapat menyebabkan gangguan
hidung dan mimisan.

b.      Keracunan Akut

         Bila terhirup / inhalasi

Bila debu atau uap kromium terhirup pada konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan iritasi.

         Bila kontak dengan kulit

Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat


menyebabkan iritasi pada kulit.

         Bila kontak dengan mata

Kontak langsung dengan debu atau serbuk kromium dapat


menyebabkan iritasi pada mata.

         Bila tertelan

Logam kromium sangat sulit diabsorbsi melalui saluran pencernaan.


Absorbsi dalam jumlah yang cukup dari beberapa senyawa kromium
dapat menyebabkan pusing, haus berat, sakit perut, muntah, syok,
oliguria atau anuria dan uremia yang mungkin bisa fatal.

c.       Keracunan Kronis
         Bila terhirup / inhalasi

Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa


senyawa kromium dilaporkan menyebabkan borok (ulcerasi) dan
berlobang (perforasi) pada nasal septum, iritasi pada tenggorokan dan
saluran pernafasan bagian bawah, gangguan pada saluran pencernaan,
tapi hal ini jarang terjadi, gangguan pada darah, sensitisasi paru,
pneumoconiosis atau fibrosis paru dan efek pada hati hal ini jarang
terjadi. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan terjadi
akibat paparan logam.

         Bila kontak dengan kulit.

Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama dari beberapa


senyawa kromium dilaporkan menyebabkan berbagai tipe dermatitis,
termasuk eksim “Chrome holes” sensitisasi dan kerusakan kulit dan
ginjal. Pada hakekatnya efek ini belum pernah dilaporkan akibat
paparan logam.

         Bila kontak dengan mata

Paparan berulang dalam jangka waktu yang lama untuk beberapa


senyawa krom dapat menyebabkan radang selaput mata
(konjungtivities) dan lakrimasi. Pada hakekatnya efek ini belum
pernah dilaporkan akibat paparan logam.

I. DAMPAK KROMIUM BAGI LINGKUNGAN

Ada beberapa jenis kromium yang berbeda dalam efek pada


organisme. Kromium memasuki udara, air dan tanah di krom (III) dan
kromium (VI) bentuk melalui proses-prosesalam dan aktivitas
manusia. kegiatan utama manusia yang meningkatkan konsentrasi
kromium(III) yang meracuni kulit dan manufaktur tekstil. Kegiatan
utama manusia yang meningkatkan kromium (VI) konsentrasi kimia,
kulit dan manufaktur tekstil, elektro lukisan dan kromium (VI)aplikasi
dalam industri. Aplikasi ini terutama akan meningkatkan konsentrasi
kromium dalamair. Melalui kromium pembakaran batubara juga akan
berakhir di udara dan melalui pembuanganlimbah kromium akan
berakhir di tanah.

Sebagian besar kromium di udara pada akhirnya akan menetap dan


berakhir di perairanatau tanah. Kromium dalam tanah sangat melekat
pada partikel tanah dan sebagai hasilnya tidakakan bergerak menuju
tanah. Kromium dalam air akan menyerap pada endapan dan menjadi
takbergerak.Hanya sebagian kecil dari kromium yang berakhir di air
pada akhirnya akan larut.Kromium (III) merupakan unsur penting
untuk organisme yang dapat mengganggu metabolisme gula dan
menyebabkan kondisi hati, ketika dosis harian terlalu
rendah.Kromium (VI) adalah terutama racun bagi organisme.Dapat
mengubah bahan genetik danmenyebabkan kanker.

Tanaman mengandung sistem yang mengatur kromium-uptake


harus cukup rendah tidak menimbulkan bahaya. Tetapi ketika jumlah
kromium dalam tanah meningkat, hal ini masih dapatmengarah pada
konsentrasi yang lebih tinggi dalam tanaman. Peningkatan keasaman
tanah jugadapat mempengaruhi pengambilan kromium oleh tanaman.
Tanaman biasanya hanya menyerapkromium (III). Ini mungkin
merupakan jenis penting kromium, tetapi ketika konsentrasi
melebihinilai tertentu, efek negatif masih dapat terjadi.

Kromium tidak diketahui terakumulasi dalam tubuh ikan, tetapi


konsentrasi tinggikromium, karena pembuangan produk-produk logam
di permukaan air, dapat merusak insangikan yang berenang di dekat
titik pembuangan. Pada hewan, kromium dapat menyebabkanmasalah
pernapasan, kemampuan yang lebih rendah untuk melawan penyakit,
cacat lahir,infertilitas dan pembentukan tumor.

J. TOKSIKSITAS KROMIUM
Kontaminasi logam berat di lingkungan merupakan masalah besar
dunia saat ini. Persoalan spesifik logam berat di lingkungan terutama
karena akumulasinya sampai pada rantai makanan dan keberadaannya
di alam, serta meningkatnya sejumlah logam berat yang menyebabkan
keracunan terhadap tanah, udara dan air meningkat. Proses industri
dan urbanisasi memegang peranan penting terhadap peningkatan
kontaminasi tersebut. Suatu organisme akan kronis apabila produk
yang dikonsumsikan mengandung logam berat. Kromium (Cr)
merupakan elemen berbahaya di permukaan bumi dan dijumpai dalam
kondisi oksida antara Cr(II) sampai Cr(VI), tetapi hanya kromium
bervalensi tiga dan enam memiliki kesamaan sifat biologinya.
Kromium bervalensi tiga umumnya merupakan bentuk yang umum
dijumpai di alam dan dalam material biologis kromium selalu
berbentuk tiga valensi, karena kromium enam valensi merupakan
salah satu material organik pengoksida tinggi. Kromium tiga valensi
memiliki sifat racun yang rendah dibanding dengan enam valensi.
Pada bahan makanan dan tumbuhan mobilitas kromium relatif rendah
dan diperkirakan konsumsi harian komponen ini pada manusia di
bawah 100 µg, kebanyakan berasal dari makanan, sedangkan
konsumsinya dari air dan udara dalam level yang rendah. Kromium
adalah zat gizi esensial untuk hewan dan mungkin untuk manusia.
Teloransi glukosa akan terganggu pada hewan yang kekurangan
kromium, tetapi suatu postulat tentang faktor teloransi glukosa belum
diisolasikan atau dicirikan. Konsumsi yang di anjurkan oleh Food and
Nutition Board National Research Council serta dianggap aman dan
cukup adalah 50 sampai 200 µg per hari. Penentuan kebutuhan
kromium yang tepat untuk manusia, tetap merupakan pekerjaan yang
sulit, meliputi indentifkasi fungsi fisiologik khusus yang berhubungan
dengan kadar kromium, tidak terang-terangan melawan dan
berpengaruh terutama terhadap fungsi-fungsi tersebut dengan faktor-
faktor yang berdampingan. 
CONTOH PERISTIWA AKIBAT KROMIUM

Polusi zat hexavalent chromium di sukinda,india

Zat ini merupakan jenis logam yang dapat menyebabkan dan


meningkatkan resiko kanker. Sukinda, daerah di negara bagian India
Orrisa memiliki 97 persen cadangan bijih kromit terbesar di dunia.
Kromit merupakan sumber kromium. Daerah ini juga merupakan
tambang kromit terbuka terbesar di dunia.
Menurut Institute Blacksmith, pada tahun 2007 terdapat 12 tambang
beroperasi tanpa adanya rencana pengelolaan lingkungan. Mereka
menyebarkan limbahnya ke lingkungan sekitar termasuk sungai-
sungai didaerah.Tak hanya itu, penambang yang terbiasa terkena debu
kromium dan air yang terkontaminasi mengalami berbagai gangguan
fisik seperti pendarahan, TBC, dan asma.
Dalam beberapa kasus, kandungan krom ini berada pada 20 kali di
atas standar keamanan internasional. Asosiasi Sukarelawan Kesehatan
Orissa melaporkan bahwa 85 persen kematian di daerah pertambangan
dan industri di daerah itu berhubungan dengan kromit.

