ETIKA PROMOSI
Promosi atau iklan sesungguhnya mempunyai fungsi memberikan
informasi yang lengkap dan akurat kepada masyarakat tentang
sesuatu yang dipromosikan.
Unsur promosi dalam bauran
pemasaran, harus memiliki peran yang benar, yang dapat diukur
dengan kritria sebagai berikut :
1. Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif
tentang kandungan atau komposisi barang yang dipromosikan;
2. Sebagai fungsi menjelaskan fungsi manfaat positif barang bagi
manusia;
3. Sebagai sarana memberikan image yang benar terhadap
perusahaan;
4. Tidak ada unsur maksud memperdaya atau memanipulasi
terhadap masyarakat konsumen;
5. Selalu berpedoman pada prinsip-prinsip kejujuran;
6. Bermaksud tidak mengecewakan konsumen dalam arti
memberikan kepuasan yang terpercaya.
Unsur kejujuran sesuai dengan realita barang yang dipromosikan
justru merupakan kunci dalam etika promosi.
PEMASARAN ISLAMI
Pasar syariah adalah pasar yang emosional (emotional market) dimana
orang tertarik karena alasan keagamaan bukan karena keuntungan
finansial semata, sedangkan pasar konvensional adalah pasar yang
rasional (rational market) yaitu orang-orang cenderung berbisnis hanya
untuk mendapatkan keuntungan finansial yang sebesar-besarnya tidak
peduli apakah itu halal atau haram.
Praktik bisnis dan pemasaran sebenarnya bergeser dan mengalami
transformasi dari level intelektual (rasional) ke emosional dan akhirnya
ke spiritual.
Di level intelektual (rasional), pemasar menyikapi pemasaran secara
fungsional-teknikal dengan menggunakan sejumlah tools pemasaran,
seperti segmentasi, targeting, positioning, marketing-mix, branding, dan
sebagainya. Kemudian di level emosional, kemampuan pemasar
memahami emosi dan perasaan pelanggan menjadi penting. Disini
pelanggan dilihat sebagai manusia seutuhnya, lengkap dengan emosi
dan perasaannya. Beberapa konsep pemasaran yang ada pada level
emosional ini antara lain experiential marketing dan emotional branding.
Setelah banyak terjadi skandal keuangan, era pemasaran telah bergeser
lagi kearah spiritual marketing. Pada level ini pemasaran sudah disikapi
sebagai bisikan nurani dan panggilan jiwa, prinsip-prinsip kejujuran,
empati, cinta, dan kepedulian terhadap sesama menjadi sangat
dominan.
Dalam
bahasa
syariah,
spiritual
mareketing
adalah
tingkatan
pemasaran langit, yang karena didalam keseluruhan prosesnya tidak
ada
yang
bertentangan
dengan
prinsip-prinsip
muamalah,
ia
mengandung nilai-nilai ibadah, yang menjadikannya berada pada
puncak tertinggi dalam pemasaran atau muamalah.
Teistis (rabaniyyah)
. Etis (akhlaqiyyah)
. Realistis (al-waqiiyyah)
. Humanistis (insaniyyah)
Teistis (Rabbaniyyah)
Salah satu ciri khas syariah marketing yang tidak dimiliki dalam
pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah sifat yang
religius (dinniyah). Kondisi ini tercipta tidak karena keterpaksaan, tetapi
berangkat dari kesadaran akan nilai-nilai religius, yang dipandang
penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak terperosok
kedalam perbuatan yang dapat merugikan orang lain.
Jiwa seorang syariah marketer menyakini bahwa hukum-hukum
syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah hukum yang
paling sempurna. seorang syariah marketer meyakini bahwa Allah swt.
selalu dekat dan mengawasinya ketika dia sedang melaksanakan segala
macam bentuk bisnis. Dia pun yakin bahwa Allah swt. akan meminta
pertanggung jawaban darinya atas pelaksanaan syariat itu pada hari
ketika semua dikumpulkan untuk diperlihatkan amal-amalnya (di hari
kiamat).
Etis (Akhlaqiyyah)
Sifat etis ini sebenarnya merupakan turunan dari sifat teistis.
Dengan demikian, syariah marketing adalah konsep pemasaran yang
sangat mengedepankan nilai-nilai moral dan etika, tidak peduli apapun
agamanya. Karena nilai etika adalah nilai yang bersifat universal, yang
diajarkan oleh semua agama.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Allah swt. memberikan petunjuk
melalui para rasul-Nya yang meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan
manusia, baik akidah, akhlak (moral, etika), maupun syariah. Dua
komponen pertama, akidah dan akhlak bersifat konstan, keduanya tidak
mengalami perubahan apapun dengan berbedanya waktu dan tempat.
Sedangkan syariah senantiasa berubah sesuai dengan kebutuhan dan
taraf peradaban manusia, yang berbeda-beda sesuai dengan rasulnya
masing-masing.
Realistis (Al-Waqiiyyah)Syariah marketing bukanlah konsep yang
eksklusif, fanatis, anti-modernitas, dan kaku. Syariah marketing adalah
konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluwesan syariah
Islamiyah yang melandasinya.
Syariah
marketer
bukanlah
berarti
para
pemasar
itu
harus
berpenampilan
ala
bangsa
Arab
dan
mengharamkan
dasi
karena
dianggap merupakan simbol masyarakat barat. Syariah marketer adalah
para pemasar profesional dengan penampilan yang bersih, rapi, dan
bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya.
Mereka
bekerja
dengan
profesional
dan
mengedepankan
nilai-nilai
religius, kesalehan, aspek moral, dan kejujuran dalam segala aktivitas
pemasarannya.
Humanistis
(Al-insaniyyah)Humanistis
(Al-insaniyyah)
adalah
bahwa
syariah
diciptakan untuk
manusia agar
derajatnya
terangkat,
sifat
kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifat-sifat kehewanannya
dapat
terkekang
dengan
panduan
syariah.
Dengan
memiliki
nilai
humanistis
ia
menjadi
manusia
yang
terkontrol,
dan
seimbang
(tawazun), bukan manusia yang serakah, yang menghalalkan segala
cara untuk meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Bukan menjadi
manusia yang bahagia diatas penderitaan orang lain atau manusia yang
kering
dengan
kepedulian
sosial.
Syariat Islam adalah syariah humanistis (insaniyyah). Syariat Islam
diciptakan
untuk
manusia
sesuai
dengan
kapasitasnya
tanpa
menghiraukan ras, warna kulit, kebangsaan, dan status. Hal inilah yang
membuat syariah memiliki sifat universal sehingga menjadi syariat
humanistis universal.