Anda di halaman 1dari 49

MAHASISWA

KESEHATAN

HARUSTAHU!
BERPARTISIPASI DAN BERKOLABORASI
DALAM SISTEM PENDIDIKAN TINGGI
ILMU KESEHATAN

HPEQ Project-DIKTI
Center for Indonesian Medical Students Activities

Kementerian Pendidikan & Kebudayaan

MAHASISWA
KESEHATAN

HARUS TAHU!
Berpartisipasi dan Berkolaborasi
dalam Sistem Pendidikan Tinggi
Ilmu Kesehatan

2011

untuk mahasiswa,
untuk Indonesia

DEKLARASI
MAHASISWA

ILMU KESEHATAN INDONESIA TENTANG PERAN MAHASISWA


DALAM PENDIDIKAN ILMU KESEHATAN
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Dalam proses ini, masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Mahasiswa
sebagai peserta didik, yaitu anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran, juga memiliki
hak yang sama.
Kami, mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia, meyakini bahwa
kesuksesan sebuah sistem pendidikan dipengaruhi oleh peran mahasiswa
dan pendidik. Di samping peran utamanya sebagai penerima sistem
pendidikan, mahasiswa perlu didorong untuk berperan dalam proses
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Pemberdayaan
mahasiswa dengan melibatkan mahasiswa dalam pengambilan
keputusan meningkatkan kualitas pendidikan dan membangun rasa
tanggung jawab di dalam diri mahasiswa terhadap pendidikan mereka
sendiri.
Kami, mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia, menekankan
pentingnya pendekatan multidisiplin dalam advokasi mahasiswa ilmu
kesehatan Indonesia dalam bidang pendidikan ilmu kesehatan. Kolaborasi
antar disiplin ilmu kesehatan yang berkesinambungan dalam upaya
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, harus selalu menjadi
perhatian.
Dengan ini, kami, mahasiswa ilmu kesehatan Indonesia,
menghimbau setiap pihak yang menaruh perhatian dalam pendidikan
ilmu kesehatan di Indonesia untuk senantiasa dengan bijaksana
mendukung peran mahasiswa ilmu kesehatan dalam pengembangan
pendidikan ilmu kesehatan dengan tindakan-tindakan yang progresif di
tatanan lokal, nasional dan internasional, serta menjamin pengakuan dan
penghormatannya yang universal dan efektif.

daftar
isi
Bab 1

Sistem Pendidikan Tinggi Ilmu Kesehatan: Memangnya Itu Urusan


Saya?

Bab 2

Oke, Jadi Saya Diminta Berpartisipasi. Memangnya Siapa Saya?

Bab 3
Jadi, Kalau Saya Ingin Berpartisipasi, Apa yang Harus Saya Lakukan?

11

Bab 4
INTERPROFESSIONAL EDUCATION (IPE): Tidak lagi Lo, Gue, End!

21

Bab 5
Partisipasi, Kolaborasi, Pendidikan Tinggi Ilmu Kesehatan, HPEQ...Eh,
HPEQ Itu Apa, Ya?

29

Bab 6
Baiklaaaah, Apa yang Bisa Saya Lakukan......SEKARANG?

35

Bab 7
AKHIRNYA SELESAI JUGA! :D

Daftar Singkatan
Ucapan terima kasih
Referensi

38
41
42
43

Never believe that a few caring people can't change the world.
For, indeed, that's all who ever have.
-Margaret Mead

IPK

Ini tikus salah dikasih apa ya jadi pada mabok gini? Kayaknya
kita kurang praktikum deh...

1
2
3

Coming together is a beginning, staying together is progress,


and working together is success.
-Henry Ford

OKE,
JADI SAYA DIMINTA
BERPARTISIPASI
MEMANGNYA SIAPA SAYA ?
MEMANGNYA SIAPA SAYA ?

ungkin di antara temanteman sekalian ada yang memiliki


pengalaman serupa dengan Farrell,
yang selama ini bersikap apatis alias
tidak peduli terhadap sistem
pendidikan tinggi ilmu kesehatan.
Atau mungkin seperti Fitri dan
Mischka, yang sebetulnya sudah
cukup kritis akan masalah yang
terjadi dalam kegiatan belajar
mengajar di kampusnya, namun
merasa tidak berdaya dan akhirnya
memutuskan untuk tidak
melakukan apa pun. Pernah merasa
seperti itu?

Mahasiswa saat ini cenderung pasif? Hmmm, betul tidak ya...?


Sejak kecil sudah ditanamkan pada anak-anak Indonesia bahwa tugas utama
pelajar itu ya belajar. Apakah ada di antara teman-teman yang nasehat orangtuanya
berbunyi, Yang kritis di sekolah ya, Nak. Selalu berikan masukan yang membangun
untuk guru, kepala sekolah, menteri pendidikan, kalau perlu presiden sekalian,
tentang sistem belajar kalian di sekolah!?
Kalau ada yang orangtuanya berpesan demikian, tolong ajak mereka
bergabung di HPEQ Project ya! Jangan lupa sebelumnya daftarkan mereka ke
New7Wonders karena orangtua jenis itu bisa jadi lebih langka daripada komodo.

Jadi inilah masalahnya. Bukan rahasia lagi bahwa berpikir dan bertindak
kritis belum menjadi akar budaya bangsa kita. Hal itu tercermin dari proses belajar
mengajar dari bangku sekolah sampai pendidikan tinggi. Coba sekarang tanya pada,
diri sendiri, siapa yang kalau kuliah memilih
duduk di kursi belakang, kalau diberi
kesempatan bertanya diam, kalau diberi
pertanyaan juga diam? Nah, hal-hal kecil
seperti itulah yang tidak menunjukkan
keaktifan dalam kegiatan belajar mengajar.
Tidak heran jika peristiwa yang dialami
Farrell, Fitri, dan Mischka juga banyak
dialami oleh mahasiswa lain di negara ini.

Pendidikan tinggi ilmu kesehatan yang berkualitas pangkal sistem


pelayanan kesehatan berkualitas
Produk berkualitas sebuah proses pendidikan dilahirkan dari sistem
pendidikan yang tepat guna. Apa yang diajarkan di institusi pendidikan harus bisa
diaplikasikan di lapangan. Sistem pendidikan terus berkembang dan mengalami
perubahan seiring berjalannya waktu. Begitu juga dengan sistem pendidikan ilmu
kesehatan. Teknologi, pola penyakit, kebutuhan masyarakat, dan pengambilan
kebijakan adalah beberapa faktor yang memberikan pengaruh besar dalam
perubahan itu. Hal inilah yang membuat suatu sistem pendidikan memiliki 'tanggal
kadaluwarsa' alias tidak bisa dianggap sebagai sebuah patokan standar yang berlaku
sepanjang masa. Dengan kata lain, suatu sistem yang dianggap baik 10 tahun yang
lalu, bisa jadi mustahil diterapkan saat ini.
Pengambilan kebijakan terkait sistem pendidikan ilmu kesehatan bukanlah
hal yang mudah, bahkan bagi negara-negara maju sekalipun. Apalagi di Indonesia, di
mana hampir di setiap periode kepemimpinan, selalu ada pergantian metode
pembelajaran. Pemerintah dan institusi pendidikan tinggi ilmu kesehatan
sesungguhnya telah berupaya keras menyusun sistem pendidikan yang terbaik untuk
mencetak tenaga kesehatan yang berkualitas. Namun yang saat ini belum
dioptimalkan adalah umpan balik dan partisipasi dari peserta didik yang sebenarnya
termasuk komponen penentu keberhasilan suatu sistem pendidikan.
Hasil kajian tentang pola partisipasi mahasiswa dalam tata kelola sistem
pendidikan di Indonesia yang dilakukan mahasiswa yang tergabung dalam HPEQ
Project pada tahun 2011 mengungkapkan bahwa
tidak semua institusi mengikutsertakan
mahasiswa dalam proses perencanaan,
pengembangan, dan akreditasi institusi. Hal ini
cukup disayangkan karena seharusnya
mahasiswa sebagai peserta didik lebih dilibatkan
dalam kebijakan-kebijakan institusi.
Kurangnya keikutsertaan mahasiswa ini
seharusnya disikapi dengan baik oleh kita semua,
Saatnya kita bersama-sama lebih berinisiatif
untuk berpartisipasi dalam penataan pendidikan
yang kita ikuti

Sebenarnya, di mana sih posisi mahasiswa?


Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan.
(UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 6)
Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi
(UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 8)

Dari dua pasal di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa, yang


merupakan bagian dari masyarakat, wajib dan berhak ikut serta dalam penentuan
kebijakan sistem pendidikan.
Nah, apa yang akan terjadi jika terhadap setiap kebijakan yang disusun kita
hanya bisa diam dan tidak memberikan respon bahkan meskipun kita menemukan
ketidakpuasan atau ketidakcocokan di dalamnya? Di mana tanggung jawab kita
terhadap pendidikan dan status mahasiswa yang kita sandang ini? Kita mahasiswa
dikenal dengan pemikiran kritisnya; sudah saatnya kita bersama-sama mendukung
keberlangsungan sistem pendidikan kesehatan dengan menyalurkan aspirasi yang
membangun.
Dwiprahasto (2010) dalam Indonesian Health Professional Student Summit
memaparkan bahwa mahasiswa harus berperan aktif, aktif sebagai subjek dalam
menentukan kurikulum. Mahasiswa perlu berubah, dari reaktif menjadi responsif.
Jika tidak merasa nyaman dengan kurikulum maka berikan solusi. Mahasiswa juga
harus menjadi motor penggerak, karena perubahan bisa dilakukan jika ada
kepedulian dan keinginan untuk mengubah kurikulum agar dapat diterima dan
diterapkan semua pihak. Lebih dari itu, sejatinya mahasiswa dapat berperan sebagai
public pressure yang mengerti isu dan ikut beperan dalam pengambilan keputusan.
Partisipasi juga mengandung arti sebagai sebuah kolusi, penggabungan kekuatan
berbagai pihak yang memiliki minat yang sama, dalam hal ini bahu membahu antar
mahasiswa profesi kesehatan menuju sistem pendidikan yang terintegrasi. Kolusi
yang tidak kalah penting tentu sinergi antara harapan mahasiswa dengan pemangku
kepentingan terkait.

Hasil Deklarasi Mahasiswa: Saatnya Kita Berperan


Bersyukurlah kita bahwa masih banyak mahasiswa ilmu kesehatan
Indonesia yang memiliki pemikiran yang lebih kritis dan kemauan bertindak yang
lebih aktif dibanding Farrell, Fitri, dan Mischka.

Nah ini dia hari bersejarahnya!

Berangkat dari kesadaran akan pentingnya partisipasi mahasiswa, pada


Indonesian Health Professional Student Summit tanggal 19 November 2010 silam, 8
organisasi mahasiswa dari 7 profesi kesehatan yaitu Center for Indonesian Medical
Students' Activities (CIMSA), Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI),
Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI), Persatuan Senat
Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI), Ikatan Mahasiswa Kebidanan
Indonesia (IKAMABI), Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia
(ISMAFARSI), Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia (ISMKMI),
dan Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Gizi Indonesia (ILMAGI) merumuskan sebuah
deklarasi tentang pentingnya peran mereka selaku calon pemimpin masa depan
untuk ikut terlibat aktif dalam pembuatan kebijakan terkait sistem pendidikan di
institusinya masing-masing serta bentuk kerja sama yang terjalin dengan baik antar
profesi yang satu dengan lainnya.

Partisipasi Mahasiswa di Luar Negeri?


Keberhasilan Finlandia sebagai negara maju dalam dunia
pendidikan tidak terlepas dari partisipasi mahasiswanya. Finlandia lebih
menekankan universitas sebagai komuntas ilmiah yang menekankan konsep
partnership dengan mahasiswanya daripada sebuah sekolah yang terkesan
kaku. Posisi mahasiswa dalam sistem pendidikan adalah sebagai full
participation.
Mahasiswa dari berbagai universitas di Finlandia mengembangkan
sendiri sistem feedback dalam pendidikannya. Contohnya yaitu University of
Oulu dengan mahasiswanya yang setiap tahun rutin mengadakan pertemuan
informal untuk mengumpulkan pendapat & kritik para mahasiswa tentang
sistem pembelajaran yang ada. Opini yang terkumpul kemudian diolah dan
dilanjutkan diskusi problem-solving oriented bersama dengan para staf
pendidik. Selain itu, terdapat tim pengembang pembelajaran dalam setiap
jurusan yang setengahnya adalah mahasiswa (4-5 orang), bahkan terdapat
beberapa tim yang ketuanya adalah mahasiswa itu sendiri. (ENQA workshop
report, 2006)

10

If you want happiness for a lifetime - help the next generation.


-Chinese proverbs

JADI,
KALAU SAYA INGIN
BERPARTISIPASI

APA YANG HARUS SAYA LAKUKAN ?

elamat! Jika sudah sampai


bab ini, artinya teman-teman sudah
selangkah lebih maju dari Farrell.
Teman-teman sudah memahami
pentingnya partisipasi mahasiswa
dalam pengambilan kebijakan
sistem pendidikan. Sekarang mari
kita ajak Mischka dan Fitri untuk
ikut membaca bagian ini supaya
mereka tahu apa yang seharusnya
mereka lakukan untuk berADVOKASI.

12

ADVOKASI? Errrrr, kedengarannya berat...

Advokasi secara harfiah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti


pembelaan. Pengertian lainnya adalah penyampaian pendapat yang bertujuan
untuk membentuk persepsi publik demi mencapai suatu perubahan. Dalam
konteks ini, advokasi dapat ditafsirkan sebagai suatu jalur penyampaian aspirasi
ADVOKASI?
Errrrr, yang
kedengarannya
untuk lebih direspons
oleh publik
dalam hal berat...
ini adalah stakeholder
(pemangku kepentingan) lain di bidang pendidikan.

13

Advokasi = the art of (beneficial) 'ngemeng' ?


Belajar yang rajin biar cepat lulus. Jangan kebanyakan demo di jalan,
bikin macet!, begitu kata orang. Mahasiswa memang sejak lama dikenal dengan
aksi demonstrasinya. Walaupun banyak aksi demonstrasi diidentikkan dengan
gerakan anarkis dan sporadis, tapi sebetulnya demonstrasi yang terorganisir dan
dilakukan dengan beradab juga adalah bagian dari advokasi. Akan tetapi, di sini kita
akan lebih membahas bentuk-bentuk advokasi lainnya.
Advokasi sendiri erat kaitannya dengan komunikasi. Namun komunikasi
yang dimaksud bukan sekedar cuap-cuap tanpa tujuan alias pointless talk alias
'ngemeng'. Komunikasi yang dilakukan dalam advokasi harus memiliki tujuan yang
jelas dan disampaikan dengan cara yang tepat. Berbagai bentuk advokasi yang
dapat dilakukan mahasiswa antara lain audiensi, presentasi/mengemukakan
pendapat, diskusi, dan negosiasi. Lalu, apa saja langkah yang harus dilakukan
dalam melakukan advokasi?

13

Pemikiran kritis, pandangan luas, dan komitmen tinggi


Itulah 3 hal mendasar yang paling dibutuhkan dalam melakukan
advokasi. Dalam partisipasi pengambilan kebijakan sistem pendidikan, setidaknya
mahasiswa akan bertemu dengan:
Pihak institusi: misalnya dosen serta jajaran pimpinan fakultas dan
1universitas
Pemerintah: misalnya pejabat kementerian kesehatan dan kementerian

2pendidikan atau konsil himpunan profesi

Dalam dunia pendidikan, mereka adalah orang tua kita. Secara


mayoritas umur dan pengalaman, posisi mahasiswa kalah jauh dibandingkan
pihak-pihak ini. Pendekatan terhadap orang yang dituakan tentu berbeda dengan
teman-teman sebaya. Adat ketimuran memang membuat kita harus lebih
menjaga sikap dan sopan santun, tapi tidak berarti lantas kita harus mengikuti
semua yang orang tua kita katakan tanpa berpikir kritis.
Komitmen yang tinggi sangat dibutuhkan karena untuk melakukan suatu
proses advokasi, mau tidak mau kita harus menyisihkan waktu belajar, waktu
istirahat, dan waktu luang kita. Bagi banyak orang, hal ini merupakan sebuah
pengorbanan, dan dengan kesibukan kuliah yang begitu padat, tidak semua
mahasiswa rela melakukannya. Oleh karena itu saat kita memutuskan untuk
melakukan ini, pastikan kita memiliki komitmen yang kuat agar setiap langkah
tidak dijalankan setengah-setengah

Saya sudah punya bekal itu. Lalu apa selanjutnya?


Mulai dari diri sendiri. Kalau kita sudah siap tapi masih menunggu orang
1 lain
melakukannya, kapan perubahan akan dimulai?
Pahami benar permasalahan yang tengah terjadi. Pemahaman yang
2salah
hanya akan membawa petaka. Bisa-bisa oleh pemangku
kepentingan kita dianggap sok tahu tapi tidak mengerti apa-apa. Ujungujungnya, proses advokasi kita dianggap angin lalu saja.
Sebagai langkah awal, kita dapat lebih banyak terlibat dalam kegiatan
mahasiswa di kampus, misalnya menghadiri forum mahasiswa, mencari tahu
tentang organisasi kampus serta kebijakan-kebijakan kampus. Guna menggali
permasalahan lebih dalam, kita dapat melakukan riset sederhana atau survei

14

pendahuluan untuk menambah


referensi. Dalam mencari informasi,
sebaiknya kita bersifat proaktif
karena pihak pemangku
kepentingan sering kurang terbuka
d a l a m s o s i a l i s a s i b e b e ra p a
informasi kepada mahasiswa.
Hindari berargumen berdasarkan
kata orang. Selalu gunakan
sumber informasi yang sah dan
dapat dipercaya. Biasanya sumber
ini tertulis hitam di atas putih,
misalnya buku peraturan
mahasiswa, pedoman kurikulum,
maupun hasil-hasil riset yang sudah
dipublikasikan.

Ketika hendak
melakukan advokasi
mengenai urgensi
adanya RS
pendidikan khusus
bagi keperawatan,
ILMIKI melakukan
survei di tingkat
institusi. Hal ini
ternyata lebih
berdampak positif
bagi penerimaan
aspirasi oleh
pemangku
kepentingan lain

Salah satu materi tentang dasar-dasar pendidikan tinggi ilmu kesehatan dapat
kalian pelajari di e-book yang disediakan oleh HPEQ Project. E-book tersebut dapat
diunduh secara gratis dari website HPEQ. Mau tahu websitenya? Baca terus buku ini
ya... ;)
Begitu pentingnya hal ini, sampai-sampai sebuah acara di stasiun
3 TVGAUL!
swasta memasukkan gaul ke dalam motto mereka tepat setelah kata
peace dan love. Selain bergabung dengan orang lain atau organisasi
yang memiliki kesamaan visi, kita juga perlu menjalin hubungan yang baik
dengan para orang tua kita. Proses advokasi mustahil bisa dilakukan
tanpa kerja sama yang tepat.
Belajar dari advokasi-advokasi yang pernah dilakukan sebelumnya. Kita
4harus
mengetahui sejauh mana advokasi terhadap tema/masalah yang
kita usung ini telah dilakukan. Ada banyak hal yang dapat dilakukan
misalnya bertanya kepada senior/ alumni yang pernah melakukan
advokasi sejenis, bagaimana kendalanya, apa tipsnya. Hal ini penting
untuk menghindarkan kita dari kesalahan yang sama.
Pasang target! Seorang pemanah pastinya tidak bisa dibilang hebat kalau
5kerjanya
hanya melesatkan anak panah ke lapangan kosong tanpa ada
sasaran tembak. Untuk itulah, kita harus menentukan tujuan dan
indikator keberhasilan kita sebelum mulai bekerja. Tujuan dan indikator
yang jelas akan membantu kita mengetahui tingkat keberhasilan kita dan
sejauh mana kita telah berjuang

15

Tentukan dan analisis sasaran dan pihak-pihak terkait (stakeholder). Kita


6 harus
mengenali bagaimana karakter pihak-pihak sasaran advokasi antara
lain stakeholder di bidang pendidikan profesi kesehatan. Hal yang dianalisis
misal bagaimana posisi kita di depan mereka, serta apa yang dapat dilakukan
untuk dapat masuk ke dalam circle of power mereka. Hubungan antar
stakeholder juga perlu dianalisis, mana yang berpotensi mendukung atau
menghambat advokasi.
Merencanakan semua yang matang. Identifikasi masalah, penentuan
7 target,
analisa sumber daya, perancangan strategi, membagi peran dan
tanggung jawab. Setiap rencana advokasi hendaknya melalui proses analisa
SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat). Dengan hal ini, kita
mampu menetapkan beberapa alternatif strategi serta melakukan antisipasi
terhadap segala hal yang mungkin akan terjadi.

Bisa Ditiru, Nih!


Advokasi mahasiswa kebidanan Universitas Sebelas
Maret (UNS) untuk memiliki perpustakaan yang lebih lengkap
adalah salah satu contoh yang patut ditiru. Sebelum berpendapat,
mereka mengkaji terlebih dulu, apabila nanti perpustakaan itu
didirikan, apakah mahasiswa akan benar-benar
memanfaatkannya? Selain itu, dilampirkan juga manfaat
perpustakaan bagi mahasiswa maupun institusi, misalnya
meningkatkan penilaian dalam akreditasi dan kualitas institusi.
Akhirnya, pihak kampus pun menyetujui pendirian perpustakaan
tersebut dan bahkan membagikan formulir mengenai buku yang
dibutuhkan mahasiswa.

Susunlah pesan-pesan advokasi yang jelas. Tidak harus berupa kata-kata


8 indah
dan rumit, yang penting pesan dalam advokasi harus mampu
mengkomunikasikan apa yang ingin kita sampaikan.Mulailah dari yang
umum ke yang khusus, dari yang sederhana ke yang kompleks, dan berikan
penegasan dalam setiap pesan yang disampaikan agar mampu memiliki
potensi pengaruh yang besar.
Satu hal yang penting
sebelum merumuskan
pesan advokasi adalah
i nt ro s p e ks i
te r h a d a p
kondisi kita dan temanteman mahasiswa lain:
Apakah pesan-pesan
advokasi yang diajukan itu
memang sudah sesuai
dengan yang dibutuhkan?

16

Pesan advokasi yang baik adalah yang tidak sekedar


menuntut/meminta tapi juga memberikan solusi. Lebih baik lagi jika
dalam solusi yang ditawarkan, kita lampirkan apa saja manfaat yang
dapat diperoleh dari advokasi ini bagi pihak institusi/ pengambil
kebijakan
Susun taktik 'perang'. Strategi yang dirancang dapat berdasar pada
9 apa
yang telah kita susun di poin-poin sebelumnya. Selain itu,
pertimbangkan juga pengaruh birokrasi, bagaimana strategi yang baik
dan sesuai untuk menghadapi birokrasi yang ada.
Bagi-bagi peran dan tanggung jawab. Walaupun advokasi identik
10 dengan
komunikasi, advokasi bukan hanya bisa dilakukan oleh
mereka yang pandai bicara atau berpengalaman dalam public
speaking. Terjemahkan rencana strategis yang telah disusun ke dalam
pembagian peran dan tanggung jawab.
Not everyone has to go on stage and do the talk. Pekerjaan di balik
layar seperti penyusunan strategi, pembuatan riset, pencarian data,
pengelolaan media informasi, pengumpulan dana, bahkan sampai ke
kegiatan adminisitratif seperti pencatatan biaya, dan pencetakan
bahan rapat adalah bagian dari advokasi. Semua orang bisa berperan
sesuai kapasitasnya masing-masing.
Timing. Pertimbangkan waktu dan kondisi. Karena advokasi sebagus
11apapun
akan kurang sukses jika dilakukan dalam timing yang tepat
misalnya saat pihak pengambil kebijakan sedang disibukkan dengan
urusan lainnya, atau ada isu lain yang sedang lebih gencar untuk
dibahas.
Camera, light.., ACTION! Setelah perencanaan matang telah kita
12 buat,
tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan selain melakukannya!
Dalam advokasi, tidak dikenal adanya takut melangkah. Kita hanya
boleh ragu melangkah jika perencanaan yang kita susun belum cukup
matang.
Follow up! Masalah klasik yang banyak terjadi setelah advokasi
13dilakukan
adalah kurangnya follow up. Salah satu yang kurang
ditindaklanjuti adalah saat advokasi dianggap menemui kegagalan.
Kondisi yang banyak terjadi adalah terhentinya upaya opinion
channeling. Padahal kegagalan seharusnya dievaluasi bersama

17

sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun advokasi selanjutnya. Bisa


jadi, advokasi tersebut bukan gagal, melainkan prosesnya menuju
keberhasilan belum selesai. Ingat, advokasi yang baik adalah advokasi yang
bertahap. Kenyataan yang terjadi pun sangat sedikit advokasi yang bisa
langsung sukses hanya dalam satu tahapan.
Membangun advokasi yang berkelanjutan. Maksudnya adalah jangan
14 sampai
advokasi hanya dilakukan oleh pihak tertentu dalam waktu yang
terbatas kemudian hilang begitu saja tanpa bekas. Mahasiswa tidak
selamanya ada di lingkungan kampus, kecuali kita berambisi meraih gelar
mahasiswa abadi. Itulah pentingnya sosialisasi kegiatan advokasi yang kita
lakukan kepada generasi penerus, yaitu adik kelas.
Kita yang telah lulus dari masa studi (menjadi alumni) pun masih bisa
berkontribusi dalam advokasi. Apalagi jika bekerja dekat dengan para
pemangku kepentingan dimana informasi dapat lebih mudah diperoleh.
Semakin baik lagi jika ada ikatan alumni yang mampu berkontribusi dalam
memberikan dukungan bagi perkembangan pendidikan profesi di
institusinya.
Berdoa dan jangan sedih kalau gagal. Advokasi bukan hal yang mudah. Kita
15 harus
tetap bangga pada diri kita sendiri. Setidaknya kita sudah mencoba.
Menjadi tidak apatis terhadap sistem pendidikan ilmu kesehatan
sesungguhnya sudah menjadi sebuah prestasi tersendiri.
Nah sebagai contoh, inilah yang seharusnya dilakukan Farrell semasa koass!
Seandainya Farrell sudah menyadari hal ini selagi dia masih di bangku kuliah,
barangkali keadaannya akan berbeda. Mungkin dulu dia bisa:

Lebih proaktif. Buku daftar kompetensi dokter sudah disediakan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI). Akan tetapi, memang cukup banyak mahasiswa
kedokteran yang baru menyadari keberadaan buku itu di tengah-tengah masa kuliah
kliniknya, bahkan menjelang ujian kompetensi dokter. Idealnya, Farrell sudah
membaca buku itu di awal kuliahnya, sehingga dia tahu mana kasus-kasus yang
seharusnya dia pelajari lebih dalam semasa kuliah.

Berbicara dengan dosen pembimbing. Farrell perlu memilih dosen yang


komunikatif, punya kepedulian besar terhadap mahasiswa, dan yang terpenting,
dosen itu punya waktu untuk diajak berdiskusi. Akan lebih baik lagi jika dosen itu punya

18

pengaruh kuat di kelompok pengambil kebijakan. Namun jika tidak, setidaknya


dosen itu dapat menjadi pintu gerbang untuk lebih mengenal jajaran petinggi
fakultas.

Mengumpulkan feedback dari teman-teman yang merasakan masalah


serupa terkait sistem belajar mengajar. Misalnya membuat survei kecil-kecilan
terhadap mahasiswa seluruh angkatannya tentang efektivitas jaga malam. Hal ini
bisa dilakukan dengan meminta bantuan pengurus kelas seperti ketua angkatan atau
ketua senat tingkat. Jadi ketika Farrell punya kesempatan untuk menyampaikan
aspirasi di depan pihak fakultas, dia bisa menyampaikan data yang representatif dan
tidak bersumber dari opini subyektif segelintir individu saja.

Merumuskan masalah sambil menawarkan solusi. Contoh masalah:


ternyata banyak mahasiswa merasa sistem jaga malam tidak efektif karena
mahasiswa menjadi mengantuk keesokan harinya. Selain itu, waktu jaga malam
mereka lebih banyak dipakai untuk memeriksa tanda vital dan memantau urin.
Contoh tawaran solusi: mengatur jadwal jaga menjadi lebih pendek namun lebih
sering sehingga mahasiswa punya waktu untuk istirahat rutin.

Membina hubungan baik dengan dosen. Mahasiswa yang banyak omong


tapi prestasi akademisnya buruk akan sulit mendapatkan simpati pihak fakultas. Di
sini Farrell sudah memiliki potensi sebagai mahasiswa yang simpatik, dia hanya
perlu mengembangkan kesempatan itu.

1
2

19

Menjalin hubungan baik dengan adik-adik kelas di


almamaternya. Sebagai alumnus, tentu Farrell sudah pernah
merasakan asam garam pendidikan yang juniornya belum alami.
Jadi dia bisa membimbing generasi penerus untuk lebih proaktif
terhadap pendidikan.
Menulis surat atau membantu berbicara kepada pihak fakultas.
Salah satu beban mahasiswa saat mencoba menyampaikan
pendapat dengan orang tua di kampus adalah kekhawatiran jika
proses advokasi itu berujung konflik, hal itu akan
mempengaruhi hubungan dengan pihak institusi yang nantinya
akan berimbas pada nilai akademis mereka. Bagi alumni, hal itu
bukan hambatan. Mereka lebih punya kemerdekaan untuk
menyampaikan pendapat

Tindakan-tindakan yang sebaiknya dihindari...

1
2
3
4
5

Memprovokasi publik dengan emosi dan amarah. Tindakan seperti ini bukan winwin solution dan justru dapat menjadi bumerang.

Menumpahkan amarah melalui media sosial. Hati-hati kalau ngoceh di twitter


atau facebook, apalagi surat pembaca di koran. Sebisa mungkin masalah
diselesaikan secara internal tanpa melibatkan pihak luar.

Menulis surat kaleng. Langkah ini tidak ksatria, tidak dewasa, dan tidak bisa
ditindaklanjuti karena tidak jelas mewakili siapa.

Membuat data yang tidak benar untuk mendukung ide. Misalnya menyebarkan
fitnah berdasarkan asumsi atau pendapat subyektif seseorang atau kelompok
tanpa melakukan riset.

Berdebat dengan dosen dengan kata-kata kasar. Mungkin di negara barat lazim
kita lihat anak muda mampu berdebat dengan orang yang dituakan tanpa ada
kecanggungan faktor usia. Namun dengan adat ketimuran yang begitu kental di
Indonesia, ketika berdiskusi dengan para orang tua, sebisa mungkin atur emosi
serta gunakan kata-kata yang santun dan bermartabat

Mengedepankan ego profesi hingga menimbulkan perpecahan di antara


mahasiswa. Kadang sulit menyamakan pendapat di kalangan mahasiswa.
Perbedaan sudut pandang dan latar belakang profesi melahirkan pola pikir yang
bervariasi. Dan itu tidak apa-apa! Jika tidak mungkin mengambil jalan tengah, yang
penting jangan sampai ada sikap saling melecehkan dan memusuhi. Hargai
pendapat masing-masing tanpa harus berselisih.

Memukul dosen, menyantet dekan, dan membakar gedung rektorat. Ya ini sih
jelas keterlaluan, nenek-nenek hamil juga tahu..

20

Lima jari tangan memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.


Semuanya memiliki fungsi masing-masing
dan saling melengkapi satu sama lain.
-Arsitawati P. Rahardjo

-Carol A. Aschenbrener, M.D.


Executive Vice President
Association of American Medical Colleges

INTERPROFESSIONAL
EDUCATION
(IPE):
TIDAK LAGI : LO
TIDAK
LO,,GUE
GUE, ,END!
END!

aya pernah salah


menerima terapi karena
miskomunikasi antar dokter,
perawat, dan apotekernya. Ny.
Maryati Mercedes (masih bukan
nama sebenarnya), 30, pasien.

Banyak orang tidak tahu apa


bedanya nutritionist dengan
dietitian. Bahkan rekan-rekan kami
sesama profesi kesehatan. Mas
Boy (tentu saja bukan nama
sebenarnya juga), 23, mahasiswa
ilmu gizi semester 7.

22

2
23

terfragmentasi pada akhirnya tidak mampu mencapai kebutuhan kesehatan


di negara itu sendiri. Hal ini kemudian disadari karena permasalahan
kesehatan sebenarnya menyangkut banyak aspek dalam kehidupan, dan
untuk dapat memecahkan satu persatu permasalahan tersebut atau untuk
meningkatkan kualitas kesehatan itu sendiri, tidak bisa dilakukan hanya
dengan sistem uniprofesional. Kontribusi berbagai disiplin ilmu ternyata
memberi dampak positif dalam penyelesaian berbagai masalah kesehatan.

3 Apa Manfaat IPE untuk Perkembangan Dunia Kesehatan?

Building a regional network to support interprofessional collaboration not


only ensured there was no competition for funding between projects, it also made it
possible for all interprofessional projects to share best practices, challenges and
opportunities.
Regional Health Leader (WHO, 2010).

Dalam dunia pendidikan tinggi di bidang kesehatan, IPE akan


membantu mempersiapkan mahasiswa profesi kesehatan untuk nantinya
mampu terlibat dan berkontribusi aktif positif dalam collaborative practice,
seperti yang digambarkan dalam bagan berikut:

24

Dalam gambar di atas dapat dilihat bagaimana IPE memegang


peranan penting yaitu sebagai jembatan agar di suatu negara sistem
collaborative practice dapat dilaksanakan. Dalam IPE, mahasiswa akan
terlatih untuk ambil bagian di dalam sebuah tim, bagaimana bisa
berkontribusi, mendengar pendapat, dan berdiskusi demi sebuah tujuan,
bukan hanya dengan mahasiswa jurusan yang sama tetapi juga dengan
mahasiswa program kesehatan yang lain.
WHO di dalam Framework of Action on Interprofessional Education
and Collaborative Practice menyajikan hasil penelitian di 42 negara tentang
dampak dari diaplikasikannya collaborative practice dalam dunia kesehatan.
Hasil dari penelitian ini ternyata sangat menjanjikan bukan hanya bagi negara
terkait namun juga bila digunakan di negara-negara lain.
Melalui riset tersebut, collaborative practice dapat meningkatkan:
Akses kepada serta koordinasi layanan kesehatan
Penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai
Outcome kesehatan bagi pasien penyakit kronis
Pelayanan serta keselamatan pasien
Di samping itu, collaborative practice dapat menurunkan:
Total komplikasi yang dialami pasien
Jangka waktu rawat inap
Ketegangan dan konflik di antara pemberi layanan (caregivers)
Staff turnover
Biaya rumah sakit
Rata-rata clinical error
Rata-rata jumlah kematian pasien
Bagi seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan profesi
kesehatan, untuk nantinya mampu berkontribusi di dalam pemecahan
masalah tentang kesehatan, maka sejak awal mereka harus mampu
memahami konsep interprofessional education. Bila mereka sudah mampu
bekerja secara interprofessional, maka mereka sudah siap untuk nantinya
saat lulus dan memasuki dunia kerja untuk masuk ke dalam tim collaborative
practice. Di sana akan terjadi komunikasi, tukar menukar pemikiran, proses
belajar, sampai kemudian menemukan sesuatu yang bermanfaat antar para
pekerja profesi kesehatan yang berbeda dalam rangka penyelesaian suatu
masalah atau untuk peningkatan kualitas kesehatan.

25

Ini Keren, Deh!


University of Western Ontario menjadi salah satu institusi yang
menyadari peran IPE dalam perkembangan pendidikan profesi kesehatan.
Hal ini dibuktikannya dengan membuat website Office of Interprofessiobal
Education and Research (http://www.ipe.uwo.ca/). Di sana, mahasiswa
dari jurusan-jurusan kesehatan dapat bersimulasi untuk menyelesaikan
kasus-kasus yang ada. Hal ini dilakukan juga oleh University of Toronto,
University of Minnesota, dan institusi pendidikan lainnya di seluruh dunia.

Bagaimana Konsep IPE Berkembang di Indonesia?


Sebagai suatu model pembelajaran baru yang banyak
didengungkan di tingkat internasional, IPE juga telah mulai dikenal di
Indonesia. Ini terbukti dari keterlibatan Indonesia sebagai partner dalam
Kobe University Interprofessional Education for Collaborating Working
Center (KIPEC). Beberapa pihak baik personal maupun institusional telah
menyadari bahwa IPE merupakan model pembelajaran baru yang
menjanjikan, secara khusus dalam dunia kesehatan. Saat ini sistem yang
berlaku di Indonesia masih terfragmentasi, sementara penerapan IPE
menuntut sebuah sistem yang terintegrasi. Oleh karena itu, bila IPE akan
diterapkan sebagai sebuah standar pendidikan yang berlaku secara nasional,
harus ada kebijakan-kebijakan baru yang diterapkan dalam dunia pendidikan
profesi kesehatan.
Setiap negara memiliki sistem kesehatan yang berbeda-beda.
Untuk dapat menerapkan IPE di suatu negara, perlu dicari mekanisme yang
paling sesuai untuk diberlakukan di negara tersebut. Hal ini akan menjadi
tantangan bagi semua pihak yang terlibat, yaitu para pembuat kebijakan
sampai kepada para peserta didik sendiri. WHO mengemukakan pada intinya
penerapan IPE dalam suatu negara dapat dilakukan melalui dua mekanisme,
yaitu educator mechanism dan curricula mechanism.
Dalam mekanisme edukator, beberapa hal yang diperlukan adalah:

a. Kebijakan institusional yang mendukung


b. Komunikasi yang baik antar para peserta
c. Antusiasme untuk mewujudkan IPE
d. Berbagi visi dan memahami manfaat dari memperkenalkan kurikulum baru
Orang yang bertanggung jawab sebagai koordinator aktivitas pendidikan dan
mengidentifikasi barrier atau halangan dalam proses dijalankannya IPE.

26

a.
b.
c.

27

28

Education is a slow-moving but powerful force.


-William Fulbright

PARTISIPASI,
KOLABORASI,
PENDIDIKAN TINGGI
ILMU
KESEHATAN,
HPEQ...EH, HPEQ ITU APA YA?

ari tadi sepertinya HPEQ Project


disebut-sebut terus. Tapi sebenarnya,
saya belum terlalu familiar deh dengan
HPEQ Project itu... Hamba Allah, 20
tahun, murni tokoh fiktif.

30

Health Professional Education Quality (HPEQ) Project adalah program


Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud RI) yang pendanaannya didukung
oleh Bank Dunia (World Bank). Program ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas layanan kesehatan Indonesia melalui peningkatan kualitas institusi
pendidikan tinggi bidang kesehatan dan lulusannya, yang nantinya akan menjadi
tenaga kesehatan strategis. Proyek HPEQ atau HPEQ Project dibentuk sejak akhir
2009 dan direncanakan berakhir pada bulan Desember 2014.
Dalam pelaksanaan kegiatannya, HPEQ Project melibatkan berbagai
pemangku kepentingan yang bertanggung jawab atas perbaikan sistem
pelayanan kesehatan di negeri ini. Mereka adalah pemerintah sebagai pembuat
kebijakan, institusi pendidikan sebagai produsen, serta peserta didik atau
mahasiswa ilmu kesehatan sebagai konsumen utama dalam sistem pendidikan
kesehatan yang diharapkan dapat memberi pelayanan prima kepada
masyarakat.
Untuk mencapai tujuannya, HPEQ Project memiliki 3 komponen; yaitu
Component 1: Strengthening Policies and Procedures for School Accreditation,
Component 2: Certification of Graduates Using a National Competency-based
Examination, dan
Component 3: Results based Financial Assistance Package (FAP) for Medical
Schools.
Keterkaitan ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini.

Masalah : tuntutan masyarakat akan tingginya kebutuhan pelayanan kesehatan


Fakta:
Munculnya sekolah-sekolah
tinggi ilmu kesehatan baru
(terutama dari sektor swasta)

Fakta:
Peningkatan jumlah
tenaga kelulusan

31

Perlu diingat, program yang dilaksanakan oleh tiga komponen HPEQ


Project bukan sekedar program dengan dana bantuan luar negeri yang akan
lenyap ketika proyek berakhir dan hanya meninggalkan beban hutang untuk anak,
cucu atau cicit kita, lho! Program-program tersebut pada dasarnya sejalan dengan
program nasional yang diamanahkan oleh Kemdikbud; yaitu mengurangi bahkan
menghilangkan disparitas kualitas institusi pendidikan dan lulusannya, melalui
perbaikan sistem akreditasi, sistem uji kompetensi dan sertifikasi, serta kemitraan
atau pembinaan dari institusi yang sudah well-established kepada institusi yang
masih baru tumbuh dan sedang berkembang. Naah, tantangannya adalah
bagaimana kita semua dapat memanfaatkan fasilitas ini untuk mengembangkan
program-program yang inovatif dan pastinya bermanfaat bagi nusa dan bangsa.
Inilah saatnya membuktikan bagaimana peran mahasiswa sebagai agent of
change dapat berkontribusi untuk mensukseskan dan menjaga sustainability dari
program inilet's prove it guys !!
Hmmm..Kalau HPEQ Student sendiri itu apa?
Untuk mendukung kesuksesan ketiga komponen di atas, HPEQ Project
mengikutsertakan mahasiswa untuk mulai terlibat aktif dalam pengambilan
kebijakan sistem pendidikan. Karena ada begitu banyak kegiatan dalam proyek ini,
untuk memudahkan pembagiannya, program-program mahasiswa yang
difasilitasi HPEQ sering disebut sebagai program HPEQ Student.
Kegiatan mahasiswa di HPEQ Project diawali dengan diadakannya
Indonesian Health Professional Student Summit dengan tema Students' Role in
Health Professional Education pada tanggal 19 November 2010 di Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Di pertemuan itu lahirlah deklarasi yang berisi
pernyataan mahasiswa untuk lebih responsif dan terlibat aktif dalam sistem
pendidikan ilmu kesehatan, serta berkomitmen untuk mendukung
keberlangsungan pendidikan multiprofesi.
Saat ini perwakilan mahasiswa dari 7 latar belakang profesi bergabung
dalam HPEQ project dan bekerja sama sebagai tindak lanjut dari deklarasi
tersebut. Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan antara lain penelitian tentang
partisipasi mahasiswa ilmu kesehatan di seluruh Indonesia serta penyelenggaraan
focused group discussion (FGD) untuk mengkaji kesiapan dosen dan mahasiswa
terhadap IPE. Kegiatan ini melibatkan hampir 50 dosen dan 200 mahasiswa dari 7
profesi kesehatan di berbagai universitas setanah air. Sebelumnya, tidak kurang
dari 6000 mahasiswa telah mengisi kuesioner terkait kajian yang sama. Dari FGD
dan kuesioner ini, ditampung berbagai opini, rekasi, serta solusi terhadap realisasi
IPE. Rangkaian kegiatan ini terbilang sebagai langkah awal yang sukses untuk
mewujudkan konsep partisipasi dan kolaborasi dalam penataan sistem
pendidikan tinggi ilmu kesehatan di Indonesia.

32

Walaupun saat ini baru ada 7 perwakilan


mahasiswa ilmu kesehatan di HPEQ Project, tidak
menutup kemungkinan untuk mahasiswa dari bidang
ilmu kesehatan lainnya untuk bergabung :)

Untuk bisa berkontribusi dalam kegiatan-kegiatan HPEQ Project, apakah


ada prosedur khusus? Apakah saya harus menjadi wakil organisasi mahasiswa
dulu? Apakah saya harus bayar biaya pendaftaran? Apakah ada sistem member get
member? Ataukah saya harus mengirim sms reg <spasi> JOIN?

Tentu tidak! HPEQ Project bukan usaha multi level marketing apalagi maling
pulsa. HPEQ Project juga bukan suatu kelompok ekslusif yang hanya mau bekerja
sama dengan mahasiswa tertentu saja.
Ke mana.., ke mana.., ke manaaa..., ku harus mencari kemanaaa~~ (info tentang
HPEQ)?
Ayu Ting Ting tersesat karena tidak bertanya pada orang yang tepat.
Kemudian dia sedih, menyerah, lalu menyanyi. Supaya teman-teman yang ingin tahu
lebih lanjut tentang HPEQ Project tidak ikut tersesat seperti Ayu, kalian bisa aktif
mencari info melalui perwakilan organisasi mahasiswa dan/atau koordinator
pendidikan di kampus.
Sekarang cari tahu siapa kordinator pendidikan dan ketua senat kalian.
Hayooo, kenal tidak? Cari tahu juga siapa perwakilan CIMSA, ISMKI, ILMIKI, PSMKGI,
IKAMABI, ISMAFARSI, ISMKMI, atau ILMAGI di universitas kalian (tergantung

33

program studi yang kalian tempuh). Setelah itu, tanyakan pada mereka cara
berpartisipasi dalam kegiatan HPEQ Project.
Cara lain? Pergi ke warnet, lalu tanya ke mas-mas pemilik warnetnya. Siapa
tahu dia seksi publikasi HPEQ Project yang menyamar! Hehehe...Tapi
kemungkinannya sangat kecil sih.., jadi sebaiknya teman-teman tanya ke Mbah
Google atau lanjut ke halaman selanjutnya dan baca buku ini sampai habis! ;)

34

Small things make perfection,


but perfection is no small thing.

-Sir Frederick Henry Royce,


pioneering car manufacturer of the Rolls-Royce company.

Optimism is the faith that leads to achievement,


nothing can be done without hope and confidence.
-Helen Keller

BAIKLAAAH,
APA YANG BISA
SAYA LAKUKAN......
SEKARANG?

etelah sampai di bab ini,


mungkin banyak dari kita yang
berpikir, Walaupun terdengar
simpel, ternyata mewujudkan
partisipasi dan kolaborasi tidak
semudah yang saya kira!

36

Betul sekali. Perjalanan masih sangat panjang karena kedua hal itu
membutuhkan proses yang tidak instan. Akan tetapi, bukan berarti semangat
teman-teman harus disurutkan oleh fakta tersebut.
Inilah yang bisa kita lakukan dalam 30 menit!
1 Mulailah menulis. Tidak harus membuat esai panjang lebar sampai tangan
kesemutan. Tapi kita bisa mencatat ide-ide kecil yang muncul di benak kita,
setidaknya setelah membaca buku ini. Ide-ide itu dapat dilanjutkan untuk
dikembangkan kapan saja kita punya waktu luang. Ingatlah, pemikiran sebagus
apapun, jika tidak pernah tersampaikan adalah kemubaziran yang menyedihkan.
Dengan begitu mudahnya akses media sosial saat ini, menulis adalah sarana
penyampaian ide yang sangat efektif.
2 Oh, tulisannya sudah ada? Kalau begitu, langsung saja kirim ke
hpeqstudent@gmail.com!
3 Follow us @hpeqstudent on twitter and get yourself updated with the latest issue
on health education!
4 Tidak punya akun twitter? Ya silakan main-main ke website HPEQ di
http://hpeq.dikti.go.id. Saat ini website HPEQ masih dalam tahap konstruksi. Nah,
jangan-jangan teman-teman malah tertarik untuk mengelola konten, membantu
desain tampilan, atau sekedar ingin ikut memberi masukan! Ditunggu lho!
5 Mampir ke situs-situs yang tertulis di bab-bab sebelumnya di buku ini. Yuk kita
mulai memperluas wawasan kita tentang sistem pendidikan!
6 Sebarkan info ini ke teman-teman lainnya! Semakin banyak mahasiswa yang tahu
dan peduli tentang konsep kolaborasi, partisipasi, dan HPEQ Project, semakin
lancar jalan kita mencapai tujuan!
Sudah? Itu saja? Benarkah yang saya lakukan ada gunanya? Kok rasanya
saya tidak bisa berkontribusi besar ya untuk sistem pendidikan tinggi ilmu
kesehatan di Indonesia tercinta ini?
Jika semua orang di dunia berpikir sepesimistis itu, lebih baik dari dulu
umat manusia sudah punah bersama bangsa dinosaurus. Enyahkan pikiran negatif
seperti itu. Sebagai generasi muda, jalan kita masih panjang. Masih banyak
perbaikan yang harus dilakukan. Betapa pun sulitnya memperjuangkan idealisme
di negara ini, kita harus yakin bahwa setiap kepedulian yang diwujudkan dalam
tindakan sekecil apa pun, akan memberikan manfaat di kemudian hari. Jadi jangan
menyerah dulu ya, teman-teman! Mari kita berjuang bersama!

37

One generation plants the trees, and another gets the shade
-Chinese proverbs

AKHIRNYA
SELESAI JUGA!

AH, TAPI BUKU INI KURANG OKE, DEH!


HEI PENULIS, SAYA PUNYA LEBIH BANYAK INSPIRASI
DAN BISA MENULIS LEBIH BAIK DARIPADA KAMU!

oreee! Inilah respon


yang paling ditunggu-tunggu!
Pemikiran kritis seperti itu adalah
tujuan utama dibuatnya buku ini!

39

Buku yang sedang teman-teman


pegang ini disusun dengan semangat untuk
membangun kepedulian mahasiswa terhadap
s i s t e m p e n d i d i ka n . D e n ga n s e ga l a
keterbatasan waktu, tenaga, pengalaman,
dan banyak aspek lainnya, kami sadar buku ini
masih jauh dari sempurna. Itulah sebabnya,
mengapa buku ini sengaja dirancang dengan
konsep benih. Artinya, buku ini dipersiapkan
untuk terus tumbuh dan berkembang
menjadi sebuah panduan bagi mahasiswa
dalam meningkatkan kualitas sistem
pendidikannya. Buku ini diharapkan terus
mengalami perbaikan di tahun-tahun yang
akan datang dan dapat memberikan manfaat
untuk generasi mahasiswa di masa depan,
walaupun ketika HPEQ Project telah berakhir.
Oleh karena itu, kami selaku tim penulis
merasa sangat senang jika ada teman-teman
yang terinspirasi untuk membuat buku ini
menjadi lebih baik lagi. Jadi, jangan segansegan untuk memberikan saran dan kritik
yang membangun ya! Kami tunggu!
Akhir kata, tim penulis beserta
segenap tim HPEQ Project, juga Farrell, Fitri,
Mischka, Maryati Mercedes, Mas Boy, dan
Hamba Allah si tokoh fiktif, mengucapkan
terima kasih dan mohon maaf jika ada
kesalahan dalam buku ini. Semoga apa yang
kami sampaikan dapat berguna bagi bangsa
Indonesia!

40

AIPNI
AMSA
CIMSA
DIKTI
ENQA
FAP
FGD
HPEQ
IKAMABI
ILMAGI
ILMIKI
IPE
ISMAFARSI
ISMKI
ISMKMI
KKI
KIPEC

PSMKGI
SCOME
SWOT
UMM
UNS

: Asosiasi Institusi Pendidikan Ners


Indonesia
: Asian Medical Students Association
:Center for Indonesian Medical
Student's Activity
: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
: European Association for Quality
Assurance
: Financial Assistance Package
: Focused Group Dsicussion
: Health Professional Education Quality
: Ikatan Mahasiswa Kebidanan
Indonesia
: Ikatan Lembaga Mahasiswa Gizi
Indonesia
: Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu
Keperawatan Indonesia
: Interprofessional Education
: Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi
Indonesia
: Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran
Indonesia
: Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat Indonesia
: Konsil Kedokteran Indonesia
: Kobe University Interprofessional
Education for Collaborating Working
Center
:Persatuan Senat Mahasiswa
Kedokteran Gigi Indonesia
: Standing Committee on Medical
Education
: Strength, Weakness, Opportunity, and
Threat
: Universitas Muhammadiyah Malang
: Universitas Sebelas Maret

41

UCAPAN

TERIMAKASIH
Kami tim penulis :
1.Lhuri D. Rahmartani (Alumnus Kedokteran FK UI, Angkatan 2004)
2.Puspita Hapsari (Mahasiswa Kedokteran FK UI, Angkatan 2007)
3.Yosephine D. Hendrawati (Mahasiswa Farmasi USD Angkatan 2007)
4.Gentur Adiprabawa (Mahasiswa Ilmu Gizi FK UGM Angkatan 2008)
5.Vera Rakhmawati (Mahasiswa Keperawatan FIK UI Angkatan 2009)
6.Rufita Ismu Astania (Mahasiswa Kedokteran FK UGM, Angkatan 2010)
7. Samuel Josafat Olam (Alumnus Kedokteran FK UI, Angkatan 2005)
Mengucapkan terima kasih kepada:
1.Illah Sailah (Manajer Proyek HPEQ)
2.Arsitawati P Raharjo (Sekretaris Eksekutif Proyek HPEQ)
3. Rahmat Sarwo Bekti (Task Force Proyek HPEQ)
4.Aprilia Ekawati Utami (Pengelola Program Monev dan R&D Proyek HPEQ)
5.Seluruh perwakilan organisasi mahasiswa: CIMSA, ISMKI, ILMIKI,
PSMKGI, IKAMABI, ISMAFARSI, ISMKMI, dan ILMAGI
6.Semua pihak yang namanya disebutkan dalam buku ini
7.Semua pihak yang mendukung proses penyusunan buku ini, baik yang
tampak maupun tidak tampak (kok jadi horor gini ya?)

Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua!

42

REFERENSI

43

Super! Membaca buku gaul ini membawa perasaan


bangga seorang pendidik melihat anak muridnya dapat
melakukan sesuatu yang istimewa... Sudah bukan rahasia
lagi bahwa sistem pembelajaran kita, termasuk bidang
kesehatan, masih sangat didominasi oleh pendidik (dosen)
dan manajemen kampus. Semoga buku ini dapat
membuka cakrawala baru bagi adik-adik mahasiswa,
khususnya bidang kesehatan, untuk lebih berperan serta
dalam sistem pendidikan kesehatan demi peningkatan
layanan kepada masyarakat
(Widyo Winarso, Kasubdit Kemahasiswaan Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan - Ditjen DIKTI)

Saya pendukung berat peran aktif mahasiswa dalam


meningkatkan kualitas pendidikannya, dan buku ini bisa
menjadi alat advokasi yang bagus untuk mencapai tujuan
tersebut...
(Puti Marzoeki, Senior Health Specialist - World Bank)

Anda mungkin juga menyukai