Logam Chromium (Cr) juga beracun bagi manusia. Pengaruh racun ini
pada awalnya juga diketahui di Jepang pada tahun 1960, dimana
masyarakat yang tinggal di daerah sekitar pabrik Kiryama, Nippon-
Denko Concern di Pulau Hokkaido banyak menderita penyakit kanker
paru-paru. Awalnya penyakit ini tidak diketahui penyebabnya, setelah
melalui penelitian ternyata Kesehatan Lingkungan 2 of 5 penyakit
tersebut diketahui sebagai akibat dari masyarakat menghirup limbah
debu Industri tersebut di atas yang mengandung Chromium Bervalensi
IV (Cr+4) dan (Cr+6).  misalnya oleh enzim dehalogenase dan
oksigenase. Fitostabilisasi adalah suatufenomena diproduksinya
senyawa kimia tertentu untuk mengimobilisasi kontaminandi daerah
rizosfer. Fitovolatilisasi terjadi ketika tumbuhan menyerap
kontaminan danmelepasnya ke udara lewat daun; dapat pula senyawa
kontaminan mengalamidegradasi sebelum dilepas lewat
daun.Penyerapan dan akumulasi logam berat oleh tumbuhan dapat
dibagi menjaditiga proses yang sinambung, yaitu penyerapan logam
oleh akar, translokasi logamdari akar ke bagian tumbuhan lain, dan
lokalisasi logam pada bagian sel tertentuuntuk menjaga agar tidak
menghambat metabolisme tumbuhan tersebut. Penyerapan oleh
akar.Telah diketahui, bahwa agar tumbuhan dapat menyerap logam
maka logamharus dibawa ke dalam larutan di sekitar akar (rizosfer)
dengan beberapa cara bergantung pada spesies tumbuhannya :

Perubahan pH.Pada Thlaspi cearulescens, mobilisasi seng dipacu


dengan terjadinya penurunan pH pada daerah perakaran sebesar 0,2-
0,4 unit.
Ekskresi zat khelat.Mekanisme penyerapan kromium lewat
pembentukan suatu zat khelat yangdisebut fitosiderofor telah
diketahui secara mendalam pada jenis rumput-rumputan. Molekul
fitosiderofor yang terbentuk ini akan mengikat(mengkhelat) besi dan
membawanya ke dalam sel akar melalui peristiwatransport aktif.
Pembentukan reduktase spesifik logam.Di dalam meningkatkan
penyerapan besi, tumbuhan membentuk suatumolekul reduktase di
membran akarnya (Marschner dan Romheld, 1994).Reduktase ini
berfungsi mereduksi logam yang selanjutnya diangkut melaluikanal
khusus di dalam membran akar.
Translokasi di dalam tubuh tumbuhan.Setelah logam dibawa masuk ke
dalam sel akar, selanjutnya logam harus diangkutmelalui jaringan
pengangkut, yaitu xilem dan floem, ke bagian tumbuhan lain.
Untuk meningkatkan efisiensi pengangkutan, logam diikat oleh
molekul khelat.Berbagai molekul khelat yang berfungsi mengikat
logam dihasilkan olehtumbuhan.
Lokalisasi logam pada jaringanUntuk mencegah peracunan logam
terhadap sel, tumbuhan mempunyaimekanisme detoksifikasi, misalnya
dengan menimbun logam di dalam organtertentu seperti akar .Selain
tumbuhan hiperakumulator, tumbuhan yang mempunyai
kemampuanuntuk mengkonsentrasikan logam di dalam biomassanya
dalam kadar yang luar biasatinggi, terdapat juga tumbuhan lahan
basah yang memiliki kemampuan alamiah untuk menghilangkan
berbagai jenis limbah pada beberapa tingkat efisiensi. Tumbuhan
inidipakai untuk pengolah limbah karena tumbuhan tersebut
mengasimilasi senyawaorganik dan anorganik dari limbah. Tumbuhan
dengan tingkat pertumbuhan yangtinggi dan tajuk yang besar dapat
menyimpan bermacam hara mineral. Pada mediakerikil, pertumbuhan
tanaman timbul dapat menurunkan konsentrasi hara mineral.Rizoma
dan akar Phragmites australis Scirpus spp. berfungsi sebagai filtrasi
dan pengendap senyawa hidrokarbon dan logam berat beracun.
Tingkat konsentrasi logam berat dalam jaringan tanaman-tanaman
tersebut adalah sebagai berikut: akar > rizoma> daun
K. PENERAPAN FITOREMEDIASI
Penggunaan tumbuhan sebagai agensia pembersih lingkungan
bukan hal yang baru. Sejak lama kita telah mengenal manfaat
tumbuhan sebagai "pengusir zat beracun dari udara" sehingga adanya
tumbuhan dianggap sebagai penyegar udara disekitarnya. Dengan
makin dipahaminya fisiologi dan genetika tumbuhan,
maka pemanfaatan tumbuhan sebagai agensia pembersih lingkungan
dapat makin diperluascakupannya dan diperhitungkan manfaatnya dari
segi rekayasa serta nilaiekonominya.Pemanfaatan tumbuhan untuk
remediasi lingkungan sangat ditentukan oleh pemahaman tentang
penyerapan logam serta penyerapan dan atau degradasi
senyawaorganik oleh tumbuhan. Pada dasawarsa terakhir terjadi
akumulasi yang cepat tentang
 pengetahuan mengenai aspek-aspek fisiologi tersebut. Chaney dan
koleganya dariUSDA-ARS yang aktif meneliti dan mengembangkan
manfaat tumbuhan untuk remediasi logam telah mengidentifikasi
karakteristik penting, sebagai berikut :
 
1.Tumbuhan harus bersifat hipertoleran agar dapat mengakumulasi
sejumlah besar logam berat di dalam batang serta daun.
2.Tumbuhan harus mampu menyerap logam berat dari dalam larutan
tanahdengan laju penyerapan yang tinggi.
3.Tumbuhan harus mempunyai kemampuan untuk mentranslokasi
logam berat yang diserap akar ke bagian batang serta daun.Seperti
telah dikemukakan di muka, beberapa jenis tumbuhan mempunyaisifat
hiperakumulator yang luar biasa. Namun biasanya tumbuhan yang
teradaptasi ditanah berkadar logam tinggi dan toleran terhadap logam
mempunyai sifat tumbuhlambat. Karakter manakah yang lebih
penting, sifat "hiperakumulator tetapi tumbuhlambat" atau "tumbuh
cepat tetapi toleransi medium", memang bisa menjadi
bahan perdebatan bila sudah sampai pada persoalan memilih jenis
tumbuhan yang sesuai.Kelompok di USDA-ARS (Chaney et al., 1997)
yakin bahwa hipertoleransi lebih penting daripada biomassa tinggi,
dengan alasan sebagai berikut. Dalam kondisioptimum, Brassica
juncea dapat menghasilkan hingga 20 t/ha/musim tanam
biomassakering. Tanaman ini mampu mengakumulasi Zn dan Cd,
namun pertumbuhannyaakan terhambat hingga separuhnya bila kadar
Zn dalam biomassa mencapai 500mg/kg.Dalam hubungannya dengan
pemanfaatan tumbuhan sebagai agensia pemulihan lingkungan
tercemar, mengutip laporan Departemen Energi AS, Watanabe(1997)
mengemukakan prasyarat, yaitu:laju akumulasi harus tinggi, bahkan di
lingkungan yang berkadar kontaminanrendahkemampuan
mengakumulasi kontaminan dengan kadar tinggikemampuan
mengakumulasi beberapa macam logamtumbuh cepat
A. PENGERTIAN AMONIA
Amonia adalah jenis senyawa kimia yang terjadi secara alami di alam dan
juga di dalam tubuh kita. Senyawa amonia itu sendiri terdiri dari satu atom
nitrogen dan 3 atom hidrogen, semuanya terikat pada atom N. Rumus kimia
amonia adalah NH3. Amonia dapat berbentuk gas atau cair. Amonia adalah
senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini terdapat dalam
bentuk gas dengan ciri khas berbau tajam (disebut bau amoniak). Meskipun
amonia merupakan penyumbang utama keberadaan nutrisi di bumi, namun
amonia itu sendiri merupakan senyawa korosif (merusak kulit dan
menyebabkan iritasi) yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatan. 
Amonia dapat diproduksi dari penguraian bahan hewani dan nabati yang
mengandung nitrogen. Sejumlah kecil amonia dan garam amonium juga
dapat ditemukan di air hujan. Amonium sulfat dan amonium klorida atau
garam amonium ditemukan di daerah vulkanik. Kristal amonium bikarbonat
kemudian ditemukan di guano Patagonia. Ginjal mengeluarkan NH3 sehingga
kelebihan asam dapat dinetralkan. Garam amonium juga dapat ditemukan
dan tersebar di tanah subur dan air laut. Sejumlah kecil amonia juga
ditemukan di Jupiter, Pluto, dan Uranus. 
B. SEJARAH AMONIA
Amonia pertama kali ditemukan oleh bangsa Romawi dalam
bentuk kimia yang sekarang disebut garam ammonia. Pada era ke-8,
menjadi sangat penting bagi alkimiawan muslim, seperti Kimiawan
Persia dan Jabir ibn Hayyan pertama kali menyebutkannya. Senyawa ini
juga banyak dipakai oleh para Alkimiawan Eropa pada abad ke-13. Pada
era ke-15, Bacilius Valentinus menunjukkan bahwa ammonia bisa
didapatkan dengan cara memperlihatkan perlakuaan alkali pada garam
ammonia.
Pada tahun 1774, Joseph Priestly pertama kalinya memisahkan emonia
