BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Hormon merupakan senyawa kimia, berupa protein yang mempunyai fungsi
2
Dalam hal ini sistem endokrin merupakan suatu sistem yang dapat menjaga
berlangsungnya integrasi kegiatan organ tubuh. Hormon yang dihasilkan oleh
sistem endokrin ini memegang peranan yang sangat penting. Dalam makalah ini
akan dibahas mengenai pengertian hormon, jenis jenis hormon, mekanisme
reaksi hormon dalam tubuh makhluk hidup, sifat sifat hormon, fungsi fungsi
hormon, serta pengaruh dari kelebihan dan kekurangan hormon pada makhluk
hidup.
1.2.
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Hormon
Hormon berasal dari bahasa Yunani hormein, yang berarti memacu atau
menggalakkan. Dalam kamus kesehatan, pengertian hormon adalah senyawa
yang dihasilkan oleh organ tubuh tertentu, yang bekerja memacu fungsi organ
tubuh tertentu sehingga akan terlihat hasilnya. Artinya, meskipun dibutuhkan
dalam jumlah terbatas, namun fungsinya cukup menentukan. Hormon di tubuh
kita dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar tersebut tidak memiliki saluran
khusus sehingga hormon yang dihasilkan langsung diedarkan oleh darah. Proses
pengeluaran hormon dari kelenjarnya disebut inkresi. Apabila sampai pada suatu
organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan.
Hormon umumnya mempunyai ciri -ciri tertentu yaitu : Diproduksi dan
disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah tertentu,
Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target,
Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus, dan Memiliki pengaruh tidak
hanya terhadap satu sel target, tetapi dapat juga mempengaruhi beberapa sel target
berlainan.
2.2. Fungsi Hormon Secara Umum
Secara umum hormon memiliki peranan atau fungsi yang sangat penting,
yakni :
a. Mengontrol pertumbuhan tubuh,
b. Mengatur reproduksi, yang meliputi perkembangan sifat kelamin sekunder
pada laki-laki dan perempuan,
c. Mempertahankan homeostasis,
4
d. Mengintegrasikan dan mengoordinasikan kegiatan antara sistem hormon
dan saraf.
2.3. Hormon Pada Manusia
Hormon adalah suatu zat kimia yang bertugas sebagai pembawa pesan
(chemical messenger), yang disekresikan oleh jaringan tertentu, dalam jumlah
yang sangat kecil dan dan dibawa oleh darah menuju jaringan target di bagian dari
tubuh untuk merangsang aktivitas biokimia atau psikologi yang khusus.
Fungsi hormon selain mengatur beberapa aspek metabolisme, juga
berfungsi mengatur pertumbuhan sel dn jaringan, denyut jantung, tekanan darah,
fungsi ginjal, pergerakan saluran gastrointestinal , sekresi enzim-enzim
pencernaan, laktasi dan sistem reproduksi.
A. Macam-macam kelenjar dalam tubuh manusia dibedakan menjadi 2 bagian
yaitu :
1. Kelenjar eksokrin
Kelenjar eksokrin yaitu kelenjar yang mempunyai saluran khusus dalam
penyaluranhasil sekretnya/getahnya. Hasil sekresinya tidak dibuang keluar
tubuh tetapi masuk ke dalam aliran darah. Contoh : kelenjar-kelenjar
pencernaan.
2. Kelenjar endokrin
Kelenjar endokrin yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus
dalam penyaluran hasil sekretnya/getahnya. Hasil sekresinya dibuang
keluar tubuh adalah kelenjar ludah, keringat, urine. Lebih kurang 50
hormon merupakan produk sel dari sistem endokrin. Contoh : kelenjar
hipofisis, thyroid, thymus dll.
B. Jenis kelenjar manusia
5
1. Berdasarkan aktivitasnya :
a. Kelenjar yang bekerja sepanjang masa
Kelenjar golongan ini akan bekerja terus menerus sepanjang kehidupan
manusia dan akan terhenti jika sudah tidak ada kehidupan pada
manusia tersebut. Sehingga tidak terbatas pada usia. Contoh : Hormon
metabolisme.
b. Kelenjar yang bekerjanya mulai masa tertentu
Hormon golongan ini tidak akan dapat berfungsi jika belum mencapai
proses perkembangan dalam diri manusia atau proses pendewasaan sel
yang terjadi dalam tubuh manusia. Kedewasaan sel akan terjadi pada
saat usia tertentu seperti pada saat usia pubertas. Contoh : Hormon
kelamin.
c. Kelenjar yang bekerja sampai pada masa tertentu
Hormon golongan ini bekerja pada saatn manusia itu dilahirkan sampai
pada usia tertentu. Pada usia tersebut terjadi proses pertumbuhan dari
seluruh organ-organ tubuh manusia sampai dengan penyempurnaan
organ. Sehingga masing-masing organ tersebut dapat berfungsi
sebagaimana mestinya. Kecuali organ yang membutuhkan persyaratan
kedewasaan sel.
