Anda di halaman 1dari 27

Transformator

Pengertian Dasar
Kata Transformator berasal dari kata Transformasi yang artinya PERUBAHAN.
Jadi transformator atau yang biasa disebut TRAFO adalah suatu alat listrik yang dapat
memindahkan dan mengubah energy listrik satu atau lebih rangkaian listrik satu atau lebih
rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain, melalui suatu gendeng magnet berdasarkan
prinsip induksi-elektromagnet.
Transformator adalah alat yang digunakan untuk mengubah tegangan bolak balik (ac)
dari suatu nilai tertentu ke nilai yang kita inginkan terdiri dari kumparan primer dan sekunder.
Bagian-Bagian Trafo
Bagian dari trafo berdasarkan jalannya fluksi magnit pada inti besi, trafo dibedakan atas
2 macam yaitu:
1.
Trafo inti atau CORE TYPE TRANSFORMER.
Fluksi
magnit
()

Inti Besi

Kumparan

2.

Kumparan

Trafo Metal atau SHELL TYPE TRANSFORMER


Fluksi
magnit
()

Inti Besi

Kumparan
Primer
Kumparan
Skunder

Inti besi dari trafo berfungsi sebagai rangkaian magnit yang terdiri dari pelat-pelat besi
tipis yang disebut plat trafo atau plat dynamo dengan tebal 0,3 s/d 1.5 mm

Lambang Transformator
Jenis-jenis transformator adalah
1

1. Transformator Step-Up

Lambang Transformator step-up


Transformator step-up adalah transformator yang memiliki lilitan sekunder lebih
banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi sebagai penaik tegangan.
Transformator ini biasa ditemui pada pembangkit tenaga listrik sebagai penaik
tegangan yang dihasilkan generator menjadi tegangan tinggi yang digunakan dalam
transmisi jarak jauh.
2. Transformator Step-down

Lambang Transformator step-down


Transformator step-down memiliki lilitan sekunder lebih sedikit daripada lilitan
primer, sehingga berfungsi sebagai penurun tegangan. Transformator jenis ini sangat
mudah ditemui, terutama dalam adaptor AC-DC.
3. Autotransformator

Lambang Autotransformator
Transformator jenis ini hanya terdiri dari satu lilitan yang berlanjut secara listrik,
dengan sadapan tengah. Dalam transformator ini, sebagian lilitan primer juga
merupakan lilitan sekunder. Fasa arus dalam lilitan sekunder selalu berlawanan
dengan arus primer, sehingga untuk tarif daya yang sama lilitan sekunder bisa dibuat
dengan kawat yang lebih tipis dibandingkan transformator biasa. Keuntungan dari
autotransformator adalah ukuran fisiknya yang kecil dan kerugian yang lebih rendah
daripada jenis dua lilitan. Tetapi transformator jenis ini tidak dapat memberikan
isolasi secara listrik antara lilitan primer dengan lilitan sekunder. Selain itu,
autotransformator tidak dapat digunakan sebagai penaik tegangan lebih dari beberapa
kali lipat (biasanya tidak lebih dari 1,5 kali).
Kegunaan Transformator (trafo)
Transformator (trafo) adalah alat yang digunakan untuk menaikkan atau menurunkan
tegangan bolak-balik (AC). Transformator terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: kumparan
2

primer yang bertindak sebagai input, kumparan skunder yang bertindak sebagai output, dan
inti besi yang berfungsi untuk memperkuat medan magnet yang dihasilkan.
a.

Untuk menyesuaikan tegangan setempat dengan tegangan peralatan listrik


Misalnya sumber listrik tegangan pada PLN 220 Volt akan dipasang pada suatu
tempat yang tegangannya 12 Volt, maka dipergunakan trafo untuk menyesuaikan
tegangan 220 Volt menjadi 12 Volt.
S
Primer
220 V

Trafo

Skunder
12 V

Perala
tan
Listrik

b. Untuk Sistem Tenaga


Trafo pada sistem tenaga listrik disebut TRAFO TENAGA yang dibedakan 2 macam
yaitu:
a. Transformator STEP UP atau trafo penaik tegangan yaitu untuk menaikkan tegangan
Pusat Pembangkit menjadi tegangan tinggi untuk di transmisikan.
b. Transformator STEP DOWN atau trafo penurun tegangan yaitu untuk menurunkan
tegangan saluran transmisi ke tegangan yang lebih rendah (tegangan pemakai).

G
3

T1

T2

Pusat
Pembangkit

Saluran
Distribusi dan
Konsumen

T1 = Trafo STEP UP
T2 = Trafo STEP DOWN
Pada saluran penurun tegangan dikenal trafo distibusi yaitu untuk merubah tegangan
distribusi primer ke tegangan distribusi skunder untuk di distribusikan ke konsumen.
c.

Klasifikasi Trafo
1. Trafo tunggal atau satu fasa
2. Trafo tiga fasa.

d. Untuk keperluan pengukuran dari besaran listrik


Trafo yang dipergunakan untuk pengukuran listrik dari besaran listrik yaitu tegangan
atau arus yang tinggi disebut TRAFO INSTRUMEN atau TRAFO PENGUKURAN;

Beban

Beban

A
Trafo
pengukuran
Arus

V
Trafo
Pengukuran
Tegangan

e.

Dalam bidang Elektronika


Trafo digunakan antara lain:
a. Sebagai gandengan impendansi antara sumber dan beban;
b. Untuk memisahkan satu rangkaian dari rangkain lain;
c. Untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara
rangkaian

Prinsip Kerja Transformator


Prinsip kerja dari sebuah transformator adalah sebagai berikut ketika kumparan primer
dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan
primer menimbulkan medan magnet yang berubah. Medan magnet yang berubah diperkuat
oleh adanya inti besi dan dihantarkan inti besi ke kumparan sekunder, sehingga pada ujungujung kumparan sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbalbalik (mutual inductance).

Skema transformator kumparan primer dan kumparan sekunder


terhadap medan magnet
Pada skema transformator di atas, ketika arus listrik dari sumber tegangan yang
mengalir pada kumparan primer berbalik arah (berubah polaritasnya) medan magnet yang
dihasilkan akan berubah arah sehingga arus listrik yang dihasilkan pada kumparan sekunder
akan berubah polaritasnya.
Hubungan antara tegangan primer, jumlah lilitan primer, tegangan sekunder, dan jumlah
lilitan sekunder, dapat dinyatakan dalam persamaan:
4

V1
N
I
1 2 a
V2 N 2 I1
P1 P2
V1 I1 V2 I 2

V1
V2
N1
N2
a
P1
P2

= tegangan primer (volt)


= tegangan sekunder (volt)
= jumlah lilitan primer
= jumlah lilitan sekunder
= ratio transformer
= Daya primer (Watt)
= Daya Skunder (Watt)

Berdasarkan perbandingan antara jumlah lilitan primer dan jumlah lilitan skunder
transformator ada dua jenis yaitu:
1. Transformator step up yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik rendah
menjadi tinggi, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan sekunder lebih
banyak daripada jumlah lilitan primer (Ns > Np).
2. Transformator step down yaitu transformator yang mengubah tegangan bolak-balik
tinggi menjadi rendah, transformator ini mempunyai jumlah lilitan kumparan primer lebih
banyak daripada jumlah lilitan sekunder (Np > Ns).
Pada transformator (trafo) besarnya tegangan yang dikeluarkan oleh kumparan
sekunder adalah:
1. Sebanding dengan banyaknya lilitan sekunder (Vs ~ Ns).
2. Sebanding dengan besarnya tegangan primer ( VS ~ VP).
3. Berbanding terbalik dengan banyaknya lilitan primer,
Untuk memudahkan analisa prinsip kerja dari trafo yaitu:
1. Tidak ada kerugian besi, sehingga I dan sefasa dan kerugian arus eddy dan
histeristik = 0

2.
3.
4.
5.

Tidak ada kejenuhan besi (I:: )


Tidak ada hambatan Ohm
Tidak ada fluksi bocor
Semua tegangan dan arus dianggap sinussoida murni

Apabila pada kumparan primer suatu trafo (lihat gambar A) dihubungkan dengan tegangan
V1 yang sinusoida (V1=V1 Sin t maka akan mengalir arus primer Io yang sinusoida.
Dengan menganggap jumlah lilitan pada kumparan primer N1 reaktif murni, Io akan
tertinggal 900 dari V1 (lihat gambar B).

I0
V1

N1

N2

e1

e2

V2

I0
V

E
0

1
Gambar B. Diagram Vektor Trafo
Ideal

Gambar A. Skema Trafo

Arus primer Io akan menimbulkan fluksi yang sefasa dan juga berbentuk sinusoida :

= m Sin t,
m = fluksi maksimum
Fluksi yang sinusoida ini akan menghasilkan tegangan induksi e1 yang menurut HUKUM
INDUKSI FARADAY besarnya:
e1 N 1

d
x 10 8 Volt
dt

karena = m Sin t, maka;


d ( m sin t )
x 10 8 Volt
dt
e1 N1 m cos t 10 8 Volt
e1 N

e1 N1 2f m cos t 10 8 Volt
emax N 1 2f m 10 8 Volt
e1 emax cos t

Harga effektif
E1

emax
2

N 1 2f m 10 8
2

Volt

E1 2 f N1 m 10 8 Volt
E1 4,44 f N1 m 10 8 Volt

Pada rangkaian skunder dengan jumlah lilitan N2, fluksi bersama akan menimbulkan:
d
x 10 8 Volt
dt
e2 N 2 m cos t 10 8 Volt
e2 N 2

E 2 4,44 f N 2 m 10 8 Volt

E1 N1

E2 N 2
Dengan mengabaikan rugi tahanan dan fluksi bocor (Trafo Ideal), maka:

Sehingga :

E1 V1
N

1 a
E 2 V2
N2
a perbandingan transformasi

Dalam hal ini tegangan induksi E1 mempunyai kebesaran yang sama tetapi berlawanan arah
dengan tegangan sumber V1
Arus Penguat
Arus penguat adalah arus primer Io yang mengalir pada kumparan sekunder tidak
dibebani.
Dalam kenyataannya Io terdiri dari
1. IM (arus pemagnitan).
2. IC (Arus rugi tembaga)
Lihat gambar di bawah dan diagram vektornya

I0
V1

IC

RC

IM

I0

X
V1

Kal

IM

E1

IC

au

IM menghasilkan fluksi
kit
IC merupakan daya yang hilang akibat adanya hiterisis dan arus eddy (I C sefasa
a
dengan V1).
per

Apabila tidak ada kerugian histerisis pada ini besi, dan karena hubungan - IM
hat
sesuai dengan lengkung B H, maka sinusoida shingga bentuk IM tidak sinusoida
ika
(lihat gambar).
n
= BA ga

mb
ar
A

IM

c
b

c1

di

Im

ata

b1

s
a1

ter
0

da

A1

pat
Ar

B1

C1

IM

Hl
N

us
pe

Apabila ada kerugian ng


hiterisis pada inti besi, maka IM tidak sinussoida, demikian juga
uatgambar. Sedangkan IC sefasa dengan V1 dan V1 mendahului
Io (Io=IM+IC) lhat
900 terhadap . (lihat gambar di bawah).
C

KEADAAN BERBEBAN
Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban Z L (lihat gambar 20),
maka pada kumparan sekunder akan mengalir arus I2 yang besarnya:
V
I 2 2 dengan 2 = faktor kerja beban
ZL
I1

V1

I2

E1

N1

N2
E2

V2

ZL

Gambar 20
Arus beban I2 ini akan menimbulkan ggm. N2I2 yang cenderung menentang fliksi
bersama yang telah ada akibat arus pemagnitan I M. Agar fluksi bersama itu
tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir arus I 2 yang
menentang fluksi yang dibangkitkan oleh beban I 2, hingga keseluruhan
arusyang mengalir pada kumparan primer menjadi
I1 I 0 I 2'
8

Bila rugi besi (IC)diabaikan, maka


I0 = IM,
sehingga
I1 = IM + I2 .
Untuk menjaga agar fluksi tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan oleh arus
pemagnitan IM saja, maka berlaku hubungan:
N1 IM = N1 I1 N2 I2
N1 IM = N1 (IM + I2) N2 I2
N1 IM = N1 IM + N1 I2 N2 I2
sehingga:
N1 I2 = N2 I2
Karena nilai IM dianggap kecil, maka I2 = I1
Jadi: N1 I1 = N2 I2
atau :

I1 N 2 1

I 2 N1 a

Rangkaian Ekivalen
Dalam pembahasan ini tahan fluksi bocor diperhitungkan. Tidak seluruh fluksi
yang dihasilkan oleh IM merupakan fluksi bersama ( M), tetapi sebagai dari padanya
hanya mencakup kumparan primer ( 1l) atau kumparan sekunder ( 2l) saja (lihat
gambar 21).

Dalam rangkaian ekivalen suatu trafo adanya 1l dan 2l ditunjukkan dengan


reaktansi X1 dan X2. Sedangkan rugi tahanan ditunjukkan dengan R 1 dan R2,
sehingga rangkaian ekivalensinya dapat digambarkan seperti pada gambar 22

Dari rangkaian di atas dapat dibuat vektor diagramnya terlihat pada gambar 23

Dari vektor diagram di atas, dapat diketahui hubungan penjumlahan vektor sebagi
berikut:
V1 = E1 + I1 R1 + I1 X1
E2 = V2 + I2 R2 + I2 X2 = I2 ZL + I2 R2 + I2 X2
karena :
E1 N1

a atau
E2 N 2

E 1 = a E2

maka :
E1 = a (I2 ZL + I2 R2 + I2 X2)
karena:
I 2' N 2 1

I 2 N1 a

atau

I2 = a I2

maka :
E1 = a2 I2 ZL + a2 I2 R2 + a2 I2 X2
V1 = a2 I2 ZL + a2 I2 R2 + a2 I2 X2 + I1 R1 + I1 X1
10

Persamaan di atas mengandung pengertian, bahwa apabila parameter rangkaian


sekunder dinyatakan dalam harga rangkaian primer, harganya perlu dikalikan
dengan faktor a2. Sekarang rangkaian ekivalensinya menjadi seperti terlihat
pada gambar 24

Untuk memudahkan analisa (perhitungan) rangkaian ekivalen tesebut dapat diubah


menjadi seperti gambar 25

Dari rangkain ekivalen di atas, maka dapat digambarkan untuk beban dengan faktor
kerja terbelakang (lihat gambar 25)

Tegangan Hubung Singkat


Definisi: Tegangan hubung singkat (Vhs) adalah angka yang menyatakan tegangan yang
harus dipasangkan (dinyatakan dalam persen), supaya pada rangkaian sekunder
yang dihubungkan singkat mengalir arus nominal.
InZ
x100%
V1n
Keterangan:
In
= arus nominal yang tercantum pada pelat trafo
Z
= impendansi total trafo pada keadaan hubung singkat
Vhs

11

V1n

= Tegangan primer nominal.

Menurut SEMET : Vhs = (3,5 0,1) %


Rugi-rugi
Rugi-rugi pada trafo terdiri atas:
1. Rugi besi
2. Rugi tembaga

12

Gambar 27 berikut ini memperlihatkan skema blok diagram perubahan energi dan
rugi-rugi dari suatu trafo.

Rugi-rugi besi (Pi):


Terdiri dari:
a. Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluksi bolak-balik pada inti besi.
Ph = Kh f BXmax
Kh
f
Bmax
X

Watt

= Konstanta histerisis (nilainya tergantung dari bahan inti besi)


= Frekwensi
= Kerapatan fluksi (flux density) maksimum
= STEINMEZT Factor
untuk low carbon steel, X=1,6
untuk silicon steel, X = 1,7 2
pada umumnya X ambil =1,6

b. Rugi arus pusat (eddy current losses) (Pe) yaitu rugi yang disebabkan arus pusar
pada ini besi.
Pe = Ke f2 B2max
Ke
f
Bmax

Watt

= Konstanta arus eddy


= Frekwensi
= Kerapatan fluksi (flux density) maksimum

Jadi rugi besi : PL = Ph + Pe


Rugi-rugi Tembaga (PCU)
Rugi yang disebabkan arus yang mengalir pada kawat;
a. Rugi tembaga kumparan primer = I21 R1 ;
b. Rugi tembaga kumparan skunder = I22 R2 ;
kerena besar arus yang mengalir berubah-ubah, maka besarnya rugi tembaga juga
berubah (tergantung pada beban)
Efisiensi (Rendemen) Transformator
Efisiensi transformator didefinisikan sebagai perbandingan antara daya listrik keluaran
dengan daya listrik yang masuk. Pada transformator ideal efisiensinya 100 %, tetapi pada
kenyataannya efisiensi tranformator selalu kurang dari 100 %.hal ini karena sebagian energi
terbuang menjadi panas atau energi bunyi.
13

Efisiensi transformator dapat dihitung dengan :

P2
x100%
P1

atau

V2 xI 2
x100%
V1 xI1

P2 = Pout = daya keluaran


P1 = Pin = daya masuk

P2
x100%
P2 rugi rugi

14

Contoh Soal :
Contoh cara menghitung jumlah lilitan sekunder :
Untuk menyalakan lampu 10 volt dengan tegangan listrik dari PLN 220 volt digunakan
transformator step down. Jika jumlah lilitan primer transformator 1100 lilitan, berapakah
jumlah lilitan pada kumparan sekundernya ?
Penyelesaian :
Diketahui : Vp = 220 V
Vs = 10 V
Np = 1100 lilitan
Ditanyakan : Ns = ?
Jawab :

Jadi, banyaknya lilitan sekunder adalah 50 lilitan.


Contoh cara menghitung arus listrik sekunder dan arus listrik primer :
Sebuah transformator step down mempunyai jumlah lilitan primer 1000 dan lilitan sekunder
200, digunakan untuk menyalakan lampu 12 V, 48 W.
Tentukan :
a. arus listrik sekunder
b. arus listrik primer
Penyelesaian :
Diketahui: Np = 1000 lilitan
Ns = 200 Lilitan
Vp = 12 V
Ps = 48 W
Ditanyakan :
a. Is = .. ?
b. b. Ip = .. ?
Jawab :
VP N P I S

VS
NS
IP

15

P=I.V

Jadi, kuat arus sekunder adalah 4 A

Jadi, kuat arus sekunder adalah 0,8 A


Contoh cara menghitung daya transformator :
Sebuah transformator mempunyai efisiensi 80%. Jika lilitan primer dihubungkan dengan
tegangan 200 V dan mengalir kuat arus listrik 5 A,
Tentukan:
a. daya primer,
b. daya sekunder
Penyelesaian :
Diketahui :

Ditanyakan :
a. Pp = .. ?
b. Ps = .. ?
Jawab :

Jadi, daya primer transformator 1000 watt.

Jadi, daya sekunder transformator 800 watt.


R1

V1

I1

R2

XL
N1

16
N2

e1

e2

XL
2

I2

Diketahui:
A. Trafo dengan rugi-rugi reaktansi (Z1)
Pada sisi Primer
Daya trafo (P1) = 18000 Watt, tegangan (V1) = 1000 Volt, Jumlah lilitan (N1) 1500,
tahanan (R1) = 0,052 Ohm, Indktansi (XL1) = 0,016 Ohm.
Pada sisi skunder
Jumlah lilitan (N2) = 500, tahanan (R2) = 0,018 Ohm, Induktansi (XL2) = 0,0053 Ohm.
Jawab :
Arus pada sisi primer
I1

P1 18000

18 Ampere
V1 1000

Impendansi (Z1) pada primer pengaruh jumlah lilitan


Z1

R12 XL12 0,052 2 0,016 2 0,0544


0,052
17,1114 0
0,016

Z 1 arcTan

|Z1| =0,054417,1140 Ohm


Tegangan E1 ggl pada sisi primer pengaruh jumlah lilitan
E1 = V1 I(R1 + jXL1) = 1000 + j0 18 (0,052 + j0,016) = 999,0640 - j0,2880
| E1 |

999,0640 2 0,2880 2 999,0640 Volt

0,2880
0,0165
999,0640
E1 999,0640 0,0165 0 Volt

E1 arcTan

17

Tegangan E2 ggl pada sisi skunder pengaruh jumlah lilitan


E2

N2
500
E1
x999,0640 333,0213 Volt
N1
1500

E 2 0,0165 0
E2 333,0213 0,0165 0 Volt

E2 = 333,0213 Cos(-0,0165) j 333,0213 Sin(-0,0165)


E2 = 333.0213 - j-0.0960
Impendansi (Z2) pada skunder pengaruh jumlah lilitan
Z2

R22 XL22

0,018 2 0,0053 2 0,0188 Ohm

0,018
16,4946 0
0,0053

Z 2 arcTan

|Z2| = 0,018016,49460

Ohm

Arus (I2) pada sisi skunder


I2

E 2 E 2 333,0213 0,0165

17.739,796716,4781o Amper
Z 2 Z 2
0,018816,4946

Jika ditinjau besarnya arus I2 > (N1 I1/N2) maka trafo tersebut mengalami hubung singkat
E2 I 2 R2 jXL2 Rb jXLb
E2 I 2 R2 b jXL2 b
dim ana :
Z 2 b R22b XL22 b Z02 b
I2

E2
Z 2 b Z02 b

18

R1

V1

R2

XL

I1

N1

N2

e1

e2

XL
2

I2

Zb

Rb
XL
b

Diketahui:
B. Trafo dengan rugi-rugi reaktansi dan berbeban
Pada sisi Primer
Daya trafo (P1) = 18000 Watt, tegangan (V1) = 1000 Volt, Jumlah lilitan (N1) 1500,
tahanan (R1) = 0,052 Ohm, Indktansi (XL1) = 0,016 Ohm.
Pada sisi skunder
Jumlah lilitan (N2) = 500, tahanan (R2) = 0,018 Ohm, Induktansi (XL2) = 0,0053 Ohm.
Pada beban
Tahanan (Rb) = 8 Ohm, Indktansi (XLb) = 6,5 Ohm.
Jawab:
Arus pada sisi primer
I1

P1
18000

18 Ampere
V1 cos( 0 ) 1000

Impendansi (Z1) pada primer pengaruh jumlah lilitan


Z1

R12 XL21 0 ,052 2 0 ,016 2 0 ,0544


0 ,052
0
17 ,1027
0 ,016

Z 1 arcTan

|Z1| =0,054417,10270 Ohm


Tegangan E1 ggl pada sisi primer pengaruh jumlah lilitan
E1 = V1 I(R1 + jXL1) = 1000 + j0 18 (0,052 + j0,016) = 999,0640 - j0,2880
| E1 |

999,0640 2 0,2880 2 999,0640 Volt

0,2880
0,0165
999,0640
E1 999,0640 0,0165 0 Volt

E1 arcTan

Tegangan E2 ggl pada sisi skunder pengaruh jumlah lilitan


19

E2 = 333,0213 Cos(-0,0165) j 333,0213 Sin(-0,0165)


E2 = 333.0213 - j0.0960
maka, mencari arus (I2) yang mengalir pada sisi skunder
E2 = I2(R2 + jXL2) + I2(Rb + jXLb)
E2 = I2(R2 + jXL2 + Rb + jXLb)
maka:
R2b = R2 + Rb

dan XL2b = XL2 + XLb

R2b = 0,018 + 8 = 8,018 Ohm


Z 2b

R22b XL2b 2

dan

XL2b = 0,0053 + 6,5 = 6,5053 Ohm

8 ,018 2 6 ,5053 2 10 ,3251 Ohm

8 ,018
0
39 ,0537
6 ,5053

Z 2 arcTan

Z 2 b 10 ,3251 39 ,0537 0 Volt

|E2| 2 = I2 |Z2b| 2b
I2

E 2 2
333 ,0213

0 ,0165 39 ,0537
Z 2 b 2 b
10 ,3251

I 2 32 ,2536 39 ,0702 0 Amper

Jika ditanyakan:
a. Daya ggl (PE2)
b. Daya pada Impedansi Z2 (PZ2)
c. Daya pada Impedansi Zb (PZb)
d. Effisiensi Trafo ()
Jawab :
a. Daya ggl (PE2)
PE2
= |I2|I2 |E2|I2
= 32,2536 x 333,0213 -39,07020 -0,01650
= 10741,14977 -39,088760 VA
= 10741,14977 Cos(-39,08876)
= 8337,1992 Watt

b. Daya pada Impedansi Z2 (PZ2)

20

Z2

R22 XL22

0,018 2 0,0053 2 0,0188 Ohm

0,018
16,4946 0
0
,
0053

Z 2 arcTan

|Z2| = 0,018016,49460

Ohm

= |I2|22 I2 |Z2|Z2
= (32,2536)2 x 0,0180 2 x -39,07020 + 16,49460
= 19,5202 -61,73370
= 19,5202 Cos(-61,7337)
= 9,2442 Watt

PZ2

c. Daya pada Impedansi Zb (PZb)


Zb

Rb2 XL2b 8 2 6 ,5 2 10 ,3078 Ohm


6 ,6
0
39 ,0939
8

b arcTan

|Zb| = 10,307839,09390
PZb

Ohm

= |I2|22 I2 |Zb|b
= (32,2536)2 x 10,3078 2 x -39,07020 + 39,03930
= 10721,1373 -39,04660 VA
= 10721,1373 Cos(-39,0466)
= 8327,9550 Watt

d. Effisiensi Trafo ( )
Pout = PZb = 8327,9550 Watt
Pin = P1 = 18000 Watt

P out
8327 ,9550
x100%
x100% 46 ,2401%
Pin
18000

21

Z2

Z1

V1

I1

N1

N2

e1

e2

I2

Vb

C. Trafo dengan rugi-rugi reaktansi dan berbeban


Pada sisi Primer
Daya trafo (P1) = 70000 Watt, tegangan (V1) = 380 Volt, Jumlah lilitan (N1) 1500,
Impedansi (Z1) = 0,03 Ohm, Sudut Z1 (Z1) = 15 Ohm.
Pada sisi skunder
Jumlah lilitan (N2) = 750, Impedansi (Z2) = 10 Ohm, Sudut Z2 (Z2) = 20 Ohm..
Pada beban
Tegangan pada Beban (Vb) = 150 Volt, Sudut Vb (Vb) = 40 Ohm.
Jawab:
Rumus Dasar:
V1 = I1 Z1 + E1
E1 = V1 - I1 Z1
Arus pada sisi primer (I1)
I1

P1
70000

184 ,2105 Ampere


V1 cos( 0 )
380

V1 = V1 Cos() + j V1 Sin()
V1 = 380 Cos(0) + j 380 Sin(0) =380 Volt +j0
Impedansi (Z1) pada sisi Primer
Z1 = Z1 Cos() + j Z1 Sin()
Z1 = 0,03 Cos(15) + j 0,03 Sin(15)
Z1 = 0,0290 + j 0,0078 Ohm
Tegangan Z1 (VZ1)
VZ1 = I1 Z1 + j I1 Z1
VZ1 = 184,2105 * 0,0290 + j 184,2105 * 0,0078
VZ1 = 5,3380 + j 1,4303 Volt
Tegangan ggl (E1)
22

E1 = V1 - I1 Z1
E1 = (380 Volt +j0) (5,3380 + j 1,4303)
E1 = 374,6620 + j 1,4303
E1 374,6620 2 + 1,4303 2 374 ,6647 Volt

1,4303
0
0 ,2187
374,6620

b arcTan

E1 = | E1|0 = |374,6647|-0,21870
Tegangan ggl (E2) pada sisi Primer pengaruh lilitan dan perbandingan S lilitan
E2 = (N2/N1) * | E1|0
E2 = (750/1500) * 374,6647 = 187,3324 Volt

E2 = -0,21870
sehingga:
E2 =E2 Cos() + j E2 Sin()
E2 = 187,3324 Cos(-0,2187) + j 187,3324 Sin(-0,2187)
E2 = 187,3310 j 0,7151 Volt
Tegangan pada Beban (Vb)
Vb =Vb Cos() + j Vb Sin()
Vb =150 Cos(15) + j 150 Sin(15)
Vb = 114,9067 + j 96,4181 Volt
Arus yang mengalir pada sisi Skunder (I2)
I2 = (E2 - Vb ) / Z2
I2 = (187,3310 j 0,7151) (114,9067 + j 96,4181)
I2

E 2 Vb
Z2

dim ana :
V2 b E 2 Vb (187,3310 - j 0,7151) - (114,9067 + j 96,4181)
V2 b 72 ,4243 j 97 ,1332
V2 b ( 72 ,4243 )2 ( 97 ,1332 )2 121,1616
97 ,1332
0
53,2911
72 ,4243

V2 b arcTan

TRANSFORMATOR 3 FASA

23

Transformator 3 fasa pada dasarnya merupakan transformator 1 fasa yang disusun menjadi 3
buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer dan belitan sekunder. Ada beberapa
metode untuk menghubungkan belitan yaitu:
1. Hubungan segitiga dan segitiga (delta dan delta) / ()
2U
2W

1U
1W

2V

1V

2. Hubungan segitiga dan bintang (delta dan wye) / (Y)


2U
2W

1U
1W

1V

2V

3. Hubungan segitiga dan bintang (wye dan delta) / (Y)


1U
1W

1V

2U
2W

2V

4. Hubungan segitiga dan bintang (wye dan wye) / (YY)


1U
1W

1V

2U
2W

2V

Daya Transformator 3 fasa


1. Hubungan Delta
24

IL
If

Vf = VL

If

Vf = VL
IL
If

Vf = VL
IL

Tegangan dan arus


VL V

IL

3 If

Daya
P 3V

P 3 VL
P

I f Cos

Watt

IL
Cos
3

Watt

3 V L I L Cos

Watt

Apabila dinyata dalam VA


P 3V
P

If

VA

3 V L IL

VA

2. Hubungan Bintang
IL
Vf

If

VL

I0
N

VL

Vf

VL

Vf

If

IL

If
IL

Tegangan dan arus


VL
I L I

3 Vf
f

Daya
P 3V

P 3 VL
P

I f Cos

Watt

IL
Cos
3

Watt

3 V L I L Cos

Watt

25

Apabila dinyata dalam VA


P 3V
P

If

3 V L IL

VA
VA

26

Suatu trafo 3-fasa 100 kVA, 50 Hz, 3300/400 V memiliki hubungan- pada sisi tegangan
tinggi dan hubungan-Y pada sisi tegangan rendah.
Impendansi pada sisi lilitan tegangan tinggi adalah 3.5 /fasa dengan sudut fasa 150 dan pada
lilitan sisi tegangan rendah 0.02 /fasa dengan sudut fasa 250

Jawab:
P = 3 V f If
100000 = 3 3300 If
If =10.10101 Amper

Ef = Vf If Z150
Ef =3300 10,1010 (3.3807 + j 0.9059)

E2 = I2 Z + Vb
395.8623 0.1605290 = I2 0.02 250 + 380 100
395.8607 + j1.1091 - 374.2269 - j65.9863 = =
I2 = 3419.456

I2 0.02 250

-96.55860

27

Anda mungkin juga menyukai