Anda di halaman 1dari 24

Hernia atau turun berok selama ini lebih dikenal sebagai penyakit pria, karena hanya kaum pria

yang mempunyai bagian khusus dalam rongga perut untuk mendukung fungsi alat kelaminnya.
Berdasarkan penyebab terjadinya, hernia dapat dibedakan menjadi hernia bawaan (congenital)
dan hernia dapatan (akuisita). Sedangkan menurut letaknya, hernia dibedakan menjadi hernia
inguinal, umbilical, femoral, diafragma dan masih banyak lagi nama lainnya.
Bagian hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia itu sendiri. Isi hernia yaitu usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum). Bila ada bagian yang lemah dari lapisan otot
dinding perut, maka usus dapat keluar ke tempat yang tidak seharusnya, yakni bisa ke diafragma
(batas antara perut dan dada), bisa di lipatan paha, atau di pusar. Umumnya hernia tidak
menyebabkan nyeri. Namun, akan terasa nyeri bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Infeksi
akibat hernia menyebabkan penderita merasakan nyeri yang hebat, dan infeksi tersebut akhirnya
menjalar dan meracuni seluruh tubuh. Jika sudah terjadi keadaan seperti itu, maka harus segera
ditangani oleh dokter karena dapat mengancam nyawa penderita.Hernia dapat terjadi pada semua
umur, baik tua maupun muda. Pada anak-anak atau bayi, lebih sering disebabkan oleh kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis atau buah zakar.
Biasanya yang sering terkena hernia adalah bayi atau anak laki-laki. Pada orang dewasa, hernia
terjadi karena adanya tekanan yang tinggi dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut
karena faktor usia.
Tekanan dalam perut yang meningkat dapat disebabkan oleh batuk yang kronik, susah buang air
besar, adanya pembesaran prostat pada pria, serta orang yang sering mengangkut barang-barang
berat.Penyakit hernia akan meningkat sesuai dengan penambahan umur. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang
menyebabkan tekanan di dalam perut meningkat.

Sebenarnya sudah banyak masyarakat yang tahu tentang gejala awal penyakit hernia, namun
seringkali tidak menyadarinya. Pada awalnya, gejala yang dirasakan oleh penderita adalah
berupa keluhan benjolan di lipatan paha. Biasanya akan timbul bila berdiri, batuk, bersin,
mengejan atau mengangkat barang-barang berat. Benjolan dan keluhan nyeri itu akan hilang bila
penderita berbaring.

Hernia dapat berbahaya bila sudah terjadi jepitan isi hernia oleh cincin hernia. Pembuluh darah
di daerah tersebut lama-kelamaan akan mati dan akan terjadi penimbunan racun. Jika dibiarkan
terus, maka racun tersebut akan menyebar ke seluruh daerah perut sehingga dapat menyebabkan
terjadinya infeksi di dalam tubuh.
Sebenarnya tidak semua hernia harus dioperasi. Bila jaringan hernia masih dapat dimasukkan
kembali, maka tindakannya adalah hanya menggunakan penyangga atau korset untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Pada anak-anak atau bayi, reposisi spontan
dapat terjadi karena cincin hernia pada anak lebih elastis. Bila sudah tidak dapat direposisi, maka
satu-satunya tindakan yang harus dilakukan adalah melalui operasi.
WASPADAI BENJOLAN DI LIPAT PAHA DAN PUSAR
Munculnya benjolan tersebut bisa saja menjadi tanda bahwa bayi menderita hernia.Banyak
masyarakat yang masih menyangka kalau hernia hanya menyerang orang dewasa terutama
manula. Padahal si kecil yang masih bayi bisa juga mengalaminya. Kasus bayi hernia bahkan
tercatat cukup banyak. Dikatakan pula oleh dr. Cosmas Gora Triaswhoro, Sp.B., meski namanya
terkesan cukup indah, hernia ternyata dapat menimbulkan bahaya. Bila terus didiamkan tanpa
penanganan tepat, bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang berat sampai kematian.
Selanjutnya, spesialis bedah dari RS Mitra International Jakarta ini menambahkan, hernia
merupakan bentuk penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau suatu bagian yang lemah dari
dinding rongga yang bersangkutan. Bila terjadi di perut, isi perut dapat menonjol melalui bagian
yang lemah. Kebanyakan organ yang menonjol adalah usus.
Hernia bukanlah penyakit turunan. Proses terjadinya hernia pada bayi berbeda dengan hernia
pada orang dewasa yang biasanya terjadi karena kelemahan otot dinding perut. Sedangkan pada
bayi, hernia yang terjadi di daerah perut akibat penyakit bawaan atau kongenital.
Secara umum ada dua jenis hernia, yaitu internal dan eksternal.
* Hernia internal berada dalam tubuh dan tidak bisa dilihat secara kasat mata. Contohnya
hernia diafragmatika dimana hernia terjadi akibat adanya celah di diafragma (otot pemisah antara
bagian perut dengan dada) karena pembentukan diafragma yang tidak sempurna. Contoh lainnya
adalah hernia hiatal esofagus, yaitu hernia terjadi melalui celah masuknya esofagus yang masuk
dari rongga dada, serta banyak lagi jenis lainnya.
* Hernia eksternal. Dari jenis hernia ini yang paling sering dijumpai adalah hernia inguinalis
yang muncul di lipat paha dan hernia umbilikalis yang muncul di daerah pusar. Bayi umumnya
mengalami hernia eksternal yang bisa dideteksi secara kasat mata karena terlihat secara
langsung.
Proses terjadinya hernia eksternal pada bayi umumnya disebabkan penyakit kongenital, yakni
penyakit yang muncul ketika bayi dalam kandungan dan umumnya tidak diketahui penyebabnya.
Secara umum bayi laki-laki lebih sering mengalami hernia dibandingkan perempuan karena

proses penurunan testis/buah pelir yang merupakan organ reproduksinya berlangsung lebih
kompleks.
Hernia pun lebih sering terjadi pada bayi prematur, sebab pada saat kelahirannya proses
penurunan testis dan pembentukan ligamen belum sempurna.
Hernia inguinalis :
* Pada bayi laki-laki terjadi karena kegagalan proses penutupan kantung yang menutupi testis.
Ketika di dalam kandungan, testis turun dari bagian perut ke bawah dan berhenti sesampainya di
skrotum (kantung pelir). Proses penurunan ini dimulai waktu bayi masih berada dalam
kandungan. Ketika turun, testis akan membawa selaput dari perut ke bawah sehingga membentuk
kantung. Ketika lahir cukup bulan, umumnya proses perpindahan testis ini sudah selesai. Namun
pada beberapa bayi, proses penutupan hingga menjadi ligamentum (jaringan ikat) tidak berjalan
sempurna yang akhirnya menyisakan lubang. Nah, lubang inilah yang nantinya bisa
menimbulkan herniasi. Bila hanya berisi cairan saja disebut hidrocele. "Pada hernia inguinalis,
paling sering ditemukan di sebelah kanan, sekitar 67 persen, sisanya sebelah kiri," jelas Cosmas.
* Pada bayi perempuan hernia terjadi melalui proses seperti ini: seperti halnya bayi laki-laki,
bayi perempuan pun mengalami proses pembentukan organ tubuh bagian bawah yang hampir
sama. Namun, bila laki-laki mengalami proses penurunan testis, maka perempuan tidak.
Hernia umbilikus :
Pada bayi laki-laki dan perempuan hernia umbilikus terjadi bila penutupan umbilikus (bekas tali
pusar) tidak sempurna. Seharusnya, bila penutupan membuat umbilikalis tetap terbuka. Bila hal
ini terjadi, tentu akan menyisakan lubang sehingga usus bisa keluar masuk ke daerah tersebut.

CARA MENDETEKSI
* Merasakan tonjolan
Yang perlu diketahui, awam hanya dapat mendeteksi hernia eksternal, karena hernia internal
terjadi dalam tubuh dan sulit dideteksi. Mendeteksi keberadaan hernia pada orang dewasa juga
jelas lebih mudah ketimbang pada bayi. Ketika buang air misalnya, orang dewasa bisa
merasakan adanya tonjolan di bagian perut yang umumnya lebih terasa. Namun pada bayi,
meskipun terasa ada yang tidak nyaman pada tubuhnya, ia tidak bisa mengungkapkannya dengan
jelas.
Itulah mengapa hernia pada bayi lebih sulit dideteksi sehingga memerlukan ketelitian orang tua.
Walaupun sulit, lihat dan rabalah bagian lipat paha atau pusar si bayi. Hernia eksternal umumnya
akan diketahui dari munculnya benjolan di bagian tersebut.

* Mengamati gejala
Gejala klinis yang biasa muncul tak berbeda jauh dari penyakit-penyakit pada umumnya, seperti
mual muntah, susah makan, dan tubuh demam. Lantaran itulah, Cosmas mengimbau orang tua
agar segera membawa bayinya ke dokter saat melihat gejala-gejala tadi, agar diagnosa penyakit
si kecil dapat segera ditegakkan.
Gejala khususnya muncul berdasarkan berat-ringan hernia:
1. Reponible : Benjolan di daerah lipat paha atau umbilikus tampak keluar masuk (kadangkadang terlihat menonjol, kadang-kadang tidak). Benjolan ini membedakan hernia dari tumor
yang umumnya menetap. Ini adalah tanda yang paling sederhana dan ringan yang bisa dilihat
dari hernia eksternal. Bisa dilihat secara kasat mata dan diraba, bagian lipat paha dan umbilikus
akan terasa besar sebelah. Sedangkan pada bayi wanita, seringkali ditemukan bahwa labianya
besar sebelah. Labia adalah bagian terluar dari alat kelamin perempuan.
2. Irreponible : benjolan yang ada sudah menetap, baik di lipat paha maupun di daerah pusat.
Pada hernia inguinalis misalnya, air atau usus atau omentum (penggantungan usus) masuk ke
dalam rongga yang terbuka kemudian terjepit dan tidak bisa keluar lagi. Di fase ini, meskipun
benjolan sudah lebih menetap tapi belum ada tanda-tanda perubahan klinis pada anak.
3. Incarcerata : benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi sumbatan pada saluran
makanan sudah terjadi di bagian tersebut. Tak hanya benjolan, keadaan klinis bayi pun mulai
berubah dengan munculnya mual, muntah, perut kembung, tidak bisa buang air besar, dan tidak
mau makan.
4. Strangulata : ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena pembuluh darah sudah
terjepit. Selain benjolan dan gejala klinis pada tingkatan incarcerata, gejala lain juga muncul,
seperti demam dan dehidrasi. Bila terus didiamkan lama-lama pembuluh darah di daerah tersebut
akan mati dan akan terjadi penimbunan racun yang kemudian akan menyebar ke pembuluh
darah. Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis yaitu beredarnya kuman dan toxin di dalam darah
yang dapat mengancam nyawa si bayi. Sangat mungkin bayi tidak akan bisa tenang karena
merasakan nyeri yang luar biasa.

MENANGANI HERNIA
Berhubung proses peningkatan dari satu fase ke fase berikutnya terjadi cukup cepat, Cosmas
menyarankan, bawalah segera bayi Anda ke dokter begitu terlihat gejala awal hernia. Bila
memang positif, meskipun masih sangat ringan, bayi harus segera dioperasi untuk mencegah
tahap gangguan yang lebih berat. "Operasi yang biasa dilakukan adalah herniotomi untuk
memotong kantung hernia kemudian diikat," kata Cosmas.

Namun sebelumnya, saat pemeriksaan, dokter akan melakukan palpasi atau meraba isi hernia
dengan ujung jarinya, apakah masih dapat dimasukkan kembali ke dalam perut atau tidak.
Meskipun kejadiannya jarang, setelah operasi sebaiknya waspadai kemungkinan kambuhnya
hernia. Bila kekambuhan terjadi dalam beberapa bulan atau setahun, hal ini mungkin merupakan
akibat dari pembedahan yang dilakukan. Namun kemungkinan kambuhan akibat kesalahan
teknis sangat kecil. Nah bagi saudara yang menderita penyakit tersebut di atas, ramuan ini Insya
Allah dapat menyembuhkan, paling tidak meringankan sakit saudara.
Bahan yang dibutuhkan :
1.Satu butir telur ayam kampung.
2.Tiga sendok makan madu asli.
3.Tiga sendok makan minyak samin.
4.Air putih secukupnya.
Cara Meramu :
Tuangkan ke dalam gelas telur, madu dan minyak samin lalu tambahkan sedikit air, setelah itu
aduk sampai tercampur rata. Kemudian minum diwaktu pagi hari, hasilnya akan anda rasakan
pada perut yang terasa sakit. Dan bila dilakukan berulang-ulang akan cepat sembuh penyakit
hernia ( poros ) yang Anda derita. Cobalah resep ini Insya Allah Anda sembuh seperti sedia kala.
Demikianlah artikel tentang Penyakit Hernia, Gejala dan Cara Mengatasi

Hernia Inguinalis
KONSEP DASAR
Hernia Inguinalis
A. Pengertian
Adalah suatu tonjolan dari organ atau sebagian organ intra abdominal keluar kavum abdomen
melalui lokus minoris (facial defect) dinding abdomen dan masih diliputi peritonium.
B. Penyebab
1. Kongenital
- Terjadi kegagalan dalam hal penutupan prosesus vaginalis (pintu/liang yang menonjol menuju
vagina)
- Terjadi sejak bayi lahir, seperti: hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia bochdalek.
2. Didapat/akuisita
Terjadinya hernia setelah dewasa/manula, hal ini disebabkan adanya tekanan intra abdominal
yang meningkat dan dalam waktu yang lama misalnya: pada batuk kronis, gangguan proses
kencing (prostat hipertropi, strictura uretra) konstipasi kronis, asites, dan trauma kecelakaan.
3. Faktor predisposisi
Terjadi karena peningkatan intra kranial, misal pada saat mengangkat benda berat, meniup
terompet atau terlalu kuat mengedan.
C. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan kedelapan dari kehamilan,
terjadi desensus testikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik
peritonium ke daerah scrotum sehingga terjadi peritonium yang tersebut dengan prosesus
vaginalis peritoneal. Bila bayi lahir, umumnya prosesus telah mengalami obliterasi, sehingga isi
rongga perut tidak melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, seringkali kanalis ini
tidak menutup karena kanalis testis kiri lebih dulu turun dari yang kanan, maka kanalis inguinalis
yang kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka kanalis yang kanan juga masih
terbuka. Dalam keadaan yang normal kanalis akan menutup pada usia 2 bulan
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel, bila kanalis terbuka terus karena
prosesus tidak mengalami berobliterasi, maka timbulah hernia inguinalisa lateralis kongenital,
pada orang tua kanalis tersebut telah tertutup namun karena merupakan lokus minoris resistensi
maka keadaan yang menyebabkan tekanan intra abdominal meninggi, kanal itu dapat terbuka
kembali dan timbul hernia inguinalis.
D. Klasifikasi
1. Menurut tempat lokasinya
a. Hernia scrotalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
d. Hernia inguinalis
e. Hernia insisional
f. Hernia fragmentika

g. Hernia Epigastrika
2. Menurut gejala
- Hernia Refonibilis
Penonjolan yang terjadi dan benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali secara manual.
- Hernia irreponibilis
Penonjolan yang terjadi dan tonjolan tersebut tidak dapat dikembalikan secara manual disertai
nyeri tekan.
- Hernia inkaserata
Terjadi tonjolan yang tidak bisa kembali serta terjadi gangguan pasase usus dan nyeri hebat.
- Hernia strangulata
Nyeri hebat, pembuluh darah terjepit, gangguan vaskularisasi karena masih ada sisa makanan
diusus yang terdapat penonjolan tersebut maka akan terjadi eksudat cairan
- Hernia richter
Hernia responibilis yang turun naik
E. Tanda dan gejala
Nyeri
Ada benjolan
Mual
Kembung
Tidak flatus/BAB
F. Penatalaksanaan
Cito Op untuk hernia inkeserata
Tindakan operasi: herniatomi dengan basini plasti
Penatalaksanaan
Hernia yang tidak terstrangulata atau inkaserata dapat secara mekanis berkurang, suatu
penyokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang, penyokong ini adalah
bantalan yang diikatkan ditempatkan dengan sabuk, bantalan ditempatkan di atas hernia setelah
hernia dikurangi dan dibiarkan di tempatnya untuk mencegah hernia dari kekambuhan, klien
harus cermat memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan.
Penatalaksanaan bedah
Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas urea yang
lemah, usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantong hernia dibuang dan otot
ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Hernia di region inguinal biasanya di perbaiki. Saat
ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.
Beberapa perbaikan sulit dilakukan karena adanya insufisiensi massa otot untuk
mempertahankan usus di tempatnya, pada kasus ini graft mata jala tembaga (steal mast=h)
digunakan untuk menguatkan area herniasi, klien dengan kesulitan perbaikan biasanya dirawat di
rumah sakit 1-2 hari untuk mendapatkan antibiotik profilaksis.
HERNIOTOMY

Pada hernia inguinalis lateralis dilakukan tindakan bedah elektif karena dilakukan terjadi
komplikasi.Tindakan bedah pada operasi hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia) dan
herniorafi (menjahit kantung hernia) pada bedah elektif maka kanalis dibuka dan isi hernia
dimasukkan, kantong diikat dan dimasukkan Bassini Plasty untuk memperkuat dinding
belakang kanalis inguinalis. Pada bedah darurat maka prinsipnya seperti bedah elektif, cincin
hernia langsung dicari dan dipotong. Usus dilihat, apakah vital atau tidak, bila vital dikembalikan
ke rongga perut dan bila tidak dilakukan reseksi usus dan anastomosis: end to end. Untuk
fasilitas dan keahlian terbatas, setelah cincin hernia dipotong dan usus dinyatakan vital langsung
tutup kulit dan rujuk ke RS yang lengkap. Sayatan dilakukan sepanjang 10 cm terbawah antara
benjolan, dilakukan perawatan di ruangan.
Masalah kolaboratif / potensial komplikasi
1. Haemorragie
2. Hipovolemia / Shock
3. Eviserasi
4. Dehidrasi
5. Infeksi
6. Retensi urine
7. Tromboflebitis
8. Paralitik Illeus
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien dengan herniotomi:
1. Nyeri (secara khusus saat mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi
pembedahan.
Hasil yang diharapkan:
Dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif pasien tentang ketidaknyamanan menurun, dibuktikan
dengan skala nyeri, indikator-indikator objektif, seperti meringis, tidak ada atau menurun.
Intervensi Keperawatan:
b. Kaji dan dokumentasikan nyeri, beratnya, karakter, lokasi, durasi, faktor pencetus dan metodemetode penghilangan, gunakan skala nyeri dengan pasien, rentangkan ketidaknyamanan dari 0
(tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri paling buruk) laporkan nyeri berat, menetap yang dapat
menandakan komplikasi.
c. Beritahu pasien untuk menghindari mengedan, meregang, batuk, dan mengangkat berat,
ajarkan pasien untuk menekan insisi dengan tangan atau bantal selama episode batuk, ini secara
khusus penting selama periode pasca operasi awal dan selama 6 minggu setelah 6 minggu setelah
pembedahan.
d. Ajarkan pasien bagaimana menggunakan penopang bila diprogramkan dan anjurkan
penggunaannya sebanyak mungkin, khususnya bila turun di tempat tidur.
e. Berikan atau ajarkan px tentang pemasangan penyokong secara total atau kompres es yang
sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri setelah perbaikan hernia
inguinal.
f. Berikan analgetik sesuai program bila diindikasikan secara khusus sebelum aktivitas pasca
operasi, gunakan tindakan kenyamanan juga distraksi, interaksi, verbal untuk meningkatkan
ekspresi perasaan dan menurunkan ansietas, gosokkan punggung dan teknik penurunan stress,
seperti ; latihan relaksasi, dokumentasikan derajat penghilangan yang didapat dengan

menggunakan skala nyeri.


2. Retensi perkemihan yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anaestetik
selama pembedahan abdomen bawah.
Hasil yang diharapkan:
Dalam 8 10 jam pasca pembedahan, px berkemih tanpa kesulitan, keluaran urine 100 ml setiap
berkemih dan adekuat (kira-kira 1000 1500 ml) lebih, periode 24 jam.
Intervensi Keperawatan:
1) Kaji dan dokomentasikan distensi quprapetik atau laporan pasien tentang tidak berkemih
2) Pantau keluaran urine, dokumentasikan dan laporkan berkemih sering kurang 100 ml.
3) Permudah berkemih dg mengimplementasikan intervensi berikut posisikan px pada posisi
normal untuk berkemih, biarkan pasien mendengar bunyi air atau tempatkan tangan dalam air
hangat, bila tidak efektif coba teteskan air hangat di atas perinium kecuali dikontraindikasikan,
metode crede (tekanan diberikan dari umbilikalis s/p suprapubis) dapat digunakan untuk
merangsang refleks berkemih.
3. Kurang pengetahuan: Potensial terhadap komplikasi berkenaan dengan adanya hernia dan
tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka.
Hasil yang diharapkan:
Setelah instruksi px mengungkapkan pengetahuan tentang tanda-tanda dan gejala komplikasi dan
memenuhi tindakan yang diprogramkan untuk pencegahan.
Intervensi Keperawatan:
Ajarkan px untuk waspada dan melaporkan nyeri perut, menetap, mual, muntah, demam dan
distensi abdomen, yang dapat memperberat atau strangulasi usus.
Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diet tinggi susu atau menggunakan suplemen diet serat
untuk mencegah komplikasi. Anjurkan masukkan cairan sedikitnya 2-3 liter/hari untuk
meningkatkan konsistensi fesses lunak.
Ajarkan pasien untuk mekanika tubuh tepat untuk bergerak dan mengangkat.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN : Tn.N


DENGAN HIRNIA INGUINALISDI RUANGAN JAMBRUD .
RSUD. H. DAMAN HURI BARABAI
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : H. Napiah
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin :
Status perkawinan : Kamin
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Amuntai
Tanggal MRS :

Tanggal Pengkajian : 11 Maret 2005


Dx Medis : H2C
II. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Hamdani
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin :
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Amuntai
Hubungan klien : AK
III. KELUHAN UTAMA
Nyeri di daerah post op di abdumen dextra bawah.
IV. RIWAYAT PENYAKIT
A. Penyakit Sekarang
Lebih kurang enam bulan lalu klien merasa adanya pembesaran pada scrutum yang hilang
timbul, oleh keluarganya disarankan untuk ke rumah sakit.
B. Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut pengakuan klien, klien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya.
C. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien dan keluarga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit
yang sama seperti yang dialami klien.
V. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Tanggal : 11 02 05
Kesadaran : cm
Penampilan : tidak ada kelainan
Vital Sign : TD : 120 / 00 mmng
Nadi : 80 x/mnt
Respirasi : 28 x/mnt
Temperatur : 37o C
B. Kulit
Kulit berwarna sawo matang, tidak terdapat &dema pada kulit, suhu tubuh normal melalui axula
37o C turgur kulit baik (bila dicubit dapat kembali dalam 1-3 detik), tekstur kulit kasar, pada
kulit tidak terdapat lesi, terdapat luka post op di daerah abdumen dextra bawah sebanyak 7
jahitan panjangnya lebih kurang 10 cm.
C. Kepala dan Leher
Bentuk simetris, tidak ada nyeri/vertigo pada kepala, tidak ada trauma, tidak ada keterbatasan

gerak pada kepala dan leher, tidak ada kesulitan dalam menelan, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroed, warna rambut hitam dan terdapat uban, tidak terdapat ketombe.
D. Penglihatan dan Mata
Bentuk bola mata simetris, tidak ada sekret yang menempel pada mata, fungsi penglihatan cukup
baik (klien dapat membaca papan nama perawat, mahasiswa pada jarak 1 meter), gerakan bola
mata baik, konjungtiva tidak anemis, skura tidak veterile, repleks pupil terhadap cahaya cukup
baik, tidak ada kelainan pada mata, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan (kaca mata
atau lensa kontak).
E. Penciuman dan Hidung
Struktur hidung simetris, hidung tampak bersih, tidak terdapat sekret, tidak ada perdarahan dan
peradangan pada hidung, tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak ada penyumbatan pada hidung,
fungsi penciuman baik, klien dapat membedakan bau-bauan (bau alkohol dan bau minyak wangi
dengan mata tertutup).
F. Mulut dan Gigi
Mukosa bibir kering, lidah dan mulut tampak bersih, tidak ada perdarahan pada mukosa dan
gusi, tidak ada kotoran yang menempel pada sela-sela gigi, terdapat caries pada gigi geraham kiri
dan kanan, fungsi mengunyak baik, klien tidak menggunakan gigi palsu.
G. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Bentuk dada simetri, pola nafas normal, frekuensi nafas 24x / mnt
H. Abdomen
Keadaan umum simetris, terdapat nyeri tekan hanya pada daerah op (abdumen dextra bawah)
bising usus 6x/menit, tidak ada benjolan di perut, gerakan perut seirama dengan gerakan dada.
I. Genetalia dan Reproduksi
Klien mengaku sudah menikah dan mempunyai anak 12 orang, hubungan klien dengan isteri dan
anak-anak baik.
J. Ekstremitas atas dan bawah
Keadaan umum tidak ada kelainan, tidak ada dedema dan sianosis, jumlah jari tangan dan kaki
lengkap, infus terpasang di tangan kiri, dalam beraktivitas klien dibantu oleh keluarga.
VI. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGIS, SOSIAL, DAN SPIRITUAL
A. Aktivitas dan Istirahat
Di rumah : klien bekerja seperti biasa, tidur hanya malam hari, tidak ada kesulitan dalam tidur.
Di rumah sakit : aktivitas sangat terbatas dengan skala 2 (0-2) yaitu dengan memerlukan bantuan
orang lain, istirahat cukup, tidur malam 6 7 jam perhari.
B. Personal hygiene
Di rumah : klien mandi 2x sehari keramas 2x seminggu.
Di rumah sakit : selama di rumah sakit klien hanya menyeka tubuhnya, gosok gigi 2x sehari,
kuku klien tampak bersih dan selama di rumah sakit klien 1x keramas.
C. Nutrisi
Selama di rumah klien makan 3x sehari dengan porsi sedang, minumnya 7 8 gelas/hari.
Di rumah sakit nafsu makan klien agak kurang, baru boleh minum sedikit-sedikit os baru platus,

sehubungan dengan post op.


D. Eleminasi
Di rumah klien BAB 1 2 kali sehari pada pagi hari, konsentrasi lembek, warna coklat
kekuningan, tidak ada kesulitan dalam BAB. Buang air kecil frekuensi tidak menentu tergantung
banyaknya air yang masuk, tidak ada nyeri saat BAK.
Di rumah sakit klien BAB 1 kali sehari tidak ada nyeri saat BAB dan BAK lebih kurang 5x
sehari.
E. Seksual
Klien mempunyai 1 orang isteri dan 12 orang anak, hubungan klien dengan isteri dan anak-anak
baik (harmonis).
F. Psikososial
Klien dapat berinteraksi dengan perawat, keluarga, maupun sesama pasien.
G. Spiritual
Klien beragama Islam, di rumah klien melakukan shalat lima waktu dan shalat sunat lainnya.
Sedangkan di rumah sakit klien tidak pernah melaksanakan, namun klien selalu berzikir dan
berdoa atas kesembuhan penyakitnya.
H. Pemeriksaaan Penunjang
EKG, thorax photo, LAB. 08-03-05
EKG : Normal tanggal 08-03-05
LAB : Hb. 14. c/ gr LEOCO : 4160 / mm3. LED. 5/20/.mm/ 1 jam.
Gol : B. GOS : 94 mg
I. Rontgen
J. Obat-obatan / Kolaborasi
Infus RL/os 3:1 28 tts/mnt
Inj Quedex / Infus / 24 jam
Inj tradye / 12 jam IV
Data Focus
. Inspeksi
Tampak luka bekas op pada bagian abdumen kanan bawah ditandai dengan 7 jahitan, panjang
luka lebih kurang 10 cm, luka tampak kering, klien masih tampak lemah. Infus terpasang RL 28
tts/mnt di tangan kiri.
. Perkusi
Terdengar bunyi kedup pada daerah abdumen.
. Auskultasi
Bising usus terdengar agak lemah 5x/mnt
. Palapasi
Nyeri tekan daerah abdumen kanan bawah
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri
2. Resiko infeksi

ANALISA DATA
NO HARI & TANGGAL
Data subyektif & Obyektif
Masalah
Etiologi
1
1.
Jumat, 11-03-05
Do : Wajah klien tampak meringis karena nyeri.
TTV :
TD : 120/80
N : 80x/mnt
R : 28x/mnt
Ds : Tampak luka bekas op sebanyak 7 jahitan, klien mengeluh nyeri daerah bekas op
. Nyeri sewaktu klien jalan (walau hanya ke kamar mandi)
Luka bekas op. (post op hernia)
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO HARI & TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN
PERENCANAAN IMPLEMENTASI EVALUASI
TUJUAN TINDAKAN RASIONALISASI
1. Jumat, 11-03-05
2. Jumat, 11-03-05
Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan nyeri daerah luka bekas operasi ditandai :
DO: Wajah klien tampak meringis karena nyeri
TTV:
- TD 120/80 mmng
- N 80x/mnt
- R.28x/mnt
DS: Klien mengeluh
nyeri daerah abdumen kanan bawah.
Resiko infeksi s.d. prosedur perawatan post op.
DO: Tampak luka daerah op agak basah ditandai S=37oC.
DS: Klien mengeluh rasa nyeri, kulit lembab, mudah berkeringat. Skala nyeri TK 1-2 (sdg).
Rasa nyaman terpenuhi
Nyeri berkurang.

Agar tidak terjadi infeksi


Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tidak tampak ekspresi nyeri seperti wajah meringis
Skala nyeri
(1): / tidak nyeri
Atur lingkungan senyaman mungkin
TTVital dalam batas normal
Tidak adanya Pus
Daerah luka tidak merah
Tidak nyeri
Luka tampak kering
Tidak ada pembengkakan
Dapat diketahui tingkat perkembangan klien
Dengan posisi nyaman klien dapat beristirahat
Dapat mengurangi rasa sakit
Mengukur TTV
TD = 120/80
Nadi : 80x/mnt
Pernafasan : 24x/mnt
Suhu : 36,5oC
Mengatur posisi senyaman mungkin
Menganjurkan mengambil nafas panjang bila nyeri
Kolaborasi
Memberikan obat-obatan sesuai order Dokter
Mengukur TTV
TD = 120/80
Nadi : 80x/mnt
Pernafasan : 24x/mnt
Suhu : 36,5oC
Observasi daerah luka
Tindakan septik dan antiseptik
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai order Dokter
Klien mengatakan nyeri berkurang
Klien masih agak lemah

TTV dalam batas normal


Masalah dalam perawatan
Intervensi diteruskan
Tidak adanya pus Luka tidak merah
Luka tampak kering
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.P. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa Keperawatan
dan Masalah Kolaboratif. Ed.2. Jakarta : EGC.
Komite Keperawatan RSUD Dr. Soedono Madiun. (1999). Penatalaksanaan Pada Kasus Trauma
Kepala. Makalah Kegawat daruratan dalam bidang bedah. Tidak dipublikasikan.
Long, B.C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Kperawatan).
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Bandung.
Diposkan oleh Deddy Restiadie Noora di 22:43

BAB I
PRESENTASI KASUS

SUMBER:
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?
page=Hernia+Inguinalis+Lateralis+Dekstra+Reponibel
I.1. IDENTITAS
Nama : Turjono
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Karangsambung, Bawang, Wonosobo, Jawa Tengah
Tanggal Masuk : 21 April 2009
No. CM : 33 36 52
I.2. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : Terdapat benjolan di lipat paha kanan
B. Keluhan Tambahan : nyeri,
C. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dibawa orang tuanya ke IGD RSMS dengan keluhan terdapat benjolan di lipat paha
kanan. Benjolan ini menurut pasien dan keluarganya ada sejak 1 tahun yang lalu. Benjolan
terutama jelas saat pasien batuk, bersin, mengedan dan bila diberdirikan. Tapi saat pasien
berbaring, benjolan tersebut hilang atau tidak nampak.
Pasien tidak bertambah gelisah dan rewel bila benjolan tersebut ditekan. Pasien tidak terlihat
gelisah, jarang menangis dan perutnya jarang kembung.
Keluhan pasien ini menurut orang tuanya juga tidak disertai mual ataupun muntah.
D. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat penyakit Jantung disangkal
- Riwayat penyakit Paru disangkal
- Riwayat penyakit Saluran Pencernaan disangkal
- Riwayat penyakit Genitalia disangkal
- Riwayat Pembedahan disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
I.3. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum : Sedang, tenang
B. Kesadaran : Compos mentis
C. Vital Sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit,regular,
isi dan tegangan cukup
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 37,4 C
D. Status Generalis
1. Kepala: Simetris, mesochepal, UUB sudah menutup sempurna, rambut tidak mudah dicabut
2. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/+)
3.Hidung : Discharge (-/-), deviasi septum (-/-)

4. Telinga: Simetris, tidak ada kelainan, otore (-/-)


5. Mulut:Mukosa tidak hiperemis, bibir tidak kering, lidah tidak kotor
6. Leher: Trakea di tengah, limfonodi tidak membesar, tidak ada tumor
7. Thorax
- Paru-paru
Inspeksi : Simetris, retraksi tidak ada, ketinggalan gerak tidak ada
Palpasi : Vokal fremitus paru kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru, batas paru hepar di SIC VI dekstra
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-), ronkhi (-), Wheezing (-/-)
- Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : Batas atas kiri SIC II LSB
Batas atas kanan SIC II RSB
Batas bawah kiri SIC IV LMC sinistra1 cm lateral
Batas bawah kanan SIC IV RSB
Auskultasi : S1 > S2 reguler, bising (-), gallop (-)
8. Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, tidak membesar, tidak cembung
Palpasi : Soeffle, nyeri tekan (-), kembung (-), defans muskular (-), Hepar/Lien tak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
9. Costovertebrae
Inspeksi : Tidak ada deformitas
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tidak ada nyeri ketok
10. Ekstremitas Superior dan Inferior
Oedem : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Ikterik : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada
B. Status Lokalis
Regio Inguinalis Dextra
Inspeksi : - Terlihat benjolan sebesar telur puyuh di daerah Inguinalis Dextra, diameter 2 cm.
- Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya
- Tidak terdapat fistel
Palpasi : - Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh, konsistensi kenyal, nyeri tekan
(-)
- Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien berbaring
- Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari
- Bila anulus inguinalis ditekan keluar benjolan
- Uji Transiluminasi (-)
- Fluktusi (-), ball ping pong fenomena (-), undulasi (-)
I.4. Resume
A. Anamnesis

Pasien laki-laki umur 53 tahun datang dengan keluhan :


- Terdapat benjolan pada lipat paha kanan sebesar telur puyuh
- Benjolan ada sejak 1 tahun yang lalu
- Benjolan jelas nampak saat pasien menangis, batuk, bersin, mengedan dan bila diberdirikan
- Saat berbaring, benjolan hilang atau tidak nampak
- Tidak bertambah gelisah dan kesakitan bila benjolan ditekan
- Perut pasien tidak kembung
- Jarang menangis
- Tidak sering terlihat gelisah
- Tidak disertai mual ataupun muntah
B. Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata : Dalam batas normal
Regio Inguinalis Dextra
Inspeksi : - Terlihat benjolan sebesar telur puyuh di daerah Inguinalis Dextra, diameter 2 cm.
- Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya
- Tidak terdapat fistel
Palpasi : - Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh, konsistensi kenyal, nyeri tekan
(-)
- Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien berbaring
- Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari
- Bila anulus inguinalis ditekan keluar benjolan
- Uji Transiluminasi (-)
- Fluktusi (-), ball ping pong fenomena (-), undulasi (-)
I.5. DIAGNOSA KERJA
Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Reponibel
I.6. DIAGNOSIS BANDING
Abses Inguinalis
Limphadenitis
I.8. TERAPI
Operatif : Herniotomy
I.9. Prognosis :
Dubia ad bonam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. Pendahuluan
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga yang bersangkutan / Locus Minoris Resistentiae (LMR). Bagian-bagian
hernia meliputi pintu hernia, kantong hernia, leher hernia dan isi hernia.
Sedangkan dikatakan hernia inguinalis lateral apabila hernia tersebut melalui annulus
inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan mengikuti jalannya spermatid cord di canalis
inguinalis serta dapat melalui annulus inguinalis subcutan (externus) sampai scrotum. Hernia
inguinalis disebut juga hernia scrotalis bila isi hernia sampai ke scrotum.

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia didapat
atau akuisita. Hernia diberi nama menurut letaknya seperti diafragma, inguinal, umbilikal,
femoral.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Bila
isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga disebut hernia ireponibel. Hernia
eksterna adalah hernia yang menonjol ke luar melalui dinding perut, pinggang atau perineum.
Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lobang dalam rongga
perut seperti Foramen Winslow, resesus rektosekalis atau defek dapatan pada mesentrium
umpamanya setelah anastomosis usus.
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia
sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya,
terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan
untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut
sebagai hernia strangulata.
HERNIA INGUINALIS
II. 2. Definisi
Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateral/internus)
dan mengikuti jalannya spermatic cord di canalis inguinalis serta dapat melalui anulus
inguinalis subcutan (externus), sampai scrotum
II. 3. Etiologi
Masih menjadi kontroversi mengenai apa yang sesungguhnya menjadi penyebab timbulnya
hernia inguinalis. Disepakati adanya 3 faktor yang mempengaruhi terjadinya hernia inguinalis
yaitu meliputi:
a. Processus vaginalis persistent
Hernia mungkin sudah tampak sejak bayi tapi kebanyakan baru terdiagnosis sebelum pasien
mencapai usia 50 tahun. Sebuah analisis dari statistik menunjukkan bahwa 20% laki-laki yang
masih mempunyai processus vaginalis hingga saat dewasanya merupakan predisposisi hernia
inguinalis
b. Naiknya tekanan intra abdominal secara berulang
Naiknya tekanan intra abdominal biasa disebabkan karena batuk atau tertawa terbahak-bahak,
partus, prostat hipertrofi, vesiculolitiasis, carcinoma kolon, sirosis dengan asites, splenomegali
massif merupakan factor resiko terjadinya hernia inguinalis.
Pada asites, keganasan hepar, kegagalan fungsi jantung, penderita yang menjalani peritoneal
dialisa menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal sehingga membuka kembali
processus vaginalis sehingga terjadi hernia indirect.
c. Lemahnya otot-otot dinding abdomen
II. 4. Anatomi Regio Inguinalis
Anatomi Hernia
Kulit, subkutaneus fat & fascia superfisialis
Aponeurosis MOE
MOI dan transverses abdominis serta conjoint tendon
Fascia dan musculus cremaster
Funiculus spermaticus
- Arteri spermatica
- Vena spermatica
- Vas deferens

Processus vaginalis
Ligamentum inguinale
Arteri epigastrica inferior
Trigonum Hasselbach
Fascia m. transverses abdominis, annulus inguinalis internus, pre-peritoneal fat, peritoneum
II. 5. Gambaran Klinis
Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Dari anamnesis
secara alloanamnesis dari orang tua pasien didapat benjolan sebesar telur puyuh di lipat paha
kiri. Benjolan ini menurut orang tua pasien ada sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan ini timbul
pada waktu pasien menangis, batuk, bersin, mengedan dan bila diberdirikan. Namun ketika
pasien berbaring, benjolan hilang atau tidak nampak. Sehingga pasien ini menderita hernia yang
sifatnya reponibel.
Pasien ini tidak sering menangis, tidak terlihat gelisah dan perutnya tidak kembung sehingga
dapat menyingkirkan kemungkinan hernia strangulata. Pasien ini juga tidak mual, muntah dan
tidak terasa kesakitan sehingga dapat menyingkirkan hernia inkaserata.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Status generalis dalam batas normal
Status lokalis :
Regio Inguinalis Dextra
Inspeksi : - Terlihat benjolan sebesar telur puyuh di daerah inguinalis dextra.
- Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri.
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya.
- Tidak terdapat fistel.
Palpasi : - Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh, konsistensi kenyal, nyeri tekan
(-).
- Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien berbaring.
- Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari.
- Bila annulus inguinalis ditekan keluar benjolan.
- Uji Transiluminasi (-).
- Fluktusi (-), ball ping pong fenomena (-), undulasi (-).
II. 6. Penatalaksanaan
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Tujuan dari operasi adalah reposisi isi hernia, menutup pintu hernia untuk menghilangkan
LMR, dan mencegah residif dengan memperkuat dinding perut. Prinsip dasar operasi hernia
terdiri dari herniotomy, hernioraphy, dan hernioplasty.
Pada herniotomy dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka
dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi ke cavum abdomen seperti
semula. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioraphy leher
hernia diikat dan digantungkan pada conjoint tendon (pertemuan m. transverses internus
abdominis dan m. obliqus intenus abdominis). Pada hernioplastik dilakukan tindakan
memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bayi dan anak-anak dengan hernia kongenital lateral yang faktor penyebab adanya
prosesus vaginalis yang tidak menutup sedangkan anulus inguinalis internus cukup elastis dan
dinding belakang kanalis cukup kuat, hanya dilakukan herniotomi tanpa hernioplastik.
Pada operasi hernia inguinalis, ada 3 prinsip yang harus diperhatikan, yaitu eksisi kantong
hernia, ligasi tinggi kantong hernia, dan repair dinding kanalis inguinalis.

Tehnik operasi
Insisi inguinal 2 jari medial SIAS sejajar ligamentum inguinal ke tuberculum pubicum
Insisi diperdalam sampai tampak aponeurosis MOE tampak crus medial dan lateral yg
merupakan annulus eksternus
Aponeurosis MOE dibuka kecil dengan pisau, dengan bantuan pinset anatomis dan gunting
dibuka lebih lanjut ke cranial sampai annulus internus dan ke kaudal sampai membuka annulus
inguinal eksternus.
Funiculus dibersihkan, kemudian digantung dengan kain kasa dibawa ke medial, sehingga
tampak kantong peritoneum
Peritoneum dijepit dengan 2 pinset dibuka usus didorong ke cavum abdomen dengan
melebarkan irisan ke proksimal sampai leher hernia. Kantong sebelah distal dibiarkan
Leher hernia dijahit dengan kromik ditanamkan di bawah conjoint tendon dan
digantungkan.
Selanjutnya dilakukan hernioplasty secara:
Ferguson
Funiculus spermaticus ditaruh disebelah dorsal MOE dan MOI abdominis MOI dan transverses
dijahitkan pada ligamentum inguinale dan meletakkan funiculus di dorsalnya, kemudian
aponeurosis MOE dijahit kembali, sehingga tidak ada lagi kanalis inguinalis.
Bassini
MOI dan transverus abdominis dijahitkan pada ligamentum inguinal, funiculus diletakkan
disebelah ventral aponeurosis MOE tidak dijahit, sehingga kanalis inguinalis tetap ada.
Kedua musculus berfungsi memperkuat dinding belakang canalis sehingga LMR hilang
Halsted
Dilakukan penjahitan MOE, MOI dan m. transverses abdominis, untuk memperkuat /
menghilangkan LMR. Funiculus spermaticus diletakkan di subkutis.
Tehnik operasi terbaru pada hernia inguinalis adalah menggunakan mesh, suatu materi prostese
yang digunakan untuk memperkuat otot-otot di region inguinalis sehingga mengurangi
timbulnya residif.
Keuntungan pemakaian mesh antara lain:
Aman, terutama pada pasien dengan penyakit penyerta kronik
Efektif dan kuat
Penyembuhan berlangsung lebih cepat
Nyeri pasca operasi minimal
Jarang menimbulkan komplikasi
II. 7. Prognosis
dari hernia jenis ini baik. Insidens residif bergantung pada umur, letak hernia, teknik
hernioplastik atau herniotomi yang dipilih. Hernia inguinalis indirek pada bayi sangat jarang
residif.
Sebenarnya residif lebih banyak terjadi pada hernia inguinalis medialis dibandingkan hernia
inguinalis lateralis. Penyebab hernia inguinalis residif antara lain:
- Kelemahan pada saat melakukan identifikasi kantong hernia
- Terjadinya infeksi pada luka operasi
- Kondisi yang menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intra abdominal
- Kesalahan tehnik operasi, misalnya ketegangan penjahitan serta terjadinya kekurangan dalam
menutup annulus inguinalis internus.
II. 8. Komplikasi

1. Perlekatan / hernia akreta


2. Hernia irreponibel
3. Jepitan vaskularisasi tergangguiskhemigangrennekrosis
4. Infeksi
5. Obstipasiobstruksi / konstipasi
6. Hernia incarserata Illeus
BAB III
PEMBAHASAN
III. 1. Anamnesis
Dari anamnesis secara alloanamnesis dari orang tua pasien didapat benjolan sebesar telur puyuh
di lipat paha kiri. Benjolan ini menurut orang tua pasien ada sejak 4 bulan yang lalu. Keluhan
ini timbul pada waktu pasien menangis, batuk, bersin, mengedan dan bila diberdirikan. Namun
ketika pasien berbaring, benjolan hilang atau tidak nampak. Sehingga pasien ini menderita
hernia yang sifatnya reponibel.
Pasien ini tidak sering menangis, tidak terlihat gelisah dan perutnya tidak kembung sehingga
dapat menyingkirkan kemungkinan hernia strangulata. Pasien ini juga tidak mual, muntah dan
tidak terasa kesakitan sehingga dapat menyingkirkan hernia inkaserata.
III. 2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Status generalis dalam batas normal
Status lokalis :
Regio Inguinalis Dextra
Inspeksi : - Terlihat benjolan sebesar telur puyuh berdiameter 2 cm di daerah inguinalis
dextra.
- Saat pasien dibaringkan benjolan dapat masuk sendiri.
- Warna kulit sama dengan daerah sekitarnya.
- Tidak terdapat fistel.
Palpasi : - Teraba benjolan, bentuk lonjong, sebesar telur puyuh, konsistensi kenyal, nyeri tekan
(-).
- Benjolan dapat didorong masuk dengan jari kelingking dalam posisi pasien berbaring.
- Finger test : Benjolan diraba dengan ujung jari.
- Bila annulus inguinalis ditekan keluar benjolan.
- Uji Transiluminasi (-).
- Fluktusi (-), ball ping pong fenomena (-), undulasi (-)
III. 3. Pendekatan Terapi
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Tujuan dari operasi adalah reposisi isi hernia, menutup pintu hernia untuk menghilangkan
LMR, dan mencegah residif dengan memperkuat dinding perut. Prinsip dasar operasi hernia
terdiri dari herniotomy, hernioraphy, dan hernioplasty
Prev: Bengkak pada Pelir
Next: Epididymis
reply share
Hernia
Jumat, 26 Oktober 2007 00:39

Hernia merupakan protusi/penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga yang bersangkutan.
Terdapat beberapa poin penting dalam hernia, yaitu : defek/ bagian yang lemah dari dinding
rongga, kantung hernia, isi hernia, dan cincin hernia (daerah penyempitan kantung hernia akibat
defek tersebut).
Berdasarkan terjadinya, dibagi atas hernia kongenital/bawaan dan hernia yang didapat. Hernia
diberi nama menurut letaknya, misalnya diafragma, inguinal, umbilical, femoral, dan
sebagainya.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar masuk. Isi
hernia keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk,
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantung hernia tidak dapat
dikembalikan ke dalam rongga disebut hernia irreponibel.
Hal ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada perineum kantong hernia. Bila
tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus akibat perlekatan tersebut disebut
hernia akreta.
Bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata.
Disebut hernia inkarserata bila isi kantung terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi.
Secara klinis hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia irreponibel dengan gangguan
pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut hernia strangulata. Sebenarnya gangguan
vaskularisasi sudah terjadi saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari
bendungan sampai nekrosis.
HERNIA INGUINALIS : dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Pria > wanita. Faktor yang berperan adalah terbukanya processus vaginalis, peninggian
tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut (pada trigonom Hesselbach).
Tekanan rongga perut yang tinggi secara kronis dapat berupa batuk kronis, hipertrofi prostat,
konstipasi, ascites, kehamilan multipara, obesitas, dll.
Hernia inguinalis bisa berupa hernia inguinalis medialis maupun hernia inguinalis lateralis.
Hernia inguinalis yang mencapai scrotum disebut hernia scrotalis. Keluhan dan tanda klinik
yang timbul bergantung pada keadaan isi hernia, ada tidaknya perlekatan, maupun komplikasi
yang telah terjadi.
Pada hernia reponibel, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul
pada waktu berdiri/ batuk/ bersin/ mengedan, dan menghilang setelah berbaring.
Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai, kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium
atau para umbilical berupa nyeri visceral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantung hernia. Bila telah timbul inkarserasi atau
strangulasi, dapat timbul nyeri yang hebat dan keluhan mual - muntah.

Pengelolaannya bisa dengan pengobatan konservatif, maupun tindakan definitif berupa operasi.
Tindakan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau
penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Jika reposisi tidak berhasil,
dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari
herniotomi dan hernioraphy.
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi
usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal, fistel atau peritonitis.
Terdapat banyak jenis hernia yang lain, antara lain :
Hernia femoralis : berupa benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis. Selanjutnya isi hernia
masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena femoralis
sepanjang sekitar 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat paha.
Hernia umbilicalis : merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk
melalui cincin umbilikus (pusar) akibat peninggian tekanan intra abdomen. Merupakan kelainan
kongenital. Hernia ini biasanya akan regresi spontan dalam 6 bulan sampai 1 tahun, bila cincin
hernia < 2 cm. Bila lebih dari 2 cm, perlu tindakan operasi.
Hernia paraumbilicalis : hernia melalui suatu celah di garis tengah tepi atas umbilicus.
Hernia epigastrika : hernia yang keluar melalui defek di linea alba antara umbilicus dan
processus xyphoideus.
Dengan penanganan yang dini, komplikasi yang mungkin timbul dapat dihindari.
(Sumber: http://www.geocities.com/situsgratis3in1/)

Anda mungkin juga menyukai