dari senyawa garamnya dan rumus kimianya ditemukan setelah 11 tahun
kemudian tepatnya pada tahun 1785 oleh Claude Louis Berthollet. Pada
tahun 1884 Kimiawan Inggris, Sir William Ramsay, dan Sydney Young
mencoba mempelajari penguraian ammonia pada suhu sekitar 8000 C
dan menemukan bahwa pada setiap proses penguraian, selalu tersisa
jumlah tertentu ammonia yang tidak dapat terurai. Dengan kata lain,
reaksi antara ammonia dengan unsur-unsur penyusunnya (Hidrogen dan
Nitrogen) telah mencapai keadaan yang setimbang.
Selanjutnya pada tahun 1904, Fritz Haber mencoba mengulangi
proses percobaan tersebut dengan tujuan untuk memilih di titik mana
kesetimabngan tercapai bila dilakukan percobaan pada suhu mendekati
10000 C. ia mencoba beberapa pendekatan seperti mereaksikan
hydrogen murni dengan nitrogen murni , memulai dengan ammonia
murni, dan menggunakan besi sebagai katalis. Setelah memilih titik
kesetimbangannya, Fritz Haber kemudian mencoba katalis yang berbeda
dan menemukan nikel yang dapat digunakan sebagai katalis, dan bahkan
kalsium dan mangan bisa lebih baik lagi. Pada tahun 1908, terkait
dengan kebutuhan nitrat yang semakin meningkat sedangkan pasokan
nitrat berkurang Haber menemukan proses yang lebih murah dan efisien
untuk menghasilkan amonija dan mengubahnya menjadi nitrat. Dan
pada tahun 1910, menjelang Perang Dunia I pasokan nitrat dari Chili ke
Jerman diputus sehingga pabrik-pabrik Jerman berusaha menerapkan
teknik-teknik Haber pada skala besar. Sampai saat ini ammonia terus
menerus diproduksi untuk berbagai bidang seperti komposisi pupuk,
penggunaan untuk industry karet, dan pembersih rumah tangga.
C. PEMBUATAN AMONIA
Pada proses Haber, ammonia dibuat dari gas alam sebagai sumber H2
dan udara sebagai sumber N2. Proses dimulai dengan pembuatan gas
sintesis yaitu campuran dari H2 dan N2 dengan perbandingan 3 : 1 sesuai
yang diinginkan. Selanjutnya gas dimasukkan ke reactor sintesis
ammonia untuk direaksikan menjadi ammonia. Prosesnya terdiri dari
beberapa langkah yaitu sebagai berikut:
1. Pemurnian gas alam
Alat dan bahan yang digunakan tergantung pada jenis pengotor yang
ada di gas alam. Pengotor dapat berupa debu, merkuri, senyawa
balerang, uap air, hidrokarbon berat, dan CO2. Berikut cara
pemurnian gas alam:
a. Penghilangan merkuri
Apabila gas alam mengandung merkuri, maka dihilangkan
dengan (Hg)-Guard Chamber yang berisi sulfur impregnated
dalam karbon relative. Reaksi yang terjadi: Hg + S -- > HgS
b. Penghilangan balerang
Sulfur organic dihilangkan dalam hydrometer dengan katalisatir
Cobalt-Molybdenum (Co-Mo). Reaksi yang terjadi:
CO2 + H2 -- > CO +H2O +Q
CO + 3H2 -- > CH4 + H2O + Q
Kandungan CO2 harus diturunkan karena reaksi dengan Co-Mo
menghasilkan kalor yang bisa merusak katalisator.
2. Pembuatan gas sintesis
Gas alam yang sudah bersih dari pengotor, dimasukkan
ke reformer untuk direaksikan dengan steam membentuk gas
hidrogen. Reformer terdiri dari primary reformer dan secondary
reformer.
a. Primary Reformer
Gas alam direaksikan dengan steam (uap air) sehingga terjadi
reaksi utama sebagai berikut:
CH4 + H2O ↔ 3H2 + CO
CO + H2O ↔ CO2 + H2
Reaksi utama di atas terjadi di dalam tube dengan bantuan
katalisator Nikel (Ni). Reaksi samping yang mungkin terjadi
adalah:
CH4 ↔ C + 2H2 + Q
