Anda di halaman 1dari 12

Bab.

6 Alinyemen Vertikal

Modul PRJL.IV. Perencanaan Geometrik Jalan

BAB 6
ALINYEMEN VERTIKAL
6.1.

PENGERTIAN ALINYEMEN VERTIKAL

Alinyemen Vertikal (Potongan Memanjang), adalah bidang tegak yang melalui as jalan
atau proyeksi tegak lurus bidang gambar. Potongan memanjang ini menggambarkan
tinggi rendahnya jalan terhadap muka tanah asli. Alinyemen vertikal terdiri atas bagian
landai vertikal dan lengkung vertikal dan bila ditinjau dari titik awal perencanaan, bagian
landai vertikal dapat berupa landai positif (tanjakan) atau landai negatif (turunan) atau
landai nol (datar). Bagian lengkung vertikal dapat berupa lengkung cekung dan lengkung
cembung. Kalau pada alinyemen horizontal yang merupakan bagian KRITIS adalah
lengkung horizontal (bagian tikungan), maka pada alinyemen vertikal yang merupakan
bagian KRITIS justru pada bagian yang lurus. Dibawah ini diberikan gambar lengkung
vertikal.

Gambar 6-1. Lengkung Vertikal Parabola Biasa

6.2.

KELANDAIAN MAKSIMUM

Walaupun hampir semua mobil penumpang dapat mengatasi kelandaian 9 sampai 10


persen tanpa kehilangan kecepatan berarti, pengaruh kelandaian pada kecepatan truk
agak nyata. Untuk menentukan kelandaian maksimum, kemampuan menanjak sebuah
truk bermuatan maupun biaya konstruksi harus diperhitungkan. Tabel 6-1 menunjukkan
kelandaian maksimum. Untuk kasus biasa, kelandaian diperbolehkan mengikuti nilai-nilai
yang ditunjukkan pada tabel tersebut. Bila anggaran tidak dapat menampung biaya untuk
mendapatkan kelandaian maksimum sepanjang suatu bagian jalan yang pendek, maka
kelandaian pada bagian itu dapat dinaikkan sampai nilai kelandaian maksimum mutlak.
Patokan untuk kelandaian maksimum yang diperlihatkan pada tabel dibawah ini, ialah
bahwa sebuah kendaraan dimungkinkan bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan
yang berarti pada tanjakan. Untuk jarak yang cukup jauh, patokan tersebut :
Didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh yang mampu bergerak dengan
penurunan kecepatan tidak lebih dari separoh kecepatan semula tanpa menggunakan
gigi rendah.

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.

6-1

Bab. 6 Alinyemen Vertikal

Modul PRJL.IV. Perencanaan Geometrik Jalan

Dalam menanjak, truk yang bermuatan penuh dapat melakukan pergerakan dengan
waktu perjalanan tidak lebih dari satu menit.
Tabel 6-1. Kelandaian Maksimum

Kecepatan
Rencana
(km/jam)

120

110

100

80

60

50

40

< 40

Kelandaian
Maksimum (%)

10

10

Harus ada suatu batas untuk panjang kelandaian yang tidak melebihi kemampuan
maksimum, ditandai bahwa kecepatan sebuah truk bermuatan penuh akan lebih rendah
dari separuh kecepatan rencana atau jika gigi rendah terpaksa dipakai. Keadaan kritis
demikian tidak boleh berlangsung terlalu lama dan ditetapkan tidak lebih dari SATU
menit. Panjang kritis tersebut dapat dilihat pada tabel 6-2 di bawah ini.
Tabel 6-2. Panjang Kritis (m)
Kelandaian (%)
Kecepatan Pada awal
tanjakan (km/jam)

10

80

630 m

460 m

360 m

270 m

230 m

230 m

200 m

60

320 m

210 m

160 m

120 m

110 m

90 m

80 m

Untuk jalan perkotaan dapat dilihat pada tabel 6-3 seperti dibawah ini untuk landai
maksimum.
Tabel 6-3. Landai Maksimum Jalan Perkotaan

Kecepatan Rencana (km/jam)

Landai Maksimum (%)

100
80
60
50
40
30
20

3
4
5
6
7
8
9

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.

6-2

Bab. 6 Alinyemen Vertikal

Modul PRJL.IV. Perencanaan Geometrik Jalan

Kelandaian yang lebih besar dari kemiringan maksimum yang disebutkan diatas pada
jalan perkotaan dapat digunakan apabila panjang kelandaian lebih kecil dari pada
panjang kritis yang ditetapkan dalam tabel 6-4 di bawah ini sesuai dengan kecepatan
rencana.
Tabel 6-4 Panjang kritis pada kelandaian Jalan Perkotaan
Kecepatan Rencana
(km/jam)

Kelandaian

Panjang Kritis dari Kelandaian

100

4
5
6

700
500
400

5
6
7
6
7
8
7
8
9
8
9
10

600
500
400
500
400
300
500
400
300
400
300
200

80

60

50

40

Catatan : Apabila disediakan jalur tanjakan panjang kelandaian dapat melebihi


panjang kelandaian kritis diatas.

6.3.

LENGKUNG VERTIKAL

Pada setiap penggantian landai harus dibuat lengkung vertikal yang memenuhi
keamanan dan kenyamanan. Adapun lengkung vertikal yang digunakan adalah lengkung
parabola sederhana seperti gambar 6-2 di bawah ini.

Gambar 6-2. Lengkung Parabola Sederhana

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.

6-3

Bab. 6 Alinyemen Vertikal

Modul PRJL.IV. Perencanaan Geometrik Jalan

Rumus Parabola :
1

y=

ax2 + bx + c

dy
= ax + b

(a)

atau rx + c

dx
d2y
2

(b)

= a = r (constan)

dx

dy
Untuk

x = 0,
dx

(a)
= g1

dy
Untuk

g1 = c

(c)

g2 = c

(d)

(a)

x = L,
dx

= g2

Dari persamaan c dan d didapat g2 = r L + g1


g2 - g1
r=

(e)

L
g2 g1

dy

Maka persamaan (a) menjadi :

dx

x + g1

g2 g1

x2

y =

(f)

+ g1 x + c*

Hasil integrasi (f) didapat :


Untuk y = 0; x = 0 sehingga c* = 0, sehingga :

g2 g1

x2

y =

+ g1 x

Hasil akhir yang didapat sebagai berikut :

g1 g2

X2

Y = -

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.

6-4

Bab. 6 Alinyemen Vertikal

Modul PRJL.IV. Perencanaan Geometrik Jalan

Lengkung vertikal diatas disebut lengkung vertikal cembung, sehingga mempunyai tanda
MINUS (-) dimuka persamaan. Adapun untuk lengkung vertikal cekung akan mempunyai
tanda PLUS (+), maka persamaan umum dari lengkung vertikal adalah:

Y =

g1 g2
X2
L

Untuk menyerap guncangan dan untuk menjamin jarak pandangan henti, lengkung
vertikal harus disediakan pada setiap lokasi dimana kelandaian berubah.
Menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Nomor 038/T/BM/1997
yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen PU, panjang minimum
lengkung vertikal ditentukan dengan rumus :

L = AY

L=

Dimana :

L
A
Jh
Y

=
=
=
=

S2
405

Panjang lengkung vertikal (m)


Perbedaan grade (m)
Jarak pandang henti (m)
Faktor penampilan kenyamanan, didasarkan pada
fungsi obyek 10 cm dan fungsi mata 120 cm
Jarak pandang henti

Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal cembung, panjang
lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus :
L = AY

L=

S2
405

Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal cekung, maka
panjang lengkung vertikal ditetapkan dengan rumus :

L = 2S -

405
A

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.

6-5

Bab. 6 Alinyemen Vertikal

Modul PRJL.IV. Perencanaan Geometrik Jalan

Dimana: L
Y

=
=

Jarak pandangan
Ditentukan sesuai tabel seperti tabel 6.5. dibawah ini.

Tabel 6-5. Penentuan Faktor Penampilan Kenyamanan (Y)


Kecepatan Rencana
km/jam)

Faktor Penampilan Kenyamanan


(Y)

< 40

1,5

40 60

> 60

Dengan berdasar pada penampilan, kenyamanan dan jarak pandang dapat ditentukan
langsung panjang lengkung vertikal seperti tabel 6-6 di bawah ini.

Tabel 6-6. Panjang Minimum Lengkung Vertikal


Kecepatan Rencana
(km/jam)
< 40

Perbedaan Kelandaian
Memanjang (%)
1

40 60

0.6

40-50

> 60

0.4

80-150

Panjang Lengkung (m)


20-30

Untuk jalan perkotaan dengan dasar pada panjang pergerakan selama 3 detik dapat
digunakan Nilai pada tabel 6-7 seperti di bawah ini.
Tabel 6-7.Panjang Minimum Lengkung Vertikal Jalan Perkotaan
Kecepatan Rencana
( km/jam )
100
80
60
50
40
30
20

Pnjang Minimum Lengkung Vertikal


(m)
85
70
50
40
35
25
20

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.

6-6

Bab. 6 Alinyemen Vertikal

Modul PRJL.IV. Perencanaan Geometrik Jalan

Gambar 6-3. Lengkung Vertikal

6.3.1.

LENGKUNG VERTIKAL CEMBUNG

Bentuk persamaan umum lengkung vertikal cembung adalah :

Y =

g2 g1
2L

x2

Dan dari gambar 6-4. lengkung parabola sederhana didapat :


Ev = Penyimpangan dari titik potong kedua tangen ke lengkungan vertikal
(disini y = Ev untuk x = L)
A = Perbedaan aljabar kedua tangen = g2 g1
L = Panjang lengkung vertikal cembung, adapun panjang minimumnya
berdasarkan :
a.
syarat pandangan henti
b.
syarat pandangan menyiap
Rumusan untuk lengung vertikal cembung :
y=

A.L
=

dan A = g2 g1

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.

6-7

Bab. 6 Alinyemen Vertikal

Modul PRJL.IV. Perencanaan Geometrik Jalan

Gambar 6-4. Lengkung Vertikal Cembung

6.3.2.

LENGKUNG VERTIKAL CEKUNG

Gambar 6-5. lengkung Vertikal Cekung

ANALOG dengan penjelasan 6.3.1. hanya panjang lengkung vertikal cekung (lihat
gambar 6-5.) ditentukan berdasarkan jarak pandangan pada waktu malam dengan
syarat bahwa pada alinyemen vertikal tidak selalu dibuat lengkungan dengan jarak
pandang menyiap, bergantung medan dan klasifikasi jalan.
Untuk menentukan kerja A = g2 g1 dipakai 2 (dua) cara yaitu :

Bila % ikut serta dihitung, maka rumus seperti diatas :

y = Ev =

A.L
8

A = g2 g1

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.

6-8

Bab. 6 Alinyemen Vertikal

Modul PRJL.IV. Perencanaan Geometrik Jalan

Bila % sudah dimasukkan dalam rumus, maka rumus menjadi :


g 2 - g1
y = EV = -
L
800

6.3.3.

JARI-JARI RENCANA LENGKUNG VERTIKAL

Untuk perencanaan Desain Geometrik Jalan perkotaan dengan mempertimbangkan


kenyamanan dan keamanan pengemudi, pemakaian standar jari-jari minimum dalam
merencanakan dibatasi oleh masalah-masalah pelik, maka sebagai ganti standar jarijari minimum diambil dari tabel 6-8 di bawah ini.
Tabel 6-8 Rencana Jari-jari Minimum Lengkung Vertikal
Kecepatan Rencana
(km/jam)

Lengkung Cembung &


Cekung

Standar
Minimum (m)

100

Cembung
Cekung

6.500
3.000

Rencana Jari-jari
Minimum Lengkung
Vertikal (m)
10.000
4.500

80

Cembung
Cekung

3.000
2.000

4.500
3.000

60

Cembung
Cekung

1.400
1.000

2.000
1.500

50

Cembung
Cekung

800
700

1.200
1.000

40

Cembung
Cekung

450
450

700
700

30

Cembung
Cekung

250
250

400
400

20

Cembung
Cekung

100
100

200
200

6.3.4.

JALUR PENDAKIAN

Jalur pendakian bertujuan untuk menampung truk bermuatan berat atau kendaraan lain
yang lebih lambat agar supaya kendaraan lain dapat mendahului kendaraan yang lebih
lambat itu tanpa menggunakan jalur lawan.
Jalur pendakian harus disediakan pada ruas jalan raya yang mempunyai kelandaian
tinggi dan menerus, dan pada saat yang bersamaan mempunyai lalu lintas yang padat.
Kriteria yang diusulkan untuk menyediakan jalur pendakian adalah :
- Jalan arteri atau jalan kolektor

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.

6-9

Modul PRJL.IV. Perencanaan Geometrik Jalan

Bab. 6 Alinyemen Vertikal

Apabila panjang kritis terlampaui, jalan memiliki VLHR > 15.000 SMP/perhari, dan
persentase truk > 15 %

Kriteria ini diterapkan secara longgar atau ketat tergantung pada keadaan di lapangan.
Lebar lajur pendakian adalah sama dengan lajur utama, dan panjang lajur pendakian
harus 200 m atau lebih. Kedua ujung jalur harus berakhir seperti terlihat dalam gambar 66. dan 6-7.
Jalur pendakian dimulai 30 meter dari awal perubahan kelandaian dengan serongan
sepanjang 45 meter dan berakhir 50 meter sesudah puncak kelandaian dengan serongan
sepanjang 45 meter seperti terlihat pada gambar 6-6 di bawah ini.

Gambar 6-6 Lajur Pendakian Tipikal

Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1,5 km diperlihatkan seperti gambar 6-7.

Gambar 6-7 Jarak antara dua Lajur Pendakian

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.

6 - 10

Modul PRJL.IV. Perencanaan Geometrik Jalan

6.3.5.

Bab. 6 Alinyemen Vertikal

KOORDINASI ALINYEMEN

Alinyemen vertikal, alinyemen horizontal, dan potongan melintang jalan adalah elemenelemen jalan sebagai keluaran perencanaan harus dikoordinasikan sedemikian sehingga
menghasilkan suatu bentuk yang baik dalam arti memudahkan pengendara
mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman. Bentuk kesatuan ketiga
elemen jalan tersebut diharapkan dapat memberikan kesan atau petunjuk kepada
pengendara akan bentuk jalan yang akan dilalui di depannya sehingga pengendara dapat
melakukan antisipasi lebih awal.
Koordinasi alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut :
-

Alinyemen horizontal sebaiknya berhimpit dengan alinyemen vertikal, dan secara


ideal alinyemen horizontal lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen vertikal;

Tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau pada bagian
atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan;

Lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan panjang harus
dihindarkan;

Dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal harus dihindarkan;
dan

Tikungan yang tajam di antar 2 bagian jalan yang lurus dan panjang harus
dihindarkan.

Sebagai ilustrasi, gambar 6-8. sampai dengan gambar 6-10. menampilkan contoh-contoh
koordinasi alinyemen yang ideal dan harus dihindarkan.

Gambar 6- 8. Koordinasi yang ideal antara


alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal yang berhimpit

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.

6 - 11

Modul PRJL.IV. Perencanaan Geometrik Jalan

Bab. 6 Alinyemen Vertikal

Gambar 6-9. Koordinasi yang harus dihindarkan, dimana alinyemen vertikal


menghalangi pandangan pengemudi pada saat mulai memasuki tikungan pertama

Gambar 6-10. Koordinasi yang harus dihindarkan, di mana pada bagian yang
lurus pandangan pengendara terhalang oleh puncak alinyemen vertikal sehingga
pengemudi sulit memperkirakan arah alinyemen dibalik puncak tersebut.

Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat HPJI-Modul Pembekalan/ Pengujian Ahli Perencana Jalan Maret 2010.

6 - 12

Anda mungkin juga menyukai