Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PATOLOGI ANATOMI

PEMERIKSAAN C-Reaktive Protein (CRP)

Disusun oleh :

Aisyatul Zahro ( 01 )

XI B

SMK ANALIS KESEHATAN JEMBER

JL.KACA PRING NO.23 GEBANG JEMBER NO.TELP/FAX(0331)412066


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Definisi CRP
CRP C-Reaktive Protein (CRP) adalah protein yang ditemukan dalam darah yang
meningkat sebagai respon terhadap peradangan. Peran fisiologinya adalah untuk
mengikat fosfokolin yang di ekspresikan pada permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan
beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system pelengkap melalui kompleks C1q.
CRP disintesis oleh hati odalam menanggapi factor yang dilepaskan oleh makrofag dan
sel-sel lemak (adipocytes). CRP diklasifikasikan sebagai reaktan fase akut, yng berarti
bahwa tingkat protein akan naik sebagai respon terhadap peradangan. Reaktan umum
lainnya adalah fase akut termasuk tingkat sedimentasi eristosit (ESR) dan jumlah
trombosit darah.

1.2 Peran C-Reaktive Protein


CRP memiliki peran sebagai responfase akut yang berkembang dalam berbagai
kondisi inflamasi akut dan kronis seperti bakteri, infeksi virus, atau jamur, penyakit
inflamasi rematik dan lainnya. Keganasan, dan cedera jaringan atau nekrotis. Kondisi ini
menyebabkan pelepasan sitokin interleukin-6 dan lainnya yang memicu sintesis CRP dan
fibrinogen oleh hati. Selama respon fase akut, tingkat CRP meningkat pesat dalam waktu
2 jam dari tahap akut dan mencapai puncaknya pada 48 jam. Dengan resolusi dari respon
fase akut, CRP menurun

dengan relatif pendek selama 18 jam. Mengukur tingkat CRP

merupakan jendela dalam melihat untuk penyakit menular dan inflamasi.

Secara tepat, peningkatan ditandai di CRP terjadi dengan nekrosis peradangan, infeksi,
trauma, dan jaringan, keganasan dan gangguan autoimun. Sejumlah besar kondisi
berbeda yang dapat meningkatkan produksi CRP, peningkatan tingkat CRP juga tidak
dapat mendiagnosa penyakit tertentu. Peningkatan tingkat CRP dapat memberikan
dukungan untuk kehadiran penyakit inflamasi seperti rheumatoid arthritis, polimyalgia
rheumatica atau raksasa-sel arteritis. Peran fisiologis CRP adalah untuk mengikat
fosfokolin diekspresikan pada permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan beberapa jenis
bakteri) untuk mengaktifkan system pelengkap. CRP mengikat fosfokolin pada mikroba
dan sel-sel rusak dan meningkatkan fagositosis oleh makrofag. Dengan demikian, CRP
berpatisipasi dalam pembersihan sel nekrotik dan apoptosis. CRP merupakan anggota
dari kelas fase akut reaktan, sebagai tingkat yang meningkat secara dramatis selama
proses inflamasi yang terjadi dalam tubuh. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan
konsentrasi plasma IL-6, yang diproduksi terutama oleh makrofag serta adipocytes. CRP
mengikat fosfokolin pada mikroba yang berguna untuk membantu dalam melengkapi
mengikat selsel asing dan rusak dan meningkatkan fagositosis oleh makrofag (opsonin
fagositosis dimediasi), yang mengekspresikan reseptor untuk PRK. Hal ini juga diyakini
memainkan satu peran penting dalam kekebalan bawaan, sebagai sistem pertahanan awal
terhadap infeksi. CRP naik sampai 50.000 kali lipat dalam peradangan akut, seperti
infeksi. Keadaan ini naik diatas batas normal dalam waktu 6 jam, dan puncaknya pada 48
jam. Sel yang setengah hidup

adalah konstan, dan arena itu tingkat terutama ditentukan oleh tingkat produksi (tingkat
keparahan penyebab pancetus).

1.2 Rumusan masalah

1. Apa Fungsi CRP di dalam Tubuh ?


2. Bagaimana Pemeriksaan Kadar CRP?
3. Bagaimana prosedur pemeriksaan CRP?
4. Apa Saja Yang Dapat Mempengaruhi Pemeriksaan CRP?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui Fungsi CRP di dalam Tubuh


2. Mengetahui cara pemeriksaan CRP
3. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan CRP

1.4 Manfaat

Agar mampu melakukan pemeriksaan CRP secara baik dan benar.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fungsi C-reactive Protein

Fungsi dan peranan CRP di dalam tubuh ( in vivo ) belum diketahui seluruhnya, banyak
hal yang masih merupakan hipotesis. Meskipun CRP bukan suatu antibodi, tetapi CRP
mempunyai berbagai fungsi biologis yang menunjukkan peranannya pada proses
peradangan dan mekanisme daya tahan tubuh terhadap infeksi. Beberapa hal yang
diketahui tentang fungsi biologis CRP ialah :
1. CRP dapat mengikat C-polisakarida (CPS) dari berbagai bakteri melalui reaksi
presipitasi/aglutinasi.

2. CRP dapat meningkatkanaktivitas dan motilitas sel fagosit sepertigranulosit dan


monosit/makrofag.

3. CRP dapat mengaktifkan komplemen baik melalui jalur klasik mulai dengan C1q
maupun jalur alternatif.

4. CRP mempunyai daya ikat selektif terhadap limfosit T. Dalam hal ini diduga CRP
memegang peranan dalam pengaturan beberapa fungsi tertentu selama proses
peradangan.

5. CRP mengenal residu fosforilkolin dari fosfolipid, lipoprotein membran sel rusak,
kromatin inti dan kompleks DNA-histon.

6. CRP dapat mengikat dan mendetoksikasi bahan toksin endogen yang terbentuk
sebagai hasil kerusakan jaringan.

2.2 Penggunaan CRP

dalam test diagnostik CRP digunakan terutama sebagai penanda peradangan. Selain
gagal jantung, ada factor-faktor diketahui beberapa yang mengganggu produksi CRP.
Mengukur dan mencatat nilai CRP berguna dalam menentukan perkembangan penyakit
atau efektifitas pengobatan. Darah biasanya dikumpulkan dalam tabung untuk
memisahkan serum, dianalisis dalam laboratorium medis. Berbagai metode analisis yang
tersedia untuk penentuan CRP seperti ELISA, immunoturbidimetri,cepat immunodifusi
dan visual aglutinasi. Pada test High Sensitivity CRP (hs-CRP) berguna untuk mengukur
kadar CRP rendah dengan menggunakan laser nephometry. Test ini memberikan hasil
dalam 25 menit dengan sensitivitas turun menjadi 0,04 mg/L. Konsentrasi normal dalam
serum manusia yang sehat biasanya lebih rendah dari 10 mg/L, sedikit meningkat dengan
penuaan. Tingkat yang lebih tinggi ditemukan pada akhir hamil wanita, peradangan
dengan ringan dan infeksi virus dengan nilai 10-40 mg/L, pada peradangan aktif, infeksi
bakteri memiliki 40-200 mg/L, dan untuk kasus infeksi barat oleh bakteri dan luka bakar
mendapatkan nilai >200 mg/L dalam darah. CRP memiliki refleksi lebih sensitive dan
akurat dari respon fase akut dibandingkan ESR. Oleh karena itu, kadar CRP terutama
dittentukan oleh tingkat produksi (dan karenanya tingkat keparahan penyebab pancetus).
Dalam 24 jam pertama, ESR mungkin normal dan CRP meningkat. CRP kembali normal
lebih cepat daripada ESR dalam respon terhadap terapi.

2.3 Pemeriksaan Kadar CRP

2.3.1 .Prinsip dan Metode Pemeriksaan Pada penentuan CRP.

maka CRP dianggap sebagai antigen yang akan ditentukan dengan menggunakan
suatu antibodi spesifik yang diketahui (antibodyantiCRP).Dengan suatu antisera yang
spesifik, CRP (merupakan antigen yang larut)dalam serum mudah dipresipitasikan.Jadi
pada dasarnya, penentuan CRP dapat dilakukan dengan cara, yaitu:

1. Tes presipitasi: Sebagai antigen ialah CRP yang akan ditentukan, dan sebagai
antibodi adalah anti-CRP yang telah diketahui.

2. Tes aglutinasi pasif: Antibodi disalutkan pada partikel untuk menentukan adanya
antigen di dalam serum.

3. Uji ELISA: Dipakai teknik Double Antibody Sandwich ELISA. Antibodi pertama
(antibodi pelapis) dilapiskan pada fase padat, kemudian ditambahkan serum penderita.
Selanjutnya ditambahkan antibodi kedua (antibodi pelacak) yang berlabel enzim.
Akhirnya ditambahkan substrat, dan reagen penghenti reaksi. Hasilnya dinyatakan secara
kuantitatif.

4. Imunokromatografi: Merupakan uji Sandwich imunometrik. Pada tes ini, antibodi


monoklonal terhadap CRP diimobilisasi pada membran

5. selulosa nitrat di garis pengikat. Bila ditambahkan serum yang diencerkan sampai
ambang atas titer rujukannya pada bantalan sampel maka CRP dalam sampel akan diisap
oleh bantalan absorban menuju bantalan konjugat, dan akan diikat oleh konjugat
(antibodi monoklonal) pertama, berlabel emas koloidal. Selanjutnya CRP yang telah
mengikat konjugat

akan diisap oleh bantalan absorban menuju ke garis pengikat yang mengandung antibodi
monoklonal kedua terhadap CRP (imobile) sehingga berubah warna menjadi merah.

6. Imunoturbidimetri: Merupakan cara penentuan yang kualitatif. CRP dalam serum


akan mengikat antibodi spesifik terhadap CRP membentuk suatu kompleks immun.
Kekeruhan (turbidity) yang terjadi sebagai akibat ikatan tersebut diukur secara
fotometris. Konsentrasi dari CRP ditentukan secara kuantitatif dengan pengukuran
turbidimetrik.

2.3.2 Metode Pengukuran CRP


Ada 3 jenis metode pengukuran CRP, yaitu :
1. Conventional CRP . Metode pengukuran ini digunakan untuk menganalisa adanya infeksi,
kerusakan jaringan, dan gangguangangguan akibat proses inflamasi. Metode ini dapat
mengukur kadar CRP secara tepat pada kadar 5 mg/l atau lebih. Orang yang sehat biasanya
memiliki kadar CRP di bawah 5 mg/l, sedangkan adanya proses inflamasi ditunjukkan
dengan kadar CRP sebesar 20-500 mg/l.
2. High Sensitivity CRP ( hsCRP ). Metode pengukuran ini digunakan untuk menganalisa
kondisi-kondisi yang mungkin berhubungan dengan proses inflamasi. Metode ini bersifat
lebih sensitif sehingga dapat mengukur kadar CRP secara tepat hingga 1 mg/l.
3. Cardiac CRP ( cCRP ). Metode pengukuran ini digunakan untuk menganalisis tingkat
resiko penyakit jantung. Metode ini memiliki sensitivitas yang menyerupai dengan hsCRP ,
namun menggunakan metode analisa yang lebih sensitif sehingga hasiI

2.3.3 Mengukur Kadar CRP CRP diukur dengan tes darah sederhana.

yang dapat dilakukan pada saat yang sama dimana kolesterol anda diperiksa. Satu tes sejenis
ini adalah tes Creactive protein (HS-CRP, juga disebut ultra-sensitive CRP atau US-CRP)
yang sangat peka. Risiko ditentukan berdasarkan pada hasil-hasil tes anda. CRP Risiko untuk
Penyakit Kardiovaskular Kurang dari 1.0 mg/L Rendah 1.0-2.9 mg/L Menengah Lebih besar
dari 3.0 mg/L Tinggi Adalah penting untuk mencatat bahwa peradangan yang disebabkan
oleh kondisi-kondisi lain, seperti infeksi, penyakit, atau keluarnya arthritis yang serius, dapat
menaikan tingkat-tingkat CRP. Sebelum mendapatkan tes CRP, beritahukan dokter anda
kondisi-kondisi medis lain mana yang anda punya.

2.4 Cara Pemeriksaan C-Reactive Protein

Ada banyak cara yang dapat dipakai untuk penentuan CRP. Beberapa cara yang sering
dikerjakan di Indonesia yaitu:

1.Cara presipitasi tabung kapiler

2. Cara Aglutinasi Latex

3. Uji Imunodifusi Radial

4. Uji Imunokromatografik dari CRP (Nycocard)

5. High Sensitivity C-Reactif Protein Konsentrasi dari CRP ditentukan secara kuantitatif
dimana dapat mengukur kadar sampai < 0,2 – 0,3 mg/L sehingga disebut dengan high
sensitivity CReactive Protein ( hs-CRP). Metode berdasarkan reaksi antara antigen dan
antibodidalamlarutan buffer dan diikuti dengan pengukuran intensitas sinar dari suatu sumber
cahaya yang diteruskan melalui proses imuno presipitasi yang terbentuk dalam fase cair.
Dalam penelitian ini memakai metode imunoturbidimetri menggunakan reagen Cardiac C-
Reactive Protein (latex) High Sensitive-Roche. Sampel yang berisi CRP (sebagai antigen)
ditambah dengan R1, buffer ) kemudian ditambah R2 ( latex antibodi anti CRP ) dan dimulai
reaksi dimana antibodi anti CRP yang berikatan dengan mikropartikel latex akan bereaksi
dengan antigen dalam sampel untuk membentuk kompleks Ag-Ab. Presipitasi dari kompleks
Ag-Ab ini diukur secara turbidimetrik

2.5 Prosedur Pemeriksaan CRP (Metode Latex)

A. Kualitatif
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Ditambahkan 50 µL serum ke dalam cyrcle I.
3. Pada cyrcle II ditambahkan 1 tetes control positif.
4. Pada cyrcle III ditambahkan 1 tetes control negative.
5. Ditambahkan 1 tetes Latex pada masing – masing cyrcle.
6. Digoyang – goyangkan cyrcle dan diamati aglutinasinya.

B.Kuantitatif
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Ditambahkan 50 µL serum pada cyrcle I.
3. Pada cyrcle I, II, III, ditambahkan 50 µL Pz dan 1 tetes latex.
4. Dicampur larutan pada cyrcle I dan dipindahkan 50 µL larutan dari cyrcle ke cyrcle II.
5. 50 µL larutan dari cyrcle II dipindahkan ke cyrcle III.
6. 50 µL larutan dari cyrcle III dipindahkan ke cyrcle IV.
7. Diamati aglutinasi yang terjadi.

2.5 Hal-hal yang dapat mempengaruhi pemeriksaan CRP

CRP meningkat pada penyakit Demam rematik akut, Rheumatoid arthritis, Infark Miokard
Akut, Infeksi pasca operasi, Infeksi bakteri, Infeksi virus, PenyakitChron’s, Sindrom Reiter’s,
Sindrom vaskulitis, Lupus Eritematosus, Nekrosis jaringan atau trauma.Obat-obatan yang
dapat menurunkan kadar CRP seperti colchicines dan statin. 2.6 Siapa Saja Yang Harus
Melakukan Tes CRP? tes ini dapat dilakukan oleh semua orang. Namun tes ini hanya
dianjurkan pada orang-orang yang memiliki tingkat resiko tinggi terhadap penyakit jantung,
yakni mereka yang pernah mengalami serangan jantung, memiliki keluarga dengan sejarah
penyakit jantung, memiliki kadar kolesterol dan LDL yang tinggi, wanita yang sudah
mengalami menopause, perokok, dan yang menderta diabetes dan obesitas serta kurang
melakukan aktivitas fisik.
Lantas, apa yang harus dilakukan jika ternyata kadar CRP Anda tinggi? Segera terapkan gaya
hidup sehat Anda. Atur pola makan Anda dengan mengurangi makan yang mengandung
lemak dan kolesterol tinggi. Selain itu, berolahragalah secata teratur untuk mencapai berat
badan ideal. Jika Anda perokok, segera berhenti merokok dan jauhilah minuman beralkohol.
Ingatlah bahwa bagaimanapun mencegah selalu lebih baik daripada mengobati.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
CRP Adalah suatu protein fase akut yang diproduksi oleh hati sebagai respon adanya infeksi,
inflamasi atau kerusakan jaringan. Inflamasi merupakan proses dimana tubuh memberikan
respon terhadap injury .
Jumlah CRP akan meningkat tajam beberapa saat setelah terjadinya inflamasi dan selama
proses inflamasi sistemik berlangsung. Sehingga pemeriksaan CRP kuantitatif dapat
dijadikan petanda untuk mendeteksi adanya inflamasi/infeksi akut. Saat ini telah tersedia
pemeriksaan High Sensitive CRP (Hs-CRP) yaitu pemeriksaan untuk mengukur kadar CRP
yang lebih sensitif dan akurat dengan menggunakan metoda LTIA (Latex Turbidimetry
Immunoassay), dengan range pengukuran : 0.3 – 300 mg/L.

3.2 Saran
a. Pada saat pengambilan darah vena dan dimasukkan dalam wadah perlu dijauhkan dari
panas karena CRP mudah berubah akibat suhu.
b. Sebaiknya sebelum dilakukan pengambilan darah, pasien harus ditenangkan terlebih
dahulu.
C. Perlu dikenali setiap peningkatan CRP yang berhubungan dengan proses inflamasi akut
(misal sakit dan pembengkakan sendi, panas, merah-merah dan meningkatnya suhu tubuh).
DAFTAR PUSTAKA

Price, A. Sylvia, dkk. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta :
EGC.
 Robbins dan Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta : EGC.
 http://armantonnynasution.blogspot.com/2013/01/pemeriksaan-crp-creaktif-protein.html.
diakses pada tanggal 27 Desember 2013
 Touogiie.2011.Kumpulan artikel kesehatan. (online).

http//www.medicinet.com/c-rektive protein test crp/article.html . diakses pada tanggal 26


Desember 2013

Wikipedia.2012.CRPC-ReaktiveProtein).(Online) http://en.wikipedia.org/wiki/C-reaktive-
protein.html . diakses pada tanggal 27 Desember 2013

Anda mungkin juga menyukai