2. Berdasarkan letaknya :
a. Kelenjar
hipophysis/pituitary
di
dasar
hypothalamus.
b. Kelenjar pineal/epiphysis di cerebrum.
c. Kelenjar thyroid di daerah leher.
d.
e.
cerebrum,
dibawah
6
g. Kelenjar pulau langerhans/pankreas di rongga perut.
h. Kelenjar Usus dan lambung di rongga perut.
i. Kelenjar kelamin :
7
a. STH (Somatotrof Hormone)/GH (Growth Hormon)/Somatotropin :
Hormon ini berfungsi : Memacu pertumbuhan terutama pada peristiwa
osifikasi, pada cakraepifise. Serta mengatur metabolisme lipid dan
karbohidrat.
Hipersekresi : Bila kelebihan hormon ini terjadi pada masa
pertumbuhan
akan
mengakibatkan
pertumbuhan
yang
tidak
kretinisme/dwarfisme,
yaitu
pertumbuhan
yang
8
e. Gonadotropic/Hormon Kelamin :
LH
(Luteinizing
Hormone)
atau
ICSH
(Interstitial
Cell
g. Lobus Posterior/Neurohipophyisis
Oksitosin/Oxytocin
Vasopresin
ADH :
9
Hormon ini
berfungsi :
Mengatur metabolisme
karbohidrat,
kelenjar Thyroid
dikenal
dengan
istilah
Dengan
mineral
Yodium/Iodium
dapat
mengatur
10
Hipothyroidisme :
a. Jika terjadi pada usia pertumbuhan, akan menyebabkan pertumbuhan
yang lambat atau kerdil dan dikenal dengan istilah kretinisme.
b. Jika terjadi pada usia dewasa, akan menyebabkan penyakit
miksodema dengan ciri-ciri : aktivitas peredaran darah menurun/laju
metabolisme rendah, obesitas, konstipasi, mudah lelah, depresi,
gelisah, menstruasi tidak teratur, nyeri sendi pada tangan dan kaki,
bentuk badan menjadi kasar, bengkak pada mata dan wajah, rambut
rontok.
c. Hal ini dapat diatasi dengan terapi menggunakan suplemen thyroid.
5. Kelenjar Parathyroid
Kelenjar ini merupakan kelenjar yang menempel pada kelenjar Thyroid.
Setiap kelenjar Thyroid mempunyai sepasang kelenjar Parathyroid,
sehingga semuanya berjumlah 4 buah kelenjar parathyroid.
Hormon yang dihasilkan Hormon PTH (Parathormon) berfungsi :
Mengatur metabolisme Ca 2+ (Calcium) dan PO4 3+ (phosphat). Dan
Mengendalikan pembentukan tulang.
Hipersekresi : Bila terjadi kelebihan dalam penghasilan hormon ini akan
menyebakan
pertumbuhan:
Kretinisme
bila
terjadi
pada
masa
pertumbuhan, Miksodema bila terjadi pada masa dewasa, dan Batu ginjal
dalam pelvis renalis/rongga ginjal.
Hiposekresi : Bila terjadi kelebihan dalam penghasilan hormon ini akan
menyebabkan : Pertumbuhan Morbus basedowi, dan Kejang otot/tetani.
6. Kelenjar Thymus
Merupakan penimbunan dari hormon somatotrof dalam tubuh. Hormon
ini dihasilkan selama masa pertumbuhan sampai dengan masa pubertas,
11
setelah melewati mas pubertas, secara perlahan hormon ini akan
berkurang sedikit demi sedikit.
Hormon ini berfungsi : Mengatur proses pertumbuhan, Kekebalan
tubuh/imunitas setelah kelahiran, Memacu pertumbuhan dan pematangan
sel Limfosit yang menghasilkan Lymphocyte cell/T Cell.
