6 Alinyemen Vertikal
BAB 6
ALINYEMEN VERTIKAL
6.1.
Alinyemen Vertikal (Potongan Memanjang), adalah bidang tegak yang melalui as jalan
atau proyeksi tegak lurus bidang gambar. Potongan memanjang ini menggambarkan
tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli. Alinyemen vertikal terdiri atas bagian
landai vertikal dan lengkung vertikal dan bila ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian
landai vertikal dapat berupa landai positif (tanjakan) atau landai negatif (turunan) atau
landai nol (datar). Bagian lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung dan lengkung
cembung. Kalau pada alinyemen horizontal yang merupakan bagian KRITIS adalah
lengkung horizontal (bagian tikungan), maka pada alinyemen vertikal yang merupakan
bagian KRITIS justru pada bagian yang lurus. Dibawah ini diberikan gambar lengkung
vertikal.
6.2.
KELANDAIAN MAKSIMUM
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
6-1
Dalam menanjak, truk yang bermuatan penuh dapat melakukan pergerakan dengan
waktu perjalanan tidak lebih dari satu menit.
Tabel 6-1. Kelandaian Maksimum
Kecepatan
Rencana
(km/jam)
120
110
100
80
60
50
40
< 40
Kelandaian
Maksimum (%)
10
10
Harus ada suatu batas untuk panjang kelandaian yang tidak melebihi kemampuan
maksimum, ditandai bahwa kecepatan sebuah truk bermuatan penuh akan lebih rendah
dari separuh kecepatan rencana atau jika gigi rendah terpaksa dipakai. Keadaan kritis
demikian tidak boleh berlangsung terlalu lama dan ditetapkan tidak lebih dari SATU
menit. Panjang kritis tersebut dapat dilihat pada tabel 6-2 di bawah ini.
Tabel 6-2. Panjang Kritis (m)
Kelandaian (%)
Kecepatan Pada awal
tanjakan (km/jam)
10
80
630 m
460 m
360 m
270 m
230 m
230 m
200 m
60
320 m
210 m
160 m
120 m
110 m
90 m
80 m
Untuk jalan perkotaan dapat dilihat pada tabel 6-3 seperti dibawah ini untuk landai
maksimum.
Tabel 6-3. Landai Maksimum Jalan Perkotaan
100
80
60
50
40
30
20
3
4
5
6
7
8
9
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
6-2
Kelandaian yang lebih besar dari kemiringan maksimum yang disebutkan diatas pada
jalan perkotaan dapat digunakan apabila panjang kelandaian lebih kecil dari pada
panjang kritis yang ditetapkan dalam tabel 6-4 di bawah ini sesuai dengan kecepatan
rencana.
Tabel 6-4 Panjang kritis pada kelandaian Jalan Perkotaan
Kecepatan Rencana
(km/jam)
Kelandaian
100
4
5
6
700
500
400
5
6
7
6
7
8
7
8
9
8
9
10
600
500
400
500
400
300
500
400
300
400
300
200
80
60
50
40
6.3.
LENGKUNG VERTIKAL
Pada setiap penggantian landai harus dibuat lengkung vertikal yang memenuhi
keamanan dan kenyamanan. Adapun lengkung vertikal yang digunakan adalah lengkung
parabola sederhana seperti gambar 6-2 di bawah ini.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
6-3
Rumus Parabola :
1
y=
ax2 + bx + c
dy
= ax + b
(a)
atau rx + c
dx
d2y
2
(b)
= a = r (constan)
dx
dy
Untuk
x = 0,
dx
(a)
= g1
dy
Untuk
g1 = c
(c)
g2 = c
(d)
(a)
x = L,
dx
= g2
(e)
L
g2 g1
dy
dx
x + g1
g2 g1
x2
y =
(f)
+ g1 x + c*
g2 g1
x2
y =
+ g1 x
g1 g2
X2
Y = -
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
6-4
Lengkung vertikal diatas disebut lengkung vertikal cembung, sehingga mempunyai tanda
MINUS (-) dimuka persamaan. Adapun untuk lengkung vertikal cekung akan mempunyai
tanda PLUS (+), maka persamaan umum dari lengkung vertikal adalah:
Y =
g1 g2
X2
L
Untuk menyerap guncangan dan untuk menjamin jarak pandangan henti, lengkung
vertikal harus disediakan pada setiap lokasi dimana kelandaian berubah.
Menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Nomor 038/T/BM/1997
yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen PU, panjang minimum
lengkung vertikal ditentukan dengan rumus :
L = AY
L=
Dimana :
L
A
Jh
Y
=
=
=
=
S2
405
Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal cembung, panjang
lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus :
L = AY
L=
S2
405
Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal cekung, maka
panjang lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus :
L = 2S -
405
A
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
6-5
Dimana: L
Y
=
=
Jarak pandangan
Ditentukan sesuai tabel seperti tabel 6.5. dibawah ini.
< 40
1,5
40 60
> 60
Dengan berdasar pada penampilan, kenyamanan dan jarak pandang dapat ditentukan
langsung panjang lengkung vertikal seperti tabel 6-6 di bawah ini.
Perbedaan Kelandaian
Memanjang (%)
1
40 60
0.6
40-50
> 60
0.4
80-150
Untuk jalan perkotaan dengan dasar pada panjang pergerakan selama 3 detik dapat
digunakan Nilai pada tabel 6-7 seperti di bawah ini.
Tabel 6-7.Panjang Minimum Lengkung Vertikal Jalan Perkotaan
Kecepatan Rencana
( km/jam )
100
80
60
50
40
30
20
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
6-6
6.3.1.
Y =
g2 g1
2L
x2
A.L
=
dan A = g2 g1
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
6-7
6.3.2.
ANALOG dengan penjelasan 6.3.1. hanya panjang lengkung vertikal cekung (lihat
gambar 6-5.) ditentukan berdasarkan jarak pandangan pada waktu malam dengan
syarat bahwa pada alinyemen vertikal tidak selalu dibuat lengkungan dengan jarak
pandang menyiap, bergantung medan dan klasifikasi jalan.
Untuk menentukan kerja A = g2 g1 dipakai 2 (dua) cara yaitu :
y = Ev =
A.L
8
A = g2 g1
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
6-8
6.3.3.
Standar
Minimum (m)
100
Cembung
Cekung
6.500
3.000
Rencana Jari-jari
Minimum Lengkung
Vertikal (m)
10.000
4.500
80
Cembung
Cekung
3.000
2.000
4.500
3.000
60
Cembung
Cekung
1.400
1.000
2.000
1.500
50
Cembung
Cekung
800
700
1.200
1.000
40
Cembung
Cekung
450
450
700
700
30
Cembung
Cekung
250
250
400
400
20
Cembung
Cekung
100
100
200
200
6.3.4.
JALUR PENDAKIAN
Jalur pendakian bertujuan untuk menampung truk bermuatan berat atau kendaraan lain
yang lebih lambat agar supaya kendaraan lain dapat mendahului kendaraan yang lebih
lambat itu tanpa menggunakan jalur lawan.
Jalur pendakian harus disediakan pada ruas jalan raya yang mempunyai kelandaian
tinggi dan menerus, dan pada saat yang bersamaan mempunyai lalu lintas yang padat.
Kriteria yang diusulkan untuk menyediakan jalur pendakian adalah :
- Jalan arteri atau jalan kolektor
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
6-9
Apabila panjang kritis terlampaui, jalan memiliki VLHR > 15.000 SMP/perhari, dan
persentase truk > 15 %
Kriteria ini diterapkan secara longgar atau ketat tergantung pada keadaan di lapangan.
Lebar lajur pendakian adalah sama dengan lajur utama, dan panjang lajur pendakian
harus 200 m atau lebih. Kedua ujung jalur harus berakhir seperti terlihat dalam gambar 66. dan 6-7.
Jalur pendakian dimulai 30 meter dari awal perubahan kelandaian dengan serongan
sepanjang 45 meter dan berakhir 50 meter sesudah puncak kelandaian dengan serongan
sepanjang 45 meter seperti terlihat pada gambar 6-6 di bawah ini.
Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1,5 km diperlihatkan seperti gambar 6-7.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
6 - 10
6.3.5.
KOORDINASI ALINYEMEN
Alinyemen vertikal, alinyemen horizontal, dan potongan melintang jalan adalah elemenelemen jalan sebagai keluaran perencanaan harus dikoordinasikan sedemikian sehingga
menghasilkan suatu bentuk yang baik dalam arti memudahkan pengendara
mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman. Bentuk kesatuan ketiga
elemen jalan tersebut diharapkan dapat memberikan kesan atau petunjuk kepada
pengendara akan bentuk jalan yang akan dilalui di depannya sehingga pengendara dapat
melakukan antisipasi lebih awal.
Koordinasi alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
-
Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau pada bagian
atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan;
Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan panjang harus
dihindarkan;
Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal harus dihindarkan;
dan
Tikungan yang tajam di antar 2 bagian jalan yang lurus dan panjang harus
dihindarkan.
Sebagai ilustrasi, gambar 6-8. sampai dengan gambar 6-10. menampilkan contoh-contoh
koordinasi alinyemen yang ideal dan harus dihindarkan.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
6 - 11
Gambar 6-10. Koordinasi yang harus dihindarkan, di mana pada bagian yang
lurus pandangan pengendara terhalang oleh puncak alinyemen vertikal sehingga
pengemudi sulit memperkirakan arah alinyemen dibalik puncak tersebut.
Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.
6 - 12