Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

SYCHRPNOUS DIGITAL HIERARCHY


(SDH)

Nama : Robbie Inzaghi


Kelas : XII TT 2

SMK BINA PUTERA NUSANTARA


KOTA TASIKMALAYA
Jl. Liunggunung No. 261 Panyingkiran Indihiang
Telp. (0265) 345790

KATA PENGATAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik
dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukanmasukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Tasikmalaya, Mei 2015
Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar .................................................................................................................. i
Daftar Isi .......................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Definisi ................................................................................................ 1
1.2. Lata Belakang ...................................................................................... 2
BAB II
PEMABASAHAN ....................................................................................... 6
2.1.
Evolusi.................................................................................................. 6
2.2.
Keuntungan........................................................................................ 10
BAB III
PENUTUP ................................................................................................. 21
3.1..............................................................................................Kesimpulan 21
3.2........................................................................................................Saran 21
DAFTAR PUSTAKA

Syncronous Digital Hierarcy


(SDH)

Mempunyai sejarah yang sangat panjang, sepanjang sejarah umat manusia itu sendiri.
Tangis bayi karena lapar merupakan bentuk komunikasi yang paling dini dilakukan
oleh manusia. Jadi, komunikasi sebenarnya sudah merupakan naluri yang tidak dapat
dihalang-halangi, suatu kebutuhan yang mutlak diperlukan. Kebutuhan untuk saling
bertukar informasi antara manusia sering kali dibatasi oleh jarak. Karena jarak
menjadi rintangan sehingga manusia yang ingin bertukar berita tidak dapat berte* mu
muka, atau suaranya tidak dapat mencapai telinga lawan bicaranya, lalu mereka
mencari jalan untuk mengatasinya. Terjadilah apa yang disebut telekomunikasi.
Informasi dapat didefinisikan sebagai sesuat! yang berbentuk suara, gambar,
tanda, atau lambani yang mempunyai makna. Sedangkan komunikasi merupakan
proses penyampaian informasi. Dengan kata lain, komunikasi adalah penyampaian
suara gambar, tanda, atau lambang yang mempunyai mahw na. Proses komunikasi
jarak jauh disebut telekomunikasi, yang melibatkan jarak sebagai unsur. Pengertian
yang sekarang biasa dipakai di dunia telekomunikasi adalah; semua bentuk transmisi,
emisi, atau penerimaan da; tanda, sinyal, gambar, bunyi, atau pengetahuan dalam
segala bentuk lewat kabel, radio, alat-alat optik, atau sistem elektromagnetik yang
lain.
Advertisement

Perkembangan telekomunikasi, yang dimulai ketika manusia menyadari bahwa jarak


tidak boleh menjadi kendala dalam penyampaian informasi, tidak lepas dari
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, terutama ilmu listrik. Dengan
demikian, tonggak-tonggak bersejarah yang patut dicatat bagi perkembangan
telekomunikasi modern adalah penemuan alat telegrap modern oleh Samuel F.B.
Morse (Ame -:a Serikat) pada tahun 1837 serta faksimili oleh Alexander Bain
(Skotlandia) pada tahun 1843 yang kemudian disempurnakan oleh Ludovic dArlincourt (Perancis) pada tahun 1869. Menyusul kemudian penemuan telepon oleh
Alexander Graham Bell (Amerika Serikat) pada tahun 1876, dan radio oleh
Guglielmo Marconi (Italia) pada tahun 1895. Televisi dalam bentuk sederhana
diciptakan oleh Paul Nipkow (Jerman) pada tahun 1883, yang kemudian

dikembangkan oleh Charles Francis Jenkins (Amerika Serikat) pada tahun 1925 dan
John Logie Baird (Skotlandia) yang berhasil menemukan televisi berwarna pada tahun
1926. Pada tahun 1902, Arthur Korn (Jerman) berhasil mengirimkan potret melalui
kabel, dan lima tahun kemudian menjadikannya sebagai layanan komersial.
Integrasi Komputer-Komunikasi. Penemuan prinsip-prinsip komputer dan
perkembangan teknologi serta pengetahuan di bidang elektronika melahirkan disiplin
ilmu tersendiri, yakni ilmu informatika, yang mengubah segala-galanya. Kemampuan
menyimpan data dan memecahkan masalah yang batasnya hampir tidak dapat
dibayangkan oleh manusia menjadikan komputer sebagai alat yang memicu lompatan
raksasa di bidang telekomunikasi. Satelit komunikasi yang dilengkapi alat-alat
elektronik canggih bersama stasiun pengontrolnya yang tersebar di permukaan bumi
sanggup mengatur jaringan telekomunikasi berupa telepon, teleks, telegrap, faksimili,
data komputer, dan televisi. Keadaan ini makin menambah kemampuan manusia
untuk saling bertukar informasi.
kecenderungan ke arah pengintegrasian komputer dengan komunikasi sehingga jasa
layanan telekomunikasi pun mengalami integrasi, yakni dalam ISDN (sistem
komunikasi digital yang terintegrasi), seperti yang sudah dilakukan oleh negaranegara Dunia Kesatu.
Dalam masyarakat abad ke-21, informasi akan menjadi komoditi strategis. Siapa yang
menguasai informasi, ia akan mempunyai kekuatan dan kekuasaan. Produktivitas
kerja, mutu produksi, interaksi dengan lingkungan, dan daya saing akan dapat
ditingkatkan apabila orang memiliki dan mampu mengakses informasi yang akurat.
Kehidupan masyarakat demikian cenderung untuk terdesentralisasi, karena memiliki
berbagai kemampuan untuk melakukan komunikasi yang kian hari semakin
multidimensional. Demikian pula otomatisasi di segala bidang, dari layanan
telekomunikasi sampai ke kehidupan sehari- hari. yang menuntut kemudahankemudahan.
Telekomunikasi di Indonesia. Dunia pertelekomu- nikasian di Indonesia dirintis oleh
pemerintah kolonial Belanda dalam rangka melestarikan sistem penjajahannya.
Mereka mendirikan dinas pos, telegrap, dan telepon dengan nama PTT Dienst,
singkatan Post, Telegraaf en Telefoon Dienst. Ketika Jepang menggulingkan
kekuasaan Belanda di Indonesia, dinas ini tetap menggunakan singkatan nama yang
sama. Empat puluh hari setelah pemuda Indonesia merebut kemerdekaan, kantor pusat
PTT di Bandung diambil- alih oleh para pemuda yang semula adalah pegawai PTT.
Sejak saat itu, PTT, singkatan Jawatan Pos, Telegrap dan Telepon, menjadi dinas milik
pemerintah RI. Dalam perkembangan selanjutnya, dinas pos dari PTT melepaskan diri
dan menjadi Perum Pos dan Giro. Sedangkan dinas telepon dan telegrap menjadi
Perum Telekomunikasi, yang bertugas melayani segala macam layanan
telekomunikasi di Indonesia secara nasional dan internasional.

Kebutuhan layanan telekomunikasi yang makin meningkat sejalan dengan laju


pembangunan mendorong Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi
melebarkan jaringan telekomunikasinya. Perusahaan telekomunikasi dari Amerika,
International Telephone and Telegraph (ITT), menanamkan modalnya dalam suatu
perusahaan patungan, PT Indosat (Indonesian Satellite Corporation), yang didirikan
pada tanggal 10 November 1967. Tugas pertama perusahaan ini adalah membangun
jaringan gelombang mikro Trans-Sumatra dan Indonesia Timur. Kemudian menyusul
jaringan komunikasi radio tropo-scatter, yang menghubungkan Surabaya dan
Banjarmasin.
Kegiatan PT Indosat makin luas, dan kemudian ditugaskan untuk mewakili Indonesia
di organisasi telekomunikasi internasional Intelsat (International Telecommunications
Satellite Organization). Keanggotaan Indonesia dalam Intelsat memberikan kemajuan
baru di bidang telekomunikasi internasional, karena Indonesia mempunyai hak pakai
atas satelit- satelit Intelsat yang melayani sebagian besar telekomunikasi internasional.
Kepercayaan dunia internasional akan kemampuan putra-putra Indonesia untuk
mengendalikan satelit terbukti ketika pada tahun 1969 didirikan stasiun pengendali
satelit komunikasi milik Intelsat di Jatiluhur, Jawa Barat. Langkah ini memantapkan
posisi Indonesia yang sudah menapakkan diri di jalur komunikasi satelit. Peluncuran
satelit komunikasi pertama Indonesia, Palapa A-l, pada tahun 1976, menempatkan
Indonesia pada kedudukan seba-gai negara ketiga setelah Amerika Serikat dan
Kanada yang menggunakan sistem komunikasi satelit domestik.
Pada tahun 1989, seorang putra Indonesia, Jonathan L. Parapak, dipilih menjadi salah
satu gubernur Intelsat. Kemampuan teknis para ahli telekomunikasi Indonesia
semakin diakui setelah Stasiun Pengendali Jatiluhur diberi tanggung jawab
mengendalikan jaringan telekomunikasi digital untuk Asia dan Eropa. Satelit Intelsat
yang berada di atas Samudera Hindia langsung dikendalikan oleh stasiun Jatiluhur
yang berfungsi sebagai time division multiple access (TDMA) reference monitoring
station.
Kemudian dilakukan pembagian kerja antara Perum Telekomunikasi dan PT Indosat.
Perumtel bertugas melayani semua sistem telekomunikasi nasional, sementara Indosat
mengelola jaringan telekomunikasi internasional. Semua layanan telekomunikasi
dalam negeri diselenggarakan oleh Perumtel. Tetapi pada saafseseorang memakai jasa
telekomunikasi internasional, stasiun pusat Perumtel akan dihubungkan dengan
Sentral Gerbang Internasional milik Indosat. Kemudian diteruskan melalui jaringan
milik Indosat, baik lewat sarana satelit komunikasi (Palapa dan Intelsat) maupun
jaringan kabel laut internasional.
Untuk melayani kebutuhan yang kian hari semakin bertambah besar di bidang
pariwisata, pos, dan tele-komunikasi, Indosat membangun basis data bernama Sistem
Informasi dan Manajemen Parpostel (Sim- parpostel) dan Sistem Informasi dan
Manajemen Pariwisata Nasional (Simparnas). Pekerjaan yang lebih besar lagi adalah
cita-cita menyatukan sistem informasi dan manajemen nasional (Simnas), yang

melibatkan semua jajaran pemerintah dan badan-badan atau lembaga-lembaga yang


mengelola negara. Mulai dari staf kepresidenan, departemen-departemen dan jajaran
di bawahnya, pemerintah daerah, badan-badan tertinggi dan tinggi negara seperti
MPR, DPR, dan DPRD, sampai kepada badan-badan non-pemerintah yang ada
hubungannya dengan negara. Pada saat Sim. nas sudah berfungsi, seorang kepala desa
di desa terpencil Irian Jaya, misalnya, diharapkan dapat dengan mudah membuat
keputusan berdasarkan peraturan dan kebijaksanaan nasional, dan tidak lagi , 1a per,
aturan yang tumpang-tindih atau bahkan bertentangan satu sama lain.
I.

Definsi SDH
Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang
berbasis pada transmisi sinkron dan mempunyai struktur transport yang didesain untuk
mengangkut informasi dalam sebuah jaringan transmisi.. Definisi ini merupakan rekomendasi
ITU-T G.707 Network Node Interface For The Synchronous Digital Hierarchy (SDH).
II.

Latar Belakang munculnya SDH


Sebelum kemunculan SDH, standar transmisi yang ada dikenal dengan PDH
(Plesiochronous Digital Hierarchi) yang sudah lama ditetapkan oleh ITU-T. Suatu jaringan
plesiochronous tidak menyinkronkan jaringan tetapi hanya menggunakan pulsa-pulsa detak
(clock) yang sangat akurat di seluruh simpul penyakelarnya (switching node) sehingga laju
slip di antara berbagai simpul tersebut cukup kecil dan masih bisa diterima (misalnya
plus/minus 50 bit atau 5x10-5 untuk jaringan/kanal 2,048 atau 1,544 Mbps). Mode operasi
seperti ini barangkali memang merupakan suatu implementasi yang paling sederhana karena
bersifat menghindari pendistribusian pewaktuan di seluruh jaringan. Ternyata bahwa PDH
tidak begitu cocok untuk mendukung perkembangan teknik pengendalian dan pemrosesan
sinyal untuk masa kini yang makin banyak dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan penyedia
layanan telekomunikasi. Dalam PDH, sebuah peralatan transmisi tertentu umumnya hanya
menangani dengan baik satu fungsi tertentu saja dalam jaringan, sementara dalam SDH, ada
integrasi dari berbagai tipe peralatan yang berbeda-beda yang mampu memberikan kebebasan
baru dalam perancangan jaringan. Sudah bukan merupakan berita baru bahwa SDH dapat
dipergunakan untuk transmisi optik kapasitas besar, pengaturan lalu lintas komunikasi dan
restorasi jaringan.
III.

Evolusi SDH ke PDH


Karena format transmisi SDH dirancang untuk mengatasi keterbatasan PDH, maka
semua perusahaan telekomunikasi memang ditantang untuk memperkenalkan transmisi SDH
ke dalam jaringan PDH yang sudah di bangun lebih dulu. Isu yang penting adalah masalah
keseimbangan antara keuntungan yang ditawarkan oleh SDH dan hambatan biaya dalam
investasi jaringan. Untuk itu diperlukan strategi mengenai evolusi jaringan dari PDH ke SDH.
Ada tiga alternatif utama, yang masing-masing memiliki keuntungan dan kerugian.
Perusahaan telekomunikasi mungkin perlu untuk mengadopsi suatu strategi campuran
sebagai jawaban yang terbaik bagi kondisi lingkungannya masing-masing.
Tiga alternatif tersebut adalah :

Top-down (metode level atau layer)

Bottom-up (metode pulau atau branch)

Paralel (Metode overlay)

Metode lapisan teristimewa relevan dengan perusahaan layanan telekomunikasi yang


masih memperkenalkan digitalisasi pada level trunk dari jaringan yang dimilikinya atau bagi
yang membutuhkan untuk mendukung layanan-layanan baru pada lapisan-lapisan yang lebih
atas dari jaringan-jaringan antar urban (sebagai contoh untuk koneksi MAN to MAN).
Tujuan pokoknya adalah penghematan biaya untuk transportasi kapasitas besar dalam
menangani pertumbuhan lalu lintas komunikasi. Dalam strategi ini introduksi untuk SDH
dimulai pada level tulangpunggung/supernode level dengan sedikit simpul-simpul yang
dihubungkan dengan sistem-sistem STM-16 atau STM-4 SDH. Interkoneksi ke suatu jaringan
PDH adalah dengan sebuah gateway (gerbang penghubung), umumnya pada port cross
connect dan persediaan port cross connect yang memadai untuk mendukung semua
fungsionalitas PDH dan SDH yang diperlukan. Ini merupakan suatu aspek yang penting dari
perencanaan jaringan.
Langkah berikut adalah mengubah lapisan-lapisan berikutnya yang lebih rendah ke
SDH, dan memindahkan gateway-nya ke titik dimana keuntungan SDH paling dapat dijamin.
Dengan demikian SDH memberikan keuntungan secara penuh bagi lapisan-lapisan yang lebih
tinggi dan secara selektif pada lapisan-lapisan yang lebih rendah.
Strategi dengan metode pulau adalah memasang SDH pada simpul-simpul jaringan
pada level tengahan maupun level bawah, yakni menyediakan pulau-pulau SDH untuk
komunitas tertentu (sebagai contoh pusat-pusat perdagangan dan finansial). Dengan
pendekatan lapisan, dibutuhkan beberapa gateway untuk jaringan PDH.
Pada level ini, beberapa cross-connect utamanya akan menjadi produk-produk
pitalebar (wideband), menginterkoneksi sistem-sistem transport STM-1 melalui antarmukaantarmuka 155 Mbps (atau 140 Mbps melalui sebuah antarmuka gateway), dengan
menyalurkan dan memadukan fasilitas pada VC level 1, 2 dan 3 yang dibawa dalam
kecepatan 2 Mbps atau 1,5 Mbps.
Melalui metode paralel, SDH diinstalasi dalam sebuah jaringan overlay (yang
ditumpang-tindihkan) di samping jaringan PDH nya dalam beberapa simpul. Tujuannya
adalah untuk mengimplementasikan layanan-layanan baru tertentu (seperti videoconferencing
dan interkoneksi LAN/LAN) serta memperoleh keuntungan dari semua fungsi SDH sesegera
mungkin, dan menyediakan perbaikan-perbaikan dalam hal kualitasnya.
Gateway bagi jaringan PDH masih dibutuhkan, meskipun ada segregasi (pemisahan)
antara layanan-layanan lama dan baru antara fasilitas-fasilitas SDH dan PDH. Penting juga

bahwa semua peralatan yang diperlukan untuk menyediakan fungsionalitas SDH secara
penuh dalam SDH yang ditumpang-tindihkan ini sudah dipasang.
Strategi ini menarik bagi perusahaan telekomunikasi dengan pertumbuhan lalu lintas
komunikasi yang cepat, dan bagi yang berharap untuk menambahkan fungsionalitas SDH
(sebagai contoh, untuk menawarkan premium services; yakni pemanggil/penelpon yang
ditarik biaya pulsa dengan tarif khusus, yang biasanya diterapkan pada layanan-layanan
informasi) selagi mereka menambah kapasitas jaringannya.
IV.

Keuntungan SDH
Dari penjelasan mengenai evolusi PDH ke SDH, kita dapat mengambil kesimpulan
mengenai beberapa keuntungan dari SDH. SDH memiliki dua keuntungan pokok yaitu
fleksibilitas yang demikian tinggi dalam hal konfigurasi kanal pada simpul-simpul jaringan
dan meningkatkan kemampuan manajemen jaringan baik untuk payload traffic-nya maupun
elemenelemen jaringan. Secara bersama-sama, kondisi ini akan memungkinkan jaringannya
untuk dikembangkan dari struktur transport yang bersifat pasif pada PDH ke dalam jaringan
lain yang secara aktif mentransportasikan dan mengatur informasi. Selain dua keuntungan
tersebut, SDH juga memiliki beberapa keuntungan lainnya , diantaranya adalah:
a. Self-healing, yakni pengarahan ulang (rerouting) lalu lintas komunikasi secara
otomatis tanpa interupsi layanan.
b. Provisi yang cepat.
c. Akses yang fleksibel, manajemen yang fleksibel dari berbagai lebarpita tetap ke
tempat-tempat pelanggan.
d. Kemampuan memberikan informasi (detail alarm) dalam menganalisis masalah yang
terjadi pada sistem.
e. Standar SDH juga membantu kreasi struktur jaringan yang terbuka, sangat dibutuhkan
dalam lingkup yang kompetitif sekarang ini bagi perusahaanperusahaan penyedia
layanan telekomunikasi.
V.

Struktur Frame SDH


Struktur frame terendah yang didefinisikan dalam standar SDH adalah STM-1
(Synchronous Transport Module level 1) dengan laju bit 155,520 Mbit/s (155 Mbps). Ini
berarti STM-1 terdiri dari 2430 byte dengan durasi frame 125 s. Bit rate atau kecepatan
transmisi untuk level STM-N yang lebih tinggi juga telah distandarisasi sebagai kelipatan
bulat (1, 4, 16 dan 64) dari N x 155,520 Mbps, seperti yang terdapat pada Tabel 1. dibawah
ini.

Tabel 1.Standar Frame dan Kecepatan SDH

Frame STM-1 tersusun atas 9 baris, setiap baris terdiri dari 270 kolom (1 kolom = 1
byte). Sembilan byte pertama pada setiap baris terdiri dari daerah Section Overhead,
sedangkan byte sisanya adalah daerah informasi (payload). Transmisi dilakukan baris per
baris, dimulai dari byte teratas sebelah kiri dan diakhiri oleh byte terbawah sebelah kanan.
Struktrur frame STM-1 yang membawa payload dalam VC-4 tampak pada Gambar 2.
dibawah ini.

Gambar 2. Struktur Frame STM-1


Bagian Section Overhead sebagai sinyal manajemen terdiri dari RSOH (Regenerator
Section Overhead), MSOH (Multiplex Section Overhead) dan AU pointer[5]. RSOH
berfungsi untuk pengendalian pengiriman informasi dari satu node ke node berikutnya dalam
jaringan SDH. Semua elemen jaringan SDH berakhir pada RSOH. Sedangkan MSOH
mengontrol setiap section antara node elemen jaringan SDH kecuali regenerator dan
mengendalikan perantaraan transmisi antara dua elemen multiplekser yang berdekatan atau
sejajar. AU pointer berfungsi untuk mengatur pemetaan (mapping) container yang berisi
informasi (payload) ke dalam frame STM-N.
VI.

Proses Multiplexing SDH

Fungsi utama multiplexing adalah untuk memultipleks sinyal digital yang mempunyai
bitrate rendah ke sinyal digital yang mempunyai bitrate yang lebih tinggi dan
mentransmisikan informasi yang besar itu secara efisien. Dalam ITU-T G.707
direkomendasikan sistem multiplexing SDH seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Proses Multiplexing SDH

Di dalam sistem SDH dikenal tiga tahapan proses multiplexing yang tergantung dari sinyal
masukan yang dikirimkan. Proses tersebut terdiri atas :

Mapping

Mapping adalah proses pemetaan sinyal-sinyal PDH yang akan dibawa melalui
jaringan SDH. Pertama sinyalsinyal PDH dimasukkan ke dalam container tertentu (C-n)
sesuai dengan laju bit masing-masing. Kemudian C-n ditambahkan POH (Path Overhead)
untuk membentuk Virtual Container (VC-n). Proses ini yang disebut dengan mapping. POH
berfungsi untuk memantau kualitas dan mengidentifikasi tipe dari Container. VC merupakan
elemen dasar yang akan dikontrol dan diatur dalam sistem SDH. Ada beberapa jenis VC yaitu
VC-11,VC-12, VC-2 disebut dengan VC orde rendah dan VC-3 dan VC-4 disebut sebagai VC
orde tinggi.

Multiplexing orde rendah

Multiplexing orde rendah adalah membentuk VC orde tinggi dengan melakukan


multiplexing VC orde rendah. Untuk multiplexing VC orde rendah pertama kali dilakukan
adalah dengan menambahkan pointer untuk membentuk TU (Tributary Unit) sesuai dengan
VC-nya yang disebut dengan aligning. TU tersebut digabungkan untuk membentuk TUG
(Tributary Unit Group). Kemudian menambahkan POH pada TUG sehingga terbentuk VC
orde tinggi.

Multiplexing orde tinggi

Multiplexing orde tinggi diperoleh dengan melakukan multiplexing VC orde tinggi


untuk membentuk frame STM-N. VC orde tinggi bisa didapat dari multiplexing orde rendah

atau langsung melalui pemetaan container C-3 dan C-4. Seperti halnya multiplexing orde
rendah, VC orde tinggi tersebut ditambahkan pointer untuk membentuk AU (Administrative
Unit) sesuai dengan VC-nya (aligning). Selanjutnya AU tersebut digabungkan untuk
membentuk AUG (Administrative Unit Group). Frame STM-N dibentuk dengan melakukan
multiplexing AUG.
VII.

Elemen-elemen SDH
Suatu elemen jaringan SDH dikontrol dengan menggunakan software, sehingga dapat
lebih fleksibel dalam penggunaan multiplexer dan demultiplexer. Elemen-elemen SDH
tersebut terdiri dari regenerator, Terminal Multiplexer (TM), Add and Drop Multiplexer
(ADM), dan Digital Cross Connect (DXC).
1. Regenerator
Dalam jaringan SDH, fungsi regenerator adalah untuk membangkitkan dan
menguatkan sinyal SDH yang datang. Perangkat ini memperbaiki sistem clock dan
amplituda sinyal data yang telah teredam dan berubah oleh karena adanya dispersi.
Skema regenerator dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Regenerator
2. TM
Terminal Multiplexer berfungsi untuk melakukan multiplexing sinyal-sinyal masukan
(tributary) menjadi sinyal keluaran (aggregate). Dalam suatu jaringan, perangkat ini
digunakan untuk membentuk konfigurasi point-to-point. Selain itu, perangkat ini juga
digunakan untuk mengkombinasikan sinyal input synchronous dan plesiochronous
menjadi sinyal STM-N dengan bitrate yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan pada
Gambar 5.

Gambar 5. Terminal Multiplexer


3. ADM
ADM adalah suatu perangkat yang berfungsi untuk memultipleks sinyal-sinyal PDH
atau VC. Selain itu ADM juga digunakan sebagai terminal drop/insert sinyal sehingga
sangat efisien dalam membentuk sistem jaringan telekomunikasi. ADM memiliki dua
buah aggregate dengan arah yang berlainan. Jika sejumlah ADM saling dihubungkan
maka akan membentuk sebuah topologi ring, sehingga akan mempunyai sistem

keamanan yang mempu memberikan proteksi terhadap jaringan apabila terjadi


gangguan. Sistem dari perangkat ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Add/Drop Multiplexer


4. DXC
Elemen ini memiliki fungsi yang lebih luas. DXC memungkinkan terjadinya
pemetaan sinyal-sinyal tributary PDH ke dalam virtual container dan juga merupakan
switching dari berbagai macam level STM. Biasanya DXC ini digunakan untuk
membentuk konfigurasi mesh atau star. Gambar 2.16 memperlihatkan skema DXC.

Gambar 7. Digital Cross Connect

VIII.

Topologi Jaringan SDH


Ada beberapa model topologi jaringan yang dapat dibentuk oleh teknologi SDH,
diantaranya yaitu point-to-point, ring, dan mesh. Topologi ini dapat berdiri sendiri atau
campuran dari beberapa topologi. Pada Gambar 8. berikut adalah beberapa gambaran
topologi jaringan yang dapat dibentuk oleh SDH.

Gambar 8. Model Topologi Jaringan


IX.

Hirarki dan Komponen pada SDH


Sebelum munculnya SDH, hirarki pemultiplekan sinyal digital untuk
Amerika/Kanada, Jepang dan Eropa berbeda-beda seperti dinyatakan pada tabel 1. Dengan
adanya SDH, hirarkinya diseragamkan menjadiseperti terlihat pada Gambar 1.
Tabel 1. Hirarki sinyal digital di Amerika, Jepang dan Eropa
Level hirarki ke:

Amerika/kanada (Mbps)

Jepang (Mbps)

Eropa (Mbps)

1,544

1,544

2,048

6,312

6,312

2,442

44,736

32,064

34,368

274,176

97,728

139,264

397,200

560,840

Tabel 1. Hirarki sinyal digital di Amerika, Jepang dan Eropa

Dari Gambar 1 tersebut terlihat bahwa pada level atau tingkat yang paling tinggi,
jaringan transport SDH adalah jaringan n x STM-1 (n x 155 Mbps). STM-1 (Synchronous
Transport Module) adalah modul transport sinkron level-1 . Sebuah frame tunggal STM-1
dinyatakan dengan sebuah matriks yang terdiri dari sembilan baris dan 270 kolom. Frame ini
dibentuk dari 2430 byte, setiap byte terdiri dari 8 bit. Frame STM-1 berisi dua bagian, bagian
SOH (Section Overhead) dan bagian VC (Virtual Container) yang merupakan payload-nya.
Gambar 2 menyatakan struktur frame STM-1, Gambar 3 menyatakan struktur VC-nya.

SOH menyediakan informasi antara dua buah LTE (Line Terminating Equipment) tentang
frame alignment, pemonitoran BER (Bit Error Rate) dan transfer informasi antara dua buah
LTE dan sebagainya. Sedangkan VC digunakan untuk mentransportasikan sinyal-sinyal
tributary-nya (sinyal masukan individual yang diumpankan ke multiplekser) melalui sebuah
jalur. Setiap VC terdiri dari sebuah POH (Path Overhead) dan sebuah Container. POH
seperti tercantum dalam Gambar 2 membawa informasi antara titik-titik asembly dan
disasembly seperti pemeriksaan paritas, pelabelan jalur, pemonitoran alarm, dan monitoring
kinerja.Sebuah Container membawa sinyal tributary, sedang pointer menunjukkan lokasi dari

bit pertama pada VC-nya. Gambar 2 menyatakan struktur frame STM-1, Gambar 3
menyatakan struktur VC-nya, sedang Gambar 4 menyatakan alokasi byte pada SOH.

X.

Aristektur Umum Jaringan SDH


Arsitektur jaringan SDH secara umum adalah seperti terlihat pada Gambar 5. Level
yang paling tinggi, jaringan transport SDH adalah n x STM-1 (n x 155 Mbps), yang
dihubungkan secara bersilangan oleh peralatan DXC 4/4 (Digital Cross Connect ). Penjelasan
singkat mengenai DXC ini adalah sebagai berikut; pada telekomunikasi digital, sinyal-sinyal
digital diarahkan atau dirutekan ke lokasi sentral-sentral telepon yang disebut DXC ini. DXC
ini berfungsi untuk menyediakan tempat bagi interkoneksi hubungan-hubungan jalur
kawatnya (hardwire) serta pemeliharaan rutin maupun troubleshooting-nya. Setiap tipe sinyal
digital ini memiliki penyakelar digitalnya sendiri-sendiri, misalnya pada sinyal digital DS-1
pada 1,544 Mbps disebut DXC-1, DS-4 pada 274,176 Mbps disebut DXC-4. DXC 4/4 berarti
merupakan penghubung antar sesama jaringan pada pemultiplekan hirarki ke 4.

Tugas utama jaringannya adalah menyediakan trunk kapasitas besar antara sentralsentral telepon dengan DXC 4/4 untuk memungkinkan restorasi yang cepat terhadap koneksikoneksi jika sebuah simpul jatuh atau gagal berfungsi (mengalami gangguan). Dengan
menggunakan DXC 4/4 dan peralatan terminal jalur untuk n x STM-1 (n x 155 Mbps),
lebarpita yang paling kecil ditangani oleh jaringan transport, granularitasnya (salah satu
bagian kanal sebelum pemultiplekan) adalah STM-1 (ekivalen dengan kanal-kanal 63 x 2
Mbps atau 1890 x 64 kbps). Hirarki jaringan turun lebih bawah, DXC 4/1 (penghubung
hirarki ke 4 dengan hirarki ke 1) memecah lebarpita STM-1 menjadi level VC-12 (yang
membawa E1). Setiap VC-12 dapat dirutekan secara individual ke simpul DXC 4/1 lainnya
atau ke dalam jaringan akses.
Melalui suatu kombinasi DXC 4/4 dan 4/1, granularitas dari jaringan transport
menjadi E1 atau 2 Mbps (untuk Amerika T1 = 1,544Mbps). Sebuah DXC 4/1 digunakan
untuk menyediakan granularitas VC-12 (E1) di antara lapisan-lapisan transport dan lapisan
akses.
Jaringan akses SDH umumnya tersusun dalam ring-ring (bentuk-bentuk cincin) STM1. ADM 4/1 (Add and Drop Multiplexer) untuk mendemultiplek aliran STM-1 ke aliran E1,
atau memultiplek aliran E1 ke dalam aliran STM-1 (hirarki ke 4 dengan hirarki ke 1). Sedang
aliran-aliran E1 disediakan bagi para pengguna akhir melalui antarmuka standar G.703.
Mengacu pada gambar 5 tersebut, seperti telah disinggung di atas, jaringan SDH
dibagi menjadi dua lapisan (layer); lapisan transport dan lapisan akses. Lapisan transport

terdiri dari peralatan-peralatan DXC yang berlokasi di sentral-sentral telepon serta koneksikoneksi kapasitas tinggi di antara sentral-sentral telepon. Sedang lapisan akses terdiri dari
peralatan ADM yang berlokasi di sentral-sentral telepon atau kabinet-kabinet di jalanan, yang
merupakan penyedia lebarpita saluran bagi para pengguna akhir.

XI.

Implikasi Layanan

Untuk memaksimumkan keuntungan-keuntungan teknologi SDH yang dapat diraih,


sangatlah perlu untuk mempertimbangkan lapisan-lapisan yang berbeda yang ada dalam suatu
jaringan telekomunikasi. Ada dua lapisan jaringan layanan di atas jaringan transport
multiguna, yang mana SDH menyediakan suatu layanan transportasi aliran bit yang sifatnya
transparan. Artinya bahwa jaringan transport itu sendiri tidak menyadari isi dari payload yang
dibawa dari A ke B (sebagai contoh, apakah suatu jalur telekomunikasi sedang membawa
suara atau data).
Aplikasi-aplikasi pelanggan yang baru dan layanan-layanan dengan nilai tambah
muncul pada lapisan jaringan layanan pada level yang lebih tinggi dan dapat mengambil
bentuk yang sulit untuk diramalkan (seperti aplikasi-aplikasi multimedia). Bagian bawah dari
kedua lapisan layanan ini umumnya mencakup jaringan-jaringan layanan dasar dan jaringanjaringan overlay layanan khusus. jaringan-jaringan layanan-merupakan suatu area dari
evolusi yang lebih dapat diprediksi. Jaringan-jaringan layanan dasar mencakup aplikasiaplikasi suara, ISDN dan radio bergerak (mobile), seperti GSM, mengingat jaringan-jaringan
overlay untuk layanan-layanan khusus (sebagai contoh jalur sewa 64 kbps yang disediakan
untuk pelanggan-pelanggan kelompok perusahaan/industri). Pola-pola pertumbuhan lalu
lintas suara (telepon) umumnya stabil, tetapi layanan-layanan yang berkembang dengan pesat
seperti GSM dalam beberapa kasus mengharuskan pembangunan dari jaringan transport
overlay sepanjang maupun di atas jaringan multiguna. Dalam kondisi normal, karakteristik
yang memang sudah menjadi sifat dari suatu jaringan yang sudah ada seyogyanya harus
membuat overlay ini, yang sifatnya lebih merupakan suatu perkecualian daripada suatu
keharusan.
Ketika sebuah layanan baru diperkenalkan melalui area geografis yang luas, hal ini
tentunya tidak diperlukan untuk menggandakan jaringan-jaringan overlay untuk dirancang
dan diimplementasikan. Perencanaan jaringan yang tepat pada tingkat-tingkat awal dari suatu
proyek dapat menjamin bahwa jaringan transport multiguna dari awalnya akan dapat
menghubungkan sebagian besar pelanggan-pelanggan potensial.
Layanan-layanan barunya dapat juga dikaitkan dengan aplikasi-aplikasi jaringan
cerdas (IN; Intelligent Network), jaringan data atau jaringan bergerak (mobile). Tak seperti
lapisan-lapisan layanan, evolusi dari lapisan jaringan transport agak sulit diprediksi, tetapi
umumnya dapat dicirikan dengan kondisi pertumbuhan keseluruhan yang perlahan-lahan,
dengan fase yang bersifat periodik terhadap pertumbuhan yang cepat.

XII.

Kesimpulan
SDH memiliki prinsip pemultiplekan sinyal data yang sinkron dan sangat akurat.
Beberapa sinyal data dapat dimultiplek menjadi sinyal SDH yang memiliki kecepatan
lebih tinggi (direct syncronous multiplexing).
Dalam sistem PDH, perbedaan sebesar 50 bit pada kecepatan 2048 Mb/s adalah sesuatu
yang wajar karena PDH tidak menyinkronkan jaringan dalam arti sesungguhnya.
Peralatan SDH-based tidak bisa digunakan untuk jaringan individu yang diidentifikasikan
pada sirkuit layer dan path layer PDH; kecepatan primer dan / atau higher order
multiplexing PDH diperlukan untuk memudahkan hal ini.
Manajemen dan pemeliharaan jaringan yang menggunakan SDH sangat baik dan
fleksibel.
SDH mempunyai sifat Self healing, yaitu pencarian rute kembali (rerouting) tanpa
pemutusan layanan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Seiring dengan perkembangan lingkungan bisnis yang rumit dan lingkungannya yang
dinamis tuntutan terhadap pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi adalah sudah
menjadi kebutuhan perusahaan untuk memperoleh kemudahan-kemudahan.

- Penerapan system informasi dan komunikasi bertujuan agar dapat mudah dalam melakukan
proses dari input.Dengan demikian perusahaan akan semakin dapat bersaing karena
pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat dan akurat dibandingkan oleh pesaing.

3.2 Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau
negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan
saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
http://cireks.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org
http://lembagapendidikanmuzye.blogspot.com
http://syms89.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai