Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

Laboratorium klinik sebagai subsistem pelayanan kesehatan menempati posisi penting


dalam diagnosis invitro. Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan
laboratorium diperlukan, yaitu : skrining, diagnosis, pemantauan progresifitas penyakit,
monitor pengobatan dan prognosis penyakit. Oleh karena itu setiap laboratorium harus dapat
memberikan data hasil tes yang teliti, cepat dan tepat.1
Pengendalian mutu laboratorium terdiri dari tiga tahapan penting, yaitu tahap praanalitik, analitik dan paska analitik. Pada umumnya yang sering sering diawasi dalam
pengendalian mutu hanya tahap analitik dan paska analitik yang lebih cenderung kepada
urusan administrasi, sedangkan proses pra-analitik kurang mendapat perhatian. Pra-analitik
meliputi semua langkah-langkah kompleks yang harus dikerjakan sebelum suatu sampel
dapat dianalisa.1,2
Dengan berjalannya waktu, rangkaian penelitian menunjukkan bahwa 32%-75% dari
seluruh kesalahan pemeriksaan, ada pada tahap pra-analitik, dan kemajuan teknologi serta
prosedur penjaminan mutu telah secara nyata mengurangi angka kesalahan yang diakibatkan
proses analitik. Kesalahan pada proses pra-analitik dapat memberikan kontribusi sekitar 61%
dari total kesalahan laboratorium, sementara kesalahan analitik 25%, dan kesalahan paska
analitik 14%. Hal ini menunjukkan tahapan pra-analitik sebagai penyebab utama kesalahan
dan / atau variabel yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan.1,2
Faktor pra-analitik melitputi variabel terkait pasien (diet, usia, jenis kelamin, dan lainlain), pengumpulan spesimen dan teknik pemberian label, pengawet dan antikoagulan
spesimen, transport spesimen, serta proses dan penyimpanan. Hal yang berpotensi salah atau
kegagalan dalam tahapan tersebut meliputi permintaan pemeriksaan yang tidak terpat,
1

kesalahan identifikasi sampel, ketidaktepatan waktu, ketidaktepatan puasa, ketidaktepatan


antikoagulan / rasio darah, ketidaktepatan pencampuran, kesalahan urutan pengambilan, serta
hemolisis atau spesimen yang lipemik. Kesalahan pra-analitik yang sering terjadi ialah
ketidaktepatan pengisian sampel ke dalam tabung, kesalahan dalam memasukkan spesimen
ke dalam wadah penampungan atau pengawet, serta pemilihan jenis pemeriksaan yang tidak
tepat.1,2
Kesalahan pada tahapan pra-analitik mengakibatkan pengulangan pekerjaan atau
penyelidikan tambahan yang memberikan prosedur tambahan lagi terhadap pasien dan biaya
pemeliharaan kesehatan. Perawatan akibat luka yang disebabkan oleh jarum suntik
membutuhkan biaya sebesar $500-$3000, dan teknik yang salah dapat mengakibatkan pasien
menderita luka akibat kerusakan saraf atau arteri, perdarahan subkutaneus, infeksi bahkan
kematian. Centers for Disease Control and Pervention (CDC) memperkirakan sebanyak
385,000 luka akibat jarum suntik terjadi sepanjang tahun.2

Tabel 1. Penyebab Penolakan Spesimen2


Hemolisis / lipemik
Bekuan dalam spesimen dengan antikoagulan
Spesimen bukan puasa ketika seharusnya membutuhkan puasa
Tabung pengumpulan darah yang tidak tepat
Terlalu singkat, jumlah tidak tepat
Kondisi transport yang tidak sesuai
Ketidaksesuaian antara permintaan dengan label spesimen
Spesimen tidak berlabel
Spesimen terkontaminasi / penampung bocor

Ketidaktepatan jenis spesimen, salah pengawet, lipemik, bekuan, dan lain-lainnya,


merupakan hal-hal yang mendasari penolakan spesimen. Penolakan terhadap spesimen tidak
hanya menghabiskan biaya dan waktu, tetapi hal tersebut dapat membahayakan jiwa pasien,
terutama bila salah dalam memberikan label sampel darah. Sasaran pertama dari The Joint

Commission 2008 National Patient Safety Goals for Laboratories ialah untuk meningkatkan
keakuratan identifikasi pasien. Insidens dari kesalahan identifikasi pasien diperkirakan 1
dari 1000, dan 1 dari 12000 pasien menerima unit darah yang bukan diperuntukkan kepada
yang bersamgkutan.2

BAB II
KELENGKAPAN PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH

Contoh spesimen biologis yang akan dianalisa di laboratorium klinik antara lain: (1)
whole blood; (2) serum; (3) plasma; (4) urin; (5) feses; (6) saliva; (7) cairan sumsum tulang,
synovial, amnion, pleura, perikardium, dan asites; (8) berbagai jenis jaringan padat, termasuk
jenis sel spesifik. The Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI, dahulu dikenal
sebagai National Committee for Clinical Laboratory Standards atau NCCLS) telah
menetapkan beberapa prosedur standar dalam pengumpulan spesimen-spesimen yang umum
sebagaimana juga sampel khusus seperti yang digunakan untuk diagnostik molekuler dan
analisa klorida dari keringat.3,4
Darah yang akan dianalisa diperoleh dari vena, arteri, atau kapiler. Darah vena
biasanya menjadi spesimen pilihan dan pungsi vena merupakan metode untuk mendapatkan
spesimen tersebut. Saat darah diaspirasi, pembekuan akan terjadi. Cairan yang dapat dipisah
dalam wujud tersendiri, yang berasal dari darah yang membeku disebut serum. Istilah plasma
kerap saling ditukarkan dengan istilah serum. Namun, plasma berisikan protein fibrinogen,
komponen yang dikonversikan menjadi substansi yang terdiri atas bekuan, dikenal dengan
fibrin.3,4,5
Pada anak-anak usia muda dan untuk point of care test, pungsi kulit sering digunakan
untuk memperoleh darah kapiler; pungsi arteri umumnya digunakan untuk analisa gas darah.
Proses untuk mendapatkan sampel darah dikenal dengan sebutan flebotomi dan harus
dilakukan oleh seorang flebotomis terlatih. Dalam peraturan perundang-undangan di
Indonesia belum diatur tenaga kesehatan yang disebut sebagai teknisi flebotomi, oleh karena
itu teknisi flebotomi belum sah sebagai salah satu tenaga kesehatan.3,4,6

Keputusan menteri kesehatan nomor : 370/MenKes/SK/III/2007 Standar Profesi Ahli


Teknologi Laboratorium Kesehatan tidak mencantumkan kewenangan analis kesehatan /
pranata laboratorium kesehatan untuk melakukan flebotomi kecuali tercantum dalam hal
persiapan pengambilan sampel.6
Flebotomi adalah proses pengambilan darah melalui insisi vena dengan teknik yang
benar sehingga komposisi analitnya bisa dipertahankan. Tujuan flebotomi ialah memperoleh
sampel darah dalam volume yang cukup untuk pemeriksaan yang dibutuhkan, dengan
memperhatikan pencegahan interferensi preanalisis, memasukkannya ke dalam tabung yang
benar, memperhatikan keselamatan (safety), dan dengan sesedikit mungkin menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien.6,7

Gambar 1. Pengambilan darah vena6


Agar dapat diperoleh spesimen darah yang memenuhi syarat uji laboratorium, maka
prosedur pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan benar, mulai dari persiapan
peralatan, pemilihan jenis antikoagulan, pemilihan letak vena, teknik pengambilan sampai
dengan pelabelan.8
Peralatan yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

bersih, kering;

tidak mengandung deterjen atau bahan kimia;

terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen;

sekali pakai buang (disposable);

steril (terutama untuk kultur kuman);


5

tidak retak / pecah, mudah dibuka dan ditutup rapat, ukuran sesuai dengan volume
spesimen.1

2.1.Peralatan pengambilan darah vena


2.1.1. Spuit

Gambar 2. Spuit6
Spuit adalah alat yang digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian injeksi
intravena dengan volume tertentu. Spuit mempunyai skala yang dapat digunakan untuk
mengukur jumlah darah yang akan diambil. Volume spuit bervariasi dari 1ml, 3ml, 5ml
bahkan ada yang sampai 50ml yang biasanya digunakan untuk pemberian cairan sonde
atau syringe pump.6
Volume spuit yang dipakai tergantung pada volume darah yang akan diambil; makin
besar volume spuit makin kecil nomor jarum yang dipakai. Makin banyak volume darah
yang diambil makin besar volume spuit yang digunakan.9

2.1.2. Jarum suntik

Gambar 3. Jarum suntik6


6

Jarum suntik ialah ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk pengambilan secara
vakum. Jarum ini bersifat non-fixed atau mobile sehingga mudah dilepas dari spuit serta
tabung pengumpul vakum. Penggantian jarum dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan
besarnya vena yang akan diambil atau untuk kenyamanan pasien yang menghendaki
pengambilan dengan jarum kecil.6
Jarum yang digunakan sebaiknya tidak terlalu kecil, atau terlalu besar, atau terlalu
panjang; Nomor 19 atau 20G sesuai bagi orang dewasa pada umumnya. Jika vena
cenderung untuk kolaps, digunakan ukuran 21G. The International Organization for
Standardization telah menetapkan suatu standar (ISO 7864) yang berkaitan dengan
diameter berbagai jenis ukuran lubang jarum: 19G = 1,1mm; 21G = 0,8mm; 23G =
0,6mm. Ukuran 23G baik untuk anak-anak dan idealnya memiliki ukuran panjang yang
lebih pendek (sekitar 15mm). 3,9,10
Untuk menampung darah 30-50ml, diperlukan jarum ukuran 18G agar dapat
dipastikan darah mengalir dengan adekuat. Jarum umumnya berukuran panjang 1,5 inci
(3,7cm), tetapi juga terdapat jarum 1 inci (2,5cm), yang biasanya terhubungkan dengan
winged atau pasangan kupu-kupu.3,9,10
Semua jarum harus steril, tajam, dan tidak bengkok. Agar darah yang mengalir bebas
dari unsur-unsur dalam jumlah kecil, jarum tersebut harus terbuat dari bahan stainless
steel dan bebas dari kontaminasi.3

2.1.3. Penampung darah


Tabung tempat penampungan darah yang tidak bersifat vakum udara, biasa digunakan
untuk pemeriksaan manual, dan dengan keperluan tertentu misalnya pembuatan
tampungan sendiri untuk efisiensi biaya.6

