dokter spesialis tulang di rumah sakit swasta tersebut. Semua hasil tes darah
Adinda berada jauh di atas batas normal.
Di luar sepengetahuan Adinda, dokter tersebut ternyata melakukan tindakan
medis berupa rangkaian suntikan secara intra-articular atau intramuscular
injections dan infus Aclasta yang mengandung zat-zat dosis tinggi TCA
(Triamcinolone Acetonide) atau pengobatan steroid, obat anastesi lokal
Lidocaine dan pain killer Tramal.
Jenis steroid TCA ini berbeda dengan jenis steroid yang sering digunakan oleh
para atlit untuk doping atau dikenal dengan nama Anabolic Steroid.
Salah satu prestasi Adinda adalah menempatkan tim kuda "Equinara Zandor"
dengan rider Ferry Wahyu Hadiyanto pada rangking pertama di Liga Asia
Tenggara Rolex Show Jumping Ranking, dengan mengumpulkan poin tertinggi
19. Hal ini secara otomatis mengantarkan mereka sebagai tim Indonesia
pertama dalam sejarah equestrian Indonesia yang lolos sebagai finalis pada
ajang paling bergengsi Piala Dunia FEI Rolex World Cup 2013 di Swedia.
"Akibat dari adanya tindakan dokter itu Adinda telah mengalami kerugian
material dan imaterial. Yang terpenting, Adinda bersama tim Equestrian
Indonesia kehilangan kesempatan untuk mengibarkan Merah Putih di kancah
internasional," kata kuasa hukum Adinda, Susy Tan kepada wartawan usai
sidang.
"Pemberian obat yang dikatakan oleh dr. Guntur sebagai "Anti Inflamatory"
(anti pembengkakan atau peradangan yang disebabkan oleh patah tulang)
yang diberikan melalui 15 kali suntikan dalam 7 hari, ternyata mengandung
steroid dosis tinggi. Hal ini adalah penyebab dari berbagai efek samping
yang diderita Adinda yang pada akhirnya Adinda didiagnosa mengalami
Iatrogenic Cushing's Syndrom," tambahnya.
Kerugian imaterial yang dialami oleh Adinda diantaranya kehilangan
kesehatan, gagal tampil di kejuaraan internasional termasuk didalamnya
kehilangan kesempatan bagi atlet lain berlaga di event internasional. Sebab
Adinda Yuanita juga adalah pemilik kuda yang dipakai atlet equestrian
lainnya untuk mengikuti event Internasional.
"Bahwa ternyata Adinda tidak mengalami patah/retak 3 tulang rusuk dan
tulang ekor juga tidak menderita osteoporosis sehingga semestinya tidak
memerlukan tindakan medis seperti yang telah diberikan oleh dr. Guntur
yang dikatakannya sebagai "Anti Inflamatory" (suntikan) dan "Suplemen
Tulang" (infus)," ujarnya.
"Adinda sendiri tidak hadir dalam sidang pertama ini karena masih
mengalami shock akibat kejadian yang dialaminya," tandasnya. [Ant/IB/L-9]
http://sp.beritasatu.com/home/kasus-gugatan-malpraktek-atlet-adinda-kemeja-hijau/38989
Tidak hanya itu, dalam operasi Ilham tidak ditangani oleh dokter ahli,
melainkan hanya seorang assisten dokter bernama dr Fadil yang diketahui
merupakan kemanakan kadis Kesehatan Provinsi Sulsel Rachmat Latif.
Achmad kemudian diminta segera menandatangani surat persetujuan untuk
dilakukan operasi, karena menurut Fadil, urat syaraf di bagian betis Ilham
ada yang putus.
Dia menyayangkan adanya perlakuan dokter yang dinilai diskriminatif
terhadap pasien pengguna Jamkesda yang masuk dalam program kesehatan
gratis. apa gunanya kesehatan gratis kalau dokter tidak menaati.
Pemerintah sudah punya program bagus tapi petugas kesehatannya lalai,
jelas dia
Selama diopname satu bulan, setiap minggunya Ilham harus dioperasi atau
Ilham mengalami operasi selama empat kali selama di rawat di RS labuang
baji. Daging mati dan nanah yang terdapat di bekas operasi Ilham justru
dibersihkan setelah sampai ke rumah oleh perawat yang diambil oleh
Chandra.
Ilham kemudian dilarikan ke Wahidin dan akhirnya Ilham harus diamputasi.
Sampai hari ini Ilham masih menjalani perawatan di RS Wahidin.
Saya minta direktur Rumah Sakit mau mengevaluasi ini. Tenaga kesehatan
yang tidak benar tidak usah dipakai, katanya.
Selain ke MKDI lanjut Chandra, kasus Ilham juga telah dibawa ke Komnas
HAM, Komnas Perlindungan anak. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pusat dan
DPR RI. Chandra berjanji tidak akan berhenti memperjuangkan kasus ini
sampai anaknya mendapat keadilan.
Sementara itu, Direktur RS Labuang Baji, Enrico Marentek, mengatakan pada
dasarnya pihaknya ingin menjalankan pelayanan ke masyarakat. Karena itu,
pihaknya siap jika Chandra akan menggugat ke majelis kehormatan.
Kita juga sudah bentuk tim internal untuk mengevaluasi kinerja dokter yang
dianggap bertanggung jawab. Tim sementara bekerja sehingga hasilnya
belum bisa kami umumkan, katanya.
Penanggung jawab bagian ortopedi Dr Nasser mengatakan, Dr Fadil
menjalankan sudah sesuai protap. Residen memang diberi wewenang untuk
melakukan operasi karena RS Labuang Baji adalah RS jejaring pendidikan.
Dia sudah meminta supervisi dari saya melalui telepon sebagai atasannya
langsung. Dan dalam operasi ini kita tidak memerlukan dokter syaraf cukup
ortopedi, katanya.
Sementara itu Ketua Majelis Kehormatan Kedokteran Indonesia (MKKI) Sulsel
Prof Syarifuddin Wahid mengatakan, sesuai dengan UU tentang praktek
kedokteran pasien memang berhak untuk mengajukan keberatan kepada
MKKDI. Hanya saja di Sulsel belum ada, sehingga ini akan langsung diproses
ke pusat.
Majelis yang memutuskan, apakah dokter itu salah atau tidak. Karena
majelis ini dibentuk berdasarkan undang-undang, kata Dekan Fakultas
Kedokteran UMI ini.
(rsa)
http://daerah.sindonews.com/read/758594/25/pasien-cacat-dokter-digugat-dimajelis-kehormatan-1373273582/1
4. Kasus Malpraktek
Seorang warga di Tegal, Jawa Tengah tewas diduga akibat mal praktek saat
dirawat di rumah sakit. Korban diberi cairan infus yang sudah kadaluarsa
saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal sehingga
kondisinya terus memburuk dan akhirnya tewas. Sementara itu pihak Rumah
Sakit Mitra Siaga mengatakan, pemberian infus kadaluarsa tersebut bukan
merupakan kesengajaan.
Solihul, warga Surodadi, Tegal, Jawa Tengah meninggal Selasa (25/03/08)
kemarin, di Rumah Sakit Harapan Anda Tegal. Tangis keluarga korban pun tak
terbendung saat mengetahui korban sudah meninggal. Istri korban Eka
Susanti bahkan berkali-kali tak sadarkan diri. Salah satu keluarga korban
berteriak-teriak histeris sambil menunjukkan sisa infus kadaluarsa yang
diberikan ke korban saat menjalani perawatan di Rumah Sakit Mitra Siaga
Tegal Sabtu pekan lalu tempat sebelumnya korban dirawat.
Pada kemasan infus tertera tanggal kadaluarsa 14 Januari 2008. Keluarga
korban menuding pemberian infus kadaluarsa inilah yang menyebakan
korban meninggal. Pihak Rumah Sakit Mitra Siaga dinilai teledor karena
memberikan infus yang sudah kadaluarsa. Menurut keluarga korban, sejak
diberi infus kadaluarsa, kondisi korban terus memburuk. Korban yang
menderita gagal ginjal awalnya dirawat di Rumah Sakit Mitra Siaga Tegal
selama 10 hari. Karena tak kunjung sembuh, pihak keluarga kemudian
1. RS Anna Medika
RS Anna Medika merupakan RS milik swasta yang baru beroperasi penuh
sejak 16 September 2011, yang sebelumnya beroperasi dalam bentuk awal
RSIA sejak Februari 2010. RS Anna Medika merupakan salah satu RS Milik
Anna Group, yang sebelumnya telah mendirikan RSIA Anna. RS Anna Medika
terletak di Jl. Perjuangan, Harapan Baru, Bekasi Utara. Visi RS Anna Medika
adalah menjadi rumah sakit yang berkualitas dan terkemukan yang dapat
memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Sedangkan Misi RS Anna
Medika adalah rumah sakit yang mampu memenuhi kebutuhan dan
keinginan pasien, rumah sakit yang selalu memperhatikan kebutuhan dokter
dan karyawannya, dan rumah sakit yang mampu berkembang dan dapat
membukan cabang di tempat lain.
2. RS Surya Husadha
Penerapan Patient Safety di Rumah Sakit Umum Surya Husadha sudah
berlangsung sejak tahun 2006, tetapi baru berjalan secara maksimal dengan
pendataan yang baik sejak 2008, dibentuknya panitia Patient Safety dengan
SK Direktur, dengan keanggotaan perwakilan dari masing-masing unit di
Rumah Sakit.
Dengan adanya patient safety maka seluruh permasalahan yang berkaitan
dengan pelayanan medis disampaikan untuk mencari pemecahannya yang
dibahas secara bersama-sama dengan seluruh unit di rumah sakit. Dari
semua kasus patient safety ternyata kesalahan dalam pemberian obat ke
pasien meningkat cukup bermakna sebagai penyumbang patient safety,
yang mengakibatkan kejadian yang tidak diharapkan (KTD) maupun kejadian
nyaris cedera (KNC) sesuai dengan aturan dalam patient safety.
2008
33%
17%
21%
2009
17%
0%
10%
2010
10%
6%
3%
4%
0%
0%
0%
0%
25%
3%
10%
10%
7%
7%
37%
6%
0%
6%
6%
10%
50%
Sumber data: Kejadian KTD dan KNC di RSU Surya Husadha tahun 2008-2010
Supaya pelayanan perawat dan farmasi berkualitas dan berkurangnya KTD
dan KNC diharapkan bisa menerapkan 6 Benar dalam pemberian obat
kepada pasien. Namun seringkali dalam pelaksanaannya staf perawat dan
farmasi belum maksimal dalam melaksanakan tahapannya. Kelancaran
pelaksanaan 6 Benar ditentukan oleh kepatuhan perawat dan farmasi
sebagai tenaga profeisonal yang bekerja di rumah sakit selama 24 jam
secara terus menerus yang dibagi dlaam 3 shift, yaitu pagi, sore dan malam.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20313539-T31308-Faktor-faktor.pdf