Anda di halaman 1dari 113

Dan Brown - Inferno (Terjemah Indonesia sneak peak)

Tentang Buku
Cari dan kamu akan temukan
Dengan kata-kata ini menggema di kepalanya, simbolog terkenal Harvard, Robert Langdon,
terbangun di sebuah ranjang rumah sakit tanpa ingatan di mana dia berada ataupun bagaimana
dia bisa berada di sana. Juga tidak bisa menjelaskan asal objek mengerikan yang ditemukan
tersembunyi dalam barang-barangnya.
Ancaman pada nyawanya akan mendorongnya dan seorang dokter muda, Sienna Brooks,
menuju pengejaran berbahaya melalui kota Florence. Hanya pengetahuan Langdon akan
lorong-lorong tersembunyi dan rahasia kuno yang tersembunyi dibelakang penglihatan
historiknya dapat menyelamatkan mereka dari cengkeraman pengejar yang tidak mereka
ketahui.
Hanya dengan sedikit baris dari karya gelap dan epik Dante, The Inferno, untuk memandunya,
mereka harus menguraikan urutan kode-kode yang tertanam dalam di beberapa artefak paling
terkenal masa Renaissance patung, lukisan, bangunan untuk menemukan jawaban sebuah
teka-teki yang mungkin, atau tidak mungkin, membantu mereka menyelamatkan dunia dari
ancaman yang menakutkan.
Mengambil setting pemandangan luar biasa yang terinspirasi oleh salah satu sastra klasik
paling menyenangkan dalam sejarah, Inferno merupakan novel Dan Brown yang paling
menarik dan menguras pemikiran, thriller memburu waktu yang melelahkan akan membawa
Anda dari halaman satu dan tidak mengijinkan Anda beranjak hingga menutup buku.
FAKTA:
Semua karya seni, literatur, ilmu, dan referensi sejarah dalam novel ini adalah nyata.
The Consortium adalah sebuah organisasi rahasia dengan kantor di tujuh negara. Namanya
telah diubah untuk kepentingan keamanan dan privasi.
Inferno adalah neraka sebagaimana digambarkan dam puisi epik karya Dante Alighieri, The
Divine Comedy, yang menggambarkan neraka merupakan sebuah struktur rumit alam yang
dihuni oleh kesatuan yang dikenal sebagai Shades jiwa tanpa tubuh yang terperangkap
antara hidup dan mati.

PROLOG
Akulah Shade
Melalui kota dolent, aku kabur
Melalui celaka yang kekal, aku terbang.

Sepanjang tepian Sungai Arno, aku berjuang, terengah-engah membelok ke kiri


menuju Via dei Castellani, meneruskan langkahku ke utara, berkerumun dalam bayang-bayang
Uffizi.
Dan mereka masih mengejarku.
Langkah kaki mereka sekarang makin keras saat mereka berburu dengan tekad tanpa
henti.
Bertahun-tahun mereka mengejarku. Ketekunan mereka membuatku tetap bersembunyi
memaksaku untuk hidup di sela gunung bekerja di bawah bumi seperti seekor monster
chthonic.
Akulah Shade.
Di sini di permukaan, aku membuka mataku ke utara, tapi aku tidak bisa menemukan
jalur langsung menuju keselamatan hingga Pegunungan Apennine menghapus cahaya
pertama fajar.
Aku melewati bagian belakang palazzo dengan menaranya dan seratus jam mengular
melalui penjaja dini hari di Piazza di San Firenze dengan suara-suara seraknya beraromakan
lampredotto dan zaitun panggang. Menyeberang sebelum Bargello, aku memotong ke barat
menuju puncak menara Badia dan memanjat gerbang besi di bagian dasar anak tangga.
Di sini semua keragu-raguan harus ditinggalkan.
Aku memutar pegangannya dan melangkah ke lorong yang aku tahu bahwa di sana
tidak akan ada jalan untuk kembali. Aku memaksa kakiku menuju tangga sempit memutar
menuju angkasa di atas tapak marmer halus, berbintik, dan usang.
Suara-suara menggema dari bawah. Memohon.
Mereka di belakangku, tanpa hasil, mendekat.
Mereka tidak paham apa yang datangjuga apa yang telah kulakukan untuk mereka!
Berterimakasihlah pada tanah!
Semakin aku mendaki, penglihatan menjadi susah tubuh penuh nafsu menggeliat
dalam hujan api, jiwa rakus mengapung di kotoran, penjahat berbahaya membeku dalam
genggaman es Setan.
Aku memanjat anak tangga terakhir dan sampai di puncak, sempoyongan mendekati
kematian menuju udara pagi yang lembab. Aku buru-buru menuju dinding setinggi kepala,
mengintip melalui celah. Jauh di bawah adalah kota yang terberkati yang telah menjadi
perlindunganku dari mereka yang mengasingkanku.
Suara-suara memanggil, mendekat di belakangku, Apa yang kamu lakukan adalah kegilaan!
Kegilaan melahirkan kegilaan.
Demi kasih Tuhan, mereka berteriak, Beri tahu kami di mana kamu telah
menyembunyikannya!
Untuk tepatnya demi kasih Tuhan, aku tidak akan.
Aku berdiri sekarang, terpojok, punggungku pada batu yang dingin. Mereka menatap
dalam ke mata hijau jernihku, dan ekspresi mereka semakin gelap, tidak lagi membujuk, tapi
mengancam, Kamu tahu kami mempunyai cara sendiri. Kami dapat memaksamu untuk
memberi tahu kami dimana itu.
Untuk alasan itu, aku telah mendaki separuh jalan ke surga.
Tanpa peringatan, aku memutar dan menggapai, melingkarkan jariku pada langkan
tinggi, menarik tubuhku ke atas, susah payah memanjat dengan kakiku, kemudian berdiri
tidak mantap pada jurang. Bimbing aku, wahai Virgil, melewati kekosongan.
Mereka menghambur ke depan dalam ketidakpercayaan, ingin meraih kakiku, tapi takut
mereka akan mengganggu keseimbanganku dan membunuhku. Mereka memohon sekarang,
dalam keputusasaan, tapi aku telah memutar punggungku. Aku tahu apa yang harus aku
lakukan.

Di bawahku, berputar jauh di bawahku, barisan atap merah menghampar bagaikan


lautan api di pedesaan, menerangi tanah adil di mana raksasa sesekali berkeliaran Giotto,
Donatello, Brunelleschi, Michelangelo, Botticelli.
Aku melangkahkan tungkaiku setapak ke bagian tepi.
Turunlah! Mereka berteriak. Ini belum terlambat!
O, bodoh! Tidakkah kalian melihat masa depan? Tidakkah kalian memahami
kemegahan ciptaanku? Kebutuhan?
Aku akan bahagia membuat pengorbanan terakhir ini dan dengan itu aku akan
memusnahkan harapan terakhir kalian untuk menemukan apa yang kalian cari.
Kalian tidak akan pernah menemukannya tepat waktu.
Ratusan kaki di bawah, piazza batu besar mengundang seperti oase yang tenang.
Bagaimana aku mengulur waktu lebih banyak tapi waktu adalah komoditas utama, bahkan
keberuntunganku yang luas tidak dapat mengusahakannya.
Di detik-detik terakhir ini, aku menatap ke bawah pada piazza, dan aku melihat sebuah
pandangan yang mengagetkanku.
Aku melihat wajahmu.
Kamu menatap ke atas padaku dari bayangan. Matamu sedih, dan di dalamnya aku
merasakan rasa hormat yang mendalam untuk apa yang telah aku capai. Kamu paham aku tidak
mempunyai pilihan. Demi kasih umat manusia, aku harus melindungi karya besarku.
Hal itu bahkan tumbuh sekarang menunggu mendidih di bawah air merah darah
laguna yang merefleksikan tiada satupun bintang.
Dan aku mengangkat mataku dari matamu dan aku menatap cakrawala. Jauh di atas
dunia yang terbakar ini, aku membuat permohonan terakhirku.
Wahai Tuhan, aku berdoa agar dunia mengingat namaku bukan sebagai seorang
pendosa yang mengerikan, tetapi sebagai penyelamat mulia yang Kamu tahu sejatinya diriku.
Aku berdoa semoga umat manusia akan memahami pemberian yang aku tinggalkan.
Pemberianku adalah masa depan.
Pemberianku adalah keselamatan.
Pemberianku adalah Inferno.
Dengan itu, aku membisikkan amin dan mengambil langkah terakhirku, menuju
lubang yang dalam.
BAB I
Kenangan perlahan menjadi kenyataan seperti gelembung menuju permukaan dari
kegelapan sumur tanpa dasar.
Seorang wanita berkerudung.
Robert Langdon menatapnya di seberang sungai yang airnya bergejolak menjadi merah
dengan darah. Di seberang tepian, wanita itu berdiri menghadapnya, tak bergerak, khidmat,
wajahnya tertutup oleh selembar kain kafan. Di tangannya, dia mencengkeram baju tainia biru,
yang sekarang dia angkat sebagai penghormatan pada lautan mayat di kakinya. Aroma
kematian tergantung di segala penjuru.
Cari, wanita itu berbisik. Dan kamu akan temukan.
Langdon mendengar kata-kata itu seperti dia mengucapkannya di dalam kepalanya.
Siapa kamu? Langdon berteriak, tapi suaranya tak bisa keluar.
Waktu memendek, dia berbisik. Cari dan temukan.
Langdon melangkah menuju sungai, tapi dia dapat melihat airnya semerah darah dan
terlalu dalam untuk melintas. Ketika Langdon mengangkat matanya lagi pada wanita
berkerudung, tubuh itu berlipat ganda pada kakinya. Mereka menjadi ratusan sekarang,
mungkin ribuan, beberapa masih hidup, menggeliat dalam kesakitan, sekarat kematian yang

tidak dapat dipikirkan dilahap api, terkubur dalam kotoran, saling lahap satu sama lain.
Langdon dapat mendengar tangisan sedih manusia menderita menggema di air.
Wanita itu bergerak kepadanya, mengulurkan tangan rampingnya, mengisyaratkan
minta bantuan.
Siapa kamu?! Langdon kembali berteriak.
Sebagai responnya, wanita itu menggapai dan perlahan mengangkat kerudung dari
wajahnya. Dia sangat cantik, dan lebih tua dari yang diperkirakan Langdon 60 tahun
mungkin, agung dan kuat, seperti patung abadi. Dia memiliki rahang yang tegas, mata dalam
penuh perasaan, dan rambut abu-abu perak panjang yang mengikal melewati bahunya. Liontin
lapis azuli tergantung di lehernya seekor ular yang melingkari sebuah tongkat.
Langdon merasa mengenalnya mempercayainya. Tapi bagaimana? Mengapa?
Wanita itu sekarang menunjuk pada sepasang tungkai yang menggeliat, menjulur
terbalik dari bumi, tampaknya milik beberapa jiwa malang yang dikubur kepalanya terlebih
dulu hingga pinggangnya. Paha pucat seorang pria yang tercantum sebuah huruf tertulis
dengan lumpur R.
R? Langdon berpikir, tak yakin. Sebagaimana dalam Robert? apakah itu aku?
Wajah wanita itu tak mengungkapkan sesuatu. Cari dan temukan, dia mengulanginya.
Tanpa peringatan, wanita itu mulai memancarkan cahaya putih terang dan semakin
terang, seluruh tubunya mulai bergetar hebat, dan kemudian, secepat kilat, dia meledak menjadi
ribuan keping cahaya.
Langdon terlonjak bangun, berteriak.
Ruangan itu terang. Dia sendiri. Aroma tajam alkohol medis tergantung di udara, dan
di suatu tempat sebuah mesin berbunyi seirama dengan jantungnya. Langdon berusaha
menggerakkan lengan kanannya, tapi rasa sakit yang menusuk menahannya. Dia menunduk
dan melihat sebuah infus tertancap di kulit lengan bawahnya.
Denyut nadinya menjadi cepat, dan mesinnya memacu, berbunyi semakin cepat.
Di mana aku? Apa yang terjadi?
Bagian belakang kepala Langdon berdenyut, rasa sakit yang menggigit. Dengan hatihati, dia menggapai dengan tangannya yang bebas dan menyentuh kulit kepalanya, berusaha
menemukan sumber sakit kepalanya. Di bawah rambut kusutnya, dia menemukan pusat dari
selusin jahitan yang berlumur darah kering.
Dia menutup matanya, berusaha mengingat sebuah kecelakaan.
Tak ada. Kosong total.
Berpikir.
Hanya gelap.
Seorang pria dengan seragam rumah sakit segera masuk, rupanya diperingatkan oleh
monitor jantung Langdon yang memacu. Dia memiliki jenggot kasar, kumis tebal, dan mata
lembut yang memancarkan ketenangan dalam dibawah alis lebatnya.
Apa yang terjadi? Langdon mengendalikan diri. Apa aku mengalami
kecelakaan?
Pria berjanggut meletakkan jari di bibirnya, dan segera keluar, memanggil seseorang di
hall bawah.
Langdon memutar kepalanya, tapi gerakannya mengirimkan sakit yang menusuk yang
terpancar melalui tengkoraknya. Dia mengambil nafas dalam dan membiarkan rasa sakit itu
berlalu. Kemudian, dengan lembut dan dengan cara tertentu, dia menilik sekelilingnya yang
steril.
Ruang rumah sakit dengan ranjang tunggal. Tak ada bunga. Tak ada kartu. Langdon
melihat pakaiannya di atas meja di dekatnya, terlipat di dalam tas plastik bening. Mereka
tertutup oleh darah.
Oh Tuhan. Pasti sesuatu yang buruk.

Sekarang Langdon memutar kepalanya sangat perlahan ke arah jendela disamping


ranjangnya. Di luar gelap. Malam. Yang dapat Langdon lihat di kaca hanyalah pantulan dirinya
seorang asing kelabu, pucat dan lelah, terhubung pada selang dan kabel, dikelilingi oleh
peralatan medis.
Suara-suara mendekat di hall, dan Langson memutar tatapannya ke arah ruangan.
Dokternya kembali, sekarang ditemani oleh seorang wanita.
Dia tampak berusia di awal tigapuluhan. Dia mengenakan seragam rumah sakit
berwarna biru dan mengikat rambut pirangnya ke belakang, dalam sebuah kuncir ekor kuda
tebal yang mengayun di belakangnya saat dia berjalan.
Saya dr. Sienna Brooks, dia berkata, memberikan senyuman pada Langdon saat dia
masuk. Saya akan bekerja dengan dr. Marconi malam ini.
Langdon mengangguk lemah.
Tinggi dan lincah, dr. Brooks bergerak dengan gerakan tegas seorang atlet. Bahkan
dalam baju yang tak berbentuk, dia ramping dan elegan. Meskipun tak ada makeup yang
Langdon bisa lihat, kulitnya tampak luar biasa lembut, satu-satunya cacat adalah sebuah tanda
kecil yang cantik di atas bibirnya. Matanya, meskipun coklat lembut, tampak luar biasa tajam,
seolah-olah telah menyaksikan pengalaman yang dalam yang jarang ditemui pada orang
seusianya.
dr. Marconi tidak bisa berbicara banyak dalam Bahasa Inggris, dia berkata, duduk di
sampingnya, dan beliau meminta saya untuk mengisi formulir masuk Anda, Dia memberi
Langdon senyuman.
Terima kasih, ucap Langdon serak.
Oke, dia memulai, nadanya resmi. Siapa nama Anda?
Butuh sedikit waktu. Robert Langdon.
Dia menyorotkan senter kecil pada mata Langdon. Pekerjaan?
Informasi ini muncul bahkan lebih pelan. Profesor. Sejarah seni dan simbologi.
Universitas Harvard.
Dr. Brooks menurunkan senternya, tampak terkejut. Dokter dengan alis lebat juga sama
terkejutnya.
Anda orang Amerika?
Langdon menatapnya bingung.
Hanya Dia ragu-ragu. Anda tidak memiliki identitas ketika Anda datang
semalam. Anda mengenakan Harris Tweed dan sepatu kasual Somerset, jadi kami kira orang
Inggris.
Saya orang Amerika, Langdon meyakinkannya, terlalu lelah untuk menjelaskan
pilihannya untuk berpakaian baju yang bagus.
Adakah yang sakit?
Kepalaku. Langdon menjawab, tengkoraknya yang berdenyut hanya semakin
memburuk oleh cahaya senter. Untungnya, dia sekarang memasukkannya ke saku, meraih
pergelangan tangan Langdon dan mengecek denyutnya.
Anda bangun dengan berteriak, wanita itu berkata. Apakah Anda ingat kenapa?
Langdon teringat kembali pada penglihatan aneh wanita bertudung yang dikelilingi
oleh tubuh-tubuh yang menggeliat. Cari dan kamu akan temukan. Aku mengalami mimpi
buruk.
Tentang?
Langdon memberitahunya.
Eksperesi dr. Brooks tetap netral saat dia membuat catatan pada sebuah clipboard.
Tahukah apa yang mungkin memicu suatu penglihatan menakutkan?
Langdon menggali ingatannya dan kemudian menggelengkan kepalanya.

Oke, Pak Langdon, dia berkata, masih menulis, Sepasang pertanyaan rutin untukmu.
Hari apa ini?
Langdon berpikir sejenak. Ini Sabtu. Aku ingat awal hari ini berjalan menelusuri
kampus pergi ke rangkaian kuliah sore hari, dan kemudian sebanyak itu hal terakhir yang
aku ingat. Apakah aku jatuh?
Kita akan menuju ke sana. Apakah Anda tahu dimana Anda sekarang?
Langdon mengambil tebakan terbaiknya. Rumah Sakit Umum Massachussets?
Dr. Brooks membuat catatan yang lain. Dan adakah seseorang yang dapat kami
hubungi untukmu? Istri? Anak?
Tak ada, Langdon menjawab berdasarkan insting. Dia selalu menikmati kesendirian
dan kebebasan yang tersedia dari pilihan hidup kesarjanaan, meskipun dia akui, dalam situasi
seperti ini, dia memilih untuk mempunyai wajah yang familiar di sisinya. Ada beberapa
kolega yang dapat aku hubungi, tapi aku baik-baik saja.
Dr. Brooks selesai menulis, dan dokter yang lebih tua mendekat. Mengusap alis
tebalnya, dia mengeluarkan sebuah perekam suara kecil dari sakunya dan menunjukkannya
pada dr. Brooks. Dia mengangguk paham dan berbalik pada pasiennya.
Pak Langdon, ketika Anda datang semalam, Anda menggumamkan sesuatu berkalikali. Dia melihat sekilas pada dr. Marconi, yang mengangkat perekam digital dan menekan
sebuah tombol.
Rekaman mulai dimainkan, dan Langdon mendengar suaranya sendiri yang goyah,
berulang kali menggumamkan frase yang sama: Ve sorry. Ve sorry.
Bagiku terdengar, wanita itu berkata, seperti Anda mengatakan, Very sorry. Very
sorry.
Langdon setuju, dan karena tidak ada ingatan tentang hal itu.
Dr. Brooks menatapnya dengan pandangan intens yang mengganggu. Tahukah Anda
kenapa Anda mengatakan ini? Apakah Anda meminta maaf tentang sesuatu?
Saat Langdon menggali sisa gelap ingatannya, dia kembali melihat wanita bertudung.
Dia berdiri di tepian sungai semerah darah dikelilingi oleh tubuh-tubuh. Bau kematian kembali.
Langdon mengatasi insting rasa bahaya dan tiba-tiba bukan hanya untuk dirinya
sendiri tapi untuk semua orang. Bunyi monitor jantungnya berakselerasi dengan cepat.
Ototnya mengencang, dan dia berusaha untuk bangkit.
Dr. Brooks dengan cepat meletakkan tangan kuar pada tulang paha Langdon,
memaksanya kembali. Dia memberikan tatapan pada dokter berjanggut, yang berjalan ke meja
di dekatnya dan mulai menyiapkan sesuatu.
Dr. Brooks mendekati Langdon, berbisik sekarang. Pak Langdon, kegelisahan adalah
hal umum dalam cedera otak, tapi Anda perlu menjaga tingkat denyut nadi Anda tetap rendah.
Tanpa gerakan. Tanpa ketertarikan. Hanya berbaringlah dan beristirahat. Anda akan baik-baik
saja. Ingatan Anda akan kembali secara perlahan.
Dokter berjanggut sekarang kembali dengan sebuah suntikan, yang dia serahkan ke dr.
Brooks. Dia menginjeksikan isinya pada infus Langdon.
Hanya bius ringan untuk menenangkanmu, dia menjelaskan, dan juga untuk
membantu rasa sakitmu. Dia berdiri untuk pergi. Anda akan baik-baik saja, Pak Langdon.
Tidurlah. Jika Anda membutuhkan sesuatu, tekan tombol di sisi tempat tidurmu.
Dia mematikan lampu dan beranjak dengan dokter berjanggut.
Dalam kegelapan, Langdon merasa obat-obatan membasuh sistem organnya hampir
secara instan, menyeret tubuhnya kembali pada sumur dalam, tempat dia tadi berasal. Dia
berkelahi dengan perasaannya, memaksa matanya terbuka dalam kegelapan kamarnya. Dia
berusaha bangkit, tapi tubuhnya terasa seperti semen.

Saat Langdon bergeser, dia menemukan dirinya lagi, menatap jendela. Lampu mati, dan
dalam gelapnya kaca, refleksi dirinya menghilang, tergantikan oleh kaki langit yang terang di
kejauhan.
Di tengah-tengah kontur menara dan kubah, sebuah penampakan tunggal yang megah
mendominasi pandangan Langdon. Bangunan itu adalah benteng batu yang mengesankan
dengan sebuah sandaran berlekuk dan menara tiga ratus kaki yang menggembung di dekat
puncaknya, menggembung keluar ke benteng machicolated yang besar.
Langdon terduduk segera di ranjangnya, rasa sakit meledak di kepalanya. Dia berjuang
melawan denyutan yang menyakitkan dan menajamkan pandangan pada menara itu.
Langdon mengetahui struktur abad pertengahan dengan baik.
Hal itu unik di dunia.
Sayangnya, itu juga berlokasi empat ribu mil dari Massachussets.
------------------------Di luar jendela, tersembunyi dalam bayangan Via Torregalli, seorang wanita yang terlatih kuat,
tanpa perlu banyak usaha menaiki sepeda motor BMW-nya dan menjalankannya dengan
intensitas seekor harimau kumbang mengejar mangsanya. Pandangannya tajam. Rambut
pendeknya dengan style spike menonjol melawan kerah terbalik dari baju kulitnya. Dia
mengecek senjata bungkamnya, dan menatap pada jendela dimana lampu Robert Langdon baru
saja padam.
Awal malam ini misi aslinya menjadi kacau dan mengerikan.
Kukukan seekor merpati telah mengubah segalanya.
Sekarang dia datang untuk memperbaikinya.
BAB 2
AKU DI FLORENCE!?
Kepala Robert Langdon berdenyut. Dia kini duduk tegak di ranjang rumah sakitnya,
berulang kali menjejalkan jarinya ke tombol panggilan. Meskipun obat penenang dalam sistem
tubuhnya, jantungnya berdebar kencang.
Dr. Brooks kembali dengan terburu-buru, ekor kudanya turun naik, Apa Anda baikbaik saja?
Langdon menggelengkan kepalanya dalam kebingungan. Aku di Italia!?
Bagus, dia berkata. Anda mengingatnya.
Tidak! Langdon menunjuk keluar jendela pada bangunan di kejauhan. Aku
mengenali Palazzo Vecchio.
Dr. Brooks menyalakan lampu kembali, dan kaki langit Florence menghilang. Dia
mendatangi sisi ranjang Langdon, berbisik tenang. Pak Langdon, tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Anda berjuang dari amnesia ringan, tapi dr. Marconi memastikan bahwa fungsi
otak Anda baik.
Dokter berjanggut segera masuk juga, tampaknya mendengar tombol panggilan. Dia
mengecek monitor jantung Langdon saat dokter muda berbicara padanya dalam bahasa Italia
yang lancar dan cepat sesuatu tentang bagaimana Langdon agitato setelah mempelajari
bahwa dia di Italia.
Gelisah? Langdon berpikir dengan marah. Lebih seperti tertegun! Adrenalin
menggelora melalui sistem tubuhnya sekarang bertanding dengan obat penenang. Apa yang
terjadi padaku? dia mendesak. Hari apa ini?!
Semuanya baik, wanita itu berkata. Sekarang dini hari, Senin, 18 Maret.
Senin. Langdon memaksakan pikirannnya yang sakit untuk memutar ulang gambar
terakhir yang dapat ia ingat dingin dan gelap berjalan sendiri melewati kampus Harvard

menuju rangkaian kuliah Sabtu malam. Itu dua hari yang lalu?! Kepanikan yang lebih tajam
kini mencengkeramnya saat dia berusaha mengingat semuanya dari perkuliahan atau setelah
itu. Tidak ada. Bunyi monitor jantungnya berakselerasi.
Dokter yang lebih tua mengusap janggutnya dan melanjutkan menyesuaikan peralatan
sementara dr. Brooks duduk lagi di sebelah Langdon.
Anda akan baik-baik saja, dia meyakinkannya, berbicara tenang. Kami mendiagnosa
Anda dengan retrograde amnesia, yang sangat umum terjadi pada trauma kepala. Ingatan Anda
beberapa hari terakhir mungkin kacau atau hilang, tapi Anda tidak menderita kerusakan
permanen. Dia berhenti sejenak. Apakah Anda ingat nama depan saya? Saya
memberitahumu ketika saya berjalan masuk.
Langdon berpikir sejenak, Sienna. Dr. Sienna Brooks.
Dia tersenyum, Lihat? Anda sekarang telah membentuk ingatan baru.
Sakit di kepala Langdon hampir tak tertahankan, dan penglihatan jarak dekatnya tetap
kabur. Apa yang terjadi? Bagaimana aku sampai di sini?
Saya pikir Anda perlu beristirahat, dan mungkin
Bagaimana aku sampai di sini?! Dia mendesak, monitor jantungnya berakselerasi
lebih jauh.
Oke, hanya bernapaslah dengan tenang, dr. Brooks berkata, melempar tatapan gugup
dengan koleganya, Saya akan beri tahu Anda. Suaranya berubah menjadi lebih serius. Pak
Langdon, tiga jam lalu, Anda sempoyongan ke dalam ruang gawat darurat kami, berdarah dari
luka di kepala, dan Anda pingsan dengan segera. Tak seorangpun mempunyai pandangan siapa
Anda ataupun bagaimana Anda bisa sampai di sini. Anda menggumam dalam Bahasa Inggris,
jadi dr. Marconi meminta saya untuk mendampinginya, saya dalam cuti panjang di sini dari
Inggris.
Langdon merasa seperti terbangun di dalam sebuah lukisan Max Ernst. Apa rupanya
yang aku lakukan di Italia? Normalnya Langdon datang ke sini setiap Juni untuk sebuah
konferensi seni, tapi ini baru Maret.
Obat penenang menariknya dengan keras sekarang, dan dia merasa seperti grafitasi
bumi menjadi lebih kuat dalam sekejap, berusaha menyeretnya turun ke matrasnya. Langdon
melawannya, menarik kepalanya, berusaha tetap waspada.
Dr. Brooks membungkuk di atasnya, melayang seperti malaikat. Tolong, Pak
Langdon, dia berbisik. Trauma kepala sangat rentan dalam 24 jam pertama. Anda perlu
beristirahat, atau Anda bisa saja mengalami kerusakan yang serius.
Suara menggeretak tiba-tiba dalam interkom ruangan. dr. Marconi?
Dokter berjanggur menyentuh sebuah tombol di dinding dan menjawab, Si?
Suara dalam interkom berbicara dalam bahasa Italia yang cepat. Langdon tidak
menangkap apa yang dikatakannya, tetapi dia menangkap kedua dokter tersebut saling tukar
ekspresi keterkejutan. Ataukah peringatan?
Momento, Marconi menjawab, mengakhiri percakapan.
Apa yang sedang terjadi? Langdon bertanya.
Mata dr. Brooks tampak sedikit menyipit. Itu tadi resepsionis ICU. Seseorang berada
di sini untuk menjengukmu.
Secercah harapan memotong kepeningan Langdon. Itu berita bagus! Mungkin orang
ini tahu apa yang terjadi padaku.
Dr. Brooks terlihat tidak yakin. Terasa ganjil bahwa seseorang ada di sini. Kami tidak
memiliki namamu, dan bahkan belum teregistrasi dalam sistem.
Langdon melawan obat penenang dan dengan canggung menarik tegak dirinya di
ranjangnya. Jika seseorang tahu aku di sini, orang itu pasti tahu apa yang terjadi!
Dr. Brooks menatap dr. Marconi, yang dengan segera menggelengkan kepalanya dan
mengetuk jamnya. Dia memutar kembali pada Langdon.

Ini ICU, dia menjelaskan. Tak seorangpun diperbolehkan masuk sampai pukul 9 di
awal. Sementara ini dr. Marconi akan keluar dan melihat siapa yang berkunjung dan apa yang
dia inginkan.
Bagaimana tentang apa yang aku inginkan? Langdon mendesak.
Dr. Brooks tersenyum sabar dan menurunkan suaranya, membungkuk lebih dekat. Pak
Langdon, ada beberapa hal yang tidak Anda ketahui tentang semalam tentang apa yang
terjadi padamu. Dan sebelum Anda berbicara pada seseorang, saya pikir cukup adil bahwa
mendapatkan semua faktanya. Sayangnya, saya pikir Anda belum cukup kuat untuk
Fakta apa?! Langdon mendesak, berusaha untuk menopang dirinya lebih tinggi. Infus
di lengannya menjepit, dan tubuhnya terasa seperti seberat beberapa ratus pon. Semua yang
kutahu adalah aku ada di sebuah rumah sakit Florence dan aku datang sambil mengulan kata
very sorry
Pikiran yang menakutkan sekarang terjadi pada Langdon.
Apakah aku bertanggung jawab untuk kecelakaan mobil? Langdon bertanya.
Apakah aku melukai seseorang?!
Tidak, tidak, dia berkata. Saya percaya bukan begitu.
Lalu apa? Langdon bersikeras, menatap kedua dokter dengan geram. Aku
mempunyai hak untuk tahu apa yang sedang terjadi!
Ada kesunyian yang panjang, dan dr. Marconi akhirnya memberikan sebuah anggukan
berat pada kolega mudanya yang menarik. Dr. Brooks menghela nafas dan bergerak mendekat
ke sisi ranjang Langdon. Oke, biarkan saya memberitahumu apa yang saya ketahui dan
Anda mendengarkan dengan tenang, setuju?
Langdon mengangguk, gerakan kepalanya mengirimkan kejutan sakit yang terpancar
melalui tengkoraknya. Dia mengabaikannya, berharap untuk sebuah jawaban.
Hal pertama adalah ini Luka kepalamu tidak disebabkan oleh sebuah kecelakaan.
Baik, itu meringankan.
Tidak juga. Lukamu, kenyataannya, disebabkan oleh sebuah peluru.
Monitor jantung Langdon berbunyi lebih cepat. Maaf?!
Dr. Brooks berbicara dengan mantap tapi cepat. Sebuah peluru menyerempet bagian
atas kepalamu dan kemungkinan besar membuatmu gegar otak. Anda sangat beruntung dapat
hidup. Satu inci lebih dalam, dan Dia menggelengkan kepalanya.
Langdon memandangnya dalam ketidakpercayaan. Seseorang menembakku?
Suara marah meledak di hall sebagai argument telah pecah. Itu terdengar seolah-olah
siapapun yang datang untuk menjenguk Langdon tidak ingin menunggu. Dengan segera,
Langdon mendengar sebuah pintu berat di ujung hall meledak terbuka. Dia melihat hingga dia
lihat sesosok tubuh mendekat di koridor.
Wanita itu berpakaian serba hitam. Dia berotot dan kuat dengan rambut spike gelap.
Dia bergerak tanpa tenaga, seolah-olah kakinya tidak menyentuh tanah, dan dia menuju
langsung ke ruangan Langdon.
Tanpa keraguan, dr. Marconi melangkah menuju pintu yang terbuka untuk menutup
jalur pengunjung itu. Ferma! dr. Marconi memerintah, mengangkat telapak tangannya
seperti seorang polisi.
Orang asing itu, tanpa melanggar langkah, mengeluarkan senjata berperedam. Dia
mengarahkannya langsung ke dada Marconi dan menembak.
Terdapat desisan staccato.
Langdon melihat dengan ngeri saat dr. Marconi sempoyongan ke belakang ke dalam ruangan,
jatuh ke lantai, mencengkeram dadanya, jas lab putihnya basah kuyup oleh darah.

BAB 3
Lima mil luar pantai Italia, kapal pesiar mewah berukuran 237 kaki The Mendacium
melaju menembus kabut fajar yang merangkak naik dan bergulir lembut dari lautan Adriatik.
Badan kapal tersamar dalam cat abu-abu metalik, jelas memberikan aura tak ramah kapal
militer.
Dengan label harga lebih dari 300 juta U.S. dolar, pembuatnya membanggakan semua
fasilitas yang biasa spa, kolam renang, bioskop, kapal selam pribadi, dan helipad. Orangorang di atas kapal nyaman, meskipun begitu, sedikit tertarik pada pemiliknya, yang telah
mengambil kiriman kapal pesiar lima tahun lalu dan segera mengosongkan sebagian besar
ruangan untuk dipasang pusat komando elektronik berlapis tingkat militer.
Terhubung oleh tiga link satelit khusus dan sebuah pemancar penghubung daratan yang
tersusun berlebihan, ruang kontrol The Mendacium memiliki hampir 2 lusin staf teknisi,
analis, koordinator operasi yang tinggal di sana dan tetap dalam kontak tetap dengan pusat
operasi dari berbagai organisasi yang ada di daratan.
Keamanan di atas kapal di antaranya sebuah unit kecil tentara militer terlatih, dua
sistem pendeteksi misil, dan sebuah gudang yang menyediakan senjata termutakhir. Staf
pendukung lain koki, kebersihan, dan pelayan mendorong jumlah total yang berada di atas
kapal menjadi lebih dari empat puluh. The Mendacium, efeknya, adalah bangunan kantor dalam
bentuk portabel di mana sang pemilik menjalankan kekuasaannya.
Dikenal oleh pegawainya hanya sebagai provost, dia lelaki kerdil kecil dengan kulit
coklat dan mata cekung. Fisiknya yang ringan dan secara langsung tampak cocok untuk orang
yang telah membuat kekayaan besar, yang menyediakan menu pribadi layanan rahasia,
membayang di sepanjang tepian masyarakat.
Dia dipanggil dengan banyak hal seorang prajurit sewaan tak berjiwa, fasilitator dosa,
enabler setan tapi dia bukan di antaranya. Provost secara sederhana menyediakan
kemungkinan bagi kliennya untuk mengejar ambisi dan hasrat mereka tanpa konsekwensi;
orang-orang itu menjadi pendosa di alam tidak menjadi masalahnya.
Mengesampingkan pencela dan keberatan etis mereka, kompas moral provost adalah
sebuah bintang yang tetap. Dia telah membangun reputasinya dan Consortium itu sendiri
dalam dua aturan emas.
Tidak pernah membuat perjanjian yang tidak dapat kamu simpan.
Dan tidak pernah berbohong pada klien.
Kapanpun.
Dalam karir profesionalnya, provost tidak pernah merusak perjanjian ataupun
mengingkari persetujuan. Kata-katanya dapat disimpan garansi absolut dan sementara ada
kontrak yang disesali telah dibuat, mundur dari mereka tidak pernah menjadi pilihan.
Pagi ini, saat dia melangkah ke balkon pribadi kabin pesiarnya, provost memandang ke
seberang laut yang bergejolak dan berusaha untuk menangkis kegelisahan yang bersemayam
di perutnya.
Keputusan masa lalu kita adalah arsitek masa depan kita.
Keputusan masa lalu provost telah menempatkannya dalam sebuah posisi untuk
bernegosiasi hampir di semua bidang dan selalu menjadi yang teratas. Hari ini, meski begitu,

ketika dia memandang keluar jendela pada cahaya tanah Italia di kejauhan, dia secara tak biasa
merasa berada di tepian.
Satu tahun yang lalu, dalam kapal pesiar ini, dia telah membuat keputusan yang
konsekwensinya sekarang terancam untuk mengungkap semua yang telah dia bangun. Aku
menyetujui untuk menyediakan layanan pada orang yang salah. Tidak ada jalan bagi provost
untuk mengetahui pada saat itu, dan bahkan sekarang miskalkulasi telah membawa prahara dari
tantangan yang tak terduga, memaksanya untuk mengirim beberapa agen terbaiknya ke
lapangan dengan perintah untuk melakukan apapun juga demi menjaga daftar kapalnya dari
terbalik.
Saat iru provost menunggu laporan dari salah satu agen lapangan seperti biasanya.
Vayentha, dia pikir, menggambarkan spesialis berambut spike yang keras. Vayentha,
yang telah melayaninya dengan sempurna hingga misi ini, telah membuat sebuah kesalahan
tadi malam yang berkonsekwensi mengerikan. Berebut dalam enam jam terakhir, sebuah upaya
putus asa untuk mendapatkan kembali kontrol situasi.
Vayentha mengklaim kesalahannya sebagai hasil dari keberuntungan buruk yang
sederhana kukukan seekor merpati yang tidak pada waktunya.
Meski begitu, provost tidak percaya dengan keberuntungan. Semua yang dia lakukan
terorkestrasi untuk menghapuskan ketidakteraturan dan membuang peluang. Kendali
merupakan keahlian provost melihat setiap kemungkinan, mengantisipasi setiap respon, dan
mencetak kenyataan menuju hasil yang diharapkan. Dia telah membuat track record
kesuksesan dan kerahasiaan yang sempurna, dan dengan itu mendatangkan klien yang
mengejutkan jutawan, politisi, ulama, dan bahkan seluruh pemerintahan.
Di timur, sinar pertama pagi yang lemah mulai memakan bintang terendah di
cakrawala. Di dek, provost berdiri dan dengan sabar menanti kata dari Vayentha bahwa misinya
tidak berjalan sesuai rencana.
BAB 4
DALAM SEKEJAP, Langdon merasa seolah-olah waktu telah berhenti.
Dr. Marconi terbaring tak bergerak di lantai, darah memancar dari dadanya. Seraya
melawan obat penenang dalam tubuhnya, Langdon mengangkat matanya ke arah pembunuh
berambut spike, yang masih melangkah menuruni hall, tinggal beberapa yard menuju pintunya
yang terbuka. Saat wanita itu mendekati ambang pintu, dia menatap Landon dan dengan cepat
mengayunkan senjatanya ke arahnya membidik kepalanya.
Aku akan mati, Langdon menyadari. Di sini dan sekarang.
Suara letusan memekakkan telinga di ruangan kecil rumah sakit.
Langdon terlonjak ke belakang, yakin dia telah ditembak, tapi suara itu bukan dari pistol
penyerang. Lebih ke, letusan dari ayunan pintu logam berat ruangan itu saat dr. Brooks
membenturkan dirinya dan menguncinya.
Dengan mata liar penuh ketakutan, dr. Brooks segera meringkuk kelelahan di samping
koleganya yang terendam darah, mencari detak nadinya. Dr. Marconi membatukkan semulut
penuh darah, yang menetes turun di pipinya melewati janggut lebatnya. Kemudian dia terjatuh
lemas.
Enrico, no! Ti prego! dr. Brooks berteriak.
Di luar, rentetan peluru meledak membentur eksterior logam pintu ruangan. Raungan
alarm memenuhi hall.
Entah bagaimana, tubuh Langdon bergerak, panik, dan sekarang instingnya mengambil
alih obat penenang. Saat ia merangkak keluar ranjang dengan canggung, rasa sakit yang
menyengat merobek ujung lengan kanannya. Untuk sejenak, dia berpikir sebuah peluru telah

menembus pintu dan mengenainya, tapi ketika di melihat ke bawah, dia menyadari bahwa
selang infus terlepas dari lengannya. Kateter plastik menusuk lubang bergerigi di ujung
lengannya, dan darah hangat telah mengalir keluar dari tabung.
Langdon sekarang terjaga sepenuhnya.
Berjongkok di sebelah tubuh Marconi, dr. Brooks terus mencari denyut nadi sementara
air mata menggenang di matanya. Kemudian, seolah-olah sebuah saklar telah dipadamkan
dalam dirinya, dia berdiri dan beralih ke Langdon. Ekspresinya berubah di depan matanya, jiwa
mudanya menguat dengan semua ketenangan seorang dokter ER musiman yang menghadapi
sebuah krisis.
Ikuti aku, dia memerintah.
Dr. Brooks meraih lengan Langdon dan menariknya melewati ruangan. Suara senjata
api dan keributan berlanjut di hallway saat Langdon bergerak dengan tiba-tiba dengan kaki
yang tidak stabil. Pikirannya merasa waspada tapi tubuhnya yang terseret berat menjadi lambat
untuk merespon. Bergeraklah! Barisan lantai terasa dingin di bawah kakinya, dan johnny
rumah sakit tipisnya tidak cukup panjang untuk menutupi postur enam kakinya. Dia dapat
merasakan darah menetes dari ujung lengannya dan menggenang di telapak tangannya.
Peluru terus berlanjut menghantam kenop pintu yang berat, dan dr. Brooks mendorong
Langdon dengan kasar menuju sebuah kamar mandi kecil. Dia akan mengikuti ketika kemudian
dia berhenti sejenak, berbalik, dan lari menuju lemari dan meraih Harris Tweed Langdon yang
penuh darah.
Lupakan jaket sialanku!
Dia kembali menggenggam jaketnya dan dengan cepat mengunci pintu kamar mandi.
Tepat ketika pintu di bagian luar ruangan hancur terbuka.
Dokter muda itu mengambil kendali. Dia melangkah melalui kamar mandi mungil ke
sebuah pintu kedua, menyentaknya terbuka, dan memimpin Langdon ke dalam sebuah ruang
pemulihan di sebelahnya. Senjata api menggema di belakang mereka saat dr. Brooks
menjulurkan kepalanya ke arah hallway dan dengan cepat meraih lengan Langdon, menariknya
melewati koridor menuju tangga. Gerakan yang mendadak membuat Langdon pusing; dia
merasa bahwa dia dapat pingsan sewaktu-waktu.
Lima belas detik kemudian hanyalah kabur tangga turun tersandung jatuh.
Hentakan di kepala Langdon hampir saja tak tertahankan. Pandangannya bahkan menjadi lebih
kabur sekarang, dan ototnya lamban, tiap gerakan terasa seperti reaksi yang tertunda.
Dan kemudian udara menjadi dingin.
Aku di luar.
Saat dr. Brooks menariknya sepanjang lorong gelap menjauh dari bangunan, Langdon
menapak pada sesuatu yang tajam dan jatuh, menghantam trotoar keras. Dr. Brooks berusaha
untuk membuatnya berdiri kembali, menyumpahi kenyataan bahwa Langdon telah dibius.
Saat mereka mendekati ujung lorong, Langdon tersandung lagi. Kali ini dia
membiarkannya di tanah, segera ke jalan dan berteriak pada seseorang di kejauhan. Langdon
dapat mengerti cahaya hijau lemah dari sebuah taksi yang diparkir di depan rumah sakit. Mobil
itu tak bergerak, tak diragukan lagi sopirnya ketiduran. Dr. Brooks berteriak dan melambaikan
tangannya dengan liar. Akhirnya lampu depan taksi menyala dan bergerak perlahan ke arah
mereka.
Di belakang Langdon, di lorong, sebuah pintu hancur terbuka, diikuti oleh suara
langkah kaki yang mendekat dengan cepat. Dia menoleh dan melihat sosok gelap dengan pasti
menuju ke arahnya. Langdon berusaha untuk kembali berdiri, tapi dokter itu telah meraihnya,
memaaksanya ke dalam kursi belakang sebuah taksi Fiat. Dia mendarat separuh di kursi dan
separuh di lantai saat dr. Brooks terjun di atasnya, menyentak pintu tertutup.
Sopir bermata ngantuk menoleh dan menatap pada pasangan aneh yang baru saja jatuh
ke dalam taksinya seorang wanita muda dengan rambut ekor kuda dalam seragam rumah

sakit dan seorang lelaki dalam johnny yang separuh sobek dengan lengan berdarah. Dia baru
saja akan memberitahu mereka untuk segera keluar dari mobilnya, saat kaca samping pecah.
Wanita dalam jaket kulit hitam berlari cepat di lorong, pistol diperpanjang. Pistolnya mendesis
lagi tepat saat dr. Brooks meraih kepala Langdon, menariknya ke bawah. Jendela belakang
pecah, menghujani mereka dengan kaca.
Sopir itu tak memerlukan dorongan lebih jauh. Dia melesakkan kakinya ke gas, dan
taksi itu melaju.
Langdon bergoyang dalam jurang kesadaran. Seseorang sedang berusaha
membunuhku?
Begitu mereka membelok di tikungan, dr. Brooks duduk dan meraih lengan berdarah
Langdon. Kateter menonjol dengan canggung dari lubang di dagingnya.
Lihat ke luar jendela, dia memerintah.
Langdon patuh. Di luar, batu-batu nisan seperti hantu tertelan kegelapan. Tampaknya
entah bagaimana mereka melewati makam. Langdon merasa jari dokter itu menggali kateter
dengan pelan dan kemudian, tanpa peringatan, dia mencabutnya keluar.
Rasa sakit yang membakar berjalan langsung ke kepala Langdon. Dia merasa matanya
memutar balik, dan kemudian semuanya menjadi hitam.
BAB 5
Deringan nyaring teleponnya mengalihkan pandangan provost dari kabut Adriatik yang
menenangkan, dan dengan cepat melangkah kembali ke dalam ruamg kantornya.
Ini tentang waktu, dia berpikir, mengharapkan berita.
Layar komputer di mejanya berkedip hidup, memberitahunya bahwa telepon masuk
dari sebuah telepon Swedish Sectra Tiger XS berenkripsi suara pribadi, yang telah
dihubungkan melalui empat router yang tak terlacak sebelum disambungkan dengan kapalnya.
Dia memakai headsetnya. Ini provost, dia menjawab, kata-katanya pelan dan hatihati. Lanjutkan.
Ini Vayentha, suara itu menjawab/
Provost merasakan sebuah kegugupan yang tidak biasa pada suaranya. Agen lapangan
jarang berbicara langsung dengan provost, dan bahkan lebih jarang mereka bertahan dalam
tugasnya setelah kegagalan besar seperti semalam. Meskipun begitu, provost membutuhkan
seorang agen di tempat kejadian untuk membantu memperbaiki krisis ini, dan Vayentha
menjadi orang yang tepat untuk pekerjaan ini.
Saya mempunyai kabar terbaru, Vayentha berkata.
Provost diam, mengisyaratkan padanya untuk melanjutkan.
Ketika dia berbicara, suaranya terdengar tanpa emosi, dengan jelas mengusahakan pada
profesionalisme. Langdon kabur, dia berkata. Dia mempunyai barangnya.
Provost duduk di kursinya dan tetap diam untuk waktu yang sangat lama. Paham, dia
akhirnya berkata. Aku membayangkan dia akan menjangkau pihak yang berkuasa secepat
yang dia bisa.

Dua dek di bawah provost, di pusat kendali keamanan kapal, fasilitator senior Laurence
Knowlton duduk di kompartemen pribadinya dan melihat bahwa telepon terenkripsi provost
telah berakhir. Dia berharap ada kabar bagus. Tekanan provost telah tampak selama dua hari
ini, dan setiap operator merasakan adanya sejenis operasi berisiko tinggi sedang berjalan.
Risikonya tidak terbayangkan tingginya, dan Vayentha menjadikannya lebih baik untuk
saat ini.

Knowlton telah terbiasa untuk mendukung dengan hati-hati rencana pe rmainan yang
dikonstruksi, tapi skenario khusus ini terpecah menjadi kehancuran, dan provost telah
mengambil alih secara pribadi.
Kita bergerak menuju area yang tak terpetakan.
Meskipun setengah lusin misi lainnya sedang dalam proses di seluruh dunia,
kesemuanya dilayani oleh kantor-kantor Consortium dengan berbagai bidang, membebaskan
provost dan staff The Mendacium untuk focus secara eksklusif pada satu ini.
Klien mereka telah melompat menuju ajalnya beberapa hari lalu di Florence, tapi
Consortium masih memiliki sejumlah pelayanan fenomenal di docketnya tugas khusus
seseorang yang telah menitipkan kepercayaan pada organisasi ini bagaimanapun juga
keadaannya dan Consortium, sebagaimana biasanya, dikehendaki untuk mengikuti tanpa
pertanyaan.
Aku mempunyai perintahku, Knowlton berpikir, bermaksud untuk menuruti dengan
patuh. Dia keluar dari kompartemen kaca kedap suaranya, berjalan melewati setengah lusin
ruangan lainnya beberapa transparan, beberapa tidak yang mana para petugas bertanggung
jawab memegan aspek lain dari misi yang sama ini.
Knowlton melintasi udara tipis yang terproses dari ruang kontrol utama, mengangguk
pada crew teknik, dan memasuki sebuah kubah dengan jalan kecil yang mengandung lusinan
kotak kuat. Dia membuka salah satu kotak dan mendapatkan isinya dalam kasus ini, sebuah
tongkat memori berwarna merah cerah. Berdasarkan pada kartu tugas yang menempel, tongkat
memori itu mengandung sebuah file video besar, yang mana klien telah meneruskannya untuk
diunggah di outlet-outlet media utama pada sebuah waktu khusus besok pagi.
Tidak tersisa peluang.
Knowlton kembali ke kompertemen transparannya dan menutup pintu kaca berat,
menghalangi dunia luar.
Dia menekan sebuah saklar di dinding, dan kompartemennya dengan segera berubah
menjadi buram. Demi privasi, semua kantor berdinding kaca di atas The Mendacium dibangun
dengan kaca suspended particle device. Transparensi kaca SPD dapat dengan mudah
dikendalikan oleh penerapan atau penghilangan aliran listrik, yang mana jutaan partikel kecil
menyerupai batang yang tersusun sejajar ataupun acak tergantung di dalam panel.
Kompartemensisasi merupakan prinsip dasar dari keberhasilan Consortium.
Hanya ketahui misimu sendiri. Jangan dibagikan.
Sekarang, teramankan di ruang privatnya, Knowlton memasukkan tongkat memori ke
komputernya dan meng-klik file untuk memulai penilaiannya.
Dengan segera layarnya berangsur menjadi gelap dan speakernya mulai memainkan
suara lemah gemericik air. Sebuah gambar perlahan muncul di layar tak berbentuk dan
berbayang. Muncul dari kegelapan, sebuah pemandangan mulai terbentuk bagian dalam
sebuah gua atau semacam ruangan raksasa. Lantai gua itu adalah air, seperti sebuah danau
bawah tanah. Anehnya, air tersebut tampak disinari seolah-olah dari dalam.
Knowlton tidak pernah melihat hal seperti ini. Keseluruhan gua itu disinari oleh warna
kemerahan yang mengerikan, dinding kusamnya penuh dengan refleksi riak air yang
menyerupai tendril. Tempat apa ini?
Saat gemericik air berlanjut, kamera mulai miring ke arah bawah dan turun secara
vertikal, langsung menuju air hingga kamera menusuk permukaan yang tersinari. Suara
gemericik menghilang, digantikan oleh kesenyapan yang mengerikan di dalam air. Tenggelam
sekarang, kamera terus turun, bergerak ke bawah melalui beberapa kaki air hingga berhenti,
memfokuskan pada lantai gua yang tertutup endapan.
Terkait pada lantai adalah sebuah piagam persegi dari titanium yang bercahaya.
Pada piagam itu terdapat sebuah tulisan timbul.

DI TEMPAT INI, PADA TANGGAL INI,


DUNIA TELAH BERUBAH SELAMANYA
Terukir di bagian bawah piagam adalah sebuah nama dan tanggal.
Namanya adalah klien mereka.
Tanggalnya besok.
BAB 6
Langdon merasakan tangan tangguh mengangkatnya sekarang mendorongnya dari
igauannya, membantunya keluar dari taksi. Trotoar terasa dingin di bawah kaki telanjangnya.
Separuh disokong oleh tubuh ramping Dr. Brooks, Langdon terhuyung-huyung
menuruni jalanan lengang di antara dua bangunan apartemen. Udara subuh berdesir,
menggembungkan baju rumah sakitnya, dan Langdon merasakan udara dingin di tempat yang
dia tahu tidak seharusnya.
Obat penenang yang diberikan di rumah sakit menyisakan pikiran yang kabur, sekabur
penglihatannya. Langdon merasa seperti berada di bawah air, berusaha mengais jalannya
menuju sebuah dunia yang redup dan kental. Sienna Brooks menyeretnya ke depan,
mendukungnya dengan kekuatan yang mencengangkan.
Tangga, dia berkata, dan Langdon menyadari mereka telah mencapai pintu masuk
samping bangunan.
Langdon menggenggam pegangan tangga dan berjalan sempoyongan ke atas, satu
langkah dalam satu waktu. Tubuhnya terasa berat. Dr. Brooks sekarang mendorongnya secara
fisik. Ketika mereka mencapai puncak tangga, Brooks mengetikkan beberapa angka ke sebuah
papan tombol tua yang berkarat dan pintu mendengung terbuka.
Udara di dalam tidak begitu hangat, tapi lantai ubin terasa seperti karpet lembut di
tepian kakinya dibandingkan dengan paving keras di luar. Dr. Brooks membawa Langdon ke
sebuah lift kecil dan membuka pintu lipat, menggiring Langdon ke dalam sebuah kompartemen
yang seukuran dengan ruang telepon. Udara di dalam beraromakan rokok MS aroma manis
pahit ubiquitos di Italia seperti aroma espresso segar. Meskipun hanya sekilas, baunya
membantu Langdon membersihkan pikirannya. Dr. Brooks menekan sebuah tombol, dan di
suatu tempat tinggi di atas mereka, rangkaian kampas gir berdentang dan memusar menjadi
gerakan.
Ke atas
Kereta berderit dan bergetar saat mulai naik. Karena tidak ada dinding selain layar
logam, Langdon menemukan dirinya melihat bagian dalam lift meluncur menerobos secara
ritmis melalui mereka. Bahkan dalam tahap setengah sadar, ketakutan berkepanjangan
Langdon terhadap ruang tertutup tetap hidup.
Jangan lihat.
Dia bersandar di dinding, berusaha mendapatkan nafasnya. Ujung lengannya sakit, dan
ketika dia melihat ke bawah, dia melihat lengan baju Harris Tweed-nya terikat aneh di
lengannya menyerupai perban. Pengingat jaketnya menyeretnya ke belakang ke lantai, lusuh
dan dekil.
Dia menutup matanya melawan kepalanya yang berdenyut, tapi kegelapan
menyelubunginya lagi.
Pengnlihatan familiar yag termaterialisasi mematung, wanita berkerudung dengan
amulet dan rambut perak dalam ringlet. Seperti sebelumnya, dia berada di tepian sungai
semerah darah dan dikelilingi oleh tubuh-tubuh yang menggeliat. Dia berbicara pada Langdon,
suaranya memohon. Cari dan kamu akan temukan!

Langdon mengatasi dengan perasaan bahwa dia harus menyelamatkannya


menyelamatkan mereka semua. Kaki terbalik yang terkubur separuh jatuh lunglai satu per
satu.
Siapa kamu!? dia berteriak dalam keheningan. Apa yang kamu inginkan?!
Rambut perak lebatnya mulai berkibar di angin yang panas. Waktu kita semakin singkat,
dia berbisik, menyentuh kalung amuletnya. Kemudian, tanpa peringatan, dia meledak di sebuah
pilar api yang menyilaukan, yang menggelembung melewati sungai, meliputi mereka berdua.
Langdon berteriak, matanya membuka.
Dr. Brooks menatapnya dengan perhatian. Ada apa?
Aku terus berhalusinasi! Langdon berteriak. Peristiwa yang sama.
Wanita berambut perak? Dan semua mayat?
Langdon mengangguk, peluh menetes di alisnya.
Kamu akan baik-baik saja, Dr. Brooks meyakinkannya, meskipun terdengar gemetar.
Penglihatan yang terulang merupakan hal yang biasa dalam amnesia. Fungsi otak yang
berurutan dan katalog ingatanmu teracak sementara waktu, dan sehingga hal itu melempar
semuanya menjadi satu gambar.
Bukan gambar yang sangat indah, Langdon menambahkan.
Aku tahu, tapi sampai kamu pulih, ingatanmu akan kusut dan tak terurutkan masa
lalu, sekarang, dan imajinasi semuanya bercampur bersama. Kejadian yang sama yang terjadi
saat bermimpi.
Lift bergoyang untuk berhenti, dan Dr. Brooks membuka pintu lipat. Mereka berjalan
lagi, kali ini menuruni koridor yang gelap dan sepi. Mereka melewati sebuah jendela, di luar
siluet gelap dari puncak atap Florence mulai muncul di cahaya fajar. Di ujung jauh lorong, dr.
Brooks jongkok dan mengambil sebuah kunci dari bawah tanaman rumah yang terlihat kering
dan membuka pintu.
Apartemen itu kecil, udara di dalam menunjukkan pertempuran berkelanjutan antara
lilin beraroma vanilla dan perabotan kayu tua. Furniture dan karya seni tidak cukup bagus
seolah-olah dia membelinya di toko loak. Dr. Brooks menyetel sebuah thermostat, dan radiator
berbunyi keras untuk hidup.
Dia berdiri sejenak dan menutup matanya, menghela nafas dengan berat, seolah-olah
mengumpulkan dirinya sendiri. Kemudian dia berbalik dan membantu Langdon masuk ke
dapur sederhana dengan meja Formica yang mempunyai dua kursi tipis.
Langdon membuat gerakan menuju sebuah kursi berharap untuk duduk, tapi Dr. Brooks
memegang lengannya dengan satu tangan dan membuka sebuah lemari dengan tangan yang
lain. Lemari itu hampir kosong crackers, sedikit pasta dalam kantong, sekaleng soda, dan
sebotol NoDoz.
Dia mengeluarkan botolnya dan menuangkan enam kaplet di telapak tangan Langdon.
Kafein, dia berkata. Jika aku bekerja shift malam seperti malam ini.
Langdon meletakkan pil-pil itu ke dalam mulut dan melihat sekeliling untuk mencari
air.
Kunyah saja, dr. Brooks berkata. Mereka akan mengenai sistemmu dengan lebih
cepat dan membantu melawan obat penenang.
Langdon mulai mengunyah dan langsung mengernyit. Pil-pil itu pahit, sudah jelas
ditujukan untuk ditelan seluruhnya. Dr. Brooks membuka kulkas dan memberi Langdon
setengah botol San Pellegrino. Langdon meneguknya panjang.
Dokter berekor kuda sekarang mengambil lengan kanannya dan membuka perban
buatan yang dia buat dari jaket Langdon, yang dia letakkan di atas meja dapur. Kemudian dia
memeriksa luka Langdon dengan hati-hati. Saat dia memegang lengannya, Langdon dapat
merasakan tangan rampingnya bergetar.
Kamu akan hidup, dia memberitahu.

Langdon berharap dia akan membaik. Dia dapat menjajaki dengan jelas apa yang baru
saja mereka tanggung. Dr. Brooks, dia berkata, Kita perlu menghubungi seseorang.
Konsulat polisi. Seseorang.
Dia mengangguk setuju. Juga, kamu dapat berhenti memanggilku Dr. Brooks
namaku Sienna.
Langdon mengangguk. Terima kasih. Aku Robert. Serasa ikatan palsu mereka
melayang dari hidup mereka digaransikan dengan dasar nama pertama. Kamu bilang kamu
orang Inggris?
Menurut kelahiran, ya.
Aku tidak mendengar sebuah aksen.
Bagus, dia menjawab. Aku bekerja keras untuk menghilangkannya.
Langdon sudah hendak bertanya mengapa, tapi gerakan Sienna untuknya mengajaknya
untuk mengikuti. Dia membawanya ke sebuah koridor lengang menuju sebuah kamar mandi
kecil yang redup. Di kaca di atas westafel, Langdon sekilas melihat pantulan dirinya untuk
pertama kali sejak melihatnya di jendela kamar rumah sakit.
Tidak bagus. Rambut gelap dan tebal Langdon lepek, dan matanya terlihat percikan
darah dan keletihan. Janggut yang lebat menyamarkan rahangnya.
Sienna menyalakan kran dan memandu ujung lengan Langdon yang terlukadi bawah
air sedingin es. Itu menyengat dengan tajam, tapi dia menahannya di sana, menggereyit.
Sienna mengambil sebuah waslap bersih dan menyemprotnya dengan sabun anti
bakteri. Kamu mungkin tidak ingin melihatnya.
Tidak apa. Aku tidak terganggu dengan
Sienna mulai menggosok dengan keras, dan rasa sakit yang panas mengenai lengan
Langdon. Dia mengatupkan rahangnya untuk mencegah dirinya berteriak protes.
Kamu tidak menginginkan infeksi, dia berkata, menggosok dengan lebih keras
sekarang. Di samping itu, jika kamu akan menghubungi pihak yang berwenang, kamu akan
ingin lebih waspada daripada kamu yang sekarang. Tidak ada yang mengaktifkan produksi
adrenalin seperti halnya rasa sakit.
Langdon bertahan untuk yang serasa sepuluh detik penuk gosokan sebelum dia menarik
paksa lengannya untuk menjauh. Cukup! Dapat diakui, dia merasa lebih kuat dan lebih sadar;
rasa sakit di lengannya sekarang menutupi sakit kepalanya.
Bagus, dia berkata, mematikan air dan mengeringkan lengan Langdon dengan
handuk bersih. Sienna kemudian menerapkan perban kecil di ujun lengan Langdon, tapi saat
dia melakukannya, Langdon menemukan dirinya terganggu dengan sesuatu yang baru saja dia
sadari sesuatu yang sangat mengecewakannya.
Hampir empat decade, Langdon mengenakan jam tangan antik Mickey Mouse edisi
kolektor, pemberian dari orang tuanya. Wajah tersenyum Mickey dan lengan yang melambai
selalu menjadi pengingat hariannya untuk tersenyum lebih sering dan menjalani hidup dengan
tidak terlalu serius.
Jam tanganku, Langdon tergagap. Hilang! Tanpanya, dia tiba-tiba merasa
kurang lengkap. Apakah aku mengenakannya ketika aku tiba di rumah sakit?
Sienna menatapnya dengan pandangan tidak percaya, sangat jelas kebingungan bahwa
dia dapat mengkhawatirkan sesuatu yang sepele. Aku tidak ingat ada jam tangan. Bersihkan
dirimu saja. Aku akan kembali dalam beberapa menit dan kita akan mencari tahu bagaimana
mendapatkan bantuan untukmu. Dia berbalik untuk pergi, tapi berhenti di pintu, menautkan
tatapan pada Langdon di kaca. Dan sementara aku pergi, aku sarankan kamu berpikir keras
tentang mengapa seseorang akan membunuhmu. Aku membayangkan itu pertanyaan pertama
yang akan ditanyakan oleh pihak berwenang.
Tunggu, kemana kamu akan pergi?

Kamu tidak dapat berbicara dengan polisi dengan setengah telanjang. Aku akan
mencarikanmu beberapa baju. Tetanggaku seukuran denganmu. Dia sedang pergi, dan aku
memberi makan kucingnya. Dia berhutang padaku.
Dengan itu, Sienna menghilang.
Robert Langdon berbalik ke kaca kecil di atas westafel dan mengenali orang yang
menatapnya kembali. Seseorang ingin aku mati. Di pikirannya, dia mendengar lagi rekaman
gumamannya yang meracau.
Very sorry. Very sorry.
Dia menjajaki ingatannya untuk rekoleksi tak ada satupun. Dia hanya melihat
kekosongan. Semua yang Langdon tahu adalah dia berada di Florence, menahan sebuah luka
akibat peluru di kepalanya.
Saat Langdon menatap ke dalam mata letihnya, dia setengah berharap jika dia pada satu
waktu terbangun du kursi bacanya di rumah, menggenggam gelas Martini kosong dan sebuah
kopian Dead Souls, hanya untuk mengingatkan dirinya bahwa Bombay Sapphire dan Gogol
tidak akan pernah bercampur.
BAB 7
LANGDON MELURUHKAN baju rumah sakitnya dan membungkuskan sehelai handuk di
sekitar pinggangnya. Setelah mencipratkan air di wajahnya, dia perlahan-lahan menyentuh
jahitan di belakang kepalanya. Kulitnya nyeri, tapi ketikadia menata rambut lepeknya di atas
area itu, semua luka menghilang. Pil kafein bereaksi, dan dia akhirnya merasa kabut mulai
terangkat.
Berfikir, Robert. Berusahalah mengingat.
Kamar mandi tanpa jendela tiba-tiba merasa claustrophobia, dan Langdon melangkah
menuju hall, bergerak sesuai insting menuju seberkas cahaya alami yang keluar melalui pintu
yang setengah terbuka di seberang koridor. Ruangan sejenis ruang belajar, dengan sebuah meja
murah, kursi usang, bermacam-macam buku di lantai, dan, untungnya sebuah jendela.
Langdon bergerak menuju cahaya siang.
Di kejauhan, matahari Tuscan terbit, baru permulaan untuk mencium puncak menara
tertinggi dari kota yang terbangun campanile, Badia, Bargello. Langdon menekan dahinya ke
kaca yang dingin. Udara bulan Maret yang kering dan dingin, menguatkan spektrum penuh
sinar matahari yang sekarang mengintip di sisi bukit.
Cahaya pelukis, mereka menyebutnya.
Di jantung horizon, kubah tinggi dari genting merah terpasang, zenithnya dihiasi
dengan bola bersepuh tembaga yang menyerupai sebuah mercusuar. Il Duomo. Brunelleschi
telah membuat sejarah arsitektural dengan merancang kubah padat bassilika, dan sekarang,
lebih dari lima ratus tahun kemudian, struktur setinggi 375 kaki itu masih berdiri di tanah,
raksasa yang tak dapat dipindah di Piazza del Duomo.
Mengapa bisa aku di Florence?
Untuk Langdon, aficionado sepanjang waktu dari seni Italia, Florence menjadi satu
tujuan favoritnya di seluruh Eropa. Kota ini merupakan kota yang jalanannya menjadi tempat
bermain Michaelangelo saat kecil, dan kota yang studionya melahirkan Renaissance Italia. Ini
adalah Florence, yang galerinya memancing jutaan pelancong untuk mengagumi Birth of Venus
karya Botticelli, Annunciatiin karya Leonardo, dan kesukaan dan kebanggan kota Il Davide.
Langdon telah terpesona oleh David karya Michelangelo ketika pertama kali
melihatnya saat amsih remaja memasuki Accademia delle Belle Arti .. bergerak perlahan
melalui phalanx suram Prigioni kasar Michelangelo dan kemudian merasakan tatapannya
terseret ke atas, secara terus menerus, ke karya besar setinggi tujuh belas kaki. Kehebatan
David yang nyata dan definisi muskulatur mengejutkan sebagian besar pengunjung perdana,

dan bahkan untuk Langdon, kejeniusan pose David yang dia temukan paling mempesona.
Michelangelo mempekerjakan tradisi klasik contrapposto untuk membuat ilusi bahwa David
bersandar di sisi kanannya, kaki kirinya menopang tanpa beban, ketika, kenyataannya, kaki
kirinya menyangga berton-ton pualam.
David telah mempesona Langdon, apresiasi sejati pertamanya terhadap kekuatan seni
patung besar. Sekarang Langdon berharap jika dia telah mengunjungi karya besar itu selama
beberapa hari terakhir, tapi satu-satunya ingatan yang dapat dia reka adalah bahwa dia
terbangun di rumah sakit dan menonton dokter yang tak tahu apa-apa dibunuh di depan
matanya. Very sorry. Very sorry.
Rasa bersalah yang dia rasakan hampir memuakkan. Apa yang telah kulakukan?
Saat dia berdiri di jendela, pandangan periferalnya menangkap sekilas sebuah laptop
terduduk di meja sebelahnya. Apapun yang terjadi pada Langdon semalam, dia tiba-tiba
menyadari, mungkin ada dalam berita.
Jika aku dapat mengakses internet, aku akan menemukan jawabannya.
Langdon berbalik ke arah pintu masuk dan memanggil Sienna?!
Sunyi. Dia masih di apartemen tetangga mencari pakaian.
Tanpa keraguan Sienna akan memahami penyusupan ini, Langdon membuka laptop
dan menyalakannya.
Home screen Sienna berkedip menyala sebuah background awan biru Windows
standar. Dengan segera Langdon menuju halaman pencari Google Italia dan mengetikkan
Robert Langdon.
Jika siswaku dapat melihatku sekarang, dia berpikir saat memulai pencarian. Langdon
selalu menegur siswanya untuk Googling diri mereka sendiri hiburan baru yang aneh yang
mencerminkan obsesi dengan selebritas diri yang sekarang hampir menguasai semua remaja
Amerika.
Satu halaman hasil pencarian termaterialisasi ratusan hasil yang berhubungan dengan
Langdon, buku-bukunya, dan kuliahnya. Bukan yang aku cari.
Langdon membatasi pencarian dengan memilih tombol berita.
Halaman baru muncul: Hasil berita untuk Robert Langdon.
Penandatanganan buku: Robert Langdon tampil
Alamat lulusan oleh Robert Langdon
Robert Langdon menerbitkan simbol utama untuk
Daftar itu masih sepanjang beberapa halaman, dan Langdon belum melihat yang barubaru ini tentunya tidak dapat menjelaskan situasi sulitnya sekarang ini. Apa yang terjadi
semalam? Langdon meneruskan, mengakses situs Web The Florentine, surat kabar berbahasa
Inggris yang diterbitkan di Florence. Dia memeriksa tajuk utama, bagian breaking-news, dan
blog polisi, melihat artikel kebakaran apartemen, skandal gelap pemerintah, dan bermacammacam kejadian kriminal.
Tidak ada lagi?!
Dia berhenti pada breaking-news tentang seorang pejabat kota yang, semalam, telah
meninggal karena serangan jantung di bagian luar katedral. Nama pejabat itu belum dirilis, tapi
diduga todak ada permainan kotor.
Akhirnya, tidak tahu apalagi yang harus dikerjakan, Langdon masuk ke akun e-mail
Harvard miliknya dan mengecek pesan, berharap jika mungkin mendapatkan jawaban di sana.
Semua yang dia temukan adalah arus mail biasa dari kolega, siswa, dan teman, kebanyakan
dari mereka mereferensikan perjanjian untuk minggu depan.
Seolah-olah tak seorangpun yang tahu aku menghilang.
Dengan ketidakyakinan yang meningkat, Langdon mematikan computer dan
menutupnya. Dia sudah akan bangkit ketika sesuatu tertangkap oleh matanya. Di sudut meja
Sienna, di bagian paling atas tumpukan jurnal medis dan paper, terdapat sebuah foto Polaroid.

Yang dibidik adalah Sienna Brooks dan dokter koleganya yang berjanggut, tertawa bersama di
lorong rumah sakit.
Dr. Marconi, Langdon berpikir, dipenuhi dengan rasa bersalah saat dia mengambil foto
itu dan mempelajarinya.
Saat Langdon mengembalikan foto ke atas tumpukan buku, dia memperhatikan dengan
terkejut buklet kuning di bagian atas selebaran koyak London Globe Theatre. Berdasarkan
sampulnya, itu merupakan produksi A Midsummer Nights Dream karya Shakespeare
dipentaskan hampir dua puluh lima tahun yang lalu.
Coretan di bagian atas selebaran adalah sebuah pesan yang ditulis tangan dengan
menggunakan Magic Marker: Sayang, jangan pernah lupa kamu sebuah keajaiban.
Langdon mengambil tiket itu, dan setumpuk kliping koran terjatuh ke atas meja. Dia
dengan segera berusaha untuk mengembalikannya, tapi saat dia membuka buklet ke halaman
yang menahan kliping itu sebelumnya, dia sontak berhenti.
Dia menatap foto pemeran dari aktor cilik yang memerankan hantu jahil karya
Shakespeare, Puck. Foto itu menunjukkan seorang gadis muda yang berusia tidak lebih dari
lima tahun, rambut pirangnya diikat ekor kuda yang tampak taka sing.
Kalimat di bawah foto itu terbaca: Seorang bintang telah lahir.
Biografinya adalah akun yang memancar dari seorang pemeran teater cilik berbakat
hebat Sienna Brooks dengan IQ yang di luar batas, yang dalam semalam, mengingat tiap
baris karakter dan selama awal latihan, sering memberi isyarat ke sesama anggota pemain.
Hobi anak usia lima tahun ini di antaranya bermain biola, catur, biologi dan kimia. Anak dari
pasangan kaya raya di pinggiran London, Blackheath, gadis ini telah menjadi selebriti dalam
lingkaran ilmiah; pada usia empat tahun, dia telah mengalahkan seorang grand master catur
dalam permainannya sendiri dan telah membaca dalam riga bahasa.
Tuhanku, Langdon berpikir. Sienna. Hal itu menjelaskan banyak hal.
Langdon mengingat seorang lulusan Harvard yang paling terkenal yang merupakan
anak berbakat hebat bernama Saul Kripke, yang pada usia enam tahun telah mengajarinya
Hebrew dan membaca semua karya Descartes pada usia dua belas. Yang terbaru, Langdon
ingat membaca tentang anak muda ajaib bernama Moshe Kai Cavalin, yang pada usia tujuh
tahun telah memperoleh gelar sarjana dengan IPK 4,0 dan memenangkan juara nasional seni
bela diri, dan pada usia empat belas, menerbitkan sebuah buku berjudul We Can Do.
Langdon mengambil kliping koran yang lain, sebuah artikel surat kabar dengan sebuah
foto Sienna pada usia tujuh tahun: BOCAH JENIUS DENGAN IQ 208.
Langdon tidak heran bahwa IQ bahkan setinggi ini. Berdasarkan artikel, Sienna Brooks
merupakan seorang pemain biola yang terampil, dapat menguasai bahasa baru dalam sebulan,
dan telah mempelajari anatomi dan fisiologi.
Dia melihat pada kliping lainnya dari sebuah jurnal medis: MASA DEPAN PIKIRAN:
TIDAK SEMUA PIKIRAN DICIPTAKAN SAMA.
Artikel ini memuat foto Sienna, sekarang mungkin berusia sepuluh tahun, masih anakanak, berdiri di samping apparatus medis yang besar. Artikel tersebut memuat wawancara
dengan seorang dokter, yang menjelaskan bahwa pemindaian PET otak besar Sienna
menunjukkan adanya perbedaan secara fisik dari otak besar lainnya, pada kasusnya lebih besar,
lebih banyak garis arus organ yang mampu memanipulasi kandungan visual-spasial dalam cara
yang sebagian besar umat manusia tidak dapat mulai menduga. Dokter tersebut menyamakan
keuntungan fisiologis Sienna dengan pertumbuhan sel yang terakselerasi di otaknya, leboh
seperti kanker, kecuali bahwa yang terakselerasi pertumbuhannya adalah jaringan otak yang
bermanfaat daripada sel kanker yang berbahaya.
Langdon menemukan sebuah kliping dari surat kabar dari sebuah kota kecil.
KUTUKAN KECERDASAN.

Tidak ada foto kali ini, tapi ceritanya mengisahkan seorang jenius muda, Sienna
Brooks, yang berusaha menghadiri sekolah regular tetapi diusik oleh murid yang lain karena
dia tidak cocok. Artikel itu membicarakan tentang isolasi yang dirasakan oleh anak-anak muda
kaya yang kemampuan sosialnya tidak dapat mengikuti intelegensinya dan yang sering
dikucilkan.
Sienna, menurut artikel ini, telah kabur dari rumah pada usia delapan tahun, dan cukup
pandai untuk hidup mandiri selama sepuluh hari tanpa ditemukan. Dia ditemukan di hotel kelas
atas London, di mana dia berlagak sebagai anak dari seorang tamu, mencuri kunci, dan
memesan layanan kamar dengan akun orang lain. Rupanya dia menghabiskan minggunya
dengan membaca keseluruhan 1600 halaman dari Greys Anatomy. Ketika pihak berwenang
menanyakan kenapa dia membaca buku kedokteran, dia memberitahu mereka bahwa dia ingin
mencari tahu apa yang salah dengan otaknya.
Hati Langdon tersentuh oleh gadis kecil itu. dia tidak dapat membayangkan bagaimana
sepinya untuk seorang anak kecil menjadi begitu berbeda. Dia melipat kembali artikel, berhenti
untuk melihat terakhir kalinya pada foto Sienna yang berusia lima tahun yang berperan sebagai
Puck. Langdon mengakui, memikirkan kualitas surreal dari pertemuannya dengan Sienna pagi
ini, bahwa perannya sebagai hantu pembujuk tidur yang jahil secara aneh tampak cocok.
Langdon hanya berharap bahwa dia, seperti karakter dalam peran, sekarang dapat dengan
mudah bangun dan berlagak pengalaman yang baru saja dialami semuanya hanyalah mimpi.
Dengan hati-hati Langdon mengembalikan kliping pada halaman yang semestinya dan
menutup selebaran, merasakan sebuah melankoli yang tak diaharapkan saat dia melihat lagi
catatan di sampulnya: Sayang, jangan pernah lupa kamu sebuah keajaiban.
Matanya bergerak ke bawah ke simbol familiar yang menghiasi sampul selebaran.
Sama dengan piktogram Yunani kuno yang menghiasi sebagian besar selebaran di seluruh
dunia simbol berusia 2500 tahun yang telah menjadi padanan dengan drama teater.
Le maschere.
Langdon memandang wajah ikonik Komedi dan Tragedi menatapnya, dan tiba-tiba dia
mendengar gumaman asing di telinganya seolah-olah seutas kawat secara perlahan ditarik
keluar dari dalam pikirannya. Hujaman rasa sakit meledak di dalam tengkoraknya. Penglihatan
tentang sebuah topeng mengambang di depan matanya. Langdon terengah-engah dan
mengangkat tangannya, duduk di kursi dan memejamkan matanya erat, mencengkeram kulit
kepalanya.
Dalam kegelapannya, penglihatan aneh kembali dengan sebuah kemarahan tajam
dan jelas.
Wanita berambut perak dengan amulet memanggilnya lagi dari seberang sungai
semerah darah. Teriakan keputusasaannya menembus udara busuk, dapat didengar jelas
menutupi suara kesengsaraan dan kematian, yang menumbuk dalam penderitaan sejauh mata
dapat melihat. Langdon kembali melihat kaki yang terbalik berhiaskan huruf R, tubuh yang
terkubur sebagian mengayuhkan tungkainya dalam keputusasaan liar di udara.
Cari dan temukan! Wanita itu berbicara pada Langdon. Waktu akan habis!
Langdon kembali merasakan dipenuhi keinginan untuk menolongnya untuk
menolong setiap orang. Dengan cemas, dia berteriak kepada wanita yang berada di seberang
sungai merah darah. Siapa kamu?!
Sekali lagi, wanita itu meraih dan mengangkat kerudungnya untuk menunjukkan
penglihatan yang sama yang Langdon telah melihatnya sebelumnya.
Aku kehidupan, dia berkata.
Tanpa peringatan, gambar kolosal termaterialisasi di langit di atasnya topeng
menakutkan dengan hidung panjang menyerupai paruh dan dua mata hijau menyeramkan, yang
menatap kosong pada Langdon.
Dan aku kematian, suara itu meledak.

BAB 8
MATA LANGDON terbuka, dan dia menghela nafas terkejut. Dia masih duduk di kursi
Sienna, kepala di tangannya, jantung berdetak cepat.
Apa gerangan yang sedang terjadi padaku?
Gambaran wanita berambut perak dan topeng paruh menempel di benaknya. Akulah
kehidupan. Akulah kematian. Langdon berusaha membuyarkan penglihatannya, tapi itu terasa
tersorot permanen di pikirannya. Di atas meja di depannya, dua topeng pada selebaran
menatapnya.
Ingatanmu akan kacau dan tak teratur, Sienna telah memberitahunya. Masa lalu, masa
sekarang, dan imajinasi semuanya tercampur bersama.
Langdon merasa pening.
Di suatu tempat di apartmen, sebuah telepon bordering. Deringan gaya lama yang
memecah, datang dari dapur.
Sienna?! Langdon memanggil, berdiri.
Tidak ada respon. Dia belum kembali. Setelah dua kali deringan, sebuah mesin
penjawab terangkat.
Ciao, sono io, Suara Sienna yang riang terdengar di pesan keluarnya. Lasciatemi
un messaggio e vi richiamero.
Terdengar suara beep, dan seorang wanita yang panil mulai meninggalkan pesan dalam
aksen Eropa Timur yang kental. Suaranya menggema di seluruh ruangan.
Sienna, eez Danikova! Kamu mana?! Eez terrible! Temanmu Dr. Marconi, dia
meninggal! Rumah sakit menjadi gilaaa! Polisi datang ke sini! Orang-orang memberitahu
mereka kamu kabur berusaha untuk menyelamatkan pasien?! Kenapa?! Kamu tidak tahu dia!
Sekarang polisi ingin berbicara padamu! Mereka mengambil berkas pegawai! Aku tahu
informasi yang salah alamat yang buruk, tanpa nomor, visa kerja palsu agar mereka tidal
menemukanmu hari ini, tapi mereka temukan segera! Aku berusaha untuk mengingatkanmu.
Maaf, Sienna.
Panggilan berakhir.
Lengdon merasa arus segar penyesalan meliputinya. Dari suara pesan itu, Dr. Marconi
telah memberikan izin pada Sienna untuk bekerja di rumah sakit. Sekarang kehadiran Langdon
telah dihargai Marconi dengan hidupnya, dan insting Sienna untuk menyelamatkan orang asing
telah memberi dampak langsung untuk masa depannya.
Untuk kemudian sebuah pintu tertutup keras di ujung jauh apartemen.
Dia kembali.
Sesaat kemudian, mesin penjawab berbunyi. Sienna, eez Danikova! Kamu mana?!
Langdon mengernyit, mengetahui apa yang akan didengar Sienna. Saat pesan
dimainkan, Langdon dengan cepat meletakkan selebaran, merapikan meja. Kemudian dia
meluncur kembali ke seberang ruangan menuju kamar mandi, merasakan ketidaknyamanan
tentang pandangan sekilasnya ke masa lalu Sienna.
Sepuluh detik kemudian, ada sebuah ketukan ringan di pintu kamar mandi.
Aku akan meninggalkan pakaianmu di pegangan pintu, Sienna berkata, suaranya
geram dengan emosi.
Terima kasih banyak, Langdon menjawab.
Saat kamu selesai, tolong keluar ke dapur, dia menambahkan. Ada sesuatu yang
penting yang perlu kutunjukkan padamu sebelum kita menghubungi seseorang.
Sienna berjalan kelelahan menuruni ruangan menuju kamar tidur apartemen yang
sederhana. Mengambil sepasang jeans biru dan sweater dari lemari, dia membawanya ke kamar
mandinya.

Mengunci matanya dengan pantulan dirinya sendiri di cermin, dia menggapai,


menggenggam erat kuncir ekor kuda tebal pirangnya, dan menariknya keras, menjatuhkan wig
dari kulit kepala pelontosnya.
Wanita 32 tahun tanpa rambut menatapnya kembali dari cermin.
Sienna telah bertahan dari kekurangan peluang dalam hidupnya, dan meskipun dia telah
melatih dirinya sendiri untuk menyandarkan pada intelektualitas untuk mengatasi penderitaan,
situasi sulitnya sekarang telah mengguncangnyadalam level emosional yang dalam.
Dia meletakkan wig di sampingnya dan membasuh muka dan tangannya. Setelah
dikeringkan, dia mengganti pakaiannya dan memakai wignya kembali, meluruskannya dengan
hati-hati. Mengasihani diri sendiri merupakan sebuah rangsangan yang jarang ditolerir oleh
Sienna, tapi sekarang, saat air mata menggenang dari kedalaman hati, dia tahu dia tidak
mempunya pilihan selain membiarkannya datang.
Dan begitulah yang dia lakukan.
Dia menangis untuk kehidupan yang tidak dapat dia kendalikan.
Dia menangis untuk mentor yang meninggal di depan matanya.
Dia menangis untuk kesendirian mendalam yang mengisi hatinya.
Tapi, dari semuanya, dia menangis untuk masa depan yang secara tiba-tiba terasa
begitu tidak tentu.
BAB 9
DI BAWAH DEK bahtera mewah The Mendacium, fasilitator Laurence Knowlton
duduk di ruangan kaca tersegelnya dan menatap dalam ketidakpercayaan pada monitor
komputernya, baru saja memutar preview sebuah video yang ditinggalkan oleh klien mereka.
Aku diharapkan untuk mengunggah ini ke media besok pagi?
Dalam tahun ke sepuluhnya dengan Consortium, Knowlton telah ditunjukkan segala
macam tugas aneh yang dia ketahui jatuh di suatu tempat antara ketidakjujuran dan ilegal.
Bekerja dalam suatu area moral abu-abu merupakan kewajaran pada Consortium sebuah
organisasi milik lahan beretika tinggi yang berdiri sendiri, mereka akan melakukan apapun
yang didapat untuk menjaga sebuah janji kepada seorang klien.
Kami mengikuti. Tanpa pertanyaan yang diutarakan. Apapun itu.
Prospek mengunggah video ini, meski begitu, telah membuat Knowlton tak bisa
memecahkan. Di masa lalu, apapun tugas aneh yang ditunjukkan, dia selalu paham secara
rasional memegang motifnya memahami hasil yang didambakan.
Dan video ini masih membuatnya bingung.
Sesuatu tentangnya terasa berbeda.
Sangat berbeda.
Duduk bersandar pada komputernya, Knowlton memutar ulang file video tersebut,
berharap dengan melihat untuk kedua kalinya mungkin memberikan pencerahan. Dia
mengeraskan volume dan menatap pertunjukan sembilan menit itu.
Seperti sebelumnya, video dimulai dengan suara pelan gemericik air dalam gua berisi
air yang seram dimana semuanya bermandikan cahaya merah. Kembali kamera tenggelam
melalui permukaan air yang bercahaya untuk menunjukkan lantai gua yang tertutup endapan.
Dan kembali, Knowlton membaca tulisan di atas piagam yang tertanam :

DI TEMPAT INI, PADA TANGGAL INI,


DUNIA BERUBAH SELAMANYA

Bahwa piagam yang mengkilap ditandatangani oleh klien Consortium membuatnya


gelisah. Bahwa tanggalnya besok membuat Knowlton meningkatkan kepeduliannya. Itu apa
yang diikuti, meski begitu, yang sebenarnya menempatkan Knowlton di tepian.
Kamera sekarang bergerak ke kiri untuk mengungkap sebuah objek mengejutkan yang
mengapung di bawah air tepat di samping piagam tersebut.
Di sini, tertambat ke lantai oleh sehelai benang pendek, adalah sebuah bidang berombak
dari plastik tipis. Mudah pecah dan terguncang seperti sebuah busa sabun berukuran besar,
bentuk transparan itu mengapung seperti sebuah balon di bawah air digembungkan bukan
dengan helium, tapi dengan sejenis cairan kental berwarna kuning-hijau. Kantong tak
berbentuk menggembung dan muncul sekitar satu kaki pada diameternya, dan di dalam dinding
transparannya, awan keruh dari cairan itu berpusar perlahan, seperti mata dari sebuah badai
yang tumbuh secara diam-diam.
Jesus, Knowlton berpikir, merasa lembab. Tas yang tergantung bahkan terlihat lebih
membahayakan saat kedua kalinya.
Perlahan, gambar berangsur menjadi gelap.
Sebuah gambar baru muncul dinding lembab gua, menari dengan pantulan arus dari
laguna bercahaya. Di dinding, sebuah bayangan muncul bayangan seorang lelaki berdiri
di gua.
Tetapi kepala lelaki itu cacat dengan buruknya.
Alih-alih sebuah hidung, lelaki itu mempunyai paruh yang panjang seolah-olah dia
separuh burung.
Ketika dia berbicara, suaranya teredam dan dia berbicara dengan sebuah kefasihan
bicara yang menyeramkan sebuah irama yang terukur seolah-olah dia adalah narrator
dalam sejenis paduan suara klasik.
Knowlton diam tak bergerak, bernapas dengan jelas, saat bayangan berparuh berbicara.
Akulah Shade
Jika kamu melihat ini, itu berarti jiwaku akhirnya beristirahat.
Digiring di bawah tanah, aku harus berbicara pada dunia dari kedalaman bumi,
diasingkan ke gua yang suram ini dimana air semerah darah dikumpulkan dalam laguna yang
memantulkan tak satupun bintang.
Tapi inilah surgaku rahim yang sempurna untuk anakku yang rapuh.
Inferno.
Esok kamu akan tahu apa yang aku tinggalkan.
Dan bahkan di sini, aku merasakan derap kaki dari jiwa pongah yang mengejarku
dengan suka rela berhenti pada ketiadaan untuk menghalangi aksiku.
Maafkan mereka, kamu mungkin berkata, untuk mereka ketahui bukan apa yang
mereka lakukan. Tapi datang suatu momen dalam sejarah ketika kekurangtahuan tak
selamanya hinaan yang dapat dimaafkan suatu momen ketika hanya kebijaksanaan
mempunyai kekuatan untuk mengampuni.
Dengan kesucian suara hati, aku mewariskan pada kalian semua pemberian Harapan,
untuk keselamatan, untuk esok.
Dan di sana masih ada mereka yang memburuku seperti seekor anjing, dibahanbakari
oleh keyakinan kebenaran diri bahwa aku adalah orang gila. Di sana wanita cantik berambut
perak yang tega memanggilku monster! Seperti pendeta buta yang melobi untuk kematian
Copernicus, dia meghinaku seperti seorang iblis, ketakutan saat aku mengilaskan Kebenaran.
Tapi aku bukanlah seorang nabi.
Aku penyelamatmu.
Akulah Shade.

BAB 10
DUDUKLAH, Sienna berkata. Aku punya beberapa pertanyaan untukmu.
Saat Langdon memasuki dapur, dia merasa lebih mantap pada kakinya. Dia memakai
setelan Brioni milik tetangga, yang sangat pas. Bahkan loafernya nyaman, dan Langdon
membuat catatan mental untuk berganti ke pakaian Italia ketika sampai di rumah.
Jika aku sampai di rumah, dia berpikir.
Sienna berubah kecantikan alami berganti ke jeans ketat dan sweater berwarna
krem, keduanya melengkapi sosok fleksibelnya. Rambutnya masih ditarik ke belakang dalam
sebuah kuncir ekor kuda, dan tanpa udara otoritatif dari penggosok medis, dia entah bagaimana
tampak lebih lemah. Langdon memperhatikan matanya merah, seolah-olah dia baru saja
menangis, dan limpahan rasa bersalah kembali menggenggamnya.
Sienna, maafkan aku. Aku mendengar pesan di telepon. Aku tidak tahu harus berkata
apa.
Terima kasih, dia menjawab. Tapi kita perlu fokus pada dirimu untuk sesaat. Silakan
duduk.
Nada suaranya lebih tenang sekarang, menyulap ingatan dari artikel yang telah dibaca
Langdon tentang intelektualitas dan kedewasaan masa kecilnya.
Aku ingin kamu berpikir, Sienna berkata, menggerakkannya untuk duduk. Bisakah
kau ingat bagaimana kita sampai ke apartemen ini?
Langdon tidak yakin bagaimana itu relevan. Dalam sebuah taksi, dia berkata, duduk
di meja. Seseorang menembaki kita.
Menembakmu, Profesor. Mari diperjelas untuk hal itu.
Ya. Maaf.
Dan apakah kamu ingat ada tembakan senjata saat kamu di dalam taksi?
Pertanyaan janggal. Ya, dua tembakan. Satu mengenai kaca samping, dan yang
lainnya merusak jendela belakang.
Bagus, sekarang tutup matamu.
Langdon menyadari dia sedang menguji ingatannya. Langdon menutup matanya.
Apa yang aku kenakan?
Langdon dapat melihatnya dengan sempurna. Sepatu flat hitam, jeans biru, dan
sweater krem berkerah V. Rambutmu pirang, sebahu, diikat ke belakang. Matamu coklat.
Langdon membuka matanya dan mempelajarinya, senang melihat ingatan eidetic
miliknya berfungsi normal.
Bagus. Cetak kognitif visualmu baik sekali, yang mengkonfirmasi amnesiamu
merosot penuh, dan kamu tidak mempunyai kerusakan permanen dalam proses pembuatan
ingatan. Apa kamu mengingat sesuatu yang baru dari beberapa hari terakhir?
Sayangnya tidak. Aku mempunyai arus penglihatan yang lain sementara kamu pergi.
Langdon memberitahunya tentang ulangan halusinasinya tentang wanita berkerudung,
kerumunan orang-orang mati, dan tungkai menggeliat yang terkubur sebagian ditandai dengan
huruf R. Kemudian dia memberitahunya tentang topeng paruh aneh yang melayang di langit.
Akulah kematian? Sienna bertanya, tampak bermasalah.
Itu yang dikatakan, ya.
Ok aku tebak itu berarti Akulah Vishnu, perusak dunia.
Wanita muda itu baru saja mengutip Robert Oppenheimer saat dia menguji bom atom
pertama.
Dan topeng bermata hijau berhidung paruh? Sienna berkata, tampak bingung.
Apakah kamu punya ide kenapa pikiranmu memunculkan gambaran itu?
Tak ada ide sama sekali, tapi gaya topeng itu cukup umum dalam Abad Pertengahan.
Langdon berhenti sejenak. Itu disebut dengan topeng malapetaka.

Sienna tampak tidak terkejut secara aneh. Topeng malapetaka?


Langdon menjelaskan dengan cepat bahwa dalam dunia simbolnya, bentuk unik dari
topeng berparuh panjang hampir disamartikan dengan Kematian Hitam wabah mematikan
yang menyebar di Eropa pada 1300an, menewaskan sepertiga populasi di beberapa wilayah.
Sebagian besar percaya kata hitam dalam Kematian Hitam merupakan referensi ke
menghitamnya daging korban melalui gangrene dan pendarahan bawah kulit, tapi
kenyataannya kata hitam direferensikan ke ketakutan emosi mendalam bahwa pandemic
tersebar melalui populasi.
Topeng berparuh panjang itu, Langdon berkata, dipakai oleh dokter wabah masa
pertengahan untuk menjaga wabah jauh dari lubang hidungya sementara mereka merawat yang
terinfeksi. Sekarang, kamu hanya melihatnya dipakai sebagai kostum selama Karnaval Venice
pengingat menyeramkan dari periode Grim dalam sejarah Italia.
Dan kamu yakin kamu melihat satu dari topeng ini dalam penglihatanmu? Sienna
bertanya, suaranya sekarang gemetar. Sebuah topeng dari dokter wabah masa pertengahan?
Langdon mengangguk. Topeng berparuh tidak salah lagi.
Sienna mengerutkan alisnya dalam cara yang memberi Langdon perasaan dia berusaha
menemukan bagaimana baiknya memberinya sejumlah kabar buruk. Dan wanita itu terus
memberitahumu untuk cari dan temukan?
Ya, seperti sebelumnya. Tapi permasalahannya, aku tidak punya ide apa yang perlu
kucari.
Sienna menghela napas panjang perlahan, ekspresinya serius. Aku rasa aku mungkin
tahu. Dan lebih jauh lagi aku pikir kamu mungkin telah menemukannya.
Langdon menatap. Apa yang kamu bicarakan?!
Robert, semalam ketika kamu tiba di rumah sakit, kamu membawa sesuatu yang tidak
biasa dalam kantong jasmu. Apakah kamu ingat apa itu?
Langdon menggelengkan kepalanya.
Kamu membawa sebuah benda sebuah benda yang agak mengejutkan. Aku
menemukannya secara kebetulan ketika kami membersihkanmu. Dia bergerak ke Harris
Tweed berdarah milik Langdon, yang terpapar di meja. Benda itu masih di dalam saku, jika
kamu hendak melihatnya.
Tak yakin, Langdon mengamati jasnya. Setidaknya hal itu menjelaskan kenapa dia
kembali untuk jasku. Dia meraih jas bernoda darahnya dan mencari di semua saku, satu demi
satu. Tak ada. Dia melakukannnya lagi. Akhirnya, dia berbalik ke Sienna dengan mengangkat
bahu. Tidak ada apa-apa di sini.
Bagaimana dengan kantong rahasia?
Apa? Jasku tidak memiliki kantong rahasia.
Tidak? Dia terlihat bingung. Lalu apa jas ini milik orang lain?
Otak Langdon terasa kacau lagi. Tidak, ini jasku.
Kamu yakin?
Sangat yakin, dia berpikir. Kenyataannya, ini merupakan Camerley favoritku.
Dia membuka lipatan dan menunjukkan pada Sienna label yang membawa simbol
favoritnya di dunia fashion bola ikonik Harris Tweed yang dihiasi dengan tiga belas permata
menyerupai kancing dan di bagian atasnya dengan sebuah salib Maltese.
Tinggalkan itu pada orang Skotlandia karena menggunakan hak kesatria Kristen
dalam sehelai kain.
Lihat ini, Langdon berkata, menunjuk jahitan tangan dengan inisial R.L. yang
ditambahkan pada label. Dia selalu melompati model jahitan tangan Harris Tweed, dan untuk
alasan itu, dia selalu membayar ekstra untuk mereka menjahitkan inisial ke dalam label. Dalam
kampus universitas dimana ratusan jas tweed secara konstan dilepas dan dipakai di ruang

makan dan ruang kelas, Langdon tidak ada niatan mendapatkan ujung pendek dari sebuah
pertukaran di luar kehendak.
Aku mempercayaimu. Dia berkata, mengambil jas dari Langdon. Sekarang kamu
lihat.
Sienna membuka jas itu lebih jauh untuk menunjukkan lipatan di dekat tengkuk
belakang. Di sini, tersembunyi halus dalam lipatan, sebuah kantong besar dan rapi.
Apa-apaan?!
Langdon yakin dia tidak pernah melihat ini sebelumnya.
Kantong itu terdiri dari sebuah keliman tersembunyi, dijahit secara sempurna.
Itu tidak ada di sana sebelumnya! Langdon ngotot.
Lalu aku berandai-andai kamu tidak pernah melihat ini? Sienna meraih ke dalam
kantong dan mengeluarkan sebuah benda logam licin, yang dia letakkan dengan perlahan di
tangan Langdon.
Langdon menatap benda itu dalam kebingungan mutlak.
Apakah kamu tahu apa ini? Sienna bertanya.
Tidak dia gugup. Aku tidak pernah melihat sesuatu seperti ini.
Baik, sayangnya, aku benar-benar tahu apa ini. Dan aku sejujurnya yakin inilah alasan
seseorang berusaha membunuhmu.

Sekarang dalam privasi ruangannnya di atas The Mendacium, fasilitator Knowlton merasa
meningkatnya ketidaknyamanan saat dia memikirkan video yang hendaknya dibagikan pada
dunia esok pagi.
Akulah Shade?
Rumor yang berputar bahwa klien khusus ini telah bertahan dari gangguan jiwa lebih
dari beberapa bulan terakhir, tapi video ini seperti mengkonfirmasi rumor-rumor di seberang
sana dalam kesangsian.
Knowlton tahu dia mempunyai dua pilihan. Dia dapat menyiapkan video untuk
dikirimkan besok seperti yang dijanjikan, atau dia dapat membawanya ke atas pada provost
untuk pendapat kedua.
Aku sudah tahu pendapatnya, Knowlton berpikir, karena tidak pernah melihat provost
mengambil suatu tindakan selain berjanji pada klien. Dia akan memberitahuku untuk
mengunggah video ini kepada dunia, tak ada pertanyaan yang diutarakan dan dia akan
marah padaku karena bertanya.
Knowlton mengembalikan perhatiannya ke video, yang ia putar ulang ke bagian yang
sangat mengganggu. Dia memulai tayangan, dan gua bercahaya menyeramkan muncul kembali
ditemani oleh suara gemericik air. Bayangan manusia muncul di dinding yang merembes
lelaki tinggi dengan paruh menyerupai burung yang panjang.
Dalam suara yang teredam, bayangan cacat itu bicara :
Inilah Era Kegelapan baru.
Beberapa abad lalu, Eropa berada di dalamnya kesengsaraan populasi merapat,
kelaparan, terjatuh dalam dosa dan tiada harapan. Mereka seperti hutan yang padat,
kekurangan oksigen oleh kayu mati, menanti pukulan petir Tuhan percikan yang mungkin
akhirnya menyulut api yang akan mengamuk di seluruh daratan dan membersihkan kayu-kayu
mati, sekali lagi membawa sinar matahari ke akar yang sehat.
Memilih adalah Perintah Alam Tuhan.
Tanya dirimu sendiri, Apa yang diikuti Kematian Hitam?
Kita semua tahu jawabannya.
Renaissance.

Kelahiran baru.
Itu selalu dalam jalan ini. Kematian diikuti oleh kelahiran.
Untuk meraih Surga, seseorang harus melalui Inferno.
Inilah, yang guru ajarkan pada kita.
Dan bahkan orang sombong berambut perak tega memanggilku monster? Masihkah
dia belum memegang matematika dari masa depan? Horor yang akan dibawa?
Akulah Shade.
Akulah penyelamatmu.
Dan aku berdiri, jauh di dalam gua ini, menatap seluruh laguna yang memantulkan tak
satupun bintang. Di sini di istana yang tenggelam, Inferno membara di bawah air.
Dengan segera, itu akan meledak menjadi api.
Dan ketika itu terjadi, tiada satupun di muka bumi akan dapat menghentikannya.
BAB 11
BENDA DI tangan Langdon secara mengejutkan terasa berat untuk ukurannya. Licin
dan halus, silinder logam mengkilap dengan panjang sekitar enam inci dan membulat di kedua
ujungnya, seperti sebuah miniatur torpedo.
Sebelum kamu menanganinya dengan terlalu kasar, Sienna menawarkan, Kamu
mungkin ingin melihat di sisi yang satunya. Dia memberinya senyum tegang, Kamu bilang
kamu seorang professor simbol?
Langdon memfokuskan kembali pada tabung itu, memutarnya di tangan hingga sebuah
simbol merah menyala berputar ke dalam penglihatan, menghiasi sisinya.
Dengan segera, tubuhnya menegang.
Sebagai seorang pelajar ikonografi, Langdon mengetahui bahwa beberapa gambar
berharga mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi ketakutan instan dalam pikiran manusia
tapi simbol di depannya dengan jelas masuk dalam daftar. Reaksinya refleks dan cepat; dia
menempatkan tabung itu pada meja dan memundurkan kursinya.
Sienna mengangguk. Ya, itu reaksiku, juga.
Tanda pada tabung adalah sebuah ikon trilateral sederhana.
Simbol jahat ini, yang Langdon pernah baca, dikembangkan oleh Dow Chemical pada
tahun 1960an untuk menggantikan sebuah deret grafik peringatan yang digunakan sebelumnya.
Seperti semua simbol yang sukses, yang satu ini sederhana, berbeda, dan mudah untuk dibuat.
Dengan cerdas menyulap asosiasi dengan semua dari capit kepiting hingga pisau lempar ninja,
simbol modern biohazard menjadi merk global yang membawa bahaya di semua bahasa.
Wadah kecil ini adalah biotube, Sienna berkata. Digunakan untuk memindahkan
substansi berbahaya. Kita melihat ini sesekali di bidang medis. Di dalamnya adalah kantong
busa di mana kamu dapat menyisipkan tabung specimen untuk pemindahan yang aman. Dalam
kasus ini Dia menunjuk ke simbol biohazard. Aku mengira sebuah agen kimia yang
mematikan atau mungkin virus? Dia berhenti sejenak. Sampel Ebola yang pertama
dibawa kembali dari Afrika dalam sebuah tabung yang hampir sama dengan yang satu ini.
Semua ini bukanlah apa yang Langdon ingin dengar. Apa gerangan hingga ada di
jasku! Aku seorang professor sejarah seni; kenapa aku membawa benda ini?!
Gambaran kekerasan tubuh menggeliat yang melintas di pikirannya dan melayang
di atasnya, topeng malapetaka.
Very sorry Very sorry.
Dari manapun ini berasal, Sienna berkata, Ini sebuah unit high-end. Berlapis timah
titanium. Tidak bisa ditembus secara virtual, bahkan terhadap radiasi. Aku rasa keluaran
pemerintah. Dia menunjuk ke sebuah pad hitam seukuran prangko pos di sisi simbol

biohazard. Pengenal sidik jari. Keamanan dalam kasus hilang atau dicuri. Tabung seperti ini
dapat dibuka hanya oleh individu tertentu.
Meskipun Langdon merasakan pikirannya sekarang bekerja pada kecepatan normal, dia
masih merasa seolah-olah dia berjuang untuk menyusul. Aku membawa sebuah wadah yang
tersegel secara biometrik.
Ketika aku menemukan wadah ini di dalam jasmu, aku ingin menunjukkan ke Dr.
Marconi secara pribadi, tetapi aku tidak mempunyai kesempatan sebelum kamu bangun. Aku
memilih mencoba jarimu pada pad sementara kamu tidak sadar, tapi aku tidak mempunyai ide
apa yang ada dalam tabung, dan "
JariKU?! Langdon menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin benda ini diprogram
untuk aku membukanya. Aku sama sekali tidak tahu menahu tentang biokimia. Aku tidak
pernah memiliki sesuatu seperti ini.
Apa kamu yakin?
Langdon sangat yakin. Dia meraihnya dan meletakkan jarinya pada finger pad. Tidak
ada yang terjadi. Lihat?! Aku sudah bilang "
Tabung titanium berbunyi klik dengan keras, dan Langdon menyentak tangannya ke
belakang seolah-olah terbakar. Sialan. Dia menatap wadah itu seolah-olah akan membuka
sendiri dan mulai memancarkan gas mematikan. Setelah tiga detik, wadah itu berbunyi klik
lagi, rupanya mengunci sendiri.
Tak bisa berkata, Langdon berbalik ke Sienna.
Dokter muda itu menghela nafas, terlihat tidak tegang. Baik, hal ini sangat jelas bahwa
carrier yang dimaksud adalah kamu.
Untuk Langdon, keseluruhan skenario terasa tak cocok. Mustahil. Pertama, bagaimana
aku mendapatkan sebongkah logam ini melalui keamanan bandara?
Mungkin kamu terbang dalam sebuah jet pribadi? Atau mungkin diberikan padamu
ketika kamu tiba di Italia?
Sienna, aku perlu menghubungi konsulat. Sekarang juga.
Kamu tidak berpikir untuk membukanya dulu?
Langdon telah mendapatkan beberapa aksi keliru dalam hidupnya, tapi membuka
wadah materi berbahaya di dapur wanita ini bukanlah salah satunya. Aku akan menyerahkan
benda ini pada yang berwenang. Sekarang.
Sienna membuka mulutnya, mempertimbangkan pilihan. OK, tapi segera saat kamu
melakukan panggilan, kamu sendiri. Aku tidak bisa terlibat. Tentunya kamu tidak bisa
menemui mereka di sini. Situasi keimigrasianku di Italia rumit.
Langdon melihat Sienna di matanya. Yang aku tahu, Sienna, bahwa kamu
menyelamatkan hidupku. Aku akan mengatasi situasi ini bagaimanapun yang kamu inginkan
aku untuk menanganinya.
Dia memberikan anggukan terima kasih dan berjalan ke arah jendela, menatap jalan di
bawahnya. OK, inilah yang perlu kita lakukan.
Sienna dengan cepat merangkum sebuah rencana. Rencana sederhana, cerdas, dan
aman.
Langdon menunggu saat dia menyalakan blok ID pemanggil pada telepon selulernya
dan melakukan panggilan. Jarinya halus dan bergerak dengan penuh tujuan.
Informazioni abbonati? Sienna berkata, berbicara dalam aksen Italia yang lancar.
Per favore, puo darmi il numero del Consolato Americano di Firenze?
Dia menunggu dan kemudian dengan cepat menulis sebuah nomor telepon.
Grazie mille. Dia berkata, dan mengakhiri panggilan.
Sienna menyerahkan nomor telepon pada Langdon berikut telepon selulernya.
Giliranmu. Apa kamu ingat apa yang akan dikatakan?

Ingatanku baik, dia berkata dengan sebuah senyuman saat Langdon memanggil
nomor yang tertulis di kertas. Sambungan mulai berdering.
Tidak ada apa-apa di sini.
Dia mengubah panggilan ke speaker dan meletakkan telepon di meja sehingga Sienna
dapat mendengar. Rekaman pesan menjawab, menawarkan informasi umum tentang layanan
konsulat dan jam operasionalnya, yang tidak dimulai hingga pukul 08.30.
Langdon mengecek jam di telepon. Baru pukul 06.00.
Jika ini keadaan darurat, rekaman otomatis berkata, silakan tekan tujuh-tujuh untuk
berbicara pada petugas jaga malam.
Langdon dengan segera memanggil ekstensi.
Sambungan bordering lagi.
Consolato Americano, sebuah suara letih menjawab. Son oil funzionario di turno.
Lei parla inglese? Langdon bertanya.
Tentu saja, lelaki itu berkata dalam bahasa Inggris Amerika. Dia terdengar sedikit
terganggu telah dibangunkan. Ada yang bisa saya bantu?
Saya orang Amerika yang mengunjungi Florence dan saya diserang. Nama saya
Robert Langdon.
Nomor paspor. Lelaki itu menguap keras.
Paspor saya hilang. Saya pikir dicuri. Saya tertembak di kepala. Saya di rumah sakit.
Saya butuh bantuan.
Pelayan itu sekonyong-konyong bangkit. Pak!? Apa Anda baru saja berkata anda
tertembak? Siapa nama lengkap Anda sekali lagi?
Robert Langdon.
Ada desiran pada sambungan dan kemudian Langdon dapat mendengar jemari lelaki
itu mengetikkan sesuatu di keyboard. Komputer berbunyi. Diam sejenak. Kemudian lebih
banyak jari di keyboard. Bunyi yang lain. Kemudian tiga bunyi dengan nada tinggi.
Diam sejenak dalam waktu yang lebih lama.
Pak? lelaki itu berkata. Nama Anda Robert Langdon?
Ya, itu benar. Dan saya berada dalam masalah.
Baik pak, nama Anda mempunyai sebuah action flag, yang mana mengarahkan saya
untuk mengirim Anda segera ke kepala administrasi konsulat jenderal. Lelaki itu berhenti
sejenak, seolah-seolah dia sendiri tidak dapat mempercayainya. Jangan putuskan
sambungannya.
Tunggu! Bisakah Anda memberitahu saya "
Sambungan telah berdering.
Berdering empat kali dan terhubung.
Ini Collins, sebuah suara serak menjawab.
Langdon mengambil nafas dalam dan berbicara setenang dan sejelas mungkin. Pak
Collins, nama saya Robert Langdon. Saya orang Amerika yang mengunjungi Florence. Saya
tertembak. Saya butuh bantuan. Saya ingin datang ke Konsulat AS secepatnya. Dapatkah Anda
menolong saya?
Tanpa keraguan, suara dalam itu menjawab, Terima kasih Tuhan Anda masih hidup,
Pak Langdon. Kami sedang mencari Anda.
BAB 12
KONSULAT TAHU aku di sini?
Untuk Langdon, berita itu membawa pertolongan melimpah yang instan. Pak Collins
yang memperkenalkan diri sebagai kepala administrasi konsulat jenderal berbicara dengan

nada yang tegap dan professional, dan tidak adanya keterburu-buruan dalam suaranya. Pak
Langdon, Anda dan saya perlu berbicara dengan segera. Dan tentunya tidak di telepon.
Tidak ada yang mengetahui Langdon pada poin ini, tapi dia tidak menginterupsi.
Saya akan meminta seseorang untuk menjemput Anda sekarang juga, Collins berkata,
Di mana lokasi Anda?
Sienna berubah tempat dengan gugup, mendengarkan persimpangan di speaker telepon.
Langdon memberikan anggukan yang meyakinkan, menghendaki secara penuh untuk
mengikuti rencananya secara tepat.
Saya di sebuah hotel kecil bernama Pensione la Fiorentina, Langdon berkata,
menatap sekilas ke seberang jalan pada hotel kusam yang Sienna tunjuk beberapa waktu lalu.
Dia memberikan alamat jalannya.
Mengerti, Lelaki itu menjawab. Jangan bergerak. Tetaplah di kamar Anda.
Seseorang akan ada di sana sebentar lagi. Kamar nomor?
Langdon membuat satu di atasnya. Tiga puluh sembilan
Baik. Dua puluh menit. Collins merendahkan suaranya. Dan, Pak Langdon,
terdengar seperti Anda mungkin saja terluka atau kebingungan, tapi saya perlu tahu apakah
Anda masih dalam kepemilikan.
Dalam kepemilikan. Langdon merasakan pertanyaan, meskipun samar, bisa hanya
mempunyai satu arti. Matanya bergerak ke biotube di atas meja dapur. Ya, Pak. Saya masih
dalam kepemilikan.
Collins menghela nafas keras. Ketika kami tidak mendengar dari Anda, kami mengira
baiklah, sejujurnya, kami mengira yang terburuk. Saya lega. Tetaplah di mana Anda
sekarang. Jangan bergerak. Dua puluh menit. Seseorang akan mengetuk pintu Anda.
Collins menutup telepon.
Langdon dapat merasakan bahunya rileks untuk pertama kalinya semenjak dia
terbangun di rumah sakit. Konsulat tahu apa yang terjadi, dan segera aku mendapatkan
jawabannya. Langdon menutup matanya dan menghembuskan nafas pelan, merasakan hampir
sepenuhnya manusia sekarang. Sakit kepalanya telah berlalu.
Baiklah, semuanya tadi sangat MI6, Sienna berkata dalam nada setengah bercanda.
Apa kamu mata-mata?
Saat itu Langdon tidak mempunyai ide tentang apa dia yang sebenarnya. Angan bahwa
dia dapat kehilangan ingatan dua hari dan menemukan dirinya di dalam sebuah situasi yang
tidak dikenal terasa tidak masuk akal, dan disinilah dia dua puluh menit dari pertemuan
dengan Konsulat resmi Amerika di sebuah hotel suram.
Apa yang terjadi di sini?
Dia menatap sekilas pada Sienna, menyadari mereka akan berpisah dan merasakan
seolah-olah mereka memiliki urusan yang belum terselesaikan. Dia menggambarkan dokter
berjanggut di rumah sakit, meninggal di lantai di depan matanya. Sienna, dia berbisik,
temanmu Dr. Marconi aku merasa bersalah.
Dia mengangguk dengan tatapan kosong.
Dan aku minta maaf telah menyeretmu dalam hal ini. Aku tahu situasimu di rumah
sakit tidak biasa, dan jika ada investigasi dia terdiam.
Tidak apa-apa, dia berkata. Aku tidak asing untuk berpindah.
Langdon merasakan dalam mata Sienna yang jauh bahwa semuanya telah berubah
untuknya pagi ini. Hidup Langdon sendiri dalam kekacauan saat itu, dan dia merasa hatinya
pergi pada wanita ini.
Dia menyelamatkan hidupku .. dan aku telah menghancurkan miliknya.
Mereka duduk dalam diam selama beberapa menit, udara di antara mereka menjadi
berat, seolah-olah mereka berdua ingin berbicara, dan tak ada yang dikatakan. Mereka orang

asing, meski begitu, dalam perjalanan singkat dan aneh yang baru saja mencapai percabangan
jalan, masing-masing dari mereka sekarang perlu menemukan jalan yang berbeda.
Sienna, Langdon akhirnya berkata, ketika aku menyelesaikan ini dengan konsulat,
jika ada yang bisa aku lakukan untuk membantumu tolong.
Terima kasih, dia berbisik, dan memutar matanya dengan sedih kea rah jendela.
Selama menit berdetik berlalu, Sienna Brooks menatap dengan kosong luar jendela dapur dan
berharap kemana hari akan membawanya. Kemanapun itu, dia tidak memiliki keraguan akan
akhir hari, dunianya akan terlihat banyak perbedaan.
Dia tahu itu mungkin saja hanya adrenalin, tapi dia menemukan dirinya secara aneh
tertarik pada professor Amerika. Selain ketampanannya, dia seperti memiliki hati yang baik.
Di kejauhan, kehidupan alternatif, Robert Langdon bisa jadi seseorang yang bersamanya.
Dia tidak akan pernah menginginkanku, dia berpikir. Aku rusak.
Saat dia mengembalikan emosinya, sesuatu di luar jendela tertangkap matanya. Dia
terlonjak, menekan mukanya di kaca dan menatap ke bawah kea rah jalan. Robert, lihat!
Langdon menatap ke bawah ke arah jalan saat sepeda motor BMW mengkilap yang
baru saja menderu berhenti di depan Pensione la Fiorentina. Pengendaranya ramping dan kuat,
mengenakan baju kulit hitam dan helm. Saat pengemudi beranjak dengan anggun dari
motornya dan membuka helm hitam mengkilapnya, Sienna dapat mendengar Langdon berhenti
bernafas.
Wanita berambut cepak, tidak salah lagi.
Dia mengeluarkan pistol yang familiar, mengecek peredam suara, dan menyelipkannya
di dalam saku jaketnya. Kemudian, bergerak dengan keanggunan yang mematikan, dia
meluncur ke dalam hotel.
Robert, Sienna berbisik, suaranya dipenuhi ketakutan. Pemerintah Amerika baru
saja mengirimkan seseorang untuk membunuhmu.
BAB 13
ROBERT LANGDON MERASAKAN gelombang kepanikan saat dia berdiri di jendela
apartemen, mata mengerling pada hotel di seberang jalan. Wanita berambut cepak baru saja
masuk, tapi Langdon tidak dapat menjajaki bagaimana dia mendapatkan alamatnya.
Adrenalin mengalir melalui sistemnya, melepaskan proses pikirannya sekali lagi.
Pemerintahku sendiri mengirim seseorang untuk membunuhku?
Sienna terlihat sama terkejutnya. Robert, itu berarti usaha asli dalam hidupmu di
rumah sakit juga disanksikan oleh pemerintahmu. Sienna bangkit dan mengecek ulang
gembok di pintu apartemen. Jika Konsulat Amerika mempunyai ijin untuk membunuhmu
Dia tidak menyelesaikan pikirannya. Implikasinya mengerikan.
Apa gerangan yang mereka pikirkan tentang yang kulakukan? Kenapa pemerintahku
sendiri memburuku?!
Sekali lagi, Langdon mendengar dua kata yang digumamkannya ketika dia terhuyunghuyung ke dalam rumah sakit.
Very sorry very sorry.
Kamu tidak aman di sini, Sienna berkata. Kita tidak aman di sini. Dia bergerak ke
seberang jalan. Wanita itu melihat kita kabur dari rumah sakit bersama, dan aku bertaruh
pemerintahmu dan polisi telah berusaha melacakku. Apartemenku disewakan dalam nama
orang lain, tapi mereka akan menemukanku pada akhirnya. Dia mengalihkan perhatiannya
pada biotube di atas meja. Kamu perlu membukanya, sekarang.
Langdon mengamati perangkat titanium, hanya melihat simbol biohazard.

Apapun yang ada di dalam tabung itu, Sienna berkata, mungkin mempunyai sebuah
kode identitas, stiker agensi, nomor telepon, sesuatu. Kamu butuh informasi. Aku butuh
informasi! Pemerintahmu membunuh temanku!
Rasa sakit dalam suara Sienna mengguncangkan Langdon dari pikirannya, dan dia
mengangguk, mengetahui bahwa Sienna benar. Ya, aku minta maaf. Langdon merasa
jijik, mendengar kata-kata itu lagi. Dia berbalik ke wadah kecil di atas meja, berharap jawaban
apa yang tersembunyi di dalam. Bisa saja sangat berbahaya untuk membuka ini.
Sienna berpikir sejenak. Apapun dalamnya akan secara terkecuali terbungkus dengan
baik, mungkin dalam sebuah test tube Plexiglas anti pecah. Biotube ini hanyalah cangkang luar
yang menyediakan keamanan tambahan selama pemindahan.
Langdon melihat keluar jendela pada sepeda motor hitam yang terparkir di depan hotel.
Wanita itu belum keluar, tapi dia akan segera menemukan bahwa Langdon tidak ada di sana.
Dia memperkirakan langkah apa selanjutnya yang mungkin dilakukan dan berapa lama yang
dibutuhkan sebelum dia memukul pintu apartemen.
Langdon membangun pikirannya. Dia mengangkat tabung titanium dan dengan segan
menempatkan ibu jarinya pada pad biometrik. Setelah sejenak. Wadah itu berbunyi dan
kemudian bersuara klik dengan keras.
Sebelum tabung itu mengunci sendiri lagi, Langdon memutar dua bagian satu sama lain
dalam posisi yang berlawanan. Setelah seperempat putaran, wadah itu berbunyi untuk kedua
kalinya, dan Langdon tahu dia telah berkomitmen.
Tangan Langdon berkeringat saat dia meneruskan membuka tabung itu. dua bagian itu
berputar dengan halus dalam serabut mesin yang sempurna. Dia terus memutar, merasa seolaholah dia akan membuka boneka Rusia yang berharga, kecuali dia tidak mempunyai ide apa
yang mungkin akan keluar.
Setelah lima putaran, dua bagian itu lepas. Dengan nafas dalam, Langdon dengan
perlahan menariknya menjauh. Jeda antara dua bagian itu melebar, dan busa karet di dalamnya
meluncur keluar. Langdon meletakkannya di atas mej. Bantalan pelindung secara samar
menyerupai perpanjangan bola kaki Nerf.
Tidak ada apa-apa.
Langdon dengan perlahan melipat kembali bagian atas busa pelindung, akhirnya
memperlihatkan objek yang berada di dalamnya.
Sienna menatap isinya dan memiringkan kepalanya, terlihat bingung. Tentunya bukan
apa yang aku perkirakan.
Langdon mengantisipasi sejenis botol kecil yang terlihat futuristic, tapi isi dari biotube
bukanlah sesuatu yang modern. Objek yang terukir dekoratif muncul, terbuat dari gading dan
kira-kira seukuran dengan gulungan Life Savers.
Tampak tua, Sienna berbisik. Sejenis
Segel silinder, Langdon memberitahunya, akhirnya mengijinkan dirinya sendiri
untuk menghela nafas.
Ditemukan oleh orang Sumeria pada 3500 SM, segel silinder merupakan perintis
bentuk intaglio karya cetak. Diukir dengan gambar-gambar dekoratif, segel itu mengandung
sebuah poros yang cekung, melalui sebuah pin axle yang diselipkan sehingga drum cekung
dapat diputar seperti roller cat modern melalui lumpur basah atau terakota untuk mencetak
kelompok simbol, gambar ataupun teks secara berulang.
Segel khusus ini, Langdon mengira, tidak diragukan lagi sangat jarang dan berharga,
dan dia masih belum dapat membayangkan mengapa itu dikunci dalam sebuah wadah titanium
seperti sejenis senjata biologis.
Ketika Langdon dengan halus memutar segel itu di jarinya, dia menyadari bahwa satu
ini membawa sebuah ukiran seram yang khusus Setan bertanduk, berkepala tiga yang sedang

dalam proses memakan tiga orang yang berbeda dalam sekali waktu, satu orang di setiap tiga
mulutnya.
Nyaman.
Mata Langdon bergerak ke tujuh huruf yang terukir di bawah setan. Kaligrafi dekoratif
ditulis dalam gambar cermin, begitulah semua huruf tercetak di roller, tapi Langdon tidak
mengalami kesulitan membaca tulisan SALIGIA.
Sienna menyipitkan mata pada tulisan, membacanya keras. Saligia?
Langdon mengangguk, merasa merinding mendengar kata itu diucapkan dengan keras.
Itu sebuah mnemonic Latin yang ditemukan oleh Vatikan di Abad Pertengahan untuk
mengingatkan kaum Nasrani terhadap Tujuh Dosa Mematikan. Saligia merupakan akronim
dari superbia, avaritia, luxuria, invidia, gula, ira, dan acedia.
Siena mengerutkan dahi. Keangkuhan, ketamakan, nafsu birahi, kedengkian,
keserakahan, kemarahan, dan kemalasan.
Langdon terkesan. Kamu tahu Latin.
Aku dibesarkan secara Katolik. Aku tahu dosa.
Langdon memberikan senyuman saat dia mengembalikan tatapannya pada segel itu,
bertanya-tanya lagi mengapa dikunci dalam sebuah biotube seolah-olah berbahaya.
Kupikir itu gading, Sienna berkata. Tapi itu tulang. Dia meluncurkan artefak kea
rah cahaya matahari dan menunjuk pada garis-garis di sana. Gading membentuk crosshatching berbentuk permata dengan striasi setengah bening; bentuk tulang dengan striasi
parallel ini dan pitting yang menggelap.
Langdon dengan perlahan mengambil segel dan memeriksa ukiran lebih dekat. Segel
Sumeria yang asli diukir dengan bentuk rudimenter dan cuneiform. Segel ini, meski begitu,
terukir dengan lebih rumit. Abad pertengahan, Langdon mengira. Lebih jauh lagi, dekorasinya
menyarankan pada sebuah koneksi yang membingungkan dengan halusinasinya.
Sienna memperhatikannya dengan khawatir. Apa ini?
Tema yang berulang, Langdon berkata dengan muram, dan bergerak ke satu ukiran
pada segel itu. Lihat Setan berkepala tiga yang memakan manusia ini? Ini gambar yang umum
dari Abad Pertengahan sebuah ikon yang berasosiasi dengan Kematian Hitam. Tiga mulut
yang mengasah merupakan simbol bagaimana efesiennya wabah memakan melalui populasi.
Sienna melirik tak nyaman pada simbol biohazard pada tabung.
Kiasan pada wabah terasa berlangsung dengan frekuensi lebih pada pagi ini daripada
yang Langdon bisa akui, dan juga dengan keengganan yang dia akui sebuah koneksi yang lebih
jauh. Saligia merupakan representasi dari kumpulan dosa umat manusia yang mana,
berdasarkan indoktrinasi agama pertengahan "
Adalah alasan Tuhan menghukum dunia dengan Kematian Hitam, Sienna berkata,
melengkapi pemikiran Langdon.
Ya. Langdon berhenti sejenak, sesaat kehilangan arah pemikirannya. Dia baru saja
menyadari sesuatu tentang silinder yang mengenainya secara aneh. Normalnya seseorang dapat
melihat melalui cekungan tengah dari segel silinder, seolah-olah melalui bagian dari pipa
kosong, tapi dalam kasus ini, porosnya tertutup. Ada sesuatu yang diselipkan di dalam tulang
ini. Bagian ujungnya tertangkap cahaya dan bersinar.
Ada sesuatu di dalamnya, Langdon berkata. Dan terlihat seperti terbuat dari kaca.
Dia membolak-balik silinder untuk mengecek sisi yang lain, dan saat dia melakukannya, benda
mungil tergiring di dalam, berjungkir balik dari satu ujung tulang ke sisi lainnya, seperti sebuah
bola yang terpasang di sebuah tabung.
Langdon membeku, dan dia mendengar Sienna mengeluarkan helaan nafas lembut di
sisinya.
Apa gerangan itu?!
Apakah kamu mendengar suara itu? Sienna berbisik.

Langdon mengangguk dan secara hati-hati melihat ujung wadah itu. Bagian yang
terbuka tertutup oleh sesuatu yang terbuat dari logam. Tutup test tube, mungkin?
Sienna mundur menjauh. Apakah itu terlihat rusak?
Aku pikir tidak. Dia dengan hati-hati menyentuh tulang itu dengan jarinya untung
memeriksa ulang ujung kaca, dan suara tergiring berulang. Sesaat kemudian, kaca dalam
silinder melakukan sesuatu yang sepenuhnya tidak diperkirakan.
Itu mulai bersinar.
Mata Sienna terbuka lebar. Robert, berhenti! Jangan bergerak!
BAB 14
LANGDON BERDIRI dengan tenang, tangannya di udaram memegang silinder tulang dengan
mantap. Tanpa keraguan, kaca di ujung tabung memancarkan cahaya bersinar seolah-olah
isinya mendadak terbangun.
Dengan cepat, cahaya di dalamnya berangsur-angsur kembali menjadi hitam.
Sienna bergerak mendekat, bernapas cepat. Dia memiringkan kepalanya dan
mempelajari bagian kaca yang dapat terlihat di dalam tulang.
Raba lagi, dia berbisik. Dengan sangat pelan.
Langdon dengan perlahan memutar tulang itu atas ke bawah. Kembali, sebuah objek
kecil bergerak di sepanjang tulang dan berhenti.
Sekali lagi, dia berkata. Dengan perlahan.
Langdon mengulangi prosesnya, dan kembali tabung itu bergemirincing. Kali ini, kaca
bagian dalam bersinar lemah, berpendar lagi untuk sekejap sebelum memudar.
Itu mungkin sebuah tabung uji, ujar Sienna, dengan sebuah bola agitator.
Langdon terbiasa dengan bola agitator yang digunakan dalam kaleng cat semprot
gumpalan padat yang membantu mengaduk cat ketika kalengnya dikocok.
Itu mungkin mengandung sejenis senyawa kimia phosphorescent, Sienna berkata,
atau organisme bioluminescent yang berpendar ketika distimulasi.
Langdon mempunyai ide lain. Sementara doa telah melihat tongkat yang bersinar
karena bahan kimia dan bahkan plankton bioluminescent yang berpendar ketika sebuah kapal
bergolak di habitatnya, dia hampir yakin jika silinder di tangannya tidak mengandung
keduanya. Dia perlahan menyentuh ujung tabung beberapa kali lagi, hingga bersinar, dan
kemudian memegang ujung yang bersinar di atas telapak tangannya. Seperti dugaannya, cahaya
kemerahan yang lemah muncul, terproyeksi ke atas kulit.
Bagus untuk tahu bahwa IQ 208 dapat sesekali salah.
Lihat ini, Langdon berkata, dan mulai mengocok tabung dengan kasar. Objek di
dalamnya tergiring maju dan mundur, lebih cepat dan lebih cepat.
Sienna terlonjak. Apa yang kamu lakukan!?
Masih mengocok tabung, Langdon berjalan untuk mematikan saklar lampu,
menenggelamkan dapur ke dalam kegelapan yang relatif. Bukan tabung uji yang ada di
dalamnya, dia berkata, masih mengocok sekeras yang dia bisa. Ini sebuah pointer Faraday
Langdon pernah diberi peralatan yang hampir sama oleh salah seorang siswanya
pointer laser bagi dosen yang tidak suka membuang-buang baterai AAA terus menerus dan
tidak mempermasalahkan usaha untuk mengocok penunjuknya selama beberapa detik dengan
tujuan mengubah energi kinetiknya menjadi listrik. Ketika alat itu dikacau, bola logam di
dalamnya bergerak maju mundur melalui rangkaian dayung dan memberi tenaga bagi sebuah
generator mini. Rupanya seseorang telah memutuskan untuk menyelipkan pointer khusus ini
ke dalam cekungan tulang berukir kulit kuno untuk menyelubungi sebuah mainan elektronik
modern.

Ujung pointer di tangannya sekarang berpijar dengan intens, dan Langdon memberikan
Sienna seringai yang mengkhawatirkan Showtime.
Dia mengarahkan pointer berbungkus tulang pada ruangan kosong di dinding dapur.
Ketika dinding diterangi, Sienna menghela nafas terkejut. Langdon, meskipun begitu, yang
secara fisik berbalik dalam keterkejutan.
Cahaya yang muncul di dinding bukanlah titik laser merah kecil. Fotografi jelas
berdefinisi tinggi yang terpancar dari tabung seolah-olah dari sebuah proyektor slide tua.
Tuhanku! Tangan Langdon sedikit gemetar saat dia menyerap pemandangan
mengerikan yang terproyeksi di dinding di hadapannya. Tak salah lagi aku sedang melihat
gambaran kematian.
Di sampingnya, Sienna menutup mulutnya dan mengambil langkah ke depan dengan
sangsi, memastikan dengan apa yang dia lihat.
Pemandangan yang diproyeksikan oleh tulang berukir merupakan sebuah lukisan
minyak suram tentang perjuangan manusia ribuan jiwa menjalani siksaan hina di beragam
tingkatan neraka. Neraka digambarkan sebagai bagian persimpangan yang memotong bumi
yang mana menurun dalam sebuah jalur berbentuk lorong gua dengan kedalaman yang tidak
dapat diukur. Jalur neraka ini dibagi ke dalam teras menurun dari kesengsaraan yang makin
meningkat, tiap tingkatan diisi oleh pendosa yang tersiksa dalam tiap jenisnya.
Langdon langsung mengenali gambar itu.
Karya besar di depannya La Mappa dell Inferno telah dilukis oleh seorang raksasa
sejati Renaissance Italia, Sandro Botticelli. Cetak biru yang rumit dari neraka, The Map of Hell
merupakan salah satu pemandangan yang paling menyeramkan dari alam baka yang pernah
diciptakan. Gelap, suram, dan menakutkan, lukisan itu menghentikan orang-orang di jalannya
bahkan sampai sekarang. Tidak seperti Primavera atau Birth of Venus yang penuh warna dan
kehidupan, Boticelli mengukir Map of Hell dengan pelet merah, sepia, dan coklat yang
menyusahkan hati.
Serangan sakit kepala Langdon tiba-tiba kembali, dan bukan untuk pertama kalinya
sejak terbangun dalam sebuah rumah sakit asing, dia merasa kepingan puzzle terpasang ke
dalam tempatnya. Halusinasinya yang suram nampaknya dikacaukan dengan melihat lukisan
terkenal ini.
Aku pasti sedang mempelajari Map of Hell Botticelli, dia berpikir, meskipun dia tidak
mempunyai ingatan kenapa.
Sementara gambar itu sendiri mengganggu, pembuktian lukisan yang sekarang
menyebabkan ketidaknyamanan Langdon meningkat. Kekhawatiran Langdon bahwa inspirasi
untuk pertanda mahakarya sebenarnya bukan dalam pikiran Botticelli sendiri tapi lebih ke
pikiran seseoran yang hidup dua ratus tahun sebelumnya.
Sebuah karya seni besar yang diinspirasi oleh yang lain.
Map of Hell Botticelli nyatanya merupakan sebuah persembahan untuk karya literatur
abad keempat belas yang menjadi salah satu tulisan yang paling diselebrasi dalam sejarah
pandangan neraka yang buruk dan seram, yang membahana hingga sekarang.
Inferno karya Dante.
Di seberang jalan, Vayentha dengan perlahan mendaki tangga servis dan menyembunyikan
dirinya di atap teras Pensione la Fiorentina yang kecil dan sunyi. Langdon telah menyediakan
nomor kamar yang tidak ada dan tempat pertemuan palsu kepada kontak konsulatnya
mirrored meet, sebagaimana disebut dalam bisnisnya teknik licik yang umum yang
memungkinkannya untuk menilai situasi sebelum membeberkan lokasinya sendiri. Tetap saja,
lokasi palsu atau lokasi mirrorred dipilih karena itu terletak dalam penglihatan sempurna dari
lokasi sebenarnya.

Vayentha menemukan titik pandang bagus yang tersembunyi di atap di mana dia
mendapatkan pemandangan dari atas terhadap keseluruhan wilayah. Perlahan, dia membiarkan
matanya menapaki bangunan apartemen di seberang jalan.
Giliranmu, Tuan Langdon.
Pada saat itu, di atas kapal The Mendacium, provost melangkah keluar menuju dek
mahoni dan menarik nafas dalam, menikmati udara bergaram Adriatik. Kapal ini telah menjadi
rumahnya selama beberapa tahun, sampai sekarang, rangkaian kejadian yang berlangsung di
Florence mengancam untuk merusak semua yang telah dia bangun.
Agen lapangannya Vayentha telah menempatka semuanya dalam bahaya, dan
sementara dia akan menghadapi penyelidikan ketika misi ini berakhir, sekarang provost masih
membutuhkannya.
Dia sebaiknya mendapatkan kontrol kembali dari kekacauan ini.
Langkah kaki cepat mendekat di belakangnya, dan provost berbalik untuk melihat salah
satu analis wanitanya datang dengan berlari kecil.
Pak? analis itu berkata, kehabisan nafas. Kami mendapat informasi baru. Suaranya
memotong udara pagi dengan intesitas yang jarang. Tampaknya Robert Langdon baru saja
mengakses akun e-mail Harvardnya dari sebuah alamat IP yang tidak tertutup. Dia berhenti
sejenak, mengunci matanya dengan provost. Lokasi tepat dari Langdon kini dapat dilacak.
Provost serasa pingsan bahwa tiap orang bisa saja bodoh. Ini mengubah semuanya. Dia
mengangkat tangannya dan memandang ke garis pantai, mempertimbangkan implikasinya.
Apa kita tahu status dari tim SRS?
Ya, Pak. Kurang dari dua mil dari posisi Langdon.
Provost hanya membutuhkan waktu sejenak untuk membuat keputusan.
BAB 15
LINFERNO DI DANTE, Sienna berbisik, ekspresinya serius saat dia satu inci lebih dekat
pada gambar kejam neraka yang sekarang terproyeksi pada dinding dapurnya.
Penglihatan neraka Dante, Langdon berpikir, diberikan di sini dalam warna yang
hidup.
Diagungkan sebagai salah satu karya superior dari literatur dunia, Inferno merupakan
yang pertama dari tiga buku yang membangun Divine Comedy karya Dante Alighieri sebuah
puisi epik dengan 14.233 baris mendeskripsikan penurunan brutal Dante ke dalam neraka,
perjalanan melalui tempat penyucian dosa, dan pada akhirnya tiba di surga. Dari tiga bagian
Comedy Inferno, Purgatorio, dan Paradiso Inferno yang sejauh ini yang paling banyak
dibaca dan diingat.
Disusun oleh Dante Alighieri di awal 1300an, Inferno cukup literal mendefinisikan
ulang persepsi tentang kutukan neraka di masa pertengahan. Tidak pernah sebelumnya, konsep
neraka memikat massa dalam sebuah jalan yang menghibur. Di tengah malam, karya Dante
mengokohkan konsep abstrak neraka ke dalam penglihatan yang nyata dan menakutkan dapat
dirasa, dapat diraba, dan tak terlupakan. Tidak mengejutkan, mengikuti dirilisnya puisi, Gereja
Katolik menikmati sebuah detakan yang amat besar dari kehadiran pendosa yang ketakutan
mencari cara menghindar versi teranyar Dante tentang neraka.
Dilukiskan di sini oleh Boticelli, penglihatan Dante yang menyeramkan tentang neraka
dikonstruksi sebagai sebuah lorong bawah tanah penderitaan landscape bawah tanah yang
hina terbuat dari api, belerang, kotoran, monster, dan Setan itu sendiri menunggu di pusatnya.
Lubang itu terkonstruksi dalam sembilan tingkat yang berbeda, Sembilan Cincin Neraka, yang
mana pendosa dilempar sesuai dengan kedalaman dosanya. Di dekat puncak, orang yang penuh

nafsu atau carnal malefactors dihembus oleh badai angin abadi, sebuah simbol dari
ketidakmampuan mereka mengontrol hasratnya. Di bawahnya, orang yang rakus dipaksa untuk
berbaring tengkurap dalam lumpur kotoran yang menjijikkan, mulut mereka diisi dengan hasil
pengeluarannya. Masih di bawahnya, pendusta diperangkap dalam peti jenazah berapi, api
abadi. Dan begitulah, itu menjadi lebih buruk dan buruk semakin dalam seseorang menurun.
Pada abad ketujuh sejak publikasinya, penglihatan tahan lama Dante tentang neraka
telah menginspirasi persembahan, penterjemahan, dan variasi oleh beberapa pemikiran kreatif
paling besar dalam sejarah. Rekan sejawatnya, Chaucer, Marx, Milton, Balzac, Borges, dan
bahkan beberapa Paus semuanya menulis karya berdasarkan Inferno karya Dante. Monteverdi,
Liszt, Wagner, Tchaikovsky, dan Puccini mengkomposisi karya berdasarkan karya Dante,
sebagaimana salah seorang seniman rekaman yang masih hidup favorit Langdon Loreena
McKennitt. Bahkan video game dan aplikasi iPad dunia modern tidak hentinya menawarkan
segala hal yang berkaitan dengan Dante.
Langdon berhasrat untuk berbagi dengan siswanya tentang banyaknya kekayaan
simbolik pada penglihatan Dante, terkadang mengajarkan kuliah dalam buah pikiran yang
berulang, yang ditemukan baik itu dalam karya Dante maupun karya yang terinspirasi olehnya
sepanjang masa.
Robert, Sienna berkata, beranjak lebih dekat ke gambar di dinding. Lihat itu! Dia
menunjuk pada sebuah area di dekat bagian bawah neraka berbentuk cerobong asap.
Area yang dia tunjuk dikenal sebagai Malebolge yang berarti parit kejahatan. Itu
merupakan cincin neraka kedelapan dan kedua dari akhir, dan dibagi menjadi sepuluh parit
yang terpisah, masing-masing untuk jenis tipuan yang khusus.
Sienna menunjuk dengan lebih semangat sekarang. Lihat! Tidakkah kau bilang, di
penglihatanmu, kamu melihat ini?!
Langdon mengernyitkan mata ke arah yang Sienna tunjuk, tapi dia tidak melihat apaapa. Proyektor kecil kehabisan energi, dan gambar mulai memudar. Dia cepat-cepat mengocok
alat itu lagi hingga bersinar dengan terang. Kemudian dia dengan hati-hati meletakkannya agak
jauh dari dinding, di tepi meja di seberang dapur kecil, membuatnya menampilkan gambar
yang lebih besar dari sana. Langdon mendekati Sienna, melangkah ke samping untuk
mempelajari peta yang bersinar.
Kembali Sienna menunjuk ke arah cincin neraka kedelapan. Lihat. Bukankah kamu
bilang halusinasimu menyertakan sepasang kaki yang mencuat keluar dari bumi secara terbalik
dengan huruf R? Dia menyentuh sebuah titik tepatnya di dinding. Ini dia!
Sebagaimana Langdon lihat untuk banyak kalinya dalam lukisan ini, parit kesepuluh
Malebolge dipenuhi dengan pendosa yang dikubur setengah badan terbalik atas ke bawah, kaki
mereka mencuat dari bumi. Tapi anehnya, dalam versi ini, sepasang kaki mengenakan huruf R,
tertulis dalam lumpur, persis seperti yang Langdon lihat dalam penglihatannya.
Tuhanku! Langdon menatap lebih inten pada detail mungil. Huruf R itu itu jelas
bukan dalam karya asli Botticelli!
Ada huruf yang lainnya, Sienna berkata, menunjuk.
Langdon mengikuti jari teracungnya ke sepuluh parit lainnya dalam Malebolge, di
mana huruf E mencoreng nabi palsu yang kepalanya diputar ke belakang.
Apa yang terjadi? Lukisan ini telah dimodifikasi.
Huruf lainnya sekarang muncul padanya, mencoreng pendosa di kesepuluh parit
Malebolge. Dia melihat sebuah C pada penggoda yang sedang dicambuki oleh iblis R yang
lain pada pencuri yang digigit oleh ular abadi sebuah A pada politisi korup yang
ditenggelamkan dalam danau aspal yang mendidih.
Huruf-huruf ini, Langdon berkata dengan yakin, jelas bukan bagian dari karya asli
Botticelli. Gambar ini telah diedit secara digital.

Dia mengembalikan tatapannya ke parit paling atas dari Malebolge dan mulai membaca
huruf-huruf itu ke bawah, melalui tiap-tiap parit, dari atas ke bawah.
CATROVACER
Catrovacer? Langdon berkata. Apakah ini bahasa Italia?
Sienna menggelengkan kepalanya. Bukan Latin juga. Aku tidak mengenalinya.
Sebuah tanda tangan, mungkin?
Catrovacer? Sienna terlihat ragu. Tidak terdengar seperti sebuah nama bagiku. Tapi
lihat di sana. Dia menunjuk satu dari banyak karakter di parit ketiga Malebolge.
Ketika mata Langdon menemukan figur itu, dia dengan segera merasa merinding. Di
antara kerumunan pendosa di parit ketiga adalah sebuah gambar ikonik dari abad Pertengahan
lelaki berjubah dalam sebuah topeng dengan paruh panjang menyerupai burung dan mata
yang mati.
Plague mask.
Adakah dokter plague di karya asli Botticelli? Sienna bertanya.
Tentu saja tidak. Figur ini ditambahkan.
Dan apakah Botticelli menandai karya aslinya?
Langdon tidak dapat mengingat, tapi matanya bergerak ke sudut kanan bawah di mana
sebuah tanda tangan secara normal berada, dia menyadari mengapa dia bertanya. Tidak ada
tanda tangan, dan yang dapat terlihat kasat mata di sepanjang tepi coklat gelap La Mappa
adalah sebaris tulisan dalam huruf blok kecil: la verita e vicible solo attraverso gli occhi della
morte.
Langdon cukup tahu bahasa Italia untuk memahami intinya. Kebenaran dapat terlihat
hanya melalui mata kematian
Sienna mengangguk, Aneh.
Keduanya berdiri dalam diam saat gambar suram di hadapan mereka perlahan mulai
lenyap. Inferno Dante, Langdon berpikir. Menginspirasi kepingan seni penanda masa depan
sejak 1330,
Kuliah Langdon tentang Dante selalu melibatkan semua bagian dalam karya seni
ilustrasi yang terinspirasi oleh Inferno. Sebagai tambahan bagi Map of Hell Botticelli yang
termasyhur, ada pahatan Rodin, The Three Shades dari The Gates of Hell yang tak lekang waktu
ilustrasi Staradanus tentang Phlegyas mendayung melalui tubuh-tubuh yang tenggelam di
sungai Styx Pendosa penuh nafsu berpusar melalui badai abadi karya William Blake
Penglihatan erotik Bouguereau yang aneh tentang Dante dan Virgil melihat dua lelaki telanjang
terkunci dalam sebuah pertarungan jiwa yang tersika berhimpitan dibawah butiran yang
melukai kulit dan tetesan api yang menyerupai hujan salju karya Bayros rangkaian eksentrik
cat air dan potongan kayu Salvador Dali dan koleksi besar Dore berupa goresan hitam dan
putih yang menggambarkan semuanya dari lorong masuk hingga Hades Setan bersayap itu
sendiri.
Sekarang tampaknya penglihatan puitis Dante tentang neraka tidak hanya berpengaruh
pada seniman yang paling dipuja sepanjang sejarah. Itu juga, nyatanya, menginsipirasi individu
lainnya jiwa berbelit yang secara digital mengubah lukisan terkenal Botticelli, menambahkan
sepuluh huruf, dokter plague, dan kemudian menandainya dengan sebuah frase ancaman
tentang melihat kebenaran melalui mata kematian. Seniman itu kemudian menyimpan gambar
pada sebuah proyektor berteknologi tinggi yang terbungkus dalam sebuah tulang berukir aneh.
Langdon tidak dapat membayangkan siapa yang telah membuat artefak semacam itu,
dan saat yang sama, isu ini secara sekunder menjadi lebih dari sebuah pertanyaan yang tidak
menakutkan.
Kenapa gerangan aku membawanya?

Saat Sienna berdiri dengan Langdon di dapur dan memikirkan langkah selanjutnya, raungan
tak terduga mesin bertenaga kuda tinggi menggema dari jalanan bawah. Diikuti oleh letupan
staccato dari ban yang berdenyit dan pintu mobil yang tertutup.
Kacau, Sienna bergegas ke jendela dan melihat keluar.
Van hitam tanpa tanda, meluncur berhenti di jalanan bawah. Di luar van sekelompok
lelaki, semuanya berseragam hitam dengan medali bundar berwarna hijau pada bahu kirinya.
Mereka menggenggam senapan otomatis dan bergerak dengan efisiensi militer yang ganas.
Tanpa keraguan, empat tentara merangsek masuk ke pintu masuk gedung apartemen.
Sienna merasakan darahnya menjadi dingin. Robert! dia berteriak. Aku tidak tahu
siapa mereka, tapi mereka menemukan kita!
Di jalanan bawah, Agen Christoph Bruder meneriakkan perintah pada orang-orangnya saat
mereka menyerbu ke dalam gedung. Dia adalah orang yang terbangun secara kuat, yang latar
belakang militernya telah mempengaruhinya dengan perasaan tanpa emosi pada tugas dan
menghormati rantai komando. Dia tahu misinya, dan dia tahu risikonya.
Organisasi tempatnya bekerja terdiri dari banyak divisi, tapi divisi Bruder Support
Pengawasan dan Respon dipanggil hanya ketika sebuah situasi mencapai status krisis.
Saat orang-orangnya menghilang ke dalam gedung apartemen, Bruder berdiri
mengamati pintu depan, menarik alat komunikasinya dan menghubungi orang yang
berwenang.
Ini Bruder, dia berkata. Kita berhasil melacak Langdon melalui alamat IP
komputernya. Timku bergerak masuk. Aku akan memberikan tanda ketika kami
mendapatkannya.
Jauh di atas Bruder, di teras atap Pensione la Fiorentina, Vayentha menatap ke bawah dalam
ketidakpercayaan dan ketakutan pada agen yang menyerbu ke gedung apartemen.
Apa gerangan yang MEREKA lakukan di sini?!
Dia menggerakkan tangannya melalui rambut cepaknya, tiba-tiba menggenggam
konsekuensi yang mengerikan dari perjanjian yang salah tadi malam. Dengan kukukan tunggal
seekor merpati, semuanya menggulung dengan liar di luar kontrol. Apa yang telah dimulai
sebagai misi sederhana sekarang berbubah menjadi mimpi buruk yang nyata.
Jika tim SRS di sini, kemudian semuanya berakahir bagiku.
Vayentha dengan putus asa merraih alat komunikasi Sectra Tiger XS dan menghubungi
provost.
Pak, dia tergagap. Tim SRS di sini! Orang-orang Bruder mengerumuni gedung
apartemen di seberang jalan!
Dia menunggu respon, tapi ketika datang, dia hanya mendengar suara klik tajam di
sambungan, kemudian sebuah suara elektronik, yang dengan tenang menyatakan,
Penyangkalan protokol dimulai.
Vayentha menurunkan telepon dan melihat layar sekedar melihat alat komunikasi mati.
Saat darah mengering dari mukanya, Vayentha memaksakan dirinya untuk menerima
apa yang terjadi. The Consortium baru saja memutuskan semua ikatan dengannya.
Tidak ada kaitan. Tidak ada asosiasi.
Aku telah ditolak.
Keterkejutan hanya berlangsung sekejap.
Kemudian air mata mulai mengalir.
BAB 16
CEPAT, ROBERT! SIENNA mendesak. Ikuti aku!

Pikiran Langdon masih termakan oleh gambaran mengerikan neraka Dante saat dia
menerjang pintu menuju koridor gedung apartemen. Hingga secepat ini, Sienna Brooks telah
mengelola tekanan substansial pagi dengan sejenis kepercayaan diri yang tertinggal, tapi
sekarang sikap tenangnya telah tumbuh erat dengan sebuah emosi yang Langdon lihat pada
dirinya ketakutan sejati.
Di koridor, Sienna berlari di depan, menyerbu melewati lift, yang telah menurun, tak
diragukan dikeluarkan oleh orang-orang yang sekarang memasuki lobi. Dia berlari cepat ke
ujung koridor, dan tanpa melihat ke belakang, menghilang menuju tangga.
Langdon mengikuti rapat di belakang, meluncur di atas sol halus loafer pinjamannya.
Proyektor kecil di saku dada baju Brioninya memantul melawan dadanya ketika dia berlari.
Pikirannya terlintas pada huruf-huruf aneh yang menghiasi cincin neraka kedelapan:
CATROVACER. Dia tergambarkan plague mask dan tanda tangan aneh: Kebenaran dapat
terlihat hanya melalui mata kematian.
Langdon menegang saat menghubungkan elemen yang berlainan ini, tapi saat itu tidak
ada yang bermakna. Ketika dia akhirnya berhenti pada landasan tangga, Sienna di sana,
mendengarkan dengan intens. Langdon dapat mendengar langkah kaki berderap di tangga dari
bawah.
Adakah jalan keluar yang lain? Langdon berbisik.
Ikuti aku, dia berkata dengan singkat.
Sienna telah menjaga Langdon tetap hidup untuk satu kali hari ini, dan begitulah,
dengan pilihan kecil tapi untuk mempercayai wanita itu, Langdon mengambil nafas dalam dan
melompat turun tangga setelah Sienna.
Mereka menuruni satu lantai dan suara sepatu bot mendekat menjadi sangat dekat
sekarang, menggemakan hanya satu atau dua lantai di bawah mereka.
Mengapa dia berlari langsung menuju mereka?
Sienna menekan saklar lampu dan beberapa bola lampu mati, tapi lorong yang remangremang melakukan sedikit untuk menyembunyikan mereka. Sienna dan Langdon dapat terlihat
dengan jelas di sini. Langkah kaki yang menggelegar mendekat pada mereka sekarang, dan
Langdon tahu penyerang mereka akan muncul di tangga kapanpun, dengan tatapan langsung
ke arah koridor ini.
Aku butuh jaketmu, Sienna berbisik saat dia merenggut jaket Langdon darinya. Dia
kemudian memaksa Langdon untuk membungkuk pada pinggulnya di belakang Sienna dalam
sebuah cerukan pintu. Jangan bergerak.
Apa yang dia lakukan? Dia dalam pandangan nyata!
Para tentara muncul di tangga, menyerbu ke atas tapi berhenti saat mereka melihat
Sienna di lorong yang gelap.
Per lamore di Dio! Sienna berteriak pada mereka, suaranya galak. Cos e questa
confusione?
Dua orang itu mengernyit, dengan jelas tidak yakin dengan apa yang mereka lihat.
Sienna tetap berteriak pada mereka. Tanto chiasso a questora! Terlalu banyak
keributan pada jam ini!
Langdon sekarang melihat Sienna menggantungkan jaket hitamnya menutupi kepala
dan bahunya menyerupai kerudung wanita tua. Dia membungkuk, memposisikan dirinya untuk
menghalangi pandangan mereka pada Langdon yang berjongkok dalam bayangan, dan
sekarang, bertransformasi menyeluruh, dia menimpangkan satu langkah ke arah mereka dan
berteriak seperti seorang wanita tua yang pikun.
Satu dari tentara itu mengangkat tangannya, menggerakkan untuknya agar kembali ke
apartemennya. Signora! Rientri subito in casa!
Sienna mengambil langkah rusaknya yang lain, menggerakkan kepalan tangannya
dengan marah. Avete svegliato mio marito, che e malato!

Langdon mendengarkan dalam kebingungan. Mereka membangunkan suami sakitnya?


Tentara yang lain sekarang mengangkat senjata apinya dan mengarahkan langsung
padanya. Ferma o sparo!
Sienna langsung berhenti, mengutuk mereka tanpa ampun saat dia tertimpang ke
belakang, menjauhi mereka.
Orang-orang itu bergegas, menghilang ke atas tangga.
Tidak cukup memerankan karya Shakespeare, Langdon berpikir, tapi mengesankan.
Nyatanya latar belakang dalam drama dapat menjadi senjata serba guna.
Sienna melepaskan jaket dari kepala dan melemparkannya kembali pada Langdon.
OK, ikuti aku.
Kali ini Langdon mengikuti tanpa keraguan.
Mereka turun ke landasan di atas lobi, di mana lebih dari dua tentara baru saja
memasuki lift untuk naik ke atas. Di jalanan luar, tentara lainnya berdiri memperhatikan di sisi
van, seragam hitamnya meregang erat menyeberangi tubuh berototnya. Dalam diam, Sienna
dan Langdon bergegas turun menuju basement.
Tempat parkir bawah tanah gelap dan berbau air seni. Sienna berlari kecil melewati
sudut yang penuh skuter dan sepeda motor. Dia berhenti pada sebuah Trike berwana perak
kendaraan motor kecil beroda tiga yang menyerupai keturunan tak sempurna dari Vespa Italia
dan sepeda roda tiga dewasa. Dia mengulurkan tangan rampingnya ke bawah bumper depan
Trike dan membuang sebuah kotak kecil bermagnet. Didalamnya adalah sebuah kunci, yang
dia selipkan, dan menyalakan mesinnya.
Sedetik kemudian, Langdon duduk di belakangnya di sepeda itu. Dengan goyah
bertengger pada tempat duduk kecil, Langdon menggerayangi sisinya, mencari pegangan atau
sesuatu untuk memantapkan dirinya.
Bukan waktunya untuk kesopanan, Sienna berkata, meraih tangan Langdon dan
melingkarkannya di seputar pinggang rampingnya. Kamu akan ingin berpegangan.
Langdon melakukannya dengan tepat saat Sienna menarik gas Trike meniti keluar.
Kendaraan ini mempunyai tenaga lebih daripada yang dapat dia bayangkan, dan mereka hampir
meninggalkan tanah saat mereka meluncur keluar garasi, muncul menuju cahaya pagi hari
sekitar lima puluh yard dari pintu masuk utama. Tentara berotot di depan gedung berbalik
seketika untuk melihat Langdon dan Sienna merenggut, Trike mereka mengeluarkan dengusan
bernada tinggi saat Sienna membuka gas.
Bertengger di belakang, Langdon melihat tajam melalui bahunya pada tentara itum
yang sekarang mengangkat senjatanya dan mengambil sasaran secara hati-hati. Langdon
menopang dirinya. Tembakan tunggal berbunyi, memantul pada bumper belakang Trike, baru
saja tidak mengenai pangkal tulang belakang Langdon.
Jesus!
Sienna memutar keras ke kiri pada sebuah persimpangan, dan Langdon merasakan
dirinya tergelincir, berusaha untuk menjaga keseimbangannya.
Bersandarlah padaku! Sienna berteriak.
Langdon bersandar ke depan, menengahkan dirinya lagi saat Sienna memacu Trike di
jalan yang lebih luas. Mereka telah mengendarai satu blok penuh sebelum Langdon mulai
bernafas lagi.
Siapa gerangan orang-orang itu?!
Fokus Sienna masih terkunci di jalanan di depannya saat dia melaju di jalan raya,
berbelit pada lalu lintas pagi. Beberapa pejalan kaki melangkah lebih cepat saat mereka lewat,
jelas-jelas bingung karena melihat seorang lelaki setinggi enam kaki dalam baju Brioni
mengendarai di belakang seorang wanita ramping.
Langdon dan Sienna telah menjelajah tiga blok dan mendekati persimpangan utama
ketika sirine meraung di depannya. Van hitam mengkilap memutari sudut dengan dua roda,

membuntuti menuju persimpangan, dan kemudian berakselerasi di jalanan secara langsung ke


arah mereka. Van tersebut identik dengan van tentara di gedung apartemen.
Sienna dengan segera membelok mendadak ke kanan dan menekan paksa rem. Dada
Langdon menekan keras ke punggung Sienna saat dia mendadak berhenti kehilangan
pandangan di belakang truk delivery yang sedang terparkir. Dia menyarangkan Trike ke
bumper belakang tersebut dan mematikan mesinnya.
Apakah mereka melihat kita?!
Dia dan Langdon merapat rendah dan menanti kehabisan nafas.
Van tersebut meraung berlalu tanpa keraguan, rupanya tidak pernah melihat mereka.
Saat kendaraan tersebut melintas, meski begitu, Langdon menangkap pandangan sepintas lalu
dari seseorang di dalam.
Di bangku belakang, seorang wanita tua yang menarik diapit di antara dua tentara
seperti seorang tawanan. Matanya layu dan kepalanya lemah seolah-olah dia hampir pingsan
atau mungkin terbius. Dia mengenakan sebuah amulet dan memiliki rambut perak panjang
yang jatuh dalam ringlets.
Untuk sejenak tenggorokan Langdon tercekat, dan dia pikir dia melihat hantu.
Itu adalah wanita dari penglihatannya.
BAB 17
PROVOST BERGEGAS keluar dari ruang kendali dan berjalan di sepanjang dek
sebelah kanan The Mendacium, berusaha mengumpulkan pikirannya. Apa yang baru saja
berlangsung di gedung apartemen Florence tidak dapat terpikirkan.
Dia mengitari seluruh kapal dua kali sebelum menuju kantornya dan mengambil sebotol
malt tunggal Highland Park berumur lima puluh tahun. Tanpa menuangkan ke gelas, dia
meletakkan botolnya dan memutar punggungnya padanya pengingat pribadi bahwa dia masih
sangat terkontrol.
Setahun yang lalu Bagaimana aku bisa tahu?
Provost normalnya tidak melakukan interview pada klien prospektif secara personal,
tapi yang satu ini datang padanya melalui sumber yang terpercaya, dan sehingga dia membuat
sebuah pengecualian.
Hari yang tenang dan mati di laut ketika klien datang ke atas The Mendacium melalui
helikopter pribadinya. Pengunjung itu, sosok penting di bidangnya, empat puluh enam,
berpotongan bersih, dan luar biasa tinggi, dengan mata hijau menusuk.
Seperti yang kamu tahu, lelaki itu memulai, layananmu direkomendasikan padaku
oleh seorang teman yang sama. Pengunjung itu meregangkan kaki panjangnya dan membuat
dirinya seperti di rumah dalam kantor perjanjian provost. Jadi, biarkan aku mengatakan
padamu apa yang aku inginkan.
Sebenarnya, jangan, provost menginterupsi, menunjukkan pada lelaki itu siapa yang
berwenang. Protokoler saya membutuhkan Anda tidak memberi tahu saya apapun. Saya akan
menjelaskan layanan yang saya sediakan, dan Anda akan memutuskan yang mana, jika ada,
yang menarik bagi Anda.
Pengunjung itu terlihat terkejut tapi setuju dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
Pada akhirnya, apa yang pendatang baru itu inginkan berubah menjadi santapan yang sangat
standar bagi Consortium secara esensialnya sebuah kesempatan untuk menjadi tak terlihat
untuk sementara waktu sehingga dia dapat mengejar sebuah usaha jauh dari mata orang yang
selalu ingin tahu.
Mainan anak-anak.
The Consortium akan menyelesaikan ini dengan menyediakannya sebuah identitas
palsu dan lokasi yang aman, kesemuanya tak berjejak, di mana dia dapat melakukan

pekerjaannya dalam kerahasiaan total apapun pekerjaannya. The Consortium tidak pernah
menanyakan untuk tujuan apa seorang klien membutuhkan sebuah layanan, lebih memilih
untuk tahu sedikit mungkin tentang dengan siapa mereka bekerja.
Untuk setahun penuh, pada keuntungan yang menakjubkan, provost telah menyediakan
perlindungan aman bagi lelaki bermata hijau, yang telah berbalik menjadi seorang klien ideal.
Provost tidak melakukan kontak dengannya, dan semua tagihannya dibayar tepat waktu.
Lalu, dua minggu yang lalu, semuanya berubah.
Dengan tak terduga, klien itu membuat kontak, menuntut pertemuan pribadi dengan
provost. Mempertimbangkan jumlah uang yang klien itu telah bayarkan, provost menjadi
terpaksa.
Lelaki kumal yang datang di yacht dengan jelas dapat dikenali sebagai lelaki ramping,
berpotongan bersih yang dengannya provost telah berbisnis setahun lalu. Dia terlihat liar dalam
mata hijau tajamnya. Dia terlihat hampir sakit.
Apa yang terjadi padanya? Apa yang selama ini dia lakukan?
Provost telah menunjuk lelaki gugup ke dalam kantornya.
Setan berambut perak, kliennya gugup. Dia makin dekat setiap hari.
Provost menatap file kliennya, mengamati foto dari wanita berambut perak yang
menarik. Ya, provost berkata, setan berambut perakmu. Kita semua sadar pada musuhmu.
Dan seberkuasanya dia, mungkin, untuk setahun penuh kami telah menjaganya darimu, dan
kami akan melanjutkannya seperti itu.
Lelaki bermata hijau itu dengan cemas memutar-mutar helaian rambut berminyaknya
di seputar ujung jari. Jangan biarkan kecantikannya membodohimu, dia seorang lawan yang
berbahaya.
Benar, provost berpikir, masih tidak senang bahwa kliennya telah menggiring
perhatian seseorang begitu berpengaruh. Wanita berambut perak mempunyai akses dan sumber
daya yang hebat bukan jenis musuh yang provost maklumi untuk ditepis.
Jika dia atau setannya mengetahuiku klien tersebut memulai.
Tidak akan, provost meyakinkannya. Bukankah kami sejauh ini
menyembunyikanmu dan menyediakan semua apa yang kamu minta?
Ya, lelaki itu berkata. Dan, aku akan tidur lebih mudah jika Dia berhenti
sejenak, mengelompokkan kembali. Aku ingin tahu bahwa jika sesuatu terjadi padaku, kamu
akan menjalankan pesan terakhirku.
Pesan apa itu?
Lelaki itu meraih ke dalam tas dan menarik keluar amplop kecil bersegel. Isi amplop
ini memberikan akses ke kotak brankas deposito di Florence. Di dalam kotak, kamu akan
menemukan sebuah objek kecil. Jika sesuatu terjadi padaku, aku ingin kamu mengantarkan
objek itu untukku. Itu sejenis pemberian.
Baik. Provost mengangkat penanya untuk membuat catatan. Dan pada siapa saya
mengantarkannya?
Pada setan berambut perak.
Provost menatap tajam. Sebuah pemberian untuk orang yang menyengsarakanmu?
Lebih dari duri baginya. Matanya mengerjap dengan liar. Sebuah duri kecil yang
cerdas dari sebuah tulang. Dia akan menemukan sebuah peta Virgil personalnya sebuah
pengantar ke pusat neraka pribadinya sendiri.
Provost mempelajarinya untuk waktu yang lama. Seperti yang Anda harapkan.
Anggap saja sudah dilaksanakan.
Waktunya akan menjadi kritis, lelaki itu mendesak. Pemberian ini jangan diantarkan
terlalu cepat. Kamu haris menyimpannya tersembunyi sampai Dia berhenti sejenak,
mendadak kehilangan pikiran.
Sampai kapan? provost mendorong.

Lelaki itu berdiri dengan tiba-tiba dan berjalan ke belakang meja provost, meraih spidol
merah dan dengan cemas melingkari sebuah tanggal pada kalender meja personal provost.
Hingga hari ini.
Provost mengatur rahangnya dan menghela nafas, menelan ketidaksukaannya atas
kelancangan lelaki itu. Paham, provost berkata. Saya tidak akan melakukan apa-apa hingga
tanggal yang dilingkari, yang pada waktu itu objek dalam kotak brankas deposito, apapun itu,
akan diantarkan pada wanita berambut perak. Anda pegang kata-kata saya. Dia menghitung
hari di kalendernya hingga tanggal yang dilingkari dengan canggung. Saya akan
melaksanakan permintaanmu tepat empat belas hari dari sekarang.
Dan bukan sehari sebelumnya! klien itu memperingatkannya.
Saya paham, provost meyakinkan. Bukan sehari sebelumnya.
Provost mengambil amplop itu, menyelipkannya ke dalam file lelaki itu, dan membuat
catatan yang dibutuhkan untuk meyakinkan bahwa harapan kliennya diikuti dengan tepat.
Sementara kliennya tidak mendeskripsikan asal tepat dari objek yang berada di dalam kotak
brankas deposito, provost lebih memilihnya seperti ini. Detasemen merupakan prinsip dasar
dari filosofi Consortium. Sediakan layanan. Tidak bertanya. Tidak menilai.
Bahu kliennya melunak dan dia menghela nafas berat. Terima kasih.
Ada yang lain? provost bertanya, antusias untuk menghilangkan diri dari kliennya
yang berubah.
Ya, sebenarnya, ini. Dia meraih ke dalam sakunya dan mengeluarkan stik memori
kecil berwarna merah tua. Ini adalah sebuah file video. Dia meletakkan stik memori di depan
provost. Aku ingin itu diunggah ke media dunia.
Provost mempelajari lelaki itu dengan rasa penasaran. The Consortium sering
mendistribusikan informasi massa untuk klien, dan sesuatu tentang permintaan lelaki ini terasa
tidak terkait. Pada tanggal yang sama? provost bertanya, bergerak pada lingkaran yang
tergores pada kalendernya.
Tepat tanggal yang sama, klien itu menjawab. Bukan sesaat sebelumnya.
Paham. Provost menandai stik memori merah dengan informasi wajar. Jadi itu
saja? Dia berdiri, berusaha mengakhiri pertemuan itu.
Kliennya tetap duduk. Tidak. Ada satu hal terakhir.
Provost duduk kembali.
Mata hijau klien itu terlihat hampir puas sekarang. Singkat setelah kamu
mengantarkan video ini, aku akan menjadi seseorang yang sangat terkenal.
Kamu seseorang yang sudah terkenal, provost berpikir, mempertimbangkan
pencapaian kliennya yang berkesan.
Dan kamu akan pantas mendapatkan beberapa rasa hormat, lelaki itu berkata.
Layanan yang telah kamu sediakan membuatku menghasilkan karya besarku sebuah opus
yang akan mengubah dunia. Kamu hendaknya bangga atas peranmu.
Apapun karya besarmu, provost berkata dengan ketidaksabaran yang menjadi, Saya
senang Anda telah mempunyai privasi yang dibutuhkan untuk membuatnya.
Sebagai rasa terima kasih, aku membawakanmu sebuah pemberian. Lelaki kumal itu
meraih ke dalam tasnya. Sebuah buku.
Provost mengira jika mungkin buku ini merupakan opus rahasia yang kliennya kerjakan
selama ini. Dan apakah Anda menulis buku ini?
Tidak. Lelaki itu mengangkat sesuatu yang berat ke atas meja. Justru sebaliknya
buku ini ditulis untukku.
Bingung, provost mengamati edisi yang kliennya keluarkan. Dia pikir ini ditulis
untuknya? Volumenya berupa sastra klasik ditulis dalam abad keempat belas.
Bacalah, klien itu mendesak dengan senyuman yang mengerikan. Itu akan
membantumu memahami apa yang telah aku lakukan.

Dengan itu, pengunjung kumal berdiri, mengatakan selamat berpisah, dan dengan
mendadak pergi. Provost melihat melalui jendela kantornya saat helikopter lelaki itu terangkat
dari dek dan mengarah kembali ke pantai Itali.
Kemudian provost mengembalikan perhatiannya pada buku besar di hadapannya.
Dengan jari yang tak yakin, dia mengangkat sampul kulit dan membaca bagian awalnya. Stanza
pembuka dari karya itu ditulis dalam kaligrafi besar, memenuhi seluruh halaman pertamanya.
INFERNO
Di tengah jalan pada perjalanan hidup kita
Aku menemukan diriku di dalam sebuah hutan yang gelap,
yang jalan setapak ke depan telah hilang.
Pada halaman yang berlawanan, kliennya menandai buku dengan sebuah pesan tulisan
tangan:
Temanku, terima kasih untuk membantuku menemukan jalan.
Dunia berterima kasih padamu, juga.
Provost tidak mempunyai ide apa arti semua ini, tapi dia telah cukup membaca. Dia
menutup buku dan menempatkannya pada rak bukunya. Bersyukur, ikatan profesionalnya
dengan individu aneh ini akan segera berakhir. Empat belas hari lagi, provost berpikir,
mengalihkan pandangannya ke lingkaran merah yang tergores dengan kasar pada kalender
pribadinya,
Pada hari-hari yang mengikuti, provost merasa secara tak berkarakter menepi tentang
klien ini. Lelaki itu serasa menjadi tergantung. Meskipun demikian, di samping intuisi provost,
waktu berlalu tanpa halangan.
Kemudian, sesaat sebelum tanggal yang dilingkari, berlangsung rangkaian kejadian
cepat yang menimbulkan petaka di Florence. Provost berusaha untuk menangani krisis, tapi hal
itu dengan cepat berakselerasi di luar kendali. Krisis itu mencapai klimaks dengan tak
bernafasnya kliennya mendaki menara Badia.
Dia melompat menuju kematiannya.
Di samping kengeriannya atas kehilangan seorang klien, terutama dalam caranya,
provost masih menyisakan kata-kata lelaki itu. Dia dengan cepat mulai mempersiapkan untuk
membuat bagus janji terakhirnya pada almarhum mengantarkan isi kotak brankas deposito
pada wanita berambut perak waktunya, yang telah diperingatkan, kritis.
Bukan sebelum tanggal yang dilingkari di kalendermu.
Provost memberikan amplop yang berisi kode kotak brankas deposito di Florence pada
Vayentha, yang pergi ke Florence untuk mendapatkan kembali objek yang berada di dalam
duri kecil yang cerdas ini. Ketika Vayentha menghubungi, meski demikian, kabarnya
mengejutkan dan juga memperingatkan secara mendalam. Isi dari kotak brankas deposito telah
dikeluarkan, dan Vayentha baru saja lolos dari penahanan. Bagaimanapun juga, wanita
berambut perak telah mempelajari akun dan telah menggunakan pengaruhnya untuk
mendaptkan akses ke kotak brankas deposito dan juga untuk menempatkan jaminan tahanan
bagi orang lain yang muncul untuk membukanya.
Itu tiga hari yang lalu.
Klien dengan jelas merancang objek purloin menjadi hinaan terakhirnya bagi wanita
berambut perak suara hinaan dari makam.
Dan sekarang itu berbicara terlalu awal.
Consortium berada dalam gerakan yang nekat yang pernah dilakukan menggunakan
semua sumber dayanya untuk melindungi harapan terakhir kliennya, sebaik mungkin. Dalam
prosesnya, Consortium telah menyeberangi rangkaian garis dari yang mana provost tahu bahwa

itu akan sulit untuk kembali. Sekarang, dengan segalanya tercerai berai di Florence, provost
menatap dari deknya dan berharap apa yang masa depan telah pegang.
Pada kalendernya, lingkaran yang tergores liar oleh kliennya menatapnya lingkaran
tinta merah yang menggila di seputar hari yang spesial.
Besok.
Dengan enggan, provost mengamati botol Sctoch di meja di hadapannya. kemudian,
untuk pertama kalinya dalam empat belas tahun, dia menuangkan segelas dan menuntaskannya
dalam satu tegukan.

Di dek bawah, fasilitator Laurence Knowlton mengambil stik memori merah kecil dari
komputernya dan meletakkannya di atas meja di depannya. Video itu merupakan satu dari hal
teraneh yang pernah dia lihat.
Dan tepat sembilan menit lamanya pada waktunya.
Merasa diperingatkan, dia berdiri dan mondar-mandir di kubikel keclnya, bertanyatanya lagi apakah dia perlu membagikan video aneh dengan provost.
Hanya lakukan pekerjaanmu, Knowlton berkata pada dirinya sendiri. Tanpa penilaian.
Memaksakan video dari pikirannya, dia menandai papan rencananya dengan tugas yang
dikonsfirmasi. Besok, sebagaimana diminta oleh klien, dia akan mengunggah file video pada
media.
BAB 18
VIALE NICCOLO MACHIAVELLI disebut sebagai yang paling anggun dari semua
jalan raya Florentine. Dengan lengkungan S yang lebar dan mengular melalui landscape rimbun
pagar tanaman berkayu dan pepohonan yang menggugurkan daunnya, perjalanannya
merupakan salah satu favorit di antara pengendara sepeda dan penggemar Ferrari.
Sienna dengan ahli memanuverkan Trike melalui tiap-tiap belokan saat mereka
meninggalkan lingkungan tempat tinggal yang kumuh dan bergerak menuju udara bersih
bermuatan pinus di tepian sungai bagian atas dari kota itu. Mereka melalui sebuah jam kapel
yang baru saja berbunyi pukul 08.00.
Langdon berpegangan, pikirannya dipenuhi dengan gambaran yang membingungkan
dari inferno Dante dan wajah misterius dari seorang wanita berambut perak yang baru saja
dia lihat diapit di antara dua tentara besar dalam kursi belakang sebuah van.
Siapapun dia, Langdon berpikir, mereka mendapatkannya sekarang.
Wanita dalam van, Sienna berkata melalui kebisingan mesin Trike. Kamu yakin itu
wanita yang sama dari penglihatanmu?
Tentu saja.
Jadi kamu menemuinya pada beberapa poin dalam dua hari yang lalu. Pertanyaannya
adalah mengapa kamu tetap melihatnya dan mengapa dia tetap memberitahumu untuk
mencari dan menemukan.
Langdon setuju. Aku tidak tahu Aku tidak mengingat pernah menemui dia, tapi tiap
kali aku melihat wajahnya, aku mempunyai perasaan yang membuncah bahwa aku perlu untuk
menolongnya.
Very sorry. Very sorry.
Langdon tiba-tiba bertanya-tanya jika mungkin permintaan maaf anehnya ditujukan
pada wanita berambut perak. Apakah aku menggagalkannya bagaimanapun juga? Pikiran itu
meninggalkan gumpalan dalam perutnya.
Untuk Langdon, itu terasa seolah-olah senjata vital telah diambil dari gudang
senjatanya. Aku tidak mempunyai ingatan. Eidetic sejak masa anak-anak, ingatan Langdon

merupakan aset intelektual tempat dia bersandar sepenuhnya. Untuk seseorang yang terbiasa
mengingat tiap detail rumit dari apa yang dia lihat di sekelilingnya, berfungsi tanpa ingatannya
terasa seperti berupaya mendaratkan pesawat dalam kegelapan tanpa radar.
Sepertinya satu-satunya kesempatanmu menemukan jawaban adalah dengan
menafsirkan La Mappa, Sienna berkata. Apapun rahasia yang ada sepertinya menjadi
alasan kamu diburu.
Langdon mengangguk, memikirkan tentang kata catrovacer, diletakkan dengan latar
belakang tubuh-tubuh menggeliat dalam Inferno Dante.
Secara tiba-tiba sebuah pikiran jernih muncul di kepala Langdon.
Aku terbangun di Florence
Tak ada kota di bumi ini yang terikat begitu dekat dengan Dante selain Florence. Dante
Alighieri dilahirkan di Florence, tumbuh dewasa di Florence, jatuh cinta, berdasarkan legenda,
dengan Beatrice di Florence, dan diasingkan dengan kejam dari rumahnya di Florence,
mengembara ke arah pedesaan Italia bertahun-tahun, dengan kerinduan mendalam pada
rumahnya.
Kamu akan meninggalkan semuanya yang paling kamu cintai, Dante menulis
pengasingannya. Ini adalah anak panah yang busur pengasingan tembakkan pertama kalinya.
Saat Langdon mengingat kata-kata itu dari canto ketujuhbelas Paradiso, dia melihat ke
kanan, menatap ke seberang Sungai Arno menuju puncak menara Florence lama di kejauhan.
Langdon menggambarkan tata ruang dari kota lama sebuah labirin pelancong,
kemacetan, dan ramainya lalu lintas melalui jalanan sempit di sekitar katedral, museum, kapel,
dan pusat perbelanjaan Florence yang terkenal. Dia menduga bahwa jika dia dan Sienna
membuang Trike, mereka dapat berbaur dengan kerumunan manusia.
Kita perlu menuju kota lama, Langdon menyatakan. Jika di sana ada jawaban,
mungkin di sanalah seharusnya. Florence lama adalah dunia sepenuhnya bagi Dante.
Sienna mengangguk sebagai persetujuanya dan berbicara melalui pundaknya, Akan
lebih aman juga banyak tempat untuk bersembunyi. Aku akan menuju Porta Romana, dan
dari sana, kita dapat menyeberang sungai.
Sungai, Langdon berpikir dengan sentuhan kecemasan. Perjalanan terkenal Dante ke
neraka dimulai dengan menyeberangi sebuah sungai juga.
Sienna menarik gas, dan saat pemandangan melintas kabur, Langdon secara mental
memandang melalui gambaran inferno, kematian dan sekarat, sepuluh parit Malebolge dengan
dokter plague dan kata aneh CATROVACER. Dia memikirkan kata-kata yang tergores di
bawah La Mappa Kebenaran dapat terlihat hanya melalui mata kematian dan bertanyabertanya jika ucapan suram itu mungkin saja sebuah kutipan dari Dante.
Aku tidak mengenalinya.
Langdon berpengalaman dalam karya Dante, dan kemasyuharannya sebagai seorang
sejarawan seni yang terspesialisasi dalam ikonografi berarti dia terkadang dipanggil untuk
menginterpretasikan deretan simbol yang luas yang memenuhi pemandangan Dante. Secara
kebetulan, atau mungkin tidak begitu kebetulan, dia memberikan kuliah tentang Inferno Dante
sekitar dua tahun sebelumnya.
Divine Dante: Simbol Neraka.
Dante Alighieri berkembang menjadi salah satu ikon kultus sejati dalam sejarah,
mencetuskan pembentukan perkumpulan Dante di seluruh dunia. Cabang Amerika tertua
didirikan pada 1881 di Cambridge, Massachussetts, oleh Henry Wadsworth Longfellow.
Fireside Poet yang terkenal dari New England merupakan orang Amerika pertama yang
menerjemahkan The Divine Comedy, terjemahannya tetap menjadi yang paling dihormati dan
banyak dibaca hingga sekarang.
Sebagai seorang pelajar termasyhur dari karya Dante, Langdon diminta berbicara pada
even utama yang diselenggarakan oleh salah satu perkumpulan Dante yang paling tua di dunia

Societa Dante Alighieri Vienna. Even tersebut tertulis mengambil tempat di Viennese
Academy of Sciences. Sponsor utama even tersebut seorang ilmuwan kaya dan anggota
Perkumpulan Dante mengelola untuk mengamankan dua ribu kursi aula perkuliahan akademi
itu.
Ketika langdon tiba di even tersebut, dia ditemui oleh direktur konferensi dan penunjuk
kursi di dalam. Saat mereka melalui lobi, Langdon tidak dapat membantu tapi memperhatikan
lima kata terlukis dalam ukuran besar di sepanjang dinding belakang: APA JADINYA JIKA
TUHAN SALAH?
Itu Lukas Troberg, direktur berbisik. Installasi seni terbaru kami. Bagaimana
menurutmu?
Langdon mengamati teks padat itu, tak yakin untuk merespon. Um goresan kuasnya
mewah, tapi pesan subjunctive-nya terasa sedikit.
Direktur memberinya tatapan bingung. Langdon berharap hubungan baiknya dengan
audiens akan lebih baik.
Ketika akhirnya dia melangkah di atas panggung, Langdon menerima tepuk tangan
yang membangkitkan semangat dari kerumunan orang yang berdiri.
Meine Damen und Herren, Langdon memulai, suaranya menggelegar melalui
pengeras suara. Wllkommen, bienvenue, welcome.
Baris terkenal dari Cabaret menarik tawa apresiatif dari kerumunan orang-orang itu.
Saya telah diberi tahu bahwa audiens kami malam ini tidak hanya anggota
Perkumpulan Dante, tapi juga banyak ilmuwan dan pelajar yang berkunjung yang akan
menjelajahi Dante untuk pertama kalinya. Jadi, bagi mereka audiens yang terlalu sibuk belajar
untuk membaca epik Italia Masa Pertengahan, saya pikir saya akan mulai dengan ikhtisar cepat
tentang Dante hidupnya, karyanya, dan mengapa dia dianggap sebagai salah satu sosok paling
berpengaruh dalam semua sejarah.
Lebih banyak tepuk tangan.
Menggunakan remote kecil di tangannya, Langdon menampilkan rangkaian gambar
Dante, yang pertama lukisan seluruh tubuh karya Andrea del Castagno, menggambarkan
pujangga itu berdiri di sebuah gerbang, menggenggam erat sebuah buku filosofi.
Dante Alighieri, Langdon memulai. Penulis dan filsuf Florentine ini hidup dari 1265
hingg 1321. Dalam lukisan ini, sebagaimana hampir sama di semua lukisan, dia mengenakan
sebuah cappuccio penutup kepala ketat berkepang dengan tutup telinga berwarna merah di
kepalanya, yang mana, sepanjang dengan kaftan Lucca merah tuanya menjadi gambaran Dante
yang paling banyak dikeluarkan.
Langdon memajukan slide ke lukisan Dante karya Botticelli dari Uffizi Gallery, yang
menekankan pada bagian paling menonjol Dante, rahang yang tegas dan hidung bengkok. Di
sini, wajah unik Dante sekali lagi dibingkai oleh cappuccio merahnya, tapi dalam contoh ini
Botticelli menambahkan sebuah karangan bunga laurel pada penutup kepalanya sebagai simbol
keahlian dalam kasus ini dalam seni sajak simbol tradisional yang dipinjam dari Yunani
kuno dan digunakan bahkan sampai sekarang dalam upacara penganugerahan pujangga puisi
dan pujangga Nobel.
Langdon dengan cepat menggeser display melalui beberapa gambar yang lain,
semuanya menunjukkan Dante dalam penutup kepala merahnya, tunik merah, rangkaian bunga
laurel, dan hidung yang menonjol. Dan untuk menyelesaikan gambaran Dante, ini adalah
patung dari Piazza di Santa Croce dan, tentu saja, lukisan dinding terkenal yang menjadi
ciri Giotto dalam kapel Bergello.
Langdon meninggalkan slide lukisan dinding Giotto di layar dan berjalan ke tengah
panggung.
Sebagaimana yang tak diragukan lagi kalian sadari, Dante paling dikenal untuk maha
karya literatur yang sangat penting The Divine Comedy akun nyata penulis yang secara

brutal turun ke neraka, melintasi tempat penyucian dosa, dan pada akhirnya naik ke surga untuk
berkelompok dengan Tuhan. Oleh standar modern, The Divine Comedy tidak mempunyai
komedi tentangnya. Itu disebut sebuah komedi untuk alasan yang lain. Pada abad keempat
belas, literatur Italia, oleh peraturan, dibagi menjadi dua kategori: tragedi, menggambarkan
literatur tinggi, ditulis dalam bahasa Italia resmi; komedi, menggambarkan literatur rendah,
ditulis dalam bahasa lokal dan ditujukan pada populasi umum.
Langdon memajukan slide ke lukisan dinding ikonik karya Michelino, yang
menunjukkan Dante berdiri di luar dinding Florence memegang erat salinan The Divine
Comedy. Di latar belakangnya, gunung berteras dari tempat penyucian dosa naik tinggi di atas
gerbang neraka. Lukisan itu sekarang tergantung di Katedral SantaMaria del Fiore Florence
lebih dikenal sebagai Il Duomo.
Seperti yang kalian tebak dari judulnya, Langdon meneruskan, The Divine Comedy
ditulis dalam bahasa lokal bahasa masyarakat. Meskipun begitu, hal itu dengan brilian
menggabungkan agama, sejarah, politik, filosofi, dan komentar sosial dalam sulaman fiksi,
yang sementara terpelajar, tetap dapat diakses secara keseluruhan oleh orang banyak. Karya ini
menjadi semacam pilar bagi kebudayaan Italia yang mana gaya penulisan Dante dihargai
dengan tidak kurang dari kodifikasi bahasa Italia modern.
Langdon berhenti sejenak untuk menambahkan efek dan kemudian berbisik,
Temanku, tidak mungkin untuk melebih-lebihkan pengaruh dari karya Dante Alighieri.
Sepanjang semua sejarah, dengan pengecualian tunggal mungkin Kitab Suci, tidak ada satupun
karya tulis, seni, musik, ataupun literatur menginspirasi banyak tribute, pemalsuan, variasi, dan
catatan tambahan selain The Divine Comedy.
Setelah membuat daftar deretan komposer, seniman, dan penulis terkenal yang
menghasilkan karya berdasarkan puisi epik Dante, Langdon memandang pada keramaian. Jadi
beritahu saya, apakah kita mempunyai penulis di sini malam ini?
Hampir sepertiga tangan terangkat. Langdon menatap dalam keterkejutan. Wow,
bahkan ini audiens yang paling sukses di bumi, atau e-publishing ini benar-benar mengambil
alih.
Baik, sebagaimana yang kalian semua para penulis tahu, tidak ada apresiasi penulis
dari pada sebuah uraian singkat isi buku salah satu dari baris tunggal itu dukungan dari
seorang yang berkuasa, didesain untuk membuat orang lain ingin membeli karyamu. Dan, di
Abad Pertengahan, hal itu juga telah ada. Dan Dante mendapatkan sejumlah di antaranya.
Langdon mengubah slide. Bagaimanakah kamu jika mempunyai ini dalam sampul
bukumu?
Tidak pernah berjalan di muka bumi seorang yang lebih besar daripada dia
Michelangelo
Gumaman keterkejutan berdesir melalui kerumunan.
Ya, Langdon berkata, itu adalah Michelangelo yang sama dengan yang kalian semua
ketahui dari Kapel Sistine dan David. Sebagai tambahan menjadi seorang master pelukis dan
pematung, Michelangelo adalah seorang pujangga luar biasa, menerbitkan hampir tiga ratus
puisi termasuk di dalamnya satu yang berjudul Dante, didedikasikan pada seseorang yang
penglihatan tajamnya tentang neraka telah menginspirasi Last Judgement karya Michelangelo.
Dan jika kalian tidak percaya pada saya, baca canto ketiga dari Inferno Dante dan kemudian
kunjungi Kapel Sistine; tepat di atas altar, kalian akan melihat gambar familiar ini.
Langdon memajukan slide ke sebuah detail menakutkan dari binatang buas berotot
mengayunkan dayung raksasa pada orang-orang yang ketakutan. Ini nahkoda ferry neraka
karya Dante, Charon, memukul penumpang yang lambat dengan sebuah dayung.

Langdon sekarang bergerak ke slide baru detail kedua Last Judgement Michelangelo
seseorang sedang disalib. Ini Haman si Agagite, yang, menurut Alkitab, digantung hingga
mati. Meskipun begitu, dalam puisi Dante, dia disalib. Sebagamaina kalian lihat di sini di Kapel
Sistine, Michelangelo memilih versi Dante daripada versi Alkitab. Langdon menyeringai dan
merendahkan suaranya menjadi sebuah bisikan. Jangan beri tahu Paus.
Kerumunan itu tertawa.
Inferno Dante menciptakan dunia kesakitan dan penderitaan di luar semua imajinasi
manusia sebelumnya, dan tulisannya secara literal cukup mendefinisikan pandangan neraka
modern kita. Langdon berhenti sesaat. Dan percayalah padaku, Gereja Katholik mempunyai
banyak terima kasih pada Dante. Inferno-nya membuat takut jemaat selama berabad-abad, dan
tak diragukan tiga kali lipat yang menghadiri gereja di antara ketakutan.
Langdon mengganti slide. Dan hal ini membawa kita ke alasan kita semua berada di
sini malam ini.
Layar sekarang menampilkan judul perkuliahannya: DIVINE DANTE: SIMBOL
NERAKA.
Inferno Dante adalah sebuah pemandangan yang begitu kaya akan simbolisme dan
ikonografi yang sering saya dedikasikan satu semester penuh untuknya. Dan malam ini, saya
pikir tidak akan ada cara yang lebih bagus untuk membeberkan simbol-simbol Inferno Dante
selain dengan berjalan bersampingan dengannya melalui gerbang neraka.
Langdon melangkah ke tepi panggung dan meninjau kerumunan. Sekarang, jika kita
merencanakan berjalan-jalan melalui neraka, aku dengan kuat merekomendasikan kita
menggunakan peta. Dan tidak ada peta neraka Dante yang lebih lengkap dan akurat selain satu
yang dilukis oleh Sandro Botticelli.
Dia menyentuh remote-nya, dan Mappa dellInferno terlarang Botticelli terpampang di
hadapan kerumunan. Dia dapat mendengar beberapa erangan saat orang-orang menyerap
beragam kengerian yang bertempat di gua di bawah permukaan tanah yang berbentuk cerobong
asap.
Tidak seperti beberapa seniman, Botticelli pengikut ekstrim dalam interpretasinya
terhadap tulisan Dante. Nyatanya, dia menghabiskan begitu banyak waktu membaca Dante
bahwa sejarawan seni besar Giorgio Vasari mengatakan obsesi Botticelli dengan Dante
membawa ke kekacauan serius dalam hidupnya Botticelli membuat lebih dari dua lusin karya
lain yang berkaitan dengan Dante, tapi peta ini adalah yang paling terkenal.
Langdon berbalik sekarang, menunjuk ke sudut kiri atas lukisan itu. Perjalanan kita
akan dimulai di atas sana, di atas tanah, di mana kalian dapat melihat Dante dalam warna
merah, bersama dengan pemandunya, Virgil, berdiri di luar gerbang neraka. Dari sana kita akan
berjalan kebawah, melalui sembilan cincin inferno Dante, dan pada akhirnya sampai
berhadapan langsung dengan
Langdon dengan cepat mengalihkan ke slide baru pembesaran raksasa Setan
sebagaimana dilukiskan oleh Botticelli dalam lukisan ini Lucifer berkepala tiga yang
menakutkan yang sedang memakan tiga orang berbeda, satu di tiap mulutnya.
Kerumunan tercekat.
Kilasan pada atraksi penyambutan, Langdon mengumumkan. Perjalanan malam ini
akan berakhir pada tempat karakter menakutkan ini. Ini adalah cincin neraka kesembilan, di
mana Setan itu sendiri bermukim. Meski begitu Langdon berhenti sejenak. Sampai ke
sana adalah separuh kegembiraan, jadi mari kita ulang sedikit kembali ke atas ke gerbang
neraka, di mana perjalanan kita dimulai.
Langdon bergerak ke slide berikutnya lithograf Gustave Dore yang menggambarkan
terowongan masuk yang gelap dan terukir ke wajah tebung sederhana. Inskripsi di atas tulisan
terbaca: TANGGALKAN SEMUA HARAPAN, KAMU YANG MASUK KE SINI.
Jadi Langdon berkata dengan sebuah senyuman. Akankan kita masuk?

Entah di mana ban berdecit dengan keras, dan audiens menguap di hadapan mata
Langdon. Dia merasakan dirinya terhuyung ke depan, dan dia terbentur punggung Sienna saat
Trike meluncur berhenti di tengah Viale Machiavelli.
Langdon terhuyung-huyung, masih memikirkan tentang gerbang neraka tampak di
hadapannya. Saat dia mengumpulkan kembali sikapnya, dia melihat di mana dia berada.
Apa yang terjadi? dia mendesak.
Sienna menunjuk tiga ratus yard di depan menuju Porta Romana gerbang batu kuno
yang disediakan sebagai pintu masuk ke Florence lama. Robert, kita mendapat masalah.
BAB 19
AGEN BRUDER BERDIRI di apartemen hina dan berusaha mempertimbangkan apa
yang dia lihat. Siapa gerangan yang tinggal di sini? Dekorasinya sedikit dan campur aduk,
seperti kamar asrama kampus yang dilengkapi dalam anggaran belanja.
Agen Bruder? satu dari orang-orangnya memanggil dari bawah ruangan. Anda akan
ingin melihat ini.
Saat Bruder berjalan ke bawah ruangan, dia bertanya-tanya jika polisi lokal sudah
membekuk Langdon ataukah belum. Bruder akan lebih memilih menyelesaikan krisis ini di
dalam rumah, tapi kaburnya Langdon meninggalkan pilihan kecil selain untuk mengerahkan
dukungan polisi lokal dan membuat blokade jalan. Sebuah sepeda motor gesit di jalanan labirin
Florence dengan mudah menghindar dari van Bruder, yang jendela polikarbonat berat dan ban
anti bocor membuatnya tak dapat ditembus tapi terpotong. Polisi Italia mempunyai reputasi
untuk menjadi tidak kooperatif dengan orang luar, tapi organisasi Bruder mempunyai pengaruh
signifikan polisi, konsulat, kedutaan. Ketika kami membuat permintaan, tak seorangpun
menantang bertanya.
Bruder memasuki kantor kecil dimana orangnya berdiri di depan laptop yang terbuka
dan mengetik dalam sarung tangan latex. Ini mesin yang dia gunakan, lelaki itu berkata.
Langdon menggunakannya untuk mengakses e-mail dan menjalankan beberapa pencarian.
Filenya masih tersimpan.
Bruder bergerak ke arah meja.
Tak terlihat sebagai komputer Langdon, teknisi berkata. Itu terdaftar pada seseorang
berinisial S.C. saya akan mendapatkan nama lengkapnya dengan cepat.
Saat Bruder menunggu, matanya tergiring ke tumpukan kertas di meja. Dia
mengambilnya, meraba melalui deretan yang tak biasa selebaran tua dari London Globe
Theatre dan serangkaian artikel surat kabar. Semakin Bruder membaca, semakin lebar
matanya.
Mengambil dokumen itu, Bruder kembali ke lorong dan menempatkan panggilan pada
bosnya. Ini Bruder, dia berkata. Saya pikir saya mendapatkan identitas orang yang
membantu Langdon.
Siapa dia? bosnya menjawab.
Bruder menghela nafas perlahan. Anda tidak akan mempercayai ini.
Dua mil dari sana, Vayentha menaiki BMW-nya melarikan diri dari area. Mobil polisi
berlomba melaluinya dalam arah yang berlawanan, sirine meraung.
Aku telah disangkal, dia berpikir.
Normalnya, getaran lembut mesin empat tak sepeda motornya membantunya
menenangkan syarafnya. Tidak sekarang.
Vayentha telah bekerja untuk Consortium selama dua belas tahun, mendaki peringkat
dari pendukung bawah, ke koordinasi strategi, seluruh jalan menuju agen lapangan
berperingkat tinggi. Karirku adalah semua yang kumiliki. Agen lapangan menanggung hidup

dalam kerahasiaan, perjalanan, dan misi panjang, semuanya itu menghalangi kehidupan luar
yang nyata ataupun suatu hubungan.
Aku telah dalam misi yang sama ini selama setahun, dia berpikir, masih tidak dapat
mempercayai provost telah menarik pemicu dan mengingkarinya dengan begitu mendadak.
Selama dua belas bulan, Vayentha telah memangku layanan pendukung untuk klien
Consortium yang sama seorang jenius eksentrik bermata hijau yang hanya ingin
menghilang sementara waktu sehingga dia dapat bekerja tanpa terusik oleh rival dan
musuhnya. Dia sangat jarang bepergian, dan selalu tak terlihat, tapi sebagian besar dia bekerja.
Alam kerja lelaki ini tidak diketahui oleh Vayentha, yang kontrak sederhananya menjaga klien
tersembunyi dari orang-orang berkuasa yang berusaha menemukannya.
Vayentha telah melakukan layanan dengan profesionalisme yang sempurna, dan
semuanya berjalan dengan tepat.
Dengan tepat, itu berlaku hingga tadi malam.
Keadaan emosional dan karir Vayentha berada dalam pilinan kebawah yang pernah dia
alami.
Aku di luar sekarang.
Perintah pengingkaran, jika digunakan, membutuhkan agen dengan cepat
meninggalkan misinya dan keluar dari arena dengan segera. Jika agen tertangkap,
Consortium akan mengingkari semua yang diketahui agen. Agen tahu daripada menekankan
keberuntungan mereka dengan organisasi lebih baik menyaksikan langsung kemampuan
mengganggunya untuk memanipulasi kenyataan menjadi apapun yang tepat yang
dibutuhkannya,
Vayentha hanya tahu dua agen yang telah diingkari. Anehnya, dia tidak pernah melihat
keduanya lagi. Dia selalu berasumsi mereka dipanggil untuk review resmi dan dipecat, wajib
tidak pernah menghubungi pegawai Consortium lagi.
Sekarang, meskipun begitu, Vayentha tidak yakin.
Kamu berlebihan, dia berusaha untuk memberitahu dirinya sendiri. Metode Consortium
jauh lebih elegan daripada pembunuh berdarah dingin.
Meskipun begitu, dia merasakan hawa dingin menyapu tubuhnya.
Insting yang mendorongnya meninggalkan atap hotel tak terlihat sewaktu dia melihat
tim Bruder datang, dan dia bertanya-tanya apakah insting telah menyelamatkannya.
Tak ada seorangpun yang tahu di mana aku sekarang.
Saat Vayentha melaju cepat ke utara di jalanan aerodinamis Viale del Poggio Imperiale,
dia menyadari perbedaan beberapa jam yang dibuat untuknya. Semalam dia khawatir tentang
melindungi pekerjaannya. Sekarang dia khawatir tentang melindungi hidupnya.
BAB 20
FLORENCE ADALAH sebuah kota bertembok, pintu masuk utamanya gerbang batu Porta
Romana, dibangun pada 1326. Sementara sebagian besar tembok perimeter kota dirusak
berabad-abad lalu, Porta Romana masih ada, dan hinggasaat ini, lalu lintas memasuki kota
dengan mengalir melalui terowongan berlengkung dalam di benteng kolosal.
Gerbangnya sendiri berupa pagar setinggi lima puluh kaki dari batu dan bata kuno yang
mana koridornya masih mempertahankan pintu kayu bergerendel yang sangat besar, yang
diganjal terbuka sepanjang waktu untuk membiarkan lalu lintas lewat. Enam jalan utama
menyatu di depan pintu ini, disaring menjadi sebuah perputaran yang bagian tengah
berumputnya didominasi oleh patung Pistoletto besar menggambarkan seorang wanita
beranjak pergi dari gerbang kota membawa bungkusan yang amat besar di kepalanya.
Meskipun sekarang lebih dari bentakan mimpi buruk lalu lintas, gerbang kota sederhana
Florence merupakan situs Fiera dei Contratti Pekan Raya Kontrak di mana para ayah

menjual anak-anak perempuan mereka ke perkawinan kontrak, sering memaksa mereka untuk
menari secara profokatif sebagai usaha untuk mengamankan mahar yang lebih tinggi.
Pagi ini, beberapa ratus yard mendekati gerbang, Sienna berhenti dan sekarang
menunjuk waspada. Di belakang Trike, Langdon melihat ke depan dan dengan segera membagi
kecemasan yang sama. Di depan mereka, barisan panjang mobil berhenti. Lalu lintas di
perputaran telah dihentikan oleh barikade polisi, dan makin banyak mobil polisi yang datang
sekarang. Petugas bersenjata berjalan dari mobil ke mobil, mengajukan pertanyaan.
Tidak mungkin untuk kita, Langdon berpikir. Mungkinkah?
Seorang pengendara sepeda berkeringat mengayuh mendekati mereka di Viale
Machiavelli menjauh dari lalu lintas. Dia berada di sepeda telentang, kaki telanjangnya
mengayuh di depannya.
Sienna berteriak padanya. Cos e successo?
E chi lo sa! dia berteriak kembali, terlihat cemas. Carabinieri. Dia bergegas
berlalu, terlihat ingin sekali untuk keluar dari area itu.
Sienna berbalik ke Langdon, raut mukanya muram. Blok Jalan Polisi Militer.
Sirine meraung di kejauhan di belakang mereka, dan Sienna berputar di tempat
duduknya, menatap kembali Vialle Machiavelli, wajahnya sekarang tertutup dengan ketakutan.
Kita terperangkap di tengah, Langdon berpikir, meninjau area untuk mencari jalan
keluar persimpangan jalan, taman, tempat parkir tapi semua yang dia lihat adalah
pemukiman pribadi di sisi kiri meraka dan dindind batu tinggi di sisi kanannya.
Sirine semakin mengeras.
Di atas sana, Langdon mendorong, menunjuk tiga puluh yard di depan ke sebuah
situs konstruksi kosong di mana sebuah pengaduk semen portabel menawarkan setidaknya
sedikit penutup.
Sienna menarik gas motro ke atas trotoar dan memacunya ke area kerja itu. Mereka
parkir di belakang pengaduk semen, dengan cepat menyadari bahwa itu hanya cukup
menyembunyikan Trike saja.
Ikuti aku, Sienna berkata, bergegas menuju sebuah gubuk perkakas portabel kecil
yang berada di belukar tersandar di dinding batu.
Itu bukan sebuah gubuk perkakas, Langdon menyadari, hidungnya mengernyit saat
mereka mendekat. Itu sebuah Porta-Potty.
Saat Langdon dan Sienna tiba di luar toilet kimia pekerja konstruksi, mereka dapat
mendengar mobil polisi mendekat dari belakang mereka. Sienna berusaha membuka pegangan
pintu, tapi itu tidak bergeser sedikitpun. Sebuah rantai berat dan gembok mengamankanya.
Langdon meraih lengan Sienna dan menariknya memutar ke belakang bangunan itu,
memaksanya masuk ke dalam tempat sempit antara toilet dan dinding batu. Keduanya hampir
tidak muat, dan udara tercium busuk dan berat.
Langdon menyelip di belakangnya tepat saat sebuah Subaru Forester hitam datang
untuk mengamati keadaan dengan tulisan CARABINIERI menghiasi sisinya. Kendaraan itu
berjalan perlahan melalui lokasi mereka.
Polisi militer Italia, Langdon berpikir, tidak percaya. Dia menduga-duga jika para
petugas ini juga mendapat perintah untuk menembak di tempat.
Seseorang benar-benar serius tentang menemukan kita, Sienna berbisik. Dan
bagaimanapun juga mereka lakukan.
GPS? Langdon berseru. Mungkin proyektor itu mempunyai alat pelacak di
dalamnya?
Sienna menggelengkan kepalanya. Percayalah, jika benda itu dapat dilacak, polisi
sudah tepat di atas kita sekarang.

Langdon menaikkan sosok tingginya, berusaha mendapatkan kenyamanan di


lingkungan yang terbatas. Dia menemukan dirinya berhadapan dengan kolase grafiti bergaya
elegan tergores di bagian belakang Porta-Potty.
Tinggalkan itu pada orang Italia.
Sebagian besar Porta-Potty Amerika tertutup dengan kartun anak-anak yang dengan
kabur menyerupai dada besar atau penis. Grafiti pada yang satu ini, meski begitum terlihat
lebih seperti sebuah buku sketsa siswa seni mata manusia, tangan yang dibuat dengan baik,
raut wajah lelaki, dan seekor naga fantastis.
Perusakan properti tidak terlihat seperti ini di setiap tempat di Italia, Sienna berkata,
tampak membaca pikirannya. Institut Seni Florence ada di sisi lain dinding batu ini.
Seolah-olah mengkonfirmasi pernyataan Sienna, sekelompok siswa muncul di
kejauhan, melangkah perlahan ke arah mereka dengan portofolio seni di bawah lengan mereka.
Mereka bercakap-cakap, menyalakan rokok, dan memikirkan blokade jalan di depan mereka
di Porta Romana.
Langdon dan Sienna membungkuk lebih rendah untuk tetap di luar pandangan siswasiswa itu, dan saat mereka melakukannya, Langdon terkesan, lebih ke secara tak diharapkan,
oleh sebuah pikiran ingin tahu.
Pendosa terkubur sebagian dengan kaki mereka di udara.
Mungkin lantaran bau kotoran manusia, atau mungkin pengendara sepeda terlentang
dengan kaki telanjang mengayuh di depannya, tapi apapun perangsangnya, Langdon terkilas
pada dunia busuk Malebolge dan kaki telanjang mencuat atas ke bawah dari bumi.
Dengan mendadak dia berbalik pada rekannya. Sienna, di La Mappa versi kita, kaki
terbalik di parit kesepuluh, kan? Tingkat terendah Malebolge?
Sienna memberinya tatapan aneh, seolah-olah secara berat kali ini. Ya, pada bagian
bawah.
Untuk sejenak Langdon telah kembali ke Vienna memberikan kuliahnya. Dia berdiri di
panggung, hanya sesaat dari bagian penutup, baru saja menunjukkan pada audiens ukiran
Geryon karya Dore monster bersayap dengan ekor penyengat beracun yang tinggal tepat di
bawah Malebolge.
Sebelum kita menemui Setan, Langdon menyatakan, suara dalamnya menggema di
pengeras suara, kita harus melalui sepuluh parit Malebolge, tempat di mana hukuman bagi
yang curang mereka yang bersalah dari perundingan kejahatan.
Langdon memajukan slide untuk menunjukkan detail dari Malbolge dan kemudian
membawa audiens turun melalui parit satu demi satu. Dari atas ke bawah kita mempunyai:
penggoda dicambuk oleh iblis perayu terapung dalam kotoran manusia pengambil laba
perusahaan terkubur sebagian atas ke bawah dengan kaki mereka di udara penyihir dengan
kepala mereka terpuntir ke belakang politisi korup dalam kendi mendidih hipokrat
mengenakan mantel berat pencuri digigit oleh ular konselor curang dimakan oleh api
pembuat kerusuhan dibacok oleh iblis dan akhirnya, pembohong, yang dihargai dengan
wabah penyakit yang abadi. Langdon berbalik ke arah audiens. Dante paling suka
menempatkan parit terakhir ini untuk para pembohong karena serangkaian kebohongan yang
mengabarkan tantang dirinya telah menggiringnya ke pengasingannya dari Florence tercinta.
Robert? Suara itu milik Sienna.
Langdon tersentak kembali ke masa sekarang.
Sienna menatapnya dengan bertanya-tanya. Apa itu?
La Mappa versi kita, dia berkata dengan bersemangat. Seninya telah diubah! Dia
meraih proyektor keluar dari saku jasnya dan mengocoknya sebagus yang dia bisa di tempat
yang kecil. Bola agitator berbunyi keras, tapi semua sirine menenggelamkannya. Siapapun
yang menciptakan gambar ini mengubah urutan tingkatan pada Malebolge!

Ketika alat itu mulai bersinar, Langdon mengarahkannya pada permukaan datar di
hadapan mereka. La Mappa dellInferno muncul, berpendar terang dalam cahaya remang.
Botticelli dalam toilet kimia, Langdon berpikir, malu. Ini menjadi tempat yang kurang
elegan sebuah karya Botticelli pernah ditampilkan. Langdon mengarahkan matanya turun
melalui sepuluh parit dan mulai mengangguk dengan semangat.
Ya! dia berseru. Ini salah! Parit terakhir Malebolge seharusnya dipenuhi oleh orangorang yang terkena wabah penyakit, bukan orang-orang yang terbalik. Tingka kesepuluh adalah
untuk para pembohong, bukan untuk pengambil laba perusahaan!
Sienna terlihat ingin tahu. Tapi mengapa seseorang mengubah itu?
Catrovacer, Langdon berbisik, mengamati huruf-huruf kecil yang telah ditambahkan
pada tiap tingkatan. Aku pikir itu bukan yang seharusnya dikatakan.
Meskipun luka telah menghapus ingatan Langdon dua hari terakhir, dia sekarang dapat
merasakan ingatannya bekerja dengan sempurna. Dia menutup matanya dan memegang dua
versi La Mappa di mata pikirannya untuk menganalisis perbedaannya. Perubahan pada
Malebolge lebih sedikit daripada yang Langdon pikirkan dan bahkan dia merasa seperti
sebuah kerudung telah diangkat secara tiba-tiba.
Tiba-tiba itu menjadi sejernih kristal.
Cari dan kamu akan temukan!
Apa itu? Sienna mendesak.
Mulut Langdon terasa kering. Aku tahu mengapa aku di sini di Florence.
Benarkah?!
Ya, dan aku tahu kemana aku harus pergi.
Sienna meraih lengannya. Kemana?!
Langdon merasa seolah-olah kakinya baru saja menyentuh tanah padat untuk pertama
kalinya semenjak dia terbangun di rumah sakit. Sepuluh huruf ini, dia berbisik. Mereka
sebenarnya menunjuk pada lokasi tepat di kota lama. Itulah di mana jawabannya berada.
Di mana di kota lama?! Sienna mendesak. Apa yang kamu ketahui?
Bunyi suara tawa menggema di sisi lain Porta-Potty. Sekelompok siswa seni yang lain
melintas, bercanda dan berbicara dalam bahasa yang beragam. Langdon melihat dengan
seksama di sekitar kubikel, mengamati mereka pergi. Kemudian dia memindai polisi. Kita
perlu terus bergerak. Aku akan menjelaskannya di jalan.
Di jalan?! Sienna menggelengkan kepalanya. Kita tak akan pernah melalui Porta
Romana!
Tunggu di sini tiga puluh detik, dia memberitahunya, dan kemudian ikuti
langkahku.
Dengan itu, Langdon keluar, meninggalkan teman yang baru ditemuinya bingung dan
sendirian.
BAB 21
SCUSI! ROBERT LANGDON mengejar kelompok siswa itu. Scusate!
Mereka semua berbalik, dan Langdon menunjukkan pandangan ke sekililing seperti
seorang turis yang hilang.
Dove lIstituto statale darte? Langdon bertanya dalam Bahasa Italia yang rusak.
Anak bertato menghembuskan rokok dengan asyik dan menjawab dengan kasar, Non
parliamo italiano. Aksennya Perancis.
Salah satu anak perempuan menegur teman bertatonya dan dengan sopan menunjuk
dinding tinggi ke arah Porta Romana. Piu avanti, sempre dritto.
Lurus ke depan, Langdon menerjemahkan. Grazie.

Sesuai isyarat, Sieena keluar tanpa terlihat dari belakang Porta-Potty dan berjalan
mendekat. Wanita ramping tiga puluh dua tahun mendekati kelompok itu dan Langdon
menyabut dengan menempatkan tangan di bahunya. Ini adikku, Sienna. Dia seorang guru
seni.
Anak bertato bergumam, T-I-L-F, dan teman lelakinya tertawa.
Langdon mengabaikannya. Kami di Florence mencari area yang mungkin untuk
mengajar. Dapatkah kami berjalan dengan kalian?
Ma Certo, gadis Italia berkata dengan tersenyum.
Saat kelompok itu berpindah ke arah polisi di Porta Romana, Sienna telah masuk dalam
percakapan dengan siswa-siswa tersebut sementara Langdon merapat ke tengah kelompok,
merunduk, berusaha untuk tetap di luar pandangan.
Cari dan kamu akan temukan, Langdon berpikir, denyut nadinya berpacu dengan
kegembiraan saat dia tergambar sepuluh parit Malebolge.
Catrovacer. Sepuluh huruf ini, Langdon telah menyadari, berdiri di pusat salah satu
misteri paling sulit dipahami di dunia seni, puzzle berusia ratusan tahun yang tak pernah
terselesaikan. Pada 1563, sepuluh huruf ini telah digunakan untuk mengucapkan pesan tinggi
di sebuah dinding di dalam Palazzo Vecchio Florence yang terkenal, dilukis sekitar empat
puluh kaki di atas tanah, jelas terlihat tanpa teropong. Itu tetap tersembunyi di sana dalam
pandangan nyata selama berabad-abad hingga 1970an, ketika itu dilihat oleh yang sekarang
menjadi diagnostis seni yang terkenal, yang telah menghabiskan puluhan tahun berusaha untuk
mengungkap maknanya. Di samping sejumlah teori, signifikansi pesan itu tetap menjadi
sebuah enigma sampai sekarang.
Bagi Langdon, kode tersebut tetap terasa seperti lahan yang familiar pelabuhan aman
dari lautan aneh dan bergolak ini. Lagipula, sejarah seni dan rahasia kuno lebih jauh dari bidang
Langdon daripada tabung biohazard dan senjata api.
Di atas sana, mobil polisi tambahan mulai mengaliri Porta Romana.
Jesus, anak bertato berkata. Siapapun yang mereka cari pasti telah melakukan
sesuatu yang dahsyat.
Kelompok itu tiba di gerbang utama Institut Seni sebelah kanan, di mana kerumunan
siswa berkumpul untuk menyaksikan aksi di Porta Romana. Penjaga keamanan sekolah
berupah kecil dengan enggan melihat identitas siswa saat anak-anak membanjiri, tapi dengan
jelas dia lebih tertarik dengan apa yang sedang terjadi dengan polisi.
Suara rem yang keras menggema di seluruh plaza saat van hitam yang terlihat familiar
meluncur menuju Porta Romana.
Langdon tidak perlu melihat untuk kedua kalinya.
Tanpa kata, dia dan Sienna mengambil kesempatan, menyelip melalui gerbang dengan
kawan baru mereka.
Jalan masuk ke Istituto Statale dArte terlihat cantik, lebih ke mewah dalam
tampilannya. Pohon oak padat melengkung dengan anggun di kedua sisi, membentuk kanopi
yang membingkai gedung di kejauhan bangunan kekuningan yang besar dengan tiga portico
dan rerumputan oval yang membentang.
Gedung ini, Langdon tahu, telah menjadi komisi, seperti begitu banyak di kota ini, oleh
dinasti ilustrasi yang sama yang telah mendominasi politik Florentine selama abad kelimabelas,
keenambelas, dan ketujuhbelas.
Medici.
Namanya saja telah menjadi simbol Florence. Selama masa kekuasaan tiga abadnya,
istana Medici menimbun kekayaan dan pengaruh yang tak dapat diduga, menghasilkan empat
Paus, dua ratu Perancis, dan institusi keuangan terbesar di seluruh Eropa. Hingga saat ini, bank
modern menggunakan metode akunting yang ditemukan oleh Medici sistem dual-entry kredit
dan debit.

Warisan terbesar Medici, meski begitu, bukanlah dalam keuangan ataupun politik, tapi
lebih ke seni. Mungkin nasabah paling terkenal dunia seni yang pernah diketahui, Medici
menyediakan aliran komisi yang dermawan bagi Renaissance. Daftar orang terkenal yang
menerima kunjungan tetap Medici dari da Vinci hingga Galileo sampai Botticelli lukisan
yang kemudian paling terkenal, Birth of Venus, hasil komisi dari Lorenzo deMedici, yang
meminta lukisan provokatif secara seksual untuk dipasang pada ranjang pengantin saudara
sepupunya sebagai kado pernikahan.
Lorenzo deMedici dikenal pada masanya sebagai Lorenzo Si Cemerlang pada akun
filantropinya merupakan seorang seniman dan penyair yang tercapai dalam hak pribadinya
dan dikatakan mempunyai mata yang luar biasa. Pada 1489 Lorenzo tertarik pada karya
pematung Florentine muda dan mengundang anak lelaki itu untuk pindah ke istana Medici, di
mana dia dapat mempraktikkan seninya dikelilingi oleh seni yang indah, syair-syair besar, dan
peradaban tinggi. Di bawah perwalian Medici, anak lelaki remaja itu berkembang dan mulai
memahat dua patung paling terkenal di semua sejarah Pieta dan David. Sekarang kita
mengenalnya sebagai Michelangelo raksasa kreatif yang terkadang dipanggil sebagai
pemberian terbesar Medici bagi umat manusia.
Mempertimbangkan passion seni Medici, Langdon membayangkan keluarga akan
senang untuk mengetahui bahwa bangunan di hadapannya sebenarnya dibangun sebagai
kandang kuda utama Medici telah diubah menjadi Institut Seni yang hidup. Situs damai ini
yang sekarang menginspirasi seniman-seniman muda yang secara spesifik memilih kandang
kuda Medici karena jaraknya yang dekat dengan area berkendara paling indah di seluruh
Florence.
Taman Boboli.
Langdon melihat ke sisi kiri, di mana puncak pohon hutan dapat dilihat melalui tembok
tinggi. Bentangan Taman Boboli sekarang menjadi daya tarik turis yang populer. Langdon
sedikit ragu bahwa jika dia dan Sienna dapat mencapai pintu masuk taman, mereka dapat
menyeberanginya, melalui Porta Romana tanpa terdeteksi. Lagipula, taman itu sangat luas dan
banyak tempat persembunyian hutan, labirin, gua buatan, patung dewi. Lebih penting,
melintasi Taman Boboli akan membawa mereka ke Palazzo Pitti, benteng batu yang ditempati
singgasana bangsawan Medici, dan yang 140 kamarnya tetap menjadi salah satu daya tarik
yang paling banyak bagi turis Florence.
Jika kita dapat mencapai Palazzo Piti, Langdon berpikir, jembatan ke kota tua hanya
selemparan batu saja.
Langdon bergerak setenang mungkin ke dinding tinggi yang menutup taman.
Bagaimana kita masuk ke dalam taman? dia bertanya. Aku akan menunjukkan pada adikku
sebelum kita mengunjungi institut.
Anak bertato menggelengkan kepalanya. Kamu tidak bisa masuk ke taman dari sini.
Pintu masuknya ada di Istana Pitti. Kamu perlu berkendara melalui Porta Romana dan
memutar.
Persetan, celetuk Sienna.
Tiap orang berbalik dan memandangnya, termasuk Langdon.
Ayolah, dia berkata, menyeringai dengan segan saat dia mengusap ekor kuda
pirangnya. Kalian memberitahu kita kalian tidak menyelinap ke taman untuk merokok dan
bermain-main?
Anak-anak itu saling tatap dan kemudian meledaklah tawa mereka.
Anak dengan tato sekarang terlihat berbicara dengan terpukul. Bu, Anda seharusnya
mengajar di sini. Dia mengajak Sienna ke sisi bangunan dan menunjuk ke sekitar sudut
belakang tempat parkir. Lihat gua buatan di bagian kiri? Ada sebuah tempat yang lebih tinggi
di belakangnya. Panjat atapnya, dan kalian dapat melompat turun di sisi lain dinding ini.

Sienna bergerak. Dia melirik pada Langdon dengan senyuman remeh. Ayolah, Kak
Bob. Kecuali kamu terlalu tua untuk melompati pagar?
BAB 22
WANITA BERAMBUT PERAK dalam van menyandarkan kepalanya ke jendela tahan
peluru dan menutup matanya. Dia merasa seperti dunia berputar di bawahnya. Obat yang
mereka berikan padanya membuatnya merasa sakit.
Aku perlu perhatian medis, dia berpikir.
Meski begitu, pengawal bersenjata di sebelahnya mendapat perintah yang ketat:
keinginannya diabaikan hingga tugas mereka telah dipenuhi dengan sukses. Dari suara
keributan di sekelilingnya, jelas bahwa tidak ada lagi waktu.
Kepusingan meningkat sekarang, dan dia mulai mengalami kesulitan bernafas. Saat dia
berjuang melawan aliran rasa mual, dia heran bagaimana kehidupan telah diatur untuk
mengirimnya pada persimpangan surealistik ini. Jawabannya terlalu kompleks untuk diuraikan
dalam kondisi hampir pingsannya saat ini, tapi dia yakin darimana ini bermula.
New York.
Dua tahun yang lalu.
Dia terbang ke Manhattan dari Jenewa, di mana dia mengabdi sebagai direktur Badan
Kesehatan Dunia (WHO), posisi bergengsi dan paling diinginkan yang telah dia pegang selama
hampir satu dekade. Spesialis dalam penyakit yang dapat dikomunikasikan dan epidemiologi
wabah, dia diundang PBB untuk menyampaikan sebuah ceramah evaluasi ancaman penyakit
pandemik di negara-negara dunia ketiga. Omongannya menggebu-gebu dan meyakinkan,
menggarisbawahi beberapa sistem deteksi dini dan rencana perawatan baru yang diciptakan
oleh WHO dan yang lainnya. Dia menerima standing ovation.
Mengikuti ceramahnya, saat dia di koridor berbicara dengan beberapa akademisi yang
terkait, pegawai PBB dengan lencana diplomatik tingkat tinggi melangkah mendekat dan
menyela pembicaraan.
Dr. Sinskey, kami baru saja dihubungi oleh Dewan Hubungan Luar Negeri. Ada
seseorang di sana yang akan berbicara pada Anda. Mobil menunggu di luar.
Bingung dan sedikit gugup, Dr. Elizabeth Sinskey meminta diri dan mengumpulkan
tasnya. Saat limosinnya meluncur di First Avenue, dia mulai merasakan gugup secara aneh.
Dewan Hubungan Luar Negeri?
Elizabeth Sinskey, seperti kebanyakan orang, telah mendengar rumor.
Didirikan pada 1920an sebagai tempat berpikir pribadi, Dewan itu memiliki
keanggotaan hampir setiap sekretaris negara, lebih dari setengah lusin presiden, mayoritas
kepala CIA, senator, hakim, dan juga legenda dinasti dengan nama seperti Morgan, Rothschild,
dan Rockefeller. Koleksi luar biasa anggotanya dalam hal kekuatan otak, pengaruh politik, dan
kekayaan yang diperoleh Dewan Hubungan Luar Negeri memberinya reputasi sebagai klub
pribadi paling berpengaruh di muka bumi.
Sebagai direktur WHO, Elizabeth tidak asing lagi untuk menggenggam pundak big boy.
Waktu menjabatnya yang lama di WHO, dikombinasikan dengan pembawaan terus terangnya,
telah memberinya sebuah anggukan dari mayor majalah berita yang memasukkannnya dalam
daftar dua puluh orang paling berpengaruh di dunia. Wajah Kesehatan Dunia, mereka tulis di
bawah fotonya, yang mana Elizabeth menemukan ironi mengingat dia seorang anak yang sakitsakitan.
Menderita asma akut pada usia enam tahun, dia telah dirawat dengan obat baru dosis
tinggi yang menjanjikan glukokortikoid pertama di dunia, atau hormon steroid yang telah

menyembuhkan gejala-gejala asmanya dalam model yang menakjubkan. Sayangnya, efek


samping yang takterantisipasi dari obat itu tidak muncul sampai bertahun kemudian ketika
Sinskey melalui pubertas dan bahkan siklus menstruasi yang tidak berkembang. Dia tidak
akan pernah melupakan momen gelap di kantor dokter, pada usia sembilan belas tahun, ketika
dia belajar bahwa kerusakan pada sistem reproduksinya bersifat permanen.
Elizabeth Sinskey tidak akan pernah dapat mempunyai anak.
Waktu akan mengobati kekosongan, dokternya meyakinkan, tapi kesedihan dan
kemarahan hanya bertumbuh di dalam dirinya. Dengan kejam, obat yang telah mencuri
kemampuannya untuk mengandung anak, gagal mencuri insting hewaninya untuk
melakukannya. Selama berpuluh-puluh tahun, dia melawan keinginannya untuk memenuhi
hasrat mustahil ini. Bahkan sekarang, pada usia enam puluh satu tahun, dia masih merasakan
tamparan kehampaan setiap kali dia melihat seorang ibu dengan bayinya.
Di depan, Dr. Sinskey, sopir limo memberitahu.
Elizabeth menyapu cepat rambut pirang ikal panjangnya dan mengecek wajahnya di
cermin. Sebelum dia mengetahuinya, mobil telah berhenti, dan sopirnya membantunya keluar
ke sisi jalan di sebuah wilayah kelas atas Manhattan.
Saya akan menunggu di sini untuk Anda, sopir itu berkata. Kita dapat melanjutkan
ke bandara ketika Anda siap.
Markas Dewan Hubungan Luar Negeri merupakan bangunan neoklasik sederhana di
sudut Taman dan 68th Street yang pernah menjadi rumah raja minyak Standard Oil.
Eksteriornya bercampur tanpa batas dengan pemandangan elegan di sekelilingnya, tidak
menawarkan petunjuk tentang tujuan uniknya.
Dr. Sinskey, seorang resepsionis wanita gemuk menyapanya. Silakan lewat sini.
Beliau menantikan Anda.
OK, tapi siapakah beliau? Dia mengikuti resepsionis menuruni koridor mewah ke
sebuah pintu tertutup, wanita itu mengetuk cepat sebelum membukanya dan mempersilakan
Elizabeth untuk masuk.
Dia masuk, dan pintu tertutup di belakangnya.
Ruang konferensi kecil dan gelap hanya diterangi oleh pijar layar video. Di depan layar,
siluet ramping dan sangat tinggi menghadapnya. Meskipun dia tidak dapat melihat wajahnya,
dia merasakan kekuatan di sini.
Dr. Sinskey, suara tajam lelaki itu. Terima kasih untuk bergabung dengan saya.
Aksen kental lelaki itu menyiratkan tanah asal Elizabeth Swiss atau mungkin Jerman.
Silakan duduk, dia berkata, mempersilakan pada sebuah kursi dekat bagian depan
ruangan.
Tanpa perkenalan? Elizabeth duduk. Gambar aneh yang diproyeksikan pada layar
video tidak bisa melakukan apa-apa untuk menenangkan urat syarafnya. Ada apa gerangan?
Saya berada di presentasimu pagi ini, ucap siluet itu. Saya datang dari jauh untuk
mendengarmu berbicara. Penampilan yang impresif.
Terima kasih, dia menjawab.
Bisa saya katakan Anda lebih cantik dari yang saya bayangkan disamping usiamu
dan pandangan kaburmu tentang kesehatan dunia.
Elizabeth merasakan rahangnya terjatuh. Komentar itu tidak sopan dalam berbagai hal.
Maaf? dia mendesak, menatap tajam ke kegelapan. Siapa kamu? Dan mengapa kamu
memanggilku ke sini?
Maafkan upaya humorku yang gagal, bayangan ramping itu menjawab. Gambar di
layar akan menjelaskan mengapa Anda di sini.
Sinskey mengamati gambar yang mengerikan sebuah lukisan yang menggambarkan
lautan manusia yang sangat luas, kerumunan orang-orang yang kesakitan, semuanya mendaki
satu sama lain dalam jalinan tubuh telanjang yang padat.

Artis besar Dore, lelaki itu memberitahu. Interpretasinya yang luar biasa suram
tentang pandangan neraka Dante Alighieri. Saya harap terlihat nyaman bagimu karena itulah
kemana kita akan menuju. Dia berhenti, melayang pelan kepadanya. Biarkan aku
memberitahumu mengapa.
Dia tetap bergerak ke arahnya, tampak tumbuh lebih tinggi dengan tiap langkah. Jika
aku mengambil selembar kertas ini dan merobeknya menjadi dua Dia berhenti di sebuah
meja, mengambil selembar kertas, dan menyobeknya keras menjadi dua. Dan kemudian jika
aku menempatkan kedua bagian di atas satu sama lain Dia menumpuk kedua bagian itu.
Dan kemudian jika aku mengulangi prosesnya Dia kembali merobek kertas,
menumpuknya. Aku menghasilkan setumpuk kertas yang sekarang ketebalannya empat kali
dari yang asli, benar? matanya tampak membara di kegelapan ruangan itu.
Elizabeth tidak menghargai nada merendahkan dan sikap agresifnya. Dia tidak berkata
apa-apa.
Secara hipotesis mengatakan, dia meneruskan, masih bergerak mendekat, jika
selembar kertas yang asli hanya mempunyai tebal seperspuluh milimeter, dan aku mengulangi
proses ini katakanlah, lima puluh kali tahukah kamu akan menjadi seberapa tebalkah
tumpukan ini?
Elizabeth meremang. Aku tahu, dia menjawab dengan lebih ketus daripada yang dia
niatkan. Itu akan menjadi sepersepuluh milimeter kali dua pangkat limapuluh. Itu disebut
progresi geometrik. Bolehkah aku bertanya apa yan aku lakukan di sini?
Lelaki itu menyeringai dan memberinya anggukan terkesan. Ya, dan dapatkah kamu
menebak nilai sebenarnya yang menyerupai itu? Sepersepuluh milimeter dikali dua pangkat
limapuluh kekuatan? Apakah kamu tahu menjadi setinggi apakah tumpukan kertas kita ini?
Dia berhenti hanya sejenak. Tumpukan kertas kita, setelah hanya lima puluh kali
penggandaan, sekarang mencapai hampir sepenuh jalan ke matahari.
Elizabeth tidak terkejut. Kekuatan dahshyat pertumbuhan geometrik merupakan
sesuatu yang dia tangani sepanjang waktu dalam pekerjaannya. Lingkaran kontaminasi
replikasi sel-sel yang terinfeksi perkiraan angka kematian. Aku minta maaf jika aku
tampak naif, dia berkata, tidak berusaha menyembunyikan rasa terganggunya. Tapi aku
melewatkan apa yang Anda maksud.
Maksudku? Dia tertawa kecil. Maksudku adalah bahwa sejarah pertumbuhan
populasi manusia kita bahkan lebih dramatis. Populasi bumi, seperti tumpukan kertas ini,
mempunyai awal yang sangat kecil tapi berdaya menggelisahkan.
Dia mondar-mandir lagi. Berdasarkan ini. Dibutuhkan ribuan tahun bagi populasi
bumi dari awal terciptanya manusia hingga ke awal 1800an untuk mencapai satu milyar
orang. Kemudian, secara mengejutkan, hanya dibutuhkan waktu sekitar seratus tahun untuk
melipatgandakan populasi menjadi dua milyar pada 1920an. Setelah itu, dibutuhkan hanya
lima puluh tahun bagi populasi untuk melipatgandakan lagi menjadi empat milyar pada 1970an.
Seperti yang dapat Anda bayangkan, kita berada di jalur untuk mencapai delapan milyar dalam
waktu singkat. Hari ini saja, ras manusia menambahkan seperempat milyar orang lain bagi
planet bumi. Seperempat milyar. Dan ini terjadi setiap hari hujan ataupun panas. Saat ini,
setiap tahun, kita menambahkan jumlah yang ekuivalen dengan seluruh negara Jerman.
Lelaki tinggi itu berhenti sebentar, mendekati Elizabeth. Berapa usiamu?
Pertanyaan kurang sopan lainnya, meskipun sebagai kepala WHO, dia terbiasa untuk
menangani antagonisme dengan diplomasi. Enam puluh satu.
Apakah kamu tahu jika kamu hidup sembilan belas tahun lagi, hingga usia delapan
puluh, kamu akan menyaksikan populasi akan tiga kali lipat sepanjang hidupmu. Satu masa
hidup sebuah lipat tiga. Pikirkan implikasinya. Seperti yang kamu ketahui, Badan Kesehatan
Duniamu kembali menaikkan ramalannya, memprediksikan akan ada sekitar sembilan milyar
orang di bumi sebelum pertengahan abad ini. Spesies hewan akan punah pada tingkat

percepatan dengan drastis. Tuntutan terhadap pasokan sumber daya alam meroket. Air bersih
menjadi makin sulit dan akan lebih sulit didapat. Dengan sejumlah dugaan biologis, spesies
kita melampaui jumlah yang dapat disokong. Dan di hadapan bencana ini, Badan Kesehatan
Dunia sebagai penjaga gerbang kesehatan planet berinvestasi pada hal-hal semacam
menyembuhkan diabetes, mengisi bank darah, melawan kanker. Dia berhenti sesaat, menatap
Elizabeth dengan langsung. Dan begitulah aku membawamu ke sini untuk bertanya padamu
langsung kenapa gerangan Badan Kesehatan Dunia tidak bernyali untuk berurusan langsung
dengan persoalan ini ?
Elizabeth mendidih sekarang. Siapapun kamu, kamu sangat tahu betul bahwa WHO
menangani overpopulasi dengan sangat serius. Saat ini kami menghabiskan jutaan dolar
mengirimkan dokter ke Afrika untuk mengirimkan kondom gratis dan mendidik orang-orang
di sana tentang pengendalian kelahiran.
Ah, ya! lelaki ceking itu mengolok. Dan bala tentara misionaris Katholik yang
bahkan jumlahnya lebih besar berbaris di hak sepatumu dan memberitahu orang-orang Afrika
bahwa jika mereka menggunakan kondom, mereka semua akan pergi ke neraka. Afrika
mempunyai sebuah permasalahan lingkungan yang baru sekarang banyaknya lahan yang
dibanjiri dengan kondom yang tidak digunakan.
Elizabeth menegang untuk menjaga lidahnya. Dia benar pada titik ini, dan bahkan
Katholik modern mulai menyerang balik campur tangan Vatikan dalam persoalan reproduksi.
Yang paling menonjol, Melinda Gates, seorang Katholik yang salih, dengan berani menaruh
risiko kemarahan gerejanya sendiri dengan menjanjikan 560 juta dolar untuk membantu
mengembangkan akses pada pengendalian kelahiran di seluruh dunia. Elizabeth Sinskey telah
melakukan rekaman berkali-kali mengatakan bahwa Bill dan Melinda Gates pantas
mendapatkan serangan meriam untuk semua yang telah mereka lakukan melalui organisai
mereka untuk mengembangkan kesehatan dunia. Sedihnya, satu-satunya institusi yang mampu
merundingkan kesucian bagaimanapun juga gagal melihat sisi Kristiani dari usaha mereka.
Dr. Sinskey, bayangan itu melanjutkan. Apa yang Badan Kesehatan Dunia gagal
untuk mengenali adalah bahwa hanya ada satu persoalan kesehatan global. Dia menunjuk lagi
pada gambar mengerikan di layar lautan kemanusiaan sekarat dan kusut. Dan ini dia. Dia
berhenti. Saya yakin Anda seorang ilmuwan, dan karena itu mungkin bukan seorang siswa
karya klasik atau ilmu seni, maka ijinkan saya menawarkan gambar lain yang mungkin
berbicara pada Anda dalam bahasa yang dapat dipahami dengan lebih baik.
Ruangan itu menjadi gelap untuk sejenak, dan layar segar kembali.
Gambar yang baru merupakan gambar yang Elizabeth telah lihat berkali-kali dan itu
selalu membawa perasaan seram yang tak terelakkan.
GRAFIK PERTUMBUHAN POPULASI DUNIA SEPANJANG SEJARAH
Kesunyian yang berat mengendap di dalam ruangan.
Ya, lelaki kurus itu akhirnya berkata. Teror sunyi merupakan sebuah respon yang
cocok untuk grafik ini. Melihatnya sedikit seperti menatap lampu depan lokomotif yang
mendekat. Perlahan, lelaki itu berbalik ke Elizabeth dan memberinya sebuah senyuman
merendahkan. Ada pertanyaan, Dr. Sinskey?
Hanya satu, dia menyerang balik. Apakah kamu membawaku ke sini untuk
menceramahiku atau untuk menghinaku?
Tidak keduanya. Suaranya berubah membujuk dengan seram. Aku membawamu ke
sini untuk bekerja denganmu. Aku tidak ragu Anda paham bahwa overpopulasi merupakan
sebuah persoalan kesehatan. Tapi apa yang aku takutkan Anda tidak pahami adalah bahwa itu
akan mempengaruhi banyak jiwa manusia. Di bawah tekanan overpopulasi, mereka yang tidak
pernah berpikir mencuri akan menjadi pencuri untuk memberi makan keluarga mereka. Mereka

yang tidak pernah berpikir membunuh akan membunuh untuk menyiapkan anak-anak mereka.
Semua dosa mematikan Dante ketamakan, keserakahan, pengkhianatan, pembunuhan, dan
sisanya akan mulai merembes naik ke permukaan kemanusiaan, dikuatkan oleh
kenyamanan kita yang menguap. Kita menghadapi sebuah perlawanan bagi jiwa manusia.
Aku seorang ahli biologi. Aku menyelamatkan kehidupan bukan jiwa.
Well, aku dapat meyakinkanmu bahwa menyelamatkan hidup akan menjadi semakin
sulit di tahun-tahun mendatang. Overpopulasi membiakkan jauh lebih dari ketidakpuasan
spiritual. Ada jalur di Machiavelli
Ya, dia menyela, menceritakan ingatannya pada kutipan terkenal. Ketika setiap
provinsi di dunia terlalu berlimpah dengan penghuninya maka mereka tidak dapat memperoleh
kebutuhan hidup dimanapun mereka dan mereka juga tidak dapat membuang diri mereka
sendiri ke suatu tempat dunia akan membersihkannya sendiri. Dia menatap lelaki itu.
Kami semua di WHO familiar dengan kutipan itu.
Bagus, jadi kamu tahu bahwa Machiavelli terus membicarakan tentang suatu wabah
sebagai jalan alami dunia untuk membersihkan diri.
Ya, dan seperti yang kusebutkan dalam pembicaraanku, kita semua sadar betul tentang
korelasi antara densitas populasi dan probabilitas epidemik dalam skala luas, tapi kami secara
konstan menciptakan deteksi dan metode perawatan baru. WHO tetap percaya diri bahwa kami
dapat mencegah pandemik di masa yang akan datang.
Sayang sekali.
Elizabeth menatap dalam ketidakpercayaan. Maaf?!
Dr. Sinskey, lelaki itu berkata dengan sebuah tawa yang aneh, Anda berbicara
tentang mengendalikan epidemik seolah-olah itu sebuah hal yang baik.
Dia ternganga pada lelaki itu dalam diam ketidakpercayaan.
Di sana kamu mendapatkannya, lelaki kurus itu menyatakan, terdengar seperti
pengacara mengistirahatkan kasusnya. Di sini aku berdiri dengan kepala Badan Kesehatan
Dunia yang terbaik yang WHO tawarkan. Pikiran yang dahsyat jika kamu
mempertimbangkannya. Aku telah memperlihatkan padamu gambar kesengsaraan yang sudah
dekat ini. Dia menyegarkan layar, kembali menampilkan gambar tubuh. Aku telah
mengingatkanmu tentang kekuatan luar biasa dari pertumbuhan populasi yang tidak
terbendung. Dia menunjuk pada tumpukan kecil kertasnya. Aku telah menerangimu tentang
fakta bahwa kita berada di tepi kebobrokan spiritual. Dia berhenti dan berbalik secara
langsung ke arahnya. Dan responmu? Kondom gratis di Afrika. Lelaki itu memberi tawa
mengejek. Ini seperti mengayunkan pemukul lalat pada asteroid yang mendekat. Bom waktu
tak lama lagi berdetik. Itu baru saja berlalu, dan tanpa ukuran drastis, matematika eksponensial
akan menjadi Tuhan barumu dan Dia adalah Tuhan yang penuh dendam. Dia akan
membawakanmu penglihatan neraka Dante tepat di luar Park Avenue massa rapat terendam
dalam kotorannya sendiri. Pilihan global yang diorkestrasi oleh Alam itu sendiri.
Begitukan? Elizabeth membentak. Jadi beritahu aku, dalam penglihatanmu tentang
masa depan yang dapat dipertahankan, apa populasi yang ideal bagi bumi? Nomor ajaib apa
bagi umat manusia agar dapat berharap untuk mempertahankannya sendiri secara tak tentu
dan dalam kenyamanan relatif?
Lelaki tinggi itu tersenyum, jelas mengapresiasi pertanyaan tersebut. Banyak ahli
biologi lingkungan ataupun ahli statistik akan memberitahumu bahwa kesempatan terbaik umat
manusia untuk bertahan hidup dalam jangka panjang berlangsung dengan populasi global
sekitar empat milyar.
Empat milyar? Elizabeth menyerang balik. Kita berada pada tujuh milyar sekarang,
jadi sedikit terlambat untuk itu.
Mata hijau lelaki tinggi itu menyiratkan api. Benarkah?

BAB 23
ROBERT LANGDON MENDARAT keras di tanah seperti spon tepat di dalam dinding
pertahanan Boboli Garden yang bersisi kayu berat dari selatan. Sienna mendarat di sisinya dan
berdiri, membersihkan dirinya dan mengamati sekelilingnya.
Mereka berdiri di sebuah tanah lapang lumut dan pakis di tepian hutan kecil. Dari sini,
Palazzo Pitti sepenuhnya kabur dari pandangan, dan Langdon merasakan mereka sekitar sama
jauhnya dari istana dengan mereka dapat mencapai taman ini. Setidaknya tidak ada pekerja
atau pelancong sejauh ini pada jam ini.
Langdon menatap sebuah jalan kecil yang terbuat dari peastone yang membelit lereng
gunung dengan anggun menuju hutan di hadapan mereka. Di titik dimana jalan itu menghilang
pada pepohonan, sebuah patung marmer dengan sempurna disituasikan untuk menerima mata.
Langdon tidak terkejut. Boboli Garden telah dinikmati talenta-talenta desain luar biasa
semacam Niccolo Tribolo, Giorgio Vassari, dan Bernardo Buontalenti harta intelektual dari
talenta estetik yang telah dikreasikan di kanvas seluas 111 acre ini sebuah maha karya yang
dapat dilalui dengan berjalan kaki.
Jika kita menuju timur laut, kita akan mencapai istana, Langdon berkata, menunjuk
jalan. Kita dapat berbaur di sana dengan para turis dan keluar tanpa terlihat. Aku menebak itu
akan buka jam sembilan.
Langdon menatap ke bawah untuk mengecek waktu tapi hanya melihat pergelangan
tangan telanjangnya di mana arloji Mickey Mouse miliknya pernah melingkar. Dia berharap
dengan hampa jika itu masih berada di rumah sakit dengan sisa pakaiannya dan dia akan dapat
mengambilnya.
Sienna menapakkan kakinya secara berlawanan arah. Robert, sebelum kita mengambil
langkah yang lain, aku ingin tahu kemana kita akan pergi. Apa yang telah kamu temukan di
belakang sana? Malebolge? Kamu bilang itu di luar urutan?
Langdon bergerak ke arah area berkayu di depan mereka. Mari keluar dari pandangan
dulu. Dia memimpinnya menuruni sebuah jalan yang melengkung ke sebuah ceruk yang
tertutup sebuah kamar, dalam bahasa arsitektur landscape di mana terdapat beberapa
bangku faux-bois dan air mancur kecil. Udara di bawah pohon tentunya lebih dingin.
Langdon mengambil proyektor dari sakunya dan mulai mengocoknya. Sienna,
siapapun yang menciptakan gambar digital ini tidak hanya menambahkan huruf pada pendosa
di Malebolge, tapi dia juga mengubah urutan dosa. Dia meloncat ke atas bangku, berdiri di
atas Sienna, dan mengarahkan proyektor ke bawah pada kakinya. Mappa dellInferno Botticelli
terpampang samar pada bangku datar di sisi Sienna.
Langdon bergerak ke tingkatan area paling bawah cerobong. Lihat huruf di sepuluh
parit Malebolge?
Sienna menemukannya di proyeksi dan membacanya dari atas ke bawah. Catrovacer.
Benar. Tak bermakna.
Tapi kemudian kamu menyadari kesepuluh parit telah diacak?
Lebih mudah dari itu, sebenarnya. Jika level ini adalah tumpukan sepuluh kartu,
tumpukan ini tidak banyak diacak. Setelah dipotong, kartu tetap dalam urutan yang benar, tapi
mereka mulai dengan kartu yang salah. Langdon menunjuk sepuluh parit Malebolge.
Berdasarkan tulisan Dante, level teratas kita harusnya penggoda yang dicambuk setan. Dan
dalam versi ini, penggoda menghilang ke bawah pada parit ketujuh.
Sienna mempelajari gambar yang sekarang mulai menghilang dan mengangguk. OK,
aku melihatnya. Parit pertama sekarang yang ketujuh.
Langdong mengantongi proyektor dan melompat ke bawah ke jalan. Dia meraih tongkat
kecil dan mulai menggoreskan huruf pada tanah yang menempel di jalan. Ini huruf yang
muncul dalam versi neraka yang termodifikasi kita.

C
A
T
R
O
V
A
C
E
R
Catrovacer, Sienna membaca.
Ya. Dan ini dimana tumpukan dipotong. Langdon sekarang menggambar garis di
bawah huruf ketujuh dan menunggu Sienna mempelajari karya tangannya.
C
A
T
R
O
V
A
C
E
R
OK, Sienna berkata cepat. Catrova. Cer.
Ya, dan untuk menempatkan kartu kembali pada urutannya, kita hanya memotong
tumpukan dan menempatkan yang bawah ke atas. Dua bagian bertukar tempat.
Sienna mengamati huruf-huruf itu. Cer. Catrova. Dia mengangkat bahu, terlihat tak
terkesan. Masih tak bermakna
Cer catrova, Langdon mengulangi. Setelah berhenti sesaat, dia mengatakan kata lagi,
menghilangkan jeda. Cercatrova. Akhirnya, dia mengatakannya dengan jeda di tengah.
Cerca trova.
Sienna terhenyak dan matanya menatap Langdon.
Ya, Langdon berkata dengan senyuman. Cerca trova.
Dua kata Italia cerca dan trova secara literal berarti cari dan temukan. Ketika
dikombinasikan dalam sebuah frase cerca trova mereka sama artinya dengan aforisme Injil
Cari dan kamu akan temukan.
Halusinasimu! Sienna berseru, kehabisan nafas. Wanita dengan kerudung! Dia terus
memberitahumu untuk mencari dan menemukan! Dia melompat. Robert, apakah kamu
menyadari apa artinya ini? Itu berarti kata-kata cerca trova telah ada dalam alam bawah
sadarmu! Tidakkah kamu lihat? Kamu pasti telah menerjemahkan frase ini sebelum kamu tiba
di rumah sakit! Kamu mungkin telah melihat gambar proyektor ini tapi terlupakan!
Dia benar, dia menyadari, menjadi begitu tergoda dalam menerjemahkan yang tidak
pernah terjadi padanya selama ini.
Robert, sebelumnya kamu bilang bahwa La Mappa menunjuk ke lokasi spesifik di
kota tua. Tapi aku masih tidak paham di mana.
Cerca trova sama sekali tidak membunyikan bel bagimu?
Dia mengangkat bahu.
Langdon tersenyum dalam hati. Akhirnya, sesuatu yang Sienna tidak ketahui. Frase
ini dengan sangat spesifik menunjuk pada sebuah mural terkenal yang tergantung di Palazzo

Vecchio Battaglia di Marciano karya Giorgio Vasari di Hall Lima Ratus. Di dekat bagian
atas lukisan, bisa dilihat dengan mata telanjang, Vasari melukis kata cerca trova dalam huruf
yang kecil. Banyak teori muncul tentang mengapa dia melakukan ini, tapi tidak ada bukti
konklusif yang pernah ditemukan.
Dengungan bernada tinggi dari sebuah pesawat terbang kecil tiba-tiba berdesir di atas
kepala, melintas masuk dan keluar entah dari mana dan meluncur di kanopi berkayu tepat di
atas mereka. Suaranya sangat dekat, dan Langdon serta Sienna membeku saat pesawat itu
melintas.
Ketika pesawat terbang menjauh, Langdon menatapnya tajam melalui pepohonan.
Helikopter mainan, dia berkata, menghela nafas saat dia melihat helikopter radio kontrol
dengan panjang tiga kaki menepi di kejauhan. Itu terdengar seperti seekor nyamuk raksasa yang
sedang marah.
Meskipun begitu, Sienna masih terlihat waspada. Merunduk.
Cukup pasti, helikopter kecil menepi dengan penuh dan sekarang kembali lagi,
meluncur di pucuk pohon, melewati mereka lagi, kali ini di sisi kiri mereka di atas area lapang
yang lain.
Itu bukan mainan, Sienna berbisik. Itu reconnaissance drone. Mungkin mempunyai
video kamera di atasnya mengirimkan gambar langsung ke seseorang.
Rahang Langdon mengeras saat dia melihat helikopter melintas ke arah dari mana dia
muncul Porta Romana dan Institut Seni.
Aku tidak tahu apa yang kamu lakukan, Sienna berkata, tapi beberapa orang
berkuasa dengan jelas sangat antusias untuk menemukanmu.
Helikopter menepi kembali dan mulai melewati pelan sepanjang perimeter dinding
yang baru saja mereka lompati.
Seseorang di Institut Seni pasti melihat kita dan mengatakan sesuatu, Sienna berkata,
memimpin menuruni jalan. Kita hendaknya segera pergi dari sini. Sekarang.
Saat drone itu mendengung menjauh ke ujung jauh taman, Langdon menggunakan
kakinya untuk menghapus huruf yang dia tulis di jalan dan kemudian bersegera mengejar
Sienna. Pikirannya berputar-putar dengan pikiran cerca trova, muraul Giorgio Vasari, seperti
halnya dengan pembeberan Sienna bahwa Langdon pasti telah memecahkan pesan proyektor.
Cari dan kamu akan temukan.
Tiba-tiba, tepat saat mereka memasuki area lapang kedua, pikiran yang menakjubkan
memukul Langdon. Dia berhenti di jalan berkayu, kebingungan tampak di wajahnya.
Sienna ikut berhenti. Robert? Apa itu?!
Aku tidak bersalah, dia menyatakan.
Apa yang kamu katakan?
Orang-orang mengejarku aku anggap itu karena aku telah melakukan sesuatu yang
mengerikan.
Ya, di rumah sakit kamu terus mengulang very sorry
Aku tahu. Tapi aku pikir aku berbicara bahasa Inggris!
Mata biru Langdon sekarang dipenuhi dengan kegembiraan. Sienna, ketika aku terus
mengatakan very sorry, aku tidak meminta maaf. Aku menggumam tentang pesan rahasia di
mural Palazzo Vecchio! Dia masih dapat mendengar rekaman suara igauannya sendiri. Ve
sorry. Ve sorry.
Sienna terlihat bingung.
Tidakkah kamu lihat?! Langdon tersenyum lebar sekarang. Aku tidak mengatakan
very sorry, very sorry. Aku mengatakan nama seniman Va sari, Vasari!

BAB 24
VAYENTHA MENEKAN rem keras.
Sepeda motornya menukik, mendecit keras saat meninggalkan tanda selip di Viale del
Poggio Imperiale, akhirnya tiba di pemberhentian mendadak di belakang arus kemacetan yang
tak terduga. Viale del Poggio macet total.
Aku tidak punya waktu untuk ini!
Vayentha menjulurkan lehernya melalui mobil-mobil, berusaha untuk melihat apa yang
menyebabkan penghadangan. Dia telah dipaksa untuk mengemudi di lingkaran luas untuk
menghindari tim SRS dan semua kekeacauan di gedung apartemen, dan sekarang dia perlu
menuju kota tua untuk membersihkan kamar hotel dimana dia menetap untuk beberapa hari
terakhir dari misi ini.
Aku telah ditolak aku perlu segera keluar dari kota!
Meskipun begitu rangkaian peruntungannya yang buruk terus berlanjut. Rute yang dia
pilih menuju kota tua diblokir. Tidak ingin menunggu, Vayentha mematikan mesin sepedanya
di salah satu sisi lalu lintas dan melaju di sepanjang jalur sempit kemacetan hingga dia dapat
melihat persimpangan. Di depan sana sebuah bundaran yang macet dimana enam jalan utama
bertemu. Ini adalah Porta Romana salah satu persimipangan paling macet di Florence
gerbang menuju kota tua.
Apa gerangan yang sedang terjadi di sini?!
Vayentha sekarang melihat bahwa seluruh area dipenuhi polisi blokade jalan atau
checkpoint untuk hal tertentu. Sesaat kemudian, dia melihat sesuatu di pusat aksi yang
membuatnya heran van hitam yang familiar dengan beberapa agen berseragam hitam
meneriakkan perintah pada pihak berwenang lokal.
Orang-rang ini, tanpa diragukan lagi, adalah anggota tim SRS, dan Vayentha tidak
dapat membayangkan apa yang sedang mereka lakukan di sini.
Kecuali
Vayentha menelan ludah, jarang sekali berani membayangkan kemungkinannya.
Apakah Langdon juga menghindar dari Bruder? Tampak tak dapat terpikirkan, peluang kabur
telah mendekati nol. Kemudian lagi, Langdon tidak bekerja sendiri, dan Vayentha telah
mengalami sebagai pihak pertama bagaimana bisa berdayagunanya wanita pirang itu.
Di dekatnya, seorang petugas polisi muncul, berjalan dari mobil ke mobil,
menunjukkan foto seorang lelaki tampan dengan rambut cokelat tebal. Vayentha dengan cepat
mengenali foto tersebut sebagai press shot Robert Langdon. Hatinya melambung.
Bruder kehilangan dirinya
Langdon masih beraksi!
Ahli strategi berpengalaman, Vayentha dengan segera mulai menilai bagaimana
perkembangan hal ini mengubah situasinya.
Opsi satu kabur saat dibutuhkan.
Vayentha telah meledakkan job kritis untuk provost dan telah ditolak karenanya. Jika
dia beruntung, dia akan menghadapi penyelidikan formal dan kemungkinan terminasi karir.
Meskipun begitu, jika dia tidak beruntung dan menyepelekan kekerasan pimpinannya, dia
mungkin menghabiskan sisa hidupnya melihat ke belakang dan berharap jika Consortium
mengendap-endap di luar pandangan.
Ada opsi kedua sekarang.
Selesaikan misimu.
Bertahan dalam tugas dengan perlawanan langsung terhadap protokol penolakannya,
dan bahkan dengan Langdon masih dalam pelarian, Vayentha sekarang mempunyai peluang
untuk melanjutkan dengan arahan aslinya.

Jika Bruder gagal untuk menangkap Langdon, dia pikir, denyut nadinya menjadi lebih
cepat. Dan jika aku berhasil
Vayentha tahu itu sebuah tembakan panjang, tapi jika Langdon mengatur untuk
menghindari Bruder sepenuhnya, dan jika Vayentha dapat tetap melangkah dan menyelesaikan
pekerjaan, dia dengan seorang diri akan menyelamatkan hari untuk Consortium, dan provost
tidak akan mempunyai pilihan selain menjadi permisif.
Aku akan menjaga pekerjaanku, pikirnya. Mungkin bahkan akan dipromosikan.
Dalam sekejap, Vayentha menyadari bahwa seluruh masa depan sekarang berkisar
seputar sebuah situasi kritis. Aku harus menemukan Langdon sebelum Bruder.
Itu tak akan mudah. Bruder berada pada disposisi kekuatan tak berakhirnya seperti
halnya deretan luas kemajuan teknologi pengnintaian. Vayentha bekerja sendiri. Meskipun
begitu dia memiliki sehelai informasi yang tidak dimiliki Bruder, provost, dan polisi.
Aku mempunyai ide yang sangat bagus kemana Langdon akan pergi.
Memacu gas BMW-nya, dia memutarnya 180 derajat dan mengarah kembali ke jalan
dia datang. Ponte alle Grazie, pikirnya, melukiskan jembatan ke utara. Ada lebih dari satu rute
menuju kota tua.
BAB 25
BUKAN SEBUAH PERMINTAAN MAAF, pikir Langdon. Sebuah nama seniman.
Vasari, Sienna tergagap, mengambil langkah mundur ke jalan. Seniman yang
menyembunyikan kata-kata cerca trova dalam muralnya.
Langdon tidak dapat membantu selain tersenyum. Vasari. Vasari. Sebagai tambahan
untuk menumpahkan seberkas cahaya pada situasi sulit anehnya, pembeberan ini juga berarti
Langdon tak akan lagi menerka-nerka hal mengerikan apa yang telah dia lakukan untuk apa
dia perlu mengatakan sangat meminta maaf.
Robert, kamu dengan jelas pernah melihat gambar Botticelli di proyektor sebelum
kamu terluka, dan kamu tahu itu mengandung sebuah kode yang menunjuk pada mural Vasari.
Itulah kenapa kamu terbangun dan tetap mengulang nama Vasari!
Langdon mencoba mengkalkulasi apa arti semua ini. Giorgio Vasari seniman, arsitek
dan penulis abad keenambelas merupakan seseorang yang sering Langdon sebut sebagai
sejarawan seni pertama dunia. Di samping ratusan lukisan yang diciptakan Vasari, dan
lusinan bangunan yang dia desain, warisan paling abadinya adalah buku seminalnya, Lives of
The Most Excellent Painters, Sculptors, and Architects, sebuah koleksi biografi seniman Italia,
yang sekarang tetap dibutuhkan untuk dibaca oleh siswa sejarah seni.
Kata cerca trova yang diletakkan Vasari kembali dalam kebingungan utama tentang
tiga puluh tahun yang lalu ketika pesan rahasia miliknya ditemukan terpampang tinggi di
muralnya di Hall Lima Ratus di Palazzo Vecchio. Huruf-huruf mungil muncul pada bendera
perang berwarna hijau, jelas terlihat diantara kekacauan suasana perang. Sementara
kesepakatan yang belum tercapai adalah mengapa Vasari menambahkan pesan aneh ini pada
muralnya, teori yang ada adalah bahwa itu merupakan sebuah petunjuk bagi generasi yang akan
datang mengenai keberadaan fresko Leonardo da Vinci yang hilang tersembunyi dalam jeda
tiga sentimeter di belakang dinding itu.
Sienna menatap melalui pohon dengan gugup. Masih ada satu hal yang belum
kupahami. Jika kamu tidak mengatakan very sorry, very sorry kemudian kenapa orangorang berusaha membunuhmu?
Langdon juga menanyakan hal yang sama.
Dengungan drone pengintai di kejauhan semakin keras lagi, dan Langdon tahu tiba
waktunya untuk sebuah keputusan. Dia gagal untuk me lihat bagaimana Battaglia di Marciano

karya Vasari mungkin berkaitan dengan Inferno karya Dante, atau luka tembak yang dia
dapatkan malam sebelumnya, dan akhirnya dia melihat jalan nyata di hadapannya.
Cerca trova.
Cari dan temukan.
Langdon kembali wanita berambut perak memanggilnya dari seberang sungai. Waktu
hampir habis! Jika itu jawabannya, Langdon merasa, mereka akan berada di Palazzo Vecchio.
Dia sekarang teingat dengan sebuah pepatah kuno dari penyelam Yunani awal yang
memburu lobster dalam gua karang Pulau Aegean. Ketika berenang menuju terowongan gelap,
akan muncul sebuah titik tak bisa kembali ketika kamu tak lagi punya cukup nafas untuk
kembali. Pilihanmu hanyalah berenang terus menuju ketidaktahuan dan berdoa untuk
sebuah jalan keluar.
Langdon mengira jika mereka telah emncapai titik itu.
Dia mengamati labirin jalan taman dihadapan mereka. Jika dia dan Sienna dapat
mencapai Pitti Palace dan keluar dari taman, kemudian kota tua hanya beberapa langkah di
seberang jembatan paling terkenal di dunia Ponte Vecchio. Itu selalu ramai dan akan
menyediakan perlindungan yang bagus. Dari sana, Palazzo Vecchio hanya beberapa blok
jauhnya.
Drone berdengung lebih dekat sekarang, dan Langdon merasa untuk sesaat diliputi
kelelahan. Kenyataaan bahwa dia tidak mengatakan very sorry membuatnya merasakan
berselisih tentang lari dari polisi.
Pada akhirnya, mereka akan menangkapku, Sienna, ujar Langdon. Mungkin lebih
baik bagiku untuk berhenti lari.
Sienna melihatnya dengan waspada. Robert, tiap kali kamu berhenti, seseorang mulai
menembakimu! Kamu perlu menemukan apa yang melibatkanmu. Kamu perlu melihat pada
mural Vasari itu dan berharap itu mengguncangkan ingatanmu. Mungkin itu akan
membantumu mempelajari di mana proyektor ini berasal dan mengapa kamu membawanya.
Langdon menggambarkan wanita berambut cepak yang dengan dingin membunuh Dr.
Marconi tentara yang menembaki mereka polisi militer Italia yang berkumpul di Porta
Romana dan sekarang drone pengintai melacak mereka melalui Boboli garden. Dia terdiam,
meremas mata lelahnya saat dia mempertimbangkan opsinya.
Robert? Suara Sienna meningkat. Ada satu hal lain sesuatu yang tampak tak
penting, tapi sekarang mungkin penting.
Langdon mengangkat matanya, bereaksi pada keseriusan nadanya.
Aku bermaksud untuk memberitahumu di apartemen, ujarnya, tapi
Apa itu?
Sienna mengerutkan bibirnya, terlihat tak nyaman. Ketika kamu tiba di rumah sakit,
kamu hampir pingsan dan mencoba berkomunikasi.
Ya, ucap Langdon, meracau Vasari, Vasari.
Ya, tapi sebelum itu sebelum kami melengeluarkan perekam, sesaat setelah kamu
tiba, kamu mengatakan satu hal lain yang aku ingat. Kamu hanya mengatakannya sekali, tapi
aku positif bahwa aku paham.
Apa yang aku katakan?
Sienna melirik ke atas ke arah drone dan kemudian kembali lagi pada Langdon. Kamu
mengatakan, Aku memegang kunci untuk menemukannya jika aku gagal, maka semuanya
mati.
Langdon hanya bisa menatap.
Sienna melanjutkan. Aku pikir kamu menyebutkan objek dalam saku jasmu, tapi
sekarang aku tidak begitu yakin.
Jika aku gagal, maka semuanya mati? Kata-kata itu memukul Langdon dengan keras.
Gambar kematian berkedip menghantui di depannya inferno Dante, simbol biohazard,

dokter plague. Belum lagi, wajah cantik wanita berambut perak memohon padanya di seberang
sungai semerah darah. Ccari dan temukan! Waktu hampir habis!
Suara Sienna menariknya kembali. Apapun yang akhirnya ditunjuk oleh proyektor ini
atau apapun yang kamu usahakan untuk temukan, itu pasti sesuatu yang sangat berbahaya.
Fakta bahwa orang-orang berusaha membunuh kita Suaranya sedikit pecah, dan dia butuh
waktu untuk mengumpulkannya. Pikirkan tentang itu. Mereka hanya menembakmu pada
siang hari yang cerah menembakku seorang saksi mata yang tak bersalah. Tak seorangpun
terlihat untuk bernegosiasi. Pemerintahmu sendiri berbalik padamu kamu menghubungi
mereka untuk minta tolong, dan mereka mengirimka seseorang untuk membunuhmu.
Langdon menatap kosong ke tanah. Apakah Konsulat Amerika telah membagikan
lokasi Langdon dengan pembunuh, atau apakah konsulat itu sendiri yang telah mengirimkan
pembunuh, tidak berhubungan. Hasilnya sama. Pemerintahku sendiri tidak berada di sisiku.
Langdon melihat ke mata coklat Sienna dan melihat keberanian di sana. Apa yang telah
mebuatnya terlibat? Aku harap aku tahu apa yang kita cari. Itu akan membantu menempatkan
semua ini menuju suatu sudut pandang.
Sienna mengangguk. Apapun itu, aku pikir kita perlu menemukannya. Setidaknya itu
akan memberi kita pengaruh.
Logika Sienna susah untuk membantah. Langdon masih merasakan sesuatu
mengusiknya. Jika aku gagal, maka semuanya mati. Sepanjang pagi dia berlari melawan
simbol mengerikan biohazard, plague, dan neraka Dante. Dapat diakui, dia tidak mempunyai
bukti nyata tentang apa yang dia cari, tapi dia naif jika tidak mempertimbangkan setidaknya
kemungkinan bahwa situasi ini melibatkan penyakit mematikan atau ancaman biologis
berskala besar. Tapi jika ini benar, mengapa pemerintahnya sendiri berusaha
menyingkirkannya?
Apakah mereka pikir bagaimanapun juga aku terlibat dalam sebuah serangan
potensial?
Tidak masuk akal sama sekali. Ada sesuatu lain yang terjadi di sini.
Langdon memikirkan lagi wanita berambut perak. Ada juga wanita dari
penglihatanku. Aku rasa aku perlu menemukannya.
Maka percayalah pada perasaanmu, ucap Sienna. Dalam kondisimu, kompas terbaik
yang kamu miliki adalah pikiran bawah sadarmu. Itu pskologi dasar jika keberanianmu
memberitahumu untuk mempercayai wanita itu, maka aku pikir kamu hendaknya melakukan
dengan tepat apa yang terus dia katakan padamu untuk dilakukan.
Cari dan temukan, mereka mengucap serempak.
Langdon menghela nafas, mengetahui jalurnya telah jelas.
Semua yang aku dapat lakukan adalah terus menyelami terowongan ini.
Dengan tekad yang kuat, dia berbalik dan melihat sekelilingnya, berusaha mendapatkan
arahnya. Jalan mana untuk keluar taman?
Mereka berdiri di bawah pohon di sisi lapangan yang terbuka lebar dimana beberapa
jalan menyimpang. Di kejauhan di sisi kiri mereka, Langdon melihat sebuah laguna berbentuk
elips dengan sebuah pulau kecil dihiasi dengan pohon lemon dan patung-patung. Isolotto,
pikirnya, mengenali patung terkenal Perseus di atas kuda yang terendam setengah badan
dikelilingi air.
Pitti Palace lewat situ, ucap Langdon, menunjuk ke timur, jauh dari Isolotto, menuju
jalan utama taman Viottolone, yang mengarah dari timur ke barat sepanjang seluruh panjang
taman. Viottolone selebar jalan dua arah dan dibatasi oleh barisan pohon cypress ramping
berusia empat ratus tahun.
Tidak ada pelindung, kata Sienna, mengamati jalan yang tak terkamuflase dan
bergerak naik pada drone yang memutar.

Kamu benar, ucap Langdon dengan seringai palsu. Itulah kenapa kita mengambil
terowongan di sampingnya.
Dia menunjuk lagi, kali ini ke pagar tanaman lebat yang bersebelahan dengan mulut
Viottolone. Dinding penghijauan lebat itu mempunyai sebuah lengkungan kecil yang terbuka
ke dalam. Di seberang celah, jalur kaki kecil merentang menuju kejauhan terowongan itu
berjalan paralel dengan Viottolone. Terowongan tersebut tertutup pada tiap sisinya oleh sebuah
tangkai holm oak yang terpangkas, yang dengan hati-hati dilatih sejak 1600an untuk
melengkung ke dalam menutupi jalan, ujungnya terjalin dan menyediakan tenda dedaunan.
Nama jalan itu, La Cerchiata secara literal melingkar atau menggelinding berasal dari
kanopi pohon yang melengkung menyerupai penopang tong atau cerchi.
Sienna bersegera menuju celah itu dan menatap tajam ke arah saluran yang teduh.
Dengan segera dia kembali pada Langdon dengan sebuah senyuman. Lebih baik.
Tanpa menghabiskan waktu, dia menyelinap melalui celah dan pergi tergesa-gesa di
antara pepohonan.
Langdon selalu menyebutkan La Cerchiata sebagai satu dari tempat paling damai di
Florence. Meskipun begitu, sekarang saat dia melihat Sienna menghilang ke dalam allee yang
menggelap, dia berpikir lagi tentang penyelam Yunani yang berenang menuju terowongan
karang dan berdoa merekan akan mencapai jalan keluar.
Dengan cepat Langdon mengucapkan doa kecilnya dan bersegera menyusulnya.
Setengah mil di belakang mereka, di luar Institut Seni, Agen Bruder melangkah melalui
kesibukan polisi dan pelajar, tatapan dinginnya membelah keramaian di depannya. Dia
melangkah menuju pos komando sementara di mana spesialis pengintainya bersiap di kap
mobil van hitamnya.
Dari drone aerial, ujar spesialis itu, menyerahkan sebuah layar tablet pada Bruder.
Diambil beberapa menit yang lalu.
Bruder memeriksa video, yang berhenti pada sebuah pembesaran kabur dua wajah
seorang lelaki berambut gelap dan seorang wanita pirang berekor kuda keduanya berhimpitan
di bayangan dan menatap ke langit melalui kanopi pohon.
Robert Langdon.
Sienna Brooks.
Tanpa keraguan.
Bruder mengalihkan perhatiannya pada peta Boboli Garden, yang terbentang di kap
mobil. Mereka membuat sebuah pilihan lemah, pikirnya, mengamati layout taman. Sementara
taman itu sangat luas dan berliku, dengan banyaknya tempat bersembunyi, taman itu juga
tampak dikelilingi di seluruh sisinya oleh tembok tinggi. Boboli Garden merupakan hal
terdekat dengan kotak pembunuh alami yang pernah Bruder lihat di lapangan.
Mereka tidak akan pernah keluar.
Pihak berwenang lokal menyegel semua pintu keluar, kata agen itu. Dan mulai
melakukan sweeping.
Terus informasikan padaku, ucap Bruder.
Perlahan, dia mengangkat matanya pada jendela van dari polikarbonat tebal, dari luar
dimana dia dapat melihat wanita berambut perak duduk di kursi belakang kendaraan.
Obat yang telah meraka berikan padanya dengan pasti telah menumpulkan perasanya
lebih dari yang Bruder bayangkan. Meski demikian, dia dapat memberitahu dengan pandangan
ketakutan dalam mata wanita itu bahwa dia masih memiliki pemahaman erat tentang apa yang
tepatnya sedang terjadi.
Dia tidak terlihat bahagia, pikir Bruder. Kemudian lagi, kenapa musti dia?

BAB 26
PUNCAK AIR menyembur dua puluh kaki di udara.
Langdon melihatnya jatuh dengan tenang kembali ke bumi dan tahu mereka semakin
dekat. Mereka telah mencapai ujung terowongan berdaun La Cerchiata dan berlari cepat
melintasi rerumputan terbuka menuju sekumpulan pohon gabus. Sekarang mereka melihat
semburan air mancur paling terkenal di Boboli karya Stoldo Lorenzi berupa Dewa Neptunus
dari perunggu yang menggenggam erat trisula bergigi tiga. Yang secara tidak sopan diketahui
oleh penduduk lokal sebagai Air Mancur Garpu, fitur air ini disebut sebagai titik pusat dari
taman tersebut.
Sienna berhenti di tepi rimbunan pohon dan menatap tajam ke atas melalui pohon. Aku
tidak melihat drone.
Langdon juga tak lagi mendengarnya, dan air mancur belum cukup keras.
Pasti perlu isi bahan bakar, kata Sienna. Ini kesempatan kita. Lewat mana?
Langdon memimpinnya ke kiri, dan mereka mulai menuruni lereng curam. Saat mereka
muncul dari pepohonan, Pitti Palace mulai terlihat.
Rumah kecil yang bagus, Sienna berbisik.
Meremehkan khas Medici, jaawabnya kecut.
Masih hampir seperempat mil jauhnya, batu bagian depan Pitti Palace mendominasi
pemandangan, terbentang ke kiri dan kanan mereka. Ekstrerior berhias batu menggembung
seperti di desa memberikan bangunan itu sebuah udara kewenangan yang keras yang lebih jauh
teraksenkan oleh pengulangan jendela tertutup dan celah beratap lengkung yang kuat. Secara
tradisional, istana resmi disituasikan di tanah tinggi sehingga setiap orang di taman dapat
melihat ke atas bukit pada bangunan tersebut. Meskipun begitu, Pitti Palace disituasikan dalam
sebuah lembah rendah di dekat Sungai Arno, yang berarti orang-orang di Boboli Garden
melihat ke bawah bukit pada istana itu.
Efek ini hanya lebih dramatis. Salah seorang arsitek mendeskripsikan istana itu muncul
terbangun oleh alam itu sendiri seolah-olah batu-batu padat di longsoran jatuh di tebing
yang panjang dan mendarat dalam sebuah tumpukan menyerupai barikade yang elegan di
bawah. Mengesampingkan posisinya yang kurang bertahan di tanah rendah, struktur batu padat
Pitti Palace begitu megah sehingga Napoleon pernah menggunakannya sebagai basis
pertahanan ketika berada di Florence.
Lihat, kata Sienna, menunjuk ke pintu terdekat istana itu. Berita bagus.
Langdon juga melihatnya. Pada pagi yang aneh ini, pandangan yang paling menyambut
tidak hanya istana itu sendiri, tapi para pelancong mengalir keluar dari bangunan menuju taman
yang lebih rendah. Istana buka, yang berarti bahwa Langdon dan Sienna tidak mempunyai
masalah menyelinap ke dalam dan melintasi bangunan utnuk kabur dari taman. Saat di luar
istana, Langdon tahu mereka akan melihat Sungai Arno di sisi kanan mereka, dan di luar itu,
puncak menara dari kota tua.
Dia dan Sienna terus bergerak, setengah berlari sekarang menuruni tanggul yang curam.
Saat mereka menurun, mereka melewati Amphitheater Boboli situs tempat pertunjukan opera
yang paling pertama dalam sejarah yang terbentang menyerupai sebuah tapal kuda di sisi
bukit. Di luar itu, mereka melintasi obelisk Ramses II dan potongan seni yang kurang
beruntung yang berada di dasarnya. Buku petunjuk menyebutkan potongan itu sebagai
baskom batu kolosal dari Tempat Mandi Romawi Caracalla, tapi Langdon selalu melihatnya
untuk hal itu sebenarnya bathtub terbesar di dunia. Mereka benar-benar perlu meletakkannya
di tempat lain.
Mereka akhirnya mencapai belakang istana dan melambat menjadi berjalan tenang,
berbaur secara tidak menyolok dengan turis-turis pertama pada hari itu. Bergerak melawan

arus, mereka menuruni sebuah lorong sempit menuju cortile, halaman dalam dimana
pengunjung dapat duduk menikmati espresso pagi di kafe temporer istana. Aroma kopi segar
memenuhi udara, dan Langdon merasa keinginan mendadak untuk duduk dan menikmati
sarapan yang membudaya. Hari ini bukan saatnya, pikirnya saat mereka bergegas, memasuki
jalan batu yang lebar yang membawanya ke arah pintu utama istana.
Saat mereka mendekati pintu, Langdon dan Sienna bertabrakan dengan kemacetan lama
dari para turis yang sepertinya berkumpul di portico untuk mengamati sesuatu di luar. Langdon
melihat melalui kerumunan ke area di depan istana.
Jalan masuk utama Pitti seingatnya terbuka dan tak bersahabat. Daripada taman dan
landscape yang terpelihara, halaman depan merupakan bentangan aspal yang sangat luas yang
membentang melalui seluruh sisi bukit, turun ke Via dei Guicciardini seperti sebuah lereng ski
beraspal padat.
Di bawah bukit, Langdon sekarang melihat alasan dari kerumunan penonton.
Di bawah Piazza dei Pitti, setengah lusin mobil polisi mengalir masuk dari semua arah.
Sekelompok kecil petugas bersenjata maju ke atas bukit, mengokang senjata mereka dan
mengamankan bagian depan istana.
BAB 27
SAAT POLISI memasuki Pitti Palace, Sienna dan Langdon telah bergerak, membalikkan
langkahnya melalui interior istana dan menjauh dari polisi yang datang. Mereka bergegas
melalui cortile dan melewati kafe, dimana dengungan menyebar, para pelancong menghambat
berusaha menemukan sumber keributan.
Sienna heran pihak berwenang telah menemukan mereka dengan begitu cepat. Drone
tadi menghilang karena telah menemukan mereka.
Dia dan Langdon menemukan lorong sempit yang sama dengan lorong yang mereka
turuni dari taman dan tanpa keraguan kembali ke jalanan dan masuk ke tangga. Ujung tangga
berada di kiri di sepanjang tembok pertahanan yang tinggi. Saat mereka berlari sepanjang
tembok, di sisi mereka terlihat semakin pendek, hingga akhirnya mereka dapat melihat
melaluinya menuju bentangan Boboli Garden yang sangat luas.
Langdon dengan cepat meraih lengan Sienna dan mengayunkannya ke belakang,
menghindar dari pandangan di belakang tembok pertahanan. Sienna juga telah melihatnya.
Sejauh tiga ratus yard, di lereng di atas amphitheater, sekelompok polisi turun, mencari
perkembangan, menanyai para turis, berkoordinasi dengan satu sama lain pada radio di tangan.
Kita terjebak!
Sienna tidak pernah membayangkan, ketika dia dan Langdon pertama bertemu, akan
membawa mereka ke sini. Ini lebih dari yang bisa kutawar. Ketika Sienna meninggalkan
rumah sakit dengan Langdon, dia pikir mereka kabur dari seorang wanita berambut cepak yang
bersenjata. Sekarang mereka lari dari seluruh tim militer dan pihak berwenang Italia. Peluang
mereka untuk kabur, dia sekarang menyadari, hampir nol.
Adakah jalan keluar yang lain? tuntut Sienna, kehabisan nafas.
Aku pikir tidak, ucap Langdon. Taman ini adalah sebuah kota bertembok, sama
seperti Dia mendadak berhenti, berbalik dan melihat ke timur. Sama seperti Vatikan.
Kilatan harapan yang aneh berkedip di wajahnya.
Sienna tidak mempunyai ide apa yang dilakukan Vatikan dengan situasi sulit yang
sedang terjadi, tapi Langdon tiba-tiba mulai mengangguk, menatap ke timur sepanjang bagian
belakang istana.
Perlu waktu lama, ucapnya, bergegas mengajak Sienna bersamanya sekarang. Tapi
mungkin ada jalan berbeda untuk keluar dari sini.

Dua sosok tiba-tiba muncul di hadapan mereka, mengitari sudut tembok pertahanan,
hampir menabrak Sienna dan Langdon. Kedua sosok itu mengenakan pakaian serba hitam, dan
untuk ketakutan sesaat, Sienna pikir mereka tentara yang dia jumpai di gedung apartemen. Saat
mereka melintas, Sienna lihat mereka hanyalah turis orang Italia, tebaknya, dari semua kulit
hitam yang stylish.
Mempunyai ide, Sienna menangkap salah satu lengan turis itu dan tersenyum ke
arahnya seramah mungkin. Puo dirci dove la Galleria del costume? tanyanya dalam bahasa
Italia yang cepat, meminta arah ke galeri kostum yang terkenal di istana itu. Io e mio fratello
siamo in ritardi per una visita privata. Aku dan kakakku terlambat untuk sebuah tur pribadi.
Certo! Lelaki itu tersenyum lebar pada keduanya, terlihat berusaha membantu.
Proseguite dritto per il sentiero! Dia berbalik dan menunjuk ke barat, sepanjang tembok
pertahanan, secara langsung menjauh dari apa yang Langdon lihat.
Molte grazie! Pekik Sienna dengan senyuman lain saat kedua lelaki itu beranjak
pergi.
Langdon memberikan anggukan terkesan pada Sienna, tampak memahami motifnya.
Jika polisi mulai menanyai turis, mereka akan mendengar bahwa Langdon dan Sienna
mengarah ke galeri kostum, yang mana, berdasarkan peta di dinding di hadapan mereka, berada
jauh di ujung barat istana sejauh mungkin dari arah yang mereka tuju.
Kita perlu mencapai jalan di sana, kata Langdon, bergerak menyeberangi plaza
terbuka menuju sebuah jalur pejalan kaki yang menuruni bukit lainnya, menjauh dari istana.
Jalan dari peastone itu terlinding di sisi bukit oleh pagar hidup yang padat, menyediakan
banyak perlindungan dari pihak berwenang yang sekarang menuruni bukit, hanya sejauh
seratus yard.
Sienna mengkalkulasi peluang mereka untuk menyeberangi area terbuka menuju jalan
yang terlindung sangatlah kecil. Para turis berkumpul di sana, melihat polisi dengan rasa ingin
tahu. Petikan teredam drone menjadi terdengar lagi, mendekat dari kejauhan.
Sekarang atau tidak sama sekali, ucap Langdon, meraih tangan Sienna dan
menariknya bersamanya menuju plaza terbuka, di mana mereka mulai kehabisan nafas melalui
kerumunan turis yang berkumupul. Sienna melawan keinginan untuk berlari, tapi Langdon
memegangnya erat, berjalan dengan cepat tapi tenang melalui kerumunan orang.
Ketika mereka akhirnya mencapai awal jalur, Sienna melihat ke belakang untuk melihat
jika mereka telah terdeteksi. Petugas polisi yang terlihat semuanya menghadap ke arah yang
berbeda, mata mereka menatap ke langit ke arah drone yang datang.
Sienna menghadap ke depan dan bergegas menuruni jalur bersama Langdon.
Di hadapan mereka sekarang, kaki langit Florence lama menonjol di atas pepohonan,
terlihat langsung di kejauhan. Sienna melihat cupola merah Duomo dan hijau, merah dan putih
ujung menara lonceng Giotto. Untuk sekejap, dia juga dapat menangkap ujung menara Palazzo
Vecchio tujuan mereka yang terlihat tidak mungkin tapi saat mereka menuruni jalanan,
dinding perimeter tinggi menghalangi pandangan, mengurung mereka lagi.
Ketika mereka mencapai bagian bawah bukit, Sienna kehabisan nafas dan berharap jika
Langdon memiliki ide kemana mereka pergi. Jalur itu mengarah langsung menuju taman
labirin, tapi Langdon dengan percaya diri berbelok ke kiri menuju teras kerikil yang luas, dia
menyusurinya, bertahan di belakang pagar tanaman dalam bayangan pohon yang
menggantung. Teras itu terabaikan, lebih seperti tempat parkir karyawan daripada sebuah area
turis.
Kemana kita pergi?! Sienna akhirnya bertanya, kehabisan nafas.
Hampir ke sana.
Hampir ke mana? Seluruh teras tertutup tembok yang setidaknya setinggi tiga lantai.
Satu-satunya jalan keluar yang dilihat Sienna hanyalah pintu keluar kendaraan di sebelah kkiri,
yang tersegel oleh jeruji besi tempa yang padat yang terlihat tidak terpakai semenjak saat istana

asli dalam perampokan senjata. Di luar barikade, Sienna dapat melihat polisi berkumpul di
Piazza dei Pitti.
Tetap di sepanjang perimeter vegetasi, Langdong terus maju, mengarah langsung ke
dinding di depannya. Sienna mencari adanya pintu yang terbuka, tapi yang dia lihat hanyalah
sebuah ceruk yang berisi patung paling tersembunyi yang pernah dia lihat.
Bagus Tuhan, Medici dapat mengusahakan karya seni apapun di bumi, dan mereka
memilih ini?
Patung di depannya menggambarkan kurcaci gemuk telanjang mengangkangi kurakura raksasa. Buah zakar kurcaci itu menempel di cangkang kura-kura, dan mulut kura-kura
itu meneteskan air, seolah-olah dia sakit.
Aku tahu, ujar Langdon, tanpa menghentikan langkah. Itu Braccio di Bartolo
kurcaci taman terkenal. Jika kamu bertanya padaku, mereka harusnya meletakkannya kembali
di bathtub raksasa.
Langdon berbelok tajam ke sisi kanannya, menuruni tangga yang tidak dapat Sienna
lihat hingga saat ini.
Jalan keluar?!
Kilasan harapan mulai timbul.
Saat dia memutari sudut dan mengarah turun ke tangga di belakang Langdon, dia
menyadari mereka berlari menuju jalan buntu sebuah kuldesak yang dindingnya dua kali
tinggi yang lain.
Lebih jauh, Sienna sekarang merasa bahwa perjalanan panjang mereka hampir
dihentikan di mulut celah gua sebuah gua dalam terukir di dinding belakang. Ini bukanlah
ke mana dia membawa kita!
Di atas jalan masuk gua yang menganga, stalaktit yang menyerupai pisau belati terlihat
samar seakan pertada buruk. Di celah bagian luar, merembes tonjolan geologis yang membelit
dan menetes menuruni dinding seolah-olah batunya meleleh berubah menjadi bentuk yang,
menurut kewaspadaan Sienna, seperti manusia terkubur setengah badan menekan dinding
seolah-olah dimakan oleh batu. Seluruh pandangan yang mengingatkan Sienna tentang sesuatu
dari Mappa dellInferno Botticelli.
Langdon, untuk suatu alasan, tampak tak terpengaruh, dan melanjutkan berlari
langsung ke arah jalan masuk gua. Dia di awal berkomentar tentang kota Vatikan, tapi Sienna
agak yakin disana tidak ada gua aneh didalam dinding Holy See.
Saat mereka tertarik lebih dekat, mata Sienna bergerak ke entablature yang melintang
di atas pintu masuk kompilasi seperti hantu dari stalaktit dan tekanan batu remang-remang
tampak menelan dua wanita yang sedang bersandar, yang bersebelahan dengan sebuah perisai
yang ditancapi dengan enam bola, atau palle, puncak ternama Medici.
Langdon mendadak memotong ke arah kirinya, menjauh dari pintu masuk dan menuju
sebuah tonjolan yang sebelumnya terlewatkan oleh Sienna pintu abu-abu kecil di sisi kiri
gua. Usang dan berkayu, muncul sedikit signifikan, seperti sebuah ruang penyimpanan atau
ruang persediaan landscaping.
Langdon menghambur ke pintu, tampak jelas berharap dia dapat membukanya, tapi
pintu itu tidak mempunyai gagang pintu hanya sebuah lubang kunci dari kuningan dan,
rupanya, hanya dapat dibuka dari dalam.
Sial! Mata Langdon sekarang bersinar dengan kecemasan, awal yang penuh
pengharapan kini hilang. Aku tadi berharap
Tanpa peringatan, dengungan nyaring drone menggema keras melalui dinding tinggi di
sekitar mereka. Sienna berbalik untuk melihat drone yang mengudara di atas istana dan sedang
menuju ke arah mereka.

Langdon juga melihatnya dengan jelas, karenanya dia meraih tangan Sienna dan berlari
menuju gua. Mereka keluar dari pandangan dalam sekejap di bawah stalaktit gua yang
menggantung.
Akhir yang pantas, pikir Sienna. Berlari melalui gerbang neraka.
BAB 28
SEPEREMPAT MIL di timur, Vayentha memarkir sepeda motornya. Dia telah melintas
menuju kota tua melalui Ponte alle Grazie dan kemudian memutar menuju Ponte Vecchio
jembatan pejalan kaki yang tersohor menghubungkan Pitti Palace ke kota tua. Setelah
mengunci helmnya ke motor, dia melangkah menuju jembatan dan berbaur dengan para
pelancong pagi hari.
Angin sepoi-sepoi bulan Maret berhembus dengan mantap di atas sungai, mengacak
rambut pendek spike-nya, mengingatkannya bahwa Langdon telah tahu seperti apa dia. Dia
berhenti di salah satu kedai dari begitu banyak pedagang kaki lima di jembatan dan membeli
sebuah topi baseball AMO FIRENZE, menariknya rendah menutupi wajahnya.
Dia meratakan baju kulitnya di atas tonjolan pistolnya dan mengambil posisi di dekat
pusat jembatan, bersandar dengan santai pada sebuah tiang dan menghadap Pitti Palace. Dari
sini dia dapat mengamati semua pejalan kaki yang melintasi Arni menuju jantung kota
Florence.
Langdon berjalan kaki, ucapnya pada dirinya sendiri. Jika dia menemukan jalan di
sekitar Porta Romana, jembatan ini adalah rute paling logisnya menuju kota tua.
Di barat, di arah Pitti Palace, dia dapat mendengar sirene dan bertanya-tanya apakah ini
berita baik atau buruk. Apakah mereka masih mencarinya? Atau sudahkah mereka
menangkapnya? Saar Vayentha merentangkan telinganya untuk beberapa indikasi tentang
yang sedang terjadi, suara baru tiba-tiba terdengar dengungan nyaring dari suatu tempat di
atas kepala. Matanya beralih secara insting ke langit, dan dia melihatnya helikopter remotekontrol kecil mengudara cepat di atas istana dan menukik turun melalui ujung pohon di arah
sudut timur laut Boboli Garden.
Drone pengintai, pikir Vayentha dengan lonjakan harapan. Jika itu di udara, Bruder
belum menemukan Langdon.
Drone itu mendekat cepat. Tampaknya memindai sudut timur laut taman, area paling
dekat ke Ponte Vecchio dan posisi Vayentha, yang memberinya tambahan desakan.
Jika Langdon menghidari Bruder, dia tentunya akan bergerak di arah ini.
Meskipun begitu, saat Vayentha melihat, drone itu tiba-tiba tenggelam dari pandangan
di belakkang dinding batu tinggi. Dia dapat mendengarnya melayang-layang di suatu tempat
di bawah garis pohon tampaknya mengetahui lokasi sesuatu yang menarik.
BAB 29
CARI DAN KAMU akan temukan, pikir Langdon, meringkuk di gua remang-remang dengan
Sienna. Kita mencari sebuah jalan keluar dan menemukan sebuah jalan buntu.
Air mancur yang tak berbentuk di pusat gua menawarkan penutup yang bagus, dan
belum lagi Langdon menatap dari belakangnya, dia merasakan kalau itu sudah terlambat.
Drone itu menyambar ke bawah menuju dinding kuldesak, berhenti dengan kasar di
luar gua, di mana sekarang berhenti melayang-layang, hanya sepuluh kaki di atas tanah,
menghadap gua, mendengung dengan intens seperti sejenis serangga yang sedang marah
menanti mangsanya.
Langdon menarik mundur dan membisikkan berita mengerikan pada Sienna. Aku pikir
dia tahu kita di sini.

Dengungan nyaring drone itu hampir memekakkan telinga di dalam gua, suara itu
terpantul dengan keras pada dinding batu. Langdon sulit percaya mereka menjadi sandera
sebuah miniatur helikopter mekanik, dan dia tahu bahwa mencoba lari darinya tidak akan
membuahkan hasil. Jadi apa yang kita lakukan sekarang? Hanya menunggu? Rencana aslinya
untuk mengakses apa yang terdapat di belakang pintu abu-abu kecil itu sangat beralasan,
kecuali dia tidak menyadari bahwa pintu hanya dapat dibuka dari dalam.
Saat mata Langdon menyesuaikan pada interior gua yang gelap, dia mengamati
sekeliling mereka yang tidak biasa, bertanya-tanya apakah ada jalan keluar lain. Dia tidak
melihat sesuatu yang menjanjikan. Bagian dalam gua dihiasi dengan pahatan hewan dan
manusi, semuanya dalam tingkatan bervariasi dari konsumsi oleh tetesan dinding yang asing.
Lesu, Langdon mengangkat matanya ke atap stalaktit yang menggantung tak menyenangkan
di atas kepala.
Tempat yang bagus untuk mati.
Bountalenti Grotto begitu dinamakan untuk arsiteknya, Bernardo Bountalenti dapat
dibantah sebagai tempat yang terlihat paling aneh di seluruh Florence. Dimaksudkan sebagai
sejenis rumah menyenangkan bagi tamu-tamu muda di Pitti Palace, gua dengan tiga ruang
didekorasi dalam sebuah campuran fantasi naturalis dan Gothic yang berlebihan, tersusun dari
apa yang muncul sebagai perwujudan yang menetes dan aliran batu apung yang terlihat
dimakan atau merembes di sebagian besar pahatan, yang disajikan untuk mendinginkan
ruangan selama musim panas Tuscan dan untuk membuat efek gua yang sebenarnya.
Langdon dan Sienna tersembunyi di ruang pertama dan terbesar di belakang air mancur
pusat yang samar. Mereka dikelilingi oleh benetuk-bentuk penggembala, petani, musisi,
hewan, dan bahkan salinan empat tahanan Michelangelo, kesemuanya tampak berjuang untuk
membebaskan diri dari batu yang menyerupai cairan yang meliputinya. Tinggi di atas, cahaya
pagi masuk melalui oculus di atap, yang memegang bola kaca raksasa terisi air di mana gurami
merah cerah berenang di cahaya matahari.
Langdon bertanya-tanya bagaimana pengunjung Renaissance asli di sini akan bereaksi
pada pandangan helikopter nyata mimpi fantastis Leonardo da Vinci dari Italia melayanglayang di luar gua.
Itu di saat dengungan nyaring drone berhenti. Tidak berangsur menjauh, hanya
berhenti dengan mendadak.
Bingung, Langdon menarap dari belakang air mancur dan melihat bahwa drone itu telah
mendarat. Sekarang terdiam di plaza kerikil, terlihat lebih mengancam, terutama karena lensa
video menyerupai sengat di bagian depan menghadap mereka, berhenti di satu sisi, di arah
pintu abu-abu kecil.
Rasa lega Langdon menipis. Ratusan yard di belakang drone, di dekat patung kurcaci
dan kura-kura, tiga tentara bersenjata berat sekarang melangkah dengan sepenuh niat menuruni
tangga, mengarah langsung ke arah gua.
Tentara-tentara intu berpakaian dalam seragam hitam yang familiar dengan medali
hijau pada bahunya. Pemimpin gagah mereka mempunyai mata yang kosong yang
mengingatkan Langdon pada topeng plague dalam penglihatannya.
Aku kematian.
Langdon tidak melihat van mereka ataupun wanita misterius berambut perak di
manapun.
Aku kehidupan.
Saat para tentara mendekat, satu diantaranya berhenti di dasar tangga dan berbalik,
menghadap ke belakang, tampaknya mencegah orang lain menuruni area ini. Dua yang lainnya
tetap menuju arah gua.
Langdon dan Sienna melompat bergerak lagi meskipun mungkin hanya menunda hal
yang tak terelakkan bergerak mundur ke segala arah menuju gua kedua, yang lebih kecil,

lebih dalam, dan lebih gelap. Itu juga didominasi oleh potongan seni pusat dalam hal ini,
patung dua kekasih yang saling membelit di belakangnya Langdon dan Sienna sekarang
bersembunyi lagi.
Tertutup dalam bayangan, Langdon dengan hati-hati menatap kelaur di sekitar dasar
patung dan melihat pemburu mereka yang mendekat. Saat dua tentara itu mencapai drone, salah
satunya berhenti dan membungkuk, mengambilnua dan memeriksa kamera.
Apakah alat itu menemukan kita? Langdon bertanya-tanya, ketakutan dia tahu
jawabannya.
Tentara ketiga dan terakhir, yang berotot dengan mata dingin, terus bergerak dengan
fokus dingin di arah Langdon. Lelaki itu mendekat hingga dia di dekat mulut gua. Dia masuk.
Langdon bersiap untuk menarik diri ke belakang patung dan memberitahu Sienna bahwa itu
telah selesai, tapi dalam sekejap, dia melihat sesuatu yang tak terduga.
Tentara itu, daripada memasuki gua, tiba-tiba mengelak ke kiri dan menghilang.
Kemana dia pergi?! Dia tidak tahu kita di sini?
Beberapa saat kemudian, Langdon mendengar gedoran kepalan tangan mengetuk
kayu.
Pintu abu-abu kecil, pikir Langdon. Dia pasti tahu kemana itu menuju.
Penjaga keamanan Pitti Palace, Ernesto Russo, selalu ingin bermain sepakbola Eropa, tapi saat
29 tahun dan kelebihan berat badan, dia akhirnya mulai menerima bahwa mimpi masa kecilnya
tidak akan menjadi nyata. Untuk tiga tahun terakhir, Ernesto bekerja sebagai penjaga di sini si
Pitti Palace, selalu di kantor seukuran lemari yang sama, selalu dengan pekerjaan bodoh yang
sama.
Ernesto tidak asing dengan para turis yang ingin tahu mengetuk pintu abu-abu kecil di
luar kantor di mana dia bermarkas, dan dia biasanya mengabaikannya hingga mereka berhenti.
Meski begitu, saat ini gedorannya intens dan terus menerus.
Merasa tergangggu, dia fokus kembali pada televisinya, yang dengan keras memainkan
tayangan ulang sepakbola Fiorentina versus Juventus. Ketukan semakin keras. Akhirnya,
sambil mengutuk para turis, dia melangkah keluar dari kantornya menuruni lorong sempit
menuju sumber suara. Setengah jalan ke sana, dia berhenti pada terali baja padat yang tetap
tersegel melintasi koridor ini kecuali pada jam-jam tertentu.
Dia memasukkan kombinasi gembok dan membuka terali di belakangnya. Kemudian
dia berjalan ke pintu abu-abu dari kayu.
E chiuso! dia berteriak melalui pintu, berharap orang di luar akan mendengar. Non
si puo entrare!
Gedoran berlanjut.
Ernesto menggertakkan giginya. Orang-orang New York, dia bertaruh. Mereka ingin
apa yang mereka inginkan. Satu-satunya alasan tim sepak bola Red Bulls mereka mencapai
kesuksesan di tingkat dunia adalah mereka mencuri salah satu pelatih terbaik Eropa.
Gedoran berlajut, dan Ernesto dengan malas membuka kunci pintu dan mendorongnya
terbuka beberapa inchi. E chiuso!
Gedoran itu akhirnya berhenti, dan Ernesto menemukan dirinya sendiri berhadapan
dengan seorang tentara yang matanya begitu dingin sehingga membuat Ernesto melangkah
mundur. Lelaki itu memegang carnet resmi berhias sebuah akronim yang tidak dikenali oleh
Ernesto.
Cosa succede?! Ernesto mendesak, waspada. Apa yang sedang terjadi?!
Di belakang tentara itu, orang kedua sedang berjongkok, tidak peduli dengan sesuatu
yang muncul sebagai sebuah helikopter mainan. Masih agak jauh, tentara yang lainnya berdiri
menjaga di tangga. Ernesto mendengar sirine polisi dalam jarak dekat.

Bisa berbicara bahasa Inggris? Aksen tentara itu jelas bukan dari New York. Suatu
tempat di Eropa?
Ernesto mengangguk. Ya, sedikit-sedikit.
Adakah seseorang yang melewati pintu ini pagi ini?
No, signore. Nessuno.
Bagus. Tetap kunci. Tidak ada yang masuk atau keluar. Jelas?
Ernesto mengangkat bahu. Lagipula itu sudah menjadi pekerjaannya. Si, saya paham.
Non deve entrare, ne uscire nessuno.
Tolong beritahu saya, apakah pintu ini satu-satunya jalan masuk?
Ernesto memikirkan pertanyaannya. Secara teknis, sekarang pintu ini dipertimbangkan
sebagai jalan keluar, yang karenanya tidak memiliki handle di bagian luar, tapi dia paham
tentang apa yang lelaki itu tanyakan. Ya, laccesso hanyalah pintu ini. Tidak ada jalan lain.
Pintu masuk yang asli di dalam istana telah disegel selama bertahun-tahun.
Dan adakah pintu keluar tersembunyi lainnya dari Boboli Garden? Selain gerbang
tradisional?
No, signore. Di mana-mana tembok tinggi. Hanya ini jalan keluar rahasia.
Tentara itu mengangguk. Terima kasih atas bantuannya. Dia meminta Ernesto untuk
menutup dan mengunci pintunya.
Bingung, Ernesto mematuhinya. Kemudian dia kembali ke koridor, membuka kunci
terali baja, bergerak melaluinya, menguncinya kembali, dan kembali pada pertandingan
sepakbolanya.
BAB 30
Langdon dan Sienna menangkap sebuah peluang.
Ketika tentara berotot menggedor pintu, mereka meringkuk lebih dalam di gua dan
sekarang berhimpitan di ruangan terakhir. Ruangan kecil itu dihiasi dengan mosaik
berpotongan kasar dan satyr. Di pusatnya berdiri patung Bathing Venus seukuran manusia,
yang secara tepat, tampak melihat dengan gugup melalui bahunya.
Langdon dan Sienna menyembunyikan diri mereka di sisi jauh alas patung yang dalam,
dimana mereka sekarang menunggu, menatap stalagmit tunggal berbentuk bundar yang
mendaki dinding terdalam gua.
Semua jalan keluar dikonfirmasi aman! teriak seorang tentara di suatu tempat di luar.
Dia berbicara bahasa Inggris dengan aksen samar yang tidak dapat ditebak Langdon. Kirim
kembali drone ke atas. Aku akan mengecek di gua ini.
Langdon dapat merasakan tubuh Sienna menegang di sampingnya.
Sedetik kemudian, boot berat berderap menuju gua. Langkah kaki itu maju dengan
cepat melalui ruangan pertama, terus bertambah keras saat mereka memasuki ruangan kedua,
datang langsung ke arah mereka.
Langdon dan Sienna merapat lebih dekat.
Hey! suara yang berbeda berteriak di kejauhan. Kita menemukan mereka!
Langkah kaki itu langsung berhenti.
Langdon sekarang dapat mendengar seseorang berlari dengan keras menuruni jalanan
berkerikil ke arah grotto. Identitas positif! ujar suara yang kehabisan nafas. Kita baru saja
berbicara dengan sepasang turis. Beberapa menit lalu, pria dan wanita itu menanyai mereka
arah ke galeri kostum istana yang berada di ujung barat palazzo.
Langdon menatap sekilas pada Sienna, yang terlihat tersenyum samar.
Tentara itu memulihkan nafasnya, melanjutkan. Jalan keluar barat adalah yang
pertama disegel dan dengan kepercayaan tinggi bahwa kita membuatnya terperangkap di
dalam taman.

Lanjutkan misimu, tentara yang lebih dekat menjawab. Dan segera hubungi aku saat
berhasil.
Keramaian langkah kaki menjauh di batuan kerikil, suara drone terdengar lagi, dan
kemudian, syukurlah kesunyian total.
Langdon hendak memutar ke sisi lain untuk melihat sekitar dasar patung, ketika Sienna
meraih lengannya, menghentikannya. Dia menaruh jari ke bibirnya dan mengangguk pada
bayangan samar sosok manusia di dinding belakang. Pimpinan tentara masih berdiri diam di
mulut gua.
Apa yang dia tunggu?!
Ini Bruder, ucapnya mendadak. Kami telah menyudutkan mereka. Saya hendak
mengkonfirmasikan pada Anda segera.
Lelaki itu menelepon, dan suaranya terdengar dekat, seolah-olah dia berdiri tepat di
samping mereka. Gua ini berperan seperti mikrofon parabolik, mengumpulkan semua suara
dan memusatkannya di belakang.
Ada lagi, ucap Bruder. Saya baru saja menerima kabar terbaru dari forensik.
Apartemen wanita itu sepertinya disewakan. Underfurnished. Jelas jangka pendek. Kami
menemukan biotube, tapi proyektornya tidak ada. Saya ulangi, proyektornya tidak ada. Kami
memperkirakan itu masih dalam penguasaan Langdon.
Langdon merasa merinding mendengar tentara itu mengucapkan namanya.
Langkah kaki semakin keras, dan Langdon menyadari bahwa lelaki itu bergerak ke
dalam grotto. Cara berjalannya kurang intens untuk sesaat sebelumnya dan sekarang terdengar
seolah-olah dia mengembara, menyelidiki grotto saat dia berbicara di telepon.
Benar, ucap lelaki itu. Forensik juga mengkonfirmasi satu panggilan keluar sebelum
menyerang apartemen.
Konsulat Amerika, pikir Langdon, mengingat percakapan teleponnya dan kedatangan
cepat pembunuh berambut cepak. Wanita itu tampaknya menghilang, digantikan oleh seluruh
tim tentara terlatih.
Kita tidak bisa melampaui mereka selamanya.
Suara boot tentara itu di lantai batu sekarang hanya sekitar dua puluh kaki jauhnya dan
mendekat. Lelaki itu telah memasuki ruangan kedua, dan seolah-olah berlanjut ke ujung, dia
pastinya akan menemukan keduanya meringkuk di belakang dasar sempit Venus.
Sienna Brooks, ujar lelaki itu tiba-tiba, kata-katanya sangat jelas.
Sienna terkejut di samping Langdon, matanya menatap ke atas, dengan jelas menduga
melihat tentara menatap ke bawah padanya. Tapi tak seorangpun di sana.
Mereka menjalankan laptopnya sekarang, suara itu melanjutkan, sekitar sepuluh kaki
jauhnya. Saya belum menerima laporan, tapi tentunya mesin yang sama yang kita lacak ketika
Langdon mengakses akun e-mail Harvardnya.
Mendengar kabar ini, Sienna berbalik ke arah Langdon dalam ketidakpercayaan,
menatapnya dengan ekspresi terkejut dan kemudian pengkhianatan.
Langdon sama terkejutnya. Itu bagaimana mereka melacak kita?! Tak pernah
terpikirkan olehnya saat itu. Aku hanya perlu informasi! Sebelum Langdon dapat memberikan
permintaan maaf, Sienna telah berbalik, ekspresinya menjadi kosong.
Itu benar, kata tentara itu, tiba di pintu masuk ruangan ketiga, hanya enam kaki dari
Langdon dan Sienna. Dua langkah lagi dan dia akan melihat mereka pastinya.
Tepat, ucapnya, selangkah leih dekat. Tiba-tiba tentara itu berhenti. Tunggu
sebentar.
Langdon membeku, menopang untuk ditemukan.
Tunggu sebentar, saya kehilangan Anda, kata lelaki itu, dan kemudian mundur
beberapa langkah menuju ruangan kedua. Koneksi buruk. Lanjutkan Dia mendengarkan

untuk sesaat, kemudia menjawab. Ya, saya setuju, tapi setidaknya kita tahu sedang berurusan
dengan siapa.
Dengan itu, langkah kakinya berangsur-angsur keluar dari grotto, bergerak melalui
permukaan berkerikil, dan kemudian menghilang sepenuhnya.
Bahu Langdon melemas, dan dia berbalik pada Sienna, yang matanya membara dengan
campuran ketakutan dan kemarahan.
Kamu menggunakan laptopku?! desaknya. Untuk mengecek e-mailmu?
Maaf aku pikir kamu paham. Aku perlu menemukan
Itulah bagaimana mereka menemukan kita! Dan sekarang mereka mengetahui
namaku!
Maafkan aku, Sienna. Aku tidak menyadari Langdon dipenuhi rasa bersalah.
Sienna berbalik, menatap kosong pada stalagmit bulat di dinding belakang. Tak
seorangpun dari mereka mengucapkan sepatah kata untuk hampir satu menit. Langdon
bertanya-tanya jika Sienna mengingat item personal yang telah ditumpuk di mejanya
selebaran dari A Midsummer Nights Dream dan kliping press tentang kehidupannya sebagai
anak berbakat. Apakah dia mencurigai aku melihatnya? Jika begitu, dia tidak akan bertanya,
dan Langdon berada dalam cukup masalah dengannya yang tidak ingin dia sebutkan.
Mereka tahu siapa aku, Sienna mengulang, suaranya begitu lemah sehingga Langdon
hampir tidak dapat mendengarnya. Lebih dari sepuluh detik kemudian, Sienna mengambil
nafas pelan, seolah-olah berusaha menyerap realita baru ini. Saat dia begitu, Langdon
merasakan bahwa kenekatannya perlahan mengeras.
Tanpa peringatan, Sienna bergerak cepat. Kita harus pergi, katanya. Tidak butuh
waktu lama bagi mereka untuk menyadari bahwa kita tidak di dalam galeri kostum.
Langdon berdiri. Ya, tapi pergi ke mana?
Kota Vatikan?
Maaf?
Aku akhirnya menyadari apa yang kamu maksud sebelumnya kesamaan apa yang
dimiliki Kota Vatikan dengan Boboli Garden. Dia bergerak ke arah pintu abu-abu kecil. Itu
pintu masuknya, kan?
Langdon mengangguk. Sebenarnya, itu pintu keluar, tapi aku kira itu bernilai.
Sayangnya, kita tidak bisa melaluinya. Langdon cukup mendengar pertukaran penjaga dengan
tentara untuk mengetahui pintu ini bukan sebuah pilihan.
Tapi jika kita dapat melaluinya, ucap Sienna, petunjuk nakal kembali ke suaranya,
tahukah kamu apa artinya itu? Senyuman samar sekarang menghiasi bibirnya. Itu berarti
untuk kedua kalinya dalam hari ini kamu dan aku telah ditolong oleh senima Renaissance yang
sama.
Langdon terkekeh, mempunyai pikiran yang sama beberapa menit lalu .Vasari.
Vasari.
Sienna menyeringai lebih lebar sekarang, dan Langdon merasa dia telah
memaafkannyam setidaknya untuk saat ini. Aku pikir itu sebuah tanda dari atas, ujarnya,
terdengar setengah serius. Kita perlu melalui pitu itu.
Ok dan kita hanya akan berbaris melalui penjaga?
Sienna menggeretakkan buku-buku jarinya dan melangkah keluar grotto. Tidak, aku
akan bicara dengannya. Dia melirik Langdon, api kembali ke matanya. Percayalah padaku,
Profesor, aku bisa cukup persuasif ketika diperlukan,
Gedoran di pintu abu-abu kecil kembali lagi.
Keras dan terus menerus.

Penjaga keamanan Ernesto Rusto menggerutu marah. Tentara asing bermata dingin
tampaknya kembali, tapi timingnya tidak lebih buruk. Siaran pertandingan sepakbola dalam
tambahan waktu dengan Fiorentina tertinggal dan di ujung tanduk.
Gedoran berlanjut.
Ernesto tidak bodoh. Dia tahu tejadi sesuatu masalah di sana pagi ini semua sirine
dan tentara tapi dia seseorang yang tidak pernah melibatkan dirinya dalam hal yang tidak
memberikan efek langsung padanya.
Pazzo e colui che bada ai fatti altrui.
Kemudian lagi, tentara itu jelas seseorang yang penting, dan mengabaikannya mungkin
tidak bijaksana. Pekerjaan di Italia sekarang susah dicari, bahkan yang membosankan. Mencuri
pandangan terakhir pada permainan, Ernesto menuju gedoran di pintu.
Dia masih tidak dapat percaya dia dibayar untuk duduk dalam kantor kecilnya
sepanjang hari dan menonton televisi. Mungkin dua kali sehari, tur VIP akan datang di luar
area, telah menelusuri jalan dari Uffizi Gallery. Ernesto akan menyambutnya, membuka kunci
terali baja, dan mengijinkan kelompok itu melalui pintu abu-abu kecil, di mana tur mereka akan
berakhir di Boboli Garden.
Sekarang, saat gedoran semakin intens, Ernesto membuka terali baja, bergerak
melaluinya, dan kemudian menutup dan menguncinya di belakangnya.
Si? dia berteriak di atas suara gedoran ketika dia bergegas menuju pintu abu-abu.
Tidak ada jawaban. Gedoran berlanjut.
Insomma! Dia akhirnya membuka kunci pintu dan menariknya terbuka, berharap
melihat tatapan tanpa kehidupan yang sama dari beberapa saat lalu.
Tapi wajah di pintu jauh lebih menarik.
Ciao, ucap seorang wanita pirang cantik, tersenyum manis padanya. Dia
menyodorkan selembar kertas yang terlipat, yang secara instingtif dia raih untuk menerimanya.
Dalam sekejap dia menggenggam kertas itu dan menyadari bahwa itu bukan apa-apa melainkan
selembar sampah di tanah, wanita itu menangkap pergelangan tangannya dengan tangan
rampingnya dan menjatuhkan ibu jari pada daerah karpal yang bertulang tepat di bawah telapak
tangannya.
Ernesto merasa seolah-olah sebuah pisau baru saja melukai pergelangan tangannya.
Tikaman yang mengiris diikuti oleh sebuah kekebasan elektrik. Wanita itu melangkah ke
arahnya, dan tekanan meningkat secara eksponensial, memulai siklus kesakitan kembali. Dia
terhuyung ke belakang, berusaha untuk membebaskan lengannya, tapi kakinya menjadi mati
rasa dan terkunci di bawahnya, dan dia merosot ke lututnya.
Sisanya berlangsung dalam sekejap.
Lelaki tinggi dalam pakaian hitam muncul di pintu yang terbuka, menyelinap ke dalam,
dan dengan cepat menutup pintu abu-abu di belakangnya. Ernesto meraih radionya, tapi sebuah
tangan lembut di belakang lehernya meremas, dan ototnya tertangkap, membuatnya susah
bernafas. Wanita itu mengambil radio saat lelaki tinggi mendekat, terlihat waspada oleh
aksinya pada Ernesto.
Dim mak, wanita pirang itu berkata dengan santai pada lelaki tinggi. Titik tekan
Cina. Ada alasan mereka masih ada selama tiga milenium.
Lelaki itu melihat dengan kagum.
Non vogliamo farti del male, wanita itu berbisik pada Ernesto, melonggarkan tekanan
di lehernya. Kita tidak ingin menyakitimu.
Secepat tekanan menurun, Ernesto berusaha untuk memutar bebas, tapi tekanan segera
kembali, dan ototnya tertangkap lagi. Dia terngah kesakitan, hampir tidak bisa bernafas.
Dobbiamo passare, ucapnya. Kami perlu lewat. Dia bergerak ke terali baja, yang
syukurnya telah Ernesto kunci di belakangnya. Dov e la chiave?
Non ce lho, aturnya. Aku tidak mempunyai kuncinya.

Lelaki tinggi maju melewati mereka ke terali dan memeriksa mekanismenya. Ini kunci
kombinasi, dia berkata pada wanita itu, aksennya Amerika.
Wanita itu berlutut di samping Ernesto, mata cokelatnya seperti es. Qual e la
combinazione? desaknya.
Non posso! jawabnya. Aku tidak diijinkan
Sesuatu terjadi di puncak tulang belakangnya, dan Ernesto merasa seluruh tubuhnya
menjadi lemas. Sesaat kemudian, dia pingsan.
Ketika dia sadar, Ernesto merasakan dia sedang terombang-ambing dalam ketidaksadaran
selama beberapa menit. Dia mengingat beberapa diskusi lebih banyak tikaman kesakitan
diseret, mungkin? Semuanya kabur.
Saat sarang laba-laba menjadi jelas, dia melihat pandangan yang aneh sepatunya
tergeletak di lantai di dekatnya dengan tali yang terlepas. Kemudian dia sadar dia hampir tidak
bisa bergerak. Dia terbaring miring dengan tangan dan kakinya terikat di belakangnya,
tampaknya dengan tali sepatunya. Dia mencoba berteriak, tapi tak ada suara yang keluar. Salah
satu kaos kakinya disumpalkan di mulutnya. Momen ketakutan yang sebenarnya, sesaat
kemudian, ketika dia melihat ke atas dan melihat televisi menayangkan pertandingan sepak
bola. Aku dalam kantorku DI DALAM terali?!
Di kejauhan, Ernesto dapat mendengar suara langkah kaki yang berlari menjauh
sepanjang koridor dan kemudian, perlahan, berangsur-angsur menjadi sunyi. Non e
possibile! Bagaimanapun juga, wanita pirang itu telah membujuk Ernesto untuk melakukan
satu hal yang dia dipekerjakan untuk tidak pernah dilakukan mengungkapkan kombinasi
kunci di pintu masuk ke Koridor Vasari yang terkenal.
BAB 31
DR. ELIZABETH SINSKEY MERASAKAN gelombang mual dan pening datang lebih cepat
sekarang. Dia merosot di kursi belakang van yang diparkir di depan Pitti Palace. Tentara yang
duduk di sebelahnya mengamatinya dengan semakin cemas.
Sesaat yang lalu, radio tentara itu berbunyi sesuatu tentang galeri kostum
membangkitkan Elizabeth dari kegelapan pikirannya, dimana dia sedang memimpikan monster
bermata hijau.
Dia kembali di ruangan gelap Dewan Hubungan Luar Negeri di New York,
mendengarkan karangan maniak dari orang asing misterius yang mengundangnya ke sana.
Lelaki berbayang mondar mandir di bagian depan ruangan siluet semampai melawan gambar
kerumunan orang telanjang dan sekarat yang terproyeksikan dengan mengerikan yang
terinspirasi oleh Inferno Dante.
Seseorang perlu melawan perang ini, sosok itu menyimpulkan, atau inilah masa
depan kita. Matematika memberikan garansinya. Umat manusia sekarang terkatung-katung
dalam penyucian atas penundaan dan keragu-raguan serta ketamakan pribadi tapi cincin
neraka menanti, tepat di bawah kaki kita, menunggu untuk memakan kita semua.
Elizabeth masih menyebut dari ide yang sangat besar lelaki ini yang baru saja terpapar
di hadapannya. Dia tidak dapat menahannya lebih lama dan melompat dengan kakinya. Apa
yang kamu sarankan adalah
Satu-satunya opsi kita yang masih tersisa, sela lelaki itu.
Sebenarnya, jawabnya, Aku akan mengatakan kriminal!
Lelaki itu mengangkat bahu. Jalan menuju surga melewati langsung melalui neraka.
Dante mengajari kita itu.
Kamu gila!

Gila? ulang lelaki itu, terdengar menyakitkan. Aku? Aku rasa tidak. Kegilaan adalah
WHO menatap kedalam jurang dan menyangkalnya. Kegilaan adalah burung unta yang
membenamkan kepalanya ke dalam pasir sementara segerombolan hyena mendekat di
sekelilingnya.
Sebelum Elizabeth dapat mempertahankan organisasinya, lelaki itu telah mengganti
gambar di layar.
Dan berbicara tentang hyena, katanya, menunjuk ke gambar yang baru. Inilah
sekelompok hyena yang saat ini mengitari umat manusia dan mereka mendekat cepat.
Elizabeth terkejut melihat gambar familiar di hadapannya. Itu adalah grafik yang
diterbitkan oleh WHO tahun sebelumnya menggambarkan kunci persoalan lingkungan yang
dipertimbangkan oleh WHO yang mempunyai dampak terbesar dalam kesehatan global.
Termasuk dalam daftar, antara lain:
Permintaan air bersih, temperatur permukaan global, penipisan ozon, konsumsi sumber
daya laut, kepunahan spesies, konsentrasi CO2, penebangan hutan, dan tingkat laut global.
Semua indikator negatif ini telah meningkat selama abad yang lalu. Meskipun begitu,
sekarang mereka semua berakselerasi pada taraf yang mengerikan.
Elizabeth mempunyai reaksi yang sama yang selalu dia punya ketika melihat grafik ini
rasa tak bisa menolong. Dia seorang ilmuwan dan mempercayai pemanfaatan statistika, dan
grafik ini melukiskan gambar yang membuat takut tidak untuk masa depan yang jauh tapi
masa depan yang sangat dekat.
Di beberapa waktu dalam hidupnya, Elizabeth Sinskey dihantui oleh
ketidakmampuannya untuk mengandung seorang anak. Ketika dia melihat grafik ini, dia
hampir sepenuhnya merasa terhibur dia tidak melahirkan anak ke dunia.
Ini masa depan yang akan kuberikan pada anakku?
Lebih dari lima puluh tahun, ujar lelaki tinggi itu, dosa kita terhadap Ibu Pertiwi
tumbuh secara eksponensial. Dia memberi jeda. Aku takut akan jiwa umat manusia. Ketika
WHO menerbitkan grafik ini, politisi dunia, pebisnis hebat, dan ahli lingkungan
melangsungkan pertemuan darurat, semua berusaha untuk menilai masalah mana dari sekian
banyak yang paling ekstrim dan mana yang dapat kita harapkan untuk dipecahkan. Hasilnya?
Secara pribadi, mereka mereka meletakkan kepalanya di tangan dan meratap. Secara publik,
mereka meyakinkan kita semua bahwa mereka sedang bekerja dalam pemecahan masalah tapi
ini merupakan permasalahan kompleks.
Permasalahan ini kompleks!
Omong kosong! bentak lelaki itu. Kamu tahu dengan baik grafik ini melukiskan
hubungan yang paling sederhana sebuah fungsi yang berdasar pada satu variabel! Tiap garis
tunggal pada grafik ini mendaki dalam proporsi langsung ke satu nilai nilai yang setiap orang
takut untuk membahasnya. Populasi global!
Sebenarnya, aku pikir itu sedikit lebih
Sedikit lebih rumit? Sesungguhnya, tidak! Tak ada yang lebih sederhana. Jika kamu
ingin lebih tersedia air bersih per kapita, kamu perlu orang yang lebih sedikit di bumi. Jika
kamu ingin menurunnkan emisi kendaraan, kamu perlu pengendara yang lebih sedikit. Jika
kamu ingin lautan mencukupkan ikan mereka, kamu perlu orang pemakan ikan yang lebih
sedikit!
Lelaki itu menatap marah padanya, nada suaranya bahkan menjadi lebih bertenaga.
Buka matamu! Kita berada di tepian ujung kemanusiaan. Dan pemimpin-pemimpin dunia kita
duduk di ruangan luas menunjuk penelaahan tenaga solar, daur ulang, dan automobil hybrid?
Bagaimana kamu seorang wanita berpendidikan tinggi dalam ilmu pengetahuan tidak
melihat? Penipisan ozon, kekurangan air, dan polusi bukanlah penyakitnya mereka adalah
gejalanya. Penyakitnya adalah overpopulasi. Dan kecuali jika kita menghadapi langsung

populasi dunia, kita tidak melakukan sesuatu yang lebih dari menempelkan plester pada tumor
kanker yang tumbuh dengan cepat.
Kamu mempersepsikan umat manusia sebagai kanker? desak Elizabeth.
Kanker tidak lebih dari sebuah sel sehat yang mulai mereplikasi di luar kendali. Aku
sadar kamu menemukan ideku dengan rasa tidak suka, tapi aku dapat meyakinkanmu bahwa
kamu akan menemukan alternatif yang jauh kurang berkenan ketika itu datang. Jika kita tidak
mengambil aksi nekad, maka
Nekad?! gerutunya. Nekad bukanlah kata yang kamu cari. Coba gila!
Dr. Sinskey, kata lelaki itu, suaranya sekarang tenang menyeramkan. Aku
memanggilmu kesini secara spesifik karena aku berharap kamu suara bijaksana di Badan
Kesehatan Dunia mungkin mau bekerja bersamaku dan mengeksplorasi solusi yang
memungkinkan.
Elizabeth menatap dalam ketidakpercayaan. Kamu pikir Badan Kesehatan Dunia akan
menjadi rakanmu mengeksplorasi sebuah ide seperti ini?
Sebenarnya, ya, ucapnya. Organisasimu terdiri dari para dokter, dan ketika dokter
mempunyai pasien dengan gangrene, mereka tidak ragu untuk memotong kakinya untuk
menyelamatkan nyawanya. Terkadang satu-satunya metode adalah lebih kecil dari dua
kejahatan.
Ini cukup berbeda.
Tidak. Ini identik. Satu-satunya perbedaan adalah skala.
Elizabeth telah cukup mendengar. Dia tiba-tiba berdiri. Aku ada pesawat yang perlu
kukejar.
Lelaki tinggi mengambil langkah yang mengancam ke arahnya, menutup jalan
keluarnya. Peringatan jujur. Dengan atau tanpa kerjasamamu, aku dapat dengan mudah
mengeksplorasi ideku ini.
Peringatan jujur, ucapnya menyala-nyala. Aku mempertimbangkan ini sebuah
ancaman teroris dan akan diperlakukan seperti itu. Dia mengeluarkan teleponnya.
Lelaki itu tertawa. Kamu hendak melaporkanku karena berbiscara secara hipotetik?
Sayangnya, kamu perlu menunggu untuk melakukan panggilan. Ruangan ini berperisai
elektrik. Teleponmu tidak akan memmpunyai sinyal.
Aku tidak perlu sinyal,orang gila. Elizabeth mengangkat teleponnya, dan sebelum
lelaki itu menyadari apa yang terjadi, Elizabeth mengambil jepretan wajahnya. Kilat lampu
terpantul di mata hijaunya, dan untuk sejenak dia pikir lelaki itu terlihat familiar.
Siapapun kamu, ucapnya, kamu melakukan hal yang salah dengan memanggilku ke
sini. Saat aku tiba di bandara, aku akan tahu siapa kamu, dan kamu akan berada di watch list
WHO, CDC, dan ECDC sebagai seorang bioteroris yang potensial. Kami akan mengirimkan
orang padamu siang dan malam. Jika kamu berusaha untuk membeli barang, kami akan
mengetahuinya. Jika kamu membangun sebuah lab, kami akan mengetahuinya. Tidak ada
tempat bagimu untuk dapat bersembunyi.
Lelaki itu berdiri tegang dalam diam untuk beberapa saat, seolah-olah dia akan
menerjang telepon Elizabeth. Akhirnya, dia mengendur dan melangkah ke samping dengan
seringai yang menyeramkan. Tampaknya tarian kita baru saja dimulai.
BAB 32
IL CORRIDOIO VASARIANO Koridor Vasari didesain oleh Giorgio Vasari pada 1564
dibawah perintah aturan Medici, Grand Duke Cosimo I, untuk menyediakan jalur aman dari
residensinya di Pitti Palace ke kantor administratifnya, melintasi Sungai Arno di Palazzo
Vecchio.

Sama dengan Pasetto Kota Vatikan yang terkenal, Koridor Vasari merupakan jalur yang
murni rahasia. Itu membentang hampir satu kilometer penuh dari sudut sebelah timur Boboli
Garden ke jantung istana tua itu sendiri, melintasi Ponte Vecchio dan mengular melalui Uffizi
Gallery di antaranya.
Sekarang, Koridor Vasari masih disajikan sebagai sebuah perlindungan yang aman,
meskipun bukan untuk para aristokrat Medici tapi untuk karya seni; dengan bentangan area
dindingnya yang tampak tak berujung, koridor tersebut merupakan rumah bagi lukisan-lukisan
langka yang tak terhitung jumlahnya melimpah dari Uffizi Gallery yang terkenal di dunia,
yang dilalui oleh koridor tersebut.
Langdon telah menjelajahi jalur itu beberapa tahun sebelumnya sebagai bagian tur
pribadi dalam waktu senggangnya. Pada siang itu, dia berhenti sejenak untuk mengagumi
deretan lukisan yang membingungkan pikiran di koridor termasuk koleksi potret diri yang
paling ekstensif di dunia. Dia juga berhenti beberapa kali untuk melihat pintu pandang koridor
tersebut, yang mengijinkan para pelancong untuk mengukur perkembangan mereka sepanjang
jalan yang mendaki.
Meskipun begitu, pagi ini, Langdon dan Sienna bergerak melalui koridor dengan
berlari, berkeinginan untuk membuat jarak sejauh mungkin antara diri mereka dengan
pengejarnya di ujung yang lain. Langdon bertanya-tanya butuh waktu berapa lama untuk
menemukan penjaga yang terikat. Saat lorong melebar di hadapan mereka, Langdon merasa
setiap langkahnya membawa mereka lebih dekat dengan apa yang mereka cari.
Cerca trova mata kematian dan sebuah jawaban mengenai siapa yang
mengejarku.
Dengungan drone pengintai sekarang jauh di belakang mereka. Semakin jauh mereka
maju ke dalam lorong, semakin Langdon teringat betapa ambisiusnya pencapaian sebuah
arsitektural jalan ini. Terangkat di atas kota untuk hampir panjang keseluruhannya, Koridor
Vasari seperti seekor ular yang lebar, meliuk melalui bangunan, sepanjang jalan dari Pitti
Palace, melintasi Sungai Arno, menuju jantung kota Florence Tua. Jalanan berkapur sempit
tampak meregang demi keabadian, sesekali berbelok sedikit ke kiri atau ke kanan untuk
menghindari rintangan, tapi selalu bergerak ke timur melintasi Sungai Arno.
Suara mendadak menggema di depan mereka di koridor, dan Sienna berhenti. Langdon
juga berhenti, dan dengan segera menempatkan tangan yang menenangkan pada bahu Sienna,
bergerak ke sebuah pintu pandang yang terdekat.
Para turis berada di bawah.
Langdon dan Sienna bergerak ke pintu dan menatap ke luar, melihat bahwa saat ini
mereka bertengger di atas Ponte Vecchio jembatan batu abad pertengahan yang disediakan
sebagai jalan bagi pejalan kaki menuju kota tua. Di bawah mereka, para pelancong pertama
pada hari itu menikmati pasar yang berlangsung sejak tahun 1400an. Saat ini para pedagang
kaki lima hampir sebagian besar adalah penjual emas dan permata, tapi tidak selamanya seperti
itu. Sesungguhnya, jembatan itu adalah rumah bagi pasar daging yang luas, tapi para pedagang
daging dilarang berjualan pada 1593 setelah bau busuk dari daging yang membusuk berhembus
ke Koridor Vasari dan menyerang rongga hidung Grand Duke yang sensitif.
Di bawah sana di suatu tempat, ingat Langdon, merupakan titik di mana seorang
kriminal paling berbahaya di Florence berikrar. Pada 1216, peraih nobel muda bernama
Boundelmonte telah menolak pernikahan yang direncanakan keluarganya demi kebahagiaan
cinta sejatinya, dan untuk keputusan itu dengan brutal dia membunuh di jembatan ini.
Kematiannya, lama dikenal pembunuhan paling berdarah Florence, dinamakan
seperti itu karena telah memicu retaknya dua fraksi politik paling kuat Guelphs dan
Ghibellines yang kemudian berperang satu sama lain dengan bengis selama berabad-abad.
Karena perselisihan politik yang tejadi telah membawa Dante terusir dari Florence, penyair

yang dengan pahit mengabadikan kejadian itu dalam Divine Comedy-nya : O Boundelmonte,
melalui nasihat yang lain, kau melarikan sumpah pernikahanmu, dan membawa kejahatan!
Hingga saat ini, tiga plakat yang terpisah masing-masing mengutip baris yang berbeda
dari Canto 16 Paradiso Dante dapat ditemukan di dekat situs pembunuhan. Salah satunya
terletak di mulut Ponte Vecchio dan dinyatakan dengan berbahaya:
TAPI FLORENCE, DALAM KEDAMAIAN TERAKHIRNYA, DITAKDIRKAN UNTUK
MENYAJIKAN PADA PENJAGA BATU TERMUTILASI ITU DI JEMBATANNYA
SEORANG KORBAN.
Langdon sekarang mengalihkan pandangannya dari jembatan ke air suram yang
terbentang. Terputus di timur, ujung menara tunggal dari Palazzo Vecchio memanggil.
Meskipun dia dan Sienna hanya setengah jalan melalui Sungai Arno, Langdon tidak
memiliki keraguan bahwa mereka sudah jauh semenjak melewati titik tak ada jalan kembali.
Tiga puluh kaki di bawah, pada cobblestone Ponte Vecchio, Vayentha dengan cemas
memindai kerumunan yang datang, tidak pernah membayangkan bahwa satu-satunya
tebusannya, sesaat sebelumnya, melintas tepat di atas kepala.
BAB 33
JAUH DI DALAM lambung kapal The Mendacium, fasilitator Knowlton duduk sendiri dalam
ruangannya dan mencoba berusaha fokus dalam pekerjaannya. Penuh dengan kegelisahan, dia
kembali mengamati video dan, untuk beberapa jam, menganalisis soliloquy sembilan menit
yang mengambang antara jenius dan kegilaan.
Knowlton mempercepat dari awal, mencari adanya petunjuk yang mungkin dia
lewatkan. Dia melewati plakat yang tertanam melewati kantong cairan keruh hijau
kecoklatan yang tergantung dan menemukan saat ketika bayangan berhidung paruh muncul
siluet cacat tercetak pada dinding gua yang menetes diterangi oleh pijar merah lembut.
Knowlton mendengarkan pada suara yang teredam, berusaha menerjemahkan bahasa
yang rumit. Setelah melalui sekitar setengah dari pidato, bayangan di dinding mendadak
mendekat semakin besar dan bunyi suaranya menguat.
Neraka Dante bukanlah fiksi itu ramalan!
Kesengsaraan terhina. Kedukaan tersiksa. Inilah pemandangan hari esok.
Umat manusia, jika tak ditandai, berfungsi seperti sebuah wabah, sebuah kanker
jumlah kita menguat dengan tiap generasi berurutan hingga kenyamanan membumi yang
pernah memelihara ketakwaan dan persaudaraan kita telah menyusut habis
mengungkapkan monster di dalam kita berjuang hingga mati untuk memberi makan anakanak kita.
Inilah neraka bercincin sembilan Dante.
Inilah yang menanti.
Ketika masa depan melemparkan dirinya sendiri kepada kita, berbahan bakar matematika
Malthus yang tak mau mundur, kita terhuyung-huyung di atas cincin neraka yang pertama
mempersiapkan pemerosotan yang lebih cepat daripada yang pernah kita duga.
Knowlton menghentikan video. Matematika Malthus? Pencarian Internet cepat
membawanya menuju informasi tentang matematikawan dan ahli demografis abad kesembilan
belas dari Inggris yang terkenal bernama Thomas Robert Malthus, yang terkenal
memprediksikan kebobrokan global dikarenakan overpopulasi.

Biografi Malthus, cukup memperingatkan Knowlton, mencantumkan sebuah kutipan


yang mengerikan dari bukunya An Essay on the Principle of Population:
Kekuatan populasi begitu superior di bumi untuk menghasilkan nafkah bagi seseorang,
kematian prematur itu dalam beberapa bentuk atau lainnya mengunjungi ras manusia. Umat
manusia dengan kelakuan buruk aktif dan mampu mengepalai depopulasi. Mereka adalah
perintis dalam pasukan besar kehancuran; dan sering menyelesaikan pekerjaan dahsyat
sendirian. Tapi semestinya mereka gagal dalam perang penumpasan, musim berpenyakit,
epidemik, pes, dan wabah ini, di depan deretan yang bagus sekali, serta menyapu bersih ribuan
dan puluhan ribu dari mereka. Kesuksesan masih belum lengkap, kelaparan dahsyat yang tak
terelakkan membuntuti di belakang, dan dengan satu tingkat hembusan yang kuat populasi
dengan makanan dunia.
Dengan jantung berdebar, Knowlton melirik kembali gambar bayangan berhidung
paruh.
Umat manusia, jika tak ditandai, berfungsi seperti kanker.
Tak ditandai. Knowlton tidak suka mendengarnya.
Dengan jari yang bimbang, dia memulai video itu kembali.
Suara yang teredam melanjutkan.
Tak ada yang bisa dilakukan untuk menyambut neraka Dante terbatasi dan kelaparan,
berkubang dalam Dosa.
Dan begitu beraninya aku mengambil langkah.
Beberapa akan berbalik dalam kengerian, tapi semua penyelematan ada harganya.
Suatu hari dunia akan menggenggam keindahan pengorbananku.
Untuk aku Penyelamat kalian.
Akulah Shade.
Akulah gerbang menuju Posthuman age.
BAB 34
PALAZZO VECCHIO mirip dengan sepotong catur raksasa. Dengan teras quadrangular
kokohnya dan battlement berpotongan persegi, bangunan padat menyerupai benteng
disituasikan dengan layak, menjaga sudut tenggara Piazza della Signoria.
Ujung menara tunggal bangunan itu yang tidak biasa, menjulang tegak dari dalam
benteng persegi, memotong tampang pembeda dengan cakrawala dan menjadi simbol yang tak
dapat ditiru dari Florence.
Dibangun sebagai kursi kekuasaan pemerintah Italia, bangunan itu membebani
pengunjung yang datang dengan deretan patung maskulin yang mengintimidasi. Neptunus
kekar karya Ammannati berdiri telanjang di atas empat kuda laut, simbol dominansi Florence
dalam kelautan. Sebuah replika David karya Michelangelo bisa didebatkan sebagai lelaki
telanjang paling dipuja di seluruh dunia berdiri dengan megah di pintu masuk palazzo. David
digabungkan dengan Hercules dan Cacus dua lagi kolosal lelaki telanjang yang, dalam
pertunjukan musik dengan tuan rumah satyr Neptunus, membawa lebih dari satu lusin dari
jumlah keseluruhan penis yang dipamerkan yang menyapa pengunjung palazzo.
Normalnya, kunjungan Langdon ke Palazzo Vecchio dimulai di sini di Piazza della
Signora, yang mengesampingkan phalus melimpahnya, selalu menjadi salah satu plaza
favoritnya di seluruh Eropa. Belum lengkap perjalanan ke piazza tanpa menghirup espresso di
Caffe Rivioire, diikuti dengan kunjungan ke singa Medici di Loggia dei Lanzi galeri patung
terbuka piazza.

Meskipun begitu, pagi ini Langdon dan rekannya berencana untuk memasuki Palazzo
Vecchio melalui Koridor Vasari, lebih seperti yang dilakukan bangsawan Medici pada saat itu
melintasi Uffizi Gallery yang terkenal dan mengikuti koridor yang mengular di atas jembatan,
di atas jalan, dan melalui bangunan-bangunan, mengarah langsung menuju jantung kota tua.
Sejauh ini, mereka tidak mendengar jejak langkah kaki di belakang mereka, tapi Langdon
masih khawatir untuk keluar dari koridor.
Dan sekarang kita sampai, Langdon tersadar, mengamati pintu kayu berat di hadapan
mereka. Jalan masuk ke kota tua.
Mengesampingkan mekanisme penguncian substansialnya, pintu itu dilengkapi dengan
sebuah jalur tekan horizontal, yang menyediakan kapabilitas pintu keluar darurat sambil
mencegah seorangpun di sisi lain memasuki Koridor Vasari tanpa kartu kunci.
Langdon menempelkan telinga ke pintu dan mendengarkan. Tidak mendengar apapun
dari sisi lainnya, dia meletakkan tangannya di jalur dan menekkannya perlahan.
Kunci terbuka.
Saat pintu kayu terbuka beberapa inci, Langdon melihat dunia luar. Sebuah ruangan
kecil. Kosong. Sunyi.
Dengan bantuan desahan kecil, Langdon melangkah melewatinya dan memberikan
tanda bagi Sienna untuk mengikuti.
Kita di dalam.
Berdiri di ruangan kecil di suatu tempat di dalam Palazzo Vecchio, Langdon menunggu
sejenak dan berusaha mendapatkan arahnya. Di depan mereka, lorong panjang berjalan tegak
lurus ke ruangan itu. Di sisi kiri mereka, di kejauhan, suara menggema di koridor, tenang dan
riang. Palazzo Vecchio, lebih seperti Gedung Capitol Amerika Serikat, merupakan penarik
perhatian wisatawan sekaligus kantor pemerintahan. Pada jam ini, suara yang mereka dengar
kemungkinan besar dari pegawai sipil yang sibuk masuk dan keluar kantor, mempersiapkan
hari.
Langdon dan Sienna melangkah menuju lorong dan menatap di sekeliling sudut. Cukup
pasti, di ujung lorong adalah atrium di mana kurang lebih satu lusin pegawai pemerintahan
berdiri memutar menyesap espressi pagi dan mengobrol dengan kolega sebelum bekerja.
Mural Vasari, bisik Sienna, Kamu bilang ada di Hall Lima Ratus?
Langdon mengangguk dan menunjuk melewati atrium yang sesak menuju sebuah
portico yang terbuka yang mengarah ke lorong batu. Sayangnya, melalui atrium itu.
Kamu yakin?
Langdon mengangguk. Kita tidak bisa melintas tanpa terlihat.
Mereka pegawai pemerintah. Mereka tidak tertarik dengan kita. Jalan saja seperti
kamu berhubungan di sini.
Sienna meraih setelan jas Brioni Langdon dan merapikan serta membenahi kerahnya.
Kamu terlihat sangat pantas, Robert. Dia memberinya senyum tersipu, membenarkan
sweaternya sendiri, dan melangkah keluar.
Langdon bergegas mengejarnya, keduanya melangkah dengan pasti menuju atrium.
Saat mereka masuk, Sienna mulai berbicara padanya dalam bahasa Italia yang cepat sesuatu
tentang subsidi pertanian menggerakkan tangan dengan semangat saat berbicara. Mereka
tetap di dinding sebelah luar, mempertahankan jarak dari yang lain. Kekaguman Langdon, tak
seorangpun pegawai melirik mereka.
Ketika mereka di luar atrium, dengan cepat mereka maju menuju lorong. Langdon ingat
tentang selebaran Shakespeare. Puck yang jahil. Kamu benar-benar seorang aktris, bisiknya.
Begitulah, ucapnya refleks, suaranya menjauh.
Sekali lagi Langdon merasakan ada lebih banyak sakit hati dalam masa lalu wanita
muda ini daripada yang dia ketahui, dan di merasa penyesalan yang mendalam telah

membelitnya dalam situasi sulit yang berbahaya. Langdon mengingatkan dirinya sendiri bahwa
tak ada yang bisa dilakukan sekarang, kecuali melihat melaluinya.
Terus berenang melalui terowongan dan berdoa ada cahaya.
Saat mereka mendekati portico mereka, Langdon lega bahwa ingatannya melayaninya
dengan baik. Plat kecil dengan sebuah anak panah menunjuk sekitar sudut menuju koridor dan
bertuliskan: IL SALONE DEI CINQUECENTO. Hall Lima Ratus, pikir Langdon, bertanyatanya jawaban apa yang menanti di dalamnya. Kebenaran dapat terlihat hanya melalui mata
kematian. Apa artinya ini?
Ruangannya mungkin masih terkunci, Langdon memperingatkan saat mereka
mendekati sudut. Meskipun Hall Lima Ratus merupakan tujuan populer wisatawan, palazzo
belum dibuka bagi wisatawan pagi ini.
Kamu dengar itu? tanya Sienna, berhenti.
Langdon mendengarnya. Suara berdengung keras datang dari sekitaran sudut. Tolong
beritahu aku itu bukan drone dalam ruangan. Dengan waspada, Langdon mengamati sekitar
sudut portico. Tiga puluh yard dari mereka secara mengejutkan berdiri pintu kayu sederhana
yang terbuka menuju Hall Lima Ratus. Sayangnya, tepat di antara mereka berdirilah seorang
pemelihara gedung gemuk sedang menekan mesin pelitur lantai elektrik dalam lingkaranlingkaran membosankan.
Penjaga gerbang.
Perhatian Langdon teralih pada tiga simbol di tanda plastik di luar pintu. Dapat
diterjemahkan bahkan oleh simbolog yang kurang berpengalaman, ikon umum ini adalah:
sebuah video kamera dengan X melaluinya; gelas minuman dengan X melaluinya; dan sepasang
gambar sederhana, satu wanita, satu pria.
Langdon menyerbu, melangkah cepat ke arah pemelihara gedung, menjadi lari kecil
saat semakin dekat. Sienna berlari di belakangnya untuk tak tertinggal.
Pemelihara gedung itu melirik, terlihat kaget. Signori?! Dia mengangkat tangannya
pada Langdon dan Sienna untuk berhenti.
Langdon memberikan senyum kesakitan pada lelaki itu lebih menggerenyit dan
bergerak dengan meminta maaf menuju simbol di dekat pintu. Toilette, ujarnya, suaranya
terjepit. Itu bukan pertanyaan.
Pemelihara gedung itu bimbang sesaat, terlihat siap menolak permintaan mereka, dan
akhirnya kemudian, melihat Langdon bergerak dengan tidak nyaman di hadapannya, dia
memberikan anggukan simpatik dan membiarkan mereka melaluinya.
Ketika mereka merncapai pintu, Langdon mengedipkan mata pada Sienna. Belas
kasihan adalah bahasa universal.
BAB 35
PADA SUATU WAKTU, Hall Lima Ratus merupakan ruangan terbesar di dunia. Dibangun
pada 1494 untuk menyediakan ruang pertemuan bagi seluruh Consiglio Maggiore Anggota
Dewan republik yang tepat beranggotakan lima ratus orang yang mana ruangan itu
mengambil namanya. Beberapa tahun kemudian, atas permintaan Cosimo I, ruangan tersebut
direnovasi dan diperlebar. Cosimo I, lelaki paling berkuasa di Italia, memilih Giorgio Vasari
sebagai mandor dan arsitek proyek.
Dalam sebuah pengecualian gabungan permesinan, Vasari mengangkat atap aslinya
dengan kokoh dan membiarkan cahaya alami mengalir melalui jendela-jendela kecil tinggi di
atas pintu di seluruh empat sisi ruangan, menghasilkan sebuah ruang pamer elegan untuk
beberapa desain, patung, dan lukisan terbaik Florence.
Bagi Langdon, selalu lantai ruangan itu yang pertama kali menarik matanya, dengan
segera memberitahukan bahwa bukanlah tempat yang biasa. Lantai kayu merah bata dilapisi

dengan kisi-kisi hitam, memberikan bentangan udara padat, dalam, dan seimbang seluas dua
belas ribu kaki kuadrat.
Langdon mengangkat matanya perlahan ke sisi jauh ruangan, dimana enam patung
dinamik The Labors of Hercules memanjang di dinding seperti ruas-ruas tentara. Dengan
sengaja Langdon mengabaikan Hercules and Diomedes yang acap kali terfitnah, yang tubuh
telanjangnya terkunci dalam sebuah pertandingan gulat yang terlihat janggal, yang melibatkan
cengkeraman penis kreatif yang selalu membuat Langdon jijik.
Jauh lebih mudah dilihat adalah Genius of Victory karya Michelangelo, yang berdiri di
sisi kanan, mendominasi relung sentral di dinding selatan. Dengan tinggi hampir enam kaki,
patung ini dimaksudkan sebagai makam Paus Julius II yang ultrakonservatif Il Papa Terribile
imbalan yang selalu Langdon pikir ironis, mempertimbangkan sikap Vatikan dalam
homoseksualitas. Patung itu menggambarkan Tommaso dei Cavalieri, lelaki muda yang
dicintai Michelangelo di seluruh hidupnya dan orang yang dibuatkan lebih dari tiga ratus
soneta.
Aku tidak percaya aku tidak pernah di sini, Sienna berbisik di sampingnya, suaranya
tiba-tiba tenang dan hormat. Ini cantik.
Langdon mengangguk, mengingat kunjungan pertamanya ke tempat ini pada
kesempatan konser musik klasik spektakuler yang melibatkan pianis kenamaan dunia Mariele
Keymel. Meskipun hall utama sebenarnya ditujukan untuk pertemuan politik pribadi dan
audiensi dengan grand duke, saat ini lebih umum melibatkan musisi terkenal, dosen, dan pesta
makan malam dari sejarawan seni Maurizio Seracini hingga pesta pembukaan hitam dan putih
Museum Gucci yang bertabur bintang. Langdon kadang bertanya-tanya bagaimana perasaan
Cosimo I tentang berbagi hall pribadi sederhana dengan para CEO dan para model.
Langdon sekarang mengangkat pandangannya ke mural yang sangat besar yang
menghiasi dinding. Sejarah uniknya termasuk percobaan teknik lukis yang gagal oleh Leonardo
da Vinci, yang menghasilkan sebuah mahakarya yang meleleh. Juga ada pamer kekuatan
artistik yang dikepalai oleh Piero Soderini dan Machiavelli, yang bertanding satu sama lain
melawan dua raksasa Renaissance Michelangelo dan Leonardo memerintahkan mereka
untuk membuat mural di dinding yang berseberangan dalam ruangan yang sama.
Meskipun begitu, hari ini Langdon lebih tertarik pada salah satu keanehan sejarah yang
lain dari ruangan itu.
Cerca trova.
Yang mana karya Vasari? tanya Sienna, memindai mural.
Hampir semuanya, jawab Langdon, mengetahui bahwa sebagai bagian renovasi
ruangan, Vasari dan asistennya melukis ulang hampir semua yang ada di dalamnya, dari mural
dinding yang asli hingga tiga puluh sembilan panel tersembunyi yang menghiasi langit-langit
menggantung terkenalnya.
Tapi mural itu yang di sana, kata Langdon, menunjuk mural di kanan jauh mereka,
adalah yang kita datangi untuk dilihat Battle of Marciano karya Vasari.
Konfontrasi militer besar-besaran sepanjang lima puluh lima kaki dan lebih dari
bangunan tiga lantai. Disuguhkan dalam bayangan kemerahan coklat dan hijau pemandangan
sengit tentara, kuda, tombak, dan bendera semuanya berbenturan di sebuah padang rumput
lereng bukit.
Vasari, Vasari, bisik Sienna. Dan yang tersembunyi di suatu tempat di sana adalah
pesan rahasianya?
Langdon mengangguk saat dia menyipitkan mata ke arah atas mural yang sangat besar,
berusaha menemukan bendera perang hijau di mana Vasari melukiskan pesan misteriusnya
CERCA TROVA. Hampir tidak mungkin melihat dari bawah sini tanpa teropong, ujar
Langdon, menunjuk, tapi di atas bagian tengah, jika kamu melihat di bawah dua rumah petani
di lereng bukit, ada bendera hijau kecil yang miring dan

Aku melihatnya! ucap Sienna, menunjuk kuadran kanan atas, tepat di titik yang
benar.
Langdon berharap dia memiliki mata yang lebih muda.
Kedua orang itu berjalan mendekat ke mural yang menjulang, dan Langdon
memandang keindahannya. Akhirnya, mereka di sini. Satu-satunya masalah sekarang adalah
Langdon tidak yakin mengapa mereka di sini. Dia berdiri diam untuk waktu yang lumayan
lama, menatap detail dari mahakarya Vasari.
Jika aku gagal semuanya mati.
Pintu berderit di belakang mereka, dan pengurus gedung dengan kain pel melongok ke
dalam, terlihat tidak yakin. Sienna melambaikan tangan ramah. Pengurus gedung itu
mengamati mereka sesaat dan kemudian menutup pintu.
Kita tidak punya banyak waktu, Robert, desak Sienna. Kamu perlu berpikir. Apakah
lukisan ini menngingatkanmu akan sesuatu? Suatu kenangan?
Langdon meneliti suasana perang yang semrawut di atas mereka.
Kebenaran hanya dapat dilihat melalui mata kematian.
Langdon terpikir mungkin pada mural tersebut ada sesosok mayat dengan mata mati
menatap kosong menuju petunjuk lainnya dalam lukisan atau mungkin bahkan ke suatu
tempat di dalam ruangan itu. Sayangnya, sekarang Langdon melihat lusinan mayat di mural,
tak satupun yang pantas diperhatikan secara khusus dan tak satupun dengan mata mati yang
terarah ke suatu tempat secara khusus.
Kebenaran hanya dapat dilihat melalui mata kematian.
Langdon berusaha membayangkan garis penghubung dari satu mayat ke mayat lainnya,
berharap sebuah bentuk akan muncul, tapi dia tidak melihat apapun.
Kepala Langdon berdenyut lagi saat dengan kalut menyelami kedalaman ingatannya.
Suatu tempat di bawah sana, suara wanita berambut perak terus berbisik. Cari dan kamu akan
temukan.
Temukan apa?! Langdon ingin berteriak.
Dia memaksakan diri untuk menutup matanya dan menghembuskan nafas perlahan. Dia
memutar bahunya beberapa kali dan berusaha untuk membebaskan diri dari semua pikiran yang
membingungkan, berharap mengetuk insting keberaniannya.
Very sorry.
Vasari.
Cerca trova.
Kebenaran hanya dapat dilihat melalui mata kematian.
Nyalinya berkata, tanpa keraguan, bahwa dia berdiri di lokasi yang benar. Dan
sementara dia belum yakin mengapa, dia memiliki perasaan yang berbeda bahwa dia tidak jauh
dari menemukan apa yang mereka cari di sini.
Agen Bruder menatap kosong pada pantalon beludru merah dan tunik di lemari pajang di
hadapannya dan mengutuk di bawah nafasnya. Tim SRS-nya telah mencari di seluruh galeri
kostum, dan Langdon serta Sienna Brooks tidak ditemukan di manapun.
Surveillance and Response Support, pikirnya marah. Sejak kapan seorang profesor
perguruan tinggi mengelak dari SRS? Kemana gerangan mereka pergi!
Semua pintu keluar telah disegel, salah satu anak buahnya bersikeras. Satu-satunya
kemungkinan adalah mereka masih dalam taman.
Ketika ini terlihat logis, Bruder memiliki sensasi yang mendalam bahwa Langdon dan
Sienna Brooks telah menemukan jalan keluar lain.
Biarkan drone mengudara kembali, bentak Bruder. Dan beritahu polisi lokal untuk
memperluas area pencarian di luar dinding. Sialan!

Saat anak buahnya bergerak, Bruder meraih teleponnya dan memanggil orang yang
berwenang. Ini Bruder, ucapnya. Saya takut kita mendapatkan masalah serius. Beberapa
masalah sebetulnya.
BAB 36
Kebenaran hanya bisa dilihat melalui mata kematian.
Sienna mengulangi kalimat itu dalam hati sambil terus meneliti setiap inci dari mural
pertempuran brutal Vasari, mengharapkan adanya sesuatu yang mencolok.
Dia melihat mata kematian di mana-mana.
Yang mana yang kami cari?!
Dia bertanya-tanya apakah mungkin mata kematian itu mengacu pada semua mayat
membusuk yang tersebar di seluruh Eropa karena Kematian Hitam.
Setidaknya itu akan menjelaskan topeng wabahnya ....
Mendadak syair sebuah lagu kanak-kanak melompat ke dalam benak Sienna: Ring
around the rosie. A pocketful of posies. Ashes, ashes. We all fall down.
Dulu dia gemar mengucapkan lirik itu semasa bersekolah di Inggris, hingga ia
mendengar bahwa lirik itu berasal dari wabah Besar London pada 1665. Konon, ring around
the rosie (lingkaran di sekeliling warna merah dadu) merujuk pada bintil merah dadu di kulit
dengan lingkaran di sekelilingnya yang menunjukkan bahwa orang itu terinfeksi. Para
penderita akan membawa a pocketful of posies (sekantong penuh bunga) utuk menyamarkan
bau tubuh membusuk mereka sendiri dan bau busuk kota, tempat ratusan korban wabah jatuh
tewas setiap hari. Mayat-mayat itu lalu dikremasi. Ashes, Ashes. We fall down (Abu, abu. Kita
semua berjatuhan).
"For the love of God," celetuk Langdon mendadak, sambil berputar menuju dinding
yang berlawanan.
Sienna menoleh memandangnya. "Ada apa?".
"itulah nama karya seni yang pernah dipajang di sini. For the Love of God".
Sienna terpana menyaksikan Langdon bergegas melintasi ruangan menuju pintu kaca
kecil dan berusaha membukannya. Pintu itu terkunci. Langdon menempelkan wajah di kaca,
menangkupkan tangan dan mengintip pintu terkunci.
Sienna melambaikan tangan dengan ceria kepada penjaga itu, tetapi lelaki itu hanya
melototinya dengan dingin, lalu menghilang.
Lo Studiolo.
Di balik pintu kaca, persis di seberang kata-kata tersembunyi cerca trova dalam Hall of
Five Hundred, terdapat sebuah bilik mungil tak berjendela. Dirancang oleh Vasari sebagai
kamar kerja rahasia untuk Francesco I, Studiolo persegi itu menjulang ke langit-langit berkubah
yang membulat panjang, sehingga orang-orang yang berada di dalamnya mendapat kesan
sedang berada di dalamsebuah peti raksasa.
Bagian dalam bilik itu juga berkilau oleh benda-benda indah. Lebih dari tiga puluh
lukisan langka menghiasi dinding dan langit-langitnya, dipasang begitu berdekatan satu sama
lain hingga nyaris tidak meninggalkan ruang kosong. The Faal of Icarus ... An Allegory of
Human Life ... Nature Presenting Prometheus with Spectacular Gems ...
Ketika Langdon mengintip lewat kaca ke dalam ruangan menakjubkan di baliknya itu,
dia berbisik sendiri, "Mata Kematian".
Langdon berada di dalam Lo Studiolo untuk pertama kalinya saat mengikuti tur lorong
rahasia palazzo beberapa bulan lalu,dan dia terpukau ketika mengetahui adanya begitu banyak
pintu, tangga dan lorong tersembunyi dalam palazzo. Bagaikan sarang lebah dengan begitu

banyak ruangan Lo Studiolo juga menyembunyikan beberapa pintu rahasia di balik beberapa
lukisannya.
Namun, yang baru memicu minat Langdon bukanlah lorong rahasia. Dia malah teringat
pada sebuah karya seni modern yang pernah dilihatnya dipajang di sana --- For the Love of
God --- karya kontroversial Damien Hirst yang menimbulkan kegemparan ketika dipamerkan
dalam Studiolo Vasari.
Karya itu berupa cetakan tengkorak manusia ukuran asli dari platinum padat,
permukaannya ditutupi lebih dari delapan ribu berlian berkilau. Efeknya luar biasa. Rongga
mata kosong tengkorak itu berkilau oleh cahaya dan kehidupan dan kematian ... keindahan dan
kengerian. Walaupun tengkorak berlian Hirst sudah lama dipindahkan dari Lo Studiolo, ingatan
Langdon mengenainya telah memunculkan sebuah gagasan.
Mats kematian, pikirya. Tengkorak jelas memenuhi syarat bukan?.
Tengkorak sering mucul dalam Inferno Dante, dan yang paling terkenal adalah
hukuman brutal bagi Count Ugolino dalam lingkaran terbawah neraka -- dihukum untuk
sepanjang masa menggerogoti tengkorak seorang Uskup Agung jahat.
Apakah kami mencari tengkorak?
Langdon tahu, Studiolo yang misterius itu dibangun mengikuti tradisi "lemari bendabenda aneh". Hampir semua lukisannya diberi engsel rahasia sehingga bisa dibuka untuk
mengungkapkan lemari tersembunyi -- tempa duke menyimpan benda-benda aneh yang
menarik baginya: sampel mineral langka, bulu indah, fosil sempurna cangkang kerang, dan
konon bahkan tulang kering seorang biarawan yang dihiasi perak buata tangan.
Sayangnya, Langdon curiga semua isi lemari itu telah lama dipindahkan, dan dia tidak
pernah mendengar adanya tengkorak yang dipamerkan di sini selain karya Hirst.
Pikirannya langsung disela oleh bantingan keras pintu di sisi jauh lorong. Suara langkah
kaki cepat terdengar mendekat melintasi ruangan.
"Signore!" teriak sebuah suara marah. "Il salone non e aperto!---Ruangan ini belum
dibuka!".
Langdon berbalik dan melihat seorang pegawai perempuan berjalan menghampirinya.
Perempuan tiu bertubuh kecil dengan rambut cokelat pendek. Dia juga sedang hamil tua.
Perempuan itu bergerak cepat mendekati mereka sambil mengetuk-ngetuk arloji dan
meneriakkan sesuatu mengenai ruangan yang belum dibuka. Ketika semakin dekat, dia
memandang Langdon dan langsung berhenti berjalan, lalu menutup mulut dengan terkejut.
"Profesor Langdon!" teriaknya tampak malu. "Saya minta maaf! Saya tidak tahu Anda
berada di sini. Selamat datang kembali!".
Langdon terpaku.
Dia yakin sekali belum pernah melihat perempuan ini sebelumnya dalam hidupnya.
BAB 37
"Saya hampir tidak mengenali Anda, Profesor!" Kata perempuan itu dalam bahasa Inggris
beraksen sambil mendekati Langdon. "Karena pakaian anda." Dia tersenyum hangat dan
mengangguk kagum memandang baju setelan Brioni Langdon. "Sangat gaya. Anda tampak
nyaris seperti orang Italia."
Langdon langsung kehilangan kata-kata, tapi berhasil mengulaskan senyum sopan ketika
perempuan itu bergabung bersamanya. "Selamat ... pagi," sapanya tergagap. "Apa kabar?"
Perempuan itu tertawa sambil memegangi perutnya. "Lelah. Si kecil Catalina menendangnendang semalaman." Perempuan itu memandang ke sekelilingg ruangan, tampak
kebingungan. "Il Duomino tidak mengatakan Anda akan kembali hari ini. Beliau datang
bersama anda?"
Il Duomino? Langdon sama sekali tidak tahu siapa yang dibicarakan perempuan ini

Perempuan itu tampaknya terlihat kebingungan Langdon dan tergelak. "Tidak apa-apa, semua
orang di Florence memanggilnya dengan julukan itu. Beliau tidak keberatan." Dia memandang
ke sekeliling. "Apakah beliau mengizinkan anda masuk?"
"Ya," jawab Sienna, yang tiba di seberang ruangan, "tapi beliau harus menghadiri pertemuan
sarapan. Beliau bilang, Anda tidak keberatan jila kami tetap tinggal untuk melihat-lihat."
Dengan antusias, Sienna menjulurkan tangan. "Saya Sienna. Adik Robert."
Perempuan itu menjabat tangan Sienna dengan sangat resmi. "Saya Marta Alvarez. Bukankah
Anda beruntung -- memiliki Profesor Langdon sebagai pemandu pribadi?"
"Ya," jawab Sienna. "Dia pintar sekali!"
Muncul keheningan canggung ketika perempuan itu mengamati Sienna. "Aneh," katanya.
"Saya sama sekali tidak melihat kemiripan keluarga apa pun. Kecuali mungkin tubuh anda."
Langdon merasakan munculnya bencana. Sekarang atau tidak sama sekali.
"Marta," sela Langdon, berharap dia menyebut nama perempuan ini dengam benar. "Maaf
merepotkan Anda, tapi, yah ... saya rasa Anda mungkin bisa membayangkan mengapa saya
berada di sini."
"Sesungguhnya tidak," jawab perempuan itu sambil menyipitkan mata. "Saya benar-benar
tidak bisa membayangkan apa yang Anda lakukan di sini."
Jantung Langdon nyaris berhenti berdetak, dan dalam keheningan canggung, disadarinya
bahwa pertaruhannya akan gagal total. Mendadak mata Marta menyunggingkan senyum lebar
dan tertawa keras.
"Profesor, saya bergurau! Tentu saja saya bisa menebak mengapa Anda kembali. Sejujurnya,
saya tidak tahu mengapa Anda menganggap benda itu begitu menakjubkan. Tapi karena
semalam Anda dan Il Duomino menghabiskan waktu selama hampir satu jam di atas sana, saya
rasa Anda kembali untuk meunjukkannya kepada adik anda?"
"Benar ...," Tidak masalah. Mumpung saya juga menuju ke sana sekarang."
Jantung Langdon berdentam-dentam ketika mendongkak memandang balkon lantai dua di
bagian belakang ruangan. Aku di atas sana semalam? Dia tidak ingat apa pun. Balkon lantai
dua selainmemiliki ketinggian yang persis sama dengan kata-kata cerca trova, juga berfungsi
sebagai jalan masuk menuju museum palazzo, yang dikunjungi Langdon setiap kali dia berada
di di sini.
Marta mulai berjalan, tapi kemudian dia berhenti, seakan mendapat pikiran lain.
"Sesungguhnya, Professor, apakah Anda yakin kita tidak bisa menemukan yang lebih ceria
untuk ditunjukkan kepada adik tercinta Anda?"
Langdon sama sekali tidak tahu harus menjawab apa.
"Kita akan melihat sesuatu yang muram?" tanya Sienna. "Apa itu? Dia belum menceritakannya
kepada saya."
Marta tersenyum licik dan melirik Langdon. "Profesor, Anda ingin saya menceritakannya
kepada adik andam atau Anda lebih suka melakukannya sendiri?"
Langdon langsung menyambut peluang itu. "Silakan, Marta."
Marta berpaling kembali kepada Sienna, dan kini bicara dengan sangat perlahan-lahan. "Saya
tidak tahu apa yang telah diceritakan oleh kakak Anda, tapi kita akan naik ke museum untuk
melihat topeng yang sangat tak biasa."
Mata Sienna sedikit terbelalak. "Topeng apa? Salah satu topeng wabah jelek yang dikenakan
orang Carnevale?"
"Tebakan yang bagus," jawab Marta, "tapi tidak, itu bukan topeng wabah. Itu jenis topeng yang
jauh berbeda. Namanya topeng kematian."
Helaan napas terkejut Langdon jelas terdengar, dan Marta memberengut memandangnya,
tampaknya mengira Langdon bersikap terlalu dramatis dala upaya menakut-nakuti adiknya.

"Jangan dengarkan kakak Anda." kata perempuan itu. "Topeng kematian adalah praktk yang
sangat umum pada tahun 1500-an. Pada dasarnya, itu hanyalah cetakan plester wajah
seseorang, diambil beberapa saat setelah orang itu meninggal."
Topeng kematian. Langdon merasakan momen pemahaman pertama semenjak terjaga di
Florence. Inferno Dante ... cerca trova .... melihat melalui mata kematian. Topeng itu!
Sienna Bertanya, "Wajah siapa yang dicetak untuk membuat topeng itu?"
Langdon meletakkan sebelah tangannya di bahu Sienna dan menjawab setenang mungkin.
"Seorang penyair Italia terkenal. Namanya Dante Alighier.
BAB 38
MATAHARI MEDITERANIA bersinar terang di dek The Mendacium saat menghantam arus
laut Adriatik. Terasa bosan, provost menenggak habis Scotch keduanya dan menatap kosong
ke luar jendela kantornya.
Kabar dari Florence tidak baik.
Mungkin karena sejumlah alkohol semenjak pertama ia cicipi dalam waktu yang lama,
tapi dia merasa tersesat dan tak berdaya seolah-olah kapalnya kehilangan mesin dan hanyut
tanpa arah di air pasang.
Sensasi ini terasa asing bagi provost. Dalam dunianya, selalu ada kompas yang dapat
diandalkan protokol dan itu tidak pernah gagal menunjukkan jalan. Protokol menjadikannya
membuat keputusan sulit tanpa pernah melihat ke belakang.
Protokol juga yang mewajibkan penolakan Vayentha, dan provost melaksanakan
perbuatan itu tanpa ragu. Aku akan berurusan dengannya setelah krisis ini berlalu.
Protokol juga yang mewajibkan provost untuk tahu sesedikit mungkin tentang semua
kliennya. Dia telah memutuskan sejak lama bahwa Consortium tidak mempunyai tanggung
jawab etis untuk menilai mereka.
Sediakan layanan.
Percayai klien.
Jangan bertanya.
Selayaknya direktur kebanyakan perusahaan, provost hanya menyediakan layanan
dengan asumsi bahwa layanan tersebut akan diemplementasikan dalam koridor hukum. Di
samping itu, Volvo tidak mempunyai tanggung jawab untuk meyakinkan bahwa ibu seorang
pesepakbola tidak berlari melampaui zona sekolah, lebih dari Dell yang akan memegang
tanggung jawab jika seseorang menggunakan salah satu komputer mereka untuk meretas akun
bank.
Sekarang dengan semuanya tak gembira, provost diam-diam mengutuk kontak
terpercaya yang menyarankan klien ini pada Consortium.
Dia akan mudah dalam pemeliharaan dan dermawan, kontak tersebut
meyakinkannya. Lelaki ini brilian, bintang dalam bidangnya, dan tentu saja kaya. Dia hanya
perlu menghilang untuk setahun atau dua tahun. Dia ingin beberapa waktu untuk bekerja dalam
sebuah proyek penting.
Provost menyetujuinya tanpa banyak berpikir. Relokasi jangka panjang selalu
mendatangkan uang, dan provost mempercayai insting kontaknya.
Seperti diduga, pekerjaan ini mendatangkan banyak uang.
Sampai minggu kemarin.
Sekarang, dalam arus kekacauan yang diciptakan oleh lelaki ini, provost menemukan
dirinya melangkah dalam lingkaran di sekita sebotol Scotch dan menghitung hari hingga
tanggung jawabnya pada klien ini berakhir.
Telepon di mejanya berdering, dan provost melihat jika itu dari Knowlton, salah satu
fasilitator hebatnya, menelepon dari lantai bawah.

Ya, jawabnya.
Tuan, mulai Knowlton, nada gelisah dalam suaranya. Saya benci mengganggu anda
dengan ini, tapi seperti yang anda tahu, kita diminta untuk mengunggah video di media besok.
Ya, jawab provost. Apa sudah dipersiapkan?
Sudah, tapi saya pikir anda mungkin ingin melihatnya sebelum diunggah.
Provost terdiam, bingung. Apakah video itu menyebutkan kita dengan nama atau
membahayakan kita dengan cara apapun?
Tidak, tapi isinya cukup mengganggu. Klien muncul di layar dan berkata
Berhenti sampai di situ, perintah provost, terpaku karena seorang fasilitator senior
menentang sebuah pelanggaran protokol secara nyata. Isi tidak penting. Apapun isinya,
videonya harus dirilis dengan atau tanpa kita. Klien bisa saja dengan mudah merilis video itu
secara elektrik, tapi dia mempekerjakan kita. Dia membayar kita. Dia mempercayai kita.
Ya, pak.
Kamu dipekerjakan bukan sebagai kritikus film, tegur provost. Kamu dipekerjakan
untuk menjaga janji. Lakukan tugasmu.

Di Ponte Vecchio, Vayentha menunggu, mata tajamnya memindai ratusan wajah di jembatan.
Dia telah bersiaga dan merasa yakin bahwa Langdon belum melewatinya, tapi drone menjadi
diam, rupanya pelacakannya tak lagi dibutuhkan.
Bruder pasti telah menangkapnya.
Dengan enggan, dia mulai memperkirakan kemungkinan buruk dari penyelidikan
Consortium. Atau yang lebih buruk.
Vayentha kembali mengingat dua agen yang telah dipecat tidak pernah
mendengarnya lagi. Sederhananya mereka dipindahkan ke pekerjaan yang berbeda, dia
meyakinkan dirinya sendiri. Meski demikian, dia menemukan dirinya berpikir jika dia hanya
perlu pergi ke Tuscany, menghilang, dan menggunakan keahliannya untuk menemukan
kehidupan yang baru.
Tapi berapa lama aku dapat bersembunyi dari mereka?
Banyak target telah belajar langsung bahwa ketika Consortium menempatkanmu dalam
pandangan, privasi menjadi sebuah ilusi. Semua hanya masalah waktu.
Apakah karirku benar-benar berakhir seperti ini? dia bertanya-tanya, masih tidak dapat
menerima ikatan dinasnya selama 12 tahun di Consortium akan diputus melalui sebuah
rangkaian jeda yang tidak menguntungkan. Selama setahun dia mengawasi kebutuhan klien
Consortium bermata hijau dengan siaga. Bukan salahku dia bunuh diri dan tampaknya aku
jatuh bersamanya.
Satu-satunya kesempatan untuk menebusnya yaitu dengan menipu Bruder tapi dia
sudah tahu dari awal bahwa ini mempunyai kemungkinan yang kecil.
Aku mempunyai kesempatan itu tadi malam, dan aku gagal.
Saat Vayentha berbalik ke arah sepeda motornya dengan enggan, dia tiba-tiba menjadi
sadar akan sebuah suara di kejauhan dengungan bernada tinggi yang familiar.
Bingung, dia menengadah. Betapa terkejutnya dia, drone pengintai baru saja naik lagi,
kali ini di dekat ujung paling jauh Pitti Palace. Vayentha melihat ketika benda mungil itu
terbang mengitari istana.
Penempatan drone hanya berarti satu hal.
Mereka masih belum mendapatkan Langdon!
Dimana gerangan dia?

Dengungan tajam di atas kepala kembali menarik Dr. Elizabeth Sinskey dari igauannya. Drone
naik kembali? Tapi aku pikir
Dia menegakkan tubuhnya di kursi belakang van, di mana agen muda yang sama masih
duduk di sampingnya. Dia menutup matanya lagi, melawan sakit dan rasa mual. Namun yang
paling utama, dia melawan ketakutan.
Waktu mulai habis.
Meskipun musuhnya telah bunuh diri, dia masih melihat siluet dalam mimpinya,
mengajarnya dalam kegelapan Dewan Hubungan Luar Negeri.
Seseorang harus mengambil aksi berani, tegasnya, mata hijaunya berkilat. Jika bukan
kita, siapa? Jika bukan sekarang, kapan?
Elizabeth tahu dia harus menghentikannya ketika mendapatkan kesempatan. Dia tidak
akan pernah lupa ketika menerjang keluar dari ruang meeting dan menjadi marah di belakang
limo saat dia menyeberang dari Manhattan menuju Bandara Internasional JFK. Berantusias
untuk mengetahui siapa gerangan maniak itu, dia mengeluarkan telepon genggamnya untuk
melihat foto kejutan yang dia ambil darinya.
Ketika dia melihat fotonya, dia terhenyak. Dr. Elizabeth Sinskey tahu pasti siapa lelaki
itu. Kabar baiknya adalah dia akan sangat mudah dilacak. Berita buruknya adalah dia seorang
jenius di bidangnya seseorang yang sangat berbahaya.
Tak ada yang lebih kreatif . . . maupun menghancurkan melainkan pikiran cemerlang
dengan sebuah tujuan.
Saat dia tiba di bandara 30 menit kemudian, dia menelepon timnya dan menempatkan
lelaki ini dalam daftar bioterorisme di setiap agensi yang relevan di seluruh bumi - CIA, CDC,
ECDC, dan seluruh kerabat organisasinya di sepenjuru dunia.
Hanya ini yang dapat aku lakukan hingga aku kembali ke Jenewa, pikirnya.
Kelelahan, dia membawa kopornya untuk check-in dan menyerahkan paspor serta
tiketnya pada petugas.
Oh, Dr. Sinskey, ujar petugas itu sambil tersenyum. Seorang pria yang sangat baik
baru saja meninggalkan sebuah pesan untuk Anda.
Maaf? Elizabeth tahu tak seorangpun mempunyai akses ke informasi
penerbangannya.
Dia sangat tinggi? ucap petugas itu. Dengan mata hijau?
Sontak Elizabeth menjatuhkan tasnya. Dia di sini? Bagaimana?! Dia memutar badan,
melihat wajah-wajah di belakangnya.
Dia telah pergi, ucap petugas itu, tapi dia meminta kami untuk memberikan ini pada
Anda. Dia menyerahkan selembar kertas terlipat pada Elizabeth.
Gemetar, Elizabeth membuka lipatan kertas dan membaca catatan dalam tulisan tangan.
Itu merupakan kutipan terkenal dari karya Dante Alighieri.
Tempat tergelap di neraka
disediakan bagi mereka
yang mempertahankan kenetralan mereka
saat terjadi krisis moral.
BAB 39
MARTA ALVAREZ dengan lelah menatap ke atas tangga yang curam yang menanjak dari
Hall Lima Ratus menuju lantai dua museum.
Posso farcela, ucapnya pada dirinya sendiri. Aku bisa melakukannya.

Sebagai seorang administrator budaya dan seni di Palazzo Vecchio, Marta telah
mendaki tangga ini berkali-kali, tapi saat ini, dengan kehamilan lebih dari delapan bulan, dia
merasa tanjakan menjadi lebih melelahkan.
Marta, apa kamu yakin kita tidak perlu menggunakan lift? Robert angdon terlihat
cemas dan bergerak menuju layanan lift kecil di dekat situ, yang dipasang palazzo bagi
pengunjung yang cacat.
Marta tersenyum menghargai tapi menggelengkan kepalanya. Seperti yang aku bilang
tadi malam, dokterku mengatakan latihan sangat bagus untuk bayinya. Di samping itu,
Profesor, aku tahu Anda claustrophobia.
Langdon merasa aneh, terkejut akan komentarnya. Oh, benar. Aku lupa aku bilang
begitu.
Lupa dia bilang begitu? Marta bingung. Kurang dari dua belas jam yang lalu, dan kita
membicarakan kejadian di masa kecil yang membawa ketakutan.
Tadi malam, ketika sahabat gendut Langdon, il Duomino, naik lift, Langdon ditemani
Marta jalan kaki. Sepanjang jalan Langdon bercerita padanya tentang deskripsi nyata masa
kecilnya yang jatuh ke dalam sumur tak terpakai, yang meninggalkannya dalam ketakutan akan
ruangan tertutup.
Sekarang, sementara adik Langdon melompat di depan, kuncir kuda pirangnya di
belakangnya, Langdon dan Marta naik dengan perlahan, berhenti beberapa kali agar Marta
dapat menarik nafas. Aku terkejut Anda ingin melihat topeng itu lagi, katanya. Dari semua
bagian di Florence, yang satu ini menjadi yang paling tidak menarik.
Langdon mengangkat bahu, Aku kembali utamanya agar Sienna dapat melihatnya.
Ngomong-ngomong, terima kasih sudah mengijinkan kami masuk kembali.
Tentu saja.
Reputasi Langdon semalam mungkin memuaskan untuk mempengaruhi Marta agar
membukakan galeri untuknya, tapi kenyataan bahwa dia ditemani oleh il Duomino berarti
Marta benar-benar tidak mempunyai pilihan.
Ignazio Busoni pria yang dikenal sebagai il Duomino semacam selebriti di dunia
kebudayaan Florence. Direktur lama Museo dellOpera, Ignazio mengawasi semua aspek dari
situs sejarah yang paling terkemuka di Florence Il Duomo katedral berkubah merah padat
yang mendominasi sejarah dan langit kota Florence. Kegemarannya terhadap sesuatu yang
menjadi pertanda, dikombinasikan dengan berat badannya yang hampir 200 kg dan wajahnya
yang selalu merah, menghasilkan panggilan alaminya il Duomino si kubah kecil.
Marta tak habis pikir kenapa Langdon menjadi kenal dengan il Duomino, tapi kemudian
dia memanggilnya kemarin malam dan mengatakan bahwa dia ingin mengajak seorang tamu
untuk melihat secara pribadi topeng kematian Dante. Ketika tamu misteri itu berubah menjadi
simbolog dan sejarawan seni terkenal dari Amerika Robert Langdon, Marta merasakan sedikit
berdebar mempunyai kesempatan untuk menunjukan pada dua pria terkenal ini galeri palazzo.
Sekarang, saat mereka mencapai puncak tangga, Marta meletakkan tangannya di
pinggulnya, bernapas dalam. Sienna telah berada di pagar pengaman balkon, menatap ke
bawah ke Hall Lima Ratus.
Pemandangan favoritku dari ruangan ini, Marta terengah-engah. Kamu
mendapatkan seluruh perspektif mural yang berbeda. Aku kira kakakmu telah memberitahumu
tentang pesan misterius tersembunyi di sana? Dia menunjuk.
Sienna mengangguk antusias. Cerca trova.
Saat Langdon menatap lurus ke ruangan, Marta memandangnya. Dalam cahaya jendela
balkon, dia tak dapat membantu selain menyadari Langdon tidak terlihat seperti semalam.
Marta menyukai setelan barunya, tapi dia perlu bercukur, dan wajahnya terlihat pucat dan letih.
Rambutnya juga, yang semalam hitam dan penuh semalam, terlihat lepek pagi ini, seolah-olah
belum mandi.

Marta berpaling ke mural sebelum Langdon menangkapnya sedang menatapnya. Kita


berdiri di ketinggian yang hampir sama dengan cerca trova, ujar Marta. Kamu hampir dapat
melihat kata-kata itu dengan mata telanjang.
Adik Langdon terlihat tak peduli dengan mural. Ceritakan tentang topeng kematian
Dante. Kenapa berada di sini di Palazzo Vecchio?
Tidak kakak, tidak adik, pikir Marta mengerang dalam hati, masih bingung kenapa
topeng itu begitu mempesona mereka. Kemudian lagi, topeng kematian Dante memiliki sejarah
yang aneh, lebih-lebih belakangan ini, dan Langdon bukan yang pertama kali menunjukkan
keterpesonaan maniak akan topeng itu. Baik, ceritakan padaku, apa yang kamu tahu tentang
Dante?
Gadis cantik berambut pirang itu mengangkat bahu. Seperti yang semua orang pelajari
di sekolah. Dante seorang penyair berkebangsaan Italia paling terkenal dengan karyanya The
Divine Comedy, yang menjelaskan perjalanan imajinasinya melalui neraka.
Benar sebagian, jawab Marta. Dalam puisinya, Dante akhirnya meloloskan diri dari
neraka, berlanjut melalui tempat penyucian dosa, dan akhirmya tiba di surga. Jika kamu pernah
membaca The Divine Comedy, kamu akan melihat perjalanannya dibagi ke dalam tiga bagian
Inferno, Purgatorio, dan Paradizo. Marta mengarahkan mereka untuk mengikutinya
sepanjang balkon menuju pintu masuk museum. Alasan mengapa topeng itu diletakkan di sini
di Palazzo Vecchio tidak berkaitan dengan The Divine Comedy. Namun berkaitan dengan
kenyataan sejarah. Dante tinggal di Florence, dan dia mencintai kota ini layaknya orang lain
pernah mencintai suatu kota. Dia orang Florence yang sangat kuat dan terkemuka, tapi
kemudian ada sebuah pergantian kekuatan politik, dan Dante mendukung pihak yang salah,
sehingga dia diusir dilempar keluar dinding kota dan diberitahu bahwa dia tidak akan pernah
diijinkan untuk kembali lagi.
Marta berhenti sejenak untuk mengambil nafas ketika mereka mendekati pintu masuk
museum. Tangannya kembali di pinggulnya, mencondongkan tubuh ke belakang dan
meneruskan omongannya. Beberapa orang menyatakan nahwa pengusiran Dante adalah
alasan mengapa topeng kematiannya terlihat begitu sedih, tapi aku memliki teori lain. Aku
sedikit romantis, dan kupikir wajah sedihnya berkaitan dengan seorang gadis bernama Beatrice
Portinari. Tapi sayangnya, Beatrice mrnikah dengan lelaki lain, yang berarti Dante harus hidup
tidak hanya tanpa Florence tercintanya, tapi juga tanpa wanita yang sangat dia cintai. Cintanya
pada Beatricce menjadi tema utama dalam The Divine Comedy.
Menarik, Sienna berkata dengan nada seolah-olah dia tidak mendengarkan sepatah
katapun. Dan saya masih belum jelas mengapa topeng kematian itu disimpan di sini di dalam
palazzo?
Marta menemukan bahwa desakan gadis itu tidak biasa dan hampir tidak sopan. Baik,
lanjutnya, berjalan lagi, ketika Dante wafat, dia masih dilarang memasuki Florence, dan
karena Dante begitu mencintai Florence, membawa topeng kematiannya ke sini sama halnya
persembahan baginya.
Aku tahu, jawab Sienna. Dan pemilihan bangunan ini khususnya?
Palazzo Vecchio merupakan simbol kota Florence yang tertua dan, pada masa Dante,
merupakan jantung kota. Kenyataannya, terdapat sebuah lukisan terkenal di katedral yang
menunjukkan Dante berdiri diluar sebuah kota berdinding, terusir, sementara terlihat di latar
belakang menara palazzo kesayangannya. Dengan kata lain, dengan menyimpan topeng
kematiannya di sini, kita merasa seperti Dante akhirnya diperbolehkan untuk pulang ke
rumah.
Itu bagus, ujar Sienna, merasa puas. Terima kasih.
Marta sampai di pintu museum dan mengetuk tiga kali. Sono io, Marta! Buongiorno!

Beberapa kunci bergerincing di dalam dan pintu terbuka. Penjaga yang agak tua
tersenyum lelah padanya dan melihat arlojinya. E un po presto, ucapnya tersenyum. Sedikit
terlalu awal.
Sebagai penjelasan, Marta bergerak menuju Langdon , dan penjaga tersebut segera
terlihat cerah. Signore! Bentornato! Selamat datang kembali!
Grazie, jawab Langdon dengan ramah saat penjaga tersebut mengajak mereka
masuk.
Mereka berjalan melalui sebuah lobi kecil, dimana penjaga itu menonaktifkan sistem
pengaman dan kemudian pintu kedua yang lebih berat. Ketika pintu itu mengayun terbuka, dia
melangkah ke samping, mengayunkan lengannya dengan sopan. Ecco il museo!
Marta tersenyum berterima kasih dan membiarkan tamu-tamunya masuk.
Ruangan yang digunakan museum ini sebenarnya didesain untuk kantor pemerintahan,
yang berarti berupa labirin ruangan berukuran sedang dan lorong yang mengitari separuh
bangunan, bukan ruang galeri yang terbentang luas.
Topeng kematian Dante di sekitar sudut ruangan, Marta memberitahu Sienna.
Dipajang di sebuah ruangan sempit yang disebut landito, yang sebenarnya hanyalah jalan
antara dua ruangan yang lebih besar. Kabinet antik yag terpasang di dinding menahan topeng,
yang menjaganya tak terlihat sampai kamu menariknya. Untuk alasan ini, banyak pengunjung
yang melintasi topeng itu bahkan tanpa peduli!
Langdon melangkah lebih cepat, mata menatap lurus ke depan, seolah-olah topeng
tersebut memiliki sejenis kekuatan aneh baginya. Marta menyenggol Sienna dan berbisik,
Kentara sekali, kakakmu tidak tertarik dengan yang lain, tapi selama kamu di sini, kamu
sebaiknya tidak melewatkan globe Mappa Mundi di Hall of Maps.
Sienna mengangguk sopan dan terus melangkah, matanya juga lurus ke depan. Marta
hampir tidak dapat menyamakan langkahnya. Ketika mereka sampai di ruang ketiga, Marta
tertinggal sedikit di belakang dan akhirnya berhenti.
Profesor? teriaknya, terengah-engah. Mungkin Anda ingin menunjukkan pada
adikmu beberapa galeri sebelum kita melihat topengnya?
Langdon berbalik, teralihlan perhatiannya, seolah-olah kembali ke masa kini dari angan
yang jauh. Maaf?
Dengan kehabisan nafas Marta menunjuk pada kotak display terdekat. Salah satu
cetakan paling awal dari The Divine Comedy?
Ketika Langdon akhirinya melihat Marta mengusap keningnya dan mencoba menarik
nafas, dia terlihat malu. Marta, maafkan aku! Tentu saja, ya, melihat sekilas pada tulisan itu
bisa jadi bagus.
Langdon segera kembali, membiarkan Marta membawa mereka menuja sebuah kotak
antik. Di dalamnya sebuah buku bersampul kulit, terganjal membuka pada halaman judul
berornamen: La Divina Commedia: Dante Alighieri.
Luar biasa, ucap Langdon, terdengar terkejut. Aku mengenali sampul mukanya. Aku
tidak tahu kamu mempunyai salah satu edisi asli Numeister,
Tentu saja kamu tahu, pikir Marta, bingung. Aku menunjukkannya padamu semalam!
Di pertengahan abad keempatbelas, Langdon berkata dengan terburu-buru pada
Sienna, Johann Numeister menciptakan edisi cetak pertama dari karya ini. Beberapa ratus
salinan dicetak, tapi hanya sekitar selusin yang selamat. Mereka sangat langka.
Bagi Marta, Langdon sedang bertingkah bodoh agar bisa pamer pada saudara mudanya.
Tidak menjadikannya sombong bagi profesor yang reputasinya adalah seorang akademisi
rendah hati.
Salinan ini adalah pinjaman dari Perpustakaan Laurentian, tawar Marta. Jika kamu
dan Robert tidak mengunjungi sana, kalian hendaknya ke sana. Mereka memiliki tangga yang
hebat yang didesain oleh Michelangelo, yang membawa ke ruang baca publik yang pertama di

dunia. Buku-bukunya sebenarnya dirantai ke dudukannya sehingga tak seorangpun dapat


membawanya keluar. Tentu saja, kebanyakan hanyalah salinan di dunia.
Menakjubkan, ucap Sienna, melirik lebih dalam ke museum. Dan topeng itu lewat
sini?
Mengapa terburu-buru? Marta perlu sedikit waktu untuk mengembalikan nafasnya.
Ya, kamu mungkin tertarik mendengar ini. Dia menunjuk sebuah ruangan kecil menuju
tangga kecil yang menghilang menuju langit-langit. Itu menuju serambi pandang di kasau
dimana kamu dapat benar-benar melihat ke bawah pada atap gantung terkenal karya Vasari.
Saya akan dengan senang hati menunggu di sini jikak kalian ingin
Tolong, Marta, potong Sienna. Saya ingin sekali melihat topeng itu. Kami hanya
punya sedikit waktu.
Marta menatap gadis muda yang cantik itu, bingung. Dia sangat tidak suka orang asing
baru menyebut satu sama lain dengan nama pertama mereka. Aku Signora Alvarez, diam-diam
dia menghardik. Dan aku sedang membantumu.
OK, Sienna, ujar Marta singkat. Topeng itu lewat sini.
Marta tak membuang waktu lagi, memberikan informasi pada Langdon dan adiknya,
maupun komentar, selama mereka melalui ruangan kosong di galeri tersebut menuju tempat
topeng berada. Semalam, Langdon dan il Duomino menghabiskan hampir setengah jam di
andito sempit, melihat topeng tersebut. Marta, penasaran dengan keingintahuan para pria itu,
bertanyai jika kekaguman mereka bagaimanapun juga berkaitan dengan rangkaian tak biasa
dari kejadian di sekelilinng topeng itu selama beberapa tahun yang telah lalu. Langdon dan il
Duomino menjadi gugup, tidak menjawab dengan pasti.
Sekarang, saat mereka mendekati andito, Langdon mulai menjelaskan pada saudaranya
proses sederhana yang digunakan untuk membuat topeng kematian. Penjelasannya, yang suka
didengarkan oleh Marta, sangat akurat, tidak seperti tuduhan palsu yang tidak pernah dia lihat,
salinan langka The Divine Comedy.
Sesaat setelah kematian,jelas Langdon, mayat dibaringkan, dan mukanya dilumuri
minyak zaitun. Kemudian selapis gips basah dipadatkan ke kulit, menutupi semuanya mulut,
hidup, kelopak mata dari garis rambut ke bawah ke leher. Ketika sudah mengeras, gips itu
dengan mudah diangkat dan digunakan sebagai cetakan bagi tuangan gips baru. Gips ini
mengeras ,emjadi replika muka mayat dengan detail yang sempurna. Praktik seperti ini tersebar
luas umumnya untuk mengenang orang-orang terkenal dan para jenius Dante, Shakespeare,
Voltaire, Tasso, Keats mereka semua mempunyai topeng kematian.
Dan di sinilah kita sekarang, Marta mengumumkan saat ketiga orang itu tiba di luar
andito. Dia melangkah ke tepi dan mempersilakan adik Langdon untuk masuk lebih dulu.
Topengnya ada di kotak pajangan di dinding di sisi kirimu. Kami minta kamu tetap berada di
luar pembatas.
Terima kasih, Sienna memasuki koridor sempit, berjalan menuju kotak pajangan, dan
mengintip ke dalam. Matanya mendadak terbelalak, dan dia menatap kembali kakaknya dengan
ekspresi ketakutan.
Marta telah melihat berbagai reaksi ribuan kali; pengunjung seringnya terguncang dan
terpukul mundur pada pandangan sekilas mereka yang pertama roman muka Dante yang
berkerut menakutkan, hidung bengkok, dan mata tertutup.
Marta mengerang. Che esagerato. Dia mengikuti Langdon masuk. Tapi ketika dia
melihat ke kabinet, dia, juga, terhenyak. Oh mio Dio!
Marta Alvarez sudah memperkirakan melihat wajah mati Dante yang familiar menatap
balik padanya, namun, apa yang dia lihat adalah interior kabinet dari kain satin merah dan
sebuah pasak yang normalnya digantungi oleh topeng itu.
Marta menutup mulutnya dan menatap ngeri pada kotak pajangan yang kosong.
Nafasnya memburu dan dia meraih salah satu pembatas untuk menyokong dirinya. Akhirnya,

dia mengalihkan matanya dari kabinet kosong dan bergerak ke arah penjaga malam di pintu
masuk utama.
La maschera di Dante! dia berteriak seperti wanita gila. La mascheradi Dante e sparita!
BAB 40
MARTA ALVAREZ GEMETAR di depan kabinet pajangan yang kosong. Dia berharap rasa
sesak yang menyebar melalui perutnya adalah karena panik dan bukan rasa sakit menjelang
melahirkan.
Topeng kematian Dante hilang!
Dua penjaga keamanan sekarang waspada penuh, setibanya di andito, melihat kotak
yang kosong, dan melompat beraksi. Salah satunya langsung menuju ruang kontrol video
terdekat untuk mengakses rekaman kamera keamanan semenjak tadi malam, sementara yang
seorang lagi baru saja selesai melaporkan pencurian pada polisi melalui telepon.
La polizia arrivera tra venti minuti! penjaga itu memberitahu Marta saat dia menutup
teleponnya.
Venti minuti?! tuntut Marta. Dua puluh menit?! Kita menghadapi pencurian karya
seni besar!
Penjaga tersebut menjelaskan bahwa dia diberitahu bahwa sebagian besar polisi kota
sedang menangani krisis yang jauh lebih serius dan mereka berusaha untuk menemukan agen
yang bisa untuk datang dan memberi pernyataan.
Che cosa portrebbe esserci di piu grave?! Marta meracau. Apa yang bisa menjadi
lebih serius?!
Langdon dan Sienna saling menatap resah, dan Marta merasakan bahwa kedua tamunya
sedang menahan beban sensorik yang terlalu berat. Tidak mengejutkan. Baru saja berhenti
untuk melihat sekilas pada topeng itu, mereka sekarang menjadi saksi mata, konsekuensi dari
pencurian karya seni besar. Tadi malam, entah bagaimana, seseorang mendapatkan akses ke
galeri dan mencuri topeng kematian Dante.
Marta tahu ada jeuh lebih banyak benda berharga di museum yang bisa dicuri, jadi dia
berusaha bergantung pada rejekinya. Meskipun demikian, ini merupakan pencurian pertama
dalam sejarah museum ini. Aku bahkan tidak tahu protokolnya!
Marta tiba-tiba merasa lemas, dan dia kembali meraih salah satu pembatas untuk
menyokongnya.
Kedua penjaga galeri muncul dengan kebingungan saat mereka menceritakan kembali
pada Marta aksi dan kejadian sebenarnya tadi malam. Sekitar pukul sepuluh malam, Marta
masuk dengan il Duomino dan Langdon. Beberapa saat kemudian, ketiganya keluar bersamaan.
Penjaga mengunci ulang pintu, menyetel ulang alarm, dan sejauh yang mereka tahu, tak
seorangpun masuk atau keluar galeri semenjak itu.
Mustahil! Marta memaki dalam bahasa Italia. Topeng itu ada di kabinet ketika kami
bertiga meninggalkannya tadi malam, pastinya seseorang berada di dalam galeri setelah itu!
Penjaga itu menunjukkan telapak tangannya, terlihat bingung. Noi non abbiamo visto
nessuno!
Sekarang, dengan polisi sedang dalam perjalanan, Marta bergerak secepat yang
diijinkan oleh tubuh hamilnya ke arah ruang kontrol keamanan. Langdon dan Sienna semakin
gugup di belakangnya.
Video keamanan, pikir Marta. Itu akan menunjukkan pada kita lebih tepatnya siapa
yang berada di sini tadi malam!

Tiga blok dari sana, di Ponte Vecchio, Vayentha bergerak menuju bayangan saat sepasang
petugas polisi menyeruak melalui kerumunan, mengkanvas (atau apa istilahnya ya?? penj.)
area dengan foto Langdon.
Saat petugas itu mendekati Vayentha, salah satu radio mereka berbunyi berita laporan
rutin bagi semua unit. Pengumumannya singkat dan dalam bahasa Italia, tapi Vayentha
menangkap intinya: Setiap petugas yang ada di area Palazzo Vecchio harus melapor untuk
mengambil pernyataan di museum palazzo.
Petugas itu menjawab refleks, tapi Vayentha mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
Il Museo di Palazzo Vecchio?
Kegagalan besar tadi malam kegagalan besar yang merusak karirnya berlangsung
di lorong kecil di luar Palazzo Vecchio.
Laporan polisi itu berlanjut, dalam bahasa Italia yang statis yang sebagian besar tidak
dapat dipahami, kecuali dua kata yang terdengar jelas: Dante Alighieri.
Tubuh Vayentha menegang seketika. Dante Alighieri?! Tentunya ini bukanlah
kebetulan. Dia berputar ke arah Palazzo Vecchio dan menangkap sebuah menara di puncak
atap bangunan terdekat.
Apa yang sebenarnya terjadi di museum? Tanyanya. Dan kapan?!
Mengesampingkan hal-hal khusus, Vayentha telah menjadi analis lapangan cukup lama
untuk tahu bahwa kebetulan merupakan hal yang tidak umum daripada yang kebanyakan
orang pikirkan. Museum Palazzo Vecchio DAN Dante? Ini tentunya berkaitan dengan
Langdon.
Vayentha sudah menduga bahwa Langdon akan kembali ke kota tua. Hanya terasa
kota tua adalah tempat Langdon berada tadi malam ketika semuanya mulai menjadi tak
terselesaikan.
Sekarang, dalam cahata siang, Vayentha bertanya-tanya jika Langdon entah bagaimana
kembali ke area sekitar Palazzo Vecchio untuk menemukan apapun yang sedang dia cari. Dia
yakin Langdon tidak menyebarang jembatan ini menuju kota tua. Banyak jembatan lain, dan
tampaknnya lebih jauh jika berjalan dari Taman Boboli.
Di bawahnya, dia memperhatikan empat orang dengan mantel regu dayung meluncur
melalui air dan melintas di bawah jembatan. Tertulis SOCIETA CANOT-TIERI FIRENZE /
KLUB MENDAYUNG FLORENCE di lambung kapalnya. Warna mantel yang merah
menyolok dan dayung berwarna putih berpadu dalam kesatuan yang sempurna.
Apa Langdon mengambil sebuah perahu untuk menyeberang? Tampak mustahil dan
sesuatu memberitahunya, laporan polisi mengenai Palazzo Vecchio merupakan sebuah isyarat
yang semestinya dia perhatikan.
Tidak ada kamera, per favore! seorang wanita memanggil dalam bahasa inggris
beraksen.
Vayentha berbalik dan melihat pom-pom jingga berumbai berkibar di sebuah tongkat
saat seorang pemandu wisata wanita berusaha menggiring sekelompok barisan wisatawan
melintasi Ponte Vecchio.
Di atas kalian adalah mahakarya terbesar Vasari! pemandu itu berteriak dengan
antusiasme yang terlatih, mengangkat pom-pomnya ke udara dan mengarahkan pandangan
setiap orang ke atas.
Vayentha tidak memperhatikannya sebelumnya, tapi di sana terdapat struktur lantai dua
yang melintang di atas pertokoan seperti sebuah apartemen kecil.
Koridor Vasari, pemandu itu mengumumkan. Sepanjang hampir satu kilometer dan
menyediakan jalur aman bagi keluarga Medici antara Pitti Palace dan Palazzo Vechio.
Mata Vayentha terbelalak saat dia menyadari struktur serupa terowongan di atasnya.
Dia pernah mendengar tentang koridor itu, tapi hanya tahu sangat sedikit tentangnya.
Itu mengarah ke Palazzo Vecchio?

Bagi mereka dengan koneksi VIP, yang hanya sedikit jumlahnya, pemandu itu
melanjutkan, mereka dapat mengakses koridor bahkan sampai sekarang. Itu merupakan
sebuah galeri seni yang menakjubkan yang membentang sepanjang Palazzo Vecchio ke sudut
timur laut Taman Boboli.
Apapun yang dikatakan oleh pemandu wisata itu selanjutnya, Vayentha tidak
mendengar.
Dia telah berlari ke sepeda motornya.
BAB 41
JAHITAN DI kulit kepala Langdon berdenyut kembali saat dia dan Sienna berdesakan di dalam
ruang video kontrol dengan Marta dan kedua penjaga. Ruangan yang terbatas tak lebih dari
ruangan pesta yang dipenuhi tumpukan hard drive dan monitor komputer. Udara di dalam sana
panas dan pengap serta tercium aroma asap rokok.
Langdon merasa dinding-dinding di sekelilingnya mendadak tertutup.
Marta duduk di depan monitor video, yang telah dalam mode playback dan
menampilkan gambar hitam-putih kabur dari andito, diambil dari atas pintu. Waktu yang
tercetak di layar mengindikasikan bahwa rekaman telah diset pada kemarin pagi tepatnya 24
jam yang lalu nyata sekali sebelum museum dibuka dan masih lama sebelum kedatangan
Langdon dan il Duomino yang misterius malam itu.
Salah satu penjaga mempercepat video, dan Langdon melihat gelombang wisatawan
mengalir cepat ke dalam andito, bergerak dalam gerakan tersentak-sentak yang cepat.
Topengnya sendiri tidak terlihat dari sudut pandang ini, tapi jelas masih di dalam kotak
pajangannya saat beberapa wisatawan berhenti untuk mengintip ke dalam atau mengambil foto
sebelum melanjutkan perjalanan.
Cepatlah, pikir Langdon, mengetahui bahwa polisi sedang dalam perjalanan. Dia
bertanya-tanya apakah dia dan Sienna perlu minta diri dan lari, tapi mereka perlu melihat video
ini: apapun yang ada dalam rekaman ini akan menjawab banyak pertanyaan tentang apa yang
sedang terjadi.
Video berlanjut, sekarang lebih cepat, dan bayangan sore mulai bergerak melintasi
ruangan. Wisatawan masuk dan keluar hingga akhirnya kerumunan mulai menipis, dan
kemudian mendadak hilang seluruhnya. Saat waktu yang tercetak melewati 1700 jam, lampu
museum padam dan semuanya senyap.
Pukul 17.00. Waktu tutup.
Aumenti la velocita, perintah Marta, mencondongkan tubuhnya di kursi dan menatap
layar.
Penjaga itu mempercepat video, waktunya tercetak cepat, hingga tiba-tiba, sekitar jam
10 malam, cahaya lampu di museum berkedip menyala kembali.
Penjaga itu segera melambatkannya dalam kecepatan biasa.
Sesaat kemudian, sosok hamil Marta Alvarez terlihat dalam pandangan. Dia diikuti oleh
Langdon, yang masuk dengan mengenakan jas Harris Tweed Camberley, celana khaki ketat,
dan sepatu cordovan miliknya. Dia bahkan melihat kilatan arloji Mickey Mouse mengintip dari
bawah lengan bajunya saat dia berjalan.
Di sanalah aku sebelum tertembak.
Langdon merasa tidak nyaman melihat dirinya sendiri melakukan sesuatu yang sama
sekali tidak diingatnya. Tadi malam aku di sini melihat topeng kematian? Entah bagaimana,
antara kemudian dan sekarang, dia kehilangan bajunya, arloji Mickey Mouse miliknya, dan
dua hari kehidupannya.
Saat video tersebut berlanjut, dia dan Sienna merapat di belakang Marta dan para
penjaga untuk melihat lebih jelas. Rekaman bisu itu berlanjut, memperlihatkan Langdon dan

Marta tiba di kotak pajangan dan mengagumi topeg itu. Saat mereka melakukan itu, bayangan
besar menggelapkan pintu di belakang mereka, dan seorang pria obesitas yang sakit-sakitan
menyeret kakinya ke dalam frame. Dia mengenakan setelan warna sawo matang, membawa
sebuah tas jinjing, dan hampir tidak muat melalui pintu. Perutnya yang besar bahkan membuat
Marta yang sedang hamil terlihat ramping.
Langdon langsung dapat mengenali lelaki itu. Ignazio?!
Itu Ignazio Busoni, Langdon berbisik di telinga Sienna. Direktur Museo dellOpera
del Duomo. Kenalanku semenjak beberapa tahun yang lalu. Aku hanya tidak pernah
mendengarnya dipanggil il Duomino.
Julukan yang tepat, jawab Sienna perlahan.
Beberapa tahun yang lalu, Langdon berkonsultasi dengan Ignazio tentang artefak dan
sejarah yang berkaitan dengan Il Duomo basilika yang menjadi tanggung jawabnya tapi
sebuah kunjungan ke Palazzo Vecchio sama sekali di luar ranah Ignazio. Kemudian lagi,
Ignazio Busoni, selain sebagai sosok yang berpengaruh dalam dunia seni Florence, juga
cendekiawan dan penggemar Dante.
Sumber informasi yang logis bagi topeng kematian Dante.
Saat Langdon mengembalikan perhatiannya ke video, Marta sekarang terlihat
menunggu dengan sabar, bersandar di dinding belakang andito ketika Langdon dan Ignazio
mencondongkan diri melewati pagar pengaman untuk mendapatkan pandangan sedekat
mungkin dengan topeng. Saat kedua lelaki itu meneruskan pemeriksaan dan diskusinya, menitmenit terus berlalu, dan Marta dapat terlihat mengecek arlojinya dengan hati-hati di belakang
mereka.
Langdon berharap rekaman keamanan itu ada suaranya. Apa yang sedang Ignazio dan
aku bicarakan? Apa yang sedang kita cari?!
Lalu, di layar, Langdon melangkah melalui pagar pengaman dan merangkak langsung
ke depan kabinet, mukanya hanya beberapa inci dari kaca. Marta tiba-tiba turut campur tangan,
jelas sekali menegurnya, dan Langdon dengan menyesal melangkah mundur.
Maaf jika aku terlalu keras, ujar Marta, menatap melalui bahunya. tapi sudah aku
bilang, kotak pajangan itu antik dan sangat rapuh. Pemilik topeng itu menginginkan kami
menjaga orang-orang untuk tetap di belakang pagar pengaman. Dia tidak akan pernah
mengijinkan staff kita untuk membuka kotak tanpa kehadirannya.
Kata-katanya memerlukan sedikit waktu untuk dicerna. Pemilik topeng? Langdon
mengira topeng itu merupakan properti museum.
Sienna terlihat sama terkejutnya dan segera berseru. Museum tidak memiliki topeng
itu?
Marta menggelengkan kepalanya, matanya kembali ke layar monitor. Seorang
pelanggan yang sangat kaya menawarkan diri untuk membeli topeng kematian Dante dari
koleksi kami dan meninggalkannya untuk dipajang secara permanen di sini. Dia menawarkan
suatu keberuntungan kecil, dan dengan senang hati kami menerimanya.
Tunggu, ucap Sienna. Dia membayar topeng itu dan membiarkanmu
menyimpannya?
Rencana yang umum, kata Langdon. Akuisisi filantropis suatu cara bagi
penyumbang untuk memberi hibah yang besar tanpa mendaftarkan pemberian itu sebagai suatu
donasi amal.
Penyumbangnya adalah seseorang yang tidak biasa, ujar Marta. Seorang
cendekiawan asli Dante, dan sedikit bagaimana kamu mengatakannya fanatico?
Siapa dia? tuntut Sienna, nada bicaranya yang santai terikat dengan suatu desakan.
Siapa? Marta mengernyitkan dahi, masih menatap layar. Yah, kamu mungkin baru
saja membaca tentangnya di berita milyarder Swiss Bertrand Zobrist?

Bagi Langdon nama itu agak tidak familiar, tapi Sienna mencengkeram lengan
Langdon dan meremasnya kuat, terlihat seolah-olah dia baru saja melihat hantu.
Oh, ya ucap Sienna perlahan-lahan, wajahnya pucat pasi. Bertrand Zobrist. Ahli
biokimia terkenal. Membuat sebuah keberuntungan dalam mendapatkan hak paten biologi saat
usianya masih muda. Dia berhenti, menghembuskan nafas berat. Mencondongkan tubuhnya
dan berbisik pada Langdon. Zobrist pada dasarnya menciptakan lahan manipulasi bakteri.
Langdon tidak tahu apa itu manipulasi bakteri, tapi itu mempunyai kaitan yang
berbahaya, terutama dalam paparan gambar yang belakangan ini melibatkan wabah dan
kematian. Dia bertanya-bertanya apakah Sienna tahu begitu banyak tentang Zobrist karena
pembaca yang baik pada bidang kedokteran atau mungkinkah karena mereka berdua samasama anak muda berbakat. Apakah para ilmuwan saling mengikuti karya ilmuwan yang lain?
Aku pertama kali mendengar tentang Zobrist beberapa tahun yang lalu, jelas Sienna,
ketika dia membuat beberapa deklarasi yang sangat provokatif di media tentang pertumbuhan
populasi. Dia diam sejenak, mukanya muram. Zobrist adalah pendukung Persamaan Bencana
Populasi.
Maaf?
Intinya itu merupakan sebuah pengenalan matematis bahwa populasi bumi meningkat,
orang-orang hidup lebih lama, dan sumber daya alam kita semakin menyusut. Persamaan itu
memprediksikan bahwa tren yang sedang berlangsung tidak menghasilkan apapun selain
bencana berupa kebobrokan masyarakat. Zobrist secara publis memprediksikan bahwa ras
manusia tidak akan bertahan di abad berikutnya kecuali kita mempunyai beberapa jenis
acara pemusnahan massal. Sienna menghela nafas berat dan menatap mata Langdon.
Faktanya, Zobrist pernah mengatakan bahwa hal terbaik yang pernah terjadi di Eropa adalah
Kematian Hitam.
Langdon menatapnya dengan terkejut. Bulu kuduknya meremang saat, sekali lagi,
gambaran topeng wabah berkilas di benaknya. Dia telah berusaha sepanjang pagi untuk
melawan perasaan bahwa dilemanya saat ini berkaitan dengan sebuah wabah mematikan
tapi perasaan itu semakin sulit untuk dibantah.
Dengan Bertrand Zobrist mendeskripsikan Kematian Hitam sebagai hal terbaik yang
pernah terjadi di Eropa sangatlah mengerikan, dan Langdon tahu bahwa banyak sejarawan
mencatat keuntungan sosio-ekonomi jangka panjang dari pemusnahan massal yang
berlangsung di Eropa pada tahun 1300an. Wabah yang sebelumnya, populasi berlebih,
kelaparan, dan kesulitan ekonomi telah mendefinisikan Zaman Kegelapan. Kedatangan
seketika Kematian Hitam, selain mengerikan, secara efektif telah menipiskan gerombolan
manusia, menghasilkan makanan dan peluang yang melimpah, yang menurut banyak
sejarawan, menjadi katalisator utama ke masa Renaissance.
Saat Langdon menangkap simbol biohazard di tabung berisi peta inferno Dante yang
dimodifikasi, pikiran dingin menghantamnya: proyektor kecil yang seram telah dibuat oleh
seseorang dan Bertrand Zobrist biokimiawan dan fanatik Dante sekarang menjadi
kandidat yang logis.
Bapak manipulasi genetik bakteri. Langdon merasakan kepingan puzzle sekarang jatuh
pada tempatnya. Sayangnya, gambar yang semakin jelas terasa semakin menakutkan.
Percepat bagian ini, Marta memerintah penjaga itu, terdengar ingin sekali melewati
tayangan Langdon dan Ignazio Busoni mempelajari topeng sehingga dia dapat menemukan
siapa yang telah masuk ke dalam museum dan mencurinya.
Penjaga menekan tombol pemercepat, dan waktu yang tercetak berakselerasi.
Tiga menit enam menit delapan menit.
Di layar, Marta dapat terlihat berdiri di belakang kedua lelaki itu, berdiri gelisah dan
berulang kali melihat arlojinya.
Maaf jika kami berbicara terlalu lama, ucap Langdon. Kamu terlihat tidak nyaman.

Salahku sendiri, jawab Marta. Kalian berdua mendesak aku untuk pulang dan biar
penjaga yang membawa kalian keluar, tapi aku rasa itu akan sangat kejam.
Tiba-tiba, di layar, Marta menghilang. Penjaga memperlambat video ke kecepatan
normal.
Tidak apa-apa, ucap Marta. Aku ingat pergi ke toilet.
Penjaga itu mengangguk dan meraih tombol pemercepat kembali, tapi sebelum dia
menekannya, Marta meraih lengannya. Aspetti!
Dia memiringkan kepalanya dan menatap monitor dengan kebingungan.
Langdon juga melihatnya. Apa-apan ini?!
Di layar, Langdon meraih saku jas tweed-nya dan mengeluarkan sepasang sarung
tangan operasi, yang sekarang ditariknya ke tangannya.
Pada saat yang bersamaan, il Duomino memposisikan dirinya di belakang Langdon,
mengintai lorong di mana Marta tadi sempoyongan menuju toilet. Setelah beberapa saat, lelaki
gemuk itu mengangguk pada Langdon sebagai tanda bahwa sisi itu aman.
Apa yang kami lakukan?!
Langdon melihat dirinya di video saat tangan bersarungnya menjangkau dan
menemukan sisi pintu kabinet dan kemudian, menarik dengan begitu hati-hati hingga engsel
antik terangkat dan pintunya mengayun terbuka dengan pelan menampilkan topeng
kematian Dante.
Marta Alvarez tercekat ngeri dan membawa tangannya ke wajahnya.
Dalam kengerian Marta, Langdon melihat dirinya dalam ketidakpercayaan mutlak saat
dia meraih ke dalam kotak, dengan hati-hati menggenggam topeng kematian Dante dengan
kedua tangan, dan mengangkatnya keluar.
Dio mi salvi! Marta meledak-ledak, menahan diri dan berbalik menghadap Langdon.
Cosha fatto? Perche?
Sebelum Langdon dapat merespon, salah satu penjaga mengeluarkan sebuah Beretta
hitam dan mengarahkannya langsung ke dada Langdon.
Jesus!
Robert Langdon melirik laras pistol penjaga itu dan merasa ruangan yang kecil menutup
di sekelilingnya.
Marta Alvarez sekarang berdiri, menatap tajam padanya dengan wajah yang tidak
percaya akan pengkhianatan. Di monitor keamanan di belakangnya, Langdon mengangkat
topeng itu ke arah cahaya dan mempelajarinya.
Aku hanya mengeluarkannya sebentar, desak Langdon, berdoa semoga itu benar.
Ignazio meyakinkanku jika kamu tidak akan mempermasalahkannya!
Marta tidak menjawab. Dia terlihat linglung, terlihat berusaha membayangkan kenapa
Langdon telah berbohong padanya dan bagaimana bisa Langdon bisa berdiri tenang dan
membiarkan rekaman itu diputar ketika dia tahu apa yang akan tersingkap.
Aku tidak tahu aku membuka kotak itu!
Robert, bisik Sienna. Lihat! Kamu menemukan sesuatu! Sienna masih terpaku pada
tayangan ulang, terfokus untuk mendapatkan jawaban dengan mengesampingkan situasi sulit
mereka.
Di layar, Langdon mengangkat topeng dan menyudutkannya ke arah cahaya,
perhatiannya rupanya tertarik pada sesuatu yang menarik pada bagian belakang artefak.
Dari sudut kamera ini, untuk beberapa detik, topeng yang terangkat menutupi sebagian
muka Langdon sedemikian rupa sehingga mata mati Dante sejajar dengan mata Langdon.
Langdon teringat pada suatu pernyataan kebenaran dapat terlihat hanya melalui mata
kematian dan dia merinding.
Langdon tak habis pikir apa yang mungkin dia periksa di bagian belakang topeng, tapi
waktu itu di video, saat dia membagikan penemuannya dengan Ignazio, pria gendut itu

berbalik, dengan segera meraba jika ada yang melihat dan melihat lagi dan lagi. Dia mulai
menggoyangkan kepalanya dengan mantap dan mondar-mandir di andito dalam situasi yang
terguncang.
Tiba-tiba kedua lelaki itu mendongak, jelas telah mendengar sesuatu di lorong
rupanya Marta telah kembali dari toilet. Dengan segera, Langdon mengambil sebuah tas Ziploc
besar dari kantongnya, menyegel topeng kematian di dalamnya sebelum menyerahkannya
dengan hati-hati pada Ignazio, yang menempatkannya dengan segan di dalam tas jinjingnya.
Dengan cepat Langdon menutup pintu kaca antik pada kotak pajangan yang sekarang kosong,
dan kedua pria itu bergegas ke hall untuk menjumpai Marta sebelum dia dapat menemukan
pencurian mereka.
Kedua penjaga sekarang menodongkan pistolnya pada Langdon.
Marta limbung, meraih meja untuk menyokong tubuhnya. Aku tidak paham! dia
tertegun. Kamu dan Ignazio Busoni mencuri topeng kematian Dante?!
Tidak! Langdon bersikeras, membual sebisa mungkin. Kami mendapatkan izin dari
pemiliknya untuk membawa topeng itu keluar dari bangunan malam itu.
Izin dari pemiliknya? tanyanya. Dari Bertrand Zobrist?!
Ya! Mr. Zobrist setuju jika kami memeriksa beberapa tanda di bagian belakang! Kami
menemuinya kemarin sore!
Mata Marta menatap tajam. Professor, saya sangat yakin kamu tidak bertemu dengan
Bertrand Zobrist kemarin sore.
Tentu saja kami bertemu
Sienna menahan lengan Langdon. Robert Dia mendesah muram. Enam hari lalu,
Bertrand Zobrist menerjunkan dirinya dari puncak menara Badia hanya beberapa blok dari
sini.
BAB 42
VAYENTHA MENELANTARKAN sepeda motornya di utara Palazzo Vecchio dan
terjangkau dengan berjalan kaki sepanjang perimeter Piazza della Signora. Saat dia melintasi
patung luar ruangan Loggia dei Lanzi, dia memperhatikan bahwa semua sosok memerankan
sebuah variasi pada suatu tema tunggal: pertunjukan kekerasan dominansi pria terhadap wanita.
The Rape of the Sabines.
The Rape of Polyxena.
Perseus Holding the Severed Head of Medusa.
Bagus, pikir Vayentha, menarik topinya semakin rendah ke arah matanya dan berjalan
miring melalui keramaian pagi ke arah pintu masuk istana, yang baru saja memasukkan turis
pertama pada hari itu. Dari semua penampilan, baju kerja hal yang biasa di sini di Palazzo
Vecchio.
Tidak ada polisi, pikir Vayentha. Setidaknya belum.
Dia meresletingkan jaketnya tinggi-tinggi di seputar lehernya, meyakinkan bahwa
senjatanya tersembunyi, dan menuju pintu masuk. Mengikuti tanda Il Museo di Palazzo, dia
melintasi dua atrium berornamen dan kemudian sebuah tangga besar menuju lantai dua.
Seraya menaiki tangga, dia mengingat kembali apa yang didengarnya di kepalanya.
Il Museo di Palazzo Vecchio Dante Alighieri.
Langdon berada di sini.
Tanda ke museum membawa Vayentha ke sebuah galeri besar yang terhias megah
Hall Lima Ratus di mana para wisatawan tersebar membaur, mengagumi mural kolosal di
dinding. Vayentha tidak tertarik mengobservasi karya di sini dan bergegas menemukan tanda
museum yang lain di sudut kanan jauh dari ruangan itu, menunjuk ke lantai atas.

Saat dia melintasi hall, dia memperhatikan sekelompok mahasiswa semuanya


bergabung di sekitar sebuah patung, tertawa dan mengambil gambar.
Plakatnya terbaca: Hercules dan Diomedes.
Vayentha mengamati patung itu dan mengerang.
Patung itu melukiskan dua pahlawan dari mitologi Yunani keduanya telanjang bulat
terkunci dalam sebuah pertandingan gulat. Hercules memegang Diomedes terbalik, bersiap
untuk melemparnya, sementara Diomedes memegang erat penis Hercules, seolah-olah berkata,
Apa kamu yakin ingin melemparku?
Vayentha nyengir. Berbicara tentang mendapatkan seseorang dengan bolanya.
Dia mengalihkan matanya dari patung aneh itu dan dengan cepat mendaki tangga
menuju museum.
Dia sampai pada balkon tinggi yang bisa memandang ke seluruh penjuru hall. Sekitar
selusin wisatawan menunggu di luar pintu masuk museum.
Penundaan buka, seorang wisatawan yang ceria memberitahu, mengalihkan matanya
dari belakang kamera videonya.
Tahu kenapa? tanya Vayentha.
Enggak, tapi pemandangan yang bagus selama kita menunggu! Lelaki itu
mengayunkan lengannya ke Hall Lima Ratus yang membentang di bawah.
Vayentha berjalan ke pinggir dan mengintip ruangan yang luas di bawah mereka. Di
lantai bawah, seorang petugas polisi baru saja datang, menarik sangat sedikit perhatian saat dia
berjalan, tanpa adanya rasa darurat, melintasi ruangan menuju tangga.
Dia datang untuk meminta keterangan, Vayentha membayangkan. Polisi itu dengan
murung sempoyongan menaiki tangga mengindikasikan ini merupakan panggilan respon rutin
bukan seperti kekacauan pencarian Langdon di Porta Romana.
Jika Langdon di sini, mengapa mereka tidak mengepung bangunan itu?
Apakah Vayentha salah duga bahwa Langdon berada di sini, ataukah polisi lokal dan
Bruder tidak saling bekerjasama.
Saat petugas polisi itu mencapai puncak tangga dan berjalan gontai ke arah pintu masuk
museum, Vayentha berbalik dengan santai dan berlagak menatap ke luar jendela.
Mempertimbangkan penolakannya dan jangkauan panjang provost, dia tidak mempunyai
kesempatan untuk dikenali.
Aspetta! sebuah suara berteriak entah di mana.
Jantung Vayentha berdebar saat petugas itu berhenti tepat di belakangnya. Suaranya,
dia sadar, datang dari walkie-talkie-nya.
Attendi I rinforzi! suaranya berulang.
Tunggu bantuan? Vayentha merasakan sesuatu telah berubah.
Lalu kemudian, di luar jendela, Vayentha melihat sebuah objek hitam bertambah besar
di langit kejauhan. Benda itu terbang ke arah Palazzo Vecchio dari arah Taman Boboli.
Drone, Vayentha menyadarinya. Bruder tahu. Dan dia mengarah ke sini.

Fasilitator Consortium, Laurence Knowlton, masih memaki dirinya sendiri karena menelepon
provost. Dia tahu lebih baik jika provost melihat video klien terlebih dahulu sebelum itu
diunggah ke media besok.
Isinya tidak sesuai.
Protokol adalah raja.
Knowlton masih ingat tentang mantra yang diajarkan pada para fasilitator muda ketika
mereka mulai memegang tugas bagi organisasi. Jangan tanya. Lakukan saja.

Dengan segan, dia menempatkan flashdisk kecil berwarna merah dalam antrian untuk
besok pagi, ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh media terhadap pesan yang aneh itu.
Akankah mereka memutarnya?
Tentu saja mereka akan memutarnya. Ini dari Bertrand Zobrist.
Tak hanya karena Zobrist seorang tokoh yang sangat sukses dalam dunia biomedis, tapi
dia juga telah berada di berita sebagai hasil bunuh dirinya minggu lalu. Video sembilan menit
ini akan diputar seperti sebuah pesan dari kubur, dan kulaitasnya yang bersifat ancaman yang
mengerikan akan menjadikannya mustahil bagi tiap orang untuk mematikannya.
Video ini akan mewabah dalam hitungan menit sejak ditayangkannya.
BAB 43
MARTA ALVAREZ mendidih saat melangkah keluar dari ruang video yang sempit,
meninggalkan Langdon dan adik kecilnya yang tidak sopan di ujung pistol para penjaga. Dia
berjalan ke sebuah jendela dan mengintip ke bawah ke Piazza della Signora, lega saat melihat
sebuah mobil polisi diparkir di bagian depan.
Sudah waktunya.
Marta masih tidak dapat memahami kenapa seorang yang dihormati dalam profesinya
seperti Robert Langdon akan begitu terang-terangan mengkhianatinya, memanfaatkan
kesopanan profesional yang dia tawarkan, dan mencuri artefak yang tak ternilai harganya.
Dan IgnazioBusoni menemaninya?! Tak habis pikir!
Bermaksud memberi Ignazio secuil pemikirannya, Marta mengeluarkan handphone dan
menelepon ke kantor il Duomino, yang beberapa blok jauhnya dari Museo dellOpera del
Duomo.
Sambungannya hanya berdering sekali.
Ufficio di Ignazio Busoni, jawab suara seorang wanita yang sudah familiar.
Marta berteman dengan sekretaris Ignazio tapi sedang tidak ingin berbasa-basi.
Eugenia, sono Marta. Devo parlare con Ignazio.
Ada jeda yang janggal dan kemudian tiba-tiba sekretaris itu membuncah dalam isak
tangis yang histeris.
Cosa succede? desak Marta. Ada apa!?
Dengan penuh air mata Eugenia memberitahu Marta bahwa dia baru saja tiba di kantor
untuk tahu bahwa Ignazio menderita serangan jantung semalam di sebuah lorong di dekat
Duomo. Sekitar tengah malam saat Ignazio menelepon ambulans, tapi tim medis tidak datang
tepat waktu. Busoni meninggal.
Kaki Marta hampir lemas di bawahnya. Pagi ini dia mendengar di berita bahwa seorang
pejabat kota tanpa nama telah meninggal pada malam sebeblumnya, tapi dia tidak pernah
membayangkan jika itu Ignazio.
Eugenia, ascoltami, ucap Marta, berusaha tetap tenang saat dengan cepat dia
menjelaskan apa yang dia saksikan di video kamera palazzo topeng kematian Dante dicuri
oleh Ignazio dan Robert Langdon, yang sekarang sedang ditahan dalam acungan senjata.
Marta tidak tahu respon apa yang diharapkannya dari Eugenia, tapi sangat pasti bukan
apa yang didengarnya.
Roberto Langdon!? buru Eugenia. Sei con Langdon ora?! Kamu dengan Langdon
sekarang?!
Eugenia tampaknya melewatkan poinnya. Ya, tapi topengnya
Devo parlare con lui! Eugenia berteriak. Aku perlu bicara dengannya!
Di dalam ruang keamanan, kepala Langdon terus berdenyut saat para penjaga mengarahkan
senjatanya langsung padanya. Tiba-tiba pintu terbuka, dan Marta Alvarez muncul.

Melalui pintu yang terbuka, Langdon mendengar dengungan drone di kejauhan di suatu
tempat di luar sana, dengungan mengancamnya didampingi oleh ratapan sirine yang mendekat.
Mereka menemukan di mana kita berada.
E arrivata la polizia, Marta memberitahu para penjaga, mengutus salah satu di antara
mereka untuk keluar untuk menunjukkan jalan pada pihak berwenang ke dalam museum.
Sementara yang satunya tetap di belakang, selongsong senjata masih mengarah pada Langdon.
Mengejutkan Langdon, Marta menyodorkan handphone padanya. Seseorang hendak
berbicara padamu, ujarnya, terdengar bingung. Kamu perlu membawanya keluar sini untuk
mendapatkan koneksi.
Kelompok itu berpindah dari ruang kontrol penuh barang ke ruang galeri di sebelah
luar, di mana cahaya matahari tercurah melalui jendela-jendela besar, menawarkan
pemandangan luar biasa dari Piazza della Signoria di bawah. Meskipun masih di ujung senjata,
Langdon merasa terbebas dari ruangan tertutup.
Marta memintanya ke dekat jendela dan menyerahkan handphone-nya.
Langdon mengambilnya, tak yakin, dan mengangkatnya ke telinga. Ya? Ini Robert
Langdon.
Signore, seorang wanita berkata dalam bahasa Inggris yang beraksen dan ragu-ragu.
Saya Eugenia Antonucci, sekretaris Ignazio Busoni. Anda dan saya, kita bertemu kemarin
malam ketika Anda tiba di kantornya.
Langdon tak ingat apapun. Ya?
Saya minta maaf untuk mengatakan ini pada Anda, tapi Ignazio, beliau meninggal
karena serangan jantung kemarin malam.
Genggaman Langdon di telepon semakin erat. Ignazio Busoni meninggal?!
Wanita itu tersedu-sedu, suaranya penuh kesedihan. Ignazio menelepon saya sebelum
menninggal. Beliau meninggalkan sebuah pesan pada saya dan memberitahu saya untuk
memastikan bahwa Anda mendengarnya. Saya akan memutarkannya untuk Anda.
Langdon mendengar beberapa desiran, dan beberapa saat kemudian, rekaman suara
Ignazio yang lemah kehabisan nafas sampai di telinganya.
Eugenia, lelaki itu terengah-engah, jelas sekali kesakitan. Tolong pastikan Robert
Langdon mendegar pesan ini. Aku dalam masalah. Aku pikir tidak bisa kembali ke kantor.
Ignazio merintih dan ada kesunyian panjang. Ketika dia mulai berbicara lagi, suaranya semakin
lemah. Robert, aku harap kamu telah lolos. Mereka masih mengejarku dan aku aku tidak
baik. Aku berusaha memanggil dokter, tapi Ada jeda panjang lainnya, seolah-olah il
Duomino berusaha mengumpulkan energi terakhirnya, dan kemudian Robert, dengar baikbaik. Apa yang kamu cari tersembunyi dengan aman. Gerbangnya terbuka untukmu, tapi kamu
harus cepat. Paradise dua puluh lima. Dia berhenti untuk waktu yang lama dan kemudian
berbisik, Kecepatan Tuhan.
Lalu pesan itu berakhir.
Jantung Langdon memacu, dan dia tahu dia baru saja menyimak kata-kata terakhir dari
pria sekarat. Bahwa kata-kata ini ditujukan langsung padanya tidak bisa melepaskan
kegelisahannya. Paradise 25? Gerbangnya terbuka untukku? Langdon memikirkannya.
Gerbang apa yang dia maksud?! Satu-satunya yang masuk akal adalah bahwa Ignazio
mengatakan topengnya tersembunyi dengan aman.
Eugenia kembali terhubung. Professor, apa Anda memahami ini?
Beberapa di antaranya, ya.
Adakah yang bisa saya lakukan?
Langdon mempertimbangkan pertanyaan ini untuk waktu yang lama. Pastikan tak ada
orang lain mendengarkan pesan ini.
Bahkan polisi? Seorang detektif akan segera datang untuk mengambil pernyataan
saya. Langdon membeku. Dia melihat pada penjaga yang mengarahkan pistol padanya.

Dengan cepat, Langdon berbalik ke arah jendela dan merendahkan suaranya, segera berbisik,
Eugenia ini akan terdengar aneh, tapi demi kebahagiaan Ignazio, aku ingin kamu
menghapus pesan itu dan jangan mengatakan pada polisi bahwa kamu berbicara padaku. Apa
itu jelas? Situasinya sangat rumit dan
Langdon merasakan selongsong pistol menekan sisi tubuhnya dan berbalik untuk
melihat penjaga bersenjata, berjarak beberapa inci, mengulurkan tangannya yang bebas dan
meminta telepon Marta.
Di sambungan, ada jeda yang panjang, dan akhirnya Eugenia berkata, Mr. Langdon,
bos saya mempercayai Anda jadi saya akan mempercayai Anda juga.
Lalu dia menghilang.
Langdon menyerahkan telepon itu kembali pada penjaga. Ignazio Busoni meninggal,
ujarnya pada Sienna. Dia meninggal karena serangan jantung tadi malam setelah
meninggalkan museum ini. Langdon berhenti. Topengnya aman. Ignazio
menyembunyikannya sebelum dia meninggal. Dan aku pikir dia meninggalkan sebuah
petunjuk untukku tentang keberadaannya. Paradise 25.
Harapan berkilat di mata Sienna, tapi kemudian Langdon berbalik pada Marta, dia
terlihat skeptis.
Marta, ucap Langdon. Aku dapat mengambil topeng Dante untukmu, tapi kamu
perlu membiarkan kami pergi. Segera.
Marta tertawa terbahak-bahak. Aku tidak akan melakukan hal semacam itu! Kamulah
yang mencuri topeng itu! Polisi akan datang
Signora Alvarez, potong Sienna keras. Mi dispiace, ma non le abbiamo detto la
verita.
Apa yang sedang Sienna lakukan?! Langdon memahami kata-katanya. Mrs. Alvarez,
maaf, tapi kami tidak jujur denganmu.
Marta terlihat sama terkejutnya oleh kata-kata Sienna, meskipun yang paling
membuatnya terkejut rupanya kenyataan bahwa Sienna tiba-tiba berbicara bahasa Italia dengan
lancar dan tanpa aksen.
Innazitutto, non sono la sorella di Robert Langdon, Sienna mengumumkan dalam
nada penuh permintaan maaf. Pertama-tama, aku bukan adik Robert Langdon.

Anda mungkin juga menyukai