2CO ↔ C + CO2 – Q
Reaksi samping terjadi apabila steam (uap air) yang
ditambahkan kurang, sehingga disyaratkan agar
perbandingan steam dengan karbon (S/C) rasio 2,8 – 3,3. Reaksi
samping ini merupakan reaksi eksotermis sehingga
kemungkinan bisa terjadi hot spot di tube katalisator. Reaksi
di tube terjadi pada suhu 650°C – 800°C dan secara keseluruhan
reaksinya adalah endotermis, maka perlu kalor selama reaksi.
Kalor diperoleh dengan pembakaran gas alam yang belum
dibersihkan di luar tube. Reaksi pembakaran yang terjadi: CH4 +
O2 → CO2 + H2O
b. Secondary Reformer
Fungsi dari reformer ini adalah melanjuktan reaksi yang terjadi
di primary reformer yaitu mengonversikan sisa CH4 (9-14%)
menjadi H2. Secondary reformer berupa reaktor fixed bed yang
berisi katalisator nikel (Ni). Bagian atas dari reaktor
disebut combustion zone (tidak berkatalisator) yaitu daerah
pembakaran antara H2, CH4 dengan O2 (yang berasal dari udara
yang masuk) dan bagian bawah disebut reaction zone (berisi
katalisator Ni), tempat terjadinya reaksi utama. Reaksi yang
terjadi di combustion zone, yaitu:
2H2 + O2 ↔ 2H2O
CH4 + O2 ↔ CO2 + H2O
2CO + O2 ↔ 2CO2
Reaksi yang terjadi pada katalis Ni di reaction zone, yaitu:
CH4 + H2O ↔ 3H2 + CO
CO + H2O ↔ CO2 + H2
Umpan secondary reformer adalah gas yang keluar dari primary
reformer dan udara yang diinjeksikan sebagai media pemanas
dan sumber nitrogen. Gas reaktan dan udara harus tercampur
homogen dengan menggunakan desain burner khusus. Apabila
pencampuran jelek, akan menghasilkan temperatur tinggi. Hal
ini mengakibatkan katalisator bisa terbakar, distribusi tidak
merata, dan pressure drop tinggi. Oksigen harus habis bereaksi
pada combustion zone.
3. Pemurnian gas sintesis
Gas yang keluar drai secondary reformer masih mengandung gas CO
dan CO2 yang tidak boleh ada pada umpan reactor ammonia. Oleh
karena itu, perlu dimurnikan agar gas yang masuk synthesis
loop hanya berupa gas H2 dan N2 dengan gas inert berupa Argon (Ar)
dan metana (CH4). Proses pemurnian gas sintesis terjadi di CO shift
converter, CO2 removal (CO2 absorber dan stripper), serta
methanator.
a. Shift Converter
Fungsi dari shift converter adalah merubah gas CO menjadi gas
CO2. Shift converter terdiri dari dua bagian, yaitu High
Temperature Shift (HTS) Converter dengan katalisator Fe
dan Low Temperature Shift  (LTS) Converter dengan katalisator
Cu. Reaksi yang terjadi:
CO + H2O ↔ CO2 + H2
Temperatur yang rendah dan H2O yang banyak akan menggeser
kesetimbangan reaksi ke arah kanan. Temperatur tinggi
mempercepat laju reaksi, namun karena reaksi setimbang dan
eksotermis, jika temperatur semakin tinggi, maka
kesetimbangan akan bergeser ke kiri.
b. CO2 Removal
Fungsi dari CO2 removal adalah memisahkan CO2 dari gas
yang ke luar dari shift converter. Larutan penyerap bisa dipakai
larutan Benfield atau aMDEA (activated methyl diethanol
amine).
Proses pemisahan CO2 (CO2 removal) terdiri atas dua alat
utama, yaitu Absorber dan Stripper. Absorber dioperasikan pada
tekanan tinggi dan temperatur yang rendah,
sedangkan Stripper pada tekanan rendah dan temperatur tinggi.
Larutan Benfield terdiri atas K2CO3 sebagai penyerap CO2,
V2O5 sebagai bahan untuk membentuk lapisan pasivasi, dan
DEA yang berfungsi sebagai aktivator penyerap CO2.
Reaksi yang terjadi pada proses penyerapan di absorber adalah:
CO2 + K2CO3 + H2O <-> 2KHCO3
Regenerasi larutan Benfield di stripper yaitu:
2KHCO3 <-> CO2 + K2CO3 + H2O
c. Methanator
Fungsi dari methanator adalah mereaksikan CO dan CO2 yang
lolos dari proses sebelumnya menjadi CH4. Gas CO dan CO2
ini merupakan racun pada amonia converter. Gas CO2 yang
lolos akan bertemu dengan NH3 yang ter-recycle menjadi
amonium karbamat dengan persamaan reaksi: CO2 + NH3 <->
NH4COONH2
Amonium karbamat sangat korosif akan mengendap sebagai
deposit pada kompressor syn gas.
d. Synthesis Loop
Fungsinya adalah:
1. Tempat terjadinya reaksi pembentukan amonia sesuai dengan
persamaan: N2 + 3H2 <-> 2NH3
2. Tempat pemisahan NH3 cair dari hasil pendinginan
3. Tempat pemisahan gas inert (CH4 dan Ar) yang terbawa dari
proses bagian depan (Methanator)
Reaksi pembentukan amonia dari gas nitrogen dan hidrogen
adalah reaksi bolak-balik dan eksotermis. Kondisi operasi proses
ini adalah tekanan 100-250 bar, 350-550°C, dan perbandingan
H/N = 2,5-3,5. Konsentrasi amonia produk berkisar antara 12-
22% karena reaksi kesetimbangan yang
tidak favorable. Konversi yang kecil, sehingga gas yang tidak
bereaksi akan direcyle. Gas CO, CO2, dan H2O tidak diizinkan
kontak dengan katalisator karena merupakan racun. Kalor reaksi
yang dihasilkan besar dan dimanfaatkan untuk
pembangkit steam. Gas inert harus dikeluarkan/purge dari syn
loop karena akan menurunkan tekanan parsial yang
mengakibatkan konversi rendah.
D. DAMPAK AMONIA
Risiko kesehatan amonia sangat berbahaya jika Anda terpapar dalam
jumlah yang berlebihan. Entah sekaligus, banyak sekaligus atau sedikit
demi sedikit tapi terus menerus. Amonia biasanya menyebabkan reaksi
langsung ketika bersentuhan dengan kulit, mata, mulut, saluran
pernapasan, dan saluran pencernaan yang memiliki lapisan lembab
(lendir). 
Dampak yang dihasilkan oleh gas amonia sebagai berikut:
1. Pada saluran pernapasan
Kebanyakan orang dapat dengan mudah terpapar amonia dalam
dosis besar karena gasnya lebih ringan dari udara atmosfer normal.
Akibatnya, gas lebih cepat menguap dan terhisap ke dalam
tubuh. Menghirup amonia pada konsentrasi rendah dapat mengiritasi
saluran pernapasan dan menyebabkan batuk. Namun, dalam
konsentrasi tinggi, gas amonia berisiko menyebabkan luka bakar
langsung pada hidung, tenggorokan, dan saluran pernapasan. Hal ini
dapat menyebabkan kerusakan pernapasan berupa bronkiolus dan
edema alveolar, yang dapat menyebabkan sesak napas yang parah
atau gagal napas. 
2. Pada kontak kulit dan mata
Kontak dengan amonia gas atau cair dosis kecil langsung ke mata
dan kulit dapat menyebabkan iritasi (mata kemerahan atau ruam).
Dalam dosis besar, kontak kulit dengan amonia cair dapat
menyebabkan luka permanen dan luka bakar yang parah. Kontak
dengan amonia cair juga dapat menyebabkan radang dingin pada
kulit. Amonia dosis tinggi dapat menyebabkan penglihatan kabur
atau kerusakan penglihatan permanen (kebutaan) jika terpapar atau
kontak dengan mata. 
3. Pada sistem pencernaan
Mual, muntah, dan sakit perut adalah gejala umum setelah menelan
amonia. Entah sengaja atau tidak. Dalam kasus yang jarang terjadi,
konsumsi amonia dengan konsentrasi 5-10% secara tidak sengaja
dapat menyebabkan luka bakar parah di mulut, tenggorokan,
kerongkongan, dan perut.

 
4. Keracunan
Profesor Erlend Nagelhus dan tim peneliti Institute for Basic
Medical Sciences melaporkan dalam publikasi Penyakit Otak
Metabolik bahwa konsentrasi amonia yang berlebihan di dalam
tubuh, terutama di otak, dapat mengganggu metabolisme tubuh. Ini
sangat berbahaya bagi sel otak dan fungsi saraf.
Menelan amonia dalam jumlah besar menyebabkan keracunan
sistemik dengan kejang yang khas dan bahkan koma. 
5. Bagi orang yang terkena penyakit hati
Orang dengan penyakit hati atau penyakit hati sangat rentan terhadap
masalah kesehatan yang disebabkan oleh paparan amonia. Hati yang
biasanya sehat dapat dengan mudah mengubah amonia menjadi urea.
Urea adalah produk limbah yang kemudian diekskresikan dalam
urin. Namun, hati yang tidak berfungsi mengalami kesulitan
membuang racun keluar dari tubuh, menyebabkannya menumpuk di
dalam darah. Di sisi lain, penumpukan amonia di dalam tubuh juga
bisa dipengaruhi oleh penyakit hati atau ginjal yang sudah ada
sebelumnya. Ini juga cenderung menimbulkan berbagai risiko
kesehatan. 
E. Pengaruh anomia terhadap kehidupan
Gas amoniak memiliki fungsi dan peran penting dalam kehidupan.
Apalagi di dunia industri yang semakin berkembang. Gas ini diproduksi
dalam skala besar. Beberapa fungsi dari gas tersebut yaitu:
1. Sebagai bahan campuran dalam industri pupuk sehingga terbentuk
pupuk urea (CO (NH2)2) dan ZA ((NH)2SO4)
2. Gas amonia digunakan sebagai bahan baku dalam industri baterai
untuk membentuk amonium klorida (NH4Cl) dan asam sitrat
(HNO3) melalui proses Ostwald.
3. Gas amonia digunakan sebagai pendingin dalam lemari es atau
freezer atau lemari es.
4. Gas amonia membentuk hidrazin N2H4 sebagai bahan bakar roket
dan bahan peledak.
5. Beberapa industri plastik juga menggunakan gas amoniak sebagai
bahan baku. Plastik yang digunakan saat ini untuk berbagai
keperluan terdiri dari polietilen dan fenol.
6. Memanfaatkan sifat-sifat gas amonia yang larut dalam air, larutan
dimurnikan dengan amonia 5 sampai 10%. Solusi ini digunakan
sebagai pembersih, pembersih rumah tangga, pembersih furnitur dan
pembersih kaca.
7. Industri pengerjaan logam juga menggunakan gas amonia. Amonia
mengekstrak dan memisahkan tembaga, nikel dan molibdenum dari
biji.
8. Dalam industri minyak, amonia digunakan tidak hanya sebagai
campuran bahan bakar roket, tetapi juga untuk mencegah korosi
ketika mesin bersentuhan dengan bahan bakar.
 

Anda mungkin juga menyukai