Anda di halaman 1dari 7

TERMOFISIKA

Tujuan Pembelajaran Umum :


Setelah mempelajari bab ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menguasai
konsep-konsep suhu, kalor, dan teori kinetik gas, melalui penalaran, pengamatan
serta latihan terbimbing; dan mampu menerapkan konsep-konsep tersebut pada
permasalahan praktis.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari bab ini dan mengerjakan soal perlatihannya, mahasiswa
diharapkan mampu :
1. menyebutkan pengertian suhu dan kalor, beserta satuan-satuannya, dan
prinsip kerja pengukuran suhu
2. menghitung konversi satuan suhu dari satu skala ke skala lainnya
3. menyebutkan rumus pemuaian panjang dan volume, serta menerapkannya
pada masalah praktis
4. menyebutkan prinsip Black, serta menerapkannya pada masalah praktis
5. menyebutkan jenis-jenis perpindahan
menerapkannya pada masalah praktis

kalor,

perumusannya,

serta

6. menyebutkan syarat-syarat gas ideal


7. menyebutkan persamaan-persamaan yang berlaku pada teori kinetik gas serta
contoh pemakaiannya pada keadaan sehari-hari

SUHU
Setiap benda terdiri atas partikel-partikel kecil yang disebut atom atau molekul.
Partikel-partikel ini selalu bergerak, sehingga setap partikel memiliki energi kinetik.
Besarnya rerata energi kinetik partikel ini berbanding lurus terhadap suhu. Makin
1

tinggi suhu, gerakan partikel makin cepat, hingga energi kinetiknya makin besar.
Total energi kinetik partikel untuk suatu benda disebut energi dalam. Jadi suhu
merupakan ukuran dari energi dalam benda.
Untuk mengukur suhu digunakan termometer. Termometer bekerja berdasarkan sifat
termometrik zat, satu diantaranya adalah pemuaian zat.
Termometer air raksa dalam gelas merupakan termometer yang dibuat dari air
raksa ( merkuri Hg ) yang ditempatkan pada suatu tabung kaca. Tanda yang
dikalibrasi pada tabung membuat temperatur dapat dibaca sesuai panjang air raksa di
dalam gelas, yang bervariasi sesuai suhu atau temperature sekitar termometer. Untuk
meningkatkan ketelitian, biasanya ada bohlam air raksa pada ujung termometer yang
berisi sebagian besar air raksa; pemuaian dan penyempitan volume air raksa
kemudian dilanjutkan ke bagian tabung yang lebih sempit. Ruangan di antara air
raksa dapat diisi atau dibiarkan kosong.
Sebagai pengganti air raksa, beberapa termometer keluarga menggunakan cairan lain
seperti alkohol dengan tambahan pewarna merah. Termometer ini lebih aman dan
mudah untuk dibaca.
Jenis khusus termometer air raksa, disebut termometer maksimum, bekerja dengan
adanya katup pada leher tabung dekat bohlam. Saat suhu naik, air raksa didorong ke
atas melalui katup oleh gaya pemuaian. Saat suhu turun air raksa tertahan pada katup
dan tidak dapat kembali ke bohlam membuat air raksa tetap di dalam tabung.
Pembaca kemudian dapat membaca temperatur maksimum selama waktu yang telah
ditentukan. Untuk mengembalikan fungsinya, termometer harus diayunkan dengan
keras. Termometer ini mirip desain termometer medis.
Air raksa akan membeku pada suhu -38.83 C (-37.89 F) dan hanya dapat
digunakan pada suhu di atasnya. Air raksa, tidak seperti air, tidak mengembang saat
membeku sehingga tidak memecahkan tabung kaca, membuatnya sulit diamati ketika
membeku. Jika termometer mengandung nitrogen, gas mungkin mengalir turun ke
dalam kolom dan terjebak di sana ketika temperatur naik. Jika ini terjadi termometer
tidak dapat digunakan hingga kembali ke kondisi awal. Untuk menghindarinya,
termometer air raksa sebaiknya dimasukkan ke dalam tempat yang hangat saat
temperatur di bawah -37 C (-34.6 F). Pada area di mana suhu maksimum tidak
diharapkan naik di atas - 38.83 C (-37.89 F) termometer yang memakai campuran
air raksa dan thallium mungkin bisa dipakai. Termometer ini mempunyai titik beku
-61.1 C (-78 F).
Termometer air raksa umumnya menggunakan skala suhu Celsius dan Fahrenhait.
Anders Celsius merumuskan skala Celsius, yang dipaparkan pada publikasinya the
origin of the Celsius temperature scale pada tahun 1742.

Celsius memakai dua titik penting pada skalanya: suhu saat es mencair dan suhu
penguapan air. Ini bukanlah ide baru, sejak dulu Isaac Newton bekerja dengan
sesuatu yang mirip. Pengukuran suhu celsius menggunakan suhu pencairan dan
bukan suhu pembekuan. Eksperimen untuk mendapat kalibrasi yang lebih baik pada
termometer Celsius dilakukan selama 2 minggu setelah itu. Dengan melakukan
eksperimen yang sama berulang-ulang, dia menemukan es mencair pada tanda
kalibrasi yang sama pada termometer. Dia menemukan titik yang sama pada kalibrasi
pada uap air yang mendidih (saat percobaan dilakukan dengan ketelitian tinggi,
variasi terlihat dengan variasi tekanan atmosfir). Saat dia mengeluarkan termometer
dari uap air, ketinggian air raksa turun perlahan. Ini berhubungan dengan kecepatan
pendinginan (dan pemuaian kaca tabung).
Tekanan udara mempengaruhi titik didih air. Celsius mengklaim bahwa ketinggian
air raksa saat penguapan air sebanding dengan ketinggian barometer.
Saat Celsius memutuskan untuk menggunakan skala temperaturnya sendiri, dia
menentukan titik didih pada 0 C (212 F) dan titik beku pada 100 C (32 F). Satu
tahun kemudian Frenchman Jean Pierre Cristin mengusulkan versi kebalikan skala
celsius dengan titik beku pada 0 C (32 F) dan titik didih pada 100 C (212 F). Dia
menamakannya Centrigade.
Pada akhirnya, Celsius mengusulkan metode kalibrasi termometer sbb:
1. Tempatkan silinder termometer pada air murni meleleh dan tandai titik saat cairan
di dalam termometer sudah stabil. ini adalah titik beku air.
2. Dengan cara yang sama tandai titik di mana cairan sudah stabil ketika termometer
ditempatkan di dalam uap air mendidih.
3. Bagilah panjang di antara kedua titik dengan 100 bagian kecil yang sama.
Titik-titik ini ditambahkan pada kalibrasi rata-rata tetapi keduanya sangat tergantung
tekanan udara. Saat ini, tiga titik air digunakan sebagai pengganti (titik ketiga terjadi
pada 273.16 kelvins (K), 0.01 C).
CATATAN: Semua perpindahan panas berhenti pada 0 K, Tetapi suhu ini masih
mustahil dicapai karena secara fisika masih tidak mungkin menghentikan partikel.
Hari ini termometer air raksa masih banyak digunakan dalam bidang meteorologi,
tetapi penggunaan pada bidang-bidang lain semakin berkurang, karena air raksa
secara permanen sangat beracun pada sistem yang rapuh dan beberapa negara maju
telah mengutuk penggunaannya untuk tujuan medis. Beberapa perusahaan

menggunakan campuran gallium, indium, dan tin (galinstan) sebagai pengganti air
raksa.

Ada 3 jenis termometer zat cair yang sudah dikenal, yaitu termometer Celcius,
Fahrenheit dan Kelvin. Sebelum membuat skala masing-masing termometer terlebih
dahulu harus menentukan suhu acuan yang sama, yaitu suhu terendah digunakan es
yang sedang melebur pada tekanan 1 atmosfir dan air mendidih pada tekanan 1
atmosfir untuk suhu tinggi.
Untuk menentukan konversi penunjukan suhu oleh masing-masing termometer dapat
digambarkan sebagai berikut :
F

212o

100o

to

0o

air mendidih
K
373o pada P = 1 atm

32o

273o es melebur
pada P = 1 atm

Perbandingan jangkauan tetap suhu tertinggi dan terendah


C : F = 100: 180 =5 : 9
Jadi konversi satu skala thermometer terhadap skala lainnya adalah :

t oC = q oF q = ..
q - 32
9
=
t-0
5

q =

9
t + 32
5

t oC = T K r = ..
T - 273 5

t -0
5
T 273 = 1.t

T = t + 273

PEMUAIAN
Seperti telah disebutkan pada bagian awal, bahwa semakin tinggi suhu benda,
maka gerak partikel didalamnyapun semakin cepat. Pada saat partikel bergerak
makin cepat, mereka membutuhkan ruang gerak yang lebih besar, sehingga
ukuran keseluruhan benda menjadi lebih besar. Hal inilah yang dikenal sebagai
pemuaian. Jadi pada saat memuai, ukuran partikel ( atom atau molekul ) tidak
menjadi lebih besar.
4

Pada umumnya, secara makroskopik, benda bila mengalami kenaikan suhu akan
memuai (pertambahan ukuran benda).
Pemuaian panjang :
L = Lo. . T
L = perubahan panjang
L = Lo + T
Lo = panjang awal
L = Lo [1 + . T]
= koefisien muai panjang
T = perubahan suhu
Pemuaian luas :
A = Ao . . T
A = perubahan luas
A = Ao + A
Ao = luas mula-mula
A = Ao [1 + . T]
= 2 = koefisien
T = perubahan suhu
Pemuaian Volume
V = Vo . . T
V = perubahan volume
V = Vo + V
Vo = Volume awal
V = Vo [1 + . T]
= 3 = koefisien muai ruang
T = perubahan suhu

KALOR
Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat mengalir apabila ada perbedaan
suhu. Kalor akan mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah secara otomatis.
Kalor yang diperlukan/dilepas benda (Q) untuk mengubah suhu, dapat
dirumuskan sebagai :
Q = m c T
Keterangan :

m=
c=
T=

massa benda (kg)


kalor jenis (J/kg K)
perubahan suhu (K)

Kalor yang diperlukan / di lepas pada perubahan wujud zat (Q)


Q=mL

m = massa yang berubah wujud (gk)


L = kalor laten (J/kg)

Pada peristiwa perubahan wujud tidak terjadi perubahan suhu.

Azas Black
Untuk sistem yang tersekat ( tidak ada energi keluar atau masuk ), pada
pencampuran dua benda atau lebih, berlaku kalor yang dilepaskan satu benda
sama dengan kalor yang diterima benda lain:
Qdilepas = Qditerima.

Asas Black merupakan suatu prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan oleh
Joseph Black, yang mengemukakan :

Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yang
suhunya lebih tinggi akan memberikan kalor pada benda yang suhunya lebih
rendah sehingga setelah seimbang termal suhu akhirnya akan sama

Jumlah kalor yang diserap benda penerima sama dengan jumlah kalor yang
dilepas benda pemberi

Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang
diserap bila dipanaskan

PERPINDAHAN KALOR
Kalor adalah energi yang berpindah karena adanya perbedaan suhu. Dalam proses
perpindahannya, kalor dapat mengalir dengan tiga cara, yaitu :
1. Konduksi
Konduksi merupakan proses perpindahan atau hantaran kalor yang tidak disertai
perpindahan materi secara makro, dan pembawa kalornya adalah elektron-elektron
bebas atau partikel yang disebut fonon. Contoh konduksi yang umum terjadi adalah
perpindahan kalor pada batang logam jika satu ujung dipanaskan. Jumlah kalor yang
mengalir tiap satuan waktu secara konduksi, memenuhi Hukum Fourier :

Secara umum berlaku H = k A

dT
dX

dT
dX

merupakan gradien temperatur.


T
Jika panjang bahan diketahui dengan perubahan rata-rata temperatur
, maka
T
L

Keterangan
:
H=
k.A
H = kalor yang mengalir tiap sekon ( watt).
k = konduktivitas termal zat (watt/mK)
A = luas penampang batang (m2)
L = panjang batang (m)
T=beda suhu antara ujung-ujung batang (K)
2.

Konveksi
Konveksi terjadi karena kalor berpindah dibawa oleh partikel medium yang bergerak
disebabkan oleh terjadinya perbedaan kerapatan ( massa jenis, berat jenis ) jika suhu
benda tidak homogen; karenanya konveksi umumnya terjadi pada zat cair atau gas.

Contoh aplikasi konveksi pada kehidupan sehari-hari adalah penempatan freezer ( di


atas ) pada mesin pendingin ( kulkas ), pemasangan lubang angin ( ventilasi ) di
bagian atas dinding ruangan, pemanasan cairan pada bejana di atas kompor, dan lain
sebagainya. Perumusannya agak rumit, namun dapat disederhanakan sebagai :
H = h A T

3.

h = koefisien konveksi (watt/m2 oC)

Radiasi
Radiasi merupakan proses perpindahan kalor dengan pembawanya berupa
gelombang elektromagnetik. Karena gelombang elektromagnetik dapat merambat
melalui ruang hampa
( vakum ), maka kalorpun dapat diradiasikan melalui ruang
hampa ( misalnya energi matahari merambat dari matahari ke bumi melalui angkasa
luar yang hampa udara ). Jumlah kalor yang dipindahkan melalui radiasi dirumuskan
oleh Stefan sebagai :
Q = e T4 A . t
Keterangan :
Q = kalor yang diradiasikan ( J )
e = emisivitas ( daya pancar ) benda, jika benda memancarkan kalor
( =a, absorbsivitas, daya serap, jika benda menyerap kalor )
= tetapan Stefan - Boltzmann
A = luas permukaan benda (m2)
t = waktu (s)
Karena pembawa kalor berupa gelombang elektromagnetik, maka berlaku
persamaan:
Eh

E hf
atau

E = energi panas ( joule )


h = konstanta plank 6,62 X 10-34 Js
C = cepat rambat gel elektromagnet ( 3 x 10 8 m/s )

= panjang gelombang elektromagnetik ( m )

Anda mungkin juga menyukai