Anda di halaman 1dari 189

PENGUKURAN ALLOWANCE REAL TERHADAP OPERATOR

PENGEPAKAN PRODUK FRESTEA SEBAGAI BASIS


PENENTUAN WAKTU STANDAR
DI PT. COCA COLA BOTTLING
INDONESIA MEDAN

TUGAS SARJANA
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari
Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Industri

Oleh
NURHAYATI MUNTHE
080423051

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI


DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI
F A K U L T A S

T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


MEDAN
2009
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan


rahmat-Nya yang selalu memberikan pengetahuan, kesehatan, kekuatan,
kesempatan, dan pengalaman kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas
sarjna ini dengan baik.
Tugas sarjana ini berjudul Pengukuran Allowance Real Terhadap
Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai Basis Penentuan Waktu Standard di
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan. Tugas sarjana ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik, Program Pendidikan Sarjana
Ekstensi, Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna
dan masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tugas sarjana ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga Tugas Sarjana ini
bermanfaat bagi pembaca.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENULIS

MEDAN
Pebruari, 2009

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini, penulis banyak mendapat


bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih terutama kepada :
1.

Ayahanda H. Abdul Yaman Munthe dan Ibunda Hj. Mahyanun Tamba yang
tercinta dan adik-adikku tersayang serta seluruh keluarga yang telah
memberikan dorongan dengan penuh cinta, karena berkat doa restu serta
dukungan material yang diberikan kepada penulis mulai menuntut ilmu
sampai terselenggaranya penyusunan tugas sarjana ini.

2. Ibu. Ir. Nazlina, MT, selaku dosen Pembimbing I atas bimbingan, pengarahan,
dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.
3. Bapak Ikhsan, ST. M.Eng, selaku dosen Pembimbing II atas bimbingan,
pengarahan, dan masukan yang diberikan dalam penyelesaian Tugas Sarjana
ini.
4. Ibu Rosnani Ginting MT, selaku ketua Departemen Teknik Industri yang telah
memberikan izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini dan dukungan serta perhatian
yang diberikan kepada penulis.
5. Ibu Ir. Dini Wahyuni, MT, selaku dosen Pembanding I atas bimbingan,
pengarahan dan masukan yang diberikan dalam perbaikan Tugas Sarjana ini.
6. Bapak Ir. Kores Sinaga, selaku dosen Pembanding II atas bimbingan,
pengarahan dan masukan yang diberikan dalam perbaikan Tugas Sarjana ini.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

7. Ibu Ir. Elisabeth Ginting, M.Si, selaku dosen Pembanding III atas bimbingan,
pengarahan dan masukan yang diberikan dalam perbaikan Tugas Sarjana ini.
8. Bang Bowo, Bang Mijo, Kak Dina, dan Ibu Ani selaku staf dijurusan yang
dengan sabar membantu dalam proses birokrasi penyelenggaraan Tugas
Sarjana ini.
9. Bang Kumis dan Kak Rahma selaku staf dibagian perpustakaan yang selalu
membatu penulis dalam mengumpulkan referensi untuk kesempurnaan Tugas
Sarjana ini.
10. Seluruh pegawai, staf dan Karyawan PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan
yang telah membantu penulis dalam pengambilan data di lapangan.
11. Teman-teman terbaikku Ahmad Afandi, Rusdi Lubis, Fauzi Hardiansyah,
Benny, Rudi Kencana, Kesuma Hardiabroto, M. Tazly Pramana, Sri Hartati
Rajagukguk, Siti Khadijah Parinduri, Dinameliana Pangaribuan, Meliana
Hutahaean, Dwi Lestari dan seluruh teman-teman yang selalu memberikan
semangat, canda dan tawa, serta berbagi dalam keadaan susah maupun senang.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

RINGKASAN

PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan Merupakan sebuah perusahaan


besar yang bertaraf internasional, bergerak dibidang industri minuman ringan (soft
drink) dimana produknya terbagi dua yaitu Carbonated Soft Drink (Coca Cola,
Sprite, dan Fanta) dan Un-carbonated Soft Drink (Frestea).
Proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan dilakukan
secara terus-menerus (continuous processes), sehingga dapat memproduksi
produk jadi dalam skala besar. Salah satu proses produksi yang dilakukan adalah
proses pengepakan produk Frestea yang dilakukan di line-I, dimana dalam proses
pengepakan Frestea ini masih menggunakan tenaga manusia yaitu pada
pengangkatan crate ke pallet khususnya. Maka perlu dilakukan pengukuran waktu
kerja secara langsung dengan menggunakan stop watch, agar diperoleh
perbandingan kelonggaran (allowance) antara allowance real dan tabel terhadap
operator pengepakan produk Frestea sebagai basis penentuan waktu standard
tersebut. Sehingga diperoleh standard kerja yang akan memberikan waktu kerja
yang tepat.
Pengukuran waktu kerja berdasarkan allowance real ini dilakukan selama
15 hari penelitian dengan keterangan kategori untuk Kebutuhan Pribadi, HT
(Hambatan Terhindarkan), HTT (Hambatan Tak Terhindarkan) dan kelonggaran
(allowance) yang diakibatkan Fatique diasumsikan hasil pengukuran waktunya
sudah tergabung dalam HT (Hambatan Terhindarkan) dan HTT (Hambatan Tak
Terhindarkan). Dari hasil penelitian tersebut terkumpul data kelonggaran
(allowance) pada operator B dibagian pengepakan tersebut untuk Kebutuhan
Pribadi (23.13 menit), Hambatan Terhindarkan (37.60menit), dan Hambatan Tak
Terhindarkan (19.27 menit). Sehingga jika dilakukan perhitungan Total
Allowance Realnya sebesar 16.66 %. Sedangkan untuk allowance berdasarkan
Tabel yang dapat dilihat berdasarkan literatur sebesar 30.50 %. Kemudian untuk
memperoleh waktu standard kerja berdasarkan Allowance Real sebesar 7.16
detik/crate, dan waktu standard berdarkan Tabel sebesar 8.59 detik/crate. Dari
hasil pengukuran allowance tersebut untuk allowance real lebih kecil bila
dibandingkan dengan allowance tabel.
Hasil analisa pemecahan masalah terlihat faktor-faktor yang menyebabkan
tingginya kelonggaran (allowance) dari operator tersebut , salah satunya adalah
adanya kegiatan-kegiatan yang sebenarnya tidak berhubungan dengan proses
produksi, misalnya letak pallet terlalu jauh dari comveyor, sehingga waktu
berjalan yang digunakan operator tersebut memakan waktu yang cukup lama.
Perencanaan yang perlu diperhatikan adalah mengurangi waktu kerja
diluar kegiatan produksi, kemudian sebaiknya dilakukan perbaikan letak pallet
agar berdekatan dengan compeyor sehingga diperoleh waktu kerja yang tepat.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI

BAB

HALAMAN

LEMBAR JUDUL............

LEMBAR PENGESAHAN..

ii

SERTIFIKASI EVALUASI TUGAS SARJANA...

iii

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

iv

UCAPAN TERIMAKASIH.

RINGKASAN

vii

DAFTAR ISI..

viii

DAFTAR TABEL

xv

DAFTAR GAMBAR..

xxi

DAFTAR LAMPIRAN..

xxii

I. PENDAHULUAN . . . . ... . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

I-1

1.1.

Latar Belakang Permasalahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

I-1

1.2.

Rumusan Permasalahan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

I-2

1.3.

Tujuan dan Sasaran Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

I-3

1.4.

Manfaat Penelitian... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

I-3

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB
1.5.

HALAMAN
Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian

I-4

1.5.1. Batasan Masalah Penelitian. . . . . . . . . .. . . . . . .

I-4

1.5.2. Asumsi Penelitian.

I-5

Sitematika Penulisan ..

I-6

II. LANDASAN TEORI . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

II-1

1.6.

2.1.

Sejarah Perusahaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

II-1

2.1.1. Sejarah Lahirnya Coca Cola . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . .

II-1

2.1.2. Sejarah Lahirnya Coca Cola di Indonesia

II-2

2.1.3. Sejarah Coca-Cola di Medan.

II-3

2.2.

Ruang Lingkup Bidang Usaha . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . ......

II-4

2.3.

Lokasi Perusahaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

II-5

2.4.

Daerah Pemasaran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

II-6

2.5.

Proses Produksi..

II-7

2.5.1. Standar Mutu Produk...

II-10

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB

HALAMAN
2.5.2. Bahan yang Digunakan

II-13

2.5.2.1. Bahab Baku.

II-13

2.5.2.2. Bahan Tambahan.

II-16

2.5.2.3. Bahan Penolong

II-17

2.5.3. Uraian Proses Produksi.

II-19

2.5.3.1. Proses Pembuatan Minuman Berkarbonasi.

II-19

2.5.3.2. Proses Pembuatan Minuman Non-Karbonasi

II-29

Mesin dan Peralatan.

II-37

2.6.1. Mesin Produksi

II-37

2.6.2. Peralatan (Equipment).

II-38

2.7.

Utilitas

II-38

2.8.

Safety and Fire Protection.

II-40

2.9.

Waste Treaiment.

II-42

2.10.

Jenis Tata Letak Pabrik..

II-42

2.6.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB

HALAMAN

2.11.

Pola Aliran Bahan..

II-43

2.12.

Rincian Bagian/Departemen..

II-45

2.13.

Struktur Organisasi Perusahaan.

II-46

2.14.

Tenaga Kerja dan Jam Kerja

II-52

2.14.1. Jumlah Tenaga Kerja.

II-52

2.14.2. Jam Kerja

II-53

Sistem Pengupahan dan Fasilitas...

II-55

2.15.1. Sistem Pengupahan

II-55

2.15.2. Fasilitas..

II-57

2.15.

III. LANDASAN TEORI . . . .. . . . . ...... . . . .

III-1

3.1. Pengukuran Waktu Kerja. . . . ... . . . . . . . . . . . . .

III-1

3.1.1. Langkah-langkah Sebelum Melakukan


Pengukuran WAktu.

III-5

3.1.2. Melakukan Pengukuran WAktu..

III-6

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB

HALAMAN

3.2. Rating Factor (Penyesuaian)...

III-11

3.3. Penetapan WAktu Longgar (Allowance)..

III-13

3.4. Waktu Standard (Standard Time) .. . . . . . . . . ... . . . . . . . . .

III-17

IV. METODOLOGI PENELITIAN..........

IV-1

4.1. Jenis Penelitian. . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . . . . . .

IV-1

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian . . . . . . . .. . . .... . . . . . . . . . .

IV-2

4.3. Rancangan Metodologi Penelitian . . . . . . .... . . . . . . . . .

IV-2

4.4. Instrumen Penelitian. . . .. . . . . . . . ... . . . . . . . . .

IV-3

4.5. Pengumpulan Data......

IV-3

4.6. Prosedur Pengumpulan Data..

IV-4

4.7. Pengolahan Data....

III-5

4.8. Analisis Pemecahan Masalah...

IV-6

V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA.......


5.1. Pengumpulan Data . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . .

V-1
V-1

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB

HALAMAN
5.1.1. Kegiatan dan Kondisi Stasiun kerja Pengepakan
Bottling Product Frestea di Line I pada Pengangkatan
crate ke pallet

V-1

5.1.2. Sketsa Tempat Kerja di Stasiun Kerja Pengepakan


Produk Frestea

V-2

5.1.3. Pemilihan Operator Normal... ..

V-3

5.1.4. Data Hasil Pengamatan Allowance Real.

V-5

5.1.5. Data Pengukuran Waktu Kerja Langsung


dengan Stop Watch Time Study

V-29

5.2. Pengolahan Data.. . . . . . . . .. . . .. . . . . . . ... . . . ..

V-30

5.2.1. Pengelompokan Penelitian Allowance Real.

V-30

5.2.2. Penentuan Kelonggaran (allowance) untuk Kondisi Real

V-31

5.2.3. Pengujian Keseragaman Data..

V-33

5.2.4. Pengujian Kecukupan Data.

V-38

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB

HALAMAN
5.2.5. Penentuan Kelonggaran (allowance) Tabel
Berdasarkan Literatur

V-38

5.2.6. Perbandingkan Kelonggaran Allowance Real


dan Tabel Berdasarkan Lteratur .

V-40

VI. ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH....

VI-1

VII. KESIMPULAN DAN SARAN....

VII-1

7.1. Kesimpulan...

VII-1

7.2. Saran.

VII-2

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL

TABEL

HALAMAN

2.1. Ukuran Brix untuk Tiap Flovour (Rasa)

II-12

2.2. Rata-rata Jumlah Pemakaian Gula.

II-15

2.3. Rata-rata Jumlah Pemakaian Concentrate.

II-15

2.4. Ukuran Kerikil dan Pasir yang Digunakan sebagai Bahan


Filter pada Sand Filter

II-21

2.5. Ukuran Kerikil dan Pasir yang Digunakan sebagai Bahan


Filter pada Sand Filter

II-31

2.6. Rincian Jumlah Tenaga Kerja PT. Coca Cola Bottling


Indonesia Medan.

II-52

2.7. Jam Kerja

II-54

2.8. Rincian Jam Kerja PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan

II-54

2.9. Rincian Shift Jam Kerja PT. Cola Cola Bottling Indonesia Medan..

II-55

5.1. Jumlah Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari ke-1..

V-3

5.2. Jumlah Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari ke-2..

V-4

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL

HALAMAN

5.3. Rata-rata Pengangkatan Crate ke Pallet oleh Operator


pada Hari ke-1 dan Hari ke-2..

V-4

5.4. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 1 Kamis,
12 Juni 2008

V-6

5.5. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 2 Jumat,
13 Juni 2008

V-8

5.6. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 3 Selasa,
17 Juni 2008

V-9

5.7. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 4 Rabu,
18 Juni 2008

V-11

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL

HALAMAN

5.8. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 5 Kamis,
19 Juni 2008

V-12

5.9. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 6 Jumat,
20 Juni 2008

V-14

5.10. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 7 Selasa,
24 Juni 2008

V-15

5.11. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 8 Rabu,
25 Juni 2008

V-17

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL

HALAMAN

5.12. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 9 Kamis,
26 Juni 2008

V-18

5.13. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 10 Jumat,
27 Juni 2008

V-20

5.14. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 11 Selasa,
01 Juli 2008

V-21

5.15. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 12 Rabu,
02 Juli 2008

V-23

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL

HALAMAN

5.16. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 13 Kamis,
03 Juli 2008

V-24

5.17. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 14 Jumat,
04 Juli 2008

V-26

5.18. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 15 Selasa,
08 Juli 2008

V-27

5.19. Hasil Waktu Penyelesaian Pengangkatan Crate ke Pallet.

V-29

5.20. Pengelompokan Penelitian Allowance Real


Berdasarkan Keterangan Kategori dan Waktu
5.21. Waktu Siklus Rata-rata pada Pengangkatan Crate ke Pallet..

V-31
V-33

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL

HALAMAN

5.22. Perhitungan Parameter Standard Deviasi dari Rata-rata


Waktu Siklus
5.23. Perbandingan Allowance Real dan Tabel Berdasarkan Literatur

V-35
V-40

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR
2.1.

HALAMAN

Blok Diagram Proses Pembuatan Produk Carbonated


Softdrink

2.2.

Blok Diagram Proses Pembuatan Produk Un-Carbonated


Softdrink

2.3.

II-8

II-9

Struktur Organisasi PT. Coca Cola Bottling Indonesia


Unit Medan

II-51

3.1.

Peta Kontrol.

III-9

3.2.

Langkah-langkah Penentuan Waktu Standard..

III-18

4.1.

Diagram Analisis Pemecahan Masalah..

IV-7

5.1.

Sketsa Tempat Kerja Pengepakan Produk Frestea.

V-2

5.2.

Peta Kontrol Data Waktu Siklus Pengangkatan Crate ke Pallet

6.1.

Perbaikan Letak Pallet di Stasiun Kerja Pengepakan


Produk Frestea ..................................................................................

V-38

VI-2

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

HALAMAN

1. Surat Permohonan Tugas sarjana...

L-1

2. Formulir Penetapan Tugas Sarjana

L-2

3. Surat Balasan dari Perusahaan PT.Coca-Cola Bottling Indonesia


Medan..

L-3

4. Surat Keputusan Tentang Tugas Sarjana Mahasiswa..

L-4

5.

Perubahan Surat Keputusan

L-5

6. Berita Acara Laporan Tugas sarjana

L-6

7. Mesin Produksi

L-7

8. Peralatan (Equipment).

L-8

9. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab...

L-9

10. Allowance (Kelonggaran)

L-10

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Permasalahan


Semakin meningkatnya persaingan di dunia industri menuntut setiap

perusahaan untuk memiliki keunggulan kompetitif. Agar perusahaan tersebut


dapat terus bertahan dan memenangkan persaingan yang semakin ketat, maka
dibutuhkan keunggulan tersebut selain dapat diperoleh dari segi finansial juga
diperoleh melalui peningkatan produktivitas. Salah satu cara yang dilakukan
untuk

meningkatkan

produktivitas

perusahaan

ialah

dengan

melakukan

pengukuran waktu standard. Untuk mendapatkan waktu standard yang sebenarnya


perlu diteliti allowance yang diberikan kepada operator, karena allowance
merupakan salah satu komponen yang membentuk waktu standard.
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan sebagai perusahaan yang
bergerak dibidang industri minuman ringan, namun dalam proses pembuatannya
tidak memakan waktu yang cukup lama sehingga perusahaan ini dapat
memproduksi dalam skala besar dan bertaraf internasional yang selalu berupaya
menjaga image produksi dimata konsumen. Oleh karena itu dalam upaya
memenuhi permintaan konsumen, perusahaan berupaya agar selalu menerapkan
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

sistem kerja terbaik sesuai dengan target. Agar target tersebut tercapai maka
dibutuhkan suatu penelitian terhadap allowance karena selalu terdapat perbedaan
antara allowance real dan allowance tabel yang selama ini digunakan terhadap
operator, Pengukuran allowance sebagai basis penentuan waktu standard di
stasiun kerja pengepakan produk Frestea, karena dalam proses pengepakan produk
Frestea tersebut masih menggunakan tenaga manusia yaitu pada pengangkatan
crate ke pallet khususnya dan adanya peralatan kerja yang tidak sesuai di daerah
pengepakan tersebut sehingga dapat mengurangi waktu kerja dan membutuhkan
waktu yang cukup lama. Ini merupakan hal yang sangat signifikan dan perlu
mendapat perhatian.

1.2.

Rumusan Permasalahan
Dalam menentukan kelonggaran (allowance) waktu ini perlu dilakukan

pengamatan terhadap berbagai kegiatan operator selama bekerja agar didapatkan


waktu dari tiap kegiatan tersebut, maka perlu dilakukan pengukuran waktu kerja.
Pengukuran waktu kerja ini dilakukan bertujuan untuk menentukan kelonggaran
waktu kerja secara nyata (allowance real) untuk memperoleh perencanaan
pengamatan kegiatan operator secara kontiniu. Pengamatan dilakukan dengan
teknik pengukuran waktu secara langsung yaitu dengan stop watch study (jam
henti) yang meliputi kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk
menghilangkan rasa Fatique, kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak
terhindarkan dan kelonggaran untuk hambatan terhindarkan.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Perencanaan pengamatan perlu dilakukan karena setiap kelonggaran yang


terjadi dapat mengurangi waktu kerja. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu studi
yang menyangkut tentang pengukuran waktu allowance real

dan tabel

berdasarkan literatur sehingga diperoleh konsep standard kerja yang akan


memberikan waktu kerja yang tepat. Maka pokok persoalan dari pengukuran
kelonggaran waktu kerja terhadap operator di perusahaan ini apakah benar-benar
telah menerapkan konsep waktu standard kerja berdasarkan kelonggaran waktu
kerja (allowance) secara baik dan benar.

1.3.

Tujuan dan Sasaran Penelitian


Dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menetapkan allowance real dan tabel terhadap operator sebagai basis


penentuan waktu standard di stasiun kerja pengepakan produk Frestea.
2. Membandingkan allowance real dan tabel terhadap operator di stasiun
kerja pengepakan produk Frestea.
Sasaran penelitian ini adalah untuk :
1. Mengamati prilaku pekerja dalam melakukan pekerjaannya untuk
mendapatkan allowance yang real terhadap para pekerja.
2. Mengukur tingkat keahlian/skill para pekerja.

1.4.

Manfaat Penelitian

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Manfaat penelitian dari pengukuran allowance real terhadap operator


pengepakan produk Frestea ini pada dasarnya sebagai :
1. Sebagai pedoman bagi pimpinan produksi untuk mengendalikan dan
memanfaatkan

sumber

daya

manusia

seefektif

mungkin,

serta

pengontrolan keahlian dari tiap pekerja oleh pimpinan produksi.


2. Dapat memberikan salah satu alternatif pemecahan masalah kepada PT.
Coca Cola Bottling

Indonesia Medan dalam mengatasi masalah yang

dihadapi.

1.5.

Batasan Masalah dan Asumsi Penelitian

1.5.1. Batasan Masalah Penelitian


Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilakukan di line I pada stasiun kerja pengepakan produk
Frestea.
2. Pengambilan data dan pengukuran waktu dilakukan di stasiun kerja
pengepakan produk Frestea pada pengangkatan crate ke pallet.
3. Data pengamatan allowance untuk operator dilakukan selama 15 hari
pengamatan.
4. Pemecahan masalah dilakukan untuk pengukuran allowance real dan
tabel terhadap operator sebagai basis penentuan waktu standard di stasiun
kerja pengepakan produk Frestea tersebut.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

5. Penentuan kelonggaran waktu kerja hanya dilakukan terhadap 1 orang


operator normal dibagian produksi sebagai sumber pengamatan.
6. Penelitian ini dilakukan pada jam kerja biasa (Regular Time) pada
perusahaan.
7. Hasil pengamatan hanya dapat mewakili dari bagian kerja yang diamati.
8. Penelitian dilakukan hanya untuk kategori-kategori kelonggaran yang
dapat teramati dan terukur.

1.5.2. Asumsi Penelitian


Disamping ruang lingkup diatas, juga dibutuhkan asumsi-asumsi sebagai
berikut :
1. Kondisi fisik dan mental pekerja dianggap baik.
2. Fasilitas-fasilitas produksi dianggap baik, maksudnya tidak terjadi
kerusakan selama penelitian dilakukan.
3. Persyaratan-persyaratan teknik yang sudah ditentukan sebelumnya
dianggap tidak berubah.
4. Pengukuran Waktu Allowance Real untuk kondisi kelonggaran yang
diakibatkan Fatique diasumsikan hasil pengukuran waktunya sudah
tergabung dalam HT (Hambatan Terhindarkan) dan HTT (Hambatan Tak

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Terhindarkan), sehingga total allowance dapat dibandingkan antara yang


nyata (real) dengan kelonggaran yang berdasarkan tabel.
5. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam produksi dianggap berjalan dengan
normal.

1.6. Sistematika Penulisan


Secara keseluruhan penulisan tugas sarjana ini terdiri dari beberapa bab
yang berisi uraian sebagai berikut :
BAB I :

PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang permasalahan yang diteliti,
perumusan pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian
yang mungkin diperoleh dari hasil pemecahan masalah yang
dilakukan, ruang linkup, asumsi-asumsi serta sistematika penulisan
karya akhir.

BAB II :

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


Bab ini berisi tentang sejarah dan gambaran umum perusahaan,
organisasi, manajemen perusahaan dan uraian proses produksi.

BAB III :

LANDASAN TEORI

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Bab ini menguraikan teori-teori yang menunjang, penyelesaian


masalah yaitu studi kepustakaan yang berkaitan dengan teori-teori
pengukuran kerja.
BAB IV :

METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang langkah-langkah atau tahap-tahap yang
dijadikan acuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam
melakukan penelitian sesuai dengan teori-teori yang digunakan
dalam landasan teori.

BAB V :

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Bab ini berisikan peosedur pengumpulan data yang dibutuhkan dan
cara pengolahan data yang diperoleh sesuai dengan model yang
telah ditetapkan dan langkah-langkah yang digunakan.

