PEMERIKSAAN CRP
Disusun oleh:
1
KATA PENGHANTAR
Puji syukur, penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat
merupakan salah satu mata kuliah penunjang dalam menjadikan seorang mahasiswa
program studi analis menjadi seorang teknologi laboratorium yang professional.. Maka dari
itu penulis menyajikan makalah yang berisikan tentang alkali phospatase . Makalah ini
faktor yang mempengaruhi kenakikan dan penurunan kadar CRP dalam pemeriksaan. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Hotman Sinaga, SpPK
selaku pembimbing. Disisi lain penulis pun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
PJK (Penyakit Jantung Koroner) adalah suatu keadaan abnormal yang disebabkan
oleh disfungsi jantung dan pembuluh darah. Penyumbatan pada arteri koroner ini dapat
sebagian maupun total dari satu atau lebih arteri koroner dan atau cabang-cabangnya. Salah
satu marker yang dapat digunakan untuk melihat adanya inflamasi adalah C-Reactive
Protein (CRP). Pemeriksaan CRP dapat mendeteksi adanya inflamasi akut dan kerusakan
jaringan yang berat. Pada PJK stabil dimana terjadi inflamasi derajat rendah dan kerusakan
jaringan yang terjadi hanya sedikit, tidak mengakibatkan peningkatan kadar CRP yang
tinggi, melainkan berada dalam rentang konsentrasi yang rendah (< 10 mg/L) sehingga
dikembangkan suatu pemeriksaan yang disebut high sensitivity - C Reactive Protein (hs-
CRP). Pemeriksaan hs-CRP dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya proses
inflamasi pada PJK karena dapat mengukur kadar CRP dalam kuantitas yang sangat kecil
dan diukur dengan metode yang sangat sensitif.11 Pada tahun 2003, American Heart
Association dan Centers for Disease Control (AHA/CDC) merekomendasikan bahwa hs-
CRP dapat digunakan sebagai marker untuk menilai resiko kejadian kardiovaskular dan
merupakan prediktor independen yang kuat untuk penyakit kardiovaskular dan berperan
aktif dalam perkembangan plak aterosklerosis. Dalam rekomendasi tersebut, nilai cut off >
Test C-Reaktive Protein (CRP) pertama kali ditemukan sebagai bahan dalam serum
pasien dengan peradangan akut yang bereaksi dengan polisakarida C-(kapsuler) dari
pneumococcus. Ditemukan oleh Tillet dan Francis Pada tahun 1930. Pada awalnya
4
diperkirakan bahwa CRP adalah sekresi pathogen seperti peningkatan CPR pada orang
dengan berbagai penyakit termasuk kanker. Namun penemuan sintesis hati menunjukan
bahwa CPR adalah protein asli. Gen CRP terletak pada pertama kromosom (1q21-Q23).
CRP adalah protein 224-residu dengan massa molar dari monomer 25.106 Da. Protein ini
merupakan disc pentametric annular dalam bentuk dan anggota dari kecil family pentraxins
2. Peranan CRP ?
1.3 Tujuan
CRP
5
BAB II
PEMBAHASAN
CRP Adalah suatu protein fase akut yang diproduksi oleh hati sebagai respon
adanya infeksi, inflamasi atau kerusakan jaringan. Inflamasi merupakan proses dimana
tubuh memberikan respon terhadap injury. C-Reaktive Protein (CRP) adalah protein yang
ditemukan dalam darah yang meningkat sebagai respon terhadap peradangan. Peran
fisiologinya adalah untuk mengikat fosfokolin yang di ekspresikan pada permukaan sel-sel
mati atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system pelengkap
melalui kompleks C1q. CRP disintesis oleh hati odalam menanggapi factor yang dilepaskan
CRP diklasifikasikan sebagai reaktan fase akut, yng berarti bahwa tingkat protein akan
naik sebagai respon terhadap peradangan.Reaktan umum lainnya adalah fase akut termasuk
CPR memiliki peran sebagai responfase akut yang berkembang dalam berbagai
kondisi inflamasi akut dan kronis seperti bakteri, infeksi virus, atau jamur, penyakit
inflamasi rematik dan lainnya. Keganasan, dan cedera jaringan atau nekrotis. Kondisi ini
menyebabkan pelepasan sitokin interleukin-6 dan lainnya yang memicu sintesis CRP dan
fibrinogen oleh hati. Selama respon fase akut, tingkat CRP meningkat pesat dalam waktu 2
jam dari tahap akut dan mencapai puncaknya pada 48 jam. Dengan resolusi dari respon fase
akut, CRP menurun dengan relatif pendek selama 18 jam. Mengukur tingkat CRP
6
merupakan jendela dalam melihat untuk penyakit menular dan inflamasi. Secara tepat,
peningkatan ditandai di CRP terjadi dengan nekrosis peradangan, infksi, trauma, dan
jaringan, keganasan dan gangguan autoimun. Sejumlah besar kondisi berbeda yang dapat
meningkatkan produksi CRP, peningkatan tingkat CRP juga tidak dapat mendiagnosa
penyakit tertentu. Peningkatan tingkat CRP dapat memberikan dukungan untuk kehadiran
arteritis.
Peran fisiologis CRP adalah untuk mengikat fosfokolin diekspresikan pada permukaan
sel-sel mati atau sekarat (dan beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system
pelengkap. CRP mengikat fosfokolin pada mikroba dan sel-sel rusak dan meningkatkan
fagositosis oleh makrofag. Dengan demikian, CRP berpatisipasi dalam pembersihan sel
CRP merupakan anggota dari kelas fase akut reaktan, sebagai tingkat yang meningkat
secara dramatis selama proses inflamasi yang terjadi dalam tubuh. Kenaikan ini disebabkan
oleh kenaikan konsentrasi plasma IL-6, yang diproduksi terutama oleh makrofag serta
adipocytes. CRP mengikat fosfokolin pada mikroba yang berguna untuk membantu dalam
melengkapi mengikat sel-sel asing dan rusak dan meningkatkan fagositosis oleh makrofag
(opsonin fagositosis dimediasi), yang mengekspresikan reseptor untuk PRK. Hal ini juga
diyakini memainkan satu peran penting dalam kekebalan bawaan, sebagai sistem
pertahanan awal terhadap infeksi. CRP naik sampai 50.000 kali lipat dalam peradangan
akut, seperti infeksi. Keadaan ini naik diatas batas normal dalam waktu 6 jam, dan
puncaknya pada 48 jam. Sel yang setengah hidup adalah konstan, dank arena itu tingkat
7
2.3 Faktor yang menyebabkan pemeriksaan CRP
Secara umum, penyebab utama CRP meningkat dan penanda peradangan lainnya
Jumlah CRP akan meningkat tajam beberapa saat setelah terjadinya inflamasi dan selama
dijadikan petanda untuk mendeteksi adanya inflamasi/infeksi akut. Saat ini telah tersedia
pemeriksaan High Sensitive CRP (Hs-CRP) yaitu pemeriksaan untuk mengukur kadar CRP
yang lebih sensitif dan akurat dengan menggunakan metoda LTIA (Latex Turbidimetry
pemeriksaan Laju Endap Darah (LED). Terutama pada pasien anak-anak yang sulit untuk
Aktivitas yang berlebihan dapat menimbulkan cidera jaringan. Selain itu latihan
atau aktivitas yang berlebihan dapat meningatkan panas tubuh di mana kemungkinan
dengan mengubah siklus reproduksi. Terapi ini bisanya memberiksan hasil positif palus
3. Penggunaan IUD
peradangan karena masuknya benda asing dalam tubuh akan merangsang respon inflamasi,
8
4. Hamil
Reaksi hormonal yang terjadi pada wanita hamil akan dikenali sabagai reksi
inflamasi. Sehingga pada pemeriksaan CRP kadarnya akan meningkat. Range kadar CRP
5. Obesitas
7. Penggunaan pravastin
Profil lemak dalam darah sangat berhubungan dengan resiko dengan penyakit
jantung koroner dan stroke d mana sangat berhubungan dengan reaksi peradangan.
koroner dan stroke, sehingga kadar CRP dalam darah juga berkurang.
berpuasa selama 12jam. Spesimen di ambil dari darah vena ± 5 ml, di kumpulkan dalam
respon radang sistemin (SRRS). Sekarang diduga bahwa SRRS di sebabkan oleh sepsis
akibat dari cidera jaringan pasca respon hospes terhadap produk-produk bakteri misalnya
endotoksin dari bakteri gram negative dan kompleks asam lipoteikoat-peptidoglikan dari
bakteri gram positif. Manifestasi kardiopolmunal pada sepsis gram negative (e.coli,
pseudomonas) dapat di tiru dengan injeksi endoktoksin atau faktor nekrosis tumor.
9
2.4 Langkah-langkah pemeriksaan CRP
Tujuan :
Persiapan pasien :
Ditentukan vena yang akan ditusuk, pada orang gemuk atau untuk vena yang tidak
Tourniquet dipasang pada lengan atas (bagian proximal lengan) 6 – 7 cm dari lipatan
tangan.
Tegakkan kulit diatas vena dengan jari-jari tangan kiri supaya vena tidak bergerak
Dengan lubang jarum menghadap keatas, kulit ditusuk dengan sudut 45 o – 60o sampai
ujung jarum masuk lumen vena yang ditandai dengan berkurangnya tekanan dan
Torniquet dilepas, kapas diletakkan diatas jarum dan ditekan sedikit dengan jari kiri,
Pasien diinstruksikan untuk menekan kapas selama 1 – 2 menit dan setelah itu bekas
10
Jarum ditutup lalu dilepaskan dari sempritnya, darah dimasukkan kedalam botol atau
mendapatkan serum.
Prinsip :
Pengujian CRP dilakukan dengan menguji suspensi partikel lateks dilapisi dengan
antibodi anti CRP-manusia terhadap serum yang belum diketahui. adanya aglutinasi
Indikasi klinik : -
Reagensia :
- Larutan latex
Control :
Control positif
Control negatif
Standar : -
Alat-alat :
- Tangkai pengaduk
- Pipet autometik
- Slide aglutination
11
Procedure kerja :
1. Masukkan 1 tetes CRP latex pada slide dan tambahkan kontrol positif 40µl kemudian
homogenkan.
2. Masukkan 1 tetes CRP latex pada slide dalam lingkaran yangberbeda dan tambahkan
3. Masukkan 1 tetes CRP latex pada slide dalam lingkaran yang berbeda dan tambahkan
4. Goyangkan dan lakukan pengamatan aglutinasi didepan cahaya dalam waktu 2 menit.
Perhitungan : -
Hasil periksaan :
Nilai Rujukan :
Nilai rujukan normal CRP dengan metode sandwich imunometri adalah < 5 mg/L.
Nilai rujukan ini tentu akan berbeda di setiap laboratorium tergantung reagen dan metode
yang digunakan
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
aktivitas peradangan dan keadaan infeksi. Kadar CRP berkurang pada kondisi dengan terapi
kortikosteroid atau terapi lain yang mendepresi sistem imun. CRP juga dapat di gunakan
untuk memonitor pada pemberian terapi kanker dan infeksi karena kadarnya dapat
13
DAFTAR PUSTAKA
Ermin, Tatty. Penatalaksanaan Syok Septik Pada Anak. Dalam : Simposium Nasional
Perinatologi Dan Pediatri Gawat Darurat. Banjar Masin :IDAI Kalimantan Selatan,
2005
14