2.1.4. Vacuum tube

Gambar 4. Tabung vakum6


Akhir-akhir ini pengambilan darah dilakukan menggunakan jarum khusus dengan
tabung vakum sebagai penampung darah. Tabung vakum pertama kali dipasarkan dengan
nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara,
terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir
masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah
tercapai. Penggunaan tabung vakum yang sudah kadaluarsa dapat menimbulkan :

Daya isap darah ke dalam tabung vakum berkurang sehingga rasio darah
terhadap antikoagulan menurun dengan akibat darah tersebut mengandung
antikoagulan yang berlebihan;

Aktivitas antikoagulan berkurang, dapat menimbulkan mikrotrombi dan


menyumbat alat pemeriksaan;

Antikoagulan yang ada di dalam tabung vakum dapat menguap sehingga


mengganggu rasio antara jumlah darah terhadap antikoagulan.6,9

2.1.5. Turniket

Gambar 5. Tourniquet6
8

Merupakan bahan mekanis yang fleksibel, biasanya terbuat dari karet sintetis yang
bisa merenggang. Digunakan untuk pengebat atau pembendung pembuluh darah pada
organ yang akan dilakukan penusukan flebotomi. Adapun tujuan pembendungan ini
adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk menambah
tekanan vena yang akan diambil, sehingga akan mempermudah proses penyedotan darah
ke dalam spuit.6

2.1.6. Kapas Alkohol

Gambar 6. Kapas alkohol6

Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan dibasahi dengan
antiseptik berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol ialah untuk
menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus
mensterilkan area penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.6

2.1.7. Plester

Gambar 7. Plester6
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas flebotomi, sehingga membantu
proses penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma
akibat penusukan.6
9

2.2.Peralatan pengambilan darah kapiler


Pengambilan darah kapiler dimaksudkan untuk pemeriksaan laboratorium dengan volume
yang lebih sedikit dari pengambilan melalui vena. Pengambilan ini umumnya digunakan
untuk pemeriksaan dengan jumlah dibawah 500 mikroliter.6

Gambar 8. Pengambilan darah kapiler6


Alat-alat yang digunakan untuk pengambilan kapiler :
2.2.1. Lancet
Model

Warna

Kedalaman Jarum

Aliran Darah

SLN100

Kuning

1.0 mm

G26

Aliran Rendah
5-10 ul

SLN170

Lime

1.7 mm

G28

Aliran Rendah
5-10 ul

SLN200

Abu-abu

1.8 mm

G23

Aliran Rendah
10-20 ul

SLN240

Oranye

2.2 mm

G22

Aliran Sedang
20-40 ul

SLN300

Merah
muda

2.8 mm

G21

Aliran SedangTInggi
40-60 ul

SLB200

Hijau

1.8 mm

G19

Aliran Tinggi
75-100 ul

SLB250

Biru

2.3 mm

G18

Aliran Tinggi
150-200 ul

Tabel 2. Jenis-jenis lancet11


10

2.2.2. Object Glass

Gambar 9. Object glass6


Merupakan gelas preparat yang akan digunakan untuk pemaparan sediaan darah atau
pemeriksaan lain yang akan diperiksa dengan mikroskop.6

2.2.3. Deck Glass

Gambar 10. Deck glass6


Adalah penutup object glass, berbentuk persegi lebih kecil dan tipis karena
dimaksudkan agar bisa menutupi preparat tanpa mengganggu pemfokusan pengamatan
dibawah mikroskop.6

2.2.4. Tensimeter

Gambar 11. Tensimeter6


11

Alat untuk mengukur tensi darah atau tekanan darah serta detak jantung manusia.
Dalam sampling, tensi ini digunakan untuk memeriksa Bleeding time.6

2.2.5. Kertas Saring

Gambar 12. Kertas saring6


Kertas yang mempunyai kerapatan tertentu sehingga bisa digunakan untuk menyaring
larutan. Bisa digunakan untuk pemeriksaan bleeding time.6

2.2.6. Tabung Kapiler

Gambar 13. Tabung kapiler6


Merupakan tabung kecil dengan diameter 1mm sehingga memiliki daya kapilaritas
atau menyerap cairan darah yang akan diambil. Sehingga cukup dengan menempelkan
salah satu ujungnya, maka darah akan mengisi tabung sesuai kebutuhan. Tabung kapiler
dengan antikoagulan bertanda strip merah, sedangkan tanpa koagulan dengan strip biru.6

2.2.7. Wax

12

Gambar 14. Wax6


Merupakan dempul atau penutup yang digunakan sebagai penahan dasar tabung
hematokrit sehingga disaat penyimpanan sampel darah atau pemutaran nilai hematokrit,
darah bisa tertahan di dalam tabung.6

13

BAB III
PENAMPUNG DAN ADITIF SPESIMEN DARAH

3.1.Penampung Spesimen Darah


Dua puluh sampai tiga puluh tahun yang lalu pengambilan darah dilakukan dengan
menggunakan jarum spuit yang ditampung dalam botol atau tabung reaksi dan ada yang
ditambahkan antikoagulan. Pengambilan darah seperti ini dapat menimbulkan hemolisis,
darah terinfeksi karena penampung tidak steril, jumlah antikoagulan dan darah tidak
seimbang.9
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan Amerika Serikat: BD
(Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi
yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah
akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu
telah tercapai.6

Gambar 15. Sistem tabung evakuasi19


Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh sambungan
berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior
ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat
mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan
14

jarum pada sebuah penahan (holder) dan memudahkan pada saat mendorong tabung
menancap pada jarum posterior.6
Sistem tabung evakuasi yang lazim digunakan saat ini terdiri dari tabung / penampung
dari bahan kaca atau plastik (dengan atau tanpa antikoagulan) dalam keadaaan vakum dengan
penutup tabung yang disertai penyumbat (stopper) dari bahan plastik atau karet, sebuah
jarum, dan penahannya yang menghubungkan jarum dengan tabung. Keunggulan utamanya
ialah tidak perlu melepaskan penutup tabung untuk mengisi tabung ataupun mengambil
sampel dari tabung untuk dianalisa sehingga mengurangi resiko kontaminasi isi tabung.
Sistem ini sangat berguna ketika diperlukan beberapa sampel dengan antikoagulan yang
berbeda. Cukup sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian
sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Keadaan vakum mengatur jumlah darah yang masuk
ke dalam tabung, sehingga dapat terjamin jumlah spesimen yang cukup untuk jenis
pemeriksaan yang diperlukan dan dengan perbandingan antikoagulan yang tepat. Walau
demikian, keadaan vakum tersebut akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu,
sehingga perlu diberikan perhatian yang khusus terhadap tanggal kadaluarsa dari masingmasing tabung.3,4,6,10

Gambar 16. Set jarum bersayap19


Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika vena
tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi hal ini
mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap atau sering juga
dinamakan jarum kupu-kupu hampir sama dengan jarum vakutainer seperti yang

15

disebutkan di atas. Perbedaannya ialah antara jarum anterior dan posterior terdapat dua buah
sayap plastik pada pangkal jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior
dan posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang
(flash). Penggunaan tabung evakuasi darah (evacuated blood tubes) dinilai (1) lebih murah,
(2) lebih nyaman, dan (3) lebih mudah dibandingkan dengan penggunaan spuit.3,4,6
Tabung evakuasi darah dapat terbuat dari soda-lime atau kaca borosilicate atau plastik
(polyethylene terephthalate). Bahan kaca borosilicate merupakan bahan kaca yang tersusun
dari bahan silika dan boron oksida. Bahan ini memiliki koefisien panas yang lebih rendah
dibanding bahan kaca soda-lime. Karena daya tahannya yang tinggi terhadap zat-zat kimia
maupun panas, maka bahan kaca borosilicate merupakan pilihan yang tepat untuk peralatan
laboratorium. Walau lebih padat dibandingkan dengan bahan kaca soda-lime, bahan kaca
borosilicate masih dapat pecah pada pemanasan yang sangat cepat atau pemanasan yang
tidak merata. Meskipun demikian, apabila pecah, pecahan kaca cenderung besar dan tidak
remuk.3,4,12

Gambar 17. Tabung kaca dan tabung polystyrene19


Untuk mengurangi kemungkinan pecah dan terpapar bahan infeksius, maka beberapa
lembaga telah mengganti penggunaan bahan kaca menjadi plastik. Beberapa jenis bahan yang
penyusun tabung plastik berdasarkan daya tahannya terhadap panas dari yang tertinggi antara
lain: poly(ethylene terephthalate), polystyrene, polycarbonate, polypropylene, polyethylene

16

Bahan polypropylene dan polyehtylene biasanya digunakan untuk transport spesimen. Bahan
polystyrene tidak cocok karena dapat retak bila membeku.4,13,14,15,16,17
Terdapat berbagai jenis tabung evakuasi yang digunakan untuk menampung darah
dari pungsi vena. Tabung tersebut bervariasi sesuai dengan jenis aditif dan kebutuhan volume
pada masing-masing tabung. Beberapa tabung dari bahan kaca dilapisi dengan bahan silikon
pada dinding tabung atau penyumbat untuk mengurangi adhesi dari bekuan (clots) serta
mengurangi resiko hemolisis. Penyumbat dapat mengandung zinc, sehingga penggunaan
tabung evakuasi darah untuk pengukuran kadar zinc menjadi tidak valid, serta adanya TBEP
[tris(2-butoxyethyl)phosphate] yang merupakan bahan penyusun karet penyumbat, dapat
mempengaruhi pengukuran beberapa jenis obat.3,4
Darah yang telah dikumpulkan dalam tabung yang mengandung suatu aditif, tidak
boleh dipindahkan ke dalam tabung lain, karena zat aditif yang pertama dapat mempengaruhi
pemeriksaan dengan zat aditif berbeda. Kontaminasi darah saat jarum memasuki penyumbat
atau melalui kontak dengan zat aditif dalam tabung dapat menyebabkan kesalahan pada hasil
pemeriksaan pasien, yang dapat menyebabkan kesalahan pada diagnosis dan penanganan
pasien. Oleh karena itu, perpindahan zat aditif dari satu tabung ke tabung lain, harus
diminimalkan (atau agar efek samping dapat dihindari) dengan cara disiplin dalam mentaati
rekomendasi urutan penggunaan tabung.3,4,18

Gambar 18. Micro-tube19


Tabung evakuasi dirancang khusus untuk menampung sejumlah volume darah
tertentu. Beberapa tabung terlihat berukuran relatif sama besar, tetapi hanya menampung
17

sedikit darah, yang terlihat dari sedikitnya vakum dalam tabung. Tabung pengisian darah
yang kecil ini berguna ketika mengambil darah dari bayi, anak-anak, maupun pasien yang
sulit untuk diam.18
Tabung evakuasi kaca memiliki penyumbat dari karet, sedangkan tabung evakuasi
plastik memiliki penutup (shield) berbahan plastik yang menutupi penyumbat karet. Agar
aman, sebaiknya yang digunakan ialah tabung dari plastik. Walau demikian, beberapa
pemeriksaan laboratorium tetap memerlukan tabung kaca untuk menampung darah.18

B
C
Gambar 19. (A)Tabung EDTA, (B)Tabung gel aktivator, (C)Tabung tanpa aditif19
Penampung yang umum digunakan untuk pemeriksaan hematologi telah dilengkapi
dengan dipotassium, tripotassium, atau disodium ethylendiaminetetra-acetic acid (EDTA)
sebagai antikoagulan, dan telah ditandai pada tingkat tertentu untuk menunjukkan jumlah
darah yang sesuai. Penampung juga ada yang mengandung trisodium citrate, heparin, atau
acid-citrate-dextrose, sebagaimana juga ada yang tidak mengandung zat aditif, yang
digunakan untuk pemeriksaan serum. Syarat dan spesifikasi lain untuk tempat penampungan
spesimen telah ditetapkan dalam standar nasional maupun internasional, misalnya
International Council for Standardization in Haematology, dan ada juga European Standard
(EN 14820). Tetapi amat disayangkan, belum ada kesepakatan universal dalam hal
pewarnaan untuk mengidentifikasi masing-masing penampung dengan zat aditif yang
beragam; flebotomis harus membiasakan dirinya dengan warna dari pemasok.10

18

The Clinical and Laboratory Standars Institute (CLSI), yang dahulu dikenal sebagai
National Commission on Clinical Laboratory Standards (NCCLS), memberikan rekomendasi
yang dapat digunakan baik itu untuk tabung pengumpulan darah berbahan kaca maupun
plastik. Urutan yang sama juga diterapkan pada pengambilan darah dengan menggunakan
spuit ataupun sistem evakuasi (penahan tabung dan tabung penampung). Cukup banyak
lembaga akreditasi laboratorium seperti College of American Pathologists (CAP) dan The
Joint Commission telah menetapkan standard dari CLSI untuk diterapkan. Urutan
pengambilan darah berdasarkan CLSI, yaitu :

Tabung kultur darah;

Tabung koagulasi (misal, penutup biru);

Tabung serum dengan atau tanpa aktivator bekuan, dengan atau tanpa gel (misal
penutup merah);

Tabung heparin dengan atau tanpa gel pemisah plasma (misal, penutup hijau);

Tabung EDTA dengan atau tanpa gel pemisah (misal, penutup lembayung, penutup
perak);

Inhibitor glikolisis (misal, penutup abu-abu).18

Tabung yang mengandung zat aditif harus dibalik secara perlahan-lahan (tidak
dikocok) segera sesudah pengambilan darah, untuk memastikan darah dengan cepat
tercampur dalam jumlah yang cukup dengan zat aditif. Kegagalan dalam pencampuran
spesimen darah dengan antikoagulan menyebabkan spesimen yang tidak dapat diterima untuk
pemeriksaan atau hasil pemeriksaan yang tidak akurat.18
Untuk mengenali letak tabung yang lain dalam urutan pengambilan darah, zat aditif
pada tabung harus diketahui. Informasi ini didapatkan pada label tabung. Apabila informasi
ini telah diketahui, zat aditif yang sama dikelompokkan menjadi satu dalam urutan
19

pengambilan darah. Sebagai contoh, pelindung coklat pada tabung mengandung K2EDTA,
maka letaknya pada urutan pengambilan darah bersama-sama dengan tabung lain yang
mengandung EDTA lembayung, merah muda dan putih.18
Urutan pengambilan darah ini sangat penting. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan
laboratorium didasari oleh prinsip ilmiah yang meliputi biologi, kimia maupun fisika. Jumlah
substansi (analit) yang sangat kecil, diukur dengan teknik yang rumit. Karena jumlahnya
sedikit, keberadaan substansi lain akan mempengaruhi keakuratan dari hasil pemeriksaan.
Jika hasil tes pasien tidak akurat, ia mungkin akan tidak mendapatkan penanganan yang
sesuai.18
Tujuan dari urutan pengambilan darah ialah untuk mencegah kemungkinan terjadinya
kesalahan pada hasil pemeriksaan sebagai akibat dari kontaminasi silang dari zat aditif dalam
tabung. Walau sepertinya mustahil bahwa jumlah yang sangat kecil dari zat aditif dalam
tabung dapat mengakibatkan hasil yang tidak akurat, pada kenyataannya berbagai penelitian
yang telah dilakukan membuktikan bahwa hal ini mungkin terjadi.18
EDTA mengandung banyak kalium dan dapat menyebabkan peningkatan kadar yang
salah pada hasil tes. Oleh karena itu, tabung untuk pemeriksaan kalium harus diambil
sebelum tabung yang mengandung EDTA.18
Zat aditif pada penyumbat / penutup tabung yang berwarna abu-abu, dapat
mengganggu gambaran mikroskopis sel-sel darah pada hitung jenis sel darah putih. Aktivator
bekuan dapat mengganggu tes koagulasi seperti protrombin (PT) dan tes activated partial
thromboplastin time (aPTT).18
Bakteri dari tabung dengan penyumbat / penutup yang tidak steril dapat
mengkontaminasi darah yang dikumpulkan dalam botol / tabung untuk kultur darah, sehingga
bakteri berkembang yang mengakibatkan klinisi berpandangan bahwa pasien tersebut
mengalami infeksi darah.18

20

Warna Penyumbat /
Penutup
Stopper Abu-abu
Pelindung abu-abu

Stopper hijau & abu-abu


Pelindung hijau muda
Stopper hijau
Pelindung hijau

Aditif
Kalium oksalat/Natrium
fluorida atau
Natrium fluorida atau
Natrium
fluorida/Na2EDTA
Heparin lithium & gel untuk
pemisahan plasma
Natrium atau heparin lithium

Jumlah Balikan
Saat Pengambilan
8
8
8
8
8
8
8

Stopper lembayung
Pelindung lembayung

Cairan Na2EDTA (kaca)


Lapisan Na2EDTA
(plastik)

8
8

Stopper biru muda


Pelindung biru muda
Pelindung bening diatas
stopper biru muda

0,105 M Natrium sitras


(kaca) atau
0,129 M Natrium sitras
(3,8%) atau
CTAD

3-4
3-4
3-4

Pelindung oranye
(tanpa tabung kaca)

Trombin atau
Trombin & gel untuk
pemisahan serum

8
5-6

Stopper merah muda


Pelindung merah muda

Stopper merah & hitam


Pelindung emas
Merah & abu-abu muda
Pelindung bening diatas
stopper merah

Stopper merah
Pelindung merah

Pelindung biru cerah


(tanpa tabung kaca)
Pelindung Coklat
(tanpa tabung kaca)

Penggunaan Umum
pada Laboratorium

Glukosa

Tes kimia yang


membutuhkan plasma
Tes kimia yang
membutuhkan plasma
Pemeriksaan darah
lengkap, kultur antigen
virus dari darah
Natrium sitras:
pemeriksaan
koagulasi rutin
CTAD:
pemeriksaan fungsi
trombosit,
pemeriksaan
koagulasi rutin
Tes STAT
Tes bank darah;
memiliki label khusus
informasi pasien untuk
AABB (American
Association of Blood
Banks)
Tes kimia yang
membutuhkan serum

K2EDTA

Aktivator bekuan dan gel


untuk pemisahan serum

Untuk tabung cadangan

Tes kimia & serologi


yang membutuhkan
serum

8
8

Unsur kecil, toksikologi


& penentuan nutrisi

Timbal

Lapisan silikon (tabung


kaca)
Lapisan silikon &
aktivator bekuan (tabung
plastik)
Aktivator silikon atau
Na2EDTA
K2EDTA

Pelindung putih
(tanpa tabung kaca)

K2EDTA dengan gel

Tes diagnostik
molekular seperti PCR;
Nama dagang BD untuk
tabung ini: PPT
(plasma preparation
tube)

Stopper kuning
(tanpa tabung plastik)

SPS (sodium polyanethol


sulfonate) atau
Larutan ACD (acid citrate
dextrose) A atau
Larutan ACD (acid citrate
dextrose) B

8
8
8

SPS : kultur darah


ACD : HLA
phenotyping untuk
transplantasi, DNA
& tes keturunan

Tabel 3. Jenis tabung evakuasi18


21

3.2.Aditif Spesimen Darah


Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah.
Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang
diminta. Volume darah yang ditambahkan juga harus tepat.1
Antikoagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan cara mengikat
kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan. Jika tes membutuhkan
darah atau plasma, spesimen harus dikumpulkan dalam sebuah tabung yang berisi
antikoagulan. Spesimen-antikoagulan harus dicampur segera setelah pengambilan spesimen
untuk mencegah pembentukan micro-clot. Pencampuran yang lembut sangat penting untuk
mencegah hemolisis. Ada berbagai jenis antikoagulan, masing-masing digunakan dalam jenis
pemeriksaan tertentu.1
EDTA dan natrium sitras menyingkirkan kalsium yang dibutuhkan untuk koagulasi.
Kalsium dapat diendapkan menjadi oksalat yang tidak terlarut (kristal yang dapat terlihat
pada darah oksalat) atau terikat dalam bentuk tidak terionisasi. Heparin berikatan dengan
antitrombin, sehingga menghambat interaksi dari beberap faktor pembekuan.10
EDTA digunakan untuk perhitungan darah; natrium sitras digunakan untuk tes koagulasi
dan laju endap eritrosit. Agar penyimpanan sel darah merah yang lama dapat lebih baik untuk
beberapa tes tertentu maupun untuk tujuan transfusi, digunakan sitras yang dikombinasikan
dengan dekstrosa dalam bentuk acid-citrate dextrose (ACD), citrate-phosphate-dextrose
(CPD) atau larutan Alsevers. Campuran antikoagulan juga digunakan untuk saling
mengkompensasi kekurangan masing-masing agar pra-syarat untuk proses analitik dapat
tercapai, hal ini termasuk ACD, CPD atau heparin yang dikombinasikan dengan EDTA serta
EDTA, sitras atau heparin yang dikombinasikan dengan natrium fluorida. Antikoagulan jenis
apapun dapat digunakan pada pengambilan darah untuk flowcytometry.10

22

3.2.1. EDTA (ethylenediaminetetraacetic acid, [CH2N(CH2CO2H)2]2


EDTA merupakan chelating agent dari kation bivalen seperti Ca2+, dan Mg2+.
Umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium (kalium),
mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi kalsium. Karena
mengkhelasi kalsium atau besi, maka EDTA tidak cocok untuk digunakan pada spesimen
yang digunakan untuk pemeriksaan kalsium dan besi menggunakan fotometer dan teknik
titrimetric. EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan antikoagulan yang lain, yaitu
tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga baik untuk pemeriksaan (1) hematologi, (2)
isolasi genom DNA, (3) penentuan kualitatif dan kuantitatif virus melalui teknik
molekuler. Walau demikian, kadar kolesterol telah diketahui menurun 3-5%.1,4
Ada tiga macam EDTA, yaitu binatrium EDTA (Na2EDTA), bikalium EDTA
(K2EDTA) dan trikalium EDTA (K3EDTA). Na2EDTA dan K2EDTA biasanya
digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA biasanya digunakan dalam bentuk
cair. Dapat diperoleh dalam tabung dengan penutup berwarna lembayung berbentuk
cairan atau semprotan kering, dalam bentuk garam bikalium atau trikalium (K2EDTA
dalam tabung plastik, berupa semprotan kering. K3EDTA berbentuk cairan dalam tabung
kaca). 1,2
Penutup merah-muda juga mengandung EDTA, yakni semprotan kering K2EDTA.
Tabung berpenutup merah-muda digunakan dalam immunohematologi untuk grup ABO,
jenis Rh, dan skrining antibodi. Tabung-tabung ini memiliki label silang-serasi yang
khusus untuk memberikan informasi yang dibutuhkan bagi American Association of
Blood Banks (AABB) dan disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika
Serikat untuk persediaan Bank darah. Tabung dengan penutup putih juga mengandung

23

EDTA dan gel. Tabung tersebut sering digunakan pemeriksaan diagnostik molekular dari
plasma.2
Garam natrium dan kalium dari EDTA merupakan antikoagulan yang sangat kuat dan
sangat cocok untuk digunakan dalam pemeriksaan darah rutin. EDTA bekerja melalui
efek kelasi pada molekul kalsium dalam darah. Agar hal ini dapat terjadi, dibutuhkan 1,2
mg kadar garam anhidrosa per ml darah (c 4 mmol). Garam bikalium sangat mudah larut
(1650 g/l) dan dinilai lebih baik dari pada garam binatrium, yang kurang larut (108 g/l).
Melapisi permukaan dinding dalam tabung dengan lapissan tipis EDTA meningkatkan
kecepatan pengambilan darah.10
Garam bilithium dari EDTA memiliki efek yang sama sebagai antikoagulan, dan
penggunaannya memiliki kelebihan yakni dengan dapat digunakannya juga untuk
pemeriksaan kimia darah. Tetapi lebih sulit larut dari pada garam bikalium (160 g/l).10
Garam trikalium yang tersedia dalam bentuk cairan telah direkomendasikan di
Amerika Serikat oleh NCCLS. Walau demikian, darah yang mengalir ke dalam larutan
tersebut akan dilarutkan sedikit (K3EDTA akan melarutkan sampel 1% - 2%), dan
garam trikalium akan menyebabkan penyusutan sejumlah sel darah merah sehingga
terjadi penurunan PCV sebesar 2-3% dalam kurun waktu 4 jam pengambilan darah, yang
diikuti dengan peningkatan bertahap dari mean cell volume (MCV). Sebaliknya, terdapat
beberapa perubahan yang dapat diabaikan apabila digunakan garam bikalium. Oleh
karena itu,

International Council for Standardization in Haemtology (ICSH)

merekomendasikan garam bikalium pada kadar 1,50 - 2,2 mg/ml darah; garam trikalium
dapat digunakan sebagai alternatif. Na3EDTA tidak disarankan karena kadar pH-nya
yang tinggi. Na2EDTA bila telah tercampur darah akan menunjukkan pH 5,0 1,0;
K2EDTA pH 4,8 1,0; sedangkan K3EDTA pH 7,5 1,0. 2,9,10

24

Bila jumlah EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya, kelebihan
EDTA, terlepas dari bentuk garam, mempengaruhi baik itu sel darah merah maupun
leukosit. Kelebihan EDTA sebanyak 2 mg/ml darah dapat mengakibatkan penurunan
PCV yang bermakna ketika disentrifugasi dan peningkatan pada mean cell haemoglobin
concentration (MCHC). Platelet juga terpengaruh; kelebihan EDTA menyebabkan
platelet membengkak kemudian terpecah, sehingga mengakibatkan hasil yang tinggi
pada perhitungan platelet secara artifisial, karena fragmen relatif berukuran cukup besar
untuk dapat dihitung sebagai platelet normal. Oleh sebab itu perhatian khusus perlu
diberikan pada saat pengisian darah, dan dengan pembolak-balikan tabung secara
berulang, antikoagulan dapat tercampur secara merata dengan darah yang diisi ke dalam
tabung. 2,10
Sediaan hapus darah yang dibuat dari EDTA mungkin tidak dapat menunjukkan
basophilic stippling dari sel darah merah yang terkontaminasi timah. EDTA juga telah
terbukti menyebabkan penggumpalan leukosit, yang mempengaruhi netrofil dan limfosit,
dan hal tersebut menyebabkan terjadinya reaksi alami auto-antibodi dari antiplatelet yang
kadang menyebabkan menempelnya platelet dengan netrofil pada sediaan hapus darah.
Aktivitas monosit yang dinilai dari pelepasan faktor jaringan dan aktivitas tumour
necrosis factor diketahui lebih rendah bila menggunakan EDTA dibanding sitras dan
heparin. Hampir sama dengan hal tersebut, aktivasi netrofil yang diukur melalui
pelepasan laktoferin dengan induksi lipopolisakarida, hasilnya rendah dengan EDTA.
EDTA juga menunjukkan penekanan terhadap degranulasi dari platelet.2,10

3.2.2. Trisodium citrate dihidrat (Na3C6H5O7 . 2 H2O )


Secara komersial, tabung sitrat dapat dijumpai dalam bentuk tabung hampa udara
dengan tutup berwarna biru terang. Sitras bekerja dengan mengikat atau mengkhelasi

25

kalsium. Larutan natrium sitras, dengan konsentrasi 34 38 g/L (0,109 M 3,2% atau
0,129 M 3,8%), dengan perbandingan 1 bagian larutan dengan 9 bagian darah,
direkomendasikan untuk pengujian koagulasi dan agregasi trombosit. Untuk pemeriksaan
koagulasi, 9 volume darah ditambahkan ke dalam 1 bagian dari 109 mmol/l larutan
natrium sitras (3,2 g/l Na3C6H5O7.2H2O). Perbandingan ini sangat penting karena
pengaruh osmotik dan perubahan kadar ion Kalsium bebas akan mempengaruhi hasil tes
koagulasi. Perbandingan sitras dengan darah ini, mungkin perlu disesuaikan untuk
sampel dengan kadar hematokrit yang tinggi yang memerlukan pemeriksaan
koagulasi.1,4,9,10
Spesimen harus segera dicampur segera setelah pengambilan untuk mencegah aktivasi
proses koagulasi dan pembentukan bekuan darah yang menyebabkan hasil tidak valid.
Pencampuran dilakukan dengan membolak-balikkan tabung sebanyak 4-5 kali secara
perlahan-lahan, karena pencampuran yang terlalu kuat dan berkali-kali (lebih dari 5 kali)
dapat mengaktifkan penggumpalan platelet dan mempersingkat waktu pembekuan. Darah
sitrat harus segera disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 1500 rpm dan dianalisa
maksimal 2 jam setelah sampling.1
Natrium sitrat konsentrasi 3,8% digunakan untuk pemeriksaan erythrocyte
sedimentation rate (ESR) atau LED cara Westergreen dengan cara menambahkan 4
volume darah ke dalam 1 volume larutan natrium sitras (109 mmol/l) dan dengan segera
keduanya dicampur.1,10

3.2.3. Heparin
Antikoagulan ini merupakan asam mukopolisulfurik yang terdapat dalam bentuk
garam natrium, kalium, lithium, dan amonium. Lithium heparin paling banyak digunakan
sebagai antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa macam ion dalam

26

darah. Heparin berasal dari isolasi sel hati oleh para peneliti yang berusaha mencari
antikoagulan yang bekerja dengan aman pada manusia.

yang bekerja dengan cara

mempercepat kerja antitrombin III, sehingga menetralkan trombin dan mencegah


pembentukan fibrin dari fibrinogen.1,2,4
Heparin biasanya tersedia dalam bentuk bubuk kering, yang higrokopik dan sangat
mudah larut. Setelah dimasukkan dalam tabung, spesimen harus segera dihomogenisasi 6
kali dan disentrifugasi 1300-2000 rpm selama 10 menit kemudian plasma siap dianalisa.
Darah heparin harus dianalisa dalam waktu maksimal 2 jam setelah sampling.1,4,10
Lithium atau garam natrium heparin pada kadar 10-20 IU/ml darah umumnya
digunakan sebagai antikoagulan untuk pemeriksaan kimia, analisis gas darah, dan
pemeriksaan kegawatdaruratan. Heparin memiliki keuntungan dari pada EDTA sebagai
antikoagulan,

karena

tidak

mempengaruhi

tingkat

ion

seperti

Kalsium

dan

direkomendasikan ketika penting untuk mengurangi resiko lisis yang terjadi saat
pengambilan darah. Oleh sebab itu, merupakan antikoagulan yang terbaik untuk OFT
(osmotic fragility test) dan cocok untuk immunophenotyping.1,10
Walau demikian, heparin tidak cocok digunakan untuk perhitungan jumlah sel darah
karena sering menyebabkan clumping dari leukosit dan platelet. Juga sebaiknya tidak
digunakan untuk membuat sediaan darah hapus karena memberikan gambaran latar
belakang kebiruan bila sediaan hapus darah diberi pewarnaan dengan cat Romanowsky,
terutama bila terdapat protein abnormal. Heparin akan menghambat aktifitas dari enzim
dan sebaiknya tidak digunakan untuk pemeriksaan polymerase chain reaction dengan
penghambatan enzim. Heparin juga memiliki kekurangan karena harganya yang tinggi
dan waktu kerjanya yang sementara dibandingkan dengan senyawa kimia lainnya.1,4,10

3.2.4. Oksalat

27

Natrium, kalium, amonium, dan lithium oksalat menghambat koagulasi dengan


membentuk kompleks yang sukar larut dengan ion kalsium. Natrium Oksalat
(Na2C2O4). Natrium oksalat bekerja dengan cara mengikat kalsium. Penggunaannya 1
bagian oksalat + 9 bagian darah. Kalium oksalat (K2C2O4.H2O), pada kadar 1 2 g/L
darah merupakan antikoagulan yang cukup banyak digunakan. Pada kadar yang lebih
tinggi dari 3 gr oksalat per liter, maka akan terjadi hemolisis.1,4
Kombinasi amonium dan / atau kalium oksalat tidak menyebabkan penyusutan
eritrosit. Tetapi, oksalat lain telah diketahui dapat menyebabkan penyusutan dengan
menarik air ke dalam plasma. Penurunan hematokrit dapat mencapai 10%, menyebabkan
pengurangan kadar konstituen plasma sebesar 5%. Sebagaimana cairan hilang dari sel,
pertukaran elektrolit dan konstituen lain melalui membran sel. Oksalat menghambat
beberapa enzim, termasuk asam dan basa fosfatase, amilase, dan laktat dehidrogenase,
dan menyebabkan pengendapan kalsium dalam bentuk garam.4

3.2.5. Natrium Fluorida


Natrium fluorida merupakan antikoagulan lemah yang sering ditambahkan sebagai
pengawet untuk glukosa darah. Sebagai pengawet, bersama dengan antikoagulan lain
seperti kalium oksalat, efektif pada kadar 2 g/L darah. Larutan ini dapat berfungsi
mengawetkan dengan cara menghambat sistem enzim yang terlibat dalam glikolisis,
walau sebetulnya penghambatan tersebut tidak perlu segera dan sejumlah degradasi
terjadi pada 1 jam pertama pengambilan spesimen. Kebanyakan spesimen disimpan pada
suhu 25 C selama 24 jam atau pada suhu 4 C selama 48 jam. Tanpa antikoagulan,
kadar glukosa darah berkurang sekitar 100 mg/L (0,56 mmol/L) per jam pada suhu 25
C. Rata-rata penurunan tersebut, lebih cepat pada bayi karena tingginya aktivitas
metabolisme eritrosit, juga pada penderita leukimia karena tingginya metabolisme sel

28

darah putih. Natrium fluorida sukar larut, dan darah harus tercampur dengan baik agar
efek antikoagulan dapat terwujud.4
Jika natrium fluorida digunakan tunggal tanpa antikoagulan lainnya, dibutuhkan 3-5
kali kadar yang lebih tinggi dari yang biasanya dipakai sebanyak 2 g/L. Tingginya kadar
serta penghambatan siklus glikolisis ini cenderung menyebabkan pergeseran cairan dan
perubahan pada kadar beberapa jenis analit. Fluorida merupakan inhibitor yang poten
untuk berbagai enzim serum dan pada kadar yang tinggi juga mempengaruhi urease,
digunakan untuk mengukur urea nitrogen pada berbagai sistem analisis.4

3.2.6. Asam Sitras Dekstrosa (Acid Citrate Dextrose : ACD)


Sebagaimana telah disebutkan diatas bahwa pengumpulan spesimen ke dalam EDTA,
sering digunakan untuk isolasi genom DNA. Walau demikian, tes diagnostik tambahan
dan menyeluruh seperti pemeriksaan sitogenetik, dapat diminta untuk diperiksa pada
saat yang sama. Untuk alasan ini, sampel untuk diagnostik molekuler sering
dikumpulkan dalam antikoagulan ACD, supaya bentuk maupun fungsi komponen seluler
tetap terjaga.4
Ada 2 jenis tabung ACD, yakni : ACD A dan ACD B. Keduanya hanya berbeda
berdasarkan konsentrasinya. Keduanya meningkatkan vitalitas dan pemulihan dari sel
darah putih setelah beberapa hari pengambilan spesimen, sehingga tepat untuk
pemeriksaan diagnostik molekuler maupun sitogenetik.4
Larutan A digunakan untuk 8,5 mL pengambilan darah (Jumlah total volume 10 mL),
dan laruan B digunakan untuk 3 mL atau 6 mL pengambilan darah (Jumlah total volume
7 mL). Jenis pemeriksaan yang diminta akan menentukan ukuran tabung yang diperlukan
untuk pengambilan spesimen.4

29

3.2.7. CPD (Citrate Phosphat Dextrose) dan CPDA 1 (Citrate Phosphat Dextrose Adenin)
Antikoagulan CPD (Citrate Phosphat Dextrose) dan CPDA 1 (Citrate Phosphat
Dextrose Adenin) selain berfungsi sebagai antikoagulan juga berfungsi sebagai
pengawet, terutama dalam penggunaan kantong donor darah. Rasio CPD dan darah ialah
1,4:10 (0,4cc CPD:3cc darah).7

3.2.8. Iodoasetat
Natrium iodoasetat pada kadar 2 g/L meupakan antikoagulan yang cukup efektif dan
pengganti dari natrium fluorida. Karena sifatnya yang tidak mempengaruhi urease, maka
sering digunakan bila tes glukosa dan urea dikerjakan dari 1 spesimen. Iodoasetat
menghambat kreatin kinase, tetapi tidak terdapat catatan mengenai tes klinis lainnya.4

30

BAB IV
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH

4.1.Persiapan Pengambilan Sampel Darah


Persiapan

pasien

dimulai

saat

seorang dokter

merencanakan

pemeriksaan

laboratorium bagi pasien. Dokter dibantu oleh paramedis diharapkan dapat memberikan
informasi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan, manfaat dari tindakan itu, dan
persyaratan apa yang harus dilakukan oleh pasien. Informasi yang diberikan harus jelas
agar tidak menimbulkan ketakutan atau persepsi yang keliru bagi pasien. Pemilihan jenis
tes yang kurang tepat atau tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien akan menghasilkan
interpretasi yang berbeda. Ketaatan pasien akan instruksi yang diberikan oleh dokter atau
paramedis sangat berpengaruh terhadap hasil laboratorium; tidak diikutinya instruksi
yang diberikan akan memberikan penilaian hasil laboratorium yang tidak tepat. Hal yang
sama juga dapat terjadi bila keluarga pasien yang merawat tidak mengikuti instruksi
tersebut dengan baik.1
Sebelum suatu spesimen diambil, seorang flebotomis harus mengkonfirmasi identitas
dari pasien tersebut. Setidaknya dua atau tiga identifikasi berikut harus dipastikan: (1)
nama, (2) nomor rekam medis, (3) tanggal lahir, (4) alamat pasien jika pasien tersebut
merupakan pasien rawat jalan. Apabila pasien dirawat inap, maka seorang flebotomis
dapat memastikan identitas pasien dengan mencocokkannya dengan gelang identitas
pasien. Bagi pasien pediatri, orangtua / pendamping pasien harus hadir dan secara aktif
memastikan identitas pasien. Memastikan adanya alergi terhadap bahan sarung tangan
maupun turniket juga perlu dilakukan selain adanya informed consent terhadap jenis
tindakan yang akan dilakukan. 2,4,7

31

Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus dilakukan
karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas meliputi pengisian
formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan pemberian label pada wadah
spesimen. Keduanya harus cocok sama. Pemberian identitas ini setidaknya memuat nama
pasien, nomor ID atau nomor rekam medis serta tanggal pengambilan. Kesalahan
pemberian identitas dapat merugikan. Untuk spesimen berisiko tinggi (HIV, Hepatitis)
sebaiknya disertai tanda khusus pada label dan formulir permintaan laboratorium.1
Sebelum pengambilan spesimen, periksa form permintaan laboratorium. Identitas
pasien harus ditulis dengan benar (nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medis)
disertai diagnosis atau keterangan klinis. Periksa apakah identitas telah ditulis dengan
benar sesuai dengan pasien yang akan diambil spesimen. Tanyakan persiapan yang telah
dilakukan oleh pasien, misalnya diet, puasa. Tanyakan juga mengenai obat-obatan yang
dikonsumsi, minum alkohol, merokok, dan lain sebagainya. Catat apabila pasien telah
mengkonsumsi obat-obatan tertentu, merokok, minum alkohol, paska transfusi, dan lain
sebagainya. Catatan ini nantinya harus disertakan pada lembar hasil laboratorium.1
Seorang flebotomis perlu mencuci tangan sebelum mengenakan alat pelindung diri
(APD) seperti gaun / apron, sarung tangan, masker, ataupun kacamata pelindung sebelum
bersinggungan dengan pasien. Hal ini bertujuan untuk mencegah resiko terjadinya
paparan terhadap bahan infeksius dan membatasi penularan penyakit infeksi seorang
terhadap yang lain. Apabila diperlukan pengekangan, maka harus ada alasan yang
obyektif untuk dilakukannya tindakan tersebut dan tidak semata-mata agar tindakan
flebotomi mudah dikerjakan. Jika diperlukan pengekangan untuk mencegah celaka bagi
pasien dengan kapasitas terbatas, maka harus menggunakan tenaga yang minimal dan
waktu yang sesingkatnya.4,7,20

32

Gambar 20. Alat pelindung diri


Pada umumnya waktu pengambilan spesimen dilakukan pada pagi hari, terutama
untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi, dan imunologi, karena umumnya nilai
normal ditetapkan dalam keadaan basal. Untuk pemeriksaan yang memerlukan puasa,
pengambilan spesimen dilakukan untuk 12 jam setelah makan terakhir dan tidak
melakukan aktivitas olahraga.7,21
Pemeriksaan yang memerlukan puasa
Glukosa
Puasa 10-12 jam
Tes Toleransi Glukosa (TTG) Puasa 10-12 jam
Glukosa kurva harian
Puasa 10-12 jam
Trigliserida
Puasa 12 jam
Asam urat
Puasa 10-12 jam
VMA
Puasa 10-12 jam
Renin (PMA)
Puasa 10-12 jam
Insulin
Puasa 8 jam
C-peptide
Puasa 8 jam
Gastrin
Puasa 12 jam
Aldosteron
Puasa 12 jam
Homosistein
Puasa 12 jam
Lp(a)
Puasa 12 jam
PTH intact
Puasa 12 jam
Apo A1
Dianjurkan puasa 12 jam
Apo B
Dianjurkan puasa 12 jam
Tabel 3. Pemeriksaan yang memerlukan puasa21

Jika pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan untuk tujuan pemantauan


pengobatan atau

therapeutic drug monitoring (TDM), pengambilan sampel

dipertimbangkan saat telah tercapai kadar puncak setelah minum obat dan fase steady
state sebelum pemberian dosis berikutnya. Ada beberapa jenis pemeriksaan yang waktu

33

pengambilan spesimennya harus disesuaikan dengan perjalanan penyakit dan fluktuasi


harian, antara lain :

Demam tifoid
Untuk biakan darah dilakukan pada minggu ke-1 atau ke-2 sakit, dan untuk Widal,
diperiksa saat fase akut dan konvalesen.

Pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman


Spesimen harus diambil sebelum pemberian antibiotika.

Pemeriksaan mikrofilaria
Dilakukan pada waktu senja dan menjelang tengah malam.

Pemeriksaan malaria
Diambil pada akhir periode demam.

Pemeriksaan tuberkulosis
Dahak diambil pada pagi hari, segera setelah pasien bangun tidur.

Pemeriksaan profil besi


Spesimen diambil pada pagi hari dan setelah puasa 10-12 jam 1,7,21

Terkadang sampel harus diambil pada saat tertentu. Kegagalan dalam melaksanakan
sesuai waktu yang telah ditetapkan dapat menyebabkan hasil yang salah dan kesalahan
dalam menilai kondisi pasien. Idealnya, seorang pasien tetap diam pada posisi yang sama
selama 30 menit sebelum dilakukannya pengambilan spesimen, demikian juga untuk
pengambilan spesimen selanjutnya. Turniket digunakan untuk membantu agar lokasi vena
pada pungsi vena dapat terlihat, tetapi pemasangan turniket selama lebih dari 1 menit
akan merangsang terjadinya hemokonsentrasri.2,4
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih dahulu lokasi pengambilan
yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang diminta, misalnya :
34

Darah vena umumnya diambil dari vena lengan (median cubiti, vena cephalic,
atau vena basilica). Tempat pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau
transfusi, bekas luka, hematoma, oedema, kanula, fistula.

Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis (pergelangan tangan), arteri
brachialis (lengan), atau arteri femoralis (lipat paha).

Darah kapiler umumnya diambil dari ujung jari tengah atau jari manis tangan
bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi telapak kaki pada bayi. Tempat
yang dipilih untuk pengambilan tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran
darah seperti sianosis atau pucat.

Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat yang sedang
mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.1,4,7,21

Gambar 21. Lokasi pengambilan sampel darah19


Ada beberapa sumber kesalahan yang kurang terkontrol dari proses pra-analitik yang
dapat mempengaruhi keandalan pengujian laboratorium, tapi yang hampir tidak dapat
diidentifikasi oleh staf laboratorium. Ini terutama mencakup variabel fisik pasien, seperti
latihan fisik, puasa, diet, stres, efek posisi, menstruasi, kehamilan, gaya hidup (konsumsi
alkohol, rokok, kopi, obat adiktif), usia, jenis kelamin, variasi diurnal, pasca transfusi,
paska donasi, pasca operasi, ketinggian. Karena variabel tersebut memiliki pengaruh yang
kuat terhadap beberapa variabel biokimia dan hematologi, maka gaya hidup individu dan
ritme biologis pasien harus selalu dipertimbangkan sebelum pengambilan sampel.1
35

4.2.Faktor yang Mempengaruhi Hasil Pemeriksaan


4.2.1. Postur
Pada orang dewasa, perubahan dari berbaring ke berdiri menyebabkan penurunan
volume darah sebesar 10% ( 600-700 mL). Karena hanya cairan yang bebas protein
yang berpindah dari kapiler menuju jaringan, maka perubahan postur tubuh akan
menyebabkan berkurangnya volume plasma dan peningkatan kadar protein plasma (
8-10%). Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari posisi berdiri ke posisi
duduk, dianjurkan pasien untuk duduk tenang sekurang-kurangnya 15 menit sebelum
diambil darah.4,21

4.2.2. Tirah baring yang lama


Plasma dan cairan ekstraseluler menurun dalam beberapa hari permulaan tirah baring.
Akibatnya, hematokrit dapat meningkat hingga 10% dalam 4 hari. Biasanya jumlah
total cairan tubuh berkurang sedikit dapat diketahui, tetapi dalam 2 minggu tirah
baring, volume plasma kembali pada nilai sebelum tirah baring.4

4.2.3. Olahraga
Perubahan konsentrasi analit karena olahraga sebagian besar disebabkan karena
pergeseran cairan antara intravaskular dan kompartemen interstitial serta perubahan
konsentrasi hormon yang distimulasi oleh perubahan aktivitas dan kehilangan cairan
karena berkeringat. Dengan latihan sedang, respon stress yang dipicu menyebabkan
peningkatan glukosa darah, yang merangsang sekresi insulin. Perbedaan arteriovenosa
pada kadar glukosa meningkat hingga 5 kali lipat sekitar 14 mg/dL (0,8 mmol/L) saat
istirahat, tergantung dari lamanya dan intensitas olahraga berkaitan dengan kebutuhan

36

jaringan akan glukosa. Plasma piruvat dan laktat meningkat dengan meningkatnya
aktivitas metabolik dari otot rangka. Bahkan latihan ringan dapat meningkatkan laktat
plasma 2 kali lipat.4

4.2.4. Latihan fisik


Atlit pada umumnya memiliki aktivitas enzim serum otot rangka yang lebih tinggi
dari pada yang bukan atlit pada saat istirahat. Tetapi respon enzim-enzim tersebut
terhadap latihan lebih lambat daripada individu lain. Berkurangnya pelepasan enzim
dari otot rangka pada individu terlatih dihubungkan dengan bertambahnya jumlah dan
ukuran mitkondria yang menyebabkan metabolisme glukosa, asam lemak, dan benda
keton menjadi lebih baik.4

4.2.5. Variasi irama sirkadian dan diurnal


Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari waktu
ke waktu yang disebut sebagai variasi irama sirkadian. Perubahan tersebut dapat
bersifat linear (garis lurus) seperti umur, dapat bersifat siklus harian (variasi diurnal),
siklus bulanan (menstruasi), dan musiman. Berbagi unsur cairan tubuh menunjukkan
variasi siklik sepanjang hari. Variasi siklik tersebut dapat sangat besar sehingga waktu
pengambilan spesimen harus benar-benar terkontrol. Sebagai contoh, kadar serum
besi dapat meningkat 50% antara pk.08.00-14.00. 4,21
Hormon disekresikan sewaktu-waktu, dan hal ini, bersama dengan variasi siklik, pada
saat hormon menjadi subyek yang akan diperiksa, membuat pemeriksaan menjadi
sulit. Sekresi hormon kortikotropin dipengaruhi oleh kortisol-yang menyerupai
steroid, tetapi juga dipengaruhi oleh postur, terang, gelap serta stress. Sekresi growth
hormone meningkat pesat pada saat tidur dimulai. Sebaliknya, keadaan basal plasma

37

insulin leibih tinggi pada pagi hari dari pada siang dan responsnya terhadap glukosa
lebih tinggi di pagi hari dan terndah saat tengah malam.21
Konsentrasi sel darah dipengaruhi oleh irama sirkadian, dengan peningkatan hitung
jenis netrofil dan limfosit sebesar 61% dan 67% masing-masing pada puncaknya dari
titik terendah. Jumlah eosinofil lebih rendah pada malam hingga pagi hari
dibandingkan saat siang hari. Pemeriksaan yang dipengaruhi variasi diurnal perlu
diperhatikan waktu pengambilan darahnya, antara lain pemeriksaan ACTH, renin, dan
aldosteron.4,21

4.2.6. Perjalanan
Bepergian melewati beberapa wilayah waktu mempengaruhi irama sirkadian normal.
Dibutuhkan 5 hari untuk mencapai irama sirkadian normal setelah melawati 10
wilayah waktu. Perubahan pada hasil tes laboratorium akan menyertai perubahan
fungsi kelenjar adrenal dan pituitari. Selama 20 jam penerbangan, konsentrasi serum
glukosa dan trigliserid meningkat, sementara sekresi glukokortikoid distimulasi. Pada
saat penerbangan yang panjang, retensi natrium dan cairan terjadi, tetapi ekskresi urin
akan kembali normal dalam 2 hari.4

4.2.7. Diet
Diet dinilai dapat memberikan pengaruh terhadap komposisi plasma. Pemeriksaan
laju endap darah, aktivitas besi dan trace elements dipengaruhi secara langsung
maupun tidak langsung oleh diet. Empat hari setelah diet tinggi protein, akan
melipatgandakan konsentrasi urea plasma sejalan dengan peningkatannya dalam
sekresi urin. Konsentrasi kolesterol, fosfat, urat dan amonia serum juga akan
meningkat. Sebaliknya, diet tinggi lemak akan menekan kadar nitrogen karena

38

kebutuhan untuk eksresi amonium yang diperlukan agar keseimbangan asam-basa


dapat terpelihara. Diet tinggi lemak meningkatkan kadar trigliserid tetapi menurunkan
kadar urat serum.4,21
Kafein yang terdapat dalam sejumlah minuman memiliki pengaruh terhadap
konsentrasi konstituen darah. Kafein menstilmulasi medula adrenal, menyebabkan
peningkatan sekresi epinefrin, yang tercermin dari 2-3 kali lipat peningkatan
konsentrasi epinefrin plasma. Kafein juga telah diketahui memiliki efek terhadap
metabolisme lemak. Meminum 2 cangkir kopi akan meningkatkan asam lemak bebas
dalam plasma sebesar 30% serta sejumlah kecil gliserol, lemak total dan lipoprotein.21
Ketika seseorang berpuasa selama 60 jam dibandingkan dengan puasa 12 jam yang
biasa diterapkan pada praktek klinis untuk mendapatkan nilai dasar laboratorium,
konsentrasi insulin plasma berkurang hingga separuhnya, dan konsentrasi C-peptide
berkurang lebih dari sepertiganya. Sebaliknya konsentrasi glukagon, epinefrin, serta
nor-epinefrin menjadi berlipat-ganda dan growth hormone meningkat 5 kali lipat.21

4.2.8. Pola / Gaya hidup


Faktor gaya hidup yang mempengaruhi hasil analit pada pemeriksaan meliputi
merokok dan konsumsi alkohol. Merokok menyebabkan terjadinya perubahan cepat
dan lambat pada kadar zat tertentu yang diperiksa. Merokok, melalui kerja dari
nikotin,

akan

mempengaruhi

beberapa

hasil

pemeriksaan.

Seberapa

besar

pengaruhnya, tergantung dari jumlah rokok dan asap yang dihirup. Melalui stimulasi
medula adrenal, nikotin meningkatkan konsentrasi dari epinefrin plasma beserta
ekskresi katekolamin dan metabolitnya melalui urin. Konsentrasi glukosa meningkat
10 mg/dL (0,56 mmol/L) saat merokok selama 10 menit. Konsentrasi insulin plasma
menunjukkan respons yang lambat terhadap peningkatan glukosa, meningkat setelah 1

39

jam dari waktu merokok. Umumnya konsentrasi glukosa plasma lebih tinggi pada
perokok dibandingkan bukan perokok dan toleransi glukosa sedikit terganggu pada
perokok. Konsentrasi kolesterol plasma, trigliserida, dan kolesterol LDL meningkat
masing-masing sebesar 3%, 9%, dan 2% pada perokok. Merokok juga menurunkan
respon imun seseorang. Sebagai contoh, konsentrasi imunoglobulin serum (Ig)A, IgG,
dan IgM secara umum lebih rendah pada perokok daripada bukan perokok dengan IgE
yang lebih tinggi.4,21
Konsumsi alkohol juga menyebakan perubahan cepat dan lambat dari beberapa kadar
analit. Dosis ringan sedang alkohol sedikit mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium. Mengkonsumsi alkohol yang mengakibatkan seseorang menjadi mabuk,
dapat meningkatkan kadar glukosa 20-50%. Konsumsi alkohol tunggal (1 g/kgBB)
telah menunjukkan penigkatan aktivitas serum GGT hampir 10% setelah 4 jam, dan
menjadi 100% , 24 jam setelahnya, sebagai pengaruh dari induksi enzim mikrosomal
hepatik. Konsumsi alkohol kronis mempengaruhi kerja berbagai enzim serum.
Aktivitas GGT telah diteliti secara luas, dan peningkatan aktivitas enzim tersebut
digunakan sebagai penanda peminum yang persisten. Alkoholis kronis telah dikaitkan
dengan berbagai abnormalitas karakteristik biokimia, meliputi abnormalitas fungsi
pituitari, kortiko adreanal, dan medula. Aktivitas AST maupun ALT juga meningkat
masing-masing 250% dan 60% pada alkoholis.21

4.2.9. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan baik secara oral maupun lainnya akan menyebabkan
terjadinya respon tubuh terhadap obat tersebut. Pengaruh obat pada hasil tes
laboratorium dapat terlihat melalui tujuan terapeutik, tetapi juga dapat terlihat melalui
efek samping dan respon idiosinkrasi pasien.

40

Jenis Obat

Pemeriksaan yang Dipengaruhi


Hampir seluruh pemeriksan substrat dan enzim dalam darah akan
Diuretik
meningkat karena terjadi hemokomsentrasi, terutama
pemeriksaan Hb, hitung sel darah, hematokrit, elektrolit.
Kafein
Sama dengan diuretik
Glukosa darah
Thiazid
Tes toleransi glukosa
Ureum darah
LED
Pil KB (hormon)
Kadar hormon
Morfin
Enzim hati (GOT, GPT
Phenobarbital
GGT
Asetosal
Uji hemostasis
Vitamin C
Reduksi urin
Obat
Glukosa darah
antidiabetika
Glukosa urin
Hitung eosinofil
Kortikosteroid
Tes toleransi glukosa
Tabel 4. Daftar obat dan jenis pemeriksaan yang dipengaruhi21

4.3.Prosedur Pengambilan Sampel Darah


4.3.1. Pengambilan Darah Kapiler
Pengambilan darah kapiler atau dikenal dengan istilah skinpuncture yang berarti proses
pengambilan sampel darah dengan tusukan kulit. Tempat yang digunakan untuk pengambilan
darah kapiler adalah :

Ujung jari tangan (fingerstick) atau anak daun telinga.

Untuk anak kecil dan bayi diambil di tumit (heelstick) pada 1/3 bagian tepi telapak
kaki atau ibu jari kaki.

Lokasi pengambilan tidak boleh menunjukkan adanya gangguan peredaran, seperti


vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis
setempat.

Pengambilan darah kapiler dilakukan untuk tes-tes yang memerlukan sampel dengan
volume kecil, misalnya untuk pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb, hematokrit
(mikrohematokrit) atau analisa gas darah (capillary method).
41

Prosedur

Siapkan peralatan sampling : lancet steril, kapas alcohol 70%.

Pilih lokasi pengambilan lalu desinfeksi dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering.

Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri
berkurang.

Tusuk dengan lancet steril. Tusukan harus dalam sehingga darah tidak harus diperasperas keluar. Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh alkohol. Hal
ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh alkohol, tetapi darah juga melebar di
atas kulit sehingga susah ditampung dalam wadah.

Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan memakai kapas kering, tetes
berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan.
Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama dan jangan diperas-peras untuk
mencegah terbentuknya jendalan.1

4.3.2. Pengambilan Darah Arteri


Pengambilan darah arteri umumnya menggunakan arteri radialis di daerah pergelangan
tangan. Jika tidak memungkinkan dapat dipilih arteri brachialis di daerah lengan atau arteri
femoralis di lipat paha. Pengambilan darah harus dilakukan dengan hati-hati dan oleh tenaga
terlatih. Sampel darah arteri umumnya digunakan untuk pemeriksaan analisa gas darah.
Prosedur

Siapkan peralatan sampling di tempat/ruangan dimana akan dilakukan sampling.

Pilih bagian arteri radialis.

Pasang tali pembendung (tourniquet) jika diperlukan.

Lakukan palpasi (perabaan) dengan jari tangan untuk memastikan letak arteri.

42

Desinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alkohol 70%, biarkan kering. Kulit
yang telah dibersihkan jangan dipegang lagi.

Tekan bagian arteri yang akan ditusuk dengan dua jari tangan lalu tusukkan jarum di
samping bawah jari telunjuk dengan posisi jarum tegak atau agak miring. Jika tusukan
berhasil darah terlihat memasuki spuit dan mendorong thorak ke atas.
Setelah tercapai volume darah yang dikehendaki, lepaskan/tarik jarum dan segera
letakkan kapas pada tempat tusukan lalu tekan kapas kuat-kuat selama 2 menit.
Pasang plester pada bagian ini selama 15 menit.1

4.3.3. Pengambilan Darah Vena


Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari
vena mediana cubiti, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat
dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi

pilihan berikutnya.

Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan
dengan arteri brachialis dan syaraf median.1
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah
dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan
sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.1

Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :

Lengan pada sisi mastectomy

Daerah edema

Hematoma

Daerah dimana darah sedang ditransfusikan


43

Daerah bekas luka

Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular

Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah
menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.1

Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara
manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan
menggunakan tabung vakum (vacutainer).1

Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :

Pemasangan turniket (tali pembendung)


Pemasangan

dalam

waktu

lama

dan

terlalu

keras

dapat

menyebabkan

hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan


kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total).
Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma.

Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan


masuknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.

Penusukan
Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga
dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga
berpotensi menyebabkan hematoma.
Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah
bocor dengan akibat hematoma.

44

Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat
kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien
ketika dilakukan penusukan.1

4.3.3.1.Pengambilan Darah Vena dengan Syringe


Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien
dengan

vena

yang

tidak

dapat

diandalkan

(rapuh

atau

kecil).

Prosedur :

Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%, tali pembendung
(turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan syring, pilihlah ukuran/volume sesuai
dengan jumlah sampel yang akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan
pastikan jarum terpasang dengan erat.

Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin.

Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.

Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien
minum obat tertentu, tidak puasa dsb.

Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.

Minta pasien mengepalkan tangan.

Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.

Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke
siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.

45

Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan
biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Jika jarum telah
masuk ke dalam vena, akan terlihat darah masuk ke dalam semprit (dinamakan flash).
Usahakan sekali tusuk kena.

Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta pasien membuka
kepalan tangannya. Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau
plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.

Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.1

4.3.3.2.Pengambilan Darah Vena dengan Tabung Vakum (vacutainer)


Prosedur :

Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali pembendung
(turniket), plester, tabung vakum.

Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.

Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan pasien senyaman
mungkin.

Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.

Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat. Catat bila pasien
minum obat tertentu, tidak puasa dsb.

Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktifitas.

Minta pasien mengepalkan tangan.

Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.


46

Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke
siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.

Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alcohol 70% dan
biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.

Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas. Masukkan tabung
ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian posterior tertancap pada tabung,
maka darah akan mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti
mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan
ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.

Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang
diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk
pemeriksaan.

Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas
beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum
turniket dibuka.1

4.3.3.3.Pengambilan Darah Vena pada Pasien yang Terpasang Intravena (IV) Lines
Agar dapat diperoleh spesimen darah yang memenuhi syarat uji laboratorium, maka prosedur
pengambilan sampel darah harus dilakukan dengan benar, mulai dari persiapan peralatan,
pemilihan jenis antikoagulan, pemilihan letak vena, teknik pengambilan sampai dengan
pelabelan.1
Pemilihan letak vena menjadi perhatian penting ketika pasien terpasang intravena (IV) line,
misalnya infus. Prinsipnya, pengambilan sampel darah tidak boleh dilakukan pada lengan
47

yang terpasang infus. Jika salah satu lengan terpasang infus, maka pengambilan darah
dilakukan pasa lengan yang tidak terpasang infus. Jika kedua lengan terpasang infus, lakukan
pengambilan pada vena kaki. Lalu bagaimana jika seluruh akses vena tidak memungkinkan
untuk dilakukan pengambilan sampel darah? Berikut ini adalah teknik pengambilan sampel
darah pada pasien yang terpasang infus atau IV-lines (contoh kasus pasien luka bakar di atas
70%).1
Aternatif 1
Jika memungkinkan, lakukan pengambilan darah pada lengan yang tidak terpasang infus.
Alternatif 2
Jika tidak memungkinkan, lakukan pengambilan sampel darah di daerah kaki.
Alternatif 3
Jika tidak ada akses vena di tempat lain, lakukan pengambilan sampel darah pada lengan
yang terpasang infus dengan cara :

Mintalah perawat untuk menghentikan aliran infus selama minimal 2 menit sebelum
pengambilan.

Pasang tourniquet pada bagian sebelah bawah jarum infus.

Lakukan pengambilan sampel darah pada vena yang berbeda dari yang terpasang
infus atau di bagian bawah vena yang terpasang infus.

Mintalah perawat untuk me-restart infus setelah spesimen dikumpulkan.

Buatlah catatan bahwa spesimen dikumpulkan dari lengan yang terpasangi infus
beserta jenis cairan infus yang diberikan. Tulislah informasi ini pada lembar
permintaan lab.

Alternatif 4
Jika hanya ada satu saja akses vena di tempat yang terpasang infus, maka :

Hentikan aliran infus seperti cara di atas


48

Keluarkan darah dari vena tersebut, buang 2-5 ml pertama, dan tampung aliran sampel
darah selanjutnya dalam tabung.

Mintalah perawat untuk me-restart infus setelah spesimen dikumpulkan.

Buatlah catatan bahwa spesimen dikumpulkan dari lengan yang terpasangi infus
beserta jenis cairan infus yang diberikan. Tulislah informasi ini pada lembar
permintaan lab.1

Perhatian : Pemilihan alternatif 3 dan 4 harus dengan ijin dan pengawasan dokter.
Phlebotomis dapat bekerjasama dengan perawat untuk prosedur pengambilan ini.1

Sumber-sumber kesalahan pada pengambilan spesimen darah :

Pemasangan turniquet terlalu lama dapat menyebabkan :

Protein (termasuk enzim) , Ca2+, laktat , fosfat, dan Mg2+ meningkat

pH menurun, hemokonsentrasi

PPT dan APTT mungkin memendek karena pelepasan tromboplastin jaringan ke


dalam sirkulasi darah

Pemompaan menyebabkan kalium, laktat, glukosa, dan Mg2+ meningkat, sedangkan


pH menurun

Pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk kena) dapat menyebabkan :

trombosit dan fibrinogen menurun; PPT dan APTT memanjang

kalium, LDH dan SGPT/ALT meningkat

Pengambilan darah pada jalur infus dapat menyebabkan :

natrium meningkat pada infus saline

kalium meningkat pada infus KCl

glukosa meningkat pada infus dextrose

PPT, APTT memanjang pada infus heparine.


49

kreatinin, fosfat, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, lekosit, trombosit, eritrosit menurun
pada semua jenis infus

Homogenisasi darah dengan antikoagulan yang tidak sempurna atau keterlambatan


homogenisasi menyebabkan terbentuknya bekuan darah.

Hemolisis dapat menyebabkan peningkatan K+, Mg2+, fosfat, aminotransferase,


LDH, fosfatase asam total.1

50

DAFTAR PUSTAKA

1. Riswanto. Pemantapan Mutu, Pengumpulan Spesimen. Terdapat dalam:


http://labkesehatan.blogspot.com/2010/07/pemantapan-mutu-pra-analitik.html. Diunduh
27 Mei 2013.
2. Sanford KW, McPherson R. Preanalysis. In: McPherson RA, Pincus MR, editors.
Henrys Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22nd ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders; 2011, p.24-36.
3. Young DS, Bermes EW, Haverstick DM. Specimen Collection and Other Preanalytical
Variables. In: Burtis CA, Ashwood ER, Bruns DE, Sawyer BG. Tietz Fundamentals of
Clinical Chemistry. 6th ed. St.Louis, Missouri: Elsevier Saunders; 2008, p.42-62.
4. Haverstick DM, Groszbach AR. Specimen Collection and Processing. In: Burtis CA,
Ashwood ER, Bruns DE. Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular
Diagnostics. 5th ed. St.Louis, Missouri: Elsevier Saunders; 2012, p. 145-161.
5. Kee JL. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan Dianostik. Edisi 6. Jakarta: EGC;
2007.
6. Hendro.
Pengenalan
Alat
Sampling
Darah.
Terdapat
dalam:
http://hendrosmk.wordpress.com/2011/08/07/pengenalan-alat-sampling-darah/. Diunduh
28 Mei 2013.
7. Tahono, Sidharta BRA, Pramudianti MID, editor. Buku Ajar Flebotomi. Surakarta:
Sebelas Maret University Press; 2012.
8. Forum Laboratorim Kesehatan Indonesia. Pedoman Pengelolaan Laboratorium
Kesehatan yang Baik di Indonesia (Good Medical Laboratory Practice). Jakarta; 2009, p.
24-8.
9. Wirawan R. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2011, p: 3-21.
10. Jury C, Nagai Y, Tatsumi N. Collection and Handling of Blood. In: Bain BJ, Bates I,
Laffan M, Lewis SM. Dacie and Lewis Practical Haematology. 11th ed. Philadelphia:
Elsevier Churchill Livingstone; 2011, p.1-8.
11. Medipurpose.
Surgilance
Safety
Lancet
Models.
Terdapat
http://www.medipurpose.com/surgilance/models. Diunduh 28 Mei 2013.

dalam:

12. Wikipedia The Free Encyclopedia. Borosilicate glass. Terdapat


http://en.wikipedia.org/wiki/Borosilicate_glass. Diunduh 2 Juni 2013.

dalam:

13. Wikipedia The Free Encyclopedia. Polyethylene Terephthalate. terdapat dalam:


http://en.wikipedia.org/wiki/Polyethylene_terephthalate. Diunduh 3 Juni 2013.
14. Wikipedia
The
Free
Encyclopedia.
Polypropilene.
https://en.wikipedia.org/wiki/Polypropylene. Diunduh 3 Juni 2013.

terdapat

dalam:

15. Wikipedia
The
Free
Encyclopedia.
Polystyrene.
http://en.wikipedia.org/wiki/Polystyrene. Diunduh 3 Juni 2013.

terdapat

dalam:

16. Wikipedia
The
Free
Encyclopedia.
Polyethylene.
http://en.wikipedia.org/wiki/Polyethylene. Diunduh 3 Juni 2013.

terdapat

dalam:

51

17. Wikipedia
The
Free
Encyclopedia.
Polycarbonates.
http://en.wikipedia.org/wiki/Polycarbonate. Diunduh 3 Juni 2013.

terdapat

dalam:

18. Johnson L. Phlebotomy Order of Draw. National Center for Competency Testing.
Kansas; October 2012. Terdapat dalam: www.ncctinc.com. Diunduh 27 Mei 2013.
19. Di Lorenzo MS, Strasinger SK. Blood Collection. 2nd edition. Pensacola: F.A.Davis
Company; 2010.
20. Ingram S, Byrnell J. Phlebotomy Procedure. Version: 2. NHS Foundation Trust.
Terdapat dalam: www.southernhealth.nhs.uk. Diunduh 27 Mei 2013.
21. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Direktorat Laboratorium Kesehatan. Pedoman
Praktek Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice). Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2004, p: 34-52.

52

TUGAS (PR) SAMPLING

Tinjauan Pustaka (sumber) untuk waktu pembekuan normal darah :


Blood that has been removed from the body will coagulate or clot in about 20
minutes
- Phlebotomy Order of Draw; National Center for Competency Testing
Blood collected in a tube with no additive will clot within 15-45 minutes. One 10 ml
tube of whole blood will yield about 3-4 ml of serum.
- Fundamentals of Phlebotomy, 2nd edition
Blood collected in order to obtain serum should be delivered into sterile tubes with
caps or commercially available plain (non-anticoagulant) evacuated collection tubes
and allowed to clot undisturbed for about 1 hour at room temperature (18-25C).
- Dacie and lewis Practical Hematology 11th edition
Complete clotting normally takes 30 to 60 minutes at room temperature (22-25C).
- Phlebotomy Essentials, 5th edition

Penggunaan alat pemindah dari spuit (syringe transfer device) :


Lepaskan jarum dari syringe dan buang dalam sharp container
Pasang ulir syringe pada ulir transfer device, kencangkan
Pegang syringe vertikal, dengan ujung menghadap ke bawah dan transfer device di
bagian bawah
Pasang tabung vakum pada bagian penampung transfer device dan dorong sampai
bagian ujung
Ikuti order of draw
Tetap pertahankan tabung dan transfer device tetap vertikal

53

Biarkan tabung terisi dengan sendirinya, jangan dorong syringe


Jika tabung harus diisi tidak penuh, maka tahan pendorong spuit, sebelum dilepaskan
Kocok tabung yang memiliki aditif segera setelah tabung dilepas

Perbedaan tabung kaca dan plastik :


Penggunaan tabung kaca telah beralih menjadi tabung plastik :
Minimalisasi materi berbahaya / biohazard (darah)
Minimalisasi kaca pecah
Menurunkan biaya pengolahan limbah berbahaya
Mengikuti / sejalan dengan anjuran dari OSHA (Occupational Safety and
Health Administration).
Penggunaan tabung kaca / plastik dengan aditif (termasuk gel) dalam order of draw
ialah setelah tabung sitras (menghindari gangguan pemeriksaan koagulasi).
Penggunaan tabung kaca / plastik tanpa clot activator / gel separator dalam order of
draw ialah sebelum tabung koagulasi.
- Henrys Clinincal Diagnosis and Management by Laboratory Methods, 22nd edition

54

Gambar dari tabung dengan clot activator:

Urutan pengambilan darah (CLSI) :


Tabung kultur darah
Tabung koagulasi penutup biru
Tabung serum (dengan / tanpa clot activator/gel) penutup merah
Tabung heparin (dengan / tanpa gel) penutup hijau
Tabung EDTA (dengan / tanpa gel) penutup perak
Inhibitor glikolisis penutup abu-abu

Red stopper plastic tubes


Mengandung silica sebagai clot activator.
Digunakan untuk pemeriksaan kimia, serologi, dan bank darah
Inversi sebanyak 5 kali

Red stopper glass tubes


Sering berupa tabung plain karena tidak mengandung aditif / antikoagulan
Normal akan terkoagulasi dalam waktu 60 menit sehingga terbentuk serum
Digunakan untuk pemeriksaan kimia, serologi, dan bank darah
Tidak perlu inversi
55

Red / light gray rubber stopper


Tidak mengandung antikoagulan, aditif / gel
Digunakan sebagai tabung cadangan / discard tube

- Phlebotomy Essentials, 5th edition

56

Anda mungkin juga menyukai