BAB VI:

ANALISA PEMECAHAN MASALAH


Pada bab ini pembahasan dan analisa terhadap hasil pengolahan
data untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dan saran yang
tepat untuk mencapai tujuan penelitian.

BAB VII :

KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan
yang dilakukan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

pihak

perusahaan

guna

persiapan

untuk

usaha

perbaikan

pengukuran kerja yang lebih baik.

BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1.

Sejarah Perusahaan
PT.

Coca

Cola

Bottling

Indonesia

Unit

Medan

lahir

sebagai

pengembangan dari penemuan yang telah dilakukan oleh Dr. John Styth
Pemberton dan oleh penerusnya ingin mengembangkan penemuan yang pada
akhirnya memperoleh keuntungan atau menjadi usaha yang sifatnya international.

2.1.1. Sejarah Lahirnya Coca Cola


Pada bulan Mei 1886, dengan tujuan menemukan obat sakit kepala Dr.
John Styth Pemberton, seorang ahli farmasi dari Atlanta, Georgia, Amerika
Serikat mencampur concentrate dengan gula murni menjadi sirup yang beraroma
segar dan berwarna karamel. Sirup ini kemudian dicampur dengan air murni.
Frank M. Robinson adalah seorang mitra usahanya yang sekaligus merangkap
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

sebagai akuntan yang turut serta menamakan minuman ini dengan sebutan Coca
Cola. Setahun kemudian untuk pertama kalinya minuman ini mulai dijual melalui
kantor rekannya Jacobs Pharmacy. Spanduk yang bercat minyak dengan tulisan
Drink Coca Cola dipasang segera di depan perusahaan Jacobs Pharmacy. Sejak
penemuan itu Coca Cola tumbuh menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat dunia. Coca Cola melaju terus menembus batas negara dan
seiring berjalannya waktu hingga memasuki milenium ketiga dengan menyandang
predikat Brand of The Century.
Sebelum wafat ditahun 1888, Dr. John Styth Pemberton mewariskan
penemuannya kepada Assa Candler, seorang menejer ulung yang kemudian pada
tahun 1892 mendirikan perusahaan yang bernama The Coca Cola Company di
Atlanta, Georgia, Amerika Serikat yang hingga saat ini menjadi kantor pusat Coca
Cola di dunia.

2.1.2. Sejarah Lahirnya Coca Cola di Indonesia


Coca Cola mulai diperdagangkan di Indonesia pada tahun 1932 oleh De
Nederlands Indische Meneral Water Fabriek Jakarta dibawah manajemen Bernie
Vonings dari Belanda. Setelah proklamasi kemerdekaan dan masuknya para
pemegang saham dari indonesia, perusahaan ini berganti nama menjadi Indonesia
Beverages Limited (IBL). Tahun 1971 IBL menjalin kerjasama dengan tiga
perusahaan Jepang dan membentuk Djaya Beverages Bottling Company (DBBC).
Pada tanggal 12 Oktober 1993, Coca Cola Amatil Limited (CCAL) sebuah
perusahaan publik dari Australia yang merupakan perusahaan pembotolan terbesar
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

di dunia untuk pabrikasi, mengambil alih kepemilikan DBBC dan mengubah


namanya menjadi Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI).
Pertumbuhan Coca Cola di Indonesia sampai saat ini didukung oleh 11
pabrik pembotolan dan sekitar 9000 karyawan melayani lebih dari 400.000 outlet
di seluruh Nusantara.
Kesebelas pabrik pembotolan tersebut adalah :
1. Tahun 1971 : PT. Djaya Beverages Bottling Company, Jakarta.
2. Tahun 1973 : PT. Brasseris Del Indonesia, Medan.
3. Tahun 1976 : PT. Tirtalina Bottling Company, Surabaya.
4. Tahun 1978 : PT. Coca Cola Pan Java Bottling Company, Semarang.
5. Tahun 1951 : PT. Tirta Permata Sari Bottling Company, Ujung Pandang.
6. Tahun 1983 : PT. Tirta Mukti Indah Bottling Company, Bandung .
7. Tahun 1985 : PT. Tribana Jaya Nusantara Bottling Company, Padang.
8. Tahun 1985 : PT. Banyu Agung Sejahtera Bottling Company, Denpasar.
9. Tahun 1985 : PT. Swarna Dipa Mekar Bottling Company, Tanjung
Karang.
10. Tahun 1985 : PT. Bangun Wenang Beverage Company, Menado.
11. Tahun 1991 : PT. Eka Tiema Manunggal Bottling Company, Banjarmasin.
Pada tahun 1994 PT.Coca Cola Pan Java Bottling Indonesia telah
mengambil alih tempat pembotolan lainnya yakni pabrik pembotolan di Medan,
Ujung Pandang, Padang dan Tanjung karang. Ini berarti dari sebelas pabrik
pembotolan Coca Cola di Indonesia merupakan milik PT. Coca Cola Pan Java.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tahun 1995 Coca Cola Amatil milik Australia mengambil alih semua pabrik
pembotolan Coca Cola di Indonesia kecuali Manado.

2.1.3. Sejarah Coca Cola di Medan


PT. Coca Cola Pan Java Bottling Company Medan adalah sebuah
perusahaan pembotolan yang bergerak dalam industri minuman ringan dan
berlokasi di Jalan Medan Belawan Km 14 Kelurahan Martubung, Kecamatan
Medan Labuhan.
Perusahaan Coca Cola di Sumatera Utara mulai dirintis pada tahun 1972
oleh PT. Brasseries Del Indonesia sebuah perusahaan PMA Prancis. Produk utama
perusahaan ini adalah bir, sedangakan Sprite dan Fanta merupakan produk
sampingan. Pada tahun 1980, PT. Brasseries Del Indonesia diambil alih oleh PT.
Multi Bintang Indonesia yang juga merupakan produsen bir terkenal di Indonesia.
Karena ingin berkonsentrasi pada produk utama bir, PT. Multi Bintang Indonesia
merelokasi pabriknya ke Tanggerang dan menjual pabrik pembotolan Coca Cola
Medan kepada PT. Pan Java Bottling Company.
Karena perkembangan perusahaan yang begitu cepat, pada tahun 1992
perusahaan ini melakukan kerjasama dengan Coca Cola Amatil Limited Australia
(CCALA). Pada tanggal 1 Januari tahun 2000, kesepuluh perusahaan pembotolan
dan distribusi Coca Cola yang berada dibawah bendera perusahaan Coca Cola
Limited Australia, berubah nama menjadi PT. Coca Cola Amatil Indonesia
Bottling untuk perusahaan pembotolan dan distribusi. Kemudian pada tanggal 1
Juli 2002, PT. Coca Cola Amatil Indonesia Bottling Medan berubah nama lagi
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

menjadi perusahaan pembotolan dan pendistribusian dengan menyandang nama


yaitu PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan.

2.2.

Ruang Lingkup Bidang Usaha


Untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing, sampai saat ini PT. Coca

Cola Bottling Indonesia Medan telah memiliki 627 orang tenaga kerja dan
memproduksi 4 macam jenis minuman yakni Coca Cola, Sprite, Fanta dan Frestea
dengan berbagai ukuran dalam kemasan botol yaitu :
1. Coca Cola dengan isi

: 193 ml, 295 ml

2. Sprite dengan isi

: 200 ml, 295 ml

3. Sprite Ice dengan isi

: 200 ml, 295 ml

4. Fanta dengan isi :


a. Fanta Strawberry

: 200 ml, 295 ml

b. Fanta Soda Water

: 295 ml

5. Frestea dengan isi

: 220 ml

6. Frestea Green dengan isi

: 220 ml

Selain itu PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan juga mendistribusikan
produk kiriman dari PT. Coca Cola Bottling Indonesia Cibitung Jakarta yang
disebut Sisco (Sister Company). Produk yang didistribusikan antara lain kemasan
kaleng dan plastik.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

2.3.

Lokasi Perusahaan
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan berlokasi di Jalan Medan

Belawan Km 14 Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan. Perusahaan


ini menempati areal tanah seluas 51.357 m2 (5.1 Ha). Dimana perusahaan ini di
bangun dekat dengan pemukiman masyarakat dan berada di pinggiran kota Jalan
besar Kelurahan Martubung, sehingga kebanyakan karyawan yang bekerja pada
perusahaan tersebut adalah masyarakat setempat. Berdasarkan letak geografisnya
PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan ini berada pada 0309-0311 LU dan
9904-9906 BT.

2.4.

Daerah Pemasaran
Pusat penjualan PT. Coca Cola Bottling Indonesia ini tersebar diseluruh

Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh. Didukung oleh beberapa pusat
penjualan yang tersebar kedua daerah tersebut, lebih dari 18.000 pengecer, produk
Coca Cola dapat diperoleh dengan mudah dimana saja dengan harga terjangkau.
Banyaknya pengecer yang terlihat dalam perindustrian produk Coca Cola ini
mengisyaratkan besarnya dukungan ekonomi yang diberikan kepada keluargakeluarga Indonesia yang mempunyai usaha disektor industri ini.
Untuk memperlancar proses pendistribusian di luar kota Medan, PT Coca
Cola Bottling Indonesia Medan mempunyai sub distributor diberbagai daerah
yaitu :
1. Medan

: Jl. Medan Belawan Km 14, Medan

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

2. Kabanjahe

: Jl. Nabung Subakti No. 101, Kabanjahe

3. Tebing Tinggi

: Jl. S. M. Raja No. 20 Assembly, Tebing


Tinggi

4. Pematang Siantar

: Jl. Medan Km. 6, Pondok Sayur

5. Rantau Prapat

: Jl. By Pass Aek Matio, Rantau Prapat

6. Kisaran

: Jl. A. Yani No.43, Kisaran

7. Padang Sidempuan

: Jl. Raya Pal Sabolas No. 34, Padang


Sidempuan

8. Langsa

: Jl. Prof. Majiel Ibrahim No. 58, Langsa

9. Lhokseumawe

: Jl. Merdeka Timur No. 71, Lhokseumawe

10. Banda Aceh

2.5.

: Jl. Mata Le No. 2, Lr. Nikmat Kentapang

Proses Produksi
Proses Produksi merupakan suatu cara, metode dan teknik untuk

menciptakan atau menambah nilai dari suatu barang atau jasa dengan
menggunakan sumber-sumber yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan-bahan
dan uang sebagai modal pelaksanaanya.
Dalam berproduksi PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan
mempunyai 3 (tiga) line produksi dengan masing-masing fungsi :
1. Line I : Mempunyai kapasitas produksi 300

botol/menit dengan

memproduksi Frestea.
2. Line II : Mempunyai kapasitas produksi 200 botol/menit, namun saat ini
tidak digunakan karena rendahnya permintaan pasar.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

3. Line III: Mempunyai kapasitas produksi 600

botol/menit dengan

memproduksi Coca Cola, Sprite, Fanta Strawberry, dan Fanta Soda Water.
Berdasarkan cara pembuatannya, minuman yang diproduksi PT. Coca
Cola Bottling Indonesia Unit Medan dapat dikelompokkan atas 2 (dua) kelompok
besar yaitu minuman berkarbonat (Coca-Cola, Sprite dan Fanta) dan minuman
tidak berkarbonat (Frestea). Gambar 2.1. merupakan blok diagram proses
pembuatan minuman berkarbonat (Coca Cola, Sprite dan Fanta).

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

AIR

HEATER

AIR

P
A
R
A
M
I
X

DEAERATOR

SIMPLE SIRUP

GULA, CARBON,
FILTER AID

COOLER

FINAL SIRUP

CONCENTRATE
PART 1 & PART II

CARBONATOR

FILTER
KAPAS

FILTER
KARBON

FILTER
PERMANGANAT

CO2

BEVERAGE
WASHING MACHINE

BOTTLE

FILLER
CROWN CORK
(TUTUP BOTOL)
CROWNER

DATA CODER

PRODUK

Gambar 2.1. Blok Diagram Proses Pembuatan Produk Carbonated Softdrink

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 2.2. merupakan blok diagram proses pembuatan minuman nonkarbonat (Frestea).

AIR

HEATER

AIR

SIMPLE SIRUP

FINAL SIRUP

BEVERAGE

WASHING MACHINE

BOTTLE

FILLER

CROWNER

CROWN CORK

DATA CODER

PRODUK

Gambar 2.2. Blok Diagram Proses Pembuatan Produk Un-Carbonated


Softdrink
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

2.5.1. Standar Mutu Produk


PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan sangat mengutamakan kualitas
standar mutu produk. Dalam setiap kali memproduksi Coca Cola, Sprite, Fanta
dan Frestea dilakukan pemeriksaan produk, mulai dari water treatment, sympel
syrup, final syrup dan beverage (hasil minuman ringan). Adapun yang menjadi
standar mutu produk PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan adalah :
1. Kemurnian (Purity)
2. Rasa (Taste)
3. Bau (Odor)
4. Penampakan
Pemeriksaan dilakukan dalam setiap 1 jam sekali pada waktu produksi
untuk melihat standar mutu produk yang dihasilkan. Pemeriksaan dilakukan di
laboratorium.
Untuk mendapatkan kualitas produk yang baik, perlu dilakukan quality
control secara berkesinambungan. Pengontrolan dilakukan mulai dari bahan baku,
proses produksi hingga produk jadi. Pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit
Medan proses quality control dilakukan oleh Departemen Laboratorium. Adapun
proses quality control dibagi atas 3 bagian yaitu :
1. Quality Internal
Tugas bagian ini adalah memastikan bahan baku dan chemical yang
digunakan dalam keadaan baik. Pemeriksaan antara lain dilakukan
terhadap :
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

a. Air
Air dari sumur bor diperiksa setiap hari dengan prosedur uji yang
menentukan apakah semua kandungan air berada dalam batas normal.
Bila ditemukan kandungan yang tidak sesuai standar maka dilakukan
perubahan dosing pada bahan kimia yang akan diinjeksikan ke air.
Sedangkan inspeksi terhadap bahan kimia yang akan diinjeksikan ke air
pada proses water treatment dilakukan satu kali dalam seminggu
dengan dosis :
-

H2SO4 : 3,5 - 4 %

Klorin : 5 10 %

PAC

Kapur : 300 5000D

: 6000 7500 ppm

b. Gula
Pengecekan yang dilakukan terdiri atas :
-

Visual : Kemasan dan jenis gula

Analisis : Bau, rasa warna, kadar air, dan lain-lain

c. CO2
Pengecekan yang dilakukan antara lain :
-

Kemurnian/purity

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Rasa dan bau

2. Quality Bottling Line


Tugas bagian ini adalah mengontrol mulai dari proses pembuatan sirup,
pembotolan hingga menjadi produk jadi. Pemeriksaan antara lain dilakukan
terhadap :
a. Tingkat kemanisan/Brix pada proses pembuatan sirup.
Brix adalah perbandingan gram gula ditambah air dalam 100 gram.
Standar Brix sudah ditentukan dan sama untuk semua produk Coca Cola
diseluruh dunia dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Ukuran Brix untuk Tiap Flavour (Rasa)
Flavour
Coca Cola
Fanta Strawberry
Fanta Apple
Fanta Soda Water
Sprite
Sprite Ice
Frestea
Frestea Green

Brix
10,37
14,00
12,50
12,50
12,50
9,50
9,50

Sumbar : Departemen QA (Laboratorium) PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan

b. Proses pencampuran pada mesin paramix


Sebelum dilakukan proses pencampuran, bagian Quqlity Control
menentukan kadar setiap bagian yang akan dicampurkan yaitu sirup, air
dan CO2 menurut flavournya masing-masing.
c. Pemeriksaan level botol

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Sebelum dilakukan proses packanging yaitu caser (pemasukan botol


kedalam crate) dan pallettizer (penyusunan crate ke pallet), terlebih
dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap tinggi/level beverages didalam
botol. Inspeksi dilakukan oleh beberapa inspektor dimana level yang
berada dibawah atau diatas tali batas yang dipasang akan direject.
d. Quality External
Tugas bagian ini adalah menjamin kualitas produk di pasar. Apabila
ditemukan produk yang sudah kadaluarsa akan ditarik dari pasar.

2.5.2. Bahan yang Digunakan


Dalam melakukan aktivitas proses produksi pasti memerlukan bahanbahan untuk dapat menghasilkan jenis produk yang diinginkan. Demikian pula
dengan PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan juga memerlukan bahan
baku, bahan penolong dan bahan tambahan untuk dapat menghasilkan minuman
ringan.

2.5.2.1. Bahan Baku


Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dalam pembuatan
produk, ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar
dibandingkan bahan-bahan lainnya dan terkandung dalam produk akhir. Jadi
bahan baku ini juga disebut bahan utama. Adapun bahan baku yang digunakan

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan dalam pembuatan minuman ringan ini
adalah :

1. Air
Air digunakan sebagai bahan baku untuk minuman berkarbonasi maupun
yang tidak berkarbonasi. Air diperoleh dari sumur bor dengan kedalaman 100-200
meter untuk kemudian diolah sebelum digunakan dalam proses produksi maupun
untuk kebutuhan sehari-hari perusahaan. Adapun cara pengolahan air berbeda
menurut jenisnya yang diperoleh dari sumur bor yang dikategorikan menjadi 2
jenis :
a. Treated Water
Digunakan untuk produksi, keperluan air minum kantin dan kantor.
b. Soft Water
Digunakan untuk membersihkan tangki, botol, keperluan kamar mandi,
pencucian ruangan, perkarangan dan lain-lain.
2. Gula
Gula yang dipakai adalah gula murni dengan mutu prima yang berasal dari
luar negeri. Gula dari luar negeri lebih disukai untuk digunakan karena gula dalam
negeri kurang memenuhi syarat dalam segi warna yang kurang bersih,
mengandung kotoran dan memiliki kadar air yang lebih banyak bila dibandingkan
dengan gula dari luar negeri. Gula yang digunakan haruslah memenuhi standar
yang telah ditetapkan, diantaranya adalah gula yang memiliki kadar 99,99 % dan
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

bebas dari kotoran. Gula diperoleh dari Australia, Thailand dan China. Rata-rata
kebutuhan gula yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Rata-rata Jumlah Pemakaian Gula


Jumlah Produksi

Jumlah Gula (Kg)/Unit

Coca Cola

203.225

Sprite

258.081

Fanta Strawberry

292.65

Frestea

166.80

Sumbar : Departemen QA (Laboratorium) PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan

3. Concentrat
Concentrate

merupakan

formula

khusus

yang

digunakan

untuk

memberikan rasa (flavour) yang berbeda-beda untuk setiap jenis minuman.


Concentrate dibeli dari PT. Coca-Cola Indonesia Jakarta (satu-satunya perusahaan
yang menyediakan bahan ini untuk Coca Cola Company di Indonesia).
Concentrate terdiri dari 2 jenis yaitu Concentrate Dry (Part I) serta Concentrate
liquid (Part II dan III). Rata-rata kebutuhan Concentrate yang digunakan dalam
proses produksi dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Rata-rata Jumlah Pemakaian Concentrate
Concentrate (Part)
Jenis Produksi
I

II

III

Keterangan

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Coca Cola

66 Bks

26 Ltr

6 Ltr

1 Bks = @ 2 kg

Sprite

25 Bks

25 Ltr

5 Ltr

I = Aroma

Fanta Strawberry

5 Bks

5 Ltr

10 Ltr

II = Warna

Fanta Soda Water

5 Bks

Sumber : Departemen QA (Laboratorium) PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan

4. Carbon Dioksida (CO2)


Carbon dioksida (CO2) merupakan bahan baku yang berfungsi sebagai
penyegar dan pengawet minuman. Selain dari itu secara kualitas berfungsi untuk
menunjukkan ciri dari Coca Cola itu sendiri. CO2 di beli dari PT. Indohanzel di
Medan.

2.5.2.2. Bahan Tambahan


Bahan tambahan adalah bahan yang terpisah dari produk, tetapi bahan
tersebut mempertinggi tampilan atau berfungsi sebagai pengaman dari produk
tersebut, atau yang biasa dikenal dengan pengemasan (packing). Bahan tambahan
pada proses pembuatan minuman ringan ini pada umumnya dibutuhkan atau
digunakan pada proses pengemasan yaitu :
1. Botol
Botol adalah bahan pengemas minuman ringan yang dihasilkan oleh PT.
Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan yang siap dipasarkan. Botol
dibeli oleh perusahaan dari PT. Iglass Surabaya, PT. Kangar Cosulidate
Industries dan PT. Milia Jakarta.
2. Crown Cork (Penutup Botol)
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Digunakan untuk menutup botol minuman ringan. Perusahaan membeli


penutup botol dari PT. Ancol Terang dan dari PT. Citra Mandiri
Metalindo Abadi (CMMA). Pada crown telah tercantum merk dari
perusahaan.

3. Crate (Peti Plastik)


Berfungsi sebagai tempat penyusunan botol-botol dengan kapasitas 24
botol per crate. Crate yang dipakai yaitu crate full depth. Crate dibeli
dari PT. Pioneer Plastik dan PT. Pluit Aneka Plasindo Jakarta.
4. Karton
Digunakan sebagai tempat pengepakan minuman yang dikemas dalam
botol plastik.

2.5.2.3. Bahan Penolong


Bahan penolong adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi
yang fungsinya adalah untuk memperbaiki kualitas produk. Dalam produksi bahan
penolong ini tidak ikut dalam produk akhir tetapi dibutuhkan pada proses
produksi. Bahan penolong ini dibutuhkan jauh lebih kecil dibandingkan bahan
baku. Fungsi bahan penolong ini adalah untuk membantu proses produksi agar
produk dapat dihasilkan seperti sifat produk yang diinginkan.
Yang digunakan sebagai bahan penolong dalam proses pembuatan
minuman ringan adalah sebagai berikut :
1. Chlorine (CaOCl)2
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Digunakan dalam proses pengolahan air, membunuh bakteri (menghambat


pertumbuhan mikroorganisme), membilas botol dan sanitasi peralatan.
2. Asam Sulfat (H2SO4)
Bahan ini digunakan untuk membebaskan dan menghilangkan gas-gas
yang terlarut dalam air.
3. Filter Aid (Hyplo Supercell)
Berfungsi untuk melapisi filter paper sewaktu proses penyaringan sympel
syrup di filter press, memperbesar pori-pori filter paper sehingga
mempermudah filtrasi dan menahan carbon aktif sehingga tidak lolos ke
final syrup tank.
4. Karbon Aktif
Digunakan untuk pembuatan syrup untuk menjernihkan larutan gula dan
menghilangkan bau-bau asing.
5. Pasir
Berfungsi sebagai media menyaring pada sand filter diproses pengolahan
air agar dapat menyaring benda-benda asing yang larut dalam air olahan.
6. Caustik Soda (NaOH)
Dipakai pada proses pencucian botol pada bottle washer sebagai deterjen.
7. Kapur (CaCO3)
Untuk menstabilkan pH air antara 6-7 sehingga proses pembentukan flok
menjadi sempurna.
8. PAC (Poly Alumunium Chlorida)

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Untuk menyatukan partikel-partikel kecil dalam air membentuk flok


(gumpalan) sehingga dapat dipisahkan dengan air yang jernih didalam
floculator.

2.5.3. Uraian Proses Produksi


Berdasarkan cara pembuatannya minuman yang diproduksi PT. Coca Cola
Bottling Indonesia Unit Medan dikelompokkan atas dua kelompok besar yaitu :
1. Minuman berkarbonasi

: Coca Cola, Sprite dan Fanta

2. Minuman non-karbonasi

: Frestea

Yang

akan diuraikan disini adalah proses

pembuatan

miniman

berkarbonasi dan non-karbonasi. Produk Coca Cola, Sprite dan Fanta mempunyai
proses yang sama, hanya saja concentrate sebagai bahan baku utama yang
berbeda.

