HIPERTENSI Lansia
HIPERTENSI Lansia
Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mempelajari
pengertian, kriteria dan klasifikasi, etiologi, faktor risiko,
patofisiologi, gejala, komplikasi, diagnosa, penatalaksanaan,
pencegahan, dan diet hipertensi khususnya pada lansia.
Kegunaan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
wawasan kepada pembaca mengenai hipertensi pada lansia.
Bagi kelompok lansia, makalah ini dapat digunakan sebagai
masukan untuk memperhatikan kebiasaan makan serta gaya
hidup mereka yang merupakan faktor risiko terjadinya
hipertensi. Sedangkan bagi pemerintah, makalah ini sebagai
bahan masukan dalam penanggulangan dan pencegahan
kejadiaan hipertensi pada lansia sebagai wujud kepedulian
dalam menekan angka morbiditas dan mortalitas akibat
penyakit kardiovaskuler.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Proses Penuaan
Bila seseorang mulai menua, maka segala sel-sel tubuhnya
dapat dipastikan sedang mengalami proses degenerasi
secara fisiologik. Proses ini umumnya ditandai dengan
semakin menurunnya kemampuan sel-sel tubuh untuk
memperbaiki diri dari kerusakan dan efisiensi kerja yang
berkurang dari kelenjar-kelenjar tubuh (Astawan&Wahyuni
1987).
Kemunduran tersebut disebabkan oleh perubahan yang
secara alami terjadi pada manula, antara lain : (1) besar otot
berkurang, karena jumlah dan besar serabut otot berkurang,
(2) metabolisme basal menurun, (3) kemampuan bernafas
menurun karena elastisitas paru-paru berkurang, (4)
kepadatan tulang menurun karena berkurangnya mineral,
sehingga lebih mudah cidera, (5) sistem kekebalan tubuh
menurun hingga peka terhadap penyakit dan alergi, (6)
sistem pencernaan terganggu yang disebabkan antara lain
oleh tanggalnya gigi, kemampuan mencerna dan menyerap
zat gizi kurang efisien dan gerakan peristaltik usus menurun,
dan (7) indra pengecap dan pembau sudah kurang sensitif
Sistolik (mmHg)
Diastolik (mmHg)
Normal
< 140
< 90
Hipertensi Ringan
140-180
90-105
Hipertensi perbatasan
140-160
90-95
>180
>105
Hipertensi sistolik
terisolasi
>140
<90
Hipertensi sistolik
perbatasan
140-160
<90
dihubungkan
sirkulasi
hiperkinetik
dan
diramalkan
dikemudian hari tekanan diastoliknya juga ikut meningkat.
Batasan ini untuk individu dewasa diatas umur 18 tahun,
tidak dalam keadaan sakit mendadak. Dikatakan hipertensi
jika pada dua kali atau lebih kunjungan yang berbeda
didapatkan tekanan darah rata-rata dari dua atau lebih
pengukuran setiap kunjungan, diastoliknya 90 mmHg atau
lebih, atau sistoliknya 140 mmHg atau lebih (Robin & Kumar
1995).
Tabel 2 Klasifikasi pengukuran tekanan darah orang dewasa
dengan usia diatas 18 tahun menurut The Sixth Report Of
The Joint National Committee On Prevention Detection,
Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure
Klasifikasi Tekanan Darah
Normal
Prehipertensi
Hipertensi Stadium I
Hipertensi Stadium II
terhadap
ginjal
adalah
d. Kelainan mata
Darah tinggi juga dapat menimbulkan kelainan pada mata
berupa
penyempitan
pembuluh
darah
mata
atau
berkumpulnya cairan di sekitar saraf mata. Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan.
e. Diabetes mellitus
Diabetes melitus atau yang sering dikenal dengan penyakit
kencing manis merupakan gangguan pengolahan gula
(glukosa) oleh tubuh karena kekurangan insulin.
Diagnosa Hipertensi
Gofir (2002) dalam Puspita WR (2009) menyatakan bahwa
tekanan darah diukur setelah seseorang duduk atau
berbaring selama lima menit. Misalnya diperoleh angka
140/90 mmHg atau lebih dapat diartikan sebagai hipertensi,
tetapi diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan
satu kali pengukuran. Jika pada pengukuran pertama
memberikan hasil yang tinggi maka tekanan darah diukur
kembali dan kemudian diukur sebanyak dua kali pada dua
hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi.
Tekanan
darah
diukur
dengan
menggunakan
alat sphygmomanometer (termometer) dan stetoskop.
Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan
darah tinggi tetapi digunakan juga untuk menggolongkan
beratnya hipertensi. Setelah diagnosis ditegakkan dilakukan
pemeriksaan terhadap organ utama terutama pembuluh
darah, jantung, otak dan ginjal. Pemeriksaan untuk
menentukan penyebab dari hipertensi terutama dilakukan
pada penderita usia muda. Pemeriksaan ini bisanya
berupa rongent dan radioisotope ginjal, rongentdada, serta
pemeriksaan darah dan air kemih untuk hormon tertentu
(Gofir 2002 dalam Puspita WR 2009).
Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan
tekanan darah secara cepat dan seaman mungkin untuk
menyelamatkan jiwa penderita. Menurut Susialit (1995)
atau
diabetes,
dengan
atau
faktor
tanpa
risiko lain)
Normaltinggi
Perubahan gaya
Perubahan gaya
(130-
hidup
Hidup
Derajat 1
Perubahan gaya
Perubahan gaya
(140-
Terapi obat
139/85-89)
159/90-99)
Derajat 2
bulan)
bulan)
Terapi obat
Terapi obat
Terapi obat
Terapi obat
dan 3 (
160/100)
Sumber: Gofir dkk (2002) dalam Puspita WR (2009)
Pencegahan Hipertensi
Hipertensi dapat dicegah dengan mengubah pola hidup
terutama pada lansia menjadi pola hidup sehat untuk
memperbaiki derajat kesehatan. Perubahan pola hidup sehat
ini merupakan pengobatan non farmakologis yang bertujuan
menghilangkan atau mengurangi faktor risiko yang dapat
memperberat penyakitnya (Marlian L & S Tantan 2007).
Perubahan ini mencakup hal-hal berikut, yaitu: mengurangi
asupan garam, mengurangi berat badan pada penderita
yang obesitas, melakukan aktivitas fisik dan olahraga,
mengurangi
konsumsi
makanan
berlemak,
mengurangi/menghentikan
kebiasaan
merokok,
menghindari/mengurangi minuman beralkohol dan kafein,
menghindari stres, menghindari pemakaian obat-obatan
yang dapat meningkatkan tekanan darah, mengontrol kadar
gula darah dan kolesterol bagi penderita hipertensi yang
disertai
dengan
penyakit
kencing
manis
dan
hiperkolestrolemia (Marlian L & S Tantan 2007).
Diet Hipertensi
Diet yang diberikan bagi pasien hipertensi adalah diet
rendah garam yang terbagi menjadi tiga yaitu: pertama,
rendah garam I (200-400 mg Na) untuk hipertensi berat
Penyakit
Dalam.
gaya
hidup. www.
&
Answer
insidence
of