Bila kekurangan atau kelebihan, gejalanya hampir mirip dengan hormon
tiroksin.
7. Kelenjar Adrenal/Suprarenalis
Bagian Kortex :
12
a. Mengatur keseimbangan mineral dan air dalam ren.
b. Membuang kelebihan Kalium.
5. Hormon Corticosterone berfungsi :
a. Mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein dan lipid.
b. Meningkatkan respon imunitas tubuh.
Bagian Medulla :
Bila
terjadi
kekurangan
penghassilan
hormon
13
dapat dilihat pada hiposekresi Hormon Mineralokortikoid dan
Hormon Cortison.
14
kadar gula dalam darah. Dan Mengubah glikogen menjadi glukosa
dalam peristiwa glikolisis.
11. Kelenjar Kelamin/Gonad
Menghasilkan hormon dan sel kelamin. Macamnya ada 2 sel kelamin :
a. Sel Testis
Menghasilkan Hormon Androgen, Ex : Hormon Testosteron,
merupakan satu hormon yang terpenting dalam pembentukan sel
spermatozoa. Fungsi Hormon Testosteron : Mengatur ciri kelamin
sekunder. Dan Mempertahankan proses spermatogenesis.
b. Sel Ovarium
Menghasilkan 3 hormon penting dalam seorang wanita :
Hormon Relaksin
Hormon ini berfungsi untuk membantu proses persalinan dalam
Struktur morfologi kelenjar ovarium
15
Di dalam permukaan atau pada permukaan membran sel. Reseptor membran
sebagian besar spesifik untuk protein, peptida, dan hormon katekolamin. Di dalam
sitoplasma sel. Reseptor utama untuk berbagai hormon steroid terutama
ditentukan dalam sitoplasma. Di dalam nukleus sel. Reseptor untuk hormon tiroid
dijumpai di nukleus dan lokasinya diyakini berhubungan erat dengan satu atau
lebih kromosom.
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik. Pengikatan dari
hormon ke reseptor ini pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian pada
reseptor sedemikian rupa sehingga menyampaikan informasi kepada unsur
spesifik lain dari sel. Reseptor ini terletak pada permukaan sel atau intraselular.
Interaksi permukaan hormon reseptor memberikan sinyal pembentukan dari
mesenger kedua. Interaksi hormon-reseptor ini menimbulkan pengaruh pada
ekspresi gen.
Distribusi dari reseptor hormon memperlihatkan variabilitas yang besar
sekali. Reseptor untuk beberapa hormon, seperti insulin dan glukokortikoid,
terdistribusi secara luas, sementara reseptor untuk sebagian besar hormon
mempunyai distribusi yang lebih terbatas. Adanya reseptor merupakan determinan
(penentu) pertama apakah jaringan akan memberikan respon terhadap hormon.
Namun, molekul yang berpartisipasi dalam peristiwa pasca-reseptor juga penting;
hal ini tidak saja menentukan apakah jaringan akan memberikan respon terhadap
hormon itu tetapi juga kekhasan dari respon itu. Hal yang terakhir ini
memungkinkan hormon yang sama memiliki respon yang berbeda dalam jaringan
yang berbeda.
Interaksi Hormon dengan Reseptor
16
Hormon menemukan permukaan dari sel melalui kelarutannya serta
disosiasi mereka dari protein pengikat plasma. Hormon yang berikatan dengan
permukaan sel kemudian berikatan dengan reseptor. Hormon steroid tampaknya
mempenetrasi membrana plasma sel secara bebas dan berikatan dengan reseptor
sitoplasmik. Pada beberapa kasus (contohnya, estrogen), hormon juga perlu untuk
mempenetrasi inti sel (kemungkinan melalui pori-pori dalam membrana inti)
untuk berikatan dengan reseptor inti-setempat. Kasus pada hormon trioid tidak
jelas. Bukt-ibukti mendukung pendapat bahwa hormon-hormon ini memasuki sel
melalui mekanisme transpor; masih belum jelas bagaimana mereka mempenetrasi
membrana inti.
Mekanisme kerja hormon secara umum :
Umumnya hormon berikatan secara reversibel dan non-kovalen dengan
reseptornya. Ikatan ini disebabkan tiga jenis kekuatan. Pertama, terdapat pengaruh
hidrofobik pada hormon dan reseptor berinteraksi satu sama lain dengan pilihan
air. Kedua, gugusan bermuatan komplementer pada hormon dan reseptor
mempermudahinteraksi. Pengaruh ini penting untuk mencocokkan hormon ke
dalam reseptor. Dan ketiga, daya van der Waals, yang sangat tergantung pada
jarak, dapat menyumbang efek daya tarik terhadap ikatan.
Pada beberapa kasus, interaksi hormon-reseptor lebih kompleks. Hal ini
sebagian besar terjadi jika hormon yang berinteraksi dengan suatu kompleks
reseptor dengan subunit yang majemuk dan di mana pengikatan dari hormon
dengan subunit pertama mengubah afinitas dari subunit lain untuk hormon. Hal ini
dapat meningkat (kerjasama positif) atau menurun (kerjasama negatif) afinitas
dari hormon untuk reseptor itu. Kerjasama positif menghasilkan suatu plot
Scatchard yang konveks dan kerjasama negatif menghasilkan suatu plot yang
konkaf . Artifak eksperimental dan adanya dua kelas independen dari tempat juga
17
dapat menghasilkan plot Scatchard non-linier. Yang merupakan kejutan, ikatan
kerjasama jarang diamati pada interaksi hormon-reseptor; interaksi reseptorinsulin pada beberapa keadaan dapat merupakan suatu pengecualian.
Hormon menengahi perubahan dalam sel target dengan mengikat reseptor
hormon tertentu. Dengan cara ini, meskipun hormon beredar ke seluruh tubuh dan
bersentuhan dengan banyak jenis sel yang berbeda, mereka hanya mempengaruhi
sel-sel yang memiliki reseptor yang diperlukan. Reseptor untuk hormon tertentu
dapat ditemukan pada banyak sel yang berbeda atau mungkin terbatas pada
sejumlah kecil sel-sel khusus. Misalnya, hormon tiroid bertindak pada banyak
jenis jaringan yang berbeda, merangsang aktivitas metabolisme seluruh tubuh.
Sel dapat memiliki banyak reseptor untuk hormon yang sama, tetapi sering
juga memiliki reseptor untuk berbagai jenis hormon. Jumlah reseptor yang
merespon hormon menentukan sensitivitas sel terhadap hormon itu dan respon
seluler yang dihasilkan. Selain itu, jumlah reseptor yang merespon hormon dapat
berubah seiring waktu, sehingga sensitivitas sel meningkat atau menurun. Dalam
regulasi-naik,
jumlah
reseptor
meningkat
sebagai
respons
terhadap
18
dapat memediasi perubahan langsung dengan mengikat reseptor hormon
intraseluler dan modulasi transkripsi gen, atau tidak langsung dengan mengikat
reseptor sel permukaan dan merangsang jalur sinyal.
2.4.
19
Demikian juga pada cacing pipih dan nematoda hanya mempunyai
mekanisme neurosekresi. Hewan rendah yang mempunyai kelenjar endokrin
ialah Cephalopoda, Arthropoda dan hewan yang lebih kompleks lainya. Pada
Crustacea terdapat kelenjar sinus pada insekta ada korpus kardiakum.kedua
kelenjar tersebut sama dengan neurohipofisis (hipofisis bagaian belakang)
pada vertebrat. Jadi pada dasarnya hewan rendah maupun vertebrata terdapat
suatu hub ungan antara sistem syaraf dengan kelenjar endokrin. Hipotisis
pada vertebrata disebut kelenjar neuroendokrin.
Coelenterata
Pada Coelenterata selurah sistem syaraf bekerja sebagai sistem neurosekresi.
Misalnya pada ubur-ubur syaraf cincin sirkum oral dengan serabut radialnya
mempunyai sel-sel neurosekresi. Neurohormon belum diketahui strukturnya
tapi mempunyai fungsi penting misalnya untuk proses melepaskan gamet.
Pada Coelenterata (hewan berongga) misalnya Hydra, sel sarafnya
menghasilkan bahan kimia yang disebut neuropeptida. Bahan tersebut
merangsang terjadinya pertumbuhan, regenerasi, dan reproduksi.
Platyhelminthes
Pada cacing pipih sel-sel neurosekresi terdapat pada ganglion otak. Fungsinya
belum diketahui tapi diduga belum mempunyai peranan dalam proses
regenerasi.
Annelida
Sel-sel neurosekresi pada annelida terdapat pada ganglion supraoesofagus,
ganglion suboesufagus dan ganglion ventral. Neuro hormon pada cacing
tanah banyak diselidiki peran neurohormon pada annelida ialah dalam fungsi:
a. Tumbuh dan regenerasi
b. Transformasi somatik berkenaan dengan reproduksi
c. Pemotongan ganda dan perkembangan seksual
20
d. Menentukan ciri-ciri kelamin luar (sekunder)
e. Penyembuhan luka
Mollusca
Sel neurosekresi terdapat pada gangloin otak molluska. Pada molluska
terdapat pula kelenjar endokrin seperti pada vertebrata. Kelenjar tersebut
misalnya kelenjar optik pada Octopus.
Pada sejenis siput jika tentakel dibuang hasilnya pembentukan telur pada
ovotestis dipercepat. Jika ekstrak tentakel disuntikkan merangsang produksi
sperma. Ekstrak ganglion otak merangsang produksi telur. Dari contoh diatas
menunjukkan bahwa baik otak maupun tentakel berisi sel-sel neurosekresi
yang menghasilkan hormon (neurohormon). Neurohormon dari tentakel
merangsang produksi sperma sedang dari otak merangsang perkembangan
telur. Pada octopus proses kedewasaan juga diatur oleh sel-sel neurosekresi
yang mempengaruhi pertumbuhan ovarium dan testes. Jadi hubungan
ganglion otak-kelenjar optik-gonade pada octopus sama seperti hubungan
hipotalamus-hipofisisgonade pada vertebrata.
Crustacea (udang-udangan)
Mekanisme neurosekresi pada udang-udangan sangat kompleks dan sangat
erat hubungannya dengan sistem saraf dan ganglionnya. Diantaranya hormon
yang penting adalah:
a. Beberapa Neurohormon Tangkai Mata
Terdapat beberapa neurohormon yang berasal dari ganglia optik yang
letaknya pada tangkai mata:
1. Hormon Pigmen Retina
2. Kromatorotrofin
3. Hormon Hiperglikemik
4. Hormon Inhibitor Ovarium
21
5. Hormon Inhibitor Pengelupasan (Moulting)
b. Organ Y
c. Kelenjar Androgen Pada Jantan
d. Ovarium
Pada Crustaseae (udang, kepiting, dll) ada 2 faktor yang mempengaruhi
pergantian kulit yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal
diantaranya: adanya stressor/tekanan lingkungan, nutrisi, photoperiodisme
dan temperatur. Sedangkan faktor internal terkait dengan produksi hormon
ekdisteroid dan Molt Inhibiting Hormon (MIH)/hormon penghambat
pergantian kulit.
Insecta
Hampir semua hormon dihasilkan sel neurosekresi dari ganglion otak dan
ganglia lainnya yang dapat ditemukan pada protoserebrum, tritoserebrum,
ganglion suboesofagus dan ganglia ventral.
22
Pada Arthropoda dari kelompok insekta menghasilkan tiga macam hormon
yaitu: hormon otak, hormon ekdison, dan hormon juvenil. Ketiga hormon tersebut
berfungsi untuk mengatur proses metamorfosis.
Hormon otak disekresikan oleh bagian otak, dan pelepasannya dipengaruhi
oleh faktor makanan, cahaya, atau suhu. Selain itu hormon otak berfungsi memicu
sekresi hormon ekdison dan hormon juvenil. Hormon ekdison berfungsi pada
pengaturan proses pergantian kulit (ekdisis). Hormon juvenil berperan
menghambat proses metamorfosis. Ketiga hormon itulah yang berperan dalam
proses metamorfosis dan pergantian kulit pada kelompok insekta
Selain itu katak memiliki hormon yang disekresikan oleh epifisis dan
hipofisis di otak, dan berperan dalam mengontrol perubahan warna kulit.
Hormon epifisis menyebabkan kulit menjadi pucat, sedangkan hormon
hipofisis menyebabkan warna kulit menjadi gelap. Pada vertebrata lain sistem
hormonnya mirip dengan manusia.
2.5.
sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara
alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu
milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong,
menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan
(taksis) tumbuhan. Penggunaan istilah hormon sendiri menggunakan analogi
fungsi hormon pada hewan.Namun demikian, berbeda dari hewan, hormon
23
tumbuhan dapat bersifat endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan, maupun eksogen, diberikan dari luar sistem individu.Hormon
eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami (sintetik, tidak dibuat dari
ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu, untuk mengakomodasi perbedaan ini
dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat
rendah menjadi prekursor (pemicu) proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan
sendiri dirangsang pembentukannya melalui signal berupa aktivitas senyawasenyawa reseptor sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi di
luar sel. Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon
tertentu. Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat
tertentu, atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah
gen yang semula tidak aktif akan mulai berekspresi. Dari sudut pandang evolusi,
hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri
tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada
hewan, melainkan dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada
tumbuhan, terutama titik tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar.
Selanjutnya, hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum,
ditranslokasi ke bagian tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di sana.
Pergerakan hormon dapat terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu,
maupun ruang-ruang antarsel.Dalam menjalankan perannya, hormon dapat
berperan secara tunggal maupun dalam koordinasi dengan kelompok hormon
lainnya. Contoh koordinasi antar hormon ditunjukkan oleh proses perkecambahan.
Embrio biji tidak tumbuh karena salah satunya dihambat oleh produksi ABA
24
dalam jaringan embrio biji. Pada saat biji berada pada kondisi yang sesuai bagi
proses perkecambahan, giberelin dihasilkan. Apabila nisbah giberelin:ABA tidak
mencapai titik tertentu, perkecambahan gagal. Apabila nisbah ini melebihi nilai
tertentu, terjadi perkecambahan. Apabila nisbah giberelin:ABA masih berada di
sekitar ambang, konsentrasi sitokinin menjadi penentu perkecambahan.Terdapat
ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal orang,
baik yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk
memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama berdasarkan perilaku fisiologi
yang sama, bukan kemiripan struktur kimia. Pada saat ini dikenal lima kelompok
utama hormon tumbuhan, yaitu auksin (auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin
(gibberellins, GAs), asam absisat (abscisic acid, ABA), dan etilena (etena, ETH).
Selain itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai hormon
tumbuhan namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan atau
merupakan hormon sintetik, seperti Oligosakarin san brasinosteroid,.Beberapa
senyawa
sintetik
berperan
sebagai
inhibitor
(penghambat
25
a. Auksin
Auksin merupakan senyawa asetat (gugus indol) yang terdapat pada indol,
contohnya pada tanaman bawang merah (Allium cepa).Konsentrasi auksin
lebih banyak terdapat pada daerah yang tidak terkena cahaya. Bagi
tanaman
(batang)
yang
tidak
terkena
cahaya
akan
mengalami
ditemukan
pada
batang
tembakau
Oleh
Skoog
dan
26
terdapat pada DNA dan ATP). Selain dapat
ditemukan di batang,
sitokinin juga dapat di hasilkan di dalam akar dan akan diangkut ke organ
yang lain. Fungsi Sitokinin, antara lain :
1. Memacau pembelahan sel
2. Mempercepat pelebaran daun
3. Mempercepat tumbuhnya akar
4. Memacu pertunasan lateral pada pucuk batang
5. Menunda pengguguran daun, Bungan, dan buah.
d. Etilen
Etilen merupakan satu-satunya hormone tumbuhan yang berbentuk
gas.Gas etilen mempercepat pemasakan buah, contohnya pada buah
tomat, pisang, apel, dan jeruk.Buah-buah tersebut dipetik dalam keadaan
masih mentah dan berwarna hijau.Selanjutnya, buah-buah tersebut
dikemas dalam bentuk kotak berventilasi dan diberi gas etilen untuk
mempercepat pemasakan buah sehingga buah sampai ditempat tujuan
dalam keadaan masak.Selain itu, gas etilen juga menyebabkan penebalan
batang dan memacu pembungaan.Oleh karena itu, etilen dapat ditemukan
pada jaringan buah yang sedang matang, buku batang, daun, dan bunga
yang menua.
e. Asam traumalin
Seperti florigen, asam traumalin sebenarnya merupakan hormon hipotetik
yaitu merupakan gabungan beberapa aktivitas hormone yang ada (auksin,
giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat). Apabila tumbuhan
mengalami luka atau perlukaan karena gangguan fisik maka akan segera
terbentuk cambium gabus. Pembentukan cambium gabus itu terjadi
karena adanya pengaruh hormone luka (asam traumalin). Sebenarnya,
peristiwa ini merupakan hasil kerja sama antar hormone pada tumbuhan
27
yang di sebut restitusi (regenerasi). Awalnya luka pada tumbuhan akan
memacu pengeluaran hormone luka yang kemudian merangsang
pembentukan cambium gabus. Pembentukan cambium gabus dilakukan
oleh hormone giberelin, selanjutnya, karena pengaruh hormone sitokinin,
terbentuklah sel-sel baru yang akan membentuk jaringan penutup luka
yang disebut kalus. Asam traumalin ini dapat ditemukan pada dinding sel
tumbuhan.
f. Asam absisat
Salah satu fungsi asam absisat adalah menghambat pertumbuhan
tumbuhan. Pada musim tertentu pertumbuhan akan terhambat. Hal itu
merupakan adaptasi pertumbuhan terhadap perubahan linkungan yang
tidak memungkinkan bagi tumbuhan untuk tumbuh. Asam absisat dapat
ditemukan pada daun, batang, akar , dan buah biji.
Fungsi lain asam absisat adalah membantu tumbuhan mengatasi dan
bertahan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (masa
dormansi). Dalam keadaan dorman, tumbuhan terlihat seperti mati, tetapi
setelah kondisi lingkungan menguntungkan, ia akan tumbuh lagi dan
mucul tunas-tunas baru. Contohnya adalah pohon jati yang meranggas
pada musim kemarau. (Riandari, H, 2007)
B. Faktor-faktor hormon pada tumbuhan
Faktor Regulasi :
Faktor regulasi adalah senyawa kimia yang mengontrol produksi sejumlah
hormon yang memiliki fungsi penting bagi tubuh.Senyawa tersebut
dikirim ke lobus anterior kelenjar pituitari oleh hipotalamus.Terdapat 2
faktor regulasi, yaitu faktor pelepas (releasing factor) yang menyebabkan
kelenjar pituitari mensekresikan hormon tertentu dan faktor penghambat
(inhibiting factor) yang dapat menghentikan sekresi hormon tersebut.
28
Sebagai contoh adalah FSHRF (faktor pelepas FSH) dan LHRF (faktor
pelepas LH) yang menyebabkan dilepaskannya hormon FSH dan LH.
C. Hormon Antagonistik
Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang
berlawanan, contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat
turun, pankreas akan memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi.
Kadar glukosa yang tinggi menyebabkan pankreas memproduksi insulin
untuk menurunkan kadar glukosa tersebut.
29
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sel untuk mencari sel
target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein
reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor
protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan memengaruhi
ekspresi genetik sel atau mengubah aktivitas protein selular, termasuk di
antaranya adalah perangsangan atau penghambatan pertumbuhan serta apoptosis
(kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifan sistem kekebalan,
pengaturan metabolisme dan persiapan aktivitas baru atau fase kehidupan. Pada
banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon
lainnya. Hormon juga mengatur siklus reproduksi pada hampir semua organisme
multiselular.
Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi
oleh kelenjar endokrin vertebrata.Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh
hampir semua sistem organ dan jenis jaringan pada tubuh hewan.Molekul hormon
dilepaskan langsung ke aliran darah, walaupun ada juga jenis hormon - yang
disebut ektohormon (ectohormone) - yang tidak langsung dialirkan ke aliran
darah, melainkan melalui sirkulasi atau difusi ke sel target. Pada prinsipnya
pengaturan produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus (bagian dari otak).
Pada tumbuhan, hormon dihasilkan terutama pada bagian tumbuhan yang
sel-selnya masih aktif membelah diri (pucuk batang/cabang atau ujung akar) atau
dalam tahap perkembangan pesat (buah yang sedang dalam proses pemasakan).
Transfer hormon dari satu bagian ke bagian lain dilakukan melalui sistem
pembuluh (xilem dan floem) atau transfer antarsel. Tumbuhan tidak memiliki
kelenjar tertentu yang menghasilkan hormone.
30
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. 2003. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi. Gita Media Press,
Surabaya. h. 14, 80.
Amien, M. Et al. 1995. Biologi 2 untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 2.
Penerbit Balai Pustaka, Jakarta. Encyclopaedia Britannica 2008 Ultimate
Reference Suite, Chicago.
Furqonita, D. 2007. Seri IPA BIOLOGI SMP Kelas IX. Quadra-Penerbit
Yudhistira, Jakarta.
Guyton, Arthur C. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. EGC. Jakarta.
Murray, Robert K. 2009. Biokimia Harper Ed. 27. EGC. Jakarta.
S.Colby. 1999. Ringkasan Biokimia Harper. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta