Anda di halaman 1dari 4

C-Reactive Protein (CRP) pada Neonatus

A. Definisi
C-Reactive Protein (CRP) adalah suatu globulin yang disintesis oleh sel
hepatosit dan merupakan salah satu dari fase akut yang didapatkan dalam serum
normal walaupun dalam jumlah yang kecil. Protein ini tidak terdapat dalam darah
orang sehat, tetapi merupakan globula alfa yang cepat timbul pada seseorang yang
sedang mengalami suatu infeksi 1.
B. Fisiologi C-Reactive Protein
Setiap peningkatan serum CRP pada neonates selalu merupakan sintesis
endogen, karena melewati plasenta dalam jumlah sangat rendah. CRP adalah reaktan
fase akut yang disintesis oleh hati. Infeksi mengakibatkan terjadinya serangkaian
reaksi dengan tujuan untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut dan
mengaktifkan proses perbaikan. Rangkaian proses tersebut disebut proses inflamasi
dan reaksi yang mengawali adalah suatu respon fase akut tadi. Sel yang mengawali
proses inflamasi pada umumnya adalah sel makrofag dan sel monosit. Sel tersebut
melepaskan sitokin seperti IL-1 dan TNF yang akan mengontrol migrasi leukosit
masuk ke dalam jaringan dan menimbulkan proses inflamasi, sehingga terjadi demam
dan leukositosis. Inflamasi tersebut juga akan mempengaruhi aktivitas hati. Sitokin
proinflamasi seperti IL-1 dan TNF akan merangsang sel hepatosit untuk
meningkatkan produksi protein fase akut yang salah satunya adalah CRP yang akan
1

Nama : Azizatul Aulia


NIM : I4A011064

menggambarkan terjadinya proses inflamasi sehingga terjadi peningkatan sampai


1000 kali dari kadar normal. CRP merupakan indikator yang paling sensitive terhadap
reaksi non-spesifik dari infeksi bakteri, peradangan dan kerusakan jaringan dari pada
protein fase akut yang lain 2.
C-Reactive Protein merupakan fase akut yang berkembang dalam berbagai
kondisi inflamasi akut dan kronis seperti infeksi bakteri, virus, atau jamur serta
penyakit inflamasi rematik lainnya. Keganasan dan cedera jaringan atau nekrotis 3.
Kondisi ini menyebabkan pelepasan sitokin interleukin-6 dan lainnya yang memicu
sintesis CRP dan fibrinogen oleh hati. Peran fisiologis CRP adalah untuk mengikat
fosfokolin diekspresikan pada permukaan sel-sel mati (dan beberapa jenis bakteri)
untuk mengaktifkan sistem pelengkap. CRP mengikat fosfokilin pada mikroba dan
sel-sel rusak dan meningkatkan fagositosis oleh makrofag. Dengan demikian CRP
berpartisipasi dalam pembersihan sel nekrotik dan apoptosis 4,5.
Kadar CRP akan meningkat dalam 6 jam bila terjadi respon inflamasi lokal
atau sistemis, dan lebih spesifik pada penyakit infeksi neonatal seperti sepsis
neonatorum. Kadar CRP yang tinggi di dalam darah menunjukkan adanya proses
peradangan pada tubuh tetapi tidak dapat diketahui penyebab dan lokasinya. Kadar
CRP dalam plasma dapat meningkat dua kali lipat sekurang-kurangnya setiap 8 jam
dan mencapai puncaknya setelah kira-kira 50 jam. Setelah dilakukan pengobatan
yang efektif dan rangsangan inflamasi hilang, maka kadar CRP akan turun secepatnya
kira-kira 5-7 jam waktu paruh plasma dari CRP 6.

Nama : Azizatul Aulia


NIM : I4A011064

C. Interpretasi C-Reactive Protein


C-Reactive Protein menunjukkan respon yang cepat terhadap infeksi dan
peradangan. Tingkat CRP berkorelasi baik dengan keparahan inflamasi. CRP
memiliki berbagai referensi yang berbeda, tanpa variasi untuk usia atau jenis
kelamin7. Tingkat CRP tidak berpengaruh oleh anemia, kadar protein, bentuk sel
darah merah. Namun, pada wanita, konsentrasi CRP cenderung lebih tinggi pada
akhir kehamilan8.
CRP (mg/dL)
8 atau 10-40
40-100
>100

Peradangan ringan, virus atau infeksi bakteri


Peradangan sedang, virus atau infeksi bakteri
Tanda peradangan, infeksi bakteri yang berat,
vaskulitis, arthritis berat

Tabel 1. Interpretasi CRP7


D.

Kegunaan CRP dalam Tes Diagnostik


C-Reactive Protein adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang paling

banyak dipelajari dan paling banyak digunakan serta disukai untuk sepsis neonatorum
karena dapat menjadi penanda infeksi yang sederhana, cepat dan biaya yang efektif
murah. Tetapi karena protein ini dapat meningkat pada berbagai kerusakan jaringan
tubuh, pemeriksaan ini tidak dapat dipakai sebagai indikator tunggal dalam
menegakkan diagnosa sepsis neonatorum. Nilai CRP akan lebih bermanfaat bila
dilakukan pengukuran secara serial untuk membantu dalam pemantauan respon

Nama : Azizatul Aulia


NIM : I4A011064

terhadap terapi antibiotik pada neonatus yang terinfeksi, untuk menentukan lamanya
pemberian pengobatan dan kejadian kekambuhan pada pasien dengan sepsis
neonatorum. Menurut penelitian EHL et al. pada tahun 1999, pada 60 neonatus
dengan sepsis awal, menunjukkan bahwa setelah memulai terapi antibiotik yang
berhasil menunjukkan nilai-nilai CRP meningkat lebih lanjut, memuncak dan
perlahan menurun setelah 16 jam. Tingkat CRP yang kembali lagi normal dapat
menunjukkan bahwa durasi pengobatan antibiotik telah cukup sehingga penghentian
antibiotik dapat dilakukan asalkan kondisi bayi membaik dan hasil kultur negatif 9.
Ketika peradangan atau kerusakan jaringan teratasi, kadar CRP jatuh. Sehingga
membuatnya menjadi penda yang berguna untuk aktivitas monitoring penyakit8.

Anda mungkin juga menyukai