Proses Pembuatan Minuman Berkarbonasi


Adapun proses pembuatan dan pembotolan minuman berkarbonasi di
perusahaan ini mengalami beberapa tahap yaitu :
1. Proses pengolahan air
2. Proses pembuatan sirup
3. Proses pemurnian CO2
4. Proses pencampuran air, sirup dan CO2
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

5. Proses pembotolan
a. Pencucian botol
b. Pengisian minuman (beverage) kebotol
c. Penutupan botol
6. Pemberian kode produksi dan pengepakan

1. Proses Pengolahan Air


Air merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan minuman
pada PT.Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan. Air diperoleh dari 4 sumur
bor dengan kedalaman 100-200 meter dari permukaan tanah, dengan kedalaman
ini diharapkan air sumur sudah tidak mengandung zat-zat organik atau bebas dari
pencemaran. Untuk proses air yang digunakan adalah Treated Water dengan
uraian proses pengolahan sebagai berikut :
a. Pengambilan Air
Air dari sumur bor diambil dengan menggunakan pompa raw meter yang
berkapasitas 60 m3/jam.
b. Penghilangan Gas
Air dari sumur bor dimasukkan ke Reaction Tank melalui Degasifier.
Sebelum masuk ke Degasifier kepada air diinjeksikan H2SO4 3,5 - 4 %
yang berfungsi untuk menurunkan alkalinitas air hingga dibawah 85 ppm.
c. Pengendapan Flok
Air dari Degasifier masuk ke Floculator atau Reaction Tank kemudian
diberikan PAC (Poly Alumunium Chlorida) 6000-7500 ppm, kapur
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

(CaCO3) 300-500 0D dan klorin Ca(OCl2) 5-10 %. PAC berfungsi untuk


pengendapan

senyawa-senyawa

organik.

Kapur

berfungsi

untuk

menaikkan pH sehingga kecepatan pengendapan akan semakin besar.


Klorin berfungsi sebagai desinfektan untuk menbunuh kuman-kuman dan
bakteri. Standar klorin dalam air adalah 1-5 ppm. Pada Floculator Tank,
flok akan megendap kebawah sementara air dibagian atas akan mengalir
ke Sand Filter. Antara permukaan air dengan flok adalah 1-1,25 m untuk
mempertahankan kejernihan air.
d. Penyaringan Air
Air dalam Floculator Tank dialirkan ke Sand Filter untuk disaring,
kemudian dilakukan pemeriksaan mutu air oleh bagian quality control
untuk mengetahui pH air tersebut. Terdapat 4 unit tangki Sand Filter
namun yang digunakan hanya 3 unit sedangkan 1 unit lainnya dipakai
sebagai cadangan. Sebagai bahan filter digunakan kerikil dan pasir dengan
ukuran sebagai berikut pada Tabel 2.4. dibawah ini mulai dari lapisan
teratas :
Tabel 2.4. Ukuran Kerikil dan Pasir yang Digunakan sebagai Bahan
Filter pada Sand Filter
Diameter
(mm)

Tebal
(mm)

24-40

110

12-45

130

6-12

120

Bahan

Kerikil

Diameter
(mm)

Tebal
(mm)

0,5-0,7

300

1-1,5

300

Bahan

Pasir

Sumber : Departemen Water Treatment PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Total tebal lapisan pasir ini tinggi Sand Filter. Setiap hari setelah
selesai produksi akan dilakukan backwash yang berfungsi untuk
menghilangkan partikel atau kotoran dalam Sand Filter. Untuk pencucian
pasir dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pencucian pasir dilakukan dengan
mengeluarkan pasir lalu dicuci dengan menggunakan HCL 2-5 %. Pasirpasir yang sudah dicuci dimasukkan kembali ke Sand Filter untuk
digunakan kembali.
e. Penyimpanan Air
Dari Sand Filter ini dialirkan ke Storage Tank. Sebelumnya diberikan
Ca(Ocl)2, sehingga kadar Cl-nya sebesar 6-8 ppm. Tujuannya adalah
membunuh bakteri-bakteri yang masih terdapat dalam air. Storage Tank
berfungsi

untuk menyimpan air. Pompa sumur bor akan mati secara

otomatis apabila ketinggian air sampai pada ketinggian maksimum. Proses


pengolahan air berjalan kembali apabila air mencapai ketinggian
minimum.
f. Pengaliran Air
Air dari Storage Tank dialirkan ke Hydrophore Tank. Fungsi dari
Hydrophore Tank adalah sebagai tempat perantara transfer tekanan air dari
Storage Tank ke Buffer Tank dengan bantuan dorongan udara sehingga
dapat dialirkan kebagian produksi dan keperluan minum.
g. Pembunuhan Bakteri

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Air dari Hydrophore Tank dialirkan ke Buffer Tank. Pada Buffer Tank
diberikan klorin 10 ppm. Tujuannya adalah untuk membunuh sisa-sisa dari
bakteri yang masih terdapat didalam air yang telah diolah.
h. Penyerapan Klorin dan Partikel
Air dari Buffer Tank dialirkan ke Carbon Filter. Fungsi dari Carbon Filter
adalah untuk menyerap klorin dan partikel-pertikel kecil, sehingga air
terbebas dari kotoran. Setelah melewati Carbon Filter kadar Cl2 pada air
menjadi 0,1 ppm.
i. Penyaringan Air
Dari Carbon Filter air melewati Bag Filter yang merupakan penyaringan
akhir dengan ukuran filter 5 . Bag Filter berfungsi untuk menyaring
partikel yang sangat halus seperti mikro organisme sehingga tidak dapat
lewat

dan

terikut

dalam proses produksi.

Kemudian dilakukan

pemeriksaan akhir mutu air oleh quality control untuk mengetahui air
tersebut telah dapat digunakan sebagai air hasil olahan (treated water).

2. Proses Pembuatan Sirup


Pada pembuatan sirup, air hasil olahan (treated water) dialirkan ke heat
exchanger untuk dipanaskan dan ditampung ditangki, temperatur air yang
digunakan sekitar 800C. Disini air dialirkan ketangki pelarut, kemudian
ditambahkan gula sesuai dengan jumlah gula yang diperlukan.
Perbandingan antara air dan gula ditentukan oleh brix atau tingkat
kemanisan yang telah distandarkan. Brix merupakan perbandingan gram gula
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

ditambah air dalam 100 gram. Ditangki pelarut ditambahkan karbon aktif yang
berfungsi untuk menyerap bau gas-gas terlarut dan menghilangkan warna,
sehingga larutan gula menjadi jernih. Pelarutan gula dilakukan selama 60 menit
dan diaduk hingga homogen. Untuk memastikan apakah sirup sesuai dengan
ketentuan sirup diperiksa oleh quality control.
Proses berikutnya adalah penyaringan atau filtrasi. Sebelumnya dilakukan
precoating (pelapisan) untuk membentuk lapisan pada filter paper. Air olahan
dialirkan ketangki precoating yaitu sebuah tangki kecil yang terbuat dari stainless
steel yang dilengkapi dengan pengaduk. Kedalamnya ditambahkan filter aid
(hyplo supercell). Larutan dari tangki precoating disirkulasi melalui filter sampai
semua filter aid menempel pada filter paper dengan baik.
Larutan gula dialirkan ke filter kemudian disirkulasi sampai jenuh untuk
memastikan filter berfungsi dengan baik. Sirup yang sudah disaring dan jernih
didinginkan pada temperatur 20-250C kemudian dialirkan ketangki pencampur.
Pada tangki pencampur dimasukkan concentrate. Jenis concentrate yang
ditambahkan disesuaikan dengan produk yang dihasilkan, misalnya Coca Cola,
maka yang digunakan adalah concentrate Part I (aroma), Part II (warna) dan Part
III (rasa). Kemudian campuran diaduk selama 1 jam. Produk yang telah selesai
diproses, untuk tahap selanjutnya diuji atau diperiksa oleh bagian quality control.

3. Proses Pemurnian CO2


CO2 yang digunakan adalah CO2 yang dibeli dari PT. Aneka Gas Medan
dan UD. Mulya Perkasa Medan. CO2 ini kemungkinan besar masih mengandung
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

zat atau gas lain sehingga mengurangi kemurnian CO2. Untuk itu CO2 perlu
dimurnikan terlebih dahulu sebelum digunakan dengan cara berikut :
a. Pada tabung-tabung CO2 bagian atasnya harus disemprotkan dengan air
terlebih dahulu, agar selang-selang penghubung tidak membeku. Bila
selang membeku CO2 tidak akan mengalir dengan lancar.
b. CO2 dialirkan kedalam tabung yang berisi KMnO4 yang berfungsi untuk
mengikat zat empurity.
c. CO2 tersebut kemudian dialirkan kedalam tabung yang berisi air.
Tujuannya untuk memurnikan CO2 agar KMnO4 tidak terbawa pada proses
selanjutnya.
d. Tahap selanjutnya adalah dengan melewatkan CO2 pada tabung yang berisi
karbon, dengan tujuan untuk menghilangkan bau yang tidak diinginkan.
e. Yang terakhir CO2 disaring pada filter sehingga kotoran yang tersisa dapat
tertahan. CO2 yang telah melalui tahapan pemurnian (telah murni) dapat
digunakan dalam proses pencampuran.

4. Proses Pencampuran Air, Sirup dan CO2


Proses paramix adalah proses pencampuran air, sirup akhir dan CO2,
sehingga diperoleh minuman ringan (beverage) yang siap untuk diisi kedalam
kemasan.
Air (treated water) dan sirup akhir bersamaan masuk kedalam mesin
pencampuran. Air sebelumnya didearasi ke dearator tank. Dearasi adalah proses
pengeluaran udara dari dalam air, yang digunakan untuk membuat minuman
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

sehingga mempermudah proses karbonasi dan membuat kelancaran operasi


pengisian. Jadi dearasi ini bertujuan untuk memisahkan gas oksigen didalam air
sehingga CO2 mudah larut. Air masuk kedalam dearator tank dan gas O2 akan
dipompakan keluar oleh dearator tank.
Sirup akhir langsung dimasukkan kegelas sirup. Dengan perbandingan
tertentu, air dan sirup akhir dicampur. Hasil pencampuran didinginkan hingga
temperatur 00C sampai -10C dengan medium pendinginan glikol. Hal ini
dilakukan karena semakin rendah temperatur pencampuran, semakin tinggi
adsorbsi CO2.
Selanjutnya campuran dimasukkan ke karbonator untuk dikarbonasi.
Karbonasi adalah proses pencampuran gas CO2 dalam suatu cairan. CO2 yang
telah dimurnikan diinjeksi kekarbonator dengan tekanan tertentu agar produk
dapat mengadsorbsi CO2 hingga kandungan tertentu. Produk yang dikeluarkan
dari karbonasi ini disebut beverage (minuman ringan), kemudian beverage
tersebut diperiksa oleh quality control

dan diteruskan ke mesin filter

dan

crowner.

5. Proses Pembotolan
Ada beberapa tahap dalam proses pembotolan yaitu :
a. Pencucian Botol
Botol yang digunakan untuk pengisian minuman harus bersih, tidak rusak
atau pecah. Untuk memperoleh botol yang baik perlu diperiksa dan dicuci. Botol
yang berasal dari pasar maupun botol baru di penumpukan dibawa ketempat
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

penyortiran untuk diperiksa terlebih dahulu. Pemeriksaan bertujuan memperoleh


botol yang baik. Botol yang lolos dari penyortiran langsung dimasukkan ke
washing machine. Botol yang terlalu kotor dibawa ketempat pencucian manual
untuk terlebih dahulu dibersihkan secara manual, kemudian dilakukan pencucian
ulang di washing machine untuk memastikan botol lebih bersih. Sedangkan botol
yang rusak atau pecah disisihkan dengan bantuan conveyor. Botol-botol yang baik
dimasukkan kedalam mesin pencucian (washing machine) botol dengan cara kerja
sebagai berikut :
1. Botol dibilas dengan air yang disirkulasi kembali dari air pada tahap
pembilasan akhir. Air ini umumnya mengandung sedikit sisa caustic yang
dapat membantu pembilasan awal. Air dipanaskan sampai temperatur
450C.
2. Setelah melalui pembilasan awal, kotoran-kotoran dibagian dalam dan luar
botol yang tidak terlalu lekat akan melepas. Botol-botol kemudian masuk
ketangki perendam caustic I. Larutan didalam tangki ini bersuhu lebih
kurang 560C.
3. Kemudian botol-botol bergerak ketangki perendam caustic II yang
bersuhu lebih panas yakni kurang lebih 780C. Botol akan disemprotkan
bagian dalamnya untuk dibersihkan.
4. Botol kemudian melalui tangki perendam yang berisi air disirkulasi pada
tahap pembilasan akhir dengan suhu air 500C.
5. Botol akhirnya dibilas dengan air soft water dan mengalami penyemprotan
luar dan dalam sebanyak 2 kali.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

6. Botol-botol yang telah dicuci dialirkan dengan menggunakan conveyor


kemesin filter dan crowner. Sebelum botol diperiksa oleh inspector untuk
mengetahui apakah botol sudah memenuhi syarat. Botol yang masih kotor
atau cacat akan disisihkan.
b. Pengisian Minuman (Beverage) ke Botol
Langkah-langkah pengisian minuman ke botol adalah sebagai berikut :
1. Pembukaan counter pressure pada filling valve (kran pengisian).
Pembukaan ini bertujuan untuk memindahkan tekanan yang ada pada
mesin ke botol agar sama tekanannya.
2. Bila tekanannya sama, maka minuman akan turun dengan sendirinya
sesuai dengan prinsip gravitasi dan berakhir setelah vent tube tertutup.
3. Setelah pengisian selesai maka kran pengisian ditutup.
4. Secara perlahan-lahan dan harus tekanan yang masih tersisa didalam
bagian atas botol dibuang guna menghindari timbulnya buih, sehingga
minuman tidak keluar dari botol yang dapat berakibat isinya menjadi
berkurang. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara dalam
botol dengan tekanan udara luar.

c. Penutupan Botol
Tutup botol (crown cork) yang berada digudang dibawa ke tempat
penutupan botol. Botol-botol yang telah berisi minuman langsung ditutup dengan
penutup botol (crown cork), kemudian botol tersebut dengan bantuan conveyor
akan dibawa ketempat pengepakan.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

6.

Pemberian Kode Produksi dan Pengepakan


Ketika botol dalam perjalanan ketempat pengepakan, botol akan diberi kode

produksi oleh coding machine dan diperiksa oleh inspector. Produk yang tidak
memenuhi syarat disisihkan sebagai reject product. Selanjutnya untuk produk
yang sudah memenuhi syarat dibawa ditempat pengepakan. Botol tersebut dibawa
ke mesin uncaser melalui bantuan conveyor untuk disusun didalam crate,
kemudian operator akan menyusun palletizer tersebut diatas pallet. Produk diatas
pallet kemudian dipindahkan ke gudang produk jadi (full store) dengan
menggunakan forklift.

2.5.3.2. Proses Pembuatan Minuman Non-Karbonasi


Adapun proses pembuatan dan pembotolan minuman non-karbonasi
(Frestea dan Frestea Green) di perusahaan ini mengalami beberapa tahap yaitu :
1. Proses pengolahan air
2. Proses pembuatan simple sirup
3. Proses pembuatan beverage
4. Proses pencucian botol
5. Proses pengisian beverage kebotol
6. Penutupan botol
7. Pemberian kode produksi dan pengepakan

1. Proses Pengolahan Air


Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Air merupakan salah satu bahan baku utama dalam pembuatan minuman
pada PT.Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan. Air diperoleh dari 4 sumur
bor dengan kedalaman 100-200 meter dari permukaan tanah, dengan kedalaman
ini diharapkan air sumur sudah tidak mengandung zat-zat organik atau bebas dari
pencemaran. Untuk proses air yang digunakan adalah Treated Water dengan
uraian proses pengolahan sebagai berikut :
a. Pengambilan Air
Air dari sumur bor diambil dengan menggunakan pompa raw meter yang
berkapasitas 60 m3/jam.
b. Penghilangan Gas
Air dari sumur bor dimasukkan ke Reaction Tank melalui Degasifier.
Sebelum masuk ke Degasifier kepada air diinjeksikan H2SO4 3,5 4 %
yang berfungsi untuk menurunkan alkalinitas air hingga dibawah 85 ppm.
c. Pengendapan Flok
Air dari Degasifier masuk ke Floculator atau Reaction Tank kemudian
diberikan PAC (Poly Alumunium Chlorida) 6000-7500 ppm, kapur
(CaCO3) 300-500 0D dan klorin Ca(OCl2) 5-10 %. PAC berfungsi untuk
pengendapan

senyawa-senyawa

organik.

Kapur

berfungsi

untuk

menaikkan pH sehingga kecepatan pengendapan akan semakin besar.


Klorin berfungsi sebagai desifektan untuk menbunuh kuman-kuman dan
bakteri. Standar klorin dalam air adalah 1-5 ppm. Pada Floculator Tank,
flok akan megendap kebawah sementara air dibagian atas akan mengalir

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

ke Sand Filter. Antara permukaan air dengan flok adalah 1 - 1,25 m untuk
mempertahankan kejernihan air.
d. Penyaringan Air
Air dalam Floculator Tank dialirkan ke Sand Filter untuk disaring,
terdapat 4 unit tangki Sand Filter namun yang digunakan hanya 3 unit
sedangkan 1 unit lainnya dipakai sebagai cadangan. Sebagai bahan filter
digunakan kerikil dan pasir dengan ukuran sebagai berikut pada Tabel 2.5.
dibawah ini mulai dari lapisan teratas :
Tabel 2.5. Ukuran Kerikil dan Pasir yang Digunakan sebagai Bahan
Filter pada Sand Filter
Bahan

Kerikil

Diameter
(mm)

Tebal
(mm)

24-40

110

12-45

130

6-12

120

Bahan

Pasir

Diameter
(mm)

Tebal
(mm)

0,5-0,7

300

1-1,5

300

Sumber : Departemen Water Treatment PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan

Total tebal lapisan pasir ini tinggi Sand Filter. Setiap hari setelah
selesai produksi akan dilakukan backwash yang berfungsi untuk
menghilangkan partikel atau kotoran dalam Sand Filter. Untuk pencucian
pasir dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pencucian pasir dilakukan dengan
mengeluarkan pasir lalu dicuci dengan menggunakan HCL 2-5 %. Pasirpasir yang sudah dicuci dimasukkan kembali ke Sand Filter untuk
digunakan kembali.
e. Penyimpanan Air
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Dari Sand Filter ini dialirkan ke Storage Tank. Sebelumnya diberikan


Ca(OCl)2, sehingga kadar Cl-nya sebesar 6-8 pmm. Tujuannya adalah
membunuh bakteri-bakteri yang masih terdapat dalam air. Storage Tank
berfungsi

untuk menyimpan air. Pompa sumur bor akan mati secara

otomatis apabila ketinggian air sampai pada ketinggian maksimum. Proses


pengolahan air berjalan kembali apabila air mencapai ketinggian
minimum.
f. Pengaliran Air
Air dari Storage Tank dialirkan ke Hydrophore Tank. Fungsi dari
Hydrophore Tank adalah sebagai tempat perantara transfer air dari Storage
Tank ke Buffer Tank dengan bantuan dorongan udara sehingga dapat
dialirkan kebagian produksi dan keperluan minum.
g. Pembunuhan Bakteri
Air dari Hydrophore Tank dialirkan ke Buffer Tank. Pada Buffer Tank
diberikan klorin 10 %. Tujuannya adalah untuk membunuh sisa-sisa dari
bakteri yang masih terdapat didalam air yang telah diolah.
h. Penyerapan Klorin dan Partikel
Air dari Buffer Tank dialirkan ke Carbon Filter. Fungsi dari Carbon Filter
adalah untuk menyerap klorin dan partikel-pertikel kecil. Setelah melewati
Carbon Filter kadar Cl2 pada air menjadi 0,1 ppm.
i. Penyaringan Air
Dari Carbon Filter air melewati Bag Filter yang merupakan penyaringan
akhir dengan ukuran filter 5 . Bag Filter berfungsi untuk menyaring
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

partikel yang sangat halus seperti mikro organisme sehingga tidak dapat
lewat dan terikut dalam proses produksi.

2.

Proses Pembuatan Sirup


Pada proses pembuatan sirup ada beberapa tahap-tahap yang harus

diperhatikan sebagai berikut :


a. Pemanasan Air dan Concentrate Part III (Daun Teh)
Air dari Hyrophore Tank dan Concentrate Part III (daun teh) dimasukkan
ke Hot Water Tank. Air dan Concentrate Part III (daun teh) yang masuk ke
Hot Water Tank dipanaskan dengan temperatur 900C selama 10 menit,
kemudian disaring dengan alat penyaring. Kemudian diperiksa kepekatan
campuran ekstrak teh dan air. Setelah itu daun teh yang telah dipakai
dibung. Adapun daun teh yang berwarna coklat dan beraroma melati
didatangkan dari Jakarta.
b. Pelarutan Gula (Pembuatan Sirup Dasar)
Pada pembuatan sirup, air hasil olahan (treated water) dialirkan ke heat
exchanger untuk dipanaskan dan ditampung di tangki. Disini air dialirkan
ke tangki pelarut, kemudian ditambahkan gula sesuai dengan jumlah gula
yang diperlukan. Perbandingan antara air dan gula ditentukan oleh brix
atau tingkat kemanisan yang telah distandarkan. Brix merupakan
perbandingan gram gula ditambah air dalam 100 gram. Temperatur air
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

yang digunakan sekitar 800C. Di tangki pelarut ditambahkan karbon aktif


yang berfungsi untuk menyerap bau gas-gas terlarut dan menghilangkan
warna, sehingga larutan gula menjadi jernih. Pelarutan gula dilakukan
selama 60 menit dan diaduk hingga homogen. Untuk memastikan apakah
sirup sesuai dengan ketentuan sirup diperiksa oleh quality control.
c. Penyaringan sirup dasar
Sirup dasar dialirkan ke filter dn didistribusikan sampai filternya bersih.
Sebelum sirup dasar dimasukkan ke filter dilakukan procoating (pelapisan
awal). Procoating adalah membentuk lapisan pada filter paper. Air treated
dialirkan ketangki precoating yaitu sebuah tangki kecil yang terbuat dari
stainless steel yang dilengkapi oleh sebuah agitator. Filter aid
ditambahkan ke tangki precoating. Cairan dari tangki precoating
disirkulasi melalui filter sampai semua filter aid menempel pada filter
paper dengan baik.
d. Pendinginan Sirup Dasar
Sirup dasar yang telah disaring didinginkan di syrup cooler. Temperatur
pendinginan di syrup cooler adalah 20-250C. Setelah sirup dasar
didinginkan kemudian dimasukkan ke tangki pencampur.

3.

Proses Pembuatan Beverage


Adapun proses dalam pembuatan beverage adalah :

a. Campuran ekstrak teh dan air yang dipanaskan dimasukkan ke tangki


pencampur yang didalamnya sudah terdapat sirup dasar (larutan gula)
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

sesuai dengan brix atau tingkat kemanisan yang telah distandarkan.


Temperatur campuran ekstrak teh dan air melarutkan gula dengan suhu
lebih kurang 1350C.
b. Campuran ini kemudian diteruskan kegelas sirup dan dicampur dengan air
dengan perbandingan tertentu. Hasil dari campuran ini disebut dengan
beverage yang kemudian diteruskan ke mesin Filter (mesin pengisi
kebotol) dan Crowner (tutup botol).

4.

Proses Pencucian Botol


Botol-botol yang digunakan untuk pengisian minuman harus bersih (bebas

kuman), tidak rusak atau pecah. Untuk itu botol-botol sebelum digunakan harus
dicuci terlebih dahulu.
Botol-botol bekas yang datang dari pasar (setelah dikonsumsi konsumen)
atau botol baru masuk kemesin pencuci botol, terlebih dahulu disortir. Tujuannya
untuk memeriksa apakah ada botol yang terlalu kotor atau rusak. Botol yang yang
terlalu kotor akan dipisahkan untuk dicuci secara manual, sementara botol-botol
dimasukkan kedalam mesin pencucian botol yang cara kerjanya adalah sebagai
berikut :
1. Botol dibilas dengan air yang disirkulasi kembali dari air pada tahap
pembilasan akhir. Air ini umumnya mengandung sedikit sisa caustic yang
dapat membantu pembilasan awal. Air dipanaskan sampai temperatur
450C.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

2. Setelah melalui pembilasan awal, kotoran-kotoran dibagian dalam dan luar


botol yang tidak terlalu lekat akan melepas. Botol-botol kemudian masuk
ketangki perendam caustic I. Larutan didalam tangki ini bersuhu lebih
kurang 560C dan konsentrasi caustic lebih kurang 2,50C.
3. Kemudian botol-botol bergerak ketangki perendam caustic II yang
bersuhu lebih panas yakni kurang lebih 780C. Botol akan disemprotkan
bagian dalamnya untuk dibersihkan.
4. Botol kemudian melalui tangki perendam yang berisi air disirkulasi pada
tahap pembilasan akhir dengan suhu air 960C.
5. Botol akhirnya dibilas dengan air soft water dan mengalami penyemprotan
luar dan dalam sebanyak 2 kali.
6. Botol-botol yang telah dicuci dialirkan dengan menggunakan conveyor
kemesim filter dan crowner. Sebelum botol diperiksa oleh inspector untuk
mengetahui apakah botol sudah memenuhi syarat. Botol yang masih kotor
atau cacat akan disisihkan.

5.

Proses Pengisian Beverage ke Botol


Adapun proses-proses dalam pengisian beverage ke botol adalah sebagai

berikut :
a. Pembukaan filling valve (kran pengisian). Pembukaan filling valve
bertujuan untuk agar tekanan yang ada pada mesin dapat pindah kebotol.
b. Setelah tekanan sama maka minuman akan turun dengan sendirinya sesuai
dengan prinsip gravitasi dan berakhir setelah vent tube tertutup.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

c. Penutup filling valve secara otomatis sesuai volume botol yang diset
terlebih dahulu.
d. Pembuangan udara yang masih tersisa dalam ruang botol bagian atas
ditujukan untuk menghindari timbulnya buih sehingga minuman keluar
dari botol yang mengakibatkan isinya menjadi kurang. Hal ini bisa terjadi
karena adanya perbedaan tekanan udara luar.

6.

Penutupan Botol
Botol yang berisi minuman selanjutnya ditutup dengan menggunakan

crowner machine yang fungsinya untuk menutup botol.


Botol yang sudah ditutup selalu dicek oleh inspector. Inspector akan
mensortir minuman yang tidak memenuhi syarat misalnya retak, volume botol
yang kurang atau yang berlebih dan sebagainya. Minuman tersebut disisihkan
sebagai reject produck. Produk ini tidak boleh dijual sedangkan minuman yang
baik (lolos sortir) akan dibawa ketempat pengepakan melalui conveyor.

7.

Pemberian Kode Produksi dan Pengepakan


Sebelum sampai ketempat pengepakan, botol diberi kode produksi oleh

coding machine dan diperiksa oleh inspector. Produk yang tidak memenuhi syarat
akan disisihkan untuk dibuang. Ditempat pengepakan, botol dimasukkan oleh
operator kedalam crate dan disusun diatas pallet yang telah diisi dengan produk
ke gudang produk jadi.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

2.6.

Mesin dan Peralatan

2.6.1. Mesin Produksi


Spesifikasi

mesin produksi yang dipergunakan untuk masing-masing

bagian dapat dilihat pada lampiran 7.


2.6.2. Peralatan (Equipment)
Adapun peralatan yang digunakan dalam proses produksinya dapat dilihat
pada lampiran 8.

2.7.

Utilitas
Untuk mendukung kelancaran proses produksi dibutuhkan utilitas yang

meliputi :
1. Air
Air diperoleh dari sumur bor dengan kedalaman 80-100 meter dan diolah
menjadi 2 jenis yaitu :
a. Treated Water
Treated Water digunakan untuk produksi, laboratorium, keperluan air
minum kantin dan kantor.
b. Soft Water
Soft Water digunakan untuk pencucian tangki, keperluan kamar mandi,
pencucian ruangan, dan pekarangan.
2. Listrik
Listrik PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan menggunakan
fasilitas listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dimana kapasitas
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

PLN yang bisa dipakai adalah 1040 KVA selebihnya menggunakan


generator listrik sendiri dengan kapasitas 1500 KVA. Generator listrik ini
akan dipergunakan apabila aliran listrik dari PLN terputus.

3. Steam
Steam merupakan tekanan uap panas yang dihasilkan oleh alat boiler. PT.
Coca Cola bottling Indonesia Unit Medan memiliki 2 buah boiler yang
menggunakan bahan bakar gas dengan kapasitas air sebanyak 4 dan 5 ton.
Cara kerja boiler adalah sebagai berikut : air soft water dialirkan dari
buffer tank ke ion exchanger yang mengandung resin untuk melunakkan
air menjadi 00D. Setelah itu air dialirkan ke degasifier yang dipanaskan
oleh steamer sehingga air didalamnya menjadi 1050C dan tekanan 0,25
kg/cm2 sehingga dapat menyingkirkan CO2. Tangki degasifier terhubung
dengan boiler pit yang bekerja secara flowswitch dimana bila permukaan
air di boiler rendah. Maka pompa akan aktif mengalirkan air ke boiler.
Boiler berupakan ketel api dengan suhu 10000C yang menghasilkan
tekanan uap 8-9 bar. Uap panas yang dihasilkan dikirim melalui pipa-pipa
kapiler dan digunakan untuk :
a. Melarutkan gula dalam proses pembuatan sirup untuk produksi
minuman baik karbonasi maupun non-karbonasi
b. Memanaskan air dalam proses produksi minuman non-karbonasi
c. Frestea yang diproduksi dalam keadaan panas yaitu 1350C (UHT)
d. Memanaskan air untuk mesin pencuci botol di line 1 dan 3
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

e. Memanaskan air untuk pencucian tangki (backwasher)

4. Laboratorium
Laboratorium merupakan sarana pendukung PT. Coca Cola Bottling
Indonesia Unit Medan yang juga memegang tugas sebagai quqlity control
yang menjamin kualitas produk. Laboratorium ini berfungsi untuk :
a. Quality Internal (Memastikan bahan baku/ chemical yang digunakan
baik)
b. Quality Bottling Line (Mengontrol proses mulai dari pembuatan sirup,
pembotolan hingga menjadi produk jadi)
c. Quality External (Menjamin kualitas produk di pasar)

2.8.

Safety and Fire Protection


Kebakaran pada bangunan gedung menimbulkan kerugian berupa korban

jiwa, harta benda dan lingkungan, sementara itu penggunaan bahan atau
komponen-komponen bangunan dan peralatan serta instalasi dalam bangunan
belum memenuhi ketentuan yang berlaku. Ditinjau dari segi disiplin dan kualitas
karyawan serta peralatan pemadam kebakaran belum memadai. Menyadari hal
tersebut diatas perlu dibuat ketentuan yang bersifat teknis dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Faktor-faktor penyebab kebakaran
adalah :
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

1. Akibat bahan bakar yang mudah terbakar


2. Akibat oksigen (O2)
3. Akibat suhu panas yang tinggi
Apabila salah satu dari ketiga faktor tersebut dipisahkan maka kebakaran
tidak akan terjadi. Maka dapat dilakukan pencegahan atau penanggulangan untuk
menghindarkan penyebab kebakaran tersebut :
1. Pencegahan Kebakaran
Yaitu suatu usaha preventif yang dilakukan secara maksimal pada suatu
lokasi kerja agar terhindar dari bahan-bahan yang dapat menimbulkan
kebakaran.
2. Penanggulangan Kebakaran
Yaitu suatu tindakan awal dan sedini mungkin bila terjadi kebakaran,
sehingga marak dan meluasnya kebakaran dapat dihindarkan atau
dipadamkan.
3. Maksud dan Tujuan
Pembentukan struktur organisasi penanggulangan kebakaran adalah
meliputi tugas-tugas dan kewajiban bagi seluruh karyawan agar tercapai
kesiap siagaan dalam menghadapi kebakaran dan memiliki kemampuan
untuk dapat mencegah, menghindari dan menyelamatkan sumber daya
manusia, sumber daya produk, citra dan reputasi perusahaan. Berdasarkan
prosedur yang telah ditetapkan serta memiliki kemampuan untuk
memadamkan kebakaran. Mengadakan pelatihan secara bertahap yang
dilaksanakan

oleh

perusahaan

untuk

meningkatkan

kemampuan,

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

keterampilan dan pelaksanaan dilapangan agar dapat bertindak tepat dan


benar.

2.9.

Waste Treatment
Limbah yang dihasilkan PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan

secara umun dapat diklasifikasikan atas dua bagian yaitu :


a. Limbah Padat
Yang tergolong dalam limbah padat adalah segala sesuatu zat padat yang
tidak bermanfaat lagi dan dapat mengganggu jalannya proses produksi
seperti : botol yang tidak layak pakai, sedotan minuman dan kertas.
b. Limbah Cair
Yang tergolong limbah cair adalah : limbah yang berasal dari proses
produksi dan limbah dari proses sanitasi.

2.10. Jenis Tata Letak Pabrik


Tata letak merupakan gambaran aliran proses komponen-komponen suatu
produk untuk melihat interaksi antara pekerja, mesin/peralatan dan pemindahan
bahan mulai dari bagian penerimaan melalui bagian pabrikasi sampai ke
pengiriman bahan jadi.
Tata letak pabrik yang baik dapat diartikan sebagai susunan yang teratur
terhadap semua fasilitas-fasilitas pabrik dan tenaga kerja yang berada didalam
pabrik. Fasilitas pabrik tidak saja mesin-mesin juga termasuk service area.
Service area adalah tempat penerimaan dan pengiriman barang, gudang, bengkel,
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

power house, atau dapat dikatakan area yang menunjang proses produksi. Tata
letak meliputi tata letak didalam gedung maupun diluar gedung.
Ditinjau dari letak mesin dan peralatan yang ada didalam pabrik, ada dua
tipe tata letak pabrik yang digunakan yaitu :
1. Process Layout
Process layout adalah semua mesin dan peralatan yang sama ditempatkan
atau dikelompokkan dalam suatu area atau departemen yang sama. Jadi
hanya terdapat satu jenis proses disetiap bagian atau departemen.
2. Product Layout
Product layout adalah mesin-mesin dan peralatan lainnya diatur menurut
urutan proses untuk menghasilkan produk. Pada PT. Coca Cola Bottling
Indonesia Unit Medan, tata letak pabriknya mengikuti product layout.

2.11. Pola Aliran Bahan


Setiap perusahaan berpendapat bahwa produktivitas dapat ditunjang baik
oleh suatu aliran unsur (bahan, komponen dan orang) yang bergerak melalui
fasilitas dengan efisien. Tujuan utama dalam perencanaan perusahaan yang efisien
adalah memperoleh aliran unsur yang mempermudah perpindahan unsur yang
efisien lewat kegiatan. Masalah aliran keseluruhan muncul dari kebutuhan untuk
memindahkan unsur, dari permulaan proses (penerimaan) sampai akhir
(pengiriman) sepanjang lintasan agar mendapatkan lintasan yang paling efisien.
Sebuah pola aliran bahan yang direncanakan dengan baik dan cermat mempunyai

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

beberapa keuntungan, dan pola aliran yang baik akan menuju pencapaian
beberapa tujuan rancangan fasilitas yaitu :

1. Menaikkan efisiensi produksi dan produktivitas


2. Pemanfaatan ruangan pabrik yang lebih baik
3. Kegiatan pemindahan yang lebih sederhana
4. Pemanfaatan peralatan

yang

lebih

baik

dan

mengurangi waktu

menganggur
5. Mengurangi waktu proses
6. Pemanfaatan tenaga kerja lebih efisien
7. Mengurangi persediaan dalam proses
8. Mengurangi kerusakan produk
9. Mengurangi jarak jalan kaki
10. Mengurangi kemacetan lalulintas dalam gang
11. Dasar bagi tata letak yang efisien
12. Penyediaan mudah
13. Pengendalian produksi lebih sederhana
14. Kecelakaan minimal
15. Langkah balik (back tracking) minimal
16. Aliran produksi lancar
17. Proses penjadwalan lebih baik
18. Mengurangi kondisi penuh sesak
19. Kerumah tanggaan lebih baik
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

20. Urutan pekerjaan logis


Jika manfaat seperti diatas dapat dicapai dengan merencanakan aliran
barang, tidaklah sulit melihat kesalahan yang berkembang dalam perusahaan yang
mempunyai aliran tidak terencana. Dalam kenyataannya sebaliknya ada
perencanaan aliran yang berlaku sekarang, dan perencanaan aliran induk atau pola
untuk perencanaan jangka panjang. Pabrik Coca Cola Bottling Indonesia Unit
Medan memiliki pola aliran bahan yang berbentuk Zig-zag.

2.12. Rincian Bagian/Departemen


PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan dibangun diatas tanah
seluas 51,353 m2 atau 51 Ha. Lokasi dibangun untuk :
1. Bangunan Kantor

: 6,5 m x 7,2 m

2. Bottling Hall

: 59m x 89 m

3. Water Treament

: 24 m x 29,5 m

4. Waste Water Treatment

: 50 m 48,5 m

5. Gudang Bahan Baku dan Bahan Jadi

: 31 m x 28,5 m

6. Bengkel

: 56 m x 21 m

7. Kamar Mesin

: 13 m x 15 m

8. Pos Satpam

:3mx9m

9. Poliklinik

:3mx9m

10. Koperasi

: 12 m x 11,5 m

11. Laboratorium

: 10 m x 13 m

12. Tempat Ibadah

: 11,5 m x 19 m

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

13. Tempat Parkir

: 21 m x 8,5 m

14. Kantin

: 11,5 m x 19 m

15. Dan lain-lain


2.13. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah keterikatan suatu bagian-bagian yang saling
berhubungkan dan saling mempengaruhi karena adanya hubungan secara
keseluruhan. Dipandang dari fungsinya, organisasi adalah pengelompokan dan
pengurutan dari berbagai aktivitas, penunjukan orang-orang untuk mengerjakan
aktivitas tersebut, penyediaan lingkungan kerja dan fasilitas yang sesuai dengan
penempatan kepada masing-masing orang yang ditugaskan. Organisasi dapat juga
diartikan sebagai

kelompok orang yang bertanggung jawab bersama-sama

mengadakan kerja sama untuk mencapai tujuan yang tertentu. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa unsur-unsur dasar organisasi adalah dua orang atau lebih,
adanya maksud kerja sama, adanya pengaturan hubungan dan adanya tujuan yang
hendak dicapai.
Dalam mencapai tujuan perusahaan, perlu dilakukan penyusunan
organisasi dan manajemen untuk mempermudah pelaksanaan tugas dan kewajiban
serta pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dari atasan kepada bawahan.
Perusahaan yang terdiri dari berbagai bagian aktivitas yang berbeda-beda harus
dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga dapat mencapai target dan sasaran
perusahaan dengan kondisi efisien yang tinggi. Tugas individual ini dalam
pelaksanaanya selalu dihubungkan dengan sistem dan prosedur yang berlaku
dalam organisasi yang bersangkutan. Dengan demikian organisasi bukan hanya
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

sekedar kerangka pembagian tugas, melainkan seluruh perangkat beserta fungsifungsinya yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
Setiap perusahaan mempunyai suatu pola dasar struktur organisasi, yang
relatif permanen sifatnya, tetapi kadang kala mengalami perubahan sesuai dengan
perkembangan yang dialami oleh organisasi tersebut, seperti penggantian
pemimpin, perubahan tujuan organisasi dan lain-lain. Dari sudut pandang ini
organisasi dapat dianggap sebagai suatu wadah dimana kegiatan manajeman
dilakukan. Sebagai suatu proses, organisasi akan menimbulkan 2 macam
hubungan yaitu :
1. Hubungan Formal, terlihat dari tata bubungan yang berupa suatu susunan
tata kerja lengkap dengan tugas dan kewajiban organisasi.
2. Hubungan Informal, terlihat pada tingkah laku dan tindakan masingmasing individu yang terlihat dalam organisasi tersebut. Hubungan ini
menyangkut hubungan pribadi, hubunga atasan dengan bawahan dan
hubungan lainnya. Berhasilnya organisasi kedua hubungan ini harus
mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, bahkan harus diberikan
perhatian yang sama besarnya.
Adapun beberapa jenis struktur organisasi yang umum yaitu :
1. Organisasi Garis (Line Organization)
Pada organisasi jenis ini, garis bersama dari kekuasaan dan tanggung
jawab bercabang pada tiap tingkat pimpinan, dari yang teratas sampai yang
terbawah. Setiap atasan mempunyai sejumlah bawahan dan masingmasing bawahan memberikan pertanggung-jawaban tugasnya kepada
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

atasannya. Karena itu, pada organisasi garis, atasan dituntut untuk


memiliki pengetahuan luas, karena tidak memiliki staf (pembantu ahli).
Jenis organisasi ini sesuai untuk perusahaan kecil. Organisasi Garis
memiliki kebaikan dan kelemahan, kebaikan organisasi garis adalah :
-

Kesatuan dalam kepemimpinan dan perintah

Pengambilan keputusan lebih cepat

Solidaritas karyawan tinggi

Biayanya rendah

Sedangkan keburukan organisasi garis adalah :


-

Terlalu bergantung pada satu orang (pimpinan), sehingga kalau ia tidak


mamapu, akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisasi tersebut.

Adanya kecenderungan pimpinan untuk bertindak otokratis

Perkembangan kesempatan karyawan terbatas.

2. Organisasi Garis dan Staff (Line and Staff Organization)


Organisasi ini banyak digunakan oleh perusahaan besar yang daerah
usahanya luas serta memiliki bidang tugas yang kompleks. Disini kesatuan
perintah juga dipertahankan, atasan bemiliki bawahan tertentu dan
bawahan hanya menerima perintah dari seorang atasan. Kepala atasan
tersebut bawahan harus bertanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaanya.
Dalam hal ini terdapat satu atau beberapa staf yang dimaksud staf disini
adalah ahli dalam bidang tertentu yang bertugas memberi nasehat ataupun
saran-saran yang sesuai dengan bidangnya kepada pimpinan dalam
organisasi tersebut bilamana pimpinan mengalami kesulitan dalam
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

menangani permasalahan dalam organisasi. Karena itu staf disini tidak


memiliki hak untuk memerintah hanya pimpinan saja. Dalam struktur
Organisasi Garis dan staf juga dijumpai adanya kebaikan dan keburukan,
kebaikan organisasi garis dan staf adalah :
-

Relevan untuk perusahaan besar

Keputusan lebih rasional karena adanya staf ahli

Dapat mewujudkan The right man in the right place

Keburukan organisasi garis dan staf adalah :


-

Organisasinya rumit karena kompleksnya susunan organisasi serta


membutuhkan biaya tinggi

Koordinasi kadang-kadang sukar diterapkan

Solidaritas sesama karyawan berkurang karena jumlahnya yang banyak


sehingga memungkinkan mereka untuk tidak lagi saling mengenal

3. Organisasi Fungsional (Functional Organization)


Organisasi ini didasarkan atas fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi
tersebut, seperti fungsi produksi, keuangan, personalia, administrasi, dan
lain-lain.

Dalam

organisasi

fungsional,

seorang

karyawan

tidak

bertanggung jawab kepada satu atasan saja. Pimpinan berwenang pada


satuan-satuan organisasi dibawahnya untuk bidang pekerjaan tertentu.
Pimpinan berhak memerintah semua karyawan disemua bagian, selama
masih berhubungan dengan bidang kerjanya. Pada organisasi ini, terdapat
sejumlah spesialis fungsional yang mengawasi kegiatan masing-masing
karyawan, sehingga berbagai unit staf mempunyai wewenang garis atas
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

orang yang sama. Sebagaimana dua struktur organisasi sebelumnya, dalam


organisasi fungsional juga dijumpai adanya kebaikan dan keburukannya.
Kebaikan organisasi fungsional adalah :
-

Pembagian tugas jelas

Spesialisasi karyawan dapat dikembangkan dan digunakan semaksimal


mungkin

Masing-masing fungsi dipegang oleh orang yang ahli dalam


bidangnya, sehingga dapat keserasian antara tugas dan kewajibannya

Sedangkan keburukannya adalah :


-

Tidak ada kesatuan perintah karena karyawan dapat menerima perintah


dari beberapa atasan yang sama-sama memiliki kekuasaan

Karyawan yang telah merasa ahli dalam bidangnya sulit bekerja sama,
karena

masing-masing

merasa

bidang

spesialisasinyalah

yang

terpenting 1
Pada prinsipnya bentuk struktur organisasi yang digunakan tergantung
pada ukuran, sifat dan kerumitan masalah yang timbul di perusahaan tersebut. PT.
Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan mempunyai struktur organisasi yang
berbentuk fungsional, Organisasi Garis dan Staf.
Pimpinan (General Manager) langsung membawahi setiap manajer
sedangkan staf bekerja dan memberikan saran-saran kepada bawahannya. Gambar
struktur organisasi PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan dapat dilihat
pada Gambar 2.3. berikut ini :
1

M. Fuat, dan Christine. H, Pengantar Bisnis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta, 2001, Hal : 92-109.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

2.13.1. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab


Untuk menjalankan organisasi pada PT. Cola Cola Bottling Indonesia
Medan perlu adanya pembagian tugas, wewenang dam tanggung jawab dari
masing-masing jabatan. Adapun tugas wewenang dan tanggung jawab pada
masing-masing jabatan dalam struktur organisasi pada PT. Coca Cola Bottling
Indonesia Medan dapat dilihat pada Lampiran 9.

2.14. Tenaga Kerja dan Jam Kerja


2.14.1. Jumlah Tenaga Kerja
Tenaga kerja di PT. Coca Cola Botling Indonesia Unit Medan direkrut dari
tenaga kerja bangsa indonesia sendiri. Sebagian besar tenaga kerja dibagian
produksi dan pemasaran direkrut dari penduduk sekitar pabrik.
Jumlah tenaga kerja pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan sampai
pada bulan Juni 2008 sebanyak 627 orang karyawan. Perincian jumlah karyawan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Rincian Jumlah Tenaga Kerja PT. Coca Cola Bottling
Indonesia Medan
Departemen

Jumlah Karyawan

General Administation

9 orang

Finance and Accounting

14 orang

Human Resources

26 orang

Sales and Marketing

408 orang

Production

170 orang

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Total

627 orang

Sumber : Human Resources Departement PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan

Rincian jumlah tenaga kerja diatas adalah untuk ketiga status karyawan
dibawah ini. Status karyawan pada perusahaan ini mempunyai status sebagai
berikut :
1. Karyawan bulanan (tetap) dengan gaji/upah dibayar sekali sebulan sesuai
dengan klasifikasi penggajian yang dibagi-bagi dalam golongan tertentu.
2. Karyawan harian dengan upah/gaji yang dibayar sekali dalam dua minggu
sesuai dengan standart upah yang berlaku diperusahaan dengan
berpedoman pada ketentuan upah minimum yang ditetapkan pemerintah.
3. Karyawan honorer/kontrak dengan upah yang ditetapkan berdasarkan
dokumen perjanjian kontrak secara individu.

2.14.2. Jam Kerja


Agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan optimal dalam
melaksanakan operasional pabrik untuk mencapai tujuan maka diperlukan
pengaturan waktu jam kerja yang baik.
Sesuai dengan peraturan DEPNAKER bahwa jam kerja seorang karyawan
adalah 40 jam perminggu, selebihnya diperkirakan jam lembur. Pengaturan jam
kerja normal untuk karyawan adalah sebagai berikut :
1. Semua karyawan kecuali karyawan di Departemen Marketing, Departemen
Human Resource Development yaitu bagian Security, Departement TOL
(Technical Operation and Logistic) yaitu bagian kamar mesin dan

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Produksi, hari kerjanya adalah hari Senin samapai hari Jumat dengan jam
kerja dapat dilihat pada Tabel 2.7.
Tabel 2.7. Rincian Jam Kerja PT. Coca Cola Bottling Indonesia
Medan
NO

PUKUL

KETERANGAN

Jam 08.00-12.00 WIB

Waktu kerja

Jam 12.00-13.00 WIB

Waktu istirahat

Jam 13.00-17.00 WIB

Waktu kerja

2. Untuk Departemen Marketing jam kerja untuk hari Senin sampai Jumat
adalah:
Tabel 2.8. Rincian Jam Kerja PT. Coca Cola Bottling Indonesia
Medan
NO

PUKUL

KETERANGAN

Jam 08.00-12.00 WIB

Waktu kerja

Jam 12.00-13.00 WIB

Waktu istirahat

Jam 13.00-17.00 WIB

Waktu kerja

3. Departemen Human Resources Development (HRD yaitu bagian Security,


Technical Operation and Logistic yaitu bagian kamar mesin dan bagian
produks i, jam kerja dibagi atas tiga shift setiap hari yaitu :

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tabel 2.9. Rincian Shift Jam Kerja PT. Coca Cola Bottling Indonesia
Medan
NO

SHIFT

KETERANGAN

Shift I

Jam 06.00-14.00 WIB waktu kerja

Shift II

Jam 14.00-22.00 WIB waktu kerja

Shift III

Jam 22.00-06.00 WIB waktu kerja

Untuk bagian Security terdiri dari 4 orang dengan penggantian shift setiap
2 hari sekali, sedangkan untuk bagian kamar mesin penggantian shift 5 hari sekali
dengan 1 orang tenaga kerja untuk setiap shift.

2.15. Sistem Pengupahan dan Fasilitas


2.15.1. Sistem Pengupahan
Gaji adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari perusahaan kepada
karyawan untuk suatu pekerjaan yang telah dilakukan yang dinilai dalam bentuk
perjanjian atau undang-undang. Banyak cara atau sistem pembayaran gaji yang
digunakan oleh perusahaan. Setiap perusahaan memakai sistem yang berbedabeda, dengan dasar sistem tersebut akan membawa keuntungan bagi perusahaan
tampa merugikan karyawan.
Sistem pengupahan di perusahaan ini dibedakan atas :
1. Untuk karyawan bulanan dan honorer menerima gaji setiap bulan sekali
pada tanggal 25, yaitu untuk General Manager Office, Departement
Accountong, dan Human Resources.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

2. Untuk karyawan harian menerima gaji dua minggu sekali yaitu untuk Sales
Marketing dan Produksi dikelola oleh koperasi. Bagi setiap karyawan yang
bekerja diluar jam kerja normal, akan diberikan upah lembur dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Upah tenaga kerja tetap
Upah lembur = 1/173 x gaji pokok x jumlah jam lembur
Berdasarkan ketentuan Depnaker jam kerja sebulan adalah 173 jam.
b. Upah tenaga kerja lepas/honor
Upah lembur = 3/20 x jumlah jam lembur
Penentuan upah lembur/jam adalah sebagai berikut :
a. Untuk hari biasa :
- Jam lembur pertama dikali 1,5 x upah
- Jam lembur selebihnya dikali 2 x upah lembur
b. Untuk hari Sabtu/libur :
- Jam pertama dikali 2 x upah lembur
- Jam kedelapan dikali 3 x upah lembur
- Jam lesembilan dan seterusnya dikali 4 x upah lembur
c. Untuk karyawan yang lembur diberikan juga tambahan uang makan
lembur sebesar :
- Untuk lembur 3 jam pertama diberikan uang makan senilai 1 kali
makan.
- Untuk jam lembur berikutnya akan ditambah lagi uang makan senilai
1 kali makan (setiap 5 jam berikutnya).
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Khusus untuk bagian Marketing tidak diperhitungkan lembur apabila


bekerja diuar jam kerja yang telah ditentukan, tetapi mereka akan mendapat
insentif.

2.15.2. Fasilitas
Selain upah resmi, perusahaan juga memberikan beberapa fasilitas kepada
setiap tenaga kerja, antara lain perusahaan menyediakan fasilitas dan tunjangan
kepada karyawan berupa :
1. Tunjangan asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK)
2. Makan disediakan
3. Uang duka/biaya pemakaman
4. Bonus/profit sharing yang besarnya tergantung keuntungan perusahaan
tiap tahun
5. Perumahan (khusus untuk kepala seksi keatas)
6. Tunjangan THR, diberikan setiap hari besar
7. Uang transport harian
8. Pergantian biaya perobatan yang diatur berdasarkan SK. Direksi termasuk
biaya perawatan, bersalin, kaca mata, dan lain-lain.
9. Pakaian dan peralatan dinas
10. Dana cuti
Cuti satu bulan bagi melaksanakan ibadah haji.
11. Bonus/profit sharing yang besarnya tergantung keuntungan perusahaan
tiap tahun.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

12. Dana pensiun


13. Poliklinik
14. Koperasi
15. Rekreasi tahunan

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1.

Pengukuran Waktu Kerja


Pengukuran waktu kerja dan analisa metode kerja pada dasarnya akan

memusatkan perhatiannya pada bagaimana (how) suatu macam pekerjaan akan


diselesaikan. Dengan mengaplikasikan prinsip dan teknik pengaturan cara kerja
yang optimal dalam sistem kerja tersebut, maka akan diperoleh alternatif metoda
kerja pelaksanaan kerja yang dianggap memberikan hasil yang paling efektif dan
efisien. Suatu pekerjaan akan dikatakan diselesaikan secara efisien apabila waktu
penyelesaiannya berlangsung sangat singkat. Untuk menghitung waktu baku
(standard time) penyelesaian pekerjaan guna memilih alternatif metoda kerja yang
terbaik, maka perlu diterapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengukuran kerja
(work measurement atau time study).
Secara singkat pengukuran kerja adalah metoda penetapan keseimbangan
antara kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan.
Time study adalah suatu teknik dalam menentukan waktu standard dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Teknik ini didasarkan pada pengukuran waktu
sesuai dengan metode yang digunakan dengan memperhatikan kelonggaran waktu
untuk kebutuhan pribadi, fatigue, dan hambatan tak terhindarkan. Waktu yang
diambil sebagai dasar pertimbangan adalah waktu yang secara normal diperlukan

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

oleh seorang pekerja untuk menyelesaikan satu siklus pekerjaan dengan metode
terbaik. 2
Secara garis besar teknik-teknik pengukuran waktu dibagi dalam dua
bagian yaitu :
1. Teknik Pengukuran Waktu Kerja Secara Langsung
Teknik pengukuran waktu kerja secara langsung adalah teknik pengukuran
waktu yang dilakukan langsung pada pekerjaan yang akan diukur waktu
standardnya. Ada dua cara yang termasuk kedalam teknik ini yaitu Stop Watch
Time Study (jam henti) dan Work Sampling (sampling pekerjaan).
Pengukuran waktu kerja dengan jam henti (stop watch time study)
diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Taylor sekitar abad 19 yang lalu.
Metoda ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
berlangsung dingkat dan berulang-ulang. Dari hasil pengukuran maka akan
diperoleh waktu baku untuk meyelesaikan suatu siklus pekerjaan. Yang mana
waktu ini akan dipergunakan sebagai standard penyelesaian pekerjaan bagi semua
pekerja yang akan melaksanakan pekerjaan yang sama seperti itu.
Stop watch time study adalah salah satu teknik untuk mengukur waktu
yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang terampil dan terlatih dalam suatu
metode yang khusus untuk menyelesaikan suatu kegiatan dalam keadaan normal
dengan menggunakan jam henti (stop watch). Pengukuran waktu jam henti (stop
watch) merupakan cara atau teknik pengukuran kerja yang paling banyak dipakai
2

Sritomo Wigujasoebroto; Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu; Teknis Analisis untuk
Pengendalian Produktivitas Kerja; Penerbit Guna Widya; Edisi Pertama Cetakan Kedua; 2000,
Surabaya, Hal : 169-170

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

dan paling dikenal. Salah satu sebabnya adalah karena kesederhanaan aturanaturan yang dipakai. Sesuai dengan namanya maka pengukuran waktu ini
menggunakan stop watch (jam henti) sebagai alat utamanya.
Beberapa langkah umum dalam pengukuran allowance real dengan stop
watch time study adalah :
a. Menelaah dan mencatat informasi mengenai operasi dan operator dari
objek yang akan diamati.
b. Memecahkan operasi menjadi elemen-elemen kerja dan mencatat
keterangan yang lengkap mengenai metode yang digunakan.
c. Mengamati dan mencatat langsung waktu yang dibutuhkan pekerja untuk
melaksanakan pekerjaannya.
Untuk mengukur waktu dengan stop watch ada tiga metode pelaksanaanya
yaitu:
a. Metode Berulang (Stop Back Method)
Pengukuran waktu secara berulang, stop watch dijalankan, pada setiap
akhir elemen kerja stop watch dibaca pada saat itu pula jarumnya
dikembalikan ke nol, dijalankan kembali untuk yang berikutnya.
b. Metode Kontinu (Continuous Method)
Pengukuran waktu secara kontinu, stop watch dijalankan pada permulaan
pengamatan sampai elemen kerja yang terakhir selesai, sehingga dapat
dibaca dan dicatat waktu kumulatif pada setiap akhir dari masing-masing
elemen kerja. Kemudian ditentukan dengan mengurangkan waktu kerja
yang tercatat pada elemen berikutnya.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

c. Metode Kumulatif
Pengukuran secara kumulatif memungkin cara pembacaan waktu dari
masing-masing elemen dengan dua buah stop watch yang pertama
dijalankan, maka stop watch kedua otomatis berhenti dan sebaliknya.
Pengukuran kerja dengan metoda sampling kerja (work sampling) adalah
suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktivitas
kerja dari mesin, proses atau pekerja/operator. Pengukuran kerja dengan metoda
sampling kerja ini seperti halnya dengan pengukuran kerja dengan stop watch
diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung, karena pelaksanaan
kegiatan pengukuran harus secara langsung ditempat kerja yang diteliti.
2. Teknik Pengukuran Waktu Kerja Secara Tidak Langsung
Teknik pengukuran waktu kerja secara tidak langsung adalah pengukuran
kerja yang dilakukan tampa harus berada ditempat dimana pekerjaan
dilaksanakan, yaitu dengan membaca tabel-tabel yang tersedia asalkan
mengetahui jalannya pekerjaan, melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemenelemen gerakan. Yang termasuk dalam teknik ini adalah data waktu baku dan data
waktu gerakan. 3

Sritomo Wigujasoebroto; Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu; Teknis Analisis untuk
Pengendalian Produktivitas Kerja; Penerbit Guna Widya; Edisi Pertama Cetakan Kedua; 2000,
Surabaya. Hal ; 171-232.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

3.1.1. Langkah-langkah Sebelum Melakukan Pengukuran Waktu


Ada

beberapa

aturan

pengukuran

yang

perlu

dijalankan

untuk

mendapatkan hasil yang baik. Aturan-aturan tersebut dijelaskan dalam langkahlangkah berikut :
1. Penetapan Tujuan Pengukuran
Dalam melakukan pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui
dan ditetapkan adalah untuk apa hasil pengukuran dugunakan karena hal
tersebut akan menentukan berapa tingkat ketelitian dan keyakinan yang
diinginkan dari hasil pengukuran.
2. Melakukan Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk memperoleh waktu yang
pantas atau wajar dan memenuhi tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan
yang diinginkan yang selanjutnya menjadi dasar bagi perhitungan
berikutnya.
3. Memilih Operator
Operator yang akan diukur waktu penyelesaiannya adalah operator yang
berkemampuan normal atau rata-rata dan dapat diajak bekerja sama
dengan tujuan pengukuran.
4. Melatih Operator
Melatih operator perlu dilakukan agar operator bekerja secara konsisten.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

5. Menguraikan Pekerjaan atas Elemen Pekerjaan


Pekerjaan sebelum diukur harus ditetapkan dahulu siklus pekerjaan yang
akan diukur. Kemudian siklus pekerjaan yang telah ditetapkan diuraikan
dalam elemen-elemen gerakan yang lebih kecil dan lebih sederhana dan
selanjutnya elemen-elemen gerakan tersebutlah yang diamati.
6. Mempersiapkan Alat-alat Pengukuran
Alat-alat yang diperlukan untuk pengukuran adalah :
a. Jam henti (stop watch)
b. Lembar pengamatan
c. Pena atau pensil
d. Papan pengamatan

3.1.2. Melakukan Pengukuran Waktu


Pengukuran waktu adalah pekerja mengamati pekerjaan dan mesin serta
mencatat waktu-waktu kerjanya baik setiap unsur ataupun siklus dengan
menggunakan alat-alat yang disiapkan diatas
Untuk mengetahui berapa kali pengukuran dilakukan, diperlukan beberapa
tahap pengukuran pendahuluan seperti :

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

1. Pengukuran pendahuluan tahap pertama, yang diikuti dengan pengujian


keseragaman data, perhitungan jumlah pengamatan yang diperlukan dan
bila pengamatan belum mencukupi dilanjutkan dengan pengamatan
berikutnya.
2. Pengukuran pendahuluan tahap kedua, yang merupakan pengukuran
kelanjutan tahap kedua. Kegiatan ini juga akan diikuti dengan pengujian
keseragaman data, perhitungan untuk jumlah pengamatan yang diperlukan
dan bila belum mencukupi dilanjutkan pada tahap berikutnya.
3. Pengukuran tahap kesekian kalinya sampai diperoleh jumlah data yang
dibutuhkan sesuai dengan tingkat kepercayaan dan ketelitian yang
ditetapkan atau yang dikehendaki.
Beberapa rumus yang digunakan untuk tahap yang diatas adalah :
1. Pengujian Keseragaman Data (Peta Kontrol)
Untuk pengujian keseragaman data digunakan peta kontrol data yang
diperoleh. Peta kontrol ini terdiri atas 3 bagian yaitu :
a. Batas atas kontrol (upper control limit)
b. Garis tengah (control line) yang menyatakan rata-rata hasil
c. Batas kontrol bawah (lower control limit)
Langkah-langkah untuk melakukan pengujian keseragaman data :

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

1. Data pengamatan dikelompokkan menjadi k sub grup dimana setiap grup


terdiri dari n pengamatan.
2. Hitung harga rata-rata dari masing-masing sub grup
____

X=

Xi ... (III.1.)
N

Dimana : Xi = Waktu penyelesaian pada pengukuran pendahuluan


N

= Jumlah pengamatan yang dilakukan

3. Hitung standard deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian dengan rumus


__

( Xi x) 2
N 1

... (III.2.)

Dimana :

= Standard deviasi
N = Banyaknya jumlah pengamatan
Xi = Waktu Pengamatan
__

= Waktu Rata-rata

Untuk menghitung standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup
adalah :

x = / n ... (III.3.)
4. Tentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB) untuk
peta kontrol R dengan rumus :
_

BKA =

+ 2

............ (III.4.a)

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

BKB =

- 2

............ (III.4.b)

Sebagai contoh peta kontrol untuk menguji keseragaman data dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
Batas Kontrol Atas
Garis Sentral
Variabel
Batas Kontrol Bawah

Unit Pengamatan

Gambar 3.1. Peta Kontrol

2. Jumlah Pengamatan yang Dibutuhkan


Untuk menentukan jumlah pengamatan yang dibutuhkan digunakan rumus
berikut ini :
k

N = s

N Xi ( Xi)
..(III.4)
Xi

Dimana :
N = Banyak pengamatan yang dibutuhkan
K = Harga distribusi normal standar yang tergantung tingkat
kepercayaan yang ditentukan.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

S = Precision (tingkat kepercayaan)


Untuk tingkat kepercayaan 95 % dan ketelitian 5 % diperoleh harga k = 2,
maka rumus (4) diatas menjadi :
2

N = 0.5

N Xi 2 ( Xi ) 2

Xi

40 N Xi 2 ( Xi) 2
N =

Xi

.. (III.5)

Jika diperoleh dari pengujian tersebut ternyata N > N, maka diperlukan


pengukuran tambahan hingga memenuhi jumlah yang diperlukan. Bila N
< N, maka data pengukuran pendahuluan sudah mencukupi untuk
dilakukan perhitungan waktu standard.

3. Penentuan Waktu Terpilih (WT)


Apabila uji keseragaman data telah terpenuhi serta jumlah pengukuran
yang dibutuhkan pada tingkat kepercayaan dan ketelitian yang ditentukan, dapat
ditetapkan waktu terpilih (selected time)

WT =

X =
N

... (III.6.)

4. Perhitungan Waktu Normal

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Perhitungan waktu normal dipengaruhi oleh besarnya faktor penyesuaian


untuk setiap stasiun kerja.
Waktu normal = waktu siklus x RF
Dimana RF adalah faktor penyesuaian. Faktor ini diperhitungkan jika
pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan kecepatan tidak wajar,
sehingga hasil perhitungan waktu perlu disesuaikan atau dinormalkan untuk
mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar. 4

3.2.

Rating Factor (Penyesuaian)


Rating

Factor

(Penyesuaian)

adalah

perbandingan

antara

kerja

(performance) seorang operator dengan konsep normalnya. Selama pengukuran


berlangsung pengukur harus mengamati kewajaran kerja operator.
Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan,
maka hal ini dilakukan dengan mengadakan penyesuaian yaitu dengan cara
mengalikan waktu pengamatan rata-rata (bisa waktu siklus ataupun waktu untuk
tiap-tiap elemen) dengan faktor penyesuaian (rating) P. Dari faktor ini adalah
sebagai berikut :
1. Apabila operator dinyatakan terlalu cepat yaitu bekerja diatas batas
kewajaran (normal) maka rating factor ini akan lebih besar dari pada satu
(p > 1 atau p > 100 %).

Sritomo Wigujasoebroto; Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu; Teknis Analisis untuk
Pengendalian Produktivitas Kerja; Penerbit Guna Widya; Edisi Pertama Cetakan Kedua; 2000,
Surabaya. Hal : 174

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

2. Apabila operator dinyatakan terlalu lambat yaitu bekerja dengan


kecepatan dibawah batas kewajaran (normal) maka rating factor ini akan
lebih kecil dari pada satu (p < 1 atau p < 100 %).

3. Apabila operator bekerja secara normal atau wajar maka rating factor ini
diambil sama dengan satu (p = 1 atau p = 100 %). Untuk kondisi kerja
dimana operasi penuh dilaksanakan oleh mesin (operating atau machine
time) maka waktu yang diukur dianggap merupakan waktu yang normal.
Guna melaksanakan pekerjaan secara normal maka dianggap bahwa
operator tersebut cukup berpengalaman pada saat bekerja melaksanakannya tampa
usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang
ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaanya.
Penilaian wajar atau tidak wajar performance seorang operator dapat
dilakukan dengan pendekatan diantaranya :
a. Cara Persentase
Merupakan cara paling sederhana dimana faktor penyesuaian (p)
ditentukan berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh pengukur. Harga
p yang ditetapkan pengukur kemudian dikalikan dengan jumlah siklus.
Ketelitian dari cara ini kurang baik dan sangat ditentukan subjektivitas
pengukur.
b. Cara Shumard

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Performance operator dibagi kedalam beberapa kelas, kemudian masingmasing kelas diberi patokan nilai yang menggambarkan tingkat
performance dari operator tersebut.

c. Cara Westing House


Penilaian performance operator ada empat faktor yang berpengaruh
terhadap suatu kerja yaitu keterampilan (skill), usaha (effort), kondisi kerja
(condition), dan konsistensi (consistency). Setiap faktor mempunyai
beberapa kelas dengan nilai tersendiri.

3.3.

Penetapan Waktu Longgar (Allowance)


Waktu normal untuk suatu elemen operasi kerja adalah semata-mata

menunjukkan bahwa seorang operator yang berkualifikasi baik akan bekerja


menyelesaikan pekerjaan pada kecepatan/tempo kerja yang normal. Walaupun
demikian pada prakteknya kita akan melihat bahwa tidaklah bisa diharapkan
operator tersebut akan mampu bekerja secara terus-menerus sepanjang hari tampa
adanya interupsi sama sekali. Disini kenyataannya operator akan sering
memperhatikan kerja dan membutuhkan waktu-waktu khusus untuk keperluan
seperti personal needs, istirahat melepas lelah, dan alasan-alasan lain yang diluar
kontrolnya.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Allowance (kelonggaran) adalah waktu yang ditambahkan pada waktu


normal dan disediakan untuk kebutuhan pribadi, hambatan tak terhindarkan, dan
fatigue. Ada dua metode yang sering digunakan dalam mengembangkan data
standard allowance. Teknik pertama adalah studi produksi yang mengharuskan
pengamat untuk mempelajari dua atau tiga operasi untuk periode waktu yang
panjang. Pengamat pencatat durasi dan alasan untuk masing-masing interval
waktu menganggur. Setelah menentukan sample yang representatif, pengamat
menyimpulkan hasil pengamatan untuk menentukan persen kelonggaran untuk
masing-masing karakteristik. Data yang diperoleh harus digunakan untuk level
performansi normal. Kerugian dari metode ini adalah kecenderungan untuk
mengambil sample yang kecil mengakibatkan hasil yang besar. 5
Teknik kedua melibatkan studi work sampling. Metode ini membutuhkan
jumlah observasi acak yang besar, sehingga hanya membutuhkan sedikit waktu
dalam pengamatan. Dalam menggunakan metode ini stopwatch tidak digunakan.
Pengamat hanya melihat dan memcatat kegiatan yang dilakukan operator pada
waktu-waktu tertentu saja. Jumlah hambatan dibagi dengan jumlah pengamatan
selama operator bekerja produktif dianggap sudah mendekati allowance yang
dibutuhkan operator dalam mengakomodasi hambatan normal yang ada.
Kelonggaran ini dibagi atas hambatan tak terhindarkan, hambatan
terhindarkan, kelonggaran tambahan (extra allowance), dan policy allowance.
1. Constant Allowance

Sutalaksana Aggawisastra; Teknik Tata Cara Kerja; Jurusan Teknik Industri ITB; 1979, Bandung

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

a. Personal Needs (Kebutuhan Pribadi)


Personal Needs (Kebutuhan Pribadi) adalah hal-hal seperti minum
sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, bercakapcakap dengan teman sekerja sekedar untuk menghilangkan ketegangan
ataupun kejemuan dalam kerja. Kebutuhan ini jelas terlihat sebagai
suatu yang mutlak, tidak bisa misalnya seseorang diharuskan terus
bekerja dengan rasa dahaga atau melarang pekerja untuk sama sekali
tidak bercakap-cakap sepanjang jam-jam kerja. Larangan demikian
tidak saja merugikan pekerja (karena merupakan tuntutan psikologis
dan fisiologis yang wajar) tetapi juga merugikan perusahaan karena
dengan kondisi demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik
bahkan hampir dapat dipastikan produktivitasnya menurun. Besarnya
kelonggaran yang diberikan untuk kebutuhan pribadi seperti itu
berbeda-beda dari satu pekerjaan kepekerjaan lainnya karena setiap
pekerjaan mempunyai karakteristik sendiri-sendiri dengan tuntutan
yang berbeda-beda.
b. Basic Fatigue Allowance
Basic fatigue allowance adalah ketetapan dalam menghitung jumlah
energi yang dikeluarkan dalam menyelesaikan pekerjaan.
2. Variable Fatigue Allowance
Variable fatigue allowance

adalah kelonggaran yang diberikan untuk

menghilangkan fatigue pekerja yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan


Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

dan kondisi kerja. Penentuan besarnya kelonggaran ini biasanya ditetapkan


oleh pihak perusahaan. Penentuan kelonggaran untuk variable fatigue
dapat dilihat dari :
a. Abnormal posture
b. Muscular force
c. Atmospheric conditions
d. Noise level
e. Illumination levels
f. Visual strain
g. Mental strain
h. Monotony
3. Special Allowance
a. Unavoidable Delays (Hambatan Tak Terhindarkan)
Dalam melaksanakan pekerjaanya, pekerja tidak akan lepas dari
hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan dan ada pula
hambatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kendali
pekerja. Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan tak
terhindarkan adalah :
- Menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

- Melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin


- Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti pendorongan crate
pada conveyor, penambahan botol ke crate bila terdapat yang kosong
setelah di mesin uncaser dan sebagainya.
- Mengambil peralatan khusus atau bahan-bahan khusus di gudang
- Hambatan karena kesalahan pemakaian alat atau bahan
- Mesin berhenti karena matinya aliran listrik
b. Avoidable Delays (Hambatan Terhindarkan)
Biasanya tidak diberikan kelonggaran untuk hambatan yang dapat
dihindarkan seperti mengunjungi operator lain untuk alasan sosial,
mengobrol yang berlebihhan atau menganggur dengan sengaja.
c. Extra Allowance
Extra allowance adalah kelonggaran yang diberikan untuk operator
dalam menjaga fasilitas kerja agar tetap dapat digunakan sepanjang jam
kerja.
d. Policy Allowance
Policy alIowance digunakan untuk memberikan tingkat kepuasan
pendapatan untuk tingkat performance khusus dalam keadaan tertentu.
Contoh kelonggaran seperti ini adalah penggantian pekerja, kemahiran
yang berbeda, atau pekerja dengan tugas khusus. Kelonggaran ini
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

ditetapkan oleh manajemen perusahaan, bahkan mungkin dengan


negosiasi antar perusahaan. 6

3.4.

Waktu Standard (Standard Time)


Salah satu kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran waktu (time study)

pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu standard atau


waktu baku. Waktu standard didefenisikan sebagai waktu yang dibutuhkan
seorang operator untuk menyelesaikan satu siklus kerja atau kegiatan yang
dilakukan menurut metode kerja tertentu pada kecepatan normal dengan
mempertimbangkan faktor-faktor ketelitian, kelonggaran untuk kebutuhan pribadi
dan lainnya. Waktu standard yang dicari bukanlah waktu tercepat yang dapat
dicapai seorang pekerja, tetapi waktu kerja yang dilakukan secara wajar, didalam
suatu sistem kerja terbaik. Yang dimaksud dengan pekerjaan yang dilakukan
secara wajar disini adalah pekerja tetap bekerja sebagaimana biasa walaupun
sedang diamati dan pekerja yang diamati tersebut adalah pekerja normal, bukan
pekerja terlalu terampil dan bukan pula yang lamban dan pemalas. 7
Langkah-langkah untuk menentukan waktu standard dari suatu pekerjaan
dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Sritomo Wigujasoebroto; Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu; Teknis Analisis


Pengendalian Produktivitas Kerja; Penerbit Guna Widya; Edisi Pertama Cetakan Kedua;
Surabaya. Hal : 201-206.
7
Sritomo Wigujasoebroto; Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu; Teknis Analisis
Pengendalian Produktivitas Kerja; Penerbit Guna Widya; Edisi Pertama Cetakan Kedua;
Surabaya. Hal : 203.

untuk
2000,
untuk
2000,

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DATA PENGAMATAN

Waktu Terpilih
PENYESUAIAN
Waktu Normal
KELONGGARAN
Waktu Standard

Gambar 3.2. Langkah-langkah Penentuan Waktu Standard


Berdasarkan skema diatas, maka rumus-rumus yang digunakan untuk
menentukan waktu standard tersebut adalah :
Waktu Normal = WT x RF
Waktu Standard (WS) = WN x

100 %
100 % % ALL

Dimana :
WN = Waktu Normal (Normal Time)
WT = Waktu Terpilih (Selected Time)
RF = Faktor Prestasi Kerja (Rating Factor) dalam %
ALL = Allowance dalam %

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi pemecahan masalah merupakan proses pemecahan yang


digunakan untuk memecahkan persoalan yang timbul, yang disusun berdasarkan
latar belakang dan tujuan yang ingin dicapai dengan menggunakan teori-teori
pendukung dalam pemecahan masalah, dan melakukan pengumpulan data baik
melalui buku-buku maupun melalui studi lapangan, melakukan pengolahan data
sampai pada penarikan kesimpulan dari permasalahan yang diteliti. Untuk
pemecahan masalah yang dibahas, digunakan pendekatan-pendekatan dengan
menggunakan teori penelitian waktu (time study) serta teori-teori lainnya yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas yang dimulai dengan :

4.1.

Jenis Penelitian

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Jenis penelitian menurut tingkat ekplanasinya digunakan sebagai dasar


untuk merumuskan judul penelitian. Dalam melakukan penelitian ini jenis
penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian komparatif. Penelitian
komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan, disini
penelitiannya masih sama tetapi untuk berbagai kategori yang berbeda atau lebih
dari satu dalam waktu yang berbeda. Misalnya dalam penelitian yang dilakukan
dalam tugas sarjana ini adalah penelitian yang dilakukan untuk membandingkan
antara allowance real dan allowance tabel berdasarkan literatur. 8

4.2.

Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat objek penelitian dilakukan adalah bagian pengepakan (packing)

khususnya dibagian pengangkatan crate ke pallet (bottling produk Frestea di line


I). PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan berlokasi di Jalan Medan Belawan
Km 14 Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan. Penelitian dimulai dari
bulan Juni 2008 sampai bulan Juli 2008.

4.3.

Rancangan Metodologi Penelitian


Rancangan metodologi penelitian yang digunakan adalah pengukuran

waktu kerja dengan teknik pengukuran waktu secara langsung, yaitu dengan
menggunakan metode pengukuran waktu kerja jam henti (stop watch time study).
Metoda ini diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung singkat dan berulang8

Moh . Nazir, Ph; Metodologi penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Darussalam, Hal : 63.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

ulang seperti pengangkatan crate ke pallet. Dalam penelitian ini dilakukan


perencanaan pengamatan kegiatan operator secara kontiniu dengan mengukur
waktu kerja operator yang diteliti agar diperoleh pengukuran kelonggaran waktu
kerja secara real dan tabel terhadap operator sebagai basis penentuan waktu
standard di stasiun kerja pengepakan produk Frestea.

4.4.

Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data. Kelengkapan alat sangat mendukung pada kualitas data dan hasil yang
diperoleh dari hasil penelitian dan dapat dilakukan pengolahan data. Peralatan
yang digunakan pada penelitian ini adalah jam henti (stop watch), kertas lembar
pengamatan, pena atau pensil dan papan pengamatan.

4.5.

Pengumpulan Data
Data yang diperlukan pada pelaksanaan penelitian terdiri dari :

a.

Pengamatan langsung, melakukan pengamatan langsung ke pabrik,


terutama di bagian produksi pada stasiun kerja pengepakan di line I
(bottling product Frestea).

b.

Wawancara, mewawancarai berbagai pihak yang dapat memberikan


informasi di lingkungan obyek penelitian.

c.

Data diperoleh berdasarkan pengamatan dan pengukuran waktu kerja (time


study) dengan teknik pengukuran langsung, dimana pengukurannya

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

dilakukan dengan menggunakan metode jam henti (stop watch) serta teoriteori lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

4.6.

Prosedur Pengumpulan Data


Data yang akan diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :

a.

Kegiatan dan kondisi stasiun kerja pengepakan bottling product Frestea di


line I pada pengangkatan crate ke pallet.

b.

Sketsa tempat kerja di stasiun kerja pengepakan produk Frestea

c.

Memilih dan mendefenisikan pekerjaan yang akan diukur dan akan


ditetapkan allowance real-nya.

d.

Menginformasikan maksud dan tujuan pengukuran kerja kepada


supervisor/pekerja.

e.

Memilih 1 orang operator normal berdasarkan rata-rata pengangkatan


crate ke pallet yang diperoleh selama 2 hari dan mencatat semua data yang
berkaitan dengan sistem operasi kerja yang akan diukur waktunya dengan
menggunakan stop watch.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

f.

Laksanakan pengamatan allowance real dan pengukuran waktu kerja


langsung dengan stop watch sejumlah N pengamatan untuk setiap
siklus/elemen kegiatan (X1,X2,,Xn).

4.7.

Pengolahan Data
Berikut ini akan dijabarkan langkah-langkah pengolahan data sesuai

dengan pengukuran waktu kerja menggunakan metode jam henti (stop watch time
study) adalah :
a. Pengelompokan penelitian waktu allowance real
b. Penentuan kelonggaran (allowance) untuk kondisi real
c. Pengujian keseragaman data
-

Perhitungan waktu siklus rata-rata

Perhitungan standard deviasi dari waktu siklus pengamatan

Perhitungan standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup

Perhitungan Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah


(BKB)

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

d. Pengujian kecukupan data


e. Penentuan kelonggaran (allowance) tabel berdasarkan literatur
f. Perbandingan kelonggaran (allowance) untuk kondisi real dan tabel
berdasarkan literatur
g. Perbandingan waktu standard berdasarkan allowance real dan allowance
tabel

4.8. Analisis Pemecahan Masalah


Pengolahan data yang digunakan adalah dengan menggunakan konsep
pengukuran waktu kerja dengan menggunakan metode jam henti (stop watch time
study). Maka analisis ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi hal-hal yang
menyebabkan faktor kelonggaran yang nyata (allowance real) kerja pada operator
diperusahaan PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan tersebut.
Secara garis besar tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 4.1. dibawah ini.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Studi pendahuluan

Tujuan Penelitian

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Studi Literatur dari Buku Panduan


- Ergonomi, Studi Gerak dan waktu
- Motion and Time Study
- Ergonomi Konsep dasar dan Aplikasinya
-Teknik dan Tata Cara Kerja
- Penelitian dan Pengukuran Kerja

Penentuan Alat Penelitian


- Stop Watch
- Kertas Lembar Penenlitian
- Alat Tulis
- Papan Penenlitian

Teknik Pengumpulan Data


- Melakukan Penelitian Langsung
- Mengukur Waktu Kerja Operator dengan Stop Watch
- Pencatatan Secara Langsung dan Sistematis
- Wawancara

Pengumpulan Data
- Data Kegiatan dan Kondisi Kerja Bagian Pengepakan Produk Frestea
- Data Sketsa Tempat Kerja di Stasiun Kerja Pengepakan Produk Frestea
- Data Pemilihan Operator Normal
- Data Pengamatan dan Pengukuran Waktu Krja Operator Berdasarkan
Allowance Real
- Menetapkan Setiap Kegiatan Diluar Tugas dari Operator
- Data Pengukuran waktu Kerja Langsung dengan Stop Watch Time Study

Pengolahan Data
- Pengelompokan Waktu Aktivitas Operator Pengamatan untuk Allowance
Real
- Penentuan Kelonggaran (Allowance) untuk Kondisi Real
- Pengujian Keseragaman Data Terhadap Waktu Siklus Operator
- Pengujian Kecukupan Data
- Penentuan Kelonggaran (Allowance) Tabel Berdasarkan Literatur
- Perbandingan Kelonggaran Allowance Real dan Tabel Berdasarkan Literatur
- Penentuan Waktu Standard Allowance Real dan Allowance Tabel

Analisa Pemecahan Masalah


- Perbaikan sketsa letak pallet di stasiun kerja pengepakan produk Frestea
- Menbandingkan Allowance Real dengan Allowance Tabel Berdasarkan
Literatur
- Membandingkan Waktu Standard Allowance Real dengan Allowance Tabel

Kesimpulan dan Saran

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Gambar 4.1. Diagram Analisis Pemecahan Masalah

BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1.

Pengumpulan Data

5.1.1. Kegiatan dan Kondisi Stasiun Kerja Pengepakan Bottling Product


Frestea di Line I pada Pengangkatan Crate ke Pallet
Sebelum melakukan pengumpulan data lebih lanjut, sebaiknya diketahui
beberapa kegiatan yang dilakukan operator di stasiun kerja pengepakan produk
Frestea tersebut. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dibagian pengepakan tersebut
adalah :
a. Mengamati volume botol yang kurang atau berlebih sesuai dengan batas
benang yang telah ditentukan oleh perusahaan
b. Mensortir minuman yang tidak memenuhi syarat misalnya retak, minuman
tersebut disisihkan sebagai reject product
c. Mengangkat dan menyusun pallet ke dekat conveyor yang berjarak 6 m.
d. Mengangkat dan menyusun crate keatas pallet
Posisi kerja operator ketika melaksanakan pekerjaannya adalah badan
berdiri dan membungkukkan ditumpu pada kedua kaki, gerakan kerja mengangkat
dan memindahkan crate ke pallet, ventilasi kurang baik dan adanya siklus kerja
yang berulang-ulang 5-7 detik yaitu pemindahkan crate ke pallet.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

5.1.2. Sketsa Tempat Kerja di Stasiun Kerja Pengepakan Produk Frestea


Sketsa tempat kerja di stasiun kerja pengepakan produk Frestea pada
pengangkatan crate ke pallet dapat dilihat pada Gambar 5.1.

6m

Keterangan :
a. Conveyor membawa botol Frestea
b. Conveyor membawa crate kosong
c. Mesin casepeaker (mesin untuk memasukkan botol produk Frestea ke crate)
d. Conveyor membawa crate yang telah berisi produk Frestea
e. Operator B mengangkat dan memindahkan crate yang telah berisi produk
Frestea ke pallet
f. Pallet berisi tumpukan crate produk Frestea
g. Pallet kosong

Gambar 5.1. Sketsa Tempat Kerja Pengepakan Produk Frestea

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

5.1.3. Pemilihan Operator Normal


Dalam pemilihan operator normal bertujuan untuk menentukan salah satu
operator yang terpilih sebagai objek penelitian yang dilakukan dibagian
pengepakan Frestea ini, karena terdapat 4 operator yang bekerja di bagian
pengepakan ini khususnya di bagian pengangkatan crate ke pallet. Data jumlah
pengangkatan crate ke pallet (bottling frestea line I) yang diperoleh dari
pengamatan pada operator setiap 15 menit secara bergantian selama 2 hari dapat
dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Jumlah Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari ke-1

NO
WAKTU
1
15 Menit
2
15 Menit
3
15 Menit
4
15 Menit
5
15 Menit
6
15 Menit
7
15 Menit
8
15 Menit
JUMLAH
RATA-RATA

A
174
167
172
153
130
148
152
136
1232
154

OPERATOR
B
C
180
167
143
156
162
144
156
154
167
135
134
153
157
149
131
128
1217
1199
150
152

D
164
155
163
132
153
133
136
129
1165
146

Untuk jumlah pengangkatan crate ke pallet pada hari ke-2 dapat dilihat
pada Tabel 5.2.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tabel 5.2. Jumlah Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari ke-2

NO
WAKTU
1
15 Menit
2
15 Menit
3
15 Menit
4
15 Menit
5
15 Menit
6
15 Menit
7
15 Menit
8
15 Menit
JUMLAH
RATA-RATA

A
164
154
167
173
124
146
138
126
1192
149

OPERATOR
B
C
156
143
172
137
158
135
144
165
153
153
159
157
132
134
128
136
1202
1160
150
145

D
145
157
164
151
143
147
136
145
1188
149

Dari hasil data jumlah pengangkatan crate ke pallet yang dilakukan


selama 2 hari diatas, maka dilakukan perhitungan rata-rata hari pertama dengan
hari kedua dari setiap operator. Maka hasil rata-rata tersebut dapat dilihat pada
Tabel 5.3.
Tabel 5.3. Rata-rata Pengangkatan Crate ke Pallet Oleh Operator
pada Hari ke-1 dan Hari ke-2
HARI
1
2
JUMLAH
RATA-RATA
RATA-RATA
OPERATOR

A
1232
1192
2424
152

OPERATOR
B
C
1199
1217
1202
1160
2401
2377
150
149

D
1165
1188
2353
147

150

Dari hasil perhitungan jumlah rata-rata dari keempat operator tersebut


adalah sebesar 150 crate, maka operator yang mendekati jumlah rata-rata tersebut
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

adalah operator B. Pemilihan operator normal yang menjadi objek penelitian


untuk pengumpulan data allowance real dibagian pengepakan produk Frestea
pada pengangkatan crate ke pallet adalah operator B.

5.1.4. Data Hasil Pengamatan Allowance Real


Pengamatan untuk allowance (kelonggaran) operator dilakukan di stasiun
kerja pengepakan pada proses pengangkatan crate ke pallet yang berada dibagian
produksi di line I (bottling product Frestea). Kelonggaran yang dapat diamati
adalah kelonggaran untuk kebutuhan pribadi, hambatan tak terhindarkan, dan
hambatan terhindarkan. Ada satu kategori yaitu Fatique, dimana pengukuran
waktu allowance real untuk kondisi kelonggaran yang diakibatkan Fatique ini
hasil pengukuran waktunya sudah tergabung dalam HT (Hambatan Terhindarkan)
dan HTT (Hambatan Tak Terhindarkan).
Kegiatan non produktif yang dilakukan operator mempunyai beberapa
kemungkinan penyebab seperti belum selesainya botol Frestea diisi pada mesin
filling dan terjadinya kerusakan mesin.
Berikut ini dapat dilihat hasil pengamatan allowance real selama 15 hari
pengamatan yang dilakukan mulai tanggal 12 Juni 2008 sampai dengan 8 Juli
2008. Pengamatan dilakukan dari hari Selasa sampai hari Jumat, hari Senin tidak
dilakukan pengamatan karena semua mesin yang ada pada perusahaan tersebut
tidak berproduksi karena dilakukan pembersihan mesin keseluruhannya.
Pengamatan dilakukan untuk mengukur allowance dari operator yang terpilih

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

dengan menggunakan stop watch dan ditampilkan dalam bentuk tabel dengan
keterangan kategori allowance sebagai berikut :
KP

= Kebutuhan Pribadi

HT

= Hambatan Terhindarkan

HTT

= Hambatan Tak Terhindarkan


Tabel 5.4. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada
Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 1 Kamis, 12 Juni 2008

Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

25

Tidak ada bahan

HT

Mengobrol dengan rekan


kerja

Tidak ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh )

Ada Bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Ada bahan

KP

Ada ahan

KP

Mengobrol dengan rekan


kerja

Ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berjalan

Ada bahan

KP

Berjalan
minum

mengambil

mengambil

Berkipas-kipas
kepanasan

air

air

karena

mengambil

air

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

minum
Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


sosial

Ada bahan

HT

Tabel 5.4. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 1 Kamis, 12 Juni 2008
(Lanjutan)
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh )

Ada Bahan

HTT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh )

Ada Bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Ada bahan

HTT

mengambil

air

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tabel 5.5. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 2 Jumat, 13 Juni 2008
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

20

Tidak ada bahan

HT

Mengobrol dengan rekan


kerja

10

Tidak ada bahan

HT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Ada ahan

KP

Mengobrol dengan rekan


kerja

Ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh )

Ada bahan

HTT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada Bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Ada bahan

KP

Ada ahan

KP

Ada bahan

HT

mengambil

Berkipas-kipas
kepanasan

Berjalan
minum

karena

mengambil

mengambil

Berkipas-kipas
kepanasan

air

air

air

karena

Mengobrol dengan rekan


kerja

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Tabel 5.5. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 2 Jumat, 13 Juni 2008
(Lanjutan)
Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Kegiatan Non Produktif

Tabel 5.6. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 3 Selasa, 17 Juni 2008
Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Tidak ada bahan

HT

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

15

Tidak ada bahan

HT

Mengobrol dengan rekan


kerja

Tidak ada bahan

HT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Kegiatan Non Produktif


Berjalan-jalan
produk)

(menunggu

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada Bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

mengambil

air

Tabel 5.6. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 3 Selasa, 17 Juni 2008
(Lanjutan)
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Ada ahan

KP

Mengobrol dengan rekan


kerja

Ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berkipas-kipas
kepanasan

karena

mengambil

air

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berkipas-kipas
kepanasan

karena

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

KP

Ada bahan

HTT

Tabel 5.7. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 4 Rabu, 18 Juni 2008
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

10

Tidak ada bahan

HT

Berjalan-jalan
produk)

Tidak ada bahan

HT

Mengobrol dengan rekan


kerja

12

Tidak ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada Bahan

HTT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berkipas-kipas
kepanasan

Ada ahan

KP

Mengobrol dengan rekan


kerja

Ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Berjalan
minum

(menunggu

mengambil

air

karena

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

mengambil

air

Tabel 5.7. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 4 Rabu, 18 Juni 2008
(Lanjutan)
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

mengambil

air

Tabel 5.8. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 5 Kamis, 19 Juni 2008
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Mengobrol dengan rekan


kerja

Tidak ada bahan

HT

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

15

Tidak ada bahan

HT

Berjalan-jalan
produk)

Tidak ada bahan

HT

(menunggu

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh )

Ada Bahan

HTT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Ada bahan

KP

Berjalan
minum

mengambil

air

Tabel 5.8. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 5 Kamis, 19 Juni 2008
(Lanjutan)
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berkipas-kipas
kepanasan

Ada ahan

KP

Ada bahan

KP

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Mengobrol dengan rekan


kerja

Ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

karena

mengambil

air

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

mengambil

air

Tabel 5.9. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 6 Jumat, 20 Juni 2008
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

25

Tidak ada bahan

HT

Mengobrol dengan rekan


kerja

Tidak ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada Bahan

HTT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada Bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Ada bahan

KP

Ada ahan

KP

Ada bahan

HT

Berjalan
minum

mengambil

mengambil

Berkipas-kipas
kepanasan

air

air

karena

Mengobrol dengan rekan


kerja

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Tabel 5.9. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 6 Jumat, 20 Juni 2008
(Lanjutan)
Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Kegiatan Non Produktif

Tabel 5.10. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 7 Selasa, 24 Juni 2008
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Mengobrol dengan rekan


kerja

16

Tidak ada bahan

HT

Berjalan-jalan
produk)

Tidak ada bahan

HT

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

Tidak ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker

Ada Bahan

HTT

(menunggu

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

sampai crate penuh)


Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berkipas-kipas
kepanasan

Ada ahan

KP

Ada bahan

HT

Berjalan
minum

mengambil

air

karena

Mengobrol dengan rekan


kerja

Tabel 5.10. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 7 Selasa, 24 Juni 2008
(Lanjutan)
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Ada bahan

HT

mengambil

mengambil

air

air

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Tabel 5.11. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 8 Rabu, 25 Juni 2008
Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Tidak ada bahan

HT

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

12

Tidak ada bahan

HT

Mengobrol dengan rekan


kerja

Tidak ada bahan

HT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada Bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Kegiatan Non Produktif


Berjalan-jalan
produk)

(menunggu

mengambil

air

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Ada ahan

KP

Mengobrol dengan rekan


kerja

Ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Berkipas-kipas
kepanasan

karena

mengambil

air

Tabel 5.11. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 8 Rabu, 25 Juni 2008
(Lanjutan)
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada Bahan

HTT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Tabel 5.12. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 9 Kamis, 26 Juni 2008
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

Tidak ada bahan

HT

Berjalan-jalan
produk)

Tidak ada bahan

HT

Mengobrol dengan rekan


kerja

20

Tidak ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada Bahan

HTT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Ada bahan

KP

Ada bahan

HT

Berjalan
minum

(menunggu

mengambil

air

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Tabel 5.12. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 9 Kamis, 26 Juni 2008
(Lanjutan)
Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Ada ahan

KP

Mengobrol dengan rekan


kerja

Ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Kegiatan Non Produktif


Berkipas-kipas
kepanasan

karena

mengambil

air

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

mengambil

air

Tabel 5.13. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 10 Jumat, 27 Juni 2008
Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Tidak ada bahan

HT

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

20

Tidak ada bahan

HT

Mengobrol dengan rekan


kerja

Tidak ada bahan

HT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada Bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Kegiatan Non Produktif


Berjalan-jalan
produk)

(menunggu

mengambil

air

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Ada ahan

KP

Mengobrol dengan rekan


kerja

Ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Berkipas-kipas
kepanasan

karena

mengambil

air

Tabel 5.13. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 10 Jumat, 27 Juni 2008
(Lanjutan)
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

mengambil

air

Tabel 5.14. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 11 Selasa, 01 Juli 2008

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Mengobrol dengan rekan


kerja

16

Tidak ada bahan

HT

Berjalan-jalan
produk)

Tidak ada bahan

HT

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

Tidak ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada Bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berkipas-kipas
kepanasan

Ada ahan

KP

(menunggu

mengambil

air

karena

Tabel 5.14. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 11 Selasa, 01 Juli 2008
(Lanjutan)
Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Mengobrol dengan rekan


kerja

Ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Kegiatan Non Produktif

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berjalan
minum

mengambil

air

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Ada bahan

KP

mengambil

air

Mengelap keringat

Tabel 5.15. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 12 Rabu, 02 Juli 2008
Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

HT

Tidak ada bahan

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

HT

15

Tidak ada bahan

Mengobrol dengan rekan


kerja

HT

Tidak ada bahan

Kekamar kecil

KP

Ada bahan

HTT

Ada Bahan

KP

Ada bahan

HT

Ada bahan

Kegiatan Non Produktif


Berjalan-jalan
produk)

(menunggu

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)
Berjalan
minum

mengambil

air

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

HTT

Ada bahan

KP

Ada bahan

HTT

Ada bahan

KP

Ada bahan

KP

Ada ahan

Mengobrol dengan rekan


kerja

HT

Ada bahan

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

HTT

Ada bahan

KP

Ada bahan

Mengelap keringat
Berdiri (berhentinya mesin
casepaker
karena
kemacetan botol)
Kekamar kecil
Berkipas-kipas
kepanasan

Berjalan
minum

karena

mengambil

air

Tabel 5.15. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 12 Rabu, 02 Juli 2008
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

HTT

Ada bahan

KP

Ada bahan

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

HTT

Ada bahan

Berjalan-jalan untuk alasan


social

HT

Ada bahan

Berjalan
minum

mengambil

air

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tabel 5.16. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 13 Kamis, 03 Juli 2008
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

25

Tidak ada bahan

HT

Mengobrol dengan rekan


kerja

Tidak ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada Bahan

HTT

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Ada bahan

KP

mengambil

air

Kekamar kecil

Tabel 5.16. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 13 Kamis, 03 Juli 2008
(Lanjutan)
Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Ada bahan

KP

Ada bahan

KP

Ada ahan

KP

Mengobrol dengan rekan


kerja

Ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker

Ada bahan

HTT

Kegiatan Non Produktif

Mengelap keringat
Berjalan
minum

mengambil

Berkipas-kipas
kepanasan

air

karena

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

sampai crate penuh)


Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Tabel 5.17. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 14 Jumat, 04 Juli 2008
Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

HT

Tidak ada bahan

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

HT

12

Tidak ada bahan

Mengobrol dengan rekan


kerja

HT

10

Tidak ada bahan

Kekamar kecil

KP

Ada bahan

HTT

Ada Bahan

Kegiatan Non Produktif


Berjalan-jalan
produk)

(menunggu

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berjalan
minum

mengambil

air

KP

Ada bahan

Berjalan-jalan untuk alasan


social

HT

Ada bahan

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

HTT

Ada bahan

KP

Ada bahan

HTT

Ada bahan

KP

Ada bahan

KP

Ada ahan

Mengobrol dengan rekan


kerja

HT

Ada bahan

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

HTT

Ada bahan

KP

Ada bahan

Mengelap keringat
Berdiri (berhentinya mesin
casepaker
karena
kemacetan botol)
Kekamar kecil
Berkipas-kipas
kepanasan

Berjalan
minum

karena

mengambil

air

Tabel 5.17. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 14 Jumat, 04 Juli 2008
(Lanjutan)
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

HTT

Ada bahan

KP

Ada bahan

HT

Ada bahan

Berjalan
minum

mengambil

air

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tabel 5.18. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 15 Selasa, 08 Juli 2008
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Duduk (menunggu produk


Frestea dari mesin filler)

15

Tidak ada bahan

HT

Mengobrol dengan rekan


kerja

15

Tidak ada bahan

HT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Ada ahan

KP

Mengobrol dengan rekan


kerja

Ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

mengambil

Berkipas-kipas
kepanasan

air

karena

Tabel 5.18. Hasil Allowance Real di Bagian Pengepakan pada


Pengangkatan Crate ke Pallet pada Hari 15 Selasa, 08 Juli 2008
Kegiatan Non Produktif

Lama
Kegiatan
(menit)

Keterangan

Kategori Allowance

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada Bahan

HTT

Berjalan
minum

Ada bahan

KP

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

mengambil

air

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Berjalan
minum

mengambil

air

Ada bahan

KP

Ada ahan

KP

Mengobrol dengan rekan


kerja

Ada bahan

HT

Berdiri (menunggu produk


Frestea di mesin casepaker
sampai crate penuh)

Ada bahan

HTT

Kekamar kecil

Ada bahan

KP

Berjalan-jalan untuk alasan


social

Ada bahan

HT

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker karena adanya
botol sisa pada crate )

Ada bahan

HTT

Mengelap keringat

Ada bahan

KP

Berdiri (berhentinya mesin


casepaker
karena
kemacetan botol)

Ada bahan

HTT

Berkipas-kipas
kepanasan

karena

5.1.5. Data Pengukuran Waktu Kerja Langsung dengan Stop Watch Time
Study
Pengukuran waktu penyelesaian pekerjaan yang dilakukan dibagian
pengepakan produk Frestea pada pengangkatan crate ke pallet dengan pengukuran
waktu kerja secara langsung untuk mengambil data sebanyak 76 pengukuran yang
nantinya akan diuji keseragaman dan kecukupan datanya. Adapun hasil
pengukuran waktu kerjanya dapat dilihat pada Tabel 5.19.
Tabel 5.19. Hasil Waktu Penyelesaian Pengangkatan Crate ke Pallet
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Pengamatan
Ke

Waktu Penyelesaian
Pekerjaan (Detik)

Pengamatan
Ke

Waktu Penyelesaian
Pekerjaan (Detik)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

5
5
5
7
6
5
6
6
7
5
5
6
6
7
6
5
6
7
7
6
5
5
6
7
5
6
7
7
6
6
7
7

39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
50
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70

5
7
7
6
7
7
6
6
7
6
5
5
5
6
6
5
6
7
7
6
6
7
5
5
6
7
6
5
7
5
5
5

Tabel 5.19. Hasil Waktu Penyelesaian Pengangkatan Crate ke Pallet


(Lanjutan)
Pengamatan
Ke

Waktu Penyelesaian
Pekerjaan (Detik)

Pengamatan
Ke

Waktu Penyelesaian
Pekerjaan (Detik)

33
34
35
36
37
38

7
6
6
5
6
5

71
72
73
74
75
76

6
7
7
5
6
5

5.2.

Pengolahan Data

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Pengukuran waktu allowance real yang telah dilakukan kemudian


dikategorikan kepada Kebutuhan Pribadi, Hambatan Tak Terhindarkan dan
Hambatan Terhindarkan. Ada satu kategori lagi yaitu Fatique, dimana pengukuran
waktu allowance real untuk kondisi kelonggaran yang diakibatkan Fatique ini
hasil pengukuran waktunya diasumsikan sudah tergabung dalam HT (Hambatan
Terhindarkan) dan HTT (Hambatan Tak Terhindarkan).

5.2.1. Pengelompokan Penelitian Allowance Real


Kelonggaran nyata (allowance real) yang datanya didapat dengan
melakukan pengamatan terhadap operator ditempat kerjanya secara langsung
selama 15 hari pengamatan. Dalam pengelompokan penelitian waktu allowance
real ini akan disusun berdasarkan masing-masing keterangan kategori allowance
secara menyeluruh yang akan ditampilkan dalam bentuk Tabel 5.19.

Tabel 5.20. Pengelompokan Penelitian Allowance Real Berdasarkan


Keterangan Kategori dan Waktu
Keterangan Kategori

Hari
Pengamatan

KP (Menit)

HT (Menit)

HTT(Menit)

1
2
3
4
5
6
7
8

24
28
21
16
25
28
22
22

39
41
32
38
37
37
39
31

21
16
21
20
21
18
21
23

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

9
10
11
12
13
14
15

Total Waktu
Rata-rata

17
25
21
20
22
25
31

42
37
40
37
37
35
42

18
18
20
21
16
19
16

347
23.13

564
37.60

289
19.27

5.2.2. Penentuan Kelonggaran (Allowance) untuk Kondisi Real


Tahap berikutnya adalah Penentuan kelonggaran nyata (allowance real)
terhadap operator di stasiun kerja pengepakan produk Frestea khususnya pada
pengangkatan crate ke pallet.
Allowance Real untuk kategori Kebutuhan Pribadi : 23.13 Menit.
Pengamatan dilakukan selama 480 menit kerja. Maka persentase Allowance untuk
kategori ini adalah :

% Allowance =

Total Waktu Allowance


x 100 %
Total Waktu ke rja
23.13
x 100 %
480

= 4.81 %
Allowance Real untuk kategori Hambatan Terhindarkan : 37.60 Menit.
Pengamatan dilakukan selama 480 Menit kerja. Maka persentase Allowance untuk
kategori ini adalah :
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

% Allowance =

Total Waktu Allowance


x 100 %
Total Waktu ke rja
37.60
x 100 %
480

= 7.83 %
Allowance Real untuk kategori Hambatan

Tak Terhindarkan : 19.27

Menit. Pengamatan dilakukan selama 480 menit kerja. Maka persentase


Allowance untuk kategori ini adalah :
% Allowance =

Total Waktu Allowance


x 100 %
Total Waktu ke rja
19.27
x 100 %
480

= 4.01 %
Sehingga jika dilakukan perhitungan Total Allowance Real yang dilakukan
operator B di stasiun kerja pengepakan pada pengangkatan crate ke pallet tersebut
berdasarkan kategori dan waktu adalah : 80 menit. Pengamatan dilakukan selama
8 Jam kerja = 480 Menit kerja. Maka persentase Total Allowance Real ini adalah :
% Total Allowance Real (TAR) =

Total Waktu Allowance


x 100 %
Total Waktu ke rja

(23.13 + 37.60 + 19.27)


x 100 %
480

80
x 100 %
480

= 16.66 %

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

5.2.3. Pengujian Keseragaman Data


Untuk pengujian keseragaman data maka perlu diketahui waktu siklus
rata-rata dari penyelesaian waktu siklus pekerjaan pada pengangkatan crate ke
pallet.
Tabel 5.21. Waktu Siklus Rata-rata pada Pengangkatan Crate ke
Pallet
Pengamatan
Ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Waktu Penyelesaian
Pekerjaan (Detik)
5
5
5
7
6
5
6
6
7
5
5
6
6
7
6
5
6
7
7
6
5

5
7
7
6
7
7
6
6
7
6
5
5
5
6
6
5
6
7
7
6
6

Xrata-rata
5
6
6
6.5
6.5
6
6
6
7
5.5
5
5.5
5.5
6.5
6
5
6
7
7
6
5.5

Tabel 5.21. Waktu Siklus Rata-rata pada Pengangkatan Crate ke


Pallet (Lanjutan)
Pengamatan
Ke
22
23
24
25
26
27
28
29

Waktu Penyelesaian
Pekerjaan (Detik)
5
6
7
5
6
7
7
6

7
5
5
6
7
6
5
7

Xrata-rata
6
5.5
6
5.5
6.5
6.5
6
6.5

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

30
31
32
33
34
35
36
37
38

6
7
7
7
6
6
5
6
5

5
5
5
6
7
7
5
6
5

Jumlah
Rata-rata

5.5
6
6
6.5
6.5
6.5
5
6
5

227
5.97

1. Perhitungan Waktu Siklus Rata-rata


Tahap pertama melakukan perhitungan rata-rata dari harga rata-rata
berdasarkan banyaknya sub grup yang terbentuk.
____

X=

Xi
N

Keterangan :

____

X=
=

Xi

= Waktu penyelesaian pada pengukuran pendahuluan

= Jumlah pengamatan yang dilakukan

Xi
N
227
= 5.97 detik
38

2. Perhitungan Standard Deviasi dari Waktu Siklus Pengamatan


Tabel 5.22. Perhitungan Parameter Standard Deviasi dari
Rata-rata Waktu Siklus Pengangkatan Crate ke Pallet
No

Xi

Xrat

(Xi-Xrat)2

1
2
3
4
5

5
5
5
7
6

5.97
5.97
5.97
5.97
5.97

0.9409
0.9409
0.9409
1.0609
0.0009

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

5
6
6
7
5
5
6
6
7
6
5
6
7
7
6
5
5
6
7
5
6
7
7
6
6
7
7
7
6
6
5
6
5
5
7
7
6
7
7
6

5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97

0.9409
0.0009
0.0009
1.0609
0.9409
0.9409
0.0009
0.0009
1.0609
0.0009
0.9409
0.0009
1.0609
1.0609
0.0009
0.9409
0.9409
0.0009
1.0609
0.9409
0.0009
1.0609
1.0609
0.0009
0.0009
1.0609
1.0609
1.0609
0.0009
0.0009
0.9409
0.0009
0.9409
0.9409
1.0609
1.0609
0.0009
1.0609
1.0609
0.0009

Tabel 5.22. Perhitungan Parameter Standard Deviasi dari


Rata-rata Waktu Siklus Pengangkatan Crate ke Pallet (Lanjutan)
No

Xi

Xrat

(Xi-Xrat)2

46
47
48
49
50
51
52

6
7
6
5
5
5
6

5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97

0.0009
1.0609
0.0009
0.9409
0.9409
0.9409
0.0009

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76

6
5
6
7
7
6
6
7
5
5
6
7
6
5
7
5
5
5
6
7
7
5
6
5

5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97
5.97

Jumlah

0.0009
0.9409
0.0009
1.0609
1.0609
0.0009
0.0009
1.0609
0.9409
0.9409
0.0009
1.0609
0.0009
0.9409
1.0609
0.9409
0.9409
0.9409
0.0009
1.0609
1.0609
0.9409
0.0009
0.9409

47.94

__

( Xi x) 2
N 1

Dimana :

= Standard deviasi
N = Banyaknya jumlah pengamatan
Xi = Waktu Pengamatan
__

= Waktu Rata-rata
__

( Xi x) 2
N 1

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

47.94
76 1

= 0.80

3. Perhitungan standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup

x= / n
= 0.80/ 2
= 0.56

4. Menentukan Batas Kontrol Atas (BKA) dab Batas Kontrol Bawah (BKB)
_

BKA =

+ 2

= 5.97 + 2 (0.56)
= 7.09
_

BKB =

- 2

= 5.97 - 2 (0.56)
= 4.85
Data pengamatan pengangkatan crate ke pallet dapat dilihat pada peta
kontrol dibawah ini :

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Waktu Siklus Rata-rata


(Detik)

Peta Kotrol Data Waktu Siklus Pengangkatan


Crate ke Pallet
8
7
6
5
4
3
2
1
0

Data
Xrata-rata
BKA
BKB

1 6 11 16 21 26 31 36 41 46 51 56 61 66 71 76
Jumlah Hari Pengamatan

Gambar 5.2. Peta Kontrol Data Waktu Siklus Pengangkatan Crate ke Pallet
Pada peta kontrol diatas dapat dilihat data pengangkatan crate ke pallet
semuanya dalam keadaan batas kontrol.

5.2.4. Pengujian Kecukupan Data


Untuk menguji kecukupan data maka perlu ditetapkan terlebih dahulu
tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang digunakan. Untuk pengamatan ini,
ditetapkan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%. Rumus yang
digunakan adalah :
40 N ( Xi 2 ) ( Xi) 2
N =

Xi

40 76 (5 2 + 5 2 + 5 2..... + 5 2 ) (5 + 5 + 5 + ..... + 5) 2
=
(5 + 5 + 5 + ..... + 5)

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

40 76 (2760) (206116)
=

454

= 28.19 28
Karena N < N, berarti jumlah pengamatan yang dilakukan telah melebihi
jumlah pengamatan yang dibutuhkan dan dianggap telah mencukupi.

5.2.5. Penentuan Kelonggaran (Allowance) Tabel Berdasarkan Literatur


Kelonggaran Berdasarkan Tabel yang datanya diperoleh dari literatur
berdasarkan buku panduan kuliah yaitu Buku Sutalaksana Aggawisastra, Teknik
Tata-tata Cara Kerja. Data dapat dilihat pada Lampiran 9.
1. Kebutuhan Pribadi

= 2.50 %

2. Fatique :
- Basic fatique (Tenaga yang dikeluarkan)

= 19.00 %

- Sikap kerja (Berdiri diatas dua kaki)

= 2.00 %

- Gerakan Kerja (Mengangkat crate ke pallet)

= 3.00 %

- Ventilasi kurang baik

= 2.00 %

- Siklus kerja berulang-ulang antara 5-7 detik

= 2.00 %

Hambatan Terhindarkan

= 0.00 %

4.

Hambatan Tak terhindarkan

= 0.00 %
Total Allowance Tabel

= 30.50 %

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

5.2.6. Perbandingan Kelonggaran Allowance Real dan Tabel Berdasarkan


Literatur
Untuk mempermudah melihat perbandingan allowance real dan tabel
berdasarkan literatur terhadap operator di stasiun kerja pengepaka produk Frestea
pada pengangkatan crate ke pallet dapat dilihat pada Tabel 5.23.
Tabel 5.23. Perbandingan Allowance Real dan Tabel Berdasarkan
Literatur
No
1
2.

3.
4.

Kondisi
Kebutuhan Pribadi (KP)
Fatique :
- Basic fatique (Tenaga yang dikeluarkan)
- Sikap kerja (Berdiri diatas dua kaki)
- Gerakan Kerja (Mengangkat crate ke pallet)
- Ventilasi kurang baik
- Siklus kerja berulang-ulang antara 5-8 detik
Hambatan Terhindarkan (HT)
Hambatan Tak Terhindarkan (HTT)

Jumlah

Allowance (%)
Real
Tabel
4.81

2.50

19.00
2.00
3.00
2.00
2.00

7.83
4.01

0.00
0.00

16.66

30.50

*) Pada Tabel Allowance Real untuk kondisi kelonggaran yang diakibatkan Fatique hasil
pengukuran waktunya sudah tergabung dalam HT dan HTT.

Berdasarlan data diatas terlihat persentase allowance real lebih kecil dari
pada allowance tabel berdasarkan literatur. Namun demikian hal ini juga
tergantung kepada beberapa asumsi seperti kondisi Fatique yang diamati pada
Tabel 5.23. allowance real untuk kondisi kelonggaran yang diakibatkan Fatique
hasil pengukuran waktunya sudah tergabung dalam HT (Hambatan Terhindarkan)
dan HTT (Hambatan Tak Terhindarkan). Sementara untuk hambatan terhindarkan
dan hambatan tak terhindarkan untuk allowance tabel berdasarkan literatur
dianggap tidak ada.
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

6.

Penentuan Waktu Standard Berdasarkan Allowance Real dan


Allowance Tabel
Penentuan waktu standard didapat dari waktu normal yang terlebih dahulu

harus ditentukan. Untuk menentukan waktu standard ada beberapa tahap yang
harus ditentukan, yaitu :
a. Menentukan Waktu Siklus
____

Ws =

Xi
N

227
= 5.97 detik
38

b. Berdasarkan penelitian dan pengukuran waktu kerja operator di stasiun


kerja pengepakan produk Frestea pada pengangkatan crate ke pallet yang
dilakukan selama 15 hari maka sudah ditentukan operator normalnya,
operator bekerja secara normal atau wajar dan dianggap bahwa operator
tersebut cukup berpengalaman pada saat bekerja melaksanakannya tampa
usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja
yang ditetapkan, dan menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan
pekerjaanya. Rating factor ini diambil sama dengan satu (p = 1 atau p =
100 %).
c. Menentukan Waktu Normal (WN)
Wn = Ws x RF
= 5.97 detik x 1
= 5.97 detik

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

d. Menentukan Waktu Standard (waktu baku)


- Waktu Standard (waktu baku) berdasarkan Allowance Real
Wb = Wn x

= 5.97 x

100 %
100 % % ALL
100 %
100 % 16.66 %

= 7.16 detik/crate

- Waktu Standard (waktu baku) berdasarkan Allowance Tabel


Wb = Wn x

= 5.97 x

100 %
100 % % ALL
100 %
100 % 30.50 %

= 8.59 detik/crate

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

BAB VI
ANALISA PEMECAHAN MASALAH

PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan sebagai perusahaan yang
bergerak dibidang industri minuman ringan, namun dalam proses pembuatannya
tidak memakan waktu yang cukup lama sehingga perusahaan ini dapat
memproduksi dalam skala besar dan bertaraf internasional, selalu berupaya
menjaga image produksi dimata konsumen. Oleh karena itu dalam upaya
memenuhi permintaan konsumen, perusahaan berupaya agar selalu menerapkan
sistem kerja terbaik sesuai dengan target. Agar target tersebut tercapai maka
dibutuhkan suatu pengukuran waktu Allowance Real terhadap operator
pengepakan produk Frestea sebagai basis penentuan waktu standard di perusahaan
tersebut, karena dalam proses pengepakan produk Frestea tersebut masih
menggunakan tenaga manusia yaitu pada pengangkatan crate ke pallet khususnya.
Ini merupakan hal yang sangat perlu mendapat perhatian.
Selama penelitian terlihat banyak kegiatan-kegiatan yang sebenarnya tidak
berhubungan dengan proses produksi atau lebih bersifat mengurangi waktu
pengerjaan produk, misalnya letak pallet lebih baik jika berdekatan dengan
conveyor agar waktu yang dikeluarkan oleh operator berjalan mengangkat pallet
ke dekat conveyor tersebut tidak memakan waktu yang cukup lama. Sehingga
operator tersebut dapat pengurangi waktu kerja yang berlebihan agar diperoleh
waktu standard kerja yang lebih baik dan tepat untuk meningkatkan produktivitas
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

perusahaan tersebut. Perbaikan letak pallet tersebut dapat dilihat pada Gambar
6.1.

6
5

2m

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Conveyor membawa botol Frestea


Conveyor membawa crate kosong
Mesin casepeaker (mesin untuk memasukkan botol produk Frestea ke
crate)
Conveyor membawa crate yang telah berisi produk Frestea
Operator B mengangkat dan memindahkan crate yang telah berisi produk
Frestea ke pallet
Pallet berisi tumpukan crate produk Frestea
Pallet kosong

Gambar 6.1. Perbaikan Letak Pallet di Stasiun Kerja Pengepakan


Pengepakan Produk Frestea
Oleh karena itu penyusun mencoba melakukan pengamatan terhadap
kegiatan-kegiatan tersebut yang lebih sesuai bila disebut pengukuran waktu untuk
membandingkan antara kelonggaran waktu nyata (real) dengan kelonggaran
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

berdasarkan tabel. Selain allowance penyusun juga menentukan waktu standard


pengerjaan produk

berdasarkan allowance real dan allowance tebel yang

diharapkan oleh penyusun dapat berguna untuk perusahaan dalam menentukan


waktu standard proses serta penentuan total target perencanaan produksi
berdasarkan kondisi nyata.
Setelah dilakukan pengolahan data maka terlihat perbandingan antara
allowance real dan allowance tabel yaitu untuk allowance real 16.66 % lebih
besar dari allowance tabel berdasarkan literatur 30.50 % dengan asumsi
kebutuhan Fatique dianggap pada pengukuran waktu allowance real untuk
kondisi kelonggaran yang diakibatkan Fatique hasil pengukuran waktunya sudah
tergabung dalam HT (Hambatan Terhindarkan) dan HTT (Hambatan Tak
Terhindarkan). Kemudian hambatan terhindarkan dan hambatan tak terhindarkan
dianggap tidak ada khususnya untuk allowance

tabel. Hal ini terjadi karena

tingginya kelonggaran kebutuhan pribadi dari operator serta banyaknya hambatan


terhindarkan dari operator yang cenderung mengurangi waktu kerja efektif, hal ini
dapat dilihat pada data yang terkumpul selama 15 hari kerja pengamatan. Lebih
jelasnya hambatan tersebut dapat dihindari jika saja operator benar-benar bekerja
pada posisinya dan mengerti akan tugas yang dilakukannya, selain itu juga
hambatan tak terhindarkan memberikan sedikit pengaruh terhadap besarnya
kelonggaran nyata, hal ini terjadi akibat kecendrungan seringnya operator
menunggu produk Frestea di mesin casepaker sampai crate penuh, berhentinya
mesin casepaker karena adanya botol sisa pada crate dan berhentinya mesin
casepaker karena kemacetan botol yang seharusnya bisa diantisipasi lebih dini
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

oleh pihak bagian produksi yang juga menangani masalah perencanaan dan
pengendalian produksi.
Dari kondisi diatas dapat dihitung waktu standard baik yang berdasarkan
allowance real maupun berdasarkan allowance tabel. Dimana waktu standard
berdasarkan allowance real 7.16 detik/crate lebih kecil dari waktu standard
berdasarkan allowance tabel 8.59 detik/crate. Hal ini terjadi karena dipengaruhi
hasil pengamatan dari allowance real dan penentuan allowance tabel serta
banyaknya kelonggaran akibat hambatan terhindarkan.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1.

Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah :

1. Tingginya tingkat kelonggaran pada PT. Coca Cola Bottling Indonesia


Medan berpengaruh kepada kurang optimumnya penggunaan waktu kerja
efektif sehingga perlu diamati serta diteliti faktor-faktor penyebab
tingginya tingkat kelonggaran tersebut sehingga diperoleh waktu kerja
yang lebih baik.
2. Dalam

melakukan

pengamatan

diperlukan

suatu

ketelitian

yang

berdasarkan pada asumsi dan batasan yang dibuat oleh penyusun sehingga
pengamatan dapat lebih fokus dilakukan dalam mencapai tujuan penelitian
yang dimaksud.
3. Operator yang terpilih sebagai objek penelitian adalah operator B, karena
dari data hasil perhitungan rata-rata pengangkatan crate ke pallet selama 2
hari tersebut adalah sebesar 150 crate. Maka dari keempat operator yang
mendekati rata-rata tersebut adalah operator B.
4. Hasil Penentuan Kelonggaran Waktu Nyata (Allowance Real) adalah 16.66
% lebih kecil bila dibandingkan dengan hasil penentuan kelonggaran
berdasarkan Tabel adalah 30.50 %.
5. Dari hasil perhitungan waktu standard operator di stasiun kerja
pengepakan produk Frestea diperoleh untuk allowance real sebesar 7.16
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

detik/crate lebih kecil bila dibandingkan dengan waktu standar pada tabel
sebesar 8.59 detik/crate.
6. Tingginya

persentase Kelonggaran waktu nyata (Allowance Real)

diakibatkan oleh Kebutuhan Pribadi (berjalan mengambil air minum,


kekamar kecil, mengelap keringat, berjalan mengambil air munum, dan
berkipas-kipas karena kepanasan). Hambatan tak terhindarkan (berdiri
menunggu produk Frestea di mesin casepaker sampai crate penuh, berdiri
diakibatkan berhentinya mesin casepaker karena adanya botol sisa pada
crate, dan berdiri yang diakibatkan berhentinya mesin casepaker karena
kemacetan botol). Dan Hambatan Terhindarkan (duduk menunggu produk
Frestea dari mesin filler, mengobrol dengan rekan kerja berjalan-jalan
karena menunggu produk dan berjalan-jalan untuk alasan sosial.
7. Tingginya persentase kelonggaran waktu nyata adalah untuk kategori
hambatan terhindarkan karena lamanya produk Frestea sampai ke mesin
filler.

7.2.

Saran
Dari hasil kesimpulan yang diambil maka dapat diberikan saran-saran

perbaikan yang diberikan untuk perusahaan yaitu :


1. Penentuan Tingkat Kelonggara Nyata (Allowance Real) sangat penting
dalam menentukan tingkat kelonggaran terhadap kerja operator di PT.
Coca Cola Bottling Indonesia Medan, sehingga hasil dari suatu proses
dapat diprediksi berdasarkan waktu kerja efektif dan dapat digunakan
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

sebagai salah satu acuan dalam merencanakan produksi dibulan


berikutnya.
2. Menerapkan usulan-usulan perbaikan untuk mengurangi kelonggaran
waktu kerja khususnya untuk kelonggaran hambatan terhindarkan.
3. Memperbaiki letak pallet dan memindahkannya kedekat conveyor agar
waktu berjalan yang dikeluarkan operator tersebut tidak memakan waktu
yang cukup lama.
4. Setelah dilakukan penelitian Pengukuran Allowance Real Terhadap
Operator Pengepakan Produk Frestea, hendaknya perusahaan ini
memperhatikan kembali postur kerja dari operator tersebut agar diperoleh
hasil kerja yang lebik baik lagi.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

DAFTAR PUSTAKA

Apple. J.M, Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan, Edisi Ketiga, Penerbit
ITB, Bandung.
Barnes, R.M, Motion and Time Study, Design and Measurement of Work, Edisi
Ketujuh, John Wiley and Sons, Inc, New York, AS, 1968.
Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Pertama, ITS,
Surabaya, 1998.
J.L.Wetit, Penelitian Kerja dan Pengukuran Kerja; Penerbit Erlangga, Cetakan
Kedua, Jakarta Pusat, 1983.
Mauled Mulyono, S.E; Penerapan Produktivitas dalam Organisasi, Penerbit
Bumi Aksara, Jakarta.
Moh . Nazir, Ph, Metodologi penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia, Darussalam,
1983.
M. Fuat dan Christine. H, Pengantar Bisnis, Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2006.
Sutalaksana Aggawisastra, Teknik Tata Cara Kerja, Jurusan Teknik Industri ITB,
Bandung, 1979.
Sritomo Wigujasoebroto, Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknis Analisis
untuk Pengendalian Produktivitas Kerja, Penerbit Guna Widya, Edisi
Pertama Cetakan Kedua, Surabaya, 2000.

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

LAMPIRAN 7
MESIN PRODUKSI

Spesifikasi mesin produksi yang dipergunakan untuk masing-masing


bagian adalah :
Untuk Bagian Water Treatment
1.

CO2 Degasifier
Produksi

Jaeger

Tipe/Desain

8 E 11

Tahun Konstruksi

1986

Jumlah

1 unit

Berat Kosong

900 Kg

Kapasitas

Min 25 m3/jam dan Max 60 m3/jam

Tinggi

5100 mm

Fungsi

Mengubah CO2 untuk memudahkan


membebaskan atau menghilangkan gas-gas
yang ada dalam air

2.

Reaction Tank
Produksi

BPN Jacobus Tannady

Tahun Konstruksi

1972

Kapasitas

130 m3

Tinggi

6150 mm

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Fungsi

Mengendapkan senyawa organik

Produksi

Degremant

Tipe/Desain

FV 2B-20

Tahun Konstruksi

1971

Jumlah

3 Unit

Kapasitas

5 m3/jam

Fungsi

Menyaring Air

Produksi

KSB

Tipe/Desain

ETA 65- 160 NA

Tahun Konstruksi

1971

Jumlah

1 Unit

Daya

3 KW

Cos

0,88

Kapasitas

50 m3/jam

Fungsi

Memompa air kedalam Sand Filter

Produksi

PT. Atmindo KSB

Tahun Konstruksi

1972

Jumlah

1 Unit

Kapasitas

40 m3/jam

Tinggi

3430 mm

3. Sand Filter

4. Back Wash Pump

5. Hydrophore Tank

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Fungsi

Memberikan tekanan pada air agar mudah


dialirkan

6. Storage Tank
Produksi

BPN Jacobus Tannady

Jumlah

1 Unit

Tinggi

3200 mm

Kapasitas

40 m3

Fungsi

Menampung air hasil olahan Treated Water

Produksi

Braith Waite & Co

Tahun

1984

Jumlah

1 Unit

Tinggi

3660 mm

Kapasitas

40.000 liter

Fungsi

Menampung air hasil olahan Soft Water

7. Storage Tank

Untuk Bagian Soft Drink Bottling Hall


1. Washing Machine
Produksi

11 & K Brazil

Tipe/Desain

OMEGA LAVANA DM 12-24.105

Tahun Konstruksi

1992

Jumlah

2 unit

Kapasitas

20.000 botol/jam

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Fungsi

Mencuci botol

Produksi

H&K

Tipe/Desain

CM 77 30/2

Tahun Konstruksi

1989

Jumlah

1 unit

Kapasitas

6.000 botol/jam

Fungsi

Tempat pencampuran sirup akhir dengan air

Produksi

H&K

Tipe/Desain

Engasung Tank

Tahun Konstruksi

1989

Jumlah

1 unit

Kapasitas

840 liter

Fungsi

Melepaskan O2 dari air

Produksi

H&K

Tipe/Desain

Karboniser Tank

Tahun Konstruksi

1989

Jumlah

1 unit

Kapasitas

840 botol

Fungsi

Memasukkan CO2 kecampuran sirup dengan

2. Paramix

3. Dearation Tank

4. Carbonation Tank

air
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

5. Glass Silinder for Water


Produksi

H&K

Tahun Konstruksi

1989

Jumlah

1 unit

Diameter

450 mm

Tinggi

400 mm

Fungsi

Menampung air hasil deadrasi

6. Glass Silinder for Syrup


Produksi

H&K

Tahun Konstruksi

1989

Diameter

450 mm

Tinggi

400 mm

Fungsi

Menampung sirup akhir

Produksi

H&K

Tipe/Desain

Euracol 18 SN

Tahun Konstruksi

1989

Jumlah

1 unit

Kapasitas

7 m3/jam

Fungsi

Mendinginkan campuran air dengan sirup

7. Carbon Cooler

untuk memudahkan pengabsorbsian CO2

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

8. Filter and Crowner


Produksi

H&K

Tipe/Desain

VF 34/10 Euracol 18 SN

Tahun Konstruksi

1989

Jumlah

2 unit

Kapasitas

18.000 botol/jam

Daya

7,5 KW

Cos

0,88

Fungsi

Pengisian Minuman ringan dan penutupan


botol minuman

9. Coding Machine
Produksi

Makro Print Ltd

Tipe/Desain

SWMT

Tahun Konstruksi

1984

Jumlah

2 unit

Kapasitas

18.000 botol/jam

Fungsi

Memberikan kode pada botol

Produksi

Indolaval

Tahun Konstruksi

1989

Jumlah

1 unit

Kapasitas

1700 botol/jam

Tinggi

4750 mm

10. Hot Water Tank

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Fungsi

Tempat Penyimpanan air yang dipanaskan

Produksi

Alva-Laval

Tipe/Desain

SME

Tahun Konstruksi

1989

Jumlah

1 unit

Kapasitas

12 liter/jam

Fungsi

Penukar panas

Produksi

PT. Super Andalas Steel Indolaval

Tahun Konstruksi

1989

Jumlah

1 unit

Kapasitas

10 m3/jam

Diameter

1100 mm

Tinggi

2400 mm

Fungsi

Penyaringan klorin dan partikel-partikel

11. Heat Exchanger

12. Carbon Filter

kecil
13. Water Polisher
Produksi

Cuno Merioen

Tahun Konstruksi

1989

Jumlah

1 unit

Diameter

2196 mm

Tinggi

700 mm

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Fungsi

Melakukan Penyaringan akhir pada air


Olahan

14. Water Buffer Tank


Produksi

PT. Super Andalas Steel Indolaval

Tahun Konstruksi

1989

Jumlah

1 unit

Diameter

2196 mm

Tinggi

400 mm

Fungsi

Tempat penambahan kembali zat klorin

Kapasitas

12 m3

Jumlah

1 unit

Diameter

331 mm

Tinggi

1440 mm

Fungsi

Tempat penambahan senyawa KMnO4

Kapasitas

0,124 m3

Jumlah

1 unit

Diameter

331 mm

Tinggi

2144 mm

Fungsi

Memurnikan CO2 agar KMnO4 tidak terbawa

15. Tabung KMnO4

16. Water Trap Filter

pada proses selanjutnya

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

17. Carbon Tank


Kapasitas

1,24 m3

Jumlah

1 unit

Diameter

331 mm

Tinggi

1440 mm

Fungsi

Menghilangkan bau yang tidak diinginkan

Jumlah

1 unit

Diameter

168 mm

Tinggi

1440 mm

Fungsi

Menyaring dan menahan kotoran

Produksi

Hoeksama & Velt BV

Tahun Konstruksi

1984

Kapasitas

6800 liter

Jumlah

1 unit

Tipe/Desain

Cilcon

Fungsi

Menghilangkan bau yang tidak diinginkan

Produksi

H&K

Tahun Konstruksi

1989

Kapasitas

4000 liter

Jumlah

1 unit

18. Filter Paper

19. Finish Syrup Tank

20. Syrup Filter

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Tipe/Desain

Gentra 500

Fungsi

Menyaring sirup dari kotoran

Produksi

Libbercht

Tahun Konstruksi

1984

Kapasitas

1000 liter

Diameter

1000 mm

Jumlah

1 unit

Tinggi

1200 mm

Fungsi

Tempat membentuk lapisan yang ada pada

21. Precoating Tank

filter paper
22. Sugar Dissolving Tank
Produksi

Hoeksama & Velt BV

Tahun Konstruksi

1983

Kapasitas

6800 liter

Jumlah

1 unit

Tipe/Desain

Cilcon

Fungsi

Tempat pelarut gula dalam air

Produksi

MGO, France

Tahun Konstruksi

1971

Untuk Bagian Power House


1. Generator I

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Kapasitas

625 KVA/500 KW

Cos

0,8

Jumlah

1 unit

Tipe/Desain

AT 400 MB 5/4

Fungsi

Pembangkit listrik

Produksi

Catterpillar

Tahun Konstruksi

2003

Kapasitas

1500 KVA/1200 KW

Cos

0,8

Jumlah

1 unit

Tipe/Desain

Engine Model

Fungsi

Pembangkit listrik

Produksi

SACM

Tahun Konstruksi

1971

Kapasitas

4000 Kg/jam

Output

15 Bar

Jumlah

1 unit

Tipe/Desain

FIT

Bahan Bakar

Solar

Fungsi

Penghasil Uap

2. Generator II

3. Boiler I

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

4. Boiler II
Produksi

Standar Fusel

Tahun Konstruksi

1981

Kapasitas

5000 Kg/jam

Output

10 Bar

Jumlah

1 unit

Tipe/Desain

DH 500 x 10

Bahan Bakar

Natural Gas

Fungsi

Penghasil Uap

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

LAMPIRAN 8
PERALATAN (EQUIPMENT)

Adapun peralatan yang digunakan dalam proses produksinya adalah


sebagai berikut :
1. Conveyor
Produksi

A/S Gearco

Tahun Konstruksi

1982

Kapasitas

12.000 Botol/jam

Jumlah

3 unit

Lebar

210 mm

Tinggi

1200 mm

Fungsi

Alat transportasi botol dan crate dalam


proses produksi

2. Forklift
Produksi

Toyota

Tahun Konstruksi

2000

Jumlah

8 unit

Kapasitas

3 ton

Tipe/Desain

F.D.25jtn-11

Fungsi

Alat untuk memindahkan pallet

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

LAMPIRAN 9
URAIAN TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

Untuk menjalankan organisasi pada PT. Cola Cola Bottling Indonesia


Medan perlu adanya pembagian tugas, wewenang dam tanggung jawab dari
masing-masing jabatan. Adapun tugas wewenang dan tanggung jawab pada
masing-masing jabatan dalam struktur organisasi pada PT. Coca Cola Bottling
Indonesia Medan adalah sebagai berikut :
1. General Manager
a. Menentukan dan merumuska kebijakan utama dalam usaha pencapaian
tujuan perusahaan
b. Membuat peraturan-peraturan di perusahaan yang sesuai dengan
undang-undang yang ditetapkan
c. Mengkoordinir dan mengawasi tugas-tugas yang dilegasikan kepada
manager-manager
2. Secretary
a. Menyelenggarakan

surat-menyurat

yang

berhubungan

dengan

perusahaan
b. Mengatur hubungan dengan pihak luar atau tamu
c. Bertanggung jawab kepada General manager
3. Cold Drink Equipment Manager

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

a. Melakukan pembelian bahan baku, bahan penolong dan bahan


tambahan
b. Menyetujui atau membatalkan pembelian
c. Bertanggung jawab kepada General Manager
4. Human Resources Development Manager
a. Membantu General Manager dalam melaksanaan undang-undang
tenaga kerja dan menjalankan kebijaksanaa perusahaan
b. Menjalankan dan mengorganisasikan semua sumber daya manusia dan
program pengembangan
c. Bertanggung jawab kepada General Manager
5. Finance Manager
a. Mempersiapkan laporan keuangan yang terkonsolodasi secara tepat
waktu dan akurat
b. Mengumpulkan atau menyusun data untuk rencana finansial jangka
pendek maupun jangka panjang
c. Bertanggung jawab kepada General Manager
6. General Sales Manager
a. Merencanakan

dan

mengevaluasi

semua

program

pemasaran

perusahaan dan divisi pemasaran


b. Mengorganisasikan semua program pemasaran perusahaan dan visi
perusahaan
c. Bertanggung jawab kepada General anager
7. Technical Operation Manager
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

a. Menyusun semua program kerja dan meletakkan dasar-dasar koordinasi


diantara semua seksi-seksinya
b. Mengkoordinir dan mengawasi setiap bagian yang ada dibawahnya
misalnya produksi, teknik dan distribusi
c. Bertanggung jawab kepada General Manager
8. Information System Manager
a. Mengumpulkan informasi-informasi manajemen yang dibutuhkan
perusahaan
b. Meminta informasi manajemen setiap departemen perusahaan
c. Bertanggung jawab kepada General Manager
9. General Affair Manager
a. Mengawasi program pelayanan umum dan pemeliharaan lokasi pabrik
b. Mengawasi penyelesaian izin, rekomendasi dari instansi pemerintah
c. Bertanggung jawab kepada HRD Manager
10. External Affair Manager
a. Menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat
b. Meminta dana untuk mengadakan kegiatan amal bagi masyarakat
c. Bertanggung jawab kepada HRD Manager
11. Training Coordinator
a. Mengadakan pelatihan
b. Memilih peserta pelatihan
c. Bertanggung jawab kepada HRD Manager
12. Financial Accountant
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

a. Mengumpulkan data dan menyusun data keuangan perusahaan


b. Mengatur cash flow untuk perusahaan
c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager
13. Management Accountant
a. Membuat pembukuan keuangan perusahaan
b. Memperoleh data keuangan dari departemen lain di perusahaan
c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager
14. Exminer Accountant
a. Mengumpulkan dan dan menyusun data keuangan khusus luar kota
b. Mengawasi penyelesaian izin, rekomendasi dari instansi pemerintah
c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager
15. Purchasing Supervisor
a. Melakukan pembelian bahan baku, bahan penolong dan bahan
tambahan
b. Menyetujui ataupun membatalkan pembelian bahan
c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager
16. Tax Officer
a. Mengaudit mengenai kebutuhan akan karyawan
b. Mengajukan usulan akan menambah atau mengurangi karyawan
c. Bertanggung jawab kepada Finance Manager
17. Area Manager Medan
a. Mendayagunakan seluruh aparat dan peralatan yang ada di warehouse
di Medan secara optimal dan efisien
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

b. Memberhentikan sales-sales di Medan yang dianggap melanggar


peraturan perusahaan
c. Bertanggung jawab kepada General Sales Manager
18. Area Manager Out Tawn
a. Mendayagunakan seluruh aparat dan peralatan yang ada di warehouse
di luar kota secara optimal dan efisien
b. Memberhentikan sales-sales di Medan yang dianggap melanggar
peraturan perusahaan
c. Bertanggung jawab kepada General Sales Manager
19. Channer Managel
a. Mengawasi penjualan produk pada distributor didalam kota
b. Membatalkan kontrak dengan distributor, apabila distributor tersebut
melanggar perjanjian yang telah disepakati
c. Bertanggung jawab kepada General Sales Manager
20. Fleet Manager
a. Mengawasi pendistribusian keperluan produksi dilantai pabrik
b. Mengatur pendistribusian keperluan produksi
c. Bertanggung jawab kepada General Sales Manager
21. Dealer Manager
a. Mengembangkan dealer-dealer diwilayah pemasaran
b. Mengklaim dealer-dealer yang melanggar perjanjian bersama-sama
c. Bertanggung jawab kepada General Sales Manager
22. Production Manager
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

a. Membuat laporan produksi secara periodik mengenai mutu dan jumlah


produk
b. Mengkoordinir kegiatan-kegiatan dalam bidang pemerosesan bahan
baku menjadi produk jadi
c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager
23. Quality Assurance Manager
a. Meneliti, memeriksa dan menganalisa mutu bahan baku maupun produk
jadi
b. Me-reject bahan baku maupun produk yang tidak sesuai dengan
standart yang telah ditentukan
c. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager
24. PPIC Manager
a. Merencanakan dan mengontrol kebutuhan untuk kegiatan proses
produksi
d. Bertanggung jawab kepada Technical Operation Manager

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

LAMPIRAN 10
ALLOWANCE TABEL BERDASARKAN LITERATUR

Faktor
Kelonggaran (%)
A. Tenaga yang Dikeluarkan
Pria
Wanita
1. Dapat diabaikan
0,0-6,0
2. Sangat ringan
6,0-7,5
3. Ringan
12,0-19,0
4. Sedang
9,0-30,0
5. Berat
30,00-50,00
6. Sangat berat
7. Luar biasa berat
B. Sikap kerja

Ekivalen Beban

Bekerja di meja, duduk

Tampa beban

Bekerja di meja, berdiri

0,00-2,25 kg

0,0-6,0
6,0-7,5
Menyekop, ringan
7,5-16,0
Mencangkul

1. Duduk
0,00-1,0
2. Berdiri diatas dua kaki
1,0-2,5
3. Berdiri diatas satu kaki
2,5-4,0
4. Berbaring
2,5- 4,0
5. Membungkuk
4,0-10
C. Gerakan Kerja
1. Normal
0
2. Agak terbatas
0-5

Contoh Pekerjaan

9,00-18,00
19,00-27,00

Mengayun Palu yang Berat

27,00-50,00

Memanggul beban
Memanggul karung berat

diatas 50 kg

Bekerja duduk, ringan


Badan tegak, ditumpu dua kaki
Satu kaki mengerjakan alat kontrol
Pada bagian sisi, belakang atau depan beban
Badan dibungkukkan ditumpu pada kedua kaki

Ayunan bebas dari palu


Ayunan terbatas dari palu

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Faktor
Kelonggaran (%)
C. Gerakan Kerja
3. Sulit
Membawa beban berat dengan satu tangan
0-5
4. Pada anggota-anggota
Badan terbatas
Bekerja dengan tangan diatas kepala
5-10
5. Seluruh anggota badan
Terbatas
Bekerja dilorong pertambangan yang sempit
10-15
E. Keadaan Temperatur tempat kerja **)
Temperatur
Kelemahan Normal
Berlebihan
1. Beku
Diatas 10
2. Rendah
10-0
3. Sedang
5-0
4. Normal
0-5
5. Tinggi
5-40
6. Sanagat tinggi
Diatas 40
F. Keadaan Atmosfer***)
1. Baik

Dibawah 0
Diatas 12
0-13
12-5
13-22
8-0
22-28
0-8
28-38
8-100
Diatas-38
Diatas 100

Ruang yang berventilasi yang baik,


udara segar

0
2. Cukup

Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan


(tidak berbahaya)

0-5
3. Kurang Baik
beracun

Ada debu-debu beracun, atau tidak


tetapi banyak

5-10

Faktor
Kelonggaran (%)
Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

4. Buruk
yang

Adanya bau-bauan yang berbahaya


Mengharuskan menggunaka alat-

alat
Pernafasan
10-20
G. Keadaan Lingkungan yang baik
1. Bersih, sehat, carah dengan kebisingan rendah
0
2. Siklus kerja yang berulang-ulang antara 5-10 detik
0-2
3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik
1-3
4. Sangat Bising
0-5
5. jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kwalitas
0-5
6. Terasi adanya getaran lantai
5-10
7. Keadaan-keadaan yang diluar biasa
5-15
*) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan
**) Tegantung juga pada keadaan ventilasi
***) Dipengaruhi juga oleh ketingga;an tempat kerja dari permukaan laut dan
keadaan iklim
Catatan pelengkap : kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : Pria
=0
{2,5 %}
Wanita = 2-5,0 %

Nurhayati Munthe : Pengukuran Allowance Real Terhadap Operator Pengepakan Produk Frestea Sebagai
Basis Penentuan Waktu Standar Di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Medan, 2009.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai