Anda di halaman 1dari 33

DAYA DUKUNG SOSIAL DAN LINGKUNGAN MATA AIR

PAMOTAN
( STUDI KASUS: KAWASAN MATA AIR DI DESA
PAMOTAN KECAMATAN PAMOTAN KABUPATEN
REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH )

Oleh:
Suhadi, S. Pd

Pusat Litbang Sumber Daya Air


Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pekerjaan Umum
SMA NEGERI 1 PAMOTAN
2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas rahmat dan karunia yang telah diberikan, kami dapat
menyusun makalah yang berjudul “ DAYA DUKUNG SOSIAL DAN DAN
LINGKUNGAN MATA AIR PAMOTAN ( STUDI KASUS: KAWASAN MATA AIR
DI DESA PAMOTAN KECAMATAN PAMOTAN KABUPATEN REMBANG
PROVINSI JAWA TENGAH ) “ dengan baik.
Makalah ini disusun karena kepedulian kami sebagai generasi
penerus bangsa akan pentingnya air bagi kehidupan di muka bumi.
Selain itu, adanya degradrasi debit mata air dan kualitas air di wilayah
kami, turut memberikan motivasi kuat untuk menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam
upaya konservasi mata air Pamotan Rembang Jawa Tengah. Selain itu,
diharapkan dapat memberi inspirasi masyarakat Rembang dan
sekitarnya untuk menciptakan daya dukung sosial dan lingkungan
hingga tercipta kemandirian air.
Ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Dari lubuk hati yang paling dalam, sangat kami sadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah
ini.

Rembang, 27 Januari
2010

Penulis
SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 2
SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 3
DAYA DUKUNG SOSIAL DAN LINGKUNGAN MATA AIR
PAMOTAN
( STUDI KASUS: KAWASAN MATA AIR DI DESA
PAMOTAN KECAMATAN PAMOTAN KABUPATEN
REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH )
Suhadi, S. Pd

SMA NEGERI 1 PAMOTAN REMBANG JAWATENGAH

ABSTRAK

Penelitian ini berangkat pada suatu pandangan bahwa


keberadaan sumber daya air dikendalikan oleh daya dukung
sosial dan daya dukung lingkungan. Penelitian ini mengangkat
masalah penting yaitu: (1) kualitas air; (2) daya dukung sosial
suatu mata air; dan (3) daya dukung lingkungan keberadaan
mata air. Penelitian pada mata air Pamotan Rembang Jawa
Tengah ini bertujuan untuk mengungkap hal-hal yang ada
dibalik tiga masalah di atas dalam rangka mencari suatu
rumusan tentang konsep kemandirian suatu daerah akan
sumber daya air, yang diharapkan mampu mengantarkan
masyarakat yang sehat, sejahtera, adil, dan makmur.

Penelitian yang dilakukan dengan pendekatan gabungan


(kualitatif dan kuantitatif) ini menggunakan perspektif konflik
fungsional dan ekonomi lingkungan. Adapun temuan penelitian
adalah sebagai berikut: (1) mata air pamotan terancam kualitas
layak minum karena aktivitas sosial dan ekonomi yang sedang
berlangsung; (2) dalam menjaga ketersediaan air, terdapat
potensi konflik sosial; dan (3) adanya dominasi tindakan
eksplorasi sumber daya alam yang ada, dalam rangka menjaga
keberlangsungan sosial. Dengan demikian, langkah paling tepat
adalah menjalankan konservasi sosial dan lingkungan secara
terpadu agar tercipta suatu tatanan yang diidam-idamkan, yaitu
kemandirian sumber daya air di Pamotan Rembang Jawa
Tengah.

Kata Kunci: konflik sosial, eksplorasi alam, konservasi, mata air


pamotan

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 4


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air memiliki peran penting dalam kehidupan. Makhluk hidup akan


mati dan bumi akan kering-kerontang jika tidak ada air. Oleh karena
itu, tanpa adanya air, tidak akan mungkin ada kehidupan. Semua
makhluk hidup di muka bumi memerlukan air untuk mempertahankan
hidupnya. Dalam segala aspek kehidupan, air merupakan kebutuhan
vital yang tidak dapat digantikaan kedudukaannya. Hal ini menjadikan
air sebagai isu penting dalam kehidupan.
Keberadaan air sebagai penunjang kehidupan dipengaruhi oleh
daya dukung sosial dan lingkungan di kawasan mata air tersebut.
Fenomena yang sering terjadi selama ini adalah ketidakpedulian
masyarakat terhadap sumber mata air yang ada. Daya dukung
lingkungan juga turut mempengaruhi keberadaan air. Ketidakpedulian
dan disequilibrium lingkungan merupakan penyebab kelangkaan air. Jika
hal ini terjadi, implikasinya adalah penurunan kesejahteraan
masyarakat. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi agar hal itu tidak
terjadi, diperlukan pemikiran yang kritis dan ide-ide kreatif.
Mata Air di desa Pamotan kecamatan Pamotan kabupaten Rembang
provinsi Jawa Tengah memiliki suatu keunikan. Hingga kini kawasan
tersebut memiliki sumber daya air cukup melimpah pada saat daerah
sekitar (kawasan Rembang) kekurangan air. Namun seiring
berkembangnya waktu, muncul beberapa kekhawatiran akan
ketersediaan air. Hal demikian karena ada kecenderungan beberapa
gejala perubahan lingkungan dan dinamika sosial yang sedang
berkembang di kawasan Pamotan mengalami degradasi sumber daya
airnya. Beberapa perubahan diantaranya; demografi, topografi, aktivitas
penambangan galian C, tata guna lahan, penebangan hutan,
pembukaan lahan, usaha perairan, sisa aktivitas konsumsi, dan
dekadensi etika pelestaian alam, dianggap sebagai gejala awal.

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 5


Untuk itu perlu diketahui daya dukung sosial dan lingkungan pada
mata air pamotan termasuk di dalamnya adalah kualitas mata air
Pamotan. Karena air bersih merupakan faktor penting untuk
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas air Pamotan?
2. Bagaimana daya dukung lingkungan pada mata air Pamotan?
3. Bagaimana daya dukung sosial pada mata air Pamotan?

1.3. Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas,


tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
• mengetahui kualitas air di Pamotan;
• mengetahui daya dukung lingkungan pada mata air; dan
• mengetahui daya dukung sosial pada mata air.

1.3.2 Sasaran

Sasaran dalam penelitian ini meliputi dua hal jika ditinjau dari
dimensi objek dan guna yaitu sebagai berikut:
• sasaran objeknya adalah mata air di desa Pamotan,
selanjutnya
• sasaran guna untuk masyarakat Rembang, penelitian ini
diharapkan dapat memberi inspirasi masyarakat Rembang dan
sekitarnya untuk menciptakan daya dukung sosial dan
lingkungan hingga tercipta kemandirian air.

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 6


SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Mata Air dan kehidupan

Mata air adalah air tanah yang mengalir ke permukaan tanah


secara alami karena adanya gaya gravitasi atau gaya tekanan tanah
(BPP Kimpraswil, 2002; Wanielista, et all, 1990). Menurut Soetrisno
(2004) penggunaan mata air sebagai sumber air bersih dapat
dilakukan jika mata air tersebut dihasilkan dari aliran air di bawah
tekanan hidrostatik sebagai akibat dari gaya gravitasi. Apabila mata
air itu berasal dari rekahan yang meluas sampai jauh ke dalam kerak
bumi akibat dari gaya non gravitasi, maka mata air ini cocok
kepentingan, karena airnya panas. Pada saat ini terdapat
kecenderungan menurunnya debit mata air. Keadaan tersebut diyakini
mempengaruhi kualitas dinamika sosial.

2.2. Kualitas Air

Persyaratan kualitas air dinyatakan bersih dan layak minum telah


diatur oleh PERMENKES No. 416/MENKES/Per/IX/1990. Adapun uraian
tersebut terdapat pada table 1.
Tablel 1. Persyaratan Kualitas Air Bersih dan Air Minum

No Parameter Satuan Kadar maksimum yang


diperbolehkan
BAKTERIOLOGIS Jumlah per untuk air
Perpipaan
1. Total Bakteri 100 = 10
Coliformform
KIMI ml Non
1. A - 6,5 -
2. pH mg 9,0
3. Nitrat /l 10
4. Nitrit mg 1,
5. Zat /l 0
6. rganik mg 10
7. Mangan /l 0,
8. Besi mg 5
9. Kesadah /l 1,
10. a mg 0
/l 50

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 8


FISI
1. K ºC Suhu udara
2. Suhu - ±3ºC)
3. Bau - -
4. Rasa - -
5. War Skala -
na NTU 25
Sumber: PERMENKES No. 416/MENKES/Per/IX/1990

2.3. Daya Dukung Sosial Air

Dalam kerangka pemikiran Geertz tentang kebudayaan, bahwa


manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya yang menanggapi
setiap proses kehidupannya dalam bentuk pola-pola tingkah laku sesuai
dengan kebudayaan yang dimilikinya. Sehingga dalam suatu proses
adaptasi, manusia selalu menggunakan kebudayaannya guna merespon
perubahan-perubahan yang terjadi. Menurut Geertz, kebudayaan paling
baik dilihat sebagai seperangkat mekanisme-mekanisme kontrol atau
rencana-rencana, resep-resep, aturan-aturan instruksi-instruksi, untuk
mengatur tingkah laku manusia (Geertz, 1992:55).
Berdasarkan teori kebudayaan Geertz (1992) masyarakat
cenderung menanggapi suatu keadaan lingkungan dengan proses
adaptasi, dalam merespon perubahan-perubahan yang terjadi. Dengan
demikian, pada suatu lingkungan yang mengalami degradasi sumber
daya air, merupakan hasil dari proses cara pandang dan perilaku
masyarakat yang ada disekitar lingkungan tersebut.
Dalam perspektif konflik sosial, pemaksaan merupakan jalan untuk
mencapai tatanan sosial yang diinginkan (Kriesberg, dalam Kuper
2008). Pemaksaan ini dilakukan karena adanya dominasi sumber daya.
Konflik dipercaya sebagai kekuatan yang mampu menerobos ke dimensi
tanpa batas. Tetapi jika kekuatan konflik tidak dibingkai dengan fungsi
sosial yang baik, hanya sebagai sumber petaka saja.

2.4. Daya Dukung Lingkungan Air

Menurut O’Riordan (dalam Kuper 2008; 298) lingkungan adalah


suatu yang mampu menaklukkan dan sekaligus memberikan ancaman
pada setiap manusia. Berdasarkan pandangan O’Riordan di atas, bahwa

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 9


suatu sumber daya alam pada suatu waktu dapat menjadikan orang
sejahtera dan juga sebagai marabahaya. Dengan demikian, sumber
daya air suatu ketika juga dapat berfugsi sebagai pensejahtera, disisi
lain juga sebagai ancaman bagi segenap manusia.
Menurut Pearce (dalam Kuper, 2008;300-301) terdapat hubungan
antara ekonomi dan lingkungan. Pertama, adanya pandangan bahwa
kesejahteraan manusia terancam oleh degradasi lingkungan dan
penyusutan lingkungan. Kedua, keseluruhan lingkungan secara umum
diyakini sebagai akibat dari penyimpangan atau kegagalan tertentu
dalam sistem ekonomi, yang kebanyakan bersumber dari pasar. Ketiga,
solusi atas berbagai masalah lingkungan harus dilakukan dengan
mengoreksi unsur-unsur ekonomi yang menjadi penyebabnya.

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 10


BAB III

METODE PENELITIAN

Pendekatan air di desa Pamotan Rembang Jawa Tengah ini


menggunakan metode gabungan (mixed metode) yaitu gabungan dari
metode kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan
adalah studi kasus yaitu suatu pendekatan untuk mempelajari,
menerangkan dan menginterprestasikan suatu kasus dalam konteksnya
secara natural.
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder.
Data primer digunakan sebagai jembatan dalam menjawab masalah
yang belum terjawab dalam tradisi penelitian sebelumnya, dimana
peneliti terjun di lapangan untuk mendapatkan data. Wawancara
dilakukan dengan ahli-ahli dari Dinas Pertanian dan Kehutanan, Dinas
Pertambangan, Dinas Lingkungan Hidup, PDAM, tokoh masyarakat,
aktivis lokal, pejabat desa dan lain-lain. Begitu halnya data sekunder,
juga didapat dari lembaga di atas. Dalam pengumpulan data, digunakan
instrument penelitian yaitu: pedoman pengamatan dan pedoman
wawancara (terlampir).
Keabsahan data pada penelitian air ini dilakukan dengan
mengambil data sekunder dari PDAM tentang kualitas mata air
Pamotan. Untuk keabsahan data sosialnya dilakukan dengan metode
triangulasi, dimana data di peroleh dari beberapa informan. Teknik
triangulasi digunakan untuk pemeriksaan keabsahan data dengan cara
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, sebagai keperluan
pengecekan atau pembanding data. Sedangkan keabsahan data
tentang lingkungan dilakukan pengamatan dengan cermat hingga tidak
terjadi perubahan fenomena.
Metode analisis data kuantitatif tentang kualitas air dilakukan
dengan mengadakan uji laboratorium yang telah ada kemudian
dihubungkan dengan kondisi nyata saat ini. Selanjutnya untuk
menganalisa daya dukung lingkungan dengan menggunakan teori
ekonomi lingkungan. Adapun analisa daya dukung sosial dengan

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 11


menggunakan teori konflik fungsional. Penelitian ini dilakukan dengan
tiga tahap yaitu; tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data,
dan penafsiran/verifikasi/kesimpulan (Miles dan Huberman, 2000)

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 12


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Pamotan merupakan kawasan sentra batu gamping yang ada di
sebelah timur kabupaten Rembang. Sejak dulu gamping Pamotan
menjadi dambaan bagi masyarakat Jawa Tengah untuk bahan campuran
tembok, cat gebyok, hingga digunakan untuk campuran emping jagung
(oleh-oleh khas Pamotan). Dalam dinamika perdagangan ternak,
Pamotan juga terkenal dengan pasar sapinya. Berbagai pelancong juga
sering singgah di Pamotan, karena kawasan ini terkenal asri, sejuk,
warung makan yang murah, dan tentunya menyenangkan. Terlebih
dalam hal ketersediaan air bersih, kawasan ini dapat dikatakan sebagai
sumurnya orang Rembang. Berlimpahnya mata air Pamotan, telah
menyulap Pamotan menjadi lumbung padi dan buah-buahan kabupaten
Rembang.

4.1.1 Kehidupan dalam Mata Air Pamotan

Potret Pamotan tahun 1982-an, merupakan kawasan desa tani yang


menyenangkan. Saluran irigasi masih tampak lebar tanpa ada
pendangkalan. Debet air dan tingkat curah hujan terhitung relatif tinggi.
Hujan turun pada awal bulan September hingga bulan Maret. Selebihnya
adalah musim kemarau pada bulan April hingga Agustus. Daerah
tangkapan hujan juga relatif luas. Terlebih tingkat perilaku perusakan
alam relatif tidak ada. Komoditi padi, jambu mete, mangga, pisang,
kelapa, dan ragam buah-buahan menjadi unggulan hasil tani kawasan
Pamotan. Air mengalir dari sudut-sudut lokasi yang rimbun dan asri
yang dikelilingi pohon-pohon besar. Saat dulu, petani disibukkan
menutup mata air (touk) karena harus menanam tanaman polowijo
setahun sekali, disela-sela panen padi tiga kali. Masyarakat Pamotan
saat itu tidak merasakan kekhawatiran akan kekurangan air.
Setiap setahun sekali, masyarakat Pamotan menggelar sedekah
bumi sebagai bentuk syukur bahwa alam masih bersahabat dengan

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 13


mesra. Tradisi sedekah bumi marak digelar dengan pentas
pembangunan paguyuban sosial wayang semalam suntuk. Tradisi
tumpengan dilakukan di tiap-tiap sumur milik milik warga menjadi kunci
sebelum pementasan wayang. Ikan yang berada di sepanjang sungai
Pamotan ikut dilindungi oleh tradisi, dimana warga dilarang memancing
ikan tersebut . Hingga tahun 1998, sepanjang sungai Pamotan masih
banyak ikan lelenya. Mereka percaya, rentetan kearifan lokal ini mampu
melestarikan keberadaan mata air Pamotan. Namun perilaku kearifan
lokal di atas, saat ini relatif jarang ditemukan.

4.1.2 DAS Mata Air Pamotan


Dua sumber air dengan debit tinggi yang berada di desa Pamotan
adalah sumber Brubul dan sumber Modal (lihat lampiran gambar).
Sumber air Brubul terletak di daerah timur Pamotan yang digunakan
untuk aktivitas tani yang mencapai areal kurang lebih 12 hektar.
Pertanian sekitar sumber Brubul, mampu memanen padi dua kali dan
satu kali panen polowidjo dalam setahun. Mata air Brubul juga menjadi
suplai debet air bendung modal. selanjutnya Sumber Modal terletak di
bagian hulu sampai dukuh Modal, tepat di lapangan Palapa Pamotan.
Sungai di Pamotan terkait dengan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Mungulan yang terdiri dari tiga anak sungai. Pertama, sungai Bamban
yang menampung air dari daerah tangkapan hujan. Daerah hulu sungai
Bamban terdapat dataran tinggi Gunung Botak yang terdiri dari tiga
desa yaitu desa Pakis, Rendeng, Ukir dan Bamban Kecamatan Sale.
Kedua, sungai Gambiran yang menampung air dari daerah tangkapan
hujan di bagian hulu dataran tinggi Gunung Suntri dan Tegal Dowo.
Daerah ini terdiri dari desa; Trembes, Gambiran Kecamatan Gunem dan
Kecamatan Pamotan. Ketiga, sungai Modal yang menampung dari
kedua anak sungai di atas yang disebut daerah aliran sungai Mungulan.
Mungulan singkatan dari DAS Mudal dan Ngolahan karena sungai
Ngolahan bagian hilir dari sungai Mudal.

4.1.3 Kualitas Air Pamotan

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 14


Dalam mencukupi kebutuhan air sehari-hari, masyarakat Pamotan
menggunakan beberapa jenis air yaitu; air sumur, air sungai, air PAM,
air Kajar (dari kecamatan Lasem), dan air kemasan. Dari lima belas
dukuh yang ada di desa Pamotan, hanya dukuh Dukuh Candi Sari,
Palan, dan Kanoman saja yang menggunakan air PAM, itu pun tidak
semuanya.
Kualitas air Pamotan dapat dilihat dari kandungan kimia, fisika, dan
biologi dengan berdasar pada PERMENKES RI NO. 416/MENKES/
Per/XI/1990.

Tabel 2. Kandungan bakteriologi air mudal Pamotan

Hasil pemeriksaan bakteriologi


Tes
Tes penegasa MPN/
Loka Perkiraan n 100 Cl2
P Pertimbangan
si Gol. Gol. Gol. (mg
H
Coliform Coliform Colifo /l)
LB 370C BGLB rm
370C
Air 5/ 1/ 1/ 0 0 0 10 6, 0,2 Memenuhi syarat
Mud 5 1 1 6 6 bakteriologi untuk air
al bersih
Sumber: Dinas Kesehatan, 2009.

Air dikatakan bersih menurut uji bakteriologi, air harus bersih dari
bakteri Coliform setiap 100 ml. Jenis bakteri Coliform beragam. Bakteri
Coliform ini berasal tinja/kotoran manusia. Coliform yang ada di air
biasanya berasal tanah yang terkontaminasi tinja. Biasanya pada
masyarakat yang senang membuang tinja ke sungai atau daerah yang
dekat dengan mata air, baik secara langsung maupun tidak langsung,
maka airnya dimungkinkan terdapat bakteri Coliform. Berdasarkan
pengamatan, sungai Mungulan Pamotan sering digunakan mandi
sekaligus membuang tinja secara langsung dan melalui jamban terbuka
yang disalurkan langsung ke air.
Tabel 3. Kandungan fisika air mudal Pamotan
Diperiksa Mata Air Batas Satu
Terhadap Mudal maksimum an
Bau Tidak berbau - -

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 15


Warna 0,00 15 -
TDS 672,00 1000 mg/l
Kekeruhan 0,04 5 MTU
Rasa Tidak berasa - -
Suhu 27,00 ±3 o
C
Sumber: Dinas Kesehatan, 2004 dalam PDAM Rembang

Berdasarkan uji fisika air di atas, air mudal secara fisika diatas. Air
mudal tidak berbau, dan tidak berwarna, TDS nya sebasar 672,00 mg/l,
kekeruhannya sebesar 0,04 MTU, tidak berasa, dan suhu air mencapai
27,00. Namun Dari hasil pengamatan di lapangan, secara fisik air mudal
jika hujan, airnya berwarna coklat pekat, dan keruh, pada saat hujan
turun mengguyur kawasan ini.
Air dikatakan bersih jika telah memenuhi standar uji kimia air.
Adapun kualitas air Mudal Pamotan secara uji kimiawi, dapat dilihat
pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Kandungan kimia air mudal Pamotan


Diperiksa Mata Air Batas Satua
Terhadap Mudal maksimum n
Aluminium 0,02 0,2 mg/l
Besi 0,05 0,3 mg/l
Kesadahan 184,32 500 mg/l
Clorida 13,76 250 mg/l
Mangan 0,00 0,1 mg/l
PH 7,62 6,5 – 8,5 -
Seng 0,00 3 mg/l
Sulfat 15,17 250 mg/l
Tembaga 0,00 1 mg/l
Sisa khlor 0,00 - -
Amoniak 0,00 1,5 mg/l
Arsen 0,00 0,01 mg/l
Fluorida 0,00 1,5 mg/l
Kronium 0,00 0,05 mg/l
Katnium - 0,003 mg/l
Nitrit sebagai 0,00 3 mg/l
NO2
Nitrat sebagai 3,29 50 mg/l
NO3
Sianida 0,00 0,07 mg/l
Air raksa 0,00 - mg/l
Selenium - 0,01 mg/l
Barium - 0,7 mg/l

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 16


Boron - - mg/l
Timah 0,00 0,1 mg/l
Molybdenum - 0,07 mg/l
Nikel - 0,02 mg/l
Hidrogen 0,00 0,05 mg/l
sulfida
Sodium - 200 mg/l
Zat organik 3,54 10 mg/l
Sumber: Dinas Kesehatan, 2004 dalam PDAM Rembang

4.1.4 Babak Awal Ekspolitasi Mata Air Pamotan

Pada tahun 1928, Belanda membangun jaringan perpipaan air


pertamakali di Rembang, berasal dari mata air Kajar kecamatan Lasem.
Pada saat itu mata air kajar debetnya 7 liter/detik (sekarang 1
liter/detik) untuk mencukupi kebutuhan air bersih masyarakat kota
Lasem dan Rembang Kota. Seiring bertambahnya kebutuhan air,
Rembang mendapatkan bantuan dari Pemerintah Pusat untuk
mencukupi kebutuhan air. Mata air Mudal Pamotan dipilih menjadi
suplai kebutuhan air di Rembang Kota, karena kuantitas air yang
berlimpah, airnya jernih dan jarak yang relatif dekat (dibanding mata
air Sale dan Gunem). Dengan demikian biaya operasionalnya lebih
efesien dan terjangkau.
Tepatnya pada tahun 1989, mata air Pamotan dimanfaatkan untuk
kebutuhan air baku di kawasan Rembang Kota. Pada saat itu debet
mata air Mudal Pamotan lebih dari 89 liter/detik. Namun jauh
sebelumnya, tepatnya tahun 1976, kecamatan Pamotan mendapatkan
bantuan dari Departemen Kesehatan dalam bentuk Jaringan Perpipaan
Air untuk mencukupi kebutuhan air di PUSKESMAS Pamotan. Saat itu
jaringan perpipaan air dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten
Rembang. Hingga tahun 1980, pengelolaan perpipaan air diserahkan
PDAM Rembang (Perda No 1 tahun 2008 tentang pendirian PDAM).
Mata Air Pamotan hingga sekarang adalah satu-satunya penyangga
kebutuhan air bersih pada 35 desa di Kecamatan Kota Rembang. Mata
air Pamotan sampai sekarang masih disedot oleh PDAM Rembang
dengan debet air 35 liter/detik. Volume 35 liter/detik tersebut digunakan

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 17


untuk kebutuhan air di Pamotan sebesar 10 liter/detik dan selebihnya
untuk kebutuhan air warga di Kecamatan Rembang Kota.
Namun seiring berjalannya waktu, problem air untuk irigasi menjadi
mencuat dipermukaan. Sekarang, petani sibuk mencari dan membuka
mata air untuk menanam padi. Petani Pamotan sedang disibukkan
dengan rasa kekhawatiran. Terlihat para petani yang harus berlari
mengejar air hujan untuk menggarap sawahnya, istilahnya petani
pamotan sekarang grusa-grusu (jika ada hujan langsung menggarap
sawahnya), kalau dulu angin-anginan (santai, tapi pasti dapat air).

4.1.5 Babak Lanjutan Ekspolitasi Mata Air Pamotan

Debet mata air Mudal saat ini tidak lebih dari 40 liter/detik (Bapeda
Rembang, 2009). Keadaan debet air tersebut semakin menurun pada
puncak musim kemarau. Dahulu, Pamotan merupakan kawasan hutan
rindang, tetapi kini hutan itu hanya tinggal cerita dan bahan obrolan
hangat di warung-warung kopi Pamotan. Banyaknya penjarahan kayu
hutan pada tahun 2001 yang disebabkan tidak adanya kepercayaan
rakyat kepada Pemerintah. Tragedi besar-besaran itu kemudian
mengakibatkan tanah mudah terbawa air saat hujan turun dan terjadi
sedimentasi pada saluran-saluran air (sungai dan saluran irigasi). Air
hujan tidak lagi bersahabat dengan daerah tangkapan air. Air seakan
melenggang di tempat yang mereka suka. Air tidak dapat dikendalikan
oleh pepohonan di hutan.
Akibat penjarahan kayu, berpengaruh terhadap populasi tumbuhan.
Pohon-pohon besar hutan di babat habis hingga bongkahan akarnya
dijadikan kursi mewah dari sentuhan ahli ukir setempat. Kayu hasil
jarahan tersebut di jual ke kota-kota besar secara ilegal. Akibatnya,
hutan yang dahulu sangat lebar, kini berubah menjadi kebun ketela,
lahan padi gogo, dan kebun sayuran. Pohon-pohon besar dengan akar-
akar yang kuat yang dapat menyerap dan menahan laju air sekarang ini

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 18


dapat dihitung jari. Tampaknya ada problem kesejahteraan hidup pada
masyarakat di sekitar hutan.
Setelah kayu di hutan habis, untuk mencukupi kesejahteraan hidup
masyarakat, beberapa gelintir orang di Pamotan dan para investor luar,
melakukan eksploitasi tambang batu kapur dan pospat dengan aktivitas
penambangan galian C. Sepanjang jalan raya Pamotan ke arah timur,
terlihat jelas aktivitas eksploitasi tersebut. Kegiatan eksploitasi galian
tambang C di Pamotan tampak dari waktu ke waktu meninggalkan
cekungan-cekungan dengan bentuk tidak beraturan. Sudah tampak
sekarang, air di bendung Mudal cenderung keruh saat hujan.
Fenomena sosial seperti demografi semakin menunjukkan tingkat
derajat kenaikan yang nyata. Hal ini dapat dilihat banyaknya lahan PJKA
di stasiun Pamotan lama dan sepanjang bekas jalur rel kereta api telah
padat dengan bangunan-bangunan permanen. Sebuah kawasan yang
diminati para pendatang (pegawai) dan pertumbuhan penduduk lokal.
Perkembangan pemukiman Pamotan cenderung memusat ke kawasan
pusat pemerintahan dan ekonomi Pamotan. Hal ini dapat dilihat
aktivitas dengan lokasi terminal, pertokoan, pasar pamotan, pasar
hewan, persawahan, kantor KORAMIL, POLSEK, lembaga pendidikan (TK,
SD, SMP, SMA, SMK, Ponpes), koperasi, bank BRI, kantor pos,
puskesmas, dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Secara kebetulan,
DAS Mungulan juga melintas di pusat kegiatan ekonomi Pamotan. Hal
ini dapat dilihat saluran air di sungai telah berubah menjadi deretan
sampah terpanjang di Pamotan.
Pada tahun 2006, warga Pamotan melakukan demonstrasi didepan
kantor PDAM. Hal ini disebabkan selama 30 tahun belakangan, sumur
warga di sekitar PDAM Pamotan, kekeringan. Petani sulit untuk mengairi
sawahnya karena saluran irigasi kering. Sebagian besar meraka adalah
warga Pamotan dukuh Mudal,Sumberan, Candi Sari, Palan, Tajen,
Karang Tengah, dan dukuh Dalor. Mereka menuntut PDAM Pamotan
agar bijaksana dalam mengelola air. Fakta di lapangan menunjukkan
bahwa kebutuhan air warga tidak tercukupi pada saat PDAM mengambil

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 19


air di Mudal. Suatu keadaan yang membingungkan, kawasan pemasok
air, terjadi kekurangan air.
Setelah dilakukan perundingan antara PDAM dan warga pamotan,
PDAM bersedia melepaskan pipa yang terhubung langsung pada mata
air. Selama 8 jam sumur-sumur yang berada didaerah sekitar mata air
terisi oleh air. Mata air juga bermunculan dari celah-celah batu di
daerah aliran sungai yang semula kering, hingga air membentuk aliran
sungai yang baru dengan dengan debit yang cukup tinggi
Pada tahun 2009, Pamotan kaya akan bahan tambang (batu kapur
dan pospat) dilirik banyak investor, CV.Carpos salah satu dari investor
yang melakukan eksploitasi tambang Pamotan. Perusahaan ini tidak
tanggung-tanggung, dalam eksploitasi menggunakan peralatan alat
pemicu ledakan agar mendapatkan jumlah produksi berlimpah.
Dalam mengeksplorasi tambang, CV.Carpos membuat 50 lubang
ledakan dengan kedalaman 12 meter. Perilaku eksplorasi tambang ini
ternyata berdampak buruk terhadap lingkungan. Ledakan tersebut
berakibat retaknya rumah warga. Sebanyak 15 rumah rusak parah dan
lainnya mengalami rusak ringan. Peledakan itu juga mematikan aliran
mata air sumur milik warga. Anehnya kegiatan penambang sedalam 12
meter dengan pemicu 50 titik ledakan, izin lingkungannya dimanipulasi
pihak investor.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Kualitas Air Pamotan
Berdasarkan Permenkes No. 416/MENKES/Per/IX/1990, air bersih
dan air minum, harus memenuhi persyaratan seperti yang tertuang
dalam Permenkes di atas, mulai dari uji fisika, kimia, dan biologi.
Untuk menjadi air bersih dan layak minum harus memenuhi standar
ukuran fisika air bersih dan layak minum. Berdasarkan tabel 3 uji fisika,
air Mudal disimpulkan air bersih dan layak minum. Namun dalam
rentang waktu 6 tahun belakangan, mata air mudal Pamotan sering
berwarna coklat pekat dan keruh, terlebih di musim hujan. Buruknya
fisika air saat musim hujan ini dipengaruhi oleh beberapa perubahan

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 20


diantaranya; demografi, topografi, aktivitas penambangan galian C, tata
guna lahan, penebangan hutan, pembukaan lahan, usaha perairan, sisa
aktivitas konsumsi, dan dekadensi etika pelestaian alam, dianggap
sebagai gejala awal.
Berdasarkan tabel 4 tentang kandungan kimia air Mudal Pamotan,
kandungan alumunium pada sumber air Mudal cukup tinggi, yaitu 0,02
mg/l, sama dengan ambang batas maksimal yang ditentukan yaitu 0,02
mg/l. Jika air tersebut dikonsumsi, maka akan menyebabkan efek
negatif bagi kesehatan manusia. Daya racun yang dimiliki akan bekerja
sebagai penghalang kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh
terputus. Selain itu, air yang mengandung banyak aluminium
menyebabkan rasa yang tidak enak apabila dikonsumsi manusia.
(http://www.hydro.co.id/ ?page_id=121).
Sumber air Mudal mengandung besi (0,05 mg/l), kesadahan (184,32
mg/l), khlorida (13,76 mg/l), dan mangan (0,00 mg/l). pH air Mudal
(7,62) termasuk cukup tinggi jika dibanding dengan ambang batas
maksimal pH (6,5-8,5), akan hal ini menyebabkan beberapa senyawa
kimia berubah menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan.
Kandungan nitrat dalam sumber air Mudal cukup rendah (3,29 mg/l) jika
dibandingkan dengan nilai ambang batas maksimal (50 mg/l). Nitrat
beresiko akan menghambat darah melepaskan oksigen ke sel-sel tubuh.
Sekali nitrat masuk kedalam sistim peredaran darah, penderita dapat
mengalami kekurangan oksigen dalam tubuhnya. Penyakit ini dikenal
sebagai Baby Blue Syndrome yang dapat menjadi penyebab kematian
bagi bayi dibawah umur 3 bulan (http://www.repository.binus.ac.id) .
Kandungan zat organik dalam sumber air Mudal cukup rendah (3,54
mg/l), jika dibanding dengan nilai ambang batas yang ditentukan (10
mg/l). Selanjutnya sumber air Mudal tidak mengandung Seng, Sulfat,
Tembaga, Sianida, Air Raksa, Selenium, Barium, Baron, Timah,
Molybdenium, Nikel, Hydrogen Sulfida, Sodium, Sisa Khlor, Amoniak,
Arsen, Fluorida, Kronuim, Kadniu, dan Nitrit.
Berdasarkan tabel 2 kandungan bakteriologi air Mudal Pamotan di
atas, air Mudal Pamotan telah memenuhi syarat bakteriologi untuk air

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 21


bersih (Dinas Kesehatan, 2008). Namun pada kenyataannya,
berdasarkan pengamatan, disepanjang sungai Mungulan Pamotan yang
murupakan suplai air di Bendung Pamotan, sering digunakan
membuang tinja secara langsung dan melalui jamban terbuka yang
disalurkan langsung ke air sungai. Dengan demikian maka mata air
Pamotan rentan akan banteri Coliform. Untuk itu perlu dilakukan kajian
mendalam dikemudian hari tentang kecenderungan mata air Mudal
akan terkontaminasi bakteri Coliform. Selain itu, dimensi sosial tentang
kecenderungan adanya bakteri Coliform mata air Pamotan juga penting.
Hal ini dapat dilihat adanya faktor pola tindakan masyarakat setempat
yang masih banyak membuang tinja ke sungai atau lahan serapan air.

4.2.2 Daya Dukung Sosial Mata Air Pamotan


Berdasarkan hasil penelian daya dukung sosial mata air Pamotan,
perilaku masyarakat pamotan dapat dibagi menjadi tiga. Pertama,
perilaku pelestarian air dalam rangka mencapai keadaan harmoni
tepatnya sebelum tahun 1982 hingga sebelum tahun 2000-an. Kedua,
perilaku tunduk kepada pemerintah karena adanya paksaan, tepatnya
sebelum tahun 2000, hingga setelah tahun 2004. Hal ini dapat dilihat
tunduknya para petani saat PDAM mengambil air untuk irigasi
pertaniannya. Hal ini kemudian ditunjukkan dengan perilaku melawan
dengan merusak hutan. Ketiga, perilaku masa bodoh yang mana hal ini
dapat dilihat warga tidak peduli dengan lingkungan. Bukti nyata lainnya
adalah kegiatan eksplorasi tambang, alih fungsi lahan, dan membuang
sampah di sembarang tempat, warga Pamotan terlibat. Hal ini dilakukan
karena tekanan kesejahteraan yang kian tidak tercapai. Perilaku
menerabas (deviant) menjadi pilihan utama. Selain itu juga
mendapatkan tekanan-tekanan akan kecemburuan warga Pamotan
yang melihat para pendatang mampu mncapai tingkat ekonomi di
kelas-kelas sosial menengah atas. Perilaku warga ini juga dipengaruhi
oleh perubahan demografi yang kian meningkat.
Tabel 5. Daya Dukung Sosial Mata Air Pamotan

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 22


…. s.d. thn 1982 Tahun 2001- Tahun 2010
2004
- menggelar - PDAM - Tidak ada tumpengan
sedekah bumi membersihkan di tiap-tiap sumur
(wayang dan intik pada pipa - Sampah (Sisa
tumpengan di hisap konsumsi warga) di
sumur) - Sungai buang ke sungai
- Peternak sapi mungulan - Warga mulai gelisah
melimpah debetnya akan keberadaan air
- Tabu turun - Warga membeli air
mengambil ikan di - Irigasi kemasan untuk minum
sungai pertanian - Penduduk bertambah
- Terdapat lima kering - Pusat ekonomi ada di
pegawai air - Petani sekitar DAS mungulan
- Penduduk relatif demo PDAM Pamotan
sedikit - PDAM - Bisnis bahan baku air
- Konflik sebatas mengurangi marak
pembagian air debet air yang - 15 pemilik rumah
- Pegawai di sedot yang temboknya retak
disiplin, keras, dan parah akibat dinamit
kharismatik penambangan
- Bersepeda di - Pemalsuan dokumen
atas tanggul irigasi ijin ligkungan
- Petani saling - Sempat demontrasi
menjaga tanggul penutupan tambang
- Petani takut galian C
pegawai air
Sumber: Data Primer Penelitian 2010
Kecenderungan perilaku warga yang lebih dominan adalah
mengusung tindakan konflik sosial lingkungan. Hal yang paling nampak
adalah warga cenderung menyalahkan pihak-pihak yang menyebabkan
Pamotan terjadi degradasi sumber daya air. Konflik sosial lingkungan ini
juga akan membuka kematangan berfikir warga Pamotan dalam
mewujudkan ketahanan sumber daya air di kawasan Pamotan. Saat ini
masyarakat Pamotan melakukan tindakan konservasi dengan menanam
pohon jati, namun hanya berorientasi ekonomi saja, bukan sadar bahwa
mereka melakukan konsevasi sumber daya air yang ada.

4.2.3 Daya Dukung Lingkungan Mata Air Pamotan


Berdasarkan hasil penelitian tentang daya dukung lingkungan ,
seperti yang telah dirinci pada tabel 6 dapat ditarik tiga besar tahapan
daya dukung lingkungan mata air Pamotan.

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 23


Tabel 6. Daya Dukung Lingkungan Mata Air Pamotan
…. s.d. thn 1982 Tahun 2001- Tahun 2010
2004
- Tahun 1976 - Penebang - Pepohonan di hutan
dapat bantuan air an pohon di langka
perpipaan hutan - Ekplotasi dan
- Kawasan asri - Penjabuta penambangan galian C
- Debet air 89 n akar pohon - Beberapa titik sumber
lt/dtk di hutan mata air mati dan
- Daerah - Pembuka debetnya turun
tangkapan sungai an lahan - Penambangan liar
luas hutan untuk semakin bayak
- Pertanian dari pertanian - Banyaknya cekungan-
mata air - Penamba cekungan yang tidak
- Jumlah mata air ngan liar beraturan bekas
tidak terhitung mulai penambangan
- Mata air bersih tampak - Kualiatas udara
- Panen 4 kali/thn cenderung tidak asri
- Lumbung padi - Panen maksimal dua
dan buah-buahan kali
- Saluran irigasi - Pendangkalan hebat
lebar pada irigasi dan sungai
- Belum ada mungulan
pendangkalan - Debet mata air mudal
- Sibuk menutup 40 lt/dtk
mata air - Air pada saat musim
- Air sungai hujan keruh (warna
mungulan bersih coklat)
- Sungai mudal - Pertanian lebih banyak
mampu mengairi dari air tadah hujan
pertanian hingga ke - Alih fungsi lahan marak
japerejo - Gunung di dinamit
- PDAM masuk - Penanaman pohon jati
pamotan (1989) di kawasan perkotaan
- Penambangan - Sungai sebagai ajang
tradisonal batu pentas sampah terpanjang
gamping di Pamotan
Sumber: Data Primer Penelitian 2010
Pertama, tahap equilibrium dimana keadaan ekologis dalam
keadaan seimbang, sehingga mata air pamotan berlimpah untuk usaha
tani saat itu. Hal ini disebabkan tingkat kebutuhan warga belum variatif.
Saat itu tiap-tiap wilayah dalam keadaan mandiri dalam keadaan
ketercukupan kebutuhan dasarnya. Dalam perkembangannya terdapat
disequilibrium pada daerah diluar Pamotan.keadaan tersebut kemudian
harus ditanggung bersama hal ini dapat dilihat masyarakat pamotan

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 24


harus berbagi sumber daya air dengan daerah lain yang kekuangan
ketiadaan air seperti yang ada di 35 desa yang ada di kecamatan
Rembang kota.
Kedua, tahap perusakan lingkungan yang nantinya berpengaruh
pada tahap ketiga . pada periode kedua ini terjadi penebangan hutan
secara liar. Warga sekitar terobsesi karena finansial hasil penjualan
lingkungan, selain pengaruh lompatan untuk cepat menjadi sejahtera
warga sekitar hutan telah terpola dikoneksikan sebagai orang atau
prilaku yang yang penting dalam ekologi.mereka tidak pernah
mendapatkan pencerahan akan peran pentingnya mereka tidak sadar
bahwa mereka juga telah membuat kubangan sanksi ekologis yang
harus ditanggung oleh anak cucu mereka sendiri.
Ketiga tahap disequilibrium dimana terjadi ketidakseimbangan
ekologis, sosial dan ekonomi masyarakat Pamotan. Perbedaan sangat
kontras dapat dilihat pada tabel 6. Walaupun demikian aktivitas sosial
pada warga Pamotan cenderung pada dekadensi etika pelestarian
lingkungan. Masyarakat Pamotan telah dihadapkan pada kondisi yang
sulit dan membingungkan. Hal yang paling mudah dilakukan dalam
mencukupi ekonominya adalah melakukan eksplorasi kekayaan
alam,khususnya usaha penambangan dan perairan. Dua jenis ini sangat
dominan, karena didukung oleh pangsa pasar dalam waktu yang
tepat.saat ini kawasan Rembang sedang membutuhkan berbagai bahan
tambang termasuk dalam melakukan konservasi Daerah Aliran Sungai
(DAS) Rembang. Diperlikan bahan baku (batu,kapur pospat) untuk
membangun sarana dan prasarana publik.begitu halnya dengan usaha
perairan, di kawasan sekitar Pamotan sedang membutuhkan air untuk
kelangsungan hidup mereka. Apalagi didukung dengan akses
transportasi yang bebas hambatan. Tampak sekali bahwa sumber daya
alam (tambang dan air) pamotan memiliki daya tarik transaksi ekonomi
yang menjanjikan. Tetapi jika pamotan dilihat dari tahapan-tahapan
perubahan dengan mendalam, pamotan saat ini sedang terbentangkan
masalah ekonomi dan lingkungan yang lambat laun sebagai industri
penghasil kemelaratan sosial.

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 25


4.2.5 Tindakan Terpadu Konservasi Sosial dan Lingkungan

Problem mendasar degradasi sumberdaya air Pamotan dipicu


dengan kesejahteraan masyarakat Pamotan. Penebangan hutan secara
liar, pembukaan lahan konservasi menjadi lahan produktif, eksplorasi
tambang kapur dan pospat, merupakan beberapa hal yang dapat
dijadikan dasar bahwa dengan masyarakat dengan daya dan upaya
untuk mencapai sejahtera namun prilaku transaksi dan ekonomi
tersebut harus dibayar dengan bencana sosial dan bencana alam yang
sepadan pula. Ilustrasi d iatas dapat dilihat pada skema 1.
Perilaku di atas tidak dapat dikendalikan oleh pihak luar,
masyarakat yang mampu mengendalikannya. Namun ada beberapa
instrumen konservasi sosial dan lingkungan terpadu. Pertama
melakukan konservasi sosial dengan cara pendampingan terhadap
masyarakat pamotan menuju tatanan sosial seperti apa yang menjadi
tujuan secara sosial. Kedua, melakukan konservasi lingkungan yang
langsung berhubungan dengan ketercapaian kesejahteraan masyarakat
pamotan. Langkah riel adalah menciptakan lapangan kerja ramah
lingkungan. Jika hal ini dapat dilakukan maka akan tercipta ketahanan
sumber daya air tercipta masyarakat yang sehat dan sejahtera.
Skema 1. Kesejahteraan Sosial dan Bencana

Kesejahteraan sosial

Sosial Lingkungan

Konflik Sosial eksplorasi alam

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 26


Kesejahteraan bencana sosial bencana alam

kesejahteraan

Sumber : Diolah berdasarkan temuan data lapangan 2010

Dalam proses konservasi sosial dan konservasi lingkungan diatas,


pemerintah dapat melakukan program riel seperti pada upaya berikut:
1. menjaga hutan agar tetap hijau karena humus tanah di
hutan membantu peresapan air ke dalam tanah dan batuan
(humus dapat membantu tata air dalam tanah);
2. menghijaukan atau menghutankan kembali tanah yanh
gundul. Era reformasi telah membuat manusia brutal sesaat.
Hutan di kawasan Pamotan sendiri terjadi penjarahan hutan
besar-besaran yang berdampak besar terhadap kelangsungan
mata air. Di beberapa titik volume air yang dihasilkan semakin
menurun dari tahun ketahun;
3. melarang penambangan batu pospat dengan menggunakan
dinamit. Melimpahnya batu pospat di Pamotan membuat
sebagian orang menjadikannya sebagi lahan pengerukan uang
tanpa mengetahui dampak negatifnya. Adanya ledakan oleh
dinamit dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah dan
penyempitan sumber mata air; dan
4. tidak membuang limbah dan sampah ke sungai.

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 27


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang tertuang pada


bagian sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. kualitas mata air Pamotan terbukti sebagai
air bersih dan layak minum, namun terdapat kecenderungan
akan terjadi kemerosotan kualitas air yang disebabkan
degradasi sosial dan degradasi lingkungan;
2. daya dukung sosial mata air Pamotan
cenderung pada penguatan terciptanya konflik sosial,
walaupun tujuan dasarnya ingin menciptakan tatanan sosial
seperti yang diinginkan besama;
3. daya dukung lingkungan mata air Pamotan
cenderung pada penguatan eksplorasi alam yang nantinya
akan meluluh lantahkan tatanan sumber daya air pamotan.
Berdasarkan simpulan diatas, saran yang dapat diberikan dalam
penelitian ini yaitu untuk melakukan konservasi sosial dan lingkungan,
dimana pendampingan sosial dan penciptaan lapangan kerja yang
ramah lingkungan sebagai fokus kebijakan, disela-sela menjalankan
program teknis konservasi sumber daya air.

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 28


DAFTAR PUSTAKA

BAPPEDA. 2009. Studi Air Tanah di Kabupaten Rembang. Pemerintah


Kabupaten Rembang.
DINKES. 2004. Uji Kualitas Air Mudal Pamotan. Departemen
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang.
DINKES. 2009. Pemeriksaan Bakteriologi Air. Departemen Kesehatan
Pemerintah Kabupaten Rembang
Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2010. Programa Penyuluh Pertanian
Tingkat BPP/Kecamatan Pamotan. Pemerintah Kabupaten
Rembang.
Geertz, Clifford. 1992. Kebudayaan dan Agama. Penerbit Kanisius.
Yogykarta.
Kecamatan Pamotan. 2009. Delapan Kelompok Data Pengembangan
Sistem Informasi Profil Daerah Kecamatan Pamotan.
Pemerintah Kabupaten Rembang.
Kecamatan Pamotan. 2009. Daftar Isian Tingkat Perkembangan Desa
Pamotan. Pemerintah Kabupaten Rembang.
KIR SMAPA. 2009. Sejarah Perkembangan Pasar Pamotan. Dinas
Pendidikan SMA Negeri 1 Pamotan. Pemerintah Kabupaten
Rembang.
Kuper, Adam. 2008. Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial. Terjemahan:
Munandar, Haris at al. Edisi: 1-2. Jakarta. PT. Grafindo Persada.
Miles, Mathew B. dan Huberman. 2000. Analisis Data Kualitatif: Buku
Sumber Tentang Metode-Metode Baru (terjemahan: Tjetjep
Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press.
PU Rembang. 2009. Bendung Mudal. Dinas Pekerjaan Umum Bidang
Sumber Daya Air. Kabupaten Rembang.
Soetrisno, S. 2004. Pedoman Pengawasan Penurapan Mata
Air. Makalah Workshop Bapedal, Jakarta.

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 29


Wanielista, M., Kersten, R., and Eaglin, R. 1990. Hidrology, Water
Quantity and Quality Control. John Wiley & Sons, Inc.., New
york.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990. Tentang
Persyaratan Kualitas Air Bersih dan Air Minum.
http://www.hydro.co.id/?page_id=121 tentang Kandungan
Kandungan Alumunium. Diunduh pada tanggal 20 Januari 2010.
http://www.repository.binus.ac.id tentang Baby Blue Syndrome.
Diunduh pada tanggal 20 Januari 2010.
LAMPIRAN
Instrumen Penelitian

PEDOMAN PENGAMATAN PEDOMAN WAWANCARA


1. Bentuk permukaan bumi 1. Asal usul pamotan.
desa pamotan. 2. Pandangan masyarakat
2. Struktur laisan tanah desa tentang air.
pamotan. 3. Perilaku menggunakan air.
3. Populasi tumbuh-tumbuhan 4. Cerita rakyat yang
4. Sistem daerah aliran sungai. berhubungan dengan mata
5. Keberadaan titik-titik mata airdi daerah pamotan.
air desa pamotan. 5. Pandangan masyarakat
6. Temperatur dan suhu tentang air,tanah,pohon dan
daerah pamotan. sungai.
7. Gambaran tentang titik-titik 6. Perilaku melestarikan air:
mata air pamotan. a. apa pentingnya
8. Debit aliran mata air. menanam pohon.
9. Topography desa pamotan. b. Apa pentingnya sungai
10. Populasi tumbuhan. itu bersih.
11. Gambaran lahan c. Apa yang terjadi bila
serapan air. air pamotan habis.
12. Gambaran tata guna 7. Perilaku merusak air:
lahan. a. Pemakaian deterjen.
13. Kondisi daerah aliran b. Pembuangan sampah di
sungai. sungai.
14. Keberadaan bangunan c. Pemakaian obat
yang menghambat aliran berbahaya dalam mencari
sungai. ikan.
15. Curah hujan di desa
pamotan.
16. Keberadaan industri di
desa pamotan.
17. Kualitas udara di desa
pamotan.
18. Gambaran masuknya

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 30


energi matahari di desa
pamotan.
19. Kepemilikan
masyarakat akan sumur.
20. Asal air yang di
gunakan.
21. Gambaran usaha yang
menggunakan air.
22. Perilaku merusak
lingkungan.
a. penebangan hutan
b. eksplorasi tambang.
c. eksplorasi air besar-
besaran.
d. menghambat aliran
sungai

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 31


Lampiran
Gambar Penelitian

Gambar & keterangan Gambar & keterangan

Gbr. Mata Air Brubulan yang Gbr. Mata air mudal yang
Muncul pada Kontak Batu semakin hari debet airnya
Gamping dengan Batu Lempung menurun

Gbr. Topografi hutan Pamotan Gbr. Aktivitas warga Pamotan


bagian hulu yang dibabat habis yang sedang mencuci di sungai
pada tahun 2001 Mungulan Pamotan

Gbr. Deretan samph terpanjang Gbr. Peneliti sedang wawancara


di sepanjang bantaran suangai dengan Kabag Pekerjaan Umum
mungulan pamotan

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 32


Bagian Sumber Daya Air
Kabupaten Rembang Jawatengah

SMA Negeri 1 Pamotan REMBANG 33

Anda mungkin juga menyukai