Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB.
Kelompok Keahlian Perencanaan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB.
(2)
Abstrak
Masyarakat Kalimantan Barat masih mengganggap sungai sebagai halaman belakang, diperlukan
dukungan dari masyarakat dalam pengembangan waterfront. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
persepsi masyarakat dengan dua cara, yakni melihat seberapa besar pengetahuan dan kesanggupan
masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan sungai. Metode yang digunakan adalah analisis
kuantitatif dengan menggunakan teknik analisis deskriptif perbandingan proporsi dari pengetahuan
dan kesanggupan masyarakat serta analisis kolerasi untuk mengukur derajat kekuatan antara
variabel dengan menggunakan lambda. Lokasi pengambilan data penelitian dilakukan di Kota
Pontianak dan Kabupaten Sanggaur, Provinsi Kalimantan Barat.
Kata-kunci: persepsi, waterfront, sungai.
Pengantar
Semakin meningkatnya kegiatan pembangunan
dan
jumlah
penduduk
menyebabkan
penggunaan lahan di tepian sungai pun ikut
dimanfaatkan untuk kegiatan permukiman,
industri, pariwisata, komersial, agrobisnis,
transportasi dan pelabuhan (Dahuri, 1996:2).
Hal ini dapat menyebabkan tepian sungai
mengalami kekumuhan, ketidakteraturan dan
kemunduran dalam sistem perencanaan. Untuk
itu, sangat penting untuk mengupayakan
pengembangan tepian sungai karena dapat
bermanfaat untuk mengembalikan nilai ekologis
dan visual dari tepian sungai tersebut.
Salah satu yang dapat diterapkan di tepian
sungai guna mengembalikan nilai ekologis dan
kualitas lingkungan yang lebih baik adalah
waterfront. Menurut Nugroho (2000), waterfront
merupakan penerapan konsep tepian air (laut,
sungai/kanal, atau danau) sebagai halaman
depan, tempat tepian air tersebut dipandang
sebagai bagian lingkungan yang harus
dipelihara, bukan halaman belakang yang
dipandang sebagai tempat pembuangan.
Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan Waterfront sebagai Wadah Kegiatan Sosial dan Pemeliharaan Lingkungan
Riska A. Ayuningtyas
Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan Waterfront sebagai Wadah Kegiatan Sosial dan Pemeliharaan Lingkungan
Mayoritas
masyarakat
telah
memiliki
pengetahuan mengenai dampak atau pengaruh
yang diakibatkan dari membuang sampah ke
sungai. Sungai menjadi kotor dipenuhi banyak
sampah. Tentu saja proporsi ini lebih tinggi
dibandingkan yang lainnya. Hal ini dikarenakan
sampah yang mengapung di sungai akan
mengganggu penglihatan dari segi estetika
masyarakat yang tinggal di sekitar sungai.
Sementara itu, proporsi yang relatif sama untuk
masyarakat
yang
mengatakan
dampak
membuang sampah ke sungai yaitu sungai
menjadi bau dan berbakteri.
Riska A. Ayuningtyas
Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan Waterfront sebagai Wadah Kegiatan Sosial dan Pemeliharaan Lingkungan
Hubungan
antara
Pengetahuan
Kesanggupan Masyarakat
dengan
Tabel 1. Hubungan antara pengetahuan dan kesanggupan masyarakat dalam memelihara lingkungan sungai
Kesanggupan
No
1
2
3
Pengetahuan
Dampak
Membuang
Sampah
Dampak
Mandi dan
Mencuci
Kota Pontianak
Tidak
Tidak
Mandi
Membuang
dan
Sampah
Mencuci
Tidak
Buang Air
0,00
Kabupaten Sanggau
Tidak
Tidak
Mandi
Tidak
Membuang
dan
Buang Air
Sampah
Mencuci
0,00
0,00
Dampak
Buang Air
0,00
0,00
0,00
Riska A. Ayuningtyas
Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan Waterfront sebagai Wadah Kegiatan Sosial dan Pemeliharaan Lingkungan
Riska A. Ayuningtyas
a) Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi seseorang dapat diukur melalui
pendapatan yang dimiliki oleh orang tersebut.
Semakin tinggi pendapatan yang dimiliki
seseorang,
maka
akan
semakin
besar
kepedulian dan kesadaran orang tersebut untuk
memelihara lingkungan, sehingga akan timbul
kesanggupan
untuk
memanfaatkan
dan
mengelola
lingkungan
sungai.
Namun
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
diketahui bahwa tingkat ekonomi tidak
mempengaruhi kesanggupan masyarakat untuk
memanfaatkan dan mengelola sungai. Hal ini
berarti tinggi rendahnya pendapatan yang
dimiliki masyarakat, bukan menjadi dasar
masyarakat tersebut memiliki kesanggupan
untuk memanfaatkan dan mengelola sungai.
Masyarakat memiliki tingkat ekonomi yang
tinggi, tetapi pada kenyataannya tetap tidak
memiliki kesanggupan untuk memanfaatkan dan
mengelola sungai. Hal ini berarti walaupun
secara ekonomi masyarakat tersebut dapat
dikatakan mampu, akan tetapi masyarakat
tersebut memang tidak mau melakukan hal-hal
yang berhubungan dengan lingkungan sungai.
Padahal
masyarakat
tersebut
memiliki
kemampuan untuk melakukan hal-hal yang
bermanfaat dan mampu untuk mengelola sungai
dengan baik. Akan tetapi tidak adanya keinginan
atau kemauan untuk mengubah prilaku yang
dapat merusak lingkungan sungai. Sebagai
contoh sebagian masyarakat secara ekonomi
telah mampu memiliki toilet pribadi di rumah,
akan tetapi masyarakat tersebut tidak mau
mandi dan mencuci pakaian di toilet pribadi di
rumah.
b) Motivasi/keinginan untuk pindah
Motivasi yang dimaksud adalah adanya
keinginan seseorang yang tinggal di sempadan
sungai untuk pindah, sehingga sempadan sungai
yang merupakan kawan lindung akan terbebas
dari permukiman penduduk. Seseorang yang
memiliki keinginan untuk pindah dari sempadan
sungai, berarti memiliki kesanggupan dalam
memelihara lingkungan sungai. Sebaliknya
seseorang yang tidak memiliki keinginan untuk
pindah akan menimbulkan ancaman kerusakan
lingkungan sungai. Berdasarkan penelitian yang
telah
dilakukan
terlihat
bahwa
faktor
motivasi/keinginan
untuk
pindah
tidak
mempengaruhi kesanggupan masyarakat untuk
memanfaatkan dan mengelola sungai. Hal ini
berarti dengan ada atau tidaknya keinginan
masyarakat untuk pindah dari sempadan sungai,
tidak menjadikan masyarakat tersebut memiliki
kesanggupan untuk memelihara lingkungan
sungai. Apabila masyarakat tetap memilih untuk
tinggal di sempadan sungai, seharusnya
masyarakat tersebut memiliki kesanggupan
untuk menjaga kelestarian sungai. Akan tetapi
masyarakat mengabaikan lingkungan dan
melakukan hal-hal yang dapat mengancam
kelestarian sungai. Padahal sungai merupakan
tempat tinggal dan sumber penghidupan
masyarakat. Masyarakat pada daasarnya tidak
memiliki kemauan dan tidak peduli terhadap
lingkungan sungai.
c) Kebiasaan/budaya
Kebiasaan/budaya yang dimaksud adalah
kebiasaan seseorang tinggal di sempadan
sungai. Kebiasaan ini telah turun-temurun
masyarakat lakukan. Untuk itu seseorang yang
memiliki kebiasaan/budaya tinggal di sempadan
sungai, dapat dikatakan tidak memiliki
kesanggupan dalam memelihara lingkungan
sungai. Hal ini dikarenakan dengan semakin
lama masyarakat tinggal di sempadan sungai,
maka akan semakin mengancam kelestarian
sungai. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan terlihat bahwa faktor kebiasaan/
budaya tinggal di sungai tidak mempengaruhi
kesanggupan seseorang untuk memanfaatkan
dan mengelola sungai. Masyarakat yang telah
turun-temurun tinggal di sempadan sungai,
seharusnya telah tumbuh jiwa memiliki akan
sungai. Masyarakat tersebut tentunya akan
memanfaatkan dan mengelola lingkungan
sungai dengan baik. Akan tetapi pada
kenyataannya tidak demikian. Baik masyarakat
asli maupun masyarakat pendatang yang tinggal
di sempadan sungai tidak memiliki kesanggupan
dalam memelihara lingkungan sungai, sehingga
dapat dikatakan masyarakat tersebut pada
dasanya tidak memiliki kemauan untuk menjaga
sungai yang merupakan tempat tinggal dan
sumber penghidupan masyarakat tersebut.
(Tabel 3.)
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N1 | 129
Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan Waterfront sebagai Wadah Kegiatan Sosial dan Pemeliharaan Lingkungan
Kesimpulan
Masyarakat dinilai belum dapat mendukung
pengembangan waterfront di Sungai Kapuas.
Secara
umum,
masyarakat
memiliki
pengetahuan
dalam
menjaga
kualitas
lingkungan sungai. Namun masyarakat sebagai
pengguna sungai dirasakan belum memiliki
kesanggupan
untuk
memanfaatkan
dan
mengelola lingkungan sungai. Hanya segelintir
masyarakat yang memiliki kesanggupan untuk
menjaga lingkungan sungai yang merupakan
tempat tinggal mereka. Sulitnya mengajak
masyarakat untuk memelihara sungai. Hal ini
berarti masyarakat mengabaikan pengetahuan
yang dimiliki. Dari kondisi seperti ini, maka
pengembangan waterfront di Sungai Kapuas
akan menghadapi hambatan dari pola pikir
masyarakat dalam memperlakukan sungai. Pola
pikir masyarakat saat ini sangat sulit untuk
diubah. Masyarakat masih menganggap sungai
sebagai bagian belakang.
Pengetahuan yang dimiliki masyarakat dalam
menjaga kualitas lingkungan sungai tidak
menjadikan
masyarakat
sanggup
untuk
memanfaatkan dan mengelola lingkungan
sungai. Adanya indikasi bahwa pengetahuan
yang masyarakat miliki belum lengkap, sehingga
masyarakat belum memiliki jiwa sadar
lingkungan. Pengetahuan yang masyarakat
miliki belum dapat memberikan efek untuk
mendorong
dan
mendukung
masyarakat
sanggup (mau) memelihara lingkungan sungai.
Pengetahuan masyarakat dalam memelihara
lingkungan sungai diindikasi dipengaruhi tiga
Kesanggupan
Memanfaatkan
sungai tanpa
merusak
lingkungan
sungai
Mengelola
sungai
Kota Pontianak
Keinginan
Tingkat
Kebiasaan
untuk
ekonomi
/ budaya
pindah
Kabupaten Sanggau
Keinginan
Tingkat
Kebiasaan
untuk
ekonomi
/ budaya
pindah
0,00
0,04
0,00
0,04
0,00
0,11
0,02
0,00
0,00
0,18
0,00
0,11
Riska A. Ayuningtyas
Tepian
Sungai
Pontianak
Waterfront City). Pontianak.
(Pontianak