Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi CRP

C-Reaktive Protein (CRP) adalah protein yang ditemukan dalam darah

yang meningkat sebagai respon terhadap peradangan. Peran fisiologinya adalah

untuk mengikat fosfokolin yang di ekspresikan pada permukaan sel-sel mati

atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system pelengkap

melalui kompleks C1q. CRP disintesis oleh hati odalam menanggapi factor

yang dilepaskan oleh makrofag dan sel-sel lemak (adipocytes).

CRP diklasifikasikan sebagai reaktan fase akut, yng berarti bahwa tingkat

protein akan naik sebagai respon terhadap peradangan. Reaktan umum lainnya

adalah fase akut termasuk tingkat sedimentasi eristosit (ESR) dan jumlah

trombosit darah.

1.2 Peran C-Reaktive Protein

CRP memiliki peran sebagai responfase akut yang berkembang dalam

berbagai kondisi inflamasi akut dan kronis seperti bakteri, infeksi virus, atau

jamur, penyakit inflamasi rematik dan lainnya. Keganasan, dan cedera jaringan

atau nekrotis. Kondisi ini menyebabkan pelepasan sitokin interleukin-6 dan

lainnya yang memicu sintesis CRP dan fibrinogen oleh hati. Selama respon

fase akut, tingkat CRP meningkat pesat dalam waktu 2 jam dari tahap akut dan

mencapai puncaknya pada 48 jam. Dengan resolusi dari respon fase akut, CRP

menurun dengan relatif pendek selama 18 jam. Mengukur tingkat CRP

merupakan jendela dalam melihat untuk penyakit menular dan inflamasi.


Secara tepat, peningkatan ditandai di CRP terjadi dengan nekrosis peradangan,

infeksi, trauma, dan jaringan, keganasan dan gangguan autoimun. Sejumlah

besar kondisi berbeda yang dapat meningkatkan produksi CRP, peningkatan

tingkat CRP juga tidak dapat mendiagnosa penyakit tertentu. Peningkatan

tingkat CRP dapat memberikan dukungan untuk kehadiran penyakit inflamasi

seperti rheumatoid arthritis, polimyalgia rheumatica atau raksasa-sel arteritis.

Peran fisiologis CRP adalah untuk mengikat fosfokolin diekspresikan pada

permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk

mengaktifkan system pelengkap. CRP mengikat fosfokolin pada mikroba dan

sel-sel rusak dan meningkatkan fagositosis oleh makrofag. Dengan demikian,

CRP berpatisipasi dalam pembersihan sel nekrotik dan apoptosis.

CRP merupakan anggota dari kelas fase akut reaktan, sebagai tingkat yang

meningkat secara dramatis selama proses inflamasi yang terjadi dalam tubuh.

Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan konsentrasi plasma IL-6, yang

diproduksi terutama oleh makrofag serta adipocytes. CRP mengikat fosfokolin

pada mikroba yang berguna untuk membantu dalam melengkapi mengikat sel-

sel asing dan rusak dan meningkatkan fagositosis oleh makrofag (opsonin

fagositosis dimediasi), yang mengekspresikan reseptor untuk PRK. Hal ini juga

diyakini memainkan satu peran penting dalam kekebalan bawaan, sebagai

sistem pertahanan awal terhadap infeksi. CRP naik sampai 50.000 kali lipat

dalam peradangan akut, seperti infeksi. Keadaan ini naik diatas batas normal

dalam waktu 6 jam, dan puncaknya pada 48 jam. Sel yang setengah hidup
adalah konstan, dan arena itu tingkat terutama ditentukan oleh tingkat produksi

(tingkat keparahan penyebab pancetus).

1.2 Rumusan masalah

1. Apa Fungsi CRP di dalam Tubuh ?

2. Bagaimana Pemeriksaan Kadar CRP?

3. Bagaimana prosedur pemeriksaan CRP?

4. Apa Saja Yang Dapat Mempengaruhi Pemeriksaan CRP?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Fungsi CRP di dalam Tubuh

2. Mengetahui cara pemeriksaan CRP

3. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan CRP

1.4 Manfaat

Agar mampu melakukan pemeriksaan CRP secara baik dan benar


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi C-reactive Protein

Fungsi dan peranan CRP di dalam tubuh ( in vivo ) belum diketahui

seluruhnya, banyak hal yang masih merupakan hipotesis. Meskipun CRP bukan

suatu antibodi, tetapi CRP mempunyai berbagai fungsi biologis yang

menunjukkan peranannya pada proses peradangan dan mekanisme daya tahan

tubuh terhadap infeksi.

Beberapa hal yang diketahui tentang fungsi biologis CRP ialah

1. CRP dapat mengikat C-polisakarida (CPS) dari berbagai bakteri melalui

reaksi presipitasi/aglutinasi.

2. CRP dapat meningkatkan aktivitas dan motilitas sel fagosit seperti

granulosit dan monosit/makrofag.

3. CRP dapat mengaktifkan komplemen baik melalui jalur klasik mulai dengan

C1q maupun jalur alternatif.

4. CRP mempunyai daya ikat selektif terhadap limfosit T. Dalam hal ini diduga

CRP memegang peranan dalam pengaturan beberapa fungsi tertentu selama

proses peradangan.

5. CRP mengenal residu fosforilkolin dari fosfolipid, lipoprotein membran sel

rusak, kromatin inti dan kompleks DNA-histon.

6. CRP dapat mengikat dan mendetoksikasi bahan toksin endogen yang

terbentuk sebagai hasil kerusakan jaringan


2.2 Penggunaan CRP dalam test diagnostik

CRP digunakan terutama sebagai penanda peradangan. Selain

gagal jantung, ada factor-faktor diketahui beberapa yang mengganggu produksi

CRP. Mengukur dan mencatat nilai CRP berguna dalam menentukan

perkembangan penyakit atau efektifitas pengobatan. Darah biasanya

dikumpulkan dalam tabung untuk memisahkan serum, dianalisis dalam

laboratorium medis. Berbagai metode analisis yang tersedia untuk penentuan

CRP seperti ELISA, immunoturbidimetri,cepat immunodifusi dan visual

aglutinasi. Pada test High Sensitivity CRP (hs-CRP) berguna untuk mengukur

kadar CRP rendah dengan menggunakan laser nephometry. Test ini

memberikan hasil dalam 25 menit dengan sensitivitas turun menjadi 0,04

mg/L.

Konsentrasi normal dalam serum manusia yang sehat biasanya lebih

rendah dari 10 mg/L, sedikit meningkat dengan penuaan. Tingkat yang lebih

tinggi ditemukan pada akhir hamil wanita, peradangan dengan ringan dan

infeksi virus dengan nilai 10-40 mg/L, pada peradangan aktif, infeksi bakteri

memiliki 40-200 mg/L, dan untuk kasus infeksi barat oleh bakteri dan luka

bakar mendapatkan nilai >200 mg/L dalam darah.

CRP memiliki refleksi lebih sensitive dan akurat dari respon fase akut

dibandingkan ESR. Oleh karena itu, kadar CRP terutama dittentukan oleh

tingkat produksi (dan karenanya tingkat keparahan penyebab pancetus). Dalam

24 jam pertama, ESR mungkin normal dan CRP meningkat. CRP kembali

normal lebih cepat daripada ESR dalam respon terhadap terapi.


2.3 Pemeriksaan Kadar CRP

2.3.1 .Prinsip dan Metode Pemeriksaan

Pada penentuan CRP, maka CRP dianggap sebagai antigen yang akan

ditentukan dengan menggunakan suatu antibodi spesifik yang diketahui

(antibodyantiCRP).Dengan suatu antisera yang spesifik, CRP (merupakan

antigen yang larut)dalam serum mudah dipresipitasikan.Jadi pada dasarnya,

penentuan CRP dapat dilakukan dengan cara, yaitu:

1. Tes presipitasi: Sebagai antigen ialah CRP yang akan ditentukan, dan

sebagai antibodi adalah anti-CRP yang telah diketahui.

2. Tes aglutinasi pasif: Antibodi disalutkan pada partikel untuk menentukan

adanya antigen di dalam serum.

3. Uji ELISA: Dipakai teknik Double Antibody Sandwich ELISA. Antibodi

pertama (antibodi pelapis) dilapiskan pada fase padat, kemudian

ditambahkan serum penderita. Selanjutnya ditambahkan antibodi kedua

(antibodi pelacak) yang berlabel enzim. Akhirnya ditambahkan substrat,

dan reagen penghenti reaksi. Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif.

4. Imunokromatografi: Merupakan uji Sandwich imunometrik. Pada tes ini,

antibodi monoklonal terhadap CRP diimobilisasi pada membran

5. selulosa nitrat di garis pengikat. Bila ditambahkan serum yang diencerkan

sampai ambang atas titer rujukannya pada bantalan sampel maka CRP

dalam sampel akan diisap oleh bantalan absorban menuju bantalan

konjugat, dan akan diikat oleh konjugat (antibodi monoklonal) pertama,

berlabel emas koloidal. Selanjutnya CRP yang telah mengikat konjugat


akan diisap oleh bantalan absorban menuju ke garis pengikat yang

mengandung antibodi monoklonal kedua terhadap CRP (imobile)

sehingga berubah warna menjadi merah.

6. Imunoturbidimetri: Merupakan cara penentuan yang kualitatif. CRP

dalam serum akan mengikat antibodi spesifik terhadap CRP membentuk

suatu kompleks immun. Kekeruhan (turbidity) yang terjadi sebagai akibat

ikatan tersebut diukur secara fotometris. Konsentrasi dari CRP ditentukan

secara kuantitatif dengan pengukuran turbidimetrik.

2.3.2 Metode Pengukuran CRP

Ada 3 jenis metode pengukuran CRP, yaitu :

1. Conventional CRP . Metode pengukuran ini digunakan untuk

menganalisa adanya infeksi, kerusakan jaringan, dan gangguan-

gangguan akibat proses inflamasi. Metode ini dapat mengukur kadar

CRP secara tepat pada kadar 5 mg/l atau lebih. Orang yang sehat

biasanya memiliki kadar CRP di bawah 5 mg/l, sedangkan adanya

proses inflamasi ditunjukkan dengan kadar CRP sebesar 20-500 mg/l.

2. High Sensitivity CRP ( hsCRP ). Metode pengukuran ini digunakan untuk

menganalisa kondisi-kondisi yang mungkin berhubungan dengan proses

inflamasi. Metode ini bersifat lebih sensitif sehingga dapat mengukur

kadar CRP secara tepat hingga 1 mg/l

3. Cardiac CRP ( cCRP ). Metode pengukuran ini digunakan untuk

menganalisis tingkat resiko penyakit jantung. Metode ini memiliki


sensitivitas yang menyerupai dengan hsCRP , namun menggunakan

metode analisa yang lebih sensitif sehingga hasil

2.3.3 Mengukur Kadar CRP

CRP diukur dengan tes darah sederhana, yang dapat dilakukan pada saat

yang sama dimana kolesterol anda diperiksa. Satu tes sejenis ini adalah tes C-

reactive protein (HS-CRP, juga disebut ultra-sensitive CRP atau US-CRP)

yang sangat peka.

Risiko ditentukan berdasarkan pada hasil-hasil tes anda.

CRP Risiko untuk Penyakit Kardiovaskular

Kurang dari 1.0 mg/L Rendah

1.0-2.9 mg/L Menengah

Lebih besar dari 3.0 mg/L Tinggi

Adalah penting untuk mencatat bahwa peradangan yang disebabkan oleh

kondisi-kondisi lain, seperti infeksi, penyakit, atau keluarnya arthritis yang

serius, dapat menaikan tingkat-tingkat CRP. Sebelum mendapatkan tes CRP,

beritahukan dokter anda kondisi-kondisi medis lain mana yang anda punya.
2.4 Cara Pemeriksaan C-Reactive Protein

Ada banyak cara yang dapat dipakai untuk penentuan CRP. Beberapa

cara yang sering dikerjakan di Indonesia yaitu:

1. Cara presipitasi tabung kapiler

2. Cara Aglutinasi Latex

3. Uji Imunodifusi Radial

4. Uji Imunokromatografik dari CRP (Nycocard)

5. High Sensitivity C-Reactif Protein

Konsentrasi dari CRP ditentukan secara kuantitatif dimana dapat mengukur

kadar sampai < 0,2 – 0,3 mg/L sehingga disebut dengan high sensitivity C-

Reactive Protein ( hs-CRP). Metode berdasarkan reaksi antara antigen dan

antibodidalamlarutan buffer dan diikuti dengan pengukuran intensitas sinar dari

suatu sumber cahaya yang diteruskan melalui proses imuno presipitasi yang

terbentuk dalam fase cair. Dalam penelitian ini memakai metode

imunoturbidimetri menggunakan reagen Cardiac C-Reactive Protein (latex)

High Sensitive-Roche. Sampel yang berisi CRP (sebagai antigen) ditambah

dengan R1, buffer ) kemudian ditambah R2 ( latex antibodi anti CRP ) dan

dimulai reaksi dimana antibodi anti CRP yang berikatan dengan mikropartikel

latex akan bereaksi dengan antigen dalam sampel untuk membentuk kompleks

Ag-Ab. Presipitasi dari kompleks Ag-Ab ini diukur secara turbidimetrik


2.5 Prosedur Pemeriksaan CRP (Metode Latex)

A. Kualitatif

1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Ditambahkan 50 µL serum ke dalam cyrcle I.

3. Pada cyrcle II ditambahkan 1 tetes control positif.

4. Pada cyrcle III ditambahkan 1 tetes control negative.

5. Ditambahkan 1 tetes Latex pada masing – masing cyrcle.

6. Digoyang – goyangkan cyrcle dan diamati aglutinasinya.

B.Kuantitatif

1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Ditambahkan 50 µL serum pada cyrcle I.

3. Pada cyrcle I, II, III, ditambahkan 50 µL Pz dan 1 tetes latex.

4. Dicampur larutan pada cyrcle I dan dipindahkan 50 µL larutan dari cyrcle

ke cyrcle II.

5. 50 µL larutan dari cyrcle II dipindahkan ke cyrcle III.

6. 50 µL larutan dari cyrcle III dipindahkan ke cyrcle IV.

7. Diamati aglutinasi yang terjadi.


2.5 Hal-hal yang dapat mempengaruhi pemeriksaan CRP

CRP meningkat pada penyakit Demam rematik akut, Rheumatoid arthritis,

Infark Miokard Akut, Infeksi pasca operasi, Infeksi bakteri, Infeksi virus,

PenyakitChron’s, Sindrom Reiter’s, Sindrom vaskulitis, Lupus Eritematosus,

Nekrosis jaringan atau trauma.Obat-obatan yang dapat menurunkan kadar CRP

seperti colchicines dan statin.

2.6 Siapa Saja Yang Harus Melakukan Tes CRP?

tes ini dapat dilakukan oleh semua orang. Namun tes ini hanya dianjurkan

pada orang-orang yang memiliki tingkat resiko tinggi terhadap penyakit jantung,

yakni mereka yang pernah mengalami serangan jantung, memiliki keluarga

dengan sejarah penyakit jantung, memiliki kadar kolesterol dan LDL yang

tinggi, wanita yang sudah mengalami menopause, perokok, dan yang menderta

diabetes dan obesitas serta kurang melakukan aktivitas fisik.

Lantas, apa yang harus dilakukan jika ternyata kadar CRP Anda tinggi? Segera

terapkan gaya hidup sehat Anda. Atur pola makan Anda dengan mengurangi

makan yang mengandung lemak dan kolesterol tinggi. Selain itu, berolahragalah

secata teratur untuk mencapai berat badan ideal. Jika Anda perokok, segera

berhenti merokok dan jauhilah minuman beralkohol. Ingatlah bahwa

bagaimanapun mencegah selalu lebih baik daripada mengobati


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

CRP Adalah suatu protein fase akut yang diproduksi oleh hati sebagai

respon adanya infeksi, inflamasi atau kerusakan jaringan. Inflamasi merupakan

proses dimana tubuh memberikan respon terhadap injury .

Jumlah CRP akan meningkat tajam beberapa saat setelah terjadinya

inflamasi dan selama proses inflamasi sistemik berlangsung. Sehingga

pemeriksaan CRP kuantitatif dapat dijadikan petanda untuk mendeteksi adanya

inflamasi/infeksi akut. Saat ini telah tersedia pemeriksaan High Sensitive CRP

(Hs-CRP) yaitu pemeriksaan untuk mengukur kadar CRP yang lebih sensitif dan

akurat dengan menggunakan metoda LTIA (Latex Turbidimetry Immunoassay),

dengan range pengukuran : 0.3 – 300 mg/L.

3.2 Saran

a. Pada saat pengambilan darah vena dan dimasukkan dalam wadah perlu
dijauhkan dari panas karena CRP mudah berubah akibat suhu.
b. Sebaiknya sebelum dilakukan pengambilan darah, pasien harus
ditenangkan terlebih dahulu.
c. Perlu dikenali setiap peningkatan CRP yang berhubungan dengan proses
inflamasi akut (misal sakit dan pembengkakan sendi, panas, merah-merah
dan meningkatnya suhu tubuh).
DAFTAR PUSTAKA

 Price, A. Sylvia, dkk. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta : EGC.
 Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta : EGC.
 http://armantonnynasution.blogspot.com/2013/01/pemeriksaan-crp-c-

reaktif-protein.html. diakses pada tanggal 27 Desember 2013

 Touogiie.2011.Kumpulan artikel kesehatan. (online).

http//www.medicinet.com/c-rektive protein test crp/article.html . diakses

pada tanggal 26 Desember 2013

 Wikipedia.2012.CRPC-ReaktiveProtein).(Online)

http://en.wikipedia.org/wiki/C-reaktive-protein.html . diakses pada tanggal

27 Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai