Anda di halaman 1dari 32

PENDAHULUAN Penggunaan nama bentuklahan sebagai geomorfologi karena rasa tidak puas

terhadap peristilahan fisiografi yang telah berkembang lebih dahulu. Istilah fisiografi digunakan di
Eropa dan memasukkan unsur - unsur iklim, meteorologi, kelautan dan matematik geografi.
Geomorfologi merupakan bagian utama geologi, walaupun kenyataannya di Eropa, Amerika dan
Indonesia dianggap sebagai geografi fisik. Geomorfologi di lingkungan geologi belum berkembang,
karena lebih banyak berkembang di lingkungan geografi untuk kepentingan pengembangan wilayah,
penggunaan lahan dan hidrologi, sedangkan para pakar geologi memiliki anggapan bahwa
geomorfologi merupakan bagian dari bidang ilmu geografi, padahal teknologi satelit sumberdaya
alam yang berkembang saat ini merekam permukaan bumi dan menunjukkan potret muka bumi
setiap hari, sehingga ketika harus menggunakan citra satelit para akhli geologi harus belajar
kembali geomorfologi. 1.1 Pengertian geomorfologi Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno,
terdiri dari tiga akar kata, yaitu Ge(o) = bumi, morphe = bentuk dan logos = ilmu, sehingga kata
geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi. Berasal dari
bahasa yang sama, kata geologi memiliki arti ilmu yang mempelajari tentang proses terbentuknya
bumi secara keseluruhan. Definisi ; Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk
permukaan bumi serta proses - proses yang berlangsung
terhadap
permukaan bumi sejak bumi terbentuk sampai sekarang. Berdasarkan pengertian dan
definisi geomorfologi, maka bidang ilmu geomorfologi merupakan bagian dari geologi yang
mempelajari bumi dengan pendekatan bentuk rupa bumi dan arsitektur rupa bumi. Tujuan
mempelajari geomorfologi di lingkungan geologi selaras dengan motto Hutton , yaitu THE PRESENT
IS THE KEY TO THE PAST (sekarang adalah kunci masa lalu). Pemahaman kata sekarang (the present)
adalah pemahaman terhadap bentuk rupa bumi yang dapat dijadikan cerminan proses yang
berlangsung di masa lalu. Faedah yang diharapkan dengan mempelajari geomorfologi yaitu
membantu menelusuri proses - proses yang berlangsung pada bumi sejak terbentuknya bumi sampai
sekarang dengan pendekatan bentuk rupa bumi yang tampak sekarang, sehingga pada penelitian
geologi dapat dilakukan dengan cepat dan murah. 1.2 Konsep dasar geomorfologi Bentuklahan
adalah fenomena geologi yang telah banyak dikembangkan dan direnungkan oleh para akhli filsafat
kuno dan tidak hanya membuat pernyataan '" saat ini menjadi kunci masa lalu ", tetapi proses
geomorfologi saat ini memilki arti yang sangat penting, karena perbincangan tentang sistematika
evolusi geomorfologi tidak hanya terjadi pada awal abad ke 19, tetapi berlangsung sampai
sekarang. 1.2.1 Konsep pemikiran geomorfologi kuno Pembahasan tentang perkembangan ilmu
pengetahuan biasanya diawali dengan pemikiran - pemikiran para akhli filsafat Yunani dan Romawi.
Membahas pemikiran - pemikiran para akhli Yunani dan Romawi kuno tentang perkembangan
bentuklahan suatu kegiatan yang sangat baik untuk lebih mengenal perkembangan ilmu dimasa
silam (Dark Age) yang telah banyak dilupakan, namun sangat membantu didalam pemahaman
tentang evolusi geomorfologi yang dikembangkan oleh para pemikir kuno, seperti Herodatus,
Aristoteles, Starbo dan Seneca. Herodatus (485 - 425 SM) sebagai " Bapak Sejarah " telah banyak
melakukan penelitian geologi, menyebutkan pentingnya serpih dan lempung yang diendapkan setiap
tahun oleh Sungai Nil, sehingga Mesir dianggap telah mendapat hadiah dari sungai. Selanjutnya
disebutkan pula bahwa gempabumi adalah pegunungan yang menggeliat karena dewa sedang
marah. Temuan fosil kerang di puncak - puncak perbukitan di Mesir menyebabkan Herodatus
menarik kesimpulan berdasarkan temuannya tersebut bahwa air laut telah menggenangi dataran
Mesir. Kesimpulan Herodatus tersebut merupakan dasar pemikiran perubahan muka air laut yang
menjadi bahasan penting didalam geomorfologi. Aristoteles (384 - 322 SM) didalam tulisannya
menyebutkan tentang asal - usul mataair yang diyakininya bahwa air yang mengalir dari mataair
disebabkan oleh (a) air hujan yang terjebak pada lapisan tanah, (b) air yang terbentuk karena
penguapan dari air yang masuk kedalam bumi, dan (c) air yang terkondensasikan di dalam bumi
berasal dari embun yang tidak diketahui asal - usulnya. Seluruh air merembes dari pegunungan
menyerupai bunga karang yang sangat besar, sehingga sebutan sungai hanya diterapkan pada bentuk
aliran air yang berasal dari mataair. Selanjutnya disebutkan pula bahwa hujan menghasilkan aliran
air deras, sehingga aliran sungai menjadi tidak menentu. Pemahaman tentang debit aliran selama
periode hujan telah dikembangkan oleh Bernard Palissi (1563 dan 1580) dan Pierre Perrault (1674)

yang menyebutkan bahwa curah hujan mampu membentuk aliran sungai. Aristoteles percaya bahwa
gempabumi dan gunungapi memiliki sumber kejadian yang sama dan menyebutkan bahwa
gempabumi berpengaruh terhadap pencampuran udara basah dan udara kering di bumi. Selanjutnya
dikenalkan juga jalur laut yang tertutup oleh sedimen yang membentuk daratan, sehingga
terbentuk tanah timbul dan disebutkan pula bahwa yang membawa material dari daratan ke laut
adalah aliran dan diendapkan sebagai alluvium. Strabo (54 SM - 25) telah melakukan perjalanan
yang jauh dan telah meneliti secara hati - hati, serta telah mencatat contoh lokasi aliran yang
menghilang dan yang muncul di permukaan. Pemikirannya tentang "Vale of Tempe" merupakan hasil
dari gempa bumi disertai dengan kegiatan gunungapi dalam kurun waktu yang lama karena tekanan
tenaga dari dalam bumi. Kesimpulannya secara alamiah menyebutkan bahwa Gunung Visuvius
adalah gunungapi yang telah mati. Strabo menjelaskan juga tentang aluvium sungai dan delta
sungai yang memiliki bermacam - macam ukuran selaras dengan luas daerah aliran sungai alamiah,
sehingga delta sungai yang sangat luas mencerminkan daerah aliran sungai yang sangat luas dan
susunan batuan yang paling menonjol pada daerah aliran sungai tersebut berupa batuan yang lunak.
Beberapa penelitian delta yang telah dilakukan oleh Strabo menyebutkan pertumbuhan delta
dihambat oleh kegiatan laut, terutama oleh pasang naik. Seneca ( ? - 65) menyebutkan bahwa
yang menyebabkan terjadinya gempabumi lokal adalah kekuatan tenaga dari dalam bumi, dan
pemikiran lainnya menyebutkan bahwa curah hujan bukan salah satu sumber yang menyebabkan
aliran sungai dan disebutkan pula bahwa tenaga arus dapat menggerus lembah, sehingga melahirkan
konsep bahwa pembentuk lembah adalah arus yang menggerus lembah tersebut. Pemikiran pemikiran kuno telah menyebutkan bahwa terdapat hubungan proses (genetik) antara gempabumi
dengan dengan deformasi kulit bumi. Pernyataan tersebut menjadi rancu karena sebab, akibat dan
kejadian gempabumi justru dipengaruhi oleh deformasi. 1.2.2 Fajar pemikiran geomrfologi modern
Setelah beberapa abad pemikiran geomorfologi cenderung mengikuti pola pemikiran Kekaisaran
Romawi, hanya sedikit atau mungkin tidak ada pemikiran - pemikiran lain di Eropa. Sekolah sekolah yang ada pada saat itu adalah biara - biara yang tidak mempelajari ilmu tentang alam.
Beberapa tempat pendidikan di Arabia yang hidup pada saat itu telah memunculkan pemikiran pemikiran modern yang cemerlang. Ibn Sina (980 - 1037) menyatakan bahwa asal - usul pegunungan
dibedakan menjadi dua kelas, yaitu (1) hasil dari suatu pengangkatan bumi, seperti bagian dari
gempabumi dan (2) pengaruh aliran air yang disertai dengan hembusan angin di suatu lembah yang
bersusunan batuan lunak. Konsep pegunungan menurut Ibnu Sina merupakan cerminan hasil dari
perbedaan tingkat erosi yang berlangsung secara perlahan - lahan dalam kurun waktu yang panjang.
Beberapa pandangannya telah telah ditetapkan sebagai awal dari pemikiran modern, tetapi tidak
diterapkan pada pemikiran Eropa Barat. Pembuktian yang sangat luas tentang konsep Ibnu Sina
telah dilakukan oleh sekelompok muridnya yang bukan berasal dari orang Arab dan dikenal dengan
judul " DISCOURSES OF THE BROTHERS OF PURITY " (bahasan saudara yang seiman) pada tahun 941
dan 982 (Said, 1950). Didalam empat volume buku yang disusun tersebut diceritakan tentang erosi
dan transportasi oleh arus dan angin, pelapukan serta awal pemikiran peneplain. 1.2.3 Hutton sang
pendahulu Konsep penggerusan lahan didalam pemikiran yang tajam dan tepat dari suatu
bentanglahan perlu dipikirkan kembali oleh para pemikir sebagai landasan dasar geomorfologi
modern. Para pemikir kuno yang berpikir tentang perusakan lahan oleh proses erosi, tidak memiliki
pemikiran yang matang untuk dijadikan suatu kesimpulan yang layak (logic). Ruang dan waktu tidak
memberikan keleluasaan untuk membahas perkembangan jangka panjang dan jangka pendek untuk
membahas tentang pemikiran geologi agar menjadi suatu pekerjaan tentang bumi (ground work)
untuk bapak geomorfologi modern seperti James Hutton, tetapi jejak langkahnya telah diikuti oleh
beberapa orang. Leonardo da Vinci (1452 - 1519) merupakan salah satu kelompok pertama yang
menyusun pemikiran geologi dan dikatakan (Chorley et al, 1964) bahwa pemikiran yang cemerlang
telah berkembang pada zamannya, sehingga merupakan puncak kecemerlangan para pemikir
terdahulu. Leonardo da Vinci menyebutkan bahwa lembah dipotong oleh arus, dan arus membawa
material dari salah satu tempat dipermukaan bumi kemudian diendapkan pada suatu tempat.
Buffon (1707 - 1788) dari Perancis menyebutkan tenaga arus yang mampu menggerus dan merusak
lahan, selanjutnya diakhiri dengan perataan yang memilki ketinggian yang sama dengan permukaan

laut. Targioni dan Tozetti (1712 - 1784) dari Italia menyebutkan bencana erosi oleh arus dan
pemikirannya tentang sungai yang terputus dihubungkan dengan batuan yang tertoreh serta
mengenalkan dasar - dasar perbedaan erosi yang dipengaruhi oleh berbagai macam material geologi
dan struktur geologi. Guetthard (1715 - 1786) dari Perancis, membahas tentang degradasi di
pegunungan oleh arus, dan menyebutkan bahwa tidak seluruh material yang dipindahkan oleh arus
diangkut sampai ke laut, tetapi hanya sebagian material yang terangkut oleh arus tersebut
mencapai dataran pantai. Diyakini pula bahwa laut merupakan tenaga penghancur yang sangat
besar terhadap lahan, selanjutnya arus dan laut disebut sebagai perusak yang sangat cepat
terhadap pantai curam di Perancis sebagai bukti pernyataannya. Desmarest (7125 - 1815)
menyuarakan pemikirannya tentang lembah Perancis Tengah merupakan hasil kegiatan arus dan
menelusuri perkemba-ngan tahap evolusi bentanglahan. De Saussure (1740 - 1799) dari Swiss
menyebutkan bahwa lembah Alpen merupakan hasil kegiatan pengikisan arus yang mengalir dari
puncak pegunungan dan mengalir mengikuti lembah tersebut. Selanjutnya disebutkan pula bahwa
glasiasi (pencairan es) dapat menjadi faktor penyebab terjadinya erosi. James Hutton (1726 - 1797)
yang lahir di Edinburgh, Skotlandia, seorang akhli fisika, tetapi lebih menyenangi ilmu
pengetahuan, khususnya kimia dan geologi. Sangat terkenal karena perannya sebagai pelopor
PLUTONIAN yang terkenal dengan batuan beku granit dan bertentangan dengan para akhli dari
sekolah Wernerian yang terkenal sebagai penganut NEPTUNIS yang memiliki anggapan bahwa granit
memiliki kandungan lapisan kimia. Selain membahas granit, Hutton memperkenalkan pula batuan
metamorf, tetapi pernyataannya yang terkenal adalah konsep THE PRESENT IS THE KEY TO THE PAST
(saat ini merupakan kunci masa lalu), sehingga doktrin uniformitarian bertentangan dengan konsep
katastropisma. Teori bumi yang mengandung konsep pengkajian hukum komposisi,dissolusi dan
restorasi lahan terhadap bumi telah diterbitkan pada tahun 1795 menjadi dua volume buku dengan
judul : THEORY OF THE EARTH, WITH PROOFS AND ILLUSTRATIONS. John Playfair (1748 - 1819),
seorang profesor matematika dan filsafat di Edinburgh, Skotlandia, setelah meninggalnya James
Hutton pada tahun 1802 menerbitkan buku dengan judul : ILLUSTRATION OF THE HUTTONIAN
THEORY OF THE EARTH , dengan gaya bahasa prosa ilmiah yang teliti dan jelas, sehingga jarang ada
persamaannya. Playfair menyimpulkan pemikiran - pemikiran Hutton dengan jelas memiliki
dampak yang sangat besar, terutama terhadap Sir Charles Lyell yang menjadi pelopor
uniformitarian. Hasil penelitian Hutton menyebutkan bahwa proses masa lalu sampai masa sekarang
masih terus berlangsung, yaitu lahan terkikis oleh proses mekanik dan kimia, yang sebelumnya telah
diteliti namun salah, kecuali Desmarrest yang melihat gejala - gejala yang dijelaskan oleh Hutton.
Konsep sistem sungai dan geomorfologi yang sangat berarti telah dikemukakan oleh Playfair lebih
baik dari sebelumnya dan pernyataannya sebagai berikut : Setiap sungai yang muncul terdiri dari
percabangan utama, merupakan induk dari berbagai percabangan dan masing - masing mengalir
pada lembah selaras dengan ukurannya, membentuk sistem lembah yang saling berhubungan antara
satu dengan yang lainnya, sesuai dengan kemiringan lereng yang dialirinya dan mustahil akan
terjadi pengaliran jika masing - masing lembah tidak memiliki arus yang mengalir pada lembah
tersebut. Jika suatu sungai berupa saluran tunggal, tidak memilki percabangan, maka aliran yang
terjadi diperkirakan akan membentuk arus yang sangat deras atau arus aliran akan memiliki tenaga
penuh yang meluncur pada saluran tersebut dan langsung menuju samudra. Jika bentuk sungai
terpecah menjadi beberapa percabangan de-ngan jarak yang cukup besar antara cabang satu
dengan yang lainnya, kemudian dibagi lagi menjadi beberapa percabangan kecil, sehingga akan
memberi kesan seolah - olah saluran terbentuk oleh torehan air berupa pengikisan permukaan dan
erosi terhadap lahan. Kejadian tersebut berlangsung secara sinambung bagaikan mengukir
permukaan bumi. 1.2.4 Beberapa konsep dasar Thornbury (1969) Pembahasan tentang konsep
geomorfologi untuk bentanglahan jangan hanya menggunakan salah satu konsep saja, tetapi akan
lebih baik jika beberapa konsep geomorfologi dapat dipahami sehingga evaluasi terhadap
bentanglahan akan lebih baik. Konsep 1 : Proses yang berlangsung secara fisik saat ini memiliki
kecepatan yang berbeda selaras dengan waktu geologi. Dasar - dasar geologi modern yang dikenal
sebagai uniformitarian telah dikembangkan oleh Hutton pada tahun 1785, selanjutnya ditulis
kembali oleh Playfair pada tahun 1802 dan dikembangkan oleh Lyell sebagai maha karyanya dengan

judul Dasar - dasar Geologi ( Principles of Geology ). Hutton mencetuskan : " saat ini adalah kunci
masa lalu " telah diterapkan secara baku sehingga menimbulkan perdebatan, karena pernyataan
tersebut mengandung arti bahwa proses geologi yang berlangsung selaras dengan waktu geologi
memiliki kecepatan yang sama dengan saat sekarang. Konsep ini tentunya salah, karena galasiasi
(pencairan es) memiliki peran yang sangat penting sejak kala Plistosen dan sepanjang waktu geologi
dari pada sekarang. Perlu dipahami juga bahwa iklim sekarang telah berubah, daerah yang
memiliki iklim basah pada masa lalu, sekarang telah berubah menjadi beriklim kering (gurun) dan
sebaliknya. Periode dari ketidak stabilan gerakan kulit bumi berlangsung pada periode pemekaran,
sedangkan kulit bumi sekarang relatif stabil. Salah satu contoh proses geologi yang berlangsung
selaras dengan waktu geologi yaitu pengikisan lembah oleh arus yang berlangsung sejak masa lalu
sampai sekarang, tetapi pengikisan lembah oleh pencairan es (glasiasi) pada kala Plistosen memiliki
perbedaan dengan proses glasiasi pada umumnya. Angin telah mengendapkan batupasir Navajo
sejak kala Yura dan memiliki perbedaan dengan gerakan yang dipengaruhi oleh angin sekarang.
Konsep 2 : Geologi struktur merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap evolusi
bentuklahan yang tampak sekarang. Siswa - siswa W.M Davis diajarkan tentang faktor utama yang
mempengaruhi perkembangan bentuklahan adalah struktur geologi, proses geomorfologi dan tingkat
pengaruhnya. Saat ini beberapa akhli geomorfologi meragukan terhadap tingkat pengaruh sebagai
faktor utama yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan, akan tetapi para akhli geologi setuju
terhadap konsep proses dan geologi struktur sebagai pengaruh utama. Pernyataan struktur geologi
tidak hanya diterapkan pada pandangan sempit, seperti struktur batuan, struktur perlipatan,
struktur sesar dan ketidak selarasan, tetapi perhatian perlu ditekankan pula terhadap material
bumi penyusun bentuklahan secara keseluruhan yang memiliki perbedaan pengaruh fisika dan
kimia. Pandangan struktur geologi selanjutnya didalam pembahasan ini adalah suatu fenomena
geologi yang lebih luas, yaitu posisi batuan di tempat yang tinggi, kekar, perlapisan batuan, sesar
dan perlipatan, kekerasan mineral tertentu, porositas batuan dan berbagai macam perbedaan pada
batuan penyusun kulit bumi. Pernyataan struktur geologi dapat dimanfaatkan untuk memahami
strtigrafi dan struktur susunan (sikuen) batuan yang muncul sebagai singkapan pada suatu daerah,
seperti perlapisan horisontal, perlapisan yang memiliki kemiringan perlapisan (dip), terlipat atau
tersesarkan, sehingga pemahaman struktur geologi yang sederhana menjadi penting. Ungkapan
batuan keras (tahan) atau lunak (tidak tahan) terhadap proses geomorfologi merupakan pemakaian
ungkapan yang biasa selama digunakan untuk pandangan yang relatif dan tidak ditekankan untuk
pandangan pengaruh fisika atau kimia, karena batuan dipengaruhi pula oleh proses fisika dan kimia.
Suatu batuan mungkin tahan terhadap salah satu proses geomorfologi, tetapi tidak tahan terhadap
proses geomorfologi lainnya dan dibawah kondisi iklim tertentu menunjukkan perbedaan tingkat
ketahanan batuan. Secara umum tampilan struktur batuan harus lebih tua dari pada perkembangan
bentuklahan. Kejadian diatropisme perlipatan pada kala Plistosen sangat sulit disebut tidak
tererosi, sehingga diperkirakan bahwa struktur batuan telah terbentuk sebelum bentuklahan.
Konsep 3 : Relief permukaan bumi yang luas karena proses geomorfologi berlangsung
pada tingkat yang berbeda. Alasan utama permukaan bumi memiliki gradasional yang berbeda
karena kerak bumi disusun oleh batuan yang berbeda dan struktur yang berbeda, sehingga memiliki
ketahanan batuan terhadap proses geomorfologi yang berbeda pula. Proses geomorfologi yang
memiliki keaneka ragaman sangat kecil, masih memiliki arti yang sangat penting, kecuali pada
daerah diatropisme sekarang (Resen) dapat diperkirakan bahwa daerah yang memiliki posisi
topografi yang tinggi disusun oleh batuan yang keras, sedangkan daerah dengan posisi topografi
lebih rendah disusun oleh batuan yang lunak. Perbedaan komposisi batuan dan struktur tercermin
dari keaneka ragaman geomorfologi dan topografi lokal. Topografi minor dan rinci atau disebut
sebagai mikrotopografi memiliki hubungan yang erat dengan keaneka ragaman batuan, tetapi
terlalu kecil untuk diamati. Keaneka ragaman batuan dan struktur geologi merupakan faktor utama
yang mempengaruhi perubahan permukaan bumi, tetapi bukan berarti proses geomorfologi tidak
memiliki peran, karena pada batas - batas tertentu dengan tingkat yang berbeda proses
geomorfologi masih berlangsung. Tingkat kecepatan proses geomorfologi lokal memberi pengaruh
terhadap perubahan permukaan bumi, terutama pengaruh perbedaan temperatur, tingkat

kelembaban, konfigurasi kerapatan kontur dan vegetasi. Perbedaan kondisi iklim mikro yang sangat
menonjol antara dasar lembah dengan puncak bukit dan antara lahan terbuka dengan lahan
tertutup vegetasi akan tampak dari jumlah penguapan lokal, tingkat kelembaban tanah dan tingkat
perubahan tahunan temperatur, sehingga banyak sekali faktor yang mempengaruhi tingkat proses
geomorfologi lokal, seperti tingkat pelapukan, perombakan massa batuan, erosi dan pengendapan
yang memiliki pengaruh terhadap keaneka ragaman geomorfologi. Konsep 4 : Proses geomorfologi
meninggalkan jejak pada bentukla lan dan proses geomorfologi yang berkembang
mem bentuk ciri - ciri pada bentuklahan. Penggunaan istilah proses yang dipakai
untuk semua perubahan yang terjadi terhadap rupa bumi secara fisika dan kimia. Proses
diatropisma dan vulkanisma dipengaruhi oleh gaya yang berasal dari dalam bumi, sehingga oleh
Penck disebut sebagai proses endogenetik, sedangkan proses yang lain, seperti pelapukan,
perombakan massa batuan dan erosi yang dipe-ngaruhi oleh gaya eksternal disebut sebagai proses
eksogenetik. Secara umum proses endogenetik bersifat membangun, sedangkan proses eksogenetik
bersifat sebaliknya, yaitu pengikisan terhadap permukaan bumi. Konsep proses geomorfologi yang
berlangsung terhadap permukaan bumi bukan sesuatu yang baru, tetapi pemikiran tentang proses
geomorfologi akan meninggalkan jejak di atas permukaan bumi adalah pemikiran yang lebih maju.
Bentuklahan memiliki ciri - ciri tertentu, tergantung pada proses geomorfologi yang berpengaruh
terhadap bentuklahan tersebut. Dataran banjir, kipas aluvial, dan delta merupakan hasil kegiatan
arus sungai, sehingga ciri - ciri yang berkembang pada bentuklahan tersebut dapat dimanfaatkan
untuk klasifikasi genetika bentuklahan. Rekayasa yang tepat dari suatu arti proses evolusi
bentuklahan tidak hanya memberikan gambaran yang lebih baik dari perkembangan bentuklahan,
tetapi termasuk juga menegaskan hubungan genetika terjadinya bentuklahan. Proses geomorfologi
yang rumit dan media yang bekerja dibawah kondisi iklim tertentu disebut sebagai sistem
morfogenik (morphogenic system, Triccart dan Cailleux, 1955). Konsep 5 : Media erosi yang berbeda
pada permukaan bumi mem bentuk susunan bentuklahan tertentu. Ciri - ciri proses
bentuklahan tergantung pada tahap perkembangan proses, dan W.M Davis menyebutnya sebagai
konsep siklus geomorfologi. tahap perkembangan proses diawali dari tahap muda, dewasa dan tua.
Pada tahap akhir dari proses geomorfologi permukaan bumi memiliki topografi berelief rendah
yang disebut sebagai peneplain (perataan). Beberapa akhli geomorfologi percaya bahwa permukaan
bumi memiliki keteraturan umur, tetapi tidak semua yakin bahwa tahap muda, dewasa dan tua yang
dikemukakan oleh W.M Davis merupakan suatu kenyataan. Konsep umum yang digunakan pada
tingkat dasar memiliki beberapa kelemahan apabila di-terapkan pada evolusi permukaan bumi yang
lebih rumit, karena akan sulit menentukan karakteristik perkembangan bentuklahan yang khusus,
sehingga menimbulkan keraguan, terutama terhadap peneplain (perataan) yang dianggap sebagai
akhir dari suatu siklus geomorfologi. Istilah siklus geomorfologi tidak selalu tepat untuk
menunjukkan suatu perubahan bentanglahan akibat gradasional, tetapi mencari istilah atau konsep
pengganti sangat sulit, sehingga penggunaan istilah siklus geomorfologi tidak hanya menyatakan
siklus alam yang mewakili tahap evolusi bentuk permukaan bumi tetapi termasuk pula pemikiran
bahwa perkembangan permukaan bumi terjadi secara teratur dan berurutan dengan tidak
menggunakan penamaan evolusi permukaan bumi sebaai tahap muda, dewasa atau tua yang
memiliki pengertian bahwa topografi yang berada pada tahap yang sama memiliki ciri yang sama
pula. Kondisi geologi dan keragaman iklim membentuk ciri permukaan bumi yang sangat beragam
walaupun proses geomorfologi berkembang pada periode yang sama. Konsep 6 : Evolusi
geomorfologi tidak sesederhana yang dibayang kan. Perdebaan dan pertentangan
didalam ilmu pengetahuan merupakan akibat dari penjelasan yang sangat sederhana dan tidak
jelas. Mempelajari bentuklahan akan mengalami kesulitan jika tidak memahami bahwa topografi
merupakan hasil dari proses atau siklus geomorfologi. Pada umumnya topografi rinci hasil dari siklus
erosi yang berlangsung . Horberg (1952) mengelompokkan bentanglahan menjadi beberapa
kategori, yaitu (1) bentanglahan sederhana, (2) bentanglahan campuran, (3) bentanglahan siklus
tungal, (4) bentanglahan multi siklus dan (5) bentanglahan hasil pembentukan kembali.
Bentanglahan sederhana merupakan hasil proses geomorfologi tunggal, artinya bentanglahan
tersebut meninggalkan jejak siklus erosi yang terjadi hanya satu kali dan umumnya terbatas pada

permukaan bumi yang baru terbentuk, seperti pengangkatan lantai samudra, permukaan kerucut
vulkanik, dataran lava, plato atau endapan yang tertutupoleh endapan glasial Plistosen.
Bentanglahan campuran merupakan hasil siklus erosi lebih dari satu kali atau hasil dua atau lebih
proses geomorfologi, sehingga timbul perdebatan karena pada semua bentanglahan telah terjadi
proses geomorfologi yang bercampur, walaupun pada beberapa bentanglahan dapat ditemukan
proses geomorfologi tunggal, tetapi sangat jarang terjadi. Sebagai contoh bentanglahan hasil dari
kegiatan aliran air, tetapi perlu disadari bahwa proses yang berlangsung tidak hanya kegiatan aliran
air saja, proses - proses yang lain seperti pelapukan, gerakan material karena gravitasi, dan
perpindahan material oleh angin sangat berpengaruh terhadap perkembangan bentuk rupa bumi.
Kondisi yang sama terjadi pada bentanglahan hasil pelarutan oleh air tanah, erosi oleh limpasan air
permukaan dan proses - proses yang berlangsung terhadap pembentukkan bentanglahan.
Bentanglahan campuran tercermin sangat baik pada daerah yang dipengaruhi oleh glasiasi Plistosen.
Konsep bentanglahan dengan iklim yang beragam dapat dimasukan sebagai konsep bentanglahan
yang rumit, karena berkembang dibawah kondisi iklim yang beragam sebagai faktor yang
mempengaruhi proses geomorfologi dan sangat berhubungan dengan kondisi iklim kala Plistosen.
Munculnya bentanglahan masa lampau yang telah ditutupi oleh batuan beku atau batuan sedimen
karena batuan penutup tersebut terkikis, seperti saluran - saluran pada masa praglasial yang
muncul dan hanya sebagain kecil menjadi ciri lokal. Konsep 7 : Topografi bumi yang paling
menonjol adalah topografi yang lebih muda dari kala Plistosen. Ciri - ciri topografi tua jarang
ditemukan, kecuali berupa bentuklahan tua yang tersingkap kepermukaan akibat dari gradasional.
Sebagian besar topografi sekarang lebih muda dari kala Plistosen. Ashley (1931) percaya
bahwa
pahatan rupa bumi seperti gunung, lembah, pantai, danau, sungai, air terjun dan tebing berumur
lebih muda dari Miosen, serta terbentuk sejak munculnya manusia dan sebagian kecil muka bumi
sekarang memiliki hubungan yang jelas dengan permukaan bumi pra Miosen. Diperkirakan pula
bahwa permukaan bumi 90 % terbentuk setelah Tersier dan mungkin 99 % terbentuk setelah Miosen
Tengah. Secara umum struktur geologi lebih tua dari pada ciri - ciri topografi yang terbentuk di
atasnya, kecuali yang ditemukan pada daerah diatropisma Plistosen Awal dan Resen. Pegunungan
Himalaya pertama terlipat pada kala Kapur, kemudian kala Eosen dan Miosen, tetatpi lereng
sekarang terbentuk pada kala Plistosen dan air terjun yang terbentuk saat ini lebih muda dari relif
rinci yang berumur Plistosen dan Resen. Konsep 8 : Pemahaman terhadap bentanglahan sekarang
diperlukan pemahaman kondisi geologi dan iklim pada kala Plistosen. Pemahaman topografi rupa
bumi adalah untuk mengenal perubahan kondisi geologi dan kondisi iklim kala Plistosen yang
mempengaruhi topografi sekarang. Glasiasi sangat berpengaruh baik secara langsung atau tidak
langsung, Material - material hasil pengikisan galsial dan tiupan angin menyebar luas sampai ke
daerah yang tidak mengalami glasiasi. Daerah - daerah yang terletak pada lintang menengah, faktor
iklim sangat berpengaruh, sehingga daerah sekarang beriklim arid atau semi arid pada zaman glasial
beriklim basah. Kurang lebih 100 cekungan di pedalaman Amerika Serikat bagian Barat yang saat ini
berbentuk danau dengan iklim arid dan semi arid menunjukkan sistem fluvial yang sama dengan di
Asia, Afrika, Australia dan Amerika Utara, sehingga dapat disimpulkan bahwa glasial sangat
mempengaruhi iklim dunia. Daerah - daerah yang sekarang beriklim sedang, selama zaman glasial
pernah beriklim seperti di sub arktik Amerika Utara dan Eurasia yang dicerminkan oleh tanah yang
membeku secara permanen dan biasa disebut sebagai permafrost. Rejim aliran yang dipengaruhi
oleh perubahan iklim ditandai dengan perselingan antara agradasi (pengendapan) dan gradasi (pe ngikisan). Perubahan muka air laut memiliki pengaruh terhadap topografi, karena pembekuan
samudera menyebabkan penurunan muka air laut dan kembali normal pada zaman interglasial.
Pencairan es terhadap lautan sangat berpengaruh terhadap pembentukkan koral. Hasil pengikisan
akibat pencairan es atau endapan glasial yang tertiup angin membentuk gumuk pasir (sand dunes)
atau bercampur dengan lanau atau lempung disebut sebagai loess. Glasiasi sangat berpengaruh
terhadap pembentukkan danau, seperti Great Lakes merupakan sistem aliran yang dipengaruhi oleh
glasial terbesar di dunia. Glasiasi kala Plistosen merupakan peristiwa yang paling besar walaupun
diatropisma yang berkembang sejak Pliosen, Plistosen sampai Resen masih berperan sebagai faktor
pe ngaruh pembentukkan bentanglahan. Konsep 9 : Pengenalan iklim sangat penting untuk

dapat memahami dengan baik perbedaan proses geomorfologi yang berlangsung. Faktor iklim,
khususnya temperatur dan penguapan sangat berpengaruh terhadap proses geomorfologi.
Perubahan iklim dapat berpengaruh secara langsung atau tidak langsung, sebagai contoh iklim yang
berpengaruh tidak langsung terhadap proses geomorfologi adalah sebaran, kerapatan dan jenis
vegetasi, sedangkan pengaruh langsung antara lain curah hujan, pe - nguapan dan perubahan
temperaturan harian. Konsep 10 : Geomorfologi menekankan kondisi sekarang bermanfaat untuk
mengungkap sejarah perkembangan bumi. Geomorfologi cenderung menekankan asal - usul (proses)
bentanglahan saat ini dan masa lalu selaras dengan waktu geologi. Akhli geomorfologi selalu
melakukan pendekatan dengan menggunakan hukum uniformitarianisme. Paleogeomorfologi
bentuklahan merupakan sejarah alam geomorfologi yang diperkenalkan oleh Bryan (1940) dan
menjelaskan bahwa bentuklahan merupakan hasil dari suatu proses, sehingga tidak ada alasan
untuk memisahkan antara studi bentanglahan dengan geologi dinamik. Perbedaan antara
bentuklahan dengan geologi dinamik yang paling jelas adalah proses terjadinya bentuklahan atau
sisa - sisa bentuklahan yang relatif muda. BAB 2 SISTEM PENELITAN DAN PEMETAAN GEOMORFOLOGI
Sistem penelitian dan pemetaan geomorfologi telah banyak dikembangkanm selaras dengan tujuan
penelitian yang dilakukannya, tetapi masih banyak terjadi kerancuan, khususnya pemahaman
geomorfologi untuk tujuan pemetaan geologi. Salah satu sistem yang telah banyak dimanfaatkan
untuk berbagai tujuan yaitu sistem yang dikembangkan oleh International Institute for Aerial survey
and Earth Sciences (ITC), Belanda. Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975)
telah mengembangkan sistem penelitian geomorfologi berdasarkan pengalamannya di seluruh
dunia, khususnya di wilayah tropis (Indonesia dan Amerika Latin), selanjutnya disebut dengan
sistem pembuatan peta geomorfologi untuk berbagai macam tujuan. Metode ITC dapat digunakan
untuk tujuan pemetaan geologi, karena memasukkan beberapa aspek geomorfologi disertai dengan
legenda yang sederhana dan jelas, sehingga menjadi suatu sistem pemetaan geomorfologi yang
memiliki karakteristik yang jelas. Unsur - unsur yang perlu diperhatikan didalam menyusun sistem
gemorfologi adalah sebagai berikut : 1. Sistem dapat digunakan untuk setiap daerah dan lentur
(fleksibel), artinya legenda pada peta harus dapat dijadikan simbol untuk suatu keputusan obyek
penelitian. 2. Sistem dapat digunakan untuk pemetaan dengan berbagai macam skala, sehingga isi
peta diselaraskan dengan skala secara konseptual dan grafis. 3. Sistem harus memberi penekanan
terhadap unsur - unsur bentuklahan, sehingga sistem mampu dijadikan landasan penelitian
geomorfologi analitik dan geomorfologi sintetik. 4. Sistem harus menghasilkan peta - peta yang
sederhana, sehingga dapat menekan biaya pembuatan peta. 2.1 Pemahaman peta dan manfaat peta
Peta adalah gambaran dari rupa bumi yang mencerminkan keadaan suatu daerah atau lokasi,
sehingga peta dapat disebut sebagai petunjuk atau pemberi informasi rupa bumi dan lokasi suatu
daerah. Beberapa jenis peta sebagai petunjuk dan pemberi informasi antara lain : peta informasi,
peta dasar (base map) dan peta bertema (thematic map). 2.1.1 Peta informasi Peta informasi
merupakan peta yang dapat digunakan oleh berbagai pihak, dengan tujuan agar pengguna peta
dapat mencapai tujuannya tanpa harus tersesat. Biasanya peta informasi memiliki kandungan yang
sangat sederhana, sesuai dengan fungsi peta tersebut yaitu sebagai petunjuk dan pemberi
informasi. Contoh - contoh peta informasi antara lain peta pariwisata, peta sekolah (atlas) dan peta
topografi. Peta pariwisat mengandung informasi - informasi tentang letak, jarak atau ciri khas
tujuan wisata, sedangkan peta sekolah (atlas) memberi petunjuk tentang daerah propinsi atau
kabupaten, ibu kota propinsi atau kabupaten, sungai - sungai yang terkenal dan gunung - gunung
yang terkenal. Peta topografi memilki kandungan informasi dan petunjuk daerah, lokasi, sungai,
gunung, titik ketinggian dan garis ketinggian (kontur) yang dapat mencerminkan kondisi lereng
dengan melihat kerapatan kontur pada peta. Biasanya peta topografi dijadikan peta kerangka untuk
menyusun peta dasar atau peta bertema (thematic map) yang dapat memberikan informasi tentang
hubungan antara elemen - elemen pokok dan satuan geomorfologi. 2.1.2 Peta dasar (base map)
Peta dasar adalah suatu gambaran dari berbagai komponen yang terpilih didalam suatu daerah
pemetaan. Komponen - komponen tersebut harus memiliki hubungan dengan topografi, sehingga
jika komponen - komponen tersebut tidak memiliki hubungan, maka menjadi tidak bermanfaat dan
informasi yang dipetakan tersebut menjadi tidak berguna karena tidak dapat dilokalisasi (diplot)

dan dievaluasi terhadap kondisi - kondisi yang diharapkan dan akhirnya hanya digunakan sebagai
dasar perbandingan pada suatu daerah saja. Informasi dan peta topografi yang terbaru merupakan
kebutuhan yang mutlak, karena kesalahan biasanya terjadi karena penggunaan material dasar (peta
topografi atau foto udara) yang lama dan tidak teliti. Jika informasi dari peta topografi atau foto
udara dapat diandalkan, maka kandungan pokok pada peta tujuan akan sangat bermanfaat.
Informasi pada peta topografi atau foto udara yang berhubungan langsung dengan unsur - unsur
geografi, seperti batas administratif daerah, nama kampung, jalan dan sebagainya sangat
bermanfaat untuk menentukan lokasi penelitian. Penentuan lokasi yang baik dan tepat merupakan
unsur utama didalam menyusun peta dasar yang baik, misalnya : - Posisi titik kontrol geodetik Posisi konstruksi (bangunan, jalan raya, rel KA atau saluran) - Posisi danau dan sungai - Rincian
topografi (batasan topografi, seperti tebing, lembah, bukit- bukit kecil, punggungan dan
sebagainya). - Faktor - faktor yang sering berubah, seperti : Kondisi hidrografi Batas pemukiman
Batas wilayah kehutanan/ pertanian/perkebunan. Nama - nama daerah. Batas sungai dan pantai.
Unsur - unsur penting menyusun peta dasar untuk kepentingan geomorfologi atau geologi antara
lain : 1. Keselarasan unsur - unsur peta dasar dengan materi pokok. 2. Memilih unsur - unsur peta
yang mudah dimengerti. 3. Memilih unsur - unsur peta secara umum seperti garis atau titik
dan
tampilan peta yang akan dijadikan acuan. 4. Membatasi unsur - unsur peta dasar sampai batas
minimum, tergantung pada tingkat kesulitan dari unsur pokok. Maksud penyusunan peta dasar
sebelum melaksanakan kegiatan tertentu merupakan langkah persiapan sebelum kegiatan
dilaksanakan, sehingga peta dasar merupakan peta rencana kegiatan yang telah tersusun untuk
memudahkan kegiatan yang akan dilakukan dan menghemat biaya. Biasanya yang digunakan sebagai
peta dasar untuk suatu kegiatan adalah peta topografi yang sebenarnya hanya memberikan
informasi secara umum, seperti titik ketinggian, garis ketinggian (kontur), nama sungai dan nama
daerah, sehingga memerlukan analisis agar dapat dijadikan peta dasar. Sebagai contoh kerapatan
garis kontur mencerminkan lereng yang terjal, maka dugaan sementara terhadap lereng yang curam
tersebut dapat berupa sesar (patahan) atau terdapat perbedaan kekerasan batuan atau pola
punggungan yang memanjang dapat diduga sebagai perlipatan. Analisis terhadap peta topografi
tersebut sangat bermanfaat untuk kegiatan penelitian geologi, geologi teknik, pengembangan
wilayah atau penggunaan lahan, sehingga pada saat kegiatan penelitian di lapangan akan lebih
terarah kepada hasil analisis peta topografi tersebut. 2.1.3 Peta bertema ( thematic map) Peta
bertema adalah peta yang mengandung informasi - informasi tujuan tertentu untuk maksud
tertentu yang dibutuhkan oleh pemakai tertentu pula. Kandungan informasi tersebut merupakan
hasil dari suatu kegiatan penelitian tertentu dengan harapan pemakai peta dapat mengambil
keputusan dan kesimpulan terhadap kegiatan penelitian yang dilakukannya. Sebagai contoh peta
geologi memberikan informasi tentang sebaran batuan secara lateral dengan batas - batas yang
jelas, struktur geologi, posisi temuan fosil, bahan galian atau aspek - aspek geologi lainnya.
Penggunaan peta geologi yang telah tersusun dengan baik dapat dibaca oleh pengguna yang
berhubungan dengan informasi - informasi geologi sebagai landasan kerja yang sedang ditekuninya,
misalnya eksplorasi minyak bumi, geologi teknik, pengembangan wilayah dan tataruang. 2.2
Pemahaman peta geomorfologi Peta geomorfologi telah banyak dibuat oleh berbagai lembaga di
dunia dan memiliki perbedaan terhadap tinjauan aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan
pada peta geomorfologi, sehingga aspek - aspek geomorfologi yang digambarkan pada peta
menggunakan simbol - simbol warna dan pola hitam putih disertai arsiran, tergantung pada
kepentingan pembuatan peta didalam menetapkan aspek - aspek geomorfologi yang dipetakan.
Secara garis besar peta geomorfologi dapat dibedakan menjadi tiga jenis peta, yaitu : a. Peta
geomorfologi analitik. b. Peta geomorfologi sintetik. c. Petaa geomorfologi pragmatik. 2.2.1 Peta
geomorfologi analitik Secara garis besar kandungan informasi dari peta geomorfologi analitik
cenderung memberikan informasi aspek - aspek geomorfologi di suatu daerah yang cukup luas,
sehingga sifat peta geomorfologi analitik bersifat peta tinjau (reconnissance) dengan skala peta 1 :
50.000 sampai 1 : 500.000. Pada peta geomorfologi analitik tercermin satuan geomorfologi yang
sangat luas dan belum memberikan informasi yang rinci, namun sudah dapat dimanfaatkan sebagai
dasar (landasan) penelitian lebih lanjut. Analisis bentanglahan yang sangat luas dan komponen -

komponen geomorfologi yang besar merupakan ciri dari peta geomorfologi analitik. Misalnya
bentanglahan (landscape) atau mintakat (zone) Bandung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen
(1949) terdiri dari sistem lahan (land system) rangkaian gunungapi (volcanous) dan sistem lahan
( land system) struktural, sehingga memerlukan penguraian yang lebih rinci. Peta geomorfologi
analitik sangat berperan untuk digunakan sebagai bahan analisis yang bersifat regional dalam
ukuran propinsi, pulau atau negara. Simbol warna digunakan untuk aspek geomorfologi yang jelas
dan memiliki arti penting di dalam peta tersebut, seperti aspek morfogenetik didalam pemetaan
geomorfologi, sehingga aspek tersebut disimbolkan dengan warna. Menurut Verstappen dan Van
Zuidam (1968 dan 1975) bahwa proses endogen dan eksogen masa lalu dan sekarang merupakan
faktor - faktor perkembangan yang paling menonjol dari suatu bentanglahan, sehingga harus
digambarkan dengan jelas dan digunakan simbol warna. Warna - warna tertentu yang
direkomendasikan untuk dijadikan simbol satuan geomorfologi berdasarkan aspek genetik adalah
sebagai berikut : KELAS GENETIK SIMBOL WARNA Bentuklahan asal struktural Ungu / violet
Bentuklahan asal gunungapi Merah Bentuklahan asal denudasional Coklat Bentuklahan asal laut
(marine) Hijau Bentuklahan asal sungai (fluvial) Biru tua Bentuklahan asal glasial (es) Biru muda
Bentuklahan asal aeolian (angin) Kuning Bentuklahan asal karst (gamping) Jingga (orange)
Morfografi dan morfometri yang tercermin pada peta topografi dinyatakan oleh lambang garis atau
huruf yang telah baku dan dicetak de - ngan warna hitam atau abu - abu berupa bayangan.
Lithologi digambarkan dalam bentuk simbo; gambar lithologi dengan warna bayangan abu - abu,
sehingga informasi morfografi, morfometri dan lithologi (batuan) tampak pada peta dengan warna
yang tidak menonjol. Pemilihan warna yang tepat dapat memberikan informasi yang lebih banyak
dengan tidak mengabaikan simbol warna yang digunakan oleh satuan bentuklahan pada suatu
daerah berdasarkan morfogenetik. Morfokhronologi menggunakan simbol huruf atau angka dengan
menggunakan warna hitam, tetapi simbol untuk morfokhronologi dapat dihilangkan. Verstappen
(1970) menyebutkan bahwa penggunaan simbol untuk morfokhronologi tidak perlu menggunakan
simbol garis, karena biaya untuk pembuatan peta akan menjadi mahal dan umur bentuklahan harus
diketahui dengan benar. Morfometri yang penting dari ciri roman muka bumi dapat ditampilkan
dengan simbol garis hitam, sedangkan simbol garis berwarna dianjurkan untuk penggambaran
simbol morfodinamik (proses aktif), misalnya simbol garis berwarna merah untuk proses erosi dan
warna biru untuk banjir atau sedimentasi. Tabel 1. Aspek utama peta geomorfologi analitik ASPEK
UTAMA KRITERIA PEMETAAN Bentuk permukaan 1. Morfografi Aspek yang digambarkan dari
morfologi suatu daerah, seperti dataran, perbukitan atau pegunungan. 2. Morfometri Nilai aspek
geomorfologi daerah, seperti kemiringan lereng, titik ketinggian, panjang lereng dan kekasaran
relief. 3. Morfogenesis (asal - usul bentuklahan dan proses terjadinya bentuklahan). 3.1.
Morfostruktur pasif. Lithologi / jenis batuan dan struktur batuan dihubungkan dengan proses
pengikisan, seperti cuesta, hogback dan kubah. 3.2. Morfostruktur aktif. Aktivitas proses endogen
seperti vulaknisma, patahan dan lipatan, seperti gunungapi, pegunungan antiklin, lereng patahan.
3.3. Morfodinamik Proses eksogen yang berhubungan dengan gerakan angin, air atau es, seperti
gumuk pasir, dataran fluvial, sedimentasi atau gurun. 4. Morfokhronologi (nisbi dan absolut). Waktu
proses terjadinya suatu bentuklahan, misalnya " Villafranchian" untuk umur glasial tua dan
"Monasterian" untuk dataran pantai muda. 5.Morfo aransemen Hubungan antara perubahan
bentuklahan dengan proses yang sedang berlangsung.
Sumber : Van Zuidam (1985) 2.2.2 Peta
geomorfologi sintetik Kandungan peta geomorfologi sintetik cenderung memberikan informasi
geomorfologi yang bersifat semi rinci (semi detail) dan mulai mengarah pada suatu tujuan tertentu.
Skala peta geomorfologi sintetik yang digunakan adalah 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000, sehingga
informasi geomorfologi semi rinci dapat ditampilkan di dalam peta geomorfologi sintetik, misalnya
unsur - unsur morfografi, morfogenetik, morfometri dan material penyusun. Pada peta geomorfologi
sintetik pengelompokkan lahan dibagi menjadi 4 tingkat yang mencerminkan bagian - bagian lahan
semi rinci dari suatu bentangan lahan dari tingkat yang paling kecil sampai tingkat yang paling
besar sebagai berikut : 1. Komponen lahan (land component) 2. Satuan lahan (land unit) 3.
Bentuklahan (landform) 4. Sistem lahan (land system) 5. Bentanglahan (landscape) Komponen
lahan, merupakan bagian terkecil dari suatu bentanglahan yang menekankan kesamaan kelompok

atau kelas lahan, membentuk satuan berdasarkan bentuk permukaan lahan sebagai kriteria
pengelompokkan. Satuan - satuan lahan yang dibentuk berdasarkan landasan komponen lahan
memiliki kesamaan bentuklahan, lithologi (material penyusun), tanah, vegetasi dan proses. Skala
peta yang digunakan untuk menampilkan komponen lahan adalah 1 : 100, biasanya digunakan untuk
kepentingan pekerjaan khusus seperti keteknikan atau manajemen. Satuan lahan, mengacu kepada
suatu komponen lahan atau sekumpulan komponen lahan yang homogen atau heterogen
berdasarkan ciri khusus suatu lahan atau komponen lahan. Tampilan dari satuan lahan
menggambarkan ciri eksternal dan internal dari suatu bentuklahan yang dibandingkan dengan
satuan lahan sekitarnya pada daerah yang sama. bentuk permukaan (relief), proses dan lithologi
merupakan dasar utama pengelompokkan satuan lahan. Skala peta yang digunakan untuk
menampilkan satuan lahan adalah 1:10.000 sampai 1 : 100.000, biasanya digunakan untuk
pekerjaan konsultan atau proyek pembangunan. Bentuklahan, mengacu kepada sekelompok satuan
lahan yang homogen atau heterogen dengan ciri satuan lahan atau susunan satuan lahan yang
khusus. Suatu bentuklahan menunjukkan ciri - ciri tampilan luar, seperti bentuk permukaan lahan
(morfografi), proses / asal - usul (morfogenetik), nilai dari bentuk permukaan / kemiringan lereng,
panjang lereng dan kerapatan pola pengaliran (morfometri) dan material penyusun (lithologi). Skala
peta yang digunakan untuk menampilkan bentuklahan adalah 1 : 10.000 sampai 1 : 100.000,
biasanya digunakan untuk kepentingan pekerjaan proyek pembangunan yang bersifat sangat luas.
Sistem lahan, mengacu kepada bentuklahan dan ciri - ciri perkembangan bentuk permukaan lahan
(relief) yang berhubungan berhubungan dengan aspek lingkungan, biasanya dibedakan berdasarkan
proses, batuan (lithologi) dan iklim. Suatu sistem lahan menggambarkan pengulangan kemiripan
pola bentuklahan yang memiliki kesamaan genetik dibandingkan dengan sistem lahan disekitarnya
pada suatu daerah yang sama. Skala yang cocok digunakan untuk menampilkan sistem lahan
biasanya lebih besar dari 1 : 250.000 dan digunakan untuk kepentingan peta tinjau suatu proyek
pembangunan. Bentanglahan, merupakan bagian terbesar dari kumpulan sistem lahan, bentuklahan,
satuan lahan dan komponen lahan, sehingga membentuk bentangan yang sangat luas dengan ciri
memiliki keseragaman relief dan lithologi secara umum. Skala peta yang digunakan untuk
menampilkan bentang lahan adalah 1 : 250.000 atau lebih kecil dan biasanya digunakan sebagai
peta tinjau untuk identifikasi suatu kelayakkan lokasi yang akan digunakan suatu proyek atau
dijadikan pemandu perencanaan pembangunan.
Sebagai contoh bentanglahan (landscape) atau
mintakat (zone) Ban - dung berdasarkan fisiografi Van Bemmelen (1949) terdiri dari sistem lahan
rangkaian gunungapi di bagian Utara, dan diuraikan menjadi bentuklahan Gunungapi Tangkuban
Perahu dan bentuklahan Gunungapi Tampomas, selanjutnya bentuklahan gunungapi diuraikan
menjadi satuan - satuan lahan (land units) , yaitu puncak gunungapi, lereng atas gunungapi, lereng
tengah gunungapai dan lereng kaki gunungapi. Tampilan aspek - aspek geomorfologi tersebut sangat
erat hubungannya dengan kondisi geologi, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pemetaan geologi, sehingga peta geomorfologi sintetik dapat dijadikan sebagai peta dasar didalam
pemetaan geologi. 2.2.3 Peta geomorfologi pragmatik Kandungan peta geomorfologi pragmatik
cenderung menampilkan informasi geomorfologi yang bersifat khusus dan rinci (detail) karena peta
geomorfologi pragmatik merupakan peta untuk tujuan tertentu dan khusus. Skala peta geomorfologi
pragmatik adalah 1 : 25.000 sampai 1 : 5.000, sehingga unsur lahan (land element) dari aspek aspek geomorfologi yang bersifat rinci, seperti alur erosi, arah arus sungai / pantai, arah ombak,
arah sedimentasi, arah lelehan lava gunungapi, dapat tercermin pada peta geomorfologi pragmatik.
Peta geomorfologi pragmatik biasanya dimanfaatkan untuk kepen - tingan suatu kegiatan yang
bersifat rinci (detai), seperti kegiatan penelitian teknik, lingkungan, kebencanaan, hidrologi, dan
kesesuaian lahan, sehingga penamaan peta lebih cenderung mencerminkan maksud dan tujuan
pemetaan yang bersifat khusus, seperti peta morfokonservasi (lingkungan), peta morfohidrologi
(hidrologi), peta morfostruktur (struktur geologi), peta bahaya gunungapai, dan peta kesesuaian
lahan (land suitability map). Contoh peta geomorfologi pragmatik antara lain peta morfokonservasi
dan peta hidrogeomorfologi. Peta morfokonservasi, menggambarkan klasifikasi lereng, yaitu
kemiringan lereng dan kestabilan lereng. Kemiringan lereng terutama untuk menghitung dan
mengetahui tingkat erosi yang berlangsung serta kemungkinan gerakan tanah yang akan terjadi

pada lereng tersebut. Verstappen dan Van Zuidam (1968 dan 1975) membagi kemiringan lereng
menjadi 6 kelas lereng, yaitu : (1) kelas 00 - 20, (2) kelas 20 - 50, (3) kelas 50 - 150,
(4)
kelas 150 - 300, (5) kelas 300 - 550 dan (6) kelas diatas 550. Tabel 2 menunjukkan berbagai kelas
lereng, proses yang menjadi ciri lahan, kondisi lahan dan simbol warna untuk lahan yang
disarankan. Kelas lereng yang menunjukkan kesamaan lahan kritis disertai dengan proses - proses
pada lereng tertentu yang menonjol. Kegiatan konservasi tertentu dapat juga dilakukan terhadap
satuan bentuklahan tertentu yang memiliki proses yang menonjol atau nilai kelas konservasi. Jika
batas satuan bentuklahan digambar dengan garis tebal, maka nama singkatan dari bentuklahan
perlu dicantumkan dengan huruf kapital. Simbol - simbol lain yang digambar denga garis hitam
dapat diberikan untuk proses geomorfologi yang sudah tidak aktif tapi masih baru, garis merah
untuk erosi yang aktif dan biru gelap untuk gerakan tanah yang aktif. Vegetasi alami, semi alami
dan pertanian sangat mempengaruhi proses erosi dan gerakan tanah, sehingga simbol - simbol
vegetasi digambar dengan warna hijau. Sama dengan peta analitik, garis kontur dan lithologi
(batuan) digambar dengan warna abu - abu sebagai bayangan. Peta Hidrogeomorfologi,
menggunakan simbol warna untuk membedakan satuan hidrogeomorfologi yang sama dengan simbol
- simbol yang biasa digunakan didalam kajian hidrologi. Batasan satuan hidrogeomorfologi
didasarkan pada kemiringan lereng, tutupan vegetasi, permeabilitas daerah, potensi air tanah, dan
kedalaman air tanah. Pada tabel 3 ditunjukkan bobot nilai lahan yang digunakan untuk
membedakan empat kelas hidrogeomorfologi, yaitu air tanah dalam, kualitas aliran air permukaan,
mata air dan gerakan material yang diberi simbol de - ngan garis arsir, simbol gambar, angka dan
huruf dengan warna yang berbeda. Seperti pada peta morfokonservasi yaitu tutupan vegetasi alami,
perkebunan dan pertanian diberi simbol warna hijau, sedangkan informasi topografi dan lithologi
yang penting digambar dengan simbol garis abi - abu atau coklat. Tabel 2. Hubungan kelas lereng
dengan sifat - sifat proses dan
kondisi lahan disertai simbol warna yang disarankan.
(sumber : Van Zuidam, 1985). Kelas Lereng Proses, Karakteristik dan Kondisi lahan Simbol
warna yang disarankan. 00 - 20 (0 - 2 %) Datar atau hampi datar, tidak ada erosi yang besar, dapat
diolah dengan mudah dalam kondisi kering. Hijau tua 20 - 40 (2 - 7 %) Lahan memiliki kemiringan
lereng landai, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, pengikisan dan erosi akan
meninggalkan bekas yang sangat dalam. Hijau Muda 40 - 80 (7 - 15 %) Lahan memiliki kemiringan
lereng landai sampai curam, bila terjadi longsor bergerak dengan kecepatan rendah, sangat rawan
terhadap erosi. Kuning Muda 80 - 160 (15 - 30 %) Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam,
rawan terhadap bahaya longsor, erosi permukaan dan erosi alur. Kuning Tua 160 - 350 (30 - 70 %)
Lahan memiliki kemiringan lereng yang curam sampai terjal, sering terjadi erosi dan gerakan tanah
dengan kecepatan yang perlahan - lahan. Daerah rawan erosi dan longsor Merah Muda 350 - 550 (70
- 140 %) Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, sering ditemukan singkapan batuan, rawan
terhadap erosi. Merah Tua > 550 ( > 140% ) Lahan memiliki kemiringan lereng yang terjal, singkapan
batuan muncul di permukaan, rawan tergadap longsor batuan. Ungu Tua Tabel 3. Sifat - sifat daerah
aliran sungai untuk memperkirakan
kemungkinan limpasan air permukaan dengan metode
Cook (Sumber : Van Zuidam, 1985). (100) Sangat Tinggi (75) Tinggi (50) Normal (25)
Rendah Relief (25) Curam,kemiri- ngan lereng le- bih dari 30 %. (20) Berbukit,kemi-ringan lereng 15
- 30% (12) Bergelombang kemiringan le - reng 7 - 15 % (5) Datar, kemi- ringan lereng 0 - 7 % Batuan
(15) Endapan ber- butir halus dan dan betuan ke- ras. (10) Endapan ber- butir sedang dan batuan
mudah lapuk (8) Endapan ber- butir sedang, batuan lapuk dan memiliki rekahan (5) Endapan berbutir sedang sampai kasar, rekahan tam- pak jelas Daya serap (infiltrasi) tanah. (20) Lapisan tanah
penutup tidak efektif,lapisan tanah tipis, se- hingga kapasi- tas resap tanah sangat rendah. (15)
Daya serap tanah lambat Lempung atau tanah memi - liki kapasitas daya serap rendah. (10) Daya
serap normal, kete- balan geluh dengan ke - mampuan da- ya serap baik. (5) Daya serap tinggi,
kete- balan pasir atau tanah mampu me - nyerap de- ngan cepat Tutupan vegetasi (20) Tutupan
tanam- an tidak efektif, jarang atau gun- dul. (15) Jarang sam - pai sedang, tidak ada tu- tupan
alami, kurang dari 10 % aliran dibawah tu - tupan baik. (10) Jarang sam - pai baik, 50 % daerah
aliran tertutup rum- put dan ta - naman kayu. (5) Baik sampai sempurna, hampir 90 % daerah aliran
tertutup rum- put dan ta - naman kayu. Daya tam- pung per - mukaan. (20) Tidak ada, tam- pak

cekungan dangkal, daerah aliran curam dan sempit, tidak ada kolam atau rawa. (15) Daya tam pung kecil, Pemboran di- perlukan, da- erah aliran ke- cil, tidak ada kolam atau rawa. (10) Daya
tampung normal, depre- si cekungan permukaan, danau, kolam dan rawa, ku- rang dari 2 % daerah
aliran (5) Daya tam - pung tinggi, berbentuk ce- kungan, tidak tampak jelas daerah aliran. Dikutip
dari : Engineering Handbook for Farm Planners
Upper Mississippi Valley Region III
United States
Soil Conservation Services, 1953. BAB 3 UNSUR - UNSUR PEMETAAN
GEOMORFOLOGI Konsep pemetaan geomorfologi yang dikemukakan di bawah ini me - ngacu kepada
sistem yang dikembangkan oleh oleh Verstappen (1967,1968) dan Van Zuidam (1968, 1975) yang
dilandasi pengalaman di wilayah tropis seperti di Indonesia dan Amerika Latin. Sistem pemetaan
geomorfologi harus memenuhi kriteria unsur - unsur geomorfologi, seperti gambaran bentuk
(morfografi), asal - usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik), penilaian kuantitatif bentuk
(morfometri) dan material penyusun. 3.1 Morfografi Morfografi secara garis besar memiliki arti
gambaran bentuk permukaan bumi atau arsitektur permukaan bumi. Secara garis besar morfografi
dapat dibedakan menjadi bentuklahan perbukitan/punggungan, pegunungan, atau gunungapi,
lembah dan dataran. Beberapa pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi
adalah pola punggungan, pola pe ngaliran dan bentuk lereng. 3.1.1 Bentuklahan dataran
Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng 0% sampai 2%, biasanya
digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin (laut), fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial
(delta) dan plato.
Bentuklahan asal marin (marine landforms origin) terdiri dari : Bentuklahan dataran pesisir (coastal plain landforms) - Bentuklahan dataran pesisir aluvial (alluvial
coastal plain landforms) - Bentuklahan beting gisik (beach ridge landforms) - Bentuklahan lembah
gisik (beach swale landforms) - Bentuklahan dataran pantai (beach)
Bentuklahan asal fluvial
(fluvial landforms origin) terdiri dari : - Bentuklahan dataran banjir (flood plain landforms) Bentuklahan tanggul alam (natural levee landforms) - Bentuklahan undak sungai (teracce
landforms)
Bentuklahan asal campuran (delta), terdiri dari : - Bentuklahan delta kaki burung
(birdfoot delta) - Bentuklahan delta membulat (lobate delta0 - Bentuklahan delta memanjang
(cuspate delta) - Bentuklahan delta kuala (estuarine delta0
Bentuklahan plato. Aspek - aspek
geologi yang dapat tercermin dari morfografi dataran asal marin dan fluvial adalah : a. Dataran
marin : disusun oleh material berbutir halus sampai sedang
yaitu pasir yang
terpilah baik dan kemasan terbuka
karena lebih banyak dipengaruhi oleh
hempasan
ombak, bercampur dengan lempung dan lanau. b. Dataran fluvial :
disusun oleh material berbutir halus seperti lem pung dan lanau sampai
bongkah - bongkah. Material penyusun dataran fluvial biasa disebut endap an aluvium dan jika telah termampatkan disebut
konglomerat. c. Dataran delta : disusun oleh material - material pasir berbutir halus
sampai sedang, lempung, dan lanau, disertai de ngan sisa sisa tumbuhan atau endapan batubara. d. Dataran plato : disusun oleh material - material
gunungapi, sepert
breksi dan tuf. 3.1.2 Bentuklahan perbukitan / pegunungan
Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian antara 50 meter sampai 500 meter di
atas permukaan laut dan memiliki kemiringan lereng antara 7 % sampai 20 %, sedangkan
bentuklahan pegunungan (mountaineous landforms) memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan
kemiringan lereng lebih dari 20 %. Sebutan perbukitan digunakan terhadap bentuklahan kubah
intrusi (dome landforms of intrusion), bukit rempah gunungapi / gumuk tefra, koral (karst) dan
perbukitan yang dikontrol oleh struktural. Sebutan pegunungan digunakan terhadap rangkaian
bentuklahan yang memiliki ketinggian lebih dari 500 meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %,
biasanya merupakan satu rangkaian dengan bentuklahan gu - nungapi atau akibat kegiatan
tektonik yang cukup kuat, seperti pegunungan Himalaya (di India), pegunungan Alpen (di Eropa) dan
Pegunungan Selatan (di Jawa Barat). Aspek - aspek geologi yang berhubungan dengan bentuklahan
perbukitan dan pegunungan tersebut antara lain : a. Perbukitan kubah intrusi, disusun oleh material
batuan beku intrusi
yang memiliki ciri khas membentuk pola aliran sentripetal, soliter
(terpisah), biasanya terbentuk pada daerah yang dipengaruhi oleh
sesar dan tersebar tidak
beraturan. b. Bentuklahan perbukitan rempah gunungapi (gumuk tefra) disusun oleh material -

material hasil erupsi gunungapi yang berbutir halus sampai bbongkah dengan ciri khas tidak jauh
dari gunungapi se - bagai sumber material. Gumuk tefra terbentuk karena kegiatan erupsi
gunungapai. c. Bentuklahan perbukitan karst (gamping) disusun oleh material sisa kehidupan
binatang laut (koral), bersifat karbonatan. Ciri khas perbukitan karst membentuk perbukitan yang
berkelompok, membentuk pola pengaliran multi basinal (tiba - tiba menghilang), terdapat gua - gua
dengan stalagtit dan talagmit. Daerah perbukitan karst mencerminkan jejak lingkungan laut
dangkal (25 meter sampai 50 meter), sehingga garis pantai lama tidak jauh dari kumpulan
perbukitan karst tersebut. Munculnya perbukitan karst disebabkan oleh suatu pengangkatan
(tektonik). d. Bentuklahan perbukitan yang memanjang mencerminkan suatu perbukitan yang
terlipat, sehingga dapat diperkirakan material penyusun berupa batuan sedimen, seperti batupasir,
batulempung dan batulanau atau perselingan batuan sedimen tersebut. Ciri khas bentuklahan
perbukitan terlipat memiliki pola pengaliran paralel atau rektangular yang berbeda arah, mengikuti
lereng sayap dari perbukitan tersebut, sedangkan puncak dari perbukitan bertindak sebagai batas
pemisah aliran (water devided). Bentuklahan perbukitan memanjang terbentuk akibat dari kegiatan
tektonik lemah (pengangkatan), sehingga membentuk perlipatan. Perbukitan yang berbelok atau
terpisah, kemungkinan diakibatkan oleh gerakan dari sesar geser. e. Bentuklahan pegunungan
terdapat pada suatu rangkaian gu-nungapi, seperti rangkaian gunungapi Tangkuban Parahu dengan
Tampomas terdapat rangkaian pegunungan Bukit Tunggul, Manglayang dan rangkaian pegunungan di
Utara Tanjungsari, kemudian menyambung dengan Gunungapi Tampomas. Selain rangkaian
pegunungan yang terdapat di sekitar gunungapi, terdapat pula rangkaian pegunungan yang
diakibatkan oleh tektonik, seperti rangkaian Pegunungan Selatan Jawa Barat yang membentang dari
Barat di Teluk Palabuan Ratu (Sukabumi) sampai ke Timur di Teluk Pangandaran (Ciamis). 3.1.3
Bentuklahan gunungapi (vulkanik) Bentuklahan gunungapi (vilkanik) memiliki ketinggian lebih dari
1000 meter di atas permukaan laut dan memiliki kemiring lereng yang curam (56 % sampai 140 %),
dengan ciri khas memiliki kawah, lubang kepundan dan kerucut kepundan. material yang dapat
ditemui pada bentuklahan vulkanik bagian puncak merupakan material halus sampai sedang (abu
vulkanik / tuf), pada lereng bagian tengah lelehan lava dan lahar serta pada bagian lereng bawah
berupa endapan rempah - rempah gunungapi (tefra). Terbentuknya gunungapi akibat kegiatan
magma yang mendorong dari perut bumi ke permukaan bumi secara sinambung (terus menerus)
dalam kurun waktu yang panjang, sehingga membentuk kerucut yang menjulang sampai ketinggian
tertentu, suatu saat mengalami erupsi yang cukup hebat mengakibatkan puncak kepundan menjadi
tumpul. Pada gunungapi muda puncak kepundan masih berbentuk kerucut dan erupsi masih terus
berlangsung. Contoh Gunungapi Merapi di Jawa Tengah - Yogyakarta. 3.1.4 Lembah Permukaan bumi
yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan membentuk lembah. Pada awalnya torehan (erosi)
limpasan air permukaan berupa erosi permukaan (sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil
erosion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) dan selanjutnya lembah sebagai penampung
aliran air menjadi sungai. Limpasan air permukaan yang masuk ke lembah selalu membawa muatan
sedimen hasil dari pengikisan air tersebut dan selanjutnya sungai membawa muatan sedimen untuk
di endapkan pada daerah (cekungan) tertentu menjadi suatu endapan (sedimen). Secara garis besar
jenis - jenis lembah dapat dibedakan menjadi : - Jenis lembah U tumpul - Jenis lembah U tajam Jenis lembah V tumpul - Jenis lembah V tajam. Jenis lembah U tumpul terjadi pada daerah - daerah
yang relatif datar, erosi yang berlangsung cenderung ke arah lateral (samping) dan erosi ke arah
vertikal (dasar sungai) relatif tidak berlangsung. Erosi ke arah vertikal terhenti, karena telah
mencapai batuan dasar sungai yang relatif keras dibandingkan dengan batuan yang berada di tepi
sungai. Jenis lembah U tajam terjadi pada daerah - daerah yang memiliki kemiringan lereng landai,
erosi lateral (ke samping) lebih besar dari pada erosi vertikal (ke arah dasar sungai), pengumpulan
(akumulasi) sedimen berlangsung dari lereng - lereng lembah. Jenis lembah V tumpul terjadi pada
daerah - daerah yang memiliki lereng landai sampai agak curam, erosi vertikal (ke arah dasar
sungai) berlangsung lebih kuat daripada erosi lateral (ke arah samping) yang disertai dengan erosi
dari bagian atas lereng lembah tersebut dan pengumpulan (akumulasi) endapan (sedimen) terjadi di
dasar lembah. Bentuk lembah V tumpul yang tidak simetris disebabkan oleh perbedaan jenis batuan
dan / atau struktur pada salah satu sisi lembah. Jenis lembah V tajam terjadi pada daerah

- daerah yang memiliki lereng curam, erosi vertikal (ke arah dasar sungai) sangat
kuat karena dipe - ngaruhi oleh tektonik. Kondisi batuan dan iklim sangat
berpengaruh terhadap pembentukkan jenis lembah V tajam. BENTUK SIMETRIS
BENTUK TAK SIMETRIS ENDAPAN FLUVIO -COLUVIA LEKUKAN DALAM
TERBUKA/ LEBAR
MENYEMPIT / CURAM
MENYEMPIT / CURAM
TERBUKA / LEBAR Gambar 1. Bentuk - bentuk lembah
(sumber : Van Zuidam, 1985) 3.1.5 Bentuk lereng Bentuk
lereng merupakan cerminan proses geomorfologi eksogen atau endogen yang
berkembang pada suatu daerah dan secara garis besar dapat dibedakan menjadi
: - Bentuk lereng cembung. - Bentuk lereng lurus - Bentuk lereng cekung Bentuk
lereng cembung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang disusun oleh
material - material batuan yang relatif keras atau sisa - sisa gawir sesar atau
bidan longsoran (mass wasting) yang telah tererosi pada bagian tepi atasnya.
Bentuk lereng lurus, biasanya terjadi pada daerah - daerah lereng vulkanik yang
disusun oleh material - material vulkanik halus atau bidang longsoran
(llandslide). Bentuk lereng cekung biasanya terjadi pada daerah - daerah yang
disusun oleh material - material batuan lunak atau bidang longsoran (slump).
3.1.6 Pola punggungan Pada peta topografi, foto udara atau citra satelit akan
tampak pola - pola punggungan yang berbentuk paralel (sejajar), berbelok atau
melingkar. Pola - pola punggungan tersebut mencerminkan dipengaruhi oleh
kekuatan (tenaga) yang mengakibatkan terbentuknya pola punggungan.
Kekuatan (tenaga) tersebut berasal dari dalam bumi yang dikenal sebagai
tenaga endogen, dapat berupa kegiatan pengangkatan atau pensesaran
(tektonik). Pola punggungan paralel dapat diinterpretasikan sebagai suatu
perbukitan yang terlipat, sedangkan pola punggungan berbelok, melingkar atau
terpisah dapat diinterpretasikan sebagai akibat dari suatu pensesaran. Pola pola punggungan yang terlipat menunjukkan kerapatan garis kontur yang jarang,
sedangkan jika pada salah satu sisi punggungan tersebut memiliki kerapatn garis
kontur yang cukup rapat diinterpretasikan telah terjadi sesar naik. 3.1.7 Pola
aliran Kegiatan erosi dan tektonik yang menghasilkan bentuk - bentuk lembah
agai tempat pengaliran air, selanjutnya akan membentuk pola - pola tertentu
yang disebut sebagai pola aliran. Pola aliran ini sangat berhubungan dengan
jenis batuan, struktur geologi kondisi erosi dan sejarah bentuk bumi. Sistem
pengaliran yang berkembang pada permukaan bumi secara regional dikontrol
oleh kemiringan lereng, jenis dan ketebalan lapisan batuan, struktur geologi,
jenis dan kerapatan vegetasi serta kondisi iklim. Pola pengaliran sangat mudah
dikenal dari peta topografi atau foto udara, terutama pada skala yang besar.
Percabangan - percabangan dab erosi yang kecil pada permukaan bumi akan
tampak dengan jelas, sedangkan pada skala menengah akan menunjukkan pola
yang menyeluruh sebagai cerminan jenis batuan, struktur geologi dan erosi. Pola
pengaliran pada batuan yang berlapis sangat tergantung pada jenis, sebaran,
ketebalan dan bidang perlapisan batuan serta geologi struktur seperti sesar,
kekar, arah dan bentuk perlipatan. Howard (1967) membedakan pola pengaliran
menjadi pola pengaliran dasar dan pola pengaliran modifikasi. Definisi pola
pengaliran yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pola pengaliran adalah

kumpulan dari suatu jaringan pengaliran di suatu daerah yang dipengaruhi atau
tidak dipengaruhi oleh curah hujan, alur pengaliran tetap pengali. Biasanya pola
pengaliran yang demikian disebut sebagai pola pengaliran permanen (tetap). 2.
Pola dasar adalah salah satu sifat yang terbaca dan dapat dipisahkan dari pola
dasar lainnya. 3. Perubahan (modifikasi) pola dasar adalah salah satu perbedaan
yang dibuat dari pola dasar setempat. Hubungan pola dasar dan pola perubahan
(modifikasi) dengan jenis batuan dan struktur geologi sangat erat, tetapi tidak
menutup kemungkinan dapat ditambah atau dikurangi.Van der Weg (1968)
membuat klasifikasi pola pengaliran menjadi pola erosional, pola pengendapan
dan pola khusus. Pola dendritik (sub dendritik), radial, angular (sub angular),
tralis dan rektangular termasuk pola erosional, sedangkan pola - pola lurus
(elongate) , menga nyam ( braided), berkelok (meandering), yazoo,
rektikular dan pola dikhotomik termasuk pola pengendapan. Klasifikasi pola
khusus dibagi menjadi pola pe-ngaliran internal seperti pola "sinkhole" pada
bentuklahan karst (gamping) dan pola "palimpset" atau "berbed" untuk daerah
yang dianggap khusus. Tabel 3. Pola pengaliran dan karakteristiknya (van
Zuidam, 1985) POLA PENGALIRAN DASAR KARAKTERISTIK DENDRITIK Perlapisan
batuan sedimen relatif datar atau paket batuan kristalin yang tidak seragam dan memiliki
ketahanan terhadap pelapukan. Secara regional daerah aliran memiliki kemiringan
landai, jenis pola pengaliran membentuk percabangan menyebar seperti pohon
rindang. PARALEL Pada umumnya menunjukkan daerah yang berlereng sedang
sampai agak curam dan dapat ditemukan pula pada daerah bentuklahan
perbukitan yang memanjang. Sering terjadi pola peralihan antara pola dendritik
dengan pola paralel atau tralis. Bentuklahan perbukitan yang memanjang
dengan pola pengaliran paralel mencerminkan perbukitan tersebut dipengaruhi
oleh perlipatan. TRALLIS Baruan sedimen yang memiliki kemiringan perlapisan
(dip) atau terlipat, batuan vulkanik atau batuan metasedimen derajat rendah
dengan perbedaan pelapukan yang jelas. Jenis pola pengaliran biasanya
berhadapan pada sisi sepanjang aliran subsekuen. REKTANGULAR Kekar dan /
atau sesar yang memiliki sudut kemiringan, tidak memiliki perulangan lapisan
batuan dan sering memperlihatkan pola pengaliran yang tidak menerus. RADIAL
Daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan sisa - sisa erosi. Pola pengaliran
radial pada daerah vulkanik disebut sebagai pola pengaliran multi radial. Catatan
: pola pengaliran radial memiliki dua sistem yaitu sistem sentrifugal (menyebar
ke luar dari titik pusat), berarti bahwa daerah tersebut berbentuk kubah atau
kerucut, sedangkan sistem sentripetal (menyebar kearah titik pusat) memiliki
arti bahwa daerah tersebut berbentuk cekungan. ANULAR Struktur kubah /
kerucut, cekungan dan kemungkinan retas (stocks) MULTIBASINAL Endapan
berupa gumuk hasil longsoran dengan perbedaan penggerusan atau perataan
batuan dasar, merupakan daerah gerakan tanah, vulkanisme, pelarutan gamping
dan lelehan salju (permafrost) POLA PENGALIRAN MODIFIKASI SUB DENDRITIK
Umumnya struktural PINNATE Tekstur batuan halus dan mudah tererosi
ANASTOMATIK Dataran banjir, delta atau rawa MENGANYAM (DIKHOTOMIK) Kipas
aluvium dan delta SUB PARALEL Lereng memanjang atau dikontrol oleh
bentuklahan perbukitan memanjang. KOLINIER Kelurusan bentuklahan
bermaterial halus dan beting pasir. SUB TRALLIS Bentuklahan memanjang dan
sejajar DIREKSIONAL TRALLIS Homoklin landai seperti beting gisik TRALLIS

BERBELOK Perlipatan memanjang. TRALLIS SESAR Percabangan menyatu atau


berpencar , sesar paralel ANGULATE Kekar dan / atau sesar pada daerah miring
KARST Batugamping Morisawa (1985) menyebutkan pengaruh geologi
terhadap bentuk sungai dan jaringannya adalah dinamika struktur geologi, yaitu
tektonik aktif dan pasif serta lithologi (batuan). Kontrol dinamika struktur
diantaranya pensesaran, pengangkatan (perlipatan) dan kegiatan vulkanik yang
dapat menyebabkan erosi sungai. Kontrol struktur pasif mempengaruhi arah dari
sistem sungai karena kegiatan tektonik aktif. Sedangkan batuan dapat
mempengaruhi morfologi sungai dan jaringan topologi yang memudahkan
terjadinya pelapukan dan ketahanan batuan terhadap erosi. Tabel 4. Kontrol
struktur terhadap bentuk sungai
(sumber : Morisawa, 1985) KONTROL
STRUKTUR BENTUK SUNGAI A. DINAMIK 1. SESAR AKTIF
Teras
Lembah gelas anggur
Lembah memanjang
Sungai terputus Saluran "OFFSET"
Saluran
menyebar
Sungai subsekuen
Membentu
genangan Lembah terjal 2. PERLIPATAN
AKTIF Sungai anteseden
Pembelokkan sungai secara Sungai konsekuen
tajam. 3. KEGIATAN
VULKANIK Pola aliran radial
Dasar sungai curam
B. PASIF. 1. TERAS SESAR
Teras
Lembah gelas anggur Lembah memanjang
Sungai terputus Sungai subsekuen
Saluran menyebar Lembah
terjal
Membentuk genangan Saluran "OFFSET' 2. KEMIRINGAN
Aliran paralel
Sungai subsekuen Aliran sepanjang lePola
tralis reng kemiringan.
Aliran konsekuen
Aliran pada tebing
pendek 3. KUBAH Pola radial
Pola anular Sungai
konsekuen
Sungai subsekuen 4. ANTIKLIN
SINKLIN Pola tralis
Pembelokkan sungai
Sungai
subsekuen. 5. KELURUSAN
SUNGAI Lembah asimetri
Kelurusan
saluran Sungai subsekuen 6. KEKAR Pola rektangular
Sungai
subsekuen 3.2 Morfogenetik Morfogenetik adalah proses / asal - usul
terbentuknya permukaan bumi, seperti bentuklahan perbukitan / pegunungan,
bentuklahan lembah atau bentuklahan pedataran. Proses yang berkembang
terhadap pembentukkan permukaan bumi tersebut yaitu proses eksogen dan
proses endogen. 3.2.1 Proses eksogen Proses eksogen adalah proses yang
dipengaruhi oleh faktor - faktor dari luar bumi, seperti iklim, biologi dan artifisial.
Proses yang dipengaruhi oleh iklim dikenal sebagai proses fisika dan proses kimia,
sedangkan ptoses yang dipengaruhi oleh biologi biasanya terjadi akibat dari lebatnya vegetasi,
seperti hutan atau semak belukar dan kegiatan binatang. Proses artifisial lebih banyak disebabkan
oleh aktifitas manusia merubah bentuk permukaan bumi untuk kepentingan kehidupannya. Tahap
perubahan permukaan bumi yang disebabkan oleh proses eksogen diawali dengan permukaan bumi
yang dipengaruhi oleh iklim, seperti hujan, perubahan temperatur dan angin, sehingga merubah
mineral - mineral penyusun batuan secara fisika atau kimia, sehingga batuan menjadi lapuk dan
selanjutnya menjadi tanah. Lapisan permukaan tanah kemudian dikikis oleh hujan selanjutnya
material permukaan tanah yang lepas terhanyutkan dan diendapkan pada suatu cekungan
pengendapan, seperti lembah / sungai atau laut. Secara garis besar proses eksogen diawali dengan
pelapukan batuan, kemudian hasil pelapukan batuan menjadi tanah dan tanah terkikis
(degradasional), terhanyutkan dan pada akhirnya diendapkan (agradasional). Kenampakkan proses
erosi pada peta topografi atau foto udara ditunjukkan oleh kerapatan pola aliran, sehingga semakin

rapat pola aliran menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang cukup tinggi atau
dapat pula diinterpretasikan bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif lunak dengan
porositas yang buruk. Sebaliknya jika kerapatan pola pengaliran renggang, maka dapat diartikan
bahwa daerah tersebut memiliki tingkat erosi yang reltif kecil atau dapat pula diinterpretasikan
bahwa daerah tersebut disusun oleh batuan yang relatif keras dan memiliki porositas yang cukup
baik serta memiliki ketahanan terhadap erosi. 3.2.2 Proses endogen Proses endogen adalah proses
yang dipengaruhi oleh kekuatan / tenaga dari dalam kerak bumi, sehingga merubah bentuk
permukaan bumi. Proses dari dalam kerak bumi tersebut antara lain kegiatan tektonik yang
menghasilkan patahan (sesar), pengangkatan (lipatan) dan kekar. Selain kegiatan tektonik, proses
kegiatan magma dan gunungapi (vulkanik) sangat berperan merubah bentuk permukaan bumi,
sehingga membentuk perbukitan intrusi dan gunungapi. Ciri - ciri proses endogen yang berlangsung
di suatu daerah pada peta topografi atau foto udara adalah sebagai berikut : Bentuklahan
perbukitan intrusi : - Bentuk perbukitan menyerupai kubah dan berpola terpisah (soliter). - Pola
aliran radial sentripetal (menyebar keluar dari titik pusat). - Bentuk lereng relatif cembung. - Garis
kontur pada peta topografi relatif rapat. Bentuklahan perbukitan struktural : Perlipatan : - Bentuk
perbukitan memanjang. - Pola aliran paralel dan rektangular. - Bentuk lereng hampir lurus dan
simetris pada sisi yang berlawanan. - Garis kontur pada peta topografi relatif renggang. Patahan
(sesar normal dan sesar naik) : - Bentuk perbukitan tidak menerus dan tidak simetris. - Pola aliran
paralel atau rektangular. - Bentuk lereng relatif cekung dan tidak simetris pada kedua lereng yang
berlawanan. - Garis kontur pada peta topografi pada bagian patahan sangat rapat. Patahan (sesar
geser) : - Bentuk perbukitan berbelok atau tergeser (tidak menerus). - Pola aliran rektangular. Bentuk lereng lurus dan tidak beraturan. - Garis kontur pada peta topografi renggang sampai rapat.
Bentuklahan gunungapi (vulkanik) : - Bentuk pegunungan kerucut. - Pola aliran radial pada bagian
puncak dan pola aliran pada lereng tengah sampai lereng bawah lurus (elongate). - Memiliki
kawah dan lubang kepundan. - Garis kontur pada peta topografi pada bagian puncak relatif rapat,
dan pada bagian lereng tengah sampai lereng bawah agak renggang sampai renggang 3.2.3 Tata
nama satuan geomorfologi Penentuan tata nama satuan harus memiliki kesamaan unsusr - unsur
geomorfologi yaiitu kesamaan gambaran bentuk (morfografi), seperti perbukitan, pegunungan atau
pedatara dan asal - usul / proses (morfogenetik) terjadinya suatu bentuk seperti proses asal fluvial,
marin, denudasional, aeolian, karst, glasial / preglasial (proses eksogen), struktural dan vulkanik
(proses endogen), sedangkan unsur - unsur lain, seperti morfometri dan material penyusun
merupakan unsur penegasan dari pernyataan unsur morfografi dan morfogenetik, sehingga
penamaan satuan bentuklahan geomorfologi terdiri dari gambaran bentuk (morfografi) dan asal usul / proses terjadinya bentuk (morfogenetik). Contoh tata cara penamaan satuan geomorfologi
adalah sebagai berikut : Satuan bentuklahan PERBUKITAN STRUKTURAL Pernyataan PERBUKITAN
mencerminkan gambaran bentuk (morfografi) dan STRUKTURAL menyatakan proses terbentuknya
perbukitan tersebut. Sebagai pelengkap agar tata nama satuan tersebut lebih rinci dan dapat
dipetakan, maka unsur morfogenetik dapat diuraikan menjadi struktur perlipatan, sesar atau kekar.
Unsur - unsur pendukung seperti morfometri dan material penyusun diperlukan untuk lebih
menegaskan panamaan satuan tersebut, seperti pola alir an, kerapatan pola aliran, pola
punggungan, bentuk lereng, kemiringan lereng, kerapatan kontur dan perkiraan batuan penyusun
bentuklahan, sehingga penamaan satuan bentuklahan secara lengkap menjadi : Satuan bentuklahan
PERBUKITAN STRUKTURAL (TERLIPAT) - pola aliran rektangular - kerapatan aliran 50/Km - pola
punggungan paralel - bentuk lereng lurus dan simetris - kemiringan lereng 5 % - kerapatan kontur
cukup renggang - perkiraan batuan penyusun terdiri dari jenis batuan sedimen. Tata nama satuan
geomorfologi tersebut sangat membantu untuk pemetaan geologi, karena analisis morofografi dapat
dilakukan terhadap peta topografi atau foto udara, sehingga pemetaan geologi dapat direncanakan
dengan baik dan terarah. 3.3 Morfometri Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari suatu
bentuklahan dan merupakan unsur geomorfologi pendukung yang sangat berarti terhadap morfografi
dan morfogenetik. Penilaian kuantitatif terhadap bentuklahan memberikan penajaman tata nama
bentuklahan dan akan sangat membantu terhadap analisis lahan untuk tujuan tertentu, seperti
tingkat erosi, kestabilan lereng dan menentukan nilai dari kemiringan lereng tersebut. 3.3.1 Lereng

Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat memberikan informasi kondisi - kondisi
proses yang berpengaruh terhadap bentuklahan, sehingga dengan memberikan penilaian terhadap
lereng tersebut dapat ditarik kesimpulan dengan tegas tata nama satuan geomorfologi secara rinci.
Ukuran penilaian lereng dapat dilakukan terhadap kemiringan lereng dan panjang lereng, sehingga
tata nama satuan geomorfologi dapat lebih dirinci dan tujuan - tujuan tertentu, seperti perhitungan
tingkat erosi, kestabilan lereng dan perencanaan wilayah dapat dikaji lebih lanjut. Ukuran
kemiringan lereng yang telah disepakati untuk menilai suatu bentuklahan adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Ukuran kemiringan lereng (sumber : Van Zuidam,1985) KEMIRINGAN LERENG KETERANGAN
KLASIFIKASI USSSM* (%) KLASIFIKASI USLE** (%) 0 - 2 Datar - Hampir datar 0 - 2 1 - 2 3 - 7 Lereng
sangat landai 2 - 6 2 - 7 8 - 13 Lereng landai 6 - 13 7 - 12 14 - 20 Lereng agak curam 13 - 25 12 - 18
21 - 55 Lereng curam 25 - 55 18 - 24 56 - 140 Lereng sangat curam > 55 > 24 * USSSM = United state
soil System Management **USLE = Universal Soil Loss Equation (Wischmeir, 1967). Tabel 6.
Ukuran panjang lereng PANJANG LERENG (M) KLASIFIKASI
< 15 Lereng sangat
pendek
15 - 50 Lereng pendek
50 - 250 Lereng sedang
250 - 500 Lereng panjang
> 500 Lereng sangat panjang 3.3.2 Perbedaan
ketinggian Perbedaan ketinggian (elevasi) biasanya diukur dari permukaan laut, karena permukaan
laut dianggap sebagai bidang yang memilki angka ke-tinggian (elevasi) nol. Pentingnya pengenalan
perbedaan ketinggian adalah untuk menyatakan keadaan morfografi dan morfogenetik suatu
bentuklahan, seperti perbukitan, pegunungan atau dataran. Hubungan perbedaan ketinggian
dengan unsur morfografi adalah sebagai berikut : Tabel 7. Hubungan ketinggian absolut dengan
morfografi
(sumber : Van Zuidam, 1985) KETINGGIAN ABSOLUT UNSUR MORFOGRAFI
< 50 meter Dataran rendah
50 meter - 100 meter Dataran rendah pedalaman
100 meter - 200 meter Perbukitan rendah 200 meter - 500 meter Perbukitan 500 meter 1.500 meter Perbukitan tinggi 1.500 meter - 3.000 meter Pegunungan
> 3.000 meter
Pegunungan tinggi Tabel 8. Hubungan kelas relief - kemiringan lereng dan
perbedaan
ketinggian. (sumber: Van Zuidam,1985) KELAS RELIEF KEMIRINGAN LERENG ( % ) PERBEDAAN
KETINGGIAN (m) Datar - Hampir datar 0 - 2 < 5 Berombak 3 - 7 5 - 50 Berombak - Bergelombang
8 - 13 25 - 75 Bergelombang - Berbukit 14 - 20 75 - 200 Berbukit - Pegunungan 21 - 55 200 - 500
Pegunungan curam 55 - 140 500 - 1.000 pegunungan sangat curam > 140 > 1.000 Tabel 9.
Kerapatan aliran (rata - rata jarak percabangan dengan
Ordo pertama aliran, Van Zuidam,
1985) JENIS KERAPATAN PADA SKALA 1: 25.000 MEMILIKI KERAPATAN KARAKTERISTIK HALUS Kurang
dari 0,5 cm Tingkat limpasan air permukaan tinggi, batuan memiliki porositas buruk SEDANG 0,5 cm
- 5 cm Tingkat limpasan air permukaan sedang, batuan memiliki porositas sedang KASAR Lebih besar
dari 5 cm Tingkat limpasan air permukaan rendah, batuan memiliki porositas baik dan tahan
terhadap erosi. BAB 4 SISTIMATIKA PEMETAAN GEOMORFOLOGI Pemetaan geomorfologi meliputi
segala aspek yang berhubungan dengan gambaran bentuklahan, proses bentuklahan, nilai - nilai
bentuklahan dan material penyusun bentuklahan. Aspek - aspek tersebut tidak hanya disampaikan
dalam bentuk kata (verbal), seperti ketepatan bentuk, ukuran dan posisi, tetapi sangat beik
dituangkan dalam bentuk peta. Secara umum peta dapat diklasifikasikan menjadi peta tujuan
umum dan peta tujuan khusus. Penelitian dan pemetaan geomorfologi saat ini merupakan gabungan
dari dua sumber yang berbeda, yaitu penelitian yang mendalam tentang geomorfologi dan
hubungan geomorfologi dengan bidang ilmu lainnya. Penelitian sistematika yang mendalam tentang
geomorfologi akan menghasilkan peta geomorfologi analitik, khususnya yang paling menonjol
menghasilkan informasi monodisiplin dan pada bagian lain menampilkan informasi bentuklahan,
sebagian proses eksogen, menekankan unsur - unsur morfogenesis (termasuk morfostruktural) dan
mungkin morfokhronologi. Penelitian terhadap hubungan antara geomorfologi dengan pengkajian
elemen - elemen lingkungan disebut sebagai ekologi bentanglahan (landscape ecology) dan hasilnya
berupa peta yang disebut sebagai peta sintetik (holistik). Peta - peta sintetik (holistik) memiliki
kandungan multidisiplin ilmu dan data geomorfologi terpadu, sebagian memberikan informasi
bentuklahan ditambah dengan proses eksogen dan endogen, data lithologi, sedimen, tanah, kondisi
air permukaan dan air bawah tanah. Pendekatan analitik dan sintetik memiliki hubungan yang erat,
sehingga penelitian yang bersifat analitik akan menghasilkan satuan - satuan pemetaan

geomorfologi yang rinci, sedangkan penelitian yang bersifat sintetik menghasilkan informasi informasi yang berhubungan dengan aspek - aspek terapan, seperti informasi lingkungan dan
hubungan lingkungan dengan bentanglahan (landscape). Pada kasus tertentu peta geomorfologi
terapan dibuat berdasarkan peta geomorfologi analitik dan pada kasus lain peta geomorfologi
sintetik menampilkan informasi - informasi klasifikasi bentuklahan untuk tujuan tertentu.
Pendekatan pragmatik dilakukan untuk kepentingan saat sekarang dengan data yang dikumpulkan
terbatas hanya untuk penelitian - penelitian yang bersifat lebih khusus. Peta - peta geomorfologi
yang ada sekarang pada dasarnya merupakan peta - peta geomorfologi pragmatik. 4.1 Pemahaman
bentuklahan Mitchel dan Way (1973) menyebutkan bahwa bentuklahan adalah gambaran umum fisik
rupa bumi. Karakteristik gambaran umum fisik rupa bumi, seperti morfografi, morfogenetik,
morfometri dan material penyusun dapat ditafsirkan melalui peta topografi, foto udara atau citra
satelit yang saat ini telah berkembang dengan pesat. Selaras dengan karakteristik gambaran umum
fisik rupa bumi, maka secara garis besar bentuklahan berdaarkan morfografi dan morfogenetik
dapat dibedakan menjadi bentuklahan asal denudasional, fluvial, marin, struktural, gunungapi
(vulkanik), aeolian, karst dan glasial. 4.1.1 Bentuklahan asal denudasional Proses eksogen (epigen),
seperti iklim, vegetasi dan aktivitas manusia merupakan faktor pengaruh yang sangat menonjol
pada bentuklahan denudasional. Iklim, seperti curah hujan dan perubahan temperatur berpengaruh
terhadap proses pelapukan batuan, erosi dan gerakan tanah. Vegetasi dan aktivitas manusia sangat
membantu percepatan proses eksogen, sehingga perubahan bentuklahan terjadi sangat cepat. Ciri ciri bentuklahan asal denudasional dapat diamati dari pola - pola punggungan yang tidak beraturan,
pola aliran sungai yang membentuk pola dendritik dengan kerapatan pola pengaliran yang cukup
rapat dan lereng relatif terjal. Material penyusun biasanya terdiri dari batuan homogen yang mudah
lapuk, seperti lempung, lanau, serpih, dan breksi. Kenampakkan ciri - ciri bentuklahan
denudasional dapat diamati melalui peta topografi, foto udara atau citra satelit. Secara garis besar
proses yang berlangsung pada bentuklahan asal denudasional dapat dibedakan menjadi proses
erosional dan proses longsoran (degradasional) dengan diakhiri oleh proses pengendapan
(agradasional). 4.1.1.1 Erosi Erosi adalah proses pengikisan terhadap permukaan bumi oleh hujan
hujan, sehingga partikel - partikel permukaan bumi berpindah terangkut oleh aliran air atau sungai.
Jika kecepata aliran tenang dan memiliki kecepatan yang rendah, maka perpindahan partikel partikel hasil pengikisan tersebut tidak menunjukkan telah terjadi erosi, sedangkan jika kecepatan
aliran meningkat, maka erosi berlangsung dengan cepat. Selaras dengan kondisi aliran tersebut,
maka jenis erosi dapat dibedakan menjadi : - Erosi permukaan (sheet erosion) - Erosi alur (riil
erosion) - Erosi parit (gully erosion). Erosi permukaan berlangsung akibat dari limpasan air
permukaan yang tidak terpusat (terkonsentrasi) dan biasanya berlangsung pada saat hujan mulai
berlangsung, sehingga curah hujan yang jatuh dipermukaan tanah mulai mengalir. Kondisi erosi
permukaan tidak akan pernah tampak pada peta topografi dan sangat sulit diinterpretasi melalui
foto udara, namun sebagai ciri suatu daerah mengalami erosi permukaan pada foto udara akan
menunjukkan tutupan vegetasi yang jarang. Erosi alur berlangsung ketika limpasan air permukaan
mulai bergabung membentuk alur, sehingga aliran permukaan terpusat membentuk suatu alur dan
pengikisan terjadi pada alur - alur dari suatu aliran tersebut disertai dengan torehan terhadap
dinding alur dan dasar alur. Erosi alur memiliki ciri yang hampir sama dengan erosi permukaan,
tetapi pada foto udara dengan skala yang besar akan tampak alu - alur pengikisan pada daerah yang
terbuka, sehingga erosi alur dapat dipetakan pada skala peta yang besar. Semakin tinggi debit hujan
dan debit aliran pada alur yang terbentuk, maka semakin kuat erosi vertikal dan horisonta
mengakibatkan alur semakin besar dan menjadi parit. Erosi parit memiliki ukuran yang reltif besar,
sehingga pada peta topografi dicerminkan oleh lekukan garis kontur yang bertindak sebagai aliran
air ari suatu punggungan dan bersatu menjadi saluran arus aliran air. Kenampakan pada foto udara
sangat jelas, sehingga erosi parit dapat dipetakan dengan skala peta sedang sampai besar. Tabel 10.
Media dan proses erosi (sumber : Van Zuidam, 1985) MEDIA PENGARUH PROSES YANG TERJADI
PROSES MUATAN MATERIAL AIR PERMUKAAN Arus permukaan dan arus bawah permukaan; aliran
permukaan. Kegiatan hidrolik Traksi, saltasi, suspensi, larutan dan apungan. AIR TANAH Tanpa arus
bawah tanah. Pencucian ; korosi Larutan OMBAK, ARUS dan PASANG NAIK. Kegiatan hidrolik Traksi,

saltasi, suspensi, larutan dan apungan. ANGIN Abrasi dan deflasi Traksi, saltasi dan suspensi.
GLASIAL Penggerusan dan saluran. Traksi dan suspensi GRAVITASI Gerakan massa Aliran, luncuran
dan penurunan. Traksi dan suspensi. Dari F.D. Hole, 1967, didalam :The Encyclopedia of
Geomorphology R.W. Fairbridge, ed. Selain faktor air yang mempengaruhi terjadinya erosi, maka
faktor ketahanan batuan terhadap pengikisan atau penggerusan merupakan salah satu faktor yang
berperan. Tampilan ketahanan batuan terhadap pe - ngikisan atau penggerusan pada peta
topografi dan foto udara akan ditunjukkan oleh kerapatan pengaliran. Semakin rapat pola aliran,
maka batuan mudah mengalami pengikisan atau penggerusan, sedangkan semakin renggang pola
aliran berarti batuan semakin tahan terhadap pengikisan atau penggerusan. Tabel 11. Ketahanan
relatif batuan terhadap erosi dan pelapukan
(sumber : Van zuidam, 1985). JENIS BATUAN
KETAHANAN BENTUKLAHAN BATUAN BEKUAN Tekstur halus
Hitam (basa)
Basalt
Menengah
Andesit
Cerah
Rhiolite Tekstur kasar
Hitam (basa)
Gabro
Menengah
Sienite
Cerah
Granit
Biasanya tahan
Biasanya tahan Biasanya tahan Biasanya sangat tahan Biasanya tahan Biasanya tahan Kecuali di
wilayah arid Gawir dan aliran Tidak menyebar Tebing terjal Gawir dan kubah Pengangkatan Kubah
dan pengang- katan.. BATUAN ENDAPAN Butiran halus
Lepas
Lempung
Padat
Batulempung
Karbonat lepas
Lanau Karbonat padat
Gamping Butiran
kasar
Lepas
Pasir
Padat
Batupasir Butiran sangat kasar
Lepas
Kerakal
Padat
Konglomerat
Lunak, membentuk din- ding
tegak. Biasanya lunak Sangat lunak Lunak di daerah basah tahan di daerah arid. Biasanya lunak
Tahan jika tersemen kuat. Memiliki ketahanan se- dang, Sangat tahan. Lahan terbuka Dataran
rendah sam - pai landai Dasar lembah. Daerah gamping. Dataran rendah Tebing terjal dan plato
Sebagai batuan penu- tup perlipatan. Punggungan dan pe- gunungan. BATUAN MALIHAN (METAMORF)
Asal batuan endapan
Serpih
Slate
Batugamping
Marble
Batupasir
Kuarsit Asal batuan bekuan atau endapan
Banded
Gneis
Schistose
Schist Lunak Lunak sangat tahan Sangat tahan Sangat tahan Dataran
rendah Dataran rendah Punggungan, gumuk, dan monadnok. Pengangkatan Pengangkatan dan
punggungan. Disadur dari : A.K. Lobeck, Geomorphology,Mc Graw-Hill New York 4.1.1.2 Longsor
Longsor adalah gerakan massa tanah atau batuan dengan jumlah yang cukup besar dari suatu
tempat ke tempat lain yang memiliki kemiringan lereng dan disebabkan oleh gravitasi atau media
air. Gerakan massa tanah atau batuan tersebut dapat terjadi dengan kecepatan yang tinggi dan
kecepatan yang rendah. Tiga jenis utama gerakan massa tanah atau batuan, yaitu luncuran (slide),
aliran (flow) dan jatuhan (heave). Luncuran, merupakan gerakan perpindahan blok massa tanah
atau batuan secara alami dari bagian tertinggi lereng yang curam ke arah bagian kaki lereng.
Gerakan perpindahan massa tanah dan batuan tersebut memiliki kecepatan yang cukup tinggi
(cepat), sehingga menimbulkan kerusakan pada lereng yang dilalui. Faktor pengaruh terjadinya
luncuran disebabkan oleh lereng yang curam dan sedikit pengaruh air. Aliran, merupakan gerak
perpindahan massa tanah atau batuan yang dipengaruhi oleh faktor air dengan kecepatan yang
relatif cepat, sehingga tidak menampakkan kerusakan. Gerakan massa tanah atau batuan berupa
aliran biasanya terjadi pada kemiringan lereng landai dan memiliki gerakan kejadian yang tidak
bersamaan serta terhenti jika kemiringan lereng mulai mendatar. Jatuhan, merupakan gerak
perpindahan massa tanah atau batuan yang dipengaruhi oleh faktor gaya gravitasi, biasanya terjadi
pada lereng yang sangat terjal (hampir tegak lurus). Gerak jatuh massa tanah atau batuan memiliki
kecepatan relatif lambat dan berlangsung pada daerah yang tidak luas. Proses gerakan massa tanah
atau batuan jarang terjadi bersamaan, karena faktor pengaruh yang berbeda. Pada gambar diagram
segitiga (gambar 9), menunjukkan klasifikasi jenis gerakan massa tanah atau batuan serta faktor
yang mempengaruhinya, seperti angkutan ketika terjadi gerakan atau kandungan jenuh ketika
terjadi gerakan. 4.1.2 Bentuklahan asal struktural Pengaruh struktur geologi terhadap
perkembangan dan penampilan bentuklahan disebut sebagai bentanglahan yang dipengaruhi oleh
struktur. Pengaruh struktur geologi yang sangat luas dapat mempengaruhi bentanglahan secara
keseluruhan sampai tampilan terkecil bentuklahan yang berlangsung bersamaan dengan proses
geomorfologi lainnya. Pengaruh struktur geologi pada geomorfologi dapat dibagi menjadi dua jenis

struktur utama; yaitu : (1) struktur aktif yang berlangsung sehingga meninggalkan jejak
bentanglahan modern, (2) struktur pasif yang meninggalkan jejak pada bentanglahan modern
berupa pelapukan dan erosi. Pengaruh struktur geologi yang mempengaruhi aspek - aspek struktur
geomorfologi, seperti perlipatan dan sesar dapat dikenali melalui foto udara dan peta topografi.
Foto udara dan peta topografi dapat menampilkan lokasi dan bentuk massa batuan yang memiliki
bermacam - macam tampilan, antara lain : (a) ketahanan batuan terhadap pelapukan dan erosi, (b)
perubahan kristal dan pengikisan batuan akibat pelapukan dan erosi, (c) penampilan lapisan dan (d)
tampilan bentuk lainnya. Batuan dan iklim memiliki peran penting pada tampilan geomorfologi,
terutama pada daerah yang memiliki hubungan erat dengan kondisi geologi seperti jenis batuan dan
struktur geologi yang tergambar pada peta topografi atau yang tampak pada foto udara. Pada
dasarnya batuan memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, sehingga sangat
mendorong terjadinya pengikisan pada lereng dengan ciri terbentuknya lereng yang terputus.
Perkembangan lereng yang cembung menunjukkan batuan yang relatif tahan terhadap pelapukan
dan erosi, sedangkan perkembangan lereng yang cekung cenderung kurang tahan terhadap
pelapukan dan erosi. Sangat jelas bahwa ketebalan lapisan batuan sangat berpengaruh terhadap
bentuk lereng (cembung atau cekung). Jika suatu suatu lapisan batuan tipis atau proses pelapukan
atau proses erosi/akumulasi aktif, maka permukaan lereng relatif halus, sehingga batuan tampak
seperti tidak berlapis, sehingga singkapan lapisan akan tampak pada tebing atau dasar aliran.
Interpretasi batuan secara rinci akan lebih baik jika dilakukan dila -pangan, tetapi kemampuan
interpretasi foto udara dan peta topografi ditambah dengan pengetahuan geologi umum akan
memberikan hasil lebih baik didalam menentukan batas - batas batuan, perlapisan, foliasi,
kelurusan dan hubungannya dengan bentuklahan, seperti tampilan gawir sesar dan erosi. Pola aliran
sungai yang tampak pada foto udara dan peta topografi akan mencerminkan perlapisan batuan yang
cukup baik pada suatu daerah, walaupun tertutup vegetasi dan tanah, tetapi masih mungkin untuk
mengenali struktur geologi utama dan jenis batuan seperti lanau, batupasir dan gamping. Smith
(1943) menyebutkan bahwa ciri - ciri terbaik untuk mengenali batuan di suatu daerah melalui foto
udara atau peta topografi adalah sebagai berikut : (1) kenampakkan topografi, (2) warna tanah dan
batuan, (3) sebaran vegetasi dan (4) struktur primer dan sekunder. Tujuan interpretasi struktur
adalah menentukan lokasi, sebaran dan kesinambungan dari kunci hamparan bumi. Bentuk relief
batuan yang tahan terhadap pelapukan dan erosi, seperti batupasir, kuarsit dan batugamping di
bawah kondisi tertentu akan membentuk lapisan kunci yang baik. Hubungan erat antara interpretasi
struktur dengan relief tergantung pada pemahaman dan analisis geomorfologi. Analisis pola aliran,
kelurusan aliran dan pola vegetasi akan memudahkan interpretasi geomorfologi. Hubungan tersebut
akan memberikan gambaran yang jelas terhadap relief dan struktur geologi, khususnya pada daerah
- daerah tektonik muda. Pada daerah luas yang memiliki relief rendah dan tertutup oleh lapisan
tanah disertai dengan proses tektonik, malihan (metamorphisme) dan waktu pengikisan, maka akan
sulit melihat hubungan morfologi dengan struktur geologi yang ada. Lapisan batuan yang memiliki
bidang lapisan, arah jurus dan kemiringan lapisan batuan (strike & dip) mudah dikenali, terutama
batuan endapan yang memiliki bidang lapisan dengan jelas, karena ketahanan batuan terhadap
pelapukan dan erosi. Bidang lapisan batuan yang datar atau hampir datar dan kontak sejajara serta
tertutup tanah, pada kontur topografi menunjukkan pola - pola lingkaran tertutup, sehingga bidang
lapisan batuan yang datar seolah - olah tidak memiliki arah jurus lapisan (strike) atau jarang
tergambar pada bidang lapisan batuan tersebut. Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief
topografi, lapisan dengan perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi dicerminkan oleh
perubahan lereng pada topografi; lereng yang sangat curam menunjukkan lapisan batuan yang
sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan lereng landai menunjukkan lapisan batuan
yang kurang tahan terhadap pelapukan dan erosi. Kelompok lapisan batuan yang datar (horisontal),
tebal dan sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi akan menunjukkan tebing yang sangat tegak,
karena keseragaman ketahanan terhadap pelapukan dan erosi, maka pola aliran normal akan
mengambarkan pola aliran dendritik, khususnya jika pengaruh kekar dan rekahan tidak ada. Lapisan
batuan yang tegak menunjukkan garis arah jurus lapisan dan garis kontak lapisan akan lurus dan
sejajar dengan arah jurus lapisan, sehingga tampilan pada topografi tidak menunjukkan adanya

pergeseran. Lapisan batuan tegak yang tebal dapat langsung dikenali dari lebar hasil pelapukannya,
khususnya lapisan batuan yang memiliki perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi,
sehingga pola aliran jenis trelis sangat berkembang. Pola - pola permukaan lapisan batuan yang
memiliki kemiringan ditunjukkan oleh relief topografi arah jurus dan kemiringan lapisan batuan.
Kemiringan lapisan batuan yang curam menyebabkan relief arah jurus lapisan batuan lebih
menonjol, sehingga mempengaruhi bentuk permukaan lapisan batuan tersebut. Permukaan
topografi yang datar menyebabkan pola permukaan lapisan batuan mengikuti arah jurus lapisan
batuan sebenarnya. Jika permukaan topografi tidak datar, maka pola permukaan lapisan batuan
menjadi fungsi arah jurus (strike), kemiringan lapisan (dip) merupakan kemiringan (gradient)
topografi. Pola - pola permukaan lapisan batuan tidak mengikuti sepanjang arah jurus lapisan
batuan sebenarnya, tetapi mengikuti arah jurus lapisan batuan semu. Penyimpangan antara arah
jurus lapisan batuan sebenarnya dengan arah jurus lapisan batuan semu akan menambah kecuraman
lereng pada topografi, kecuali jika arah jurus lapisan batuan membentuk sudut yang tepat terhadap
kemiringan topografi, sehingga arah jurus lapisan batuan semu dan arah jurus lapisan batuan
sebenarnya memiliki kesamaan. Permukaan topografi dan bidang lapisan batuan membentuk arah
jurus punggungan membentuk hogback serta arah kemiringan lapisan batuan mudah dikenali. Pada
lipatan monoklinal yang baik menunjukkan susunan pola aliran paralel sampai sub paralel dan trelis,
setempat - setempat pola aliran dendritik. sungai atau lembah pada topografi yang memotong arah
jurus lapisan batuan de -ngan membentuk sudut, maka pada lembah V tersebut akan tercermin
suatu lapisan dan kemiringan batuan yang jelas. Lapisan batuan yang memiliki kemiringan landai
menunjukkan lembah Vs yang cukup panjang, sedangkan jika dibentuk oleh lapisan batuan dengan
sudut kemiringan yang tajam akan membentuk lembah Vs yang pendek. Lebar suatu lembah atau
punggungan ditentukan oleh tajam atau tumpulnya kemiringan lapisan batuan. Jika suatu lembah
memotong tegak terhadap arah jurus lapisan batuan, maka lembah Vs akan membentuk tebing yang
simetri, sedangkan jika lembah Vs yang memotong arah jurus lapisan batuan membentuk sudut,
maka perkembangan tebing lembah Vs tidak akan simetri. Jika lembah Vs sejajar (paralel) terhadap
arah jurus lapisan batuan, maka lembah tidak akan berkembang, tetapi percabangan aliran akan
mengikis lembah lembah Vs. Bidang lapisan batuan yang tertutup oleh vegetasi atau material
permukaan, maka arah jurus lapisan batuan dapat dikenali dengan dari ciri - ciri pola aliran pada
daerah tersebut. Jika kemiringan lapisan batuan landai, maka aliran percabangan su -ngai yang
panjang akan mengikuti arah kemiringan lereng lapisan batuan, tetapi apabila percabangan sungai
pendek dicerminkan oleh gawir lereng (Lattman dan Ray, 1965). Struktur lipatan yang diikuti
dengan sesar normal dan sesar naik dapat diketahui melalui pengulangan lapisan batuan dengan
kemiringan lapisan batuan yang berlawanan, kecuali pada lipatan isoklin. Jika sumbu lipatan
mendatar (horisontal), maka kedua sayapnya akan sejajar (paralel). Kedua sayap lipatan yang
membentuk kurva (melengkung) dengan puncak sinklinal atau antiklinal akan membentuk lembah V
atau U. Kedua sayap lipatan akan membentuk jalur permukaan lurus atau melengkung ada sisi - sisi
yang berlawanan. Pada suatu daerah perlipatan yang jelas, sumbu lipatan yang terletak pada
puncak atau lembah yang terbentuk akibat perlipatan tersebut dapat ditentukan dengan cara
perhitungan atau perkiraan arah jurus dan kemiringan lapisan batuan serta hubungan tiga
dimensionalnya. Pada lipatan rebah yang sering diikuti oleh struktur sesar dan sesar naik, arah
kemiringan lapisan batuan pada kedua sayapnya akan sama dan pola lembah V sangat membantu
menentukan sayap yang berlawanan. Hubungan struktur geologi dengan morfologi akan tampak
jelas pada suatu daerah bervegetasi sedikit dan tutupan tanah relatif tipis, tetapi pada daerah yang
beriklim basah atau tropik basah, struktur geologi akan tercermin oleh bentuk relief daerah
tersebut. Kerapatan vegetasi ketebalan tanah yang menutupi atau menghalangi morfologi struktur
yang berada di bawahnya sangat sulit ditentukan, sehingga untuk menentukan struktur geologi
tersebut pola aliran dan penyimpangan pola aliran dapat digunakan sebagai ciri penentuan struktur.
Aliran utama pada sayap lipatan cenderung mengalir sejajar arah jurus lapisan batuan dan
mengikuti celah - celah lapisan batuan yang tahan terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan aliran aliran yang kecil mengalir searah searah kemiringan lapisan batuan dan permukaan lereng lipatan
membentuk pola aliran yang trelis. Lapisan yang melengkung sekitar puncak lipatan tercermin oleh

aliran utama yang melengkung. Pola aliran radial dan anular atau gabungan kedua pola tersebut
sering berkemang pada daerah - daerah yang berbentuk kubah atau lipatan (antiklin) sungkup.
Howard (1967) menyebutkan kelokan (meander) lokal pada sungai, kelokan tajam (compressed
meander), percabangan sungai lokal, keragaman lebar tanggul sungai (levee) dan penyimpangan penyimpangan (anomali) pada sungai merupakan ciri - ciri struktur geologi atau deformasi aktif.
Pada sesar - sesar besar, biasanya sesar yang terletak pada bidang permukaan lahan yang
melengkung terdapat pergeseran yang tidak menunjukkan celah dan biasanya berada sekitar
mintakat regangan serta permukaan sesar merupakan suatu bidang. Sudut sesar 450 atau lebih
biasanya disebut sebagai sesar normal dan sudut sesar kurang dari 450 biasanya disebut sebagai
sesar naik. Sesar normal pada foto udara tampak seperti garis lurus atau garis melengkung, seperti
kelurusan ( lineament ) yang membentang sangat jelas. Tampilan yang memanjang mencerminkan
atau memberi kesan bahwa sesar seperti dipengaruhi oleh kelurusan morfologi, aliran su -ngai
( misalnya penggalan sungai lurus, air terjun, danau, genangan air dan mata air) atau kumpulan
vegetasi yang dicerminkan oleh garis lurus karena perubahan rona ( tone ) foto udara yang tajam.
Mintakat sesar atau kekar pada batuan lunak yang mudah tererosi akan membentuk lekukan atau
lembah. Pola aliran yang dipengaruhi oleh sesar atau kekar akan membentuk pola lurus (elongated )
dan paralel atau angular. perubahan pola atau arah aliran sungai pada sisi yang berhadapan dari
suatu kelurusan merupakan ciri sesar yang sangat menyolok. Breksi sesar biasanya sering menahan
air disekitarnya, sehingga garis sesar pada foto udara akan menunjukkan garis hitan karena sangat
jenuh oleh kan - dungan air dan kemungkinan lebatnya vegetasi. Mintakat sesar yang memiliki
kelulusan air (permebility) rendah akan mempengaruhi kondisi air tanah dan menyebabkan
perubahan kumpulan vegetasi, sehingga sesar dicirikan oleh mata air.
Suatu daerah yang
disusun oleh batuan yang keras dan memiliki lapisan yang mendatar (horisontal) kemudian
terangkat, maka akan membentuk morfologi "mesa" atau plato yang dipengaruhi oleh struktur. Pe
ngikisan (erosi) yang berlangsung pada sisi - sisi gawir bagian depan struktur, maka akan
membentuk alur erosi yang sejajar (paralel) atau gawir erosi yang tidak menerus hasil dari kegiatan
erosi mata air atau limpasan air permukaan ( runoff ) yang terkumpul. Jika diameter batuan
penutup ukurannya lebih kecil dari pada tinggi bukit disekitarnya, maka digunakan istilah "butte".
Kemiringan lapisan batuan yang memiliki satu arah, karena posisi awalnya sudah miring (contoh :
lereng cekungan pengendapan yang curam) atau miring karena tektonik, maka bentanglahan yang
berkembang menunjukkan relief perbukitan atau pegunungan yang disusun oleh batuan keras yang
miring. Bentuklahan yang simetris atau asimetris tergantung pada kemiringan lapisan batuan dan
proses yang berlangsung pada bentuklahan tersebut. Struktur monoklin yang cukup dikenal antara
lain "cuesta", "hogback" dan pegunungan "dike". "Cuesta' adalah punggungan asimetri dengan salah
satu sayap yang panjang, umumnya searah dengan kemiringan lapisan batuan yang keras dan lereng
landai. Pada salah satu sisi lereng "cuesta" memiliki kemiringan lereng yang terjal, sedangkan pada
sayap lain memiliki kemiringan yang landai. " Hogback" adalah punggungan dengan puncak yang
terjal, dibentuk oleh lapisan batuan keras atau batuan yang memiliki kemiringan lapisan batuan
yang terjal. Bentuklahan pada umumnya agak simetri, tetapi ada juga yang tidak simetri.
Punggungan yang menyerupai "dike" dibentuk oleh lapisan batuan yang memiliki kemiringan hampir
tegak, kemiringan lereng sangat curam dan hampir simetris. Lapisan atau struktur lapisan sejajar
(planar) yang miring merupakan bagian dari lipatan tunggal (single fold ) atau bagian dari sistem
lipatan (kumpulan lipatan). Struktur lipatan dapat berupa antiklin atau sinklin. Antiklin adalah
lipatan ke atas yang telah mengalami perkembangan beberapa tahap. Antiklin sederhana memiliki
kemiringan lapisan batuan dari arah sumbu antiklin ke arah sisi - sisi yang berlawanan, sedangkan
sinklin adalah lipatan lapisan batuan dengan arah kemiringan yang bertindak sebagai sayap menuju
sumbu sinklin (lihat gambar ...). Suatu daerah yang terlipat dan tererosi akan menunjukkan relief
yang bergelombang membentuk bukit dan lembah. Bagian bukit menunjukkan antiklin, sedangkan
bagian lembah menunjukkan sinklin. Jika daerah terlipat tererosi, maka akan tampak bentuk
lapisan batuan yang dipengaruhi oleh perbedaan kekerasan batuan. Kedua sisi antiklin dikenal
sebagai sayap, sedangkan pada bagian yang paling tinggi disebut puncak. Bidang yang memotong
lipatan pada puncaknya disebut sebagai bidang sumbu. Jika bidang sumbu tegak sejajar sumbu

lipatan, maka lipatan tersebut dinamakan lipatan simetri. Kekar dan sesar sangat mempengaruhi
perkembangan bentuklahan, sedangkan kekar - kekar tersebut pada umumnya membentuk arah
yang tegak atau mendatar pada lapisan batuan selaras dengan arah gerak yang tidak beraturan.
Sistem kekar sangat banyak dan suatu sistem kekar terdiri dari dua atau lebih kelompok kekar yang
sejajar. Pelapukan dan erosi yang mengikuti sistem alur kekar sejak terbentuk akan menjadi tempat
mengalirnya air ketika terjadi hujan. Sistem kekear yang sangat luas mudah dikenali pada foto
udara dan peta topografi dengan cara melihat pola aliran sungai, kerapatan vegetasi yang
berkelompok pada jalur kekar dan arah perbukitan. Sesar adalah rekahan atau mintakat (zone)
rekahan pergeseran yang panjang dengan sisi - sisi rekahan sejajar. Pergeseran yang tegak
menghasilkan suatu gawir sesar yang terjal (lihat gambar...). Kenampakan sesar pada foto udara
atau peta topografi akan sangat tajam , seperti naik turunnya blok yang tersesarkan tergantung
pada gerak / pergeseran sesar, kegiatan erosi dan kekerasan batuan. Perbedaan erosi sepanjang
gawir sesar ( = perpotongan antara bidang sesar dengan permukaan) jarang sekali nampak,
dibandingkan dengan hasil langsung dari gerakan yang menyebabkan terjadinya sesar (bidang
sesar), sehingga yang tampak adalah jejak sesar berupa garis dan biasanya disebut sebagai garis
gawir sesar. Suatu garis gawir sesar obsequen adalah kenampakan gawir sesar, kecuali pada daerah
bertopografi rendah tampak blok yang naik dan turun. Thornbury (1969, halaman 253 - 256)
menggunakan analisis umum untuk menentukan gawir sesar dan garis gawir sesar, dengan cara : (1).
Melihat bidang kasar yang mengesankan bekas goresan dan di-terapkan hanya pada sesar - sesar
yang berumur muda. Bidang yang memberikan kesan goresan belum tentu sebagai gawir sesar. (2).
Bidang sesar dicirikan oleh :
(a). Breksi sesar, mintakat (zone) hancuran dan mintakat rekahan
serta kekar
(b). Tampilan permukaan sesar yang menunjukkan goresan goresan pada bidang sesar ("slickenside"), tetapi goresan
tersebut jarang ditemukan.
(c), Tampilan pergeseran lapisan batuan yang tegak, mendatar,
atau miring. (3).
"Triangular facet" (permukaan berbentuk segitiga ?) dengan ciri bagian ujung atas yang meruncing.
Bagian ujung yang meruncing dianggap sebagai bagian yang pa -ling dekat dengan sesar dan
biasanya menutupi sesar yang tampak sekarang. Biasanya lereng permukaan (facet) yang meruncing
kurang dari 300, sedangkan bidang sesar normal lebih lebih curam.Selanjutnya ujung yang
meruncing dari permukaan segitiga (triangular facet) mengalami perombakan oleh pelapukan dan
erosi, sehingga tidak menunjukkan ciri - ciri permukaan sesar. (4). Kelurusan gawir. Sesar
memanjang seperti garis lurus; padahal kenyataannya melengkung, jika dibandingkan dengan gawir
cuesta yang memiliki gawir yang lurus. Kelrusen mencerminkan gawir sesar atau garis gawir sesar.
(5). Jeram berbentuk V dengan batuan dasar mengikuti garis sesar. (6). Pendekatan dengan melihat
bertambah miringnya dasar sungai di sepanjang jeram dan disebut sebagai lembah "gelas anggur"
("wineglass" valley), sehingga dijadikan sebagai bukti sesar sekarang (Resen). (7). Lembah naik
(Hanging valley) pada permukaan gawir. Lembah naik biasanya terjadi di sepanjang gawir sesar,
tetapi dapat juga terjadi di sepanjang garis gawir sesar yang mencerminkan terdapat perbedaan
regangan pada kedua sisi blok sesar. (8). Mataair di sepanjang dasar gawir. Mataair sering ditemukan
di sepanjang sesar tetapi bukan berarti batas sesar atau sesar aktif. (9). Aliran lava sepanjang alur
sesar. Hamparan aliran lava bukan menutupi sesar, tetapi vulkanisme terjadi pada jalur sesar yang
disebut sebagai mintakat lemah. Tampilan topografi dapat memberikan kesan sesar, tetapi tidak
berarti sebagai sesar. Fenomena - fenomena (kejadian) yang dapat diperkirakan terjadi sesar saat
sekarang atau masa lalu antara lain : - sering terjadi longsoran. - kelurusan punggungan yang tidak
dipengaruhi oleh jenis batuan. - pola aliran sungai paralel yang memotong berbagai jenis batuan. kelokan tajam aliran sungai. 4.1.3 Bentuklahan asal gunungapi (vulkanik) Bentuklahan gunungapi
terbentuk dari hasil endapan gunungapi berupa endapan lava yang membeku dan fragmen - fragmen
gunungap, sehingga dapat dibedakan dengan bentuklahan lainnya dan sangat mudah dikenali pada
foto udara. Letusan (erupsi) gunungapi dapat dibedakan berdasarkan material yang keluar dari
saluran magma gunungapi atau " vent " , yaitu jika material yang dikeluarkan dari saluran magma
melalui pusat saluran magama gu - nungapi / vent disebut sebagai pusat letusan. Material yang
keluar melalui celah / rekahan saluran magam disebut sebagai letusan celah / rekahan dan
material yang keluar melalui beberapa saluran magma yang tersebar luas pada suatu daerah disebut

sebagai daerah letusan. Klasifikasi ini sulit untuk diterapkan pada setiap kejadian letusan, karena
sebuah letusan akan terjadi di sepanjang rekahan (minakat lemah), sehingga pusat letusan besar
dapat terjadi melalui sejumlah kerucut parasit (parasit cone) yang terapat disepanjang jalur
rekahan pada sayap / lereng gunungapi. Perbedaan pusat letusan dengan letusan yang terjadi
melalui rekahan umumnya tergantung pada skala dan tahap pertumbuhan gu nungapi,
sehingga perbedaan itu akan sangat menonjol. Daerah gunungapi disebut juga "polyrifice" dicirikan
oleh tidak pernah terdapat pusat letusan, karena letusan akan terjadi pada titik - titik tertentu
dalam kurun waktu yang panjang (Karapetian, 1964). Struktur tubuh gunungapi cenderung
berukuran kecil dan jarang mencapai ketinggian 450 meter. Terak (scoria) lava, kerucut lava, kubah
lava dan hamparan lava adalah sebutan jenis - jenis gunungapi yang paling menonjol, sedangkan
gunungapi strato sangat jarang atau hampir tidak ada. Sebaran gunungapi pada umumnya tidak
beraturan, tetapi tidak menutup kemung-kinan sebaran gunungapi tersebut berkelompok. Kondisi
sebaran gunungapi tersebut berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa gunungapi
terbentuk bersamaan dengan tumbukan dan pemekaran lempeng, sehingga gunungapi biasanya
terbentuk pada sabuk pegunungan Alpen dan sabuk Pasific (gambar ). Komposisi petrografi batuan
penyusun gunungapi pada suatu daerah yang luas akan memiliki kesamaan, sehingga berdasarkan
sebaran yang luas dan kesamaan petrografinya, maka jenis gunungapi dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu (1) kerucut dan sebaran kerucut serta hubungan bentuk kubah dan (2) plato dan
dataran. Beberapa gunungapai ada yang membentuk sebagian kubah lava dan sebagian lagi
membentuk plato vulkanik. Selanjutnya tampilan negatif hasil letusan berupa kaldera yang sa- ngat
luas, sehingga terbentuk danau hasil dari letusan tersebut atau akibat penurunan (depresi) yang
terbendung oleh lava yang mengeras. Secara garis besar klasifikasi gunungapi berdasarkan letusan
yang diajukan oleh Lacroix (1908) dan disusun kembali oleh Sapper (1931) adalah sebagai berikut :
Tabel
Jenis gunungapi berdasarkan letusannya. JENIS GUNUNGAPI KARAKTERISTIK 1. ICELANDIC
Letusan melalui rekahan, mengeluarkan aliran magma basalt bebas, tenang, gas sedikit,
menghasilkan volume lava yang besar, lava mengalir seperti lapisan pada daerah yang luas, sehingga
membentuk plato. 2. HAWAIIAN Letusan berasal dari rekahan, kaldera dan lubang kawah, lelehan
lava diikuti dengan gas, letusan aktif tenang sampai sedang, lava dan gas mengalir dengan cepat
sambil menyemburkan api, debu sangat sedikit, membentuk kubah lava. 3. STROMBOLIAN Kerucut
berlapis ((stratocones) sekitar kawah, letusan sedang, berlanjut, melepaskan gas tidak teratur, me
- nyemburkan gumpalan lava, menghasilkan bomb dan terak (scoria) lava, kegiatan letusan
berulang - ulang, dengan semburan lava dan awan panas (seperti uap air) yang naik sampai pada
ketinggian tertentu.. 4. VULCANIAN Kerucut berlapis pada bagian tengah saluran magma, kumpulan
lava lebih kental, lapisan lava tertumpuk diantara letusan, gas terkumpul di bawah permukaan,
letusan bertambah hebat dengan waktu yang cukup lama, sampai terak (scoria) lava hancur, lubang
saluran magma bersih. Semburan bomb, batuapung dan debu, lava mengalir dari puncak menuruni
lereng setelah letusan utama, awan bercampur debu yang pekat tersembur ke udara membentuk
seperti cendawan, debu berlapis sekitar lereng puncak gunungapi. (catatan : letusan pseudo
vulkanik memiliki ciri yang sama, tetapi hasilnya menjadi lain (contoh: Hawaiian), yaitu menjadi
phreatic dan meng- hasilkan kabut uap yang sangat luas, membawa fragmen - fragmen lain). 5.
VESUVIAN Letusan lebih hebat daripada jenis strombolian atau vulcanian, letusan hebat terjadi
dengan melepaskan gas dari lubang saluran magma yang berbentuk kerucut berlapis (Stratocones),
terjadinya letusan setelah gunungapi istirahat cukup lama, saluran magma cenderung menjadi
kosong dan cukup dalam, pada suatu letusan lelehan lava menyebar (pada bagian atas mengkilat)
disertai dengan semburan asap seperti cendawan yang terus menerus membentuk lapisan debu
pada ketinggian tertentu. 6. PLINIAN. Letusan lebih hebat daripada letusan vesuvian, pada fase
utama yang terakhir menyemburkan gas dengan cepat membentuk awan seperti cendawan tegak
lurus setinggi beberapa kilometer, menyempit pada bagian bawahnya dan di bagian atasnya
menyebar sambil menyebarkan debu. 7. PELE'AN Menghasilkan lava kental bertekanan tinggi,
letusan jarang terjadi, saluran magma gunungapi jenis strato terhalang oleh kubah lava atau lava
penyumbat, gas keluar rekahan - rekahan lateral (lereng gunungapi) atau dari saluran yang telah
mengalami penghancuran penyumbatnya; debu dan fragmen - fragmen bergerak menuruni lereng

dalam satu atau lebih letusan sebagai "nue'es ardentes" atau luncuran awan panas, langsung
mengendapkan hasillnya. Sumber : Van Zuidam (1985 dari Holmes,1975 dan Bullard,1962)
Berdasarkan Ollier(1970), jenis gunungapi dan kawah merupakan hasil endapan lava kental derajat
tinggi dari suatu daerah yang sangat luas. Larutan magma (kaya Mg, Fe dan Ca) menguapkan H2O
(uap), SO2 dan CO2 serta mengurangi potensi letusan. Magma yang bertemperatur tinggi mengalir
keluar secara perlahan - lahan melalui celah - celah / rekahan - rekahan yang terdapat pada
gunungapi, seperti rekahan yang disebabkan oleh "horst volcano tectonic" atau lahan yang tergali
(R.W. Fairbridge, 1968). Magma kental (banyak mengandung SiO2 dan alkali) cepat dingin dan
melekat, menyimpan lebih banyak gas. Setelah gerakan magma pada saluran terhenti dan
temperatur naik, tekanan gas menyebabkan kawah tua retak, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya letusan dan penumpukan debu, bara, serta terak (scoria) lava.Letusan biasanya terjadi
dari lubang kawah tunggal yang biasa disebut dengan pusat letusan gunungapi. Terjadinya letusan
gunungapi dapat dibedakan menjadi dua macam, antara lain (1) monogenetik, yaitu letusan terjadi
sekali, berupa letusan kecil, dan (2) poligenetik, yaitu letusan terjadi beberapa kali, sering
menyemburkan lava secara berulang - ulang. Letusan monogenetik selalu dihubungkan dengan jalur
rekahan gunungapi, sebagai contoh jalur rekahan lava yang terbuka sekali, kemudian lava membeku
dan muncul kembali di tempat lain. Poligenetik biasanya berhubungan dengan pusat gunungapi.
Pada awalnya letusan terjadi dari kawah - kawah kecil kemudian kawah tersebut terkubur oleh
limpahan / curahan kawah lainnya (sehingga kawah tumpang tindih) dan pada akhirnya lenyap
karena letusan kaldera. Ketika letusan terhenti, endapan lava dan piroklastik membentuk strato
vulkanik, lapisan lava dapat dilihat pada dinding - dinding kawah atau lereng - lereng kawah yang
tererosi. Gunungapi lava basa. Lava basa bersifat sangat cair, sehingga dapat menyebar dengan
mudah dan meninggikan gunungapi. Ollier (1973) membedakan perisai lava , kubah lava, kerucut
lava, gundukan lava dan lava datar (gambar 28). Hamparan batuan gunungapi, terbentuk oleh
semburan lava basaltik dan dapat membentuk pilar lava seperti perisai besar, lereng landai (kurang
dari 70) dan cembung. Kerucut parasit, letusan lereng, dan letusan rekahan biasanya berhubungan
dengan gunungapi perisai (gunungapi perisai merupakan pernyataan yang kurang tepat, karena
merujuk kepada lava perisai, tetapi digunakan untuk gunungapi strato yang besar atau pada suatu
lingkungan gunungapi). Gunungapi berskala kecil memuntahkan lava cairdan menghasilkan kubah
cembung dari pada bentuk perisai, sehingga disebut sebagai kubah lava vulkanik. Perbedaan ukuran
yang digunakan tidak baku, dan beberapa penulis kadang - kadang mnggunakan perisai atau kubah.
Pusat letusan pada skala kecil menyebabkan sisi kerucut lurus dan aliran lava biasanya memiliki
kemiringan lereng yang landai (kurang dari 70) , tetapi ada juga beberapa contoh yang relatif
curam. Gunungapi basaltik tidak dicirikan oleh kawah, tetapi memiliki ciri berupa gundukan lava
yang berlereng landai. gundukan lava tersebut sebagian menunjukkan bentuk yang tajam,
mencerminkan telah mengalami erosi yang kuat. Gunungapi basaltik tidak memiliki kawah, tetapi
menghasilkan lelehan lava yang keluar melalui dari rekahan - rekahan. Beberapa gunungapi
dibedakan kerucutnya oleh rekahan yang bertindak menjadi kawah dan dapat dinyatakan sebagai
gundukan lava ("lava mounds") yang memiliki kesamaan dengan gundukan terak ("scoria mounds").
Di Victoria (Australia) ada beberapa kelainan gunungapi yang telah diteliti, dan gunungapi tersebut
membentuk lava yang mendatar ("lava disc ) yang terbentuk dari lava basal dan keluar melalui
rekahan - rekahan yang tegak lurus terhadap permukaan lava yang ada di atas dan sisinya (Ollier,
1970). Gunungapi lava asam. Batuan bekuan asam pada umumnya sangat pekat dan apabila batuan
bekuan asam ini tidak terlontarkan oleh suatu letusan gunungapi, maka magma ini akan mengalir
melalui rekahan - rekahan membentuk sejumlah bentuklahan ( gambar 30). Pada saat lava yang
pekat dismburkan, maka akan menyebar dan membentuk gundukan cembung yang dikenal sebagai
kubah kumulus ("cumulo dome") dan ini tidak berdiri sendir, tetapi membentuk kelompok intrusi
pada endapan piroklastik. Istilah "mamelon" sering diterapkan untuk kubah kumulus, tetapi Cotton
(1944) menyebutkan bahwa "mamelon" adalah kubah kumulus yang terbentuk oleh letusan dengan
aliran material lava trakhitik dan "mamelon" sama seperti kubah kumulus yaitu tidak memiliki
kawah, "Tholoid " mengacu pada kubah kumulus atau mamelon yang berasal dari dalam kawah besar
gunungapi dengan ketinggian dan diameter beribu - ribu meter yang tertutup oleh runtuhan atau

mungkin bentuk kubah yang menyimpang menjadi kasar dan tidak memiliki kawah. Formasi "
tholoid " pada kawah tidak mencirikan akhir dari suatu aktifitas gunungapi karena terbentuk dan
hancurnya " tholoid " berlangsung selama pertumbuhan gu -nungapi. Lava kental yang menyembur
dari saluran memiliki sifat sangat kaku dan bergerak seperti batang lurus (piston), sehingga
menghasilkan tubuh yang membulat dan panjang disebut sebagai kubah penyumbat. Kerucut kubah
penyumbat berkembang dengan cepat, tetapi pertumbuhannya hancur oleh letusan dan pecah
karena tidak seimbang pada saat tumbuh dan kumpulan pecahan dari letusan punggungan karena
beberapa kubah penyumbat ditutupi oleh tumpukan batuan rombakan yang membentuk seperti
endapan longsor sekitar lereng dengan batuan berbentuk pilar membentuk sudut hampir datar.
Kubah penyumbat yang memiliki ukuran besar mendekati ukuran pegunungan merupakan letusan
dengan skala lebih kecil dari lava yang sa-ngat kaku, selanjutnya rekahan pada permukaan kubah
penyumbat atau kubah kumulus muncul membentuk punggungan. Gunungapi piroklastik. Letusan
gunungapi menghasilkan pecahan - pecahan (fragmen - fragmen) lava yang berjatuhan dekat lubang
kepundan, pecahan - pecahan lava tersebut membentuk gumuk rombakan dengan lereng sesuai
dengan sudut pembentukan gumuk rombakan tersebut. Partikel - partikel halus diendapkan pada
lereng lebih bawah dibandingkan dengan partikel - partikel kasar, sehingga pecahan - pecahan kasar
terkumpul dekat lubang kepundan. Bentuk lereng yang indah seperti di Fujiyama (Jepang) dan Mt.
Egmont (New Zealand). Ollier (1973), membedakan lima jenis gunungapi piroklastik menjadi
kerucut terak ("scoria cones"), gundukan terak ("scoria mounds"), kumpulan kerucut terak ("nested
scoria cones"), kerucut littoral ("littoral cones") dan maar. Kerucut terak yang ideal adalah kerucut
tunggal yang memiliki lereng lurus atau sisi - sisinya cembung melandaidan kawah di bagian
puncaknya. Bibir kawah yang datar memperlihatkan seakan - akan kerucut terak memiliki puncak
yang datar jika dilihat dari jarak jauh. Kerucut terak terbentuk sangat cepat, karena pada tahap
akhir letusan gunungapi yang memiliki magma basaltik cenderung membentuk kerucut terak.
Beberapa terak gunungapi tidak memiliki kawah sebenarnya dan biasanya dinyatakan sebagai
gundukan terak ("scoria mounds") yang terpisah dari kerucut terak normal ("normal scoria cones").
Kerucut terak dihasilkan dari akhir suatu letusan gunungapi yang cukup besar. Jika posisi terak
terletak di tengah kawah atau kepundan yang sangat besar, maka disebut sebagai kumpulan kerucut
terak ("nested scoria cones"), penampang melintang antara kerucut bagian dalam dengan dinding
kawah disebut "fosse". Saat lelehan lava bersentuhan dengan laut, maka akan terjadi letusan dan
semburan pecahan lava, sehingga pecahan lava tersebut membentuk tumpukan pecahan lava yang
disebut sebagai kerucut litoral ("littoral cones") dengan ketinggian 100 meter dan memiliki
diameter 1 kilometer. Sering ditemukan satu atau dua bukit yang terbentuk pada sisi aliran
lava
( Wentworth dab Macdonald, 1953). "Maars" atau kawah bekas letusan adalah
bentuklahan yang disebabkan oleh letusan gunungapi, terdiri dari kawah sampai bagian yang paling
bawah, luas dan dalam. Disekitar bibir kawah dibentuk oleh semburan material - material
piroklastik, batuan bekuan atau batuan dasar dan sering dicirikan oleh bentuk endapan besar
asimetris yang searah dengan arah angin pada kawah tersebut. Pada penampang akan tampak
bagian sisi yang curam mengarah ke kawah dan lereng yang berlawanan arah dengan lereng curam
memiliki kemiringan yang landai (umumnya 40 atau kurang) membentuk lapisan piroklastik yang
relatif sejajar dari arah kawah. Kawah sering memeiliki diameter 1 kilometer dan ketinggian bibir
antara 50 sampai 100 meter. "Maar" biasanya terdapat bersama dengan endapan batuan bekuan
basal dan kawah bagian bawah ditutupi oleh air membentuk danau. Letusan gunungapi campuran.
Pada beberapa gunungapi sering ditemukan endapan campuran antara lava dengan fragmen dan
gunungapinya disebut sebagai gunungapi strato ("strato vulcanous"). Beberapa gunungapi besar di
dunia seperti Gunungapi Visuvius, Fujiyama, Egmont dan sebagainya merupakan gunungapi jenis
strato. Seperti umumnya gu nungapai, maka gunungapi jenis strato juga memiliki periode
letusan yang panjang selaras dengan aktifitas gunungapi tersebut. Kerucut - kerucut yang tertoreh
kemudian membentuk parit erosi dan menjadi alur mengalirnya lava. kerucut - kerucut terak
("scoria cones") terbentuk disekeliling puncak gu - nungapi dan aliran piroklastik serta endapan
jatuhan tersebar secara luas disekitar lereng - lereng gunungapi. Gunungapi gabungan. Campuran
gunungapi yang tampak sempurna adalah gunungapi yang memiliki campuran bentuk lava dan terak

("scoria"), tetapi tidak sesederhana kumpulan suatu lapisan lava. Banyak bukit campuran secara
genetik memiliki hubungan yang sama pada awalnya berdiri sendiri, kemudian karena tumpang
tindihnya endapan hasil letusan (erupsi) yang tidak memiliki hubungan antara satu letusan dengan
letusan lainnya dengan umur yang berbeda mengakibatkan bukit - bukit tersebut menjadi satu,
(Ollier, 1970). Kerucut parasit ("parasit cones") biasa disebut sebagai kerucut "adventive" dan
kerucut kedua dapat berkembang apabila gunungapi memiliki tekananyang sangat besar agar dapat
mengeluarkan lava mengalir melalui rekahan - rekahan yang mudah dicapai ke permukaan dan
meletus pada lereng - lereng utama gunungapi. Sekali letusan gunungapi terjadi, maka endapan
lava yang bertindak sebagai penyumbat lubang kawah hancur, sehingga memberi peluang keluarnya
lava dan letusan selanjutnya akan menjadi mudah. Sesar, rekahan dan punggungan terbentuk pada
sayap - sayap gunungapi, sehingga lava dapat mengalir melalui rekahan - rekahan dengan sifat
letusan dari rekahan tersebut. Kawah yang terdapat dipuncak gunungapi telah membentuk
percabangan pada bagian dindingnya, sehingga dijadikan alur keluarnya lelehan lava atau kegiatan
letusan. Pada suatu kawah yang luas dapat terdiri dari satu atau lebih gundukan kerucut atau
kawah. Pada beberapa daerah terbentuk sejumlah kerucut terak ("scoria cones") secara bersamaan
dengan mekanisme terbentuknya kerucut parasit ("parasit cones") ; sebagai contoh : jika kerucut
yang pertama menutupi saluran magma ("vent"), maka akan terbentuk saluran magma ("vent") baru.
Perbedaanya adalah tidak terjadi pertumbuhan kerucut yang berukuran besar, misalnya : tidak
tampak gunungapi utama, tetapi yang tampak adalah rangkaian gunungapi, sehingga disebut
sebagai rangkaian kerucut ("multiple cones"). "Cryptocones" adalah gunungapi yang memilikilubang
kawah atau bibir kawah yang kasar dan kadang - kadang ditemukan lapisan material gunungapi yang
tebal, tidak ditemukan batuan beku yang memiliki struktur yang dibentuk oleh pelepasan gas tau
tampilan permukaan saluran magma ("vent") tidak sampai ke permukaan. Kawah meteorit memiliki
bentuk permukaan yang sama dengan gunungapi, tetapi cara terbentuknya bukan diakibatkan oleh
gunungapi, melainkan oleh jatuhan meteor ke permukaan bumi, kemudian meledakdan letusannya
memberi dampak seperti bentuk kawah tersebut. Batuan meterorit yang jatuh

membentuk kawah jarang ditemukan disekitar bibir kawah, karena pecahannya


menyebar jauh dari bibir kawah. Ciri lain dari meteor yang jatuh ke permukaan
bumi adalah kenampakan fragmen batuan dasar pada bibir kawah menjadi
miring akibat benturan meteor yang jatuh tersebut. Kaldera adalah depresi
(cekungan) gunungapi yang sangat luas berdiameter mencapai 5 kilometer. tiga
jenis utama kaldera yang dikenal, yaitu kaldera runtuhan, kaldera letusan dan
kaldera eosi. Kaldera runtuhan selanjutnya dibagi menjadi jenis Karakatau atau
kaldera runtuh karena suatu letusan dan jenis kaldera Glencoe taua kalderayang
mengalami penurunan (
bsidence") (ganbar 32). Pada jenis kaldera glencoe, penurunan tidak diikuti
dengan letusan abu, tetapi rekahan yang mengisolasi bagian tengah yang
melingkar menyebabkan terjadinya terobosan ( intrusi) lateral atau jalan
keluarnya lelehan lava. Kaldera hasil dari letusan sangat jarang, tampilan letusan
gunungapi yang membentuk kaldera sebenarnya hanya dapat menghasilkan
kaldera dengan garis tengah kurang dari 1,5 kilometer. sedangkan kaldera yang
berdiameter besar merupakan hasil dari beberpa kali letusan. Selanjutnya jenis
ketiga adalah kaldera erosi, yaitu kaldera yang memiliki luas akibat erosi terhadap dinding
kawah. Kaldera erosi akan hilang selaras dengan pemebntukkan kaldera baru oleh proses yang
berbeda (bukan erosi), seperti runtuhan atau penurunana (subsidence). 4.1.3.1 Aliran lava dan
tampilan lava minor Jenis lava. hasil utama gunungapi adalah lava, debu atau tufa, semburan gas
dan asap. Lava silika kental cenderung membentuk kubah kumulus atau "coulees" atau letusan
material piroklastik, sedangkan lava yang lebih cair membeku membentuk seperti lapisan
meninggalkan jejeak seperti aliran lava (Ollier, 1970). Selaras dengan kenampakan permukaan lava,

maka aliran lava diklasifikasikan menjadi aa pahoehoe, a a, lava blok dan lava bantal (gambar 33).
Lava pahoehoe adalah jenis lava cair dengan sedikit berbusa dan pada lapisan permukaannya yang
tipis mendingin membentuk lipatan akibat gerakan lava yang meleleh pada bagian bawahnya,
hasilnya adalah lava seperti kulit hiu dan lilitan sejajar yang pijar, seperti melilit pilar Lava a a
(dibunyikan ah ah) adalah lava berbentuk blok, berbusa dan bergerak secara perlahan. lapisan lava
cukup tebal, pecah membentuk blok - blok yang saling bertumpuk dan masiv, lava seperti bubur
saling bertumpang tindih. Aliran lava yang mengalir secara perlahan - lahan membentuk timbunan
seperti bongkah - bongkah dan bergerak mengeluarkan suara deru yang cukup keras. Lava a a dan
lava blok memiliki persamaan, tetapi Fe'nch (1933) dan Macdonald (1953) membedakan antara a a
karena bentuknya seperti kerak besi yang melintir dengan blok lava yang memiliki bentuk blok blok yang menyudut. Jika aliran lava masuk ke dalam air atau terjadi letusan gunungapi di bawah
permukaan air, maka biasanya terbentuk struktur khusus yang disebut sebagai lava bantal ("pillow
lava"). Lava mendingin dengan cepat, sehingga membentuk lava yang mengkilat seperti kaca, tetapi
lapisan kulit yang plastis terdapat menutupi lava yang cair bergulung seperti kantung plastik yang
diisi penuh oleh larutan. Kantung - kantung yang berbentuk membulat seperti lelehan saus
merupakan bantal dan biasanya saling bertumpuksatu dengan yang lainnya. Pada bagian puncak
berbentuk membulat, tetapi pada bagian dasar yang masuk ke bagian dalam membentuk lapisan.
Tampilan ini tampak sama dengan kilapan kaca, kulit tachylitic dan rekaha radial (gambar 34),
membentuk bantal yang mudah dibedakan dari bentukkebundaran bongkah karrena pelapukan
mengelupas bawang. Banyak lava bantal yang terbentuk dilaut, tetapi ada juga yang terbentuk
pada air tawar (danau). Tampilan lava minor. Pendinginan aliran lava menyebabkan penyusutan,
sehingga terbentuk formasi kekar. penyusutan dan pembentukan formasi kekar ini tidak pernah
terjadi pada massa lava seperti bubur, tetapi akan mencapai geometri yang sempurna pada sebaran
larutan kental lava basal yang luas. Pengkerutan (kontraksi) terjadi ketika lava mendingin yang
dicerminkan oleh garis - garis kekar memusat yang menjadi arah tekanan. Ketika pengkerutan
(kontraksi) memenuhi ruang, maka rekahan - rekahan menjadi kekar, kemudian memebntuk
pecahan heksagonal. Pola - pola kekar yang tegak membagi lava menjadi kolom - kolom tegak
heksagonal dan pecah membentuk blok - blok karena rekahan yang melintang. Permukaan kekar
tegak (vertikal) mempunyai jarak gores yang dikenal seperti bekas pahatan. Bentuk - bentuk kekar
akibat aliran lava terbentuk didalam satu kumpulan, kemudian membentuk mega kolom dan
selanjutnya kolom normal dan terakhir membentuk rekahan - rekahan yang saling berpotongan.
Secara alamiah bagian permukaan lava akan lebih cepat dingin dari pada bagian dalam (tengah)
aliran lava, sehingga bagian permukaan tersebut akan mengker ut dan pecah. Pada aliran

lava, blok - blok lava terangkut sampai ujung ujung aliran dan terbenam,
sehingga gerakan aliran lava yang mendorong blok - blok lava tersebut
membentuk celah - celah yang menjadi jalur aliran lava tersebut, sedangkan
pada bagian atas dan bawah aliran lava tersebut membentuk bongkah - bongkah
kerak. Selanjutnya pada saat bagian atas aliran lava mendingin secara tiba tiba, maka aliran lava tersebut akan terputus membentuk ujung - ujung aliran ("
toe") yang baru atau membentuk satuan aliran yang baru. Pada bagian dalam
(tengah) tubuh aliran yang mendinging perlahan - lahan masih bersifat cair dari
pada bagian luar (tepi) dan akan bergerak setiap saat, sehingga dapat dibedakan
bagian luar dan bagian dalam dari suatu aliran lava yang tampak dengan skala
kecil. aliran lava sangat berhubungan dengan kenampakkan topografi, sehingga
aliran lava sangat cepat akan memenuhi lereng - lereng yang terjal. Selanjutnya
aliran lava dapat bergerak pada lereng - lereng yang memiliki kemiringan landai,
sedangkan pada lereng yang tegak membentuk aliran lava terjun seperti air
terjun. Aliran lava yang sangat kental dapat menghancurkan penghalang penghalang di jalur alirannya dan aliran lava yang relatif cair akan terbelokkan oleh
lambatnya aliran lava kental yang bertindak seperti tangul - tanggul kecil. Kejadian bentuk - bentuk

aliran lava sangat rumit, sehingga dapat menunjukkan bermacam - macam tampilan seperti lava
yang berlapis, gua - gua lava dan bongkah - bongkah (gambar 35). Salah satu bentuk lava (minor)
dapat ditemukan pada ujung dari aliran lava ("TOE"), yaitu bagian paling depan suatu aliran lava
yang berbentuk cembung dengan ketinggian 3 meter dan panjang dapat mencapai puluhan meter.
4.2 Pelaksanaan pemetaan geomorfologi Pemetaan geomorfologi dilakukan dengan pendekatan cara
yang dikembangkan oleh Verstappen (1967 dan 1968) dan Van Zuidam (1968 dan 1975), dengan
pertimbangan metode pemetaan gemorfologi dari kedua akhli tersebut mudah dipahami dan cukup
jelas. Sistem pemetaan geomorfologi disusun secara sederhana untuk keperluan analisis, klasifikasi
dan evaluasi yang digunakan sebagai dasar pemetaan geologi dan penelitian geologi. Sistem yang
digunakan untuk kepentingan geologi dan ilmu - ilmu yang berhubungan dengan geologi memiliki
prinsip - prinsip sebagai berikut : - Sistem harus terpakai untuk penelitian bidang ilmu geologi dan
ilmu - ilmu yang berhubungan dengan geologi. - Sistem harus dapat digunakan didalam berbagai
skala. - Sistem harus dapat memisahkan dengan jelas keseragaman satuan. - Sistem harus mudah
diekstrapolasi dan digeneralisasi. Cara pemetaan geomorfologi dilakukan dengan 2 tahap, yaitu
tahap interpretasi peta topografi dan atau foto udara / citra satelit serta tahap pemeriksaan
lapangan. Bahan dan alat yang digunakan untuk pemetaan geomorfologi antara lain : - Peta
topografi dan foto udara skala 1 : 50.000 atau lebih besar. - Citra satelit (Landsat.TM, SPOT atau
ERS). jika diperlukan. - Kerta kalkir dan plastik OHP. - Kompas geologi. - Palu geologi. - Pita ukur. Plan table lengkap dengan tripod dan mistar. -Alat - alat tulis. 4.3 Langkah - langkah pemetaan
Tahap interpretasi peta topografi dan foto udara dilakukan di studio pemetaan dengan kegiatan
yang dilakukan antara lain : - Batasi puncak - puncak punggungan yang bertindak sebagai batas
pemisah aliran (water devided area) . - Gambar pola aliran pada peta topografi dan / atau foto
udara, pada setiap lekukan garis kontur atau lekukan lembah pada foto udara. - Batasi pola aliran
pada suatu perbukitan / punggungan mulai dari puncak punggungan yang bertindak sebagai batas
pemisah aliran sampai ke titik akhir pengaliran. Bandingkan dengan pola aliran yang telah
dibakukan seperti pada gambar 7 dan 8 - Nyatakan aspek geologi yang berkembang berdasarkan
pola aliran tersebut. - Aspek geologi yang tercermin melalui pola aliran merupakan unsur genetikan
suatu bentuklahan. - Klasifikasikan bentuklahan secara morfografi (perbukitan atau pedataran) yang
tampak pada peta topografi dengan ciri perbedaan garis kontur dan kondisi pola aliran yang
menyatakan aspek genetika, sehingga dapat ditentukan nama satuan geomorfologi. - Perhatikan
kerapatan kontur, karena kerapatan kontur akan mencerminkan kecuraman lereng, sehingga
memiliki arti bahwa lereng yang curam dan menerus dapat diperkirakan sebagai sesar yang
berkembang di daerah tersebut, sedangkan perbedaan kerapatan kontur lainnya dapat digunakan
untuk membedakan jenis batuan. - Perhatikan kerapatan pola aliran, karena kerpatan pola aliran
akan mencerminkan janis batuan yang tahan terhadap erosi atau mudah tererosi., sehingga dapat
disimpulkan bahwa batuan yang mudah tererosi merupakan jnis batuan yang lunak, sedangkan
batuan yang tahan terhadap erosi merupakan jenis batuan yang keras. - Jika telah dibuat klasifikasi
dengan dukungan unsur - unsur geomorfologi, maka kelas lahan yang memiliki kesamaan dijadikan
satuan geomorfologi. 4.3.2 Bentuklahan asal fluvial (sungai) - Bentuklahan asal fluvial (sungai) a.
Satuan bentuklahan dataran banjir. b. Satuan bentuklahan dataran tanggul alam c. Satuan
bentuklahan dataran teras sungai. d. Satuan bentuklahan dataran beting gisik. e. Satuan
bentuklahan dataran gosong sungai. 4.3.3 Bentuklahan asal marin (laut) a. Satuan bentuklahan
dataran pesisir (coastal) b. Satuan bentuklahan dataran pesisir aluvial. c. Satuan bentuklahan
beting gisik. d. Satuan bentuklahan dataran pantai (beach). e. Satuan gumuk pasir (sand dunes)
4.3.4 Bentuklahan asal struktural a. Satuan bentuklahan perbukitan struktural terlipat. b. Satuan
bentuklahan perbukitan struktural gawir sesar. c. Satuan bentuklahan perbukitan blok sesar. 4.3.5
Bentuklahan asal vulkanik. a. Satuan bentuklahan perbukitan intrusi. b. Satuan bentuklahan
perbukitan lereng atas vulkanik. c. Satuan perbukitan lereng vulkanik tengah. d. Satuan
perbukitan lereng vulkanik bawah. 4.3.6 Bentuklahan asal aeolian 4.3.7 Bentuklahan asal karst. a.
Satuan bentuklahan perbukitan karst. b. Satuan bentuklahan kubah karst. c. " sinkhole" / 'dolina'
4.3.8 Bentuklahan asal glasial (es) Tahap kegiatan lapangan dilakukan setelah kegiatan interpretasi
peta topografi dan / atau foto udara di studio, serta telah tersusun kerangka peta geomorfologi

sementara (sebagai peta dasar geomorfologi dan geologi) sebagai acuan. Tahap kegiatan lapangan
meliputi : 1. Peninjauan lapangan dengan tujuan mencocokkan aspek - aspek bentanglahan
(landscape) daerah penelitian dengan peta dasar yang telah dibuat di studio. 2. Penelusuran batas batas yang telah dibuat pada peta dasar selaras dengan kegiatan penelitian geologi. 3. Jadikan
aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek geologi yang sedang diteliti. 4. Tentukan (plot) dan
catat aspek geomorfologi tersebut sebagai data untuk pembuktian kondisi geologi yang sedang
diteliti. 5. Jika masih diragukan aspek - aspek geomorfologi sebagai ciri - ciri aspek geologi, maka
aspek tersebut dijadikan panduan untuk menelusuri aspek geologi yang sedang diteliti. 6. Satuan
bentuklahan dapat dijadikan panduan untuk menelusuri kondisi geologi yang sedang diteliti,
sehingga didalam penarikan batas satuan geomorfologi harus dilakukan dengan hati - hati. 7. Batas
satuan bentuklahan dan simbol - simbol yang digunakan harus memberikan cerminan kondisi geologi
daerah yang diteliti. 8. Diharapkan dengan membuat peta geomorfologi sebaai peta dasar
pemetaan geologi, cerminan kondisi geomorfologi dapat memudahkan pelaksanaan pemetaan
geologi dan ilmu - ilmu yang berhubungan dengan geologi. 4.4 Simbol yang digunakan Simbol simbol yang digunakan pada peta geomorfologi terdiri dari simbol warna, simbol gambar, dan simbol
huruf. Simbol warna digunakan untuk satuan bentuklahan adalah sebagai berikut : 1. Satuan
bentuklahan struktural (S)
- warna ungu (violet) 2. Satuan bentuklahan vulkanik (V)
- warna merah. 3. Satuan bentuklahan denudasional (D) - warna coklat 4. Satuan bentuklahan
marin (laut) (M)
- warna hijau. 5. Satuan bentuklahan sungai (fluvial) (F) - warna biru tua 6.
Satuan bentuklahan gleitser (es) (G)
- warna biru muda. 7. satuan bentuklahan aeolian (angin)
(A) - warna kuning. 8. Satuan bentuklahan karst (K)
- warna jingga (orange) Simbol
huruf : 1. Satuan bentuklahan struktural (S)
a. Satuan bentuklahan perbukitan terlipat
- S.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan sesar
- S.2 c. Satuan bentuklahan perbukitan blok
sesar - S.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan sesar geser - S.4 2. Satuan bentuklahan vulkanik
(V)
a. Satuan bentuklahan puncak vulkanik
- V.1 b. Satuan bentuklahan perbukitan
lereng
- V.2
vulkanik atas.
c. Satuan bentuklahan perbukitan lereng
- V.3
vulkanik tengah. d. Satuan bentuklahan perbukitan lereng
- V.4
vulkanik bawah. 3.
Satuan bentuklahan denudasional (D)
a. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi kuat
- D.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan tererosi sedang - D.2
c. Satuan bentuklahan perbukitan
tererosi ringan - D.3
d. Satuan bentuklahan perbukitan tanah longsor - D.4 4. Satuan
bentuklahan marin (M)
a. Satuan bentuklahan dataran gisik
- M.1 b. Satuan
bentuklahan dataran beting gisik - M.2
c. Satuan bentuklahan dataran gisik aluvial - M.3
d.
Satuan bentuklahan dataran gumuk pasir - M.4 5. Satuan bentuklahan fluvial (F).
a. Satuan
bentuklahan dataran tanggul alam
- F.1
b. Satuan bentuklahan dataran banjir
F.2
c. Satuan bentuklahan dataran undak sungai
- F.3 6. Satuan bentuklahan Karst (K)
a.
Satuan bentuklahan perbukitan karst
- K.1
b. Satuan bentuklahan perbukitan kubah karst
- K.2 Simbol gambar : Bentuklahan struktural.
Batas pemisah aliran (water
devide ).
Gawie sesar geser / blok sesar.
Sesar geser / blok sesar geser.
Perlipatan
Sesar naik. Bentuklahan vulkanik
Kawah /
kepundan
Arah lelehan lava Bentuklahan denudasional
Arah erosional
Tingkat erosi kuat
Tingkat erosi sedang
Tingkat erosi lemah.
Erosi tebing sungai
Erosi garis pantai
Gerakan tanah (Mass wasting)
Longsor
jatuhan (rock fall)
Longsor geseran ( landslide)
Longsor geser rotasional (slump) Bentuklahan marin (M)
Beting gisik ( beach ridge )
Gumuk pasir
(sand dunes ) Bentuklahan Fluvial /sungai ( F)
Alur sungai berupa
garis tipis
Tanggul alam
Datraran
banjir
Undak sungai. Bentuklahan karst (K)

Kerucut karst
Kubah karst
Sinkhole
Dolina
Gua karst dengan stalagtit/stalagmit BAB 5 PENULISAN LAPORAN
Peta geomorfologi yang bertindak sebagai peta dasar pada pemetaan geologi di dalam laporan
pemetaan pada Jurusan Geologi FMIPA - UNPAD merupakan bahasan tersendiri (sub bab), maka
penjelasan geomorfologi harus mencerminkan aspek - aspek geologi yang terkandung di dalam peta
geomorfologi, sehingga memiliki suatu hubungan yang jelas antara satuan bentuklahan pada peta
geomorfologi dengan aspek geologi pada peta geologi. Bahasan geomorfologi yang perlu ditonjolkan
untuk kepentingan geologi terutama pendekatan morfografi, morfogenetik dan morfometri yang
mempengaruhi bentuklahan untuk dijadikan landasan menerangkan kondisi - kondisi geologi.
Penjelasan morfografi, morfogenetik dan morfometri merupakan arahan dari ciri - ciri kondisi
geologi yang sedang dipetakan, sehingga pemeriksaan lapangan yang dilakukan terhadap hasil
interpretasi peta topografi dan / atau foto udara yang dilakukan di studio menjadi kegiatan awal
pemetaan geologi. Jika penelitian geologi mengarah pada penelitian yang lebih khusus perlu
menggunakan peta geomorfologi sebagai landasan penelitian, sebagai contoh penelitian
perencanaan wilayah, geologi teknik, geologi linkungan, proses - proses sedimentasi dan geologi
kuater, sehingga peta geomorfologi yang digunakan untuk kepentingan penelitian yang lebih khusus
tersebut harus menggunakan peta geomorfologi pragmatik. Kandungan peta geomorfologi pragmatik
akan menampilkan aspek - aspek morfografi, morfogenetik, morfometri secara rinci dan material
penyusun yang jelas seperti batuan atau tanah, sehingga tujuan penelitian yang diharapkan akan
lebih terarah. Sebagai contoh peta geomorfologi untuk pengembangan wilayah perkotaan, selain
menampilkan kondisi morfografi seperti perbukitan atau pedatataran yang diikuti dengan
morfogenetik, maka morfometri dan material penyusun harus dikemukakan dengan jelas, karena
wilayah perkotaan selain memerlukan bentuklahan yang layak (landsuitability yang mencakup
perbukitan dan pedataran) sebagai dasar untuk menyusun rencana tapak (site plan) juga dibutuhkan
daya dukung keteknikan seperti kestabilan lereng yang berhubungan erat dengan batuan dan jenis
tanah sebagai dasar perkotaan, kemiringan lereng yang berhubungan dengan saluran pengaliran
(drainage) kota, pola pengaliran untuk mencegah banjir dan kemampuan lahan (land capability)
untuk daya dukung menampung aktifitas perkotaan. 5. KESIMPULAN Peta geomorfologi akan sangat
membantu didalam melaksanakan pemetaan geologi jika dipahami dengan baik, sehingga biaya
yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan pemetaan geologi menjadi lebih murah, karena
waktu yang diperlukan untuk pemetaan geologi akan sangat berkurang dan penajaman terhadap
aspek - aspek geologi dapat ditelusuri dari sejak awal (kegiatan di studio). Pemahaman
geomorfologi yang sama di kalangan geologi akan sa - ngat membantu didalam penelitan penelitian geologi, terutama penelitian geologi yang bersifat khusus, sehingga tidak akan terjadi
silang pendapat yang cukup tajam dan dapat berakibat terbengkalainya program penelitian. Simbol
- simbol yang digunakan perlu ditata kembali sesuai dengan simbol - simbol yang telah disepakati
oleh internasional (khususnya para akhli geomorfologi), sehingga tidak terjadi penggunaan simbol
yang sembarangan. Penulisan laporan tentang geomorfologi harus menjadi satu rangkaian laporan
yang mencerminkan kondisi geologi berdasarkan pendekatan geomorfologi.
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ

Anda mungkin juga menyukai